29
TUGAS MAKALAH EKONOMI MONETER TEORI KEBIJAKAN MONETER Diajukan sebagai tugas mata kuliah ekonomi moneter yang di bimbing oleh Bapak Drs. Gani Haryana, M.pd., M.Si Oleh: Kelompok 5 Gusti Andryani 1205135603 Hady Rusyaidi 1205136015 Ozi Zikri Amriadi 1205112171 Rita Novita 1205135765 Suci Anita Sari 1205120657 1

EKONOMI MONETER

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MAKALAH

Citation preview

TUGAS MAKALAH EKONOMI MONETER

TEORI KEBIJAKAN MONETER

Diajukan sebagai tugas mata kuliah ekonomi moneter yang di bimbing oleh Bapak Drs. Gani Haryana, M.pd., M.Si

Oleh:Kelompok 5Gusti Andryani 1205135603Hady Rusyaidi

1205136015Ozi Zikri Amriadi 1205112171Rita Novita

1205135765Suci Anita Sari

1205120657

PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2014

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nyalah, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ekonomi Moneter, di tahun ajaran 2014, dengan judul Teori Kebijakan Moneter. Dengan membuat tugas ini kami diharapkan mampu untuk lebih mengenal Ilmu Ekonomi Moneter dalam penerapan kehidupan sehari-hari.

Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberi maanfaat dan semoga kita dapat menjadi manusia yang produktif.

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................iDAFTAR ISI.............................................................................................................................iiBAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1

1.3 Tujuan.......................................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Kerangka Umum Kebijaka Moneter.......................................................................2

2.2 Instrumen Kebijakan Moneter.................................................................................8

2.3 Strategi Kebijakan Moneter...................................................................................11

2.4 Efektivitas Kebijakan Moneter..............................................................................14BAB 3 PENUTUP

3.1 Simpulan.................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17BAB I

PENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANGSalah satu kebijakan dalam ekonomi makro adalah kebijakan moneter, yang pada dasarnya merupakan kebijakan pengendalian uang beredar agar jumlahnya seasuai dengan yang diperlukan dalam suatu sistem perekonomian. Dengan pengendalian jumlah uang yang beredar tersebut dapat tercapai stabilitas perekonomian dan pertumbuhan ekonomi. Stabilitas ekonomi ditandai dengan tngkat inflasi yang rendah dan pertumbuhan ekonomi ditandai dengan kenaikan daya beli masyarakat yang makin sejahtera.Tujuan kebijakan moneter yang dilaksanakan oleh otoritas moneter pada perinsipnya adalah pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga tingkat bunga bank, dan keseimbangan neraca pembayaran serta kesempatan kerja.

1.2 RUMUSAN MASALAH1. Bagaimana kerangka umur kebijakan moneter ?2. Apa saja instrumen kebijakan moneter ?3. Bagaimana strategi kebijakan moneter ?4. Bagaimana efektivitas kebijakan moneter ?1.3 TUJUAN 1. Untuk mengetahui Bagaimana kerangka umur kebijakan moneter.2. Untuk mengetahui mengenai instrumen kebijakan moneter.3. Untuk mengetahui mengenai strategi kebijakan moneter.4. Untuk mengetahui Bagaimana efektivitas kebijakan moneter.BAB IIPEMBAHASAN

