24
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman melakukan pertumbuhan untuk mempertahankan dan memperbanyak jenisnya. Perkembangbiakan tanaman dibedakan menjadi dua yaitu perkembangbiakan generatif dan vegetatif. perkembangbiakan tanaman secara vegetatif menggunakan tubuh tanaman sebagai alat utama perkembangbiakan, sedangkan secara generatif tanaman harus menyatukan sel jantan dan betina yang akhirya membentuk suatu biji. Biji merupakan struktural yang dapat diartikan sebagai bakal biji (ovule) yang dibuahi. Secara fungsional, biji diartikan bagian utama perbanyakan tanaman secara alamiah. Di dalam biji terdapat embrio sebagai calon epikotil atau hipokotil calon tumbuhan serta cadangan makanan yang pada monokotil disebut endosperm dan pada dikotil disebut kotiledon. Cadangan makanan di dalam biji menunjang embrio muda yang muncul dari biji berkecambah sampai mampu berfotosintesis. Penentuan saat panen yang tepat sangat berpengaruh terhadap mutu benih, oleh karena itu ketepatan sangat dianjurkan. Penentuan saat panen terkadang terkendala oleh tidak serentaknya masaknya walaupun dalam satu tanaman. Misalnya pada tanaman padi, bulir yang letaknya paling ujung masak terlebih dahulu daripada

Eko Nur Sulis Laporan Pemtan Acara 1

Embed Size (px)

Citation preview

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangTanaman melakukan pertumbuhan untuk mempertahankan dan memperbanyak jenisnya. Perkembangbiakan tanaman dibedakan menjadi dua yaitu perkembangbiakan generatif dan vegetatif. perkembangbiakan tanaman secara vegetatif menggunakan tubuh tanaman sebagai alat utama perkembangbiakan, sedangkan secara generatif tanaman harus menyatukan sel jantan dan betina yang akhirya membentuk suatu biji.Biji merupakan struktural yang dapat diartikan sebagai bakal biji (ovule) yang dibuahi. Secara fungsional, biji diartikan bagian utama perbanyakan tanaman secara alamiah. Di dalam biji terdapat embrio sebagai calon epikotil atau hipokotil calon tumbuhan serta cadangan makanan yang pada monokotil disebut endosperm dan pada dikotil disebut kotiledon. Cadangan makanan di dalam biji menunjang embrio muda yang muncul dari biji berkecambah sampai mampu berfotosintesis.

Penentuan saat panen yang tepat sangat berpengaruh terhadap mutu benih, oleh karena itu ketepatan sangat dianjurkan. Penentuan saat panen terkadang terkendala oleh tidak serentaknya masaknya walaupun dalam satu tanaman. Misalnya pada tanaman padi, bulir yang letaknya paling ujung masak terlebih dahulu daripada bulir yang berada di pangkal. Hal ini mengakibatkan tidak seragamnya mutu benih karena perbedaan masak fisiologis.Proses perkecambahan erat kaitannya dengan biji atau benih. Biji atau benih setelah ditanam pada kondisi lingkungan yang menguntungkan akan berkecambah. Bila biji dikecambahkan pada media tanam akan muncul bibit. Umumnya struktur yang pertama yang kemudian diikuti dengan keluarnya calon pucuk pada pertumbuhan menjadi akar primer dan kemudian tumbuh akar sekunder. Sementara pucuk atau titik tumbuh tanaman yang tertutup oleh daun, sel-sel meristem akan membentuk batang muda, daun kecil dan cabang. Hal tersebut yang dapat membuat biji berkecambah.

Kedalaman benih saat ditanam mempengaruhi kecepatan benih dalam tumbuh menjadi kecambah kemudian menjadi bibit. Pada tanaman tertentu, kedalaman tanah bisa mempercepat pertumbuhan biji lebih tinggi, sebaliknya pada tanaman jenis tertentu pula kedalaman tanam benih juga bisa membuat bibit menjadi lebih pendek. Oleh karena itu dalam praktikum kali ini akan diadakan uji kedalaman tanam antara benih jagung dan benih kacang panjang. Bibit normal dari benih yang vigor memiliki kemampuan tumbuh pada tanah padat dengan asumsi benih yang mampu tumbuh normal pada kedalaman tanah paling dalam, sedangkan kecambah dari benih yang kurang vigor tidak memiliki kemampuan tersebut. 1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui struktur kecambah dua macam jenis benih dan mengetahui keragaman perkecambahannya.

