34
RSU Dr. Pirngadi Medan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pleura adalah membran tipis yang terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura viseralis dan pleura parietalis. Rongga pleura dalam keadaan normal berisi sekitar 10 – 20 ml cairan yang berfungsi sebagai pelicin agar paru dapat bergerak dengan leluasa saat bernapas. Akumulasi cairan melebihi volume normal dan menimbulkan gangguan jika cairan yang diproduksi oleh pleura parietal dan viseral tidak mampu diserap oleh pembuluh limfe dan pembuluh darah mikropleura viseral atau sebaliknya yaitu apabila produksi cairan melebihi kemampuan penyerapan. Akumulasi cairan pleura melebihi normal dapat disebabkan oleh beberapa kelainan, antara lain infeksi dan kasus keganasan di paru atau organ luar paru. Hal pathogenesis seperti inilah yang disebut dengan efusi pleura, yang bisa berupa hidrothoraks, pleuritis eksudativa, kilothoraks, piothoraks atau empiema1. Efusi pleura berupa eksudat atau transudat. Transudat terjadi pada peningkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya pada payah jantung kongestif. Transudasi juga dapat terjadi pada hipoproteinemia seperti pada penyakit hati dan ginjal atu penekanan 1 | Efusi Pleura

efusi pleura word.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: efusi pleura word.docx

RSU Dr. Pirngadi Medan

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pleura adalah membran tipis yang terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura

viseralis dan pleura parietalis. Rongga pleura dalam keadaan normal berisi

sekitar 10 – 20 ml cairan yang berfungsi sebagai pelicin agar paru dapat bergerak

dengan leluasa saat bernapas. Akumulasi cairan melebihi volume normal dan

menimbulkan gangguan jika cairan yang diproduksi oleh pleura parietal dan

viseral tidak mampu diserap oleh pembuluh limfe dan pembuluh darah

mikropleura viseral atau sebaliknya yaitu apabila produksi cairan melebihi

kemampuan penyerapan. Akumulasi cairan pleura melebihi normal dapat

disebabkan oleh beberapa kelainan, antara lain infeksi dan kasus keganasan di

paru atau organ luar paru. Hal pathogenesis seperti inilah yang disebut dengan

efusi pleura, yang bisa berupa hidrothoraks, pleuritis eksudativa, kilothoraks,

piothoraks atau empiema1.

Efusi pleura berupa eksudat atau transudat. Transudat terjadi pada

peningkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya pada payah jantung kongestif.

Transudasi juga dapat terjadi pada hipoproteinemia seperti pada penyakit hati

dan ginjal atu penekanan tumor pada vena kava.Sedangkan eksudat terjadi

sekunder dari peradangan atau keganasan pleura dan peningkatan permeabilitas

kapiler atau gangguan absorpsi getah bening2.

Menurut WHO pada tahun 2008, efusi pleura merupakan suatu gejala

penyakit yang dapat mengancam jiwa. Secara geografis penyakit ini terdapat

terdapat di seluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Di negara-negara industri,

diperkirakan terdapat 320 kasus efusi pleura per 100.000 orang.

Menurut Depkes RI pada tahun 2006, kasus efusi pleura mencapai 2,7%

dari penyakit infeksi saluran nafas lainnya. Tingginya angka kejadian efusi pleura

1 | E f u s i P l e u r a

Page 2: efusi pleura word.docx

RSU Dr. Pirngadi Medan

disebabkan keterlambatan penderita untuk memeriksakan kesehatan sejak dini

dan angka kematian akibat efusi pleura masih sering ditemukan faktor resiko

terjadinya efusi pleura karena lingkungan yang tidak bersih, sanitasi yang tidak

baik.4 Di Indonesia, tuberculosis paru adalah penyebab utama efusi pleura,

disusul dengan keganasan. Distribusi berdasarkan jenis kelamin, efusi pleura

didapatkan lebih banyak pada wanita daripada pria.

2 | E f u s i P l e u r a

Page 3: efusi pleura word.docx

RSU Dr. Pirngadi Medan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Anatomi dan Fisiologi Pleura

Pleura merupakan lapisan pembungkus paru (pulmo). Pleura adalah

membran serosa yang licin, mengkilat, tipis dan transparan. Dimana antara

pleura yg membungkus pulmo dextra et sinistra dipisahkan oleh adanya

mediastinum. Pleura dr interna ke eksterna terbagi atas 2 bagian :

• Pleura Visceralis/ Pulmonis

Pleura yg langsung melekat pd permukaan pulmo, terletak di sebelah dalam

• Pleura Parietalis

Bagian pleura yg berbatasan dg dinding thorax, terletak di sebelah luar

Pleura parietalis dan viseralis terdiri atas selapis mesotel (yang

memproduksi cairan), membran basalis, jaringan elastik dan kolagen, pembuluh

darah dan limfe. Membran pleura bersifat semipermiabel. Sejumlah cairan terus

menerus merembes keluar dari pembuluh darah yang melalui pleura parietal.

