Upload
kreshna06
View
237
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ada kebiasaan atau kepercayaan bahwa wanita bersalin baru boleh keluar
rumah setelah habis nifas yaitu 40 hari bagi wanita dengan persalinan normal
seharusnya dilakukan pemeriksaan kembali 6 minggu setelah persalinan
(Mochtar, 1998) karena menurut Saifuddin Abdul Bari (2002), asuhan masa nifas
sangat diperlukan dalam periode ini, hal ini dikarenakan masa ini adalah masa
kritis baik untuk ibu maupun bayinya.
Diperkirtakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama, asuhan
nifas dapat diperoleh ibu dengan melakukan kunjungan masa nifas paling sedikit
4 kali agar keadaan ibu dapat dinilai dan dapat dicegah, dideteksi dan dapat
segera ditangani apabila ada masalah yang terjadi.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tergolong masih tinggi dibanding
dengan negara ASEAN dan 50 kali AKI negara maju dan salah satunya
disebabkan karena infeksi 20 – 30% (Hanifa, 1999) dimana 22 – 25% dari kasus
infeksi ini disebabkan karena infeksi jalan lahir (Mochtar, 1998). Infeksi ini
terjadi karena masih banyaknya ibu-ibu yang mempunyai kebiasaan berpantang
makanan berprotein, diantaranya ikan, telur, daging, tahu, tempe, sayuran dll
(Saifuddin, 2002).
Kebiasaan berpantang makanan tersebut akan dapat memperlambat proses
penyembuhan luka perineum, selain itu juga dapat memperlambat proses involusi
pada ibu post partum.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang baik merupakan salah satu faktor
membantu dalam proses penyembuhan luka, termasuk luka perineum.
1
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut : Apakah ada hubungan antara berpantang
makanan tertentu dengan penyembuhan luka perineum?.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi hubungan antara kebiasaan berpantang makanan
tertentu dengan penyembuhan luka perineum.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi kebiasaan berpantang makanan pada ibu post partum.
1.3.2.2 Mengidentifikasi hubungan antara kebiasaan berpantang makanan tertentu
dengan penyembuhan luka perineum.
1.4 Manfaat Penelitian
Penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat
dan berkepentingan.
1.4.1 Bagi Profesi
Merupakan tambahan informasi dalam upaya peningkatan konseling pada ibu
post partum khususnya makanan selama masa nifas sehingga untuk ibu post
partum memiliki pengetahuan tentang nutrisi.
1.4.2 Bagi IPTEK
Menambah kajian baru dalam bidang kesehatan khususnya kebidanan dan
dapat dijadikan bahan penelitian lanjutan berkaitan dengan kebiasaan
berpantang makanan tertentu selama nifas.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan masyarakat tentang pentingnya asupan makanan yang
cukup untuk membantu proses penyembuhan luka perineum sehingga
kebiasaan berpantang makanan yang kurang tergantung dapat ditingkatkan.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 NIFAS
2.1.1.1 Pengertian Nifas
Masa nifas masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas 6 – 8 minggu
(Mochtar, 1998).
Nifas merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan
pada keadaan normal (Manuaba, 1998).
Masa nifas adalah mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-
kira 6 minggu, akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali seperti
sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Hanifa, 1999).
2.1.1.2 Perubahan-Perubahan Fisiologis pada Nifas
1. Involusi
Proses kembalinya alat kandungan dan jalan lahir setelah bayi
dilahirkan sehingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Proses
involusi terjadi karena adanya autoanalisis aktivitas otot-otot dan iskhemia
dimana faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi sehingga involusi
terjadi (Sarwono, 2000).
2. Lochea
Lochea mempunyai reaksi alkalin yang mana organisme dapat
berkembang dengan cepat daripada dalam pengeluaran asam yang normal
dari vagina.
Bau dari lochea berat, tetapi tidak menyengat dan jumlahnya berbeda pada
setiap wanita.
Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya
sebagai berikut :
3
3
1) Lochea Rubra
a. 1 saampai 3 hari, berwarna merah muda dan hitam
b. Terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo sisa
kenonium, sisa darah
2) Lochea Sanguinolenta
a. 3 sampai 7 hari
b. Berwarna putih bercampur merah
3) Lochea Serosa
a. 7 sampai 14 hari
b. Berwarna kekuningan
4) Lochea Alba
a. Setelah hari ke-14
b. Berwarna putih
2.1.2 Penyembuhan Luka
2.1.2.1 Pengertian
Luka adalah kerusakan anatomi, diskontinuitas suatu jaringan oleh
karena trauma dari luar (Marzuki, 1998).
