Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN INFLASI TERHADAP RETURN
ON ASSET (ROA) PADA BANK SYARIAH PERIODE 2014-2017
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi Syarat
Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Ahmad Fadhli Ajib Naufal
NIM: 1113046000078
EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439H/2018M
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS DIRI
Nama : Ahmad Fadhli Ajib Naufal
Alamat : Jl. Masjid Nurul Islam, Gg. H.Saiyan, Rt04/06 No.
29 Tanjung Barat Jagakarsa Jakarta Selatan
Telepon : 0895 0824 9994
Email : [email protected]
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Novermber 1994
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
B. PENDIDIKAN FORMAL
Pendidikan Nama Lembaga Kota Tahun
TK TK Aisyiah 90 Jakarta Selatan 2000
SD MI Nurussa’adah Jakarta Selatan 2000-2006
SMP MTs Nurussa’adah Jakarta Selatan 2006-2009
SMA MAN 13 Jakarta Jakarta Selatan 2009-2012
Perguruan Tinggi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Tangerang
Selatan
2013-2018
C. PENGALAMAN ORGANISASI
Lembaga/ Institusi Tahun
Anggota ROHIS MAN 13 2011
v
Anggota PMR MAN 13 Jakarta 2012
Staf Divisi PPM ( Pengembangan dan Pemberdayaan
Masyarakat) LiSEnSi (Lingkar Studi Ekonomi Syariah)
KSEI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2014-2016
vi
ABSTRACT
Ahmad Fadhli Ajib Naufal, 111304600078, Influence of Internal Factors
and Inflation on Return on Assets (ROA) for the 2014-2017 period. Islamic
Economics Study Program, Faculty of Economics and Business Syarif
Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 1439H / 2018 M.
This study aims to analyze the influence of internal factors such as
Operational Costs on Operating Income, Capital Adequacy Ratio, Non-
Performing Financing and Inflation on Return On Assets on 5 Islamic Banks
(Bank Syariah Mandiri, Indonesian Sharia State Bank, Bank Rakyat Indonesia
Syariah, Bank Muamalat Indonesia and Bank Mega Syariah for the period 2014-
2017 and Quarterly data.The analytical method used is multiple linear regression
using panel data with the help of Microsoft Excel 2010 software and E-views 9.0
Data used in this research panel data is a combination of time series data that is
quarterly in 2014-2017 and cross section namely 5 Islamic Banks (Bank Syariah
Mandiri, Bank Mega Syariah, Bank Negara Indonesia Syariah, Bank Rakyat
Indonesia Syariah, Bank Muamalat Indonesia).
The results show that Return On Assets (ROA) can be explained by
BOPO, CAR, NPF and Inflation of 55.83% (R2). Simultaneously the variables
BOPO, CAR, NPF and Inflation have an effect on ROA. But partially it shows that
(1) BOPO has a negative and significant influence on ROA (2) CAR has a positive
and significant effect on ROA (3) NPF and (4) Inflation has a positive
relationship but has no influence on ROA. This study uses a 95% confidence level.
Keywords: Operational Cost of Operating Income, Capital Adequacy Ratio
(CAR), Net Prforming Financig (NPF), Inflation, Return On Assets (ROA),
Random Effect Model (REM), panel data.
Advisor: Dr. Sofyan Rizal. S.E. M.Sc.
vii
ABSTRAK
Ahmad Fadhli Ajib Naufal, 111304600078, Pengaruh Faktor Internal dan
Inflasi terhadap Return On Asset (ROA) periode 2014-2017. Program Studi
Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 1439H/2018 M.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor internal
seperti Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Capital Adequacy
Ratio, Non Performing Financing dan Inflasi terhadap Return On Asset pada 5
Bank Syariah (Bank Syariah Mandiri, Bank Negeri Indonesia Syariah, Bank
Rakyat Indonesia Syariah, Bank Muamalat Indonesia dan Bank Mega Syariah
periode 2014-2017 dan data Triwulan. Metode analisis yang digunakan adalah
regresi linear berganda menggunakan data panel dengan bantuan software
Microsoft Excel 2010 dan E-views 9.0. Data yang digunakan dalam penelitan ini
data panel yaitu gabungan data time series yaitu triwulan pada tahun 2014-2017
dan cross section yaitu 5 Bank Syariah (Bank Syariah Mandiri, Bank Mega
Syariah, Bank Negara Indonesia Syariah, Bank Rakyat Indonesia Syariah, Bank
Muamalat Indonesia).
Hasil menunjukkan bahwa Return On Asset (ROA) dapat dijelaskan oleh
BOPO,CAR,NPF dan Inflasi sebesar 55,83% (R2). Secara simultan variabel
BOPO,CAR,NPF dan Inflasi memiliki pengaruh terhadap ROA. Namun secara
parsial menunjukkan bahwa (1) BOPO memiliki pengaruh negatif dan signifikan
terhadap ROA (2) CAR memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA
(3) NPF dan (4) Inflasi memiliki hubungan positif namun tidak memiliki
pengaruh terhadap ROA. Penelitian ini menggunakan tingkat kepercayaan 95%.
Kata Kunci : Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional,Capital
Adequacy Ratio(CAR),Net Prforming Financig (NPF) , Inflasi, Return On Asset
(ROA), Random Effect Model (REM), data panel.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan
juga sahabat-sahabatnya.
Atas kehendak dan rahmat Allah SWT penulus dapat menyelesaikan skripsi
ini yang berjudul “Pengaruh Faktor Internal dan Inflasi terhadap Return On Asset
(ROA) pada Bank Syariah periode 2014-2017” ditujukan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan studi starata 1 (S-1) dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
orang-orang atau pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Ungkapan terimakasih penulis tujukan kepada:
1. Kedua orang tua penulis yang tercinta, Bapak H. Jayadi Djufrie dan Ibu Hj.
Maswanih serta kakak- Kakak yang selalu mendo’akan dan mendukung dalam
kondisi apapun baik moril maupun materil serta telah menjadi motivasi bagi
penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.
2. Keluarga besar penulis yang terus mendukung penulis dalam menyelesaikan
studi ini.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Yoghi Citra Pratama, M. Si selaku Ketua Program Studi Ekonomi
Syariah dan Ibu Endra Kasni Laila, M.Si selaku Sekretaris Program Studi
Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., dan Bapak Abdurrauf, Lc., M.A selaku Tim
Task Force Passing Out Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Dr. Sofyan Rizal S.E, M. Si., selaku dosen pembimbing penulis yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan kepada
penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.
ix
7. Seluruh dosen yang selama ini telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan ini
dengan baik, dan tak lupa kepada para staf akademik, karyawan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Kepada Fatimah , Zahra, Tika, Ica, Mail, Faris dayat, dan Syarah teman yang
absurb tapi selalu memberikan semangat penulis dalam mengerjakan skripsi
dan menjadi teman keluh kesah.
9. Keluarga Bapak Sutikno yang penulis anggap sebagai keluarga kedua, yang
selalu, memberikan dorongan motivasi serta rasa kekeluargaan, semoga selalu
di sehatkan dan dilancarkan segala urusan.
10. Teman-teman Muamalat B terimakasih atas waktu dan kebersamaannya yang
telah kita mulai sejak awal perkuliahan.
11. Teman-teman Muamalat 2013 dan Keluarga Besar Muamalat terimakasih
untuk segala pengalaman yang telah dilalui bersama, kerjasama dan ilmu yang
telah diberikan. Semoga semua yang sudah dilakukan dapat bermanfaat saat
ini dan seterusnya.
12. Teman-teman PPM Squad LiSEnSI 2014-2016 Bang Zia, Shaka, Anas, dan
Uti, terimakasih untuk motivasi, cerita, diskusi, canda tawa dan nasihat untuk
terus selalu berada di jalan yang di Ridhoi Allah SWT.
13. Teman-teman seperjuangan di Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI)
Lingkar Studi Ekonomi Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016/2017
dan terutama keluarga PPM . MPL LiSEnSI 2014/2016. KBL (1 dan 2) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta terimakasih atas dukungan, diskusi, ilmu dan
nasihat untuk selalu berada di jalan yang di Ridhoi Allah SWT.
14. Teman-teman KKN AKSI terimakasih atas kerjasama dan saling pengertian
dalam menjalankan kegiatan KKN dan buku laporan KKN serta pengalaman
berharga penuh dengan cerita yang belum didapatkan sebelumnya.
15. Teman-Teman AMPAS Hasan, Ihsan, Hasbi, Imad dan Icho yang membantu
penulis dalam proses skripsi ini dan memberikan Motivasi bagi penulis.
Semoga sukses untuk karier kalian nantinya.
x
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, hal itu tidak akan
mengurangi rasa terimakasih atas do’a dan dukungannya. Semoga semua
kebaikan yang diberikan Allah SWT dibalas dengan berlipat ganda.
xi
DAFTAR ISI
Halaman judul ..................................................................................................... i
Lembar Persetujuan Pembimbing ................................................................... ii
Lembar Pengesahan Panitia Penguji ............................................................... iii
Lembar Pernyataan ........................................................................................... iv
Abstrak ................................................................................................................ v
Kata Pengantar .................................................................................................. vi
Daftar Isi ............................................................................................................. ix
Daftar Tabel ........................................................................................................ xii
Daftar Gambar ..................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN . .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah ........................................................ 8
C. Rumusan Masalah ...................................................................................... 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 9
E. Sitematika Penulisan ................................................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ........................................................................ 12
A. Teori Bank Syariah .................................................................................. 12
B. Definisi Operasional Variabel ................................................................... 24
C. Hubungan antar variabel ........................................................................... 30
D. Studi Terdahulu ......................................................................................... 32
E. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 36
F. Hipotesis .................................................................................................... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 38
A. Objek Penelitian ....................................................................................... 38
B. Jenis dan Sumber Data ............................................................................. 38
C. Populasi dan Sampel ................................................................................ 38
D. Operasional Variabel Penelitian ............................................................... 39
xii
E. Metode Analisis Data ............................................................................... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 48
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................................... 48
B. Penemuan dan Pembahasan....................................................................... 56
1. Analisis Model ROA dengan variabel bebas BOPO,CAR,NPF dan
Inflasi .................................................................................................. 56
2. Analisis Ekonomi ROA dengan variabel bebas BOPO, CAR, NPF,
Inflasi ................................................................................................. 64
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 66
A. Kesimpulan ............................................................................................... 66
B. Saran .......................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 68
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 71
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Rasio BOPO NPF CAR Inflasi dan ROA .................................................. 5
Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional .............................. 15
Tabel 2.2 Kriteria Penilaian ROA .............................................................................. 25
Tabel 2.3 Kriteria Penilaian BOPO ............................................................................ 26
Tabel 2.4 Kriteria Penilaian NPF ............................................................................... 27
Tabel 2.5 Kriteria Penilaian CAR ............................................................................. 28
Tabel 2.6 Penelitian terdahulu.................................................................................... 32
Tabel 4.1 Objek Penelitian ......................................................................................... 49
Tabel 4.2 BOPO,NPF,CAR, dan Inflasi tahun 2014-2017 ........................................ 53
Tabel 4.2 Uji Chow ................................................................................................... 56
Tabel 4.3 Uji Hausman .............................................................................................. 57
Tabel 4.4 Uji Lagrange Multiplier ............................................................................. 58
Tabel 4.5 Uji Random Effect Model .......................................................................... 58
Tabel 4.6 Hasil Penelitian .......................................................................................... 59
Tabel 4.7 Uji (Parsial) (uji t) ...................................................................................... 61
Tabel 4.8 Uji Simultan (Uji f) ................................................................................... 62
Tabel 4.9 Uji Koefisien Determinasi ......................................................................... 63
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 36
Grafik 4.1 BOPO... .................................................................................................... 49
Grafik 4.2 CAR .......................................................................................................... 50
Grafik 4.3 Grafik NPF................................................................................................ 51
Grafik 4.4 Grafik ROA .............................................................................................. 52
Grafik 4.5 Tingkat Inflasi pada Triwulan tahun 2014-2017 ...................................... 55
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Uji Model Panel ................................................................................................. 71
A. Common Effect Model .............................................................................. 71
B. Fixed Effect Model .................................................................................... 71
C. Uji Chow .................................................................................................... 72
D. Random Effect Model ................................................................................ 72
E. Uji Hausmen .............................................................................................. 73
F. Uji Lagrange Multiplier ............................................................................. 73
2. Data Penelitian ................................................................................................... 74
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Bank merupakan lembaga terpenting yang mempengaruhi perekonomian
baik secara mikro maupun makro. Bank sebagai salah satu badan usaha yang
bergerak dibidang jasa memiliki tujuan tertentu di dalam operational.1Tujuan
bank secara mikro adalah menciptakan laba, sedangkan tujuan secara
makronya adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam
rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan dan pemerataan kesejahteraan
rakyat.2 Untuk mencapai tujuan tersebut, maka bank harus benar-benar
menjalankan fungsinya sebagai lembaga perantara keuangan (financial
intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana (surplus
unit) kepada pihak yang membutuhkan dana (deficit unit)pada waktu tertentu.3
Pada abad ke-20 muncul sebuah wacana perlunya bank syariah yang bebas
bunga, demi melayani kebutuhan kaum muslim yang tidak berkenan dengan
penerapan bunga dalam perbankan, karena termasuk kedalam riba. Hal ini
menandakan salah satu momentum kebangkitan ekonomi islam di dunia,
terutama perkembangan pada sektor keuangan syariah.4Bank syariah adalah
lembaga keuangan yang menjalankan fungsi prantara (intermediary) dalam
penghimpunan dana masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip syariah5.
Dalam perspektif islam, bunga dari transaksi hukumnya adalah haram
karena termasuk dalam kategori riba. Operasi bank syariah mengikuti
ketentuan-ketentuan bermuamalat secara islam dan menjauhi unsur-unsur riba.
Pelarangan dan pengharaman mengenai riba ini jelas telah di tetapkan dan
diatur dalam Al-quran, sebagai berikut:
1 Kasmir,manajemen perbankan,(Jakarta:Rajawali Press,2003), hlm 1
2 Peraturan Bank Indonesia No.11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah.
3 Lukman Dendawijaya, Manajemen perbankan,(Bogor:Ghalia Indonesia,2009), hlm.14.
4 M. Nur Rianto Al-arif, Dasar-dasar Ekonomi Islam, h. 293
5 M. Nur Rianto Al-arif, Dasar-dasar Ekonomi Islam, h. 293
2
ضاعفة واتقىا با أضعافا م يا أيها الذين آمنىا ال تأكلىا الر
للا لعلكم تفلحىن
artinya : “Hai orang – orang yang beriman, janganlah kamu memakan
riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan. Peliharalah dirimu dari api neraka, yang
disediakan untuk orang orang kafir”. (QS. Ali Imron [3]: 130).6
Keberadaan perbankan syariah dikatakan benar benar muncul pada tahun
1990-an ditandai dengan disahkannya undang-undang No.7 tahun 1992
tentang perbankan. Oleh karena itu undang-undang ini dapat dikatakan
sebagai awal penerapan perbankan syariah di Indonesia. Namun, undang-
undang ini tidak mengatur secara eksplisit mengenai Perbankan Syariah.
Setelah undang-undang no. 7 tahun 1992 tersebut diubah menjadi undang-
undang No. 10 tahun 1998. Ide atas adanya sistem perbankan syariah ini
pertama kali dikemukakan oleh Majlis Ulama Indonesia (MUI) dan
pemerintah serta dukungan dari Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI)
dan juga beberapa pengusaha muslim lainnyadi awal tahun 1990.7 Namun,
setelah disahkannya undang-undang no. 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah bahwa Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS) wajib
memelihara tingkat kesehatan yang meliputi sekurang-kurangnya mengenai
kecukupan modal, kualitas aset, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas
manajemen yang menggambarkan kapabilitas dalam aspek keuangan,
kepatuhan terhadap prinsip syariah dan prinsip manajemen islami, serta aspek
lainnya yang berhubungan dengan usaha Bank Syariah dan Unit Usaha
Syariah (UUS)8.
6 QS. Ali Imron ayat 130
7 Siamat, Dahlan,2005. Manajemen lembaga keungan kebijakan moneter dan perbankan edisi
5, Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 8 www.bi.go.id diakses tanggal 28 juni 2018
3
Perkembangan bank syariah dari segi kuantitas dapat dilihat dari adanya
peningkatan jumah perbankan syariah yang tersebar diseluruh Indonesia yang
tiap tahunnya mengalami peningkatan, Bank Umum Syariah yang pada akhir
tahun 2009 berjumlah 6 BUS bertambah 5 BUS dimana 3 BUS merupakan
hasil konversi Bank Umum Konvensional dan 2 BUS hasil spin off Unit Usaha
Syariahnya (UUS) sehingga jumlah UUS di tahun 2010 terdapat 23 UUS, dan
11 BUS. Angka tersebut terus bertahan sampai pada bulan Juli 2014 jumlah
BUS bertambah menjadi 12 BUS. Akibat 1 UUS spin off sehingga jumlah
UUS di tahun 2014 terdapat 22 UUS, dan 12 BUS 9.
