Upload
others
View
42
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EFEKTIVITAS PROGRAM SEKOLAH PEDOMAN
PERILAKU PENYIARAN DAN STANDAR PROGRAM
SIARAN (P3SPS) DALAM LITERASI MEDIA TELEVISI
DI KOMISI PENYIARAN INDONESIA (KPI) PUSAT
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memeroleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Nadya Shabrina
NIM. 11140510000002
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/ 2019 M
EFEKTIVITAS PROGRAM SEKOLAH PEDOMAN
PERILAKU PENYIARAN DAN STANDAR PROGRAM
SIARAN (P3SPS) DALAM LITERASI MEDIA TELEVISI
DI KOMISI PENYIARAN INDONESIA (KPI) PUSAT
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memeroleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Nadya Shabrina
NIM. 11140510000002
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/ 2019 M
iii
v
vi
ABSTRAK
Nadya Shabrina, 11140510000092, Efektivitas Sekolah
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran
(P3SPS) dalam Literasi Media Televisi di Komisi Penyiaran
Indonesia (KPI) Pusat, dibawah bimbingan Noor Bekti
Negoro, S.E, M.Si
Televisi merupakan salah satu media informasi, hiburan,
pendidikan, ajakan dan pemersatu. Namun kualitas siaran saat ini
terbilang masih di bawah standar. Hal ini karena minimnya
kesadaran dan pengetahuan tentang pentingnya siaran berkualitas
dan mengedukasi. Peraturan penyiaran menjadi tolak ukur untuk
meningkatkan kualitas siaran. Oleh karena itu, KPI mengadakan
Sekolah P3SPS sebagai salah satu program literasi media.
Pertanyaannya adalah apakah program Sekolah P3SPS
efektif dalam literasi media televisi di KPI Pusat? Apa saja
manfaat mengikuti program Sekolah P3SPS di KPI Pusat?
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif,
dengan metode experiment one group pretest-posttest. Data dan
temuan diperoleh melalui observasi dengan mengikuti Sekolah
P3SPS angkatan XXXII, penyebaran kuesioner pretest -posttest
dilakukan kepada peserta program Sekolah P3SPS angkatan
XXXIV, serta dokumentasi untuk memeroleh teori dan konsep.
Teori yang digunakan adalah teori efektivitas Effendi
untuk membuktikan efektif atau tidaknya program Sekolah
P3SPS terhadap pengetahuan, perilaku dan sikap peserta. Maka
konsep tambahan dari penelitian ini adalah P3SPS sebagai
pedoman yang dibuat oleh KPI dan literasi media sebagai tujuan
KPI.
Berdasarkan perhitungan, thitung > ttabel yaitu sig 2,048 > -
4,481, dan perbandingan rata-rata pre test 151,63 dan post test
163,53, setara dengan peningkatan 7,81%. Maka program
Sekolah P3SPS sebagai salah satu program literasi media KPI,
dinyatakan efektif meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku
peserta. Sekolah ini juga memberikan manfaat dalam segala
aspek, seperti pengetahuan dasar dan mendalam mengenai
peraturan penyiaran khususnya P3SPS. Peserta juga diajak
berpikir, menganalisis dan kritis terhadap media televisi, serta
diajak melihat secara langsung cara kerja KPI dalam mengawasi
dan mengontrol media penyiaran.
Kata Kunci: Efektif, P3SPS, Literasi Media, Peserta
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kepada Illahi Rabbi, berkat rahmat dan
karunia-Nya, penulis memeroleh kemudahan selama proses
penelitian. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan
kepada nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya. Meskipun terdapat hambatan dalam proses penelitian
ini, namun berkat ridha Allah, doa dan ikhtiiar yang kuat,
akhirnya peneliti mampu menyelesaikan skripsi berjudul
“Efektivitas Program Sekolah Pedoman Perilaku Penyiaran
dan Standar Program Siaran (P3SPS) dalam Literasi Media
Televisi di Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat”.
Rasa syukur dan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah memberikan bantuan, motivasi dan saran kepada peneliti.
Peneliti mengungkapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya
kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr.
Arief Subhan, M.Ag, dan jajaran Wakil Dekan
Suparto,.Ed., Ph.D, Dr. Raudhonah, M.Ag, beserta Dr.
Suhaimi, M.Si yang sekaligus merangkap sebagai dosen
Pembimbing Akademik studi Komunikasi Penyiaran
Islam kelas B angkatan 2014.
viii
2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Drs.
Masran, M.Ag. dan Sekretaris Jurusan, Fita
Fathurokhmah, M.Si.
3. Noor Bekti Negoro, S.E, M.Si selaku dosen pembimbing
penelitian yang senantiasa membimbing, mengarahkan,
dan memberikan dukungan penuh selama proses
penelitian.
4. Seluruh jajaran dosen studi Komunikasi dan Penyiaran
Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang tidak dapat disebutkan satu persatu,. Terima
kasih sebesar-besarnya atas ilmu yang telah diberikan.
5. Pimpinan, Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan pelayanan
dalam meminjam literatur untuk penulisan skripsi.
6. Pimpinan serta jajaran staf UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, khususnya staf tata usaha Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu dan
mengarahkan penulis baik segi regulasi atau administrasi.
7. Pimpinan, komisioner dan jajaran staf KPI Pusat. Kepada
Kepala Sekolah P3SPS Mayong Suryo Laksono dan
Wakil Kepala Sekolah P3SPS Yusuf Hasan, yang telah
mengizinkan serta bersedia membantu penulis dalam
memeroleh data penelitian. Sehingga proses pengumpulan
data dapat berjalan lancar.
8. Kedua orang tua yaitu Bapak David Boechari dan Titi
Rezeki, kepada kakek dan nenek yaitu Muhadjir Markoem
ix
dan Sri Herpartinah, serta adik dan kaka Sabilla Azzahra,
Muhammad Reza Pahlevi dan Jihan Safira. Terima kasih
sebesar-besarnya karena telah mendoakan, memotivasi
dan membantu, baik secara moril dan materiil.
9. Teman dekat penulis yaitu Ali Mustofa, Firly Fitriyani,
Istiqomah dan Mufid Hibatullah, terima kasih atas
dukungan dan bantuan selama perkuliahan sampai pada
penyusunan skripsi.
10. Teman-teman KPI angkatan 2014 khususnya KPI B
teman seperjuangan dalam dunia perkuliahan ini, terima
kasih atas bantuan dan dorongannya sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan. Semoga Allah memudahkan segala
urusan kita dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Junior, senior dan rekan-rekan lainnya yang tak dapat
penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas semangat
dan motivasi yang diberikan selama proses penelitian
Sekali lagi penulis ucapkan banyak terima kasih telah
memberikan semangat dan bantuan kepada penulis untuk
menyelesaikan penelitian ini. Penulis berharap agar skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi pihak lain. Demikian, akhir kata,
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb
Jakarta, 15 Januari 2019
Nadya Shabrina
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................... iiii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. v
ABSTRAK .......................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ....................................................................... viii
DAFTAR ISI........................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ............................................................................ xiiii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Batasan Masalah ...................................................................... 14
C. Rumusan Masalah .................................................................... 14
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ............................... 14
E. Tinjauan Kajian Terdahulu ...................................................... 15
F. Sistematika Penulisan .............................................................. 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................ 19
A. Efektivitas ................................................................................ 19
B. Literasi Media .......................................................................... 23
C. Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran
(P3SPS) ................................................................................... 25
D. Hipotesis Penelitian ................................................................. 28
E. Kerangka Pemikiran ................................................................. 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................ 31
A. Metode Penelitian .................................................................... 31
B. Populasi dan Sampel ................................................................ 32
C. Teknik Pengambilan Sampel ................................................... 33
D. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 35
xi
E. Sumber Data ............................................................................. 36
F. Teknik Pegumpulan Data ......................................................... 36
G. Teknik Pengolahan Data .......................................................... 39
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............ 43
A. Gambaran Umum Responden .................................................. 43
B. Pengolahan Uji Instrumen ........................................................ 44
C. Pengolahan Data ...................................................................... 52
D. Pembahasan .............................................................................. 56
BAB V KESIMPULAN ..................................................................... 73
A. Kesimpulan .............................................................................. 73
B. Saran ........................................................................................ 74
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 77
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1: Jadwal Penelitian ....................................................... 36
Tabel 3.2: Kriteria Reabilitas ...................................................... 41
Tabel 4.1: Jabatan Responden ..................................................... 43
Tabel 4.2: Ringkasan Hasil Uji Validitas .................................... 49
Tabel 4.3: Kriteria Reliabilitas .................................................... 50
Tabel 4.4: One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ................... 51
Tabel 4.5: Paired Samples Statistics ........................................... 52
Tabel 4.6: Paired Samples Correlations ..................................... 53
Tabel 4.7: Paired Samples Test ................................................... 54
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Televisi masih menjadi sorotan utama bagi
masyarakat indonesia. Melalui media televisi, masyarakat
dapat memeroleh informasi dan hiburan. Meskipun
masyarakat saat ini sudah banyak menggunakan internet
sebagai sumber informasi dan hiburan, namun masyarakat
lebih menikmati media televisi dibandingkan media
internet. Hal ini dikarenakan efek gambar, warna dan
suara yang menarik, penentuan jam tayang dapat
diketahui dengan mudah, serta televisi dapat dinikmati
secara serempak.
Televisi memang difasilitasi berbagai macam hal-
hal menarik, tak heran jika televisi masih menjadi media
yang diminati masyarakat. seperti hasil survei Nielsen
Consummer Media View (CMV) Indonesia
mengemukakan, bahwa penetrasi media televisi di
Indonesia tahun 2017 menduduki peringkat tertinggi,
yaitu mencapai angka 96%, dan media lainnya seperti
media luar ruangan memeroleh persentase sebesar 53%,
internet 44%, radio 37%, Koran 7%, sedangkan tabloid
dan majalah menduduki peringkat terendah yaitu sebesar
3%:1
1 Katadata.co.id, “Penetrasi Media Televisi Masih yang
Tertinggi,” artikel diakses pada 23 April 2018 dari
2
Jika sisi positifnya adalah persentase penggunaan
televisi yang tinggi yaitu 96%, maka sisi negatifnya
adalah dampak negatif yang diterima oleh masyarakat
sebagai pengguna televisi. Untuk meminimalisir dampak
negatif tersebut, maka literasi media menjadi sandaran
penting bagi para penikmat siaran maupun produser.
Mengutip dari buku Pembelajaran Literasi
Berbasis Sastra Lokal karya Ibadullah Malawi, bahwa
National Institute of Literacy mendefinisikan literasi
sebagai:
“kemampuan individu untuk membaca, menulis,
berbicara, menghitung dan memecahkan masalah
pada tingkat keahlian yang diperlukan.”
Sehingga untuk mengatasi permasalahan mengenai
dampak negatif televisi, peningkatan yang diperlukan
adalah kemampuan dan keahlian dalam basis
pertelevisian. Televisi sendiri memiliki pengaruh besar
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga literasi media
televisi menjadi program penting yang harus
dilaksanakan.
Literasi media televisi lahir untuk memberikan
wawasan, pengetahuan serta kemampuan kepada
masyarakat mengenai pertelevisian. Melalui program
literasi ini, masyarakat dididik agar mampu memilah,
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/07/27/penetrasi-
televisi-masih-yang-tertinggi
3
menilai, mengkritisi, serta ikut andil dalam mengontrol
siaran televisi.2
Untuk ikut andil dalam mengawasi siaran televisi,
penting bagi masyarakat untuk tidak hanya sekedar
mengkritik, namun kritik tersebut dibangun atas dasar
pengetahuan dan kemampuan mengenai penyiaran
televisi. Untuk hak dan kewajiban masyarakat dalam
menilai dan mengkritik lembaga penyiaran tertera dalam
UU Penyiaran Tahun 2002, Bab VI Pasal 52 bahwa: 3
(1)
Setiap warga negara Indonesia memiliki hak, kewajiban
dan tanggung jawab dalam berperan serta
mengembangkan penyelenggaraan penyiaran nasional. (2)
Organisasi nirlaba, lembaga swadaya masyarakat,
perguruan tinggi, dan kalangan pendidikan, dapat
mengembangkan kegiatan literasi dan atau pemantauan
Lembaga Penyiaran; (3) Masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dapat mengajukan keberatan
terhadap program dan atau isi siaran yang merugika.
Namun perlu ditegaskan bahwa masyarakat tidak
hanya memiliki hak dalam mengkritik saja. tetapi juga
perlu diimplementasikan kepada diri sendiri. Seperti
halnya mengganti saluran televisi jika sekiranya tayangan
tersebut tidak mengedukasi atau bahkan memberikan
dampak negatif.
2 Apriadi Tamburaka, Literasi Media, (Jakarta:
RajaGrafindo), h.4 3 Komisi Penyiaran Indonesia, Undang-Undang Penyiaran
Republik Indonesia Tahun 2002, (Jakarta: KPI, 2018), h.32
4
Oleh karena itu, Komisi Penyiaran Indonesia
(KPI) sebagai lembaga yang berwenang mengatur dan
mengawasi siaran televisi, membentuk program-program
literasi media. Program literasi media ini merupakan
bentuk implementasi KPI untuk mengajak masyarakat
agar dapat memilah dan memilih antara tayangan
memberikan dampak baik atau buruk. Implementasi ini
berkaitan dengan firman Allah dalam surat Ali Imran ayat
104:
ة يدعىن إلى الخير و يأمرون ببلمعروف و لتكه منكم أم
و ينهىن عه المنكر و أولئك هم المفلحىن
Artinya: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan
orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
(berbuat) yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.
Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Ali
Imran:104)4
Korelasi antara Surat Ali Imran ayat 104 dengan
program literasi di KPI Pusat adalah bentuk
pertanggungjawaban KPI dalam menyerukan kebaikan,
mengajak masyarakat untuk belajar mengenai dunia
penyiaran di Indonesia, sehingga masyarakat mengetahui
siaran yang positif. Serta mencegah masyarakat untuk
menonton siaran yang dapat berdampak negatif. Tidak
hanya KPI, peserta yang telah mengikuti literasi media ini
4 Muslim Pro Limited, Aplikasi: Muslim Pro,(Singapore:
BitsMedia, 2018)
5
pun dapat ikut andil dalam mengimplementasikan dan
berbagi pengetahuan yang telah diperoleh selama proses
literasi media.
Seperti yang telah kita pahami bahwa fungsi dasar
media penyiaran televisi adalah sebagai media informasi
(to inform), media pendidikan (to educate), media hiburan
(to entertain), dan sebagai media persuasi.
Media sebagai penyampai informasi biasanya
disajikan dalam bentuk berita dan iklan. Untuk menjadi
sebuah fungsi informasi, wartawan televisi lebih dulu
mengumpulkan fakta-fakta di lapangan menggunakan
dasar 5W + 1H (What, Where, Who, Why, +How). Fakta-
fakta yang telah terkumpul dibungkus menjadi sebuah
berita kemudian disebarluaskan melalui televisi. Berita
tidak hanya untuk menyampaikan informasi, melainkan
untuk menginterpretasikan arti dan makna sebuah
peristiwa.5
Media sebagai media persuasi atau pembujuk,
biasanya disajikan dalam bentuk iklan. Iklan tidak hanya
berfungsi untuk memberikan informasi, tapi juga
berfungsi untuk mempromosikan sebuah produk. Selain
iklan produk, fungsi persuasi juga dimanfaatkan oleh para
elit politik untuk kepentingan politik. Fungsi persuasi
dianggap penting dalam komunikasi massa, karena dapat
memperkenalkan pada sebuah nilai tertentu, memperkuat
5 Nurdin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta: Rajawali
Pers).h. 66-69
6
kepercayaan, mengubah sikap dan menggerakan
seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan
dalam membujuk.6
Media sebagai hiburan disajikan dalam bentuk
kartun, sinetron, talk show, dan variety show. Selain
informasi, masyarakat juga membutuhkan hiburan sebagai
pelepas kejenuhan setelah seharian beraktifitas. Inilah
alasan program hiburan ditayangkan pada primetime,
pukul 19.00-21.00. Karena pada primetime, banyak
masyarakat yang membutuhkan televisi untuk dijadikan
media hiburan setelah seharian beraktifitas.
Selain berfungsi sebagai media penghibur, televisi
juga berfungsi sebagai media edukasi. Biasanya program
edukasi ditayangkan dalam bentuk cerdas cermat, dan
siaran pengetahuan. Namun sangat disayangkan, program
seperti ini masih minim di tayangkan di televisi. Sebab
mayoritas masyarakat lebih menyukai program siaran
hiburan dibandingkan edukasi. Inilah yang menjadi salah
satu faktor minimnya program siaran edukasi yang tayang
di layarkaca Indonesia.
Jika media memiliki empat fungsi dasar, maka
sejak era reformasi, media kehilangan sisi idealisnya.
Sebab pada Era Orde Baru, media banyak banyak
mengalami kekangan sehingga terhambat kebebasannya..7
6 Nurdin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta: Rajawali
Pers).h. 73 7 Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, h. 22
7
Namun, sejak diberikan kebebasan, self censhorsip sisi
ideal media menjadi menurun, yaitu terjadinya pelemahan
media dalam memilih dan memilah pemberitaan yang
layak dimunculkan di media. Fenomena ini ibarat “kuda
lepas dari kandangnya”.
Pada tahun 2002, undang-undang penyiaran No.24
tahun 1997 diganti menjadi undang-undang No.32 Tahun
2002. Salah satu alasan UU penyiaran diganti, karena UU
sebelumnya menyatakan bahwa otoritas penyiaran berada
langsung di bawah pemerintah. Seperti pada UU No. 24
Tahun 1997 pasal 7 yang berbunyi "penyiaran dikuasai
oleh negara yang pembinaan dan pengendaliannya
dilakukan oleh pemerintah”.8
Berbeda dengan Undang-undang Penyiaran
Nomor 32 Tahun 2002 pasal 6 ayat 2 yang berbunyi
“dalam sistem penyiaran nasional sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), negara menguasai spektrum frekuensi
radio yng digunakan untuk penyelenggaraan penyiaran
guna sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.9
Ini membuktikan perbedaan penyiaran Indonesia
dahulu dan sekarang. Jika dahulu kebijakan penyiaran
Indonesia mutlak berdasarkan kepentingan pemerintah,
8 Komisi Penyiaran Indonesia, “Dasar Pmbentukan” artikel
diakses pada 12 Januari 2019 dari
http://www.kpi.go.id/index.php/id/tentang-kpi/dasar-pembentukan 9 Komisi Penyiaran Indonesia, Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 32 tahun 2002 (Jakarta: Komisi Penyiaran
Indonesia, 2018).h.7
8
maka penyiaran saat ini sebesar-besarnya untuk
kepentingan publik.
Namun selama pengesahan, banyak kontroversi
dari berbagai pihak. Ada yang menyetujui pengesahan
RUU penyiaran, ada pula yang menolak pengesahan
RUU. Terdapat enam alasan mereka menerima
pengesahan RUU, pertama karena menyetujui
pembentukan KPI sebagai lembaga yang mengawas dan
mengatur penyiaran. Kedua, menyetujui adanya peraturan
penyiaran. Karena sebebas apapun, media penyiaran tetap
membutuhkan peraturan yang mengatur. Ketiga, sanksi
yang diberikan oleh KPI tidak seberat sanksi yang
diberikan pemerintah yaitu pemberedelan. Keempat, UU
penyiaran dapat menjadikan acuan bagi stasiun televisi
swasta agar mampu bersaing secara sehat. Kelima, UU
penyiaran bermanfaat untuk meminimalisir dampak
negatif televisi. Keenam, pihak-pihak yang menolak
adanya UU penyiaran mayoritas berasal dari pembisnis
dan para artis, karena dianggap mengancam keuntungan
dan popularitas mereka.10
Tidak hanya menerima, yang menolak pengesahan
RUU pun tidak sedikit. Adapun empat alasan mereka
menolak terjadinya pengesahan RUU oleh DPR, pertama
karena kekhawatiran masyarakat terhadap semangat dan
keinginan DPR untuk memiliki kekuasaan yang
10
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia (Jakarta: Rajawali
Pers, 2010).h. 96-100
9
melampaui pemerintah. Kedua, semangat otonomi daerah
yaitu keinginan setiap daerah untuk tidak hanya sekedar
menerima informasi, tetapi juga diberikan kesempatan
untuk menyebarkan informasi. Ketiga, kekhawatiran
terhadap munculnya Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)
yang dibentuk oleh pemerintah. Mereka takut jika KPI
akan mengganggu kebebasan pers. Keempat,
kekhawatiran terhadap dampak negatif adanya stasiun
televisi swasta.11
Kehawatiran inilah yang akhirnya terjadi.
Maraknya stasiun televisi yang menayangkan adegan-
adegan seperti bulliying, kenakalan remaja, kekerasan,
percintaan, permasalahan rumah tangga, mistis dan
adegan negatif lainnya. Adegan seperti inilah yang dapat
memengaruhi pola perilaku masyarakat untuk berperilaku
serupa. Apalagi anak-anak dan remaja yang memiliki sifat
dasar imitasi atau meniru apa yang dia lihat tanpa melihat
baik buruknya.
Dilansir dari situs metrotvnews.com, menyatakan
bahwa saat ini Indonesia kekurangan tayangan-tayangan
berkualitas. Berdasarkan hasil riset Ikatan Sarjana
Komunikasi Indonesia (ISKI), menunjukan bahwa saat ini
tayangan yang mendidik hanya 0,7%. Rata-rata anak-anak
menyukai sinetron, serial Upin dan Ipin, sopo jarwo dan
serial anak lainnya. Ditinjau dari alasan menyukai serial
kartun adalah karena hiburan, sedangkan alasan anak-
11
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, h. 93-96
10
anak menyukai sinetron anak muda saat ini karena adanya
adegan-adegan peperangan atau perkelahian.12
Namun
hal-hal seperti ini akan memberikan dampak negatif pada
tumbuh kembang anak. Salah satu dampak nyatanya yang
terjadi adalah viralnya anak-anak Sekolah Dasar (SD)
yang mengumbar kemesraan bersama pasangannya di
media sosial.
Fenomena dekadensi ini terjadi akibat kurangnya
pengawasan dari pihak keluarga serta faktor media
penyiaran saat ini yang memprioritaskan kuantitas siaran
dibandingkan kualitas. Karena media industri saat ini
ingin mencapai rating yang tinggi, agar dapat meraup
keuntungan yang lebih banyak. Media pertelevisian
Indonesia saat ini menganggap bahwa program siaran
dikategorikan sukses jika memerolah rating tinggi.
Namun faktanya, program siaran dapat dikategorikan
sukses apabila siaran tersebut berkualitas dan
mengedukasi, serta tidak memberikan dampak negatif.
KPI menetapkan skala kualitas program siaran
televisi sebesar 4.00, dengan standar 3.00. Sedangkan
hasil survei periode tiga 2018, menunjukan bahwa
kualitas program siaran televisi di Indoensia masih di
bawah standar. Berdasarkan Indeks kualitas program
televisi periode tiga pada bulan Oktober 2018 memeroleh
12
Nur Azizah, “Hanya 0,7 Persen Program Televisi yang
Mendidik,” artikel diakses pada 4 Mei 2018 dari
http://news.metrotvnews.com/read/2017/07/28/736176/hanya-0-7-
persen-program-televisi-yang-mendidik
11
nilai untuk program wisata budaya sebesar 3.27, program
religi 3.13, program talkshow 3.03, program siaran berita
3.01, program siaran anak 2.92, variety show 2.58,
program sinetron 2.28 dan program infotainment 2.2013
Hal ini menjadi evaluasi bagi KPI sebagai
lembaga independen untuk meningkatkan pengawasan
dan kontrol terhadap media televisi di Indonesia. Tidak
hanya KPI, stasiun televisi di Indonesia pun perlu
menyadari bahwa media harus mengutamakan
kepentingan publik, serta menyadari pentingnya kualitas
siaran. Selain itu, peran aktif masyarakat juga dibutuhkan
untuk partisipatif dalam mengontrol siaran televisi.
Namun, pengetahuan masyarakat tentang media
penyiaran masih tergolong minim. Dapat dilihat dari
rating program siaran yang ditonton. Masyarakat
mayoritas memilih program hiburan seperti sinetron,
talkshow, variety show, reality show, komedi dan
program berbau mistis. sedangkan, program-program
hiburan saat ini banyak menayangkan adegan kekerasan,
bulliying, penggunaan kata-kata kasar atau penghinaan,
adegan percintaan, sampai adegan atau konflik rumah
tangga .
13
Komisi Penyiaran Indonesia, “(SIARAN PERS)
Umumkan Hasil Survei Indeks Periode II, KPI bersama P3I Sepakat
Tingkatkan Kualitas Siaran” diakses pada 10 Januari 2019 dari
http://www.kpi.go.id/index.php/id/umum/38-dalam-negeri/34753-
siaran-pers-umumkan-hasil-survei-indeks-periode-ii-kpi-bersama-p3i-
sepakat-tingkatkan-kualitas-siaran
12
Oleh karena itu KPI sebagai lembaga yang
berwenang mengawasi dan mengontrol media penyiaran,
mengadakan program literasi media guna meningkatkan
kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan dunia
pertelevisian. Adapun program-program literasi media
yang diadakan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) adalah
pertama, Sosialisasi Program KPI. Pada program ini, KPI
berusaha mensosialisasikan kelembagaan KPI dan
pedoman penyiaran yang telah dibentuk oleh KPI sebagai
standar penyiaran. Kegiatan ini dilaksanakan oleh KPI
sebagai upaya dalam menumbuhkan dan mengajak
masyarakat untuk aktif dan kritis terhadap media dan
siarannya.
Kedua, TOT (Trainining of Trainer) Literasi
Media. Kegiatan ini bergerak sejak tahun 2011 melalui
kerjasama antara KPI Pusat dan KPI Daerah untuk
mendidik dan melatih para delegasi dari tiap daerah di
Indonesia. Delegasi ini berasal dari berbagai kalangan,
mulai dari mahasiswa, tokoh masyarakat, anggotaa LSM,
organsisasi masyarakat, yang kemudian akan terjun ke
masyarakat untuk melakukan literasi media.
Ketiga, Forum Masyarakat Peduli Media Sehat
(Format-Limas). Forum ini dibentuk oleh KPI dan
beberapa perwakilan organisasi masyarakat pada tahun
2012. Tujuan pembentukan forum ini adalah untuk
13
memerjuangkan dan menegakan hak-hak publik sebagai
pengguna televisi.14
Berdasarkan tiga program literasi media KPI yang
telah disebutkan sebelumnya, penulis tertarik untuk
meneliti sosialisasi program KPI atau biasa disebut
program Sekolah P3SPS. Program ini adalah salah satu
upaya KPI dalam meningkatkan peran aktif dan kritis
masyarakat dan industri media terhadap penyiaran
televisi. Melalui sekolah P3SPS ini, masyarakat
diperkenalkan dengan lembaga KPI, serta pedoman
penyiaran yang dibentuk oleh KPI yaitu Pedoman
Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS).
