Upload
firlikaapriyunita
View
181
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
EKONOMI DALAM ISLAM D
I
S
U
S
U
N
Oleh Kelompok 11 :
1. FIRLIKA APRI YUNITA (NIM 12.023.144)
2. SHERLY NOVITASARI (NIM 12.023.152 )
3. RIZA PRANATA (NIM 12.023.155 )
4. NONNY FARADILLA (NIM 12.023.156)
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
SERASAN MUARA ENIM
2012/2013
2
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian Ekonomi Islam ........................................................... 3
B.Tujuan Ekonomi Islam ................................................................. 5
C.Prinsip-prinsip Ekonomi Islam ..................................................... 7
D.Sistem Ekonomi dalam Islam ...................................................... 8
E.Sistem Ekonomi Islam ................................................................. 9
F.Berbagai Pandangan Islam .......................................................... 14
G.Perbedaan Ekonomi Islam dan Ekonomi konvensional
ditinjau dari moral dan etika ........................................................ 17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 21
B. Saran .......................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 23
3
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. dan Alhamdulillahirobbil alamin
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Pendidikan Agama Islam
dengan pembahasan mengenai Ekonomi dalam Islam. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa masih banyak terdapat kekurangan didalam penulisan Makalah ini, baik dari isi
materi maupun cara pembahasannya. Untuk itu dengan sepenuh hati penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak guna
kesempurnaan dimasa yang akan datang.
Akhirnya penulis berharap Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca semua. Disamping itu penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan Makalah ini. Dan semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan taufik dan
hidayah-Nya kepada kita semua, Amin Ya Robbal Alamin.
Wassalammualaikum Wr.Wb
Muara Enim, Januari 2013
Penulis
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna yang mengatur seluruh sendi
kehidupan manusia dan alam semesta. Allah SWT menciptakan bumi dan segala isinya
untuk manusia dan memberi kebebasan kepada manusia untuk mengelola sumber daya
ekonomi yang tersedia di alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan membangun
peradaban manusia ke arah yang lebih baik. Manusia diberi kebebasan untuk
mengelola sumber daya ekonomi dan melakukan transaksi perekonomian sesama
mereka (muamalah). Kegiatan perekonomian manusia juga diatur dalam Islam dengan
prinsip illahiyah. Harta yang ada pada kita, sesungguhnya bukan milik manusia,
melainkan hanya titipan dari Allah swt agar dimanfaatkan sebaik-baiknya demi
kepentingan umat manusia yang pada akhirnya semua akan kembali kepada Allah swt
untuk dipertanggungjawabkan. kaidah fiqih menyatakan bahwa segala kegiatan
ekonomi yang dilakukan oleh manusia diperbolehkan asalkan tidak bertentangan
dengan dalil-dalil nash (Al-Quran dan sunnah).
Sistem ekonomi Islam merupakan sistem ekonomi yang bebas, tetapi
kebebasannya ditunjukkan lebih banyak dalam bentuk kerjasama daripada dalam
bentuk kompetisi (persaingan). Karena kerjasama meupakan tema umum dalam
organisasi sosial Islam. Individualisme dan kepedulian sosial begitu erat terjalin
sehingga bekerja demi kesejahteraan orang lain merupakan cara yang paling
memberikan harapan bagi pengembangan daya guna seseorang dan dalam rangka
mendapatkan ridha Allah SWT. Maka dari itu ekonomi dalam Islam perlu dibahas dan
diketahui oleh umat Islam agar apa yang telah ditentukan oleh Allah dapat dijalankan
dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pandangan Islam mengenai Ekonomi dan Perekonomian yang
dilakukan oleh manusia?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulisan makalah ini memiliki tujuan
sebagai berikut.
5
1) Untuk mengetahui Ekonomi dalam pandangan Islam;
2) Untuk mengetahui perbedaan ekonomi islam dengan ekonomi lainnya;
3) Untuk mengetahui sistem ekonomi yang baik menurut Islam, dan;
4) Untuk mengetahui peranan ekonomi dalam islam.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ekonomi Islam
Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia
yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid
sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam. Bekerja merupakan suatu
kewajiban karena Allah swt memerintahkannya, sebagaimana firman-Nya dalam surat
At Taubah ayat 105:
Dalam pengertian Islam pula, ekonomi ialah satu sains sosial yang mengkaji
masalah-masalah ekonomi manusia yang didasarkan kepada asas-asas dan nilai-nilai
Islam. Ekonomi Islam adalah sebagian dari pada asas kepada masyarakat dan negara
Islam. Kedua-duanya tidak boleh dipisahkan dan pada kedua-dua asas inilah terhubung
jalinan sistem sosial Islam. Dari ayat (Al-Qasas: 77) terdapat beberapa asas ekonomi
Islam, yaitu sebagai berikut.
1) Allah Pemilik Segala Sesuatu
Allah memberikan kekayaan kepada manusia dan Dia adalah pemilik
sebenarnya segala sesuatu. Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang
di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah.(QS. Taha:
6)
2) Kekayaan di Dunia adalah untuk Mencari Kehidupan Akhirat
Manusia mestilah menggunakan kekayaan yang diperolehinya di dunia untuk
mendapatkan kehidupan yang baik dan sejahtera di Akhirat kelak.
Ahli perniagaan yang jujur lagi amanah adalah bersama-sama para nabi, para siddiqin
dan para syuhada. (Bukhari)
3) Kebahagian di Dunia Tidak Boleh Diabaikan dalam Mendapatkan Akhirat
7
Manusia tidak boleh mengabaikan bahagiannya di dunia ini. Manusia hendaklah
bekerja sekuat-kuatnya untuk mendapatkan kebaikan di dunia dengan cara yang paling
adil dan dibenarkan oleh undang-undang.
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik
yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan makanlah
makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan
bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya. (QS. Al-Maidah : 87-88)
4) Tetap Berlaku Adil kepada Sesama Manusia
Manusia mestilah berlaku baik terhadap sesama manusia. Hendaklah mereka
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan membantu orang-orang yang
berada dalam kesusahan dan kesempitan.
Artinya : Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula)
kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi
orang-orang yang mencari keridaan Allah; dan mereka itulah orang-orang beruntung.