Untuk menjaga kepercayaan masyarakat, maka bank harus menjaga
kinerja keuangan. Kinerja keuangan bank dapat dinilai dari beberapa
indikator. Salah satu indikator tersebut ialah laporan keuangan bank yang
bersangkutan. Berdasarkan laporan keuangan tersebut kan mendapatkan hasil
perhitungan sejumlah rasio yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat
kesehatan bank10
.
Menyadari arti pentingnya kesehatan suatu bank bagi pembentukan
kepercayaan dalam dunia perbankan serta untuk melaksanakan prinsip kehati
hatian ( prudential banking) dalam dunia perbankan, maka Bank Indonesia
merasa perlu untuk menetapkan aturan tentang kesehatan bank. Dengan
adanya peraturan tentang kesehatan bank ini, perbankan diharapkan selalu
dalam kondisi sehat, sehingga tidak akan merugikan masyarakat yang
berhubungan dengan perbankan. Bank yang beroperasi dan berhubungan
dengan masyarakat diharapkan hanya bank yang benar benar sehat. Aturan
tentang kesehatan bank yang diterapkan oleh Bank Indonesia mencangkup
9 Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perbankan Syariah Maret 2015, artikel diakses pada
28 september 2017 dari http://ojk.go.id
10
Slamet riadi,2006. Banking asset & liability Management. Jakarta:lembaga penerbit
fakultas ekonomi Universitas Indonesia
4
berbagai aspek kegiatan bank, mulai dari penghimpunan dana sampai dengan
penggunaan dan penyaluran dana.11
Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu bank, maka dapat dilihat
laporan keuangan yang disajikan oleh suatu bank secara periodik. Laporan ini
juga sekaligus menggambarkan kinerja bank selama periode tersebut. Laporan
ini sangat berguna terutama bagi pemilik, manajemen, pemerintah, dan
masyarakat sebagai nasabah bank, guna mengetahui kondisi bank tersebut.12
Penilaian kesehatan bank syariah dilakukan berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia (PBI) No. 9/1/PBI/2007 tentang tingkat kesehatan bank umum
berdasarkan prinsip syariah dan Surat Edaran Bank Indonesia no.
9/24/DPbS.13
Penilaian tingkat kesehatan bank mencangkup penilaian terhadap faktor –
faktor yang terdiri dari : (1) Permodalan ( Capital), (2) kualitas Aset ( Asset
Quality), (3) Manajemen ( Management), (4) Rentabilitas (Earning), (5)
Likuiditas (Liquidity), dan (6) sensitivitas terhadap resiko pasar (Sensitivity to
Risk Market) Metode penilaian tingkat kesehatan Bank kemudian dikenal
dengan Metode CAMELS14
Dalam penelitian ini, aspek permodalan dinilai melalui Capital Adequacy
Ratio (CAR), aspek Kualitas aset dinilai melalui Non Performing Financing
(NPF), aspek rentabilitas dinilai melalui Return On Asset (ROA) dan Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional ( BOPO), sedangkan aspek
likuiditas melalui Financing to Deposit Ratio (FDR).
Profitabilitas merupakan indikator paling penting untuk mengukur kinerja
suatu bank. Profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return
On Asset (ROA) karena dapat memperhitungkan kemampuan manajemen
bank dalam mengelola aktiva yang dimilikinya untuk menghasilkan income,
11
Totok Budi Santoso dan Sigit Triandaru. 2006. Bank dan Lembaga keuangan lain, Jakarta:
Salemba Empat 12
Kasmir 2012, Manajemen Perbankan . Jakarta : Raja Grafindo Persana 13
www.bi.go.id di akses pada tanggal 17 juni 2018 14
www.bi.go.id di akses pada tanggal 14 juni 2018
5
Return On Asset (ROA) digunkan untuk mengukur Profitabilitas bank karena
Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih
mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang
dananya sebagian besar dari dana simpanan masyarakat. Semakin besar
Return On Asset (ROA) suatu bank. Semakin besar pula tingkat keuntungan
yang dicapai bank dan semakin baik posisi bank tersebut dari segi penggunaan
aset.15
Jika dilihat, perbankan syariah bukan tidak memiliki permasalahan dengan
kondisi makroekonomi. Perbankan syariah juga memiliki pola-pola terhadap
variabel makroekonomi terutama inflasi. Hal ini dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 1.1 RASIO BOPO,NPF,CAR, Inflasi dan ROA tahun 2014-2017
RASIO 2014 2015 2016 2017
BOPO 79,27 97,01 96,23 94,91
NPF 4,33 4,84 2,17 2,58
CAR 16,1 15,02 15,95 17,91
INFLASI 8,3 3.35 3.02 3.61
ROA 0,80 0,49 0,63 0,63
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan
Return On Asset (ROA) pada tahun 2014 -2015 ROA mengalami
penurunan 0,31%. Kemudian di tahun 2015-2016 mengalami kenaikan 0,14%
dari 0,49 menjadi 0,63 dan pada tahun 2016-2017 ROA tidak mengalami
perubahan yaitu tetap 0,63.
Pergerakan tingkat inflasi dari tahun 2014 hingga Desember 2017 bergerak
fluktuatif. Inflasi tertinggi terjadi di tahun 2014 sebesar 8.38% disebabkan
oleh naiknya harga BBM dan rokok sehingga diikuti pula dengan kenaikan
15
Lukman Dendawijaya, 2009. Manajemen Perbankan. Bogor: Ghalia Indonesia
6
harga komoditas lainnya16
. Dalam kondisi perekonomian yang demikian,
peran Bank Indonesia sebagai bank sentral sangatlah dibutuhkan.17
Bank
Indonesia mengartikan inflasi sebagai kondisi meningkatnya harga-harga
secara umum dan terus-menerus.18
Kenaikan harga-harga ini memberikan tekanan pada ekonomi
masyarakat terutama bagi mereka yang menjadi debitur (mudharib) perbankan
syariah. Jika inflasi terjadi pada saat pendapatan masyarakat tetap atau
menurun, maka hal ini dapat memperparah risiko pembiayaan yang dihadapi
perbankan syariah, sebab kemampuan pengembalian pembiayaan oleh debitur
akan menurun sehingga terjadi pembiayaan bermasalah.19
Ahmad Tabrizi20
mengatakan inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap NPF baik
pada BUS maupun UUS di Indonesia.
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat rasio dengan nilai rata-rata dari BOPO,
NPF, CAR, Inflasi dan ROA pada tahun 2014-2017. Selama empat tahun
BOPO mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Pada tahun 2014 nilai BOPO
sebesar 79,72% dan pada tahun 2015 mengalami kenaikan menjadi 97,01%
hal ini dikarenakan pada tahun 2014 terjadi peningkatan inflasi yang
berdampak pada kenaikan harga sehingga menyebabkan nilai BOPO pada
tahun berikutnya mengalami kenaikan.
NPF (Net Performing Finance) pada mengalami pertumbuhan yang
fluktuatif. Pada tahun 2014 nili NPF sebesar 4,33% dan pada tahun 2015
mengalami kenaikan menjadi 4,84% hal ini dikarenakan pada tahun 2014
16
http://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-2456664/ini-penyebab-meroketnya-
inflasi-2013-dari-bbm-hingga-rokok-kretek diakses pada 18 Maret 2018 pukul 22.05 WIB. 17
17
Frida Dwi Rustika, “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Acuan (BI Rate), Nilai Tukar Rupiah
dan Gross Domestic Product(GDP) Terhadap Non Performing Financing perbankan Syariah”
(Skripsi S1 FE UNY,2016), hal.5. 18
http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Default.aspx diakses pada 18
Maret 2018 pukul 22.07 WIB. 19
Frida Dwi Rustika, “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Acuan (BI Rate), Nilai Tukar Rupiah
dan Gross Domestic Product (GDP) Terhadap Non Performing Financing perbankan Syariah”
(Skripsi S1 FE UNY,2016), hal.5. 20
Ahmad Tabrizi, “Analisis Pengaruh Variabel Makro terhadap Non Performing Financing
Bank Umum Syariah di Indonesia Perode Tahun 2005-2013”.(Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), hal. 96.
7
terjadi peningkatan inflasi yang berdampak pada kenaikan harga sehingga
menyebabkan nilai NPF pada tahun berikutnya mengalami kenaikan.
Kenaikan harga-harga ini memberikan tekanan pada ekonomi masyarakat
terutama bagi mereka yang menjadi debitur (mudharib) perbankan syariah.
Jika inflasi terjadi pada saat pendapatan masyarakat tetap atau menurun, maka
hal ini dapat memperparah risiko pembiayaan yang dihadapi perbankan
syariah, sebab kemampuan pengembalian pembiayaan oleh debitur akan
menurun sehingga terjadi pembiayaan bermasalah.21
Ahmad Tabrizi22
mengatakan inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap NPF baik
pada BUS maupun UUS di Indonesia
Pada tahun 2014-2015 CAR mengalami penurunan sebesar 1,08% , hal ini
memiliki dampak negative bagi profitabilitas bank syariah, penurunan tersebut
dikarenakan terjadi inflasi pada tahun 2014 dan disebabkan karena kurangnya
modal dari investor yang menanamkan modal di bank syariah . Namun
penurunan CAR ini tidak berlangsung lama pada tahun 2015-2017 mengalami
peningkatan sebesar 2,89% hal ini memiliki dampak positif profotabilitas bagi
bank syariah. Berdasarkan tabel 1.1 diatas dapat disimpulkan bahwa rasio
CAR mengalami fluktuasi pada periode tersebut.
Memperhatikan hal-hal yang telah diidentifikasi atas, mendorong minat
penulis untuk mengangkatnya menjadi bahan dan judul skripsi. Atas dasar
itulah penulis memilih judul “PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN
INFLASI TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) PADA BANK
SYARIAH PERIODE 2014-2017”
21
Frida Dwi Rustika, “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Acuan (BI Rate), Nilai Tukar Rupiah
dan Gross Domestic Product (GDP) Terhadap Non Performing Financing perbankan Syariah”
(Skripsi S1 FE UNY,2016), hal.5. 22
Ahmad Tabrizi, “Analisis Pengaruh Variabel Makro terhadap Non Performing Financing
Bank Umum Syariah di Indonesia Perode Tahun 2005-2013”.(Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), hal. 96.
8
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi masalah-
masalah sebagai berikut:
1. Terjadi fluktuasi tingkat profitabilitas yang dilihat dari rasio Return On
Asset (ROA) Bank Syariah di Indonesia.
2. Peningkatan rasio BOPO pada tahun 2014 dari tahun-tahun sebelumnya.
3. Peningkatan rasio NPF pada tahun 2014 dari tahun-tahun sebelumnya.
4. Peningkatan rasio CAR pada tahun 2014 dari tahun-tahun sebelumnya.
5. Inflasi pada tahun 2014 meningkat dari tahun-tahun sebelumnya
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis membatasi
masalah yang akan diteliti yaitu penulis hanya fokus untuk meneliti 5 Bank
Syriah yaitu ( Bank Syariah Mandiri, Bank Negeri Indonesia Syariah,
Bank Rakyat Indonesia Syariah, Bank Muamalat Indonesia dan Bank
Mega Syariah) dilihat dari rasio Return On Asset (ROA) yang pengaruhnya
dari faktor internal BOPO, CAR, NPF dan Inflasi dengan menggunakan Data
Triwulan dari Tahun 2014-2017.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dilatar belakang diatas maka permasalahan dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah Biaya Operational pendapatan Operaional (BOPO), Capital
Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), dan Inflasi
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset
(ROA) pada Bank Syariah?
2. Apakah Biaya Operational pendapatan Operaional (BOPO) secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) pada
Bank Syariah?
3. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR) secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Syariah?
4. Apakah Non Performing Financing (NPF) secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Syariah?
9
5. Apakah Inflasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Return
On Asset (ROA) pada Bank Syariah?
D. Tujuan dan Manfaat penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengumpulkan bukti empiris
mengenai:
a. Pengaruh Biaya Operational Pendapatan Operaional (BOPO) terhadap
Return On Asset (ROA) pada Bank Syariah.
b. Pengaruh Biaya Operational Pendapatan Operaional (BOPO)
signifikan terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Syariah.
c. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Asset
(ROA) pada Bank Syariah.
d. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset
(ROA) pada Bank Syariah.
e. Pengaruh Inflasi terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Syariah.
2. Manfaat penelitian
Sejalan dengan tujuan dari penelitian ini, maka hasil penelitian ini
diharapkan memberi manfaat sebagai berikut:
a. Manfaat teoritis
1) Untuk mngaplikasikan dan mengembangkan pengetahuan peneliti
terhadap masalah yang diteliti
2) Memberikan kontribusi pengetahuan terutama yang berkaitan
dengan bidang perbankan serta memperkuat penelitian
sebelumnya. Selain itu juga menjadi tambahan pengetahuan antara
teori dengn terapan praktis dalam bidang keuangan.
b. Manfaat praktis
1) Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh Bank Indonesia
sebagai sarana evaluasi penetapan kebijakan dan implementasi
strategi pengawasan bank.
2) Penelitian ini diharapkan dapat digunakan manjemen perbankan
sebagi dasar untuk pengambilan kebijakn finansial guna
10
meningkatkan kinerja bank sehingga dapat lebih meningkatkan
nilai perusahaan.
3) Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi msyarakat
umum pengguna jasa perbnkan baik indikator,debitor maupun
investor dalam menganalisa kinerja bank sehingga dapat dijadikan
bahan pertimbangan sebagai dasar pengambilan keputusan
11
E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang, identifikasi dan pembatasan
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Pada bab ini akan dijelaskan teori terkait pengertian Perbankan Syariah,
ROA, BOPO, CAR, NPF dan Inflasi. Hubungan antar Variabel, dan Review
Penelitian Terdahulu serta kerangka konsep.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Teori dari penjelasan mengenai ruang lingkup penelitian, jenis penelitian, jenis
dan sumber data, teknik pengumpulan dan analisis data, serta operasional
variabel penelitian.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dikemukakan tentang analisis data dan pembahasan yang
menjelaskan analisis pengaruh BOPO, NPF, CAR dan Inflasi terhadap
ROA pada Bank Syariah di Indonesia periode Januari 2014-Desember
2017 melalui metode analisis jalur yang kemudian dilanjutkan dengan
pembahasan penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan
permasalahan yang telah dibahas sebelumnya dan saran.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Definisi mengenai bank pada dasarnya tidak berbeda satu sama lain.
Kalaupun ada perbedaan hanya nampak pada tugas atau usaha bank. Bank dapat
didefinisikan sebagai suatu badan yang tugas utamanya menghimpun dana dari
pihak ketiga. Definisi lain mengatakan, bank adalah suatu badan yang tugas
utamanya sebagi perantara untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kredit
pada waktu yang ditentukan . menurut undang- undang no. 10 tahun 1998 tentang
perbankan, mendefinisikan bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat,
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak.23
Menurut Undang-undang No.21 Tahun 2018 Bank Syariah adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan meurut jenisnya
terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS). Sementara Unit Usaha Syariah menurut Undang-undang No. 2008 adalah
unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional (BUK) yang berfungsi
sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang
berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional yang berfungsi sebagian kantor induk dari kantor cabang pembantu
syariah dan atau unit syariah. 24
Bank syariah secara umum adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang eroperas disesuaikan denga prinsip-prinsip syariah. Oleh
23
Ismail, “Perbankan Syariah”, Edisi Pertama, Kencana, Jakarta, 2011 24
M. Nur Rianto Al-Arif, Dasar-Dasar Ekonomi Islam, (Solo: PT Era Adicitra Intermedia,
2011),h.296
13
karena itu, usaha bank akan selalu berkaitan dengan masalah uang sebagai
dagangan utamanya.25
Dalam operasinya bank syariah tidak mengandalkan pada bunga, atau bank
isla biasa disebut dengan bank tanpa bunga, karena pemungutan bunga termasuk
perbuatan riba, dalam bank Islam operasional dan produknya dikembangkan
dengan berdasarkan pada Al-Qur’an dan Hadis. Seperti yang dijelaskan dalam QS
Al-Baqarah ayat 275:
“Orang-orang yang makan (mengambi) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapatan), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan megharamkan riba. Orang-orang yang telah
sampai kepadanya laranan dari Tuhannya,lalu terus berhenti (dari mengambil
riba). Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah orang yang kembali
(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya.
