29
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada kebiasaan atau kepercayaan bahwa wanita bersalin baru boleh keluar rumah setelah habis nifas yaitu 40 hari bagi wanita dengan persalinan normal seharusnya dilakukan pemeriksaan kembali 6 minggu setelah persalinan (Mochtar, 1998) karena menurut Saifuddin Abdul Bari (2002), asuhan masa nifas sangat diperlukan dalam periode ini, hal ini dikarenakan masa ini adalah masa kritis baik untuk ibu maupun bayinya. Diperkirtakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama, asuhan nifas dapat diperoleh ibu dengan melakukan kunjungan masa nifas paling sedikit 4 kali agar keadaan ibu dapat dinilai dan dapat dicegah, dideteksi dan dapat segera ditangani apabila ada masalah yang terjadi. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tergolong masih tinggi dibanding dengan negara ASEAN dan 50 kali AKI negara maju dan salah satunya disebabkan karena infeksi 20 – 30% (Hanifa, 1999) dimana 22 – 25% dari kasus infeksi ini disebabkan karena infeksi jalan lahir (Mochtar, 1998). Infeksi ini terjadi karena 1

ELLY ZUASIYYAH.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ELLY ZUASIYYAH.doc

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ada kebiasaan atau kepercayaan bahwa wanita bersalin baru boleh keluar

rumah setelah habis nifas yaitu 40 hari bagi wanita dengan persalinan normal

seharusnya dilakukan pemeriksaan kembali 6 minggu setelah persalinan

(Mochtar, 1998) karena menurut Saifuddin Abdul Bari (2002), asuhan masa nifas

sangat diperlukan dalam periode ini, hal ini dikarenakan masa ini adalah masa

kritis baik untuk ibu maupun bayinya.

Diperkirtakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah

persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama, asuhan

nifas dapat diperoleh ibu dengan melakukan kunjungan masa nifas paling sedikit

4 kali agar keadaan ibu dapat dinilai dan dapat dicegah, dideteksi dan dapat

segera ditangani apabila ada masalah yang terjadi.

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tergolong masih tinggi dibanding

dengan negara ASEAN dan 50 kali AKI negara maju dan salah satunya

disebabkan karena infeksi 20 – 30% (Hanifa, 1999) dimana 22 – 25% dari kasus

infeksi ini disebabkan karena infeksi jalan lahir (Mochtar, 1998). Infeksi ini

terjadi karena masih banyaknya ibu-ibu yang mempunyai kebiasaan berpantang

makanan berprotein, diantaranya ikan, telur, daging, tahu, tempe, sayuran dll

(Saifuddin, 2002).

Kebiasaan berpantang makanan tersebut akan dapat memperlambat proses

penyembuhan luka perineum, selain itu juga dapat memperlambat proses involusi

pada ibu post partum.

Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang baik merupakan salah satu faktor

membantu dalam proses penyembuhan luka, termasuk luka perineum.

1

1

Page 2: ELLY ZUASIYYAH.doc

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut : Apakah ada hubungan antara berpantang

makanan tertentu dengan penyembuhan luka perineum?.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi hubungan antara kebiasaan berpantang makanan

tertentu dengan penyembuhan luka perineum.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi kebiasaan berpantang makanan pada ibu post partum.

1.3.2.2 Mengidentifikasi hubungan antara kebiasaan berpantang makanan tertentu

dengan penyembuhan luka perineum.

1.4 Manfaat Penelitian

Penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat

dan berkepentingan.

1.4.1 Bagi Profesi

Merupakan tambahan informasi dalam upaya peningkatan konseling pada ibu

post partum khususnya makanan selama masa nifas sehingga untuk ibu post

partum memiliki pengetahuan tentang nutrisi.

1.4.2 Bagi IPTEK

Menambah kajian baru dalam bidang kesehatan khususnya kebidanan dan

dapat dijadikan bahan penelitian lanjutan berkaitan dengan kebiasaan

berpantang makanan tertentu selama nifas.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan masyarakat tentang pentingnya asupan makanan yang

cukup untuk membantu proses penyembuhan luka perineum sehingga

kebiasaan berpantang makanan yang kurang tergantung dapat ditingkatkan.

