5
1 (C) Richardus Eko Indrajit, 2012 TOGAF: Standar Metodologi Pengembangan Arsitektur Teknologi oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - [email protected] Salah satu produk dari The Open Group yang paling terkenal dan sangat banyak dipergunakan industri teknologi informasi dunia adalah TOGAF, yang merupakan kepanjangan dari The Open Group Architecture Framework. Produk metodologi ini dikeluarkan sebagai jawaban atas kebutuhan industri terhadap sebuah standar panduan dalam menyusun, m e n g g a m b a r k a n , d a n mengembangkan arsitektur teknologi informasi yang dimiliki korporat yang biasa diistilahkan dalam dunia industri sebagai “enterprise architecture”. Prinsip utama industri terhadap adanya arsitektur teknologi adalah sebagai alat bantu dalam menggambarkan kebutuhan yang dimaksud secara jelas, detail, dan tepat. Sebagaimana membangun sebuah rumah, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menangkap secara benar keinginan investor atau pemilik rumah yang bersangkutan dalam kaitannya dengan: model rumah, gaya &%2+92%2 74)7-A/%7- 69%2+ desain interior, kualitas material, dan lain sebagainya. Oleh karena itulah maka yang bersangkutan menyewa seorang arsitek dan kontraktor terlebih dahulu untuk membuat cetak biru atau maket (prototip rumah) sebagai alat bantu untuk 1)2+/32A61%7-/%2 Dalam dunia teknologi informasi, berlaku prinsip yang sama, bahkan tantangannya lebih sulit, karena bangunan sistem teknologi informasi terdiri dari sejumlah sub-sistem atau komponen yang bersifat intangible. Paling tidak, seorang arsitek sistem dan teknologi informasi harus mampu menterjemahkan kebutuhan atau keinginan pemangku kepentingan menjadi empat buah desain atau rancangan arsitektur, masing- masing adalah: (i) arsitektur bisnis; (ii) arsitektur aplikasi; (iii) arsitektur informasi; dan (iv) arsitektur teknologi. The Open Group melalui TOGAF memberikan jawaban bagaimana caranya membangun keempat arsitektur dimaksud. TOGAF9 Artikel ini merupakan satu dari 999 artikel hasil bunga rampai pemikiran dari Prof. Richardus Eko Indrajit di bidang sistem dan teknologi informasi. Untuk berlangganan, silahkan kirimkan email permohonan ke [email protected] EKOJI999 Nomor 010, 18 September 2012

Ekoji999 edisi010-18 sep12-togaf9

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ekoji999 edisi010-18 sep12-togaf9

1 (C) Richardus Eko Indrajit, 2012

TOGAF: Standar Metodologi Pengembangan Arsitektur Teknologioleh Prof. Richardus Eko Indrajit - [email protected]

Salah satu produk dari The Open Group yang pal ing terkenal dan sangat banyak dipergunakan industri teknologi informasi dunia adalah TOGAF, yang merupakan kepanjangan d a r i T h e O p e n G r o u p Architecture Framework. Produk metodologi ini dikeluarkan sebagai jawaban atas kebutuhan industri terhadap sebuah standar panduan dalam menyusun, m e n g g a m b a r k a n , d a n mengembangkan arsitektur teknologi informasi yang dimiliki korporat yang biasa diistilahkan dalam dunia industri sebagai “enterprise architecture”.

Prinsip utama industri terhadap adanya arsitektur teknologi adalah sebagai alat bantu dalam menggambarkan kebutuhan yang dimaksud secara jelas,

detail, dan tepat. Sebagaimana membangun sebuah rumah, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menangkap secara benar keinginan investor atau pemil ik rumah yang bersangkutan dalam kaitannya dengan: model rumah, gaya

desain interior, kualitas material, dan lain sebagainya. Oleh karena i tu lah maka yang bersangkutan menyewa seorang arsitek dan kontraktor terlebih dahulu untuk membuat cetak biru atau maket (prototip rumah) sebagai a lat bantu untuk

D a l a m d u n i a t e k n o l o g i informasi, berlaku prinsip yang sama, bahkan tantangannya lebih sulit, karena bangunan sistem teknologi informasi terdiri

dari sejumlah sub-sistem atau k o m p o n e n y a n g b e r s i f a t intangible.

