39
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Elektrokardiografi (EKG) adalah pemantulan aktivitas listrik dari serat-serat otot jantung secara goresan. Dalam perjalanan abad ini, perekaman EKG sebagai cara pemeriksaan tidak invasif, sudah tidak dapat lagi dihilangkan dari klinik. Sejak di introduksinya galvanometer berkawat yang diciptakan oleh Einthoven dalam tahun 1903, galvanometer berkawat ini merupakan suatu pemecahan rekor perangkat sangat peka dapat merekam setiap perbedaan tegangan yang kecil sebesar milivolt. Perbedaan tegangan ini terjadi karena luapan dari serat-serat otot jantung. Perbedaan tegangan ini dirambatkan ke permukaan tubuh dan diteruskan ke sandapan-sandapan dan kawat ke perangkat penguat EKG. Aktivitas listrik mendahului penguncupan sel otot. Tidak ada perangkat pemeriksaan sederhana yang begitu banyak mengajar pada kita mengenai fungsi otot jantung selain daripada EKG. Dengan demikian masalah-masalah diagnostik penyakit jantung dapat dipecahkan dan pada gilirannya pengobatan akan lebih sempurna. Namun kita perlu diberi peringatan bahwa EKG itu walaupun memberikan banyak masukkan, tetapi hal ini tak berarti tanpa salah. Keluhan dan 1

EKG Abnormal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KG

Citation preview

Page 1: EKG Abnormal

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Elektrokardiografi (EKG) adalah pemantulan aktivitas listrik dari serat-serat

otot jantung secara goresan. Dalam perjalanan abad ini, perekaman EKG sebagai cara

pemeriksaan tidak invasif, sudah tidak dapat lagi dihilangkan dari klinik. Sejak di

introduksinya galvanometer berkawat yang diciptakan oleh Einthoven dalam tahun

1903, galvanometer berkawat ini merupakan suatu pemecahan rekor perangkat sangat

peka dapat merekam setiap perbedaan tegangan yang kecil sebesar milivolt.

Perbedaan tegangan ini terjadi karena luapan dari serat-serat otot jantung.

Perbedaan tegangan ini dirambatkan ke permukaan tubuh dan diteruskan ke

sandapan-sandapan dan kawat ke perangkat penguat EKG. Aktivitas listrik

mendahului penguncupan sel otot. Tidak ada perangkat pemeriksaan sederhana yang

begitu banyak mengajar pada kita mengenai fungsi otot jantung selain daripada EKG.

Dengan demikian masalah-masalah diagnostik penyakit jantung dapat

dipecahkan dan pada gilirannya pengobatan akan lebih sempurna. Namun kita perlu

diberi peringatan bahwa EKG itu walaupun memberikan banyak masukkan, tetapi

hal ini tak berarti tanpa salah. Keluhan dan pemeriksaan klinik penderita tetap

merupakan hal yang penting. EKG seorang penderita dengan Angina Pectoris dan

pengerasaan pembuluh darah koroner dapat memberikan rekaman yang sama sekali

normal oleh karena itu EKG harus selalu dinilai dalam hubungannya dengan

keluhan-keluhan dan keadaan klinis penderita.

Pada waktu sekarang, EKG sebagai perangkat elektronis sederhana sudah

digunakan secara luas pada praktek-praktek dokter keluarga, rumah-rumah perawatan,

dalam perusahaan, pabrik-pabrik atau tempat-tempat pekerjaan lainnya. Dengan

demikian pemeriksaan EKG dapat secara mudah dan langsung dilakukan pada

penderita-penderita yang dicurigai menderita penyakit jantung dan pembuluh darah

yang banyak ditemukan dan banyak menyebabkan kematian.

Bila dideteksi dini, banyak penyakit yang dapat ditolong pada waktu yang tepat

untuk menghindari komplikasi jangka pendek maupun panjang, bahkan kematian.

1

Page 2: EKG Abnormal

Tentu saja interpretasi EKG harus baik. Ditambah keterampilan mendapatkan riwayat

penyakit (anamnesis) yang baik, tidak diragukan lagi bahwa interpretasi EKG akurat

dapat menjadi senjata ampuh dalam diagnosis banyak penyakit.1

Secara rutin jantung melakukan aktivitas kontraksi dan relaksasi untuk

memenuhi kebutuhan tubuh akan sirkulasi darah. Hal ini terjadi karena adanya

aktivitas listrik yang dihasilkan secara ritmik dan kontinu oleh sel-sel spesial di

jantung. Sel-sel dengan kemampuan yang sangat unik dan luar biasa. Aktivitas listrik

ini menghasilkan medan listrik jantung (cardiac electrical field) dijantung untuk

kemudian diteruskan ke seluruh tubuh. Medan listrik ini dapat direkam dengan

menaruh beberapa elektroda (sadapan) di permukaan tubuh yang dihubungkan dengan

sebuah mesin. Sebagai hasilnya tampak sebuah grafik sesuai interpretasi masing-

masing sadapan. Dengan kata lain, EKG merupakan sebuah grafik aktivitas listrik

jantung yang direkam di permukaan tubuh.1

1.2 TUJUAN

Untuk mengetahui dan mempelajari tentang elektrokardiografi beserta kelainannya

sehingga dapat menginterpretasikan dengan tepat.

1.3 MANFAAT

Untuk mengetahui dan mempelajari lebih dalam tentang elektrokardiografi dengan

kelainan-kelainannya.