2

Page 3: ELLY ZUASIYYAH.doc

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 NIFAS

2.1.1.1 Pengertian Nifas

Masa nifas masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai

alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas 6 – 8 minggu

(Mochtar, 1998).

Nifas merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan

pada keadaan normal (Manuaba, 1998).

Masa nifas adalah mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-

kira 6 minggu, akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali seperti

sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Hanifa, 1999).

2.1.1.2 Perubahan-Perubahan Fisiologis pada Nifas

1. Involusi

Proses kembalinya alat kandungan dan jalan lahir setelah bayi

dilahirkan sehingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Proses

involusi terjadi karena adanya autoanalisis aktivitas otot-otot dan iskhemia

dimana faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi sehingga involusi

terjadi (Sarwono, 2000).

2. Lochea

Lochea mempunyai reaksi alkalin yang mana organisme dapat

berkembang dengan cepat daripada dalam pengeluaran asam yang normal

dari vagina.

Bau dari lochea berat, tetapi tidak menyengat dan jumlahnya berbeda pada

setiap wanita.

Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya

sebagai berikut :

3

3

Page 4: ELLY ZUASIYYAH.doc

1) Lochea Rubra

a. 1 saampai 3 hari, berwarna merah muda dan hitam

b. Terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo sisa

kenonium, sisa darah

2) Lochea Sanguinolenta

a. 3 sampai 7 hari

b. Berwarna putih bercampur merah

3) Lochea Serosa

a. 7 sampai 14 hari

b. Berwarna kekuningan

4) Lochea Alba

a. Setelah hari ke-14

b. Berwarna putih

2.1.2 Penyembuhan Luka

2.1.2.1 Pengertian

Luka adalah kerusakan anatomi, diskontinuitas suatu jaringan oleh

karena trauma dari luar (Marzuki, 1998).

2.1.2.2 Macam-macam Luka

1. Berdasarkan penyebabnya :

a. Ekskoriasi atau luka lecet atau gores adalah cidera pada permukaan

epidermis akibat bersentuhan dengan benda permukaan keras/runcing.

b. Vulnus sassum adalah luka sayat atau tepi yang tidak beraturan atau

compang-camping biasanya karena tarikan atau goresan benda tumpul.

c. Vulnus laseratum adalah luka dengan tepi yang tidak beraturan atau

compang-camping biasanya karena tarikan atau goresan benda tumpul.

d. Vulnus punctum atau luka tusuk adalah luka akibat tusukan benda

runcing biasanya kedalaman luka lebih daripada lebarnya.

e. Vulnus marsum adalah luka karena gigitan binatang.

f. Vulnus combuta atau luka bakar.

4

Page 5: ELLY ZUASIYYAH.doc

2. Berdasarkan ada atau tidaknya kehilangan jaringan

a. Ekskoriasi

b. Skin avultion, degloving, injury

c. Skin loss

3. Berdasarkan tebalnya jaringan kulit yang terkena

a. Luka terbuka atau vulnus apertum adalah bila kulit rusak melampaui

tebalnya kulit.

b. Luka tajam adalah luka karena benda tajam

c. Luka tumpul adalah luka oleh karena benda tumpul kayu

d. Luka bakar

e. Luka tertutup : luka tidak melampaui tebalnya kulit, ketebalan kulit

terdiri atas epidermis dan dermis.

2.1.2.3 Patofisiologi Penyembuhan Luka

Menurut Handerson, MA (1997) kesembuhan luka terjadi mula-mula

darah membeku dan menghasilkan getah yang bersih serta efisien. Zat kimia

yang lepas menarik sel-sel darah putih kedalam daerah luka untuk

mengeluarkan jaringan yang mati dan setiap benda asing.

Pembuluh kapiler yang baru terangsang untuk tumbuh dan pembuluh

darah sekitar luka-luka dan menghasilkan bekuan yang kini dicerna oleh sel-

sel darah putih. Bersama dengan pembuluh darah kapiler yang baru, terdapat

sel-sel yang disebut fibroglast. Sel ini membentuk jaringan fibrosis yang

kemudian menjadi jariangan parut. Campuran sel ini berwarna merah tegang

disebut granulasi hingga mencapai permukaan, sel-sel epithel pada pinggir

luka tumbuh menyilang sehingga menutupi jaringan tersebut.

