emboli

Embed Size (px)

DESCRIPTION

emboli paru

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN1.1Latar Belakang MasalahEmboli Paru (Pulmonary Embolism) adalah peristiwa infark jaringan paru akibat tersumbatnya pembuluh darah arteri pulmonalis (arteri paru-paru) oleh peristiwa emboli.Suatu emboli bisa merupakan gumpalan darah (trombus), tetapi bisa juga berupa lemak, cairan ketuban, sumsum tulang, pecahan tumor atau gelembung udara, yang akan mengikuti aliran darah sampai akhirnya menyumbat pembuluh darah.Biasanya arteri yang tidak tersumbat dapat memberikan darah dalam jumlah yang memadai ke jaringan paru-paru yang terkena sehingga kematian jaringan bisa dihindari. Tetapi bila yang tersumbat adalah pembuluh yang sangat besar atau orang tersebut memiliki kelainan paru-paru sebelumnya, maka jumlah darah mungkin tidak mencukupi untuk mencegah kematian paru-paru.Insiden emboli paru di Amerika Serikat dilaporkan hampir 200.000 kasus pertahun dengan angka kematian mencapai 15% yang menunjukkan bahwa penyakit ini masih merupakan problema yang menakutkan dan salah satu penyebab emergensi kardiovaskuler yang tersering. Laporan ini menyebutkan bahwa emboli paru secara langsung menyebabkan 100.000 kematian dan menjadi faktor kontribusi kematian oleh penyakit-penyakit lainnya.Sekitar 10% penderita emboli paru mengalami kematian jaringan paru-paru, yang disebut infark paru. Jika tubuh bisa memecah gumpalan tersebut, kerusakan dapat diminimalkan. Gumpalan yang besar membutuhkan waktu lebih lama untuk hancur sehingga lebih besar kerusakan yang ditimbulkan. Gumpalan yang besar bisa menyebabkan kematian mendadak.Penatalaksanaan khusus emboli paru dapat berupa pemberian antikoagulasi, antitrombolitik/embolektomi baik dengan intervensi kateterisasi maupun dengan pembedahan.

1.2TujuanTujuan penulisan makalah ini adalah:a.Tujuan UmumUntuk membahas emboli paru dari sudut patofisiologi dan faktor risiko sehingga dapat dideteksi dan didiadnosis guna penatalaksanaan yang tepat dan efektif.b.Tujuan Khusus1.Untuk mengetahui definisi emboli paru.2.Untuk mengetahui etiologi emboli paru.3.Untuk mengatahui manifestasi klinis emboli paru.4.Untuk mengetahui patofisiologi emboli paru.5.Untuk mengetahui pathway dari emboli paru.6.Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari emboli paru.7.Untuk mengetahui komplikasi emboli paru.8.Untuk mengetahui penatalaksanaan emboli paru.