2

Page 3: EKG Abnormal

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Elektrokardiogram

2.1.1 Definisi

Elektrokardiagram (EKG) adalah suatu alat pencatat grafis aktivitas listrik

jantung.  Pada EKG terlihat bentuk gelombang khas yang disebut sebagai

gelombang P, QRS dan T, sesuai dengan penyebaran eksitasi listrik dan

pemulihannya melalui sistem hantaran dan miokardium.

Elektrokardiogram (EKG) adalah tes non-invasif yang digunakan untuk

mencerminkan kondisi jantung yang mendasarinya dengan mengukur aktivitas

listrik jantung. Dengan posisi lead  pada tubuh, informasi tentang

kondisi jantung yang dapat dipelajari dengan mencari pola karakteristik pada

EKG.

Elektrokardiogram adalah bagian penting dari evaluasi awal pasien yang

diduga memiliki masalah jantung yang terkait. Elektroda lengket kecil diterapkan

ke dada pasien, lengan dan kaki. Namun, dengan beberapa sistem, elektroda dapat

diterapkan untuk bahu dada, dan sisi dada bagian bawah, atau pinggul. Kabel

digunakan untuk menghubungkan pasien dengan mesin EKG. Aktivitas listrik

yang diciptakan oleh pasien jantung diproses oleh mesin EKG dan kemudian

dicetak pada kertas grafik khusus. Ini kemudian ditafsirkan oleh dokter. Ini

membutuhkan waktu beberapa menit untuk menerapkan elektroda EKG, dan satu

menit untuk membuat rekaman yang sebenarnya.

2.1.2.Kegunaan EKG

EKG dapat memberikan data yang mendukung diagnosis dan pada beberapa

kasus penting untuk penatalaksanaan pasien. EKG penting untuk diagnosis dan

penatalaksanaan kelainan irama jantung. EKG membantu mendiagnosis penyebab

nyeri dada, dan ketepatan penggunaan trombolisis pada infark miokard

tergantung padanya. EKG dapat membantu mendiagnosis penyebab sesak nafas.

Karena aktivitas listrik memicu aktivitas mekanis, kelainan pola listrik

biasanya disertai oleh kelainan aktivitas kontraktil jantung. Evaluasi terhadap

3

Page 4: EKG Abnormal

EKG dapat memberikan informasi yang berguna mengenai status jantung,

termasuk kecepatan denyut, irama dan kesehatan otot-ototnya.

1. Kelainan Kecepatan

Jarak antara dua kompleks QRS yang berurutan di sebuah rekaman EKG

dikalibrasikan ke kecapatan jantung. Kecepatan denyut jantung yang melebihi

100 denyut per menit dikenal sebagai takikardia (cepat), sedangkan denyut

yang lambat yang kurang dari 60 kali per menit disebut bradikardi (lambat).

2. Kelainan Irama

Irama mengacu pada keteraturan gelombang EKG. Setiap variasi irama normal

dan urutan eksitasi jangtung disebut aritmia.

- Flutter Atrium ditandai oleh urutan deplolarisasi atrium yang reguler tetapi

cepat dengan kecepatan antara 200 sampai 300 denyut per menit.

- Fibrilasi Atrium ditandai oleh depolarisasi atrium yang cepat, ireguler, dan

tidak terkordinasi tanpa gelombang P yang jelas.

- Fibrilasi Ventrikel adalah kelainan irama yang sangat serius dengan otot-

otot ventrikel memperlihatkan kontraksi yang kacau dan tidak

terkoordinasi.

3. Miopati Jantung

Gelombang EKG abnormal juga penting dalam mengenali dan menilai

miopati jantung (kerusakan otot jantung).

Jadi pada umumnya pemeriksaan EKG berguna untuk mengetahui : aritmia,

fungsi alat pacu jantung, gangguan konduksi interventrikuler, pembesaran

ruangan-ruangan jantung, IMA, iskemik miokard, penyakit perikard, gangguan

elektrolit, pengaruh obat-obatan seperti digitalis, kinidin, kinine, dan berbagai

kelainan lain seperti penyakit jantung bawaan, korpulmonale, emboli paru,

mixedema.

2.1.3 Bentuk Gelombang dan Interval EKG

Pada EKG terlihat bentuk gelombang khas yang disebut P, QRS, dan T,

sesuai dengan penyebaran eksitasi listrik dan pemulihannya melalui sistem

hantaran dan miokardium. Gelombang – gelombang ini direkam pada kertas

4

Page 5: EKG Abnormal

grafik dengan skala waktu horisontal dan voltase vertikal. Makna bentuk

gelombang dan interval pada EKG adalah sebagai berikut :

1. Gelombang P

Sesuai dengan depolarisasi atrium. Rangsangan normal untuk

depolarisasi atrium berasal dari nodus sinus. Namun, besarnya arus listrik yang

berhubungan dengan eksitasi nodus sinus terlalu kecil untuk dapat terlihat

pada EKG. Gelompang P dalam keadaan normal berbentuk melengkung dan

arahnya ke atas pada kebanyakan hantaran.

Pembesaran atrium dapat meningkatkan amplitudo atau lebar

gelombang P, serta mengubah bentuk gelombang P. Disritmia jantung juga

dapat mengubah konfigurasi gelombang P. misalnya, irama yang berasal dari

dekat perbatasan AV dapat menimbulkan inversi gelombang P, karena arah

depolarisasi atrium terbalik.

