28
Ekosistem Pantai Bama Taman Nasional Baluran, Situbondo January 24, 2015 AHMAD ZAINUL HASAN Leave a comment LAPORAN HASIL PRAKTIKUM LAPANG EKOLOGI TERESTRIAL KARAKTERISTIK EKOSISTEM DI TAMAN NASIONAL BALURAN OLEH: KELOMPOK 5 IKA NOVITASARI 111810401006 GAYUT WIDYA P. 111810401013 DEWI MASRURROH 111810401017 FITRI ARIFATUL H. 111810401025 ZAKIYATUL KHOIRIYAH 111810401038 ASWAR ANAS 111810401036 KATRIN RAWUNG 111810401044 DITA AYU F. 111810401053 MEIFRI FAFURIT 111810401054 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER 2013 Kata pengantar

Ekosistem Pantai Bama Taman Nasional Baluran

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Ekologi Terestrial

Citation preview

Ekosistem Pantai Bama Taman Nasional Baluran, SitubondoJanuary 24, 2015 AHMAD ZAINUL HASAN Leave a comment

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM LAPANGEKOLOGI TERESTRIALKARAKTERISTIK EKOSISTEM DI TAMAN NASIONAL BALURANOLEH:KELOMPOK 5IKA NOVITASARI111810401006

GAYUT WIDYA P.111810401013

DEWI MASRURROH111810401017

FITRI ARIFATUL H.111810401025

ZAKIYATUL KHOIRIYAH111810401038

ASWAR ANAS111810401036

KATRIN RAWUNG111810401044

DITA AYU F.111810401053

MEIFRI FAFURIT111810401054

JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS JEMBER2013Kata pengantarPuji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan praktikum hasil study lapang Katarteristik Ekositem di Taman Nasional Baluran. Laporan ini merupakan tugas akhir dari mata kuliah Ekologi Terestrial.Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada: Drs. Moh. Imron Rosyidi, M.Sc selaku dosen mata kuliah Ekologi Terestrial yang telah memberikan inspirasi dan pengarahan dalam penyusunan laporan ini. Para asisten mata kuliah Ekologi Terestrial yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dalam pengambilan data di lapangan.Selain itu, penulis juga mengharapkan kritik dari semua pihak demi kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penulis berharap, semoga laporan ini bermanfaat.Jember, 22 Mei 2013BAB I.PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangTaman Nasional Baluran merupakan kawasan koservasi yang memiliki keanekaragaman satwa dan habitat alamnya dengan berbagai tipe komunitas. Tipe vegetasi yang dimiliki oleh Taman Nasional Baluran antara lain hutan pantai kering, hutan pantai basah, hutan musim, hutan evergreen, dan savana(Primack,1998).Savana di Taman Nasional tersebar diberbagai tempat diantaranya di Karangtekok, Balanan, Semiang, Kramat, Talpat dan Bekol. Padang rumput merupakan habitat yang penting bagi kehidupan berbagai jenis satwa liar seperti Banteng (Bos javanicus), Kerbau liar (Bubalus bubalis), dan Rusa Timor (Cervus timorencis) (Alikodra, 2002).Hutan pantai kering merupakan daerah pantai berpasir kering yang dapat membentuk susunan vegetasi pantai yang mengalami proses pengikisan. Susunan ini dicirikan dengan sejenis tumbuhan yang menjalar, berbunga ungu yang termasuk dalam herba rendah yang akarnya dapat mengikat pasir(Indriyanto, 2006).Hutan pantai basah terdapat didaerah pantai yang selalu tergenang oleh air laut. Disini tumbuh pohon-pohon bakau yang merupakan nama sekelompok tumbuhan dari suku Rhizophoraceae. Tumbuhan ini memiliki ciri yang umum yaitu akar tunjang yang besar dan berkayu(Onrizal, 2007).Hutan evergreen merupakan jenis vegetasi yang sepanjang tahun hijau dan tidak dipengaruhi oleh curah hujan yang tinggi tetapi lebih dipengaruhi oleh kelembaban tanah yang tinggi, karena kondisi tanah yang memiliki kelembaban yang tinggi menyebabkan tanaman yang tumbuh ditempat ini merupakan jenis-jenis yang tahan lembab dan hijau sepanjang tahun.Hutan musim terdiri dari dua tipe vegetasi yaitu hutan musim alam dan hutan tanaman jati. Hutan musim ini dijumpai dari lereng gunung Baluran sampai mendekati pantai. Kawasan hutan musim ini mempunyai nilai penting sebagai perlindungan ekosistem dan merupakan habitat mamalia besar seperti Banteng (Bos javanicus), Kerbau liar (Bubalus bubalis), dan Rusa Timor (Cervus timorencis) (Alikodra, 2002). Vegetasi hutan musim cenderung lebih terbuka dengan pohon-pohon penyusunnya lebih berjauhan dan tidak ada persaingan di antara semua tumbuhan untuk mendapatkan cahaya. Batang pokok pohon cenderung bersifat massif, agak pendek, tajuk biasanya bulat dan besar, seringkali memencar luas dari ketinggian tidak seberapa jauh dari permukaan tanah. Langit-langit pohon tidak setebal dan serapat hutan hujan tropic. Sehingga cahaya dapat menembus lantai hutan yang menyebabkan lantai hutan tertutup rapat oleh tumbuhan bawah(Kusmana & Istomo, 1995).Dalam hal ini praktikan melakukan penelitian terhadap unit-unit penyusun vegetasi dikawasan Taman Nasional Baluran. Penelitian vegetasi (komunitas) dilakukan dengan cara mengamati individu-individu yang terdapat dalam populasi tersebut. Selanjutnya kami melakukan analisis vegetasi yang kemudian akan ditentukan kerapatan populasi, dominansi populasi, frekuensi populasi, dan nilai penting dari suatu komunitas.1.2 TujuanSecara umum tujuan dari praktikum ekosistem ini adalah:1. Mahasiswa mampu mendeskripsikan karakteristik setiap ekosistem yang diobservasi.2. Mahasiswa mampu memberikan deskripsi kualitatif siklus materi dan aliran energi yang terjadi disetiap ekosistem yang dikunjungi.3. Mahasiswa mampu menjelaskan niche masing-masing komponen dalam ekosistem tersebut.1.3 Manfaat Adapun manfaat dari praktikum ekologi terrestrial ini adalah:1. Untuk mengetahui komposisi vegetasi pada masing-masing ekosistem yang diamati.2. Untuk membedakan komposisi vegetasi pada masing-masing ekosistem yang diamati.1.4 Deskripsi wilayahSecara administrative Taman Nasional Baluran masuk wilayah kabupaten Situbondo (Lembaga Biologi Nasional, 1986). Secara geogarfi terletak ujung timur pulau Jawa antara 7 45 7 56 LS dan 113 59 114 28 BT.Taman Nasional Baluran berbentuk menyerupai segi empat dengan gunung Baluran yang sudah tida aktif mendominasi di bagian tengah. Dinding kawah yang mempunyai ketinggian berkisar antara 900 1,274 dpl, membatasi kaldera yang dalamnya 600, dengan dikelilingi oleh bukit-bukit datar atau sedikit bergelombang. Daerah tertinggi terletak ditengah-tengah kawasan yaitu gunung Baluran(1.274 dpl) sedangkan gunung-gunung lain diantaranya: gunung Klosot(940 dpl), gunung Kakapa(114 dpl), gunung Priuk(211 dpl), dan gunung Montor(64 dpl).BAB II.METODE KERJA2.1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu: Metelin Hygrometer Soil tester Thermometer Tali rafia Kantong plastic Kapas Aquadest2.2 Skema kerjaDitentukan sumbu utamaDitarik garis tegak lurus dengan sumbu utama dengan panjang 10 mDibuat plot 10 x 10 mDaimati jenis dan diameter pohonDibuat plot 5 x 5 m sebanyak 2Diamati dan dihitung % penutupan semakDibuat plot 1 x 1 m sebanyak 3Diamati % penutupan herbaDiukur faktor abiotikDihitung INP

