Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Ekonomi Politik Media Cetak Di… Nining Nadya Rukmana Sari
121
EKONOMI POLITIK MEDIA CETAK DI KALIMANTAN SELATAN
ECONOMY OF POLITICS PRINTED MEDIA IN SOUTH KALIMANTAN
Nining Nadya Rukmana Sari Ilmu Komunikasi, Universitas Lambung Mangkurat
Jl. Brigjen Hasan Basri, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan Indonesia. Telp. (0511) 3306603
E-mail : [email protected]
diterima tanggal : 16 Agustus 2016 | direvisi tanggal 22 September 2016 | disetujui tanggal 6 Oktober 2016
ABSTRACT
Media coverage about the involvement of M. Nazaruddin in the bribery case of SEA Games athlete
development leads to low credibility of the Democratic Party. Through publications in mass media, the
Democratic Party showed political positioning to minimize the formation of a negative image. This study aims
to determine the difference of illustration and newspaper accounts about the positioning of the Democratic
Party in an attempt to address the involvement of M. Nazaruddin cases related to bribery athlete development
SEA Games. The research method that used is quantitative, with media content analysis approach. Data were
analyzed using chi-square distribution and the frequency of the five indicators of positioning and twenty
categories of research. Through the chi square calculation results, it was found that the significance of
differences in positioning indicators and positioning categories of significant and insignificant.
Keywords: positioning democrat party, newspapers coverage, media content analysis
ABSTRAK
Banjarmasin Post dan Kalimantan Post adalah dua surat kabar harian yang terbit di Kalimantan Selatan sejak
Era Orde Baru dengan latar belakang sejarah yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan
mendiskripsikan strategi ekonomi politik masing-masing media, terutama praktik strukturasi dan spasialisasi
yang menjadi alasan kedua media ini mampu bertahan seperti sekarang. Metode penelitian yang digunakan
adalah studi kasus yang bersifat deskriptif kualitatif. Fokus penelitian ini adalah aspek strukturasi dan
spasialisasi yang diterapkan masing-masing media dalam mempertahankan eksistensinya. Teknik analisa data
yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan mengumpulkan data yang diperoleh dari wawancara, observasi
langsung dan studi pustaka. Dari temuan data dan analisis penelitian sangat kental dengan nuansa ekonomi
politik, terutama strukturasi dan spasialisasi. Dari sisi strukturasi, dapat ditemui adanya dominasi aktor sebagai
pemilik media sangat menentukan arah kebijakan serta isi pemberitaan media. Dari sisi spasialisasi, karena
Banjarmasin Post adalah anak KKG yang memiliki modal besar sehingga berhasil membangun diversifikasi
produk yakni surat kabar Metro Banjar, tabloid Serambi Ummah dan majalah B Magazine. Sedangkan
Kalimantan Post karena memiliki modal yang terbatas, hanya fokus pada strategi perluasan wilayah distribusi.
Kata Kunci: Media Lokal, Ekonomi Politik, Strukturasi, Spasialisasi
I. PENDAHULUAN
Era Reformasi di Indonesia telah membawa
kehidupan media nasional di Indonesia termasuk
juga kehidupan media lokal untuk tumbuh dan
berkembang. Maka tidak mengherankan jika semua
kota atau provinsi di Indonesia memiliki media
sendiri baik berupa surat kabar daerah, radio daerah
maupun televisi daerah. Berdasarkan data dari Data
Pers Nasional Indonesia 2010 yang dibuat oleh
Dewan Pers dan beredar pasca 9 Februari 2011
menunjukkan bahwa jumlah penerbitan media lokal
atau daerah adalah sebanyak 629 media cetak, 325
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.2 Oktober 2016: 121-142
122
radio dan 102 stasiun televisi. Jumlah tersebut
sudah termasuk dengan media lokal yang berada di
bawah naungan kelompok media nasional seperti
Kelompok Kompas Gramedia (KKG) atau Tribun
dan Jawa Pos. Namun, tidak sedikit pula media-
media lokal yang independen atau berdiri sendiri
tanpa bersandar dengan payung media nasional.
Seperti yang terjadi di Kalimantan Selatan
selama ini terdapatdua media lokal yang dikawal
oleh media nasional yakni surat kabar harian (SKH)
Banjarmasin Post dan Radar Banjarmasin. Dimana
Banjarmasin Post berada di bawah grup Tribun dan
Radar Banjarmasin adalah grupnya Jawa Pos.
Sedangkan untuk media lokal yang independen
sendiri ada puluhan jumlahnya di Kalimantan
Selatan. Diantaranya adalah surat kabar harian
(SKH) Kalimantan Post, Media Kalimantan, Mata
Banua dan Barito Post.
Media lokal dengan jaringan nasional
Banjarmasin Post dan media lokal independen
Kalimantan Post adalah potret dua surat kabar tertua
dalam sejarah pers di Kalimantan Selatan.
Meskipun dalam perjalanannya masing-masing
media ini sempat tumbang dan diakusisi oleh
beberapa media nasional seperti sekarang, namun
tetap menjadi pelopor jurnalisme terdepan di Kalsel.
Seperti Banjarmasin Post saat ini dibawah induk PT
Indopersda Primamedia Kelompok Kompas
Gramedia (KKG). Sedangkan Kalimantan Post
yang dulunya bernama surat kabar Dinamika juga
sempat diambil alih oleh Surya Persindo Grup
(Media Indonesia) dengan komisarisnya Surya
Paloh. Namun status Kalimantan Post sudah
kembali independen dengan dibelinya saham
perusahaan oleh seorang pengusaha dan mantan
politisi di Banjarmasin yakni Taufik Effendie.
Profil masing-masing media tersebut memiliki
karakteristik tersendiri sehingga membuatnya
berbeda. Jika Kalimantan Post bebas menjalankan
kebijakan yang mereka buat sendiri, maka berbeda
dengan Banjarmasin Post yang harus tunduk pada
serangkaian aturan yang dibuat oleh Indopersda.
Karena keputusan Banjarmasin Post untuk merger
ke Indoepersda tahun 1995 lah yang membuat
media ini melepaskan sahamnya senilai lebih dar 50
persen kepada Indopersda.
Selama puluhan tahun Banjarmasin membina
kerjasama dengan Indopersda membuat BPost
memperluas bisnis media cetak lainnya yakni
dengan melahirkan surat kabar Metro Banjar,
tabloid Serambi Ummah dan majalah komunitas B
Magazine. Selain bisnis media cetak juga ada bisnis
radio dan televisi yakni BPost radio serta Kompas
TV Banjarmasin.
Dibalik keberhasilan Banjarmasin Post saat ini,
tidak lepas dari jasa Sang pendiri media itu sendiri.
Yakni Pemimpin Umum Banjarmasin Post
Pangeran H. Gusti Rusdi Effendi AR yang
merupakan orang ternama dan gigih dengan
segudang prestasi serta jabatan di Kalimantan
Selatan. Meskipun kepemilikan sahamnya di
Banjarmasin Post hanya beberapa persen, namun
pengaruhnya juga sangat kuat terkait isi atau konten
pemberitaan di Banjarmasin Post.
Untuk Kalimantan Post sendiri juga dipimpin
oleh tokoh kenamaan Kalsel Taufik Effendie yang
dalam karirnya merupakan mantan politisi partai
Golkar yang dan didampingi oleh dewan pensehat
media Sulaiman HB (Alm) yang juga Ketua Umum
Golkar. Sehingga afiliasi pemimpin umum
Kalimnatan Post terhadap dunia perpolitikan tidak
jarang juga membawa pengaruh pada isi peberitaan
Ekonomi Politik Media Cetak Di… Nining Nadya Rukmana Sari
123
media tersebut seperti yang terjadi di Banjarmasin
Post.
Banjarmasin Post, Metro Banjar, Serambi
Ummah, B Magazine dan BPost radio adalah
kepanjangan bisnis Indopersda Primamedia
Kelompok Kompas Gramedia (KKG) untuk region
Kalimantan Selatan. Media-media tersebut
berkantor ditempat yang sama namun untuk radio
dan televisi manajemennya terpisah. Sedangkan
media cetaknya berada di satu wadah manajeman
serta organisasi yang sama. Jadi jangan heran jika
melihat tampilan surat kabar Banjarmasin Post,
Metro Banjar, tabloid Serambi Ummah dan B
Magazine itu struktur organisasinya sama.
Karyawan beserta posisi jabatannya juga tidak ada
yang berbeda. Hanya manager redaksi dimasing-
masing medianya saja yang berbeda. Wartawan
yang meliput BPost juga adalah wartawan yang
meliput Metro Banjar, Serambi Ummah dan B
Magazine. Jika dari segi penyajian beritanya sama
mungkin tidak akan jadi masalah. Bagaimana jika
sumber informasinya sama namun pengemasan
beritanya saja yang berbeda? Karena Metro Banjar
sendiri adalah surat kabar lokal yang fokus pada
berita kriminal, sedangkan Serambi Ummah adalah
tabloid keagamaan yang terbit setiap hari Jumat.
Melihat realita demikian, maka tujuan hakiki
jurnalisme adalah adalah untuk mencerahkan publik
(public enlightenment), semakin bergeser.
