Eksplorasi-Migas-Dan-Panas-Bumi.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

buat belajar

Citation preview

EKSPLORASI MIGAS DAN PANAS BUMI

28

BAB IPENDAHULUAN

Energi panas bumi (geothermal energy) dapat ditemui diberbagai tempat di muka bumi. Namun daerah panas bumi yang memiliki temperatur tinggi sehingga dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tidak tersedia dibanyak tempat. Untuk mengetahui lebih jauh tentang daerah daerah panas bumi yang memiliki temperatur tinggi, kita akan mengacu pada teori tektonik lempeng. Teori ini menjelaskan tentang pergerakan lempeng bumi (crust) yang sudah dipercaya kebenarannya oleh para ilmuwan kebumian.

1.1.Teori Tektonik Lempeng

Hipotesa sains tentang adanya pergerakan lempeng bumi dicetuskan oleh ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener pada tahun 1915. Namun tiga abad sebelumnya, yaitu pada akhir abad ke-15, seorang cartographer berkebangsaan Belanda, Abraham Ortelius pernah membuat gambar kartun yang memperlihatkan kecocokan antara tepi tepi daratan Amerika Utara dan Amerika Selatan dengan Eropa dan Afrika. Ia beranggapan bahwa daratan-daratan itu menjadi terpisah karena gempa bumi dan banjir.

Wegener memiliki hipotesa berupa pergerakan benua (continental drift). Ia beranggapan bahwa 200 juta tahun yang lalu seluruh benua di bumi pernah bersatu dalam sebuah daratan super continent yang sangat besar sekali yang disebut Pangea. Kata Pangea berasal dari bahasa yunani yang artinya satu bumi. Pangea mulai terpecah sejak 200 juta tahun yang lalu dan terus bergerak perlahan lahan sampai dengan hari ini, sebagaimana yang diperlihatkan pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Hipotesa Continental Drift oleh Wegener1.2.Studi Tentang Energi Panas Bumi

Panas bumi (geothermal) didefinisikan sebagai panas yang berasal dari dalam bumi. Sedangkan energi panas bumi adalah energi yang ditimbulkan oleh panas tersebut. Panas bumi menghasilkan energi yang bersih (bebas polusi) dan berkesinambungan atau dapat diperbarui. Sumberdaya energi panas bumi dapat ditemukan pada air dan batuan panas di dekat permukaan bumi sampai beberapa kilometer di bawah permukaan. Bahkan jauh lebih dalam lagi sampai pada sumber panas yang ekstrim dari batuan yang mencair atau magma. Untuk menangkap panas bumi tersebut harus dilakukan pemboran sumur seperti yang dilakukan pada sumur produksi minyak bumi. Sumur tersebut menangkap air tanah yang terpanaskan, kemudian uap dan air panas dipisahkan. Uap air panas dibersihkan dan dialirkan untuk memutar turbin. Air panas yang telah dipisahkan lalu dimasukkan kembali ke dalam reservoir melalui sumur injeksi yang dapat membantu untuk membentuk sumber uap kembali.

Saat ini panas bumi (geothermal) mulai menjadi perhatian dunia karena energi yang dihasilkan dapat dikonversi menjadi energi listrik, selain bebas polusi. Beberapa pembangkit listrik bertenaga panas bumi telah terpasang di mancanegara seperti di Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Italia, Swedia, Swiss, Jerman, Selandia Baru, Australia, dan Jepang. Panas yang ada di dalam bumi berperan besar pada dinamika bumi atau proses yang terjadi di bumi. Panas dapat berpindah secara konduksi, konveksi dan radiasi. Perpindahan panas secara konduksi disebabkan interaksi atomik atau molekul penyusun bahan tersebut dalam mantel. Perpindahan panas secara konveksi diikuti dengan perpindahan massa. Kedua proses inilah yang sangat dominan di dalam bumi. Pada kedalaman 100 300 km di bawah permukaan bumi, suhu pada mantel bumi dapat melelehkan batuan dan membentuk magma yang cair atau cair sebagian. Magma yang terkumpul dalam dapur magma dapat naik sebagian melalui zona lemah. Penyebaran gunung api di dunia 95% terletak di batas lempeng. Termasuk pada salah satu negara yang memiliki sumber daya alam melimpah dan banyak tersebar gunung api, Indonesia.Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan wilayah gunung berapi, memiliki potensi panas bumi yang besar. Sekitar 54% potensi panas bumi di dunia berada di wilayah indonesia. Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki potensi energi panas bumi terbesar mencapai 40% (25.875 MW) dari sumber energi panas bumi dunia, baru memanfaatkannya sebesar 4% (860,00 MW) terutama untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di wilayah wilayah dengan perkembangan industri yang pesat dimana kuantitas energi listrik yang memadai sangat dibutuhkan. Dengan makin meningkatnya kebutuhan akan energi listrik baik bagi industri maupun rumah tangga serta telah diterbitkannya Undang Undang Panas Bumi, maka energi panas bumi diharapkan dapat menduduki urutan teratas diantara sumber daya energi terbarukan lainnya (tenaga air/surya/angin, biomassa, gelombang air laut dan nuklir) yang layak untuk diperhitungkan dan dikembangkan.

Walaupun energi panas bumi ini bersifat selalu terbarukan, eksploitasi terhadapnya perlu memperhatikan upaya konservasi, agar energi yang dihasilkan dapat digunakan secara optimal tanpa mengabaikan penghematan cadangan yang tersisa. Bertolak dari dasar pemikiran bahwa suatu sistem panas bumi memiliki beberapa parameter pendukung (karakteristik, potensi, umur, dan lain lain), maka upaya konservasi terhadap sumber sumber panas bumi sepantutnya menjadi bagian dari sistem pengembangannya dan yang paling penting bahwa strategi perencanaannya dirancang dengan mempertimbangkan parameter tersebut.BAB II

FLUIDA PANAS BUMI2.1.Magma

Terdapat letusan gunung api yang meledak begitu dahsyat, dan letusan gunung api yang berlangsung tenang. Hal tersebut tergantung dari komposisi magma yang terkandung di perut gunung tersebut. Untuk memahami perbedaan sifat letusan gunung api, maka harus dimengerti bagaimana batuan tersebut meleleh dan akhirnya membentuk magma. Magma adalah lelehan massa batuan yang bercampur dengan gas terlarut bertemperatur sangat tinggi. Di dalam laboratorium, umumnya batuan harus dipanaskan hingga mencapai suhu antara 800oC sampai 1200oC agar meleleh. Keadaan sebenarmya di alam temperatur setinggi itu hanya terdapat di perbatasan antara mantel bumi bagian luar (upper mantle) dan kerak bumi (crust). Semakin bertambah kedalaman bumi, maka tekanan akan semakin meningkat. Dalam skala laboratorium telah dibuktikan bahwa ketika tekanan semakin meningkat, maka titik leleh massa batuan juga semakin meningkat. Maka batuan yang bisa meleleh pada suhu 1100oC di laboratorium atau permukaan bumi, maka akan meleleh pada suhu 1400oC ketika berada di kedalaman 100 km.

Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi proses terbentuknya magma, yaitu temperatur dan tekanan. Tetapi temperatur dan tekanan bukan faktor penentu gunung api akan meletus secara tenang atau meledak dahsyat. Faktor penentu adalah jumlah kandungan gas terlarut didalam magma dan jumlah kandungan silika di dalam magma. Jenis gas yang umumnya terlarut didalam magma adalah uap air (H2O), karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2) dan hidrogen sulfida (H2S). Uap air (H2O) merupakan jenis gas terlarut yang paling banyak dikandung oleh magma. Kehadiran uap air (H2O) akan menurunkan titik leleh material penyusun mantel bumi, sehingga material mantel bumi lebih cepat dan lebih mudah meleleh menjadi magma.Jumlah kandungan silika didalam magma akan menentukan viskositas magma. Viskositas adalah sifat fisis fluida yang menjelaskan kemampuan fluida untuk mengalir. Fluida dengan viskositas tinggi lebih sulit mengalir dibandingkan dengan fluida berviskositas rendah. Kandungan silika yang tinggi didalam magma mengakibatkan magma memiliki viskositas yang tinggi pula. Akibatnya ia sulit mengalir dan cenderung menumpuk semakin tebal. Karena sulit mengalir, maka ia mampu menangkap banyak gas sehingga menyebabkan letusan dahsyat. Sementara kandungan silica yang rendah membuat magma lebih mudah mengalir, tidak sempat menangkap gas, sehingga letusannya akan berlangsung kalem dan tidak akan meledak dahsyat. Berdasarkan kandungan silikanya, magma diklasifikasikan kedalam 3 jenis, yaitu magma basalt, magma andesit, dan magma rhyolit (Tabel 1.1)Tabel 1.1. Jenis Jenis Magma Berdasarkan Kandungan Senyawa Silika

JenisSenyawa SilikatContoh Lokasi

Basalt42-52%Kepulauan Hawaii

Andesit52-66%Pegunungan Andes dan gunung api di Indonesia

Rhyolit> 66%Taman nasional Yellowstone dan gunung api di Indonesia

Densitas magma lebih kecil dibanding batuan yang melingkupinya. Oleh karena itu magma cenderung bergerak ke atas menerobos celah-celah batuan yang memungkinkan untuk dilewati. Peristiwa dimana magma menerobos celah celah batuan disebut intrusi magma. Seiring dengan pergerakan magma ke atas, tekanan yang dirasakan magma akan semakin berkurang. Hingga sampai pada batas tertentu, tekanan tersebut tidak sanggup lagi mengikat gas gas yang semula terlarut di dalam magma. Akibatnya gelembung gelembung gas segera terbentuk di magma, dan dia akan bergerak lebih cepat ke atas sampai akhirnya ia terbebas dari lelehan magma. Fenomena ini dapat menjelaskan mengapa ada perbedaan komposisi kimia antara magma dan lava. Lava adalah magma yang dimuntahkan gunung api dan mengalir di lereng gunung. Tentunya, kandungan gas pada lava sudah jauh berkurang dibandingkan ketika ia masih berada di dalam bumi sebagai magma.

2.2.Proses Pembentukan Fluida Panas Bumi

Asal-usul fluida hidrotermal pada sistem vulkanik aktif diperlihatkan oleh Gambar 2.1. Kandungan H2O yang tinggi pada batas antara lempeng benua dan lempeng samudera di sekitar zona penunjaman yang bertemperatur sangat tinggi memicu terjadinya fenomena partial melting yang merupakan awal fluida panas bumi. Sementara, lapisan sedimen terdehidrasi, yang ikut terbawa ke dalam zona penunjaman, juga ikut meleleh sehingga memperkaya kandungan komponen fluida panasbumi tersebut. Fluida panas bumi kemudian bergerak ke atas menerobos kerak bumi sambil terus bereaksi dengan batuan yang dilewatinya sehingga makin menambah kandungan komponen di dalamnya. Fluida panas bumi yang paling dekat dengan magma, biasanya mengandung uap air, CO2, SO2, H2S dan HCl. Variasi konsentrasi masing masing kandungan itu tergantung pada perbedaan magmatic volatile dan tingkat degassing magma. Penyerapan gas gas tersebut ke dalam sirkulasi air tanah bagian dalam mendorong terbentuknya fluida panas bumi yang bersifat asam dan sangat reaktif. Tingkat keasaman fluida panas bumi berangsur angsur berkurang kearah netral seiring interaksi dirinya dengan permukaan batuan dimana kation-kation ikut terbawa oleh aliran fluida panas bumi. Ketika fluida panas bumi terus bergerak ke atas, tekanannya makin berkurang hingga mencapai kondisi boiling, yaitu kondisi dimana fluida panasbumi mendidih mengeluarkan gelembung gas gas. Zona tempat terjadinya fenomena boiling disebut boiling zone. Disinilah terjadi pemisahan antara fase liquid dan fase gas pada fluida panas bumi. Fluida fase gas akan lebih mudah menerobos menuju ke permukaan bumi menjadi fumaroles di sekitar puncak dan lereng gunung api. Namun fase gas yang tidak bisa menerobos ke permukaan akan bercampur dengan air tanah membentuk steam-heated acid-sulfate water. Sisa fluida panas bumi yang masih berada di dalam akan mengalir secara lateral dimana ia akan bercampur dengan air meteorik sampai mencapai pH netral dan keluar permukaan sebagai mata air yang kaya unsur chloride-nya.