2 Untuk melatih mahasiswa agar dapat melakukan uji kekuatan tumbuh (vigor) bibit, dan memahami relevansi uji kedalaman tanam.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKATumbuhan yang masih kecil dan belum lama muncul dari biji dan masih hidup dari persediaan makanan yang terdalam dalam biji dinamakan kecambah (plantula). Hanya pada kecambah bagian-bagian tadi sudah lebih jelas dan mempunyai ukuran yang lebih besar (Tjitrosoepomo, 1985).

Setelah proses perkecambahan, maka akan terjadi fase pertumbuhan bibit. Pertumbuhan bibit dibedakan menjadi pertumbuhan bibit epigeal dan hipogeal. Epigeal adalah pertumbuhan bibit yang mengakibatkan daun lembaga dan kotiledon terangkat ke atas permukaan tanah, dan epigeal terjadi pada tanaman dikotil. Sedangkan hipogeal merupakan pertumbuhan bibit yang mengakibatkan daun lembaga terangkat ke atas permukaan daun tetapi kotiledon tetap berada di bawah tanah, dan epigeal terjadi terjadi pada tanaman monokotil (Prastiwi dkk, 2006). Pada saat perkecambahan berlangsung, proses respirasi akan meningkat disertai pula dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan karbondioksida, air dan energi yang berupa panas. Terbatasnya oksigen yang dipakai akan mengakibatkan terhambatnya proses perkecambahan benih (Sutopo, 2002).Pertumbuhan bibit yang baik dapat diperoleh melalui biji yang bermutu tinggi, yaitu bersih, tidak tercampur kotoran seperti pasir, tanah, tangkai atau daun kering, serta bebas dari campuran abnormal. Biji bermutu fisik tinggi juga memliki penampakan seragam baik bentuk, ukuran, berat, dan volumenya. Biji harus beraroma baik, karena biji beraroma apek memberi kesan bahwa biji tersebut mati. Biji memerlukan mutu fisiologi yang mencerminkan kemampuan untuk dapat hidup normal dalam kisaran keadaan alam yang cukup luas, mampu tumbuh cepat, merata, dan dapat disimpan (Sadjad, 1993).

Pada suatu penelitian biji eboni yang termasuk pada kriteria perkecambahan epigeal, biji eboni disemai pada media pasir kemudian berkecambah dalam waktu 10 hari setelah tanam, hal ini juga lebih cepat dibandingkan pertumbuhan perkecambahan biji eboni yang secara umum selama 10-30 hari setelah tanam. Hal tersebut diakibatkan media pasir memiliki porositas tinggi meskipun media tersebut tidak mangandung hara, sehingga akar menembus media tersebut. Pada media ini biji eboni lebih cepat berkecambah dibandingkan dengan media lain (tanah, kompos dan EM Bokashi). Pada media organik (kompos dan EM Bokashi) perkecambahan biji eboni terjadi pada hari ke-15 setelah tanam dan untuk selanjutnya tumbuh serempak. Media organik tersebut mengandung unsur hara lengkap (N,P, K, Ca dan Mg), pH berkisar 5,5-8,5, struktur ringan, kapasitas pertukaran kation tinggi, kapasitas pegang air baik, aerasi/drainase baik. Pada tanah latosol, perkecambahan biji terjadi selama 30 hari, hal ini diakibatkan tanah latosol mempunyai aerasi jelek dan struktur yang gumpal (Sumiasri dan Setyowati, 2006). Pada suatu pengamatan benih pinang, kondisi terang maupun kondisi gelap merupakan kondisi yang kuat untuk pertumbuhan vigor. Namun, apabila dilihat dari segi kecepatan tumbuhnya maka benih yang dikecambahkan pada kondisi gelap lebih cepat berkecambah. Pengamatan kecepatan tumbuh ini juga didukung pengamatan daya berkecambah pada kondisi terang dan gelap lebih besar dari 80% setelah dikecambahkan 90 hari (Mustika dkk, 2010).Pada saat perkecambahan, auksin mendorong sel-sel dalam akar dan batang membesar dan memanjang terutama dalam pengambilan air setelah jaringan-jaringan embrio mengering selama penyimpanan. Aktivitas giberelin meningkat dengan cepat setelah embrio menjadi turgid kembali, sehingga terjadi pengaktifan enzim-enzim. Giberelin tanaman dapat mendorong pemanjangan batang, sedangkan auksin bersifat menghambat pertumbuhan akar pada konsentrasi diatas 10-9 M dan pada konsentrasi 10-8-10-6M auksin sangat optimal untuk pemanjangan tunas dan batang (Maemunah dkk, 2009). Masyarohoro dan Mappiratu (2010) mengatakan bahwa faktor kedalaman bibit dan umur panen tidak meberikan pengaruh nyata terhadap rata-rata pertumbuhan mutlak dan produksi.Menurut Purwanti (2004), benih kedelai yang disimpan pada kondisi suhu rendah mampu mempertahankan daya tumbuh sekitar 80% , vigor dan pertumbuhan bibit yang tinggi. Sedangkan penyimpanan pada suhu yang tinggi dapat menyebabkan penurunan kualitas benih dipercepat mulai dua bulan disimpan (41%).