2.1.2.4 Tanda-tanda Luka Sembuh

Menurut Long (1991) pada tahap-tahap akhir penyembuhan luka,

leokosit akan menghilangkan dan dasasr luka berisi kolagen serabut protein

putih.

Semua lapisan epitel beregenerasi secara lengkap dalam satu minggu,

keadaan luka membaik, luka mulai mengering tanpa adanya infeksi dan rasa

5

Page 6: ELLY ZUASIYYAH.doc

nyeri mulai menghilang. Jaringan baru memiliki banyak jaringan vaskuler dan

tumpukan kolagen akan menunjang luka dengan baik dalam 6 – 7 hari.

2.1.2.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyembuha Luka

1. Nutrisi

Makanan yang baik mempercepat penyembuhan dan mempengaruhi

susunan ASI.

Hidangan yang mencukupi akan memberikan kesehatan fisik yang

memadai dan sanggup melakukan tugas masing-masing dengan

memuaskan.

Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya ibu

nifas makan-makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-

sayuran dan buah-buahan. Kalori yang diperlukan ibu post pertum sebesar

1300 perharinya (Saifuddin, 2002).

2. Mobilisasi Dini

Kini perawatan puerperim lebih aktif dengan menganjurkan untuk

melakukan "mobilisasi dini". Perawatan mobilisasi dini mempunyai

keuntungan :

a. Memperlancar pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium.

b. Mempercepat involusi alat kandungan

c. Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat

fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme (Manuaba, 1998).

3. Vulva Hygiene

Menjaga kebersihan daerah kelamin dengan sabun dan air disekitar

daerah vulva, dari depan kebelakang baru membersihkan daerah sekitar

anus. Sebisa mungkin tidak menyentuh daerah luka perineum. Kebersihan

daerah kelamin dapat mempercepat proses penyembuhan luka perineum

dan menghindari infeksi (Saifuddin, 2002).

4. Luas Luka

Jika luka pada jalan lahir semakin kecil maka penyembuhan pun

dapat berlangsung lebih cepat.

6

Page 7: ELLY ZUASIYYAH.doc

5. Umur

Penyembuhan lebih cepat pada orang muda daripada orang yang

lebih tua.

6. Vaskularisasi

Tanpa suplai darah yang adekuat, penyembuhan luka akan lambat

atau tidak terjadi karena darah membawa nutrisi yang dibutuhkan untuk

pertumbuhan jaringan baru bagi suplai darah ke pembuluh darah dapat

mengganggu proses terhadap radang.

7. Stressor

Adanya infeksi benda asing, penyakit diabetes atau stressor lain

dapat menunda proses penyembuhan (Kotler, 1995).

2.1.3 Luka Perineum

2.1.3.1 Episiotomi

2.1.3.2 Pengertian Episiotomi

Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang

menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan

arau sputum rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah

depan perineum (Hanifa, 1991).

2.1.3.3 Tujuan Episiotomi

Menurut Manuaba (1998) tindakan operasi episiotomi merupakan salah

satu upaya :

1. Mempercepat persalinan dengan memperlebar jalan lahir lunak.

2. Mengendalikan robekan perineum untuk memudahkan menjahit

3. Mengindari robekan perineum spontan

4. Memperlebar jalan lahir pada operasi persalinan pervaginam

2.1.3.4 Teknik Episiotomi

2. Episiotomi Medialir

3. Episiotomi Mediolateralis

4. Episiotomi Lateralis

7

Page 8: ELLY ZUASIYYAH.doc

2.1.3.5 Robekan Epiriotomi

1. Pengertian robekan perineum

Robekan perineum merupakan robekan yang terjadi pada daerah

perineum yang terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak

jarang juga pada persalinan berikutnya (Hanifa, 1999).

2. Penyebab robekan perineum

Robekan pada persalinan perineum umumnya terjadi pada

persalinan dimana :

1) Kepala janin terlalu cepat lahir

2) Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya

3) Sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut

4) Pada persalinan dengan dystosia bahu (Hanifa, 1991).