1.3SistematikaDalam menyusun karya tulis ini penulis membagi atas beberapa bab dan tiap-tiap bab penulis bagi menjadi beberapa bagian. Adapun isi dari tiap-tiap bagian tersebut adalah :a.Bagian formalitas, terdiri dari halaman judul, kata pengantar dan daftar isi.b.Bagian isi terdiri dari:BAB IPendahuluan, meliputi : Latar Belakang Masalah, Tujuan Penulisan, Sistematika Penulisan.BAB IILandasan Teori, meliputi: Anfis, Definisi, Etiologi, Manifestasi Klinis, Patofisiologi, Pathway, Pemeriksaan Penunjang, Komplikasi, Penatalaksanaan.BAB IIIPembahasan, meliputi : Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Intervensi.BAB IVPenutup meliputi : Kesimpulan.c.Bagian akhir, berisi daftar pustaka yang digunakan penulis dalam mencari resensi buku.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 AnfisParu-paru terletak dikedua sisi jantung da dalam rongga dada dan dikelilingi serta dilindungi oleh sangkar iga. Bagian dasar setiap paru terletak diatas diafragma; bagian apeks paru (ujung superior) terletak setinggi klavikula. Pada permukaan tengah dari setiap paru terdapat identasi yang disebut hilus, tempat bronkus primer dan masuknya arteri serta vena pulmonary ke dalam paru. Bagian kanan dan kiri paru terdiri atas percabangan saluran yang membentuk pohon bronchial, jutaan alveoli dan jarring-jaring kapilernya, dan jaringan ikat. Sebagai organ, fungsi paru adalah tempat terjadinya pertukaran gas antara udara atmosfir dan udara dalam aliran darah.Setiap paru dibagi menjadi kompartemen yang lebih kecil. Pembagian pertama disebut lobus. Paru kanan terdiri atas tiga lobus dan lebih besar dari kiri yang hanya terdiri atas dua lobus. Lapisan yang membatasi antara lobus disebut fisura. Setiap lobus dipasok oleh cabang utama percabangan bronchial dan diselaputi oleh jaringan ikat.Lobus kemudian membagi lagi menjadi kompartemen yang lebih kecil dan dikenal sebagai segmen. Setiap segmen terdiri atas banyak lobules, yang masing-masing mempunyai bronchiole, arteriole, venula, dan pembuluh limfatik.Dua lapis membrane serosa mengelilingi setiap paru dan disebut sebagai pleurae. Lapisan terluar disebut pleura parietal yang melapisi dinding dada dan mediastinum. Lapisan dalamnya disebut pleura visceral yang mengelilingi paru dan dengan kuat melekat pada permukaan luarnya. Rongga pleural ini mengandung cairan yang dihasilkan oleh sel-sel serosa didalam pleura. Cairan pleural melicinkan permukaan kedua membrane pleura untuk mengurangi gesekan ketika paru-paru mengembang dan berkontraksi selama bernapas. Jika cairan yang dihasilkan berkurang atau membrane pleura membengkak, akan terjadi suatu kondisi yang disebut pleurisi dan terasa sangat nyeri karena membrane pleural saling bergesekan satu sama lain ketika bernapas.

