14
19|Kutubkhanah: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol 18, No. 1 Januari-Juni 2015 EKOSISTEM PULAU-PULAU KECIL DI WILAYAH PESISIR DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU Eddiwan Kamaruddin Bidang Pengelolaan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau Abstrak Daerah pesisir merupakan wilayah batas pertemuan antara 2 ekosistem besar, yaitu ekosistem darat dan ekosistem laut.Keterkaitan ekosistem secara fisik antara mangrove, lamun dan terumbu karang berlangsung 2 arah, baik dari arah darat menuju ke laut maupun dari laut menuju ke darat.Mangrove merupakan tumbuhan yang habitatnya terdapat di wilayah pantai dalam ekosistem laut, mempunyai hubungan yang kuat dengan berbagai aspek yang ada di dalam ekosistem laut. Dalam kehidupannya mangrove mempunyai peranan dan fungsi yang penting di perairan Kata Kunci: Pesisir, Ekosistem, Manggrove PENDAHULUAN Daerah pesisir merupakan wilayah batas pertemuan antara 2 ekosistem besar, yaitu ekosistem darat dan ekosistem laut.Kedua ekosistem ini memiliki karakteristik yang jauh berbeda sehingga daerah pertemuan kedua ekosistem ini menjadi sangat spesifik dan ekstrim. Fluktuasi suhu, salinitas dan pasang surut merupakan faktor lingkungan utama yang berpengaruh terhadap kondisi ekosistem di wilayah tersebut. Menurut Odum (1994), daerah perbatasan seperti daerah pesisir dan estuaria menjadi tempat bertemu bagi banyak spesies organisme yang berasal dari darat dan laut. Adanya pertemuan 2 ekosistem ini memberikan peluang bagi berbagai jenis organisme untuk menyeberang dari komunitas yang satu ke komunitas yang lain. Akibatnya, masing-masing jenis organisme yang berasal dari komunitas yang berbeda tersebut memiliki sebaran yang saling tumpang tindih dan bahkan memiliki spesies tersendiri yang tidak ditemukan di wilayah darat dan laut. Kadang- kadang spesies tertentu memiliki kelimpahan yang lebih besar di daerah peralihan dibandingkan dengan kedua daerah ekosistem yang mengapitnya. Pertemuan antara ekosistem darat dan laut ini dikenal sebagai ekoton dan pada akhirnya menciptakan suatu keterkaitan ekosistem. Keterkaitan ekosistem terjadi akibat adanya hubungan timbal-balik, baik yang sifatnya satu arah maupun dua arah. Hubungan ini akan mencapai titik klimaks pada saat kesetimbangan

EKOSISTEM PULAU-PULAU KECIL DI WILAYAH PESISIR DI …

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EKOSISTEM PULAU-PULAU KECIL DI WILAYAH PESISIR DI …

19|Kutubkhanah: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol 18, No. 1 Januari-Juni 2015

EKOSISTEM PULAU-PULAU KECIL DI WILAYAH PESISIR DIPROVINSI KEPULAUAN RIAU

Eddiwan KamaruddinBidang Pengelolaan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, Dinas Kelautan dan

Perikanan Provinsi Kepulauan Riau

AbstrakDaerah pesisir merupakan wilayah batas pertemuan antara 2 ekosistem besar, yaitu

ekosistem darat dan ekosistem laut.Keterkaitan ekosistem secara fisik antara mangrove, lamundan terumbu karang berlangsung 2 arah, baik dari arah darat menuju ke laut maupun darilaut menuju ke darat.Mangrove merupakan tumbuhan yang habitatnya terdapat di wilayahpantai dalam ekosistem laut, mempunyai hubungan yang kuat dengan berbagai aspek yangada di dalam ekosistem laut. Dalam kehidupannya mangrove mempunyai peranan dan fungsiyang penting di perairan

Kata Kunci: Pesisir, Ekosistem, Manggrove

PENDAHULUANDaerah pesisir merupakan wilayah batas

pertemuan antara 2 ekosistem besar, yaituekosistem darat dan ekosistem laut.Keduaekosistem ini memiliki karakteristik yang jauhberbeda sehingga daerah pertemuan keduaekosistem ini menjadi sangat spesifik dan ekstrim.Fluktuasi suhu, salinitas dan pasang surut merupakan faktor lingkungan utama yangberpengaruh terhadap kondisi ekosistem diwilayah tersebut.

Menurut Odum (1994), daerah perbatasanseperti daerah pesisir dan estuaria menjadi tempatbertemu bagi banyak spesies organisme yangberasal dari darat dan laut. Adanya pertemuan 2ekosistem ini memberikan peluang bagi berbagaijenis organisme untuk menyeberang dari

komunitas yang satu ke komunitas yang lain.Akibatnya, masing-masing jenis organisme yangberasal dari komunitas yang berbeda tersebutmemiliki sebaran yang saling tumpang tindih danbahkan memiliki spesies tersendiri yang tidakditemukan di wilayah darat dan laut. Kadang-kadang spesies tertentu memiliki kelimpahanyang lebih besar di daerah peralihandibandingkan dengan kedua daerah ekosistemyang mengapitnya.

Pertemuan antara ekosistem darat dan laut inidikenal sebagai ekoton dan pada akhirnyamenciptakan suatu keterkaitan ekosistem.Keterkaitan ekosistem terjadi akibat adanyahubungan timbal-balik, baik yang sifatnya satuarah maupun dua arah. Hubungan ini akanmencapai titik klimaks pada saat kesetimbangan

Page 2: EKOSISTEM PULAU-PULAU KECIL DI WILAYAH PESISIR DI …

20|Kutubkhanah: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol 18, No. 1 Januari-Juni 2015

Eddiwan Kamaruddin: Ekosistem Pulau-pulau Kecil di Wilayah Pesisir

dan kestabilan ekosistem telah tercapai.Kecenderungan meningkatnya keanekaragamandan kepadatan di daerah pertemuan antarkomunitas dikenal sebagai pengaruh tepi atau“edge effect”.