(QS. Ar-Rum : 38)
5) Tidak Boleh Melakukan Sembarang Kerusakan
Manusia harus menghindarkan dirinya dari pebuatan-perbutan dosa yang
termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan mencari hasil kekayaan yang tidak adil,
membazirkan sumber-sumber dan hasil-hasil kekayaan serta melakukan penipuan
dalam perniagaan.
Artinya : Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu
8
kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain
itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 188)
Dan katakanlah, bekerjalah kamu, karena Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang
beriman akan melihat pekerjaan itu. Karena kerja membawa pada keampunan,
sebagaimana sabada Rasulullah Muhammad saw: Barang siapa diwaktu sorenya
kelelahan karena kerja tangannya, maka di waktu sore itu ia mendapat ampunan.
(HR.Thabrani dan Baihaqi)
B. Tujuan Ekonomi Islam
Segala aturan yang diturunkan Allah SWT dalam system Islam mengarah pada
tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta menghapuskan kejahatan,
kesengsaraan, dan kerugian pada seluruh ciptaan-Nya. Demikian pula dalam hal
ekonomi, tujuannya adalah membantu manusia mencapai kemenangan di dunia dan di
akhirat. Berikut Tujuan Ekonomi Islam.
1) Menunaikan sebagian daripada tuntutan ibadah;
2) Menegakkan keadilan sosial dan ekonomi dalam masyarakat;
3) Menghapuskan kemiskinan dan mewujudkan keadaan guna tenaga penuh serta
kadar perkembangan ekonomi yang optimum;
4) Mewujudkan kestabilan barangan sejajar dengan nilai matawang;
5) Mengekalkan keamanan dan kepatuhan terhadap undang-undang, dan;
6) Mewujudkan keharmonian hubungan antara bangsa dan memastikan kekuatan
pertahanan negara.
Seorang fuqaha asal Mesir bernama Prof.Muhammad Abu Zahrah mengatakan
ada tiga sasaran hukum Islam yang menunjukan bahwa Islam diturunkan sebagai
rahmat bagi seluruh umat manusia, yaitu.
1) Penyucian jiwa agar setiap muslim bisa menjadi sumber kebaikan bagi masyarakat
dan lingkungannya;
2) Tegaknya keadilan dalam masyarakat. Keadilan yang dimaksud mencakup aspek
kehidupan di bidang hukum dan muamalah, dan;
3) Tercapainya maslahah (merupakan puncaknya). Para ulama menyepakati bahwa
maslahah yang menjadi puncak sasaran di atas mencakup lima jaminan dasar,
yaitu.
a) keselamatan keyakinan agama ( al din);
b) kesalamatan jiwa (al nafs);
9
c) keselamatan akal (al aql);
d) keselamatan keluarga dan keturunan (al nasl), dan;
e) keselamatan harta benda (al mal).
Menurut Muhammad Umar Chapra, salah seorang ekonom Muslim, tujuan-tujuan
kegiatan ekonomi tersebut dapat dirumuskan menjadi 4 macam, yaitu.
1) Kegiatan ekonomi atau muamalah bertujuan untuk memperoleh kesejahteraan
ekonomi dalam batas-batas norma-norma moral Islami. Agama Islam membolehkan
manusia untuk menikmati rezeki dari Allah namun tidak boleh berlebihan dalam pola
konsumsi. Di samping itu Allah SWT mendorong umat-Nya untuk bekerja keras
mencari rezeki setelah melakukan shalat Jumat. Setiap usaha yang dilakukan oleh
manusia seperti bertani, berdagang, dan usaha-usaha halal lainnya dianggap
sebagai ibadah. Hal ini menujukkan bahwa usaha untuk memperoleh pertumbuhan
ekonomi yang lebih baik harus menjadi salah tujuan masyarakat Muslim;
2) Tatanan ekonomi yang diusahakan bertujuan untuk membina persaudaraan dan
menegakkan keadilan universal. Islam menginginkan terbinanya tatanan sosial di
mana semua individu mempunyai rasa persaudaraan dan keterikatan layaknya
suatu keluarga yang berasal dari orangtua yang sama. Dengan demikian, kegiatan
ekonomi yang dilakukan oleh manusia jangan sampai menimbulkan rasa
permusuhan, peperangan, dan ketidakadilan ekonomi sebagaimana yang masih
banyak dijumpai pada saat ini. Dengan adanya rasa persaudaraan sesama umat
manusia, tidak akan timbul perebutan sumber-sumber ekonomi dan yang timbul
adalah bertolong-tolongan untuk kesejahteraan bersama;
3) Distribusi pendapatan yang seimbang. Islam mempunyai komitmen yang tinggi
terhadap persaudaraan manusia dan keadilan. Oleh karena itu, ketidak adilan
ekonomi tidak dibenarkan dalam Islam. Ketidak merataan ekonomi tersebut hanya
akan meruntuhkan rasa persaudaraan antar sesama manusia yang ingin dibina oleh
Islam. Menurut ajaran Islam, semua sumber daya yang tersedia merupakan karunia
Allah SWT yang diberikan kepada semua manusia, sehingga tidak ada alasan kalau
sumber daya ekonomi itu hanya terkonsentrasi pada beberapa kelompok manusia.
Pemerataan tersebut dapat dilakukan melalui zakat, infak, shadaqah, wakaf, dan
transaksi-transaksi halal lainnya yang dikelola dengan baik sesuai dengan spirit
yang dikandungnya, dan;
4) Tatanan ekonomi dalam Islam bertujuan untuk mewujudkan kebebasan manusia
dalam konteks kesejahteraan sosial. Salah satu misi yang diemban oleh
Muhammad SAW adalah untuk melepaskan manusia dari beban-beban dan
belenggu yang ada pada mereka. Khalifah Umar bin Khatab mengatakan, Sejak
kapan kamu memperbudak manusia padahal ibu-ibu mereka melahirkan mereka
10
dalam keadaan merdeka? . Imam Syafii juga mengatakan, Allah menciptakan
kamu dalam keadaan merdeka, oleh karena itu jadilah manusia yang merdeka.
meskipun demikian, kebebasan individu dalam konteks kesejahteraan sosial
haruslah dalam batas-batas yang ditentukan oleh Islam. Artinya kebebasan itu
jangan sampai berkonflik dengan kepentingan sosial yang lebih besar dan hak-hak
orang lain.
C. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam
Secara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar, yaitu.
1) Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah SWT
kepada manusia;
2) Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu;
3) Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama;
4) Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh segelintir
orang saja;
5) Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan
untuk kepentingan banyak orang;
6) Seorang mulsim harus takut kepada Allah SWT dan hari penentuan di akhirat nanti;
7) Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab), dan;
8) Islam melarang riba dalam segala bentuk.
Prinsip-prinsip utama ekonomi Islam
1) Hak milik peribadi
Islam mengakui pemilikan hak perseorangan dan menempatkan hak ini di tempat
yang paling sesuai dengan manusia. Malah Islam menetapkan bahwa harta dan milik
pribadi adalah antara lima perkara daruri yang wajib dilindungi syariat. Fitrah ini
berdasarkan kepada firman Allah:
Artinya : Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak,
kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. Ali imran : 14)
Pengakuan Islam terhadap hak milik pribadi tidaklah berarti ia membiarkan
manusia bebas tanpa sembarang ikatan dan peraturan. Syariat Islam menetapkan
11
peraturan-peraturan yang kukuh dan berkesan untuk meletakkan pengakuan hak milik
pribadi di atas jalan yang sentiasa seiring dengan fitrah manusia yang baik dan bukan
pula mengikut hawa nafsu yang buruk.
2) Kebebasan mencari sumber pendapatan
Islam memberikan kepada setiap orang hak kebebasan dalam menetukan corak
kehidupannya dan memilih kerja-kerja yang diminatinya asalkan tidak bertentangan
dengan syariat Islam. Dalam memilih pekerjaan dan sumber pendapatan masing-
masing akan mewujudkan hasil negara dan keperluan masyarakat. Kebebasan mencari
sumber pendapatan dalam Islam adalah berdasarkan kepada firman Allah:
Artinya : Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka
bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung. (QS. Al-Jumuah : 10)
3) Keadilan sosial
Kegiatan ekonomi adalah sebagian daripada ruang lingkup Islam yang syumul.
Islam bertujuan untuk menegakkan keadilan, oleh itu salah satu asas utama sistem
ekonomi Islam juga untuk menegakkan keadilan. Keadilan sosial yang hendak
ditegakkan oleh sistem Islam bersih dari pada sebarang slogan yang kosong dan bebas
daripada kekeliruan. Ini karena keadilan dalam Islam mempunyai asasnya yang
tersendiri, yaitu di atas dasar taqwa dan makruf.
4) Hak pewarisan
Di antara prinsip yang ditetapkan oleh Islam dalam memperoleh hak-milik ialah
melalui hak pewarisan. Setiap orang yang memiliki harta berhajat untuk menjamin hidup
ahli keluarganya dan berusaha agar harta yang ada padanya tidak habis. Maka kerana
itulah hak pewarisan ini adalah prinsip yang tinggi nilainya dalam sistem ekonomi.
Dalam Islam, hak pewarisan adalah salah satu alat yang utama bagi mencapai keadilan
sosial dalam masyarakat. Di atas dasar inilah undang-undang pewarisan Islam menjadi
suatu undang-undang yang unik dan tidak terdapat dalam sistem-sistem lain.
D. Sistem Ekonomi dalam Islam
Ada tiga sistem ekonomi yang dikenal di dunia, yaitu.
1) Sistem ekonomi Sosialis/komunis, Paham ini muncul sebagai akibat dari paham
kapitalis yang mengekploitasi manusia, sehingga negara ikut campur cukup dalam
12
dengan perannya yang dangat dominan. Akibatnya adalah tidak adanya kebebasan
dalam melakukan aktivitas ekonomi bagi individu-individu, melainkan semuanya
untuk kepentingan bersama, sehingga tidak diakuinya kepemilikan pribadi. Negara
bertanggung jawab dalam mendistribusikan sumber dan hasil produksi kepada
seluruh masyarakat;
2) Sistem ekonomi Kapitalis, berbeda dengan sistem komunis, sistem ini sangat
bertolak belakang dengan sistem Sosialis/Komunis, di mana negara tidak
mempunyai peranan utama atau terbatas dalam perekonomian. Sistem ini sangat
menganut sistem mekanisme pasar. Sistem ini mengakui adanya tangan yang tidak
kelihatan yang ikut campur dalam mekanisme pasar apabila terjadi penyimpangan
(invisible hand). Yang menjadi cita-cita utamanya adalah adanya pertumbuhan
ekomomi, sehingga setiap individu dapat melakukan kegiatan ekonomi dengan
diakuinya kepemilikan pribadi;
3) Sistem ekonomi Islam, Sistem ekonomi Islam hadir jauh lebih dahulu dari kedua
sistem yang dimaksud di atas, yaitu pada abad ke 6, sedangkan kapitalis abad 17,
dan sosialis abad 18. Dalam sistem ekonomi Islam, yang ditekankan adalah
terciptanya pemerataan distribusi pendapatan, seperti tercantum dalam surat Al-
Hasyr ayat 7. Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada
RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah
untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan
orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara
orang-orang Kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka
terimalah dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.
E. Sistem Ekonomi Islam
Konsep Sistem Ekonomi Islam
Islam mengambil suatu kaidah terbaik antara kedua pandangan yang ekstrim
(kapitalis dan komunis) dan mencoba untuk membentuk keseimbangan diantara
keduanya (kebendaan dan rohaniah). Keberhasilan sistem ekonomi Islam tergantung
kepada sejauh mana penyesuaian yang dapat dilakukan di antara keperluan kebendaan
dan keperluan rohani dan etika yang diperlukan manusia. Sumber pedoman ekonomi
Islam adalah Al-Quran dan sunnah Rasul, yaitu dalam: QS.Al-Ahzab : 72 (Manusia
sebagai makhluk pengemban amanat Allah), QS.Hud : 61 (Untuk memakmurkan
kehidupan di bumi), QS.Al-Baqarah : 30 (Tentang kedudukan terhormat sebagai khalifah
di bumi). Hal-hal yang tidak secara jelas diatur dalam kedua sumber ajaran Islam
tersebut diperoleh ketentuannya dengan jalan ijtihad.
