50
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia sangat membutuhkan informasi untuk mengetahui peristiwa yang terjadi di sekitar, memahami kedudukan dan perannya dalam masyarakat. Komunikasi merupakan aktivitas penyampaian informasi dari pemberi informasi ke penerima informasi. Sarana-sarana informasi seperti televisi, radio, telepon, surat kabar, majalah bahakan film berperan dalam berlangsungnya kelancaran komunikasi sehingga informasi dapat diperoleh. Film Indonesia dari tahun ke tahun semakin banyak yang bermunculan, meskipun dalam kenyataannya harus bersaing dengan film-film asing. Film Indonesia sekarang sudah mulai diminati oleh banyak kalangan, baik dari kalangan anak- anak, remaja, sampai dewasa. Dunia perfilman Indonesia beberapa tahun yang lalu sangat mengkhawatirkan karena kurangnnya produk film terbaru dari para anak bangsa, namun pada saat sekarang sudah banyak bermunculan film-film dari

Eks Lanjutan v3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Eks Lanjutan v3

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia sangat membutuhkan informasi untuk mengetahui peristiwa yang

terjadi di sekitar, memahami kedudukan dan perannya dalam masyarakat.

Komunikasi merupakan aktivitas penyampaian informasi dari pemberi informasi

ke penerima informasi. Sarana-sarana informasi seperti televisi, radio, telepon,

surat kabar, majalah bahakan film berperan dalam berlangsungnya kelancaran

komunikasi sehingga informasi dapat diperoleh.

Film Indonesia dari tahun ke tahun semakin banyak yang bermunculan,

meskipun dalam kenyataannya harus bersaing dengan film-film asing. Film

Indonesia sekarang sudah mulai diminati oleh banyak kalangan, baik dari

kalangan anak-anak, remaja, sampai dewasa. Dunia perfilman Indonesia

beberapa tahun yang lalu sangat mengkhawatirkan karena kurangnnya produk

film terbaru dari para anak bangsa, namun pada saat sekarang sudah banyak

bermunculan film-film dari karya anak bangsa Indonesia sehingga kalangan

masyarakat lebih tertarik dalam mengkonsumsi film-film Indonesia.

Film-film yang bermunculan pada saat sekarang sangat beraneka ragam,

dimulai dari film horor, persahabatan, percintaan, perceraian, perebutan harta

serta film yang menceritakan tentang pendidikan. Salah satu film yang

membahas tentang pendidikan di Indonesia adalah Film “Ikhsan, Mama I love

You”. Dari judul film tersebut, orang-orang mungkin beranggapan bahwa film

Page 2: Eks Lanjutan v3

2

tersebut merupakan film anak-anak yang menceritakan tentang kasih sayang

seorang anak terhadap ibunya. Pada umumnya film tersebut memang

menceritakan tentang kisah seorang anak yang sangat menyayangi ibunya,

tetapi disisi lain film tersebut memiliki makna yang sangat penting dalam

meningkatkan mutu pendidikan di negara Indonesia pada saat sekarang. Film

tersebut menceritakan tentang anak yang mengalami kesulitan belajar dyslexia

atau kesulitan dalam membaca. Anak tersebut diberi nama Ikhsan, memiliki

keluarga yang sangat bahagia. Namun di lain pihak anak tersebut tidak

merasakan adanya kebahagiaan pada dirinya, karena sering merasa dirinya

adalah anak yang bodoh dan selalau menyusahkan orang tua. Ikhsan selalu

berusaha untuk terus belajar, agar orang-orang yang ada di sekitarnya tidak lagi

menggap Ikhsan sebagai anak yang mengalami gangguan dyslexia.

Motivasi belajar merupakan penggerak yang mengaktifkan siswa untuk

melibatkan diri dalam proses pembelajaran (Winkel, 2004). Motivasi belajar

adalah dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan sesuatu yang

berhubungan dengan proses belajar, seperti kesadaran untuk belajar di rumah,

kemauan untuk mengerjakan tugas, menyimak keterangan dari guru, dan

kemauan mengemukakan suatu pendapat (Sardiman, 2009). Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Suhendri (2009) yang mengemukakan bahwa

ada pengaruh dari film “Laskar Pelangi” yang merupakan film motivasi belajar

tehadap motivasi belajar siswa SMP. Sehingga peneliti mengambil sampel yang

juga berasal dari siswa SMP Negeri 18 Makassar untuk diperlihatkan tayangan

Page 3: Eks Lanjutan v3

3

dari film Ikhsan, Mama I Love You dan melihat apakah ada pengaruh dari film

tesebut terhadap motivasi belajar sisiwa.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka untuk mempermudah

pembahasan diberikan rumusan masalah yaitu bagaimana pengaruh film

“Ikhsan, Mama I Love You” terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri 18

Makassar?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk mengetahui bagaimana

pengaruh film “Ikhsan, Mama I Love You” terhadap motivasi belajar siswa SMP

Negeri 18 Makassar?

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian tersebut diharapkan bermanfaat untuk menambah

wawasan pembaca terkait mengenai permasalahan dari pengaruh film

terhadap motivasi belajar dan bisa menjadi salah satu referensi ilmu

pengetahuan, khususnya dalam disiplin ilmu psikologi. Penelitian tersebut

juga diharapkan dapat menjadi salah satu sumber rujukan teoritis untuk

penelitian-penelitian dengan tema yang relevan.

Page 4: Eks Lanjutan v3

4

2. Manfaat Praktis

a) Bagi penulis, sebagai wadah untuk memperluas pengetahuan,

pemahaman dan pengalaman serta memberikan kontribusi nyata bagi

kemajuan penelitian dan pengaplikasian ilmu psikologi yang dimiliki.

b) Bagi institusi pendidikan, dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan

kajian literatur dalam studi ilmu pengetahuan khususnya ilmu psikologi.

c) Bagi masyarakat, sebagai penambahan wawasan terkait mengenai

media pembelajaran yang bisa meningkatkan motivasi belajar anak.