TEORI KEBIJAKAN MONETER2.1 KERANGKA UMUM KEBIJAKAN MONETERKerangka yang umum dipergunakan dalam membahas kebijakan moneter meliputi target, indikator, dan instrumen kebijakan moneter. Target akhir (ultimate target) kebijakan moneter adalah variabel-variabel yang ingin dicapai oleh otoritas moneter. Untuk memudahkan, karena di kebanyakan negara otoritas moneter adalah bank sentral, maksud target disini adalah variabel yang ingin dicapai oleh bank sentral. Iindikator kebijakan moneter adalah variabel-variabel yang ingin dkontrol oleh bank sentral agar sasaran akhir dapat dicapai. Indikator juga disebut sebagai sasaran menengah intermediate target dalam usaha mencapai sasaran akhir dari kebijakan moneter. Sementara itu, instrumen kebijakan moneter, sesuai dengan istilahnya, adalah seperangkat variabel yang dimiliki dan sepenuhnya dapat digunakan oleh bank sentral untuk mengontrol indikator sedemikian rupa sehingga target yang ditetapkan dapat dicapai. Pertama-tama bank sentral menetapkan target yang ingin dicapai; apakah kestabilan harga, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, atau neraca pemayaran yang seimbang. Target tersebut ditetapkan agar sasaran akhir kebijakan ekonomi, yaitu kesejahteraan masyarakat dapat dicapai. Berhubung variabel-variabel utama pasar uang, yaitu suku bunga dan jumlah uang beredar mempunyai peranan yang menentukan apakah target-target tersebut dapat dicapai atau tidak, tahap berikutnya ialah memilih variabel pasar uang yang paling tepat untuk dikontrol agar perkembangannya dapat menunjang tercapainya sasaran.Variabel-variabel pasar uang tersebut disebut sebagai indikator. Karena indikator sering bergejolak sesuai dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada kekuatan-kekuatan yang bergerak dipasar uang, yaitu permintaan dan penawaran uang, indikator yang dipilih harus dapat dikendalikan dengan baik untuk kemudian diarahkan agar perkembangannya menunjang usaha pencapaian target yang telah ditetapkan.GAMBAR 3.1