Jurnalisme saat ini cenderung dikendalikan oleh
pasar hanya bertujuan untuk memaksimalkan
keuntungan ekonomi para pemodal. Ditambah lagi
pemilik-pemilik modal media adalah orang-orang
yang terjun ke dalam dunia politik. Maka dipastikan
media hanya menjadi corong atau alat bargaining
untuk memuluskan jalan mereka. Otomatis hal itu
tidak hanya berpengaruh pada konten berita yang
disajikan namun juga dapat menggiring opini publik
untuk bersimpati terhadap media tersebut. Hal ini
berlaku tidak hanya di media nasional tetapi juga
media lokal di Kalimantan Selatan seperti
Banjarmasin Post dan Kalimantan Post.
Persoalan pengkongsian media dengan segala
dampak lanjutnya ini merupakan satu rangkaian
telaah ekonomi politik media. Pintu masuk untuk
mengkaji fenomena ekonomi politik media tersebut
menurut Vincent Mosco (2009: 24) menyangkut
dengan tiga hal yaitu: komodifikasi, spasialisasi dan
strukturasi. Fokus penelitian ini hanya mengkaji
praktek yang paling menonjol yakni strukturasi dan
spasialisasi. Dalam teori strukturasi menunjukkan
bahwa agen manusia secara kontinyu mereproduksi
struktur sosial. Sehingga, memungkinkan
bergabungnya beberapa proses komodifikasi dan
spasialisasi untuk mendapatkan keuntungan
ekonomi politik. Penyeragaman ideologi secara
terstruktur pun seringkali terjadi dimana media
yang sama pemiliknya akan memiliki ideologi yang
sama pula. Sehingga, dampak terbesarnya adalah
timbulnya keseragaman terhadap isi media itu
sendiri seperti yang terjadi di Banjrmasin Post dan
Kalimantan Post yang tidak luput dari jeratan
intervensi pemilik media.
Menurut Vincent Mosco (2009) dalam
artikelnya Current Trends in the Political Economy
of Communication, ekonomi politik adalah studi
tentang hubungan-hubungan sosial, khususnya
hubungan kekuasaan yang saling menguntungkan
antara sumber, distribusi, dan konsumsi yang
berkaitan dengan komunikasi. Ini berarti pada ranah
politik, kekuasaan digunakan untuk mengendalikan
sumber produksi, distribusi dan konsumsi
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.2 Oktober 2016: 121-142
124
komunikasi oleh individu atau kelompok orang.
Sementara Garnham memfokuskan diri pada
struktur relasi sosial dan kekuatan sosial khususnya
yang dimiliki oleh kapitalisme ketika mengkaji
ekonomi politik media.
Curan dan Gueverich (1996) mengatakan
bahwa untuk melihat ekonomi politik media maka
proses sejarah media yang bersangkutan juga perlu
dilihat. Untuk mempermudah pemahaman akan
perluasan jaringan institusi, jangkauan perusahaan,
komodifikasi komunikasi dan informasi, serta
intervensi negara dalam perkembangan perusahaan.
Oleh karena itu, menurut Oliver Boyd-Barret dalam
Kurnia (2008) bahwa perspektif ekonomi politik
media memiliki kepentingan kritis dengan
kepemilikan dan kontrol media, keterkaitan industri
media dengan industri lain, serta bersinggungan
dengan elit politik, ekonomi dan sosial.
Untuk melihat praktik ekonomi politik media,
Mosco (2009) membaginya dalam tiga pintu masuk
yakni komodifikasi, spasialisasi dan strukturasi.
Oleh karena itu, masing-masing komponen
berperan penting dalam melihat praktik ekonomi
politik tersebut.
Pintu masuk pertama dalam memahami
ekonomi politik adalah komodifikasi. Istilah
komodifikasi sebenarnya dipinjam Mosco dari
istilah yang dipakai Karl Marx untuk
menjelaskan kapitalisme. Menurut Marx,
dinamika kapitalisme adalah suatu cara
produksi yang didasarkan pada kepemilikan
pribadi atas sarana produksi. Berdasarkan
penguasaan sarana produksi maka masyarakat
digolongkan dalam kelompok borjuis yang
memiliki dan menguasai sarana produksi dan
kelas proletar atau pekerja yang tidak memiliki
dan menguasai sarana produksi. Kelas borjuis
membeli dan mengksploitasi tenaga kelas
proletar mereka untuk memproduksi barang
dan atau jasa. Realisasi nilai-surplus ke dalam
bentuk uang diperoleh dengan menjual produk
itulah komoditas. Jadi, komoditas menurut
Marx adalah sesuatu yang tersedia untuk dijual
di pasar. Sedangkan komodifikasi adalah
proses yang diasosiasikan dengan kapitalisme,
dimana obyek, kualitas dan tanda berubah
menjadi komoditas.
Dengan menggunakan istilah yang dipakai
Marx, Mosco ingin menjelaskan ekonomi
politik komunikasi. Mosco mengatakan bahwa
commodification is the process of transforming
use value into exchange values. Artinya,
komodifikasi adalah proses untuk mengubah
segala sesuatu baik bentuk fisik maupun
nonfisik menjadi komoditi yang memiliki nilai
jual. Dalam dunia media, komodifikasi melihat
hal utama dari substansi kerja media yakni isi
media, ikla-audiens, dan pekerja. Mosco
mengidentifikasi bentuk-bentuk komodifikasi
media menjadi komodifikasi: isi, audiens dan
pekerja, imanent dan eksternal.
Spasialisasi adalah pintu kedua dalam
memahami konsep ekonomi politik komunikasi
Mosco. Mosco (2009:175) secara singkat
menerangkan arti spasialisasi dalam ekonomi
politik komunikasi.
“The political economy of
communication has specifically
addressed spatialization chiefly
Ekonomi Politik Media Cetak Di… Nining Nadya Rukmana Sari
125
in terms of the institutional
extension of corporate power in
the communication industry.
This is manifested in the sheer
growth in the size of media
firms, measured by assets,
revenues, profit, employees, and
share value. Political economy
has specifially examined groth
by taking up different forms of
corporate concentration.
Menurut Mosco (2009), istilah spasialisasi
diperkenalkan oleh Henri Lefebre, dengan arti
‘proses mengelola (deadling with) jarak dan waktu
dalam kehidupan sosial’. Konsep ini merujuk pada
pertumbuhan ekspansi kapital yang memang
bertujuan untuk memaksimalkan fungsi transportasi
dan komunikasi, mengurangi sebanyak mungkin
waktu untuk memindahkan barang, orang, dan
pesan melintasi jarak seberapapun, sehingga
membuat jarak tersebut tidak berarti. Giddens
dalam Mosco (2009) melihat perubahan
karakteristik jarak dan waktu seiring dengan
berkembangnya ekspansi kapital dari sumber daya
yang solid menjadi sumber daya yang elastis.
Dalam artian, jauh tidaknya suatu jarak atau lama
tidaknya waktu yang dibutuhkan didefinisikan
secara relatif oleh berbagai macam faktor. Seperti
yang telah diebutkan di atas yaitu faktor tekhnologi
dan komunikasi.
Spasialisasi pada intinya merupakan usaha
industri dalam melakukan ekspansi pasar dan
ekspansi profit. Sebuah perusahaan (konteks
komunikasi misalnya media) tidak lagi mempunyai
tujuan dalam orientasi perluasan kepentingan publik
namun lebih kepada perluasan kepentingan pasar
atau profit. Perluasan yang dimungkinkan
dilakukan oleh sebuah industri tidak hanya berada
dalam batasan yang harfiah. Akan tetapi,
melakukan usaha –usaha baru dalam mendukung
perluasan produk intinya, misalnya pembuatan
merchandise dari film tertentu. Selain itu perluasan
usaha dalam menembus budaya dan sosial
dilakukan juga misalnya dengan akusisi perusahaan
lokal dan sebagainya.
Pintu terakhir dalam memahami ekonomi
politik menurut Mosco (2009) adalah melihat
adanya interaksi, relasi, dan negosiasi yang terjadi
dalam sebuah struktur organisasi (konteks media).
“Process by which structures are
constituted out of human
agency, even as they provide the
very “medium” of that
constitution.
Dalam konteks ekonomi politik media,
strukturasi digunakan untuk memahami relasi
kekuasaan pada kelas sosial, ras, gender dan
gerakan sosial yang pada akhirnya mengkristal
dalam apa yang disebut hegemoni. Melalui teori
strukturasi, Mosco mencoba untuk menempatkan
kajian ekonomi politik media pada titik
keseimbangan. Tidak hanya melihat peran struktur
dari sistem media saja, tetapi juga melihat para
agen, relasi sosial, peran sosial, dan praktek sosial.
Strukturasi dalam ekonomi politik media adalah
sebuah pendekatan analisis sosial kritis untuk
melihat komoditas, institusi, praktek dan
konsekuensi dari produksi, distribusi dan
penggunaan kekuasaan.
Teori strukturasi dipelopori oleh Anthony
Giddens, seorang sosiolog yang mengembangkan
apa yang disebutnya sebagai sosilogi sehari-hari.
Sosiologi didasarkan pada pemahamannya atas
strukturasi dalam sistem sosial. Teori ini ditawarkan
dalam rangka membahas pertanyaan-pertanyaan
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.2 Oktober 2016: 121-142
126
seperti apakah agen manusia sebagai pelaku atau
kekuatan sosial yang besarkah yang membentuk
masyarakat. Teori strukturasi Giddens (2011)
menunjukkan bahwa agen manusia secara kontinyu
memproduksi struktur sosial. Artinya, individu
dapat melakukan perubahan atas struktur sosial.
Dalam teori strukturasi, memungkinkan
bergabungnya beberapa proses komodifikasi
dan spasialisasi untuk mendapatkan
keuntungan ekonomi politik komunikasi.
