Upload
akhmat-tokobuku-intensif
View
71
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Migas
Citation preview
Eksplorasi, disebut juga penjelajahan atau pencarian, adalah tindakan mencari atau melakukan
perjalanan dengan tujuan menemukan sesuatu. Dalam dunia perminyakan, eksplorasi atau
pencarian minyak bumi merupakan suatu kajian panjang yang melibatkan beberapa bidang
kajian kebumian dan ilmu eksak. Untuk kajian dasar, riset dilakukan oleh para geologis, yaitu
orang-orang yang menguasai ilmu kebumian. Mereka adalah orang yang bertanggung jawab atas
pencarian hidrokarbon tersebut.
Secara ilmu geologi, untuk menentukan suatu daerah mempunyai potensi akan minyak bumi,
maka ada beberapa kondisi yang harus ada di daerah tersebut dalam eksplorasi minyak bumi hal
ini disebut kajian geologi. Jika salah satu saja tidak ada maka daerah tersebut tidak potensial atau
bahkan tidak mengandung hidrokarbon.
Kondisi itu adalah:
1. Batuan Sumber (Source Rock), yaitu batuan yang menjadi bahan baku pembentukan
hidrokarbon. biasanya yang berperan sebagai batuan sumber ini adalah serpih (Shale). batuan ini
kaya akan kandungan unsur atom karbon (C) yang didapat dari cangkang cangkang fosil yang terendapkan di batuan itu. Karbon inilah yang akan menjadi unsur utama dalam rantai penyusun
ikatan kimia hidrokarbon. Tekanan dan Temperatur, untuk mengubah fosil tersebut menjadi
hidrokarbon, tekanan dan temperatur yang tinggi di perlukan. Tekanan dan temperatur ini akan
mengubah ikatan kimia karbon yang ada dibatuan menjadi rantai hidrokarbon.
2 Migrasi, Hirdokarbon yang telah terbentuk dari proses di atas harus dapat berpindah ke tempat
dimana hidrokarbon memiliki nilai ekonomis untuk diproduksi. Di batuan sumbernya sendiri
dapat dikatakan tidak memungkinkan untuk di ekploitasi karena hidrokarbon di sana tidak
terakumulasi dan tidak dapat mengalir. Sehingga tahapan ini sangat penting untuk menentukan
kemungkinan eksploitasi hidrokarbon tersebut.
Reservoir, adalah batuan yang merupakan wadah bagi hidrokarbon untuk berkumpul dari proses
migrasinya. Reservoar ini biasanya adalah batupasir dan batuan karbonat, karena kedua jenis
batu ini memiliki pori yang cukup besar untuk tersimpannya hidrokarbon. Reservoar sangat
penting karena pada batuan inilah minyak bumi di produksi.
3 Caps Rock, Minyak dan atau gas terdapat di dalam reservoir, untuk dapat menahan dan
melindungi fluida tersebut, maka lapisan reservoir ini harus mempunyai penutup di bagian luar
lapisannya. Sebagai penutup lapisan reservoir biasanva merupakan lapisan batuan yang
rnempunyai sifat kekedapan (impermeabel), yaitu sifat yang tidak dapat meloloskan fluida yarg
dibatasinya. Jadi lapisan penutup didefinisikan sebagai lapisan yang berada dibagian atas dan
tepi reservoir yang dapat dan melindungi fluida yang berada di dalam lapisan di bawahnya.
4 Perangkap Reservoir (Reservoir Trap), Merupakan unsur pembentuk reservoir sedemikian rupa
sehingga lapisan beserta penutupnya merupakan bentuk yang konkap ke bawah, hal ini akan
mengakumulasikan minyak dalam reservoir. Jika perangkap ini tidak ada maka hidrokarbon
dapat mengalir ketempat lain yang berarti ke ekonomisannya akan berkurang atau tidak
ekonomis sama sekali.