Gambar 1. PlotKeterangan: Plot 10 x 10 m Plot 5 x 5 m Plot 1 x 1 m2.3 Metode PenelitianPengambilan data dilakukan pada tanggal 11-12 Mei 2013 di Taman Nasional Baluran, pengamatan dilakukan dengan metode pembuatan plot 10 m 10 m untuk pengamatan pohon, kemudian didalamnya dibuat plot 5 m 5 m berjumlah 2 (diagonal) untuk pengamatan semak, dan terakhir dibuat plot 1 m 1 m berjumlah 3 untuk pengamatan herba.BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN3.1 HasilHERBA

NOSPECIESP1P2P3P4P5P6P7P8P9P10P11P12P13P14P15T.penDMDRF

1Species 3935405028391220413.644.444445

2species 4066120.82.6143796

3species 41770.4666671.5250543

4species 4255303575516.339874

5species 4320201.3333334.3572985

6species 44880.5333331.7429197

7species 4616161.0666673.4858393

8Cucurbitaceae11110.7333332.3965144

9species 4511110.7333332.3965143

10species 595956.33333320.697172

45930.610042

FMFRINPPIH

0.33333311.904761956.349210.4444440.360413

0.414.2857142916.900090.0261440.095272

0.27.1428571438.6679120.0152510.063795

0.2666679.52380952425.863680.1633990.296007

0.33333311.904761916.262060.0435730.136528

0.46666716.6666666718.409590.0174290.070581

0.27.14285714310.62870.0348580.117001

0.2666679.52380952411.920320.0239650.089418

0.27.1428571439.5393710.0239650.089418

0.1333334.76190476225.459070.2069720.326016

2.810020011.644449

KET: P1,P2,P3= PLOT KEL. 1 P4,P5,P6=PLOT KEL. 2 P7,P8,P9=PLOT KEL. 3 P10,P11,P12=PLOT KEL. 4 P13,P14,P15=PLOT KEL. 5SEMAK

