Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
Ekstraksi Digital Elevation Model (DEM) Menggunakan Metode Interferometry
Synthetic Aperture Radar (InSAR) Dari Citra Sentinel-1A Single Look Complex
(SLC)
Hot Mazmuloh Situmorang
Pembimbing1 Dr. Rian Nurtyawan, S.T.,M.T., dan
Pembimbing2 Agung Mahadi Putera Perdana, S.Si.,M.Sc.,
ABSTRAK
Pengamatan media satelit bersensor aktif atau dikenal dengan Synthetic Aperture Radar (SAR)
menggunakan gelombang microwave yang memiliki panjang gelombang lebih kecil dari partikel awan
(mm–cm) sehingga mampu menembus awan. Satelit SAR mampu beroperasi pada malam hari dengan
menggunakan pemancar gelombang. Citra satelit SAR dapat dijadikan bahan untuk mengekstraksi digital
elevation model (DEM) dengan menggunakan metode Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR).
DEM hasil ekstraksi menggunakan metode InSAR dilakukan pengujian pada 162 titik sampel uji
menghasilkan ketelitian dalam bentuk RMSEz sebesar ±22.184 meter. Dilakukan penentuan skala dengan
mengacu pada peraturan Badan Informasi Geospasial nomor 6 tahun 2018 tentang perubahan atas peraturan
Kepala Badan Informasi Geospasial nomor 15 tahun 2014 tentang pedoman teknis ketelitian peta dasar.
Berdasarkan penelitian dilakukan DEM hasil InSAR memenuhi syarat untuk peta RBI pada skala
1:250.000 untuk Peta RBI kelas 1, skala 1:250.000 untuk peta RBI kelas 2 dan skala 1:100.000 untuk Peta
RBI kelas 3.
Kata Kunci: DEM, InSAR, RMSE, Skala.
I. PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi yang pesat
memuculkan inovasi-inovasi mukhtahir dalam
segala aspek termasuk dalam perkembangan
teknologi pemetaan. Salah satu teknologi
pemetaan yang berkembang adalah teknologi
penginderaan jauh. Penginderaan jauh
merupakan pengukuran atau perolehan
informasi dari beberapa sifat objek atau
fenomena, dengan menggunakan alat perekam
yang secara fisik tidak terjadi kontak langsung
dengan objek atau fenomena yang dikaji. [1]
Pengamatan dengan media satelit bersensor
aktif atau dikenal dengan Synthetic Aperture
Radar (SAR) menggunakan gelombang
microwave yang memiliki panjang gelombang
lebih kecil dari partikel awan (mm – cm)
sehingga mampu menembus awan. Satelit SAR
mampu beroperasi dalam keadaan gelap/malam
hari. Dalam penggunaannya, data pengamatan
SAR dapat dianalisis dengan metode
Interferometric Synthetic Aperture Radar
(InSAR) untuk menghasilkanDigital Elevation
Model (DEM).
Pada penelitian sebelumnya berjudul: Analisis
Ketelitian DSM Kota Semarang Dengan
Metode InSAR Menggunakan Citra Sentinel-1
oleh Handaru Aryo Sunu, dkk. Departemen
Teknik Geodesi Fakultas Teknik, Universitas
Diponegoro, menyimpulkan bahwa hasil
pengolahan Citra Sentinel-1 sangat dipengaruhi
oleh nilai baseline temporal dan tegak lurus.
Baseline temporal yang cukup singkat dan
baseline tegak lurus yang panjang pun belum
menjamin hasil DEM yang akurat. Ketelitian
dari DSM Sentinel-1 berdasarkan 137 titik
sampel acak sebesar 52,381meter dengan
RMSE sebesar 35,386 meter. [2]
2
Digital Elevatiom Model (DEM) digunakan
untuk melakukan analisis keruangan berkaitan
dengan ketinggian dan bentuk permukaan bumi.
Beberapa analisis digunakan untuk kepentingan
pembangunan dan mitigasi kebencaan
memerlukan DEM dengan akurasi yang baik.
Bandar Lampung adalah salah satu kota di
Indonesia yang memiliki kepentingan berkaitan
dengan DEM seperti: pembangunan daerah tepi
pantai, analisis kebencanaan banjir akibat
kenaikan permukaan air laut dan lain
sebagainya. Untuk itu, dibutuhkan DEM yang
dapat diketahui ketelitiannya selanjutnya
difungsikan berdasarkan ketelitian yang
dihasilkan oleh DEM tersebut.