5 Kajian geologi merupakan kajian regional, jika secara regional tidak memungkinkan untuk
mendapat hidrokarbon maka tidak ada gunanya untuk diteruskan. Jika semua kriteria di atas
terpenuhi maka daerah tersebut kemungkinan mempunyai potensi minyak bumi atau pun gas
bumi. Sedangkan untuk menentukan ekonomis atau tidaknya diperlukan kajian yang lebih lanjut
yang berkaitan dengan sifat fisik batuan. Maka penelitian dilanjutkan pada langkah berikutnya.
6 Setelah kajian secara regional dengan menggunakan metoda geologi dilakukan, dan hasilnya
mengindikasikan potensi hidrokarbon, maka tahap selanjutnya adalah tahapan kajian geofisika.
Pada tahapan ini metoda metoda khusus digunakan untuk mendapatkan data yang lebih akurat guna memastikan keberadaan hidrokarbon dan kemungkinannya untuk dapat di ekploitasi. Data-
data yang dihasilkan dari pengukuran pengukuran merupakan cerminan kondisi dan sifat-sifat
batuan di dalam bumi. Ini penting sekali untuk mengetahui apakan batuan tersebut memiliki sifat
sifat sebagai batuan sumber, reservoir, dan batuan perangkap atau hanya batuan yang tidak penting dalam artian hidrokarbon. Metoda-metoda ini menggunakan prinsip-prinsip fisika yang
digunakan sebagai aplikasi engineering.
Metoda tersebut adalah:
1. Survey Geologi Permukaan, pemetaan geologi pada permukaan secara detail dapat
dilakukan jika memang terdapat singkapan. Pemetaan dilakukan pada rintisan dan juga
di sepanjang sungai.
2. Eksplorasi seismik, Ini adalah ekplorasi yang dilakukan sebelum pengeboran. kajiannya
meliputi daerah yang luas. dari hasil kajian ini akan didapat gambaran lapisan batuan di
dalam bumi. Untuk survey detail, metode seismik merupakan metode yang paling teliti
dan dewasa ini telah melampaui kemampuan geologi permukaan. Metode yang digunakan
adalah khusus metode refleksi. Walaupun pemetaan geologi detail terhadap tutupan telah
dilakukan, pengecekan seismik selalu harus dilaksanakan, untuk penentuan kedalam
objektif pemboran serta batuan dasar dan juga lapisan yang akan menghasilkan minyak
3. Data resistivity, prinsip dasarnya adalah bahwa setiap batuan berpori akan diisi oleh
fluida. Fluida ini bisa berupa air, minyak atau gas. Membedakan kandungan fluida di
dalam batuan salah satunya dengan menggunakan sifat resistan yang ada pada fluida.
Fluida air memiliki nilai resistan yang rendah dibandingkan dengan minyak, demikian
pula nilai resistan minyak lebih rendah dari pada gas. dari data log kita hanya bisa
membedakan resistan rendah dan resistan tinggi, bukan jenis fluida karena nilai resitan
fluida berbeda beda dari tiap daerah. sebagai dasar analisa fluida perlu kita ambil sampel
fluida di dalam batuan daerah tersebut sebagai acuan kita dalam interpretasi jenis fluida
dari data resistiviti yang kita miliki
4. Data porositas
Data berat jenis, data ini diambil dengan menggunakan alat logging dengan bantuan
bahan radioaktif yang memancarkan sinar gamma. Pantulan dari sinar ini akan
menggambarkan berat jenis batuan. Dapat kita bandingkan bila pori batuan berisi air
dengan batuan berisi hidrokarbon akan mempunyai berat jenis yang berbeda.
Sebagai tambahan semua propek yang telah dipilih serta dinilai dalam suatu sistem
penilaian, kemudian dipih untuk dilakukan pemboran eksplorasi terhadapnya. Maka
semua prospek ini haruslah diberi prognosis. Yang dimaksud Prognosis adalah rencana
pemboran secara terperinci serta ramalan-ramalan mengenai apa yang akan ditemui waktu
pemboran dan pada kedalaman berapa.