Gambar 2.1. Penampang Vertikal Sistem Hidrotermal Volkanik di Daerah Zona Aktif Gunung Api Andesit. Marini(2001)

Pada awal abad ke-19, telah diperoleh kesimpulan bahwa kandungan gas di dalam magma sangat berperan untuk mendorong magma naik ke permukaan dan menyebabkan letusan yang dahsyat. Bermacam-macam gas bisa melarut kedalam lelehan magma sebagaimana karbon dioksida bisa melarut di dalam air soda. semua gas yang terperangkap di dalam magma diistilahkan sebagai volatile components atau magmatic volatiles karena semua gas itu cenderung membentuk gelembung-gelembung gas pada tekanan yang relatif rendah. Pada gambar 2.2. terdapat model konseptual panas bumi sistem batuan beku muda yang terdapat di andesitic stratovolcano. Reservoir panas bumi bertemperatur 200 oC dengan kedalaman 1,5 km, sementara kedalaman batuan intrusi (intrusive rocks) berkisar antara 2 - 10 km. Dimensi lateral dari reservoir hingga outflow dapat melebihi 20 km.

Gambar 2.2. Model Konseptual Panas Bumi Sistem Batuan BekuBAB IIIMODEL GEOLOGI DAERAH PANAS BUMI

Energi panas bumi adalah energi panas alami dari dalam bumi yang ditransfer ke permukaan bumi secara konduksi dan konveksi. Secara umum perubahan kenaikan temperatur terhadap kedalaman di kerak bumi adalah sekitar 30oC/km. Jika diasumsikan temperatur rata rata permukaan bumi adalah 15oC, maka di kedalaman 3 km, temperaturnya akan mencapai 105oC. Akan tetapi besar nilai temperatur tersebut kurang menguntungkan dari sisi ekonomis untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi panas bumi.

Dalam hal ini, maka sumber energi panas bumi yang potensial dan bernilai ekonomis tentunya hanya berada di lokasi tertentu dengan kondisi geologi yang khas. Pengamatan yang mudah adalah dengan mencari keberadaan manifestasi panas bumi. Jika di suatu lokasi ditemukan fumarole dan mata air panas, maka dibawah terdapat sumber panas bumi yang membuat temperatur air tanah meningkat dan mengakibatkannya keluar ke permukaan tanah sebagai mata air panas.

Dari sudut pandang geologi, sumber energi panas bumi berasal dari magma yang berada didalam bumi. Magma tersebut menghantarkan panas secara konduktif pada batuan disekitarnya. Panas tersebut juga mengakibatkan aliran konveksi fluida hydrothermal di dalam pori pori batuan. Kemudian fluida hydrothermal akan bergerak ke atas namun tidak sampai ke permukaan karena tertahan oleh lapisan batuan yang bersifat impermeable. Lokasi tempat terakumulasinya fluida hydrothermal disebut reservoir, atau lebih tepatnya reservoir panas bumi. Dengan adanya lapisan impermeable tersebut, maka hydrothermal yang terdapat pada reservoir panas bumi terpisah dengan ground water yang berada lebih dangkal. Berdasarkan itu semua maka secara umum sistem panas bumi terdiri atas tiga elemen: (1) batuan reservoir, (2) fluida reservoir, yang berperan menghantarkan panas ke permukaan tanah, (3) batuan panas (heat rock) atau magma sebagai sumber panas (Goff and Cathy, 2000).

3.1. Model Geologi Sistem Panas Bumi

Kondisi geologi sumber sumber energi panas bumi yang telah ditemukan di dunia amat beragam. Namun menurut Marini (2001), secara garis besar bisa dikelompokan kedalam dua model geologi daerah panas bumi, yaitu:

Sistem magmatik volkanik aktif

Sistem selain magmatik volkanik aktifDaerah panas bumi bertemperatur tinggi (lebih dari 180oC) yang bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik, sebagian besar terdapat pada sistem magmatik volkanik aktif. Sementara, pemanfaatan energi panas bumi untuk pemanfaatan langsung (direct use) bisa diperoleh dari kedua sistem tersebut.

Sistem magmatik volkanik aktif yang bertemperatur tinggi umumnya terdapat di sekitar pertemuan antara lempeng samudra dan lempeng benua. Posisi Indonesia tepat berada di batas antara lempeng Eurasia dan Indo-Australia. Oleh karena itu, menurut catatan Volcanical Survey of Indonesia (VSI) yang dirilis tahun 1998, di Indonesia terdapat 245 daerah prospek panas bumi (Gambar 3.1.).

Gambar 3.1. Peta Sebaran Daerah Volkanik Aktif di Indonesia dan Zona Tumbukan lempeng Benua Eurasia dan Indo-Australia (Hochstein and Sudarman, 2008)

Gambar 3.2. Penampang Vertikal Sistem Magmatik Volkanik Aktif ( DiPippo,2007)

Gambar 3.2. memperlihatkan penampang vertikal model geologi daerah magmatik volkanik aktif. Akibat tumbukan antara lempeng samudra (oceanic crust) dan lempeng benua (continental crust), lempeng samudra menunjam ke bawah lempeng benua. Temperatur tinggi di kerak bumi menyebabkan lempeng samudra meleleh. Lokasi lelehan (zone of partial melting) tersebut diperkirakan berada pada kedalaman 100 km dari permukaan bumi di antara kerak bumi dan bagian luar mantel bumi. Densitas lelehan biasanya lebih rendah dari sumber asalnya sehingga lelehan tersebut cenderung bergerak naik ke atas menjadi magma. Hampir tidak pernah ditemukan magma yang berbentuk cair (liquid) murni. Semua magma merupakan lelehan batuan panas dengan campuran yang begitu kompleks antara silikat cair dan kristal mineral ditambah gas, karbon dioksida serta senyawa beracun lainnya. Proses kristalisasi bisa jadi terbentuk dari komposisi liquid-nya atau bisa juga berasal dari mineral batuan yang terbawa oleh pergerakan lelehan magma saat naik ke permukaan. Ketika magma mendekati permukaan bumi, ia menyebabkan letusan volkanik. Magma yang sudah keluar ke permukaan bumi disebut lava. Wujud lava masih berupa lelehan batuan panas yang akhirnya menjadi dingin secara perlahan dan membentuk batuan beku volkanik di permukaan tanah. Alternatif lainnya, magma terperangkap di dalam bumi dan perlahan menjadi dingin membentuk batuan beku yang seiring berjalannya waktu akan tersingkap oleh erosi. Oleh karena itu, komposisi magma dapat ditentukan oleh komposisi batuan beku. Akan tetapi karena proses volkanik melibatkan unsur unsur gas yang terkandung di magma mengakibatkan komposisi batuan beku tidak selalu sama dengan komposisi magma aslinya.