NOSPECIESP1P2P3P4P5P6P7P8P9P10T. penDMDRFFMFRINPPIH

1spesies 3221232.35.72920.21.4925373137.2210550.0572850.163819

2spesies 392040476828821121.14.732575.742.5373134347.269570.0473230.14437

3spesies 40220.20.498151.511.1940298511.692160.0049810.026411

4spesies 4131313.17.72120.21.4925373139.2135830.077210.197753

5spesies 42550.510.51.052.61530.32.238805974.8539990.0261520.095293

6spesies 43770.71.74330.32.238805973.9822680.0174350.070598

7spesies 44116171.74.23480.85.97014925410.204270.0423410.133883

8spesies 46440.40.99610.10.7462686571.7425330.0099630.045917

9spesies 45660.61.49420.21.4925373132.9869330.0149440.062816

10spesies 413131.33.23880.85.9701492549.2080070.0323790.111067

11spesies 731313.17.721111.18.20895522415.930.077210.197753

12spesies 827272.76.725151.511.1940298517.918810.0672480.181527

13spesies 919191.94.73270.75.2238805979.9561350.0473230.14437

JUMLAH401.540.1552.1813413100152.17930.5217931.575577

KET:P1,P2=PLOT KEL 1 P9,P10=PLOT KEL 5P3,P4=PLOT KEL 2P5,P6=PLOT KEL 3P7,P8=PLOT KEL 4POHONkeliling (cm)DDm

No.spesiesP1P2P3P4P5P1P2P3P4P5P1P2P3P4P5

1spesies 15.611.790.0179

2spesies24.631.470.0147

3akasia367111.522.610.360.71

4spesies 202913.7159.2356694.3634.7770.290.140.2

5spesies 21310.31

6spesies 2269.522.133760.695

BATOTAL BA

12345Jum ind

2.5057404462.5057404461

1.7067595541.7067595541

1017.363957.1854974.5452

660.185147.3367176.625984.146653

754.385754.3851

3791.7463791.746251

DMDRKMKRFMFRINPPiH

spesies 10.0050.020.00211.10.211.1122.2460.22250.334

spesies 20.0030.020.00211.10.211.1122.2380.22240.334

Akasia9.94947.30.00422.20.422.2291.780.91780.079

spesies 201.9689.360.00633.30.633.3376.0310.76030.208

spesies 211.5097.180.00211.10.211.1129.4010.2940.36

spesies 227.58336.10.00211.10.211.1158.3030.5830.315

Total21.021000.0181001.810030031.63

KET:PLOT 1=KEL 1 PLOT 5=Kel 5PLOT 2=KEL.2PLOT 3=KEL 3PLOT 4=KEL 4Komposisi abiotikFaktor yang diamatiPhTanahTipeTanahKelembabantanahSuhuudaraKelembabanudaraKecepatanangin