2. Peran dan Fungsi Bank Syariah
Peran dan fungi bank syariah yang diantaranya tercantum dalam pembukaan
standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing
Organization for Islamic Fiancial Instituion), sebagai berikut. 26
25
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syaiah: Deskripsi dan
Ilustrasi,(Yogyakarta: Ekonisa,2003),h.27
14
Manajer Investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah
1. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya
maupun dana nasabah yang dipercayakan padanya
2. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat
melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana
lazimnya
3. Pelaksana kegiatan sosial, sebagai ciri yan melekat pada entitas keuangan
syariah, bank islam juga wajib memiliki kewajiban untuk mengeluarkan
dan mengelol (menghimpun, mengadministrasikan dan mendistribusikan)
zakat serta dana-dana sosial lainnya.
4. Bank syariah mempunyai beberapa tujuan
5. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalat secara islam,
khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan agar terhindar
dari praktik-praktik rib atau jenis-jenis usaha tersebut, selain dilarang
dalam islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan
ekonomi rakyat.
6. Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi dengan jalan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi
kesenjangan yang lear antara pemilik modal dengan pihak yang
membutuhkan dana.
7. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang
usaha yang lebih besar terutama kelompok miskin yang diarahkan pada
kegiatan usaha yang produktif menuju terciptanya kemandirian usaha.
8. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan yang pada umumnya
merupakan program utama bagi negara-negara yang sedang berkembang.
Upaya bank syariah
26
Tim Pengemang Perbankan Syariah IBI, Konsep, Produk dan Implementasi Operasional
Bank Syariah, (Jakarta: Djambatan,2001)h, .24
15
Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Bank Syariah Bank Konvensional
Hukum
Syariah Islam
berdasarkan AlQuran
dan Hadist dan Fatwa
Ulama (MUI)
Hukum Positif yang
berlaku di Indonesia
(Perdata dan Pidana)
Investasi
Jenis usaha yang halal
saja
Semua bidang usaha
Orientasi
Keuntungan (profit
oriented),
kemakmuran, dan
kebahagiaan dunia
akhirat
Keuntungan (profit
oriented) semata
Keuntungan Bagi hasil Dari Bunga
Hubungan Nasabah
dan Bank
Kemitraan Kreditur dan Debitur
Keberadaan Dewan
Pengawas
Ada Tidak Ada
Berdasarkan tabel 2.1 dapat dilihat bahwa perbedaan bank syariah dan bank
konvensional yaitu dapat dilihat dari segi hukum, investasi, orientasi, keuntungan,
Hubungan Nasabah dan Bank serta Keberadaan Dewan Pengawas. Sehingga dapat
disimpulkan terdapat 6 aspek perbedaan antara bank syariah dengan bank
konvensional. Selain itu terdapat perbedaan produk-produk bank dimana pada
bank syariah dinamakan akad-akad bank syariah. 27
3. Akad-akad bank syariah
a. Transaksi Jasa Meminjamkan Uang
a) Qardh yakni transaksi pinjam meminjam uang. Di dalam Islam
transaksi ini tidak bileh dikenakan tambahan atas pokok pinjaman atau
yang umum dikenal sebagai bunga pinjaman. Hukum pengenaan
bunga atas pinjaman adalah riba, suati hal yang harus dihindari karena
haram. Di bank syariah akad qardh digunakan untuk pembiayaan
talangan haji dan pembiayaan qardhul hasan.
27
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari teori ke Praktik. Gema Insani: Jakarta,
2001 cet. Ke-1.Hlm33-34
16
b) Rahn yakni pemberian pinjaman uang dengan penyerahan barang
sebagai agunan, contohnya transaksi gadai emas.
c) Hiwalah yakni pemberian peminjaman uang bertujuan untuk menutup
pinjaman di tempat/pihak lain, contohnya transaksi pengalihan hutang.
b. Meminjamkan jasa (lending yourself)
a) Wakalah yakni transaksi perwakilan, dimana satu pihak bertindak atas
nama/mewakili pihak lain. Contohnya transaksi jasa transfer uang,
inkaso, kliring warkat cek dan bilyet giro.
b) Kafalah yaknu transaksi penjaminan satu pihak kepada pihak lain.
Contohnya penerbitan L/C, bank garansi dan lain-lain
c) Wadiah yakni transaksi titipan, dimana satu pihak menitipkan barang
kepada pihak lain. Contohnya tabungan wadi’ah, giro wadi’ah dan safe
deposit box.28
c. Memberikan sesuatu (giving something) Yang termasuk kedalam
golongan ini adalah akad-akad sebagai bertikut: seperti akad Hibah, Waqf,
Shadaqah dan Hadiyah. Akad tabarru’ ini adalah berupa akad untuk
mencari keuntungan akhirat bukan akad bisnis. Jadi akad seperti ini tidak
bisa digunakan untuk akad komersil. Bank syariah sebagai lembaga
keuangan yang bertujuan untuk mendapatkan laba tidak dapat
mengandalkan akad tabarru’ untuk mendapatkan laba. Bila tujuannya
untuk mendapatkan laba, maka bank syariah menggunakan akad-akad
yang bersifat komersil, yakni akad tijarah.
Namun demikian bukan berarti akad tabarru’ sama sekali tidak
sapat digunakan dalam kegiatan komersil. Bahkan pada kenyataanya
penggunaan akad tabarru’ sangat fital dalam transaksi komersil, karena
akad tabarru’ ini dapat digunakan untuk menjembatani atau memperlancar
akad-akad tijarah29
.
28
Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Konsep Produk dan
Implementasi Operasional Bank Syariah, (jakarta: djambatan, 2003), hlm. 73 29
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh 2007, hlm.70
17
d. Akad Jual Beli
a) al-Bai’ Naqdan adalah akad jual beli yang pembayarannya biasa dilakukan
secara tunai. Dengan kata lain pertukaran atau penyerahan uang dan
barangnya dilakukan dalam waktu yang bersamaan
b) al-Bai’ Muajjal adalah akad jual beli yang pembayarannya biasa dilakukan
secara tidak tunai atau secara cicilan. Dengan kata lain barangnya
diserahkan di awal akad sedangkan uangnya diserahkan belakangan baik
secara cicil atau lump sum.
c) Salam adalah akad jual beli dengan sistem pesanan sedangkan
pembayarannya tunai atau bayar dimuka dan penyerahan barangnya
belakangan.
d) Istishna’ adalah akad jual beli dengan sistem pesanan yang penyerahan
barangnya belakangan dan pembayarannya bisa dicicil, bisa juga lump
sum di akhir akad.
4. Gambaran Umum Bank yang diteliti
a) Bank Muamalat Indonesia
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412
H atau 1 Nopember 1991. Diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)
dan pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawal
1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan
Cendikiawan Muslim Se Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim,
pendiri Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari
komitmen pembelian saham perseroan senilai Rp 84 Miliar pada saat
penandatanganan akta pendirian perseroan. Selanjutnya, pada acara
silaturahmi peringatan pendirian di Istana Bogor, diperoleh tambahan
komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp
106 Miliar.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank
Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini
semakin memperkokoh posisi perseroan sebagai bank syariah pertama dan
18
terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus
dikembangkan. Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang
memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor
perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank
Muamalat Indonesia pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio
pembiayaan macet ( NPF) mencapai lebih dari 60 %, perseroan menencatat
rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3
miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal.
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari
pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic
Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada
RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi Menjadi salah satu pemegang
saham Bank Mualamat. Oleh karennya, kurun waktu antara tahun 1999 dan
2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan
bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil
membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap
Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi
pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan
perbankan syariah secara murni
b) Bank Syariah Mandiri
Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupkan hikmah
sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997- 1998. Sebagaimana
diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak juli 1997, yang disusul dengan
krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah
menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh
sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi
tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi akhirnya mengambil
tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di
Indonesia.
Salah satu bank konvensioal, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki
oleh Yayasan Kesejahteraaan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan
19
PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak Krisis. BSB berusaha keluar dari
situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain
serta mengundang investor asing. Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan
penggabungan ( Merger) empat bank ( Bank dagang Negara, Bank Bumi
Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank
Mandiri (persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan
tersebut juga menempatan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero ) Tbk,
sebagai pemilik mayoritas baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusaa merger, Bank Mandiri melakukan
konsolidasi serta membentuk Tim pengembangan Perbankan Syariah.
Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan
syaiah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas
diberlakukan UU no. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum
untuk melayani transaksi syariah ( dual Banking system). Tim pengembangan
Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan
momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari
bank Konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenan ya, Tim
pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan
infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank
konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah
dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam akta
notaris : sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999. Perubahan kegiatan
usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank
Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999.
Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia
No. 1/1KEP. DGS/1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank
Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersbut, PT
Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak senin tanggal 25
Rajab 1420 atau tanggal 1 November 1999.
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang
mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang
20
melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-
nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri
dalam kiprahnya diperbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama
membangun Indonesi menuju yang lebih baik.
c) Bank Negara Indonesia Syariah
Tempaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan ketangguhan sistem
perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu adil,
transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat terhadap
sistem perbankan yang lebih adil. Selain adanya demand dari masyarakat
terhadap perbankan syariah untuk mewujudkan visinya (yang lama) menjadi
“ univeral banking” , BNI membuka layanan perbankan yang sesuai dengan
prinsip syariah dengan konsep dual banking system, yakni menyediakan
layanan perbankan umum dan syariah sekaligus. Hal ini sesuai dengan UU no.
10 tahun 1998 yang memungkinkan bank – bank umum untuk membuka
layanan syariah.
Di awali dengan pembentukan Tim Bank Syariah di tahun 1999, Bank
Indonesia kemudian mengeluarka ijin prinsip dan usaha untuk beroperasi unit
usaha syariah BNI. Dengan berlandaskan pada Undang – undang No. 10
tahun 1998, pada tanggal 29 April 2000didirikan Unit Usaha Syariah (UUS)
BNI.
Berdasarkan keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
12/41/KEP.GBI?2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin usaha
kepada PT Bank Negara Indonesia Syariah (BNIS). Dan di dalam corporate
Plan UUS BNI tahun 2000 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer
dan akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada
tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNIS sebagai Bank Umum
Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari
faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan terbitnya
UU No. 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan
UU No. 2008 tentang perbankan Syariah. Disamping itu, komitmen
pemerintah terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan
21
kesadaran terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga semakin
meningkat. Hingga pada tanggal 9 Juli 2010 BNIS menjadi Bank Umum
Syariah Devisa.
d) Bank Rakyat Indonesia Syariah
Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (persero), Tbk., terhadap
Bank Jsa Arta pada tanggal 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari
Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya No.
10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT. Bank
Rakyat Indonesia Syariah (BRIS) secara resmi beroperasi. Kemudian PT. BRIS
merubah segala kegiatan usaha yang semula beroperasional secra konvensional,
kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam.
Dua tahun lebih PT. BRIS hadir mempersembahkan sebuah bank ritel
modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan
jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna. Melayani nasabah dengan
pelayanan prima (service excellence) dan menawarkan beragam produk yang
sesuai harapan nasabah dengan prinsip syariah.
Kehadiran PT. BRIS di tengah-tengah industri perbankan nasional
dipertegas oleh makna pendar cahaya yang mengikut logo perusahaan. Logo ini
menggambarkan keinginan dan tuntutan masyarakat terhadap sebuah bank
modern. Kombinasi warna yang digunakan merupakan turunan dari warna biru
dan putih sebagai benang merah dengan brand PT Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk.
Aktivitas PT BRIS semakin kokoh setelah pada 19 Desember 2008
ditandatanganin akta pemisahan Unis Usaha Syariah PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero), Tbk, untuk melebur kedalam PT BRIS (proses Spin Off) yang berlaku
efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Penandatanganan dilakukan oleh Bapak
Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk,
dan Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama PT. BRIS.
Saat ini PT. BRIS menjadi Bank Syariah ketiga terbesar berdasarkan aset PT.
BRIS tumbuh dengan pesat baik dari sisi aset, jumlah pembiayaan dan perolehan
dana pihak ketiga. Dengan berfokus pada segmen menengah bawah, PT. BRIS
22
menargetkan menjadi bank ritel modern terkemuka dengan berbagai ragam
produk dan layanan perbankan.
Sesuai dengan visinya, saat ini PT. BRIS merintis sinergi dengan PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero), Tbk, dengan memanfaatkan jaringan kerja PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero), Tbk, sebagai Kantor Layanan Syariah dalam
mengembangkan bisnis yang berfokus kepada kegiatan penghimpunan dana
masyarakat dan kegiatan konsumer berdasarkan prinsip syariah.
e) Bank Mega Syariah ( BMS)
Berawal dari PT. Bank Umum Tugu (Bank Tugu). Bank Umum yang
didirikan pada 14 Juli 1990 tersebut diakuisisi CT Corpora (d/h Para Group)
melalui Mega Corpora (d/h PT Para Global Investasindo) dan PT. Para Rekan
Investama pada 2001. Sejak awal, para pemegang saham memang ingin
mengonveksi bank umum konvensional itu menjadi bank umum syariah.
Keinginan tersebut terlaksana ketika Bank Indonesia mengizinkn Bank Tugu
dikonveksi menjadi PT. Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) pada 27 Juli
2004. Pengonversian tersebut dicatat dalam sejarah perbankan Indonesia sebagai
upaya pertama pengonversian bank umum konvensional menjadi Bank Umum
Syariah (BUS).
Pada 25 Agustus 2004, BSMI resmi beroperasi hampir tiga tahun
kemudian, pada 7 November 2007, pemegang saham memutuskan perubhan
bentuk logo BSMI kebentuk logo bank umum konvensional yang menjadi sister
company-nya, yakni PT. Bank Mega, Tbk, tetapi berbeda warna. Sejak 2
November 2010 sampai dengan sekarang, bank ini berganti nama menjadi PT.
Bank Mega Syariah.
Untuk mewujudkan visi “ Bank Syariah Kebanggaan Bangsa”, CT
Corpora sebagai pemegang saham mayoritas memiliki komitmen dan tanggung
jawab penuh untuk menjadikan Bank Mega Syariah sebagai Bank Umum Syariah
(BUS) terbaik di industri perbankan syariah nasional. Komitmen tersebut
dibuktikan dengan terus memperkuat modal bank. Dengan demikian, Bank Mega
Syariah akan mampu memberikan pelayanan terbaik dalam menghadapi
persaingan yang semakin ketat dan kompetitif di industri perbankan nasional.
23
Misalnya, pada tahun 2010, sejalan dengan perkembangan bisnis, melalui Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS), pemegang saham meningkatkan modal dasar
dari Rp. 400 Miliar menjadi Rp. 1,2 Triliun dan modal disetor bertambah dari Rp.
150,060 Miliar menjadi Rp. 318,864 Miliar. Saat ini, modal disetor telah
mencapai Rp. 769,814 Miliar.
Di sisi lain, pemegang saham bersama seluruh jajaran manajemen Bank
Mega Syariah senantiasa bekerja keras, memegang teguh prisnp kehati-hatian,
serta menjunjung tinggi asas keterbukaan dan profesionalisme dalam melakukan
kegiatan usahanya. Beragam produk jug terus dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat serta didukung infrastruktur layanan perbankan yang
semakin lengkap dan luas, termasuk dukungan 393 jaringan di seluruh Indonesia.
Untuk mengingkatkan pelayanan kepada masyarakat sekaligus mengukuhkan
semboyan “ Untuk Kita Semua”, pada tahun 2008, Bank Mega Syariah memulai
memasuki pasar perbankan mikro dan gadai. Strategi tersebut ditempuh karena
ingin berperan lebih besar dalam pengingkatan perekonomian umat yang
mayoritas memang berbisnis di sektor usaha mikro dan kecil.
Sejak 16 Oktober 2008, Bank Mega Syariah telah menjadi bank devisa.
Dengan status tersebut, bank ini dapat melkukan transaksi devisa dan terlibat
dalam perdagangan internasional. Artinya, status itu juga telah memperluas
jangkauan bisnis bank ini, sehingga tidak hanya menjangkau ranah domestik,
tetapi juga ranah internasional. Strategi peluasan pasar dan status bank devisa itu
akhirnya semakin memantapkan posisi Bank Mega Syariah sebagai salah satu
bank umum syariah terbaik di Indonesia.