Sekolah P3SPS sendiri terbentuk berdasarkan UU
Penyiaran No.32 Tahun 2002 pasal 8 ayat 3 huruf (f) yang
berbunyi “KPI bertugas dan kewajiban menyusun
perencanaan pengembangan sumber daya manusia yang
menjamin profesionalitas di bidang penyiaran”.15
Oleh
karena itu, peneliti ingin meneliti efektivitas dari program
Sekolah P3SPS dengan menggambil judul
“EFEKTIVITAS PROGRAM SEKOLAH
PEDOMAN PERILAKU PENYIARAN DAN
STANDAR PROGRAM SIARAN (P3SPS) DALAM
14
Nidya Mustika Army, “Literasi Media Televisi dengan
Pendekatan Inokulasi Komisi Penyiaran Indoensia (KPI) Pusat,”
(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas
Islam Negeri Jakarta, 2015), 15
Komisi Penyiaran Indonesia, Undang-Undang Penyiaran
Republik Indonesia Tahun 2002, (Jakarta: KPI, 2018), h. 9
14
LITERASI MEDIA TELEVISI DI KOMISI
PENYIARAN INDONESIA (KPI) PUSAT”.
B. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah
peneliti ingin melihat efektivitas dari Program Sekolah
P3SPS yang diadakan oleh Komisi Penyiaran Indonesia
(KPI) Pusat. Efektif atau tidak KPI Pusat membentuk
peserta yang melek media melalui program Sekolah
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran
(P3SPS).
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Apakah Sekolah Pedoman Perilaku Penyiaran dan
Standar Program Siaran (P3SPS) efektif dalam literasi
media di Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat?
2. Apa sajakah manfaat mengikuti Sekolah Pedoman
Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran
(P3SPS) di Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat?
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui efektivitas Sekolah
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program
Siaran (P3SPS) dalam literasi media televisi di Komisi
15
Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat. Serta mengetahui
manfaat-manfaat mengikuti program Sekolah P3SPS
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat akademis
1) Penelitian ini diharapkan mampu
membuktikan teori efektivitas pada sekolah
P3SPS.
2) Penelitian ini diharapkan mampu
membuktikan efektivitas KPI Pusat dalam
membentuk masyarakat melek media.
b. Manfaat Praktis
1) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi atau acuan bagi civitas academic dan
KPI .
2) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi bagi penelitian selanjutnya.
E. Tinjauan Kajian Terdahulu
Penyusunan penelitian ini akan menggunakan skripsi
terdahulu sebagai bahan acuan dan referensi tambahan.
Adapun skripsi terdahulu yang akan digunakan:
1. Skripsi berjudul, “Literasi Media Televisi dengan
Pendekatan Inokulasi Komisi Penyiaran Indoensia
(KPI) Pusat”.16
Pada skripsi ini, penulis berusaha
16
Nidya Mustika Army, Literasi Media Televisi dengan
Pendekatan Inokulasi Komisi Penyiaran Indoensia (KPI) Pusat,
(Jakarta: UIN Jakarta Perss, 2015)
16
mendeskripsikan mengenai berbagai program literasi
media yang dilaksanakan oleh Komisi Penyiaran
Indonesia (KPI) dan salah satunya adalah program
Sekolah P3SPS yang menjadi pembahasan pada
penelitian ini.
Persamaan dalam penelitian ini terletak pada
pembahasan mengenai program literasi media oleh
Komisi Penyiaran Indonesia. Perbedaannya adalah,
jika pada penelitian Nidya mustika menyebutkan dan
menjabarkan jenis-jenis program literasi media yang
diadakan oleh KPI, maka pada penelitian ini khusus
membahas dan mendalami salah satu program literasi
media yaitu Sosialisasi Pedoman Perilaku Penyiaran
dan Standar Program Siaran (P3SPS). Perbedaan
lainnya adalah teori dan pendekatan penelitian yang
digunakan.
2. Skripsi berjudul “Efektivitas Penggunaan Sistem
Barcode dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan
Information Operation Division (IOD) Bank Syariah
Mandiri”.17
Pada penelitian ini penulis menguji
apakah sistem barcode dapat meningkatkan kinerja
karyawan bidang Information Operation Division di
Bank Syariah Mandiri.
17
Didi Triadi, Efektivitas Penggunaan Sistem Barcode
dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan Information Operation
Division (IOD) Bank Syariah Mandiri, (Jakarta: UIN Jakarta, 2016)
17
Persamaan pada skripsi Didi ini terletak pada
metode yang digunakan yaitu metode eksperimen
pretest dan posttest. Sedangkan perbedaannya terletak
pada variabel yang diteliti.
3. Skripsi berjudul, “Efektivitas Leaflet Sebagai Media
Sosialisasi Program Gerakan Bebas Plastik”.18
Pada
penelitian ini penulis menguji efektivitas Leaflet
sebagai media sosialisasi program gerakan bebas
plastik, menggunakan metode eksperimen pretest-
posttest. Penguji berusaha menguji efektivitas leaflet
pada perubahan kognitif, afektif dan konatif yang
terjadi kepada pembaca leaflet.
Persamaan dalam skripsi Irinne ini terletak pada
pendekatan dan metode yang digunakan, yaitu
eksperimen, serta serta tujuan dalam penelitian ini
yaitu untuk menguji perubahan kognitif, afektif dan
konatif pada variabel.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini menggunakan
pedoman penulisan karya ilmiah yang telah diputuskan
sesuai Keputusan Rektor UIN Jakarta Nomor 507 Tahun
2017. Terdapat lima bab yang terdiri dari subab-subab
yang berkaitan. Adapun sistematika sebagai berikut:
18
Irinne, Efektivitas Leaflet Sebagai Media Sosialisasi
Program Gerakan Bebas Plastik, (Bogor: Institut Pertanian Bogor,
2016)
18
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, batasan masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kajian
terdahulu, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi konsep dan teori yang digunakan. Adapun
teori dan konsep yang digunakan adalah teori efektivitas,
konsep P3SPS dan konsep literasi media. Selain teori dan
konsep, bab ini juga berisi kerangka pemikiran dan
Hipotesis penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi pendekatan penelitian, metode penelitian,
ruang lingkup penelitian, metode pengumpulan data,
populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, variabel
penelitian, hipotesis penelitian, uji instrumen, dan teknik
analisis data.
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Bab ini berisi hasil temuan penelitian dan pembahasan
terkait temuan yang telah diolah untuk dikorelasikan
dengan teori dan konsep yang peneliti gunakan pada
penelitian ini.
BAB V KESIMPULAN
Bab ini berisi kesimpulan dari rumusan masalah
penelitian, serta beberapa saran dari peneliti untuk peneliti
lain jika ingin melakukan penelitian yang serupa atau jika
ingin melanjutkan penelitian ini.
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Efektivitas
1. Pengertian Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efek, yang berarti
tanggapan, reaksi komunikan terhadap pesan yang
disampaikan oleh komunikator.19
Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) efektivitas atau keefektifan
adalah keadaan berpengaruh, dan keberhasilan usaha atau
tindakan. Jadi efektivitas efektivitas ini berorientasi pada
tercapainya hasil akhir. Peter Drucker mengatakan bahwa
efektivitas adalah melakukan pekerjaan yang benar dan
kunci keberhasilan.20
Jadi efektivitas adalah tercapainya suatu tujuan
yang diharapkan dan telah direncanakan secara matang,
melalui proses pencapaian yang besar.21
Menurut
beberapa ahli, efektivitas didefinisikan sebagai berikut:
a. Siagian, mendefinisikan efektivitas sebagai suatu
pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana
dengan jumlah yang telah ditentukan untuk
menghasilkan sejumlah barang dan jasa sesuai
19
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik,
(Jakarta: Graha Ilmu, 2009), h.59 20
Husein Umar, Business an Introduction, (Jakarta:
Gramedia, 2003), h.73 21
Aswar Annas, Interaksi Pengambilan Keputusan
Keputusan dan Evaluasi Kebijakan (Celebes Media Perkasa:2017),
h.74
20
kegiatan yang dijalankan. Efektivitas sendiri
merujuk pada keberhasilan dari sasaran yang
ditetapkan. Jika hasil kegiatan mendekati sasaran
yang telah ditetapkan, maka tingkat efektivitasnya
akan semakin tinggi.
b. Emerson, mendefinisikan efektivitas sebagai
pengukuran tercapainya sasaran atau tujuan yang
telah ditetapkan.
c. Bernard, mendefinisikan efektivitas sebagai
pencapaian sasaran yang telah disepakati, serta
memberikan dampak kepuasan dan dampak-
dampak lain sesuai harapan.22
d. Syafaruddin, mendefinisikan efektivitas sebagai
suatu keadaan yang menunjukan keberhasilan
(atau kegagalan) dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.23
Jadi efektivitas menyangkut hasil akhir dari suatu
kegiatan atau program yang telah direncanakan. Hasil
dari rencana tersebut efektif jika terdapat pengaruh atau
timbalbalik, tercapainya suatu tujuan, penetapan sasaran,
materi yang disampaikan, metode penyampaian serta
sarana dan prasarana yang digunakan.
22
Aswar Annas, Interaksi Pengambilan Keputusan
Keputusan dan Evaluasi Kebijakan (Celebes Media Perkasa:2017),
h.74-75 23
Mukhtar dkk., Efektivitas Kepemimpinan, (Yogyakarta:
Deepublish, 2016), h.28
21
2. Ukuran Efektivitas
Pengukuran nilai keefektifan juga diperlukan
untuk mengetahui sejauh mana dampak, manfaat atau
pengaruh yang ditimbulkan dari program kegiatan yang
dilaksanakan, sehingga dari pengukuran keefektifan akan
mendeskripsikan tingkat keberhasilan program kegiatan
tersebut.
Menurut Effendy, efektivitas terjadi jika berhasil
memengaruhi ketiga konsep berikut:
a. Efek kognitif, berkaitan dengan kesadaran,
pengetahuan dan peningkatan inteletualitas.24
Memeroleh pengetahuan berarti memeroleh
informasi, dan dari informasi tersebut akan
mengurangi ketidakpastian. Seperti pernyataan
yang disampaikan oleh Wilbur Schramm (1977),
informasi merupakan segala sesuatu yang dapat
mengurangi ketidakpastian atau mengurangi
jumlah kemungkinan alternatif dalam suatu
situasi.25
Maksudnya adalah, segala hal yang
mulanya berbentuk perkiraan atau ketidakpastian
dan masih dipertanyakan, akan berkurang
ketidakpastiannya, bahkan terjawab perkiraan dan
24
Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi, ( Bandung:
Remaja RosdaKarya, 2008), h.7 25
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung:
Remaja RosdaKarya, 2011), h.221
22
pertanyaannya melalui pengetahuan-pengetahuan
yang diperoleh.
b. Efek afektif, berkaitan dengan sikap dan emosi.
Jika efek kognitif adalah untuk meningkatkan
intelektualitas, maka efek afektif adalah untuk
menggerakan hati atau perasaan.26
Menurut Ach,
sikap terbentuk dari organisasi kognitif. Ach
menyimpulkan, “There can’t therefore be a theory
of a attitudes or of social action that is not
grounded in an examination of their cognitive
foundation”. (Tidak akan ada teori sikap atau aksi
sosial yang tidak didasarkan pada penyelidikan
tentang dasar-dasar kognitif).27
Jadi, hati akan tergerak pada suatu hal, jika
sebelumnya telah memiliki bekal pengetahuan
tentang latar belakang hal tersebut. Selain
organisasi kognitif, stimulus juga berpengaruh
dalam memberikan efek afektif. Menurut Bandura,
afektif terjadi jika hal tersebut dapat menarik
perhatian, terjadi berulang-ulang atau
menimbulkan perasaan positif (memuaskan secara
psikologis).28
Dari stimulus tersebut akan
26
Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi, ( Bandung:
Remaja RosdaKarya, 2008), h.7 27
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung:
Remaja RosdaKarya, 2011), h.231 28
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, h.238
23
menggerakan hati seseorang untuk bertindak sama
seperti yang dilihat dan dirasakannya.
c. Efek behavioral atau konatif, berkaitan dengan
perilaku atau tindakan.29
Perubahan atau
pembentukan perilaku dan keterampilan ini tidak
hanya berdampak bagi individu, melainkan juga
bagi orang lain. Karena secara tidak langsung,
tindakan yang kita lakukan akan dipelajari oleh
orang lain, diingat, dijadikan motivasi dan
berdampak pada peniruan perilaku.
Namun, menurut adaptasi Gonzales, meskipun ketiga
efek ini saling berkaitan, tidak menutup kemungkinan
terjadinya independen.30
Maksud pernyataan Gonzales
bahwa efektivitas itu tidak selalu dipusatkan pada ketiga
efek tersebut. Mencapai salah satu dari ketiga aspek
tersebut pun sudah dapat dikatakan efektif.
B. Literasi Media
1. Literasi Media
Literasi media adalah pendidikan yang bertujuan
untuk meningkatkan pemahaman atas cara kerja media,
cara media memproduksi makna, cara media organisasi
dan cara media mengkonstruksi realitas, serta bertujuan
memberikan kemampuan pada siswa untuk membuat
29
Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi, ( Bandung:
Remaja RosdaKarya, 2008), h.6-7 30
Rochat, Elvino, Komunikasi Pembangunan dan
Perubahan Sosial, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.110
24
produk-produk media” (Pungente, 2002). Menurut
National Leadership Conference on Media Education
menyatakan konsep literasi media sebagai
“kemampuan untuk mengakses,
menganalisis, mengevaluasi dan
mengkomunikasikan pesan dalam berbagai
bentuknya”.31
Kedua definisi tersebut menunjukan bahwa literasi
media tidak hanya mengingkan seorang menjadi
penikmat media saja, melainkan dituntut memahami
prosedur dalam media, juga dituntut untuk memahami
konten yang dipublikasikan oleh media. Sehingga publik
mampu menjadi pengawas sekaligus pengontrol media.
2. Indikator Masyarakat Melek Media
Dikutip dari buku saku Literasi Media Televisi
KPI, bahwa indikator khalayak kritis media terbagi
menjadi tujuh indikator, yaitu:
a. Peserta memahami tentang isu-isu liputan media.
b. Menyadari media bisa memengaruhi gaya hidup,
sikap dan nilai.
c. Kritis terhadap pesan media.