Pengulangan123123123123123

Plot 166,26,6Geluhan berdebu282110302930727772

Plot 26,26,26,6Geluhan berdebu303012,5313131667372

Plot 36,26,66Geluhan berdebu281531363333656571

Plot 46,46,26,3Geluhan berdebu242825323030667373

Plot 56,26,26,3Geluhan berdebu25282531313171707120.981.5

3.2 PembahasanHutan Pantai KeringTipe ekosistem hutan pantai terdapat di daerah-daerah kering tepi pantai dengan kondisi tanah berpasir atau berbatu dan terletak di atas garis pasang tertinggi. Di daerah seperti itu pada umumnya jarang tergenang oleh air laut, namun sering terjadi atau terkena angin kencang dengan embusan garam(Onrizal, 2007).Spesies-spesies pohon yang pada umumnya terdapat dalam ekosistem hutan pantai antara lain Barringtonia asiatica, Terminalia catappa, Calophyllum inophyllum, Hibiscus tiliaceus, Casuarina equisetifolia, dan Pisonia grandis. Selain spesies-spesies pohon tersebut, temyata kadang-kadang terdapat juga spesies pohon Hernandia peltata, Manilkara kauki, dan Sterculia foetida. Apabila dilihat perkembangan vegetasi yang ada di daerah pantai (litoral), maka menurut Onrizal(2007), sering dijumpai dua formasi vegetasi, yaitu formasi Pescaprae dan formasi Barringtonia.1. Formasi Pescaprae Formasi ini terdapat pada tumpukan-tumpukan pasir yang mengalami proses peninggian di sepanjang pantai, dan hampir terdapat di selumh pantai Indonesia. Komposisi spesies tumbuhan pada formasi pescaprae di mana saja hampir sama karena spesies tumbuhannya didominasi oleh Ipomoea pescaprae (katang-katang) salah satu spesies tumbuhan menjalar, herba rendah yang akarya mampu mengikat pasir. Sebetulnya nama fomlasi pescaprae diambil dari nama spesies tumbuhan yang dominan itu. Akan tetapi, ada spesies-spesies tumbuhan lainnya yang umumnya terdapat pada formasi pescaprae antara lain Cyperus penduculatus, Cyperus stoloniferus, Thuarea linvoluta, Spinifex littoralis, Vitex trifolia, Ishaemum muticum, Euphorbia atoto, Launaca sarmontasa, Fimbristylis sericea, Canavalia abtusiofolia, Triumfetta repens, Uigna marina, Ipomea carnosa, Ipomoea denticulata, dan Ipomoea littoralis.2. Formasi BarringtoniaDisebut formasi Barringtonia karena spesies tumbuhan yang dominan di daerah ini adalah spesies pohon Barringtonia asiatica. Sebenarnya yang dimaksud ekosistem hutan pantai adalah formasi Barringtonia ini. Beberapa spesies pohon yang tumbuh di pantai dan menyusun ekosistem hutan pantai antara lain Barringtonia asiatica, Casuarina equisetifolia, Terminalia eatappa, Hibiscus tiliaceus, Calophyllum inophyllum, Hernandia peltata, Sterculia foetida, Manilkara kauki, Cocos nucifera, Crinum asiaticum, Cycas rumphii, Caesalpinia bonducella, Morinda citrifolia, Oehrocarpus ovalifolius, Taeea leontopetaloides, Thespesia populnea, Tournefortia argentea, Wedelia biflora, Ximenia americana, Pisonia grandis, Pluehea indica, Pongamia pinnata, Premna Corymbosa, Premna obtusifolia, Pemphis acidula, Planchonella obovata, Scaevola taccada, Scaevola frutescens, Desmodium umbellatum, Dodonaea viscesa, Sophora tomentosa, Erythrina variegata, Guettarda speciosa, Pandanus bidur, Pandanus tectorius, dan Nephrolepis biserrata.Pada daerah hutan pantai Baluran kabupaten Situbondo, Jawa Timur terdapat vegetasi hutan pantai di bagian timur didominasi Pongamia pinnata Merr, Cordia subcordata L, Calophyllum inophyllum L, Terminalia cattapa L, Premna corymbosa R.et W, Excoecaria agallocha L, Heritiera littoralis Aiton, Xylocarpus moluccensis Roem dan Cocos nucifera L, Premna corymbosa R et W, Terminalia cattapa L, Heritiera littoralis Aiton. dan Pemphis acidula Forst. Meskipun zone ini sering disebut zone Barringtoniatapi jenis Barringtonia asiatica Kurz hanya sedikit yang bisa ditemukan. Tumbuhan bawah yang berasosiasi adalah Ipomea pescaprae, Ipomea stolonifera, Canavalia rosea, Bauhinia tomentosa L, Amorphophallus campanulatus BL, danAllium sp.Berdasarkan tipe-tipe ekosistem hutan seperti yang telah diuraikan tersebut, tipe hutan hujan tropis di Indonesia merupakan tipe hutan yang paling luas diprakirakan mencapai 89% dari luas hutan Indonesia. Tipe ekosistem hutan hujan tropis juga merupakan salah satu kekayaan sumber daya alam dunia yang diprakirakan memiliki luas seluruhnya 900 juta hektar. Di samping itu, hutan hujan tropis merupakan hutan tropis yang paling produktif dan paling tinggi nilainya dari segi volume kayu yang ada maupun dari nilai flora dan fauna yang beranekaragam. Bahkan menurut hasil penelitian FAO diprakirakan 50% dari semua spesies flora dan fauna dunia hidup secara alamiah di hutan hujan tropis, sehingga nilai ekosistem hutan hujan tropis jauh lebih besar dari sekadar suatu plasma nutfah terbesar dunia yang sangat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bagi kehidupan manusia, dan bagi kesejahteraan manusia saat ini dan masa yang akan datang(Kusmana dan Istomo, 1995).Hutan Mangrove Mangrove adalah tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang hidup di antara laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut. Habitat mangrove seringkali ditemukan di tempat pertemuan antara muara sungai dan air laut yang kemudian menjadi pelindung daratan dari gelombang laut yang besar. Sungai mengalirkan air tawar untuk mangrove dan pada saat pasang, pohon mangrove dikelilingi oleh air garam atau air payau. Mangrove dapat hidup pada air bersalinitas payau (20-22 ) hingga asin (mencapai 38 ).pH sekitar 7-8,5. (Irwanto, 2006). Mangrove adalah jenis tanaman dikotil yang hidup di habitat payau. Tanaman dikotil adalah tumbuhan yang buahnya berbiji berbelah dua. Kelompok pohon di daerah mangrove bisa terdiri atas suatu jenis pohon tertentu saja atau sekumpulan komunitas pepohonan yang dapat hidup di air asin. Hutan mangrove biasa ditemukan di sepanjang pantai daerah tropis dan subtropis, antara 32 LU dan 38 LS.