Gagasan yang diusung strukturasi
membedakannya dengan komodifikasi atau
spasialisasi. Strukturasi berhubungan langsung
dengan hal-hal yang terkait dengan keagenan,
hubungan sosial, praktek sosial, dan proses
sosial. Maka sudah pasti ada pertanyaan-
pertanyaan yang terkait dengan hal tersebut
seperti: pihak mana yang berpengaruh penting?
bagaimana hubungan sosial diantara mereka?
dan bagaimana proses serta praktek sosialnya?
Manfaat strukturasi lebih kepada dua hal yaitu
untuk mengkaji kekuasaan yang berlangsung
dan pendekatan kritis analitis sosial. Agen
dalam strukturasi pun dapat berwujud individu
atau sekelompok orang. Sebagai agen, mereka
merupakan aktor-aktor sosial yang perilakunya
ditentukan oleh tata hubungan sosial serta
penempatan dirinya di dalam masyarakat.
Era keterbukaan informasi juga membuka
angin segar di daerah. Kalimantan Selatan dengan
kondisi geografisnya dikelilingi oleh sungai telah
mampu mendistribusikan informasi ke daerah-
daerah. Bahkan kabupaten paling ujung di Kalsel
sekalipun seperti Tabalong telah memiki media
sendiri seperti surat kabar Metro7, Saraba Kawa
Post, radio Nirwana FM dan televisi pemkab
Tabalong. Demikian pula 12 kabupaten lainnya
yang tersebar di seluruh wilayah Kalimantan
Selatan. Dan bahkan surat kabar yang ada di Kalsel
pendistribusiannya telah mencapai kawasan
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur seperti
Banjarmasin Post, Radar Banjarmasin, Media
Kalimantan dan Kalimantan Post. Meskipun, dalam
perjalanannya ada juga media yang mati ‘suri’ dan
bahkan tutup sama sekali karena ketidakberdayaan
dalam menghadapi persaingan seperti tabloid
Bebas.
Tabel 1. Daftar Media Cetak di Kalimantan Selatan
No Surat Kabar Tabloid Majalah
1 Banjarmasin Post Serambi Ummah B Magazine 2 Metro Banjar Spirit Kalsel Supermagz* 3 Barito Post Bidik Banua Waja* 4 Kalimantan Post Wanyi* Media Bersinar 5 Radar Banjarmasin Abdi Persada* - 6 Mata Banua Gema Bestari - 7 Gawi Manuntung* Gerbang - 8 Dekrit* Suara Saijaan - 9 Suara Kalimantan Bumi Kahuripan* - 10 Indonesia Merdeka Saraba Kawa Post - 11 Media Kalimantan Murakata/Barabai - 12 Persada Post* X-Kasus - 13 Borneo Pos Pratama Post* -
Ekonomi Politik Media Cetak Di… Nining Nadya Rukmana Sari
127
Tabel 1. Sambungan
No Surat Kabar Tabloid Majalah
14 Media Masyarakat* Modus* - 15 Suara Pembangunan* Dayung* - 16 Pusaka Daerah* Kreasi Pro* - 17 Media Warta Kasus* - 18 Banjarbaru Pos* Fakta Daerah* - 19 Lintas Suara Media* Pengda PSSi* - 20 Mediator* Basis Ummat* - 21 Banjar Pos* Selidah Pos - 22 Merdeka* Publik* - 23 Aktual Koran Anak* - 24 Media Nuansa* Gotcha* - 25 Banua Kita* Mandiri* - 26 Rakyat Membangun* Netro* - 27 Wawasan* Tablomagazine Bisnis - 28 Antasari Pos* Sorot* - 29 Aspirasi Rakyat* Suling* - 30 Deklarator* Demokrasi Plus - 31 Warta Pos Kinday - 32 Mercu Buana Urbana - 33 Duta Post* Oto Max - 34 Armedia Post* Bisnis Kita - 35 Media Publik* Ralitas - 36 Gaung* Derap Kalimantan - 37 Kado Borneo* - - 38 Indonesia Bangkit - - 39 Prospek - - 40 Orbit Pos - - 41 Sinar Kalimantan* - - 42 Islah* - - 43 Target Pos - - 44 Media Borneo - - 45 Seputar Kota - - 46 Borneo News - - 47 Metro7 - -
Jumlah
47 36 4
Sumber: PWI Kalimantan Selatan tanggal 2 Mei 2015 Keterangan: *Media tidak terbit lagi
Berdasarkan daftar media cetak di atas dapat
dilihat media yang paling besar jumlahnya adalah
surat kabar, kemudian tabloid dan yang paling
sedikit adalah majalah. Tetapi, sangat disayangkan
separo dari jumlah media tersebut sekarang sudah
tidak terbit lagi. Dan yang paling banyak adalah
surat kabar yang didirikan di Banjarmasin.
Ketidakmampuan bertahan dalam menghadapi
persaingan dengan media-media lain membuat
mereka memilih menutup saja surat kabar tersebut
daripada mengalami kerugian yang lebih fatal.
Diantara surat kabar tersebut adalah Gawi
Manuntung, Dekrit, Pusaka Daerah dan Banua Kita.
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.2 Oktober 2016: 121-142
128
Media cetak yang masih unggul di Kalimantan
Selatan tetap dipegang oleh jaringan Kelompok
Kompas Gramedia (KKG) yaitu Banjarmasin Post
dan Kelompok Jawa Pos yang diwakili oleh Radar
Banjarmasin. KKG saat ini telah berhasil
melahirkan dua surat kabar, satu tabloid dan satu
majalah di Kalimantan Selatan. Bahkan, hal ini
sudah berlangsung sejak tahun 2006 sebagaimana
penelitian yang juga telah dilakukan oleh Sulhan
berjudul Kisah Kelabu di Balik Maraknya Pers
Lokal di Kalimantan. Jadi wajarlah kiranya jika di
Kalsel seluruh media cetak di Kalsel juga sulit untuk
mempertahankan eksistensinya karena berada
ditengah ketatnya persaingan dengan media lokal
yang berwajah lokal. Ditambah lagi media-media
yang dimiliki oleh pemodal besar sekaligus politis
seperti di Media Kalimantan, Barito Post, dan
Kalimantan Post sehingga ikut menambah deretan
rintangan media-media kecil yang ingin
berkembang.
Media yang tergabung dalam bisnis jaringan
media nasional KKG adalah Banjarmasin Post
(Bpost), Metro Banjar, Serambi Ummah dan B
Magazine. Mereka memiliki ciri khas atau keunikan
tersendiri yang membuatnya berbeda satu sama lain.
Kelompok media cetak lokal-nasional dan media
lokal dapat dilihat pada tabel 2.
Kesepuluh media cetak di atas didistribusikan
ke 13 kabupaten di seluruh wilayah Kalimantan
Selatan. Terutama sekitaran wilayah Banjarmasin,
Banjarbaru dan Martapura. Untuk kelompok media
nasional, wartawan di daerah cukup meliput
peristiwa didaerahnya saja. Berita nasional,
internasional, olahraga biasanya hanya langsung
mengambil saja berita yang telah disediakan oleh
Tabel 2. Kelompok Media Cetak di Kalimantan Selatan
Nama Media Kategori Tahun Berdiri
Kompas Group
Banjarmasin Post Suratkabar 1971
Metro Banjar Suratkabar 1999
Serambi Ummah Suratkabar 1999
B Magazine Majalah 2014
Jawa Pos Group
Radar Banjarmasin Suratkabar 2001
Perusahaan Pers Sendiri
Kalimantan Post Suratkabar 1986
Mata Banua Suratkabar 2006
Media Kalimantan Suratkabar 2005
Barito Post Suratkabar 1998
Urbana Tabloid 2009
Sumber: Diolah dari berbagai sumber
Ekonomi Politik Media Cetak Di… Nining Nadya Rukmana Sari
129
induk medianya. Sedangkan media yang tidak
tergabung dengan media nasional di atas
pemiliknya rata-rata adalah politisi sekaligus
pengusaha di Kalimantan Selatan sehingga
memiliki modal yang besar untuk menghidupi
medianya.
Sederet nama dijabarkan lebih detail atas
kepemilikan media cetak di Kalimantan Selatan.
