ekologi tanah.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/16/2019 ekologi tanah.pdf

    1/5

    B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X Volume 7, Nomor 4 April 2007Halaman: 96-100

     Alamat Ko resp ond ensi :

    Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta, 57126.Telp.; +62-271-663375 Fax.; +62-271-663375e.mail:[email protected]

    Preferensi Berbagai Jenis Makrofauna Tanah Terhadap Sisa

    Bahan Organik Tanaman pada Intensitas Cahaya Berbeda

    Preferency of soil macrofauna to crops residue at dif ferent light in tensity

    SUGIYARTO1,

    , MANAN EFENDI, EDWL MAHAJOENO1, YOGI SUGITO, EKO HANDAYANTO

    2, LILY AGUSTINA

    2

    1 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret, Surakarta 57126

    2Program Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang

    Diterima: 26 Oktober 2006 Disetujui: 22 Februari 2007

     ABSTRACT

    Every species of soil macrofauna prefer specific food and environment to be establish in it's habitat. Their diversity depend onvariation of food and environmental condition. The aim of this research was to study the effect of different crop residue and lightintensity on population of several soil macrofauna specieses. Mycrocosmos experiment was arranged in split-plot design with twotreatments factor, i.e.: (1) crop residue (albizia, papaya, elephant grass, maize, sweet potato and without crop residue input), and(2) light intensities (0, 5, 15 and 25) Watt/day. The soil macrofauna were earthworms, millipedes, scarabids larvae and cocroachs.Results of the study showed that: (1) crop residues apllication increased soil macrofauna population, especially maize residue ( by113%, respectively, compare to control tretment), (2) on higher light intensity, population of earthworms, scarabids larvae andcocroach decreased, but population of millipedes increased, (3) the highest macrofauna population was on maize residue and 5Watt/day light intensity treatment.

    © 2007 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta

    Key words: Soil macrofauna, preferency, crop residue, light intensity.

    PENDAHULUAN

    Makrofauna tanah mempunyai peran yang sangatberagam di dalam habitatnya. Pada ekosistem binaan,keberadaannya dapat bersifat positif (menguntungkan)maupun negatif (merugikan) bagi sistem budidaya.Pada satu sisi makrofauna tanah berperan menjagakesuburan tanah melalui perombakan bahan organik,distribusi hara, peningkatan aerasi tanah dansebagainya, tetapi pada sisi lain juga dapat berperansebagai hama berbagai jenis tanaman budidaya.Dinamika populasi berbagai jenis makrofauna tanahmenentukan perannya dalam mendukung produktivitasekosistem binaan. Dinamika populasi makrofauna tanah

    tergantung pada faktor lingkungan yangmendukungnya, baik berupa sumber makanan,kompetitor, predator maupun keadaan lingkunganfisika-kimianya.

    Bahan organik tanaman merupakan sumber energiutama bagi kehidupan biota tanah, khususnyamakrofauna tanah (Suin, 1997), sehingga jenis dankomposisi bahan organik tanaman menentukankepadatannya (Hakim dkk, 1986). Menurut Reinjtjes etal.   (1999) bahan organik tanaman akan mempengaruhitata udara pada tanah dengan adanya jumlah poritanah karena aktivitas biota tanah. Oleh aktivitas biotatanah, bahan organik tanaman dirombak menjadi

    mineral dan sebagian tersimpan sebagai bahan organiktanah. Bahan organik tanah sangat berperan dalammemperbaiki sifat fisik tanah, meningkatkan aktivitasbiologi tanah dan meningkatkan ketersediaan harabagi tanaman.

    Fauna tanah memerlukan persyaratan tertentu untukmenjamin kelangsungan hidupnya. Struktur dankomposisi makrofauna tanah sangat tergantung padakondisi lingkungannya. Makrofauna tanah lebihmenyukai keadaan lembap dan masam lemah sampainetral (Notohadiprawiro, 1998). Hakim dkk (1986) danMakalew (2001), menjelaskan faktor lingkungan yangdapat mempengaruhi aktivitas organisme tanah yaitu,iklim (curah hujan, suhu), tanah (kemasaman,

    kelembaban, suhu tanah, hara), dan vegetasi (hutan,padang rumput) serta cahaya matahari.