Page 5: Eks Lanjutan v3

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Motivasi Belajar

2.1.1.1 Pengertian Motivasi Belajar

Uno (2010:1) menjelaskan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan

dasar yang dimiliki oleh seseorang yang menggerakkan untuk bertingkah

laku sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Motivasi juga dapat dikatakan

sebagai kekuatan yang dimiliki oleh seseorang baik dari dalam maupun dari

luar yang dapat mendorong seseorang untuk mencapai suatu tujuan

tertentu. Uno (2010:8) mengemukakan bahwa suatu konsep motivasi yang

dimiliki oleh seseorang yang berhubungan dengan tingkah lakunya dapat

dikelompokkan sebagai berikut : (1) seseorang memiliki kesenangan

terhadap sesuatu, ketika seseorang tersebut dapat mempertahankan rasa

senangnya maka ia akan cenderung termotivasi untuk melakukan kegiatan

tersebut, dan (2) ketka seseorang tersebut merasa yakin dapat menghadapi

tantangan tersebut, maka biasanya orang tersebut lebih tedorong untuk

melakukan kegiatan tersebut.

Shih dan Gamon (2001:12) mengemukakan bahwa

motivasi adalah satu-satunya faktor yang signifikan yang dapat

meningkatkan prestasi dan belajar siswa yang tergantung dari kondisi

kelasnya. Ketika kondisi kelas terasa nyaman, maka siswa lebih termotivasi

Page 6: Eks Lanjutan v3

6

dalam belajar dan melakukan persaingan di kelas. Uno (2010:8-9)

mengemukakan bahwa banyak dari teori motivasi yang lebih didasarkan

dari asas kebutuhan (need) yang menyebabkan seseorang berusaha agar

dapat memenuhinya. Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang

berupa kekuatan yang mendorong seseorang dalam melakukan sesuatu

untuk mencapai tujuan sehingga diperlukan suatu proses interaksi dari

beberapa unsur. Kekuatan-kekuatan tersebut pada dasarnya dirangsang

oleh adanya berbagai macam kebutuhan, seperti keinginan yang hendak

dipenuhinya, tingkah laku, tujan, dan umpan balik. Proses interaksi tersebut

sebagai produk motivasi dasar (basic motivation process), dapat

digambarkan dengan model proses seberti berikut yaitu:

Gambar 1. Proses Motivasi Dasar

Motivasi belajar adalah keseluruhan dari daya penggerak psikis di dalam

diri siswa yang dapat menimbulkan, menjamin kelangsungan dan

memberikan arah pada aktivitas belajar untuk mencapai suatu tujuan

tertentu (Winkel, 2004: 169). Motivasi merupakan bagian dari learning,

motivasi sangat penting dalam proses belajar mengajar sebagaimana

Feedback Goals

BehaviorNeeds,

desires, or

expectation

Page 7: Eks Lanjutan v3

7

pendapat dari Mc Conel yang menyatakan bahwa tidak ada suatu masalah

dalam proses mengajar yang lebih penting dibandingkan motivasi. Motivasi

belajar sangat dibutuhkan oleh siswa sebagai pembelajaran untuk

keberhasilan dari proses pembelajaran (Sahabuddin, 2007:142).

Motivasi belajar adalah dorongan dari dalam diri individu untuk

melakukan sesuatu yang berhubungan dengan proses belajar, seperti

kesadaran untuk belajar di rumah, kemauan untuk mengerjakan tugas,

menyimak keterangan dari guru, dan kemauan mengemukakan suatu

pendapat (Sardiman, 2009). Siswa yang tidak memiliki motivasi, tidak akan

berusaha keras untuk belajar, sebaliknya siswa yang memiliki motivasi

tinggi senang ke sekolah dan menyerap pembelajaran (Santrock, 2004).

2.1.1.2 Komponen-Komponen Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan penggerak yang mengaktifkan siswa untuk

melibatkan diri dalam proses pembelajaran (Winkel, 2004:186-195).

Djamarah (2002:114) mengemukakan bahwa dalam proses belajar,

motivasi sangat dibutuhkan, sebab seseorang yang tidak mempunyai

motivasi dalam belajar maka tidaka akan mungkin melakukan aktivitas

belajar. Hamalik (2006:159) menjelaskan bahwa motivasi memiliki dua

komponen yaitu komponen luar atau motivasi ekstrinsik dan komponen

dalam atau motivasi intrinsik.

1. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik dalam belajar didasarkan pada manfaat dari tugas

belajar yaitu untuk memenuhi suatu kebutuhan dan mencapai target

Page 8: Eks Lanjutan v3

8

belajar. Motivasi belajar ekstrinsik digolongkan ke dalam bentuk aktivitas

belajar yaitu :

a. Belajar demi memenuhi kewajiban sebagai siswa

b. Siswa belajar untuk menghindari ancaman terhadap hukuman

c. Siswa belajar untuk memenuhi hadiah belajar yang telah dijanjikan

oleh guru

d. Belajar dilaksanakan untuk meningkatkan gengsi sosial

e. Siswa belajar agar mendapat pujian dari yang dianggap penting,

seperti guru dan orang tua

f. Siswa belajar untuk memenuhi persyaratan kenaikan jenjang

2. Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik selain berasal dari dalam diri siwa juga dapat

berasal dari peran orang lain yang menanamkan pentingnya kebutuhan

dalam diri mereka. Motivasi intrinsik didasarkan pada kebutuhan dan

dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Winkel

(2004) mengemukakan bahwa motivasi belajar intrinsik digolongkan

pada aktivitas belajar yaitu :

a. Keseriusan dalam belajar

b. Siswa belajar untuk mengetahui permasalah ataupun materi secara

lengkap

c. Siswa ingin menjadi ahli dalam bidang ilmu tertentu seperti profesor.