2. Interval PR

Diukur dari permulaan gelombang P hingga awal kompleks QRS. Dalam

interval ini tercakup juga penghantaran impuls melalui atrium dan hambatan

impuls melalui nodus AV. Interval normal adalah 0,12 sampai 0,20 detik.

Perpanjangan interval PR yang abnormal menandakan adanya gangguan

hantaran impuls, yang disebut bloks jantung tingkat pertama.

3. Kompleks QRS

Menggambarkan depolarisasi ventrikel. Amplitudo gelombang ini besar

karena banyak massa otot yang harus dilalui oleh impuls listrik. Namun,

impuls menyebar cukuop cepat, normalnya lamanya komplek QRS adalah

antara 0,06 dan 0,10 detik. Pemanjangan penyebaran impuls melalui berkas

cabang disebut sebagai blok berkas cabang (bundle branch block) akan

melebarkan kompleks ventrikuler. Irama jantung abnormal dari ventrikel

seperti takikardia juga akan memperlebar dan mengubah bentuk kompleks

QRS oleh sebab jalur khusus yang mempercepat penyebaran impuls melalui

ventrikel di pintas. Hipertrofi ventrikel akan meningkatkan amplitudo

kompleks QRS karena penambahan massa otot jantung. Repolasisasi atrium

terjadi selama massa depolarisasi ventrikel. Tetapi besarnya kompleks QRS

tersebut akan menutupi gambaran pemulihan atrium yang tercatat pada

elektrokardiografi.

5

Page 6: EKG Abnormal

Gambar 1. Gelombang Normal pada EKG

4. Segmen ST

Interval ini terletak antara gelombang depolarisasi ventrikel dan

repolarisasi ventrikel. Tahap awal repolarisasi ventrikel terjadi selama periode

ini, tetapi perubahan ini terlalu lemah dan tidak tertangkap pada EKG.

Penurunan abnormal segmen ST dikaitkan dengan iskemia miokardium

sedangkan peningkatan segmen ST dikaitkan dengan infark. Penggunaan

digitalis akan menurunkan segmen ST.

5. Gelombang T

Repolarisasi ventrikel akan menghasilkan gelombang T. Dalam keadaan

normal gelombang T ini agak asimetris, melengkung dan ke atas pada

kebanyakan sadapan. Inversi gelombang T berkaitan dengan iskemia

miokardium. Hiperkalemia (peningkatan kadar kalium serum) akan

mempertinggi dan mempertajam puncak gelombang T.

6

Page 7: EKG Abnormal

Gambar 2. Variasi Kompleks QRS

6. Interval QT

Interval ini diukur dari awal kompleks QRS sampai akhir gelombang T,

meliputi depolarisasi dan repolarisasi ventrikel. Interval QT rata – rata adalah

0,36 sampai 0, 44 cdetik dan bervariasi sesuai dengan frekuensi jantung.

Interval QT memanjang pada pemberian obat – obat antidisritmia seperti

kuinidin, prokainamid, sotalol (betapace) dan amiodaron (cordarone).

2.1.4.Sistematika Interpretasi EKG

1 IRAMA

Pertama-tama tentukan irama sinus atau bukan. Apabila setiap kompleks QRS

didahului oleh gelombang P berarti irama sinus, kalau tidak berarti irama

asinus.1,2

2 LAJU QRS (QRS RATE)

Pada irama sinus laju QRS normal berkisar antara 60 – 100 kali/menit, kurang

dari 60 kali disebut sinus bradikardi, sedangkan lebih dari 100 kali disebut

sinus takikardi.1,2,3

3 REGULARITAS

EKG normal selalu regular. Irama yang tidak reguler ditemukan pada fibrilasi

atrium atau pada keadaan banyak ditemukan ekstrasistol. Regularitas

ditentukan dengan kesamaan jarak antara puncak R ke R’ gelombang

selanjutnya.

4 AKSIS

7

Page 8: EKG Abnormal

Aksis normal selalu terdapat antara -30° sampai +110°. Lebih dari -30 disebut

deviasi aksis kiri, lebih dari +110 disebut deviasi aksis kanan, dan bila lebih

dari +180 disebut aksis superior.1,3

Kadang aksis tidak dapat ditentukan, maka ditulis underterminable, misalnya

pada EKG di mana defleksi porsitif dan negatif pada kompleks QRS di semua

sadapan sama besarnya.

5 GELOMBANG P

Perhatikan apakah kontur gelombang P normal atau tidak. Normalnya 2.5 mm

x 2.5 mm (2.5 kotak kecil x 2.5 kotak kecil).

6 INTERVAL PR

Interval PR normal adalah kurang dari 0.2 detik. Lebih dari 0.2 detik disebut

AV blok derajat satu. Kurang dari 0.1 detik disertai adanya gelombang delta

menunjukkan Wolf-Parkinson-White Syndrome.

7 KOMPLEKS QRS

Adanya gelombang Q patologis menandakan old myocardial infarction.

Gelombang R yang tinggi di sadapan V1 dan V2 menunjukkan hipertrofi

ventrikel kanan atau infrak dinding posterior. Gelombang R yang tinggi di

sadapan V5 dan V6 dengan gelombang S yang dalam di sadapan V1 dan V2

menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri.1,4

Interval QRS yang lebih dari 0.1 detik harus dicari apakah adalah right branch

bundle block, left bundle branch block atau ekstrasistol ventrikel.