Satelit SAR dapat mengamati daerah yang sama
dengan sudut pandang sedikit berbeda. Hal ini
juga dapat dilakukan dengan cara
menggabungkan dua buah citra satelit dengan
waktu bersamaan atau dengan dengan waktu
berbeda memanfaatkan selisih waktu rotasi
satelit.
Setelah titik referensi tanah telah diidentifikasi,
variasi dari perbedaan jalur perjalanan atau yang
menghasilkan perpindahan dari sel resolusi
referensi ke yang lain dapat dirumuskan dengan
sederhana (aproksimasi berlaku untuk baseline
kecil dan resolution cell yang tidak terlalu
berjauhan) yang tergantung pada beberapa
parameter geometris
Penelitian ini dimaksudkan membentuk model
permukaan dengan harapan dapat memberikan
ketelitian baik dan mengetahui kecocokan
pengguna DEM hasil InSAR dengan
menggunakan citra satelit Sentinel-1A SLC.
Dijabarkan dalam uraian berikut:
1. Mengekstraksi DEM dari citra satelit
Sentinel-1A SLC.
2. Menghitung ketelitian DEM hasil ekstraksi
citra satelit Sentinel-1A SLC.
3. Menentukan skala peta untuk DEM yang
dihasilkan.
II. METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan membahas terkait lokasi,
perangkat dan data yang digunakan
2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini menggunakan wilayah
administrasi Kota Bandar Lampung sepertu
yang ditunjukkan gambar 2.1. brikut ini:
Gambar 2.1. Peta lokasi penelitain
(Sumber:Dokumentasi penelitain menggunakan
aplikasi ArcMap,2020)
Kota Bandar Lampung memiliki koordinat 5o
20’ sampai dengan 5o 30’ Lintang Selatan dan
105 o 28’ Sampai 105 o 37’ Bujur Timur. Ibu
kota propinsi Lampung ini berada di Teluk
Lampung yang terletak di ujung Selatan Pulau
Sumatera. [3]
2.2. Data yang Digunakan
Data yang digunakan dalam penelittian ini
adalah citra satelit Sentinel-1A SLC, DEMNAS
dan DEM SRTM. Metadata data yang
digunakan secara singkat dapat diamati pada
tabel 2.1. hingga tabel 2.3. berikut ini:
3
Tabel 2.1. Metadata citra satelit Sentinel-1A
SLC yang digunakan
Parameter Master Slave Ketera
ngan
Nama
S1A_IW
_
SLC__1S
DV_
2020012
7T2
24144_2
0200127
T
224210_
03
0992_03
8F
3C_47D
E
S1A_I
W_SL
C_
_1SDV
_20200
103
T22414
4_20
200103
T2
24211_
03
0642_0
382
F3_BB
58
-
Satelit Sentinel-
1A SLC
Sentine
l-1A
SLC
-
Mode
Akuisisi IW IW -
Resolusi 5 x 20 5 x 20 Dalam
meter
Lattitude
-
4.547765
895 s/d
-
6.445929
326
-
4.5473
92056
s/d
-
6.4466
94651
Dalam
satuan
derajat
Longitude
103.2008
083 s/d
105.7549
834
103.20
12589
s/d
105.75
55785
Dalam
satuan
derajat
(Sumber: Copernicus melalui
scihub.copernicus.eu, 2020)
Tabel 2.2. Metadata DEMNAS yang digunakan
Parameter DEMNAS Keterangan
Nomor
Lembar
Peta/NLP
1110-13,
1110-14,
1110-41
dan 1110-
42
4 lembar
Resolusi 0,27
Arcsecond
Sekitar 8,2
meter
Sistem
referensi
Geografis -
Format GeoTiff
32 bit
float
-
(Sumber: DEMNAS melalui
tides.big.go.id/DEMNAS/)
Tabel 2.3. Metadata DEM SRTM yang
digunakan
Parameter DEM SRTM Keterangan
product SRTM 90m DEM
Version 4
-
Data file
name
srtm_58_14.zip -
Mask file
name
srtm_mk_58_14.zip
Lattitude 5 s/d 10 S Dalam
derajat
Longitude 105 s/d 110 E Dalam
derajat
(Sumber: CGIAR-CSI GeoPortal melalui
srtm.csi.cgiar.org, 2020)
2.3. Tahapan Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan penelitian mengikuti
metodologi sebagaimana yang ditunjukkan pada
gambar 2.2. berikut ini:
4
Gambar 2.2. Tahapan pelaksanaan
(Sumber: Dokumentasi penelitian menggunakan aplikasi draw.io, 2020)
5
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas tentang cara uji
akurasi, akurasi serta skala dari DEM hasil
InSAR, DEM SRTM dan DEMNAS.