31
Darwadi, “Media Baru Sebagai Informasi Budaya Global”
jurnal ini diakses pada 18 Januari 2019 dari
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=532710&
val=8101&title=MEDIA%20BARU%20SEBAGAI%20INFORMAS
I%20BUDAYA%20GLOBAL%20%20-
Membudayakan%20Literasi%20Media%20Internet%20pada%20An
ak%20dan%20Remaja-
25
d. Mengembangkan sensitivitas terhadap isi media
karena berkait dengan kebudayaan.
e. Memahami persoalan pemikiran, financial, dan
regulasi yang berpengaruh pada industry media.
f. Memperhitungkan peran media dalam membuat
keputusan individual.
g. Mampu memengaruhi media.32
C. Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program
Siaran (P3SPS)
1. Pengertian P3SPS
Pada Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan
Standar Program Siaran (SPS), definisi Pedoman Perilaku
Penyiaran dalam Bab I Pasal 1, adalah ketentuan-
ketentuan bagi lembaga penyiaran yang ditetapkan oleh
Komisi Penyiaran Indonesia sebagai panduan tentang
batasan perilaku penyelenggaraan penyiaran dan
pengawasan penyiaran nasioanl.33
Sedangkan, Standar Program Siaran adalah standar
isi siaran yang berisi tentang batasan-batasan, pelarangan,
kewajiban, dan peraturan penyiaran, serta sanksi
32
Azimah Soebagijo dan Idy Muzayyad, Buku Saku Literasi
Media Televisi, (Jakarta: KPI, 2013), h.1 33
Komisi Penyiaran Indonesia, Pedoman Perilaku
Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) Tahun 2012
(Jakarta: KPI, 2018), h.6
26
berdasarkan Pedoman Perilaku Penyiaran yang
ditetapkan oleh KPI.34
Jadi P3SPS merupakan pedoman yang dibentuk
oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) terkait ketentuan
perilaku lembaga penyiaran dan ketentuan program
siaran yang ditayangkan di televisi.
2. Tujuan P3SPS
Bab II Pasal 4, menyatakan bahwa Pedoman Perilaku
Penyiaran (P3) memberi arah dan tujuan agar lembaga
penyiaran:
a. Menjunjung tinggi dan meningkatkan rasa
persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
b. Meningkatkan kesadaran dan ketaatan terhadap
hukum dan segenap peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia;
c. Menghormati dan menjunjung tinggi norma dan
nilai agama dan budaya bangsa yang
multikultural;
d. Menghormati dan menjunjung tinggi etika profesi
yang diakui oleh peraturan perundang-undangan;
e. Menghormati dan menjunjung tinggi prinsp-
prinsip demokrasi;
34
Komisi Penyiaran Indonesia, Pedoman Perilaku
Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) Tahun 2012
(Jakarta: KPI, 2018), h.38
27
f. Menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi
manusia;
g. Menghormati dan menjunjung tinggi hak dan
kepentingan publik;
h. Menghormati dan menjunjung tinggi hak anak-
anak dan remaja;
i. Menghormati dan menjunjung tinggi hak orang
dan atau kelompok masyarakat tertentu; dan
j. Menghormati dan menjunjung tinggi prinsip-
prinsip jurnalistik.35
Sedangkan tujuan Standar Program Siaran (SPS)
tertera pada Bab II Pasal 2, bahwa:
a. Memperkokokh integrasi nasional, terbinanya
watak dan jati diri bangsa yang beriman dan
bertaqwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, dalam
rangka membangun masyarakat yang mandiri,
demokratis, adil dan sejahtera;
b. Mengatur program siaran untuk kemanfaatan
sebesar-besarnya bagi masyarakat; dan
c. Mengatur program siaran agar tidak bertentangan
dengan nilai-nilai yang hidup dan berkembang
dalam masyarakat.36
35
Komisi Penyiaran Indonesia, Pedoman Perilaku Penyiaran
dan Standar Program Siaran (P3SPS) Tahun 2012 (Jakarta: KPI,
2018), h.10 36
Komisi Penyiaran Indonesia, Pedoman Perilaku Penyiaran
dan Standar Program Siaran (P3SPS) Tahun 2012 (Jakarta: KPI,
2018), h.44
28
3. Fungsi P3SPS
Pada pembukaan Pedoman Perilaku Penyiaran
(P3) ayat (a) menyatakan bahwa dalam rangka peraturan
perilaku lembaga penyiaran Indonesia dibutuhkan suatu
pedoman yang wajib dipatuhi agar pemanfaatan frekuensi
radio sebagai ranah publik yang merupakan sumber daya
alam terbatas dapat senantiasa ditujukan untuk
kemaslahatan masyarakat sebesar-besarnya;37
Fungsi Standar Program Siaran (SPS) pada Bab II
Pasal 3 menyatakan bahwa Standar Program Siaran
ditetapkan agar lembaga penyiaran dapat menjalankan
fungsinya sebagai media informasi, pendidikan, hiburan,
kontrol, perekat sosial, dan pemersatu bangsa.38
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis menurut Kerlinger (1973) merupakan dugaan
sementara terhadap masasalah penelitian yang mengkaitkan
antara hubungan dua variabel. Hubungan dua variabel ini
akan menimbulkan dua hipotesis, yaitu hipotesis kerja dan
hipotesis nol. Hipotesis nol (H0) menduga tidak adanya
hubungan antara dua variabel. Sedangkan hipotesis kerja
(H1) menduga adanya keterkaitan antara dua variabel.39
Jika
37
Komisi Penyiaran Indonesia, Pedoman Perilaku Penyiaran
dan Standar Program Siaran (P3SPS) Tahun 2012, h.2 38
Komisi Penyiaran Indonesia, Pedoman Perilaku Penyiaran
dan Standar Program Siaran (P3SPS) Tahun 2012, h. 44 39
Muri Yusuf, Metode Penelitian, (Jakarta: Kencana, 2014), h.130-
131
29
kita rumuskan dengan penelitian ini maka hipotesisnya
adalah sebagai berikut:
H0 : Program Sekolah Pedoman Perilaku Penyiaran
dan Stadar Program Siaran (P3SPS) tidak efektif
dalam literasi media televisi di Komisi Penyiaran
Indonesia (KPI) Pusat
H1 : Program Sekolah Pedoman Perilaku Penyiaran
dan Stadar Program Siaran (P3SPS) efektif dalam
literasi media televisi di Komisi Penyiaran
Indonesia (KPI) Pusat.
E. Kerangka Pemikiran
Efektivitas 1. Kognitif 2. Afektif 3. Konatif
Sekolah P3SPS
Bagan 2.1: Kerangka Pemikiran
30
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah quasi eksperimen atau eksperimen semu.
Eksperimen ini adalah jenis eksperimen yang bertujuan
untuk menunjukan hubungan sebab akibat.40
Desain penelitian yang digunakan adalah jenis
ekperimen pretest and posttest group. Pada jenis
penelitian ini, variabel akan terlebih dahulu diuji (pretest).
Setelah diuji, variabel akan diberikan stimulus
(treatment), kemudian diukur kemabali (posttest).41
Sehingga dapat dilihat reaksi variabel setelah diberikan
stimulus.42
Berdasarkan penjelasan ini, maka teknik
eksperimen yang akan digunakan adalah one group
pretest-posttest. Teknik analisis data ini juga bertujuan
untuk menjelaskan dan memprediksi gerak atau arah
kecenderungan suatu variabel terikat di masa yang akan
datang.43
Berdasarkan langkah-langkah penelitian
eksperimen pretest-posttest group, maka peneliti akan
40
Ertambang, Panduan Praktis Riset Eksperimen, (Jakarta:
Indeks, 2016), h.12 41
Bambang, Lina, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan
Aplikasi,(Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 158-161 42
Bambang, Lina, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan
Aplikasi, h. 49 43
Siyoto Sandu, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta:
Literasi Media Publishing, 2015), h.22
32
terlebih dahulu menguji peserta sekolah P3SPS (pretest).
Kemudian, peserta akan mengikuti serangkaian sekolah
P3SPS di KPI Pusat selama tiga hari. Setelah menjalani
perlakuan, maka peserta akan diuji kembali (posttest).
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan
tingkat perubahan peserta sebelum dan sesudah diberikan
perlakuan. Maka akan terlihat pula tingkat efektifitas
Sekolah P3SPS yang diadakan oleh KPI Pusat.
Bagan 3.1: Rumus Metode Experimen One Group Pretest-Posttest
Keterangan:
1. O1 adalah Pretest
2. X adalah Stimulus (Treatment)
3. O2 adalah post test
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi menurut Sugiyono adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.44
Singkatnya, populasi adalah
44
Siyoto Sandu, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta:
Literasi Media Publishing, 2015),h.64
O1 X O2
33
seluruh subjek penelitian.45
Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh angkatan sosialisasi P3SPS di
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang akan
dijadikan sumber data karena memiliki karakteristik
tertentu sesuai penelitian.46
Singkatnya sampel adalah
perwakilan dari populasi yang akan diteliti atau
dijadikan responden.47
Sampel yang diambil oleh
peneliti adalah peserta sosialisasi P3SPS angkatan
XXXIV.
C. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada
penelitian ini adalah teknik sampel nonprobabilitas.
Teknik ini merupakan teknik penarikan sampel yang
tidak mengikuti panduan probabilitas matematis.48
Keunggulan dari teknik sampel nonprobabilitas adalah
sifatnya yang mampu merepresentasi populasi
45
Iskandar, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial:
Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: Gaung Persada Perss, 2010), h. 68 46
Sofiyan Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta:
Kencana, 2014), h. 30. 47
Iskandar, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial:
Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: Gaung Persada Perss, 2010), h.68 48
Morissan, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: Kencana,
2014), h.113
34
sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan
terhadap populasi.49
Adapun tipe penarikan sampel yang digunakan
adalah purposive sampling. Purposive Sampling
adalah metode penetapan sampel karena memiliki
kriteria dan alasan tersentu.50
Teknik ini digunakan
jika pada penentuan sampel harus berdasarkan
kriteria-kriteria, alasan tertentu, dan adanya
pertimbangan.51
Dalam buku Morissan, sampel
terpilih ini mencakup responden, subjek atau elemen
yang dipilih karena memiliki karateristik atau kualitas
tertentu.52
Sampel yang akan digunakan pada penelitian ini
adalah peserta Sekolah P3SPS angkatan XXXIV.
Setiap angkatan pada sekolah ini berkisar 28-40 orang
peserta setiap angkatan. Tipe penarikan sampel ini
digunakan karena memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Sampel merupakan peserta yang akan
mengikuti Sekolah P3SPS selama tiga hari
berturut-turut.
2. Peneliti menggunakan eskperimen kuasi
pretest-posttest group sebagai desain
49
Morissan, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: Kencana,
2014), h.114 50
Sofiyan Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta:
Kencana, 2014), h. 33. 51
Eriyanto, Teknik Sampling, (Yogyakarta: LKiS
Yogyakarta, 2007), h. 250-251 52
Morissan, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: Kencana,
2014), h.117
35
penelitian. Sehingga yang dapat dijadikan
sampel adalah angkatan yang akan mengikuti
Sekolah P3SPS dan tidak memungkinkan
angkatan-angkatan terdahulu untuk dijadikan
sampel karena tidak dapat diuji pretest.
D. Ruang Lingkup Penelitian
1. Tempat Penelitian
Adapun penelitian ini dilaksanakan pada semester
genap di Kantor Komisi Penyiaran Indonesia Pusat,
yang berlokasi di Jl. Ir. H. Djuanda No. 36,
RT.07/Rw.02, Gambir, Kota Jakarta Pusat, 10120.
Telepon: (021) 6340713.53
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 7
bulan dengan rincian sebagai berikut:
53
Komisi Penyiaran Indonesia Pusat”Beranda KPIP”,
diakses pada 22 Februari 2018 dari http://kpi.go.id/index.php/id/,
No Kegiatan
Penelitian
2018 2019
03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 01 02
1 Proposal
penelitian √
2 Penyusunan
Bab 1, 2, 3 √ √
3 Persiapan dan
perencanaan √ √
3 Riset √
4 Observasi √
36
E. Sumber Data
Sumber data yang peneliti gunakan sebagai media
dalam pegumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Data Primer adalah data yang dikumpulkan oleh
peneliti langsung dari sumber pertama atau subjek
yang diteliti. Dalam penelitian ini, data primernya
adalah peserta yang mengikuti sekolah P3SPS.
2. Data Sekunder adalah data yang mudah didapatkan
karena sudah dalam bentuk artikel, jurnal, buku, dan
dokumentasi lainnya. Dalam penelitian ini, data
sekunder yang peneliti gunakan adalah profil KPI,
P3SPS, Undang-undang Penyiaran Nomor 32 Tahun
2002, penelitian terdahulu, artikel, jurnal dan buku.
F. Teknik Pegumpulan Data
Dalam pengumpulan informasi dan data, peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah kemampuan seseorang dalam
mengamati suatu objek menggunakan pancaindra.
5 Pengumpulan
data
√
6 Penyusunan
Bab 4 dan 5
√
7 Sidang Skripsi √
Tabel 3.1: Jadwal Penelitian
37
Maka metode observasi adalah pengumpulan data
guna mengumpulkan informasi dan data penelitian
melalui pengamatan dan pancaindra.54
Observasi yang akan dilakukan pada penelitian ini
adalah dengan mengamati dan mengikuti proses
pelaksanaan sekolah P3SPS angkatan XXXIV yang
dilaksanakan pada bulan Oktober 2018. Tujuannya
agar peneliti dapat merasakan secara langsung
kegiatan sekolah P3SPS, memahami materi-materi
yang disampaikan, serta dapat menambah data-data
penelitian.
