23
MAKALAH PEMODELAN MATEMATIKA TERHADAP EFISIENSI PRODUKSI KAYU GELONDONGAN DENGAN KONSEP INTEGRAL OLEH: LIDYA KRISNA ANDANI NIM:1103113926 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2013

Efisiensi Produksi Kayu Gelondongan Dengan Konsep Integral

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Efisiensi Produksi Kayu Gelondongan Dengan Konsep Integral

MAKALAH PEMODELAN MATEMATIKA TERHADAP

EFISIENSI PRODUKSI KAYU GELONDONGAN DENGAN

KONSEP INTEGRAL

OLEH:

LIDYA KRISNA ANDANI NIM:1103113926

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2013

Page 2: Efisiensi Produksi Kayu Gelondongan Dengan Konsep Integral

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “pemodelan matematika dengan

penangkaran kandang (inbreeding) pada plant breeding”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Dalam penulisan makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin,

Namun hal itu tidak menutup kemungkinan adanya kekurangan dan kesalahan penulis dalam

penulisannya, untuk itu penulis dengan kerendahan hati menerima saran dan kritik yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, desember 2013

Penulis

Page 3: Efisiensi Produksi Kayu Gelondongan Dengan Konsep Integral

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

kayu adalah salah satu bahan konstruksi yang didapatkan dari tumbuhan, merupakan SDA

yang pertumbuhannya membutuhkan waktu lama untuk layak ditebang. Kemudian diolah dari

kayu gelondongan menjadi kayu balok. Oleh karena itu, baik individu, kelompok maupun

pemerintah harus berupaya untuk memelihara dan melestarikannya. Pertumbuhan kayu yang

cukup lama untuk layak tebang dan meningkatnya jumlah permintaan terhadap kayu

menyebabkan persediaan bahan baku (kayu) semakin lama semakin berkurang sehingga terjadi

ketidakseimbangan antara jumlah permintaan dan jumlah persediaan untuk menyeimbangkan

jumlah permintaan dan jumlah persediaan pengolah kayu diharuskan benar-benar mampu

mengolah kayu secara efisien. Pengolahan kayu yang efisien diperlukan perhitungan dan

perencanaan yang matang untuk meminimalkan sisa-sisa (sampah kayu) sehingga tidak terjadi

pemborosan waktu, bahan baku dan biaya.

Pengolah kayu UD. Marthen di Surabaya kurang memperhatikan perhitungan dan perencanaan

yang matang. Akibatnya banyak sisa-sisa kayu yang seharusnya masih layak untuk dibuat papan

sehingga jumlah papan yang dihasilkan kurang maksimal. Hal ini adalah suatu masalah bagi UD

Marthen yang harus dicari solusi untuk menuju ke arah yang lebih baik.

Dalam penelitian ini peneliti mencoba mengaplikasikan konsep integral terhadap pengolah kayu

UD. Marthen di Surabaya sebagai landasan pengetahuan tentang pengolahan kayu yang efisien

untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimanakah mengaplikasikan konsep integral untuk efisiensi pengolahan kayu di UD.

Marthen Surabaya?

Page 4: Efisiensi Produksi Kayu Gelondongan Dengan Konsep Integral

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin di capai peneliti adalah ingin

mengaplikasikan konsep integral untuk efisiensi pengolahan kayu di UD. Marthen Surabaya.

1.4. asumsi penelitian dan batasan masalah

1. Asumsi penelitian konsep integral dapat diaplikasikan untuk efisiensi pengolahan kayu

2. .Batasan masalah agar penelitian tidak jauh menyimpang maka peneliti memberikan batasan-

batasan masalah sebagai berikut :

Kayu yang dihitung volumenya adalah kayu yang memiliki penampang berbentuk lingkaran atau

diidentifikasikan sebagai lingkaran yaitu kayu yang berbentuk tabung, sedangkan kayu

berbentuk kerucut tidak diteliti. Kayu yang diteliti adalah kayu yang berukuran

Diameter 87cm panjang 500cm

Diameter 86cm panjang 300cm

Diameter 77cm panjang 400cm

Diameter 65cm panjang 500cm

Metoda analisis data dalam penelitian ini setelah data hasil observasi, wawancara dan

dokumentasi terkumpul. Langkah selanjutnya adalah memilah-milah data. Data mana yang

sesuai dipakai dan data mana yang tidak sesuai. Kemudian data dianalisis dengan menggunakan

rumus volume benda putar dan volume benda pejal.