Cairan ini diserap oleh pembuluh darah pleura viseralis, dialirkan ke pembuluh

limfe dan kembali kedarah. Efusi terjadi jika pemnbentukan cairan oleh pleura

parietalis melampau batas pengambilan yang dilakukan pleura viseralis.

3 | E f u s i P l e u r a

Page 4: efusi pleura word.docx

RSU Dr. Pirngadi Medan

Rongga pleura adalah rongga potensial, mempunyai ukuran tebal 10-20 mm,

berisi sekitar 10 cc cairan jernih yang tidak bewarna, mengandung protein < 1,5

gr/dl dan ± 1.500 sel/ml. Sel cairan pleura didominasi oleh monosit, sejumlah

kecil limfosit, makrofag dan sel mesotel. Sel polimormonuklear dan sel darah

merah dijumpai dalam jumlah yang sangat kecil didalam cairan pleura.

Cairan pleura mengandung 1.500 – 4.500 sel/mL, terdiri atas makrofag

(75%), limfosit (23%), eritrosit dan mesotel bebas. Cairan pleura normal

mengandung protein sebanyak 1 – 2 g/100 mL. Elektroforesis protein cairan

pleura menunjukkan bahwa kadar protein cairan pleura setara dengan kadar

protein serum, tetapi kadar protein berat molekul rendah seperti albumin, lebih

tinggi di dalam cairan pleura. Kadar molekul bikarbonat cairan pleura 20 – 25%

lebih tinggi dibandingkan kadar bikarbonat plasma, sedangkan kadar ion natrium

lebih rendah 3 – 5% dan kadar ion klorida lebih rendah 6 – 9% sehingga pH cairan

pleura lebih tinggi dibandingkan pH plasma. Keseimbangan ionik ini diatur

melalui transpor aktif mesotel. Kadar glukosa dan ion kalium cairan pleura setara

dengan plasma.

Jumlah cairan pleura tergantung mekanisme gaya Starling (laju filtrasi kapiler

di pleura parietal) dan sistem penyaliran limfatik melalui stoma di pleura parietal.

4 | E f u s i P l e u r a

Page 5: efusi pleura word.docx

RSU Dr. Pirngadi Medan

Senyawa-senyawa protein, sel-sel dan zat-zat partikulat dieliminasi dari rongga

pleura melalui penyaliran limfatik ini. Menurut Stewart (1963), nilai rerata aliran

limfatik dari satu sisi rongga pleura adalah 0,4 mL/kg berat badan/jam pada tujuh

orang normal. Dalam kedua penelitian ini, variabilitas yang mencolok dijumpai

antar-pasien. Peningkatan volume tidal maupun frekuensi napas meningkatkan

eliminasi limfatik pleura. Kapasitas eliminasi limfatik pleura secara umum 20 – 28

kali lebih besar dibandingkan pembentukan cairan pleura.

2.2. Definisi Efusi Pleura

Efusi pleura adalah adanya cairan patologis dalam rongga pleura. Perlu

diingat bahwa pada orang normal, rongga pleura juga selalu berisi cairan yang

berfungsi untuk mencegah melekatnya pleura viseralis dan pleura parietalis,

sehingga gerakan paru (menggembang dan mengecil) dapat berjalan mulus.

Cairan fisiologis ini di sekresi oleh pleura parietalis dan di absorbsi oleh pleura

viseralis. Dalam keadaan normal, cairan fisiologis dalam rongga pleura ini

berkisar antara kurang dari 1 ml – 20 ml.

2.3. Epidemiologi

Efusi pleura cukup banyak dijumpai. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada

tahun 1984 efusi pleura menduduki peringkat ke 3 dari 10 penyakit terbanyak . di

indonesia, tuberkulosis paru adalah penyebab utama efusi pleura, disusul oleh

keganasan. Distribusi berdasarkan jenis kelamin, efusi pleura didapatkan lebih

banyak pada wanita dari pada pria. Efusi pleura didapatkan oleh tuberkulosis

paru lebih banyak dijumpai pada pria dari pada wanita. Umur terbanyak untuk

efusi pleura karena tuberkulosis adalah 21 – 30 tahun (rerata 30,26%).

5 | E f u s i P l e u r a

Page 6: efusi pleura word.docx

RSU Dr. Pirngadi Medan

2.4. Etiologi

Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi lagi menjadi

transudat, eksudat, dan hemoragi.

1. Transudat dapat disebabkan oleh

a. kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri),

b. sindrom nefrotik,

c. asistes (oleh karena sirosis hepatic),

d. sindrom vena cava superior,

e. sindrom meigs

2. Eksudat disebabkan oleh

a. Infeksi, TB, Pneumonia,

b. Tumor

c. Infark paru,

d. Radiasi

e. Penyakit kolagen.

3. Efusi Hemoragi dapat disebabkan oleh

a. Tumor

b. Trauma

c. infark paru

d. tuberculosis.

Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, efusi dibagi menjadi unilateral

dan bilateral. Efusi unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan

penyakit penyebabnya akan tetapi efusi bilateral seringkali ditemukan pada:

1. kegagalan jantung kongestif, sindrom nefrotik

2. asites,

3. infrak paru,

6 | E f u s i P l e u r a

Page 7: efusi pleura word.docx

RSU Dr. Pirngadi Medan

4. lupus eritematosus sistemis,

5. tumor

6. tuberkulosis

2.5. Patofisiologi

Pada orang normal, cairan di rongga pleura sebanyak 1 – 20 ml. cairan

dirongga pleura jamlahnya tatep karena ada kseimbangan antara produksi oleh

pleura parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis. Keadaan ini dapat

dipertahankan karena adanya keseimbangan antara tekanan hidrostatis pleura

perietelis sebesar 9 mg H2O dan tekanan koloid osmotic pleura viseralis 10 cm

H2O.

Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila :

1. Tekanan osmotic koloid menurun dalam darah, misalnya pada

hipoalbuminemi.

2. Terjadi peningkatan :

pemeabilitas kapiler (keradangan neoplasma)

tekanan hidrostatis di pembuluh darah ke jantung / Vena

pulmonalis (kegagalan jantung kiri)

tekanan negatif intra pleura (atelektasis).

7 | E f u s i P l e u r a

Page 8: efusi pleura word.docx

RSU Dr. Pirngadi Medan

GAMBAR: TERJADINYA CAIRAN PLEURA

Akumulasi cairan pleura dapat terjadi jika:

1. Meningkatnya tekanan intravaskuler dari pleura meningkatkan

pembentukan cairan pleura melalui pengaruh terhadap hukum

Starling.Keadaan ini dapat terjadi pada gagal jantung kanan, gagal jantung

kiri dan sindroma vena kava superior.

2. Tekanan intra pleura yang sangat rendah seperti terdapat pada

atelektasis, baik karena obstruksi bronkus atau penebalan pleura

visceralis

3. Meningkatnya kadar protein dalam cairan pleura dapat menarik lebih

banyak cairan masuk ke dalam rongga pleura

4. Hipoproteinemia seperti pada penyakit hati dan ginjal bisa menyebabkan

transudasi cairan dari kapiler pleura ke arah rongga pleura

8 | E f u s i P l e u r a

Page 9: efusi pleura word.docx

RSU Dr. Pirngadi Medan

5. Obstruksi dari saluran limfe pada pleum parietalis. Saluran limfe

bermuara pada vena untuk sistemik. Peningkatan dari tekanan vena

sistemik akan menghambat pengosongan cairan limfe

2.6. Diagnosis

1. Anamnesa

Keluhan utama penderita adalah timbulnya nyeri dada sehingga penderita

membatasi pergerakan rongga dada dengan bernapas pendek atau tidur miring

ke sisi yang sakit. Selain itu sesak napas terutama bila berbaring ke sisi yang

sehat disertai batuk-batuk dengan atau tanpa dahak. Berat ringannya sesak

napas ini ditentukan oleh jumlah cairan efusi. Keluhan yang lain adalah sesuai

dengan penyakit yang mendasarinya.

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan jasmani, semakin banyak cairan, paru disisi yang sakit

semakin tampak tertinggal pada pernapasan (perlu diperhatikan bahwa keadaan

ini juga dapat disebabkan oleh timbulnya rasa nyeri). Fremitus akan melemah

(semakin banyak cairan, fremitus semakin lemah), bahkan pada efusi yang berat

fremitus mungkin sama sekali tak terasa. Bila banyak seklai cairan di rongga

pleura, akan tampak sela-selan iga menonjol atau konveks. Pada perkusi, di

daerah yang ada cairannya akan terdengar suara redup sampai pekak, semakin

banyak cairan, semakin pekaklah bunyi perfusi. Sebagaimana dapat diperkirakan,

suara napas akan melemah (cairan sedikit) sampai menghilang sama sekali

(cairan banyak), karena paru sama sekali tidak dapat berekspansi lagi. Pada efusi

murni suara tambahan (ronkhi dan sebagainya) tidak ada, karena parenkim paru

sendiri tetap normal. Adanya ronkhi menunjukan bahwa, disamping ada cairan,

paru sendiri juga mengalami perubahan patologis. Kalaupun ada ronkhi hanya

akan terdengar dengan intensitas suara yang rendah karena adanya bantalan

cairan. Tentunya semakin banyak cairan, ronkhi yang bagaimanapun juga

kasarnya tak akan terdengar lagi.

9 | E f u s i P l e u r a

Page 10: efusi pleura word.docx

RSU Dr. Pirngadi Medan

3. Pemeriksaan Penunjang

A. Foto Toraks (X-Ray)

Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk

bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi dari pada

bagian medial. Bila permukaannya horizontal dari lateral ke medial, pasti

terdapat udara dalam rongga tersebut yang dapat berasal dari luar atau dalam

paru-paru sendiri. Kadang-kadang sulit membedakan antara bayangan cairan

bebas dlam pleura dengan adhesi karena radang (pleuritis). Perlu pemeriksaan

foto dada dengan posisi lateral dekubitus. Cairan bebas akan mengikuti posisi

gravitas.