2. Angket
Angket adalah metode pungumpulan data melalui
lembaran berisi pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
telah disusun oleh peneliti, tujuannya untuk
memeroleh informasi tentang apa yang dialami dan
diketahui oleh responden.55
Pada penelitian ini, Angket yang disebarkan berisi
pertanyaan-pertanyaan mengenai tingkat pengetahuan,
sikap dan perilaku sebelum dan sesudah mengikuti
Sekolah P3SPS. Maka angket yang diberikan kepada
sampel adalah angket pretest dan posttest. Kuesioner
ini ditujukan kepada peserta Sekolah P3SPS angkatan
XXXIV pada bulan Desember 2018. Pretest adalah uji
54
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media
Group, 2011), h.118 55
Siyoto Sandu, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta:
Literasi Media Publishing, 2015), h.79
38
tes terhadap peserta sebelum diberikan perlakuan
Sekolah P3SPS, tujuannya untuk mengetahui seberapa
besar intelektualitas dan partisipatif peserta terhadap
media televisi sebelum mengikuti Sekolah P3SPS.
Sedangkan Posttest adalah uji tes terhadap peserta
sesudah diberikan perlakuan Sekolah P3SPS untuk
mengetahui seberapa besar peningkatan intelektualitas
dan partisipatif peserta sebagai akibat adanya Sekolah
P3SPS.
Jenis angket yang akan peneliti gunakan adalah
angket check list (centang). Pada angket jenis tertutup
ini, peneliti sudah menyediakan jawaban terstruktur,
sehingga reponden hanya perlu membubuhi tanda
centang pada kolom jawaban yang dianggap benar.56
Skala yang digunakan untuk memberikan jawaban
atau nilai pada butiran pertanyaan kuesioner adalah
skala linkert. Skala Linkert biasanya berupa penilaian
seperti Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju
(TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS), dengan skala
nilai dari terbesar sampai tekecil.
3. Dokumentasi
Dokumen adalah kumpulan catatan peristiwa-
peristiwa yang telah lalu, biasanya berupa tulisan,
seperti surat, jurnal, buku, majalah, buku harian, atau
56
Siyoto Sandu, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta:
Literasi Media Publishing, 2015),h.80
39
dapat berupa gambar, karya monumental dan
dokumen-dokumen lainnya.57
Adapun dokumentasi yang peneliti gunakan
berupa Pedoman Perilaku Penyiaran Indnesia Tahun
2012, Undang-undang Penyiaran Nomor 32 Tahun
2002, foto saat pengisian kusioner oleh responden,
dan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini.
G. Teknik Pengolahan Data
1. Uji Validitas
Validitas adalah kebenaran yaitu menunjukan
seberapa besar alat ukur mampu mengukur apa yang
hendak diukur. Maka Uji validitas yang digunakan
pada penelitian in adalah validitas konstruk. Validitas
konstruk bertujuan mengukur suatu alat ukur
(kuesioner) untuk mengetahui valid atau tidaknya
setiap butir pertanyaan pada suatu alat ukur tersebut.
Uji validitas konstruk diukur menggunakan tabel
product moment. Pada validitas ini, hasil rhitung akan
dibandingkan dengan rtabel. Jika rhitung > rtabel, maka
hasilnya valid. rtabel diambil sesuai dengan jumlah
reponden pada uji validitas. Pengukuran rtabel dapat
dilihat pada tabel pearson product moment.58
57
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media
Group, 2011). h.125-126 58
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, (Kencana:
Jakarta, 2014). h.46-47
40
Penelitian ini menggunakan Microsoft Excel 2013
untuk menghitung tingkat validitas pada tiap butir
pertanyaan.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas digunakan untuk mengukur tingkat
konsistensi dari hasil pengukuran validitas. Teknik
yang digunakan untuk mengukur reliabilitas instrumen
ini adalah menggunakan teknik internal consistency,
yaitu pengukuran reliabilitas hanya sekali ukur.59
Metode yang dipilih untuk menghitung reliabilitas
internal consistency adalah Alpha Cronbach. Adapun
rumusanya sebagai berikut:60
(
∑ )
Keterangan :
= Reliabilitas instrumen
= jumlah butir pertanyaan
∑ = jumlah Varians
= varians total
Untuk menghitung reliabilitas, peneliti
menggunakan program Microsoft Excel 2013.
Kemudian hasil reliabilitas dapat diukur dan
59
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, h.55-56 60
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, h.56-58
41
dicocokan dengan tabel tingkat reliabilitas. Tabel
tingkat reliabilitas dapat dilihat pada kolom berikut:
Reliabilitas Kriteria
0,90-1,00 Sangat Tinggi
0,70-0,90 Tinggi
0,40-0,70 Cukup
Tabel 3.2: Kriteria Reabilitas
3. Uji Normalitas
Pelaksanaan uji normalitas bertujuan untuk
mengukur dan mengetahui apakah kuesioner telah
terdistribusi dengan normal atau tidak. Pada penelitian
ini jenis uji normalitas yang digunakan adalah
Kolmogorov-Smirnov (K-S), yaitu pendistribusian
dinyatakan normal apabila hasil signifikansi >0,05.
Program yang digunakan untuk mengukur normalitas
pada penelitian ini adalah SPSS 23.
4. Uji T test
Teknik pengolahan data yang digunakan pada
penelitian ini adalah Uji Parametrik dengan metode
ttest. Peneliti menggunakan SPSS sebagai program
untuk menghitung ttest. Adapun jenis penghitungan ttest
yang digunakan adalah sample paired test, dengan
pengukuran apabila sig (2-tailed) < 0,05, maka
terdapat hubungan atau pengaruh.
42
5. Hipotesis
Hipotesis berasal dari dua kata yaitu hupo dan
thesis. Hupo berarti sementara dan thesis berarti
pernyataan. Maka hipotesis adalah pernyataan
sementara, sehingga perlu diuji kebenarannya.
Jenis hipotesis yang digunakan untuk penelitian ini
adalah hipotesis komparatif, yaitu hipotesis yang
digunakan untuk permasalahan penelitian yang
bersifat perbandingan. Dan taraf signifikansi (alpha)
yang diambil adalah 5% atau 0,05. Rumusan Hipotesis
adalah sebagai berikut:
H0 = µd = 0
H1 = µd ≠ 0
Keterangan:
H0 = tidak adanya hubungan atau pengaruh antar dua
variabel atau lebih
H1 = adanya hubungan atau pengaruh antar dua variabel
atau lebih.
43
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Responden
Secara umum, responden pada penelitian ini
adalah peserta sekolah Pedoman Perilaku Penyiaran dan
Standar Program Siaran (P3SPS) di Komisi Penyiaran
Indonesia (KPI) Pusat dengan jumlah 30 orang peserta.
Hal yang perlu diperhatikan pada karakteristik responden
adalah jabatan karena berpengaruh pada variabel yang
diteliti, yaitu tingkat efektifitas sekolah P3SPS. Seberapa
besar peningkatan atau efek yang terjadi sebelum dan
sesudah mengikuti sekolah ini. Jabatan pada responden
terbagi menjadi tiga, yaitu praktisi media, mahasiswa dan
Umum.
NO JABATAN JUMLAH PERSEN
1 Praktisi Media 20 66%
2 Mahasiswa 5 16,5%
3 Masyarakat Umum 5 16,5%
Tabel 4.1: Jabatan Responden
Mayoritas peserta diprioritaskan bagi praktisi
media karena P3SPS merupakan pedoman bagi industri
media dan praktisinya. Sehingga KPI berharap dengan
adanya sekolah ini, para praktisi media mampu
mengembangkan dan mengimplementasikan hasil yang
diperoleh selama mengikuti sekolah ini. Sedangkan bagi
44
masyarakat umum, bertujuan mengenalkan P3SPS dan
diharapkan mampu memberi andil dalam mengontrol
media.
B. Pengolahan Uji Instrumen
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui tingkat
keterwakilan kuesioner dalam meneliti objek yang
diteliti, sehingga dapat mengetahui butiran-butiran
pertanyaan yang mana sajakah yang dapat dijadikan
data primer dalam penelitian. Untuk menguji validitas
pada kuesioner, peneliti menggunakan rumus korelasi
Pearson Product Moment, dengan membandingkan
tingkat validitas pada tiap butir-butir kuesioner dengan
tabel korelasi r.
Berdasarkan jumlah kuesioner yang disebarkan
kepada 29 responden dengan tingkat signifikansi 5%,
maka tiap butir pertanyaan atau r hitung harus lebih
besar dari r tabel yaitu 0,367. Sedangkan, jika r hitung
< r tabel, maka butir pertanyaan itu dianggap tidak
valid.
Peneliti menganalisis validitas menggunakan
Microsoft Excel 2013, maka dari hasilnya dapat
disimpulkan bahwa dari total 72 butir pertanyaan
terdapat 45 butir yang dinyatakan valid sedangkan 27
butir lainnya tidak valid. Adapun tabel hasil uji
validitasnya sebagai berikut:
45
Item Koefisiensi
r Hitung
Koefisiensi
r Tabel
Kesimpulan
Butir 1 0,296 0,367
TIDAK
VALID
Butir 2 0,498 0,367 VALID
Butir 3 0,458 0,367 VALID
Butir 4 0,606 0,367 VALID
Butir 5 0,466 0,367 VALID
Butir 6 0,406 0,367 VALID
Butir 7 0,144 0,367
TIDAK
VALID
Butir 8 0,371 0,367 VALID
Butir 9 0,185 0,367
TIDAK
VALID
Butir 10 0,494 0,367 VALID
Butir 11 0,375 0,367 VALID
Butir 12 0,424 0,367 VALID
Butir 13 0,371 0,367 VALID
Butir 14 0,444 0,367 VALID
Butir 15 0,439 0,367 VALID
Butir 16 -0,055 0,367 TIDAK
46
VALID
Butir 17 0,165 0,367
TIDAK
VALID
Butir 18 0,448 0,367 VALID
Butir 19 0,039 0,367
TIDAK
VALID
Butir 20 0,488 0,367 VALID
Butir 21 0,486 0,367 VALID
Butir 22 0,044 0,367
TIDAK
VALID
Butir 23 0,317 0,367
TIDAK
VALID
Butir 24 0,440 0,367 VALID
Butir 25 0,418 0,367 VALID
Butir 26 0,277 0,367
TIDAK
VALID
Butir 27 0,309 0,367
TIDAK
VALIID
Butir 28 0,445 0,367 VALID
Butir 29 0,502 0,367 VALID
Butir 30 0,230 0,367
TIDAK
VALID
47
Butir 31 0,420 0,367 VALID
Butir 32 0,255 0,367
TIDAK
VALID
Butir 33 0,249 0,367
TIDAK
VALID
Butir 34 0,402 0,367 VALID
Butir 35 0,208 0,367
TIDAK
VALID
Butir 36 0,419 0,367 VALID
Butir 37 0,227 0,367
TIDAK
VALID
Butir 38 0,197 0,367
TIDAK
VALID
Butir 39 0,365 0,367
TIDAK
VALID
Butir 40 0,419 0,367 VALID
Butir 41 0,214 0,367
TIDAK
VALID
Butir 42 0,033 0,367
TIDAK
VALID
48
Butir 43 0,431 0,367 VALID
Butir 44 0,326 0,367
TIDAK
VALID
Butir 45 0,368 0,367 VALID
Butir 46 0,315 0,367
TIDAK
VALID
Butir 47 0,433 0,367 VALID
Butir 48 0,386 0,367 VALID
Butir 49 0,447 0,367 VALID
Butir 50 0,510 0,367 VALID
Butir 51 0,101 0,367
TIDAK
VALID
Butir 52 0,458 0,367 VALID
Butir 53 0,160 0,367
TIDAK
VALID
Butir 54 0,511 0,367 VALID
Butir 55 0,511 0,367 VALID
Butir 56 0,489 0,367 VALID
Butir 57 0,567 0,367 VALID
Butir 58 0,565 0,367 VALID
49
Butir 59 0,533 0,367 VALID
Butir 60 0,329 0,367
TIDAK
VALID
Butir 61 0,547 0,367 VALID
Butir 62 0,444 0,367 VALID
Butir 63 0,245 0,367
TIDAK
VALID
Butir 64 0,368 0,367 VALID
Butir 65 0,547 0,367 VALID
Butir 66 0,536 0,367 VALID
Butir 67 0,456 0,367 VALID
Butir 68 0,387 0,367 VALID
Butir 69 0,207 0,367
TIDAK
VALID
Butir 70 0,384 0,367 VALID
Butir 71 0,326 0,367
TIDAK
VALID
Butir 72 0,454 0,367 VALID
Tabel 4.2: Ringkasan Hasil Uji Validitas
50
2. Uji Reliabilitas
Teknik yang digunakan untuk mengukur uji
reliabilitas ini adalah teknik Alpha Cronbach, dengan
rumus sebagai berikut:
(
∑ )
Keterangan :
= Reliabilitas instrumen
= jumlah butir pertanyaan
∑ = jumlah Varians
= varians total
Uji reliabilitas ini dihitung menggunakan program
Microsoft Excel 2013 dengan perolehan hasil 0,93.
Perolehan ini menyatakan bahwa tingkat reliabilitas
pada kuesioner ini sangat tinggi, sebagaimana tabel
taraf reliabilitas sebagai berikut:
eliabilitas Kriteria
0,90-1,00 Sangat Tinggi
0,70-0,90 Tinggi
0,40-0,70 Cukup
Tabel 4.3: Kriteria Reliabilitas
Hasil uji reliabilitas berada pada tingkat teratas
yaitu berada diantara 0,90-1,00 yang berarti memiliki
tingkat reliabilitas sangat tinggi.
51
3. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui
apakah data yang telah diperoleh terdistribusi dengan
normal atau tidak. Pada penelitian ini uji statistik yang
digunakan untuk mengukur normalitas adalah Uji
Kolmogorov-Smirnov (K-S), sehingga data
dinyatakan normal apabila hasil signifikansi >0,05.
Adapun perolehan uji normalitas yang dihitung
menggunakan program SPSS versi 23 sebagai berikut:
PRE
TEST
POST
TEST
N 30 30
Normal Parametersa,b
Mean 151,6333 163,5333
Std.