13
Ciri-ciri utama sistem ekonomi Islam
1) Sistem ekonomi Islam adalah sebagian daripada sistem Islam yang Syumul
Salah satu ciri yang menonjol dalam sistem ekonomi Islam ialah kegiatan
ekonomi mempunyai hubungan yang rapat dengan sistem Islam yang syumul sama ada
dari segi aqidah mahupun syariatnya. Sistem ekonomi Islam tidak boleh dipisahkan
daripada dasar-dasar aqidah dan nilai-nilai syariat Islam. Dari segi aqidah, sistem
ekonomi Islam dilandaskan kepada hakikat bahwa Allah adalah Pencipta dan Pemilik
alam semesta seperti firman Allah:
Artinya : Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk
(kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan
untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah
tentang (keEsaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang
memberi penerangan. (QS. Luqman : 20)
Sementara di segi syariat pula ia menghubungkan sudut-sudut muamalah sesama
manusia.
Artinya : Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang
berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-
anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta
itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang
diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka
tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras
hukuman-Nya. (QS. Al-Hasyr : 7)
2) Mewujudkan keseimbangan di antara kepentingan individu dengan kepentingan
masyarakat
Dalam sistem ekonomi Islam kepentingan individu dan kepentingan masyarakat
adalah sejalan, bukannya bertentangan di antara satu sama lain sebagaimana yang
14
dirumuskan oleh sistem-sistem lain. Untuk mewujudkan keseimbangan ini, sistem
ekonomi Islam memberi kebebasan bagi anggota masyarakat untuk terlibat dengan
berbagai jenis kegiatan ekonomi yang halal di samping menyelaraskan beberapa bidang
kegiatan tersebut meneruskan kuasa undang-undang dan pemerintahan.
Strategi Politik Ekonomi islam
Sistem ekonomi Islam telah menetapkan suatu strategi politik yang harus
dilaksanakan agar pemenuhan tersebut dapat berjalan dengan baik. Secara garis besar
strategi pemenuhan kebutuhan pokok dibedakan antara pemenuhan kebutuhan pokok
yang berupa barang dengan kebutuhan pokok berupa jasa. Pengelompokkan ini
dilakukan karena terdapat perbedaan antara pelaksanaan jaminan pemenuhan
kebutuhan pokok antara kebutuhan yang berbentuk barang dengan yang berbentuk
jasa. Untuk pemenuhan kebutuhan pokok yang berupa barang Islam memberikan
jaminan dengan mekanisme tidak langsung, yakni dengan jalan menciptakan kondisi
dan sarana yang dapat menjamin terpenuhi kebutuhan tersebut. Sedangkan berkaitan
dengan kebutuhan jasa pokok dipenuhi dengan mekanisme langsung, yakni negara
secara langsung memenuhi kebutuhan jasa pokok tersebut, antara lain.
1) Pemenuhan kebutuhan pokok berupa barang (pangan, sandang dan papan).
Hukum Islam telah menjamin tercapainya pemenuhan seluruh kebutuhan pokok
(primer) warga negara secara menyeluruh, seperti sandang, pangan dan papan.
Caranya dengan mewajibkan bekerja kepada setiap laki-laki yang mampu bekerja,
sehingga dia bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya sendiri, berikut
kebutuhan orang-orang yang nafkahnya menjadi tanggungannya. Kalau orang
tersebut sudah tidak mampu bekerja, maka Islam mewajibkan kepada anak-
anaknya serta ahli warisnya untuk memenuhi kebutuhan primernya. Bahkan Islam
juga mewajibkan kepada tetangganya yang muslim untuk memenuhi kebutuhan
pokok tetangganya. Jika orang-orang yang wajib menanggung nafkahnya tidak ada
atau tidak mampu, baru negaralah melalui baitul mal yang wajib memenuhinya.
Allah berfirman:
Artinya : Maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan
ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung.( QS. Al-Jumuah : 10)
2) Negara menyediakan lapangan pekerjaan agar setiap orang yang mampu bekerja
dapat memperoleh pekerjaan. Jika orang-orang yang wajib bekerja telah berupaya
mencari pekerjaan, namun ia tidak memperoleh pekerjaan sementara ia mampu
bekerja dan telah berusaha mencari pekerjaan tersebut, maka negara wajib
15
menyediakan lapangan pekerjaan atau memberikan berbagai fasilitas agar orang
yang bersangkutan dapat bekerja untuk mencari nafkah penghidupan. Sebab, hal
tersebut memang menjadi tanggung jawab negara. Rasulullah saw bersabda :
Seorang Imam adalah pemelihara dan pengatur urusan (rakyat), dan ia aka
ndiminta pertanggung jawaban terhadap urusan rakyatnya. (HR. Bukhari dan
Muslim)
3) Memerintahkan kepada setiap ahli waris atau kerabat terdekat untuk bertanggung
jawab memenuhi kebutuhan pokok orang-orang tertentu, jika kepala keluarganya
sendiri tidak mampu memenuhi kebutuhan orang-orang yang menjadi
tanggungannya. Jika negara telah menyediakan lapangan pekerjaan dan berbagai
fasilitas pekerjaan, namun seorang individu tetap tidak mampu bekerja sehingga
tidak mampu mencukupi nafkah anggota keluarga yang menjadi tanggung
jawabnya, maka kewajiban nafkah itu dibebankan kepada para kerabat dan ahli
warisnya. Sebagaimana firman Allah SWT:
Artinya : Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan
cara yang maruf. Seorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah
karena anaknya, dan ahli warispun berkewajiban demikian.( QS. Al-Baqarah : 233)
4) Negara secara langsung memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan dari
seluruh warga negara yang tidak mampu dan membutuhkan. Menurut Islam negara
(baitul mal) berfungsi menjadi penyantun orang-orang lemah dan butuh, sedangkan
pemerintah adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyatnya. Dalam hal ini negara
akan diminta pertanggung jawaban terhadap rakyat yang menjadi tanggungannya.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan pokok individu masyarakat yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan pokoknya secara sempurna, baik karena mereka telah
berusaha namun tidak cukup (fakir dan miskin) atau pun terhadap orang-orang yang
lemah dan cacat yang tidak mampu untuk bekerja, maka negara harus menempuh
berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Negara dapat saja
memberikan nafkah baitul mal tersebut berasal dari harta zakat yang merupakan
kewajiban Syariy, dan diambil oleh negara dari orang-orang kaya sebagaimana
firman Allah SWT:
16
Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka. (QS. At-Taubah : 103)
Mekanisme Sistem Ekonomi Islam
Mekanisme ekonomi yang ditempuh Sistem Ekonomi Islam dalam rangka
mewujudkan distribusi kekayaan diantara manusia yang seadil-adilnya adalah dengan
sejumlah cara, yakni.