Cairan dalan pleura bisa juga tidak membentuk kurva, kerna

terperangkap atau terlokalisasi. Keadaan ini sering terdapat pada daerah bawah

paru-paru yang berbatasan dengan permukaan atas diafragma. Cairan ini

dinamakan juga sebagai efusi subpulmonik. Gambarannya pada sinar tembus

sering terlihat sebagai diafragma yang terangkat. Jika terdapat bayangan dengan

udara dalam lambung, ini cenderung menunjukan efusi subpulmonik. Begitu juga

dengan bagian kanan dimana efusi subpulmonik sering terluhat sebagai

bayangan garis tipis (fisura) yang berdekatan dengan diafragma kanan. Untuk

jelasnya bisa dilihat dengan foto dada lateral dekubitus, sehingga gambaran

perubahan efusi tersebut menjadi nyata.

Cairan dalam pleura kadang-kadang menumpuk mengelilingi lobus paru

(biasanya lubus bawah) dan terlihat dalam foto sebagai bayangan konsolidasi

parenkim lobus, bisa juga mnegumpul didaerah paramediastinal dan terlihat

dalam foto sebagai fisura interlobaris, bisa juga terdapar secara paralel dengan

sisi jantung, sehingga terlihat sebagai kardiomegali.

Cairan seperti empiema dapat juga terlokalisasi. Gambaran yang terlihat

adalah sebagai bayangan dengan densitas keras diatas diagfragma, keadaan ini

sulit dibedakan dengan tumor paru.

10 | E f u s i P l e u r a

Page 11: efusi pleura word.docx

RSU Dr. Pirngadi Medan

Hal lain yang dapat dilihat dari foto dada pada efusi pleura adalah

terdorong ke mediastinum pada sisi yang berlawanan dengan cairan. Disamping

itu gambaran foto dada dapat juga menerangkan asal mula terjadinya efusi

pleura yaitu bila terdapat jantung yang membesar, adanya masa tumor, adanya

densitas perenkim yang lebih keras pada [neumonia atau abses paru.

Pemeriksaan dengan ultrasonografi pada pleura dapat menentukan

adanya cairan dalam rongga pleura. Pemeriksaan ini sngat membantu sebagai

menuntun waktu melakukan aspirasi cairan terutama pada efusi yang

terlokalisasi. Pemeriksaan CT scan/ dada dapat membantu. Adanya perbedaan

densitas cairan dengan jaringan sekitarnya, sangat memudahkan dalam

menentukan adanya efusi pleura. Pemeriksaan ini tidak banyak dilakukan karena

biayanya masih mahal.

B. Torakosentesis

Aspirasi cairan pleura (torakosentesis) berguna sebagai sarana untuk

diagnostik maupun terapeutik. Pelaksanaanya sebaiknya dilakukan pada pasien

dengan posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru sela iga garis

aksilaris posterior dengan memakai jarum abbocath nomor 14 atau 16.

Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500cc pada setiap kali

aspirasi. Aspirasi sebaiknya dikerjakan berulang-ulang daripada satu kali aspirasi

sekaligus yang dpat menimbulkan pleura shock (hipotensi) atau edema paru

akut. Edema paru dapar terjadi karena paru-paru mengembang terlalu cepat.

Mekanisme sebelumnya belum diketahui betul, tetapi diperkirakan karena

adanya tekanan intra pleura yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan aliran

darah melalui permeabilitas kapiler yang abnormal.

Komplikasi lain torakosentesis adalah pneumotorak (ini yang paling sering

udara masuk melalui jarum), hemotoraks ( karena trauma pada pembuluh darah

interkostalis) dan emboli udara yang agak jarang terjadi.

Dapat juga terjadi laserasi pleura viseralis, tapi biasanya ini akan sembuh

sendiri dengan cepat. Bila laserasinya cukup dalam, dapat menyebabkan udara

11 | E f u s i P l e u r a

Page 12: efusi pleura word.docx

RSU Dr. Pirngadi Medan

dari alveoli masuk ke vena pulmonalis, sehingga terjadi emboli udara. Untuk

mencegah emboli udara ini terjadi emboli pulmoner atau emboli sistemik, pasien

dibaringkan pada sisi kiri dibagian bawah, posisi kepala lebih rendah dari leher,

sehingga udara tersebut dapat terperangkap diatrium kanan. Menegakan

diagnosis cairan pleura dilakukan pemeriksaan :

Warna cairan. Biasanya cairan pleura berwarna agak kekuning-kuningan.

Bila agak kemerahh-merahan, dapat terjadi trauma, infark paru, keganasan dan

adanya kebocoran aneurisma aorta. Bila kuning kehijauan dan agak purulen, ini

menunjukan adanya empiema. Bila merah coklat ini menunjukan adanya abses

karena amuba.

1. Analisa cairan pleura :

-Transudat : jernih, kekuningan

- Eksudat : Kuning, kuning kehijauan

- Kilothoraks : putih seperti susu

- Empiema : kental dan keruh

- Empiema anaerob : Berbau busuk

- Mesotelioma maligna : Sangat kental dan berdarah

2. Biokimia.

Secara biokimia efusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat.

