12
1 Ekstraksi Digital Elevation Model (DEM) Menggunakan Metode Interferometry Synthetic Aperture Radar (InSAR) Dari Citra Sentinel-1A Single Look Complex (SLC) Hot Mazmuloh Situmorang Pembimbing 1 Dr. Rian Nurtyawan, S.T.,M.T., dan Pembimbing 2 Agung Mahadi Putera Perdana, S.Si.,M.Sc., ABSTRAK Pengamatan media satelit bersensor aktif atau dikenal dengan Synthetic Aperture Radar (SAR) menggunakan gelombang microwave yang memiliki panjang gelombang lebih kecil dari partikel awan (mmcm) sehingga mampu menembus awan. Satelit SAR mampu beroperasi pada malam hari dengan menggunakan pemancar gelombang. Citra satelit SAR dapat dijadikan bahan untuk mengekstraksi digital elevation model (DEM) dengan menggunakan metode Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR). DEM hasil ekstraksi menggunakan metode InSAR dilakukan pengujian pada 162 titik sampel uji menghasilkan ketelitian dalam bentuk RMSEz sebesar ±22.184 meter. Dilakukan penentuan skala dengan mengacu pada peraturan Badan Informasi Geospasial nomor 6 tahun 2018 tentang perubahan atas peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial nomor 15 tahun 2014 tentang pedoman teknis ketelitian peta dasar. Berdasarkan penelitian dilakukan DEM hasil InSAR memenuhi syarat untuk peta RBI pada skala 1:250.000 untuk Peta RBI kelas 1, skala 1:250.000 untuk peta RBI kelas 2 dan skala 1:100.000 untuk Peta RBI kelas 3. Kata Kunci: DEM, InSAR, RMSE, Skala. I. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi yang pesat memuculkan inovasi-inovasi mukhtahir dalam segala aspek termasuk dalam perkembangan teknologi pemetaan. Salah satu teknologi pemetaan yang berkembang adalah teknologi penginderaan jauh. Penginderaan jauh merupakan pengukuran atau perolehan informasi dari beberapa sifat objek atau fenomena, dengan menggunakan alat perekam yang secara fisik tidak terjadi kontak langsung dengan objek atau fenomena yang dikaji. [1] Pengamatan dengan media satelit bersensor aktif atau dikenal dengan Synthetic Aperture Radar (SAR) menggunakan gelombang microwave yang memiliki panjang gelombang lebih kecil dari partikel awan (mm cm) sehingga mampu menembus awan. Satelit SAR mampu beroperasi dalam keadaan gelap/malam hari. Dalam penggunaannya, data pengamatan SAR dapat dianalisis dengan metode Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR) untuk menghasilkanDigital Elevation Model (DEM). Pada penelitian sebelumnya berjudul: Analisis Ketelitian DSM Kota Semarang Dengan Metode InSAR Menggunakan Citra Sentinel-1 oleh Handaru Aryo Sunu, dkk. Departemen Teknik Geodesi Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, menyimpulkan bahwa hasil pengolahan Citra Sentinel-1 sangat dipengaruhi oleh nilai baseline temporal dan tegak lurus. Baseline temporal yang cukup singkat dan baseline tegak lurus yang panjang pun belum menjamin hasil DEM yang akurat. Ketelitian dari DSM Sentinel-1 berdasarkan 137 titik sampel acak sebesar 52,381meter dengan RMSE sebesar 35,386 meter. [2]

Ekstraksi Digital Elevation Model (DEM) Menggunakan …repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2009090034/23116082_20_151030.pdf1 Ekstraksi Digital Elevation Model (DEM) Menggunakan

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    Ekstraksi Digital Elevation Model (DEM) Menggunakan Metode Interferometry

    Synthetic Aperture Radar (InSAR) Dari Citra Sentinel-1A Single Look Complex

    (SLC)

    Hot Mazmuloh Situmorang

    Pembimbing1 Dr. Rian Nurtyawan, S.T.,M.T., dan

    Pembimbing2 Agung Mahadi Putera Perdana, S.Si.,M.Sc.,

    ABSTRAK

    Pengamatan media satelit bersensor aktif atau dikenal dengan Synthetic Aperture Radar (SAR)

    menggunakan gelombang microwave yang memiliki panjang gelombang lebih kecil dari partikel awan

    (mm–cm) sehingga mampu menembus awan. Satelit SAR mampu beroperasi pada malam hari dengan

    menggunakan pemancar gelombang. Citra satelit SAR dapat dijadikan bahan untuk mengekstraksi digital

    elevation model (DEM) dengan menggunakan metode Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR).