BAB IVPEMBAHASAN

4.1. GeothermalGeothermal didefinisikan sebagai panas yang berasal dari dalam bumi. Sedangkan energi panas bumi adalah energi yang ditimbulkan oleh panas tersebut. Panas bumi menghasilkan energi yang bersih (bebas polusi) dan berkesinambungan atau dapat diperbarui. Sumberdaya energi panas bumi dapat ditemukan pada air dan batuan panas di dekat permukaan bumi sampai beberapa kilometer di bawah permukaan. Bahkan jauh lebih dalam lagi sampai pada sumber panas yang ekstrim dari batuan yang mencair atau magma. Untuk menangkap panas bumi tersebut harus dilakukan pemboran sumur seperti yang dilakukan pada sumur produksi minyak bumi. Sumur tersebut menangkap air tanah yang terpanaskan, kemudian uap dan air panas dipisahkan. Uap air panas dibersihkan dan dialirkan untuk memutar turbin. Air panas yang telah dipisahkan dimasukkan kembali ke dalam reservoir melalui sumur injeksi yang dapat membantu untuk menimbulkan lagi sumber uap.

. Dewasa ini, geothermal dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif yang lebih ramah lingkungan. Salah satu pemanfaatan energi geotermal adalah sebagai sumber energi untuk pembangkit tenaga listrik. Jika dibandingkan dengan pembangkit listrik bahan bakar minyak konvensional, pembangkit listrik tenaga geothermal memberikan dampak negatif yang minimum terhadap lingkungan. Jenis sumber energi ini hanya menghasilkan 5% dari total gas rumah kaca yang dihasilkan oleh pembangkit listrik bahan bakar minyak. Selain itu pembangkit listrik geothermal memiliki urutan pengolahan yang lebih ringkas yang berada di dalam sistem yang tertutup, sehingga lebih sedikit menghasilkan polutan dan limbah kimiawi yang berbahaya.

Geothermal dihasilkan dari proses peluruhan unsur unsur radioaktif yang terdapat di inti bumi. Suhu pada bagian inti bumi dapat melebihi suhu permukaan matahari sehingga dapat menjadi sumber energi yang sangat besar. Geothermal sebagai salah satu jenis energi panas dapat berpindah melalui proses konduksi, konveksi maupun radiasi. Di dalam bumi, semakin rendah konduktivitas suatu materi, maka materi tersebut akan cenderung menyerap energi panas yang ada, sehingga jika suhu telah melewati titik lebur, maka materi tersebut akan mengalami peluruhuan akibat panas. Hal ini terjadi pada bagian inti luar hingga mantel bumi bagian bawah. Mulai dari mantel bumi bagian atas hingga litosfer, energi panas yang berasal dari inti bumi tersebut mulai berkurang karena adanya proses pelepasan energi berupa aktivitas gunung api dan perpindahan panas dengan cara konduksi. Pada prinsipnya, geothermal energy yang dimanfaatkan berasal dari kedua proses tersebut.

Geothermal dapat diklafikasikan atas : hydrothermal energy, geopressured energy dan magma energy, yang terbentuk dari hasil konsentrasi panas yang dimiliki bumi di bawah permukaan oleh beberapa proses geologi, keterdapatannya hanya pada bagian-bagian tertentu dunia. Earth energy adalah energi panas yang terbentuk dikedalaman yang relatif dangkal pada landaian temperatur normal.

4.2. Kaitan Penyebaran Panas Bumi dengan Struktur Bumi

Secara garis besar bumi ini terdiri dari tiga lapisan utama (Gambar 4.1), yaitu kulit bumi (crust), selubung bumi (mantle) dan inti bumi (core). Kulit bumi adalah bagian terluar dari bumi. Ketebalan dari kulit bumi bervariasi, tetapi umumnya kulit bumi di bawah suatu daratan (continent) lebih tebal dari yang terdapat di bawah suatu lautan. Di bawah suatu daratan ketebalan kulit bumi umumnya sekitar 35 kilometer sedangkan di bawah lautan hanya sekitar 5 kilometer. Batuan yang terdapat pada lapisan ini adalah batuan keras yang mempunyai density sekitar 2.7 - 3 gr/cm3.

Gambar 4.1. Susunan Lapisan Bumi

Di bawah kulit bumi terdapat suatu lapisan tebal yang disebut selubung bumi (mantle) yang diperkirakan mempunyai ketebalan sekitar 2900 km. Bagian teratas dari selubung bumi juga merupakan batuan keras.

Bagian terdalam dari bumi adalah inti bumi (core) yang mempunyai ketebalan sekitar 3450 kilometer. Lapisan ini mempunyai temperatur dan tekanan yang sangat tinggi sehingga lapisan ini berupa lelehan yang sangat panas yang diperkirakan mempunyai density sekitar 10.2 11.5 gr/cm3. Diperkirakan temperatur pada inti bumi dapat mencapai sekitar 60000oF.

Kulit bumi dan bagian teratas dari selubung bumi kemudian dinamakan litosfir (80 200 km). Bagian selubung bumi yang terletak tepat di bawah litosfir merupakan batuan lunak pekat dan jauh lebih panas. Bagian dari selubung bumi ini kemudian dinamakan astenosfer (200 300 km). Di bawah lapisan ini, yaitu bagian bawah dari selubung bumi terdiri dari material-material cair, pekat dan panas, dengan density sekitar 3.3 5.7 gr/cm3.

Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa litosfer sebenarnya bukan merupakan permukaan yang utuh, tetapi terdiri dari sejumlah lempeng-lempeng tipis dan kaku (Gambar 4.2.).