Kerangka kebijakan Moneter

Sebagai

Sebagai ilustrasi, gambar tersebut dapat juga digunakan untuk menjelaskan perbedaan kebijakan moneter di Indonesian untuk periode sebelum dan sesudah reformasi moneter yang dilakukan pada tanggal 1 Juni 1983. Sebagaimana diketahui, sebelum 1 Juni 1983, pengaturan jumlah uang beredar adalah secara langsung, yaitu melalui penepatan pagu aktiva neto perbankan dan penetapan suku bunga.Kebijakan moneter tersebut mengakibatkan variabel-variabel indikator tidak lagi sebagai variabel bebas sehingga fungsinya sebagai sasaran antara telah berubah menjadi instrumen yang sepenuhnya dapat dikontrol oleh bank sentral. Dengan berlakunya sistem tersebut, peranan operasi pasar terbuka dan discount rate policy sebagai pengatur tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar menjadi tidak penting bahkan tidak diperlukan. Demikian juga peranan reserve requiretment tidak berfungsi sebagai pengatur jumlah uang beredar, tetapi lebih berperan sebagai alat untuk menjaga agar bank-bank tetap likuit sehingga dapat memenuhi kewajiban-kewajibannya.Dengan reformasi moneter yang dilakukan pada tanggal 1 juni 1983, baik jumlah uang beredar maupun suku bunga tidak lagi dikontrol secara langsung. Kebijakan tersebut mengubah sifat kedua variabel tersebut menjadi variabel bebas yang perlu dikendalikan secara tidak langsung atau yang disebut sebagai sasaran antra. Dengan sistem baru tersebut, piranti operasi pasar terbuka dan discount rate policy mutlak perlu dikembangkan agar bank sentral dapat mengatur jumlah uang beredar atau suku bunga dengan efektif. Demikian juga reserve requitment tidak lagi hanya berfungsi untuk menjaga bank-bank tetap likuid, tetapi bila diperlukan, dapat juga digunakan sebagai instrumen yang ampuh untuk mengatur jumlah uang beredar dan suku bunga. Semua target kebijakan moneter tersebut dapat dicapai secara serempak dan optimal. Di Indonesia misalnya, kebijakan moneter yang ditempuh oleh bank sentral sebelum UU BI No. 23 Tahun 1999 diharapkan secara serempak dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat pengangguran yang rendah, tingkat inflasi yang rendah, dan terpeliharanya keseimbangan neraca pembayaran. Namun berhubung sasaran-sasaran tersebut satu sama lain mengandung unsur-unsur yang bersifat kontradiktif, untuk mencapai semua sasaran dengan optimal dan serempak adalah sesuatu yang boleh dikatakan tidak mungkin.Sebagai contoh, apabila bank sentral melakukan ekspansi moneter untuk mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja, tindakan tersebut mempunyai dampak yang tidak menguntungkan terhadap kestabilan harga dan keseimbangan neraca pembayaran. Namun, kebijakan tersebut akan mendorong kenaikan suku bunga yang pada gilirannya akan menghambat investasi dan produksi yang akan mengakibatkan rendahnyapertumbuhan ekonomi dan meluasnya tingkat pengangguran. Dalam teori ekonomi dikenal adanya trade-off antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi.A. Indikator Kebijakan moneterIndikator adalah sasaran menengah untuk mencapai sasaran akhir. Indikator penting sekali peranannya karena berfungsi sebagai indikasi apakah arah suatu kebijakan moneter tetap tertuju kepada sasaran yang ingin dicapai atau tidak, sekaligus sebagai pengukur sejauh mana pencapaian hasil dari kebijakan moneter. Ibarat sebuah kompas, indikator merupakan pembimbing kebijakan moneter menuju pencapaian sasaran yang diinginkan.Indikator atau intermediate target tersebut adalah variabel-variabel ekonomi yang memengaruhi keseimbangan pasar uang. Terdapat dua pilihan variabel yang dapat digunakan, yaitu tingkat suku bunga (interest rate) dan jumlah uang beredar (monetary aggregate)1. Pilihan Suku BungaUntuk memperjelas bagaimana tingkat suku bunga dapat berfungsi sebagai indikator, berikut ini diberikan suatu ilustrasi. Misalnya, bank entral menetapkan bahwa suku bunga sebesar x% per tahun adalah tingkat suku bunga yang ideal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.Dari ilustrasi tersebut terlihat bahwa dengan kebijakan moneter, suku bunga akan dipengaruhi sedemikian rupa sehingga tetap stabil, sementara itu, jumlah uang beredar (monetary aggregate) akan bergejolak naik dan turun demi mempertahankan suku bunga tetap pada tingkat yang diinginkan. Bergejolaknya monetary aggregate ini dapat mengakibatkan terganggunya kestabilan harga.2. Pilihan Uang BeredarLain halnya dengan suku bunga, jumlah uang beredar sebagai indikator akan memberikan dampak positif, yaitu tingkat harga yang setabil karena apabila jumlah uang yang beredar bergejolak, bank sentral akan melakukan tindakan kontraksi atau ekpasnsi moneter sehingga jumlah uang yang beredar relatif konstan pada suatu jumlah ditetapkan. Namun kebijakan demikian akan mengakibatkan suku bunga bergejolak karna gejolak permintaan akan diimbagi oleh permintaan akan uang.Dari uraian diatas dapat kita lihat bahwa suku bunga maupun jumlah uang yang beredar, selain sebagai indikator juga berfungsi sebagai sasaran antara yang ingin dikontrol oleh bank sentral dalam rangka mencapai target akhir yang telah ditetapkan. Analisis teorotis mengenai pilihan antara suku bunga dan jumlah uang beredar sebagai sasaran.B. Pilihan Antara Suku Bunga Dan Jumlah Uang Yang BeredarBerikut ini uraian lebih terperinci mengenai pilihan antara suku bunga(interest rate) dan jumlah uang yang beredar (monetary aggragete) sebagai indicator kebijakan moneter dengan menggunakan diagram hicksian IS-LM.Grafik B.3.3.1 melukiskan dua tipe kebijakan moneter yang berbeda, yaitu suku bunga dan jumlah uang yang beredar masing-masing sebagai indikator. Gambar ini untuk sementara mengabaikan gejolak yang mungkin terjadi dipasar uang dan pasar barang , dan diasumsikan bahwa bank sentral berkeinginan agar tingkat pendapatan dapat dicapai pada tingkat kesempatan kerja penuh, yaitu Yf. Untuk mencapai Yf, bank sentral mempunyai dua pilihan.

1. Pilihan pertama ialah mematok penawaran uang pada jumlah tertentu sehingga L1M1 bersilang dengan kurva IS pada Yf.

2. Pilihan kedua yaitu bank sentral mematok suku bunga pada tingkat Rf. Pilihn kedua ini mengakibatkan bentuk kurva LM menjadi Horizontal, seperti terlihat pada kurva L2M2. Dapat disimpulkan bahwa sepanjang tidak terjadi gejolak, baik suku bunga ataupun jumlah uang beredar sebagai indicator tidak ada bedanya dalam upaya mencapai Yf.