Deviation 15,97948 14,04852
Most Extreme
Differences
Absolute ,151 ,157
Positive ,070 ,121
Negative -,151 -,157
Test Statistic ,151 ,157
Asymp. Sig. (2-tailed) ,079c ,059
c
Tabel 4.4: One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Berdasarkan tabel uji normalitas menggunakan K-
S Test, maka hasil signifikansinya >0,05 yaitu untuk
pretets 0,079 > 0,05 dan untuk posttest 0,59 > 0,05.
52
Ini menunjukan bahwa data yang diperoleh dari
pretest dan post test terdistribusi dengan normal.
C. Pengolahan Data
1. Uji T Test
Penulis menggunakan t-test sebagai alat ukur,
karena permasalahan yang peneliti ambil merupakan
uji banding. Sehingga perlu dilakukan analisis
menggunakan hasil uji t-test.
Untuk membuktikan nilai rata-rata yang diperoleh
dari kuesioner, maka peneliti menggunakan paired
sample statistic sebagai pengukurnya. Adapun tabel
tersebut sebagai berikut:
Mean N
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Pair 1 PRE TEST 151,6333 30 15,97948 2,91744
POST
TEST 163,5333 30 14,04852 2,56490
Tabel 4.5: Paired Samples Statistics
Berdsarkan tabel paired sample statistic dapat
disimpulkan bahwa nilai rata-rata 30 responden
sebelum mengikuti sekolah P3SPS sebesar 151,6
sedangkan setelah mengikuti sekolah meningkat
menjadi 163,5. Ini berarti terdapat peningkatan pada
nilai rata-rata peserta.
53
Setelah itu peneliti mengukur apakah terdapat
korelasi atau hubungan antara peserta sebelum dan
sesudah mengikuti Sekolah P3SPS. Peneliti
menggunakan paired sample crelation, sebagaimana
hasilnya pada tabel berikut:
N Correlation Sig.
Pair 1 PRE TEST &
POST TEST 30 ,537 ,002
Tabel 4.6: Paired Samples Correlations
Apabila sig < 0,05 berarti terdapat korelasi antara
sebelum dan sesudah. Maka hasil yang diperoleh
berdasarkan tabel paired sample correlation,
diperoleh korelasi sebesar 0,537, sedangkan
signifikansi 0,002. Hasil ini membuktikan bahwa
terdapat korelasi atau hubungan antara peserta
sebelum mengikuti sekolah P3SPS dan sesudah
mengikuti sekolah P3SPS.
Selanjutnya berdasarkan variabel penelitian ini,
yaitu efektivitas sekolah P3SPS, maka perlu dilakukan
uji hipotesis. Melalui uji hipotesis, maka akan
terjawab apakah sekolah P3SPS ini efektif atau tidak.
Dan untuk membuktikannya peneliti menggunakan
paired sample test pada SPSS versi 23. Hasilnya
dapat dilihat pada tabel berikut:
54
Paired Differences
t df
Sig.
(2-
tailed) Mean
Std.
Deviati
on
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of
the Difference
Lower Upper
-11,90000 14,5468
3
2,655
88 -17,33188 -6,46812 -4,481 29 ,000
Tabel 4.7: Paired Samples Test
Berdasarkan tabel paired sample test, diperoleh
thitung sebesar -4,481 dan signifikansi (2-tailed) sebesar
0,000. Maka apabila hasil sig 0,000 < 0,50 berarti
terdapat hubungan atau pengaruh.
2. Hipotesis
H0 = µd = 0
H1 = µd ≠
Keterangan :
H0 = Sekolah P3SPS tidak efektif dalam literasi
media televisi di KPI Pusat
H1 =Sekolah P3SPS efektif dalam literasi media
televisi di KPI Pusat
a. Menentukan Alpha
α = sebesar 5% atau 0,05
b. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan hipotesis dapat
dilakukan dengan dua cara. Untuk cara pertama
55
menggunakan perbandingan antara thitung dan ttabel.
Keputusannya jika ttabel > thitung maka H0 ditolak,
berarti terdapat pengaruh dan begitu pun
sebaliknya. Adapun caranya pertama bahwa
berdasarkan perolehan nilai thitung pada tabel paired
sample test sebesar = -4,481. Sedangkan ttabel
sebesar 2,048.
Ttabel dapat diperoleh dengan rumus t = t
(α/2; n-k-1). Maka jika dihitung ttabel pada
penelitian ini berdasarkan rumus adalah :
t = (0,05/2; 30-1-1),
t = 0,025 ; 28
t = 2.048
Hasil keputusannya adalah ttabel > thitung
yaitu 2,048 > -4,481 berarti H0 ditolak. Maka
berdsarakan perhitungan ini, keputusannya adalah
sekolah P3SPS efektif dalam literasi media di KPI
Pusat.
Cara pegambilan keputusan kedua, dapat
dilakukan dengan menggunakan perbandingan
antara sig dan α. Keputusannya jika sig < α maka
H0 ditolak, berarti terdapat pengaruh dan
begitupun sebaliknya.
Adapun caranya apabila nilai probabilitas
(Sig) yang diperoleh berada di bawah taraf
signifikansi, maka dapat dikatakan terdapat
pengaruh atau perubahan. Berdasarkan tabel
56
sample paired test diperoleh nilai signifikansi
0,000, dan nilai taraf signifikansi (α) adalah 0,05/2
= 0,025.
Hasil keputusannya adalah sig < α yaitu
0,000 < 0,025 berarti H0 ditolak. Maka
berdasarkan perhitungan ini, keputusannya adalah
sekolah P3SPS efektif dalam literasi media televisi
di KPI Pusat.
D. Pembahasan
1. Efektifitas
Efektivitas terjadi apabila sesuatu yang
direncanakan, telah mencapai keberhasilan.
Keberhasilan terjadi jika tujuan yang diharapkan telah
terealisasi.
Sebagaimana KPI Pusat telah merencanakan
Sekolah P3SPS ini agar sesuai dengan konsep dan
tujuan yang diharapakan. Berdasarkan hasil penelitian,
terdapat keefektifan sekolah P3SPS terhadap peserta
yang telah mengikuti sekolah tersebut. Jika terdapat
pengaruh yang signifikan terhadap peserta, maka
Sekolah P3SPS dikatakan efektif.
Untuk mengukur tingkat efektif, Effendy membagi
ke dalam tiga bagian, yaitu:
a. Efek Kognitif
Efek ini berkaitan dengan pengetahuan,
yaitu terjadinya peningkatan intelektualitas
57
pada peserta Sekolah P3SPS. Berdasarkan 16
butir pertanyaan pada lembar kuesioner, yang
berkaitan dengan efek kognitif peserta,
terdapat peningkatan sebesar 7,81%.
Jika pada pretest pengetahuan dasar
peserta sebesar 84,99% maka setelah
mengikuti sekolah P3SPS tingkat pengetahuan
peserta meningkat menjadi 92,81%. Tingkat
pengetahuan peserta terbilang cukup tinggi,
melihat mayoritas peserta merupakan praktisi
media.
Berdasarkan efek konatif peserta setelah
menikuti Sekolah P3SPS, terdapat peningkatan
pengetahuan mengenai dasar-dasar penyiaran,
tujuan penyiaran, peraturan penyiaran yang
berlaku, beserta kasus-kasus yang berkaitan.
Peserta juga diberikan pengetahuan mendalam
mengenai P3SPS, khususnya bab-bab tentang
program siaran atas dasar perlindungan anak,
program jurnalistik, seksualitas, kekerasan
serta mistik dan horror.
a. Efek Afektif
Efek ini berkaitan dengan tergeraknya
perasaan atau emosi peserta, sehingga terdapat
peningkatan dalam pengambilan sikap.
Berdasarkan 11 butir pertanyaan pada lembar
58
kuesioner, yang berkaitan dengan efek afektif,
terdapat peningkatan sebesar 6,43%.
Jika pada uji pretest tingkat emosi peserta
sebesar 83,02%, maka pada uji posttest
meningkat menjadi 89,46%. Namun dari tolak
ukur efektivitas, tingkat afektif menjadi bagian
terendah diantara dua ukuran lainnya yaitu
kognitif dan konatif.
Melihat program siaran saat ini, meskipun
pengetahuan para praktisi media cukup tinggi,
namun dalam pengambilan sikap masih belum
sebanding dengan pengetahuannya.
Salah satu contohnya bisa kita lihat pada
penayangan program siaran seperti sinetron
yang menceritakan kisah percintaan, kisah
rumah tangga, perselingkuhan dan konflik
lainnya. Mereka memahami bahwa hal ini
dapat memberikan efek negatif bagi penonton,
namun siaran seperti inilah yang justru laku
dipasaran, sehingga memberikan keuntungan
yang lebih besar bagi stasiun televisi
Tidak hanya dari praktisi media, sikap dari
kalangan mahasiswa dan masyarakat umum
sebagai penikmat televisi juga perlu diarahkan,
agar lebih bijak dalam memilih program siaran
yang akan ditonton.
59
Melalui Sekolah P3SPS ini, peserta diajak
untuk meningkatkan kepedulian terhadap
fungsi utama media televisi, diajak untuk lebih
peduli terhadap pertumbuhan anak yang juga
sebagai penikmat televisi, menumbuhkan
kekhawatiran terhadap dampak negatif televisi,
memotivasi untuk partisipatif dalam
mengontrol media, serta memotivasi untuk
memilih dan memproduksi tayangan yang
sehat dan berkualitas.
b. Efek Konatif
Efek ini berkaitan dengan tindakan, yaitu
peningkatan atau perubahan yang terjadi pada
perilaku atau keterampilan peserta setelah
mengikuti Sekolah P3SPS. Berdasarkan 18
butir pertanyaan pada lembar kueesioner yang
berkaitan dengan efek konatif, terdapat
peningkatan sebesar 7,49%.Jika pada uji
pretest tingkat konatif peserta sebesar 84,30%,
maka pada uji posttest meningkat menjadi
91,80%.
Efek konatif berkaitan dengan perubahan
atau peningkatan baik perilaku maupun
keterampilan pada peserta Sekolah P3SPS.
Peserta diajak untuk mengikuti segenap
peraturan penyiaran yang berlaku, dan ikut
aktif dalam mengntrol media. Tidak hanya itu,
60
selama penyampaian materi, peserta diberikan
kesempatan untuk melakukan sesi tanya jawab,
dan pada akhir Sekolah P3SPS KPI
mengadakan ujian bagi peserta. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
peserta dalam menganalisis dan mengkritisi
kasus-kasus penyiaran.
Oleh sebab itu, Sekolah P3SPS dikatakan efektif
karena mampu memberi peningkatan pada peserta
baik dari segi kognitif, afektif dan konatif.
Sebgaimana hasil keseluruhan pada lembar kuesioner
peserta, bahwa total pretest sebesar 84,15%, dan
postest meningkat menjadi 91,40%. Hal ini
menunjukan bahwa terdapat 7,25% peningkatan pada
sisi kognitif, afektif dan konatif peserta, setelah
mengikuti Sekolah P3SPS.
2. Literasi Media
Literasi media adalah pendidikan yang bertujuan
untuk meningkatkan pemahaman dalam mengakses,
menganalisis, mengevaluasi dan mengkomunikasikan
pesan melalui media. Sebagaimana Sekolah P3SPS
juga memberikan pendidikan dan pemahaman tentang
literasi media. Menurut konsep National Leadership
Conference on Media Education menyatakan definisi
literasi media adalah kemampuan untuk mengakses,
61
menganalisis, mengevaluasi dan mengkomunikasikan
pesan dalam berbagai bentuk.61
Pertama, pemahaman bahwa siaran dapat
dikatakan sukses dan berkualitas jika program tersebut
dapat memberikan dampak positif bagi penonton, dan
selama tidak melanggar ketentuan P3SPS. Sehingga
bukan rating yang menjadi tolak ukur. Seperti dalam
pembukaan P3SPS huruf (a) yang berbunyi:62
“bahwa dalam rangka pengaturan perilaku
lembaga penyiaran di Indonesia dibutuhkan suatu
pedoman yang wajib dipatuhi agar pemanfaatan
frekuensi radio sebagai ranah publik yang merupakan
sumber daya alam terbatas dapat senantiasa ditujukan
untuk kemaslahatan masyarakat sebesar-besarnya”
Kedua, jika mengakses atau menggunakan televisi,
pilihlah program televisi yang dapat menambah
informasi dan meningkatkan pengetahuan, khususnya
tidak memberikan dampak negatif bagi penonton.
Dengan cara seperti ini, akan menurunkan pemasukan
bagi program televisi yang menayangkan program
siaran yang masih dibawah standar kualitas. Sehingga
61
Darwadi, “Media Baru Sebagai Informasi Budaya Global”
jurnal ini diakses pada 18 Januari 2019 dari
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=5327
10&val=8101&title=MEDIA%20BARU%20SEBAGAI%20INF
ORMASI%20BUDAYA%20GLOBAL%20%20-
Membudayakan%20Literasi%20Media%20Internet%20pada%20
Anak%20dan%20Remaja- 62
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Pedoman Perilaku
Penyiaran dan Standar Program Siaran Tahun 2012 (Jakarta:
KPI, 2018), h. 1
62
stasiun televisi akan berusaha meningkatkan kualitas
siarannya. Televisi
Ketiga, menganalisis dampak negatif jika
menayangkan program siaran yang dianggap tidak
berkualitas atau memberikn dampak negatif bagi
masyarakat. Sehingga para praktisi media dapat
menarik kembali atau menyaring konten-konten
negatif dalam program tersebut agar tidak dimuat di
televisi. Seperti dalam P3SPS pasal 11 ayat 1 yang
menyatakan bahwa lembaga penyiaran memiliki
kewajiban untuk memerhatikan manfaat siaran bagi
publik, serta berkewajiban melindungi kepentingan
publik.63
Masyarakat juga memiliki wewenang untuk
mengontrol media. Jika dalam konten-konten siaran
terdapat indikasi pelanggaran peraturan penyiaran,
maka masyarakat perlu melaporkan ke pihak berwajib
yaitu KPI. Seperti dalam UU Penyiaran Nomor 32
Tahun 2002 pasal 52 tentang hak, kewajiban dan
tanggung jawab warga negara Indonesia untuk
mengembangkan penyiaran nasional, perizinan bagi
lembaga atau organisasi untu mengadakan literasi dan
pemantauan lembaga penyiaran, serta dapat
63
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Pedoman Perilaku
Penyiaran dan Standar Program Siaran Tahun 2012 (Jakarta:
KPI, 2018), h. 12
63
mengajukan keberatan kepada KPI bagi program atau
konten siaran yang merugikan.64
Keempat, evaluasi adalah proses penilaian, apakah
program siaran tersebut benar melakukan pelanggaran
penyiaran? Lalu apa sanksi yang pantas diberikan
kepada program siaran tersebut?. Jika memang benar
terdapat pelanggaran, maka harus dijatuhkan sanksi.