Prognosis meliputi ;
1 Lokasi Yang Tepat, lokasi ini biasanya harus diberikan dalam koordinat. Untuk
mencegah terjadinya kesalahan dalam lokasi titik terhadap tutupan struktur, sebaliknya
semua koordinat lokasi tersebut penentuannya dilakukan dari pengukuran seismik,
terutama jika tutupan ditentukan oleh metode seismik. Jika hal ini terjadi di laut misalnya,
maka pengukuran harus dilakukan dari pelampung (buoy) yang sengaja ditinggalkan di
laut pada pengukuran seismik, juga dari titik pengukuran radar di darat. Setidak-tidaknya
pengukuran lokasi itu harus teliti sekali sebab kemelesetan beberapa ratus meter dapat
menyebabkan objektif tidak diketemukan.
2 Kedalaman Akhir, kedalaman Akhir pemboran eksplorasi biasanya merupakan batuan
dasar cekungan sampai mana pemboran itu pada umumnya direncanakan. penntuan
kedalaman akhir ini sangat penting karena dengan demikian kita dapat memperkirakan
berapa lama pemboran itu akan berlangsung dan dalam hal ini juga untuk berapa lama alat
bor itu kita sewa. Penentuan kedalaman akhir ini diasarkan atas data seismik, setelah
dilakukan korelasi dengan semua sumur yang ada dan juga dari kecepatan rambat
reflektor yang ditentukan sebagai batuan dasar.
3Latar Belakang Geologi, alasan untuk pemboran didsarkan atas latar belakang geologi.
Maka harus disebutkan keadaan geologi daerah tersebut, alasan pemboran eksplorasi
dilakukan di daerah tersebut, jenis tutupan prospek dan juga struktur yang diharapkan dari
prospek tersebut.
4 Objektif Atau Lapisan Reservoir Yang Diharapkan, ini biasanya sudah ditentukan dan
stratigrafi regional dan juga diikat dengan refleksi yang didapat dari seismik. Objektif
lapisan reservoir ini harus ditentukan pada tingginya kedalaman yang diharapkan akan
dicapai oleh pemboran, dimana diperoleh dari perhitungan kecepatan rambat seismik.
5 Kedalaman Puncak Formasi Yang Akan Ditembus, juga dalam prognosis ini harus kita
tentukan formasi-formasi mana yang akan dilalui bor, maka kedalaman puncak (batas)
formasi ini harus ditentukan dari data seismik.
6 Jenis Survey Lubang Bor Yang Akan Dilaksanakan, pada setiap Pemboran eksplorasi
selalu dilakukan survey lubang bor. Survey meliputi misalnya peng-Logan lumpur, Peng-
Logan Cutting, Peng-Logan Listrik, Peng-Logan Radioaktif, dan sebagainya. Sebaiknya
pada pemboran eksplorasi dilakukan survey yang lengkap , selain itu juga harus
direncanakan apakah akan dilakukan pengambilan batu inti (coring) atau tidak.
Dalam pembuatan prognosis ini juga ahli geologi harus bekerja sama dengan bagian
eksploitasi dan bagian pemboran. Dengan demikian diharapkan diperoleh hasil yang
sangat baik dalam pengembangan suatu lapangan nantinya.
Ruang Lingkup Evaluasi Formasi
Evaluasi formasi batuan adalah suatu proses analisis ciri dan sifat batuan di bawah
tanah dengan menggunakan hasil pengukuran lubang sumur (Harsono, 1997).
Evaluasi formasi membutuhkan berbagai macam pengukuran dan analisis yang
saling melengkapi satu sama lain. Tujuan utama dari evaluasi formasi adalah untuk
mengidentifikasi reservoar, memperkirakan cadangan hidrokarbon, dan
memperkirakan perolehan hidrokarbon (Harsono, 1997).
2.2 Metode Metode Evaluasi Formasi
Evaluasi formasi umumnya dilakukan secara berurutan dan sistematis. Daerah
yang dianggap berpotensi mengandung hidrokarbon awalnya ditentukan melalui
survei seismik, gravitasi, dan magnetik (Bateman, 1985). Setelah daerah tersebut
dibor selanjutnya dilakukan mud logging dan measurements while drilling (MWD)
; setelah itu bisa dilakukan pengambilan batu inti (Bateman, 1985). Saat mata bor
tersebut telah mencapai kedalaman tertentu maka logging dapat dilakukan.