    DEM hasil ekstraksi menggunakan metode InSAR dilakukan pengujian pada 162 titik sampel uji

    menghasilkan ketelitian dalam bentuk RMSEz sebesar ±22.184 meter. Dilakukan penentuan skala dengan

    mengacu pada peraturan Badan Informasi Geospasial nomor 6 tahun 2018 tentang perubahan atas peraturan

    Kepala Badan Informasi Geospasial nomor 15 tahun 2014 tentang pedoman teknis ketelitian peta dasar.

    Berdasarkan penelitian dilakukan DEM hasil InSAR memenuhi syarat untuk peta RBI pada skala

    1:250.000 untuk Peta RBI kelas 1, skala 1:250.000 untuk peta RBI kelas 2 dan skala 1:100.000 untuk Peta

    RBI kelas 3.

    Kata Kunci: DEM, InSAR, RMSE, Skala.

    I. PENDAHULUAN

    Perkembangan teknologi yang pesat

    memuculkan inovasi-inovasi mukhtahir dalam

    segala aspek termasuk dalam perkembangan

    teknologi pemetaan. Salah satu teknologi

    pemetaan yang berkembang adalah teknologi

    penginderaan jauh. Penginderaan jauh

    merupakan pengukuran atau perolehan

    informasi dari beberapa sifat objek atau

    fenomena, dengan menggunakan alat perekam

    yang secara fisik tidak terjadi kontak langsung

    dengan objek atau fenomena yang dikaji. [1]

    Pengamatan dengan media satelit bersensor

    aktif atau dikenal dengan Synthetic Aperture

    Radar (SAR) menggunakan gelombang

    microwave yang memiliki panjang gelombang

    lebih kecil dari partikel awan (mm – cm)

    sehingga mampu menembus awan. Satelit SAR

    mampu beroperasi dalam keadaan gelap/malam

    hari. Dalam penggunaannya, data pengamatan

    SAR dapat dianalisis dengan metode

    Interferometric Synthetic Aperture Radar

    (InSAR) untuk menghasilkanDigital Elevation

    Model (DEM).

    Pada penelitian sebelumnya berjudul: Analisis

    Ketelitian DSM Kota Semarang Dengan

    Metode InSAR Menggunakan Citra Sentinel-1

    oleh Handaru Aryo Sunu, dkk. Departemen

    Teknik Geodesi Fakultas Teknik, Universitas

    Diponegoro, menyimpulkan bahwa hasil

    pengolahan Citra Sentinel-1 sangat dipengaruhi

    oleh nilai baseline temporal dan tegak lurus.

    Baseline temporal yang cukup singkat dan

    baseline tegak lurus yang panjang pun belum

    menjamin hasil DEM yang akurat. Ketelitian

    dari DSM Sentinel-1 berdasarkan 137 titik

    sampel acak sebesar 52,381meter dengan

    RMSE sebesar 35,386 meter. [2]

  • 2

    Digital Elevatiom Model (DEM) digunakan

    untuk melakukan analisis keruangan berkaitan

    dengan ketinggian dan bentuk permukaan bumi.

    Beberapa analisis digunakan untuk kepentingan

    pembangunan dan mitigasi kebencaan

    memerlukan DEM dengan akurasi yang baik.