Volume kayu Gelondongan

Perhitungan volume kayu gelondongan menggunakan volume benda putar:

Vk = π∫ ¿ab▒〖[ f (x)]2 〗 dx, a≤ x≤ b (Baisuni,1986:244)

Page 5: Efisiensi Produksi Kayu Gelondongan Dengan Konsep Integral

Dengan:

Vk = volume kayu 〖cm〗3 dx, a≤ x≤ b

Y = jari-jari kayu (silinder)

π=ketepatankonstan (−3,14 )

Dx = symbol differensial terhadap x

a = batas bawah integral

b =batas atas integral

volume kayu Balok

perhitungan kayu balok menggunkan perhitungan volume benda pejal.Vp : f(x-I y-i)∆Ai

volume kayu produksi

Vp =∑_(i=1)^n▒ ( (X_i ) ⨍ ̅ .(Y_i ) ̅ ).∆ Ai atau Vt=n .Vp

Dengan :

Vp = volume kayu balok (〖cm〗^3)

Vt = volume kayu produksi (〖cm〗^3)

N = jumlah kayu yang layak produksi

f(x ̅_i y ̅_i ) = z :panjang kayu/fungsi ke xy

x ̅_i y ̅_i :panjang sisi Ri

∆Ai = ∆x ̅_(i.) ∆y ̅_i : luas penampang kayu balok (Purcell,1994:284)

Page 6: Efisiensi Produksi Kayu Gelondongan Dengan Konsep Integral

Limbah kayu (sisa kayu yang terbuang)= Vk –Vt kegiatan produksi.

Hasil produksi dari pengolah kayu “UD. Marthen” adalah kayu balok / papan dengan berbagai

jenis ukuran sesuai dengan permintaan konsumen, produk yang dihasilkan kemudian dipasarkan

ke berbagai daerah di antaranya, Madura, Surabaya, Sidoarjo, Malang, Mojokerto, dan Gresik.

Berdasarkan data yang diperoleh dari UD Marthen jumlah permintaan paling banyak adalah

daerah Sidoarjo.

Persediaan Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi adalah kayu gelondongan. Jenis kayu yang

digunakan oleh pengolah kayu tersebut untuk diolah dari gelondongan menjadi balok/papan di

antaranya, kayu Marbau, Bengkirai, Kamper, Kempas, Meranti, dan Kruing. Jenis kayu ini

didatangkan dari daerah Tanjung Bumi dan Sepuluh di Bangkalan, Madura. Pembelian kayu

dilakukan jika ada kiriman kayu dari gudang kayu mentah yang berlokasi di Tanjung Bumi

dalam jumlah yang cukup besar dan disesuaikan dengan keadaan financial UD tersebut.

Proses Produksi

Proses produksi kayu pada UD Marthen dapat dilihat di skema berikut :

Adapun keterangan dari skema tersebut adalahgudang kayu mentah merupakan tempat

penyimpanan kayu gelondongan yang baru ditebang dari hutan. Gudang tersebut berlokasi di

Bangkalan tepatnya Desa Tanjung Bumi Kecamatan Sepuluh.

Kemudian dilakukan pemilihan terhadap kayu-kayu yang ada dalam gudang tersebut untuk

diangkut ke gudang pabrik. Dalam hal ini, pengolah kayu UD. Marthen selanjutnya pengolahan

kayu. Adapun proses pengolahan kayu sebagai berikut:

Kayu gelondongan dibelah menjadi beberapa bagian, disesuaikan dengan diameter (D) kayu

tersebut. Jika D ≤60cm maka boleh dibelah menjadi 4 bagian dan jika D≥60 cm maka dibelah

menjadi 6 bagian. Selanjutnya kayu belahan dibawa kegudang pengergajian untuk dibelah

kembali menjadi satu satuan balok papan sesuai dengan ukuran dari permintaan konsumen.