1) Membuka kesempatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya sebab-sebab
kepemilikan (asbabu al-tamalluk) dalam kepemilikan individu (al-milkiyah al-
fardiyah);
2) Memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya pengembangan
kepemilikan (tanmiyatu al-milkiyah) melalui kegiatan investasi;
3) Larangan menimbun harta benda walaupun telah dikeluarkan zakatnya. Harta yang
ditimbun tidak akan berfungsi ekonomi. Pada gilirannya akan menghambat distribusi
karena tidak terjadi perputaran harta. Allah SWT berfirman :
Artinya : Dan orang-orang yang menimbun emas dan perak dan tidak
menginfakkannya di jalan Allah, maka berilah mereka kabar gembira dengan
siksaan yang pedih. (QS At-Taubah : 34);
4) Membuat kebijakan agar harta beredar secara luas serta menggalakkan berbagai
kegiatan syirkah dan mendorong pusat-pusat pertumbuhan;
5) Larangan kegiatan monopoli, serta berbagai penipuan yang dapat mendistorsi
pasar. Islam melarang terjadinya monopoli terhadap produk- produk yang
merupakan jenis kepemilikan individu (private property). Sebab dengan adanya
monopoli, maka seseorang dapat menetapkan harga jual produk sekehendaknya,
sehingga dapat merugikan kebanyakan orang ;
6) Larangan kegiatan judi, riba, korupsi, pemberian suap dan hadiah kepada
penguasa. Judi dan riba menyebabkan uang hanya akan bertemu dengan uang
(bukan dengan barang dan jasa), dan beredar diantara orang kaya saja. Karena
Islam melarang serta mengharamkan aktivitas tersebut, dan;
7) Pemanfaatan secara optimal (dengan harga murah atau cuma-cuma) hasil dari
barang-barang (SDA) milik umum (al-milkiyah al-amah) yang dikelola negara seperti
hasil hutan, barang tambang, minyak, listrik, air dan sebagainya demi kesejahteraan
rakyat.
17
F. Berbagai Pandangan Islam
Pandangan Islam Terhadap Harta
Sesungguhnya harta adalah alat untuk tiga tujuan: tabungan, belanja, dan
sirkulasi. Islam telah menetapkan hukum-hukum bagi masing-masing peruntukan harta
itu yang menjamin harta tetap sebagai pelayan manusia untuk dimanfaatkan dan
memberikan manfaat kepada orang lain, bukan sebaliknya, yaitu manusia menjadi
hamba dan pelayan harta yang menimbulkan bahaya bagi diri sendiri dan orang lain.
a) Mengenai hukum tabungan, seseorang boleh menabung mengumpulkan biaya
untuk keperluannya. Namun, atas harta tabungan harus ditunaikan zakatnya setelah
berlalu satu haul dan telah mencapai nishb zakat. Adapun menabung hanya
sekadar untuk menabung, menimbun dan menghimpunnya saja adalah haram (QS
9: 34);
b) Mengenai belanja (infq), Islam menetapkan mana pembelanjaan yang wajib, yang
sunah, mubah, makruh dan yang haram;
c) Adapun masalah sirkulasi (tadwul), Islam telah mengaturnya melalui dua aspek,
yaitu.
1) Islam menetapkan uang dan membatasinya dengan emas dan perak, bukan yang
lain, dan;
2) Islam menjelaskan berbagai muamalah syari yang sah, seperti hukum-hukum
perseroan ( syirkah), akad sewa dan tenaga kerja (ijrah), perdagangan (tijrah),
pertanian, mengairi kebun (musqah), jual-beli, pesanan ( salam), penukaran
uang ( sharf ), wakalah, dan seterusnya. Islam juga menetapkan bahwa industri
mengikuti hukum barang yang diproduksi.
Pandangan Islam Terhadap Uang
Islam telah menentukan emas dan perak sebagai mata uang. Islam telah
menetapkan hanya emas dan perak saja yang menjadi standar mata uang untuk
mengukur barang dan jasa. Berdasarkan asas emas dan perak berlangsung semua
bentuk muamalah. Islam menetapkan standar untuk uang emas (dinar) dan perak
(dirham): 1 dinar = 4,25 gram emas murni dan 1 dirham = 2,975 gram perak murni.
Pengharaman Riba Secara Keras
Nash-nash syariah telah mengharamkan riba dengan sangat keras. Karena itu,
sistem keuangan di negara Khilafah tidak mengenal bank dan lembaga kredit ribawi
yang sudah masyhur di dalam Kapitalisme. Ketiadaan lembaga ribawi ini memiliki tiga
dimensi dalam menjamin kehidupan perekonomian yang aman, yaitu.
1) Mengarahkan fokus masyarakat pada ekonomi produktif atau sektor riil;
18
2) Melindungi kaum Muslim dan ahl adz-dzimmah dari kerugian harta mereka karena
riba, dan;
3) Tidak akan memunculkan fenomena kebangkrutan, sebagaimana terlihat pada
bank-bank kapitalis, dan menyisakan kelompok besar orang yang kehilangan harta
mereka atau rekening mereka menguap. Dengan menghalangi sistem riba dan
mengharamkannya secara keras dan tegas, Islam telah menutup celah-celah yang
memungkinkan masuknya krisis keuangan. Dengan itu kehidupan kaum Muslim
akan tetap aman, kokoh dan kuat terhadap krisis. Selain itu, Islam mendorong kaum
Muslim untuk saling memberi utang diantara mereka. Lebih dari itu, di antara tugas
berbagai institusi (direktorat) dinegara Khilafah adalah menyediakan kredit tanpa
riba dalam sektor pertanian, perdagangan dan industri, dalam kerangka program
negara untuk mengembangkan perekonomian dan menjalankan berbagai
kebijakannya untuk memerangi kemiskinan dengan menciptakan lapangan kerja
dan menjamin produksi barang.