Kondisi unsur hara dalam tanah sangat sangat beragam ada tanah yang bersifat kaya akan unsur hara dan ada pula tanah yang bersifat kurang unsur hara. Ketika unsur hara dalam kondisi yang rendah maka tanaman akan terhambat pertumbuhan sehingga proses pertumbuhan dan pengisian bijinya juga terhambat begitu pula sebaliknya (Wartoyo,2007).BAB 3. METODOLOGI3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum Pembiakan Tanaman I dengan judul acara Struktur Pertumbuhan Bibit dan Uji Kedalaman Tanam dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2013 pukul 08.30 WIB di Laborotarium Teknologi Benih Fakultas Pertanian, Universitas Jember. 3.2 Alat dan Bahan3.2.1 Alat1. Bak pengecambah

2. Penggaris

3. Hand sprayer penyemprot air3.2.2 Bahan1. Benih monokotil (jagung) 2. Benih dikotil (kacang tanah)

3. Tanah lolos ayakan 2 mm 4. Pasir 3.3 Cara Kerja1. Membuat media tanam berupa campuran tanah top soil dan pasir dengan perbandingan 1:1, kemudian dibersihkan dan diayak halus.

2. memasukkan media tanam ke dalam bak pengecambah hingga -2/3 tinggi bak (untuk kedalaman 2,5-7,5), menyiram sampai kelembaban secukupnya.

3. Menanam 20-25 butir benih monokotil (jagung) sebanyak 20-25 benih dan dikotil (kacang tanah) dengan ke dalaman 2,5 ; 5,0, dan 7,5 cm dalam tiga ulangan.

4. Menutup benih yang telah tertanam dengan campuran tanah lembab yang sama setinggi kedalaman tanam.5. Menanam satu macam jenis benih dengan kedalaman tertentu (sesuai perlakuan) sebanyak tiga jalur (3 ulangan) setiap bak pengecambah. Kemudian Menjaga kelembaban subtract setiap saat.BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil4.1.1 Tabel

Jenis benihKedalaman tanam/cmULPerkecambahan hari ke-6Tinggi bibit/cmPanjang akar (cm)

NormalAbnormalMati

Jagung 2,51

2

3100%80%

80%0%

10%

10%0%

10%

10%15,9816,42

16,3811,68

12,22

7,84

5,01

2

370%

70%

60%20%

20%

10%10%

10%

30%24,423,14

20,513,9

13,84

12,4

7,51

2

3

490%

90%

10%0%

10%

0%10%

0%

10%23,628,4

23,911,9

19,4

15,4

kacang tanah2,51

2

370%

70%

40%30%

30%

30%0%

30%

30%19,521,5

97,5

7,5

11,5

5,01

2

350%30%

40%20%

30%

20%30%

40%

40%12,513,5

13,57

5

8,1

7,51

2

360%

50%

50%20%

30%

20%20%

20%

20%15,2

14,9

15,18,4

6,9

7,2

4.1.2 Grafik

perlakuanrata-rata panjang akar jagung (cm)