    Cahaya matahari merupakan salah satu faktor yangdapat mempengaruhi sifat-sifat tumbuhan dan hewan(Soetjipta, 1992). Tumbuhan dan hewan yang berbedamemiliki kebutuhan akan cahaya, air, suhu, dankelembapan yang berbeda (Reinjtjes et al.,1999).Jumar (2000) menyebutkan berdasarkan responnyaterhadap cahaya, makrofauna tanah ada yang aktifpada pagi, siang, sore, dan malam hari. Sugiyarto(2000) menjelaskan bahwa kebanyakan makrofaunapermukaaan tanah aktif di malam hari. Selain terkaitdengan penyesuaian proses metabolismenya, responmakrofauna tanah terhadap intensitas cahaya mataharilebih disebabkan oleh akitivitas menghindaripemangsaan dari predator. Dengan pergerakaannyayang umumnya lambat, maka kebanyakan jenismakrofauna tanah aktif atau muncul ke permukaantanah pada malam hari.

  • 8/16/2019 ekologi tanah.pdf

    2/5

    SUGIYARTO, DKK – preferensi berbagai jenis makrofauna tanah terhadap sisa bahan organik  97

    BAHAN DAN METODE

    Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah bahanorganik tanaman sengon (Paraserianthes falcataria),pepaya (Carica papaya), ubi jalar (Ipomoea batatas),

     jagung (Zea mays

    ), dan rumput gajah (Pennisetum

    purpureum). Makrofauna tanah berupa cacing tanah(Megascolex sp), lundi putih (Phyllophaga sp), kaki seribu(Narceus sp), dan gangsir (Gryllus sp).

    Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan DesaKadilaju, Kecamatan Karangnongko, Kabupaten Klaten,Jawa Tengah melalui percobaan faktorial dengan dua faktoryang disusun dalam Rancangan Petak Terbagi denganempat ulangan. Faktor pertama sebagai petak utamaadalah intensitas cahaya yang terdiri dari empat taraf yaitu:tanpa cahaya lampu (kontrol), intensitas cahaya 5900lux(lampu 5 watt), intensitas cahaya 9200 lux(lampu 15watt) dan intensitas cahaya 11000 lux(lampu 25 watt).Faktor kedua sebagai anak petak adalah bahan organiktanaman yang terdiri dari enam taraf yaitu: tanpa bahan

    organik tanaman (kontrol), sengon (P.  falcataria), pepaya(C. papaya), ubi jalar (I. batatas), jagung (Z. mays), danrumput gajah (P. purpureum).

    Cara kerja

    Persiapan tempat penelitian.Bak percobaan terbuat dari beton berukuran (100 x 80 x

    80) cm3

    yang telah diisi dengan tanah setebal 20 cm, dibagimenjadi empat ruang (sub-bagian) menggunakan karunggoni sebagai penyekat, kemudian tiap ruang dibagi menjadienam petak kecil (sub-sub bagian) dengan menggunakanpotongan kayu sebagai pembatas.

    Persiapan bahan organik tanaman.Bahan organik tanaman yang digunakan adalah daun

    dan tangkai tanaman sengon (P. falcataria), pepaya (C.papaya), ubi jalar (I. batatas), jagung (Z. mays), dan rumputgajah (P. purpureum). Setelah itu dikeringkan dan dipotongdengan ukuran kira-kira 1-2 cm kemudian ditimbangseberat 50 gram.