3.1. DEM Hasil InSAR
DEM diekstraksi menggunakan metode InSAR
dengan tahapan yang ditunjukkan pada gambar
3.1. berikut ini:
Gambar 3.1. Proses pembentukan DEM
menggunakan metode InSAR
(Sumber: Dokumentasi penelitian
menggunakan aplikasi draw.io, 2020)
DEM yang dihasilkan dari metode InSAR
sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar
3.2. berikut ini:
Gambar 3.2. DEM hasil InSAR Kota Bandar
Lampung
(Sumber: Dokumentasi penelitian
menggunakan aplikasi SNAP Desktop, 2020)
Pembentukan DEM dengan metode InSAR
menggunakan dua buah citra yang berperan
sebagai master dan slave. Kedua citra tersebut
memiliki area pengamatan, polarisasi dan arah
pengambilan serta waktu yang relatif sama.
Kedua citra tersebut memiliki posisi
pengambilan data berbeda sehingga
menghasilkan baseline satelit.
Dalam penelitian ini menggunakan master dan
slave yang memiliki baseline interferometry
seperti gambar 3.3. berikut ini:
6
Gambar 3.3. Baseline interferometry data
master dan data slave
(Sumber: ASF Alaska melalui website
baseline.asf.alaska.edu, 2020)
Dalam penelitian ini menggunakan citra dengan
perpendicular baseline sebesar -43 meter yang
berarti jarak antara posisi satelit melakukan
akuisisi adalah 43 meter pada kode absolute
orbit 30642. Temporal baseline pada citra satelit
yang digunakan sebesar -24 hari yang berarti
data slave terlebih dahulu diakuisisi kemudian
data master dengan jarak 24 hari. Penggunaan
baseline temporal yang kecil bertujuan untuk
menjaga mencegah perubahan signifikan dari
permukaan bumi yang diamati.
3.2. DEM SRTM
DEM SRTM didapat dari CGIAR-CSI
GeoPortal melalui website srtm.csi.cgiar.org.
Dilakukan layouting menggunakan aplikasi
ArcGIS 10.4 untuk menghasilkan DEM SRTM
seperti gambar 3.4. berikut ini:
Gambar 3.4. DEM SRTM Kota Bandar
Lampung
(Sumber: Dokumentasi penelitian
menggunakan aplikasi ArcGIS 10.4, 2020)
DEM SRTM sebagai pembanding data DEM
hasil InSAR dan DEMNAS. Pada proses
ekstraksi DEM hasil InSAR, DEM SRTM
digunakan sebagai referensi bentuk ketinggian
yang disesuaikan dengan nilai phasa citra SAR.
3.3. DEMNAS
DEMNAS digunakan sebagai acuan ketinggian
permukaan bumi. DEMNAS menjadi
pembanding utama untuk DEM hasil InSAR dan
DEM SRTM. DEMNAS didownload melalui
portal DEMNAS BIG melalui website
tides.big.go.id/DEMNAS/. Dilakukan layouting
menggunakan aplikasi ArcGIS 10.4
menghasilkan DEMNAS Kota Bandar
Lampung seperti gambar 3.5. berikut ini:
7
Gambar 3.5. DEMNAS Kota Bandar Lampung
(Sumber: Dokumentasi penelitian
menggunakan aplikasi ArcGIS 10.4, 2020)
3.4. Uji Akurasi DEM
Dilakukan uji akurasi pada 162 titik sampel
acak sebagaimana ditunjukkan pada gambar
3.6. berikut ini:
Gambar 3.6. Peta persebaran tKota Bandar
Lampung
(Sumber: Dokumentasi penelitian
menggunakan aplikasi ArcGIS 10.4, 2020
Dari 162 titik didapati perbedaan tinggi seperti
yang ditunjukkan grafik pada gambar 3.7.