Paling tidak, seorang arsitek sistem dan teknologi informasi harus mampu menterjemahkan kebutuhan atau keinginan pemangku kepentingan menjadi e m p a t bu a h d e s a i n a t a u rancangan arsitektur, masing-masing adalah:

(i) arsitektur bisnis; (ii) arsitektur aplikasi; (iii) arsitektur informasi; dan (iv) arsitektur teknologi. The Open Group melalui TOGAF m e m b e r i k a n j a w a b a n bagaimana caranya membangun keempat arsitektur dimaksud.

TOGAF9

Artikel ini merupakan satu dari 999 artikel hasil bunga rampai pemikiran dari Prof. Richardus Eko Indrajit di bidang sistem dan teknologi informasi.

Untuk berlangganan, silahkan kirimkan email permohonan ke [email protected]

OJI9

99 N

omor

010

, 18

Sept

embe

r 201

2

Page 2: Ekoji999 edisi010-18 sep12-togaf9

2 (C) Richardus Eko Indrajit, 2012

Kerangka dan Prinsip ArsitekturLangkah awal yang harus dilalui oleh para arsitek maupun pemangku kepentingan teknologi informasi adalah memahami secara esensial akan seluk beluk kerangka serta prinsip dasar akan keberadaan dan karakteristik arsitektur sistem teknologi informasi. Kerangka sebuah arsitektur korporat bersifat sistemik dan holistik, dibangun dari paling tidak 4 (empat) buah arsitektur utama. Arsitektur yang harus dibangun terlebih dahulu adalah Arsitektur Bisnis, karena melalui arsitektur ini dapat diketahui karakteristik usaha, jenis produk dan jasa, model pendapatan keuangan, proses bisnis, dan postur industri yang relevan dengan bisnis yang ada. Selanjutnya adalah Arsitektur Sistem Informasi, yang terbagi menjadi dua bagian yaitu Arsitektur Aplikasi serta Arsitektur Informasi - karena melalui kedua arsitektur inilah

menunjang dan/atau memimikkan kebutuhan perussahaan yang telah digambarkan melalui Arsitektur Bisnis secara jelas

sebagai tulang punggung atau infrastruktur tempat berjalannya sistem informasi yang digambarkan melalui Arsitektur Aplikasi dan Arsitektur Informasi. Adapun prinsip pengembangan standar dan model arsitektur yang perlu diadopsi oleh organisasi dewasa ini antara lain adalah sebagai berikut:

Model arsitektur harus mampu menggambarkan secara tepat, jelas, dan detail kebutuhan yang dimaksud sehingga secara efektif akan membantu pihak pengembang dalam membangun sistem informasi yang sesuai dengan keinginan pemangku kepentingan (asas deskriptif);Komponen arsitektur harus mampu menghadapi tantangan perubahan lingkungan bisnis yang dinamis dari waktu ke waktu (asas adaptif);Standar arsitektur harus mampu diadopsi oleh berbagai jenis atau ragam teknologi yang berkembang dewasa ini (asas kompatibilitas);Kerangka arsitektur harus mampu memperlihatkan hubungan atau relasi antar sub-sistem maupun antar sub-arsitetktur yang ada di dalam sebuah sistem utama (asas sistemik-holistik); danPostur arsitektur harus mampu menjadi “bahasa pemersatu” yang dimengerti oleh berbagai praktisi dan pengembang s i s tem teknolog i in for mas i yang berkepentingan (asas perspektif).

Setelah dimengerti dan dipahami secara jelas mengenai kerangka serta prinsip arsitektur dimaksud, maka tibalah saatnya untuk menjalankan serangkaian tahapan metodologi yang telah disusun, dikembangkan, dan diperlihatkan pada TOGAF sebagaimana dipaparkan secara ringkas berikut ini.