2.1.2.2 Macam-macam Luka
1. Berdasarkan penyebabnya :
a. Ekskoriasi atau luka lecet atau gores adalah cidera pada permukaan
epidermis akibat bersentuhan dengan benda permukaan keras/runcing.
b. Vulnus sassum adalah luka sayat atau tepi yang tidak beraturan atau
compang-camping biasanya karena tarikan atau goresan benda tumpul.
c. Vulnus laseratum adalah luka dengan tepi yang tidak beraturan atau
compang-camping biasanya karena tarikan atau goresan benda tumpul.
d. Vulnus punctum atau luka tusuk adalah luka akibat tusukan benda
runcing biasanya kedalaman luka lebih daripada lebarnya.
e. Vulnus marsum adalah luka karena gigitan binatang.
f. Vulnus combuta atau luka bakar.
4
2. Berdasarkan ada atau tidaknya kehilangan jaringan
a. Ekskoriasi
b. Skin avultion, degloving, injury
c. Skin loss
3. Berdasarkan tebalnya jaringan kulit yang terkena
a. Luka terbuka atau vulnus apertum adalah bila kulit rusak melampaui
tebalnya kulit.
b. Luka tajam adalah luka karena benda tajam
c. Luka tumpul adalah luka oleh karena benda tumpul kayu
d. Luka bakar
e. Luka tertutup : luka tidak melampaui tebalnya kulit, ketebalan kulit
terdiri atas epidermis dan dermis.
2.1.2.3 Patofisiologi Penyembuhan Luka
Menurut Handerson, MA (1997) kesembuhan luka terjadi mula-mula
darah membeku dan menghasilkan getah yang bersih serta efisien. Zat kimia
yang lepas menarik sel-sel darah putih kedalam daerah luka untuk
mengeluarkan jaringan yang mati dan setiap benda asing.
Pembuluh kapiler yang baru terangsang untuk tumbuh dan pembuluh
darah sekitar luka-luka dan menghasilkan bekuan yang kini dicerna oleh sel-
sel darah putih. Bersama dengan pembuluh darah kapiler yang baru, terdapat
sel-sel yang disebut fibroglast. Sel ini membentuk jaringan fibrosis yang
kemudian menjadi jariangan parut. Campuran sel ini berwarna merah tegang
disebut granulasi hingga mencapai permukaan, sel-sel epithel pada pinggir
luka tumbuh menyilang sehingga menutupi jaringan tersebut.
2.1.2.4 Tanda-tanda Luka Sembuh
Menurut Long (1991) pada tahap-tahap akhir penyembuhan luka,
leokosit akan menghilangkan dan dasasr luka berisi kolagen serabut protein
putih.
Semua lapisan epitel beregenerasi secara lengkap dalam satu minggu,
keadaan luka membaik, luka mulai mengering tanpa adanya infeksi dan rasa
5
nyeri mulai menghilang. Jaringan baru memiliki banyak jaringan vaskuler dan
tumpukan kolagen akan menunjang luka dengan baik dalam 6 – 7 hari.
2.1.2.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyembuha Luka
1. Nutrisi
Makanan yang baik mempercepat penyembuhan dan mempengaruhi
susunan ASI.
Hidangan yang mencukupi akan memberikan kesehatan fisik yang
memadai dan sanggup melakukan tugas masing-masing dengan
memuaskan.
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya ibu
nifas makan-makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-
sayuran dan buah-buahan. Kalori yang diperlukan ibu post pertum sebesar
1300 perharinya (Saifuddin, 2002).
2. Mobilisasi Dini
Kini perawatan puerperim lebih aktif dengan menganjurkan untuk
melakukan "mobilisasi dini". Perawatan mobilisasi dini mempunyai
keuntungan :
a. Memperlancar pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium.
b. Mempercepat involusi alat kandungan
c. Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat
fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme (Manuaba, 1998).
3. Vulva Hygiene
Menjaga kebersihan daerah kelamin dengan sabun dan air disekitar
daerah vulva, dari depan kebelakang baru membersihkan daerah sekitar
anus. Sebisa mungkin tidak menyentuh daerah luka perineum. Kebersihan
daerah kelamin dapat mempercepat proses penyembuhan luka perineum
dan menghindari infeksi (Saifuddin, 2002).
4. Luas Luka
Jika luka pada jalan lahir semakin kecil maka penyembuhan pun
dapat berlangsung lebih cepat.