ulangan 1ulangan 2ulangan 3

2,5 cm11,6812,227,84

5 cm13,913,8412,4

7,5 cm11,919,415,4

perlakuanrata-rata panjang akar kacang tanah (cm)

ulangan 1ulangan 2ulangan 3

2,5 cm7,57,511,5

5 cm758,1

7,5 cm8,46,97,2

perlakuanrata-rata tinggi bibit jagung (cm)

ulangan 1ulangan 2ulangan 3

2,5 cm15,9816,4216,38

5 cm24,423,1420,5

7,5 cm23,628,423,9

perlakuanrata-rata tinggi bibit kacang tanah (cm)

ulangan 1ulangan 2ulangan 3

2,5 cm19,521,59

5 cm12,513,513,5

7,5 cm15,214,915,1

perlakuanrata-rata presentase vigor bibit (%) jagung

ulangan 1ulangan 2ulangan 3

2,5 cm1008080

5 cm707060

7,5 cm9090100

perlakuanrata-rata presentase vigor bibit (%) kacang tanah

ulangan 1ulangan 2ulangan 3

2,5 cm704040

5 cm503040

7,5 cm605050

4.2 Pembahasan

Jagung merupakan tanaman dengan batang monokotil pada pertumbuhan bibit. Struktur perkecambahan benih jagung termasuk ke dalam tipe hipogeal, terbukti dengan kotiledon yang tidak ikut terangkat ke atas permukaan tanah dan daun lembaga saja yang berada di atas permukaan tanah. Bibit kacang tanah mempunyai struktur perkecambahan epigeal. Hal ini dibuktikan dengan adanya kotiledon dan daun lembaga yang secara bersamaan terangkat ke atas permukaan tanah. Benih yang mampu tumbuh pada kondisi kurang optimum seperti kurangnya oksigen, suhu, cahaya dan tekanan partikel tanah dapat digunakan dalam menilai kekuatan tumbuh bibit (vigor) dalam kondisi di lapang. Bibit normal dari benih yang vigor memiliki kemampuan tumbuh pada tanah padat dengan asumsi benih yang mampu tumbuh normal pada kedalaman tanah paling dalam, sedangkan perkecambahan yang tidak memiliki vigor tidak memiliki kemampuan tersebut. Dari hasil pengamatan, tinggi bibit jagung pada kedalaman 7,5 cm pertumbuhannya lebih baik (90%) dan pada kedalaman 2,5 cm dan 5,0 cm yang masing-mnasing mencapai keberhasilan normal 86,6% dan 66,6%. Hal tersebut dapat digambarkan bahwa vigor jagung pada kedalaman 2,5 dan 7,5 mempunyai vigor kekuatan tumbuh baik yakni lebih dari 75%. Pada kedalaman 2,5 perlakuan 1 pertumbuhan bibit mencapai 100%, hal in membuktikan bahwa ketersediaan oksigen,air dan cahaya pada tanaman jagung mempengaruhi kecepatan tumbuh vigor menjadi lebih tinggi. Sedangkan pada kedalaman 7,5 cm pada perlakuan 3 mencapai 100% dan pada perlakuan 1 dan 2 hampir sempurna, keadaan unsur hara lebih menjamin dan tekanan partikel lebih rendah. Hal tersebut membuktikan bahwa kekuatan vigor tumbuh pada benih jagung sangat baik. Pada kacang tanah, pertumbuhan bibit antara normal, abnormal, dan mati masing-masing relatif sama. Pada kedalaman 2,5 cm perbandingan presentase antara normal, abnormal dan mati yaitu 50 : 30 : 20. Pada kedalaman 5,0 perbandingannya yaitu 40 : 23,4 : 36,6 serta pada kedalaman 7,5 cm yaitu 53,3 : 26,7 : 20. Hal tersebut membuktikan bahwa vigor kekuatan tumbuh pada bibit kacang tanah rendah karena pressentase yang dapat tumbuh normal