Penjelasan mengenai metode metode yang digunakan dalam evaluasi formasi adalah sebagai berikut :
2.2.1 Mud Logging
Mud logging merupakan proses mensirkulasikan dan memantau perpindahan mud
dan cutting pada sumur selama pemboran (Bateman, 1985). Menurut Darling (2005) terdapat dua tugas utama dari seorang mud logger yaitu :
1. Memantau parameter pengeboran dan memantau sirkulasi gas/cairan/padatan dari sumur agar pengeboran dapat berjalan dengan aman
dan lancar.
2. 2. Menyediakan informasi sebagai bahan evaluasi bagi petroleum engineering department.
Mud-logging unit akan menghasilkan mud log yang akan dikirim ke kantor pusat perusahaan minyak. Menurut Darling (2005), mud log tersebut meliputi:
Pembacaan gas yang diperoleh dari detektor gas atau kromatograf
Pengecekan terhadap ketidakhadiran gas beracun (H2S, SO2)
Laporan analisis cutting yang telah dideskripsi secara lengkap
Rate of Penetration (ROP) Indikasi keberadaan hidrokarbon yang terdapat di dalam sampel
Mud log merupakan alat yang berharga untuk petrofisis dan geolog di dalam
mengambil keputusan dan melakukan evaluasi. Darling (2005) menyatakan bahwa
mud log digunakan untuk hal hal berikut ini:
Identifikasi tipe formasi dan litologi yang dibor
Identifikasi zona yang porous dan permeabel
Picking of coring, casing, atau batas kedalaman pengeboran akhir
Memastikan keberadaan hidrokarbon sampai pada tahap membedakan jenis
hidrokarbon tersebut apakah minyak atau gas
Deskripsi Cutting
Pekerjaan lain dari seorang mud logger adalah melakukan deskripsi cutting.
Cutting merupakan material hasil hancuran batuan oleh mata bor yang dibawa oleh
lumpur pemboran ke permukaan (Bateman,1985). Sebagian sampel dimasukkan ke
dalam plastik polyethene sebagai sampel basah sementara sebagian sampel lain
yang telah dicuci dan dikeringkan dikenal sebagai sampel kering. Sampel yang
telah dibersihkan diamati di bawah mikroskop yang ada di mud-logging unit. Hasil deskripsi kemudian diserahkan ke kantor pusat pengolahan data.
Agar informasi tersebut berguna maka ada standar deskripsi baku yang harus
dilakukan. Darling (2005) menyatakan bahwa deskripsi tersebut harus meliputi:
Sifat butir
o Tekstur
o Tipe
o Warna
o Roundness dan sphericity
o Sortasi
o Kekerasan
o Ukuran
o Kehadiran mineral jejak (misalnya pirit, kalsit, dolomit, siderit)
o Tipe partikel karbonat
o Partikel skeletal (fosil, foraminifera)
o Partikel non-skeletal (lithoclast, agregat, rounded particles)
Porositas dan permeabelitas
o Tipe porositas (intergranular, fracture, vuggy)
o Permeabelitas (permeabelitas rendah, menengah, atau tinggi)
o Deteksi Hidrokarbon
Dapat dilakukan melalui natural fluorescence, solvent cut, acetone test, visible staining, dan analisis odor
2.2.2 Coring
Coring merupakan metode yang digunakan untuk mengambil batu inti (core) dari
dalam lubang bor (Bateman,1985). Coring penting untuk mengkalibrasi model petrofisik dan mendapat informasi yang tidak diperoleh melalui log.