Gambar. 1. Penyebaran Mangrove di daerah Tropis, Irwanto,2006.Istilah mangrove tidak selalu diperuntukkan bagi kelompok spesies dengan klasifikasi taksonomi tertentu saja, tetapi dideskripsikan mencakup semua tanaman tropis yang bersifat halophytic atau toleran terhadap garam. Tanaman yang mampu tumbuh di tanah basah lunak, habitat air laut dan terkena fluktuasi pasang surut. Sebagai tambahan, tanaman tersebut mempunyai cara reproduksi dengan mengembangkan buah vivipar yang bertunas (seed germination) semasa masih berada pada pohon induknya. Istilah bakau adalah sebutan bagi jenis utama pohon Rhizophora sp. yang dominan hidup di habitat pantai. Walaupun tidak sama dengan istilah mangrove banyak orang atau penduduk awam menyebut hutan mangrove sebagai hutan bakau atau secara singkat disebut bakau (Irwanto. 2006).Tipe Vegetasi MangroveMenurut Noor et al., (1999), tipe vegetasi mangrove terbagi atas empat bagian antara lain :a) Mangrove terbuka, mangrove berada pada bagian yang berhadapan dengan laut.b) Mangrove tengah, mangrove yang berada di belakang mangrove zona terbuka.c) Mangrove payau, mangrove yang berada disepanjang sungai berair payau hingga air tawar.d) Mangrove daratan, mangrove berada di zona perairan payau atau hampir tawar di belakang jalur hijau mangrove yang sebenarnya. Jenis pohon yang ada pada plot kami adalah Rhizophora sp. Pohon ini disebut juga dengan bakau besar, bakau genjah, tinjang, slindur, bakau merah, bakau akik atau bakau kurap, tergantung spesiesnya. Di dunia terkenal secara umum sebagai red mangrove. Kulit batangnya berwarna kemerahan terutama bila basah. Pohon ini dapat tumbuh hingga 25 m. Termasuk dalam famili Rhizophoraceae. Pohon ini banyak terlihat sebagai pohon kecil yang tumbuh di air laut. Dapat tumbuh dengan toleransi yang cukup terhadap kadar garam mulai dari yang tawar sampai kadar yang tinggi. Disebut sebagai pohon yang facultative halophyte yang artinya dapat tumbuh di air asin tetapi tidak terbatas hanya di habitat yang demikian saja. Pohon kecil yang dapat dijumpai tumbuh sendiri di tempat dangkal berair seringkali adalah jenis bakau ini. Spesies bakau jenis ini antara lain adalah Rhizopora mucronata, Rhizopora stylosa, dan Rhizopora apiculata (Noor et al, 1999). Deskripsi umum : Pohon dengan ketinggian mencapai 30 m dengan diameter batang mencapai 50 cm. Memiliki perakaran yang khas hingga mencapai ketinggian 5 m dan kadang-kadang memiliki akar udara yang keluar dari cabang. Kulit kayu berwarna abu-abu tua dan berubah-ubah (Murdiyanto, 2003).