    Bandar Lampung adalah salah satu kota di

    Indonesia yang memiliki kepentingan berkaitan

    dengan DEM seperti: pembangunan daerah tepi

    pantai, analisis kebencanaan banjir akibat

    kenaikan permukaan air laut dan lain

    sebagainya. Untuk itu, dibutuhkan DEM yang

    dapat diketahui ketelitiannya selanjutnya

    difungsikan berdasarkan ketelitian yang

    dihasilkan oleh DEM tersebut.

    Satelit SAR dapat mengamati daerah yang sama

    dengan sudut pandang sedikit berbeda. Hal ini

    juga dapat dilakukan dengan cara

    menggabungkan dua buah citra satelit dengan

    waktu bersamaan atau dengan dengan waktu

    berbeda memanfaatkan selisih waktu rotasi

    satelit.

    Setelah titik referensi tanah telah diidentifikasi,

    variasi dari perbedaan jalur perjalanan atau yang

    menghasilkan perpindahan dari sel resolusi

    referensi ke yang lain dapat dirumuskan dengan

    sederhana (aproksimasi berlaku untuk baseline

    kecil dan resolution cell yang tidak terlalu

    berjauhan) yang tergantung pada beberapa

    parameter geometris

    Penelitian ini dimaksudkan membentuk model

    permukaan dengan harapan dapat memberikan

    ketelitian baik dan mengetahui kecocokan

    pengguna DEM hasil InSAR dengan

    menggunakan citra satelit Sentinel-1A SLC.

    Dijabarkan dalam uraian berikut:

    1. Mengekstraksi DEM dari citra satelit

    Sentinel-1A SLC.

    2. Menghitung ketelitian DEM hasil ekstraksi

    citra satelit Sentinel-1A SLC.

    3. Menentukan skala peta untuk DEM yang

    dihasilkan.

    II. METODOLOGI PENELITIAN

    Pada bab ini akan membahas terkait lokasi,

    perangkat dan data yang digunakan

    2.1. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini menggunakan wilayah

    administrasi Kota Bandar Lampung sepertu

    yang ditunjukkan gambar 2.1. brikut ini:

    Gambar 2.1. Peta lokasi penelitain

    (Sumber:Dokumentasi penelitain menggunakan

    aplikasi ArcMap,2020)

    Kota Bandar Lampung memiliki koordinat 5o

    20’ sampai dengan 5o 30’ Lintang Selatan dan

    105 o 28’ Sampai 105 o 37’ Bujur Timur. Ibu

    kota propinsi Lampung ini berada di Teluk

    Lampung yang terletak di ujung Selatan Pulau

    Sumatera. [3]

    2.2. Data yang Digunakan

    Data yang digunakan dalam penelittian ini

    adalah citra satelit Sentinel-1A SLC, DEMNAS

    dan DEM SRTM. Metadata data yang

    digunakan secara singkat dapat diamati pada

    tabel 2.1. hingga tabel 2.3. berikut ini:

  • 3

    Tabel 2.1. Metadata citra satelit Sentinel-1A

    SLC yang digunakan

    Parameter Master Slave Ketera

    ngan

    Nama

    S1A_IW

    _

    SLC__1S

    DV_

    2020012

    7T2

    24144_2

    0200127

    T

    224210_

    03

    0992_03

    8F

    3C_47D

    E

    S1A_I

    W_SL

    C_

    _1SDV

    _20200

    103

    T22414

    4_20

    200103

    T2

    24211_

    03

    0642_0

    382

    F3_BB

    58

    -

    Satelit Sentinel-

    1A SLC

    Sentine

    l-1A

    SLC

    -

    Mode

    Akuisisi IW IW -

    Resolusi 5 x 20 5 x 20 Dalam

    meter

    Lattitude

    -

    4.547765

    895 s/d

    -

    6.445929

    326

    -

    4.5473

    92056

    s/d

    -

    6.4466

    94651

    Dalam

    satuan

    derajat

    Longitude

    103.2008

    083 s/d

    105.7549

    834

    103.20

    12589

    s/d

    105.75

    55785

    Dalam

    satuan

    derajat

    (Sumber: Copernicus melalui

    scihub.copernicus.eu, 2020)