Page 7: Efisiensi Produksi Kayu Gelondongan Dengan Konsep Integral

Kemudian balokpapan tersebut diangkut ke gudang penyimpanan objek. Dalam penelitian ini

yang menjadi objek penelitian adalah pengolah kayu “UD Marthen” di Surabaya.

BAB II

PEMBAHASAN

Jenis – jenis kayu yang diolah oleh UD. Marthen diantaranya Marbau, Bangkirai, Kamper,

Kempas, Meranti dan Kruing. Masing – masing jenis kayu tersebut dalam pengolahannya dari

gelondongan menjadi balok – balok atau papan – papan adalah sama. Pengolahnya ( SDM ) tidak

dibekali ilmu khusus, melainkan berdasarkan pengalaman – pengalaman proses pengerjaan

sebelumnya.

Bahan baku yang paling banyak digunakan untuk produksi adalah jenis kayu merbau, hal ini

disebabkan jenis kayu tersebut mudah didapatkan. Kayu gelondongan jenis ini digolongkan

menurut panjang masing-masing diameternya (D), antara lain:

Kayu gelondogan yang berdiameter kurang dari atau sama dengan 60cm (D D≤ 60 cm),Kayu

gelondongan yang berdiameter lebih dari 60cm (D>60). Proses pembelahan kayu gelondongan

yang berdiameter (D) ≤ 60 cm dengan kayu gelondongan yang berdiameter (D)>60 tidak sama.

Sedangkan dalam proses pengolahannya menjadi balok-balok atau papan-papan menggunakan

metode yang sama. Adapun metode terebut sebagai berikut:mengukur diameter kayu

gelondongan, membelah kayu gelondongan menjadi 4 bagian untuk kayu yang berdiameter (D)

≤60 cm, Sedangkan kayu yang berdiameter (D) > 60 cm dibelah menjadi 6 bagian. Menggergaji

salah satu sisi kayu gelondongan yang sudah dibelah, membalik kayu yang telah digergaji salah

satu sisinya, lalu menggergaji sisi yang lain. Dilanjutkan dengan merajang atau menggergaji

menjadi balok-balokdan papan-papan. Melanjutkan belahan gelondongan yang lain dengan

metode seperti diatas Staking yaitu menata papan hasil produksi UD. Marthen menjadi bentuk

palet ( menata papan menjadi bentuk seperti seperti balok yang tiap-tiap sap diberi pembatas

melintang.

Pada penelitian ini, peneliti menganalisis kayu gelondongan yang berdiameter 87 cm, 86 cm, 77

cm, dan 65 cm, sedangkan panjangnya 500 cm, 400 cm, 300 cm. Hal ini disebabkan pada saat

peneliti mengadakan penelitian, ukuran kayu yang diolah seperti yang telah disebutkan.

Page 8: Efisiensi Produksi Kayu Gelondongan Dengan Konsep Integral

Hasil produksi yang diperoleh UD.Marthen dalam pengolahan satu kayu gelondongan berjenis

Merbau sebagai berikut :

1. Kayu gelondongan yang berdiameter 87cm dan panjangnya 500cm tebal papan 6cm

dengan lebar 12cm maka hasil yang diperoleh2.340.000 〖cm〗^3 (65 papan).

2. Kayu gelondongan yang berdiameter 86cm dan panjang 300cm tebal papan 12cm dengan

lbar 12cm maka hasil yang diperoleh 1.080.000 〖cm〗^3 (25 papan).

3. Kayu gelondongan yang berdiameter 77cm dan panjang 400cm tebal papan 2cm dengan

lbar 20cm maka hasil yang diperoleh 1.552.000 〖cm〗^3 (97papan).

4. Kayu gelondongan yang berdiameter 65cm dan panjang 500cm tebal papan 6cm dengan

lbar 12cm maka hasil yang diperoleh 1.116.000〖cm〗^3 (31papan).