berikut ini:
Gambar 3.7. Grafik beda nilai ketinggian
(Sumber: Dokumentasi penelitian
menggunakan aplikasi Microsoft Excel, 2020)
Dilakukan regresi liniear terhadap DEM InSAR
dan DEM SRTM menggunakan acuan
DEMNAS dengan menggunakan persamaan 3.1
dibawah ini:
(3.1)
Pengujian regresi liniear bertujuan melihat
korelasi antar DEM. Regresi liniear pada DEM
hasil InSAR dan DEMNAS dapat dilihat pada
gambar 3.8 berikut ini:
Gambar 3.8. Regresi liniear DEM hasil InSAR
terhadap DEMNAS
8
(Sumber: Dokumentasi penelitian
menggunakan aplikasi Microsoft Excel, 2020)
Dengan menggunakan persamaan 3.1 tersebut
dilakukan pengujian korelasi terhadap DEM
SRTM terhadap DEMNAS. Didapati hasil
regresi liniear seperti pada gambar 3.9. berikut
ini:
Gambar 3.9. Regresi liniear DEM SRTM
terhadap DEMNAS
(Sumber: Dokumentasi penelitian
menggunakan aplikasi Microsoft Exel, 2020)
Nilai beda tinggi antara DEM yang diuji
terhadap DEMNAS dilakukan perhitungan
RMSE sebagai nilai ketelitian. Perhitungan
RMSE menggunakan persamaan 3.2. sebagai
berikut:
𝑅𝑀𝑆𝐸 = (∑|𝑓(𝑥𝑖)−𝑦𝑖|
2
𝑛)1/2 (3.2)
Menghasilkan nilai RMSE seperti pengolahan
pada tabel 3.1. berikut ini:
Tabel 3.1. Pengolahan data beda tinggi
Titik
DZ*DZ
InSAR-
DEMNAS
SRTM-
DEMNAS
1 446.204 64
2 258.383 121
3 444.660 49
4 577.014 121
5 578.643 36
6 624.395 36
7 400.561 36
8 362.654 36
9 403.493 49
10 489.646 81
11 489.873 25
12 404.136 49
13 363.026 100
14 483.634 81
15 442.260 25
16 528.065 100
17 322.030 49
18 479.884 16
19 526.788 100
20 476.448 100
21 395.054 169
22 251.447 81
23 396.061 81
24 438.247 100
25 438.707 16
26 529.325 121
27 483.139 64
28 483.073 100
29 363.339 36
30 260.026 9
31 403.712 36
32 448.585 16
33 445.857 64
34 259.987 1
35 326.885 25
36 325.222 49
37 389.974 49
38 564.832 121
39 949.404 36
40 615.052 25
41 720.099 361
42 717.111 324
43 774.431 100
44 666.767 121
45 523.177 169
46 357.215 81
47 438.725 49
48 477.467 64
49 436.512 49
50 439.010 36
9
51 482.184 64
52 400.409 49
53 255.917 4
54 363.078 49
55 442.745 64
56 581.571 121
57 291.809 16
58 444.083 81
59 581.317 121
60 487.770 49
61 441.905 64
62 359.621 16
63 360.766 0
64 287.947 64
65 400.644 36
66 676.835 64
67 679.171 16
68 362.618 361
69 964.481 100
70 168.771 121
71 677.762 36
72 675.596 1
73 358.442 100
74 439.955 64
75 1439.937 441
76 438.684 400
77 440.439 64
78 442.534 49
79 487.114 36
80 401.439 81
81 323.627 36
82 482.021 64
83 571.794 121
84 438.741 64
85 528.486 25
86 256.278 100
87 285.447 16
88 619.536 9
89 573.575 121
90 396.084 0
91 516.733 100
92 470.185 324
93 606.494 81
94 510.043 121
95 651.111 361
96 505.347 25
97 379.922 324
98 759.323 361
99 708.228 121
100 470.449 484
101 825.939 256
102 659.063 81
103 828.364 256
104 563.690 121
105 433.394 64
106 663.503 1
107 475.727 144
108 613.594 225
109 569.456 121
110 478.288 64
111 437.569 169
112 392.908 49
113 564.402 121
114 514.284 225
115 561.947 64
116 512.254 16
117 510.798 100
118 242.670 169
119 993.190 49
120 340.455 36
121 377.610 121
122 642.207 576
123 983.467 361
124 596.078 144
125 420.054 625
126 459.290 441
127 509.983 400
128 554.066 49
129 928.107 225
130 467.181 225
131 560.691 256
132 760.646 49
133 514.087 100
134 163.086 49
135 428.581 25
136 473.193 81
10
137 522.668 49
138 437.778 25
139 356.419 36
140 563.497 81
141 23.174 9
142 517.058 1
143 392.467 49
144 165.988 0
145 477.523 121
146 618.659 1
147 433.984 64
148 665.963 196
149 476.353 64
150 138.854 9
151 429.690 16
152 245.906 196
153 560.551 441
154 150.386 0
155 1627.084 400
156 374.559 169
157 417.968 64
158 19.384 64
159 510.920 100
160 756.087 529
161 241.801 9
162 270.376 9
Jumlah 79724.130 18177
RMSE ± 22.184 ± 10.593
(Sumber: Dokumentasi penelitian
menggunakan aplikasi Microsoft Excel, 2020)
Ketelitian DEMNAS didapat dari studi literatur
pada halaman Ina-GeoPortal untuk laman
DEMNAS melalui website
tides.big.go.id/DEMNAS/. Ketelitian
DEMNAS diuji dengan menggunakan ground
control point (GCP) yang diukur langsung
sehingga menghasilkan nilai ketinggian yang
akurat. Hasil dari uji akurasi dinyatakan dalam
kesalahan RMSEz sebesar 2,79 meter.