2.1.4 Aspek Yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan

2.1.4.1 Makanan harus memenuhi syarat sosial budaya

Pola konsumsi pangan merupakan hasil budaya masyarakat yang

bersangkutan dan mengalami perubahan terus menerus menyesuaikan diri

dengan kondisi lingkungan dan tingkat kemajuan budaya masyarakat tersebut.

2.1.4.2 Pantangan pangan dan tabu

Menurut Ahmad Djaeni (1999) pantangan atau tabu adalah suatu

larangan untuk mengkonsumsi janji jenis makanan tersebut. Karena terdapat

ancaman bahaya terhadap barang siapa yang melanggarnya yaitu adanya

kekuatan super power yang berbau mistik yang akan menghukum orang-orang

yang melanggar pantangan atau tabu tersebut.

2.1.4.3 Pengetahuan bahan makanan

Pengetahuan bahan makanan diperlukan sebagai dasar untuk menyusun

hidangan.

Makanan yang dikonsumsi ibu nifas harus bermutu, bergisi dan cukup kalori.

Diantara penjabaran tersebut dapat dinasehatkan makanan yang sehat yaitu

terdapat nasi, lauk, sayur secukupnya. Pengetahuan seseorang dipengaruhi

8

Page 9: ELLY ZUASIYYAH.doc

berbagai faktor lain, usia, pendidikan, dan pekerjaan, sehingga faktor tersebut

secara tidak langsung akan mempengaruhi ibu nifas dalam penyembuhan luka

perineum.

9

Page 10: ELLY ZUASIYYAH.doc

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA

3.1 Kerangka Konseptual

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

3.2 Hipotesa

H0 : Tidak ada hubungan antara kebiasaan berpantang makanan tertentu dengan

penyembuhan luka perineum.

H1 : Ada hubungan antara kebiasaan berpantang makanan tertentu dengan

penyembuhan luka perineum.

10

Makanan harus memenuhi syarat

Sosbud

Pantangan pangan dan tabu

Pengetahuan bahan makanan

Nutrisi

Mobilisasi dini

Luas luka

Umur

Vaskularisasi

Stressor

Kebiasaan berpantang makanan

Luka perineum

baik

Sedang

Buruk

10

Page 11: ELLY ZUASIYYAH.doc

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah rancangan penelitian yang akan dilaksanakan.

Desain penelitian mencerminkan langkah-langkah teknis dan operasional.

Pendekatan penelitian yang dilakukan adalah menggunakan cross sectional yang

artinya yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-

faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan observasi, atau pengumpulan

data sekaligus pada suatu saat (point time approach) artinya tiap subjek

penelilitiannya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status

karakteristik atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti

bahwa semua subjek penelitian diamati padea waktu yang sama.

Gambar 4.1 Desain Penelitian

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian akn dilakukan dipoliklinik nifas RSU Dr. Soetomo Surabaya.

11

Pengumpulan sampel sesuai kriteria

Proses pengumpulan data

Pengolahan data

Mengetahui hubungan antara kebiasaan berpantang makanan

tertentu dengan penyembuhan luka perineum

11

Page 12: ELLY ZUASIYYAH.doc

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan mulai tanggal sampai dengan 2006

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi

Populasi adalah universum itu dapat berupa orang, benda, gejala dan

wilayah yang ingin diketahui oleh peneliti.

Populasi ini adalah ibu nifas dengan jahitan perineum yang berpantang

dan yang tidak berpantang makanan tetentu di Poliklinik Nifas RSU

Dr. Soetomo Surabaya.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah unit populasi survei atau populasi survei itu sendiri ,yang

oleh peneliti dipandang mewakili populasi target.

Dalam penelitian ini adalah ibu nifas dengan jahitan luka perineum

dipoliklinik nifas RSU Dr. Soetomo Surabaya yang memenuhi kriteria inklusi.

4.3.2.1 Teknik Sampling (Pengambilan Sampel)

Teknik pengambilan sampel penelitian ini yang digunakan adalah acak

sederhana.