Distribusi dan Kepemilikan Harta
Hukum-hukum distribusi harta dalam Islam mencakup sebuah pemahaman yang
unik, yaitu kepemilikan umum. Islam menetapkan kepemilikan dalam negara Khilafah
ada tiga jenis: kepemilikan individu, kepemilikan umum, dan kepemilikan negara.
Negara adalah pihak yang melindungi dan menjaga ketiga jenis kepemilikan itu sesuai
dengan hukum-hukum syariah.
1) Kepemilikan umum mencakup: Harta yang dari sisi pembentukannya tidak mungkin
dimiliki secara individu. Seperti sungai, danau, laut, dan lail-lain; Apa saja yang
menjadi hajat hidup orang banyak seperti jalan, masjid, dan lain-lain; termasuk yang
disabdakan oleh Rasulullah SAW : Kaum Muslim berserikat dalam tiga jenis harta
yaitu air, padang gembalaan dan api. Termasuk dalam cakupan pengertian api
adalah seluruh jenis energi yang digunakan sebagai bahan bakar bagi industri,
mesin, dan transportasi. Demikian pula industri gas yang digunakan sebagai bahan
bakar dan industri batubara. Semua itu adalah kepemilikan umum. Barang tambang
yang depositnya banyak dan tidak terputus, baik yang berbentuk padat, cair maupun
gas, baik tambang dipermukaan maupun di dalam perut bumi. Semuanya
merupakan kepemilikan umum. Negara Khilafah adalah pihak yang mengelola
berbagai kekayaan itu baik dalam hal eksplorasi, penjualan, maupun
pendistribusiannya. Negara Khilafah-lah yang menjamin hak setiap rakyat untuk
menikmati haknya dalam kepemilikan umum tersebut. Negara Khilafah
mendistribusikan hasil bersihnya, setelah dikurangi biaya-biaya, dalam bentuk
zatnya dan atau dalam bentuk pelayanan kepada semua warga negara;
2) Kepemilikan negara, ada pada harta yang hak pengelolaannya berada di tangan
Khalifah sesuai dengan pandangan dan ijtihadnya, seperti harta fai, kharj serta
19
harta orang yang tidak memiliki ahli waris misalnya, dengan syarat syariah memang
tidak menentukan arah pengelolaannya. Khalifah mengelola kepemilikan negara
sesuai dengan pandangan dan ijtihadnya dalam berbagai urusan negara dan rakyat.
Misalnya untuk menciptakan keseimbangan finansial di tengah masyarakat
sehingga harta itu tidak hanya beredar di tangan orang-orang kaya saja. Khalifah
boleh memberikan harta itu kepada orang miskin saja dan tidak memberikannya
kepada orang kaya. Hal itu seperti yang pernah dilakukan Rasulullah dalam
pembagian faiBani Nadhir, dan;
3) kepemilikan individu adalah harta yang pengelolaannya diserahkan kepada individu,
pada selain harta milik umum. Kepemilikan individu itu terlindungi. Negara tidak
boleh melanggarnya. Tidak ada seorang pun yang boleh merampasnya, termasuk
negara sekalipun. Nasionalisasi, yaitu penguasaan negara terhadap kepemilikan
individu, merupakan bentuk perampasan dan merupakan dosa besar.
Pandangan Islam Terhadap Bursa
Pasar modal dan bursa berjangka komoditas dalam sistem Kapitalisme berperan
penting seperti riba dalam mengkonsentrasikan kekayaan pada tangan segelintir orang.
Lebih dari itu, bursa juga menghalangi sirkulasi harta di sektor riil, dan mengubahnya
menjadi per-ekonomian angka dan kertas (ekonomi non-riil). Dalam pandangan Islam,
pasar jual beli harus diatur dengan hukum syariah yang menjamin tidak adanya konflik
dan tidak adanya aktivitas memakan harta dengan jalan yang batil. Di antara hukum-
hukum itu adalah.
1) Melarang penjualan barang yang belum dimiliki oleh penjual dan belum berada di
bawah kuasanya seperti yang terjadi dalam bursa berjangka komoditas;
2) Melarang spekulasi, yaitu menaikkan tawaran bukan untuk membeli, tetapi hanya
untuk menaikkan harga jual;
3) Melarang jual-beli enam jenis komoditas ribawi (emas dan perak [termasuk uang],
gandum, jewawut, kurma, dan garam) tanpa serah-terima secara langsung dalam
jual-beli antar jenis yang berbeda; dan tanpa serah-terima langsung dan kesamaan
jumlah dalam jual pada jenis yang sama, dan;
4) Melarang sirkulasi saham karena perseroan terbatas (PT) dan sahamnya adalah
batil (tidak sah). Saham itu merupakan surat berharga yang mengandung campuran
antara sejumlah modal yang halal dan keuntungan yang haram, dalam satu akad
yang batil dan muamalah yang batil, tanpa bisa dibedakan antara harta yang halal
dan yang haram. Syariah Islam juga melarang sirkulasi dan jual-beli obligasi
(bonds). Sebab, obligasi merupakan surat utang yang diinvestasikan dengan riba.
Apalagi ada keharaman jual-beli utang dengan utang. Sirkulasi dan jual beli seluruh
surat berharga ribawi juga dilarang. Walhasil, pasar jual-beli dalam Islam
merealisasikan perdagangan yang halal, aman serta bebas dari krisis, konflik,
20
spekulasi, gambling, dan penipuan. Pasar dalam Islam merupakan pasar yang
bersih yang senantiasa memperhatikan hukum-hukum syariah dalam sirkulasi harta.
G. Perbedaan Ekonomi Islam dan Ekonomi konvensional ditinjau dari moral dan
etika
Menurut Qardhawi sitem ekonomi Islam tidak berbeda dengan sistem ekonomi
laiannya, dari segi bentuk, cabang, rincian, dan cara pengaplikasian yang beraneka
ragam, tapi menyangkut gambaran global yang mencakup pokok-pokok petunjuk,
kaidah-kaidah pasti, arahan-arahan prinsip yang juga mencakup sebagian cabang
penting yang bersifat spesifik ada perbedaannya. Hal itu karena sistem Islam selalu
menetapkan secara global dalam masalah-masalah yang mengalami perubahan karena
perubahan lingkungan dan zaman. Sebaliknya menguraikan secara rinci pada masalah-
masalah yang tidak mengalami perubahan.