Grafik B.3.3.2 dibuat dengan asumsi gejolak dipasar barang( tingkat konsumsi atau pengeluaran/penerimaan pemerintah berubah) atau tidak terjadi gejolak pasar. Dengan demikian maka akan bergerak antara I1S1 dan 12 S2. Kalau bamk sentral memilki bunga sebagai indikator, income akan bergerak antara Y1 dan Y4. apabila dipilih adalah jumlah uang beredar, income akan bergerak antara Y2 dan Y3. Range Y2Y3 lebih kecil dibanding dengan range Y1Y4. Karna dengan dipilihnya jumlah uang beredar sebagai indikator, suku bunga dapat bereaksi terhadap gejolak yang terjadi dipasar barang yang pada gilirannya dapat menghambat/mendorong investasi. Karena range Y2Y3 lebih kecil dibandingkan Y1Y4, apabila terjadi gejolak dipasar barang, jumlah uang beredar sebagai indikator lebih baik dibandingkan dengan suku bunga untuk dipilih sebagai indikator.

Gambar B.3.3.2.

Berbeda dengan grafik B.3.3.2 grafik B.3.3.3. menggunakan asumsi bahwa gejolak bukan terjadi dipasar barang, tetapi dipasar uang sehingga kurva LM bergerak antara L1 M1 dan L2M2. Gejolak dipasar uang tersebut terutama sebagai akibat dari perubahan demand for monay yang biasanya diperkirakan.

Gambar 3.3.3

2.2 INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER1. Instrumen langsung

Instrumen langsung merupakan otoritas moneter dapat secara langsung menggunakan instrumen tersebut ketika dibutuhkan.Terdapat beberapa jenis instrumen langsung yaitu:

a. Penetapan suku bungaPenetapan suku bunga merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan bank sentral dalam rangka kebijakan moneter.Teknisnya bank sentral menetapkan tingkat suku bunga,dengan penetapan tingkat suku bunga ini,bank sentral dapat melakukan ekspansi dan kontraksi moneter sesuai kebutuhan,akan tetapi dengan demikian mengglobalnya perekonomian dunia,penetapan suku bunga makin hari makin tidak efektif.

b. Pagu KreditSelain menetapkan suku bunga, bank sentral juga dapat menjaga likuiditas dipasar dengan menetapkan besaran maksimum kredit perbankan yang dapat disalurkan, yang lazim disebut sebagai pagu kredit.

c. Rasio LikuiditasKadang untuk keperluan tertentu, bank sentral juga dapat mewajibkan bank-bank , selain memelihara cadangan tertentu, memelihara surat berharga tertentu atau valuta asing tertentu dengan proporsi yang di tetapkan.