Karena, media tersebut akan sulit menjadi besar
seperti sekarang jika tidak didukung oleh kiprah
para pendirinya. Jasa mereka untuk membesarkan
media sangat bertalian erat dengan jabatan serta
bisnis yang mereka kelola. Inilah tokoh-tokoh
penting pendiri media di Kalimantan Selatan
beserta jabatan struktural mereka saat ini, untuk
lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3:
Tabel 3. Daftar Pemilik Media di Kalimantan Selatan
Nama Media Pemimpin Umum Jabatan
Banjarmasin Post H Pangeran Rusdi Effendi AR Politisi partai Golkar Serambi Ummah Penasehat Umum PWI Metro Banjar Ketua IKA B Magazine Kalimantan Post HM Taufik Effendi Mantan Politisi Golkar
Pengusaha
Radar Banjarmasin H. Suriansyah Achmad Pebisnis Media Mata Banua H. Facruddin Nor Ifansyah Pebisnis Media Media Kalimantan Sulaiman HB(Hasnur Grup) Ketua Umum Golkar
Pengusaha Ketua KONI Kalsel
Urbana Budi Kurniawan Pebisnis Media Barito Post H. Guntur Prawira, SE Politisi partai Nasdem
Ketua SSI Kalsel Sumber: Diolah dari berbagai sumber
Masing-masing pemimpin umum pada media
ini memiliki sederet prestasi yang tidak bisa
diperhitungkan lagi selama ini di Kalimantan
Selatan. Untuk media yang tergabung dalam KKG
ada nama H Pangeran Gusti Effendi AR yang
menjadi salah satu ujung tombak kesuksesan media
tersebut. Kemudian nama H Abdussamad Sulaiman
HB menjadi panji kesuksesan untuk Media
Kalimantan. Selain menjadi Pemimpin Umum
Media Kalimantan, Sulaiman HB adalah salah satu
tokoh yang paling disegani di Kalsel karena ia
adalah pendiri Hasnur Group. Berkat Hasnur Group
inilah lahir klub sepakbola Barito Putra serta
Universitas Hasnur. Selain itu, karir perpolitikan
beliau melejit setelah dilantik sebagai Ketua Umum
partai Golkar. Untuk kiprah Pemimpin Umum
Barito Post pun demikian. bertalian erat dengan
dunia partai dimana H Guntur Prawir merupakan
Ketua DPW partai Nasdem Kalsel. Selain itu, ia
juga merupakan pengusaha kayu ternama. Itulah
sebabnya mengapa Barito Post tetap memiliki nama
di Kalsel karena didorong oleh popularitas
pemiliknya tersebut.
Dari keseluruhan media diatas hanya terdapat
satu dua orang saja yang berlatar belakang pebisnis
media. Misalnya tabloid Urbana yang terbit per dua
minggu sekali. Urbana dirintis oleh mantan
wartawan tabloid di kampusnya dahulu kuliah. Ia
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.2 Oktober 2016: 121-142
130
adalah Budi Kurniawan pendiri tabloid INTRO di
Fisip Unlam kemudian merintis tabloid Urbana
sejak tahun 2009. Selanjutnya, Pemimpin Umum
Radar Banjarmasin H. Suriansyah Achmad juga
merupakan pebisnis media, bukan pejabat
pemerintah ataupun pengusaha.
Adanya keragaman kepemilikan atas media
diatas, maka dikhawatirkan akan mengakibatkan
adanya intervensi kontrol terhadap pemberitaan dari
para pembisnis media secara langsung. Hal ini
mengakibatkan kemerdekaan pers sering
disalahgunakan oleh segelintir orang yang notabene
memiliki beragam kepentingan seperti kepentingan
ekonomi, politik dan ideologi tertentu dalam pola
pemberitaan media. Hal ini mengakibatkan
pemberitaan media massa tidak pernah lepas dari
intervensi pemilik dan pemegang saham media.
Oleh karena itu, dengan mengamati secara
seksama berbagai fenomena media lokal di berbagai
daerah khususnya di Kalimantan Selatan, maka
dapat disimpulkan bahwa media lokal di Indonesia
rata-rata memiliki peluang untuk bangkit dan eksis
sebagai industri pers karena tersedianya potensi
perekonomian dan bisnis di masing-masing daerah.
Serta adanya ketertarikan para investor dari luar
daerah. Hal ini membuktikan bahwa media lokal
dapat menjadi suatu lahan industri pers atau media
yang memiliki peluang bisnis untuk tetap hidup dan
berkembang setara dengan industri pers nasional.
Seperti kelompok media nasional Jawa Pos dan
Kelompok Kompas Gramedia (KKG) yang telah
banyak meluaskan bisnis media cetak mereka ke
berbagai daerah, tidak terkecuali daerah timur
Indonesia seperti Nusa Tenggara Timur. Namun,
untuk di Kalimantan Selatan sendiri potensi media
lokal seperti Kalimantan Post telah mampu
bersaing ditengah gempuran media nasional karena
sokongan modal dari pemilik media yang besar.
II. METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Sedangkan metode penelitiannya adalah studi kasus
dengan pendekatan kritis ekonomi politik. Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan lebih dari satu
kasus atau studi kasus jamak (multiple case study).
Alasan pemilihan multiple case study pada
penelitian ini adalah karena satu obyek saja belum
cukup kiranya mewakili secara lebih mendalam
bagaimana ekonomi politik media cetak di
Kalimantan Selatan khususnya strukturasi dan
spasialisasi. Oleh karena itu, dipilihlah Banjarmasin
Post dan Kalimantan Post untuk mewakili media
cetak di Kalimantan Selatan sebagai gambaran
media yang melakukan strukturasi dan spasialisasi
tersebut dengan pendekatan kritis.
Data yang digunakan untuk menganalisa hasil
penelitian adalah bersumber dari hasil wawancara
kepada para narasumber masing-masing obyek
penelitian dan studi pustaka. Untuk narasumber di
Banjarmasin Post lebih banyak daripada
Kalimantan Post karena Banjarmasin Post telah
banyak melakukan diversifikasi produk sehingga
memungkinkan untuk menganalisa informasi lebih
banyak. Yakni terdiri atas 5 orang dengan jabatan
yang bervariasi di Banjarmasin Post yaitu Manajer
Redaksi, Kepala Bagian Sirkulasi, Senior Sell
Intern, Kepala Bagian PSDM dan Station Manager
Kompas TV Banjarmasin. Sedangkan di
Kalimantan Post adalah Pimpinan Redaksi dan
Kepala Bagian SDM.
Ekonomi Politik Media Cetak Di… Nining Nadya Rukmana Sari
131
Wawancara dilakukan dengan berpedoman
pada panduan pertanyaan (interview guide) yang
telah disusun sebelumnya. Pemilihan informan
dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling. Yakni informan dipilih secara
sengaja oleh penulis berdasarkan pertimbangan
tertentu seperti tingkat pengetahuan terhadap isu
dan informasi kasus secara komperhensif. Penulis
menggunakan tekhnik wawancara semi terstruktur,
yaitu tanya jawab secara langsung dengan informan
untuk mendapatkan data yang jelas, akurat dan
mendalam. Masing-masing perusahaan surat kabar
telah dibuatkan interview guide yang berbeda.
Interview guide untuk Bpost cenderung mengarah
pada relasinya ke media nasional, sedangkan
interview guide untuk Kalimantan Post adalah
tentang eksistensinya yang murni sebagai media
lokal di Kalimantan Selatan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Strukturasi: Dominasi Agen Sebagai
Penentu Kebijakan
Pada bagian strukturasi ini, penulis
menekankan bahwa dominasi para agen pemilik
media membawa konsekuensi langsung pada
kebijakan perusahaan, seperti struktur keredaksiaan
masing-masing media yang salah satu imbasnya
adalah para pekerja dipaksa untuk mengerjakan tiga
media sekaligus dalam satu hari dengan imbalan
yang tidak jauh berbeda dengan mereka yang hanya
menyelesaikan program untuk satu media saja. Dan
ini adalah salah satu contoh realitas yang terjadi di
Banjarmasin Post selama ini, dimana yang menjadi
aktor atau agen mereka adalah media nasional
Indopersda Kelompok Kompas Gramedia (KKG).
Berbeda halnya dengan Kalimantan Post yang tidak
berada dibawah otoritas media nasional yang bisa
lebih leluasa dalam menjalankan aktivitas
jurnalistik mereka sehari-hari, meskipun intervensi
juga masih ditemui yang berasal dari pemilik media
itu sendiri namun tidak seketat yang berlaku di
Banjarmasin Post karena mereka masih
memperhatikan batas-batas toleransi terhadap para
pekerja media di Kalimantan Post. Oleh karena itu,
di bawah ini akan dijelaskan lebih detail perihal
praktik strukturasi yang melingkupi masing-masing
media, yaitu:
1. Banjarmasin Post Dibawah Kontrol
Manajemen Tribun
Sejak bergabungnya Banjarmasin Post dengan
Indopersda atau jaringan Tribun, maka otomatis
segala kebijakan diatur mereka dari pusat. BPost
sebagai perpanjangan bisnis jaringan Tribun di
daerah hanya patuh dan tunduk terhadap aturan-
aturan yang telah mereka tetapkan. Meskipun dari
segi manajemennya terpisah dan tersendiri, namun
Indopersda tetap memegang kendali atas semuanya.
BPost hanya menjalankan apa-apa yang menjadi
larangan dan arahan yang telah mereka buat.
Misalkan saja ada struktur keredaksian di BPost
yang ingin diubah, maka BPost harus terlebih
dahulu mengkonsultasikannya ke Indopersda. Dan
jika usulan kemudian dipertimbangkan atau
disetujui maka barulah BPost bisa menjalankan
struktur yang diajukan tersebut.
Dalam relasinya selama ini, Indopersda selalu
terbuka dengan Banjarmasin Post jika ada suatu
usulan atau saran yang ingin dibuat oleh BPost.
Karena istilahnya, yang tahu rumah sendiri adalah
mereka yang tinggal dirumah tersebut seperti
layaknya BPost. Jadi seperti itulah analoginya
selama ini, BPost yang lebih tahu persis seperti apa
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.2 Oktober 2016: 121-142
132
isi dapur mereka, sarana dan prasarana penunjang
atau menghambat kinerja mereka.
Pembentukan struktur organisasi serta sistem
manajemen antara Banjarmasin Post dan
Indopersda adalah terpisah. Meskipun terpisah
mereka masih bekerja sama satu sama lain jika ada
proyek di daerah atau sebaliknya. Dan untuk
kebijakan tetap mengacu pada kebijakan yang telah
dibuat Indopersda sebagai induk perusahaan BPost.
