8
LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM KD SIRKULASI PEREKAMAN AKTIVITAS LISTRIK JANTUNG DENGAN ELEKTROKARDIOGRAM (EKG) Oleh Asih Dwi H.P., 0806316133 I. Tujuan Umum Mahasiswa mampu memahami pengukuran kelistrikan jantung dengan EKG II. Tujuan Khusus Setelah melakukan praktikum, mahasiswa mampu: a. Memahami aktivitas kelistrikan jantung b. Melakukan perekaman EKG c. Menuliskan hasil dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil EKG III. Pendahuluan Sewaktu impuls jantung melewati jantung, arus listrik akan menyebar kedalam jaringan di sekeliling jantung dan sebagian kecil dari arus tersebut akan menyebar kepermukaaan tubuh yang lain. Bila pada permukaaan tubuh diletakkan elektroda-elektroda maka potensial listrik yang muncul dapat direkam. Rekaman ini disebut elektrokardiogram (electrocardiogram signal) dan lebih dikenal dengan nama sinyal EKG. EKG adalah grafik hasil

Ekg

Embed Size (px)

DESCRIPTION

EKG

Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM KD SIRKULASIPEREKAMAN AKTIVITAS LISTRIK JANTUNG DENGAN ELEKTROKARDIOGRAM (EKG)Oleh Asih Dwi H.P., 0806316133I. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami pengukuran kelistrikan jantung dengan EKG

II. Tujuan Khusus

Setelah melakukan praktikum, mahasiswa mampu:

a. Memahami aktivitas kelistrikan jantung

b. Melakukan perekaman EKG

c. Menuliskan hasil dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil EKG

III. Pendahuluan

Sewaktu impuls jantung melewati jantung, arus listrik akan menyebar kedalam jaringan di sekeliling jantung dan sebagian kecil dari arus tersebut akan menyebar kepermukaaan tubuh yang lain. Bila pada permukaaan tubuh diletakkan elektroda-elektroda maka potensial listrik yang muncul dapat direkam. Rekaman ini disebut elektrokardiogram (electrocardiogram signal) dan lebih dikenal dengan nama sinyal EKG. EKG adalah grafik hasil catatan potensial listrik yang dihasilkan oleh denyut jantung. Sinyal EKG terdiri atas :

1. Gelombang P, terjadi akibat kontraksi otot atrium, gelombang ini relatif kecil karena otot atrium yang relatif tipis. 2. Gelombang QRS, terjadi akibat kontraksi otot ventrikel yang tebal sehingga gelombang QRS cukup tinggi. Gelombang Q merupakan depleksi pertama kebawah. Selanjutnya depleksi ke atas adalah gelombang R. Depleksi ke bawah setelah gelombang R disebut gelombang S. 3. Gelombang T, terjadi akibat kembalinya otot ventrikel ke keadaan listrik istirahat (repolarisasi).

Karakteristik sinyal EKG sangat penting dan dapat dilihat dari perilaku sinyal tersebut, kadang disebut juga dengan diagnostic features. Elektrokardiogram tediri atas sebuah gelombang P, sebuah kompleks QRS dan sebuah gelombang T. Seringkali kompleks QRS itu terdiri atas tiga gelombang yang terpisah, yakni gelombang Q, gelombang R dan gelombang S, namun jarang ditemukan.

Jantung terdiri dari 2 bagian besar otot halus, yaitu atrium dan ventrikel yang membentuk syncytium atau fusi dari sel-sel yang mengalirkan depolarisasi dari satu sel ke sel yang lain yang berdekatan. Disebabkan oleh kebocoran ion pada membran otot yang halus, jaringan jantung mengalami depolarisasi spontan dan secara efektif berosilasi. Simpul Sinoatrial(SA) berdenyut 70-80 tiap detik pada kondisi normal. Simpul Atrioventrikular(AV) berdenyut 40-60 per detik dan bundle branch berosilasi 15-40 per detik.Depolarisasi dari SA menyebar melalui atrium dan mencapai AV dalam 40 ms. Jaringan simpul AV membutuhkan waktu 110 ms untuk mendepolarisasi dan mencapai bundel branch, yang dinamakan sistem purkinje. Ventrikel berkontraksi, ventrikel kanan memasok darah ke paru-paru, dan ventrikel kiri mendorong darah ke aorta berulang-ulang melalui sistem sirkulasi. Periode kontraksi ini disebut systole.

Potensial aksi dari ventrikel bertahan sekitar 200-250 ms, ini menyebabkan ventrikel berkontraksi dan mengosongkan darah menuju arteri. Jantung berpolarisasi selama sisa waktu, ini dinamakan diastole. Selama diastole, saat jantung beristirahat, semua sel berpolarisasi sehingga potensial di dalam tiap sel lebih negatif dibandingkan dengan di luar sel. Normalnya depolarisasi pertama kali terjadi pada simpul SA, menyebabkan bagian luar dari jaringan lebih negatif dibanding di dalam sel, dan lebih negatif dari kondisi sebelumnya. Ketidakseimbangan dari arus ion, I menyebabkan tangan kiri (LA) terukur lebih positif dari tangan kanan (RA). Tegangan terukur disebut gelombang P(P-wave).