    Persiapan makrofauna tanah.Makrofauna tanah yang digunakan adalah cacing tanah

    (Megascolex sp), lundi putih (Phyllophaga sp), kaki seribu(Narceus sp), dan gangsir (Gryllus sp) yang dikoleksi darilingkungan di bawah tegakan sengon di sekitar tempatpercobaan dilakukan. Spesimen-spesimen hidup, masing-

    masing sebanyak 75 ekor dimasukkan ke dalam bakpercobaan seminggu sebelum percobaan dilakukan untukaklimasi. Untuk menghindari hilangnya makrofauna tanahdari bak percobaan, maka bak ditutup dengan paranet dantriplek

    Pelaksanaan peneli tian.Bahan organik tanaman diletakkan secara merata di

    permukaan tanah sesuai dengan perlakuan padatempatnya. Lampu pijar dipasang pada 4 ruang, masing-masing 0, 5, 15 dan 25 watt. Selanjutnya lampu pijardinyalakan selama 12 jam dari pukul 06.00 sampai 18.00WIB. Kemudian bak kembali ditutup dengan paranet dantriplek.

    Teknik pengambilan data.Penelitian ini berlangsung selama lima minggu dengan

    pengambilan data dilakukan setiap satu minggu dengan

    variabel yang diukur berupa jumlah individu makrofauna tanah,suhu tanah, suhu ruangan bak percobaan, pH, dan kadar airtanah. Makrofauna tanah diambil dengan menggunakanmetode “hand sorting”(Sugiyarto, 2000) dengan caramengambil seluruh lapisan tanah pada masing-masingperlakuan dan kemudian dilakukan sortasi. Setelahdikuantifikasi, spesimen makrofauna tanah dikembalikan lagike dalam bak percobaan. Suhu tanah diukur denganmenggunakan thermometer tanah. pH tanah ditentukandengan mencampurkan satu bagian tanah dengan dua bagianair suling kemudian diaduk rata, didiamkan selama 24 jam dandiukur dengan pH-meter. Kadar air tanah diukur denganmenggunakan metode gravimetri (Suin, 1997).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Tinggi rendahnya jumlah makrofauna tanah padapengamatan yang dilakukan ditentukan oleh banyak faktordiantaranya sumber makanan yang cukup dan kondisilingkungan yang sesuai. Jumlah individu makrofauna tanahdari lima kali pengambilan nampak semakin berkurang(Gambar 1). Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagi faktorseperti faktor makanan yang mulai habis atau terdekomposisi,suhu, pH, dan lingkungan (habitat) yang tidak sesuai denganpola kehidupan makrofauna tanah. Penurunan jumlah individumakrofauna tanah juga dapat terjadi akibat kematian yangdisebabakan oleh tekanan lingkungan atau sudah melampauisiklus hidupnya.

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    1 2 3 4 5

    minggu ke-

       j  u  m   l  a   h

       i  n   d   i  v   i   d  u

      m

      a   k  r  o

       t  a  n  a   h

    Gambar 1. Grafik jumlah total individu makrofauna tanah pada tiappengamatan (minggu ke 1, 2, 3, 4, dan 5).

    Faktor makanan merupakan faktor yang penting dalammenentukan bertambah atau berkurangnya jumlah individumakrofauna tanah. Bahan organik tanaman merupakansumber energi utama bagi kehidupan biota tanah, khususnyamakrofauna tanah (Suin, 1997), sehingga jenis dan komposisibahan organik tanaman menentukan kepadatannya (Hakimdkk, 1986). Dalam penelitian ini jumlah total individumakrofauna tanah tertinggi terdapat pada perlakuan sisatanaman jagung, kemudian diikuti masing-masing padaperlakuan sisa tanaman sengon, rumput gajah, ubi jalar,pepaya dan yang terendah terdapat pada perlakuan tanpabahan organik (Gambar 2). Ketiga jenis tanaman pertamamenunjukkan ciri bahan organik yang lambat terdekomposisisehingga dapat menyediakan sumber makanan dan

    perlindungan terhadap cahaya dalam waktu yang lebih lama,sedangkan dua jenis terakhir mudah terdekomposisi.