Selain itu, pada 8 April 2009, Bank Mega Syariah memperoleh izin dari
Departemen Agama Republik Indonesia (Depag RI) sebagai Bank Penerima
Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji ( BPS BPIH). Dengan demikian,
bank ini menjadi bank umum kedelapan sebagai BPS BPIH yang tersambung
secara online dengan Sistem Komputerisasi Terpadu (SisKoHat) Depag RI. Izin
itu tentu menjadi landasan baru bagi Bank Mega Syariah untuk semakin
melengkapi kebutuhan perbankan syariah umat Indonesia.
24
B. Definisi Operasional Variabel
1. Profitabilitas (ROA)
Pada umumnya bank syariah dalam mencapai tingkat profitabilitas yang
optimal, pasti akan dihadapkan oleh berbagai macam risiko yaitu salah
satunya adalah risiko pembiayaan.30
Risiko pembiayaan merupakan risiko
utama dari perbankan karena sebagian besar kegiatan utamanya adalah
melakukan penyaluran pembiayaan di berbagai macam sektor. Setiap
pembiayaan yang disalurkan memiliki risiko terjadinya pembiayaan
bermasalah, jika terjadi pembiayaan bermasalah yang melampaui batas maka
akan menjadi masalah serius yang akan mengganggu tingkat profitabilitas
bank itu.31
Profitabilitas memiliki tujuan untuk mengukur kemampuan bank dalam
memperoleh laba yang berhubungan dengan aset maupun modal. Tingkat
profiitabilitas biasanya dinyatakan dalam persentase menggunakan rasio, rasio
profitabilitas merupakan salah satu metode untuk menilai kondisi keuangan
bank berdasarkan perhitungan rasio berdasarkan analisis kuantitatif yang
menunjukkan hubungan antar unsur dalam laporan laba rugi dan neraca. Salah
satu rasio profitabilitas yang digunakan bank adalah Return On Asset
keuntungan bank dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan
asset. ROA adalah indikator yang akan menunjukkan bahwa apabila rasio ini
meningkat, maka aktiva bank telah digunakan dengan optimal untuk
memperoleh pendapatan.
Dalam perhitungan Return On Asset (ROA) menunjukkan perbandingan
antara laba sebelum pajak dengan total asset bank/ total aktiva. Laba sebelum
pajak adalah laba rugi bank yang diperoleh dalam periode berjalan sebelum
dikurangi pajak. Sedangkan total aktiva merupakan komponen yang terdiri
dari kas, giro pada BI, penempatan pada bank lain, piutang, pembiayaan
30
Fernando Africano, “Pengaruh NPF terhadap CAR serta Dampaknya terhadap Profitabilitas
Bank Umum Syariah di Indonesia” (Jurnal Ilmiah STIE MDP Vol. 6 No.1 September 2016), hal.
62. 31
Irman Firmansyah, “Determinant of Non Performing Loan: The Case of Islamic Bank in
Indonesia” (Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Vol. 17 No.2 Oktober 2014), hal. 242.
25
dengan prinsip bagi hasil, pembiayaan dengan prinsip jual-beli, sewa,
pinjaman qardh, aktiva tetap, dan lain-lain.32
(ROA).33
Semakin besar Return On Asset (ROA) suatu bank maka semakin besar
ROA =
x 100%
Tabel 2.2 Kriteria Penilaian ROA
Peringkat
Kriteria
Keterangan
1
ROA > 1,5%
Sangat Baik
2
1,25% < ROA ≤1,5%
Baik
3
0,5% < ROA ≤ 1,25%
Cukup Baik
4
0% < ROA ≤0,5%
Buruk
5
ROA ≤0%
Sangat Buruk
Sumber : Bank Indonesia
2. BOPO (Biaya Operational terhadap Pendapatan Operational)
BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan
operasional. Semakin rendah tingkat Rasio BOPO maka semakin baik kinerja
32
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005),
hal. 22. 33
Rahmi Rahmawati, “Pengaruh Faktor Makroekonomi terhadap Kinerja Keuangan Perbankan
Syariah di Indonesia” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2016), hal. 32.
26
manajemen bank karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya
(Riyadi, 2006:159)34 Rumus yang digunakan untuk mencari BOPO adalah :
BOPO = Total beban operasional x 100%
Total pendapatan operasional
Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan dalam melakukan kegiatan operasinya. 35
Tabel 2.3 Kriteria Penilaian BOPO
Peringkat
Kriteria
Keterangan
1
BOPO ≤83%
Sangat Baik
2
83% < BOPO ≤85%
Baik
3
85% < BOPO ≤ 87%
Cukup Baik
4
87% < BOPO ≤89%
Buruk
5
BOPO > 89%
Sangat Buruk
Sumber : Bank Indonesia
3. NPF (Non Performing Financing)
NPF (pembiayaan bermasalah) merupakan salah satu dari risiko dalam
suatu pelaksanaan pembiayaan. Risiko pembiayaan merupakan risiko yang
disebabkan oleh adanya counterparty dalam memenuhi kewajbannya. Dalam
34
Riyadi, Slamet. 2006. Banking Assets And Liability Management. Edisi Ketiga. Jakarta:
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 35
Veithzal rivai dan Andria Permata Veithzal Rivai, Islamic Financing Management ( Jakarta
PT. Grafindo Persanda, 2008), hal. 24
27
bank syariah, risiko pembiayaan mencakup risiko terkait produk dan risiko
terkait dengan pembiayaan korporasi.36
Pembiayaan bermasalah berarti pembiayaan yang dalam pelaksanaannya
belum mencapai atau memenuhi target yang diinginkan pihak bank seperti
pengembalian pokok atau bagi hasil yang bermasalah; pembiayaan yang
temasuk golongan perhatian khusus, diragukan, dan macet serta golongan
lancar yang berpotensi terjadi penunggakkan dalam pengembalian.37
NPF= Jumlah Pembiayaan bermasalah x100%
Total Pembiayaan
Tabel 2.4 Kriteria Penilaian Rasio NPF
Peringkat
Kriteria
Keterangan
1
NPF < 2%
Sangat Baik
2
2% ≤ NPF < 5%
Baik
3
5% ≤ NPF < 8%
Cukup Baik
4
8% ≤ NPF < 12%
Buruk
5
NPF ≥12%
Sangat Buruk
Sumber : Bank Indonesia
36
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Anlisis Fikih dan keuangan (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2010), hal. 260. 37
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Credit management handbook: teori, konsep,
prosedur, dan aplikasi: panduan praktis mahasiswa, bankir, dan nasabah (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2006), hal. 457.
28
4. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Menurut Dendawijaya (2005) CAR adalah rasio yang memperlihatkan
seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dan
modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber di luar
bank, seperti dana masyarakat, pinjaman, dan sebagainya. Peraturan dari Bank
Indonesia No. 10/15/PBI/2008 menjelaskan “bank wajib menyediakan modal
minimum sebesar 8% (delapan persen) dari aset tertimbang menurut risiko
(ATMR).” Tingkat kecukupan modal pada perbankan diwakilkan dengan rasio
capital adequacy ratio (CAR)38
. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.
6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 CAR dirumuskan sebagai berikut 39
:
CAR = Modal Sendiri x 100%
ATMR
Tabel 2.5 Kriteria Penilaian Rasio CAR
Peringkat
Kriteria
Keterangan
1
CAR > 12%
Sangat Sehat
2
9% ≤ CAR < 12%
Sehat
3
8% ≤ CAR < 9%
Cukup Sehat
4
6% < CAR < 8%
Kurang Sehat
5
CAR ≤6%
Tidak Sehat
Sumber : Bank Indonesia
38
Dendawijaya, Lukman. (2005). Manajemen Perbankan. Jakarta: penerbit Ghalia Indonesia 39
Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004
29
5. Inflasi
Sebagai lembaga intermediasi bank sangat rentan dengan risiko terkait dengan
mobilitas dananya. Apabila dalam suatu Negara mengalami inflasi yang tinggi
akan menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang yang
ditabung semakin menurun. Penabung akan mampu menghasilkan bunga atau
bagi hasil, tetapi jika tingkat inflasi terjadi mash di atas tingkat bunga yang
diterima oleh penabung, tetap saja nilai mata uang yang diterima penabung akan
menurun.40
Sehingga jumlah dana yang dikumpulkan berkurang, sehingga
nantinya akan mempengaruhi kinerja bank syariah dalam menghasilkan
profitabilitasnya yang diproksikan pada return on asset.41
Teori tesebut dibuktikan dengan penelitian Febrina Dwijayanthy dan
Prima Naomi42
yang mengatakan bahwa semakin tinggi nilai inflasi maka
akan semakin menurun nilai return on asset dari bank syariah.
Inflasi tersebut dapat dihitung menggunakan rumus:
INFt= [IHKt – IHK] X 100%
IHK t-1
Menurut para ekonom Islam, Inflasi berakibat sangat buruk bagi
perekonomian karena :
a. Menimpulkan gangguan terhadap fungsi uan, terutama
terhadap fungsi tabungan ( nilai simpangan ), fungsi dari
pembayaran dimuka, dan fungsi dari unit perhitungan.
b. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap
menabung dari masyarakat.
c. Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk
nonprimer dan barang-barang mewah.
40
M. Nur Rianto Al Arif. Teori Makroekonomi Islam Konsep, Teori, dan Analisis. (Bandung:
Alfabeta, 2010), hal. 93. 41
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi, Ed. 1 Cet. 14 (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2002), hal. 308.
42Febrina Dwijayanthi dan Prima Naomi, “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai
Tukar Mata Uang terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-2007”. Jurnal Karisma, Vol. 3 (2),
2009, hal. 89
30
d. Mengarahkan inflasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu
penumpukan kekayaan seperti: tanah, bangunan, logam mulia,
mata uang asing dengan mengorbankan investasi kearah
produktif seperti : pertanian, industrial, perdagangan,
transportasi, dan lainnya.
Dampak inflasi lebih lanjut akan menyebabkan tingginya risiko
default. Risiko ini akan meningkatkan Non Performing Financing (NPF)
perbankan syariah, jika pembiayaan berdasarkan akad bagi hasil dimana
jika pihak debitor mengalami kerugian usaha maka kerugian ini juga
ditanggung oleh bank syariah (risk sharing). Jika jenis pembiayannya
adalah akad jual beli( murabahah maka tingginya inflasi dapat membuat
produk pembiayaan syariah secara umum menjadi relatif lebih mahal.43
C. Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan BOPO terhadap ROA
Menurut Saichu (2006) BOPO berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap ROA. BOPO memberikan indikasi bahwa apabila manajemen
mampu menekan BOPO yang berarti efisiensi meningkat akan sangat
signifikan terhadap kenaikan keuntungan yang dapat dilihat pada besarnya
ROA.44
Kosmidou (2008) juga menyatakan bahwa jika hubungan antara
pendapatan dan pengeluaran berbanding lurus masih mencerminkan profit
yang rendah karena beban yang begitu tinggi45
.
2. Hubungan NPF terhadap ROA
NPF adalah jumlah pembiayaan yang bermasalah dan
kemungkinan tidak dapat ditagih. Semakin besar nilai NPF maka semakin
buruk kinerja bank tersebut (Setiawan, 2009).46
43
Saekhu “Pengaruh Inflasi terhadap Kinerja Pembiayaan Bank Syariah Volume Psar Uang
Antar Bank Syariah dan Posisi Outstanding Sertifikat Wadiah Bank Indonesia” (Jurnal Economica
Vol. IV/Edisi 1/ Mei 20150, Hal 105 44
Muhamad Sukarno dan Wahyu Kartika. 2006. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja Bank Umum di Indonesia. (Online). Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi 3 (2). 45
Kosmidou, Kyriaki. 2008. “The Determinants of Banks’ Profit in Greece During The
Period of EU Financial Integration”. Managerial Finance, Vol. 34 Iss: 3, pp. 146-159.
(www.scholar.google.com, diakses 18 Agustus 2018).
31
Pramesti (2009) juga menyatakan bahwa dengan adanya
pembiayaan bermasalah yang tercermin dalam NPF dapat mengakibatkan
hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari pembiayaan
yang diberikan sehingga mempengaruhi perolehan laba dan berpengaruh
buruk pada ROA, dengan demikian semakin besar NPF akan
mengakibatkan menurunnya ROA.47
3. Hubungan CAR terhadap ROA
Bank yang mempunyai CAR yang lebih tinggi sangat baik karena ini
mampu menanggung resiko yang timbul. Jika nilai CAR tinggi (sesuai ketentuan
BI) berarti bank tersebut mampu membiayai operasi bank, keadaan yang
menguntungkan bank tersebut akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
profitabilitas (Suhardjono, 2002). 48
Syaichu (2006) juga menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif terhadap
ROA, hal tersebut dikarenakan CAR sangat mempengaruhi kepercayaan
masyarakat terhadap bank, dimana kepercayaan masyarakat merupakan modal
dasar bagi kelangsungan lembaga keuangan ini. Tingkat CAR yang ideal akan
sangat menguntungkan bagi bank dan dapat meningkatkan kepercayaan
masyarakat sebagai pemilik dana, sehingga masyarakat akan memiliki keinginan
yang lebih untuk menyimpan dananya di bank.49
4. Hubungan inflasi terhadap ROA
Sebagai lembaga intermediasi bank sangat rentan dengan resiko terkait
dengan mobilitas dananya. Apabila dalam suatu negara mengalami inflasi yang
tinggi akan menyebabkan naiknya konsumsi masyarakat sehingga mempengaruhi
46
Setiawan Adi. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Makro Ekonomi, Pangsa Pasar dan
Karakteristik Bank Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Pada Bank Syariah Periode 2005-
2008), (Online). Jurnal Bisnis dan Manajemen 2 (3). (diakses 26 Agustus 2018) 47
Pramesti, Nila Arum. 2011. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan (size), Capital
Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), dan Financing to Deposit Ratio (FDR)
Terhadap Profitabilitas Pada bank Umum Syariah Di Indonesia 48
Suhardjono dan Kuncoro, Mudrajad. 2002. Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN. 49
Syaichu Muhamad Sukarno dan Wahyu Kartika. 2006. Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja Bank Umum di Indonesia. (Online). Jurnal Studi Manajemen dan
Organisasi 3 (2)
32
pola saving dan pembiayaan pada masyarakat cenderung menghabiskan uangnya
untuk kegiatan konsumsi, karena tingginya harga barang-barang.
Perubahan tersebut akan berdampak pada kegiatan operasional bank syariah,
jumlah dana dari masyarakat yang dihimpun akan semakin berkurang sehingga
nantinya akan mempengaruhi kinerja bank syariah dalam memperoleh pendapatan
dan menghasilkan profit dan selanjutnya berpengaruh pada rasio keuangan, salah
satunya rasio profitabilitas yaitu ROA (Sukirno, 2006:14). 50
Ali et al., (2011)
juga menyatakan bahwa inflasi berpengaruh signifikan negatif terhadap
profitabilitas pada bank umum di pakistan51
D. Studi terdahulu
Tabel 2. 6 Penelitian Terdahulu
No Penelitian Pembahasan Perbedaan
1 Desi Aryanii, Skripsi
Fakultas Syariah dan
Hukum, 2009.
Analisis CAR, FDR,
BOPO dan NPF
terhadap Profitabiltas
pada PT Bank
Muamalat Indonesia
TBK ( Januari 2005 –
April 2008)
yang mana hasil
penelitiannya disebutkan
bahwa CAR dan Bopo
menunjukan hubungan
yang kuat dan
berlawanan arah
(memiliki hubungan
yang negative) terhadap
ROE. Korelasi variabel
independen dan
dependen tersebut
signifikan karena angka
signifikansinya <0,05,
dan CAR dan BOPO
1. Variabel Dependen
– Independen, Desi
Aryanii,
Profitabilitas –
CAR, BOPO, FDR
dan NPF
2. Metode Analisis,.
Penulis
menggunakan
metode Analisis
regresi linier
berganda. Dengan
analisis Stepwise
3. Objek Penelitian,
50
Sukirno, Sadono. 2006. Teori Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. 51
Jurnal Fitri Zulfiah dan Jono Susilowibowo PENGARUH INFLASI, BI RATE, CAPITAL
ADEQUACY RATIO (CAR), NON PERFORMING FINANCE (NPF), BIAYA OPERASIONAL
DAN PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO) TERHADAP PROFITABILITAS BANK
UMUM SYARIAH PERIODE 2008-2012
33
secara parsial terdapat
pengaruh yang
signifikan, sedangkan
variabel FDR dan NPF
secara parsial tidak
mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap
profitabilitas PT. Bank
Muamalat Indonesia.