Gambar 4.2. Lempengan Lempengan Tektonik

Lempeng lempeng tersebut merupakan bentangan batuan setebal 64 145 km yang mengapung di atas astenosfer. Lempeng lempeng ini bergerak secara perlahan-lahan dan menerus. Di beberapa tempat lempeng-lempeng bergerak memisah sementara di beberapa tempat lainnya lempeng-lempeng saling mendorong dan salah satu diantaranya akan menujam di bawah lempeng lainnya (Gambar 4.3.). Karena panas di dalam astenosfer dan panas akibat gesekan, ujung dari lempengan tersebut hancur meleleh dan mempunyai temperatur tinggi (proses magmatisasi).

Gambar 4.3. Pergerakan Lempengan lempengan Tektonik (Wahl, 1977)

Adanya material panas pada kedalaman beberapa ribu kilometer di bawah permukaan bumi menyebabkan terjadinya aliran panas dari sumber panas tersebut hingga ke pemukaan. Hal ini menyebabkan tejadinya perubahan temperatur dari bawah hingga ke permukaan, dengan gradien temperatur rata rata sebesar 30oC/km. Di perbatasan antara dua lempeng (di daerah penujaman) harga laju aliran panas umumnya lebih besar dari harga rata rata tersebut. Hal ini menyebabkan gradien temperatur di daerah tersebut menjadi lebih besar dari gradien tempetatur rata-rata, sehingga dapat mencapai 70 80oC/km, bahkan di suatu tempat di Lanzarote (Canary Island) besarnya gradien temperatur sangat tinggi sekali hingga besarnya tidak lagi dinyatakan dalam oC/km tetapi dalam oC/cm.

Pada dasarnya sistem panas bumi terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari suatu sumber panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan secara konveksi (Gambar 4.4.). Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber panas. Perpindahan panas secara konveksi pada dasarnya terjadi karena gaya apung (bouyancy). Air karena gaya gravitasi selalu mempunyai kecenderungan untuk bergerak ke bawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak dengan suatu sumber panas maka akan terjadi perpindahan panas sehingga temperatur air menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih ringan. Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas bergerak ke atas dan air yang lebih dingin bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau arus konveksi.

Gambar 4.4. Perpindahan Panas di Bawah Permukaan

Terjadinya sumber energi panas bumi di Indonesia serta karakteristiknya dijelaskan oleh Budihardi (1998) sebagai berikut. Ada tiga lempengan yang berinteraksi di Indonesia, yaitu lempeng Pasifik, lempeng India-Australia dan lempeng Eurasia. Tumbukan yang terjadi antara ketiga lempeng tektonik tersebut telah memberikan peranan yang sangat penting bagi terbentuknya sumber energi panas bumi di Indonesia. Tumbukan antara lempeng India-Australia di sebelah selatan dan lempeng Eurasia di sebelah utara mengasilkan zona penunjaman (subduction) di kedalaman 160 210 km di bawah Pulau Jawa Nusatenggara dan di kedalaman sekitar 100 km (Rocks et. al, 1982) di bawah Pulau Sumatera. Hal ini menyebabkan proses magmatisasi di bawah Pulau Sumatera lebih dangkal dibandingkan dengan di bawah Pulau Jawa atau Nusatenggara. Karena perbedaan kedalaman jenis magma yang dihasilkannya berbeda. Pada kedalaman yang lebih besar jenis magma yang dihasilkan akan lebih bersifat basa dan lebih cair dengan kandungan gas magmatik yang lebih tinggi sehingga menghasilkan erupsi gunung api yang lebih kuat yang pada akhirnya akan menghasilkan endapan vulkanik yang lebih tebal dan terhampar luas. Oleh karena itu, reservoir panas bumi di Pulau Jawa umumnya lebih dalam dan menempati batuan volkanik, sedangkan reservoir panas bumi di Sumatera terdapat di dalam batuan sedimen dan ditemukan pada kedalaman yang lebih dangkal.

Lokasi keterdapatan geothermal energy berkaitan erat dengan posisi tektoniknya. Sumber geothermal energy yang ada saat ini pada umumnya berada di batas antar lempeng, sepanjang busur magmatis, hotspot, rift dan pematang tengah samudra. Berdasarkan posisi tektonik tersebut dapat ditentukan beberapa tipe sistem panas bumi (geothermal system) yang terdapat di alam, yaitu Magmatic Hydrothermal System, Tectonics Deep Circulation System, Geopressured System, dan Magma Tap System. Magmatic hydrothermal dan Magma Tap adalah sistem panas bumi yang melibatkan sumber panas langsung dari aktivitas gunung api, sedangkan sistem Tectonics Deep Circulation dan Geopressured lebih berhubungan dengan perpindahan energi dengan cara konduksi. Selain sistem geotermal alami tersebut, juga terdapat sistem geotermal yang direkayasa seperti Hot Dry Rock (HDR) dan Enhanced Geothermal System (EGS). Kedua tipe ini melibatkan proses rekayasa sifat fisik batuan agar lebih ideal menjadi reservoar geotermal melalui proses pembuatan rekahan secara hidrolik untuk meningkatkan porositas dan permeabilitas batuan.

Dari sudut pandang geologi, suatu sistem panas bumi, khususnya sistem panas bumi yang alami harus memenuhi kriteria tertentu agar dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan. Kriteria kriteria tersebut diantaranya adalah : Terdapat sumber panas. Batuan reservoir dengan permeabilitas tinggi.

Adanya batuan tudung (caprock) untuk menjaga tekanan. Air sebagai media penyalur dan penyimpan energi panas. Memiliki mekanisme recharging yang dapat diandalkan.

Laju penyebaran panas bumi sebagai bagian penting dalam sistem, diantaranya berkaitan dengan :

Dapur magma sebagai sumber panas bumi. Reservoir. Manifestasi panas bumi. Kondisi hidrologi. Umur sumber panas bumi.

4.2.1.

Dapur Magma sebagai Sumber Panas BumiPada dasarnya energi panas yang dihasilkan oleh suatu wilayah gunung api mempunyai kaitan erat dengan sistem magmatik yang mendasarinya, dan salah satu karakteristik penunjang potensi panas bumi adalah letak dapur magma berada di bawah permukaan sebagai sumber panas (heat source).