Uno (2010:23) menjelaskan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi

motivasi belajar yaitu (1) faktor intrinsik berupa hasrat dan keinginan untuk

Page 9: Eks Lanjutan v3

9

berhasil serta adanya dorongan kebutuhan belajar, harapan dalam

menentukan cita-cita, (2) faktor ekstrinsik yaitu berupa adanya

penghargaan, kegiatan belajar yang menarik, dan lingkungan belajar yang

kondusif. Kedua faktor ini disebabkan oleh adanya rangsangan tertentu,

sehingga seseorang memiliki keinginan untuk melakukan aktivitas belajar

yang lebih giat dan semangat.

Hakikat dari motivasi belajar adalah adanya dorongan internal dan

eksternal pada siswa-siswi yang sedang melakukan aktivitas belajar untuk

mengadakan suatu perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan

menggunakan beberapa indikator yang mendukung yang mempunyai

peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator-

indikator dalam motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut

yaitu : (1) memiliki hasrat dan keinginan untuk berhasil, (2) memiliki

dorongan dan kebutuhan dalam proses belajar, (3) memiliki harapan dan

cita-cita untuk masa depan, (4) memiliki penghargaan dalam proses belajar,

(5) memiliki kegiatan yang menarik dalam proses belajar, (6) adanya

lingkungan belajar yang kondusif untuk belajar sehingga memungkinkan

seorang siswa/siswi dapat belajar dengan baik dan kondusif (Uno,

2010:23).

Page 10: Eks Lanjutan v3

10

2.1.1.3 Peran Motivasi Dalam Pembelajaran

Uno (2010:27-29) mengemukakan bahwa ada beberapa peranan

penting dari motivasi belajar dan pembelajaran, antara lain yaitu :

1. Peran motivasi dalam menentukan hal-hal yang dapat dijadikan

penguatan belajar, apabila seorang anak yang sedang belajar

dihadapkan pada suatu masalah yang membutuhkan suatu pemecahan

dan hanya dapat dipecahkan dengan bantuan hal-hal yang pernah dilalui

sebulumnya. Misalnya, seorang anak ingin memecahkan materi bahasa

indonesia dengan bantuan kamus bahasa indonesia. Tanpa bantuan

kamus tersebut, anak tersebut tidak dapat menyelesaikan tugas bahasa

indonesia. Dalam kaitan itu, anak berusaha mencari kamus bahasa

indonesia tersebut. Upaya untuk mencari kamus bahasa indonesia

tersebut merupakan peran motivasi yang dapat menimbulkan

pengauatan belajar.

2. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar, sangat erat kaitannya

dengan kemaknaan belajar. Seorang anak akan tertarik untuk belajar

sesuatu, jika materi yang dipelajari tersebut sudah dapat diketahui

manfaatnya bagi anak. Misalnya, seorang anak akan termotivasi belajar

elektronik karena dengan belajar elektronik dapat melahirkan kemapuan

seorang anak dalam bidang elektronik. Ketika anak tersebut diminta

untuk membetulkan radio rusak, dan berkat pengalamannya dari

pelajaran elektronik maka radio tersebut menjadi baik setelah anak

tersebut memperbaikinya. Dari pengalaman tersebut, anak semakin hari

Page 11: Eks Lanjutan v3

11

semakin termotivasi untuk belaja karena anak sudah mengetahui makna

dari belajar.

3. Motivasi menentukan ketekunan belajar, seorang anak yang telah

termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusaha mempelajarinya

dengan baik dan tekun dengan harapan anak dapat memperoleh hasil

yang baik. Dari hal itu, sangat tampak bahwa motivasi untuk belajar

menyebabkan seorang anak lebih tekun untuk belajar. Sebaliknya,

apabila seorang anak kurang atau sama sekali tidak memiliki motivasi

untuk belajar maka anak cenfderung tidaka tahan lama untuk belajar dan

mudah tergoda untuk mengerjakan hal lain. Sehingga disimpulkan

bahwa motivasi sangat berpengaruh terhadap ketekunan dan ketahanan

anak untuk belajar.

2.1.1.4 Teknik-teknik Motivasi Dalam Pembelajaran

Uno (2010:34-37) mengemukakan bahwa ada beberapa teknik motivasi

yang dapat dilakukan pembelajaran, yaitu sebagai berikut :

1. Pemberian pernyataan penghargaan secara verbal, pernyataan verbal

terhadap perilaku atau hasil kerja yang baik merupakan cara yang paling

mudah dan efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa/siswi

kepada hasil belajar yang baik.

2. Menggunakan nilai hasil ulangan sebagai pemacu keberhasilan,

pengetahuan atas hasil pekerjaan dari anak merupakan salah satu cara

untuk meningkatkan motivasi belajar anak.

Page 12: Eks Lanjutan v3

12

3. Menimbulkan rasa ingin tahu kepada anak, rasa ingin tahu dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa/siswi dan dapat ditimbulkan oleh

suasana yang yang dapat mengejutkan ketidaktentuan, keragu-raguan,

adanya kontradiksi, menemukan suatu hal yang baru, dan menghadapi

masalah yang sulit dipecahkan. Hal tersebut dapat menimbulkan konflik

konseptual yang bisa membuat siswa/siswi merasa penasaran, sehingga

dengan sendirinya dapat menyebabkan siswa tersebut berupaya keras

untuk bisa memecahkanya. Upaya inilah yang menjadi motivasi belajar

siswa/siswi bertambah besar.

4. Memunculkan sesuatu yang tidak terduga oleh siswa, guru berusaha

untuk menimbulkan rasa ingin tahu siswa.

5. Menjadikan tahap dini dalam belajar bagi siswa, misalnya memberikan

semacam hadiah kepada siswa pada tahap pertama dalam belajar yang

memungkinkan siswa lebih bersemangat untuk belajar kedepannya.