    Peningkatan intensitas cahaya diikuti dengan menurunnva jumlah individu makrofauna tanah (Gambar 3). Hal in)

  • 8/16/2019 ekologi tanah.pdf

    3/5

    BIODIVERSITAS  Vol. 8, No. 2, April 2007, hal. 96-10098

    menunjukkan bahwa makrofauna tanah cenderung tidakmenyukai adanya cahaya, terutama dengan intensitas yangtinggi. Akan tetapi nampak bahwa sampai dengan intensitas11.000 lux (lampu 25 Watt), makrofauna tanah masihmenunjukkan toieransinya. Selain sebagai sumber makanan,bahan organik tanaman juga digunakan sebagai tempat untukberlindung dari tekanan lingkungan (Sugiyarto, 2000). Semakinbanyak bahan organik yang tersedia maka jumlah individumakrofauna tanah akan semakin bertambah, karena mampumelindungi dari tekanan lingkungan baik tingginya suhulingkungan maupun kemungkinan adanya predator.

    Masing-masing jenis makrofauna tanah menunjukkanrespon yang berbeda terhadap perlakuan bahan organik yangdiberikan (Gambar 4). Untuk semua perlakuan yang diberikan,kecuali sisa tanaman . jagung, cacing tanah nampak selalumendominasi, sebaliknya lundi putih cenderung selalu palingrendah populasinya. Kaki seribu nampak menunjukkanpopulasi yang ekstrim tinggi hanya pada perlakuan sisatanaman jagung, sedangkan pada perlakuan lainnyacenderung rendah. Gangsir menunjukan populasi yang tidak

    ,jauh berbeda untuk semua perlakuan bahan organik. Selainitu masing-masing _jenis makrofauna tanah juga menunjukkandaya hidup yang berbeda (Gambar 5). Hanya cacing tanahyang menunjukkan peningkatan populasinya denganbertambahnya waktu, sedangkan ketiga jenis makrofaunatanah lainnya cenderung menurun tajam.

    Cacing tanah (Megascolex sp). Dalam penelitian ini sangat jelas terlihat bahwa jumlah individu cacing tanah semakinmeningkat pada tiap pengamatan (Gambar 5) jikadibandingkan dengan jumlah individu makrofauna tanahlainnya yang terus berkurang seperti lundi putih, gangsir dankaki seribu. Peningkatan jumlah individu ini diduga disebabkanoleh terciptanya kondisi lingkungan yang sesuai bagi cacingtanah, seperti tersedianya makanan yang cukup, pH,

    kelembaban, dan temperatur tanah yang sesuai.Menurut Simanjuntak dan Waluyo (1982) serta Budiartidan Palungkun (1996) cacing tanah sangat sensitif terhadapkadar keasaman tanah. Keasaman tanah bisa dianggapsebagai faktor pembatas dalam penyebaran cacing tanah danmenentukan jumlah dan cacing tanah disuatu daerah. Lebihlanjut Priyadarshini (1999) menyebutkan bahwa semakin tinggimasukan bahan organik tanaman diikuti naiknya pH tanah,maka semakin tinggi pula biomassa cacing tanah. Jika dilihatdari pH tanah pada saat pengamatan yang berkisar dari 6,78 –7,02 masih sesuai bagi kehidupan cacing tanah. Untukpertumbuhan yang baik dan optimal bagi cacing tanahdiperlukan pH antara 6,0 – 7,2 (Sudharto dan Suwardjo, 1987),sedangkan Odum (1971) menyebutkan bahwa pH 6,50 – 6,87merupakan keadaan yang masih cukup baik untuk ditoleransi

    oleh fauna tanah.Lee (1959) dalam Sudharto dan Suwardjo (1987)

    mengungkapkan bahwa keadaan makanan dan lingkunganyang terlalu basah menyebabkan suatu proses dehidrasi, padatubuh cacing tanah terlihat pucat atau berubah menjadi gelapdan akhirnya akan mati. Kelembaban tanah yang ideal untukpertumbuhan cacing tanah adalah 15 - 30% (Budiarti danPalungkun, 1996).