Terutama di daerah daerah yang terletak di jalur vulkanik-magmatik, ukuran dapur magma itu sendiri berhubungan erat dengan kegiatan vulkanisme. Dalam migrasi menuju permukaan, magma akan mengalami proses diferensiasi dan berevolusi menghasilkan susunan kimiawi yang berbeda sesuai kedalaman. Dapur magma yang terbentuk pada kedalaman menengah kemungkinan terkontaminasi oleh bahan bahan kerak bumi yang kaya akan silika dan gas, sehingga bersifat lebih eksplosif. Volumenya dapat diperkirakan dari kenampakan kenampakan fisik berupa ukuran kaldera, distribusi lubang kepundan, pola rekahan, pengangkatan topografi dan hasil erupsi gunung api atau melalui cara identifikasi dengan metode geofisika (bayangan seismik atau anomali geofisika lainnya).

Magma akan mengalirkan sejumlah panas yang signifikan ke dalam batuan batuan pembentuk kerak bumi, semakin besar ukuran dapur magma maka semakin besar pula sumber daya panasnya, dimana secara ekonomis menjadi ukuran jumlah energi yang dapat dimanfaatkan dari suatu sumber panas bumi.4.2.2.ReservoirReservoir adalah suatu volume batuan di bawah permukaan bumi yang mempunyai cukup porositas dan permeabilitas untuk meloloskan fluida (sumber energi panas bumi) yang terperangkap didalamnya; diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), yaitu :

Entalpi rendah, mempunyai batas suhu 225oC dengan rapat daya spekulatif 15 MW/km2 dan konversi energi 15%.Dalam menentukan reservoir tersebut memiliki potensi panas bumi. Maka di Indonesia telah membagi penentuan potensi panas bumi dalam 2 (dua) kelas, yaitu: Sumber Daya dan Cadangan (masing-masing dibagi menjadi beberapa subkelas subkelas).A. Kriteria sumber daya terdiri dari:Spekulatif, dicirikan oleh terdapatnya manifestasi panas bumi aktif dimana luas reservoir dihitung dari data geologi yang tersedia dan rapat dayanya berdasarkan asumsi.Hipotesis, dicirikan oleh manifestasi panas bumi aktif dengan data dasar hasil survei regional geologi, geokimia dan geofisika. Luas daerah prospek ditentukan berdasarkan penyebaran manifestasi dan batasan geologi, sementara penentuan suhu berdasarkan geotermometer.

B. Kriteria cadangan terdiri dari:

Terduga, dibuktikan oleh data suhu pemboran dimana estimasi luas dan ketebalan reservoir serta parameter fisika batuan dan fluida dilakukan berdasarkan data ilmu kebumian terpadu, yang digambarkan dalam bentuk model tentatif.

Mungkin, dibuktikan oleh sebuah sumur eksplorasi yang berhasil dimana estimasi luas dan ketebalan reservoir didasarkan pada data sumur dan hasil penyelidikan ilmu kebumian rinci terpadu. Parameter batuan, fluida dan suhu reservoir diperoleh dari pengukuran langsung dalam sumur.

Terbukti, dibuktikan oleh lebih dari satu sumur eksplorasi yang berhasil mengeluarkan uap/air panas, dimana estimasi luas dan ketebalan reservoir didasarkan kepada data sumur dan hasil penyelidikan ilmu kebumian rinci terpadu. Parameter batuan dan fluida serta suhu reservoir didapatkan dari data pengukuran langsung dalam sumur dan atau laboratorium.

4.2.3.Manifestasi Panas BumiBukti kegiatan panas bumi dinyatakan oleh manifestasi manifestasi di permukaan, menandakan bahwa fluida hidrotermal yang berasal dari reservoir telah keluar melalui retakan struktur atau satuan satuan batuan berpermeabilitas. Beberapa manifestasi menjadi penting untuk diketahui karena dapat digunakan sebagai indikator dalam penentuan suhu reservoir panas bumi, diantaranya :

Mata air panas, dapat terbentuk dalam beberapa tingkatan mulai dari rembesan hingga menghasilkan air dan uap panas yang dapat dimanfaatkan secara langsung (pemanas ruangan/rumah pertanian atau air mandi) atau penggerak turbin listrik dan yang paling penting adalah bahwa dengan menghitung/mengukur suhunya dapat diperkirakan besaran keluaran energi panas (thermal energy output) dari reservoir di bawah permukaan.

Sinter silika, berasal dari fluida hidrotermal bersusunan alkalin dengan kandungan cukup silika. Diendapkan ketika fluida yang jenuh silika amorf mengalami pendinginan dari 100oC ke 50oC. Endapan ini dapat digunakan sebagai indikator yang baik bagi keberadaan reservoir bersuhu lebih dari 175oC. Travertin, adalah jenis karbonat yang diendapkan di dekat atau pada permukaan. Ketika air meteorik yang sedang bersirkulasi sepanjang retakan struktur mengalami pemanasan oleh magma dan bereaksi dengan batuan karbonat. Umumnya terbentuk sebagai timbunan/gundukan di sekitar mata air panas yang bersuhu sekitar 30oC 100oC, sehingga hanya digunakan sebagai indikator suhu reservoir panas bumi berkapasitas energi kecil yang terlalu lemah untuk menggerakkan turbin listrik tetapi dapat dimanfaatkan secara langsung.

Kawah dan endapan hidrotermal, Kedua jenis manifestasi ini erat hubungannya dengan kegiatan erupsi hidrotermal dan merupakan indikator kuat dari keberadaan reservoir hidrotermal aktif. Kawah dihasilkan oleh erupsi berkekuatan supersonik karena tekanan uap panas yang berasal dari reservoir hidrotermal dalam (kedalaman 400 m, suhu 230oC) melampaui tekanan litostatik, ketika aliran uap tersebut terhambat oleh lapisan batuan tidak permeabel (cap rock). Sedangkan endapan hidrotermal dihasilkan oleh erupsi berkekuatan balistik dari reservoir hidrotermal dangkal (kedalaman 200 m, suhu 195oC), ketika transmisi tekanan uap panas melebihi tekanan litostatik karena tertutupnya rekahan batuan yang dilaluinya.4.2.4.

Kondisi HidrologiPada busur kepulauan dengan kegiatan vulkanisme/magmatisme masih berlangsung, dimana magma di bawah permukaan berinteraksi dengan lokasi lokasi bersiklus basah atau cukup persediaan air. Maka akan terjadi pendinginan magma dan proses hidrotermal untuk menciptakan lingkungan fasa uap-air bersuhu dan bertekanan tertentu, yang memberikan peluang terjadinya sistem panas bumi aktif.