Dalam pelaksanaannya selama ini, BPost masih
menerima bahwa kerjasama yang dilakukan
tersebut sebagai sesuatu yang wajar karena hal itu
adalah bagian dari konsekuensi bergabung dengan
media nasional. Karena beberapa kebijakan yang
dibuat Indopersda ada yang cukup fleksibel
sehingga bisa ditinjau ulang kembali manakala itu
menyulitkan pihak BPost yang berkembang sebagai
surat kabar daerah, namun kadangkala juga ada
kebijkan yang memang sulit untuk dijalani karena
cenderung memberatkan sebagian para pekerja
dalam menjalankan tugas mereka seperti pada
pembahasan selanjutnya terkait “Lantai Bersama”
untuk tiga media.
2. Banjarmasin Post Membentuk “Lantai
Bersama” Untuk Efisiensi
Keputusan Banjarmasin Post bergabung
dengan PT. Indopersda Primamedia Kelompok
Kompas Gramedia (KKG) menguatkan keuntungan
Indopersda dalam meluaskan jaringan bisnis
mereka di daerah. Dengan melihat animo
masyarakat Kalsel yang besar terhadap surat kabar
daerah membuat Banjarmasin Post memberikan
usulan kepada Indopersda untuk mendirikan surat
kabar Metro Banjar, tabloid Serambi Ummah dan B
Magazine. Metro Banjar yang terbit perdana pada
tahun 1999. Sebelumnya, yakni pada tahun 1998
untuk memenuhi dan menyalurkan aspirasi
pembaca di Kalsel, diterbitkanlah juga tabloid
Bebas yang bersifat sisipan dari Banjarmasin Post.
Isinya tentang berita sosial sebagai kontrol dan
fenomena yang sedang ‘panas’ terjadi di Kalsel.
Namun tabloid Bebas tidak berumur panjang karena
kemudian pada tahun 2005 digantikan dengan
harian mingguan yang bernama Spirit Kalsel. Tetapi
dalam perjalanannya selama tiga tahun terbit,
produksi Spirit Kalsel juga dihentikan karena
terkendala masalah intern perusahaan.
Tiga media cetak yang dibangun Indopersda di
Kalimantan Selatan adalah hasil dari diversifikasi
Banjarmasin Post. Metro Banjar, Serambi Ummah
dan B Magazine berkantor di gedung yang sama
dengan Banjarmasin Post. Namun jika ingin
berkunjung ke kantor Metro Banjar, Serambi
Ummah atau B Magazine maka jangan heran jika
yang didapati hanyalah ruangan Banjarmasin Post.
Mereka tidak memiliki ruangan khusus untuk ketiga
media ini. Begitupun jika ingin mendapati
wartawannya, juga yang didapati adalah wartawan
BPost. Berbeda dengan BPost radio dan Kompas
TV Banjarmasin yang juga bagian dari Kelompok
Kompas Gramedia mereka memang mempunyai
ruangan khusus untuk beroperasi di lantai tiga
gedung tersebut.
Hal ini memang agak aneh ditemui karena
mungkin jika orang awam selama ini mengenal
mereka adalah media yang berbeda dan
karakteristiknya yang mencolok. Dan ternyata
setelah didapati di lapangan dapat dilihat bahwa
mereka yang bekerja di Metro Banjar, Serambi
Ummah dan B Magazine adalah orang yang sama
bekerja di Banjarmasin Post. Mereka sengaja
Ekonomi Politik Media Cetak Di… Nining Nadya Rukmana Sari
133
dilahirkan dengan alasan bisnis. Karena Indopersda
melihat BPost menjadi surat kabar terdepan di
Kalsel dengan jumlah cetakan (oplah) terbesar
maka mereka berinisiatif untuk memperluas
bisnisnya. Selain itu juga karena melihat animo
masyarakat yang besar tadi.
Awalnya, kelahiran Metro Banjar dan
Serambi Ummah dengan manajemen yang terpisah.
Namun karena dalam perjalannya terkesan seperti
ada penghalang atau garis pemisah diantara pihak
BPost dengan Metro Banjar dan Serambi Ummah
maka kemudian dihapuskan pemisahan tersebut.
Sehingga sampai saat ini mereka menjadi satu
kesatuan dan tidak ada lagi muncul garis pemisah
tersebut. Dan yang terpenting alasan terbesar
diadakannya penyatuan tersebut adalah demi alasan
efisiensi.
Dengan adanya efisiensi tersebut, tentunya
dapat menekan pengeluaran perusahaan. Terutama
dapat memangkas pekerja yang banyak sehingga
dapat menghemat keuangan perusahaan melalui gaji
karyawan. Mereka tidak perlu lagi repot-repot
menggaji karyawan ditiga media yang berbeda.
Cukup menggaji satu karyawan karena mereka
sudah mengerjakan tiga media cetak sekaligus
yakni Metro Banjar, Serambi Ummah dan B
Magazine. Sehingga Indopersda tentunya lebih
diuntungkan dalam hal ini karena merekalah
pemilik saham terbesar atas Banjarmasin Post Grup.
Dengan bergabungnya tiga media ini sekaligus
maka mereka menamakan itu dengan sebutan
‘Lantai Bersama’.
Dengan adanya penyatuan manajemen seperti
ini, otomatis aktivitas jurnalistik pun demikian.
Manager Redaksi seperti yang diakui pada
wawancara sangat kewalahan dalam
menghadapinya. Bagaimana tidak, karena bisa
dibayangkan betapa repotnya jika satu hari
wartawan harus mencari berita untuk Banjarmasin
Post dan Metro Banjar. Kecuali Serambi Ummah
dan B Magazine karena nereka tidak terbit setiap
hari. Apalagi dengan pemimpin redaksinya, harus
mengevaluasi seluruh halaman sekaligus baik itu
yang ada di BPost maupun Metro Banjar. Memang
dengan melihat kondisi seperti itu dapat
menimbulkan efisiensi. Tetapi kualitas beritanya
lah yang patut dipertanyakan. Karena siapa tahu
wartawan memiliki informan yang sama untuk dua
suratkabar namun pengemasannya saja yang
berbeda.
3. Banjarmasin Post Memiliki SPIK Sebagai
Acuan Pemasangan Iklan
Pihak Indopersda mempunyai kebijakan dalam
aturan periklan untuk surat kabar jaringan Tribun
yang bernama SPIK. Untuk SPIK itu sendiri adalah
singkatan dari Sistim Pemasangan Iklan Kompas.
Jadi kebijakan SPIK itulah yang diikuti selama ini
oleh Banjarmasin Post. Dengan melihat animo
masyarakat selama ini, sangat banyak yang yang
tertarik untuk beriklan di surat kabar ini. Dari total
32 halaman BPost, hampir separonya adalah iklan.
Apalagi menjelang Pemilukada Desember nanti,
satu persatu para caleg tampil untuk
mempromosikan dirinya baik itu dalam bentuk
iklan display, advertorial maupun banner. Tetapi,
iklan baris dan foto (faris) yang berisi penjualan
mobil, rumah dan lowongan kerja juga sangat
banyak peminatnya. Terdapat 5 sampai 6 halaman
setiap harinya khusus untuk iklan faris ini. Dan
baru-baru ini BPost sedang bekerjasama dengan
REI estate dalam bentuk pemasangan iklan
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.2 Oktober 2016: 121-142
134
advertorial. Jadi semua bahan sudah dipersiapkan
grup REI dan BPost hanya menyiapkan halaman
untuk mereka. Dan pihak BPost juga diuntungkan
karena mereka bisa mendapatkan potongan harga
jika membeli rumah disana.
Uniknya, pihak Banjarmasin Post sendiri
mempunyai tim pemasaran yang bertugas untuk
mencari iklan. Tim tersebut adalah PT. Banjarmasin
Karya Utama (BKU). Mereka membentuk
perusahaan tersendiri, jadi tidak tergabung dengan
PT. Grafika Wangi Kalimantan. BKU adalah agen
resmi BPost yang tugasnya khusus untuk
mencarikan iklan untuk BPost. Dan mereka tidak
boleh mencarikan iklan untuk media lain.
4. Banjarmasin Post di Intervensi Pimpinan
Umum Terhadap Isi Pemberitaan
Dalam perjalanannya, meskipun BPost adalah
sebagaian besar milik Indopersda, namun tidak
jarang intervensi datang dari Pemimpin
Perusahaannya yaitu Gusti Rusdi Effedi AR.
Memang tidak dapat dipungkiri jika kondisi
seperti ini tidak hanya terjadi di BPost tetapi juga
sering terjadi dimedia-media lain. Karena yang
namanya intervensi itu pasti ada dari pemilik
perusahaan meskipun Gusti Rusdi Effendi AR
hanya memiliki beberapa saja dari saham yang ada.
Namun karena selama ini ia adalah orang yang
paling berjasa membesarkan Bpost maka hal yang
mudah baginya untuk berlaku demikian.