Fakta sejarah menunjukkan bahwa Islam merupakan sistem kehidupan yang
bersifat kompreshensif, yang mengatur semua aspek, baik dalam kehidupan sosial,
ekonomi, dan politik maupun yang bersifat spiritual.
Dalam menjalankan kehidupan ekonomi, tentu Allah telah menetapkan aturan-
aturan yang merupakan batas-batas perilaku manusia sehingga menguntungkan suatu
individu tanpa merugikan individu yang lain. Perilaku inilah yang harus diawasi dengan
ditetapkannya aturan-aturan yang berlandaskan aturan Islam, untuk mengarahkan
individu sehingga mereka secara baik melaksanakan aturan-aturan dan mengontrol dan
mengawasi berjalannya aturan-aturan itu.
Hal yang berbeda dengan sistem ekonomi yang lainnya adalah terletak pada aturan
moral dan etika ini. Aturan yang dibentuk dalam ekonomi islam merupakan aturan yang
bersumber pada kerangka konseptual masyarakat dalam hubungannya dengan
Kekuatan Tertinggi (Tuhan), kehidupan, sesama manusia, dunia, sesama makhluk dan
tujuan akhir manusia. Sedangkan pada sistem yang lain tidak terdapat aturan-aturan
yang menetapkan batas-batas prilaku manusia sehingga dapat merugikan satu pihak
dan menguntungkan pihak lainnya.
Beberapa aturan dalam ekonomi islam adalah sebagai berikut.
a) Segala sesuatunya adalah milik Allah, manusia diberi hak untuk memanfaatkan
segala sesuatu yang ada di muka bumi ini sebagai khalifah atau pengemban
amanat Allah, untuk mengambil keuntungan dan manfaat sebanyak-banyaknya
sesuai dengan kemampuannya dari barang-barang ciptaan Allah;
b) Allah telah menetapkan batas-batas tertentu terhadap perilaku manusia sehingga
menguntungkan individu tanpa mengorbankan hak-hak individu lainnya;
21
c) Semua manusia tergantung pada Allah, sehingga setiap orang bertanggung jawab
atas pengembangan masyarakat dan atas lenyapnya kesulitan-kesulitan yang
mereka hadapi;
d) Status kekalifahan berlaku umum untuk setiap manusia, namun tidak berarti selalu
punya hak yang sama dalam mendapatkan keuntungan. Kesamaan hanya dalam
kesempatan,dan setiap individu dapat menikmati keuntungan itu sesuai dengan
kemampuannya;
e) Individu-individu memiliki kesamaan dalam harga dirinya sebagai manusia. Hak dan
kewajiban ekonomi individu disesuaikan dengan kemampuan-kemampuan yang
dimilikinya dan dengan peranan-peranan normatif masing-masing dalam struktur
sosial;
f) Dalam Islam, bekerja dinilai sebagai kebaikan dan kemalasan dinilai sebagai
kejahatan. Ibadah yang paling baik adalah bekerja dan pada saat yang sama
bekerja merupakan hak dan sekaligus kewajiban;
g) Kehidupan adalah proses dinamis menuju peningkatan. Allah menyukai orang yang
bila dia mengerjakan sesuatu melakukannya dengan cara yang sangat baik;
h) Jangan membuat mudarat dan jangan ada mudarat, dan;
i) Suatu kebaikan dalam peringkat kecil secara jelas dirumuskan. Setiap muslim
dihimbau oleh sistem etika (akhlak) Islam untuk bergerak melampaui peringkat
minim dalam beramal saleh.
Mekanisme pasar dalam masyarakat muslim tidak boleh dianggap sebagai
struktur atomistis, tapi akumulasi dan konsentrasi produksi mungkin saja terjadi, selama
tidak melanggar prinsip-prinsip kebebasan dan kerjasama.
Dari segi teori nilai, dalam ekonomi Islam tidak ada sama sekali pemisahan
antara manfaat normatif suatu mata dagangan dan nilai ekonomisnya. Semua yang
dilarang digunakan, otomatis tidak memiliki nilai ekonomis.
Jika berbicara tentang nilai dan etika dalam ekonomi islam, terdapat empat nilai
utama yaitu Rabbaniyyah (ketuhanan), Akhlak, Kemanusiaan, dan Pertengahan. Nilai-
nilai ini menggambarkan keunikan yang utama bagi ekonomi islam, bahkan dalam
kenyataannya merupakan kekhasan yang bersifat menyeluruh yang tampak jelas pada
segala sesuatu yang berlandaskan ajaran islam. Atas dasar itu, sangat nyata
perbedaannya dengan sistem ekonomi lain nya.
Ekonomi Rabbaniyyah bermakna ekonomi islam sebagai ekonomi ilahiah. Pada
ekonomi kapitalis semata-mata berbicara tentang materi dan keuntungan terutama yang
bersifat individual, duniawi dan kekinian. Islam mempunyai cara, pemahaman, nilai-nilai
ekonomi yang berbeda dengan ekonomi Barat buatan manusia yang sama sekali tidak
mengharapkan ketenangan dari Allah dan tidak mempertimbangkan akhirat sama sekali.
22
Seorang muslim ketika menanam, bekerja, ataupun berdagang dan lain-lain adalah
dalam rangka beribadad kepada Allah. Ketika mengkonsumsi dan menikmati berbagai
harta yang baik menyadari itu sebagai rezki dari Allah dan nikmat-Nya, yang wajib
disyukuri sebagai mana dalam firman Allah :
Artinya : Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat
kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada
mereka dikatakan): Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan
bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu)
adalah Tuhan yang Maha Pengampun. (QS. Saba : 15)
Seorang muslim tunduk kepada aturan Allah, tidak akan berusaha dengan
sesuatu yang haram, tidak akan melakukan yang riba, tidak melakukan penimbunan,
tidak akan berlaku zalim, tidak akan menipu, tidak akan berjudi, tidak akan mencuri,
tidak akan menyuap dan tidak akan menerima suap. Seorang muslim tidak akan
melakukan pemborosan, dan tidak kikir.