Demikian pentingnya peranan air dalam mempertahankan kelangsungan sistem panas bumi sehingga sangat dipengaruhi oleh siklus hidrologi, yang diyakini dapat terjaga keseimbangannya apabila pasokan dari lingkungan tidak terhenti. Keberadaan sumber sumber air lainnya seperti air tanah, air connate, air laut/danau, es atau air hujan akan sangat dibutuhkan sebagai pemasok kembali (recharge) air yang hilang mengingat kandungan air dalam magma (juvenile) tidak mencukupi jumlah yang dibutuhkan dalam mempertahankan proses interaksi air-magma.

Kondisi hidrologi pada suatu sistem panas bumi sangat dipengaruhi oleh bentang alam lingkungan tempat terjadinya sistem panas bumi tersebut, dan berperan terutama dalam membentuk manifestasi manifestasi permukaan yang dapat memberikan petunjuk tentang keberadaan sumber panas bumi di bawah permukaan. Pada daerah bertopografi rendah, manifestasi manifestasi panas bumi dapat berbentuk mulai dari kolam air panas dengan pH mendekati netral, pengendapan sinter silika hingga zona zona uap mengandung H2S yang berpeluang menghasilkan fluida bersifat asam. Hal hal tersebut menandakan bahwa sumber fluida hidrotermal/panas bumi berada relatif tidak jauh dari permukaan. Sementara pada daerah dengan topografi tingi (vulkanik andesitik) dimana kenampakan manifestasi berupa fumarol atau solfatara, menggambarkan bahwa sumber panas bumi berada pada kondisi relatif dalam, yang memerlukan waktu dan jarak panjang untuk mencapai permukaan.

4.2.5.Umur Kegiatan dan Metode Estimasi Potensi Panas BumiMeskipun sistem panas bumi menghasilkan sumber daya energi yang selalu terbarukan, tidak berarti akan berumur tanpa batas. Dengan demikian harus ada upaya untuk mengetahui umur kegiatan suatu sumber panas bumi. Penggunaan metoda K/Ar dan Rb/Sr adalah salah satu teknik paling popular dikenal untuk penentuan umur (age dating), yang diterapkan terhadap mineral mineral hidrotermal tertentu dari inti (core) bor batuan batuan hidrotermal, dapat dilakukan dengan cara :

Tidak langsung, dari suatu sistem panas bumi aktif. Penentuan umur dengan cara ini dilakukan melalui studi banding umur relatif mineral mineral ubahan tertentu karena hasil proses hidrotermal terhadap umur batuan reservoir. Analogi, pengukuran atau perkiraan lamanya kegiatan dalam suatu sistem fosil panas bumi, terutama yang berkaitan dengan cebakan bijih hidrotermal. Dilakukan melalui studi tentang peran rekahan struktur dalam proses hidrotermal dan pembentukan cebakan mineral, serta perbedaan pengendapan mineral mineral ubahan/bijih, penutupan rekahan struktur dan pembentukan kembali rekahan.

Estimasi terhadap potensi panas bumi dilakukan dalam rangka penentuan kualitasnya, sehingga dapat diketahui pemanfaatannya baik sebagai sumber energi listrik maupun pemakaian langsung dalam kaitannya dengan upaya optimalisasi produksi energi panas bumi. Secara garis besar metode estimasi dibagi menjadi 2 (dua), yaitu: Perhitungan Volumetrik dan Simulasi Numerik.A.Metode estimasi volumetrik terdiri dari: Metode perbandingan, yaitu menyetarakan suatu daerah panas bumi baru yang belum diketahui potensinya dengan lapangan yang telah diketahui berpotensi, dimana keduanya memiliki kemiripan kondisi geologi. Metode ini digunakan untuk menghitung potensi energi panas bumi dengan klasifikasi sumber daya spekulatif. Model lumped parameter, didasarkan pada anggapan bahwa reservoir panas bumi berupa bentuk kotak sehingga perhitungan sebagai berikut: Volume = Luas sebaran x KetebalanDengan syarat bahwa kandungan energi panas dalam bentuk fluida berada dalam batuan dan kandungan massa fluida terdapat dalam resrvoir. Metode ini digunakan untuk menghitung potensi energi panas bumi dengan kategori sumber daya hipotesis, cadangan terduga, mungkin dan terbukti.B.Metode estimasi simulasi numerik.Metode digunakan terutama pada kondisi dimana pada suatu lapangan panas bumi telah tersedia beberapa sumur eksplorasi dengan semburan fluida panas. Data sumur dibuat simulasi, yang selanjutnya digambar dalam sistem kisi (grid) dan bentuk tiga dimensi. Dengan metoda ini dapat dihitung potensi cadangan terbukti dari suatu reservoir, termasuk umur, optimasi produksi dan sistem distribusi panasnya.

Beberapa proses alamiah yang berperan dalam stimulasi pembentukan rekahan pada batuan reservoir panas bumi berpotensi diantaranya adalah: Terobosan magma, Pelepasan gas dari magma, Hidrovulkanik dan Sirkulasi hidrotermal.Terobosan magma yang kaya akan kandungan gas akan bergerak ke atas sepanjang rekahan, yang kemudian membuka rekahan secara perlahan. Mekanisme rekahan ini berkaitan dengan rekahnya batuan yang disebabkan oleh proses pendidihan (boiling) di sepanjang rekahan ketika tekanan fluida magmatik melampaui tekanan litostatik.

Pada beberapa titik, pembebasan gas dari magma dimungkinkan memicu terbentuknya hidrofracture ke arah dekat permukaan yang sedikit akan lapisan akuifer. Dengan meningkatnya keberadaan rekahan, batuan akuifer mengalami perubahan dan memberikan peluang air bercampur dengan magma untuk menghasilkan erupsi erupsi freatomagmatik yang kering. Erupsi secara bertahap menjadi lebih basah karena mendapat pasokan air akibat meningkatnya jumlah rekahan pada akuifer.

Dalam beberapa tahap terobosan magma dimungkinkan terhenti karena mengalami pendinginan oleh air akuifer. Secara bersamaan sirkulasi hidrothermal berkembang dengan baik dan fluida dari akuifer secara berkesinambungan mentransfer panas yang berasal dari terobosan magma di bawah gunung api.