Jika kita mengikuti aliran dari sebuah sungaiyang airnya bersumber dari mata air dipegunungan, maka kita akan menemukanberbagai macam komunitas berbeda yang dilaluioleh sungai tersebut hingga tiba di daerah pesisirdan laut. Beberapa komunitas yang dilalui olehaliran sungai tersebut diantaranya adalah: hutanpegunungan, hutan dataran rendah, mangrove,lamun dan terumbu karang. Rangkaian ekosistemdari sekumpulan komunitas tersebut menciptakansuatu keterkaitan ekosistem yang utuh dan salingberhubungan antara satu dengan yang lain.Komunitas hutan pegunungan dan dataran rendahtergolong ke dalam ekosistem darat.Sedangkankomunitas mangrove, lamun dan terumbu karangtermasuk ke dalam ekosistem pesisir.Selain itukomunitas yang terdapat di pulau-pulau kecil yangterpisah dari pulau induk atau daratan utama(kontinen) juga digolongkan sebagai ekosistemdaerah pesisir.

Komunitas mangrove, lamun dan terumbukarang memiliki peran yang saling mendukungbagi keutuhan ekosistem masing-masing.Mangrove memiliki peran secara fisiksebagai penjebak hara dan sedimen, pelindungdaratan dari abrasi dan intrusi air laut dan menjaditempat berlindung bagi banyak organismelaut.Komunitas lamun berperan secara fisikdengan mengurangi energi gelombang,menstabilkan substrat sehingga mengurangikekeruhan, menjebak zat hara, serta menjaditempat bertelur, memijah, mencari makan dan

membesarkan juvenil bagi organisme.Sedangkanterumbu karang sendiri, selain berperanmengurangi energi gelombang, jugamemperkokoh daerah pesisir secara keseluruhandan menjadi habitat bagi banyak jenis organismelaut. Keterkaitan ekosistem di daerah pesisir dapatdibagi menjadi 3, yaitu: keterkaitan ekosistemsecara fisik, kimiawi dan biologis.

Gambar 1. Ekosistem pantai

HUBUNGAN EKOSISTEM DARI ASPEKFISIK

Keterkaitan ekosistem secara fisik antaramangrove, lamun dan terumbu karangberlangsung 2 arah, baik dari arah darat menujuke laut maupun dari laut menuju ke darat.Pergerakan massa air dari darat atau lautmerupakan faktor fisik utama yangmempengaruhi ekosistem di daerah pesisir.Hogarth (2007), menyatakan bahwa mangrovememiliki kemampuan untuk menjebak zat hara,memerangkap sedimen dan melindungi pantaidari hempasan gelombang yangbesar.Kemampuan ini berkaitan erat denganuniknya struktur akar yang dimilikimengrove.Bentuk akar yang bercabang-cabangdengan struktur yang rumit dan kompleksmenyebabkan mangrove memiliki kemampuanmembentuk daratan baru dari sedimen yangmasuk ke daerah pesisir melalui sungai.DiIndia dan Pakistan, Sungai Indus membawapartikel sedimen terlarut sebanyak 200 juta ton

Page 3: EKOSISTEM PULAU-PULAU KECIL DI WILAYAH PESISIR DI …

21|Kutubkhanah: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol 18, No. 1 Januari-Juni 2015

setiap tahunnya yang sebagian besardiendapkan di daerah delta.

Gambar2.Pembibitan Mangrovedan habitat awal nya

Gambar 3.Mangrove pada awal kehidupan nyadi habitat baru

Sedimen yang berasal dari daratan dapatmeningkatkan konsentrasi partikel tersuspensi didaerah pesisir sehingga kolom air menjadi

bertambah keruh. Tingkat kekeruhan yang tinggidapat menyebabkan tertutupnya polip karangsehingga menyebabkan proses fotosintesis didalam sel-sel zooxanthellae dan proses difusidalam polip karang terganggu. Furukawa et al.,(1997) dalam Kathiresan 2001, melaporkanbahwa sekitar 80% dari sedimen yang memasukiMiddle Creek di daerah Cairns Australia saatmusim semi, diendapkan oleh mangrove.Banyaknya sedimen yang diendapkan berkisarantara10 -12 kg/m2/tahun. Jika mangrove hilangdari daerah tersebut maka sedimen akan terusmengalir menuju laut dan menimbulkan efeknegatif bagi organisme laut.

Gambar 4. Habitat di wilayah pesisir yangsedang mengalami kerusakan humus

Hilangnya mangrove akibat badai dapatmenyebabkan kerusakan yang parah bagi habitatdi daerah pesisir. Pada tahun 1992,badaiAndrew menghantam daerah mangrove di pesisirselatan wilayah Florida Amerika Serikat,menyebabkan tercabutnya tumbuhan mangrovehingga seluruh akarnya terangkat dari substrat.Akibatnya, terjadi erosi yang parah di daerahtersebut karena daratan yang sebelumnya

Eddiwan Kamaruddin: Ekosistem Pulau-pulau Kecil di Wilayah Pesisir

Page 4: EKOSISTEM PULAU-PULAU KECIL DI WILAYAH PESISIR DI …

22|Kutubkhanah: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol 18, No. 1 Januari-Juni 2015

ditumbuhi mangrove, digerus oleh ombak danangin kemudian dibawa ke laut menjauhi pantai.Hal ini menyebabkan kekeruhan yang sangattinggi di dalam kolom air dan menyebabkankematian bagi banyak organisme laut yang hidupdi sekitar daerah tersebut (Orihuela et al., 1991,Bouchon et al., 1991).