6. Menggunakan materi yang sudah dikenal oleh siswa sebagai contoh

dalam belajar, siswa lebih mudah menerima ataupu mengingat sesuatu

yang telah dikenalinya. Jadi guru hendaknya menggunakan hal-hal yang

telah diketahui oleh siswa sebagai bahan untuk menjelaskan sesuatu

yang baru ataupun belum dipahami oleh siswa.

7. Menggunakan sesuatu yang unik dan tak terduga untuk menerapakan

konsep dan prinsip yang telah dipahami, siswa cenderung lebih senang

sesuatu yang unik untuk dipelajari dibandingkan dengan sesuatu yang

biasa-biasa saja.

Page 13: Eks Lanjutan v3

13

8. Menuntut siswa untuk lebih menggunakan hal-hal yang sudah dipelajari

sebelumnya, siswa dapat menguatkan pemahaman ataupun

pengetahuannya mengenai hal-hal yang telah dipelajarinya.

9. Menggunakan simulasi ataupun semacam permainan dalam prose

belajar, simulasi adalah upaya untuk menerapkan sesuatu yang telah

dipelajari ataupun yang sedang dipelajari melalui tindakan langsung.

Suasana yang lebih menarik dapat menyebabkan proses belajar menjadi

lebih bermakna secara efektif maupun emosional bagi siswa. Sesuatu

yang lebih bermakna akan lebih mudah diingat, dipahami, ataupun

dihargai.

10. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan

kemampuannya di depan umum, hal tersebut dapat menimbulkan rasa

bangga dan lebih diharagai sehingga dengan suasana tersebut dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa.

11. Mengurangi hal-hal yang tidak menyenangkan dalam belajar dan

mengurangi keterlibatan siswa dalam proses belajar, hal-hal yang positif

dari keterlibatan siswa dalam proses belajar hendaknyalebih ditekankan,

sedangkan hal-hal yang negatif sebaiknya dikurangi.

12. Memahami iklim sosial di sekolah, merupakan suatu dorongan untuk

lebih mudah berbuat bagi siswa sehingga siswa mampu memperoleh

bantuan yang tepat dalam mengatasi suatu masalah ataupun

kesulitannya dalam belajar.

Page 14: Eks Lanjutan v3

14

13. Memanfaatkan kewibawaan dari guru secara tepat, guru hendaknya

memahami secara tepat ketika harus menggunakan berbagai

manifestasi kewibawaannya pada siswa untuk meningkatkan motivasi

belajar siswa seperti kewibawaan dalam memberikan ganjaran,

kewibawaan dalam pengendalian perilaku siswa, kewibawaan

berdasarkan hukum, kewibawaan sebagai rujukan, dan kewibawaan

karena keahlian.

14. Memadukan motifasi-motivasi yang kuat, seorang siswa lebih giat belajar

mungkin karena latar belakang motiv berprestasi sebagai motivasi yang

kuat dan biasanya siswa juga belajar karena ingin menonjolkan diri dan

memperoleh penghargaan atau dapat memperoleh kekuatan. Ketika

motivasi-motivasi yang kuat tersebut dipadukan, maka siswa

memperoleh penguatan motif yang lebih dan memiliki kemauan belajar

yang lebih besar sampai mencapai keberhasilan yang tinggi.

15. Memperjelas tujuan belajar yang ingin dicapai, makin jelas tujuan yang

ingin dicapai oleh sorang siswa maka akan semakin terarah upaya untuk

mencapainya.

16. Merumuskan tujuan-tujuan sementara yang ingin dicapai, untuk

mencapai tujuan belajar yang lebih terarah maka tujuan belajar yang

lebih umum itu sebaiknya dipilah menjadi tujuan sementara uang lebih

jelas dan lebih mudah untuk dicapai.

17. Memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai dari proses belajar, guru

hendaknya selalu memberiatahukan nilai ujian atau nilai pekejaan rumah

Page 15: Eks Lanjutan v3

15

kepada siswanya. Dengan mengetahui hasil belajar yang telah dicapai

oleh siswa, maka motivasi belajar siswa lebih kuat baik dilakukan karena

ingin mempertahankan hasil belajar yang telah dicapai, maupun ingin

memperbaiki hasil belajarnya yang kurang memuaskan.

18. Membuat suasana persaingan yang sehat diantara para siswa, suasana

tersebut dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk

mengukur kemampuannya sendiri melalui kemampuan orang lain. Selain

itu, belajar dengan bersaing juga menimbulkan upaya belajar yang

sungguh-sungguh. Siswa juga hendaknya memiliki keinginan untuk

selalu lebih baik dari orang lain.

19. Mengembangkan rasa persaingan terhedapa diri individu sendiri,

persaingan dilakukan dengan cara memberikan tugas dalam berbagai

kegiatan yang harus dilakukan sendiri sehingga siswa dapat

membandingkan keberhasilannya dalam melakukan berbagai tugas.

20. Memberikan contoh-contoh yang positif, banyak guru yang memiliki

kebiasaan memebankan pekerjaan para siswa tanpa mengontrol seperti

guru memberikan tugas kepada suatu kelas kemudian meninggalkan

kelas tersebut untuk melaksanakan pekerjaan yang lain. Keadaan yang

sekperti ini bukan saja merupakan hal yang tidak baik tetapi da[at

merugikan para siswa. Untuk memberikan contoh yang baik agar siswa

lebih giat belajar, guru seharusnya tidak hanya memberikan tugas tetapi

guru seharusnya memberikan pengawasan dan bimbingan yang memdai

Page 16: Eks Lanjutan v3

16

selama siswa mengerjakan tugas di dalam kelas. Selain itu, guru juga

hendaknya memberikan contoh-contoh yang baik kepada siswanya.

2.1.1. Media Pembelajaran

2.1.2.1 Pengertian Media

Secara harfiah, media berarti ‘tengah’, ‘perantara’, atau ‘pengantar’,

yang berasal dari bahasa Latin, medius. Gerlach & Ely menyatakan bahwa

secara garis besar, media merupakan segala sesuatu yang dapat

membantu siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Berdasarkan pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah dapat

dikatakan sebagai media. Sebagian orang cenderung mengartikan media

sebagai alat-alat grafis, fotografis, ataupun elektronis yang dapat membantu

siswa memperoleh dan memproses pengetahuan visual dan verbal (Arsyad,

2010:3).