    Seresah dianggap sebagai sumber makanan yang palingbaik bagi cacing tanah karena karbohidratnya relatif tinggi danrendah kandungan lignoselulosenya. Cacing tanah tidakmampu makan seresah segar yang baru jatuh dari pohon.Seresah tersebut membutuhkan periode tertentu untuk lapukatau terurai sampai cacing tanah mampu memakannya

    (Edward & Lofty,1972). Engelstad (1991) menjelaskan bahwamateri organik yang sedikit mengalami dekomposisimerupakan sumber makanan yang paling disukai oleh cacingtanah. Pada penelitian ini daun sengon merupakan seresah

    dengan jumlah individu cacing tanah tertinggi (Gambar 4),yang berarti bahwa daun sengon disukai oleh cacing tanah.Hal ini diduga karena lambatnya proses dekomposisi seresahtanaman sengon sehingga mampu mensuplai makanan bagicacing tanah dalam waktu yang panjang.

    050

    100150200

    250300

       K  o  n   t  r  o   l

      S  e  n  g 

      o  n

       P  e  p  a

      y  a

      J  a  g   u

      n  g 

       R  u  m  p  u   t   G

      a   j   a   h

       U   b   i   J

      a   l  a  r

    Bahan org anik tanam an

       j  u  m   l  a   h   i  n   d   i  v   i   d  u  m  a   k  r  o   f  a  u  n  a   t  a  n  a   h

    Gambar 2.  Grafik jumlah individu makrofauna tanah padaperlakuan berbagai macam bahan oganik tanaman 

    0

    100

    200

    300

    400

    0 5 15 25

    Intensitas cahaya lampu

       j  u  m   l  a   h   t  o   t  a   l  m  a   k  r  o   f  a  u  n  a

       t  a  n  a   h

    Gambar 3.  Grafik jumlah individu makrofauna tanah padaperlakuan intensitas cahaya yang berbeda.

    Gambar 4.  Grafik jumlah individu kaki seribu, lundi putih, cacingtanah, dan gangsir pada perlakuan berbagai macam bahan organiktanaman.

    Gambar 5.  Grafik jumlah individu kaki seribu, lundi putih cacingtanah, dan gangsir pada tiap pengamatan (minggu ke 1, 2, 3, 4,dan 5).

  • 8/16/2019 ekologi tanah.pdf

    4/5

    SUGIYARTO, DKK – preferensi berbagai jenis makrofauna tanah terhadap sisa bahan organik  99

    Faktor lingkungan lain yang berpengaruh bagikehidupan cacing tanah adalah temperatur tanah. Adanyaperubahan temperatur harian dapat mengakibatkandistribusi vertikal fauna tanah. Banyak fauna tanah denganterjadinya penurunan khususnya hewan yang lebih besarseperti cacing tanah dan Isoptera masuk ke lapisaan tanahyang lebih dalam, yang lebih hangat dan membangunlubang-lubang untuk tempat tinggal mereka (Kevan, 1962),pada temperatur yang terlalu tinggi menyebabkan beberapaproses fisiologis seperti aktivitas reproduksi, metabolisme,respirasi akan terganggu. Temperatur yang diperlukan

    untuk pertumbuhan cacing tanah sekitar 15 – 25 C,

    temperatur yang lebih tinggi masih toleran apabila adanaungan yang cukup dan kelembaban optimal (Budiarti danPalungkun, 1996).

    Kaki seribu (Narceus sp). Kaki seribu nampak palingsuka hidup pada lingkungan dengan perlakuan sisatanaman jagung (Gambar 4) yang diduga karena tingginyapreferensinya terhadap kandungan kimia bahan organiktersebut dan juga fungsi perlindungannya yang paling