3.5. Penentuan Skala DEM
Penentuan skala dilakukan mengikuti Peraturan
Badan Informasi Geospasial No. 6 Tahun 2018
tentang “Perubahan Atas Peraturan Kepala
Badan Informasi Geospasial Nomor 15 Tahun
2014 Tentang Pedoman Teknis Ketelitian Peta
Dasar”. Nilai RMSEz diubah menjadi nilai
LE90 yang memiliki tingkat kepercayaan 90%
menggunakan persamaan 3.3 berikut ini:
LE90 = 1,6499 x RMSEz (3.3)
Sehingga didapati nilai LE90 yang kemudian
ditentukan nilai skala terpenuhi. Nilai LE90 dan
skala DEM hasil uji ditunjukkan pada tabel 3.2
dan tabel 3.3. berikut ini:
Tabel 3.2. Nilai LE90 DEM yang diuji
DEM RMSEz (±) LE90
DEM hasil
InSAR
22.184
meter
36.601
meter
DEM SRTM 10,593
meter
17.477
meter
DEMNAS 2,79
meter
4,603
meter
(Sumber: Dokumentasi penelitian
menggunakan aplikasi Microsoft Excel, 2020)
Tabel 3.3. Skala DEM yang diuji
DEM Skala Pada Peta RBI
Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3
DEM
hasil
InSAR
1:250.000 1:250.000 1:100.000
DEM
SRTM
1:100.000 1:100.000 1:50.000
DEMNAS 1:25.000 1:25.000 1:25.000
(Sumber: Peraturan Badan Informasi
Geospasial no.6 tahun 2018, 2020)
11
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan digital
elevation model (DEM) dapat dihasilkan dengan
menggunakan interferometry synthetic aperture
radar (InSAR). Metode InSAR menggunakan
dua lembar citra satelit sensor aktif/synthetic
aperture radar (SAR) dalam penelitian ini
menggunakan citra satelit Sentinel-1A Single
Look Complex (SLC).
Ketelitian DEM yang dihasilkan menggunakan
metode InSAR dinyatakan dalam bentuk root
mean square error (RMSE) sebesar ± 22.184
meter. Nilai ketelitian tersebut dihitung melalui
nilai beda tinggi pada titik uji. Titik uji yang
digunakan sebanyak 162 titik yang ditentukan
secara acak. Nilai ketinggian DEM hasil InSAR
kemudian dibandingkan dengan DEMNAS
dititik yang sama. Dilakukan regresi liniear
untuk menguji korelasi antara DEM hasil
InSAR dan DEMNAS. Nilai beda tinggi antara
DEM tersebut dihitung menggunakan
persamaan RMSE untuk meghasilkan nilai
ketelitian.
Skala DEM yang dihasilkan menggunakan
metode InSAR sebesar 1:250.000 untuk peta
Rupa Bumi Indonesi (RBI) kelas 1, skala
1:250.000 untuk peta RBI kelas 2 dan skala
1:100.000 untuk peta RBI kelas 3. Penentuan
skala peta mengacu kepada peraturan Badan
Informasi Geopasial nomor 6 tahun 2018. Skala
peta ditentukan dari nilai ketelitian dalam
bentuk RMSE yang diubah menjadi nilai LE90
dengan persamaan yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] American Society of Photogrammetry,
Manual of Remote Sensing, vol. I, Falls
Church: American Society of
Photogrammetry, 1983.