4.3.2.2 Besarnya Sampel

Keterangan :

S : Besar sampel

λ2 : Harga tabel khi-kuadrat dengan dk = 1 → λ2 : 3,841

N : Jumlah populasi → N = 36 orang

P : Proporsi kejadian luka perineum di Poliklinik Nifas RSU Dr. Soetomo

Surabaya

Q : (1 – P) → Q = 1 – 0,087 = 0,913

d : Tingkat ketelitian → d = 0,05

12

Page 13: ELLY ZUASIYYAH.doc

Jadi besar sampel adalah 28 orang.

4.3.2.3 Kriteria Sampel

Kriteria sampel penelitian ini adalah :

1. Ibu nifas 7 hari post partum yang kontrol di Poliklinik Nifas RSU

Dr. Soetomo Surabaya.

2. Ibu nifas dengan jahitan luka perineum yang dipolklinik nifas RSU

Dr. Soetomo Surabaya.

3. Ibu nifas yang tidak memiliki penyakit penyerta yang kontrol di Poliklinik

Nifas RSU Dr. Soetomo Surabaya.

4. Ibu nifas yang tidak memiliki gangguan jiwa yang kontrol di Poliklinik Nifas

RSU Dr. Soetomo Surabaya.

4.4 Variabel dan Definisi Operasional

4.4.1 Variabel

1. Variabel bebas : variabel bebas pada penelitian ini adalah kebiasaan

berpantang makanan tertentu

2. Variabel tergantung : variabel tergantung pada penelitian ini adlah

penyembuhan luka perineum.

4.4.2 Definisi Operasional

13

Page 14: ELLY ZUASIYYAH.doc

Tabel 4.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Parameter Instrumen Kriteria/Kategori

1. Berpantang makanan

Suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis makanan tertentu berdasarkan agama/ kepercayaan

Ibu tidak memakan makanan berpantang selama 1 – 7 haru bahkan sampai 40 hari post partum Makanan berpantang : ikan telur, daging, tempe, tahu, tidak makan sebagian jenis makanan tersebut/bahkan tidak memakan semua jenis makanan tersebut

Kuesioner Berpantang murni (ya) Bila tidak memakan semua jenis lauk, sebagian atau hanya makan satu jenis lauk saja, berpantang selama 40 hari post partum/ berpantang sampai 1 minggu post partum (6 – 7 hari) berpantang sebagian (ya) bila: tak memakan satu jenis lauk saja, berpantang 3 – 2 hari sekali saja tidak berpantang (tidak) bila : memakan semua jenis lauk.

2. Penyembuhan luka perineum

Mulai membaiknya luka perineum dengan terbentuknya jaringan baru yang menutupi luka perineum dalam waktu 6 – 7 hari post partum

1. Keadaan luka membuka menutup , basah kering

2. Tanda infeksi kemerahan bengkak nyeri puslochea berbau busuk

Kuesioner Luka baik :Bila luka kering, perineum menutup dan tidak ada tanda infeksi luka, sedang bila luka basah, perineum menutup/ membuka dan tidak infeksi luka Buruk bila : luka basah, perineum membuka/menutup dan ada tanda infeksi

4.5 Instrumen Penelitian

Menggunakan kuosioner dan observasi yang ditunjang catatan medis

pasien dipoliklinik RSU Dr. Soetomo Surabaya.

4.6 Pengumpulan Data

4.6.1 Editing

Editing adalah memeriksa kembali data yang telah di kumpulkan. Ini berarti

semua kuesioner harus diteliti satu per satu tentang kelengkapan pembinaan

dan kejelasan penelitian.

4.6.2 Coding

14

Page 15: ELLY ZUASIYYAH.doc

Coding pemberian kode pada setiap kategori yang ada dalam variabel terutama

data klasifikasi.

4.6.3 Tabulasi

Tabulasi adalah pengorganisasian data sedemikian ru[a dengan membuat

tabel-tabel sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.

4.7 Analisis Data

Data akan dianalisis dengan menggunakan uji khi-kuadrat dengan tingkat

kemaknaan 0,05 artinya H0 ditolak bila nilai P < α (0,05).

4.8 Masalah

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin kepada

panitia efek RSU Dr. Soetomo Surabaya untuk mendapat persetujuan penelitian.