2.2 DefinisiEmboli paru merupakan suatu obstruksi sebagian atau total arteri pulmonalis atau cabang-cabangnya akibat tersangkutnya trombo emboli atau material emboli yang lain pada cabang-cabang pembuluh darah pulmonal. ( Pasiyen Rahmatullah, 894 )Emoli paru merupakan salah satu komplikasi trombus vena dalam yang serius mungkin fatal. Biasanya emboli berasal dari trombus vena dalam di betis. Bila emboli kecil biasanya tidak disertai gejala yang nyata. ( R. Syamsuhidajat, 172 ).Pulmonary Embolism (PE) adalah keadaan yang sudah umum, yang mempunyai potensi komplikasi yang fatal dan serius akibat pembentukan trombus didalam sirkulasi vena. (http://rapidshare.com/files/130863019/EMBOLI_PARU.doc.html)Embolisme pulmonari adalah tersumbatnya jaring-jaring vascular (vascular-bed) oleh suatu embolus, yang dapat berupa thrombus (bekuan darah), fragmen jaringan, lipid (lemak), atau gelembung udara. Emboli yang paling umum adalah trombi yang terlepas dari vena profunda betis (DVT). Trombi dapat juga berasal dari pelvis, terutama pada wanita hamil.. Trombus terbentuk dari beberapa elemen sel dan fibrin yang kadang-kadang berisi protein plasma seperti plasminogen.Menurut virchow (dalam Himawan S., 1986)terdapat tiga faktor penting yang memegang peranan timbulnya trombus(trias virchow), yaitu ;1. Perubahan permukaan endotel pembuluh darah2. Perubahan pada aliran darah dan3. Perubahan pada konstitusi darah.Jika terjadi kerusakan pada trombosit maka akn dilepaskan suatu zat tromboplastin. Zat inilah yang merangsang proses pembentukan beku darah (trombus). Tromboplastin akan mengubah protrombin yang terdapat dalam darah menjadi trombin, kemudian bereaksi dengan fibrinogen menjadi fibrin.Trombo emboli adalah penyakit pulmonal akut yang paling umum terjadi pada pasien-pasien di rumah sakit. Pembentukan emboli jarang terjadi tanpa adanya faktor-faktor risiko tertentu Emboli pulmonary terjadi akibat kerusakan pada dinding pembuluh darah (akibat tindakan bedah), statis darah (varicose), atau hiperkoagulabilitalis (terapi estrogen).Bekuan darah menjadi satu emboli jika semua atau sebagian dari bekuan darah tersebut terpecah dan terlepas dari tempat terbentuknya dan mulai mengembara dalam aliran darah.2.3 EtiologiKebanyakan kasus disebabkan oleh bekuan darah dari vena, terutama vena di tungkai atau panggul. Penyebab yang lebih jarang adalah gelembung udara, lemak, cairan ketuban atau gumpalan parasit maupun sel tumor.Penyebab yang paling sering adalah bekuan darah dari vena tungkai, yang disebut trombosis vena dalam. Gumpalan darah cenderung terbentuk jika darah mengalir lambat atau tidak mengalir sama sekali, yang dapat terjadi di vena kaki jika seseorang berada dalam satu posisi tertentu dalam waktu yang cukup lama. Jika orang tersebut bergerak kembali, gumpalan tersebut dapat hancur, tetapi ada juga gumpalan darah yang menyebabkan penyakit berat bahkan kematian.Ada 3 faktor utama yang menyebabkan emboli paru, yaitu :1.DarahDarah yaitu cairan yang terdiri atas plasma, sel-sel merah dan putih yang mengalir dalam pembuluh darah manusia atau binatang.Jika pada tubuh manusia mengalami pendarahan atau perdarahan maka akan merangsang pengeluaran zat beku darah ( fibrinogen ).2.UdaraUdara yaitu campuran dari berbagai gas yang tidak berwarna dan tidak berbau ( seperti oksigen, nitrogen 0 yang memenuhi ruang di atas bumi ini seperti yang kita hirup bila kita bernafas.3.LemakMinyak yang melekat pada daging, terdapat pada kulit yang bertindak sebagai pelindung kulit terhadap rangsangan kimia dan jasad renik, pada punggung timbunan lemak sepanjang punggung yang merupakan salah satu kriteria kualitas karkas.Dari ke tiga faktor di atas, maka dapat menimbulkan beberapa penyebab lain yang mengakibatkan terjadinya emboli paru. Penyebabnya yaitu :1.Luka BakarLuka bakar dapat menyebabkan emboli paru karena adanya perlukaan di jaringan tubuh yang mengakibatkan rusaknya penbuluh darah dan pada darah terjadi trombus. Kemudian trombus ikut masuk dalam aliran darah melalui pembuluh darah yang rusak. Aliran pembuluh darah mengalirkan darah menuju jantung ( pembuluh darah vena ) dari vena masuk ke jantung ( atrium kanan, ventrikel kanan ) dari jantung mengalir ke paru melalui a. Pulmonalis dan terjadi sumbatan di arteri pulmonalis yang menuju ke paru-paru.2.PersalinanPersalinan adalah salah satu penyebab terjadinya emboli paru. Dapat dikarenakan apabila pada saat persalinan mengalami banyak perdarahan, dan merangsang pembentukan fibrinogen. Akibat terlalu banyak pembentukan fibrinogen dapat menyebabkan trombosis. Pada akhirnya trombus ikut mengalir bersama aliran darah vena.3.PembedahanPembedahan merupakan suatu proses, perbuatan, atau cara membedah. Proses pembedahan kadang kala menyebabkan pendarahan, dan dapat membentuk trombus. Kemudian trombus mengalir bersama aliran darah pada penbuluh darah vena yang menuju jantung.4.Patah tulang tungkaiPatah tulang tungkai dapat menyebabkan terputus atau rusaknya jaringan tulang yang mengakibatkan sumsum tulang terurai. Pada peristiwa patah tulang tungkai juga menyebabkan pecahnya pembuluh darah dan uraian sumsum tulang masuk dalam pembuluh darah. Masuknya sumsum tulang dalam pembuluh darah, terbawa oleh aliran darah yang menuju jantung.5.StrukeStruke dapat terjadi karena adanya trobus atau trombosis, perdarahan mendadak yang mengenai pasokan darah serebral. Akibatnya dapat menyebabkan suplay O2 ke otak berkurang sehingga terjadi hipoxia jaringan otak dan penurunan keseimbangan.6.ObesitasObesitas yaitu penumpukan lemak yang berlebih di dalam tubuh atau sering orang menyebut kegemukan. Dapat pula diartikan kelainan nutrisi yang sering dijumpai dan ditandai oleh penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Definisinya bervariasi kendati indeks massa tubuh yang melebihi 30 diterima sebagai kriteria obesitas oleh banyak ahli. Oleh karena itu, berdasarkan definisi obesitas di atas peningkatan lemak yang berlebih di dalam tubuh dapat menyebabkan ateroma, dan ateroma bisasaja ikut terbawa oleh aliran darah vena yang mengalir menuju jantung.