6
5. Umur
Penyembuhan lebih cepat pada orang muda daripada orang yang
lebih tua.
6. Vaskularisasi
Tanpa suplai darah yang adekuat, penyembuhan luka akan lambat
atau tidak terjadi karena darah membawa nutrisi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan jaringan baru bagi suplai darah ke pembuluh darah dapat
mengganggu proses terhadap radang.
7. Stressor
Adanya infeksi benda asing, penyakit diabetes atau stressor lain
dapat menunda proses penyembuhan (Kotler, 1995).
2.1.3 Luka Perineum
2.1.3.1 Episiotomi
2.1.3.2 Pengertian Episiotomi
Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang
menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan
arau sputum rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah
depan perineum (Hanifa, 1991).
2.1.3.3 Tujuan Episiotomi
Menurut Manuaba (1998) tindakan operasi episiotomi merupakan salah
satu upaya :
1. Mempercepat persalinan dengan memperlebar jalan lahir lunak.
2. Mengendalikan robekan perineum untuk memudahkan menjahit
3. Mengindari robekan perineum spontan
4. Memperlebar jalan lahir pada operasi persalinan pervaginam
2.1.3.4 Teknik Episiotomi
2. Episiotomi Medialir
3. Episiotomi Mediolateralis
4. Episiotomi Lateralis
7
2.1.3.5 Robekan Epiriotomi
1. Pengertian robekan perineum
Robekan perineum merupakan robekan yang terjadi pada daerah
perineum yang terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak
jarang juga pada persalinan berikutnya (Hanifa, 1999).
2. Penyebab robekan perineum
Robekan pada persalinan perineum umumnya terjadi pada
persalinan dimana :
1) Kepala janin terlalu cepat lahir
2) Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya
3) Sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut
4) Pada persalinan dengan dystosia bahu (Hanifa, 1991).
2.1.4 Aspek Yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan
2.1.4.1 Makanan harus memenuhi syarat sosial budaya
Pola konsumsi pangan merupakan hasil budaya masyarakat yang
bersangkutan dan mengalami perubahan terus menerus menyesuaikan diri
dengan kondisi lingkungan dan tingkat kemajuan budaya masyarakat tersebut.
2.1.4.2 Pantangan pangan dan tabu
Menurut Ahmad Djaeni (1999) pantangan atau tabu adalah suatu
larangan untuk mengkonsumsi janji jenis makanan tersebut. Karena terdapat
ancaman bahaya terhadap barang siapa yang melanggarnya yaitu adanya
kekuatan super power yang berbau mistik yang akan menghukum orang-orang
yang melanggar pantangan atau tabu tersebut.
2.1.4.3 Pengetahuan bahan makanan
Pengetahuan bahan makanan diperlukan sebagai dasar untuk menyusun
hidangan.
Makanan yang dikonsumsi ibu nifas harus bermutu, bergisi dan cukup kalori.
Diantara penjabaran tersebut dapat dinasehatkan makanan yang sehat yaitu
terdapat nasi, lauk, sayur secukupnya. Pengetahuan seseorang dipengaruhi
8
berbagai faktor lain, usia, pendidikan, dan pekerjaan, sehingga faktor tersebut
secara tidak langsung akan mempengaruhi ibu nifas dalam penyembuhan luka
perineum.
9
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA
3.1 Kerangka Konseptual
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual
3.2 Hipotesa
H0 : Tidak ada hubungan antara kebiasaan berpantang makanan tertentu dengan
penyembuhan luka perineum.
H1 : Ada hubungan antara kebiasaan berpantang makanan tertentu dengan
penyembuhan luka perineum.
10
Makanan harus memenuhi syarat
Sosbud
Pantangan pangan dan tabu
Pengetahuan bahan makanan
Nutrisi
Mobilisasi dini
Luas luka
Umur
Vaskularisasi
Stressor
Kebiasaan berpantang makanan
Luka perineum
baik
Sedang
Buruk
10
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rancangan penelitian yang akan dilaksanakan.
Desain penelitian mencerminkan langkah-langkah teknis dan operasional.
Pendekatan penelitian yang dilakukan adalah menggunakan cross sectional yang
artinya yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-
faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan observasi, atau pengumpulan
data sekaligus pada suatu saat (point time approach) artinya tiap subjek
penelilitiannya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status
karakteristik atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti
bahwa semua subjek penelitian diamati padea waktu yang sama.
Gambar 4.1 Desain Penelitian
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian akn dilakukan dipoliklinik nifas RSU Dr. Soetomo Surabaya.