Sementara korelasi
antara FDR dan NPF
menunjukan hubungan
yang lemah searah
terhadap ROE dan
tingkat signifikansinya
pun tidak signifikan
karena tingkat
signifikansinya > 0,05
PT Bank Muamalat
Indonesia periode
Januari 2005- April
2009
2 Firda Yunita, Skripsi
Fakultas Ekonomi
dan Bisnis, 2016.
Pengaruh DPK, NPF,
FDR, dan BOPO
terhadap Pembiayaan
Murabahah Pada
Perbankan Syariah di
Indonesia (Periode
2011-2015)
Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa
secara simultan variabel
independen berpengaruh
simultan terhadap
variabel dependen. NPF
dan FDR berpengaruh
secara parsial terhadap
pembiayaan murabahah,
sementara BOPO tidak
berpengaruh secara
parsial terhadap
pembiayaan murabahah.
1. Variabel
Dependen –
Independen, Firda
Yunita,
(Pembiayaan
Murabahah –
DPK, NPF, FDR,
BOPO). Penulis:
(Pembiayaan Bagi
Hasil – DPK,
CAR, NPF,
BOPO, dan FDR).
2. Objek Penelitian.
34
Firda Yunita:
Perbankan Syariah
periode 2011-
2015. Penulis:
Bank Umum
Syariah dan Unit
Usaha Syariah dari
tahun 2010 –
2016.
3 Nia Noorfitri
Handayani, Skripsi
Fakultas Syariah dan
Hukum, 2015.
Pengaruh CAR, NPF,
DPK, dan SBIS
Terhadap Penyaluran
Pembiayaan Bank
Umum Syariah
Periode 2009-2014
Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa
CAR memiliki pengaruh
signifikansi positif, NPF
tidak signifikan dan
bertanda negatif, DPK
memiliki pengaruh besar
dan bersignifikansi
positif, dan SBIS tidak
signifikan dan bertanda
negatif terhadap
penyaluran pembiayaan
di Bank Umum Syariah.
1. Variabel
Dependen –
Independen, Nia
Noorfitri
Handayani
(Pembiayaan –
CAR, NPF, DPK,
SBIS). Penulis:
(Pembiayaan Bagi
Hasil – DPK,
CAR, NPF,
BOPO, dan FDR).
2. Objek Penelitian.
Nia Noorfitri
Handayani: Bank
Umum Syariah
periode 2009-
2014. Penulis:
Bank Umum
Syariah dan Unit
Usaha Syariah
dari tahun 2010 –
35
2016.
4
Trisnadi, Jurnal
Universitas Komputer
Indonesia, 2015.
Pengaruh Financing
to Deposit Ratio
(FDR) dan Dana
Pihak Ketiga (DPK)
terhadap Pembiayaan
Mudharabah pada
Bank Umum Syariah
(Periode 2012-2014)
Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa
FDR memiliki pengaruh
positif yang tidak
signifikan terhadap
pembiayaan
mudharabah. Sementara
DPK memiliki pengaruh
positif signifikan
terhadap pembiayaan
mudharabah.
1. Variabel
Dependen –
Independen,
Trisnadi
(Pembiayaan
Mudharabah –
FDR dan DPK).
Penulis:
(Pembiayaan Bagi
Hasil – DPK,
CAR, NPF,
BOPO, dan FDR).
2. Objek Penelitian.
Trisnadi: Bank
Umum Syariah
periode 2012-
2014. Penulis:
Bank Umum
Syariah dan Unit
Usaha Syariah
dari tahun 2010 –
2016.
36
E. KERANGKA PEMIKIRAN
Gambar 2.1
Pengaruh Faktor Internal dan Inflasi terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Syariah
Periode 2014-2017
Bank Syariah di Indonesia Periode 2014-2017
Faktor-faktor
X1 (Biaya Operational terhadap
Pendapatan Operational) BOPO
X2 (Capital Adequacy Ratio) CAR
X3 (Non Performing Financing)
NPF
X4 Inflasi
Return On Asset (ROA)
Model Estimasi Data Panel
Uji Signifikansi
Simultan (uji f)
Uji Signifikansi
Parsial (uji t)
Analisis Regresi Berganda
Pooled Least
Square
Fixed Effect
RandomEffect
Koefisien
Determinasi
Interpretasi dan Analisis
Kesimpulan dan Saran
37
F. Hipotesis
Adapun hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. H0 :Biaya Operational dan Pendapatan Operational (BOPO), Capital
Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Ratio (NPF), dan Inflasi tidak
berpengaruh secara simultan terhadap Return On Asset (ROA).
Ha : Biaya Operational dan Pendapatan Operational (BOPO), Capital
Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Ratio (NPF), dan Inflasi
berpengaruh secara simultan terhadap Return On Asset (ROA).
2. Biaya Operational dan Pendapatan Operational (BOPO)
H01 : Biaya Operational dan Pendapatan Operational (BOPO), tidak
berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA)..
H1 : Biaya Operational dan Pendapatan Operational (BOPO),
berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA)..
3. Capital Adequacy Ratio (CAR)
H0 2 : Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh signifikan
terhadap Return On Asset (ROA)..
H2 : Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh signifikan terhadap
Return On Asset (ROA)..
4. Non Performing Ratio (NPF),
H0 3 : Non Performing Ratio (NPF), tidak berpengaruh signifikan
terhadap Return On Asset (ROA)..
H3 : Non Performing Ratio (NPF), inancing to Deposit Ratio (FDR)
berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA)..
5. Inflasi
H0 4 : Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset
(ROA)..
H4 : Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA).
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini yaitu bank umum syariah yang telah menyajikan
publikasi laporan keuangan periode Maret 2014 - Desember 2017, diantaranya
Bank Mega Syariah, Bank BNI Syariah, Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah
Mandiri, dan Bank Rakyat Indonesia Syariah serta tingkat inflasi.
B. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini berjenis data kuantitatif yang
berupa data rasio keuangan triwulan BMS, BNIS, BMI, BSM, BRIS serta tingkat
inflasi. Adapun data tersebut bersumber dari publikasi website Bank Indonesia,
website Otoritas Jasa Keuangan dan website masing-masing bank (objek
penelitian) mulai dari periode Maret 2014 – Desember 2017 berdasarkan data
triwulan yang telah dipublikasikan, serta dengan metode studi pustakan yang
dilakukan dengan cara membaca sumber-sumber seperti artikel , jurnal, serta
penelitian terdahulu.
C. Populasi dan Sampel
Pada penelitian ini menggunakan populasi bank umum syariah dan data
tingkat inflasi adapun populasi bank umum syariah yang digunakan yaitu Bank
Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Mega Syariah
(BMS), Bank Negara Indonesia Syariah (BNIS), dan Bank Rakyat Indonesia
Syariah (BRIS). Sedangkan untuk tingkat inflasi didapatkan dari website resmi
Bank Indonesia.
Dari populasi pada penelitian ini digunakan metode pusposif sample karena
keterbatasan akses data dari penelitian sehingga tidak semua data bank dapat
diakses. Syarat bank yang akan dijadikan sampel adalah:
1. Bank umum syariah yang memiliki rasio-rasio keuangan seperti ROA,
CAR, NPF, BOPO serta tingkat inflasi.
2. Bank umum syariah yang telah menyajikan publikasi laporan keuangan
(2014-2017).
39
D. Operasional Variabel Penelitian
a. Return On Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) atau variabel independen ini digunakan untuk
mengukur efisiensi dan efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return On Asset (ROA)
merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset. Semakin besar
Return On Asset (ROA) menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat
kembalian (return) semakin besar. Apabila Return On Asset (ROA) meningkat,
berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah
profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan, 1998).
Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut :
ROA = Laba setelah pajak X 100%
Total Aktiva
b. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) atau variabel independen ini adalah rasio yang
memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung
risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai
dari modal sendiri disamping memperoleh dana- dana dari sumber-sumber diluar
bank (PBI 2008).
Lukman Setiawan (2013) CAR merupakan salah satu indikator kesehatan
permodalan bank. Penilaian permodalan merupakan penilaian terhadap kecukupan
modal bank untuk mengcover eksposur risiko saat ini dan mengantisipasi
eksposur risiko dimasa mendatang. Desi Ariyani (2009) semakin tinggi rasio ini
maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari
setiap kredit / aktiva produktif yang berisiko, begitupun sebaliknya.
Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia No 6/10/PBI/2010 tentang system
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Semakin tinggi nilai CAR
menunjukkan semakin sehat bank tersebut. Adapun penilaian rasio CAR
berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.12/11/DPNP tanggal 31 Maret
2010, Kriteria Hasil Rasio CAR dikatakan sehat apabila CAR ≥8%, dan apabila
40
<8% maka digolongkan Tidak Sehat.
CAR = Modal Sendiri x 100%
ATMR
c. Non Performing Finance (NPF/NPL) atau variabel independen. Ismah
Wati (2012) NPF adalah tingkat pengembalian kredit/pembiayaan
yang diberikan deposan kepada bank, dengan kata lain NPF/NPL
merupakan tingkat kredit macet pada bank tersebut. Apabila NPF
semakin rendah, maka bank tersebut akan semakin mengalami
kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian pembiayaan macet.
Bank Indonesia telah menetapkan batas NPF sebesar 5%. Apabila NPF
bank dapat diteken dibawah 5% maka potensi keuntungan yang
diperoleh akan semakin besar karena bank dapat menghemat uang
yang digunakan untuk membentuk cadangan kerugian kredit
bermasalah atau penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar rasio NPF ini maka
semakin besar pula resiko yang ditanggung perusahaan dan nantinya
juga akan berpengaruh negative pada profitabilitas.
NPF = jumlah pembiayaan bermasalah x 100%
total pembiayaan
d. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Variabel independen ini menurut kamus keuangan adalah kelompok rasio yang
mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur
membandingkan satu terhadap lainnya. Berbagai angka pendapatan dan
pengeluaran dari laporan rugi laba dan terhadap angka-angka dalam neraca. Rasio
biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan
operasional. Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasi.
BOPO = biaya oprasional x 100%
pendapatan operasional
41
e. Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum
dan terus menerus. Inflasi yang tinggi akan mengakibatkan daya beli masyarakat
menurun dan kenaikan tingkat bunga. Besar kecilnya laju inflasi akan
mempengaruhi suku bunga dan kinerja keuangan perusahaan khususnya dari sisi
profitabilitas.
Inflasi =
E. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah analisis data
panel. Data panel merupakan gabungan antara data time series dan cross section
data, yakni sejumlah variabel diobservasi atas sejumlah kategori dan dikumpulkan
dalam suatu jangka waktu tertentu. Uji regresi data panel ini digunakan untuk
mengetahui hubungan antara variabel independen (CAR, NPF, Inflasi dan BOPO)
terhadap variabel depeden (ROA), yang mana dalam menguji regresi ini peneliti
menggunakan software Miscrosoft Excel dan Eviews 9.0.
Ada beberapa keuntungan menggunakan data panel. Pertama data panel
yang merupakan gabungan antara dua data time series dan cross section mampu
menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan menghasilkan degree of
freedom yang lebih besar. Kedua menggabungkan informasi dari data time series
dan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah
penghilangan variabel (omitted variable). 52
Adapun model regresi dalam penelitian ini dapat ditulis sebagai berikut:
Y = Return On Asset
Ln = Logaritma Natural
52
Agus Widarjono, Ekonometrika Pengantar dan Applikasi (Yogyakarta: Ekonisia, 2009),
h.229
lnYit = C + β1 lnX1it + β2 lnX2it + β3 lnX3it + β4 lnX4it + eit
42
C = Konstanta
X1 = Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
X2 = Non Performing Financing
X3 = Capital Adequeacy Ratio
X4 = Inflasi
e = Variabel pengganggu atau faktor-faktor diluar variabel yang tidak dimasukan
sebagai variabel model di atas (kesalahan residual)
Penggunaan data panel pada penelitian memiliki beberapa keunggulan.
Keunggulan data panel menurut Baltagi dalam Gujarati (2012) antara lain:
1. Dapat mengontrol heterogenitas individu dengan memberikan variabel
spesifik-subjek
2. Dengan menggabungkan antara observasi runtur waktu dan seksi silang,
data panel memberi lebih banyak informasi, lebih banyak variasi, sedikit
kolinieritas antar variabel lebih banyak degree of freedom dan lebih
efisien.
3. Dengan mempelajari observasi seksi silang berulang-ulang, data panel
paling tepat untuk mempelajari dinamika perubahan.
4. Data panel paling baik untuk mendeteksi dan mengukur dampak yang
secara sederhana tidak bisa dilihat pada dat seksi silang murni dan runtut
waktu murni. Pemodelan data panel pada dasarnya menggabungkan
pembentukan model yang dibentuk berdasarkan runtut waktu (time series)
dan berdasarkan cross section
Regresi data panel memberikan alternatif model, Pooled Least Square, Fixed
Effect dan Random Effect. Model Common Effect dan Fixed Effect menggunakan
pendekatan Ordinary Least Squared (OLS) dalam teknik estimasinya, sedangkan
Random Effect menggunakan Generalized Least Square (GLS).
Metode Generalized Least Square adalah OLS pada variabel yang telah
ditransformasikan yang memenuhi asumsi-asumsi standar kuadrat sederhana
43
terkecil. Jadi, yang kemudian didapatkan oleh karena itu disebut sebagai estimator
GLS dan estimator tersebutlah yang BLUE. 53
Keuntungan penting dari data panel dibandingkan dengan time series atau
data cross-sectional adalah bahwa hal itu memungkinkan identifikasi paramater
tertentu atau pertanyaan, tanpa perlu untuk membuat asumsi yang membatasi atau
asumsi klasik. 54
1. Estimasi Model Data Panel
Analisis data panel diketahui memiliki tiga pendekatan, yaitu : 1) pendekatan
OLS biasa (Pooles Least Square), 2) pendekatan efek tetap (Fixed Effect Model),
dan 3) pendekatan efek acak (Random Effect Model).
a. Pendekatan Pooled Least Square (PLS)
Teknik yang digunakan dalam metode Common Effect hanya dengan
mengkombinasikan datatime series dan cross section. Dengan
hanya menggabungkan kedua jenis data tersebut maka dapat digunakan
metode OLS untuk mengestimasi model data panel.
b. Pendekatan Fixed Effect Model (FEM)
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Fixed
Effect. Metode dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap
adanya perbedaan intersep. Metode ini mengasumsikan bahwa koefisien
regresi (slope) tetap antar perusahaan dan antar waktu, namun intersepnya
berbeda antar perusahaan namun sama antar waktu (time invariant). Namun
metode ini membawa kelemahan yaitu berkurangnya derajat kebebasan
(degree of freedom) yang pada akhirnya mengurangi efisiensi parameter.
c. Pendekatan Random Effect Model (REM)
Tenik yang digunakan dalam Metode Random Effect adalah dengan
menambahkan variabel gangguan (error terms) yang mungkin saja akan
muncul pada hubungan antar waktu dan antar provinsi. Teknik metode OLS
tidak dapat digunakan untuk mendapatkan estimator yang efisien, sehingga
lebih tepat untuk menggunakan Metode Generalized Least Square(GLS).
53
Gujarati Damodar N., dan Dawn , Dasar-dasar Ekonometrika, Edisi Lima (Jakarta , 2012) 54
Verbeek,M.N, 2004, A Guide to Modern Econometric (2nd ed).Jhon Wiley & Sons Ltd,
The Atrium, Southern Gate, Chichester, West Sussex P019 8S, England
44
2. Pemilihan Model Data Panel
Dari ketiga teknik diatas kita harus memilih teknik terbaik yang digunakan
untuk data. Cara memilih salah satu dari tiga teknik yang ada sebagai berikut:
a. Uji Chow
Uji ini dilakukan untuk mengetahui model Pooled Least Square (PLS)
atau FEM yang akan digunakan dalam estimasi. Relatif terhadap Fixed
Effect Model, Pooled Least Square adalah restricted model dimana ia
menerapkan intercept yang sama untuk seluruh individu. Padahal asumsi
bahwa setiap unit cross section memiliki perilaku yang sama cenderung
tidak realistis mengingat dimungkinkan saja setiap unit tersebut memiliki
perilaku yang berbeda. Untuk mengujinya dapat digunakan restricted F-
test, dengan hipotesis sebagai berikut.