8 SEGMEN ST

Elevasi segmen ST menandakan infark miokard akut (tentukan bagian jantung

sesuai hasil bacaan tiap sadapan). Depresi segmen ST menandakan iskemia.

9 GELOMBANG T

Gelombang T yang datar (Flat T) menandakan iskemia. Gelombang T terbalik

(T-inverted) menandakan iskemia atau mungkin suatu aneurisma. Gelombang

T yang runcing menandakan hiperkalemia.2,3

2.1.5 Kelainan Kompleks Pada Beberapa Penyakit

Pada dasarnya bagi yang berpengalaman, tidaklah sulit membedakan antara

kompleks EKG normal dan yang ada kelainan. Tetapi kadang-kadang ditemukan

adanya gambaran EKG yang tidak khas dan membingungkan kita. Oleh karena

8

Page 9: EKG Abnormal

itu sebagai patokan, maka berikut ini disajikan kelainan kompleks P-QRS-T pada

beberapa penyakit.

1. Kelainan gelombang P.

Kelainan penampilan (amplitudo, lamanya, bentuknya) gelombang P

pada irama dan kecepatan yang normal. Misalnya P mitrale yang ditandai

dengan gelombang P yang tinggi, lebar dan “notched” pada sandapan I dan II :

gelombang P lebar dan bifasik pada VI dan V2. adanya hipertrofi atrium kiri

terutama pada stenosis mitralis. Sedangkan P pulmonale ditandai dengan

adanya gelombang P yang tinggi, runcing pada sandapan II dan III, dan

mungkin disertai gelombang P tinggi dan bifasik pada sandapan VI dan V2.

Ditemukan pada korpulmonale dan penyakit jantung kongenital.

Kelainan penampilan, irama dan kecepatan gelombang P yang dapat

berupa kelainan tunggal gelombang P misalnya “atrial premature beat” yang

bisa ditemukan pada penyakit jantung koroner (PJK), intoksikasi digitalis.

Selain itu dapat ditemukan kelainan pada semua gelombang P disertai kelainan

bentuk dan iramanya misalnya fibrilasi atrium yang dapat disebabkan oleh

penyakit jantung rematik (PJR), pada infark miokard. Kelainan gelombang P

lainnya berupa tidak adanya suatu gelombang P, kompleks QRS-T timbul

lebih cepat dari pada biasanya. Misalnya “ AV nodal premature beat” pada

PJK, intoksikasi digitalis, dimana bentuk kompleks QRS normal, dan terdapat

masa istirahat kompensatoir. Kelainan lain berupa ekstrasistole ventrikel pada

PJK, intoksikasi digitalis.

Seluruh gelombang P tidak nampak, tetapi bentuk dan lamanya

kompleks QRS adalah normal. Misalnya irama nodal AV, takikardi nodal AV,

atrial takikardi yang timbul akibat intoksikasi digitalis, infark miokard,

penyakit jantung hipertensi (PJH). Gelombang P seluruhnya tidak tampak

dengan kelainan bentuk dan lamanya kompleks QRS. Misalnya ventrikel

takikardi, fibrilasi atrium yang dapat timbul pada PJR. Penyakit jantung

hipertensi (PJH).

2. Kelainan interval P-R

- Interval P-R panjang menunjukkan adanya keterlambatan atau blok

konduksi AV. Misalnya pada blok AV tingkat I dimana tiap gelombang P

9

Page 10: EKG Abnormal

diikuti P-R > 0,22 detik yang bersifat tetap atau sementara, ditemukan pada

miokarditis, intoksikasi digitalis, PJK, idiopatik. PadaAV blok tingkat II

yaitu gelombang P dalam irama dan kecepatan normal, tetapi tidak diikuti

kompleks QRS, dan seringkali disertai kelainan QRS, S - T dan T. Interval

P-R pada kompleks P-QRS-T mungkin normal atau memanjang, tetapi tetap

jaraknya. Blok jantung A-V 2 : 1 atau 3 : 1, berarti terdapat 2 P dan hanya 1

QRS atau 3P&1QRS. Tipe lain dari blok jantung ini ialah fenomena

Wenkebach. Pada blok jantung tingkat III atau blok jantung komplit irama

dan kecepatan gelombang P normal, irama kompleks QRS teratur tetapi

lebih lambat (20-40 kali permenit) dari gelombang P. jadi terdapat disosiasi

komplit antara atrium dan ventrikel.

- Interval P-R memendek yaitu kurang dari 0,1 detik dengan atau tanpa

kelainan bentuk QRS. Ditemukan pada PJK intoksikasi digitalis, sindroma

WPW.

3. Kelainan gelombang Q.

Gelombang Q patologis yang lebar > 1 mm atau > 0,4 detik dan

dalamnya >2 mm (lebih 1/3 dari amplitudo QRS pada sandapan yang sama)

menunjukkan adanya miokard yang nekrosis. Adanya gelombang Q di

sandapan III dan aVR merupakan gambaran yang normal.

4. Kelainan gelombang R dan gelombang S.

Dengan membandingkan gelombang R dan S disandapan I dan III yaitu

gelombang S di I dan R di III menunjukkan adanya “right axis deviation”.