Dalam menghitung volume kayu pergelondong, pengolah kayu UD Marthen menggunakan

volume tabung yaitu V = πr^2.t sedemikian hingga diperoleh :

1.Kayu gelondongan berdiameter 87cm, panjang (t) 500cm, maka volume kayu gelondongan

(Vk) adalah:

Vk =πr^2.t = π (〖43,5)〗^2.500)

= 3,14 (.(1892,25).500)

=2970832,5 〖cm〗^3

Karena hasil papan yang diperoleh 2.340.000 〖cm〗^3, maka sisa kayu yang terbuang adalah :

Limbah kayu : 2.970.832,5 - 2.340.000 = 630.832,5 〖cm〗^3

2. Gelondongan berdiameter 86 cm, panjang (t) 300 cm, maka volume kayu gelondongan (Vk)

adalah:

Vk =πr^2.t=π(〖43)〗^2.300)

= 3,14 (1849).300)

Page 9: Efisiensi Produksi Kayu Gelondongan Dengan Konsep Integral

=1741758 〖cm〗^3

Karena hasil papan yang diperoleh 1.080..000 〖cm〗^3, maka sisa kayu yang terbuang adalah :

Limbah kayu 1.741.758-1.080.000 = 661758〖cm〗^3

3. Kayu gelondongan berdiameter 77cm, panjang (t) 400cm, maka volume kayu gelondongan

(Vk) adalah:

Vk =πr^2.t = π (〖43,5)〗^2.500)

= 3,14 (1482,25).400

=1861706〖cm〗^3

Karena hasil papan yang diperoleh 1.552.000〖cm〗^3, maka sisa kayu yang terbuang adalah :

Limbah kayu : 1861706- 1.552.000 = 309.706〖cm〗^3

4. Kayu gelondongan berdiameter 65cm, panjang (t) 500cm, maka volume kayu gelondongan

(Vk) adalah:

Vk =πr^2.t = π (〖32,5)〗^2.500)

= 3,14 (1056,25).500

=1658312,5〖cm〗^3

Karena hasil papan yang diperoleh 1.116.000〖cm〗^3, maka sisa kayu yang terbuang adalah :

Limbah kayu : 1.658.312,5 -1.116.000 =542.312,5〖cm〗^3

ANALISIS DATA

Page 10: Efisiensi Produksi Kayu Gelondongan Dengan Konsep Integral

Berdasarkan deskripsi data yang diperoleh dari UD. Marthen, maka peneliti menganalisis data

tersebut dengan menggunakan konsep integral (menghitung volume benda putar dan benda

pejal). Adapun yang dianalisis sebagai berikut:

Analisis kayu gelondongan yang berdiameter 87 cm

Panjang kayu gelondongan 500 cm dapat dibentuk dalam sumbu koordinat dengan batas bawah

x=0 dan batas atas x=500, jika diameter 87 cm maka jari-jari kayu r = 43,5 cm. Dalam sumbu

koordinat r = 43,5 cm dapat dibuat jari-jari y = 43,5 cm. Jika garis y= 43,5 diputar mengelilingi

sumbu x, maka akan membentuk kayu gelondongan (gambar 3.5).

Y

r = 43,5

0 500 X

Gambar 3.5

Bentuk kayu gelondongan berdiameter 87 cm

Volume kayu gelondongan adalah :

Vk= π∫_0^b▒ 〖 r^(2 ) 〗 □ (24&dx)

= π∫_0^500▒ 〖 〖 (43,5) 〗 ^(2 ) 〗 □ (24&dx)

= π∫_0^500▒1892,25 □(24&dx)

= π.1892,25x ]_0^500

= π[1892,25(500) – 1892,25(0)]

= 946.125π atau 946.125(3,14)

= 2970832,5 〖cm〗^3

Jika volume dalam satu papan (Vp) dengan panjang 500 cm, tebal 6 cm, dan lebar 12 cm, maka :

Vp= ( (X_i ) ⨍ ̅ .(Y_i ) ̅ )∆Ai

= 500.6.12

= 36000 〖 cm 〗 ^3

Jadi volume kayu gelondongan Vk = 2970832,5 〖cm〗^3 ini dapat di reduksi menjadi papan

dengan volume dalam satuan Vp = 36000 〖 cm 〗 ^3 adalah :

Page 11: Efisiensi Produksi Kayu Gelondongan Dengan Konsep Integral

n= Vk/Vp= (2970832,5 〖 cm 〗 ^3 )/(36000 〖 cm 〗 ^3 )=82,523=82 papan

Maka volume kayu produksi atau volume papan total (Vt) adalah :