Proses dan mekanisme di atas menunjukkan bahwa pembentukan suatu reservoir panas bumi yang berpotensi sangat dipengaruhi oleh faktor faktor berikut: Umur dan ukuran terobosan subvulkanik. Tersedianya cukup akuifer. Porositas dan permeabilitas batuan batuan dasar. Rekahan rekahan batuan dasar. Lingkungan tektonik dan kedudukan dari sistem rekahan terdahulu. Kandungan lempung dan tingkat ubahan hidrotermal dari batuan induk.

Maka upaya konservasi terhadap potensi reservoir panas bumi akan sangat tergantung kepada hasil penelitian dan identifikasi faktor faktor pengendali tersebut.

Adapun kendala kendala yang mungkin terjadi pada tahap produksi Sumber panas bumi dalam suatu reservoir masih dalam bentuk fluida hidrotermal ketika dieksploitasi untuk keperluan pembangkit listrik. Kemudian fluida diubah dengan menggunakan alat separator menjadi uap bertekanan/bersuhu tertentu dan dialirkan melalui pipa untuk menggerakkan turbin penghasil energi listrik.

BAB VKESIMPULAN

Geothermal didefinisikan sebagai panas yang berasal dari dalam bumi. Sedangkan energi panas bumi adalah energi yang ditimbulkan oleh panas tersebut. Panas bumi menghasilkan energi yang bersih (bebas polusi) dan berkesinambungan atau dapat diperbarui. Sumberdaya energi panas bumi dapat ditemukan pada air dan batuan panas di dekat permukaan bumi sampai beberapa kilometer di bawah permukaan. Bahkan jauh lebih dalam lagi sampai pada sumber panas yang ekstrim dari batuan yang mencair atau magma. Untuk menangkap panas bumi tersebut harus dilakukan pemboran sumur seperti yang dilakukan pada sumur produksi minyak bumi. Sumur tersebut menangkap air tanah yang terpanaskan, kemudian uap dan air panas dipisahkan. Uap air panas dibersihkan dan dialirkan untuk memutar turbin. Air panas yang telah dipisahkan dimasukkan kembali ke dalam reservoir melalui sumur injeksi yang dapat membantu untuk menimbulkan sumber uap lagi.Adanya material panas pada kedalaman beberapa ribu kilometer di bawah permukaan bumi menyebabkan terjadinya aliran panas dari sumber panas tersebut hingga ke pemukaan. Hal ini menyebabkan tejadinya perubahan temperatur dari bawah hingga ke permukaan, dengan gradien temperatur rata-rata sebesar 30oC/km. Di perbatasan antara dua lempeng (daerah penujaman) harga laju aliran panas umumnya lebih besar dari harga rata-rata tersebut. Hal ini menyebabkan gradien temperatur di daerah tersebut menjadi lebih besar dari gradien tempetatur rata-rata, sehingga dapat mencapai 70-80oC/km, bahkan di suatu tempat di Lanzarote (Canary Island) besarnya gradien temperatur sangat tinggi sekali hingga besarnya tidak lagi dinyatakan dalam oC/km tetapi dalam oC/cm.

Pada dasarnya sistem panas bumi terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari suatu sumber panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan secara konveksi. Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber panas. Perpindahan panas secara konveksi pada dasarnya terjadi karena gaya apung (bouyancy). Air karena gaya gravitasi selalu mempunyai kecenderungan untuk bergerak kebawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak dengan suatu sumber panas maka akan terjadi perpindahan panas sehingga temperatur air menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih ringan. Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas bergerak ke atas dan air yang lebih dingin bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau arus konveksi.Lokasi keterdapatan geothermal energy berkaitan erat dengan posisi tektoniknya. Sumber energi geotermal yang ada saat ini pada umumnya berada di batas antar lempeng; di sepanjang busur magmatis; hotspot; rift dan; pematang tengah samudra. Berdasarkan posisi tektonik tersebut dapat ditentukan beberapa tipe sistem geotermal yang terdapat di alam, yaitu Magmatic Hydrothermal System, Tectonics Deep Circulation System, Geopressured System dan Magma Tap System. Magmatic hydrothermal dan Magma Tap adalah sistem geothermal yang melibatkan sumber panas langsung dari aktivitas gunung api, sedangkan sistem Tectonics deep circulation dan Geopressured lebih berhubungan dengan perpindahan energi dengan cara konduksi. Selain sistem geotermal alami tersebut, juga terdapat sistem geotermal yang direkayasa seperti Hot Dry Rock (HDR) dan Enhanced Geothermal System (EGS). Kedua tipe ini melibatkan proses rekayasa sifat fisik batuan agar lebih ideal menjadi reservoir geothermal melalui proses pembuatan rekahan secara hidrolik untuk meningkatkan porositas dan permeabilitas batuan.Dari sudut pandang geologi, suatu sistem panas bumi, khususnya sistem panas bumi yang alami harus memenuhi kriteria tertentu agar dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan. Kriteria kriteria tersebut diantaranya adalah : Terdapat sumber panas. Batuan reservoir dengan permeabilitas tinggi.

Adanya batuan tudung (caprock) untuk menjaga tekanan. Air sebagai media penyalur dan penyimpan energi panas. Memiliki mekanisme recharging yang dapat diandalkan.

Laju penyebaran panas bumi sebagai bagian penting dalam sistem, diantaranya berkaitan dengan :

Dapur magma sebagai sumber panas bumi. Reservoir. Manifestasi panas bumi. Kondisi hidrologi. Umur sumber panas bumi.

DAFTAR PUSTAKA

http://scrib.com/Eksplorasi-Migas-Dan-Panas-Bumi

http://cs426ah.wordpress.com/2012/04/21/sifat-kemagnetan-dalam-batuan/

http://psdg.bgl.esdm.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=922:survei-aliran-panas-daerah-panas-bumi-lainea-kabupaten-konawe-selatan-provinsi-sulawesi-tenggara&catid=56:artikel-lapangan-psdg&Itemid=611

http://psdg.bgl.esdm.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=432&Itemid=437

http://www.bgl.esdm.go.id/publication/index.php/dir/article_download/410

http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/ImagesWeb/lapisan_bumi.jpg

26