    Tabel 2.2. Metadata DEMNAS yang digunakan

    Parameter DEMNAS Keterangan

    Nomor

    Lembar

    Peta/NLP

    1110-13,

    1110-14,

    1110-41

    dan 1110-

    42

    4 lembar

    Resolusi 0,27

    Arcsecond

    Sekitar 8,2

    meter

    Sistem

    referensi

    Geografis -

    Format GeoTiff

    32 bit

    float

    -

    (Sumber: DEMNAS melalui

    tides.big.go.id/DEMNAS/)

    Tabel 2.3. Metadata DEM SRTM yang

    digunakan

    Parameter DEM SRTM Keterangan

    product SRTM 90m DEM

    Version 4

    -

    Data file

    name

    srtm_58_14.zip -

    Mask file

    name

    srtm_mk_58_14.zip

    Lattitude 5 s/d 10 S Dalam

    derajat

    Longitude 105 s/d 110 E Dalam

    derajat

    (Sumber: CGIAR-CSI GeoPortal melalui

    srtm.csi.cgiar.org, 2020)

    2.3. Tahapan Pelaksanaan

    Tahapan pelaksanaan penelitian mengikuti

    metodologi sebagaimana yang ditunjukkan pada

    gambar 2.2. berikut ini:

  • 4

    Gambar 2.2. Tahapan pelaksanaan

    (Sumber: Dokumentasi penelitian menggunakan aplikasi draw.io, 2020)

  • 5

    III. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pada bab ini akan membahas tentang cara uji

    akurasi, akurasi serta skala dari DEM hasil

    InSAR, DEM SRTM dan DEMNAS.

    3.1. DEM Hasil InSAR

    DEM diekstraksi menggunakan metode InSAR

    dengan tahapan yang ditunjukkan pada gambar

    3.1. berikut ini:

    Gambar 3.1. Proses pembentukan DEM

    menggunakan metode InSAR

    (Sumber: Dokumentasi penelitian

    menggunakan aplikasi draw.io, 2020)

    DEM yang dihasilkan dari metode InSAR

    sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar

    3.2. berikut ini:

    Gambar 3.2. DEM hasil InSAR Kota Bandar

    Lampung

    (Sumber: Dokumentasi penelitian

    menggunakan aplikasi SNAP Desktop, 2020)

    Pembentukan DEM dengan metode InSAR

    menggunakan dua buah citra yang berperan

    sebagai master dan slave. Kedua citra tersebut

    memiliki area pengamatan, polarisasi dan arah

    pengambilan serta waktu yang relatif sama.

    Kedua citra tersebut memiliki posisi

    pengambilan data berbeda sehingga

    menghasilkan baseline satelit.

    Dalam penelitian ini menggunakan master dan

    slave yang memiliki baseline interferometry

    seperti gambar 3.3. berikut ini:

  • 6

    Gambar 3.3. Baseline interferometry data

    master dan data slave

    (Sumber: ASF Alaska melalui website

    baseline.asf.alaska.edu, 2020)

    Dalam penelitian ini menggunakan citra dengan

    perpendicular baseline sebesar -43 meter yang

    berarti jarak antara posisi satelit melakukan

    akuisisi adalah 43 meter pada kode absolute

    orbit 30642. Temporal baseline pada citra satelit

    yang digunakan sebesar -24 hari yang berarti

    data slave terlebih dahulu diakuisisi kemudian

    data master dengan jarak 24 hari. Penggunaan

    baseline temporal yang kecil bertujuan untuk

    menjaga mencegah perubahan signifikan dari

    permukaan bumi yang diamati.

    3.2. DEM SRTM

    DEM SRTM didapat dari CGIAR-CSI

    GeoPortal melalui website srtm.csi.cgiar.org.