Popularitas serta usaha yang ia miliki saat ini
cukup berpengaruh terhadap pemberitaan yang ada
di BPost. Sehingga hal ini seringkali bersebrangan
dengan tim redaksional dalam menghimpun berita
yang mengedepankan asas kebenaran. Apalagi
berita berita tentang partai Golkar seringkali
menjadi bidikan tim redaksi BPost, apakah itu
menyangkut tentang prestasi Golkar atau berita
miring sekalipun. Namun, seperti yang
diungkapkan oleh Irhamsyah Safari di atas bahwa
intervensi itu sudah mulai meredam. Pemimpin
Perusahaan BPost ini sudah mau menerima
kenyataan jika ada berita miring terkait dirinya baik
itu menyangkut partai, rekan bisnisnya maupun
usaha yang dirintisnya. Boleh saja ada berita miring,
tetapi juga dibuatkan berita positifnya juga. Jika
mengacu pada kode etik jurnalistik yang ada, hal ini
tentu saja tidak dibenarkan karena cenderung akan
menghasut masyarakat dengan pemberitaan yang
tidak berimbang. Demikianlah kenyataan yang
terjadi di BPost selama ini, intervensi masih terjadi
dari Pemimpin Perusahaan walaupun hal ini tidak
dibenarkan karena memang yang semestinya
memiliki kekuatan penuh serta besar pengaruhnya
itu adalah dari Indopersda.
5. Struktur Redaksi Kalimantan Post
Diduduki Oleh Kerabat Pemilik Media
Sejak awal dibelinya saham Kalimantan Post
oleh Taufik Effendie dari Surya Persindo Group
(Media Indonesia) milik Surya Paloh, terasa sekali
bahwa aspek ekonomi telah menjadi faktor utama
pendorong media ini untuk bereoperasi sejak tahun
1998 Taufik Effendie yang saat ini menjadi
Pemimpin Umum Kalimantan Post melihat adanya
peluang besar dalam bisnis surat kabar di
Kalimantan Selatan khususnya waktu itu.
Walaupun banyak media yang saat ini tumbuh
namun dia percaya bahwa tidak semua media yang
hidup itu akan bertahan. Keyakinan ini didasarkan
pada pengalamannya bahwa bisnis media berbeda
dengan bisnis-bisnis lain. Atas dasar ini pula,
Ekonomi Politik Media Cetak Di… Nining Nadya Rukmana Sari
135
Kalimantan Post bisa bertahan melalui arus
persaingan yang semakin deras seperti sekarang ini.
Dengan tangannya sendiri Taufik Effendie
membangun Kalimantan Post sebagai surat kabar
otonom, bukan suplemen dari media nasional
manapun.
Selain tentang kebijakan keredaksian, pemilik
Kalimantan Post juga memasukkan nama-nama
yang ia hendaki untuk masuk terlibat dalam struktur
kepengurusan Kalimantan Post. Diantara nama-
nama pengurus tersebut, yang menempati posisi-
posisi atas adalah mereka yang memiliki relasi
keluarga serta yang terlibat dalam satu partai politik
yang sama. Seperti anak-anaknya Taufik yang
bernama Teddy Perkasa Taufik sebagai Direktur
Utama, Troy Satria Taufik sebagai Wakil Pemimpin
Umum, Arie Taruna Taufik sebagai Wakil
Pemimpin Redaksi, dan Ria Monita Taufik sebagai
Wakil Pemimpin Perusahaan sekaligus Perwakilan
Daerah di Surabaya. Selain itu, yang menempati
posisi sebagai Penasihat Kalimantan Post adalah
Sulaimana HB.
Dipilihnya Sulaiman HB sebagai Penasihat di
Kalimantan Post bukan tanpa alasan, ia menilai
bahwa sosok Sulaiman HB adalah rekannya di
partai Golkar yang memiliki kredibilitas yang tinggi
serta salah satu tokoh panutan di Kalsel. Jadi, bisa
dikatakan ini hanya sekedar formalitas saja
mengingat adanya relasi yang kuat antara Taufik
dengan Sulaiman HB. Padahal, sebenarnya saat ini
Sulaiman HB pun sudah memiliki media sendiri
yaitu Media Kalimatan. Dahulu, karena ia belum
memiliki media maka ditempatkanlah Sulaiman HB
sebagai Penasihat Umum. Sekarang karena ia
memiliki media sendiri maka penempatan tersebut
hanyalah formalitas saja. Oleh sebab itu, ketika
pernah ada pemberitaan miring perusahaan
Sulaiman HB di Kalimantan Post langsung
mendapat teguran dari dia karena selain sebagai
rekan bisnis dan partainya Taufik juga lebih kepada
keterlibatan namanya dalam struktur yang ada di
Kalimantan Post. Jadi seperti itulah realita yang
terjadi di Kalimantan Post selama ini.
Dengan usia yang tidak lagi muda yaitu 76
tahun Taufik menyerahkan sepenuhnya Kalimantan
Post kepada para karyawannya. Selain berhenti
dalam karir perpolitikannya dipartai Golkar, juga
bisnis-bisnis tambang batubara serta perkayuan
telah diserahkan kepada anak-anaknya untuk
mereka kelola secara gotong royong. Jadi sebagian
besar, struktur keredaksian diisi oleh keluarga
Taufik Effendie itu sendiri. Seperti posisi penting
direktur utama yang diduduki oleh anaknya yakni
Teddy Perkasa Taufik, wakil pemimpin perusahaan
Ria Monita Taufik, wakil pemimpin umum Troy
Satria Taufik dan wakil pemimpin redaksi Arie
Taruna Taufik. Namun demikian, segala kebijakan
tetap saja seluruhnya mengacu pada kebijakan yang
telah dibuat oleh Taufik Effendie tadi khususnya
bidang keredaksian tadi.
6. Intervensi Pemilik Kalimantan Post
Terhada Isi Pemberitaan
Adanya dominasi pemilik media
mempengaruhi isi pemberitaan itu adalah benar,
seperti yang terjadi di Kalimantan Post. Pihak
redaksi yang bertanggungjawab atas seluruh berita
yang telah dibuat tidak memiliki kuasa untuk
memutuskan manakala suatu pemberitaan itu
menyangkut kredibilitas atau citra pemimpin umum
perusahaan mereka. Media ini masih belum netral
dalam menghimpun informasi kepada publik.
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.2 Oktober 2016: 121-142
136
Golkar sebagai kendaraan politik Taufik Effendie
saat itu menjadi anak emas dalam pemberitaan di
Kalimantan Post. Meskipun dari pernyataan di atas
bahwa semua partai juga memiliki kesempatan yang
sama untuk diberitakan namun porsinya lebih
banyak Golkar ketimbang partai lain. Hal ini tentu
menjadi batu loncatan tersendiri bagi Golkar agar
mendapat nilai plus dari publik dan juga bisa
menghantarkan karir Taufik Effendie di partai
berlambang pohon beringin tersebut ke derajat yang
lebih baik.
Dengan mengusung dirinya sebagai surat
kabar untuk semua kalangan nampaknya hal
tersebut perlu dipertimbangkan kembali oleh
Kalimantan Post. Mengingat kualitas pemberitaan
mereka sangat dipengaruhi oleh pemilik medianya.
Dan jika publik mengetahui hal tersebut maka
tentunya akan memangkas kepercayaan mereka
kepada Kalimantan Post. Sehingga khayak pembaca
bisa saja berpindah mengkonsumsi media lain yang
lebih mengedepankan netralitas mengingat saat ini
ada banyak surat kabar yang berkembang di Kalsel.
Adanya intervensi pemilik yang berimbas
terhadap isi pemberitaan di Kalimantan Post sudah
lama terjadi. Tepatnya ketika Taufik Effendie masih
memiliki jabatan sebagai bendaharawan dipartai
Golkar beberapa tahun yang lalu. Meskipun kini ia
sudah tidak menduduki jabatan tersebut karena
usianya yang sudah senja namun intervensi tersebut
tetap masih ada sampai sekarang. Baik itu
menyangkut rekanannya dipartai Golkar ataupun
terkait bisnis yang ia jalani seperti tambang
batubara dan perkayuan.
B. Spasialisasi: Upaya Memperluas Bisnis
Media
1. Banjarmasin Post: Diversifikasi Produk
Sebagai Strategi Indopersada Dalam
Mengeruk Keuntungan
Tumbuh dan berkembangnya bisnis media
Kelompok Kompas Gramedia (KKG) di
Kalimantan Selatan tidak lepas dari
perpindahtanganan kapital maupun otoritas di
antara pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Dalam kasus surat kabar harian Banjarmasin Post,
perpindahtanganan kapital dan otoritas terjadi saat
KKG mengakusisi surat kabar ini di sekitar tahun
1995. Semenjak BPost bergabung dengan KKG
karena alasan finansial, maka secara otomatis para
pemilik saham awal di BPost tidak memiliki otoritas
dalam membuat kebijakan-kebijakan maupun
operasional Bpost. Selain di Kalimantan Selatan,
berbagai daerah lain dibelahan nusantara tidak luput
menjadi sasaran KKG dalam meluaskan bisnisnya.
Seperti jaringan Tribun untuk surat kabar, Kompas
TV untuk televisi dan Sonora Network atau Smart
FM untuk jaringan radio. Dengan demikian, KKG
telah merajai bisnis media di Indonesia sehingga
tidak jarang membuat media-media lokal yang
otonom merasa terhimpit dan sulit bersaing.