11
Pengumpulan sampel sesuai kriteria
Proses pengumpulan data
Pengolahan data
Mengetahui hubungan antara kebiasaan berpantang makanan
tertentu dengan penyembuhan luka perineum
11
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan mulai tanggal sampai dengan 2006
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi
Populasi adalah universum itu dapat berupa orang, benda, gejala dan
wilayah yang ingin diketahui oleh peneliti.
Populasi ini adalah ibu nifas dengan jahitan perineum yang berpantang
dan yang tidak berpantang makanan tetentu di Poliklinik Nifas RSU
Dr. Soetomo Surabaya.
4.3.2 Sampel
Sampel adalah unit populasi survei atau populasi survei itu sendiri ,yang
oleh peneliti dipandang mewakili populasi target.
Dalam penelitian ini adalah ibu nifas dengan jahitan luka perineum
dipoliklinik nifas RSU Dr. Soetomo Surabaya yang memenuhi kriteria inklusi.
4.3.2.1 Teknik Sampling (Pengambilan Sampel)
Teknik pengambilan sampel penelitian ini yang digunakan adalah acak
sederhana.
4.3.2.2 Besarnya Sampel
Keterangan :
S : Besar sampel
λ2 : Harga tabel khi-kuadrat dengan dk = 1 → λ2 : 3,841
N : Jumlah populasi → N = 36 orang
P : Proporsi kejadian luka perineum di Poliklinik Nifas RSU Dr. Soetomo
Surabaya
Q : (1 – P) → Q = 1 – 0,087 = 0,913
d : Tingkat ketelitian → d = 0,05
12
Jadi besar sampel adalah 28 orang.
4.3.2.3 Kriteria Sampel
Kriteria sampel penelitian ini adalah :
1. Ibu nifas 7 hari post partum yang kontrol di Poliklinik Nifas RSU
Dr. Soetomo Surabaya.
2. Ibu nifas dengan jahitan luka perineum yang dipolklinik nifas RSU
Dr. Soetomo Surabaya.
3. Ibu nifas yang tidak memiliki penyakit penyerta yang kontrol di Poliklinik
Nifas RSU Dr. Soetomo Surabaya.
4. Ibu nifas yang tidak memiliki gangguan jiwa yang kontrol di Poliklinik Nifas
RSU Dr. Soetomo Surabaya.
4.4 Variabel dan Definisi Operasional
4.4.1 Variabel
1. Variabel bebas : variabel bebas pada penelitian ini adalah kebiasaan
berpantang makanan tertentu
2. Variabel tergantung : variabel tergantung pada penelitian ini adlah
penyembuhan luka perineum.
4.4.2 Definisi Operasional
13
Tabel 4.1 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional Parameter Instrumen Kriteria/Kategori
1. Berpantang makanan
Suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis makanan tertentu berdasarkan agama/ kepercayaan
Ibu tidak memakan makanan berpantang selama 1 – 7 haru bahkan sampai 40 hari post partum Makanan berpantang : ikan telur, daging, tempe, tahu, tidak makan sebagian jenis makanan tersebut/bahkan tidak memakan semua jenis makanan tersebut
Kuesioner Berpantang murni (ya) Bila tidak memakan semua jenis lauk, sebagian atau hanya makan satu jenis lauk saja, berpantang selama 40 hari post partum/ berpantang sampai 1 minggu post partum (6 – 7 hari) berpantang sebagian (ya) bila: tak memakan satu jenis lauk saja, berpantang 3 – 2 hari sekali saja tidak berpantang (tidak) bila : memakan semua jenis lauk.
2. Penyembuhan luka perineum
Mulai membaiknya luka perineum dengan terbentuknya jaringan baru yang menutupi luka perineum dalam waktu 6 – 7 hari post partum
1. Keadaan luka membuka menutup , basah kering
2. Tanda infeksi kemerahan bengkak nyeri puslochea berbau busuk
Kuesioner Luka baik :Bila luka kering, perineum menutup dan tidak ada tanda infeksi luka, sedang bila luka basah, perineum menutup/ membuka dan tidak infeksi luka Buruk bila : luka basah, perineum membuka/menutup dan ada tanda infeksi
4.5 Instrumen Penelitian
Menggunakan kuosioner dan observasi yang ditunjang catatan medis
pasien dipoliklinik RSU Dr. Soetomo Surabaya.