Badai besar yang terjadi di daerah Karibia jugadapat mengubah struktur komunitas daritumbuhan dan hewan yang hidup di daerahtersebut. Mc Coy et al., 1996, melaporkan bahwabadai Andrew menyebabkan kerusakan parah bagijenis mangrove berukuran besarseperti Laguncuria racemosa. Sedangkanjenis Rhizophora mangle yang memiliki ukurantubuh lebih kecil tidak terpengaruh oleh badaitersebut. Rey et al., 1990, melaporkan bahwabadai Andrew mengakibatkan masuknya airdalam jumlah besar ke daerah yang lebih tinggidalam hutan mangrove yang sebelumnya tidakpernah/kurang terendam saat pasang tertinggi.Terendamnya substrat (inundation) dalam waktuyang lama oleh air laut yang dibawa badaitersebut menyebabkan matinya jenisAvicenniagerminans karena akar nafas jenismangrove ini sangat peka, sehingga tidak tahanjika terendam air dalam waktu yang lama.Daerah yang sebelumnya ditumbuhi olehAvicennia germinans, beberapa tahun kemudiandiisi oleh Rhizophora mangle. Proses suksesi inijuga diikuti oleh organisme lain terutama darikelompok invertebrata yang hidup di sekitar akarmangrove.

Kathiresan (2001), menyatakan bahwakerusakan hutan mangrove akibat badai jugamemberikan dampak bagi organisme yang lain.Badai Gilbert dan Joan yang terjadi di Karibia

pada tahun 1988 menyebabkan kematian massalbagi hewan invertebrata yang hidup di akarmangrove. Topan Hugo yang menghantamdaerah Guadalupe menyebabkan matinya ikandalam jumlah yang besar dan hilangnya daerahmemijah.

HUBUNGAN EKOSISTEM DARI ASPEKKIMIAWI

Proses-proses kimiawi yang terjadi dalamekosistem mangrove juga memberikan pengaruhbagi ekosistem lain di sekitarnya, sepertiekosistem lamun dan terumbu karang. Sebagianbesar proses kimiawi dalam ekosistem mangroveterjadi di dalam substrat dan kolom air. Beberapaparameter yang penting dalam proses inidiantaranya adalah kekeruhan (siltasi),konduktivitas elektrik dan kapasitas pertukarankation. Konsentrasi nutrien juga merupakan faktoryang penting.Dalam hal ini, mangrove termasukekosistem yang seimbang karena sangat efektifdalam menyimpan (sink) nutrien dengan menyerapnitrogen terlarut, fosfor dan silikon. Transfer unsurhara (fluxes nutrien) terjadi melalui prosesfotosintesis dan proses mineralisasi oleh bakteri(Kathiresan, 2001).

Tumbuhan mangrove berperan meningkatkankandungan nutrien dalam substrat melalui serasahberupa daun yang gugur dan materi organik/debrisyang terjebak oleh akar. Substrat akan kehilanganzat hara lebih cepat jika komunitas mangrovemenghilang. Kalyet al., 1997 dalam Kathiresan2001 melaporkan, bahwa kerusakan komunitasmangrove di wilayah Queensland Utara,Australia, menyebabkan hilangnya konsentrasinitrogen dan fosfor secara signifikan dari dalamsubstrat.

Eddiwan Kamaruddin: Ekosistem Pulau-pulau Kecil di Wilayah Pesisir

Page 5: EKOSISTEM PULAU-PULAU KECIL DI WILAYAH PESISIR DI …

23|Kutubkhanah: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol 18, No. 1 Januari-Juni 2015

Komunitas mangrove seringkali mendapatkansuplai bahan polutan seperti logam berat yangberasal dari limbah industri, rumah tangga danpertanian (pupuk yang larut dalam air).Mangrovedalam keadaan normal memiliki kandunganlogam berat yang rendah. Silva et al., 1990 dalamKhatiresan 2001, melaporkan bahwa sedimen dimana komunitas mangrove tumbuh di TelukSepetiba, Rio De Janeiro, Brazil, memilikikandungan Mn dan Cu sebesar 99 %, bahkankandungan Fe, Zn, Cr, Pb dan Cd hampir mencapai100% dari total kandungan logam berat padaekosistem mangrove tersebut. Namun, kandunganlogam berat yang terdapat pada jaringan tubuh darispesies Rhizophora mangle yang tumbuh di atasnyahanya sebesar mencapai 1 % saja.Dengan demikian,tumbuhan mangrove memiliki kemampuan untukmencegah logam berat memasuki jaringan tubuhnya.Hal ini didukung oleh penelitian dari Sadiq danZaidi 1994 dalam Khatiresan 2001 yang dilakukandi Teluk Arab, Saudi Arabia. Kedua penelititersebut menyatakan bahwa tidak ada hubunganantara kandungan logam berat yang terdapat dijaringan tubuh mangrove dengan kandunganlogam berat yang terdapat dalam sedimen(substrat) dimana mangrove tersebut tumbuh.