H0 :Model Pooled Least Square (PLS
H1 : Model Fixed Effects
Kriteria pengambilan keputusan: Tolak H0 jika P-value ≤ α. Artinya
model panel yang baik untuk digunakan adalah Fixed Effect Model, dan
sebaliknya jika H0 diterima, berarti model PLS yang dipakai dan
dianalisis. Namun jika H0 ditolak, maka model FEM harus diuji kembali
untuk memilih apakah akan memakai model FEM atau REM.
b. Uji Hausman
Untuk memilih model mana yang lebih cocok antara Fixed Effects
ataukah Random Effects, dapat digunakan Uji Hausman (Hausman Test)
dengan hipotesis:
H0 : model Random Effects lebih baik daripada Fixed Effects
H1 : model Fixed Effects lebih baik daripada Random Effects
Kriteria pengambilan keputusan: Tolak H0 jika P-value ≤ α. Artinya
model panel yang baik untuk digunakan adalah Fixed Effect Model, dan
sebaliknya jika H0 diterima, berarti model Random Effect Model yang
dipakai dan dianalisis. Namun jika H0 ditolak, maka model REM harus
diuji kembali untuk memilih apakah akan memakai model REM atau PLS.
c. Uji Lagrange Multiplier
45
Untuk memilih model mana yang lebih cocok antara Random Effect
Model dengan Pooled Least Square, dapat digunakan Uji Lagrange
Multiplier dengan hipotesis.
H0 : Model Pooled Least Square
H1 : Random Effect Model
Uji Breusch Pagan ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat efek
cross section/time (atau keduanya) di dalam panel data (Rosadi,
2012:275). Kriteria pengambilan keputusan yakni jika nilai probabilitas
Breush-Pagan lebih kecil dari α maka tolak H0 yang berarti model yang
terbaik digunakan yaitu Random Effect Model. Namun jika terima H0
maka model yang tepat untuk penelitian ini adalah Pooled Least Square.
Setelah model penelitian di estimasi maka akan diperoleh nilai dan
besaran dari masing-masing parameter dalam model persamaan diatas.
Nilai parameter parameter posistif atau negatif selanjutnya akan digunakan
untuk menguji hipotesis penelitian.
3. Uji Hipotesis
Uji Hipotesis ini digunakan untuk memeriksa atau menguji apakah
koefisien regresi yang didapat signifikan (berbeda nyata). Maksudnya dari
signifikan ini adalah suatu nilai koefisien regresi yang secara statistik tidak
sama dengan nol. Jika koefisien slope sama dengan nol, berarti dapat
dikatakan bahwa tidak cukup bukti untuk menyatakan variabel bebas
mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Ada dua jenis uji hipotesis
terhadap koefisien regresi yang dapat dilakukan antara lain:
a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji t-statistic dilakukan untuk mengetahui pengaruh signifikansi setiap
variable independen terhadap variable dependen. Uji t dilakukan dengan
membandingkan t hitung terhadap t tabel dengan ketentuan sebagai berikut:
H0 : β = 0, berarti tidak ada pengaruh positif dari masing-masing variabel
indpenden terhadap variabel dependen secara parsial (individu).
H0 : β > 0, berarti ada pengaruh positif dari masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial (individu).
46
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf signifikansi
5% (α = 0,05) dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
1) Jika t hitung > t tabel maka H diterima dan H0 ditolak berarti ada pengaruh
yang signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen secara parsial (individu).
2) Jika t hitung < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak berarti tidak ada
pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen secara parsial (individu).
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen secara bersama-sama (simultan) dapat berpengaruh terhadap
variabel dependen. Metode yang digunakan dengan membandingkan nilai F
hitung dengan F tabel dengan ketentuan sebagai berikut:
H0 : β = 0, berarti tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen
terhadap variabel dependen secara simultan (bersama-sama).
H0 : β = 0, berarti ada hubungan yang signifikan dari variabel indpenden
terhadap variabel dependen secara simultan (bersama-sama)
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf signifikansi
5% (α = 0,05) dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
1) Jika F hitung > F tabel maka H1 diterima dan H0 ditolak berarti ada
variabe independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen.
2) Jika F hitung < F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak berarti variabel
independen secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen.
c. Koefisien Determinasi R2
Uji koefisien determinasi digunakan untuk menjelaskan seberapa besar
proporsi variasi variable dependen dapat dijelaskan oleh variable independen.
Nilai koefisien determinasi (Adjusted R2) berkisar diantara nol dan satu (0
<Adj. R2 < 1). Nilai R
2 yang kecil atau mendekati nol artinya kemampuan
variable independen dalam menjelaskan variable dependen sangat terbatas.
47
Nilai Adjusted R2
yang besar atau mendekati satu artinya variable
independen mampu memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
dalam menjelaskan perubahan variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi akan cenderung semakin besar bila jumlah
variabel bebas dan jumlah data yang diobservasi semakin banyak. Oleh
karena itu, maka digunakan ukuran adjusted R2,
untuk menghilangkan bisa
akibat adanya penambahan jumlah variabel bebas dan jumlah data yang
diobservasi.
48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian Sejarah perkembangan bank syariah di Indonesia diilhami
perkembangan bank syariah atau bank Islam di luar negeri yang diawali
dengan berdirinya Bank Mit Ghamr pada 1963 di Mesir. Bank tersebut tidak
berumur panjang dan terpaksa ditutup pada 1967 karena alasan politik.
Namun demikian, semangatnya melahirkan Nasser Social Bank pada 1972 di
Mesir yang lebih berorientasi sosial daripada komersial. Selanjutnya, muncul
Dubai Islamic Bank pada 1975 di Dubai; Islamic Development Bank pada
1975 di Jeddah, Saudi Arabia; Faysal Islamic Bank pada 1977 di Mesir dan
Sudan; Kuwait Finance House pada 1997 di Kuwait; dan Bank Islam
Malaysian Berhad (BIMB) pada 1983 di Malaysia.
Pendirian bank syariah di Indonesia berawal dari lokakarya “Bunga Bank
dan Perbankan” pada 18-20 Agustus 1990, yang kemudian dilanjutkan
dengan Musyawarah Nasional (MUNAS) IV Majelis Ulama Indonesia (MUI)
di Hotel Sahid, Jakarta pada 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan hasil MUNAS
tersebut, MUI membentuk Tim Steering Committee yang diketuai Dr. Ir.
Amin Aziz, yang bertugas mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan
dengan berdirinya bank syariah di Indonesia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen
yaitu Return On Asset (ROA) dan variabel independen yaitu Biaya Operational
dan Pendapatan Operational (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Finance (NPF). Dan Inflasi. Objek penelitian ini adalah 5 Bank
syariah yang telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan seperti yang telah
dijabarkan pada bab sebelumnya
48
49
Tabel 4.1 Objek Penelitian
Bank Syariah Mandiri
Bank Negara Indonesia Syariah
Bank Rakyat Indonesia Syariah
Bank Mega Syariah
Bank Muamalat Indonesia
.
Berikut merupakan analisis statistik deskriptif dari masing-masing
variabel penelitian:
Grafik 4.1 BOPO
Pada Grafik periode 2014-2015 di 5 bank yang diteliti menunjukan
bahwa Bank Mega Syariah pada tahun 2015 mencapai angka 99,51%
paling tinggi diantara 4 bank lainnya, yang menunjukan bahwa Bank
Mega Syariah sedang dalam kondisi terburuknya, karena melebihi angka
90% yang ditetapkan oleh BI. Sedangkan yang terendah pada angka
80,21% pada BNIS kondisi ini sangat baik karena dibawah 90%.
0
20
40
60
80
100
120
BSM BNIS BRIS BMS BMI
2014IV
2015IV
2016IV
2017IV
50
Grafik 4.2 CAR
Dalam grafik ini CAR pada pediode tersebut di 5 bank yang
penulis teliti mengalami kenaikan yang signifikan pada tahun 2016 pada
Bank Mega Syariah, mencapai angka 23,53% berarti Bank tersebut
hmengeluarkan Harta yang tersimpan untuk pembiayaan, supaya tidak
mengalami (Idle Fund) , angka terkecil CAR yaitu di tahun 2015 pada
BMI 12%.
0
5
10
15
20
25
BSM BNIS BRIS BMS BMI
2014IV
2015IV
2016IV
2017IV
51
Grafik 4.3 NPF
Grafik NPF periode tersebut pada 5 Bank yang diteliti terlihat
bahwa NPF atau pembiayaan bermasalah tidak mencapai angka 5%, bisa
dikatakan bahwa 5 bank ini dalam kondisi aman, tapi ada bank yang
hampir mencapai angka 5%, yaitu 4,76% pada Bank Muamalat Indonesia
di periode 2014, Bank Muamalat Indonesia ini harus segera memperbaiki
pembiayaan yang bermasalah, agar bank tersebut kembali ke kondisi baik.
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
BSM BNIS BRIS BMS BMI
2014IV
2015IV
2016IV
2017IV
52
Grafik 4.4 ROA
ROA ( Return On Asset) pada periode ini mengalami perubahan yang
signifikan, pada 5 bank yang diteliti, pada tahun 2016 Bank Mega Syiariah ROA
menyentuh angka 2,63% itu hasil yang memuaskan karena lebih besar dibanding
yang lain, bahkan BRIS pada tahu 2014 mendapatkan ROA sebesar 0,08% itu
angka yang kecil.
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
BSM BNIS BRIS BMS BMI
2014IV
2015IV
2016IV
2017IV
53
Tabel 4.2 BOPO,NPF,CAR, dan Inflasi tahun 2014-2017
BOPO NPF CAR INFLASI
Observations 80 80 80 80
Minimum 80.21 1.04 11.03 3.02
Maximum 110.53 11.46 25.76 7.43
Mean 93.04525 3.081875 15.92888 5.00875
Std. Dev 5.291766 1.427754 3.373669 1.566265
Cross Section 5 5 5 5
Sumber : Hasil Olah Data dengan Excel
Pada data diatas menunjukkan bahwa jumlah sampel (N) adalah 80. Dari 80
sampel data nilai minimum BOPO 80.21 yang berada pada Bank Negeri
Indonesia Syariah (BNIS) di Tahun 2017 triwulan ke empat, sementara milai
maksimum BOPO sebesar 110.53 terdapat pada Bank mega Syariah di tahun 2015
triwulan ke satu. Sedangkan nulai rata-rata (mean) sebesar 93.04525 dengan
standard deviasi 5.291766, standar deviasi yang lebih kecil dari mean
menunjukkan sebaran data yang kecil atau tidak adanya kesenjangan yang cukup
besar dari rasio BOPO terendah dan tertinggi. Jika dilihat dari nilai rata-ratanya
memiliki arti bahwa secara rata-rata dalam setiap 100% pendapatan operational
sebesar 93.04525 (93%). Hal ini dapat dikatakan bahwa bank tersebut dalam
keadaan buruk, karena rata-ratanya masih berada di atas standar yang ditetapkan
BI (90%).
Pada NPF minimum sebesar 1.04 yang berada pada Bank Negeri Indonesia
Syariah (BNIS) di Tahun 2014 triwulan ke dua, sementara milai maksimum NPF
sebesar 4.76 terdapat pada Bank Muamalat Indonesia di tahun 2014 triwulan ke
empat. Sedangkan nilai rata-rata (mean) sebesar 2.956875 dengan standard deviasi
1.427754, standar deviasi yang lebih kecil dari mean menunjukkan sebaran data
yang kecil atau tidak adanya kesenjang m,an yang cukup besar dari rasio NPF
terendah dan tertinggi. Dapat dilihat juga bahwa nilai rata-rata NPF berada di
bawah batas maksimum (5%). Hal ini menunjukkan bahwa bank umum syariah
54
memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola pembiayaannya, sehingga
jumlah pembiayaan bermasalah relatif kecil.
Pada CAR minimum sebesar 11.03 yang berada pada Bank Rakyat
Indonesia Syariah (BRIS) di tahun 2015 triwulan ke dua, sementara nilai
maksimum CAR sebesar 25.76 terdapat pada Bank Mega Syariah (BMS) di tahun
2017 triwulan pertama, sementara nilai maksimum CAR sebesar 11.03 terdapat
pada Bank Rakyat Indonesia (BRIS) di tahun 2015 triwulan ke dua. Sedangkan
nilai rata-rata (mean) sebesar 15.92888 dengan stadar deviasi 3.373669, standar
deviasi yang lebih kecil dari mean menunjukkan sebaran data yang kecil atau
tidak adanya kesenjangan yang cukup besar dari rasio CAR terendah dan
tertinggi. Dapat dilihat juga bahwa nilai rata-rata CAR berada di atas standar
minimum yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (8%). Hal ini menunjukkan bahwa
bank umum syariah di Indonesia memiliki kemampuan untuk menutupi
penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian baik yang disebabkan
oleh aktiva yang berisiko.
Pada tingkat Inflasi nilai minimum sebesar 3.02 pada semua bank syariah di
tahun 2016 triwulan ketiga, sementara nilai maksimum sebesar 7.43 pada semua
bank syariah di tahun 2014 triwulan pertama . Inflasi mencerminkan kenaikan
harga barang dan jasa dalam perekonomian pada periode waktu tertentu.
55
Grafik 4.5 Tingkat Inflasi pada triwulan tahun 2014-2017
Sumber: Bank Indonesia data diolah
Dalam grafik ini bisa dilihat bahwa rasio inflasi megalami fluktuatif yang
artinya naik turun, terutama pada tahun 2014 dan 2015 mencapai angka tertinggi
7,43% yang itu melebihi angka 5 % mengakibatkan harga barang dan kebutuhan
hidup meningkat,dan pad a tahun itu juga melonjaknya harga Bahan Bakar
Minyak (BBM) yang berdampak meningkatnya harga komuditi juga meningkat
dan mempengaruhi sektor perbankan syariah di Indonesia.
B. Penemuan dan Pembahasan
1. Analisis Model ROA dengan variabel bebas BOPO, CAR, NPF dan Inflasi
e. Uji Chow
Untuk mengetahui model panel yang akan digunakan, maka digunakan, maka
digunakan uji F-Restricted dengan cara melihat nilai Probabilitas (P-Value) F-
Statistik lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5%. Sebelum melihat nilai
probabilitas (P-Value) F-Statistik lebih keci dari tingkat signifikansi α = 5 %
terlebih dahulu dibuat hipotesisnya. Adapun hipotesis adalah sebagai berikut:
H0 : Model PLS
H1 : Model Fixed Effect
0
1
2
3
4
5
6
7
8
inflasi
56
Dari hasil berdasarkan metode Fixed Effect Model (FEM) dan Pooled
Least Square (PLS) diperoleh nilai probabilitas F-statistik yakni sebagai berikut:
Tabel 4.2 Uji Chow
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 7.531518 (4,71) 0.0000
Cross-section Chi-square 28.295049 4 0.0000
Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan E-views 9.0
Berdasarkan tabel diatas dapat diperloeh F-statistika adalah 7,531518
dengan d.f (4,71) dan nilai probabilitas F-statistik sebesar 0.0000, yang berarti
bahwa nilai probabilitas F-Statistik lebih kecil dari tingkat signifikansi α 5%
(0,0000 < 0.05). Maka H0 ditolak, sehingga model panel yang digunakan adalah
Fixed Effect Model.
f. Uji Hausman
Untuk mengetahui model panel yang akan digunakan, maka digunakan Uji
Hausman, pengujian ini untuk menentukan model paling tepat digunakan diantara
FEM dengan REM. Uji Hausman memberikan penilaian dengan menggunakan
Chi-Square Statictic sehingga keputusan pemilihan model dapat ditentukan
dengan tepat. Sebelum membandingkan Chi-Square Statistic dan Chi-square table
terlebih dahulu dibuat hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H0 : Model Random Effect
H1 : Model Fixed Effect
Dari hasil berdasarkan metode Random Effect Model (REM) dan Model
Fixed Effect diperoleh nilai sebagai berikut
57
Tabel 4.3 Uji Hausman
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 0.000000 4 1.0000
Sumber: Hasil Pengolahan Data Dengan E-views 9
Berdasarkan hasil Uji Hausman pada tabel 4.6 diatas, didapatkan
ChiSquare Statistic sebesar 0,0000 dengan probabilitas 1,0000 dan d.f 4.