d. Kredit LangsungPada era prakrisis kita mengenal apa yang disebut dengan kredit lukuiditas dimana bank indonesia memberikan kredit untuk keperluan prioritas tertentu.e. Kuota Penjualan Kembali Surat BerhargaBank sentral dapat menetapkan kuota untuk penjualan kembali surat berharga yang belum jatuh tempo. Biasanya di transaksikan dengan tingkat bunga di bawah tingkat bunga pasar uang antar bank. Sebenarnya, instrumen langsung ini tidak ubahnya pemberian kredit oleh bank sentral secara langsung, hanya saja dijamin dengan surat berharga pasar uang.2. Instrumen LainInstrumen yang juga pernah dikenal adalah pembersihan uang. Agak sedikit berbeda dengan pengguntingan uang, nilai uang diturunkan dengan persentase tertentu tanpa ada penggantian untuk jumlah yang diturunkan. 3. Instrumen Tidak LangsungInstrumen tidak langsung merupakan instrumen yang tidak secara langsung mempengaruhi uang beredar. Akan tetapi, melalui instrumen inilah pada akhirnya jumlah uang beredar dapat dikendalikan. Terdapat banyak jenis instrumen tidak langsung diantaranya :a. Cadangan wajib minimumAdalah ketentuan bank sentral yang mewajibkan bank-bank untuk memelihara sejumlah alat-alat likuit (reserve) sebesar presentase tertentu dari kewajiban. Biasanya cadangan dibedakan dalam dua bentuk, yakni cadangan primer dan cadangan sekunder. Yang di maksud dengan cadangan wajib minimum lebih mengacu pada cadangan primer sementara itu, cadangan sekunder merupakan tambahan-tambahan biasanya terdirri atas surat-surat berharga.b. Fasilitas diskonto dan rediskontoAdalah kebijakan moneter dalam mempengaruhi jumlah uang beredar melalui pengaturan suku bunga yang akan mengurangi kemampuan bank-bank memberikan pinjaman sehingga jumlah uang beredar menurun. Sebaliknya apabila bank sentral menetapkan diskonto lebih rendah bank-bank akan meningkatkan permintaan kredit ke bank sentral untuk disalurkan lebih lanjut berupa pemberian pinjaman, sehingga jumlah uang beredar meningkat.c. Operasi pasar terbukaMerupakan instrumen yang paling banyak digunakan oleh otoritas moneter dalam melaksanakan kebijakan moneter mengingat instrumen ini lebih berorientasi kepasar, keterlibatan peserta tidak mengikat, dan tidak membebankan pajak pada bank. Operasi pasar terbuka adalah kegiatan bank sentral melakukan jual beli surat-surat berharga jangka pendek dalam rangka mengatur jumlah uang beredar atau suku bunga jangka pendek. Apabila bank sentral bermaksud mengurangi jumlah uang beredar, bank sentral akan menjual surat-surat berharga kepada bank-bank agar reserve bank-bank berkurang sehingga kemampuan bank-bank memberikan pinjaman menurun, tindakan ini disebut kontraksi moneter.d. Intervensi Valuta Asing Intervensi valuta asing memiliki pola hampir sama dengan operasi pasar terbuka. Bank sentral melakukan jual beli valuta asing dengan mata uang sendiri. Cara ini dilakukan untuk mempengaruhi jumlah uang beredar. Dalam praktiknya, intervensi valuta asing ini banyak dilakukan untuk supaya stabilisasi atau smoothing pergerakan nilai tukar mata uang sendiri. Dalam sistem nilai tukar mengambang ( floating exchange rate system), intervensi jual valuta asing dimaksudkan untuk memperkuat mata uang sendiri, sehingga intervensi beli valuta asing adalah untuk mengurangi kecenderungan menguatnya mata uang sendiri.e. Vasilitas OverdraftBank sentral juga dapat memberikan pinjaman jangka pendek kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas jangka sangat pendek dalam bentuk fasilitas overdraft. Kesulitan likuiditas jangka pendek terjadi karena pada saat kliring bank akan terjadi menang atau kalah. Menang berarti kewajibanya lebih kecil daripada tagihannya kepada bank-bank, sedangkan kalah berarti kewajibannya lebih besar daripada tagihannya. Dalam kondisi kalah, bank harus menyediakan likuiditas untuk menutupi kewajibanya itu. f. Simpanan Sektor PemerintahSimpanan pemerintah dapat menjadi instrumen tidak langsung yang kerap digunakan di banyak negara. Simpanan sektor pemerintah dapat dipindahkan, misalnya dari bank umum ke bank sentral atau sebaliknya. Langkah itu secara tidak langsung akan berdampak kepada uang beredar. Ketika uang beredar terlalu banyak, akan dilakukan relokasi simpanan pemerintah di bank umum ke bank sentral demikian sebaliknya, apabila terjadi kondisi uang beredar yang sangat kurang, simpanan pemerintah dari bank sentral dapat di relokasi ke bank umum atau bank pelaksana.