Kelainan ini ditemukan pada hipertrofi ventrikel kanan, stenosis mitral,

penyakit jantung bawaan, korpulmonale. Sedangkan gelombang R di I dan S di

III menunjukkan adanya “ left axis deviation”. Kelainan ini ditemukan pada

hipertrofi ventrikel kiri (LVH). Biasanya dengan menjumlahkan voltase

(kriteria voltasi) dari gelombang S di V1 dan R di V5 atau S V1 + R V6 > 35

mm atau gelombang R>27 mm di V5 atau V6 menunjukkan adanya LVH.

10

Page 11: EKG Abnormal

5. Kelainan kompleks QRS

- Pada blok cabang berkas His dapat ditemukan adanya kompleks QRS lebar

dan atau “notched” dengan gelombang P dan interval P-R normal.

Ditemukan pada PJK, PJR (Penyakit Jantung Rematik).

- Kompleks QRS berfrekwensi lambat dengan atau tanpa kelainan bentuk

tetapi iramanya teratur yaitu pada sinus bradikardi, blok jantung 2:1, 3:1,

blok komplit terutama pada PJK, PJR, penyakit jantung bawaan.

- Kompleks QRS berfrekwensi cepat dengan atau tanpa kelainan bentuk,

yaitu pada sinus takikardi, atrial takikardi, nodal takikardi, fibrilasi atrium,

takikardi ventrikel. Ditemukan pada PJK (Penyakit Jantung Koroner), PJH

(Penyakit Jantung Hipertensi), PJR (Penyakit Jantung Rematik), infark

miokard, intoksikasi digitalis.

- Irama QRS tidak tetap.

Kadang-kadang kompleks QRS timbul lebih cepat dari biasa, misalnya “

AV nodal premature beat”, “ventricular premature beat”. Ditemukan pada PJK

dan intoksikasi digitalis. Irama kompleks QRS sama sekali tidak teratur yaitu

pada fibrilasi atrium dimana sering ditemukan pada PJH, PJR, infark miokard

dan intoksikasi digitalis.

6. Kelainan segmen S-T.

Suatu kelainan berupa elevasi atau depresi segmen S-T yang ragu-ragu,

sebaiknya dianggap normal sampai terbukti benar-benar ada kelainan pada

suatu seri perekaman. Bukanlah suatu kelainan, apabila elevasi segmen S-T

tidak melebihi 1 mm atau depresi tidak melebihi 0,5 mm, paling kurang pada

sandapan standar. Secara klinik elevasi atau depresi segmen S-T pada 3

sandapan standar, biasanya disertai deviasi yang sama pada sandapan yang

sesuai, menunjukkan adanya insufisiensi koroner. Adanya elevasi segmen S-T

merupakan petunjuk adanya infark miokard akut atau perikarditis. Elevasi

segmen S-T pada sandapan prekordial menunjukkan adanya infark dinding

anterior, sedangkan infark dinding inferior dapat diketahui dengan adanya

elevasi segmen S-T pada sandapan II, III, dan aVF. Untuk perikarditis

biasanya tidak dapat dipastikan tempatnya dan akan tampak elevasi di hampir

11

Page 12: EKG Abnormal

semua sandapan. Elevasi segmen S-T pada V4 R ditemukan pada infark

ventrikel kanan.

7. Kelainan gelombang T.

Adanya kelainan gelombang T menunjukkan adanya kelainan pada ventrikel.

Untuk itu dikemukakan beberapa patokan yaitu :

- Arahnya berlawanan dengan defleksi utama QRS pada setiap sandapan.

- Amplitudo gelombang T > 1 mm pada sandapan I atau II dengan

gelombang R menyolok.

- Gelombang T terbalik dimana gelombang R menyolok.

- Lebih tinggi daripada perekaman sebelumnya atau lebih tinggi 8 mm pada

sandapan I,II, III.

Oleh karena begitu banyak penyebab kelainan gelombang T, maka

dalam menginterpretasi kelainan ini sebaiknya berhati-hati dan

mempertimbangkan seluruh gambaran klinik. Suatu diagnosis khusus tidak

dapat dibuat atas dasar perubahan -perubahan yang tidak khas. Adanya

gelombang T terbalik, simetris, runcing, disertai segmen S-T konveks keatas,

menandakan adanya iskemi miokard. Kadang-kadang gelombang T sangat

tinggi pada insufisiensi koroner. Pada keadaan dimana defleksi QRS positif

pada sandapan I, sedangkan gelombang T pada sandapan I terbalik atau lebih

rendah dari gelombang T di sandapan III menunjukkan adanya insufisiensi

koroner. Gelombang T yang tinggi dan tajam pada semua sandapan kecuali

aVR dan aVL menunjukkan adanya hiperkalemi. Gelombang T yang tinggi

dan simentris dengan depresi segmen S-T menunjukkan adanya infark dinding

posterior.

8. Kelainan gelombang U.

Adanya gelombang U defleksi keatas lebih tinggi dari gelombang T pada

sandapan yang sama terutama V1-V4 menunjukkan adanya hipokalemi.

12

Page 13: EKG Abnormal

2.1.6 Kelainan Jantung yang Dapat Dilihat Dengan EKG

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa terdapat beberapa

kegunaan dari EKG, maka dapat dilihat beberapa gambaran kelainan jantung

dengan bantuan EKG, yaitu:

1. Pembesaran ruang

2. Aritmia

3. Gangguan konduksi

4. Penyakit jantung koroner

5. Pre-eksitasi

6. Kelainan lain seperti: gangguan metabolik dan efek obat

1. Pembesaran Ruang

Pada penyakit-penyakit tertentu, ruang jantung dapat membesar, lebih

besar daripada normal. Dengan mengetahui terjadinya pembesaran ruang

jantung, maka akan mendapatkan informasi tambahan untuk mendiagnosa

penyakit tertentu.