    Dilakukan layouting menggunakan aplikasi

    ArcGIS 10.4 untuk menghasilkan DEM SRTM

    seperti gambar 3.4. berikut ini:

    Gambar 3.4. DEM SRTM Kota Bandar

    Lampung

    (Sumber: Dokumentasi penelitian

    menggunakan aplikasi ArcGIS 10.4, 2020)

    DEM SRTM sebagai pembanding data DEM

    hasil InSAR dan DEMNAS. Pada proses

    ekstraksi DEM hasil InSAR, DEM SRTM

    digunakan sebagai referensi bentuk ketinggian

    yang disesuaikan dengan nilai phasa citra SAR.

    3.3. DEMNAS

    DEMNAS digunakan sebagai acuan ketinggian

    permukaan bumi. DEMNAS menjadi

    pembanding utama untuk DEM hasil InSAR dan

    DEM SRTM. DEMNAS didownload melalui

    portal DEMNAS BIG melalui website

    tides.big.go.id/DEMNAS/. Dilakukan layouting

    menggunakan aplikasi ArcGIS 10.4

    menghasilkan DEMNAS Kota Bandar

    Lampung seperti gambar 3.5. berikut ini:

  • 7

    Gambar 3.5. DEMNAS Kota Bandar Lampung

    (Sumber: Dokumentasi penelitian

    menggunakan aplikasi ArcGIS 10.4, 2020)

    3.4. Uji Akurasi DEM

    Dilakukan uji akurasi pada 162 titik sampel

    acak sebagaimana ditunjukkan pada gambar

    3.6. berikut ini:

    Gambar 3.6. Peta persebaran tKota Bandar

    Lampung

    (Sumber: Dokumentasi penelitian

    menggunakan aplikasi ArcGIS 10.4, 2020

    Dari 162 titik didapati perbedaan tinggi seperti

    yang ditunjukkan grafik pada gambar 3.7.

    berikut ini:

    Gambar 3.7. Grafik beda nilai ketinggian

    (Sumber: Dokumentasi penelitian

    menggunakan aplikasi Microsoft Excel, 2020)

    Dilakukan regresi liniear terhadap DEM InSAR

    dan DEM SRTM menggunakan acuan

    DEMNAS dengan menggunakan persamaan 3.1

    dibawah ini:

    (3.1)

    Pengujian regresi liniear bertujuan melihat

    korelasi antar DEM. Regresi liniear pada DEM

    hasil InSAR dan DEMNAS dapat dilihat pada

    gambar 3.8 berikut ini:

    Gambar 3.8. Regresi liniear DEM hasil InSAR

    terhadap DEMNAS

  • 8

    (Sumber: Dokumentasi penelitian

    menggunakan aplikasi Microsoft Excel, 2020)

    Dengan menggunakan persamaan 3.1 tersebut

    dilakukan pengujian korelasi terhadap DEM

    SRTM terhadap DEMNAS. Didapati hasil

    regresi liniear seperti pada gambar 3.9. berikut

    ini:

    Gambar 3.9. Regresi liniear DEM SRTM

    terhadap DEMNAS

    (Sumber: Dokumentasi penelitian

    menggunakan aplikasi Microsoft Exel, 2020)

    Nilai beda tinggi antara DEM yang diuji

    terhadap DEMNAS dilakukan perhitungan

    RMSE sebagai nilai ketelitian. Perhitungan

    RMSE menggunakan persamaan 3.2. sebagai

    berikut:

    𝑅𝑀𝑆𝐸 = (∑|𝑓(𝑥𝑖)−𝑦𝑖|

    2

    𝑛)1/2 (3.2)

    Menghasilkan nilai RMSE seperti pengolahan

    pada tabel 3.1. berikut ini:

    Tabel 3.1. Pengolahan data beda tinggi

    Titik

    DZ*DZ

    InSAR-

    DEMNAS

    SRTM-

    DEMNAS

    1 446.204 64

    2 258.383 121

    3 444.660 49

    4 577.014 121

    5 578.643 36

    6 624.395 36

    7 400.561 36

    8 362.654 36

    9 403.493 49

    10 489.646 81

    11 489.873 25

    12 404.136 49

    13 363.026 100

    14 483.634 81

    15 442.260 25

    16 528.065 100

    17 322.030 49

    18 479.884 16

    19 526.788 100

    20 476.448 100

    21 395.054 169

    22 251.447 81

    23 396.061 81

    24 438.247 100

    25 438.707 16

    26 529.325 121

    27 483.139 64

    28 483.073 100

    29 363.339 36

    30 260.026 9

    31 403.712 36

    32 448.585 16

    33 445.857 64

    34 259.987 1

    35 326.885 25

    36 325.222 49

    37 389.974 49

    38 564.832 121

    39 949.404 36

    40 615.052 25

    41 720.099 361

    42 717.111 324

    43 774.431 100

    44 666.767 121

    45 523.177 169

    46 357.215 81

    47 438.725 49

    48 477.467 64

    49 436.512 49

    50 439.010 36

  • 9

    51 482.184 64

    52 400.409 49

    53 255.917 4

    54 363.078 49

    55 442.745 64

    56 581.571 121

    57 291.809 16

    58 444.083 81

    59 581.317 121

    60 487.770 49

    61 441.905 64

    62 359.621 16

    63 360.766 0

    64 287.947 64

    65 400.644 36

    66 676.835 64

    67 679.171 16

    68 362.618 361

    69 964.481 100

    70 168.771 121

    71 677.762 36

    72 675.596 1

    73 358.442 100

    74 439.955 64

    75 1439.937 441

    76 438.684 400

    77 440.439 64

    78 442.534 49

    79 487.114 36

    80 401.439 81

    81 323.627 36

    82 482.021 64

    83 571.794 121

    84 438.741 64

    85 528.486 25

    86 256.278 100

    87 285.447 16

    88 619.536 9

    89 573.575 121

    90 396.084 0

    91 516.733 100

    92 470.185 324

    93 606.494 81

    94 510.043 121

    95 651.111 361

    96 505.347 25

    97 379.922 324

    98 759.323 361

    99 708.228 121

    100 470.449 484

    101 825.939 256

    102 659.063 81

    103 828.364 256

    104 563.690 121

    105 433.394 64

    106 663.503 1

    107 475.727 144

    108 613.594 225

    109 569.456 121

    110 478.288 64

    111 437.569 169

    112 392.908 49

    113 564.402 121

    114 514.284 225

    115 561.947 64

    116 512.254 16

    117 510.798 100

    118 242.670 169

    119 993.190 49

    120 340.455 36

    121 377.610 121

    122 642.207 576

    123 983.467 361

    124 596.078 144

    125 420.054 625

    126 459.290 441

    127 509.983 400

    128 554.066 49

    129 928.107 225

    130 467.181 225

    131 560.691 256

    132 760.646 49

    133 514.087 100

    134 163.086 49

    135 428.581 25

    136 473.193 81

  • 10

    137 522.668 49

    138 437.778 25

    139 356.419 36

    140 563.497 81

    141 23.174 9

    142 517.058 1

    143 392.467 49

    144 165.988 0

    145 477.523 121

    146 618.659 1

    147 433.984 64

    148 665.963 196

    149 476.353 64

    150 138.854 9

    151 429.690 16

    152 245.906 196

    153 560.551 441

    154 150.386 0

    155 1627.084 400

    156 374.559 169

    157 417.968 64

    158 19.384 64

    159 510.920 100

    160 756.087 529

    161 241.801 9

    162 270.376 9

    Jumlah 79724.130 18177

    RMSE ± 22.184 ± 10.593

    (Sumber: Dokumentasi penelitian

    menggunakan aplikasi Microsoft Excel, 2020)

    Ketelitian DEMNAS didapat dari studi literatur

    pada halaman Ina-GeoPortal untuk laman

    DEMNAS melalui website

    tides.big.go.id/DEMNAS/. Ketelitian

    DEMNAS diuji dengan menggunakan ground

    control point (GCP) yang diukur langsung

    sehingga menghasilkan nilai ketinggian yang

    akurat. Hasil dari uji akurasi dinyatakan dalam

    kesalahan RMSEz sebesar 2,79 meter.