Disamping pemeriksaan tersebut diatas, secara biokimia diperiksan juga cairan

pleura :

Kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-penyakit infeksi,

artritis reumatoid dan neoplasma.

Kadar glukosa < 30 mg /100cc : pleuritis rheumatoid

< 60 mg / 100cc : TB, keganasan atau pada empiema.

Penurunan kadar glukosa disebabkan oleh :

- Glikolisis ekstraseluler

- Ganguan difusi karena kerusakan pleura

12 | E f u s i P l e u r a

Page 13: efusi pleura word.docx

RSU Dr. Pirngadi Medan

Kadar amilase. Biasanya meningkat pada pankreatitis dan metastisis

adenokarsinoma.

Enzim lain :

- Kadar LDH 200 IU dijumpai pada eksudat

- Kadar ADA (Adenosin Diaminase) > 50 IU oleh karena tuberkulosis

pH dan PCO2

Apabila pada analisis cairan pleura didapatkan pH rendah dan PCO2 tinggi

biasanya disebabkan tuberculosis. Apabila pH 7,29 keganasan dapat

disingkirkan.

Transudat.

Dalam keadaan normal cairan pleura yang jumlahnya sedikit itu adalah

transudat. Transudat terjadi apabila hubungan normal antara tekanan kapiler

hidrostatik dan koloid osmotik menjadi terganggu, sehingga terbentuknya cairan

pada satu sisi pleura akan melebihi reabsorpsi oleh pleura lainya.

Biasanya hal ini tedapat pada :

a) meningkatnya tekanan kapiler sistemik

b) sindrom nefrotik

c) obstruksi vena cava superior

d) asites pada sirosis hati (asites menembus suatu defek daifragma atau

masuk melalui saluran getah bening)

e) sindrom meig ( asites denga tumor ovarium )

f) efek tindakan dialisis peritoneal

g) Ex vacuo effusion, karena ada pneumotoraks, tekanan intra pleura

menjadi sub-atmosfir sehingga terdapat pembentukan transudat.

13 | E f u s i P l e u r a

Page 14: efusi pleura word.docx

RSU Dr. Pirngadi Medan

Eksudat.

Eksudat merupakan cairan yang terbentuk melalui membran kapiler yang

permeabelnya abnormal dan berisi protein berkonsentrasi tinggi dibandingkan

protein transudat. Terjadi perubahan permeabilitas membran adlah karena

adanya peradangan pada pleura : infeksi, infark paru atau neoplasma. Protein

yang terdapat dalam cairan pleura kebanyakn berasal dari saluran getah bening.

Kegagalan aliran protein getah bening ini akan menyebabkan peningkatan

konsentrasi proten cairan pleura, sehingga menimbulkan eksudat.

Tabel 1. Perbedaan Biokimia Efusi Pleura

Jenis Pemeriksaan Transudat Eksudat

Rivalta -/ + -

Berat Jenis <1,016 >1,016

Protein <3gr/100cc >3gr/100cc

Ratio protein pleura

dan protein serum

<0,5 >0,5

LDH <200IU >200IU

Rasio LDH Cairan pleura

dengan LDH Serum

< 0,6 0,6

Leukosit <1000/mm3 >1000/mm3

3. Sitologi

Pemeriksan sitologi terhadap cairan pleura amat penting untuk diagnostik

penyakit pleura, terutama bila ditemukan sel-sel patologis atau dominasi sel-sel

tertentu.

Sel Leukosit 25.000/mm3 : Empiema

Sel neurofil : menunjukan adanya infeksi akut seperti pneumonia, infark

paru, pankreatitis, tuberkulosis

14 | E f u s i P l e u r a

Page 15: efusi pleura word.docx

RSU Dr. Pirngadi Medan

Sel limfosit : menunjukan adanya infeksi kronik seperti pleuritis

tuberkulosa atau limfoma maligma.

Sel mesotel : bila jumlahnya meningkat, ini menunjukan adanya infark

paru. Biasanya juga ditemukan banyak sel eritrosit.

Sel mesotel maligma : pada mesotelioma.

Sel-sel besar dengan banyak inti : pada atritis reumatoid.

Sel L.E : pada lupus eritematosus sistemik.

Sel maligna : pada paru/metastase

Sel Eritrosit

Bila eritrosit di dalam cairan pleura meningkat antara 5.000-10.000

/mm3 , cairan tampak hemoragis. Keadaan ini sering dijumpai pada keganasan,

pankreatitis, atau pneumonia. Bila eritrosit lebih dari 100.000 /mm3

menunjukkan infark paru, trauma dada dan keganasan.

4. Bakteriologi

Biasanya cairan pleura steril, tapi kadang-kadang dapat mengandung

mikroorganisme, apalagi bila cairannya purulen. Efusi yang purulen dapat

mengandung kuman-kuman yang aerob atau anaerob. Jenis kuman yang sering

ditemukan dalam cairab pleura adalah : pneumokokokus, E. Coli, klebsiela,

pseudomonas, enterobakter. Pleuritis tuberkulosa, biarkan cairan terhadap

kuman tahan asam hanya dapat menunjukan yang positif sampai 20%-30%.