Gambar 5.Habitat Mangrove

Tam dan Wom 1997 dalam Khatiresan 2001,menyatakan bahwa rendahnya kandungan logamberat dalam jaringan tubuh mangrove disebabkankarena beberapa hal: 1). Rendahnya “bioavaibility”dalam sedimen mangal, 2). mekanisme pengeluaranlogam berat dari jaringan tubuh mangrove, 3).Adaptasi fisiologis yang mencegah terakumulasinyalogam berat di dalam jaringan tubuh mangrove.Akar mangrove berperan sebagai “barrier” yangmencegah logam berat memasuki jaringan tubuhmangrove yang lebih sensitif. Oksigendikeluarkan oleh akar mangrove dalam substratmembentuk plak besi di permukaan akar yangberperan mencegah logam berat memasuki seldalam akar.Jika logam berat memasuki jaringan,terdapat mekanisme yang sangat jelas untukmencegah zat yang berbahaya tersebut masuk kedalam jaringan tubuh mangrove. Konsentrasi logamberat pada benih Rhizophora apiculata di ketahuimengalami penurunan dari akar ke batang dan daribatang ke daun (Khatiresan, 2001).

Faktor fisik dan kimiawi dari mangrove secaraefisien dapat menjebak logam berat yang tidakdapat diakumulasi secara biologis. Pengendapanyang cepat dari logam sulfida yang stabil dalamkondisi anoksik mengurangi bioavailabilitas darilogam trace dalam sedimen. Elemen yang palingaktif seperti Mn dan Zn akan terendap dalamikatan fraksi yang kuat. Dengan demikian,komunitas mangrove mampu mengontrol polusilogam berat di daerah tropis (Kathiresan, 2001).

Kemampuan mangrove untuk mengabsorbsilogam berat dalam sedimen merupakan salahsatu contoh dari bentuk keterkaitanekosistem di daerah pesisir.Logam beratmerupakan substansi yang bersifat toksiksehingga sangat berbahaya bagi organisme laut.

Eddiwan Kamaruddin: Ekosistem Pulau-pulau Kecil di Wilayah Pesisir

Page 6: EKOSISTEM PULAU-PULAU KECIL DI WILAYAH PESISIR DI …

24|Kutubkhanah: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol 18, No. 1 Januari-Juni 2015

Adanya reduksi logam berat yang terbawa olehaliran air dan partikel tersuspensi oleh mangroveakan menjamin sehatnya ekosistem lamun danterumbu karang. Namun, jika ekosistemmangrove menghilang, maka keberadaanekosistem lamun dan terumbu karang juga akanterancam. Meningkatnya konsentrasi logam beratyang bersifat toksik dalam kolom air akanmenimbulkan gangguan fisiologis dalam jaringantubuh organisme laut. Hal ini akan mendorongmunculnya penyakit yang cepat atau lambat dapatmemusnahkan komunitas lamun dan terumbukarang. Kasus yang terjadi di pesisir pantai utara(North Sea dan Wadden Sea) di Jerman adalahmerupakan salah satu contoh.Hilangnyakomunitas lamun di wilayah tersebutmenyebabkan degradasi substrat sehingga upayauntuk merehabilitasi kembali vegetasi lamun didaerah tersebut tidak pernah berhasil. Komunitaslamun yang dahulunya tumbuh subur dan tersebarluas kini menghilang akibat pencemaran limbahindustri dan rumah tangga. Limbah tersebut dibuang melalui Sungai Rheine sejak awalrevolusi industri pada abad ke 18 – 19. Parapeneliti biologi laut memperkirakan bahwakomunitas lamun yang hilang dari pesisir pantaitersebut tidak akan pernah dapat kembali lagi(Moritz Pockberger, Florian Kellnreitner, HaraldAhnelt, Ragnhild Asmus, Harald Asmus, 2006).

Fairhurst dan Graham (2003), melaporkanbahwa keanekaragaman jenis organisme di daerahpadang lamun Mainly Lagoon, pesisir SydneyAustralia, menurun seiring dengan meningkatnyakonsentrasi nutrien dalam kolom air. Tingginyakonsentrasi nutrien dalam kolom air memicupertumbuhan epifit yang berlebihan (blooming)pada daun lamun sehingga menutupi hampir

seluruh permukaan komunitas lamun. Akibatnya,banyak tumbuhan dan organisme lain yang beradapada lapisan bawah tidak mendapatkan suplaicahaya dan Oksigen sehingga mengalamikematian. Di daerah Mainly Lagoon tersebut tidakditemukan adanya komunitas saltmarsh ataumangrove.Dari kasus ini dapat disimpulkanbahwa peran mangrove sebagai penjebak zat haraamatlah penting. Tingginya konsentrasi zat haradalam kolom air tidak selamanya akan menjaminmeningkatnya kualitas ekosistem di daerahlamun, bahkan jika konsentrasi nutrien melewatiambang batas akan menyebabkan komunitaslamun menjadi musnah.

Menurut Barnes dan Hughes (1999),mangrove menghasilkan serasah sebanyak 20ton/ha/tahun dengan produktifitas primersebesar 0.5-2.4 gram C/m2/hari.SedangkanRaffaelli dan Hawkins (1996), menyatakan bahwakomunitas mangrove menghasilkan produktifitasprimer sebesar 310 gram C/m2/tahun. Sebagianbesar dari serasah atau bahan organik yang beradadi daerah mangrove tidak langsung dimanfaatkanoleh organisme melainkan akan memasuki jaring-jaring makanan dalam bentuk bahan organikterlarut (Dissolved Organic Matter).

Mann (2000) menyatakan bahwa rata-rataproduksi serasah mangrove yang berasal dari daundan ranting yang gugur mencapai 0,5 – 1,0 kg/m2/tahun. Dari jumlah tersebut sekitar 50% akanhanyut ke luar dari daerah mangrove saat pasangdan terbawa menuju ke ekosistem lamun danterumbu karang.