    3.5. Penentuan Skala DEM

    Penentuan skala dilakukan mengikuti Peraturan

    Badan Informasi Geospasial No. 6 Tahun 2018

    tentang “Perubahan Atas Peraturan Kepala

    Badan Informasi Geospasial Nomor 15 Tahun

    2014 Tentang Pedoman Teknis Ketelitian Peta

    Dasar”. Nilai RMSEz diubah menjadi nilai

    LE90 yang memiliki tingkat kepercayaan 90%

    menggunakan persamaan 3.3 berikut ini:

    LE90 = 1,6499 x RMSEz (3.3)

    Sehingga didapati nilai LE90 yang kemudian

    ditentukan nilai skala terpenuhi. Nilai LE90 dan

    skala DEM hasil uji ditunjukkan pada tabel 3.2

    dan tabel 3.3. berikut ini:

    Tabel 3.2. Nilai LE90 DEM yang diuji

    DEM RMSEz (±) LE90

    DEM hasil

    InSAR

    22.184

    meter

    36.601

    meter

    DEM SRTM 10,593

    meter

    17.477

    meter

    DEMNAS 2,79

    meter

    4,603

    meter

    (Sumber: Dokumentasi penelitian

    menggunakan aplikasi Microsoft Excel, 2020)

    Tabel 3.3. Skala DEM yang diuji

    DEM Skala Pada Peta RBI

    Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3

    DEM

    hasil

    InSAR

    1:250.000 1:250.000 1:100.000

    DEM

    SRTM

    1:100.000 1:100.000 1:50.000

    DEMNAS 1:25.000 1:25.000 1:25.000

    (Sumber: Peraturan Badan Informasi

    Geospasial no.6 tahun 2018, 2020)

  • 11

    IV. KESIMPULAN

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan digital

    elevation model (DEM) dapat dihasilkan dengan

    menggunakan interferometry synthetic aperture

    radar (InSAR). Metode InSAR menggunakan

    dua lembar citra satelit sensor aktif/synthetic

    aperture radar (SAR) dalam penelitian ini

    menggunakan citra satelit Sentinel-1A Single

    Look Complex (SLC).

    Ketelitian DEM yang dihasilkan menggunakan

    metode InSAR dinyatakan dalam bentuk root

    mean square error (RMSE) sebesar ± 22.184

    meter. Nilai ketelitian tersebut dihitung melalui

    nilai beda tinggi pada titik uji. Titik uji yang

    digunakan sebanyak 162 titik yang ditentukan

    secara acak. Nilai ketinggian DEM hasil InSAR

    kemudian dibandingkan dengan DEMNAS

    dititik yang sama. Dilakukan regresi liniear

    untuk menguji korelasi antara DEM hasil

    InSAR dan DEMNAS. Nilai beda tinggi antara

    DEM tersebut dihitung menggunakan

    persamaan RMSE untuk meghasilkan nilai

    ketelitian.

    Skala DEM yang dihasilkan menggunakan

    metode InSAR sebesar 1:250.000 untuk peta

    Rupa Bumi Indonesi (RBI) kelas 1, skala

    1:250.000 untuk peta RBI kelas 2 dan skala

    1:100.000 untuk peta RBI kelas 3. Penentuan

    skala peta mengacu kepada peraturan Badan

    Informasi Geopasial nomor 6 tahun 2018. Skala

    peta ditentukan dari nilai ketelitian dalam

    bentuk RMSE yang diubah menjadi nilai LE90

    dengan persamaan yang telah ditetapkan.

    DAFTAR PUSTAKA

    [1] American Society of Photogrammetry,

    Manual of Remote Sensing, vol. I, Falls

    Church: American Society of

    Photogrammetry, 1983.

    [2] H. A. Sunu, B. D. Yuwono and A.

    Suprayogi, "Jurnal Geodesi Undip,"

    Analisis Ketelitian DSM Kota Semarang,

    no. Universitas Diponegoro, 2019.

    [3] Badan Pusat Statistika Kota Bandar

    Lampung, Kota Bandar Lampung Dalam

    Angka, Kota Bandar Lampung: BPS Kota

    Bandar Lampung, 2018.