AECT (Association of Education and Communication Technology)

(Arsyad, 2010:3-4) mendefinisikan media sebagai segala bentuk sarana

yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada

orang lain. Media biasa juga disebut sebagai mediator, dimana menurut

Fleming merupakan penyebab atau alat yang membantu mendamaikan dua

pihak. Dengan kata lain, media merupakan sistem pembelajaran yang

memiliki peran mediasi.

Media pembelajaran mencakup juga media komunikasi, namun media

komunikasi belum dapat dikatakan sebagai media pembelajaran. Suatu

media komunikasi hanya dapat dikatakan sebagai media pembelajaran jika

Page 17: Eks Lanjutan v3

17

membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau

mengandung maksud-maksud pengajaran. TV, film, foto, radio, gambar

proyeksi, dan sejenisnya merupakan media komunikasi, namun belum

dapat dikatakan sebagai media pelajaran. Media-media tersebut dikatakan

media pembelajaran jika informasi yang disampaikan bertujuan untuk

pengajaran. Hamidjojo dan Latuheru (Arsyad, 2010:4) membatasi kata

media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan untuk

menyampaikan atau menyebar idea tau pendapat sehingga ide yang

dikemukakan tersebut sampai kepada penerima yang dituju.

2.1.2.2 Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan

Hamalik (Arsyad, 2010:15) mengemukakan bahwa penggunaan media

belajar dapat membangkitkan minat baru, meningkatkan motivasi belajar,

dan member pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Selain itu,

media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan

pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya,

memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.

Levie & Lentz (Arsyad, 2010:16-17) mengemukakan empat fungsi media

pembelajaran secara visual, yaitu fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi

kognitif, dan fungsi kompensatoris. Fungsi atensi dapat menarik dan

mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi pada isi pelajaran yang

berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan. Fungsi afektif dapat

menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi mengenai masalah

social atau ras. Fungsi kognitif, yaitu memperlancar pencapaian tujuan

Page 18: Eks Lanjutan v3

18

untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung

dalam gambar. Fungsi kompensatoris mengakomodasikan siswa yang

lemah dan lambat menerima atau memahami isi pelajaran yang disajikan

dengan teks atau secara verbal.

Dale (Arsyad, 2010:23-24). Bahan-bahan audio-visual dapat

memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses

pembelajaran Beberapa manfaat penggunaan media audio-visual yang

dikemukakan oleh Dale adalah:

1. Meningkkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas;

2. Membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa;

3. Menunjukkan hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan serta

minat siswa dengan meningkatnya motivasi belajar siswa;

4. Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa;

5. Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa;

6. Mendorong siswa menggunakan imajinasi dan berpartisipasi aktif yang

mengakibatkan meningkatnya hasil belajar;

7. Pemberian umpan balik dapat membantu siswa memahami seberapa

banyak yang telah mereka pelajari;

8. Mengembangkan pengalaman yang kaya akan konsep-konsep

bermakna;

9. Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan

pembelajaran nonverbalistik dan membuat generalisasi yang tepat;

Page 19: Eks Lanjutan v3

19

10. Meyakinkan diri bahwa siswa membutuhkan urutan dan kejelasan pikiran

untuk membangun struktur konsep dan sistem gagasan yang bermakna.

Sudjana & Rivai (2010) menjelaskan bahwa media pengajaran dapat

mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang diharapkan

dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Ada beberapa alasan

mengapa media pengajaran dikatakan dapat mempertinggi proses belajar

siswa. Alasan pertama yang berkenaan dengan manfaat media pengajaran

dalam proses belajar siswa, antara lain:

1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar,

2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga kita dapat lebih

dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan

pengajaran yang lebih baik,

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi

verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak

bosan dan guru tidak kehabisan tenaga , apalagi bila guru mengajar

untuk setiap jam pelajarn,

4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya

mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,

melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

Page 20: Eks Lanjutan v3

20

2.1.2.3 Penggunaan Media Film dan Video

Film merupakan gambar-gambar dalam frame yang diproyeksikan

melalui lensa proyektor sehingga pada gambar-gamber tersebut terlihat

hidup di layar Film bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga

memberikan visual yang kontinu. Seperti halnya film, video juga

memberikan gambaran objek bergerak yang bersuara secara alamiah atau

pun suara yang disesuaikan (Arsyad, 2010:49).

Pada umumnya, film dan video digunakan sebagai media hiburan,

dokumentasi, dan pendidikan. Keduanya dapat menyajikan informasi,

memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan

keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan mempengaruhi

sikap (Arsyad, 2010:49).

Arsyad (2010:49-50) mengemukakan beberapa keuntungan dari

penggunaan media film dan video, yaitu:

1. Film dan video dapat melengkapi pengetahuan-pengetahuan dasar

yang siswa peroleh dari membaca, berdiskusi, atau praktik langsung.

2. Film dan video menggambarkan suatu proses secara tepat dan dapat

dilihat secara berulang-ulang.

3. Disamping mendorong dan meningkatkan motivasi, film dan video juga

dapat menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya.

4. Film dan video yag mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang

pemikiran siswa dan menjadi pembahassan dalam kelompok.

Page 21: Eks Lanjutan v3

21

5. Film dan video dapat menyajikan peristiwa yang apabila dilihat secara

langsung dapat membahayakan bagi siswa.

6. Film dan video dapat ditunjukkan kepada siapapun, baik kelompok kecil

atau besar, kelompok heterogen ataupun perorangan.

7. Proses yang dalam dunia nyata membutuhkan waktu lama, dapat

diketahui dalam waktu singkat dengan melihat film. Misalnya, bagaimana

kejadian mekarnya kembang mulai dari kuncup bunga hingga kuncup itu

mekar.