g. Lelang KreditDalam kondisi pasar keuangan belum berkembang dan suku bunga patokan antar bank belum terbentuk, bank sentral memerlukan instrumen sementara untuk mengubah sistem pemberian kredit langsung ke alokasi pasar. salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah melakukan lelang kredit.h. Moral SuasionKebijakan pemerintah di mana para pembuat kebijakan atau pemimpin untuk meyakinkan, mendorong atau mencegah perilaku tertentu menggunakan informasi permintaan dari konsumen, bisnis, dan lain-lain, tanpa tindakan formal seperti hukum atau peraturan. Penggunaan bujukan moral bisa agak efektif dalam situasi krisis jangka pendek, seperti perang, kekurangan energi, atau ketidakstabilan keuangan.2.3 STRATEGI KEBIJAKAN MONETER Berikut ini akan dikemukakan tentang hal-hal yang biasanya menjadi bahan pertimbangan bank sentral dalam menentukan strategi kebijakan moneter untuk menghadapi gejolak perekonomian.Secara siklikal, perekonomian mengalami periode dimana kegiatan ekonomi menurun sampai titik balik terendah untuk kemudian diikuti oleh periode dimana kegiatan ekonomi meningkat sampai titik bali tertinggi. Titik balik terendah disebut sebagai masa resesi dan titik balik tertinggi disebut boom. Siklus masa resesi dan masa boom terjadi bergantian dan berlangsung dari waktu ke waktu sehingga dikenal dengan istilah bussiness cycle.Perekonomian yang sedang dilanda resesi terutama ditandai oleh tingkat pengganguran yang tinggi yang disebabkan oleh lesunya kegiatan ekonomi, sebaiknya pada masa boom akan ditandai oleh inflasi yang disebabkan oleh kenaikan ongkos-ongkos produksi sebagai akibat kegiatan ekonomi yang meningkat. Dilihat dari kacamata moneter, kegiatan ekonomi yang lesu akan mengakibatkan demand for money untuk keperluan transaksi menurun dan sebaliknya untuk masa boom, demand for money untuk keperluan transaksi meningkat.Dalam menghadapi gejolak perekonomian seperti tersebut diatas, terdapat dua pendapat yang berbeda dikalangan ahli-ahli moneter mengenai strategi kebijakan moneter yang dapat ditempuh oleh bank sentral. Pihak pertama berpendapat bahwa bank sentral perlu secara aktif melakuakan tindakan moneter untuk memperlunak konjungtur sedemikian rupa, sehingga gelombang siklus, seperti terlihat pada grafik 3.1 berubah dari b menjadi b1. Kebijakan ini dikenal sebagai counter cyclical monetary policy. Pihak kedua berpendapat bahwa seyogianya bank sentral melakukan kebijakan moneter secara pasif. Usaha-usaha untuk melunakan fluktuasi perekonomian hendaknya dihindari dan kebijakan moneter diarahkan agar siklus bisnis berjalan secara wajar. Kebijakan ini dikenal sebagai accomodative monetary policy. Sepintas barankali pendapat pertama lebih cepat dipilih sehingga perekonomian akan cepat terhindar dari bussines cycle. Namun pendapat kedua tentunya juga mamiliki alasan yang kuat untuk mempertahankan pendapatnya.GRAFIK 3.1 COUNTERCYCLICAL MONETARY POLICY

Menurut kelompok pendukung countercyclical monetary policy, pada saat perekonomian akan mengalami resesi, bank sentral harus menempuh kebijakan moneter yang bersifat ekspansif, yaitu meningkatkan supply of money sehingga ekspansi moneter tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasrat masyarakat berkonsumsi dan berproduksi. Selanjutnya kenaikan konsumsi dan produksi/investasi tersebut akan meningkatkan kegiatan perekonomian yang pada akhirnya akan menghindarkan perekonomian dari resesi. Sebaliknya dalam menghadapi masa boom, bank sentral harus melakukan kontraksi moneter yaitu dengan harapan dapat memperlambat kegiatan perekonomian sehingga perekonomian akan terhindar dari inflasi.Kelompok yang menganut accomodative monetary policy berpendapat bahwa expectation effect dari kebijakan moneter adalah lebih dominan daripada subtitution effect, interest rate effect dan wealth effect. Dengan kata lain tindakan ekspansi moneter dalam menghadapi resesi tidak akan mendorong konsumsi dan produksi dan investasi, melainkan hanya meningkatkan harga karena masyarakat telah terlebih dahulu mengantisipasi tindakan moneter yang akan dilakukan bank sentral.Selain itu, pengaruh tindakan moneter terhadap perekonomian tidak dapat terjadi dengan segera, tetapi membutuhkan tenggang waktu. Dengan demikian, ekspansi moneter untuk menghadapi resesi ekonomi dampaknya tidak terjadi pada saat berlangsungnya resesi, tetapi pada saat perekonomian menghadapi boom yang justru pada saat itu diperlukan tindakan kontraksi moneter.Sebaliknya, dampak kontraksi moneter untuk menghadapi boom, tetapi pada saat ekonomi sedang menghadapi resesi yang justru diperlukan tindakan ekspansi moneter. Kebijakan moneter yang bersifat aktif tersebut justru akan mengakibatkan fluktuasi bussines cycle menjadi lebih tajam, seperti tercermin pada grafik 3.2 yaitu k menjadi k1.