Ekonomi akhlak, dalam hal ini tidak adanya pemisahan antara kegiatan ekonomi
dengan akhlak. Islam tidak mengizinkan umatnya untuk mendahulukan kepentingan
ekonomi di atas pemeliharaan nilai dan keutamaan yang diajarkan agama. Kegiatan
yang berkaitan dengan akhlak terdapat pada langkah-langkah ekonomi, baik yang
berkaitan dengan produksi, distribusi, peredaran, dan konsumsi. Seorang muslim terikat
oleh iman dan akhlak pada setiap aktivitas ekonomi yang dilakukannya, baik dalam
melakukan usaha, mengembangkan maupun menginfakkan hartanya.
Ekonomi kemanusiaan, merupakan kegiatan ekonomi yang tujuan utamanya
adalah merealisasikan kehidupan yang baik bagi umat manusia dengan segala unsur
dan pilarnya. Selain itu bertujuan untuk memungkinkan manusia memenuhi kebutuhan
hidupnya yang disyariatkan. Manusia adalah tujuan kegiatan ekonomi dalam pandangan
islam, sekaligus merupakan sarana dan pelakunya dengan memanfaatkan ilmu yang
telah diajarkan Allah kepadanya dan anugerah serta kemampuan yang diberikan-Nya.
Nilai kemanusiaan terhimpun dalam ekonomi islam seperti nilai kemerdekaan dan
kemuliaan kemanusiaan, keadilan, dan menetapkan hukum kepada manusia
berdasarkan keadilan tersebut, persaudaraan, dan saling mencintai dan saling tolong
menolong di antara sesama manusia. Nilai lain, menyayangi seluruh umat manusia
terutama kaum yang lemah. Di antara buah dari nilai tersebut adalah pengakuan islam
atas kepemilikan pribadi jika diperoleh dari cara-cara yang dibenarkan syariat serta
menjalankan hak-hak harta.
23
Ekonomi pertengahan, yaitu nilai pertengahan atau nilai
keseimbangan.Pertengahan yang adail merupakan ruh dari ekonomi Islam. Dan ruh ini
merupakan perbedaan yang sangat jelas dengan sistem ekonomi lainnya. Ruh dari
sistem kapitalis sangat jelas dan nampak pada pengkultusan individu, kepentingan
pribadi, dan kebebasannya hampir-hampir bersifat mutlak dalam pemilikan,
pengembangan, dan pembelanjaan harta.Ruh sistem ekonomi komunis tercermin pada
prasangka buruk terhadap individu dan pemasungan naluri untuk memiliki dan menjadi
kaya. Komunis memandang kemaslahatan masyarakat, yang diwakili oleh Negara,
adalah di atas setiap individu dan segala sesuatu.
Ciri khas pertengahan ini tercermin dalam keseimbangan yang adil yang
ditegakkan oleh islam di antara individu dan masyarakat, sebagai mana ditegakkannya
dalam berbagai pasangan lainnya, seperti dunia-akhirat, jasmani-rohani, akal-rohani,
idealisme-fakta dan lainnya.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Allah SWT menciptakan bumi dan segala isinya untuk manusia dan memberi
kebebasan kepada manusia untuk mengelola sumber daya ekonomi yang tersedia di
alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan membangun peradaban manusia ke
arah yang lebih baik. Manusia diberi kebebasan untuk mengelola sumber daya ekonomi
dan melakukan transaksi perekonomian sesama mereka (muamalah). Kegiatan
perekonomian manusia juga diatur dalam Islam dengan prinsip illahiyah.
Islam telah mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan kelangsungan
hidup umat manusia, termasuk dalam urusan ekonomi yang merupakan salah satu cara
manusia untuk menyambung hidupnya, kegiatan perekonomian ini berhubungan erat
dengan kebersamaan antar sesama umat. Dengan kata lain menjalin perekonomian
sama hal nya menjalin tali silaturahmi dan Allah sangat menyukai orang yang bisa
menjalin hubungan baik antar sesamanya. Hal ini dikarenakan tujuan dari kegiatan
ekonomi itu sendiri adalah tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta
menghapuskan kejahatan, kesengsaraan, dan kerugian. Keberhasilan sistem ekonomi
Islam tergantung kepada sejauh mana penyesuaian yang dapat dilakukan di antara
keperluan kebendaan dan keperluan rohani dan etika yang diperlukan manusia.
sistem ekonomi islam memiliki perbedaan dengan sistem ekonomi lainnya. Hal
yang berbeda dengan sistem ekonomi yang lainnya adalah terletak pada aturan moral
dan etika ini. Aturan yang dibentuk dalam ekonomi islam merupakan aturan yang
bersumber pada kerangka konseptual masyarakat dalam hubungannya dengan
Kekuatan Tertinggi (Tuhan), kehidupan, sesama manusia, dunia, sesama makhluk dan
tujuan akhir manusia. Sedangkan pada sistem yang lain tidak terdapat aturan-aturan
yang menetapkan batas-batas prilaku manusia sehingga dapat merugikan satu pihak
dan menguntungkan pihak lainnya.
B. Saran
Dari uraian diatas, maka penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut.
1) Perlu adanya pengarahan, pelatihan, penyuluhan yang lebih intensif agar
masyarakat mengetahui betul pandangan Islam mengenai ekonomi serta tatacara
kegiatan ekonomi yang baik;
25
2) Tingkatkan keimanan dan dekatkan diri kepada Allah SWT agar kita terhindar dari
hal-hal yang tidak dibolehkan dalam kegiatan ekonomi sehingga tidak merugikan
orang lain;
3) Hendaknya dalam melakukan kegiatan ekonomi tidak hanya mencari keuntungan
semata, tetapi mengetahui tujuan dari kegiatan ekonomi itu sendiri yaitu tercapainya
kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta menghapuskan kejahatan,
kesengsaraan, dan kerugian, dan;
4) Dalam melakukan kegiatan ekonomi haruslah mengikuti aturan-aturan yang ada dan
telah ditentukan menurut Islam.
26
DAFTAR PUSTAKA
Hanif, "Ekonomi dalam Islam". . Oktober 2009.
Suheri, "Prinsip-prinsip Ekonomi Islam". . Januari 2013.
Cahyono, Hadi, "Sistem Ekonomi dalam Islam". . April 2011.
Syariah, Ekonomi, "Tujuan Ekonomi dalam Islam". . Desember 2009.
Nasution, Mustafa Edwin. Jangan Pinggirkan Studi Ekonomi Syariah. Republika online.
Jakarta, 2005.
Qardhawi, Dr.Yusuf. Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam. Robbani
Press.Jakarta, 2004.