Arsyad (2010:50) menjelaskan bahwa meskipun memiliki banyak

keuntungan dalam menggunakan media film dan video, terdapat juga

keterbatasan-keterbatasan yang harus diperhatikan jika ingin menggunakan

media film dan video, yaitu:

1. Pengadaan film dan video umumnya memerlukan biaya mahal dan

waktu yang banyak.

2. Pada saat film dipertunjukkan, gambar-gamar bergerak terus sehingga

tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan

melalui film tersebut, kecuali jika film diputar berulang-ulang.

3. Film dan video yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan

belajar dan pesan yang ingin disampaikan.

Page 22: Eks Lanjutan v3

22

2.2 Kerangka Pikir

Kerangka pikir daripenelitian tersebut digambarkan dalam bentuk skema

sebagai berikut.

Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir

2.3 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian tersebut adalah ada pengaruh film “Ikhsan, Mama

I Love You” terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri 18 Makassar.

Subjek Penelitian

Manipulasi (Film)

Pengukuran(Skala Motivasi Belajar)

Pengukuran(Skala Motivasi Belajar)

MotivasiBelajar

Page 23: Eks Lanjutan v3

X Y

23

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Identifikasi Variabel

Penelitian tersebut merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan

metode quasi eksperimen, desain one group pretest-postest design. Variabel

penelitian dalam penelitian ini adalah:

Variabel Bebas (X) : Fillm “Ikhsan, Mama I Love You”

Variabel Terikat (Y) : Motivasi Belajar

Hubungan antarvariabel di atas digambarkan sebagai berikut.

3.2. Operasionalisasi Variabel

1. Film yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah fillm “Ikhsan, Mama I

Love You”. Film tersebut menceritakan tentang anak yang mengalami

kesulitan belajar dyslexia yang harus menerima kondisi dirinya yang tidak

seperti anak normal pada umumnya. Isi kandungan dari cerita film tersebut

diharapkan dapat dimengerti dengan baik.

2. Motivasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kebutuhan akan

informasi yang diperoleh yang dapat menambah wawasan dan pemahaman

siswa akan suatu kondisi atau keadaan yang tercermin dari fillm “Ikhsan,

Mama I Love You” sehingga dapat menyadari bahwa betapa pentingnya

proses belajar meskipun memiliki kesulitan belajar seperti dyslexia yang

Page 24: Eks Lanjutan v3

24

dapat memberikan motivasi yang besar pada anak-anak normal untuk tetap

belajar dan tidak bermalas-malasan.

3.3. Subjek Penelitian dan Teknik Sampling

3.3.1. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian tersebut berjumlah 26 orang. Seluruh subjek

berstatus sebagai siswa-siswi SMP Negeri 18 Makassar. Berdasarkan hasil

wawancara terhadap wali kelas dari subjek penelitian bahwa subjek tersebut

masih kurang dalam motivasi belajar, terbukti dari hasil ujian yang diperoleh

subjek dan keseharian dari subjek di kelas. Subjek merupakan siswa-siswi

kelas executive, namun motivasi belajarnya tidak sebagus orang-orang yang

berada di kelas reguler.

3.3.2. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian tersebut

yaitu teknik purposive sampling. Hadi (2004:186) mengemukakan bahwa

purposive sampling adalah pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas

ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang

erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populsai yang sudah diketahui

sebelumnya.

Page 25: Eks Lanjutan v3

25

3.4. Teknik Kontrol

Teknik kontrol yang digunakan dalam penelitian tersebut, yaitu:

1. Within-Subject

Seniati, Yulianto, dan Setiadi (2005:107) mengemukakan bahwa within-

subject disebut juga dengan within-participant yang merupakan desain yang

menggunakan sekelompok subjek dan setiap subjek diberikan beberapa

perlakuan VB yang berbeda. Tahap penelitian eksperimental yang terlibat

dalam desain within-subject, yaitu:

a. Menciptakan garis dasar perilaku, dilakukan dengan mengukur perilaku

dalam penyelidikan selama waktu tertentu untuk menentukan bagaiman

organisme bereaksi tanpa adanya VB.

b. Memberikan VB kemudian mengukur VT yang muncul serta

memperhatikan adanya perubahan.

2. Konstansi

Seniati, Yulianto, dan Setiadi (2005:94-95) mengemukakan bahwa

teknik konstansi digunakan untuk menghilangkan pengaruh variabel

sekunder terhadap variabel terikat, tetapi bukan berarti variabel sekunder

tersebut tidak ada dalam penelitian. Teknik konstansi yang digunakan

dalam penelitian tersebut yaitu konstansi kondisi, seperti konstansi

ruangan. Kondidsi ruangan dari kelas tersebut cukup bagus karena

disertai dengan LCD, kipas angin, dan AC. Tetapi AC dalam ruangan

tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Lantai kelas

menggunakan karpet, sehingga siswa-siswi yang berada dalam kelas

Page 26: Eks Lanjutan v3

26

tersebut tidak menggunakan sepatu ketika melakukan proses belajar

sehari-hari begitu pula pada saat penelitian berlangsung. Kursi dan meja

membentuk huruf U dan di depannya sudah terdapat sebuah papan tulis

dan meja guru.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah

alat ukur pretest-postest berupa skala pretest-postest yang terdiri dari

pernyataan yang diberikan kepada subjek untuk dijawab sebelum dan setelah

menonton film Ikhsan, Mama I Love You. Skala tersebut terdiri dari 22 item

pernyataan. Skala diadaptasi dari skala yang disusun oleh Maria Laba pada

tahun 2010.

3.6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian tersebut, yaitu dengan

menggunakan SPSS (Statistical Package of Social Science) For Windows

Ver. 16.0. Data-data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan

menggunakan statistik deskriptif dan inferensial.

1. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif berkaitan dengan pencatatan dan peringkasan data

yang bertujuan untuk menggambarkan hal-hal penting pada sekelompok data

(Santoso, 2010:1). Deskripsi hasil penelitian disajikan dalam bentuk rata-rata

(mean), skor minimum, dan skor maksimum.

Page 27: Eks Lanjutan v3

27

2. Analisis inferensial

Analisis inferensial berkaitan dengan pengambilan keputusan dari data

yang telah dicatat dan diringkas tersebut (Santoso, 2010:1). Analisis

inferensial terbagi atas dua macam yaitu metode parametrik dan

nonparametrik. Statistik nonparametrik digunakan untuk melengkapi metode

statistik parametrik agar tidak terjadi kesalahan dalam memilih metode

statistik untuk kegiatan inferensi (Santoso, 2010:2). Salah satu uji hipotesis

untuk statistik nonparametrik yaitu uji dua sampel, baik sampel bebas atau

berpasangan (Santoso, 2010:6). Teknik analisis data yang digunakan yaitu

teknik analisis nonparametrik untuk uji dua sampel yang berpasangan yaitu

uji wilcoxon dengan menguji subjek yang sama namun diberikan perlakuan

dengan melihat pretest dan postest dari subjek tersebut, selain itu wilcoxon

juga menggunakan ranking dari selisih data yang diperoleh (Santoso,

2010:143). Kriteria yang digunakan yaitu jika nilai p < 0,05 maka hipotesis

diterima.

Page 28: Eks Lanjutan v3

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

1. Analisis deskriptif.

Analisis deskriptif bertujuan untuk menggambarkan hal-hal penting pada

sekelompok data yang diperoleh dari sampel yang diteliti. Deskripsi hasil

penelitian disajikan dalam bentuk rata-rata (mean) dan skala motivasi belajar

maksimum dan minimum sebelum dan setelah pemberian film, serta ranking

dari selisih data yang diperoleh.

Tabel 1. Hasil skala motivasi belajar

N Mean

Std.

Deviation Minimum Maximum

Pretest 26 72.23 8.335 53 87

Postest 26 71.00 8.198 54 84

Hasil penelitian skala motivasi belajar menunjukkan bahwa rata-rata

(mean) dari motivasi belajar siswa pada saat pre test yaitu sebesar 72,23.

Skala motivasi belajar maksimum yaitu 87 dan skala motivasi belajar

minimum yaitu sebesar 53 pada saat pre test. Sedangkan rata-rata (mean)

dari motivasi belajar siswa pada saat post test yaitu sebesar 71,00. Skala

motivasi belajar maksimum yaitu 84 dan Skala motivasi belajar minimum

yaitu sebesar 54.

Page 29: Eks Lanjutan v3

29

2. Analisis inferensial

Analisis inferensial bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan

yang berkaitan dengan pengambilan keputusan dari data yang telah dicatat.

Hasil penelitian dengan menggunakan uji wicoxon menghasilkan ranking dari

selisih data dan proses pengambilan keputusan melalui analisis inerensial

dengan melihat nilai probabilitas dari hasil uji data dengan memasukkan nilai

pre test dan post test.

Tabel 2. Hasil ranking dari selisih data

N Mean Rank Sum of Ranks

postest -

pretest

Negative Ranks 17a 13.03 221.50

Positive Ranks 9b 14.39 129.50

Ties 0c

Total 26

a. postest < pretest

b. postest > pretest

c. postest = pretest

Hasil ranking dari selisih data dengan menggunakan uji wilcoxon

diperoleh negative ranks atau selisih antara post test dan pre test yang

bernilai negatif, dalam artian bahwa angka post test lebih kecil dari angkan

pre test. Berdasarkan hasil tabel diatas maka jumlah ranking yang negatif

adalah 221,5 dan memiliki rata-rata (mean rank) untuk tanda negatif adalah

13,03. Pada positive differences atau selisih antara post test dan pre test

yang bernilai positif, dalam artian bahwa angka post test lebih besar dari

angkan pre test. Berdasarkan hasil tabel diatas maka jumlah ranking yang

Page 30: Eks Lanjutan v3

30

positif adalah 129,5 dan memiliki rata-rata (mean rank) untuk tanda negatif

adalah 14,39. Ties merupakan data post test dan pre test yang bernilai sama,

karena hasil yang diperoleh pada tabel di atas adalah 0, maka tidak ada data

pada post test dan pre test yang memiliki angka yang sama.

Tabel 3. Hasil tes statistik uji Wolcoxon

postest - pretest

Z -1.171a

Asymp. Sig. (2-tailed) .242

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Dasar pengambilan keputusan untuk mengetahui apakah Ha diterima dan

H0 ditolak atau sebaliknya Ha ditolak dan H0 diterima yaitu dengan melihat

angka probabilitas yang memiliki ketentuan bahwa ketika probabilitas lebih

besar dari 0,05 maka H0 diterima, sebaliknya jika angka probabilitas lebih

kecil dari 0,05 maka H0 ditolak. Berdasarkan hasil penelitian tes statitik uji

wilcoxon pada tabel diatas yang memiliki nilai probabilitas sebesar 0,242 dan

dibandingkan dengan nilai 0,05, maka diperoleh nilai probabilitas lebih besar

dari nilai 0,05, sehingga H0 diterima dan Ha ditolak.

4.2. Pembahasan

Hasil uji hipotesis melalui teknik analisis data uji wilcoxon dengan

menghitung nilai probabilitas dari data pre test dan post test, maka diperoleh

nilai signifikansi p = 0,242 yang dibandingkan dengan nilai 5% atau 0,05

sehingga p > 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak

Page 31: Eks Lanjutan v3

31

atau tidak ada pengaruh film “Ikhsan, Mama I Love You” terhadap motivasi

belajar siswa SMP Negeri 18 Makassar.