Seperti pada P3SPS pasal 75 ayat 1 yang berbunyi:65
“program siaran yang terbukti secara sah
dan meyakinkan melanggar Standar Program
Siaran dijatuhkan sanksi administratif oleh KPI”.
Jika telah terbukti melanggar sebagai mana P3SPS
pasal 75 ayat 1, maka perlu dijatuhi sanksi
adminstratif. Dalam menjatuhi sanksi terdapat
tahapan-tahapan dan ketentuan dalam memberikan
sanksi. Seperti pada P3SPS pasal 75 ayat 2 yang
menyatakan bahwa sanksi administratif dapat berupa
teguran tertulis pertama dan kedua, penghentian
sementara, pembatasan durasi dan waktu siaran, denda
administratif, pembekuan kegiatan siaran, tidak diberi
perpanjangan izin penyelenggaraan penyiaran, sampai
64
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Undang-Undang
Penyiaran Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 (Jakarta:
KPI, 2018), h. 32 65
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Pedoman Perilaku
Penyiaran dan Standar Program Siaran Tahun 2012, h. 79
64
pada tahap akhir yaitu pencabutan izin
penyelanggaraan penyiaran.66
Kelima, mengkomunikasikan pesan dalam
berbagai bentuk. Seperti media menyampaikan pesan
melalui iklan, berita, dan program siaran lainya.
Masyarakat menyampaikan apresiasi terhadap siaran
yang sehat atau melakukan pengaduan terhadap siaran
yang tidak sehat. KPI sebagai lembaga yang
bertanggung jawab mengawasi dan mengontrol media
juga menyampaikan pesan-pesannya melalui berbagai
cara, salah satunya melalui Sekolah P3SPS. Hal utama
yang selalu ditekankan oleh KPI adalah pentingnya
menyiarkan program siaran atas dasar perlindungan
anak dan kepentingan publik.
Seperti yang disampaikan oleh wakil ketua KPI
Pusat, Sujarwanto Rahmat Arifin ketika
menyampaikan materi di Sekolah P3SPS bahwa
“Konsep P3SPS adalah melindungi anak dan remaja”.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Komisioner KPI
bidang pengawasan isi siaran, Mayong Suryo Laksono
saat menyampaikan materi Sekolah P3SPS bahwa
“P3SPS dibuat, tujuan utamanya adalah tentang
perlindungan anak. Seperti dalam UU Penyiaran
66
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Pedoman Perilaku
Penyiaran dan Standar Program Siaran Tahun 2012 (Jakarta:
KPI, 2018), h. 79
65
pasal 36 ayat 3”. UU Penyiaran Nomor 32 Tahun
2002 pasal 36 ayat 3 berbunyi:67
“isi siaran wajib memberikan perlindungan dan
pemberdayaan kepada khalayak khusus, yaitu anak
dan remaja, dengan menyiarkan mata acara pada
waktu yang tepat, dan lembaga penyiaran wajib
mencantumkan dan atau menyebutkan klasifikasi
khalayak sesuai dengan isi siaran”.
Begitu pula yang disampaikan komisioner KPI
bidang pengawasan isi siaran, Dewi setyarini dalam
menyampaikan materinya mengenai siaran dan
perlindungan anak bahwa jumlah anak di Indonesia
terdapat 87 juta jiwa atau sepertiga dari jumlah
penduduk Indonesia. Sedangkan anak adalah penikmat
media yang memiliki sifat dasar imitatif dan adaptif.
3. Indikator Masyarakat Melek Media
Sekolah P3SPS diadakan dengan tujuan untuk
membentuk dan menanamkan karakter masyarakat
melek media kedalam jiwa peserta. Jika indikator
masyarakat melek media menurut KPI dikorelasikan
dengan hasil penelitian terhadap peserta Sekolah
P3SPS maka akan menghasilkan analisis sebagai
berikut:
67
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Undang-Undang
Penyiaran Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 (Jakarta:
KPI, 2018), h. 24
66
a. Peserta memahami tentang isu-isu liputan
media. Pada kuesioner butir 38 dengan
pernyataan tentang perilaku peserta yang
mengikuti isu-isu yang berkembang di media
televisi, hasil pretest diperoleh 79,13% dan
posttest 89,96%. Hal ini membuktikan bahwa
pada dasarnya peserta memang telah
mengikuti perkembangan isu di media televisi.
Dan setelah mengikuti sekolah P3SPS
meningkatlah keingintahuan peserta terhadap
isu-isu lainnya.
b. Menyadari media bisa memengaruhi gaya
hidup, sikap dan nilai. Indikator ini berkaitan
dengan variabel yang penulis teliti, yaitu efek
kognitif, afektif dan konatif. Hasilnya
menunjukan bahwa pada dasarnya peserta
sudah menyadari bahwa media bisa
memengaruhi gaya hidup, sikap dan nilai.
c. Kritis terhadap pesan media. Indikator ini
masuk dalam pertanyaan butir 37 yaitu peserta
kritis terhadap pesan yang disampaikan media.
Peserta yang 66% merupakan praktisi media,
tentu memiliki dasar pemikiran dan perilaku
kritis. Sehingga sebelum Sekolah P3SPS
dilaksanakan, tingkat kritis peserta memeroleh
nilai sebesar 83,3% dan setelah mengikuti
Sekolah P3SPS meningkat menjadi 90,79%.
67
Di Sekolah ini peserta tidak hanya diajak
berpikir kritis dari sudut praktisi media, namun
juga diajak kritis dari sudut msayarakat
sebagai penikmat televisi.
d. Mengembangkan sensitivitas terhadap isi
media karena berkait dengan kebudayaan.
Indikator ini masuk dalam kuesioner butir 41
yaitu peserta mendukung televisi sebagai
media untuk mempererat dan memersatukan
suku, bangsa, agama dan budaya. Korelasi
antara indikator ini dan kuesioner butir 41
adalah bahwa peserta mendukung televisi
sebagai alat perekat dan pemersatu, tentu
dilandasi atas sensitivitas peserta akan
pentingnya isi media karena memiliki
keterkaitan dengan budaya. Tidak hanya
sekedar budaya, budaya juga erat kaitannya
dengan suku, bangsa dan agama. Hasilnya
membuktikan pretest 89,13% dan posttest
94,96% yang berarti bahwa peserta memiliki
sensitivitas terhadap konten siaran yang terikat
dengan budaya, dan peserta juga mendukung
media penyiaran sebagai alat perekat dan
pemersatu suku, bangsa, agama dan budaya.
e. Memahami persoalan pemikiran, financial, dan
regulasi yang berpengaruh pada industri
media. Indikator ini berkaitan dengan
68
kuesioner bagian kognitif pada butir 1-16,
mengenai pemahaman tentang regulasi bagi
industri media sampai pada pemahaman
mengenai sanksi administratif yang berakibat
pada finansial industri media. Di Sekolah
P3SPS peserta diajarkan mengenai P3SPS
yang merupakan regulasi yang dibentuk oleh
KPI. Kemudian dikaitkan dengan kasus-kasus
yang terbukti melanggar, sampai pada
penjatuhan sanksi. Untuk sanksi tahap awal,
KPI akan memberikan teguran sampai batas
dua kali teguran. Tahap selanjutnya adalah
penghentian sementara, pembatasan durasi,
pembekuan sampai pada pencabutan izin
penyelenggaran penyiaran. Dan ini menjadi
persoalan besar bagi stasiun televisi karena
memengaruhi finansial industri. Seperti yang
telah disampaikan oleh komisioner bidang
pengawasan isi siaran, Mayong Suryo Laksono
bahwa tahap penghentian sementara akan
memberatkan industri media, karena
berdampak pada kerugian finansial.
f. Memperhitungkan peran media dalam
membuat keputusan individual. Indikator ini
berkaitan dengan sikap peserta dalam
mengambil keputusan. Jika dikorelasikan
dengan tingkat kritis peserta, maka peserta
69
sendiri sudah memahami bahwa peran media
dalam memengaruhi keputusan individual
perlu diperhitungkan.
g. Mampu memengaruhi media, indikator ini
berkaitan dengan kuesioner butir 28 yaitu
peserta merupakan partisipan aktif dalam
mengontrol media, dan butir 43 yaitu peserta
enggan mengapresiasi industri penyiaran yang
memprioritaskan rating daripada kualitas
siaran. Sehingga korelasi antara indikator dan
butir 28 adalah bahwa peserta merupakan
partisipan aktif, sehingga keikutsertaannyalah
yang menjadi dasar kemampuan peserta dalam
memengaruhi media. Sedangkan korelasi
antara indikator dan butir 43 adalah bahwa
apresiasi yang peserta berikan kepada media
penyiaran merupakan arahan bagi media.
Jadi, indikator masyarakat melek media ini sudah
tertanam dalam diri peserta, dan sekolah ini menjadi
wadah bagi untuk mengasah dan mengembangkan
potensi peserta sebagai masyarakat melek media.
Hasilnya pun terdapat peningkatan setelah peserta
mengikuti sekolah ini. Hal ini menandakan bahwa
meskipun 66% peserta yang notabennya adalah
praktisi media, namun Sekolah P3SPS ini tetap
memberikan efek atau peningkatan pada diri peserta.
70
4. Pengertian P3SPS
P3SPS adalah gabungan dari dua bagian yaitu P3
yang berarti Pedoma Perilaku Penyiaran dan SPS yang
berarti Standar Program Siaran. Pada P3SPS sendiri
menjelaskan bahwa P3 adalah pedoman untuk industri
media, sedangkan SPS adalah pedoman untuk
program siarannya.
Jika dikorelasikan dengan Sekolah P3SPS, maka
alasan KPI memprioritaskan praktisi media sebagai
peserta karena P3SPS menjadi pedoman, peraturan,
tolak ukur atau landasan bagi industri media. Sehingga
dengan adanya sekolah ini, diharapkan agar praktisi
media atau industri media mampu menyiarkan atau
melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagaimana yang
telah tercantum dalam P3SPS.
5. Tujuan P3SPS
Diselenggarakannya Sekolah P3SPS, bertujuan
untuk menanamkan karakter dan nilai-nilai
berpegangan pada kemaslahatan bersama. Adapun
nilai-nilai tersebut sebagaimana tujuan P3 yang tertera
dalam P3SPS pasal 4.
Sedangkan tujuan SPS agar peserta dapat
memproduksi siaran atau melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tujuan SPS, sebagaimana tertera dalam
P3SPS pasal 2 tentang memberikan prioritas atau
kemanfaatan sebesar-besarnya bagi perkembangan
71
masyarakat, dan agar tidak melanggar nilai dan norma
yang ada.68
Melalui lembar kuesioner butir pertama hasilnya
menyatakan bahwa nilai pretest sebesar 85,79% dan
posttest sebesar 94,12%. Berarti terdapat peningkatan
pemahaman terhadap peserta mengenai tujuan
dibentuknya P3SPS.
6. Fungsi P3SPS
Fungsi P3 dan SPS kembali lagi kepada penikmat
televisi, yaitu masyarakat. Tentu fungsinya berkaitan
dengan kemaslahatan masyarakat dan fungsi media
sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, kontrol,
perekat sosial dan pemersatu bangsa.
Melalui sekolah ini, peserta yang meruupakan
mahasiswa dan masyarakat umum diberikan edukasi
mengenai fungsi P3SPS dan bagi praktisi media,
diingatkan kembali agar menjalankan tugasnya sesuai
fungsi media.
68
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Pedoman Perilaku
Penyiaran dan Standar Program Siaran Tahun 2012 (Jakarta:
KPI, 2018), h. 8
72
73
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Terdapat dua kesimpulan yang bisa diambil dari
penelitian ini. Adapun kesimpulannya sebagai berikut:
1. Suatu program dikatakan efektif apabila hasil uji t
test yatu thitung > ttabel. Berdasarkan perhitungan,
maka hasil yang diperoleh adalah sig 2,048 > -
4,481. Dengan perbandingan nilai rata-rata pre test
sebesar 151,63 dan post test 163,53. Atau dengan
persentase pre test 84,15% dan post test 91,40%,
berarti terjadi peningkatan sebesar 7,25%.
Hasil keputusan ini menunjukan bahwa Sekolah
P3SPS sebagai salah satu program literasi media
KPI, dinyatakan efektif dalam meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku peserta.
2. Manfaat mengikuti Sekolah Pedoman Perilaku
Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS)
bagi peserta adalah meningkatkan pengetahuan
mengenai dunia penyiaran di Indonesia beserta
peraturan yang berlaku, khususnya media
penyiaran televisi. Beberapa materi utama yang
disampaikan saat Sekolah P3SPS berupa peraturan
dan sanksi mengenai program siaran jurnalistik,
program siaran bermuatan kekerasan, seksualitas,
mistik dan horror, serta program siaran atas dasar
74
perlindungan anak. Selama sekolah P3SPS
berlangsung, peserta dituntut aktif bertanya atau
memberikan pernyataan terkait materi yang sedang
disampaikan. Peserta juga diajak melihat secara
langsung proses kinerja KPI dalam memantau
siaran televisi. Dan pada hari terakhir Sekolah
P3SPS, peserta diuji untuk menganalisis kasus,
beserta pasal yang berkaitan dan sanksi yang
sesuai pada rekaman program siaran yang terbukti
melanggar P3SPS.