Vt=∑_(i=1)^n▒ ( (X_i ) ⨍ ̅ .(Y_i ) ̅ ).∆Ai

= n.Vp

= 82.36000

= 2952000 〖 cm 〗 ^3

Jadi limbah kayu = Vk – Vt

= 2.970.832,5 〖 cm 〗 ^3 – 2.952.000 〖 cm 〗 ^3

= 18.832,5 〖cm〗^3

Analisis kayu gelondongan yang berdiameter 86 cm

Panjang kayu gelondongan 300 cm dapat dibentuk dalam sumbu koordinat dengan batas bawah

x=0 dan batas atas x=300, jika diameter 86 cm maka jari-jari kayu r = 43 cm. Dalam sumbu

koordinat r = 43 cm dapat dibuat jari-jari y = 43 cm. Jika garis y= 43 diputar mengelilingi sumbu

x, maka akan membentuk kayu gelondongan (gambar 3.5).

Y

r = 43

0 300 X

Gambar 3.6

Bentuk kayu gelondongan berdiameter 86 cm

Volume kayu gelondongan adalah :

Vk =π∫_0^b▒ 〖 r^(2 ) 〗 □ (24&dx)

=π∫_0^300▒ 〖 〖 (43) 〗 ^(2 ) 〗 □ (24&dx)

= π∫_0^300▒1849 □(24&dx)

= π.1849x ]_0^300

= π[1849(300) – 1849(0)]

= 554700π atau 554700(3,14)

= 1741758〖cm〗^3

Page 12: Efisiensi Produksi Kayu Gelondongan Dengan Konsep Integral

Jika volume dalam satu papan (Vp) dengan panjang 300 cm, tebal 12 cm, dan lebar 12 cm, maka:

Vp= ( (X_i ) ⨍ ̅ .(Y_i ) ̅ )∆ Ai

= 300.12.12

= 43200 〖 cm 〗 ^3

Jadi volume kayu gelondongan Vk = 1741758 〖cm〗^3 ini dapat di reduksi menjadi papan

dengan volume dalam satuan Vp = 43200 〖 cm 〗 ^3 adalah :

n= Vk/Vp= (1741758 〖 cm 〗 ^3 )/(43200 〖 cm 〗 ^3 )=40,32=40 papan

Maka volume kayu produksi atau volume papan total (Vt) adalah :

Vt=∑_(i=1)^n▒ ( (X_i ) ⨍ ̅ .(Y_i ) ̅ ).∆ Ai

= n.Vt

= 40.43200

= 1728000 〖 cm 〗 ^3

Jadi limbah kayu = Vk – Vt

= 1.741.758 〖 cm 〗 ^3 – 1.728.000 〖 cm 〗 ^3

= 13758 〖cm〗^3

Analisis kayu gelondongan yang berdiameter 77 cm

Panjang kayu gelondongan 400 cm dapat dibentuk dalam sumbu koordinat dengan batas bawah

x=0 dan batas atas x=400, jika diameter 77 cm maka jari-jari kayu r = 38,5 cm. Dalam sumbu

koordinat r = 38,5 cm dapat dibuat jari-jari y = 38,5 cm. Jika garis y= 38,5 diputar mengelilingi

sumbu x, maka akan membentuk kayu gelondongan (gambar 3.5).

Y

r = 38,5

0 400 X

Gambar 3.5

Bentuk kayu gelondongan berdiameter 77 cm

Volume kayu gelondongan adalah :

Vk= π∫_0^b▒ 〖 r^(2 ) 〗 □ (24&dx)

= π∫_0^500▒ 〖 〖 (38,5) 〗 ^(2 ) 〗 □ (24&dx)

= π∫_0^500▒1482,25 □(24&dx)

Page 13: Efisiensi Produksi Kayu Gelondongan Dengan Konsep Integral

= π.1482,25x ]_0^500

= π[1482,25(500) – 1482,25(0)]

= 592900π atau 592900(3,14)

= 1861706 〖cm〗^3

Jika volume dalam satu papan (Vp) dengan panjang 400 cm, tebal 2 cm, dan lebar 20 cm, maka :