Setelah pengeboran, core (biasanya 0,5 m setiap 10 menit) dibungkus dan dijaga
agar tetap awet. Core tersebut mewakili kondisi batuan tempatnya semula berada
dan relatif tidak mengalami gangguan sehingga banyak informasi yang bisa
didapat. Informasi penting yang bisa didapat oleh seorang petrofisis dari data core
tersebut menurut Darling (2005) antara lain:
Homogenitas reservoar
Tipe sementasi dan distribusi dari porositas dan permeabilitas
Kehadiran hidrokarbon dari bau dan pengujian dengan sinar ultraviolet
Tipe mineral
Kehadiran fracture dan orientasinya Kenampakan dip
Keterbatasan Analisis Core
Data core tidak selalu akurat, menurut Darling (2005) ada sejumlah alasan yang menyebabkan hal tersebut yaitu:
Suatu core diambil pada water leg, dimana proses diagenesis mungkin saja
terjadi, hal ini menyebabkan core tidak selalu dapat mewakili oil atau gas leg di reservoar.
Coring dan proses pemulihannya menyebabkan tejadinya perubahan tekanan
dan suhu batuan sehingga bisa menyebabkan terjadinya perubahan struktur pada
batuan tersebut
Proses penyumbatan, pembersihan, dan pengeringan dapat mengubah wettability
dari sumbat sehingga membuatnya tidak bisa merepresentasikan kondisi di bawah
lubang bor.
Pengukuran resistivitas sumbat pada suhu lingkungan dengan menggunakan
udara sebagai fluida yang tidak basah (nonwetting fluid) bisa tidak merepresentasikan kondisi reservoar.
2.2.3 Well Logging
Well logging merupakan perekaman karakteristik dari suatu formasi batuan yang
diperoleh melalui pengukuran pada sumur bor (Ellis & Singer,2008). Data yang
dihasilkan disebut sebagai well log. Berdasarkan proses kerjanya, logging dibagi
menjadi dua jenis yaitu wireline logging dan logging while drilling bor (Ellis &
Singer,2008). Wireline logging dilakukan ketika pemboran telah berhenti dan kabel
digunakan sebagai alat untuk mentransmisikan data. Pada logging while drilling,
logging dapat dilakukan bersamaan dengan pemboran. Logging jenis ini tidak
menggunakan kabel untuk mentransmisikan data. Saat ini logging while drilling
lebih banyak digunakan karena lebih praktis sehingga waktu yang diperlukan lebih
efisien walaupun masih memiliki kekurangan berupa transmisi data yang tidak
secepat wireline logging.
2.3 Tujuan dari Evaluasi Formasi
Tujuan dari evaluasi formasi menurut Ellis & Singer (2008) adalah sebagai berikut:
1. Menentukan ada tidaknya hidrokarbon
Hal yang pertama kali dilakukan adalah menentukan apakah di formasi batuan
tersebut terdapat hidrokarbon, setelah itu ditentukan jenisnya, minyak atau gas
1. Menentukan dimana tepatnya hidrokarbon tersebut berada
Evaluasi formasi diharapkan mampu menjelaskan pada kedalaman berapa
hidrokarbon tersebut berada dan pada lapisan batuan apa saja
1. Menentukan berapa banyak kandungan hidrokarbon tersebut di dalam formasi
Berapa banyak hidrokarbon yang terdapat di dalam formasi harus bisa diketahui.
Aspek paling penting untuk mengetahui kandungan hidrokarbon adalah dengan
menentukan porositas batuan karena hidrokarbon terdapat di dalam pori pori batuan.
1. Menentukan apakah hidrokarbon tersebut potensial untuk diproduksi atau tidak
Untuk menentukan potensial atau tidaknya hidrokarbon yang berada di dalam
formasi batuan membutuhkan banyak parameter yang harus diketahui. Parameter
yang paling penting adalah permeabilitas batuan, faktor kunci lainnya adalah oil viscosity.
Evaluasi formasi dilakukan dengan mengkorelasikan data data yang berasal dari sumur bor. Evaluasi formasi menyediakan nilai porositas dan saturasi hidrokarbon
sebagai fungsi kedalaman dengan menggunakan informasi geologi lokal dan sifat
fluida yang terakumulasi di dalam reservoar bor (Ellis & Singer,2008). Variasi
formasi batuan bawah permukaan yang sangat luas menyebabkan berbagai
peralatan logging harus digunakan untuk memperoleh hasil yang ideal bor (Ellis & Singer,2008).