Dikarenakan Chi-hitung lebih kecil dari pada Chi-tabel (0,0000 < 98,484) dan
nilai probabilitas Chi-Square statistik lebih besar dari nilai α 5% (0,2948 > 0.05)
maka gagal tolak H0. Dapat disimpulkan bahwa model yang dapat digunakan
untuk model penelitian adalah Random Effect Model (REM). Sehingga perlu
dilakukan pengujian selanjutnya dengan Uji Lagrange Multiplier.
g. Uji Lagrange Multiplier
Berdasarkan hasil dari Uji Chow dan Uji Hausman yang berbeda maka
perlu dilakukan pengujian ketiga yaitu Uji Lagrange Multiplier untuk mengetahui
metode panel yang terbaik dalam penelitian ini Maka dilihat berdasarkan nilai
Breusch Pagan. Sebelum melihat nilai probabilitas Breusch Pagan lebih kecil dari
tingkat signifikansi α = 5%, terlebih dahulu dibuat hipotesisnya. Adapun
hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H0 : Model PLS
H1 : Random Effect Model
Dari hasil berdasarkan metode Pooled Least Square (PLS) dan Random
Effect Model diperoleh nilai probabiltas Breusch Pagan sebagai berikut: Tabel
Uji Lagrange Multiplier.
58
Tabel 4.4 Uji Lagrange Multiplier
Cross-section Time Both
Breusch-Pagan 16.77442 7.285649 24.06007
(0.0000) (0.0070) (0.0000)
Sumber: Hasil Pengolahan Data Dengan E-views 9
Berdasarkan tabel Dapat dilihat nilai probabilitas Breusch Pagan lebih
kecil dari tingkat signifikan (0.000 < 0.05) maka dapat disimpulkan model yang
dapat digunakan untuk model penelitian adalah Random Effect Model.
h. Model Random Effect Model (REM)
Model data panel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan model Random Effect Model (REM) dapat di jelaskan melalui
persamaan sebagai berikut:
Tabel 4.5 Uji Random Effect Model
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 40.11713 7.030412 5.706228 0.0000
BOPO -9.620804 1.450401 -6.633204 0.0000
CAR 0.951131 0.458301 2.075340 0.0414
NPF 0.265563 0.193829 1.370092 0.1747
INFLASI 0.024321 0.042841 0.567706 0.5719
Sumber: Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 9.0
ROA = 40.11713 – 9.620804 X1 + 0.951131 X2 + 0.265563 X3 +
0.024321 X4
Dari persamaan diatas maka, dapat di informasikan :
1. Nilai Konstan sebesar 40.11713 artinya jika variabel BOPO, NPF,
CAR dan Inflasi nol ROA bertambah sebesar 40.11713 persen.
59
2. Koefisien BOPO sebesar 9.620804 yang berarti setiap kenaikan
satu persen BOPO maka akan menurunkan ROA sebesar 9.620804
persen dengan asumsi factor-faktor lain dianggap tetap.
3. Koefisien CAR sebesar 0.951131 yang berarti setiap kenaikan satu
persen CAR maka akan menaikan ROA sebesar 0.951131 persen
dengan asumsi factor-faktor lain dianggap tetap.
4. Koefisien NPF sebesar 0.265563 yang berarti setiap kenaikan satu
persen NPF maka akan menaikan ROA sebesar 0.265563 persen
dengan asumsi factor-faktor lain dianggap tetap.
5. Koefisien Inflasi sebesar 0.024321 yang berarti setiap kenaikan
satu persen Inflasi maka akan menaikan ROA sebesar 0.024321
persen dengan asumsi factor-faktor lain dianggap tetap.
Tabel 4.6 Hasil Penelitian
Variable Coefficient Ind. Effect Prob.
C 40.11713 0.0000
BOPO -9.620804 0.0000
CAR 0.951131 0.0414
NPF 0.265563 0.1747
INFLASI 0.024321 0.5719
Random Effect Cross
BSM 0.051708 40.168838
BNIS 0.249774 40.366904
BRIS -0.192661 39.924469
BMS 0.456792 40.573922
BMI -0.565613 39.551517
Sumber: Hasil Pengolahan data dengan E-views 9.0
60
1) Bank Syariah Mandiri
Diketahui nilai konstanta Bank Syariah Mandiri sebesar 40.168838
Artinya ketika variabel BOPO, NPF, CAR dan Inflasi dianggap konstan.
Maka nilai ROA di Bank Syariah Mandiri sebesar 40.168838 persen.
2) Bank Negara Indonesia Syariah
Diketahui nilai konstanta Bank Negara Indonesia Syariah sebesar
40.366904. Artinya ketika variabel BOPO, NPF, CAR dan Inflasi
dianggap konstan. Maka nilai ROA di Bank Negara Indonesia Syariah
sebesar 40.366904 persen.
3) Bank Rakyat Indonesia Syariah
Diketahui nilai konstanta Bank Rakyat Indonesia Syariah sebesar
39.924469. Artinya ketika variabel BOPO, NPF, CAR dan Inflasi
dianggap konstan. Maka nilai ROA di Ban k Rakyat Indonesia
Syariahsebesar 39.924469 persen.
4) Bank Mega Syariah
Diketahui nilai konstanta Bank Mega Syariah sebesar 40.573922. Artinya
ketika variabel BOPO, NPF, CAR dan Inflasi dianggap konstan. Maka
nilai ROA di Bank Mega Syariah sebesar 40.573922 persen.
5) Bank Muamalat Indonesia
Diketahui nilai konstanta Bank Muamalat Indonesia sebesar 39.551517.
Artinya ketika variabel BOPO, NPF, CAR dan Inflasi dianggap konstan.
Maka nilai ROA di Bank Muamalat Indonesia sebesar 39.551517 persen.
i. Uji-t dan Interpretasi Hasil Analisis
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah variabel independen BOPO
(X1), CAR (X2), NPF (X3), dan Inflasi (X4) berpengaruh secara parsial terhadap
variabel dependennya ROA yaitu dengan membandingkan masing-masing nilai t-
statistik dari regresi dengan t-tabel dalam menolak atau menerima hipotesis.
61
Tabel 4.7 Uji Parsial (Uji-t)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 40.11713 7.030412 5.706228 0.0000
BOPO -9.620804 1.450401 -6.633204 0.0000
CAR 0.951131 0.458301 2.075340 0.0414
NPF 0.265563 0.193829 1.370092 0.1747
INFLASI 0.024321 0.042841 0.567706 0.5719
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan E-views 9.0
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa BOPO dan CAR secara
masing-masing mempengaruhi ROA. Sedangkan variabel NPF dan Inflasi tidak
memiliki pengaruh partial. Berdasarkan tabel 4.7 dapat juga digunakan untuk
membuktikan hipotesis penelitian yang telah disusun. Adapun hipotesis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh BOPO secara parsial terhadap ROA
pada tahun 2014-2017
H1 : Diduga terdapat pengaruh BOPO secara parsial terhadap ROA pada
tahun 2014-2017
2) H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh CAR secara parsial terhadap ROA
pada tahun 2014-2017
H1 : Diduga terdapat pengaruh CAR secara parsial terhadap ROA pada
tahun 2014-2017
3) H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh NPF secara parsial terhadap ROA
pada tahun 2014-2017
H1 : Diduga terdapat pengaruh NPF secara parsial terhadap ROA pada
tahun 2014-2017
4) H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh Inflasi secara parsial terhadap ROA
pada tahun 2014-2017
H1 : Diduga terdapat pengaruh Inflasi secara parsial terhadap ROA pada
tahun 2014-2017
62
Berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh tersebut, maka pembuktian dari
hipotesis yang telah dipaparkan sebagai berikut:
1) Nilai t parsial variabel BOPO terhadap ROA = -6.633204 dengan p value
0.0000. Karena 0.0000 < 0.05 yang berarti H1 diterima dan tolak H0.
Maka variabel BOPO signifikan dalam mempengaruhi variabel terikat
ROA di dalam model.
2) Nilai t parsial variabel CAR terhadap ROA = 2.075340 dengan p value
0.0414. Karena 0.0414 < 0.05 yang berarti H1 diterima dan tolak H0.
Maka variabel CAR signifikan dalam mempengaruhi variabel terikat ROA
di dalam model.
3) Nilai t parsial variabel NPF terhadap ROA = 1.370092 dengan p value
0.1747. Karena 0.1747 > 0.05 yang berarti H1 ditolak dan terima H0.
Maka variabel NPF tidak signifikan dalam mempengaruhi variabel terikat
ROA di dalam model.
4) Nilai t parsial variabel Inflasi terhadap ROA = 0.567706 dengan p value
0.567706. Karena 0.567706 > 0.05 yang berarti H1 ditolak dan terima H0.
Maka variabel Inflasi tidak signifikan dalam mempengaruhi variabel
terikat ROA di dalam model.
j. Uji F dan Interpretasi Hasil Analisis
Untuk menguji apakah variabel independen berpengaruh bersama-sama
terhadap variabel dependennya, maka digunakan uji F dengan cara
membandingkan F-statistik dengan F-tabel.
Tabel 4.8 Uji Simultan (Uji f)
F-statistic 15.86302
Prob (F-statistic) 0.000000
Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9.0
Berdasarkan tabel 4.8 diatas, hasil regresi data panel menggunakan
Random Effect Model diperoleh nilai F-Statistik sebesar 15.86302 dengan
probabilitas sebesar 0.00000, pada tingkat keyakinan α = 5%, k = 4, n = 80,
63
sehingga diperoleh F-tabel dengan nilai df yaitu (2.49). Maka terlihat bahwa F-
statistik > F-tabel (15.86302 > 2.49), maka H0 ditolak, artinya bahwa variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap ROA.
k. Uji Koefisien Determinasi (R2) dan Interpretasi Hasil Analisis
Tabel 4.9 Uji Koefisien Determinasi (R2 )
R-Squared 0.558296
Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9.0
Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan koefisien determinasi sebesar 0.558296
atau 55.82%. Hal ini terlihat bahwa 55.82% ROA di lima Bank Syariah dapat
dijelaskan oleh BOPO, CAR, NPF dan Inflasi. Sedangkan sisanya (100% -
55.82% = 44.18%) ROA dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini BOPO CAR NPF dan Infasi.
2. Analisis Ekonomi Return On Asset dengan variabel bebas BOPO, CAR,
NPF dan Inflasi.
a. BOPO terhadap ROA
Berdasarkan penelitian bahwa BOPO memiliki hubungan negatif dan
signifikan terhadap ROA artinya ketika BOPO mengalami kenaikan maka ROA
mengalami penurunan begitupun sebaliknya. Hal ini sesuai dengan konsep dan
logika operasi bank dan teori efisiensi (Kast and Rosenzweig) yang menyatakan
bahwa efisiensi bank bisa dicapai dengan beberapa cara, antara lain : dengan
meningkatkan pendapatan operasional dan memperkecil biaya operasional, atau
dengan biaya opersional yang sama dapat meningkatkan pendapatan operasional
sehingga pada akhirnya akan meningkatkan laba operasional bank dan ROA.
b. CAR terhadap ROA
Berdasarkan penelitian bahwa CAR memiliki hubungan positif dan
signifikan terhadap ROA artinya ketika CAR mengalami kenaikan maka akan
meningkatkan ROA begitupun sebaliknya. Nilai CAR yang terlalu tinggi bisa
mengakibatkan dana yang menganggur (idle fund) sehingga kesempatan bank
64
dalam memperoleh laba akan menurun, yang berakibat pada menurunnya
profatibilitas bank. Dengan demikian maka CAR mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap ROA. Hipotesis menunjukkan kebenaran terhadap factual dari
Bank BJB dimungkinkan dengan meningkatnya kualitas dari CAR akan menjadi
pengaruh terhadap meningkatnya laba yang ditunjukan oleh ROA, hal ini sangat
menunjang untuk kelangsungan dari kegiatan usaha semakin berkecukupan atas
modal maka kecendrungan peningkatan atas laba yang dihasilkan atas asset akan
meningkatkan pula. Sehingga perlu dipertahankan kondisi ini oleh pihak Bank,
ataupun lebih di tingkatkan kembali CAR nya, karena semakin CAR meningkat
secara otomatis menimbulkan kepercayaan bagi masyarakat atas Bank BJB. 55
c. NPF terhadap ROA
Berdasarkan penelitian bahwa NPF memiliki hubungan positif namun tidak
signifikan terhadap ROA artinya pada penelitian ketika NPF naik maka akan
meningkatkan ROA begitupun sebaliknya. NPF tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap ROA dikarenakan oleh pembiayaan murabahah merupakan
pembiayaan yang paling banyak digunakan sedangkan pembiayaan non lancer
lebih banyak terjadi pada pembiayaan modal kerja yang menggunakan akad
mudharabah.56
d. Inflasi terhadap ROA
Berdasarkan penelitian ini bahwa Inflasi memiliki hubungan positif namun
tidak signifikan terhadap ROA artinya pada penelitian ini Inflasi tidak memiliki
pengaruh terhadap ROA dikarenakan rata-rata tingkat inflasi selama periode
penelitian sebesar 5 %, dimana pasar bisa menerima tingkat inflasi dibawah angka
10%.57
Inflasi yang terjadi pada periode 2014-2017 cenderung stabil membuat
perencanaan keuangan masyarakat lebih baik, daya beli terjangkau, biaya hidup
55
Edwar Yokeu Bernadin, Pengaruh CAR dan LDR terhadap ROA (2016, Ecodomica) 56
Linda dan Dina, Pengaruh CAR,NPF,FDR dan OER terhadap ROA pada BPRS di
Indonesia (2015, Universitas Airlangga) 57
Arif Bintang Fatoni, Pengaruh Inflasi Suku Bunga dan BOPO terhadap ROA Perbankan
(2017,Surakarta)
65
terpenuhi, investasi lebih lancer karena penanaman modal tidak bersifat spekulatif
serta kredit tidak mengalami kemacetan.
Secara keseluruhan variabel BOPO, CAR, NPF dan Inflasi memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji
F-Statistik yang memiliki hasil signifikan terhadap ROA. Selain itu jika dilihat
dari nilai R2
sebesar 55.82 % ROA dipengaruhi oleh BOPO, CAR, NPF dan
Inflasi.
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
BOPO, CAR, NPF dan Inflasi memiliki peran dalam peningkatan ROA di bank
syariah pada tahun 2014-2017. Sehingga perlu diadakan kebijakan khusus terkait
penelitian ini.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dibahas sebelumnya,
penulis memperoleh kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai
Pengaruh Faktor Internal dan Inflasi terhadap Return On Asset Pada Bank
Syari’ah Periode 2014-2017, adalah sebagai berikut:
1. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) yang diukur
dengan rasio dari 5 Bank Syariah memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap Return On Asset (ROA) dengan tingkat kepercayaan 95%. Artinya
semakin tinggi BOPO maka akan menurunkan ROA.
2. Capital Adequacy Ratio (CAR) yang diukur dengan rasio dari 5 Bank
Syariah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Asset
(ROA) dengan tingkat kepercayaan 95%. Artinya semakin tinggi CAR
maka akan meningkatkan ROA.
3. Net Performing Financing (NPF) yang diukur dengan rasio dari 5 Bank
Syariah memiliki pengaruh namun tidak signifikan terhadap Return On
Asset (ROA) dengan tingkat kepercayaan 95%. Artinya variabel NPF tidak
memiliki pengaruh terhadap ROA. Hal tersebut dikarenakan peningkatan
jumlah pinjaman bermasalah pada bank syariah tidak selalu diikuti dengan
peningkatan laba sebelum pajak. Sehingga dapat disimpulkan NPF tidak
berpengaruh signifikan terhadap ROA.58
4. Inflasi yang diukur memiliki pengaruh namun tidak signifikan terhadap
Return On Asset (ROA) dengan tingkat kepercayaan 95%. Artinya inflasi
tidak memiliki pengaruh terhadap ROA. Hal tersebut dikarenakan rata-rata
tingkat inflasi selama periode penelitian sebesar 5,1%, dimana pasar bisa
menerima tingkat inflasi di bawah angka 10%. Inflasi yang terjadi pada
periode 2014-2017 yang cenderung stabil membuat perencanaan kuangan
58
Muhammad Yusuf Wibisono”Pengaruh CAR,NPF,BOPO terhadap ROA yang dimediasi
oleh NOM”Jurnal Vol 17 No.12017.Universitas Sebelas Maret.,Hal.,16
67
masyarakat lebih baik, daya beli terjangkau, kebutuhan hidup terpenuhi,
investasi lebih lancar karena penanaman modal tidak bersifat spekulatif
serta kredit tidak mengalami kemacetan.59
5. Secara simultan variabel BOPO, CAR, NPF dan Inflasi memiliki pengaruh
terhadap ROA. Jika dilihat dari nilai R2
55,82% maka artinya variabel
BOPO, ROA, NPF dan Inflasi memiliki pengaruh sebesar 55,82% terhadap
ROA. Sehingga 45,18% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk
dalam penelitian ini.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan diatas, maka diajukan beberapa saran
yaitu :
1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk menambahkan jumlah variabel
ataupun jumlah data runtun waktu yang akan diteliti sehingga akan
mendapatkan hasil yang lebih terpercaya atau akurat. Serta diharapkan
dalam pengambilan data lebih baik menggunakan data tiap Bank Syariah
2. Bagi Praktisi Bank Syariah harus menekan biaya operational agar tidak
terlalu besar, pada laporan keuangan BOPO tahun 2014, 2015, 2016 dan
2017 rata-rata di atas 90% hal ini bisa berdampak pada tingkat kesehatan
bank, jika rasio BOPO tinggi maka kinerja perbankan dapat di katagorikan
tidak efisien.