Gambar 4. Rhizophora sp, Onrizal, 2007Padang Rumput SavanaLuas savana yang semula 10.000 hektar kini tinggal 3.000 hektar. Khusus savana Bekol yang awalnya seluas 500 hektar menyusut menjadi 300 hektar. Penyusutan savana ini diikuti berkurangnya populasi hewan, terutama banteng jawa. Areal savana yang merupakan ciri khas taman nasional di Jawa ini dengan vegetasi klimak api sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Jenis rumput yang umumnya dominan di areal savanna antara lain Dichantium coricosum, Bracharia mutica, dan Sorgum nitidum, sedangkan jenis semaknya adalah Eupatoriun odoratumdan Lantana camara. Jenis pohon yang tumbuh di tipe vegetasi ini adalah jenis yang berduri seperti Acacia leucophloea, serta jenis lain seperti Corypha utan dan Zizyphus rotundifolius. Sekarang savanna di TN ini banyak diinvasi oleh Acacia nilotica(Tjitrosoepomo,2002).Savana ini dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu savana datar dan savana bergelombang. Savana datar ; tumbuh diatas tanah hitam alluvial muda yang berbatu-batu seluas sekitar 1.500 2.000 ha di bagian Tenggara suaka, yaitu sekitar Plalangan dan Bekol. Savana menjadi habitat banteng jawa (Bos javanicus), rusa timor (Cervus timorensis), hingga kerbau liar (Bubalus bubalis).Namun, savana di Baluran, termasuk Bekol, kini terancam oleh ekspansi akasia. Pesatnya pertumbuhan akasia di Baluran berawal ketika seringnya kebakaran melanda Baluran pada akhir tahun 1960-an. Pihak TN Baluran kemudian berinisiatif menanam akasia yang berfungsi sebagai sekat bakar untuk mencegah api menjalar.Akasia yang tumbuh berjajar mengelilingi savana berhasil menjadi sekat bakar yang efektif. Namun, tanaman yang semula kawan ini menjelma menjadi gulma karena pertumbuhannya invasif dan tak terkendali.Hutan EvergreenHutan hujan tropika termasuk merupakan hutan yang selalu hijau (evergreen forest) merupakan tipe alami dari vegetasi yang terbentuk dari kondisi lingkungan yang panas dan lembab khas daerah tropis yang merupakan karunia bagi pertumbuhan tanaman di bumi. Ada dua hal utama kondisi lingkungan yang sangat menunjang terhadap kehidupan yaitu sinar matahari dan air yang berlimpah. Suhu dan kelembaban yang tinggi dan konstan, curah hujan yang tinggi sepanjang tahun, penyinaran matahari yang lama sepanjang hari di daerah ekuator bersama-sama menciptakan kondisi optimal untuk pertumbuhan tanaman yang. Hutan hujan tropika (tropical rain forest) memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Soerianegara dan Indrawan, 2002):1. Iklim selalu basah 2. Tanah kering dan bermacam-macam jenis tanah 3. Di pedalaman, pada tanah rendah rata atau berbukit (< 1000 m dml) dan pada tinggi (s/d 4000 m dml) 4. Dapat dibedakan menjadi 3 zone menurut ketinggiannya: Hutan hujan bawah 2 1000 m dml Hutan hujan tengah 1000 3000 m dml Hutan hujan atas 3000 4000 m dmlHutan MusimHutan merupakan suatu ekosistem ekologis yang di dalamnya terjadi hubungan yang sangat erat antara tumbuhan, satwa dan alam lingkungannya. Tipe-tipe hutan di permukaan bumi bermacam-macam tergantung pada keadaan lingkungan, terutama iklim. Secara keseluruhan hutan musim lebih luas daripada hutan hujan tropika. Vegetasinya tidak begitu lebat seperti hutan tropika basah, meskipun dalam penampakanya lebih bervariasi (Odum, 1993) Ekosistem mempunyai pohon yang tidak banyak, tetapi tumbuhan bawahnya cukup rapat. Pada ekosistem ini tumbuhan yang mendominasi yaitu tumbuhan jenis herba(Partomiharjo, 1986) Berdasarkan ketinggian tempatnya, hutan musim dibagi menjadi 2 zona, yaitu:1. Zona bawah, hutan musim bawah dengan ketinggiamn tempat 0-1.000 m dpl. Di Jawa, pohon yang khas pada hutan ini yaitu: Tectona grandis, Acacia leucoplea, Actinophora fragans. Sedangkan di Nusa Tenggara jenis pohon yang khas antara lain Eucalyptus alba dan Santaham album.2. Zona atas dengan ketinggian tempat 1.000 4.000 m dpl. Kawasan hutan ini umumnya terdapat dekat dengan gunung api. Hutan ini terbentuk karena adanya letusan gunung api atau kebakaran. Jenis pohon yang menjadi ciri khas hutan ini yaitu Casuarina junghuhniana (Arifin. 1996).Jenis-jenis vegetasi Hutan musim merupakan habitat dengan keadaan vegetasi yang terbuka karena jumlah pohon yang terdapat pada dareh ini sedikit namun mempunyai semak-semak yang lebat. Struktur dan komposisi vegetasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu flora dan tempat tumbuh yang berupa situasi iklim dan keadaan tanah(Mueller, et.al., 1974) Akibat pengaruh iklim, Taman Nasional Baluran mempunyai kondisi fisik alam yang khas. Kekhasan Taman Nasional Baluran mempengaruhi komposisi jenis vegetasi penyusun tumbuhan yang ada di dalamnya. Baik berupa bentuk pohon, jenis, struktur penutupan tajuk, maupun asosiasi dan kompetisi di antar beberapa vegetasi yang terbentuk . Vegetasi pada hutan musim menunjukkan penampakan yang bervariasi. Vegetasi hutan musim lebih terbuka dengan pohon pohon yang letaknya berjauhan sehingga tidak ada persaingan di antara semua tumbuhan untuk mendapatkan cahaya. Batang pokok pohon cenderung bersifat massif, agak pendek , tajuk biasanya bulat dan besar, dan ketinggian pohon tidak seberapa jauh dari permukaan tanah. Langit-langit pohon tidak setebal dan serapat hutan hujan tropic. Cahaya dapat menembus lantai