Vp = ( (X_i ) ⨍ ̅ .(Y_i ) ̅ )∆ Ai

= 400.2.20

= 16000 〖 cm 〗 ^3

Jadi volume kayu gelondongan Vk = 1861706 〖cm〗^3 ini dapat di reduksi menjadi papan

dengan volume dalam satuan Vp = 16000 〖 cm 〗 ^3 adalah :

n= Vk/Vp= (1861706 〖 cm 〗 ^3 )/(16000 〖 cm 〗 ^3 )=116,36=116 papan

Maka volume kayu produksi atau volume papan total (Vt) adalah :

Vt =∑_(i=1)^n▒ ( (Xi) ⨍ ̅ .(Y_i ) ̅ ).∆ Ai

= n.Vp

= 116.16000

= 1.856.000 〖 cm 〗 ^3

Jadi limbah kayu = Vk – Vt

= 1.861.706 〖 cm 〗 ^3 – 1.856.000 〖 cm 〗 ^3

= 5.706 〖 cm 〗 ^3

Analisis kayu gelondongan yang berdiameter 65 cm

Panjang kayu gelondongan 500 cm dapat dibentuk dalam sumbu koordinat dengan batas bawah

x=0 dan batas atas x=500, jika diameter 65 cm maka jari-jari kayu r = 32,5 cm. Dalam sumbu

koordinat r = 32,5 cm dapat dibuat jari-jari y = 32,5 cm. Jika garis y= 32,5 diputar mengelilingi

sumbu x, maka akan membentuk kayu gelondongan (gambar 3.5).

Y

r = 32,5

0 500 X

Page 14: Efisiensi Produksi Kayu Gelondongan Dengan Konsep Integral

Gambar 3.5

Bentuk kayu gelondongan berdiameter 65 cm

Volume kayu gelondongan adalah :

Vk = π∫_0^n▒ 〖 r^(2 ) 〗 dx

= π∫_0^500▒ 〖 〖 (32,5) 〗 ^(2 ) 〗 dx

=π∫_0^500▒1056,25 dx

= π.1056,25x ]_0^500

= π[1056,25(500) – 1056,25(0)]

= 528.125π atau 528.125(3,14)

= 1.658.312,5 〖cm〗^3

Jika volume dalam satu papan (Vp) dengan panjang 500 cm, tebal 6 cm, dan lebar 12 cm, maka :

Vp= ( (X_i ) ⨍ ̅ .(Y_i ) ̅ )∆ Ai

= 500.6.12

= 36000 〖cm〗^3

Jadi volume kayu gelondongan Vk = 1.658.312,5 〖cm〗^3 ini dapat di reduksi menjadi papan

dengan volume dalam satuan Vp = 36000 〖 cm 〗 ^3 adalah :

n= Vk/Vp= (1658312,5 〖 cm 〗 ^3 )/(36000 〖 cm 〗 ^3 )=46,06=46 papan

Maka volume kayu produksi atau volume papan total (Vt) adalah :

Vt =∑_(i=1)^n▒ ( (X_i ) ⨍ ̅ .(Y_i ) ̅ ).∆ Ai

= n.Vp

= 46.36000

= 1.656.000 〖 cm 〗 ^3

Jadi limbah kayu = Vk – Vt

= 1.658.312,5 〖 cm 〗 ^3 – 1.656.000 〖 cm 〗 ^3

= 2.312,5 〖 cm 〗 ^3

Dari hasil analisis di atas, peneliti sajikan dalam bentuk tabulasi sebagai berikut:

Tabel 3.2

Ukuran dan Hasil Pengolahan Kayu gelondongan Merbau

Dengan Menggunakan Konsep Integral

No Panjang Kayu Gelondongan

Page 15: Efisiensi Produksi Kayu Gelondongan Dengan Konsep Integral

(cm) Diameter Kayu Gelondongan

(cm) Tebal Papan

(cm) Lebar Papan

(cm) Hasil Papan

( 〖 cm 〗 ^3) Jumlah

(Papan)

`1.

2.

3.