A. Architecture VisionArsitektur bukanlah merupakan suatu tujuan akhir, melainkan alat untuk mencapai sejumlah obyektif yang telah ditetapkan organisasi - terutama terkait dengan tata kelola

sistem dan teknologi informasi. Visi keberadaan arsitektur ini sangatlah penting diresapi, dipahami, dan disosialisasikan ke seluruh pemangku kepentingan organisasi. Dengan adanya arsitektur yang baik, maka sejumlah obyektif manfaat dapat dirasakan, seperti:

Terhindarnya dari redudansi dalam pengadaan modul dan sistem aplikasi sehingga tidak ada uang yang mubazir;Terjaminnya tingkat integrasi data (valid dan terpercaya) karena struktur dan relasinya telah dirancang dengan baik;Tersedianya teknologi yang memadai pada titik-titik organisasi yang diinginkan;Terbangunnya sistem teknologi informasi yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan organisasi, terutama

diharapkan;Terkendalinya proses pengelolaan teknologi informasi secara baik, dalam arti kata jelas tingkat transparansi dan akuntabilitasnya; dan lain sebagainya.

Dengan dipahaminya dan disadarinya manfaat tersebut, maka akan meningkatkan keperdulian para pemangku kepentingan organisasi dalam mendukung usaha membangun arsitektur korporat atau “enterprise architecture” dimaksud.

B. Business ArchitectureHal selanjutnya yang perlu disusun dan dikembangkan adalah Arsitektur Bisnis. Yang dimaksud dengan arsitektur ini adalah kumpulan diagram yang menggambarkan postur dan karakteristik organisasi atau perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Adapun aspek, komponen, dan subsistem yang digambarkan meliputi hal-hal utama sebagai berikut:

Visi, misi, dan obyektif organisasi atau perusahaan;Portofolio produk dan/atau jasa yang ditawarkan ke masyarakat/publik atau pasar;Proses bisnis utama dan aktivitas pendukungnya;Pelanggan langsung (customers) maupun tidak langsung;Mitra kerjasama bisnis atau pemasok (supplier);Struktur industri dan segmentasi pasar/produk;Ragam pemangku kepentingan dan peranannya; dan lain sebagainya.

Jika arsitektur ini didetailkan lebih jauh akan sampai pada tingkat dimana akan dideskripsikan hal-hal semacam task, SOP (Standard Operating Procedure), dan lain-lain.

C. Information System ArchitecturesBerdasarkan arsitektur bisnis yang telah digambarkan, maka dikembangkanlah arsitektur sistem informasi, yang pada dasarnya merupakan kesatuan dari dua buah arsitektur besar, yaitu Arsitektur Aplikasi dan Arsitektur Data/Informasi. Sebagaimana namanya, arsitektur aplikasi menggambarkan hal-hal uatama sebagai berikut:

Tahap-Tahap Pengembangan Arsitektursecara Kontinyu dan BerkesinambunganProf. Richardus Eko Indrajit - [email protected]

EKO

JI999

Nom

or 0

09, 1

7 Se

ptem

ber 2

012

Page 3: Ekoji999 edisi010-18 sep12-togaf9

3 (C) Richardus Eko Indrajit, 2012

Beraneka-ragam jenis (portofolio) aplikasi yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan, baik yang bersifat program, system software, maupun tools; Hubungan atau keterkaitan antar beragam aplikasi yang dimaksud, ditinjau dari sejumlah perspektif, seperti: IPO (Input Process Ouput), Rangkaian Urutan Proses Bisnis, dan lain-lain;Karakteristik dari masing-masing aplikasi yang ada ditinjau dari berbagai sisi, seperti: model pengadaan (beli jadi/siap pakai, tailor-made, kustomisasi, dll), lisensi kepemilikan (punya sendiri, menyewa, outsource, cloud, dll), standar yang melekat padanya (bahasa pemrograman, vendor pembuat, dll), jenis aplikasi (program bisnis, tools, system software, dll), dan lain sebagainya.

Jika arsitektur ini digambarkan pada tingkatan lebih detail, akan terlihat hingga level modul, desain logika, hubungan antar muka, kelas aplikasi, algoritma program, kelompok fungsi, dan lain sebagainya.

Sementara itu arsitektur data akan menggambarkan secara jelas sejumlah hal mendasar, seperti:

Kelompok database dalam sebuah sistem manajemen basis data terpadu;Karakteristik atau jenis database (master database, transactional database, system database, dll);Hubungan atau relasi keterkaitan antar database, baik

Standar yang melekat pada database (RDBMS, OODB, OLAP, GeoSpatial, dll); Tipe teknologi database (datawarehouse, data-mining, local database, data cloud, dll);Mekanisme manajemen database (realtime, backup, redundan, replikasi, dll); dan lain sebagainya.