hutan yang menyebabkan lantai hutan tertutup oleh tumbuhan bawah(Surasana, 1990).Untuk analisis vegetasi di hutan musim dilakukan sampling data tumbuhan pohon, semak dan herba. Plot yang digunakan untuk sampling pohon adalah 10m x 10m yang diulang sebanyak tiga kali dengan posisi berselang seling. Untuk vegetasi semak, plot yang digunakan 5m x 5m yang diletakkan di dalam plot besar ( 1010 m ), dan diulang sebanyak tiga kali, sehingga luas area untuk vegetasi semak adalah 150 m. Untuk analisis herba, plot yang digunakan berukuran ( 1m x 1m) yang diletakkan di tiga tempat pada masing masing plot besar (10x10m ) sehingga luas area untuk vegetasi herba adalah 9 m sedangkan untuk pengamatan komunitas hewan, yang diamati adalah hewan infauna, hewan epifauna, hewan di semak atau di pohon dilakukan secara beating trays, burung, mamalia, reptilia atau amfibia.Berdasarkan hasil pengamatan pada masing masing plot diperoleh komposisi dan keanekaragaman jenis tumbuhan.Untuk habitus pohon, akasia merupakan tumbuhan yang mendominasi vegetasi dengan Indeks Nilai Penting (INP) sebesar 91.78%.Akasia adalah genus dari semak-semak dan pohon yang termasuk dalam subfamili Mimosoideae dari famili Fabaceae, pertama kali diidentifikasi di Afrika oleh ahli botani Swedia Carl Linnaeus tahun 1773. Akasia adalah tumbuhan polong, dengan getah dan daunnya biasanya mempunyai bantalan tannin dalam jumlah besar. Nama umum ini berasal dari (akakia), nama yang diberikan oleh dokter-ahli botani Yunani awal Pedanius Dioscorides (sekitar 40-90 Masehi) untuk pohon obat A. nilotica dalam bukunya Materia Medica. Nama ini berasal dari kata bahasa Yunani karena karakteristik tanaman Akasia yang berduri, (akis, duri). Nama spesies nilotica diberikan oleh Linnaeus dari jajaran pohon Akasia yang paling terkenal di sepanjang sungai Nil. Akasia juga dikenal sebagai pohon duri, dalam bahasa Inggris disebut whistling thorns (duri bersiul ) atau Wattles,atau yellow-fever acacia (akasia demam kuning) dan umbrella acacias (akasia payung)(Soemarwoto,1980).Sampai dengan tahun 2005, ada diperkirakan sekitar 1.300 spesies akasia di seluruh dunia, sekitar 960 dari mereka adalah flora asli Australia, dengan sisanya tersebar di daerah tropis ke daerah hangat dan beriklim sedang dari kedua belahan bumi, termasuk Eropa, Afrika, Asia selatan, dan Amerika . Namun, genus ini kemudian dibagi menjadi lima, dengan nama Acacia hanya digunakan untuk spesies Australia, dan sebagian besar spesies di luar Australia. Akasia termasuk salah satu tumbuhan mimosaceae. Daun berupa daun majemuk, memiliki perbungaan (kapitulum, spika, dan racemosa). Buah merupakan buah legum atau polong. Mimosaceae adalah pohon kecil tingginya 10 sampai 50 ft (3-15,2 m), dan mempunyai beberapa batang. Daunnya tampak halus, daun bi-pinnately senyawa yang menyerupai pakis. Pembungaan terjadi pada awal musim panas, ketika karakternya sangat mencolok, wangi, bunga berwarna merah muda berkembang dalam kelompok-kelompok di ujung cabang. Buah yang datar, 6 inci (15,2 cm) polong panjang yang berkembang di akhir musim panas. Mimosa mengganggu semua jenis habitat Tanaman ini umumnya ditemukan di bidang tua, bank sungai, dan pinggir jalan. Setelah ditanam, mimosa sulit untuk dimusnahkan karena benih hidup panjang dan kemampuannya untuk kembali tumbuh(Soemarwoto,1980). Akasia berhabitus pohon, tinggi 15 20 m.batang:tegak,bulat,putih kotor. Dengan daun Majemuk, berhadapan, menyirip, lonjong, tepi rata, ujung dan pangkal tumpul, panjang 5 20 cm, lebar 1 2 cm, pertulangan menyirip, hijau. Bunga Majemuk, berkelamin dua, di ketiak daun, kelopak silindris, benang sari silindris, kepala sari bentuk ginjal, mahkota putih, bentuk seperti kuku, putih. Buah polong, masih muda hijau setelah tua coklat. Biji lonjong, pipih, coklat. Akar tunggang, putih kotor.Pada plot semak, Spesimen 39 paling mendominasi dengan INP sebesar 42.2%. Dan sebagai spesies kodominannya adalah Spesimen 40 dan spesies 8 dengan INP sebesar 11.9%. Akan tetapi tidak dapat dilakukan penjabaran terhadap kedua spesies tersebut dikarenakan kurangnya informasi mengenai morfologinya. Padahal pengamatan morfologi sangat penting dalam menentukan taksonomi tumbuhan tersebut.Sedangkan pada plot herba, spesies yang paling mendominasi adalah spesies 39 dengan prosentase INP 56.3%. Dan untuk spesies kodominannya adalah spesies 42 dengan prosentase INP adalah 25.8%. Dalam setiap ekosistem terdapat komponen abiotik yang menunjang kelangsungan hidup suatu ekosistem. Diantaranya adalah temperatur, kelembaban udara, pH tanah dan kelembaban tanah kecepatan dan arah serta kecepatan angin. Pada hutan musim, temperature yang terukur adalah 29 oC, pH tanah 6,3 kelembaban tanah 30, kelembaban udara 72 dan kecepatan angin rata-rata 1,98 m/sStratifikasi tumbuhan dapat dikatakan lengkap. Terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu lapisan paling atas terdiri dari pohon Akasia. Lapisan tengah didominasi oleh beberapa jenis pohon pendek dan semak, seperti dan lapisan bawah adalah kelompok herba. Beberapa hewan yang bertindak sebagai komsumen muncul dari balik semak seperti semut hitam. Secara sederhana stratifikasi dari plot yang kami buat di hutan pantai kering TN Baluran adalah sebagai berikutKeterangan: : Herba