Dengan kedua alasan tersebut kelompok pendukung accomodative monetary policy berpendapat bahwa sebaiknya kebijakan moneter diarahkan untuk mengatur uang beredar yang jumlahnya konsisten.

Dengan pertumbuhan ekonomi dan membiarkan business cycle berjalan secara wajar atau alamiah. Dengan kata lain, baik pada saat perekonomian berada dalam resesi maupun boom, pertambahan uang beredar hendaknya dipertahankan pada tingkat tertentu yang menunjang dapat menunjang sasaran jangka panjang, yaitu pertumbuhan ekonomi. Setiap tindakan monete runtuk fluktuasi tidakakan berhasil, bahkan akan memperburuk situasi.Ada dua masalah pokok yang dihadapi dalam memformulasikan kebijakantersebut. Menurut pandangan kelompok pendukung accommodative monetary policy cara memformulasikan strategi kebijakan tersebut, masalah pertama ialah menentukan monetary aggregate mana yang akan dipilih. Apakah memilih base money/ reserve money (RM), narrow money (M1), atau broad money(M2). Masalah kedua adalah menentukan besarnya monetary aggregate. Langkah-langkah dalam menetukan besarnya monetary aggregate adalah:

1. Memformulasikan fungsi demand for money, yaitu mencari hubungan fungsional demand for money dengan variable- variable ekonomi seperti tingakat harga, dan tingkat bunga

2. Memproyeksi tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, dan tingakat bunga untuk suatu perode yang akan datang

3. Kemudian perkiraan tingakt pendaptan, harga, bunga, dan tingkat Bunga tersebut disubtitusikan kedalam fungsi demand for demand for money, kan diperoleh besarnya jumlah monetary aggregate yang diminta oleh perekonomian untuk suatu periode yang akan datang.

Besarnya jumlah monetary aggregate tersebut merupakans asaran perencanaan moneter bank sentral. Artinya bank sentral akan mengatur pasokan uang, baik secara langsung maupun tidak langsung, sama besanya dengan permintaan uangs ehingga proyeksi tingakt pertumbuhan ekonomi, tingkat harga, dan suku bunga tersebut dapat dicapai.