Proses transfer nutrien dari daratan menujudaerah mangrove, lamun dan terumbu karangsangat kompleks dan menarik untuk dipelajarikarena menunjukkan adanya hubungan

Eddiwan Kamaruddin: Ekosistem Pulau-pulau Kecil di Wilayah Pesisir

Page 7: EKOSISTEM PULAU-PULAU KECIL DI WILAYAH PESISIR DI …

25|Kutubkhanah: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol 18, No. 1 Januari-Juni 2015

keterkaitan di antara ekosistem yang ada di daerahpesisir. Bahan organik yang dibawa oleh aliransungai dan serasah mangrove mengalami prosesdekomposisi terlebih dahulu sebelum dapatdimanfaatkan lebih lanjut sebagai unsur hara. Saatdaun mangrove gugur dari pohon dan jatuh dipermukaan air, maka dimulailah prosesdekomposisi bahan organik. Daun mangrove yangjatuh di air atau lumpur yang becek dan lembabakan membusuk perlahan-lahan akibat prosesdekomposisi oleh bakteri dan jamur. Prosesdekomposisi ini sangat penting karena mengubahserat daun mangrove yang tidak dapat dicernamenjadi menjadi serat yang lebih mudah dicerna.Serasah mangrove yang sudah membusuk tadikemudian akan dirobek, dicabik-cabik menjadipotongan-potongan yang lebih kecil dan dicernaoleh kepiting dan hewan invertebrata lainnya.Potongan-potongan ini dikenal sebagai POM(Particulate Organic Matter). Setelah dicerna,terbentuk partikel organik yang lebih halus danlebih sederhana dalam bentuk feses (kotoran).Feses ini akan dicerna lebih lanjut oleh organismepemakan deposit (deposit feeder) menghasilkanfeses yang lebih halus lagi dan kemudiandimanfaatkan oleh organisme penyaring makanan(filter feeder).

Eddiwan Kamaruddin: Ekosistem Pulau-pulau Kecil di Wilayah Pesisir

Page 8: EKOSISTEM PULAU-PULAU KECIL DI WILAYAH PESISIR DI …

26|Kutubkhanah: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol 18, No. 1 Januari-Juni 2015

Gambar 6. Beberapa organisme di habitatpulau-pulau kecil di wilayah pesisir

Proses dekomposisi akibat autolisis jaringanmati dan aktifitas bakteri akan menghasilkan bahanorganik yang sifatnya terlarut yang dikenalsebagai DOM (Dissolved Organic Matter).Bahan ini akan dimanfaatkan kembali olehbakteri, diserap oleh hewan invertebrata atauberikatan dengan partikel tersuspensi dangelembung busa melalui proses fisik-kimiawisebelum mengendap di dasar perairan dandimanfaatkan oleh organisme yang hidupdalam sedimen . Sebagian bahan organik akanterhanyut menuju ekosistem lamun danterumbu karang. Bahan Organik (DOM) yangterlarut dalam kolom air akan dimanfaatkanoleh fitoplankton sebagai produsen primermembentuk partikel organik yang lebihkompleks melalui proses fotosintesis .Fitoplankton kemudian dimakan olehzooplankton, zooplankton dimakan olehjuvenil ikan dan seterusnya. Dengan demikianterjadi transfer energi dari mangrove ke dalamjaring-jaring makanan melaluiaktif i tasdekomposisi dari mikroorganisme (Mann,2000).

HUBUNGAN EKOSISTEM DARI ASPEKBIOLOGIS

Gambar 7. Hewan perairan di habitat pulau-pulau kecil di wilayah pesisir dan oil spil di

ekosistem karang

Hubunganketerkaitan ekosistem antaramangrove, lamun dan terumbu karang sudahdiduga sejak lama oleh para ahli ekologi.Namunkepastian tentang bentuk keterkaitan antara ketigaekosistem tersebut secara biologis masih belumbanyak dibuktikan. Salah satu penelitian yangdilakukan untuk membuktikan adanyaketerkaitan ekosistem antara mangrove, lamundan terumbu karang tersebut dilaksanakan olehNagelkerken et al., (2000), di Pulau Curacao,Karibia. Penelitian tersebut dilakukan untukmembuktikan apakah daerah mangrove danlamun benar-benar secara mutlak (obligat)dibutuhkan oleh ikan karang untuk

Eddiwan Kamaruddin: Ekosistem Pulau-pulau Kecil di Wilayah Pesisir

Page 9: EKOSISTEM PULAU-PULAU KECIL DI WILAYAH PESISIR DI …

27|Kutubkhanah: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol 18, No. 1 Januari-Juni 2015

membesarkan ikan yang masih juvenil ataukahhanya sebagai tempat alternatif (fakulatif) sajauntuk memijah. Lokasi penelitian dibagi menjadi4 jenis biotope (habitat) yang berbeda, yaitu :daerah padang lamun di teluk yang ditumbuhikomunitas mangrove, daerah padang lamun diteluk yang tidak ditumbuhi mangrove (tanpamangrove), daerah berlumpur di teluk yangditumbuhi lamun dan mangrove serta daerahberlumpur di teluk yang tidak ditumbuhi lamundan mangrove (daerah kosong tanpa vegetasi).

padang lamun tanpa mangrove menjadi daerahnursery ground obligat bagi Haemulon parrai,Haemulon sciurus, Lutjanus apodus, Lutjanusgriseus, Sparisoma chrysopterum dan Sphyraenabarracuda. Daerah berlumpur yang ditumbuhilamun dan mangrove menjadi daerah nurseryground obligat bagi Lutjanus analis. Daerahpadang lamun dan mangrove menjadidaerah nursery ground fakultatif bagi Chaetodoncapistratus, Gerres cinereus, Haemulonflavolineatum dan Lutjanus mahagoni.