Kemudian kuesioner dikirim ke subyek yang akan diteliti dengan menekankan

pada masalah etika yang meliputi.

4.8.1 Informed Consent/Lembar persetujuan penelitian diberikan pada responden.

Tinjauannya adalah subyek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta

dampak yang diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan jika

subyek menolak peneliti tidak akan memaksa dan menghormati haknya.

4.8.2 Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek. Peneliti tidak akan

mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang

diisi oleh subyek, lembar kuesioner tersebut hanya diberi kode tertentu.

4.8.3 Confidentiality

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek di jamin oleh peneliti.

4.9 Keterbatasan

15

Page 16: ELLY ZUASIYYAH.doc

4.9.1 Sampel yang digunakannya terbatas pada ibu yang berpantang makanan di

Ruang Nifas RSU Dr. Soetomo Surabaya sehingga hasil penelitian kurang

representatif terhadap semua populasi yang ada.

4.9.2 Alat ukur dalam pengumpulan data adalah angket dimana angket tersebut diuji

cobakan terlebih dahulu sehingga hasil dari pengumpulan data kurang

representatif.

DAFTAR PUSTAKA

16

Page 17: ELLY ZUASIYYAH.doc

Abdul Bari, Saifuddin, 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Ahmad Djaeni, s, 1999. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi, Jilid II. Jakarta : Dian Rakyat.

Barbara C, Long, 1996. Perawatan Medical Bedah. Bandung : I APK.

Christina, 1998. Perawtan Kebidanan, Jilid III. Jakarta : Bhatrakarya Sastra.

Hanifa, 1991. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Ida Bagus Gde, Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Kozier, B, 1995. Foundamentalis of Nursing. California : Wealy Publishing Company.

Rustam, Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I. Jakarta : EGC.

Sarwono Prawirohardjo, 2000. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

PROPOSAL PENELITIAN

17

17

Page 18: ELLY ZUASIYYAH.doc

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BERPANTANG MAKANAN TERTENTU DENGAN PENYEMBUHAN

LUKA PERINEUM

Oleh :ELLY ZUAISSIYAH

P 27824103053

DEPARTEMEN KESEHATAN RIPOLITEKNIK KESEHATAN SURABAYA

PROGRAM STUDI KEBIDANAN SUTOMO SURABAYA2006

DAFTAR ISI

18

Page 19: ELLY ZUASIYYAH.doc

Halaman HALAMAN JUDUL............................................................................................. i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian................................................................................ 2

1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................. 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 3

2.1 Landasan Teori.................................................................................... 3

2.1.1 NIFAS....................................................................................... 3

2.1.2 Penyembuhan Luka................................................................... 4

2.1.3 Luka Perineum.......................................................................... 7

2.1.4 Aspek Yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan....................... 8

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS................................... 10

3.1 Kerangka Konseptual.......................................................................... 10

3.2 Hipotesis ............................................................................................ 10

BAB 4 METODE PENELITIAN........................................................................... 11

4.1 Desain Penelitian................................................................................ 11

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................. 11

4.2.1 Lokasi Penelitian....................................................................... 11

4.2.2 Waktu Penelitian....................................................................... 12

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian.......................................................... 12

4.3.1 Populasi..................................................................................... 12

4.3.2 Sampel Penelitian...................................................................... 12

4.4 Variabel dan Definisi Operasional...................................................... 13

4.4.1 Variabel .................................................................................... 13

4.4.2 Definisi Operasional................................................................. 14

4.5 Instrumen Penelitian........................................................................... 14

19

ii

Page 20: ELLY ZUASIYYAH.doc

4.6 Pengumpulan Data.............................................................................. 14

4.6.1 Editing....................................................................................... 14

4.6.2 Coding....................................................................................... 15

4.6.3 Tabulasi..................................................................................... 15

4.7 Analisis Data....................................................................................... 15

4.8 Masalah............................................................................................... 15

4.8.1 Informed Consent...................................................................... 15

4.8.2 Anonimity (tanpa nama)............................................................ 15

4.8.3 Confidentiality.......................................................................... 15

4.9 Keterbatasan........................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA

20

iii