B. Saran
Berkaitan dengan Sekolah P3SPS, terdapat
beberapa saran yang perlu penulis sampaikan, bahwa:
1. Sekolah P3SPS merupakan program literasi media
yang penting untuk mendidik dan menigkatkan
sensitifitas masyarakat terhadap media televisi.
Karena televisi sendiri merupakan media yang
memiliki peran dan pengaruh besar bagi
masyarakat. Sehingga penulis menyarankan agar
sekolah ini tidak hanya diselenggarakan di KPI
Pusat saja, tetapi juga diselenggarakan di KPI
Daerah.
2. Untuk memberikan gambaran, karakteristik atau
indikator secara detail dan spesifik mengenai
pelanggaran-pelanggaran penyiaran, maka penulis
75
menyarankan agar dilaksanakan perevisian
terhadap P3SPS.
3. Penulis juga berharap agar KPI lebih tegas
terhadap media penyiaran yang melanggar
peraturan.
Terlepas dari kritik dan saran yang penulis
sampaikan, penulis sangat mengapresiasi adanya sekolah
P3SPS, karena melalui sekolah ini peserta diajak berfikir,
menganalisis, dan mengkritisi media televisi dan program
siaran yang tayang.
Melalui Sekolah P3SPSP peserta juga diajak untuk
melihat secara langsung bagaimana cara kerja KPI dalam
mengawasi dan mengontrol media televisi. Selain itu,
peserta dapat berbagi pengalaman mengenai dunia
penyiaran baik dengan peserta lainya, pemateri maupun
dengan staf dan komisioner KPI.
76
77
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
.
Annas, A. (2017). Interaksi Pengambilan Keputusan dan
Evaluasi. Celebes: Media Perkasa.
Army, N. M. (2015). Literasi Media Televisi dengan Pendekatan
Inokulasi Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat.
Jakarta: Fakultas Dakwah dan Ilmu komunikasi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Bambang, L. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan
Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Bungin, B. (2011). Peneitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media
Group.
Eriyanto. (2007). Teknik Sampling. Yogyakarta: LkiS
Yogyakarta.
Ertambang. (2016). Panduan Praktis Riset Eksperimen. Jakarta:
Indeks.
Fajar, M. (2009). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik. Jakarta:
Graha Ilmu.
Iskandar. (2010). Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial:
Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada Press.
KPI. (2018). Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program
Siaran (P3SPS) Tahun 2012. Jakarta: Komisi Penyiaran
Indonesia (KPI)
78
Morissan. (2014). Metode Penelitian Survei. Jakarta: Kencana.
Mukhtar, dkk. (2016). Efektivitas Kepemimpinan . Yogyakarta:
Deepublish.
Nurudin. (2010). Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: Rajawali
Pers.
Rakhmat, J. (2011). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Rochat, E. (2011). Komunikasi Pembangunan dan Perubahan
Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.
Sandu, S. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta:
Literasi Media Publishing.
Siregar, S. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta:
Kencana.
Soebagijo, A. (2013). Buku Saku Literasi Media Televisi. Jakarta:
Komisi Penyiaran Indonesia .
Tamburaka, A. (t.thn.). Literasi Media. Jakarta: RajaGrafindo.
Uchjana, O. (200). Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Umar, H. (2003). Business an Introduction. Jakarta: Gramedia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002.
(2018). Jakarta: Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
Yusuf, M. (2014). Metode Penelitian. Jakarta : Kencana.
79
INTERNET
(SIARAN PERS) Umumkan Hasil Survei Indeks Periode II, KPI
Sepakat Tingkatkan Kualitas Siaran. (2019, Januari 10).
Retrieved from Komisi Penyiaran Indonesia:
http://www.kpi.go.id
Azimah, N. (2018, Mei 4). Hanya 0,7 Persen Program Televisi
yang Mendidik. Retrieved from Metrotv.news:
http://news.metrotvnews.com
Beranda KPI Pusat. (2018, Februari 22). Retrieved from Komisi
Penyiaran Indonesia: http://kpi.go.id,
BitsMedia. (2018). Muslim Pro Limited: Al Quran Pro.
Singapore.
Darwadi. (2019, Januari 18). Media Baru Sebagai Informasi
Budaya Global. Retrieved from
http://download.garuda.ristekdikti.go.id
Dasar Pembentukan. (2019, Januari 12). Retrieved from Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI) : http://www.kpi.go.id
Penetrasi Media Televisi Masih yang Tertinggi. (2018, April 23).
Retrieved from Katadata.co.id:
https://databoks.katadata.co.id
Penetrasi Media Televisi Masih yang Tertinggi. (2018, April 23).
Retrieved from Katadata.co.id:
https://databoks.katadata.co.id
80
SKRIPSI
Army, N. M. (2015). Literasi Media Televisi dengan Pendekatan
Inokulasi Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat.
Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Irinne. (2016). Efektivitas Leaflet Sebagai Media Sosialisasi
Program Gerakan Bebas Plastik. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Triadi, D. (2016). Efektivitas Penggunaan Sistem Barcode dalam
Meningkatkan Kinerja Karyawan Information Operation
Division (IOD) Bank Syariah Mandiri. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
LAMPIRAN
ANGKET TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU
PESERTA SEKOLAH P3SPS
Nama :
Status : a. Praktisi media
b. Mahasiswa
c. Masyarakat umum
d. Lainnya....
(isi kolom lainnya, jika status tidak tercantum)
Petunjuk :
1. Pada kuesioner ini terdapat 45 pernyataan yang terdiri dari 16
pernyataan kognitif, 11 pernyataan afektif, dan 18 pernyataan konatif.
2. Pertimbangkan baik-baik setiap pernyataan, sesuai tingkat
pengetahuan, sikap dan perilaku anda saat ini.
3. Tentukan dan berilah tanda centang (√) pada kolom penilaian yang
tersedia.
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
NO Pernyataan SS S TS STS
1 Peserta mengetahui tujuan dibentuknya P3SPS
2 Peserta mengetahui ketentuan P3SPS mengenai
program siaran jurnalistik di televisi
3
Peserta mengetahui prinsip jurnalistik tentang
penyampaian informasi kepada masyarakat
secara akurat, adil dan berimbang
4
Peserta mengetahui prinsip jurnalistik mengenai
larangan pembuatan berita bohong, sadis dan
cabul
5 Peserta mengetahui prinsip jurnalistik mengenai
peliputan praduga tak bersalah
6
Peserta mengetahui industri penyiaran wajib
menyamarkan wajah dan identitas korban,
pelaku dan keluarga pelaku dalam kasus
kejahatan seksual
7
Peserta mengetahui ketentuan P3SPS mengenai
perlindungan anak dan remaja dalam program
siaran televisi
8
Peserta mengetahui bahwa industri penyiaran
wajib memerhatikan kepentingan anak dan
remaja dalam setiap penayangan program siaran
NO Pernyataan SS S TS STS
9
Peserta mengetahui bahwa industri penyiaran
wajib menyamarkan wajah dan identitas anak
dan remaja dalam kasus penegakan hukum di
televisi
10 Peserta mengetahui ketentuan P3SPS mengenai
larangan siaran bermuatan kekerasan
11
Peserta mengetahui ketentuan P3SPS mengenai
larangan siaran bermuatan ungkapan kasar dan
makian
12 Peserta mengetahui ketentuan P3SPS tentang
larangan siaran bermuatan seksual
13
Peserta mengetahui batasan-batasan dalam
menyiarkan program televisi bermuatan mistis,
horror dan supranatural
14
Peserta mengetahui ketentuan jam tayang
program siaran yang sesuai golang usia
penonton
15 Peseta mengetahui bahwa siaran televisi
ditujukan untuk kepentingan publik
16 Peserta mengetahui ketentuan pemberian
sanksi administrasi dalam P3SPS
17
Peserta mengikuti sekolah P3SPS untuk
menambah wawasan seputar media televisi di
Indonesia
18
Peserta peduli terhadap fungsi media sebagai
sumber informasi, sebagai media pendidikan,
media hiburan, media kontrol, media perekat
dan pemersatu bangsa
19 Peserta peduli terhadap tayangan anak dan
remaja di televisi
20 Peserta khawatir terhadap kualitas program
siaran saat ini
21 Peserta merasa program siaran saat ini sudah
menghibur
22 Peserta termotivasi untuk selektif dalam
memilah dan memilih tontonan di televisi
23 Peserta merasa media saat ini banyak
melakukan keberpihakan
24 Peserta tertarik untuk partisipatif dalam
mengontrol media televisi
25 Peserta merasa materi yang disampaikan dalam
sekolah P3SPS sudah rinci
26 Peserta yakin bahwa P3SPS mampu
memberikan kontrol terhadap media
27 Peserta puas terhadap P3SPS yang dibentuk
oleh KPI
NO Pernyataan SS S TS STS
28 Peserta merupakan partisipan aktif dalam
mengontrol media
29 Peserta sudah membaca Pedoman Perilaku
Penyiaran dan Standar Prgram siaran (P3SPS)
30 Peserta menghormati hukum dan segenap
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia
31 Peserta menghormati Hak Asasi Manusia
(HAM)
32 Peserta menghormati hak dan kepentingan
publik
33 Peserta menghormati hak anak dan remaja
34 Peserta menghormati prinsip-prinsip jurnalistik
35 Peserta menghormati P3SPS yang dibentuk oleh
KPI
36 Peserta mendukung siaran berkualitas yang
menerapkan prinsip-prinsip P3SPS
37 Peserta kritis terhadap pesan yang disampaikan
media
38 Peserta mengikuti isu yang berkembang di
media televisi
39 Peserta melihat media televisi saat ini menjadi
arena pertarungan bagi segenap partai politik
40 Peserta mendukung media penyiaran yang adil
dan berimbang
41
Peserta mendukung televisi sebagai media
untuk mempererat dan memersatukan suku,
bangsa, agama dan budaya
42
Peserta melihat media penyiaran saat ini lebih
memprioritaskan rating daripada kualitas
program siaran
43
Peserta enggan mengapresiasi industri
penyiaran yang memprioritaskan rating
daripada kualitas siaran
44 Peserta mendukung media penyiaran untuk
lebih kreatif dan produktif
45 Peserta mengapresiasi P3SPS sebagai pedoman
penyiaran yang berlaku
Uji
Val
idit
as d
an R
elia
bil
itas
Nil
ai U
ji P
re T
est
Nil
ai U
ji P
ost
Tes
t
Lampiran pengelolahan data menggunakan SPSS Versi 23:
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PRE TEST 30 100,0% 0 0,0% 30 100,0%
POST TEST 30 100,0% 0 0,0% 30 100,0%
Descriptives
Statistic
Std.
Error
PRE
TEST
Mean 151,6333 2,91744
95% Confidence Interval for
Mean
Lower
Bound 145,6665
Upper
Bound 157,6002
5% Trimmed Mean 152,3519
Median 154,5000
Variance 255,344
Std. Deviation 15,97948
Minimum 104,00
Maximum 178,00
Range 74,00
Interquartile Range 24,50
Skewness -,775 ,427
Kurtosis 1,285 ,833
Descriptives
Statistic
Std.
Error
POST
TEST
Mean 163,5333 2,56490
95% Confidence Interval for
Mean
Lower
Bound 158,2875
Upper
Bound 168,7791
5% Trimmed Mean 164,3148
Median 166,0000
Variance 197,361
Std. Deviation 14,04852
Minimum 132,00
Maximum 180,00
Range 48,00
Interquartile Range 15,75
Skewness -,854 ,427
Kurtosis -,167 ,833
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
PRE TEST POST TEST
N 30 30
Normal Parametersa,b
Mean 151,6333 163,5333
Std. Deviation 15,97948 14,04852
Most Extreme Differences Absolute ,151 ,157
Positive ,070 ,121
Negative -,151 -,157
Test Statistic ,151 ,157
Asymp. Sig. (2-tailed) ,079c ,059
c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
PRE TEST
PRE TEST Stem-and-Leaf Plot
Frequency Stem & Leaf
1,00 10 . 4
,00 11 .
,00 12 .
7,00 13 . 1245778
2,00 14 . 15
11,00 15 . 12224556899
6,00 16 . 023468
3,00 17 . 568
Stem width: 10,00
Each leaf: 1 case(s)
POST TEST
POST TEST Stem-and-Leaf Plot
Frequency Stem & Leaf
2,00 Extremes (=<135)
3,00 14 . 023
1,00 14 . 5
,00 15 .
3,00 15 . 888
3,00 16 . 234
7,00 16 . 5557799
4,00 17 . 0123
3,00 17 . 689
4,00 18 . 0000
Stem width: 10,00
Each leaf: 1 case(s)
T-TEST PAIRS=PRE WITH POST (PAIRED)
/CRITERIA=CI(.9500)
/MISSING=ANALYSIS.
T-Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair
1
PRE TEST 151,6333 30 15,97948 2,91744
POST TEST 163,5333 30 14,04852 2,56490
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 PRE TEST & POST TEST 30 ,537 ,002
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig.
(2-tailed) Mean
Std.
Deviati
on
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of
the Difference
Lower Upper
-11,90000 14,546
83
2,655
88 -17,33188 -6,46812 -4,481 29 ,000
DATASET ACTIVATE DataSet2.
DATASET CLOSE DataSet0.
Peserta Sekolah P3SPS angkatan XXXIV saat melakukan
pengisian kuesioner posttest, sebelum akhirnya sekolah P3SPS
angkatan XXXIV resmi ditutup pada 20 Desember 2018.
Penulis saat mengikuti Sekolah P3SPS angkatan XXXII
sebagai bentuk observasi terhadap subjek penelitian, pada 18
Oktober 2018 di KPI Pusat.