4.6 Pengumpulan Data
4.6.1 Editing
Editing adalah memeriksa kembali data yang telah di kumpulkan. Ini berarti
semua kuesioner harus diteliti satu per satu tentang kelengkapan pembinaan
dan kejelasan penelitian.
4.6.2 Coding
14
Coding pemberian kode pada setiap kategori yang ada dalam variabel terutama
data klasifikasi.
4.6.3 Tabulasi
Tabulasi adalah pengorganisasian data sedemikian ru[a dengan membuat
tabel-tabel sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.
4.7 Analisis Data
Data akan dianalisis dengan menggunakan uji khi-kuadrat dengan tingkat
kemaknaan 0,05 artinya H0 ditolak bila nilai P < α (0,05).
4.8 Masalah
Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin kepada
panitia efek RSU Dr. Soetomo Surabaya untuk mendapat persetujuan penelitian.
Kemudian kuesioner dikirim ke subyek yang akan diteliti dengan menekankan
pada masalah etika yang meliputi.
4.8.1 Informed Consent/Lembar persetujuan penelitian diberikan pada responden.
Tinjauannya adalah subyek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta
dampak yang diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan jika
subyek menolak peneliti tidak akan memaksa dan menghormati haknya.
4.8.2 Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek. Peneliti tidak akan
mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang
diisi oleh subyek, lembar kuesioner tersebut hanya diberi kode tertentu.
4.8.3 Confidentiality
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek di jamin oleh peneliti.
4.9 Keterbatasan
15
4.9.1 Sampel yang digunakannya terbatas pada ibu yang berpantang makanan di
Ruang Nifas RSU Dr. Soetomo Surabaya sehingga hasil penelitian kurang
representatif terhadap semua populasi yang ada.
4.9.2 Alat ukur dalam pengumpulan data adalah angket dimana angket tersebut diuji
cobakan terlebih dahulu sehingga hasil dari pengumpulan data kurang
representatif.
DAFTAR PUSTAKA
16
Abdul Bari, Saifuddin, 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Ahmad Djaeni, s, 1999. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi, Jilid II. Jakarta : Dian Rakyat.
Barbara C, Long, 1996. Perawatan Medical Bedah. Bandung : I APK.
Christina, 1998. Perawtan Kebidanan, Jilid III. Jakarta : Bhatrakarya Sastra.
Hanifa, 1991. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Ida Bagus Gde, Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Kozier, B, 1995. Foundamentalis of Nursing. California : Wealy Publishing Company.
Rustam, Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I. Jakarta : EGC.
Sarwono Prawirohardjo, 2000. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
PROPOSAL PENELITIAN
17
17
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BERPANTANG MAKANAN TERTENTU DENGAN PENYEMBUHAN
LUKA PERINEUM
Oleh :ELLY ZUAISSIYAH
P 27824103053
DEPARTEMEN KESEHATAN RIPOLITEKNIK KESEHATAN SURABAYA
PROGRAM STUDI KEBIDANAN SUTOMO SURABAYA2006
DAFTAR ISI
18
Halaman HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 3
2.1 Landasan Teori.................................................................................... 3
2.1.1 NIFAS....................................................................................... 3
2.1.2 Penyembuhan Luka................................................................... 4
2.1.3 Luka Perineum.......................................................................... 7
2.1.4 Aspek Yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan....................... 8
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS................................... 10
3.1 Kerangka Konseptual.......................................................................... 10
3.2 Hipotesis ............................................................................................ 10
BAB 4 METODE PENELITIAN........................................................................... 11
4.1 Desain Penelitian................................................................................ 11
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................. 11
4.2.1 Lokasi Penelitian....................................................................... 11
4.2.2 Waktu Penelitian....................................................................... 12
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian.......................................................... 12
4.3.1 Populasi..................................................................................... 12
4.3.2 Sampel Penelitian...................................................................... 12
4.4 Variabel dan Definisi Operasional...................................................... 13
4.4.1 Variabel .................................................................................... 13
4.4.2 Definisi Operasional................................................................. 14
4.5 Instrumen Penelitian........................................................................... 14
19
ii
4.6 Pengumpulan Data.............................................................................. 14
4.6.1 Editing....................................................................................... 14
4.6.2 Coding....................................................................................... 15
4.6.3 Tabulasi..................................................................................... 15
4.7 Analisis Data....................................................................................... 15
4.8 Masalah............................................................................................... 15
4.8.1 Informed Consent...................................................................... 15
4.8.2 Anonimity (tanpa nama)............................................................ 15
4.8.3 Confidentiality.......................................................................... 15
4.9 Keterbatasan........................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA
20
iii