Dengan menggambarkan arsitektur ini ke tingkatan yang lebih teknis akan mencapai level dimana terlihat adanya tabel

data, hubungan antar tabel, model data, taksonomi data, kamus data, dan lain sebagainya.

Perlu diperhatikan bahwa untuk menjaga integritas dan konsistensi diagramatik antar arsitektur, maka terdapat kaidah baku dalam menggambarkan skemanya. Dalam konteks ini misalnya bahwa arsitektur aplikasi dan arsitektur data yang dikembangkan harus selaras dengan skema gambar yang mengilustrasikan arsitektur bisnis, karena secara konsep dan prinsip keduanya merupakan turunan langsung dari arsitektur bisnis yang telah lebih dahulu digambarkan.

D. Technology ArchitectureSetelah ketiga arsitektur utama digambarkan, barulah yang terakhir perlu dikembangkan adalah Arsitektur Teknologi, yang pada dasarnya memperlihatkan komponen-komponen sebagai berikut:

Topologi jaringan komputer dan teknologi sebagai tulang punggung transmisi data (intranet/internet/ekstranet atau LAN/MAN/WAN);Desain teknis keseluruhan sistem infrastruktur jaringan, yang terdiri dari sejumlah kluster atau sub-jaringan yang selaras dengan postur organisasi atau perusahaan;Inventori dan hubungan keterkaitan antar komponen piranti keras yang ada, seperti: server, komputer, IO devices (printer, scanner, card reader, dll), hub, router,

Fasilitas dan sarana-prasarana teknologi utama dan pendukung seperti data center, disaster recovery center, network operating center, call center, help desk, dan lain sebagainya;

jaringan yang ada dalam teritori organisasi dan mitra kerjanya;

EKO

JI999

Nom

or 0

09, 1

7 Se

ptem

ber 2

012

Page 4: Ekoji999 edisi010-18 sep12-togaf9

4 (C) Richardus Eko Indrajit, 2012

Peta detail dalam konteks arsitektur teknologi ini akan

kinerja, standar teknis, kapasitas, dan hal-hal operasional lainnya. Dalam menggambarkan arsitektur dimaksud, perlu diperhatikan bahwa landasan yang dipergunakan adalah ketiga buah arsitektur terdahulu yang telah dikembangkan, yaitu arsitektur bisnis, arsitektur aplikasi, dan arsitektur data - sehingga harus benar-benar diperhatikan baku standar pemetaannya.

E. Opportunities and SolutionsAda hal mendasar yang kerap ditanyakan oleh praktisi teknologi informasi sebagai berikut: arsitektur yang dikembangkan merupakan gambaran kondisi saat ini atau kondisi di kemudian hari (ideal)? Jika dipandang dari prinsip penggambaran arsitektur, terlihat bahwa pada awal mulanya, arsitektur bisnis diturunkan melalui visi, misi, obyektif, dan strategi bisnis yang disepakati untuk diadopsi oleh organisasi atau perusahaan yang bersangkutan. Dengan kata lain adalah bahwa arsitektur yang dikembangkan merupakan gambaran “TARGET” kondisi bisnis yang ingin dicapai. Oleh karena itulah maka dalam tahap ini dilakukan langkah

apapun nama proses perubahan dimaksud secara iteratif terhadap keempat skema ar s i tek tur yang te lah dikembangkan, dengan cara mencermati berbagai peluang dan solusi bisnis yang ada. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam mendeteksi sejumlah peluang bisnis atau jawaban solusi terhadap permasalahan organisasi adalah sebagai berikut:

Mempelajari trend industri dimana organisasi atau perusahaan tersebut berada;Memperhatikan ke arah mana perkembangan teknologi informasi dan komunikasi bergerak di masa depan;Memahami sejumlah gejala-gejala baru dalam dunia bisnis (outsourcing, merger dan akuisisi, konvergensi, virtualisasi, shared services, dan lain sebagainya);Menemukan terobosan inovasi dalam menjalankan dan memperbaiki kinerja aktivitas bisnis sehari-hari;Mempelajari berbagai arsitektur perusahaan lain dalam industri sejenis untuk mencari perbandingan dan praktek terbaik (benchmarking dan best practice); dan lain sebagainya.