: Semak

: PohonSiklus Materi dan Aliran Energi 1. Siklus karbonPada setiap tingkatan trofik rantai makanan, karbon kembali ke atmosfer atau air sebagai hasil pernapasan (respirasi). Produsen, herbivora, dan karnivora selalu bernapas dan menghasilkan gas karbondioksida. Tumbuhan mengeluarkan sekitar sepertujuh dari keseluruhan CO2 yang terdapat di atmosfer. Meskipun konsentarasi CO2di atmosfer hanya sekitar 0,03%, namun karbon mengalami siklus yang cepat, sebab tumbuhan mempunyai kebutuhan yang tinggi akan gas CO2. Walaupun begitu, sejumlah karbon dipindahkan dari siklus itu dalam waktu yang lebih lama. Hal ini mungkin terjadi karena karbon terkumpul di dalam kayu dan bahan organik lain yang tahan lama, termasuk batu bara dan minyak bumi. Perombakan oleh detritivor akhirnya mendaur ulang karbon ke atmosfer sebagai CO2. 2. Siklus FosforProduktivitas ekosistem darat dapat ditingkatkan jika fosfor dalam tanah ditingkatkan. Peristiwa pelapukan batuan oleh fosfat akan menambah kandungan fosfat di dalam tanah. Contohnya adalah akibat hujan asam Setelah produsen menggabungkan fosfor ke dalam bentuk biologis, fosfor dipindahkan ke konsumen dalam bentuk organik. Setelah itu, fosfor ditambahkan kembali ke tanah melalui ekskresi fosfat oleh hewan dan bekteri penguarai detritus. Humus dan partikel tanah mengikat fosfat sedemikian rupa, sehingga siklus fosfor terlokalisir dalam ekosistem.3. Siklus NitrogenAtmosfer mengandung lebih kurang 80% atom nitrogen dalam bentuk gas nitrogen (N2). Di dalam organisme, nitrogen ditemukan dalam semua asam amino yang merupakan penyusun protein. Bagi tumbuhan, nitrogen tersedia dalam bentuk amonium (NH4+) dan nitrat (NO3-) yang masuk ke dalam tanah melalui air hujan dan pengendapan debu-debu halus atau butiran lainnya. Beberapa tumbuhan, seperti seperti Bromeliaceaeepifit yang ditemukan di hutan hujan tropis, memiliki akar udara yang dapat mengambil NH4+ dan NO3- secara langsung dari atmosfer. Jalur lain penambahan nitrogen dalam ekosistem adalah melalui fiksasi nitrogen (nitrogen fixation). Fiksasi nitrogen merupakan proses perubahan gas nitrogen (N2) menjadi mineral yang digunakan untuk mensintesis senyawa organik seperti asam amino. Nitrogen difi ksasi oleh bakteri Rhizobium, Azotobacter, dan Clostridium yang hidup bebas dalam tanah.4. Siklus AirAir merupakan komponen penting bagi kehidupan. Selain itu, aliran air dalam ekosistem berperan mentransferzat-zat dalam siklus biogeokimia. Siklus air digerakkan oleh energi mataharimelalui penguapan (evaporasi) dan terjadinya hujan (presipitasi). Di lautan, jumlah air yang menguap lebih besardari curah hujan. Kelebihan uap air ini dipindahkan oleh angin ke daratan. Di atas daratan, persipitasi melebihi evaporasi. Aliran air permukaan danair tanah dari darat menyeimbangkan aliran uap air dari lautan ke darat.Siklus air memiliki sifat khas dibandingkan siklus biogeokimiayang lain. Sebagian besar siklus ini terjadi melalui proses fisik, bukan kimia. Dalam proses-proses tersebut air berbentuk H2O, sedangkan didalam fotosintesis terjadi perubahan air secara kimiawi.BAB IVPENUTUP4.1 SimpulanHasil studi lapang yang telah dilakukan pada kawasan Taman Nasional Baluran terdapat 5 macam ekosistem antara lain ekosistem hutan pantai kering, hutan musim, mangrove, evergreen, dan savana. Namun focus dari kelompok kami adalah hutan musim. Hutan musim memiliki kelembaban tanah 30%, pH 6,3 kelembaban udara 72%, temperature udara 29 oC dan kecepatan angin 1.98 m/s.Sedangkan komponen biotik yang terukur adalah pohon Akasia yang mempunyai INP 91,78%. Semak didominasi oleh spesies 39 dengan INP 42,2%, dengan spesies kodominan yaitu spesies 40 dan 8 dengan INP sebesar 11,9%. Dan pada habitus herba didominasi oleh spesies 39 dengan INP sebesar 56,3% dengan spesies 42 sebagai kodominan dengan INP 25,8%.Stratifikasi tumbuhan dapat dikatakan lengkap. Terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu lapisan paling atas terdiri dari pohon Akasia. Lapisan tengah didominasi oleh beberapa jenis pohon pendek dan semak, seperti dan lapisan bawah adalah kelompok herba. Beberapa hewan yang bertindak sebagai komsumen muncul dari balik semak seperti semut hitam.DAFTAR PUSTAKAH.S. Alikodra. 2002. Pengolahan Satwa Liar. Bogor: IPBArifin. 1996. Aneka Ragam Hayati. Malang: Citra Press.Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. PT. Bumi Aksara. Jakarta.Irwanto. 2006. Keanekaragaman Fauna pada Habitat Mangrove. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.Kusmana & Istomo. 1995. Ekologi Hutan. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.Murdiyanto, Bambang. 2004. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Pantai. Jakarta: Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap.Mueller & Steven, 1974. Forest Ecosystem. California: Academic Press. San Diego. Noor Yus Rusila, M. Khazali, I N.N. Suryadiputra, 1999. Panduan Pengenalan Mangrove Di Indonesia. Bogor: Wetlands Internasional.Odum,E,P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.Onrizal, 2007. Pengenalan Vegetasi Mangrove.Departemen Kehutanan. Universitas Sumatera Utara.Partomihardja, T. 1989. Check-list of plant species in the Baluran national park, East Java. Paper Unpublished.Richard B. Primack dkk.1998. Biologi Konservasi. Jakarta: Yayasan obor Indonesia.Soemarwoto, I. 1980. Biologi Umum I. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia.Soerianegara, I dan Indrawan, A. 2002. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.Surasana, syafeieden. 1990.Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: FMIPA Biologi ITB.Tjitrosoepomo,G. 2002. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.