    tinggi. Hal ini mengingat bahwa kaki seribu cenderunghidup di permukaan tanah sehingga selalu membutuhkanperlindungan. Kebanyakan anggota - anggota milipedes(kaki seribu) hidup pada seresah daun – daunan ataumembuat lubang pada permukaan tanah, tetapi beberapaspesies hidup di bawah tumpukan sampah pohon yangtelah mati atau pada akar – akar tanaman dan kadang –kadang dapat ditemukan merayap pada dinding pohon –pohon yang masih hidup (Radiopoetro, 1983 ; Borror et al., 1992). Kaki seribu mampu mencerna sendiri beberapamaterial tumbuhan, terutama beberapa jenis protein dangula – gula sederhana. Mereka juga mencerna beberapamikroorganisme yang hidup pada permukaan – permukaanbenda, misalnya jamur. Kebanyakan kaki seribu adalah

    pembersih bangkai dan makan tumbuh – tumbuhan yangmembusuk tetapi beberapa menyerang tumbuh – tumbuhanyang hidup dan kadang – kadang menimbulkan kerusakanyang serius. Jumlah individu kaki seribu pada tiappengamatan mengalami penurunan (Gambar 5).Penurunan jumlah individu ini diduga terutama disebabkanoleh semakin berkurangnya sisa bahan organik yangberfungsi sebagai sumber makanan maupun pelindungnya.Berbeda dengan tiga jenis makrofauna tanah lainnya, kakiseribu merupakan makrofauna tanah yang cenderung lebihsering hidup di permukaan tanah sehingga selalumembutuhkan perlindungan, antara lain berupa sisa-sisabahan organik tanaman.

    Lundi putih (Phyllophaga sp). Jumlah individu lundiputih sangat dipengaruhi oleh macam bahan organiktanaman (Gambar 4). Populasi tertinggi terjadi padaperlakuan bahan organik tanaman sengon, terendah padaperlakuan sisa tanaman rumput gajah. Hal ini menunjukkanbahwa lundi putih sangat menyukai bahan organik tanamansengon sebagai sumber makanannya. Tinggi rendahnyapopulasi lundi putih juga diduga dipengaruhi olehinteraksinya dengan makrofauna tanah lainnya, terutamacacing tanah yang bersifat permanen di dalam tanah.Kedua jensi makrofauna tanah ini cenderung berkompetisiuntuk mendapatkan ruang dan makanan dan nampaknyacacing tanah lebih dominan karena kondisi tanahnya yangcenderung selalu lembap. Lundi putih kurang menyukailingkungan tanah yang basah.

    Populasi lundi putih nampak cenderung menurun tajam

    dengan bertambahnya waktu pengamatan (Gambar 5).Faktor yang paling dominan adalah persediaan sumbermakanan yang semakin berkurang. Disamping itu jugadiduga disebabkan oleh terjadinya perubahan habitat lundi

    putih yaitu dari yang hidup dan makan dibawah akartanaman (fitofagus) beralih hidup dibawah seresah(saprofagus). Borror et al., (1992) menjelaskan bahwa lundiputih, hidup dan makan di bawah akar tumbuh – tumbuhandan cenderung berperan sebagai hama tanaman.

    Gangsir (Gryllus sp). Populasi gangsir tidak terlaludipengaruhi oleh perbedaan perlakuan bahan organiktanaman (Gambar 4). Hal ini diduga karena gangsirmemiliki mobilitas yang tinggi sehingga mampu berpindahtempat dengan mudah. Tempat persembunyiannya didalam tanah tidak harus berdekatan dengan bahan organiksisa tanaman yang menjadi sumber makanannya. Hal ini juga ditunjukkan dengan tingginya populasi gangsir padaperlakuan tanpa bahan organik (kontrol).

    Jumlah individu gangsir semakin berkurang pada setiappengamatan (Gambar 5). Hal ini diduga disebabkan olehsemakin berkurangnya bahan organik tanaman, terutamayang berkadar air tinggi seperti ubi jalar dan pepaya.Sumber makanan yang paling disukai oleh gangsir adalahmakanan dengan kadar air tinggi, seperti krokot, sawi,

    buncis, daun singkong, wortel, gambas kangkung, bayamdan jagung muda. Faktor lain yang dapat berpengaruhterhadap populasi gangsir adalah adanya persaingan antarspesies, seperti yang diungkapkan oleh Widyaningrum dkk(2000) yang mengatakan bahwa gangsir tanah sangat sukaberkelahi dengan sesamanya, tidak suka berebut ketikamakan bangkai gangsir lain dan tidak suka memakanserangga yang masih hidup.

