3
Kondisi Sosial, Budaya, dan Ekonomi Permukiman Tionghoa (Pecinan) di Semarang Wilayah Pecinan Semarang merupakan bagian dari wilayah kelurahan Kranggan, Kecamatan Semarang Tengah. Memiliki batas wilayah: Batas Utara : Jalan gang Warung, Pekojan Batas Selatan : Kali Semarang Batas Timur : Kali Semarang Batas Barat : Jalan Beteng dan Pedamaran Kependudukan Penduduk yang tinggal di kawasan Pecinan Semarang ini adalah warga keturunan Cina yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu : a. Masyarakat Cina totok yang masih berorientasi pada kebudayaan aslinya, dan mempunyai keterkaitan dengan leluhur serta adat- istiadat dari negara asalnya. b. Masyarakat Cina peranakan, yang sudah melebur dalam budaya lokal, dan sudah kehilangan identitas aslinya serta mengalami pergeseran dalam budaya dan tata nilainya. Kepercayaan Religi masyarakat etnis Tiong hoa selalu dipengaruhi oleh pemujaan terhadap arwah leluhur dan tiga ajaran utama, yaitu ; Konfusianisme, Taoisme, dan Buddhism. Sebagian besar masyarakat asli kawasan Pecinan Semarang masih menganut kepercayaan Tri Dharma (Konfusianisme, Taoisme, dan Buddhism) a. Ajaran Taoisme Taoisme merupakan dasar pikiran budaya orang Cina. Tokohnya adalah Lao Tze yang menulis kitab Dao De Jing yang menjadi inti ajaran Taoisme. Taoisme menekankan ajarannya pada hidup mengikuti kehendak alam, hakekat keharmonisan antara kehidupan langit (alam

Ekososbud Pecinan

  • Upload
    michan

  • View
    3

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas Perbaikan Lingkungan

Citation preview

Page 1: Ekososbud Pecinan

Kondisi Sosial, Budaya, dan Ekonomi Permukiman Tionghoa (Pecinan) di Semarang

Wilayah

Pecinan Semarang merupakan bagian dari wilayah kelurahan Kranggan, Kecamatan Semarang Tengah.

Memiliki batas wilayah:

Batas Utara : Jalan gang Warung, Pekojan Batas Selatan : Kali Semarang Batas Timur : Kali Semarang Batas Barat : Jalan Beteng dan Pedamaran

Kependudukan

Penduduk yang tinggal di kawasan Pecinan Semarang ini adalah warga keturunan Cina yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu :

a. Masyarakat Cina totok yang masih berorientasi pada kebudayaan aslinya, dan mempunyai keterkaitan dengan leluhur serta adat-istiadat dari negara asalnya.

b. Masyarakat Cina peranakan, yang sudah melebur dalam budaya lokal, dan sudah kehilangan identitas aslinya serta mengalami pergeseran dalam budaya dan tata nilainya.

Kepercayaan

Religi masyarakat etnis Tiong hoa selalu dipengaruhi oleh pemujaan terhadap arwah leluhur dan tiga ajaran utama, yaitu ; Konfusianisme, Taoisme, dan Buddhism. Sebagian besar masyarakat asli kawasan Pecinan Semarang masih menganut kepercayaan Tri Dharma (Konfusianisme, Taoisme, dan Buddhism)

a. Ajaran TaoismeTaoisme merupakan dasar pikiran budaya orang Cina. Tokohnya adalah Lao Tze

yang menulis kitab Dao De Jing yang menjadi inti ajaran Taoisme. Taoisme menekankan ajarannya pada hidup mengikuti kehendak alam, hakekat keharmonisan antara kehidupan langit (alam gaib) dengan kehidupan di bumi dan manusia (alam, dunia nyata). Taoisme mengajarkan upacara untuk mencapai kesempurnaan hidup yang bertemapt di Klenteng. Inti ajaran Taoisme adalah selalu berusaha untuk mengikuti kehendak alam, ajaran Tao mengatur secara hierarkis arah-arah mata angin yang penting:

Arah Timur sama dengan musim panas bersimbol warna merah Arah Barat sama dengan musim gugur berrsimbol warna putih Arah Utara sama dengan musim dingin bersimbol warna hitam Arah Selatan sama dengan musim semi bersimbol warna biru

b. Ajaran Buddhism

Page 2: Ekososbud Pecinan

Ajaran Buddhism yang paling menonjol adalah kepercayaan adanya hidup setelah mati (reinkarnasi). Alam semesta memiliki tingkatan hirearkis, yaitu pemutasian kekuatan Yin (wanita/kegelapan) dan Yang (pria/terang) dan kombinasi lima elemen alam, yaitu: logam, kayu, api, air, dan tanah/bumi.

Mata Pencaharian

Mata pencaharian yang paling mencolok dari masyarakat etnis Tiong hoa yang hidup di kawasan Pecinan Semarang adalah berdagang. Di daerah pecinan sendiri banyak rumah-rumah yang berbentuk pertokoan atau bagian muka dari rumah-ruamh etnis tionghoa ini di fungsikan untuk kegiatan berdagang. Di pecinan sendiri toko- toko ini memiliki kompleks atau area, diantaranya:

Pertokoan tekstil di Jalan Gang Warung Toko obat-obatan Cina dan apotek di Jalan Gang Warung Jalan Gang Pinggir sebagai pusat perdagangan emas dan perhiasan Jalan Gang Baru, sebagai Shopping street, berfungsi sebagai pasar

tradisional . Jalan Gang Baru dan Gang Beteng merupakan tempat penjualan hasil bumi.

Jalan Gang Tengah sebagai pusat perkantoran Bank.

Kehidupan Sosial

Untuk menampung kegiatan bersama masyarakat biasanya menggunakan balai RT/RW yang ada atau halaman sekolah maupun halaman depan beberapa klenteng yang luas, serta halaman komplek bangunan yayasan. Walaupun terdapat ruang public yang biasa digunakan untuk kegiatan bersama masyarakat Pecinan, tapi sebenarnya proses interaksi justru terjadi paling banyak di jalan muka rumah. Halaman rumah yang hampir tidak ada, masa bangunan   yang saling berderet dan berdempetan serta ruang jalan yang sempit mempunyai fungsi sebagai ruang komunal untuk bersosialisasi.

Kebudayaan

Di daerah pecinan Semarang, budaya penduduk tionghoa masih bertahan seperti kebudaan asli leluhur di Cina. Terjadi pula beberapa akulturasi budaya dan beberapa orang asli Cina menikah dengan pribumi agar membentuk keluarga baru di Indonesia. Kelompok tersebut menggunakan bahasa daerah di tempat tinggalnya sebagai bahasa sehari-hari, di lain pihak mereka masih menganut adat istiadat Tionghoa seperti berdoa menurut kepercayaan Tionghoa tradisional (Greif; 1991; hal 1-3) atau memperingati tahun Tionghoa baru (Imlek). Kelompok ini disebut Peranakan Tionghoa.

Pada setiap Imlek / tahun baru cina, penduduk pecinan semarang akan merayakan hari besar etnis tionghoa ini dengan sangat meriah, seperti membunyikan petasan, tari-tarian dan itu disambut warga etnis Cina dengan suka cita. Dan kini perayaan Imlek telah menjadi salah satu agenda pariwisata yang sangat di minati wisatawan yang berkunjung di Semarang.

Sumber:

Page 3: Ekososbud Pecinan

Budiman, Amen. 1979. Semarang Juwita. Semarang : Penerbit Tanjung sari. Pramono, Lenny. 2005. Karakteristik Arsitektur Kawasan Pecinan Semarang.

Laporan Skripsi Universitas Katolik Parahyangan.