Ada 2 pembesaran ruang yang dapat dinilai, yaitu pembesaran atrium

dan ventrikel. Berikutnya, masing-masing terbagi lagi menjadi 2 bagian:

a) Right atrium hipertropi (RAH)

Lihat di lead II

Bila ada gelombang P yang tinggi, ini disebut Peak P atau P pulmonal.

Biasanya ini terjadi pada pembesaran atrium kanan akibat penyakit paru

kronis.

P normal P pulmonal

13

Page 14: EKG Abnormal

b) Left atrium hipertropi (LAH)

Lihat di lead II

Bila ada gelombang P berlekuk seperti huruf “m”, ini disebut P mitral.

Biasanya ini terjadi pada pembesaran atrium kiri akibat insufisiensi mitral

atau stenosis mitral.

P normal P mitral

c) Right ventrikel hipertropi (RVH)

Lihat di lead I, V1, V5, V6

Gelombang S > R pada lead I

Gelombang R > S pada V1

Depresi segmen ST dan Gelombang T inverted pada V1

Gelombang S menetap pada V5 dan V6

Right axis deviation (+90o sampai +270o)

14

Page 15: EKG Abnormal

d) Left ventrikel hipertropi (LVH)

Lihat di lead I, III, V1, V5, V6

Gelombang R pada lead I > 15mm

Gelombang R pada lead I + gelombang S pada lead III > 25mm

Gelombang R pada V5 atau gelombang R pada V6 > 26mm

Gelombang S pada V1 + gelombang R pada V5 atau glmbang R pada V6 >

35mm

Depresi segmen ST dan gelombang T inverted pada lead I, V5, V6

2. A ritmia

Irama yang terjadi mungkin berasal dari:

a) NSA, disebut irama sinus

b) Atrium, disebut irama atrial

c) AV node/junction, disebut irama junctional

d) Ventrikel, disebut irama ventrikuler

Masing-masing irama tersebut memiliki jenis aritmia sendiri.

A. SA-node

Aritmia yang terjadi pada keadaan bradikardia atau takikardi atau sinus

arrest.2,5

15

Page 16: EKG Abnormal

Gambar 3: Sinus Bradikardi.6

Gambar 4 : Sinus Takikardi.6

Gambar 5 : Sinus Arrest.6

B. Irama Atrial

Atrial Flutter

Gambar 6 : Atrial Flutter.6

Irama atrial pada Atrial Flutter (jumlah gel.P banyak). Gambaran

terlihat baik pada sadapan II, III, dan aVF seperti gambaran gigi gergaji,

kelainan ini dapat terjadi pada kelainan katu mitral atau trikuspid,

jantung pulmonal akut atau kronis, penyakit jantung koroner dan dapat

juga akibat intoksikasi digitalis.

Atrial Fibrilasi

Gambar 7 : Atrial Fibrilasi6

16

Page 17: EKG Abnormal

Pada EKG terlihat gelombang yang sangat tidak teratur dan cepat

sekali, mencapai 300 - 500 kali permenit dan sering kali ditemukan

pulsus deficit.

Pada atrial fibrilasi beberapa signal listrik yang cepat dan kacau

"menyala" dari daerah-daerah yang berbeda di atrium, dari pada hanya

dari satu daerah pemacu jantung di SA node. Signal-signal ini pada

gilirannya menyebabkan kontraksi ventrikel yang cepat dan tidak

beraturan. Penyebab-penyebab dari atrial fibrilasi termasuk serangan

jantung, tekanan darah tinggi, gagal jantung, penyakit katup mitral

(seperti mitral valve prolapse), tiroid yang aktif berlebihan, gumpalan

darah di paru (pulmonary embolism), alkohol yang berlebihan,

emfisema, dan radang dari lapisan jantung (pericarditis).7

Atrial takikardi

Biasanya adalah paroksimal (PAT = paroxysmal atrial

tachycardia), disebut juga takikardi supraventrikuler paroksimal, yaitu

takikardi yang berasal dari atrium dan nodus AV. Pada gambar terdapat

ektrasistol yang berturut- turut.7

Gambar 8: Atrial Takikardi6

Atrial Ekstrasistol

Disebut juga Premature atrial beats. Hal ini timbul akibat impuls

yang berasal dari atrium timbul premature. kelainan ini biasanya tidak

memiliki arti klinis penting dan biasanya tidak butuh terapi.5

Gambar 9: Atrial Ekstasistol6

C. Irama Junctional

17

Page 18: EKG Abnormal

Gambaran EKG menunjukan laju QRS antara 40 -60 permenit dengan

irama biasanya teratur, gelombang biasanya terlihat negative disadapan II,

III, aVF. Gelombang P  bisa mendahului atau tumpang tindih dengan QRS.