Keterkaitan ekosistem antara mangrove,lamun dan terumbu karang menciptakan suatuvariasi habitat yang mempertinggikeanekaragaman jenis organisme.Hal inimembuktikan adanya pengaruh tepi (edge effect)seperti tampak pada penelitian Nagelkerken etal. (2000).Adanya variasi habitat menciptakandaerah tepi yang saling tumpang tindih.Hal inimenimbulkan suatu daerah pertemuan antarspesies sehingga meningkatkan keaneka ragamanjenis organisme di daerah tersebut. Sedangkan didaerah yang memiliki habitat seragam atau tidakmemiliki vegetasi hanya mendukung sedikitorganisme. D’Avanzo dan Musante (2004),menyatakan bahwa beberapa species ikanterumbu karang melakukan migrasi bolak balikantara terumbu karang, lamun dan mangrove.Sedangkan Mumby (2006), menyatakan bahwabiomassa dari jenis ikan terumbu karang akanmeningkat lebih dari dua kali lipat jika komunitasterumbu karang terhubung dengan daerahmangrove yang masih terpelihara dengan baikkarena proses reproduksi dan regenerasi tidakterganggu.

Eddiwan Kamaruddin: Ekosistem Pulau-pulau Kecil di Wilayah Pesisir

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan,Nagelkerken et al., (2000) melaporkan bahwabeberapa spesies ikan menggunakan daerah lamundan mangrove sebagai daerah asuhan tempatmembesarkan juvenile (nursery ground).Kelimpahan dan kekayaan jenis (species richness)tertinggi ditemukan di daerah padang lamun dandaerah berlumpur yang sekelilingnya ditumbuhioleh vegetasi mangrove. Sedangkan kelimpahandan kekayaan jenis terendah ditemukanpada daerah berlumpur yang tidak memilikivegetasi. Daerah padang lamun dan mangrovemenjadi tempat perawatan dan pembesaranjuvenile yang bersifat obligat bagi spesiesikan: Ocyurus chrysurus dan Scarus iserti. Daerah

Page 10: EKOSISTEM PULAU-PULAU KECIL DI WILAYAH PESISIR DI …

28|Kutubkhanah: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol 18, No. 1 Januari-Juni 2015

Gambar 7. Ikan-ikan di habitat karang pulau-pulau kecil di wilayah pesisir

Hubungan keterkaitan ekosistem antaramangrove, lamun dan terumbu karang jugaditunjukkan oleh migrasi ikan karang menuju kepadang lamun dan hutan mangrove. Dari hasilpenelitian yang telah dilakukan, Versteegh (2003a,2003b) melaporkan bahwa berdasarkan waktunyamigrasi ikan dapat dibagi menjadi 3 seperti

Eddiwan Kamaruddin: Ekosistem Pulau-pulau Kecil di Wilayah Pesisir

diuraikan di bawah ini:1. Migrasi yang dilakukan oleh ikan dari tempat

satu ke tempat yang lain sesuai dengantahapan atau daur hidupnya. Misalnyabeberapa jenis dari ikan melakukan migrasike estuaria saat masih dalam tahap juvenil danbermigrasi kembali ke laut dalam saat dewasa.

2. Migrasi yang dilakukan pada waktu tertentusetiap tahun. Migrasi ini umumnya dilakukanuntuk mencari lingkungan baru yang memilikibanyak sumber makanan, memiliki kisaransuhu tertentu atau mencari tempat untukmemijah dan bertelur. Migrasi ini dikenalsebagai migrasi musiman.

3. Migrasi yang dilakukan setiap hari. Migrasiini umumnya dimulai saat senja. Beberapajenis ikan yang bersifat nocturnal (aktif padamalam hari) bergerak dari tempat beristirahatdi gua-gua atau di daerah terumbu karangmenuju perairan yang lebih dangkal sepertidaerah lamun dan mangrove untuk mencarimakan. Saat fajar ikan-ikan tersebut akanmelakukan migrasi kembali ke tempat yanglebih dalam untuk beristirahat di gua atau didaerah terumbu karang. Migrasi ini disebutmigrasi senja (twilight migration). Adapulaikan yang melakukan migrasi mengikuti polapasang surut. Ikan-ikan dari daerah terumbukarang atau ikan dari laut terbuka akan bergerakmenuju padang lamun dan mangrove saatpasang naik untuk mencari makan dan akankembali saat surut. Migrasi ini disebut migrasipasang surut (tidal migration).

Bukti adanya migrasi harian dari ikan karangmenuju ke ekosistem lamun telah dilaporkan olehBeets et.al., (2003). Hasil penelitian yang

Page 11: EKOSISTEM PULAU-PULAU KECIL DI WILAYAH PESISIR DI …

dilakukan terhadap ikan karang dari jenis“Bluestriped Grunt” Haemulon sciurus dewasadan juvenil dengan menggunakan tagging pasifdan telemetri sonik menunjukkan adanyapergerakan jenis ikan tersebut dari daerah terumbukarang menuju ke padang lamun pada malam hari.Namun tidak dilaporkan aktivitas apa yangdilakukan oleh ikan tersebut di daerah lamun.Akan tetapi kuat dugaan bahwa ikan dewasamelakukan migrasi untuk mencari makansedangkan ikan juvenil untuk berlindung daripemangsa.