Setelah sejumlah aktivitas di atas dilaksanakan yang berakibat pada terjadinya revisi mayor maupun minor terhadap keempat arsitektur yang telah dikembangkan, maka ditetapkanlah “target architecture” atau arsitektur target dari

untuk selanjutnya secara formal ditetapkan sebagai acuan atau referensi utama dalam setiap pengembangan sistem dan teknologi informasi.

F. Migration Planning

saatnya merencanakan proses migrasi dari keadaan terkini menuju arsitektur target dimaksud. Sosialisasi dan edukasi yang efetif merupakan hal pertama yang harus dilakukan oleh organisasi yang bersangkutan, agar segenap pemangku kepentingan mengetahui maksud dari perubahan ini dan mendukungnya secara penuh. Hal-hal yang perlu

direncanakan sungguh-sungguh dalam merencanakan suatu kegiatan migrasi antara lain:

Target atau sasaran akhir yang harus dicapai sebagai tanda bahwa proses migrasi telah selesai;Tahap-tahap migrasi yang akan dilakukan dan perincian dari rangkaian aktivitas yang harus dilalui;Durasi atau tata kala waktu dari masing-masing tahap ataupun aktivitas dimaksud;Sumber daya yang dibutuhkan dalam proses migrasi agar rangkaian tahap dapat berjalan dengan lancar;Panduan proses migrasi yang disusun sebagai bahan panduan bagi berbagai kalangan yang terlibat langsung maupun tidak langsung;Model pendampingan yang akan dilakukan terhadap pihak-pihak kunci dalam proses migrasi;Pihak-pihak utama yang bertanggung jawab selama proses migrasi dilaksanakana berdasarkan struktur tugas dan fungsi yang telah ditetapkan;Struktur insentif yang diberlakukan bagi mereka yang berperan aktif dan berprestasi dalam proses migrasi; dan lain sebagainya.

Intinya adalah bahwa keberhasilan proses migrasi harus didesain dan direncanakan dengan baik, karena menyangkut cukup banyak pihak, pemangku kepentingan, dan keberagaman sumber daya operasional.

G. Implementation GovernanceTahap ini merupakan gabungan atau integrasi dari keluaran berbagai tahap yang telah dijalankan sebelumnya, yaitu menyangkut strukutr dan aturan main implementasi target arsitektur yang telah dibangun. Untuk memastikan diadopsinya prinsip-prinsip governance yang baik (transparency, accountability, responsibility, independence, dan fairness) maka harus dipastikan adanya hal-hal sebagai berikut:

Struktur tugas, wewenang, dan tanggung jawab pengambil keputusan dalam setiap langkah migrasi dan implementasi

Peta pandu atau roadmap tahap migrasi yang telah disepakati bersama dan diformalkan, serta menjadi standar acuan seluruh pengembangan sistem dan teknologi informasi di organisasi atau perusahaanManajemen program atau portofolio proyek yang dikelola secara profesional sebagai bagian terintegrasi dari proses migrasi menuju implementasi arsitektur target;Kebijakan, aturan, dan prosedur standar (aturan main formal) yang diberlakukan oleh organisasi atau perusahaan terkait dengan pengembangan teknologi informasi yang mengacu pada arsitektur target yang ada;Model “reward and punishment” yang diadopsi dalam konteks kepatuhan pemangku kepentingan terhadap penerapan arsitektur target yang telah disepakati; dan lain sebagainya.

Dengan adanya instrumen tata kelola implementasi yang sangat penting ini, maka diharapkan proses implementasi dan institutionalisasi “enterprise architecture” yang telah dikemabangkan dapat berjalan secara lancar, efektif, dan bernilai manfaat (value) seperti yang diharapkan.