Media-media yang tergabung dalam
Banjarmasin Post Grup adalah korporasi yang
dibentuk oleh PT Indopersda Primamedia
Kelompok Kompas Gramedia (KKG). Pada
awalnya KKG hanya fokus pada satu bisnis media
cetak yakni Banjarmasin Post. Namun kemudian
karena melihat animo pembaca masyarakat yang
Ekonomi Politik Media Cetak Di… Nining Nadya Rukmana Sari
137
begitu besar maka KKG melihat masih ada potensi
di Kalimantan Selatan untuk mendirikan bisnis
media cetak lainnya. Oleh karena itu, kemudian
lahirlah Metro Banjar sebagai surat kabar kriminal,
Spirit Kalsel (tidak terbit lagi), tabloid Bebas (tidak
terbit lagi), tabloid Serambi Ummah sebagai tabloid
keagamaan dan B Magazine sebagai majalah
komunitas. Kemudian, lambat laun KKG tidak
hanya membidik peluang bisnis media cetak di
Kalimantan Selatan tetapi juga televisi, radio dan
versi online Banjarmasin Post. Sehingga muncullah
yang www.banjarmasinpost.co.id, Bpost Radio dan
Kompas TV Banjarmasin yang kantornya berlokasi
digedung yang sama dengan Banjarmasin Post.
2. Kalimantan Post: Pendekatan Personal
dan Perluasan Wilayah Distribusi
Selama ini Kalimantan Post berupaya untuk
mempertankan eksistensinya dengan lebih
mengetengahkan informasi lokal ketimbang
nasional maupun internasional meskipun suatu saat
itu informasi nasional dan internasional juga
penting. Seperti halaman Banua Kita, Poros
Kalimantan dan Tri Banjar yang mengangkat
tentang informasi-informasi dari berbagai daerah di
Kalimantan Selatan. Contohnya, pada halaman
Banua Kita yang menyajikan informasi tentang
kegiatan masyarakat dan pemerintah kabupaten
Balangan, Hulu Sungai Selatan, serta kabupaten
lainnya. Halaman Poros Kalimantan adalah salah
satu halaman yang digemari pembaca karena
halaman ini memuat yang tidak hanya berasal dari
Kalimantan Selatan saja, tetapi juga Kalimantan
Tengah dan Kalimantan Timur. Dan halaman Tri
Banjar pun demikian yang masih mengedepankan
informasi lokal yang berasal dari Banjarmasin,
Banjarbaru dan Martapura.
Selain mengedepankan unsur kelokalannya,
strategi Kalimantan Post untuk melebarkan
jangkauannya adalah dengan meluaskan cakupan
wilayah pemasaran mereka. Jika pada awal-awal
beridiri Kalimantan Post hanya bisa menjual surat
kabar ini diseputar wilayah Kalimantan Selatan
saja, namun ssekarang wilayah penyebaran media
ini sudah merambah Kalimantan Tengah,
Kalimantan Timur serta beberapa daerah di
Indonesia yang menginginkan untuk berlangganan
surat kabar ini. Untuk wilayah Kalimantan Selatan
sendiri menyebar di seluruh kabupaten yang ada.
Tetapi yang paling banyak dijual adalah di
Banjarmasin dan paling sedikit di kabupaten Hulu
Sungai Utara. Kalimantan Tengah pun demikian,
ada delapan daerah yang menjadi target distribusi
Kalimantan Post. Jumlahnya surat kabar yang
didistribusikan pun hampir merata yakni berkisar
antara seratus sampai tiga ratus eksemplar per
harinya.
Dalam sehari, jumlah cetakan (oplah)
Kalimantan Post untuk keselurahan adalah 20.333
eksemplar. Memang untuk wilayah yang paling
besar oplah nya adalah Kalimantan Selatan yakni
18.507, sedangkan di luar daerah seperti
Kalimantan Tengah, Jakarta dan Surabaya hanya
1.826 eksemplar. Di Kalimantan Selatan sendiri
kabupaten yang paling rendah jumlah distribusinya
adalah Kotabaru yakni hanya 525 eksemplar.
Mengingat jarak yang ditempuh antara Banjarmasin
dengan Kotabaru adalah sekitar sembilan jam jadi
tidak memungkinkan untuk memasarkan
Kalimantan Post dalam jumlah yang cepat dan
banyak.
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.2 Oktober 2016: 121-142
138
Untuk wilayah di luar Kalimantan sendiri
seperti Jakarta dan Surabaya, biasanya Kalimatan
Post dikirim kepada pelanggan melalui jasa
pengiriman barang atau Pos. Jika dirupiahkan
memang jumlahnya tidak seberapa, namun inilah
salah satu upaya Kalimantan Post selama ini untuk
dikenal masyarakat luas dan menjadi upaya mereka
untuk meluaskan daerah distribusinya. Jumlah
cetakan yang dikirim untuk ke Jakarta sendiri hanya
80 eksemplar, sedangkan di Surabaya 75 eksemplar.
Kalimantan Post selama hampir 30 tahun
berdiri, belum melakukan ekspansi atau
diversifikasi seperti yang di lakukan oleh
Banjarmasin Post. Saat ini Kalimantan Post hanya
berfokus pada pelebaran wilayah distibusinya.
Karena, untuk mendirikan surat kabar baru atau
media lainnya seperti Banjarmasin Post Grup tentu
menyediakan modal yang tidak sedikit. Sehingga,
yang menjadi perhatian Kalimantan Post sekarang
adalah mencari cara agar media ini tetap produktif
dalam menyediakan informasi untuk masyarakat
mengingat persaingan surat kabar di Kalsel saat ini
yang semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Dalam usahanya untuk memperluas wilayah
distribusi selama ini, Kalimantan Post
menempatkan wartawan mereka di berbagai
kabupaten di Kalsel. Perwakilan daerah ini sebagai
sarana untuk menghimpun atau mengakomodir
peristiwa-peristiwa yang terjadi di daerah.
Disamping menguntungkan bagi Kalimantan Post,
hal ini juga memberikan sisi positif bagi pemerintah
atau masyarakatnya karena mereka merasa
dipedulikan sehingga menimbulkan kebanggan
tersendiri bagi mereka yang pernah diliput oleh
wartawan Kalimantan Post. Seperti halaman Banua
Kita edisi tanggal 20 April 2015 yang menyajikan
informasi tentang pelatihan membuat manisan
tomat yang diadakan oleh Tim Penggerak PKK
kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS). Berita ini
adalah hasil dari liputan yang dilaporkan oleh
Nordarsimah selaku wartawan perwakilan daerah
HSS.
Kalimantan Post, selain didistribusikan di kios-
kios pedagang eceran, instansi dan traffic light juga
dilebih besar didistribusikan di rumah-rumah untuk
mereka para pembaca yang berlangganan. Jika di
eceran harga Kalimantan Post adalah Rp 2.500,
sedangkan harga langganan adalah Rp 55.000 per
bulan. Mereka yang berlangganan dari rumah ke
rumah selama ini sangat membantu sekali dalam
meningkatkan oplah Kalimantan Post.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Banjarmasin Post dan Kalimantan Post adalah
surat kabar harian yang terus produktif berkarya
selama puluhan tahun sebagai sumber penyedia
informasi bagi masyarakat Kalimantan Selatan.
Berdasarkan analisa data yang telah dilakukan
dalam penelitian ini melalui kacamata ekonomi
politik media Vincent Mosco bahwa praktik
strukturasi dan spasialisasi adalah unsur yang paling
menonjol dalam temuan disini. Khususnya power
relation pemilik media sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi dalam menentukan kebijakan
media.
Pada praktik strukturasi di Banjarmasin Post,
karena media ini merupakan media jaringan Tribun,
jadi pemilik modal yang besar atau aktor yang
berkuasa dalam membuat kebijakan adalah media
nasional yakni PT Indopersda Primamedia
Kelompok Kompas Gramedia (KKG). Seperti
Ekonomi Politik Media Cetak Di… Nining Nadya Rukmana Sari
139
kebijakan dalam membuat struktur keredaksian
yang sama atau “Lantai Bersama” untuk
Banjarmasin Post, Metro Banjar, B Magazine dan
Serambi Ummah. Dampaknya adalah media-media
lokal di Kalsel sulit untuk berkembang karena ruang
mereka sudah dihimpit oleh media nasional yang
melakukan perluasan di daerah. Memang tidak
dapat dipungkir bahwa media yang ditopang dengan
modal yang besar akan mudah untuk survive.
Sedangkan media lokal yang memiliki modal kecil
seperti Kalimantan Post sulit untuk berkembang dan
bahkan bersaing dengan anak media nasional di
Kalsel. Meskipun demikian, karena Kalimantan
Post tidak berafiliasi dengan media nasional dan
aktor yang berperan dalam kepemilikan surat kabar
ini adalah orang lokal konsekuensinya adalah
berupa intervensi yang dilakukan sipemilik media
terhadap isi atau konten pemberitaan sehingga sulit
untuk mengharapkan media yang benar-benar
mengedepankan unsur netralitas.
Kemudian, pada aspek spasialisasi karena
Banjarmasin Post adalah media pertama yang
menjadi kepanjangan Indopersda di daerah
Kalimantan Selatan, sudah lebih leluasa
membentuk media-media baru dalam strategi
meluaskan bisnis media Indopersda di daerah.
Dengan melihat potensi masyarakat Kalsel yang
agamis maka didirikanlah Serambi Ummah,
kemudian karena angka kriminalitas yang terus
meningkat di Kalsel maka didirikanlah Metro
Banjar, begitupun B Maganize yang didirikan
karena banyaknya berbagai jenis komunitas di
Banjarmasin. Lain halnya dengan Kalimantan Post,
yang sampai saat ini belum bisa melakukan
diversifikasi karena keterbatasan modal sehingga
sampai saat ini hanya sebatas melakukan perluasan
wilayah distribusi untuk meningkatkan oplah atau
jumlah penjulan, sepert melalui pendekatan
personal.