Upston dan Booth (2003), melakukanpenelitian dengan menggunakan habitat buatanyang berisi lamun tiruan (artificial seagrass)untuk menentukan penyebab bermigrasinya ikanmenuju ke padang lamun. Lamun buatan/tiruantersebut ditempatkan pada daerah yangberdekatan dengan komunitas lamun alami darijenis Zostera capricorni di Teluk Botany NewSouth Wales, Australia. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa jenis ikan “Tarwhine”Rhabdosargus sarba mendominasi populasi ikanpada habitat buatan dan alami. Juvenil dariberbagai jenis ikan juga ditemukan di habitatbuatan dari lamunartificial setelah di pasangselama 6 hari.Karena daun lamun tiruan tidakmemungkinkan untuk menjadi bahan makananbagi ikan, maka kuat dugaan bahwa sebagianbesar ikan yang yang ada di habitat buatantersebut memanfaatkan komunitas lamun tiruantersebut sebagai tempat untuk berlindung.Namun, perlu penelitian lebih lanjut untukmenentukan apakah habitat lamun buatandigunakan sebagai tempat untuk mencari makan,mengingat juvenil ikan umumnya hanyamemakan Zooplankton atau organisme

invertebrata yang melekat pada daun lamun yangasli (Upston dan Booth 2003).

Dari proses migrasi yang telah diuraikandi atas dapat diketahui bahwa banyak jenisikan membutuhkan beberapa ekosistem yangberbeda untuk hidup. Dengan demikian,hilangnya satu ekosistem akan merugikanbanyak spesies organisme laut. Jika ekosistemmangrove atau lamun hilang, maka banyakorganisme yang hidup di daerah terumbukarang atau laut dalam yang akan mengalamikerugian karena kehilangan tempat untukmencari makan, memijah, membesarkan anakdan berlindung dari pemangsa. Adanyaketerkaitan ekosistem antara mangrove, lamundan terumbu karang menyediakan ruang yanglebih luas dan habitat yang lebih bervariasi. Hal iniberarti akan meningkatkan daya dukung bagikehidupan organisme serta menciptakan suaturantai makanan dan jaring-jaring makanan yanglebih kompleks. Tidak mengherankan apabilakeanekaragaman jen i s o rgan isme lau trelatif tinggi di daerah pertemuan antaraketiga ekosistem tersebut.

Gambar 8. Hewan pantai di pulau-pulau kecil diwilayah pesisir

29|Kutubkhanah: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol 18, No. 1 Januari-Juni 2015

Eddiwan Kamaruddin: Ekosistem Pulau-pulau Kecil di Wilayah Pesisir

Page 12: EKOSISTEM PULAU-PULAU KECIL DI WILAYAH PESISIR DI …

30|Kutubkhanah: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol 18, No. 1 Januari-Juni 2015

Eddiwan Kamaruddin: Ekosistem Pulau-pulau Kecil di Wilayah Pesisir

Beberapa jenis burung yang hidup di daerahmangrove memanfaatkan padang lamun sebagaitempat mencari makanan saat surut. Hal ini jugamerupakan salah satu bentuk keterkaitan secarabiologis antara ekosistem mangrove denganekosistem padang lamun. Jenis-jenis organismeyang menjadi bahan makanan bagi bangau terdiridari hewan invertebrata kecil seperti udang, ikan,cacing polychaeta, siput dan kerang yangterbenam di dalam pasir atau melekat di daunlamun. Kehadiran burung-burung tersebut jugamenciptakan suatu keterkaitan secara kimiawidalam bentuk siklus nitrogen dimana konsentrasiN yang ada di daerah padang lamun akandipindahkan ke hutan mangrove. Ikan yangdimakan bangau mengandung banyak proteinyang akan dicerna dan diterima oleh mangrovedalam bentuk feses (kotoran burung).

KESIMPULAN1. Mangrove merupakan tumbuhan yang

habitatnya terdapat di wilayah pantai dalamekosistem laut, mempunyai hubungan yangkuat dengan berbagai aspek yang ada di dalamekosistem laut. Dalam kehidupannyamangrove mempunyai peranan dan fungsiyang penting di perairan

2. Hubungan mangrove di habitat pulau-pulaukecil di wilayah pesisir terhadap aspek fisik,kimia dan biologi ternyata sangat erat dansangat kuat. Beberapa perubahan fisik, kimiadan biologi yang ada di lingkungan di wilayahpesisir ternyata juga mengakibatkan pola dankondisi kehidupan mangrove juga berubah.Sehingga membentuk kondisi yang adaptifdan bersifat regenerative.

3. Hubungan antara mangrove dengan organisme

perairan di wilayah pesisir dan pulau-pulaukecil ternyata terkait kuat. Biota perairanbersifat adaftif dan responsive terhadapkondisi yang terjadi pada habitat mangrove.Adaptasi tersebut terlihat darikeanekaragaman dan populasi dari biotaperairan itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKABarnes, R. and R. Hughes. 1999. An Introduction

to Marine Ecology; Third Edition. Malden,MA: Blackwell Science, Inc. pp. 117-141.

Bouchon, C., Bouchon-Navaro,Y., Imbert, D. andLouis, M. (1991). The effect of HurricaneHugo on the coastal environment ofGuadeloupe Island (FWI). Annals of theInstitute of Oceanography, Paris 67 (1), 5-33.

Dan Baird a,*, Harald Asmus b, Ragnhild Asmus.2006. An ecological network analysisapproach. Estuarine, Coastal and ShelfScience 80 (2008) 339–356

Fairhurst dan Graham (2003), LaporanKeanekaragaman Jenis Organisme diDaerah Padang Lamun Mainly Lagoon,Pesisir Sydney, Australia.