EKO

JI999

Nom

or 0

09, 1

7 Se

ptem

ber 2

012

Page 5: Ekoji999 edisi010-18 sep12-togaf9

5 (C) Richardus Eko Indrajit, 2012

H.Architecture Change ManagementAkhirnya langkah terakhir yang harus dilakukan adalah mengelola perubahan itu sendiri, yaitu terkait dengan rangkaian proses penerapan atau adopsi terhadap arsitektur yang baru. Sebagaimana layaknya orang atau keluarga pindahan rumah, tentu banyak sekali aktivitas, tantangan, dan hal-hal yang harus dilakukan dengan baik, seperti misalnya:

Migrasi dari satu sistem manajemen database ke sebuah lingkungan sistem yang baru;Pemutakhiran atau upgrading sejumlah aplikasi lama menuju ke yang baru;

dan infrastruktur teknologi informasi;Penerapan model governance atau tata kelola yang berbeda;Penerapan standar baru yang belum pernah sama sekali dikenal dan diadopsi;Perubahan penggunaan jenis sistem operasi di lingkungan organisasi; Implementasi regulasi, aturan, dan SOP baru yang telah disosialisasikan sebelumnya; dan lain sebagainya.

Pada dasarnya, mengelola perubahan merupakan suatu tantangan tersendiri, sehingga diperlukan kesungguhan dari berbagai pihak yang berkepentingan. Berdasarkan pengalaman mereka yang sukses mengelola perubahan, komponen yang wajib dimiliki oleh organisasi yang menjalaninya adalah:

Visi dan komitmen yang jelas dari pemilik dan pimpinan perusahaan (leadership), sehingga seluruh komponen organisasi memiliki tujuan dan bergerak ke arah yang sama;Sumber daya yang cukup dan secara penuh dialokasikan untuk mendukung proses perubahan agar berhasil

manajemen puncak perusahaan secara aktif dan intensif);Roadmap atau peta pandu yang jelas mengenai ke arah mana perubahan akan menuju dan tahapannya menuju ke target tersebut;Sistem insentif yang selain membentuk lingkungan perubahan yang kondusif juga mampu mempercepat atau mengakselerasi terjadinya proses perubahan; danKemampuan (ability) dan kemauan (willingness) untuk berubah (ability) yang merupakan perpaduan antara kapabilitas, kompetensi, dan motivasi dari seluruh pemangku kepentingan organisasi dalam menanggapi program perubahan dimaksud.

Hal lain yang perlu diperhatikan pula pada tahap ini adalah adanya mekanisme perbaikan yang berkesinambungan (continuous improvement) dari masa ke masa. Walaupun katakanlah organisasi telah berhasil menerapkan dan mengadopsi arsitektur yang telah dikembangkan, bukan berarti proses tata kelola berhenti di sini. Dinamika bisnis dan linkungan eksternal akan senantiasa memaksa organisasi untuk senantiasa memastikan bahwa arsitektur yang dimilikinya dapat adaptif terhadap peruabahan ini. Hal ini berarti bahwa harus ada mekanisme evolusi atau perbaikan secara berkesinambungan terhadap arsitektur yang telah

dimiliki, agar senantiasa relevan dengan kebutuhan organisasi yang berubah-ubah dari masa ke masa.

Proses Iteratif yang BerkesinambunganDalam penjelasannya lebih lanjut TOGAF menekankan bahwa pada dasarnya proses pembuatan dan pengembangan arsitektur tidaklah bersifat sekuensial semata, melainkan merupakan rangkaian kegiatan yang bersifat interaktif. Hal ini disebabkan adanya feedback dari kebutuhan manajemen yang dinamis dan kenischayaan akan keberadaan faktor perubahan yang kekal.

Dalam gambar di atas terlihat bagaimana rangkaian proses interaktif terjadi dalam model pengembangan dan pemutakhiran arsitektur.

Pengembangan ArsitekturPerlu diperhatikan pula, bahwa dalam konteks best practice TOGAF, me todo log i pengembang an a r s i t ek tu r (ADM=Architecture Development Model) merupakan salah satu dari 6 (enam) komponen lainnya.

Kelima komponen lain yang saling berhubungan adalah Architecture Content Framework, Reference Models, ADM Guidelines and Techniques, Enterprise Continuum, dan Architecture Capability Framework. Keseluruhan komponen ini dibutuhkan dalam setiap tahap pengembangan arsitektur seperti yang telah dideskripsikan sebelumya sebagai bagian dari standar yang diberlakukan oleh The Open Group. (REI)

EKO

JI999

Nom

or 0

09, 1

7 Se

ptem

ber 2

012