Biasanya disebabkan karena nodus SA kurang aktif sehingga diambil alih :

AV junctional extrasystole

Gambar 10 : AV Juncitonal Extrasystole.6

AV junctional takikardi paroksimal seperti PAT

Gambar 11 : AV Junctional Takikardi Paroksimal6

D. Irama Ventrikuler

1. Ventrikel Ekstra Sistole (VES)

Adalah gelombang ventrikel yang muncul tiba tiba pada

gelombang sinus, ini muncul karena pace maker ventrikel tiba – tiba

lebih kuat dari SA node dalam memproduksi listrik. Jenis ini terdiri dari:7

VES Uniform atau Unifokal

VES yang bentuknya serupa pada lead yang sama.

VES Multiform

VES Bigemini

Artinya setiap satu komplek normal diikuti oleh satu VES.

VES Trigemini

18

Page 19: EKG Abnormal

Artinya setiap dua komplek normal diikuti oleh satu VES.

VES Couplet

Artinya setelah komplek normal, muncul 2 VES sekaligus, jika

muncul lebih dari 2 sekaligus disebut Run of.

2. Ventrikel Takikardi (VT)

Pelepasan impuls yg cepat oleh fokus ektopic di Ventrikel, yang

ditandai oleh sederetan denyut ventrikel. Terdapat 3 atau lebih komplek

yang berasal dari ventrikel secara berurutan dengan laju lebih dari 100x/

menit. Pengaruhnya terhadap jantung adalah ventrikel yang berdenyut

sangat cepat tanpa sempat mengosongkan dan mengisi darah secara

sempurna, Akibatnya sirkulasi darah menjadi tidak cukup.(12)

Gambar 12. Ventrikel Takikardi.6

3. Ventrikel Fibrilasi (VF)

Adalah gambaran bergetarnya ventrikel, yang disebabkan karena

begitu banyak tempat yang memunculkan impuls, sehingga sel jantung

tidak sempat berdepolarisasi dan repolarisasi sempurna. Disini sudah

tidak terlihat gelombang P, QRS dan T. hal ini biasa terjadi pada iskemia

akut atau infark miokard.7

Gambar 13. Ventrikel Fibrilasi.6

4. Ventrikel Flutter

Ventrikel Flutter adalah gambaran getaran ventrikel  yang

disebabkan oleh produksi sebuah pacemaker di ventrikel dengan

19

Page 20: EKG Abnormal

frekuensi 250 – 350 kali permenit. Gambaran yang muncul adalah

gelombang berlekuk dan rapat.5

Gambar 14. Ventrikel Flutter.6

3. Gangguan Konduksi

Gangguan konduksi adalah gangguan yang terjadi pada jaringan

konduksi (jalur listrik jantung) sehingga listrik jantung tidak berjalan lancar

atau berhenti di tengah jalan.terdiri : 5,7

A. Block SA node

Gangguan pada SA node menyebabkan block SA dan sinus Arrest.

Gambar 15. Block SA node.6

B. Gangguan AV Blok

1. AV Blok derajat 1

Umumnya disebabkan karena gangguan konduksi di proximal His

bundle, sering terjadi pada intoksitas digitalis, peradangan, proses

degenerasi maupun varian normal . Gambar yang muncul pada EKG

adalah interval PR yang melebar > 0,22 detik dan interval PR tersebut

kurang lebih sama di setiap gelombang.7

Gambar 16. AV Blok derajat 1.6

2. AV Blok derajat II

Mobitz tipe 1  (wenckebach block)

20

Page 21: EKG Abnormal

Interval PR secara progresif bertambah panjang sampai suatu

ketika implus dari atrium tidak sampai ke ventrikel dan denyut

ventrikel (gelombang QRS) tidak tampak, atau gelombang P tidak

diikuti oleh QRS. Hal ini disebabkan karena tonus otot yang

meningkat , keracunan digitalis atau iskemik.7

 

Gambar 17. AV Blok derajat II tipe mobitz tipe 1 6

Mobitz tipe 2

Interval PR tetap sama tetapi didapatkan denyut ventrikel yang

berkurang. Dapat terjadi pada infark miokard akut, miokarditis, dan

proses degenerasi.

Gambar 18. AV Blok derajat II tipe mobitz tipe 2 6

3. AV Blok derajat III

Disebut juga blok jantung komplit, dimana impuls dari atrium

tidak bisa sampai pada ventrikel, sehingga ventrikel berdenyut sendiri

karena impuls yang berasal dari ventrikel sendiri. Gambaran EKG

memperlihatkan adanya gelombang P teratur dengan kecepatan 60 – 90

kali permenit, sedangkan komplek QRS hanya 40 – 60 kali permenit.

Hal ini disebabkan oleh infark miokard akut, peradangan, dan proses

degenerasi. Jika menetap diperlukan pemasangan pacu jantung. 7

Gambar 19. Third Degree AV Block (Total AV block). 6

C. Gangguan pada serabut HIS menyebabkan RBBB dan LBBB

21

Page 22: EKG Abnormal

Bundle Branch Block menunjukan adanya gangguan konduksi di

cabang kanan atau kiri sistem konduksi, atau divisi anterior atau posterior

cabang kiri. Dimana pada EKG ditemukan komplek QRS yang melebar

lebih dari 0,11 detik disertai perubahan bentuk komplek QRS dan aksis

QRS. Bila cabang kiri yang terkena disebut sebagai Left Bundle Branch

Block (LBBB) dan jika kanan yang terkena disebut Right Bundle Branch

Block (RBBB).