C. Biopsi Pleura

Pemeriksaan histopatologi satu atau beberapa contoh jaringan pleura dapat

menujukan 50%-75% diagnosis kasus-kasus pleuritis tuberkulosis dan tumor

pleura. Bila ternyata hasil biopsi pertama tidak memuaskan, dapat dilakukan

beberapa biopsi ulangan. Komplikasi biopsi adalah pneumonia, hemotoraks,

penyebaran infeksi atau tumor pada dinding dada.

15 | E f u s i P l e u r a

Page 16: efusi pleura word.docx

RSU Dr. Pirngadi Medan

Pendekatan Pada Efusi Yang Tidak Terdiagnosis

Analisa terhadap cairan pleura yang dilakukan satu kali kadang-kadang

tidak dapat menegakan diagnosis. Dianjukan aspirasi dan analaisisnya diulang

kembali sampai diagnosis menjadi jelas. Efusi yang menetap dlam waktu 4

minggu dan kondisi pasien tetap stabil, siklus pemeriksaan sebaiknya diulang

kebali.

Jika fasilitas memungkinkan dpat dilakukan pemeriksaan tambahan.

Torakoskopi , pada kasus-kasus neoplasma atau tuberkulosis pleura.

Cara : Dilakukan sedikit insisi pada dindidng dada (dengan resiko kecil

terjadinya pneumotoraks) cairan ditemukan penghisapan dan udara dimasukkan

supaya dapat melihat kedua pleura.

2.7. Diagnosis Banding

1. Tumor paru

2. Schwarte atau penebalan pleura

3. Atelektasis lobus bawah

4. Diafragma letak tinggi

2.8. Penatalaksanaan

Pengelolaan efusi pleura ditujukan pada pengobatan penyakit dasar dan

pengosongan cairan (Torakosentesis)

Indikasi untuk melakukan torakosentesis adalah :

a) Menghilangkan sesak napas yang disebabkan oleh akumulasi cairan

dalam rongga plera.

b) Bila therapi spesifik pada penyakit prmer tidak efektif atau gagal.

c) Bila terjadi reakumulasi cairan.

Pengambilan pertama cairan pleura jangan lebih dari 1000 cc, karena

pengambilan cairan pleura dalam waktu singkat dan dalam jumlah yang banyak

dapat menimbulkan oedema paru yang ditandai dengan batuk dan sesak.

16 | E f u s i P l e u r a

Page 17: efusi pleura word.docx

RSU Dr. Pirngadi Medan

Kerugian :

a) Tindakan thoraksentesis menyebabkan kehilangan protein yang berada

dalam cairan pleura.

b) Dapat menimbulkan infeksi di rongga pleura.

c) Dapat terjadi pneumothoraks

Water Seal Drainase (WSD)

1. Pengertian

WSD adalah suatu unit yang bekerja sebagai drain untuk mengeluarkan

udara dan cairan melalui selang dada.

2. Indikasi

a) Pneumothoraks karena rupture bleb, luka tusuk tembus

b) Hemothoraks karena robekan pleura, kelebihan anti koagulan, pasca

bedah toraks

c) Torakotomi

d) Efusi pleura

e) Empiema karena penyakit paru serius dan kondisi inflamasi

3. Tujuan Pemasangan

a) Untuk mengeluarkan udara, cairan atau darah dari rongga pleura

b) Untuk mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura

c) Untuk mengembangkan kembali paru yang kolap dan kolap sebagian

d) Untuk mencegah reflux drainase kembali ke dalam rongga dada.

Pleurodesis

a. Dilakukan pada efusi pleura maligna yang tidak dapat di kontrol atau

pada efusi yang terus menerus terjadi setelah dilakukan thorakosintesis

berulang.

b. Obat-obatan yang dipakai untuk pleurodesis antara lain tetrasiklin HCL

(derivat-derivatnya yang berreaksi asam (HCL) misalnya : teramisin HCL

17 | E f u s i P l e u r a

Page 18: efusi pleura word.docx

RSU Dr. Pirngadi Medan

doksisiklin HCL), bleomisin, fluorourasil dan talk, larutan glukosa 40 %.

Bleomisin dan fluorourasil dipakai pada efusi pleura maligna.

Efusi pleura transudat

Cairan tidak begitu banyak.

Terapinya :

a) Bila disebabkan oleh tekanan hidrostatik yang meningkat, pemberian

diuretika dapat menolong.

b) Bila disebabkan oleh tekanan osmotik yang menurun sebaiknya diberikan

protein.

c) Bahan sklerosing dapat dipertimbangkan bila ada reakumulasi cairan

berulang dengan tujuan melekatkan pleura viseralis dan parietalis.

Efusi pleura eksudat

Efusi Parapneumonik yaitu efusi yang terjadi setelah keradangan paru

(pneumonia).

a. Paling sering disebabkan oleh pneumonia.

b. Umumnya cairan dapat diresorbsi setelah pemberian terapi yang

adekuat untuk penyakit dasarnya.

c. Bila terjadi empiema, perlu pemasangan kateter toraks dengan WSD

d. Bila terjadi fibrosis, tindakan yang paling mungkin hanya dekortikasi

(jaringan fibrotik yang menempel pada pleura diambil /dikupas).