Setelah 90 ms, atrium terdepolarisasi sempurna dan arus ion yang terukur berkurang menjadi nol. Depolarisasi kemudian melawati simpul atrioventrikular menyebabkan delay sekitar 110 ms. Depolarisasi kemudian melalui otot ventrikel kanan, mendepolarisasinya dan membuat lebih negatif dari otot ventrikel kiri yang masih terpolarisasi. Arah dari I menyebabkan LA lebih positif dari RA , ini dinamakan gelombang R.

Seperti halnya dengan sinyal biomedical yang lainnya, sinyal EKG juga dipengaruhi oleh beberapa sumber noise yang tidak diinginkan. Menurut Gari D. Clifford, beberapa sumber noise tersebut adalah:a. Muscle artefact (MA)

Noise ini berasal dari kontraksi yang terjadi dibawah elektroda EKG. Noise ini mempunyai bandwith yang hampir sama dengan sinya EKG sehingga sulit untuk dihilangkan dengan filter yang sederhana.

b. Electrode movement(EM)

Dihasilkan karena sedikitnya kontak antara elektroda EKG dengan kulit.

c. Baseline wander(BW)

Noise ini disebabkan oleh pergerakan subjek selama perekaman EKG.IV. Prosedur Pelaksanaan

Prosedur pelaksaan pengukuran aktivitas jantung dengan EKG adalah :

A. Penggunaan EKG 12-Lead 1. Prainteraksi (persiapan perawat dan alat):

Siapkan diri perawat: cuci tangan dan kaji status klien.

2. Siapkan alat: a. EKG 12-Lead yang bekerja baik dan telah terkalibrasib. Jelly

c. Kapas alkohol

d. Kertas penyerap/kasa basah

e. Manset 4 buah

f. Kabel arde

3. Orientasi (persiapan klien):

a. Jelaskan prosedur

b. Pertahankan privasi dan kenyamanan klien4. Membersihkan area yang akan dipasang elektroda5. Menyambungkan mesin EKG ke stop-kontak

6. Memasang manset pada ekstremitas tertentu

7. Menyambungkan kabel elektroda ke manset sesuai warna yang akan ditentukan atau tanda khusus yang ada, yaitu merah dengan tangan kanan, kuning dengan tangan kiri, hijau dengan kaki kiri, dan hitam dengan kaki kanan.

8. Meletakkan pompa elektroda pada posisi yang ditentukan

9. Membuat kalibrasi setinggi 1 cm dan rekam irama jantung dari lead VI sampai V6 (seluruhnya 12 lead), lalu buat kalibrasi kembali.

10. Merapikan alat-alat klien

11. Mengkaji kembali kondisi klien

12. Mendokumentasikan prosedur dan respon klien pada catatan klienLetak pompa elektroda

V1 ( interkostal ke-4 kanan

V2 ( interkostal ke-4 kiri

V3 ( interkostal ke-4 dan ke-5 antara V2-V4

V4 ( interkostal ke-5 kiri

V5 ( sejajar V4 garis midklavia

V6 ( sejajar V5 garis anterior aksila

B. Elektrokardiografi Pemantau Kontinu

Pemantau (monitor) jantung merupakan suatu alat pemantau irama yang dapat digunakan secara terus-menerus selama klien dirawat atau selama diperlukan pemantauan. Tujuan tindakan ini untuk mengidentifikasi disritmia agar dapat menentukan intervensi dini. Ada empat langkah yang dilakukan untuk pemantauan EKG:a. Meletakkan elektroda pada kulit

b. Menyambungkan elektroda pada monitor dengan kabelc. Menyesuaikan monitor untuk mendapatkan EKG yang dapat dibaca

d. Mengeset alarm untuk tinggi dan rendahnya frekuensi yang diinginkan.

Prosedur penggunaan Elektrokardiografi Pemantau Kontinu:

1. Prainteraksi (persiapan perawat dan alat):

Siapkan diri perawat: cuci tangan dan kaji status klien.

2. Siapkan alat: a. Kapas alkoholb. Alat cukurc. Kertas elektroda basah/jelly

d. Plester/mikrophonee. Monitor yang bekerja baik

f. Kabel elektroda yang lengkap dengan konektor3. Orientasi (persiapan klien):

a. Jelaskan prosedur

b. Pertahankan privasi dan kenyamanan klien

4. Membersihkan atau cukur area lokasi elektroda di dada yang berambut (segitiga Einthoven)5. Memasang elektroda pada posisi gelombang R tertinggi setelah elektroda diberi jelly

6. Mengeset alarm dan suara monitor

7. Merapikan kembali alat-alat

8. Menilai kembali kondisi klien 9. Mendokumentasikan prosedur dan respon klien pada catatan klien

V. ReferensiPrice S. A., Wilson L. M. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Nurachman, Elly. (1999). Buku Saku Prosedur Keperawatan Bedah. Jakarta: EGC.