2.4 EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MONETERAda beberapa pendapat yang menyoroti sejauh mana efektivitas kebijakan moneter dalam mempengaruhi tingkat pendaptan/ kesempatan kerja dan variable-variabel ekonomi makro lainnya, diantaranya dikenal pendapat natural rate hypothesis dan rational expectation hypothesis.Natural rate hypothesis berpendapat bahwa kebijkan moneter hanya efektif dalam jangka pendek dan menjadi tidak efektif untuk jangka panjang. Adapun rational expectation hypothesis berpendapat bahwa kebijakan moneter tidak efektif, baik jangka pendek maupun jangka panjang.Menurut natural rate hypothesis, efektivitas ekspasi moneter tersebut hanyae fektif dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang, kegiatan produksi dan kesempatan kerja yang semula meningkat dan meluaskan kembali menurun sampai ketingakt semula. Hal ini disebabkan dalam jangka panjang masyakat mulai yang sadar bahwa upah rill yang mereka terima sebenarnya mengalami penurunan karena kenaikan upah nominal lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga-harga.Setelah sadar, mereka tidak lagi bersedia menawarkan tenanganya lebih dari tingka tsemula. Kalau pun kaum pekerja berhasil menuntut upah nomnal yang lebih tinggi dan bahkan sama besarnya dengan kenaikan harga-harga, kenaikan upah ini akan mematikan gairah produsi untuk meningkatkan produksinya karena profit margin yang pada awalnya meningkat kembali menurun sampai ketingkat semula.Menurut rational expectation hypothesis, ekspansi moneter tidak efektif, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, karena masyarakat menyadari bahwa walaupuns ecara rill upah tidak mengalami kenaikan .apabila upah rill tidak berunah, masyarkat tidak bersedia meningkatakan penawaran tenaganya sehingga kebijakan moneter tidakaka nmembawa dampak perluasan produksi/ kesempatan kesempatan kerja, tetapi justru hanya mengakibatkan inflasi. Produsen juga sadar bahwa kenaikan hargabarang-barang produksi mereka tidak akan memberikan suatu keutungan tambahan karena ongkos-ongkos produksi, terutama tenaga kerja juga mengalami kenaikan yang sama besarnya.Rational expectatiaon hypothesis akhir- akhir ini mendapatkan perhatian besar dan menjadi bahan perdebatan sengit dikalangan ekonom \i termuka. Sebagian dari mereka tidak percaya bahwa mayarakatakan begitu pandai dan jeli dalam mengamati perkembangan situasi ekonomi dan moneter dan melakukan tindakan antisipasi sehingga tidak memberikaan peluang sedikit pun bagi bank sentral untuk meperbaiki keadaan perekonomiann. Sebaliknya, ekonom I yang mendukung hipotesis ini percaya bahwa dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, masyarkat akan mampu memperkirakan tindakan moneter yang akan dilakukan oleh bank sentral tidak akan ada manfaatnya karena telah diantisipasi sepenuhnya oleh masyarakat. BAB IIIPENUTUP

3.1 SIMPULAN

Kerangka yang umum dipergunakan dalam membahas kebijakan moneter meliputi target, indikator, dan instrumen kebijakan moneter. Target akhir (ultimate target) kebijakan moneter adalah variabel-variabel yang ingin dicapai oleh otoritas moneter.Indikator adalah sasaran menengah untuk mencapai sasaran akhir. Indikator penting sekali peranannya karena berfungsi sebagai indikasi apakah arah suatu kebijakan moneter tetap tertuju kepada sasaran yang ingin dicapai atau tidak, sekaligus sebagai pengukur sejauh mana pencapaian hasil dari kebijakan moneter.Ada beberapa pendapat yang menyoroti sejauh mana efektivitas kebijakan moneter dalam mempengaruhi tingkat pendaptan/ kesempatan kerja dan variable-variabel ekonomi makro lainnya, diantaranya dikenal pendapat natural rate hypothesis dan rational expectation hypothesis.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Thamrin dan Francis Tantric. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.Manurung, Jonni dan Adler Haymans Manurung. 2009. Ekonomi Keuangan Dan Kebijakan Moneter. Jakarta: Salemba Empat.

Pohan,aulia. 2008 .Kebijakan Moneter & Implementasinya Di Indonesia. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada

Sasaran akhir

Sasaran antara

Sasaran operasional

Output

waktu

B1

B

Output

Siklus akibat counter cyclical monetary policy

K

K1

Siklus tanpa kebijakan moneter

waktu

Uang primer

Reserve bank

Operasi pasar terbuka

Cadangan wajib minimum

Fasilitas diskonto

imbauan

Besaran moneter (M1, M2, kredit)

Suku bunga

Stabilitas harga

Pertumbuhan ekonomi

Kesempatan kerja

Instrumen

5

_1455798623.vsd0

R0

R

Y

Y

Y

Y

S

S

M

M

I

L

1

2

3

4

1

2

1

Y

L

L

2

2

1

2

1

_1455798624.vsd2

0

R0

R

M

Y

Y

Y

1

S

M

M

I

2

3

1

Y

L

L

3

1

3

_1455798622.vsdR

Rf

0

Yf

Y

M

2

L

2

S

I

M

1

L

1