Efusi pleura maligna

a. Pengobatan ditujuakan pada penyebab utama atau pada penyakit primer

dengan cara radiasi atau kemoterapi.

b. Bila efusi terus berulang, dilakukan pemasangan kateter toraks dengan

WSD.

18 | E f u s i P l e u r a

Page 19: efusi pleura word.docx

RSU Dr. Pirngadi Medan

Kilotoraks

Cairan pleura berupa kilus yang terjadi karena kebocoran akibat

penyumbatan saluaran limfe duktus torasikus di rongga dada. Tindakan yang

dilakukan bersifat konsevatif :

a. Torakosintesis 2-3 kali. Bila tidak berhasil, dipasang kateter toraks

dengan WSD.

b. Tindakan yang paling baik

2.9 Prognosis

Dengan semakin majunya ilmu kedokteran, dunia farmasi dan teknologi

kedokteran pada umumnya prognosis efusi pleura adalah baik, tentunya, kecuali

bila penyakit dasarnya adalah keganasan.

2.10 Pencegahan

Lakukan pengobatan yang adekuat pada penyakit-penyakit dasarnya yang

dapat menimbulkan efusi pleura. Merujuk penderita kerumah sakit yang lebih

lengkap bila diagnosis kausal belum dapat di tegakkan. Tindakan yang dapat di

lakukan untuk menentukan dan mengobati penyakit dasarnya misalnya, biopsi

pleura, bronkoskopi, thorakotomi, thorakoskopi.

DAFTAR PUSTAKA

19 | E f u s i P l e u r a

Page 20: efusi pleura word.docx

RSU Dr. Pirngadi Medan

- Sudoyo, W.Aru, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Kelima Jilid

III,Interna Publishing, Jakarta, 2009

- Danusantoso, Halim. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru Edisi 2, Penerbit

Buku Kedokteran, EGC, Jakarta. 2012, hal 281-295

- Alsagaf, Hood,dkk. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University

Press, Surabaya. 2009, hal 143-160.

- Porcel,Jose. 2006. Diagnostic Approach to Pleural Effusion in Adults.

American Family Physician volume 73, 1212-1220

BAB 3

LAPORAN KASUS

20 | E f u s i P l e u r a

Page 21: efusi pleura word.docx

RSU Dr. Pirngadi Medan

Anamnesa Pribadi

Nama : Asnahyati Lubis

MR : 86.45.96

Umur : 47 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Perkawinan : Menikah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Suku/ Agama : Islam

Alamat : Jl. Bersama Gg. Karya NO 09, Tembung, Medan

Suku : Batak

Anamnesa Penyakit

Keluhan Utama : Sesak Nafas

Telaah :

- Hal ini telah dialami Os sejak ± 1 bulan SMRS. Sesak memberat dalam 1

minggu ini. Hal ini timbul secara perlahan dan dirasakan semakin lama

semakin sesak. Sesak bersifat hilang timbul, sesak nafas tidak berhubungan

dengan aktivitas dan cuaca, riwayat tidur menggunakan 2-3 bantal tidak

dijumpai, riwayat terbangun tengah malam karena sesak tidak dijumpai. Os

merasa nyaman tidur miring ke kiri.

- Riwayat kaki bengkak tidak dijumpai.

- Demam dialami Os ± 2 minggu ini, demam bersifat tidak tinggi, menggigil

tidak dijumpai.

- Os juga mengeluh Batuk. Batuk dialami os sejak 1 bulan ini, batuk dirasakan

hilang timbul, batuk berdahak, volume dahak ± ¼ sendok makan per kali

batuk, warna hijau kekuningan, riwayat batuk darah tidak dijumpai. Riwayat

merokok tidak dijumpai, Riwayat sering berkeringat malam tidak jelas.

- Nafsu makan os juga turun. Selama 6 bulan ini os merasakan berat badan os

turun hingga ± 10 kg.

21 | E f u s i P l e u r a

Page 22: efusi pleura word.docx

RSU Dr. Pirngadi Medan

- Muka pucat dijumpai pada os sejak ± 1 bulan ini. Riwayat perdarahan tidak

dijumpai, keluhan ini disertai rasa lemas dan hoyong. Riwayat transfusi darah

sebelumnya tidak dijumpai.

- BAB (+) normal BAK (+) normal.

Riwayat Penyakit Terdahulu:

- Os menderita TB Paru pada tahun 2012 dan mengkonsumsi OAT selama 2

bulan namun tidak tuntas.

- Riwayat penyakit kencing manis dijumpai ± 5 tahun yang lalu dengan nilai

tertinggi 400mg/dl.

Riwayat Pemakaian Obat:

- Os sudah pernah makan OAT Tahun 2012 selama 2 bulan dan berhenti

karena sakit kepala dan telinga berdenging. Saat ini Os sedang

mengkonsumsi OAT jalan 4 bulan.