Arsyad (2010:49-50) menjelaskan bahwa pada umumnya, film dan video

digunakan sebagai media hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Keduanya

dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep

yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu,

dan mempengaruhi sikap. Meskipun memiliki banyak keuntungan dalam

menggunakan media film dan video, terdapat juga keterbatasan-keterbatasan

yang harus diperhatikan jika ingin menggunakan media film dan video, salah

satunya yaitu pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus

sehingga tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin

disampaikan melalui film tersebut, kecuali jika film diputar berulang-ulang.

Berdasarkan hasil uji data wilcoxon, diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada

pengaruh film “Ikhsan, Mama I Love You” terhadap motivasi belajar siswa SMP

Negeri 18 Makassar. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dijelaskan diatas

bahwa pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus sehingga

tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan melalui

film tersebut, kecuali jika film diputar berulang-ulang. Hasil observasi yang

dilakukan mendukung teori tersebut yaitu bahwa tidak semua subjek ketika

diputarkan film “Ikhsan, Mama I Love You” mampu mengikuti informasi atau

pesan yang ingin disampaikan oleh film tersebut karena peneliti hanya

menampilkan film tersebut satu kali dan tidak berulang-ulang.

Page 32: Eks Lanjutan v3

32

Peneliti awalnya menjelaskan kepada subjek, pesan atau informasi yang

ingin disampaikan oleh film tersebut sebelum menayangkan kepada subjek.

Kondisi subjek pada saat itu tidak memungkinkan karena sebelum ditayangkan

film, subjek mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang diberikan oleh salah satu

guru pengajar di sekolah tersebut. Kondisi ruangan yang juga panas pada saat

itu karena alat pendingin ruangan yang tidak berfungsi dengan baik yang

memberikan pengaruh terhadap subjek sehingga suasana ruangan tidak

kondusif. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil uji hipotesis penelitian bahwa

tidak ada pengaruh film “Ikhsan, Mama I Love You” terhadap motivasi belajar

siswa SMP Negeri 18 Makassar yang didukung oleh teori yang dikemukakan

oleh Arsyad (2010:49-50) dan hasil observasi peneliti terhadap kondisi fisik

maupun psikologis dari subjek serta kondisi ruangan.

Page 33: Eks Lanjutan v3

33

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa tidak ada pengaruh film “Ikhsan, Mama I Love You” terhadap

motivasi belajar siswa SMP Negeri 18 Makassar. Hal tersebut dapat dilihat dari

besarnya nilai probabilitas yang diperoleh dari hasil uji data statistik

nonparametrik wilcoxon yaitu p = 0,242, dan dibandingkan dengan nilai 0,05,

maka diperoleh nilai probabilitas lebih besar dari nilai 0,05, sehingga hipotesis

ditolak.

5.2. Saran

1. Bagi seluruh siswa diharapkan untuk dapat mengetahui serta meningkatkan

motivasi belajar yang dimiliki agar dapat mengembangkan potensi belajar

yang ada dan dapat berprestasi di sekolah. Adapun salah satu upaya yang

dapat dilakukan yaitu dengan menonton film-film yang mengandung nilai-nilai

motivasi belajar yang memberikan pesan atau informasi yang baik dalam

meningkatkan motivasi belajar siswa.

2. Bagi pihak sekolah, perguruan tinggi, dan setiap institusi pendidikan agar

dapat mempertimbangkan peningkatan mutu pendidikan bagi generasi-

generasi muda saat ini melalui peningkatan film-ilm Indonesia yang

memberikan pesan moral yang baik kepada masyarakat sehingga dapat

meningkatkan pendidikan salah satunya yaitu motivasi belajar siswa.

Page 34: Eks Lanjutan v3

34

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menyempurnakan penelitian ini

dengan cara melakukan persiapan awal yang lebih matang dan memilih film

yang benar-benar memiliki pesan moral yang baik yang dapat membuat

subjek fokus terhadap film tersebut, serta ruangan yang mendukung

diadakannya penelitian misalnya ruangan yang kondusif seperti ruangan

yang difasilitasi dengan pendingin ruangan dan penerang ruangan untuk

dilakukan praktikum sehingga subjek merasa nyaman ketika diberikan

perlakuan.

Page 35: Eks Lanjutan v3

35

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, A. (2010). Media pembelajaran. Jakarta:RajaGrafindo Persada.

Djamarah, S. B. (2002). Psikologi belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hadi, S. (2004). Statistik jilid 2. Yogyakarta : Andi.

Hamalik, O. (2006). Proses belajar mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Rahayu, I.T. & Ardani, T.A. (2004). Observasi & wawancara. Malang: Bayumedia Publishing.

Sahabuddin. (2007). Mengajar dan belajar (dua aspek dari suatu proses yg disebut pendidikan). Makassar: Badan Penerbit UNM.

Santoso, S. (2010). Statistik nonparametrik konsep dan aplikasi dengan SPSS. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Santrock, J. W. (2004). Psikologi pendidikan (edisi kedua). Terjemahan Tri Wibowo. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Sardiman. (2009). Interaksi dan motivasi belajar. Jakarta: RajaGrafindo

Seniati, L., Yulianto, A., & Setiadi, B. N. (2005). Psikologi eksperimen. Jakarta : PT. Indeks.

Shih, C. C., Gamon, R. A. J. (2001). Relationships Among Student Motivation, Attitude, Learning Styles, And Achievement. Journal of Agricultural Education. Volume 42, Issue 4: 12-20.

Sudjana, N & Rivai, A. (2010). Media pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Suhendri, N. (2009). Pengaruh Film Laskar Pelangi Terhadap Motivasi belajar (Studi Korelasional Pengaruh Film Laskar Pelangi Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMP Dharma Pancasila Kelurahan PB. Selayang 1 Kota Medan) (Online). http://repository.usu.ac.id/handle. Diakses tanggal 3 November 2011.

Uno, H. B. (2010). Teori motivasi dan pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara

Winkel, W. S. (2004). Psikologi pengajaran. Yogyakarta : Media Abadi