    KESIMPULAN

    Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapatdisimpulkan: Bahan organik tanaman mempengaruhi

     jumlah individu makrofauna tanah dengan jumlah individutertinggi pada perlakuan bahan organik tanaman yanglambat terdekomposisi, yaitu jagung diikuti sengon, rumputgajah, ubijalar dan pepaya. Setiap jenis makrofauna tanahmenunjukkan respon yang berbeda terhadap perlakuanbahan organik tanaman maupun intensitas cahaya, kakiseribu sangat dipengaruhi oleh macam bahan organik,sedangkan gangsir tidak. Intensitas cahaya berpengaruhtehadap populasi berbagai ,jenis makrofauna tanah,semakin tinggi intensitas cahaya populasi makrofaunatanah cenderung semakin menurun.

    DAFTAR PUSTAKA

    Borror, D. J., C. A. Triplehorn, N. F. Johnson. 1992. Pengenalan PelajaranSerangga. (diterjemahkan oleh Soetiyono Partosoedjono). Yogyakarta:UGM Press.

    Edward, C. A. and J. K. Loftly. 1972. Biology of Earthworm.  London:Chapman and Hall.

    Engelstad, F. 1991. Impact of Eartworm in Decomposition of Garden Refuse,Biol Fertil. Soil Springer-verlag No. 12 : 137-140

    Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. A. Dika, Go BanHong, H. H. Bailley. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung : PenerbitUniversitas Lampung.

    Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.Kevan, K. M. C 1962, Soil Animals. London: H.F and White rby.Makalew, A. D. N. 2001. “Keanekaragaman Biota Tanah Pada

     Agroekosistem Tanpa Olah Tanah (TOT)”. Makalah Falsafah sainsprogram pasca sarjana /S3. Bogor:IPB. Http://www.hayati-ipb.com/users/rudyct/indiv2001/afra-dnm.htm.

    Notohadiprawiro, T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Jakarta : Direktorat

    Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Odum, E.P. 1971. Dasar – dasar Ekologi  (diterjemahkanTjahjono, S. dan

    Srigandono, B) Yogyakarta: Penerbit Universitas Gajah Mada.

  • 8/16/2019 ekologi tanah.pdf

    5/5

    BIODIVERSITAS  Vol. 8, No. 2, April 2007, hal. 96-100100

    Priyadarshini, R. 1999. “Estimasi modal C (C - stock) Masukan bahanorganik dan hubungannya dengan jumlah individu cacing tanah padasistem wanatani”. Thesis. Malang :Program Pasca Sarjana UNIBRAW.

    Radiopoetro, 1983. Zoologi. Jakarta : Penerbit Airlangga.Sugiyarto. 2000. “Keanekaragaman Makrofauna Tanah Pada Baerbagai

    Umur Tegakan Sengon di RPH Jatirejo Kabupaten Kediri”. Biodiversitas.1 (2) : 11-15.

    Suin, N. M. 1997. Ekologi Hewan tanah. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara.Sudharto T dan Suwardjo H 1987 Peranan Bahan organik Terhadap AktivitasCacing Tanah (Perionyx exavatus) dalam petikan ekologi tanah

    Kumpulan hasil seminar  Fakultas biologi UKSW, 20-22 november, 1987: 62-68.

    Simanjuntak A. K dan J. Waluyo, 1982. Cacing Tanah Budidaya danPemanfaatannya. Jakarta: Penerbit PT Penebar Swadaya

    Widyaningrum, P., A. M., Fuah, D. T. H. Sihombing, 2000. “Produktivitas dua jangkrik lokal Gryllus testaceus  Walk dan Gryllus mitratus  Burn(Orthoptera : Gryllidae) yang di budidayakan”. Berita Biologi. 5(2) :169 –

    173.