- Os juga mengkonsumsi metformin dalam 5 tahun ini. Namun os tidak

teratur dalam minum obat dan jarang kontrol ke dokter.

VITAL SIGN (STATUS PRESENS)

Keadaan Umum : Compos Mentis

Tekanan Darah : 100/60 mmHg

Nadi : 80 x/i

Pernapasan : 32 x/i

Suhu : 37,6 C⁰

Ikterus : (-/-)

Anemis : (+/+)

Sianosis : (-/-)

Dyspnoe : (+/+)

Oedema : (-/-)

BB : 40 kg

22 | E f u s i P l e u r a

Page 23: efusi pleura word.docx

RSU Dr. Pirngadi Medan

TB : 157 kg

IMT : 16,2 kg/m2

Kesan : Underweight

PEMERIKSAAN FISIK

Kepala

- Mata : Konjungtiva palperbra inferior anemis (+/+), Sklera

ikterik (-/-), Refleks Cahaya (+/+), Pupil isokor

- T/H/M : Dalam batas normal

- Leher : Trakea medial, pembesaran KGB (-), TVJ R-2 cmH2O

Thoraks Depan

o Inspeksi : Simetris fusiformis

o Palpasi : Stem fremitus dekstra > sinistra. Kesan : Stem

fremitus melemah pada lapangan paru sinistra

o Perkusi : Sonor memendek pada lapangan atas paru dekstra

dan redup sampai menghilang pada lapangan paru sinistra

o Auskultasi : SP: Bronkial pada lapangan atas paru dekstra dan

melemah pada lapangan paru sinistra ; ST: ronkhi basah pada

lapangan paru dekstra

- Batas Paru Hati

o Batas paru hepar relative: ICR V

o Batas paru hepar absolute: ICR IV

- Batas Jantung

o Batas jantung atas: ICR III Sinistra

o Batas jantung kanan: linea parasternalis dextra

o Batas jantung kiri: sulit dinilai

- Jantung : HR: 100 x/i, regular, gallop (-), murmur (-), suara katup

M1>M2, P2>P1, A2>A1, A2>P2

Thoraks Belakang

- Inspeksi : Simetris fusiformis

23 | E f u s i P l e u r a

Page 24: efusi pleura word.docx

RSU Dr. Pirngadi Medan

- Palpasi : Stem fremitus dekstra > sinistra. Kesan : Stem fremitus

melemah pada lapangan paru sinistra

- Perkusi : Sonor memendek pada lapangan atas paru dekstra dan

redup sampai menghilang pada lapangan paru sinistra

- Auskultasi : SP: Bronkial pada lapangan atas paru dekstra dan

melemah pada lapangan paru sinistra ; ST: ronkhi basah pada lapangan

paru dekstra

Abdomen

- Inspeksi : Simetris

- Palpasi : Soepel, Hepar/Lien/Renal tidak teraba pembesaran, Nyeri

tekan (-)

- Perkusi : Tymphani

- Auskultasi : Peristaltik (+) normal

Inguinal : Pembesaran KGB (-)

Genitalia : Tidak dijumpai kelainan

Ekstremitas Superior : Oedema (-)

Ekstremitas Inferior : Oedema (-)

PEMERIKSAAN LAB DARI IGD RSP MEDAN (07/04/2015)

Darah Lengkap:

Hb: 6,20 g/dl (13,2-17,7); Leukosit: 15.700/mm3 (4.500-11.000),

Ht: 15,80% (43-49); Trombosit: 530.000/mm3 (150.000-450.000), MCV: 58,10 fL

(85-95); MCH: 14,30ρg (28-32); MCHC: 24,70 (33-35)g/dl;

Kesan : Anemia hipokrom mikrositer

KGD Ad random : 256 mg dl

FOTO THORAX:

Tampak perselubungan homogen pada lap atas paru kiri, infiltrat paru kanan

Kesimpulan : TB paru dengan effusi masif pleura kiri

24 | E f u s i P l e u r a

Page 25: efusi pleura word.docx

RSU Dr. Pirngadi Medan

DIAGNOSIS BANDING:

Efusi pleura ec TB Paru dd Fibrosis Paru dd Tumor paru + TB Paru dengan

infeksi sekunder + Anemia ec Penyakit kronis dd Def. Besi dd Perdarahan + DM

Tipe II

DIAGNOSIS SEMENTARA:

Efusi pleura ec TB Paru + TB Paru dengan infeksi sekunder + Anemia ec

Penyakit kronis + DM Tipe II

TERAPI:

- Bed Rest

- Diet MB

- IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i

- Inj.Ceftriaxone 1 gr / 12 jam

- Inj Streptomisin 750 mg/24jam/IM

- Rifampisin 450 mg tab 1 x 1

- Isoniazid 300 mg tab 1 x 1

- Pyrazinamid 500 mg tab 2 x 1

- Etambutol 750 mg tab 1 x 1

- GG tab 3 x 1

- Vit B6 1 x 1

- Transfusi 4 kantong PRC @ 125 cc

25 | E f u s i P l e u r a

Page 26: efusi pleura word.docx

RSU Dr. Pirngadi Medan

26 | E f u s i P l e u r a