4. 500

300

400

500 87

86

77

65 6

12

2

6 12

12

20

Page 16: Efisiensi Produksi Kayu Gelondongan Dengan Konsep Integral

12 2.952.000

1.728.000

1.856.000

1.656.000 82

40

116

46

Untuk memperoleh jumlah papan yang maksimal dengan meminimalkan pembuangan sisa-sisa

kayu, maka teknik pengolahan kayu gelondong dari analisis data di atas sebagai berikut :

Gambar 3.9

a Penghilangan sisi atas (a) dan sisi bawah (b) dari kayu gelondongan

seminimalnya untuk memperoleh tebal papan.

b

c a Penghilangan sisi samping ( c ) dan (d) dari kayu gelondongan seminimal mungkin untuk

memperoleh lebar papan.

e d

Penggergajian kayu gelondongan (e) untuk memperoleh tebal papan.

Menghilangkan sisi-sisi papan (f) untuk memperoleh lebar papan.

Gambar 3.9 Proses Pengolahan Kayu Gelondongan menggunakan konsep integral

Implikasi Teori

Pengolaha kayu UD. Marthen mengolah kayu geondongan menjadi bentuk papan/balok dengan

menggunakan cara biasa sehingga banyak sisa-sisa kayu terbuang yang seharusnya masih layak

Page 17: Efisiensi Produksi Kayu Gelondongan Dengan Konsep Integral

produksi, ini dapat menyebabkan terjadinya pemborosan waktu, biaya, dan bahan baku.

Pengolah kayu ini dapat mengetahui hasil produksi (jumlah papan) yang diperoleh dalam satu

kayu gelondongan setelah proses produksi. Dengan cara tersebut maka pengolah kayu UD.

Marthen tidak dapat menganalisis jumlah ppapan yang seharusnya dihasilkan dalam satu kayu

gelondongan, serta tidak dapat menekan pembuangan sisa-sisa kayu. Jika pembuangan sisa-sisa

kayu tidak dapat ditekan, maka papan/balok yang dihasilkan kurang optimal sehingga perolehan

laba pun kurang maksimal.

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menganalisis data yang diperoleh dari UD. Marthen

dengan menggunakan konsep Integral. Jika pengolah kayu UD. Marthen menerapkan konsep ini

dalam pengolahan kayu gelondongan menjadi bentuk papan/balok maka :

Dapat menganalisis jumlah papan/balok yang dihasilkan sebelum proses produksi berlangsung.

Dapat menekan/mengurangi pembuangan sisa-sisa kayu.

Dapat mengoptimalkan hasil produksi (jumlah papan/balok).

Dapat menigkatkan perolehan laba.

Simpulan

Dari hasil analisis data diperoleh :

Pengolahan kayu gelondongan menjadi papan dengan menerapkan konsep integral dapat

mengeisiensikan bahan baku (kayu) yaitu meminimalkan pembuangan sisa-sisa kayu.

Jumlah papan yang di hasilkan lebih banyak menggunakan konsep integral dari pada yang

digunakan oleh UD. Marthen.

Daftar Pustaka

Baisuni, Hasyim, H.M. 1986. Kalkulus. Jakarta : Universitas Indonesia (UI Press).

Jr. Thomas, B., George. 1984. Kalkulus dan Analisis Geometri, terjemahan oleh Akhmad

Sunjana, dkk, 1985. Bandung M2S.

Kristianto, M. Ghani. 1987. Konstruksi Perabot Kayu. Semarang : Pendidikan industry Kayu

Atas (PIKA).

Moesono, Djoko. 1996. Kalkulus II. Surabaya : Universitas Press IKIP Surabaya.

Purcell, J., Edwin dan Vanberg, Dale. Tanpa Tahun. Kalkulus dan Geometri Analisis, terjemahan

Page 18: Efisiensi Produksi Kayu Gelondongan Dengan Konsep Integral

oleh I Nyoman Susila, Bana Kartasasmita dan Rawuh, 1994. Jakarta: Erlangga.

Widjojo, Edi, Sutopo dan Prabowo, Bhakti, 1977. Ilmu Bahan Bangunan I. Jakarta : Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan Menengah.

Yayasan Dana Normalisasi Indonesia. 1961. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia NI-5 PKKI.

Bandung : Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan.

Yab, KH., Felix. 1992. Konstruksi Kayu. Semarang : Bima Cipta.