DAFTAR PUSTAKA
Abar, Akhmad Zaini. 1995. Kisah Pers
Indonesia. LkiS: Yogyakarta.
Abrar, Ana Nadhya. 1992. Pers Indonesia:
Perjuangan Menghadapi Perkembangan
Masa. LP3Y: Yogayakarta.
Albarran, Alan B. 2002. Management of
Electronic Media. Wadsworth.
Albarran, Alan B., Sylvia M. Chan-Olmsted,
Michael O. Wirth, (Ed). 2006. Handbook
of Media Management and Economics.
New Jersey: Lawrence Arlbaum
Associates, Publisher.
Atmadi, T. 1982. Sistem Pers Indonesia. PT.
Gunung Agung: Jakarta.
Baran, J. Stenley & Dennis, David K. 2010.
Teori Komunikasi Massa: Dasar,
Pergolakan dan Masa Depan. Salemba
Humanika: Jakarta.
Barker, Chris. 2011. Cultural Studies: Teori
dan Praktik, Kreasi Wacana: Yogyakarta.
Beilhaarz, Peter, diterjemahkan. Jatmiko, Sigit.
2002. Teori-Teori Sosial: Observasi
Kritisterhadap Para Filosof Terkemuka.
Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Briggs, Asa dan Burke, Burke. 2006. Sejarah
Sosial Media Dari Gutenberg Sampai
Internet, terj., A. Rahman Zainuddin.
Yayasan Obor Indonesia: Jakarta.
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.2 Oktober 2016: 121-142
140
Departemen Penerangan RI. 1978. Surat Kabar
Indonesia Pada Tiga Zaman. Proyek
Pusat Publikasi Departemen Penerangan
RI.
Doyle, Gilian. 2013. Understanding Media
Economics, 2nd ed. Sage.
Ferguson, Douglas A., & Eastman, Susan T.,
2000. Broadcast Cable Programming
Strategies and Practise, Wadsworth.
Flournoy, Don Michael. 1989. Analisis Isi
Suratkabar Suratkabar Indonesia ter.,
Akhmadsyah. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta.
Gani, M. 1978. Surat Kabar Indonesia Pada
Tiga Zaman. Proyek Pusat Pemerintahan
Departemen Penerangan RI: Jakarta.
Gidden, Anthony. 2010. Teori Strukturasi,
Dasar-Dasar Pembentukan Struktur
Sosial Masyarakat. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta..
James, A & Caparos, Levine. 2008. Teori-Teori
Ekonomi Politik. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar: Yogyakarta.
Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia:
Pers Indonesia. Trend Media. Vol VI
November 2001. Rosda: Bandung.
Kellner, Douglas. 2010. Budaya Media.
Jalasutra: Yogyakarta.
Lacy, Stephen, Ardyth Broadrick Sohn. 2011.
Market Journalism dalam Lowrey,
Wilson, Peter J. Gade. Changing The
News: The Forces Shaping Journalism in
Uncertain Times. Routledge: New York.
Mallarangeng, Rizal. 2010. Pers Orde Baru.
Kepustakaan Populer Gramedia: Jakarta.
Mattelart & Mattelart. 2004. Theories of
Communication: A Short Introduction.
London: Sage Publication: London.
McChesney. 2008. The Political Economy of
Global Communication. New York:
Monthly Review Press: New York.
McQuail, Denis. 2004. Reader in Mass
Communication Theory. Sage
Publication: London.
Moloeng, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Rosda Karya: Bandung.
Mosco, Vincent. 2009. The Political Economy
of Communication (Second Edition).
Sage Publication: London.
Napoli, Philip M. 2006. Issues in Media
Management and The Public Interest
dalam Alan B. Albarran, Sylvia M. Chan-
Olmsted, Micahel O. Wirth, (Ed).
Handbook of Media Management and
Economics. New Jersey: Lawrence
Erlbaum Associates, Publisher.
Oetama, Jacob. 1989. Perspektif Pers
Indonesia. LP3ES: Jakarta.
Paneth, Donald. 1983. The Encyclopedia of
American Journalism. New York: Facts
on Files.
Peerbom, Robert disadur Rochady, S. 1970.
Surat Kabar. Alumni: Bandung.
Prajarto, Nunung (Editor). 2006. Media
Komunikasi: Siapa Mengorbankan
Siapa. Fisipol UGM: Yogyakarta.
Ekonomi Politik Media Cetak Di… Nining Nadya Rukmana Sari
141
Rahmitasari, Diyah Hayu (Editor). 2010. Potret
Manajemen Media di Indonesia. Total
Media: Yogyakarta.
Rahzen, Taufik. 2007. Tanah Air Bahasa:
Seratus Jejak Pers Indonesia. I:Boekoe.
Jakarta.
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2008.
Teori Sosiologi. Kreasi Waca:
Yogyakarta.
Sachari, Agus. 2007. Budaya Visual Indonesia.
Erlangga: Jakarta.
Sardar, Ziauddin. 2008. Membongkar Kuasa
Media. Resist Book: Yogyakarta.
Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS). 1971.
Garis Besar Perkembangan Pers
Indonesia, Percetakan Negara: Jakarta.
Severin, Werner J dan James W. Tankard.
2007. Teori Komunikasi: Sejarah,
Metode, dan Terapan di Dalam Media
Massa (Edisi Kelima).Prenada Media
Grup: Jakarta.
Siapera, Eugenia. 2010. Cultural Diversity and
Global Media: The Mediation of
Difference. Wiley-Blackwell: United
Kingdom.
Siregar, Amir Effendi. 2010. Kajian dan Posisi
Manajemen Media Serta Peta Media di
Indonesia. Dalam Diyahh Hayu
Rahmitasari (Ed). Potret Manajemen
Media di Indonesia. Total Media:
Yogyakarta.
Straubhaar, Joseph, Rober LaRose. 2006.
Media Now: Understanding Media,
Culture, and Technology. Thomson
Wadsworth.
Syahputra, Iswandi. 2006. Jurnalistik
Infotainment: Kancah Baru Jurnalistik
dalam Industri Televisi. Pilar Media:
Yogyakarta.
Sudibyo, Agus. 2004. Ekonomi Politik Media
Penyiaran. LkiS: Jakarta.
Taufik, I. 1977. Sejarah dan Perkembangan
Pers Indonesia. PT. Triyinco: Jakarta.
Van Tassel, Joan, Lisa Poe-Howfield. 2010.
Managing of Electronic Media: Making,
Marketing, and Moving Digital Media.
United States of America: Elsevier.
Wahl-Jorgensen, Karin, Thomas Hanitzsch.
2009. The Hanbook of Journalism
Studies. New York: Routledge.
West, Richard dan Lynn H. Turner. 2008.
Pengantar Teori Komunikasi (Edisi 3).
Salemba Humanika: Jakarta.
Yin, Robert K. 2005. Studi Kasus: Desain dan
Metode. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
40 Tahun Banjarmasin Post. 2011. PT Grafika
Wangi Kalimantan: Banjarmasin
Jurnal:
Alfarabi. 2010. Kajian Komunikasi Kritis
Terhadap Ekonomi Politik Media. Jurnal
IDEA FISIPOL UMB. Vol 4, No 17.
Eriyanto. 2008. Konsentrasi Kepemilakan
Media dan Ancaman Ruang Publik.
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Volume 12, Nomor 12.
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.2 Oktober 2016: 121-142
142
Masduki. 2004. Jurnalisme Politik:
Keberpihakan Media Dalam Pemilu
2004. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Volume.8, Nomor.1.
Murdock, G dan P. Golding. 1997. The
Political Economy of Mass
Communication. Vol. 1. Kingdom: An
Elgar Reference Collection.
Muhamad Sulhan. 2006. Kisah Kelabu di Balik
Maraknya Pers Lokal di Kalimantan.
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol.
9, No. 3.
Tesis:
Desi, Yolanda Presiana. 2013. Dinamika
Ekonomi Politik Televisi Swasta Lokal
(Studi Kasus AdiTV Yogyakarta).
Pascasarjana Ilmu Komunikasi Fisipol
UGM.
Gual, Yoseph Andreas. 2013. Dinamika
Ekonomi Politik Industri Penerbitan Pers
Lokal: Studi Kasus Praktek Komodifikasi
dan Spasialisasi di Kota Kupang. Pasca
Sarjana Ilmu Komunikasi Fisipol UGM.
Yuwono, Ardian Indro. 2009. Eksistensi
Bioskop Lokal di Indonesia (Studi Kasus
Tentang Eksistensi Bioskop Lokal
NV.PERFEBI di Yogyakarta dan
Wonosobo Dalam Perspektif Ekonomi
Politik Komunikasi. Pascasarjana Ilmu
Komunikasi Fisipol UGM
Website:
Fenomena Kebangkitan Industri Pers
Daerah/Media Lokal. Diakses Tanggal
16 April 2015 dari
http://www.dewanpers.or.id/diakses
tanggal 16 April 2015.
H.G Rusdi Effendi AR, Saya Bukan Orang
Penting Tapi Diperlukan. Diakses
Tanggal 20 Mei 2015 dari
http://hgrusdieffendiar.com/profile
“Pers Indonesia dari Zaman Hindia Belanda
sampai Masa Revolusi”, dalam
http://bataviase.wordpress.com/
2006/12/13 pers-indonesia-dari-zaman-
hindia-belanda-sampai-masa-
revolusi/diunduh tanggal 18 Juni 2015.