[2] H. A. Sunu, B. D. Yuwono and A.
Suprayogi, "Jurnal Geodesi Undip,"
Analisis Ketelitian DSM Kota Semarang,
no. Universitas Diponegoro, 2019.
[3] Badan Pusat Statistika Kota Bandar
Lampung, Kota Bandar Lampung Dalam
Angka, Kota Bandar Lampung: BPS Kota
Bandar Lampung, 2018.
[4] Badan Informasi Geospasial , "Info
DEMNAS," Badan Informasi Geospasial
, 2018. [Online]. Available:
tides.big.go.id. [Accessed 24 Agustus
2020].
[5] F. Alessandro , M.-G. Andrea , P. Claudio
and R. Fabio , "InSAR Principles:
Guidelines for SAR," in Part B InSAR
processing: a practical approach,
Frascati, Italy, ESA Publicaations, 2007.
[6] . F. Alessandro, M.-G. Andrea , P.
Claudio and . R. Fabio, "InSAR
Principles: Guidelines for SAR," in Part
A Interferometric SAR image processing
and interpretation, K. Fletcher, Ed.,
Frascati, Italy, ESA Publications, 2007.
[7] . F. Alessandro, M.-G. Andrea , . P.
Claudio and R. Fabio , "InSAR Principles:
Guidelines for SAR," in Part C InSAR
processing: a mathematical approach,
Frascati, Italy, ESA Publicaations, 2007.
[8] L. Veci, "Sentinel-1 Toolbox," in
Interferometry Tutorial, Array Systems
Computing Inc, 2016.
[9] Aresys, "FreeSAR, the web-based SAR
proccesing solution," in Quick User
Guide, Aresys, 2017.
[10] Alaska Satellite Facility, "How to Create
a DEM from Sentinel-1 Data," Alaska
Satellite Facility, 2018.
[11] C. S.C. and C. R.P., "Numerical Methods
for Engineers," in 2nd Ed., New York,
12
McGraw-Hill Book Co., 1990, pp. 319-
398.
[12] Badan Informasi Geospasial, "Peraturan
Kepala Badan Informasi Geospasial," in
Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Spesifikasi
Teknis Penyajian Data Peta Desa,
Jakarta, Negara Republik Indonesia,
2016.
[13] R. Munir, "Regresi," in Bahan Kuliah
IF4058 Topik Khusus Informatika I,
Bandung, Institut Teknologi Bandung,
2018.
[14] S. and A. Julzarika, "Pemanfaatan
Interferometric Snthetic Aperture Radar
(InSAR) Untuk Pemodelan 3D (DSM,
DEM dan DTM)," Majalah Sains dan
Teknologi Dirgantara, 2010.
[15] N. Duantari and A. B. Cahyono, "Jurnal
Teknik ITS Vol.6 No.2," in Analisis
Perbandingan DTM (Digital Terrain
Model) dari LiDAR (Light Detection and
Ranging) dan Foto Udara dalam
Pembuatan Kontur Peta Rupa Bumi
Indonesia, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS) , 2017.
[16] CGIAR-CSI GeoPortal, "SRTM 90m
DEM Digital Elevation Database,"
CGIAR-CSI, 2004. [Online]. Available:
http://srtm.csi.cgiar.org/. [Accessed 21
Agustus 2020].
[17] Badan Informasi Geospasial,
"DEMNAS," Badan Informasi
Geospasial, 2018. [Online]. Available:
http://tides.big.go.id/DEMNAS/.
[Accessed 25 agustus 2020].
[18] Badan Informasi Geospasial, "Peraturan
Badan Informasi Geospasial," in Nomor 6
Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Kepala Badan Informasi
Geospasial Tentang Pedoman Teknis
Ketelitian Peta Dasar, Jakarta, Negara
Republik Indonesia, 2018.
[19] R. Nurtyawan and N. Fiscarina,
"Assesment of The Accuracy of DEM
From Panchromtic Pleiades Imagery
(Case Study: Bandung City. West Java),"
International Journal of Remote Sensing
and Earth Sciences, vol. 17, 2020.