LBBB

Pada EKG akan terlihat bentuk rsR’ atau R di lead I, aVL, V5 dan

V6 yang melebar. Gangguan konduksi ini dapat menyebabkan aksis

bergeser ke kiri yang ekstrim, yang disebut sebagai left anterior

hemiblock (jika gangguan dicabang anterior kiri) dan left posterior

hemiblock (jika gangguan dicabang posterior kiri ).

RBBB

Pada EKG akan terlihat kompleks QRS yang melebar lebih dari

0,12 detik dan akan tampak gambaran rsR’atau RSR’ di V1, V2 ,

sementara itu di I, aVL, V5 didapatkan S yang melebar karena

depolarisasi ventrikel kanan yang terlambat.

4. Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner diawali oleh kurangnya asupan oksigen kepada

otot jantung karena aliran darah yang melalui arteri koroner terhambat. Proses

yang terjadi adalah iskemia lalu injury dan akhirnya infark.

a) Iskemia adalah keadaan dimana otot jantung kekurangan O2 namun belum

mengalami kerusakan dan dapat membaik kembali.

Gambaran khas: ST depresi sejajar dengan isoelektrik dan atau T inversi

yang simetris

b) Injury adalah fase dimana otot jantung telah mulai rusak dan dalam waktu

singkat mengalami infark.

Gambaran khas: ST elevasi

c) Infark adalah keadaan dimana otot jantung telah mengalami nekrosis atau

mati.

Gambaran khas: gelombang Q patologis

22

Page 23: EKG Abnormal

Pada akut myokard infark (AMI), Q patologis disertai dengan ST elevasi

dan T inversi.

Pada Old myokard infark (OMI), Q patologis, ST elevasi yang terjadi pada

AMI telah menjadi isoelektrik.

Variasi EKG Pada Infark Miokard Dari Akut Sampai Menetap

23

Page 24: EKG Abnormal

Keterangan:

A. Gambar normal.

B. Gambar permulaan : elevasi I, aVL, V3-6. depresi II, III, aVF

C. Gambaran lanjut ( beberapa jam sampai hari ) : Q pd I, aVL, V5-6. QS V3.

D. Gambaran terakhir ( yg menetap, hari sampai minggu ) : Q dan QS

menetap. Segmen ST isoelektik.

E. Gambaran yang paling akhir ( bulan sampai tahun ) : q abnormal, QS

menetap, T normal.

5. Pre-Eksitasi

Pre-eksitasi adalah keadaan dimana beberapa bagian dari ventrikel

mengalami aktivasi oleh rangsangan dari NSA lebih cepat dari seharusnya.

Ini terjadi karena jalur konduksi yang dilalui rangsangan listrik bukanlah

jalur yang normal. Terdapat jaringan konduktif yang dapat menghubungkan

rangsangan dari atrium ke ventrikel dengan menembus cincin atrio-ventrikular

sehingga terjadi percepatan rangsang melalui jaringan abnormal tersebut.

Sementara itu, sebagian rangsangan tetap melalui jalur normal.

a) Wolf Parkinson White (WPW) sindrom

Gambaran khas:

Interval PR antara 0,09-0,12 detik

Interval QRS memanjang (> 0,10 detik)

Ada Delta wave

b) Lown Ganong Levine (LPL) sindrom

Gambaran khas:

Interval PR < 0,12 detik

QRS komplek normal

24

Page 25: EKG Abnormal

6. KELAINAN LAIN

a) Hiperkalemia

Gambaran khas:

PR memanjang

QT memendek

T tinggi langsing

b) Hipokalemia

Gambaran khas:

ST depresi

U tinggi (>1mm) atau lebih tinggi dari T

QRS melebar

c) Hiperkalsemia

Gambaran khas: interval QT memendek

25

Page 26: EKG Abnormal

d) Hipokalsemia

Gambaran khas: interval QT memanjang

e) Digitalis

Gambaran khas:

Depresi ST cekung

Ketinggian T menurun

QT sedikit memendek

26

Page 27: EKG Abnormal

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Elektrokardiagram (EKG) adalah suatu alat pencatat grafis aktivitas listrik

jantung.  Pada EKG terlihat bentuk gelombang khas yang disebut sebagai gelombang P, QRS

dan T, sesuai dengan penyebaran eksitasi listrik dan pemulihannya melalui sistem hantaran

dan miokardium.

EKG dapat memberikan data yang mendukung diagnosis dan pada beberapa kasus

penting untuk penatalaksanaan pasien. EKG penting untuk diagnosis dan penatalaksanaan

kelainan irama jantung. EKG membantu mendiagnosis penyebab nyeri dada, dan ketepatan

penggunaan trombolisis pada infark miokard tergantung padanya. EKG dapat membantu

mendiagnosis penyebab sesak nafas.

Karena aktivitas listrik memicu aktivitas mekanis, kelainan pola listrik biasanya

disertai oleh kelainan aktivitas kontraktil jantung. Evaluasi terhadap EKG dapat memberikan

informasi yang berguna mengenai status jantung, termasuk kecepatan denyut, irama dan

kesehatan otot-ototnya.

Jadi pada umumnya pemeriksaan EKG berguna untuk mengetahui : aritmia, fungsi

alat pacu jantung, gangguan konduksi interventrikuler, pembesaran ruangan-ruangan jantung,

IMA, iskemik miokard, penyakit perikard, gangguan elektrolit, pengaruh obat-obatan seperti

digitalis, kinidin, kinine, dan berbagai kelainan lain seperti penyakit jantung bawaan,

korpulmonale, emboli paru, mixedema.

27