    [4] Badan Informasi Geospasial , "Info

    DEMNAS," Badan Informasi Geospasial

    , 2018. [Online]. Available:

    tides.big.go.id. [Accessed 24 Agustus

    2020].

    [5] F. Alessandro , M.-G. Andrea , P. Claudio

    and R. Fabio , "InSAR Principles:

    Guidelines for SAR," in Part B InSAR

    processing: a practical approach,

    Frascati, Italy, ESA Publicaations, 2007.

    [6] . F. Alessandro, M.-G. Andrea , P.

    Claudio and . R. Fabio, "InSAR

    Principles: Guidelines for SAR," in Part

    A Interferometric SAR image processing

    and interpretation, K. Fletcher, Ed.,

    Frascati, Italy, ESA Publications, 2007.

    [7] . F. Alessandro, M.-G. Andrea , . P.

    Claudio and R. Fabio , "InSAR Principles:

    Guidelines for SAR," in Part C InSAR

    processing: a mathematical approach,

    Frascati, Italy, ESA Publicaations, 2007.

    [8] L. Veci, "Sentinel-1 Toolbox," in

    Interferometry Tutorial, Array Systems

    Computing Inc, 2016.

    [9] Aresys, "FreeSAR, the web-based SAR

    proccesing solution," in Quick User

    Guide, Aresys, 2017.

    [10] Alaska Satellite Facility, "How to Create

    a DEM from Sentinel-1 Data," Alaska

    Satellite Facility, 2018.

    [11] C. S.C. and C. R.P., "Numerical Methods

    for Engineers," in 2nd Ed., New York,

  • 12

    McGraw-Hill Book Co., 1990, pp. 319-

    398.

    [12] Badan Informasi Geospasial, "Peraturan

    Kepala Badan Informasi Geospasial," in

    Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Spesifikasi

    Teknis Penyajian Data Peta Desa,

    Jakarta, Negara Republik Indonesia,

    2016.

    [13] R. Munir, "Regresi," in Bahan Kuliah

    IF4058 Topik Khusus Informatika I,

    Bandung, Institut Teknologi Bandung,

    2018.

    [14] S. and A. Julzarika, "Pemanfaatan

    Interferometric Snthetic Aperture Radar

    (InSAR) Untuk Pemodelan 3D (DSM,

    DEM dan DTM)," Majalah Sains dan

    Teknologi Dirgantara, 2010.

    [15] N. Duantari and A. B. Cahyono, "Jurnal

    Teknik ITS Vol.6 No.2," in Analisis

    Perbandingan DTM (Digital Terrain

    Model) dari LiDAR (Light Detection and

    Ranging) dan Foto Udara dalam

    Pembuatan Kontur Peta Rupa Bumi

    Indonesia, Institut Teknologi Sepuluh

    Nopember (ITS) , 2017.

    [16] CGIAR-CSI GeoPortal, "SRTM 90m

    DEM Digital Elevation Database,"

    CGIAR-CSI, 2004. [Online]. Available:

    http://srtm.csi.cgiar.org/. [Accessed 21

    Agustus 2020].

    [17] Badan Informasi Geospasial,

    "DEMNAS," Badan Informasi

    Geospasial, 2018. [Online]. Available:

    http://tides.big.go.id/DEMNAS/.

    [Accessed 25 agustus 2020].

    [18] Badan Informasi Geospasial, "Peraturan

    Badan Informasi Geospasial," in Nomor 6

    Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas

    Peraturan Kepala Badan Informasi

    Geospasial Tentang Pedoman Teknis

    Ketelitian Peta Dasar, Jakarta, Negara

    Republik Indonesia, 2018.

    [19] R. Nurtyawan and N. Fiscarina,

    "Assesment of The Accuracy of DEM

    From Panchromtic Pleiades Imagery

    (Case Study: Bandung City. West Java),"

    International Journal of Remote Sensing

    and Earth Sciences, vol. 17, 2020.