59
Arif Bintang Fathoni”Pengaruh Inflasi,Suku Bunga dan BOPO terhadap ROA Perbankan”,
Skripsi Universitas Muhamadiyah Surakarta,2017.,hal.14
68
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Anlisis Fikih dan keuangan, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2010.
Ahmad Tabrizi, “Analisis Pengaruh Variabel Makro terhadap Non Performing
Financing Bank Umum Syariah di Indonesia Perode Tahun 2005-2013”.
Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2014
Dendawijaya, Lukman. Manajemen Perbankan, Jakarta: Penerbit Ghalia
Indonesia, 2005
Edwar Yokeu Bernadin, “Pengaruh CAR dan LDR terhadap ROA”. Ecodemica.
Vol.IV, No. 2 September 2016. h. 9. Febrina Dwijayanthi dan Prima Naomi,
“Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar Mata Uang terhadap
Profitabilitas Bank Periode 2003-2007”. Jurnal Karisma, Vol. 3 No. 2 2009.
h . 89.
Fernando Africano, “Pengaruh NPF terhadap CAR serta Dampaknya terhadap
Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia” Jurnal Ilmiah STIE MDP
Vol. 6 No.1 September 2016, h. 62.
Gujarati Damodar N., dan Dawn , Dasar-dasar Ekonometrika, Edisi Lima,
Jakarta: Salemba Empat. 2012.
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syaiah: Deskripsi dan
Ilustrasi,Yogyakarta: Ekonisa. 2003.
Irman Firmansyah, “Determinant of Non Performing Loan: The Case of Islamic
Bank in Indonesia” Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Vol. 17 No.2
Oktober 2014, h. 242.
Ismail, Perbankan Syariah, Edisi Pertama, Kencana, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group. 2011.
Jurnal Fitri Zulfiah dan Jono Susilowibowo “Pengaruh Inflasi, BI Rate, Capital
Adequacy Ratio (CAR), Non Performinf Finance (NPF), Biaya Operasional
dan Pendapatan Operasional terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah
Periode 2008-2012” Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 2 No 3 Juli 2014, h. 10
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada. 2008.
Kosmidou, Kyriaki.“The Determinants of Banks’ Profit in Greece During The
Period of EU Financial Integration”. Managerial Finance, Vol. 34 No 3
2008.h 146- 159
69
Laporan Perkembangan Keuangan Syariah tahun 2013, diakses pada 27 Agustus
2018 pukul 10.12 WIB dari http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/berita-
dankegiatan/info-terkini/Pages/laporan-perkembangan-keuangan-syariah-
2013- lpks.aspx
Linda Widyaningrum dan Dina Fitrisia Septiarini “Pengaruh CAR, NPF, FDR dan
terhadap ROA pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia Periode
Januari 2009 hingga Mei 2014” JESTT Vol 2 No 12 Desember 2015.h .13.
M. Nur Rianto Al-Arif, Dasar-Dasar Ekonomi Islam. Solo: PT Era Adicitra
Intermedia, 2011.
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP
YKPN, 2005.
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani, 200
Riyadi, Slamet, Banking Assets And Liability Management. Edisi Ketiga. Jakarta:
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006.
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi, Ed. 1 Cet. 14 Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2002.
Suhardjono dan Kuncoro, Mudrajad. Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002.
Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 diakses 01
September 2018 Tim Pengemang Perbankan Syariah IBI, Konsep, Produk
dan Implementasi Operasional Bank Syariah, Jakarta: Djambatan,2001
Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah.
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Credit management handbook: teori,
konsep, prosedur, dan aplikasi: panduan praktis mahasiswa, bankir, dan
nasabah Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006. www.bi.go.id www.ojk.go.id
Veerbeek, M.N, A Guide to Modern Econometric (2nd ed). Jhon Wiley & Sons
Ltd, The Atrium, Southern Gate, Chichester, West Sussex P019 8sq,
England
http://www.bi.go.id
http://www.ojk.go.id
70
http://www.bnisyariah.co.id
http://www.syariahmandiri.co.id
http://www.megasyariah.co.id
http://www.brisyariah.co.id
http://www.bankmuamalat.co.id
http://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-2456664/ini-penyebab-
meroketnya-inflasi-2013-dari-bbm-hingga-rokok-kretek
http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Default.aspx
71
DAFTAR LAMPIRAN
1. Uji Model Panel
A. Common Effect Model
Dependent Variable: ROA
Method: Panel Least Squares
Date: 09/09/18 Time: 20:11
Sample: 1 80
Periods included: 16
Cross-sections included: 5
Total panel (balanced) observations: 80
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 40.53199 6.816855 5.945850 0.0000
BOPO -10.22763 1.464869 -6.981938 0.0000
CAR 1.795287 0.398229 4.508178 0.0000
NPF 0.139376 0.186390 0.747766 0.4569
INFLASI 0.053537 0.048785 1.097394 0.2760
R-squared 0.565119 Mean dependent var -0.469060
Adjusted R-squared 0.541925 S.D. dependent var 0.965675
S.E. of regression 0.653581 Akaike info criterion 2.047761
Sum squared resid 32.03761 Schwarz criterion 2.196638
Log likelihood -76.91044 Hannan-Quinn criter. 2.107450
F-statistic 24.36520 Durbin-Watson stat 1.152488
Prob(F-statistic) 0.000000
FE
B. Fixed Effect Model
Dependent Variable: ROA
Method: Panel Least Squares
Date: 09/09/18 Time: 20:14
Sample: 1 80
Periods included: 16
Cross-sections included: 5
Total panel (balanced) observations: 80
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 40.29683 7.279825 5.535413 0.0000
BOPO -9.546393 1.490821 -6.403448 0.0000
CAR 0.758759 0.482166 1.573646 0.1200
NPF 0.307079 0.201133 1.526746 0.1313
INFLASI 0.018061 0.043030 0.419727 0.6760
Effects Specification
72
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.694672 Mean dependent var -0.469060
Adjusted R-squared 0.660269 S.D. dependent var 0.965675
S.E. of regression 0.562858 Akaike info criterion 1.794073
Sum squared resid 22.49341 Schwarz criterion 2.062051
Log likelihood -62.76292 Hannan-Quinn criter. 1.901513
F-statistic 20.19214 Durbin-Watson stat 1.471307
Prob(F-statistic) 0.000000
C. Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 7.531518 (4,71) 0.0000
Cross-section Chi-square 28.295049 4 0.0000
D. Random Effect Model (REM)
Dependent Variable: ROA
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 09/09/18 Time: 20:08
Sample: 1 80
Periods included: 16
Cross-sections included: 5
Total panel (balanced) observations: 80
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 40.11713 7.030412 5.706228 0.0000
BOPO -9.620804 1.450401 -6.633204 0.0000
CAR 0.951131 0.458301 2.075340 0.0414
NPF 0.265563 0.193829 1.370092 0.1747
INFLASI 0.024321 0.042841 0.567706 0.5719
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 0.406530 0.3428
Idiosyncratic random 0.562858 0.6572
73
Weighted Statistics
R-squared 0.558296 Mean dependent var -0.153427
Adjusted R-squared 0.429405 S.D. dependent var 0.747903
S.E. of regression 0.564949 Sum squared resid 23.93754
F-statistic 15.86302 Durbin-Watson stat 1.399478
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.521666 Mean dependent var -0.469060
Sum squared resid 35.23878 Durbin-Watson stat 0.950659
E. Uji Hausmen
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 0.000000 4 1.0000
F. Uji Lagrange Multiplier
Lagrange Multiplier Tests for Random Effects
Null hypotheses: No effects
Alternative hypotheses: Two-sided (Breusch-Pagan) and one-
sided
(all others) alternatives
Test Hypothesis
Cross-section Time Both
Breusch-Pagan 16.77442 7.285649 24.06007
(0.0000) (0.0070) (0.0000)
Honda 4.095659 2.699194 4.804687
(0.0000) (0.0035) (0.0000)
King-Wu 4.095659 2.699194 4.877564
(0.0000) (0.0035) (0.0000)
Standardized Honda 6.627151 3.127321 2.548223
(0.0000) (0.0009)
74
(0.0054)
Standardized King-
Wu 6.627151 3.127321 3.594693
(0.0000) (0.0009) (0.0002)
Gourierioux, et al.* -- -- 24.06007
(< 0.01)
*Mixed chi-square asymptotic critical values:
1% 7.289
5% 4.321
10% 2.952
2. Data Penelitian
TRIWULAN BANK BOPO NPF ROA CAR Inflasi
2014I BSM 4,406597289 0,97455964 0,570979547 2,696652 2,005525859
2014II BSM
4,532922022 1,360976553
-
0,415515444 2,698673 1,958685341
2014III BSM
4,532814524 1,442201993
-
0,223143551 2,742774 1,470175845
2014IV BSM
4,589650374 1,456286733
-
1,771956842 2,691921 1,867176109
2015I BSM
4,563514511 1,490654376
-
0,820980552 2,429218 1,864080131
2015II BSM
4,566013471 1,547562509
-
0,597837001 2,482404 1,954445052
2015III BSM
4,578928875 1,467874348
-
0,867500568 2,471484 1,958685341
2015IV BSM
4,551558417 1,398716881
-
0,579818495 2,553344 1,574846468
2016I BSM
4,547964712 1,463255402
-
0,579818495 2,594508 1,474763009
2016II BSM
4,540738326 1,319085611
-
0,478035801 2,616666 1,241268589
2016III BSM
4,542549824 1,289232648
-
0,510825624 2,60269 1,105256831
2016IV BSM 4,544570564 1,141033005 -0,5276327 2,639771 1,193922468
2017I BSM
4,541378053 1,150572028
-
0,510825624 2,667228 1,291983682
2017II BSM
4,542123884 1,172482137
-
0,527632742 2,665143 1,456286733
2017III BSM
4,545632473 1,137833002
-
0,579818495 2,702703 1,335001067
75
2017IV BSM
4,547964712 0,996948635
-
0,527632742 2,76569 1,249901736
2014I BNIS 4,436869871 0,2390169 0,198850859 2,751748 2,005525859
2014II BNIS 4,458061321 0,300104592 0,104360015 2,676215 1,958685341
2014III BNIS 4,452601587 0,412109651 0,104360015 2,962692 1,470175845
2014IV BNIS 4,443004135 0,039220713 0,2390169 2,913437 1,867176109
2015I BNIS 4,498364182 0,262364264 0,182321557 2,734368 1,864080131
2015II BNIS 4,504133642 0,262364264 0,322083499 2,715357 1,954445052
2015III BNIS 4,517431272 0,277631737 0,285178942 2,733068 1,958685341
2015IV BNIS 4,52113619 2,438862711 0,357674444 2,739549 1,574846468
2016I BNIS 4,446994751 0,463734016 0,500775288 2,76317 1,474763009
2016II BNIS 4,452950973 0,405465108 0,463734016 2,744704 1,241268589
2016III BNIS 4,457597822 0,343589704 0,425267735 2,761275 1,105256831
2016IV BNIS 4,473579766 0,364643114 0,494696242 2,702703 1,193922468
2017I BNIS 4,469235909 0,488580015 0,336472237 2,670002 1,291983682
2017II BNIS 4,460144414 0,565313809 0,392042088 2,662355 1,456286733
2017III BNIS 4,473009282 0,542324291 0,364643114 2,701361 1,335001067
2017IV BNIS 4,384648195 0,405465108 0,270027137 3,002708 1,249901736
2014I BRIS
4,526451601 1,211940974
-
0,776528789 2,649715 2,005525859
2014II BRIS
4,603568905 1,283707772
-
3,506557897 2,638343 1,958685341
2014III BRIS
4,578312732 1,432700734
-
1,609437912 2,629007 1,470175845
2014IV BRIS
4,596532993 1,294727168
-
2,525728644 2,556452 1,867176109
2015I BRIS
4,565701442 1,376244025
-
0,634878272 2,580974 1,864080131
2015II BRIS
4,541591204 1,477048724
-
0,248461359 2,400619 1,954445052
2015III BRIS
4,542975582 1,350667183
-
0,223143551 2,626117 1,958685341
2015IV BRIS
4,541058241 1,358409158
-
0,261364764 2,634762 1,574846468
2016I BRIS
4,507557357 1,360976553
-
0,010050336 2,685123 1,474763009
2016II BRIS 4,504354881 1,342864803 0,029558802 2,643334 1,241268589
2016III BRIS 4,51074961 1,358409158 -0,0202027 2,66026 1,105256831
2016IV BRIS 4,514479321 1,160020917 -0,0512932 3,026746 1,193922468
2017I BRIS
4,539777967 1,202972304
-
0,430782916 3,051167 1,291983682
2017II BRIS
4,530231099 1,252762968
-
0,342490309 3,014554 1,456286733
2017III BRIS
4,522114611 1,435084525
-
0,198450939 3,042616 1,335001067
76
2017IV BRIS
4,556400022 1,5518088
-
0,673344553 3,010128 1,249901736
2014I BMS 4,497807668 0,482426149 0,165514438 2,726545 2,005525859
2014II BMS
4,520701029 0,75612198
-
0,010050336 2,768204 1,958685341
2014III BMS
4,584559232 0,850150929
-
1,427116356 2,793616 1,470175845
2014IV BMS
4,580979947 0,593326845
-
1,237874356 2,93492 1,867176109
2015I BMS 4,705286977 0,683096845 0,19062036 2,912351 1,864080131
2015II BMS
4,652053772 1,121677562
-
0,314710745 2,805782 1,954445052
2015III BMS
4,628202885 1,124929597
-
1,078809661 2,87976 1,958685341
2015IV BMS
4,600258142 1,150572028
-
1,203972804 2,93066 1,574846468
2016I BMS 4,441709637 1,178654996 1,581038438 3,100993 1,474763009
2016II BMS 4,489422577 1,10856262 1,166270937 3,1307 1,241268589
2016III BMS 4,494238625 1,040276712 0,966983846 3,134189 1,105256831
2016IV BMS 4,485147143 1,033184483 0,966983846 3,158276 1,193922468
2017I BMS 4,48661185 1,08180517 0,598836501 3,248823 1,291983682
2017II BMS 4,48638665 1,026041596 0,488580015 3,039271 1,456286733
2017III BMS 4,493344371 1,029619417 0,431782416 3,088311 1,335001067
2017IV BMS 4,5865988 1,011600912 0,444685821 3,099642 1,249901736
2014I BMI 4,449101 0,444685821 0,364643114 2,868467 2,005525859
2014II BMI 4,489871562 1,156881197 0,029558802 2,791778 1,958685341
2014III BMI
4,588227465 0,412109651
-
2,302585093 3,097386 1,470175845
2014IV BMI
4,578107266 1,560247668
-
1,771956842 2,654649 1,867176109
2015I BMI
4,578928875 1,435084525
-
1,609437912 2,514465 1,864080131
2015II BMI
4,552191261 1,337629189
-
0,673344553 2,61007 1,954445052
2015III BMI
4,567052864 1,249901736
-
1,021651248 2,618125 1,958685341
2015IV BMI
4,578415449 1,435084525
-
1,609437912 2,484907 1,574846468
2016I BMI 4,578004518 1,465567542 -1,3862943 2,493205 1,474763009
2016II BMI
4,604169686 1,528227857
-
1,897119985 2,547881 1,241268589
2016III BMI
4,594008121 0,652325186
-
2,040220829 2,545531 1,105256831
2016IV BMI
4,582515495 0,336472237
-
1,514127733 2,544747 1,193922468
77
2017I BMI
4,586904377 1,071583616
-
2,120263536 2,551786 1,291983682
2017II BMI
4,578826211 1,319085611
-
1,897119985 2,560323 1,456286733
2017III BMI
4,489759334 1,121677562
-
2,207274913 2,449279 1,335001067
2017IV BMI
4,58169683 1,011600912
-
2,207274913 2,611539 1,249901736