Furukawa et al., 1997. How do mangrove forestsinduce sedimentation? Rev. Biol. Trop.Vol. 51 No. 2, San José Jun. 2003

I. Nagelkerkena, G. van der Veldea, M. W.Gorissena, G. J. Meijera, T. van’t Hof andC. den Hartoga. 2000. Importance ofMangroves, Seagrass Beds and theShallow Coral Reef as a Nursery forImportant Coral Reef Fishes, Using a

Page 13: EKOSISTEM PULAU-PULAU KECIL DI WILAYAH PESISIR DI …

31|Kutubkhanah: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol 18, No. 1 Januari-Juni 2015

Visual Census Technique. Estuarine,Coastal and Shelf Science (2000) 51, 31–44 doi:10.1006/ecss.2000.0617

K. Kathiresan and B.L. Bingham. 2001. Biologyof Mangroves and Mangrove Ecosystems.Advances In Marine Biology. Vol 40: 81-251

Lan, S.F. and H.T. Odum 1994. Emergy synthesisof the environmental resource basis andeconomy in China.Ecologic Science1994(l):63-74 (China).

Lan, S.F. and H.T. Odum. 1994. Emergyevaluation of the environment andeconomy of Hong Kong. J. of Env. Sci.6(4):432-439.

Lee, S.M. and H.T. Odum. 1994. Emergy analysisoverview of Korea. J. of the Korean Env.Sci. Soc. 3(2) :165-175.

Maria Cristina Diaz, Museo Marino de Margarita,Blvd. 2009. El Paseo, Boca del Río,Margarita, Edo. Nueva Esparta,Venezuela. Klaus Ruetzler, Department ofInvertebrate Zoology, National Museum ofNatural History, Smithsonian Institution,Washington, D.C. 20560-0163, USA.Corresponding author: M. C. Diaz([email protected]). Manuscriptreceived 9 June 2008; accepted 20 April2009.

McCoy, E.D., Mushinsky, H.R., Johnson, D. andMeshaka, W.E. Jr. (1996). Mangrovedamage caused by Hurricane Andrew on thesouthwestern coast of Florida. Bulletin ofMarine Science 59 (1), 1-8.

Moritz Pockberger, Florian Kellnreitner, HaraldAhnelt, Ragnhild Asmus, Harald Asmus.2006. An abundant small sized fish as

keystone species? The effect ofPomatoschistus microps on food webs andits trophic role in two intertidal benthiccommunities: A modeling approach. Journalof Sea Penelitian 01/2014; 86: 86-96

Odum, H.T. 1994. “Emergy” evaluation ofbiodiversity for ecological engineering.pp.330-359 in Biodiversity and Landscapes -A Paradox of Humanity, ed. by K.C. Kimand R.D. Weaver. Cambridge UniversityPress, NY, 431 pp.

Odum, H.T. 1994. Ecological economics. pp. 159-161 in The Encyclopedia of theEnvironment, R.A. Eblen and W.R. Eblen,eds. Houghton-Mifflin, NY. 846 pp.

Odum, H.T. 1994. Ecological engineering: thenecessary use of ecological self-design. J.Env. Engr. 120 (3): 486-490.

Odum, H.T. 1994. Ecological engineering: thenecessary use of ecological self-design.Ecol. Engr. 3(2):115-119.

Odum, H.T. 1994. General systems view ofpopulation and the United Nations. ActaCientifica 8(3):125-128, 1994 (publishedin 1997).

Odum, H.T. 1994. The Emergy of natural capital.pp. 200-214 in Investing in NaturalCapital, A.M. Jansson, M. Hammer, C.Falke, and R. Costanza, eds. Island Press,Covelo, CA.

Odum., H.T. 1994. Ecological and GeneralSystems: An Introduction to SystemsEcology. (Revised edition of: SystemsEcology, 1983, John Wiley, 644pp.)University Press of Colo., PO Box849, Niwot, CO., 80544.644 pp.

Orihuela et al., 1991, Biodiversity and Abundance

Eddiwan Kamaruddin: Ekosistem Pulau-pulau Kecil di Wilayah Pesisir

Page 14: EKOSISTEM PULAU-PULAU KECIL DI WILAYAH PESISIR DI …

32|Kutubkhanah: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol 18, No. 1 Januari-Juni 2015

of Sponges in Caribbean Mangrove:Indicators of Environmental Quality.

Orihuela, B. , H. Diaz., and D. E. Conde. 1991.Mass mortality in a mangrove roots faolingcommunity in a hypersaline tropical lagon.Biotropical, 23-592-601

Rey, J.R., Crossman, R.A. and Kain, T.R. (1990b).Vegetation dynamics in impounded marshesalong the Indian River Lagoon, Florida,USA. Environmental Management, 14 (3),396-410

Robin M. Hogarth. 2007. Process tracing inclinical judgment. Behavioral Science.Volume 19, Issue 5, pages 298–313.Copyright © 1974 John Wiley & Sons,Ltd. Publication on Systems Research andBehavioral Science, USA

Sundberg, U., J. Lindegren, H.T. Odum and S.Doherty. 1994. Forest Emergy Basis forSwedish Power in the 17th Century.Supplement No. 1 (1994) to theScandinavian Journal of Forest Research,Scandinavian University Press,Stockholm, Sweden. 50 pp.

Sundberg, U., J. Lindegren, H.T. Odum and S.Doherty. 1994. Skogens Anvandning och Rollunder det Svanska Stormaktsvaldet:Perspektiv pa Energi och Makt. Kungl. Skogs- och Lantbruksakademien, Stockholm,Sweden.

Ulgiati, S. , H.T. Odum and S. Bastianoni. 1994.Emergy use, environmental loading andsustainability. An emergy analysis of Italy.Ecol. Model. 73(1994):215-268.

Eddiwan Kamaruddin: Ekosistem Pulau-pulau Kecil di Wilayah Pesisir