Ketika trombus menyumbat sebagian atau seluruh arteri pulmonal, ruang rugi alveola membesar karena area, meski terus mendapat ventilasi, menerima aliran darah sedikit atau tidak sama sekali. Selain itu sejumlah substasi yang dilepaskan dari bekuan dan menyebabkan pembuluh darah dan bronkiolus berkontriksi.Reaksi ini bersamaan dengan ketidak seimbangan ventilasi-perfusi, menyebabkan sebagian darah terpirau ( tidak ada pertukaran gas yang terjadi ) dan mengakibatkan penurunan kadar O2 dan peningkatan CO2.Konsekuensi hemodinamik adalah peningkatan tahan vaskularparu akibat penurunan ukuran jaring-jaring vaskular pulmonal, mengakibatkan peningkatan tekanan arteri pulmonal dan, pada akhirnya meningkatkan kerja ventrikel kanan untuk mempertahankan aliran darah pulmonal.Bila kebutuhan kerja ventrikel kanan melebihi kapasitasnya, maka akan terjadi gagal ventrikel kanan, yang mengarah pada penurunan tekanan darah sistemik dan terjadinya syok.

2.4 Manifestasi KlinisGejala-gejala embolisme paru tergantung pada ukuran thrombus dan area dari arteri pulmonal yang tersumbat oleh thrombus. Gejala- gejala mungkin tidak spesifik. Nyeri dada adalah gejala yang paling umum dan biasanya mempunyai awitan mendadak dan bersifat pleuritik. Kadang dapat substernal dan dapat menyerupai angina pectoris atau infark miokardium. Dispnea adalah gajala yang paling umum kedua diikuti dengan takipnea (frekuensi pernapasan yang sangat cepat), takikardia, gugup, batuk, diaphoresis, hemoptisis, dan sinkop.Embolisme masif yang menyumbat bifurkasi arteri pulmonal dapat menyebabkan dispnea nyata, nyeri substernal mendadak, nadi cepat dan lemah, syok, sinkop, dankematian mendadak.Emboli kecil multipel dapat tersangkut pada arteri pulmonal terminal, mengakibatkan infark kecil multipel pada paru-paru. Gambaran klinis dapat menyerupai bronkopeumoni atau gagal jantung. Pada contoh atipikal penyakit dapat menyebabkan beberapa tanda dan gejala sementara pada contoh lainnya, penyakit dapat menyerupai berbagai gangguan jantung paru.2.5 PatofisiologiEmboli mengembara dari tempat terbentuknya melewati jantung kanan dan tersangkut dalam vaskulatur pulmonal. Aliran darah tersumbat sehingga manyebabkan hipoksia jaringan setempat dan pada akhirnya penurunan dalam jaring-jaring vascular pulmonal. Pembuluh pulmonary mengalami vasokonstriksi dalam berespons terhadap hipoksia. Ketidakseimbangan rasio V/Q (ventilasi lebih besar dari perfusi) menyebabkan hipoksemia arteri.Jika embolus tidak menyebabkan infark, maka bekuan dilarutkan oleh system fibrolitik dan fungsi pulmonal kembali normal. Jika terjadi infark, maka bidang paru yang terkena menyusut dan membentuk jaringan parut.Jika embolus menyumbat pembuluh darah besar, maka individu mengeluh nyeri mendadak, tajam pada abdomen atas atau torakik dan mengalami dispnea, batuk sangat hebat, dan hemoptisis; dapat terjadi syok sangat cepat.Ukuran arteri pulmonalis dan jumlah emboli menentukan keparahan gejala. Dampak atau efek dari embolus bergantung pada keluasan aliran darah pulmonal yang tersumbat, ukuran pembuluh darah yang terkena, dan sifat dari embolus. Emboli pulmonal dapat terjadi sebagai berikut:1.Oklusi massif, embolus menyumbat bagian utama sirkulasi pulmonal (spt. Embolus arteri pulmonary besar).2.Embolus dengan infark, embolus yang cukup besar untuk menyebabkan infark (kematian) dari suatu bagian jaringan paru.3.Embolus tanpa infark, embolus yang tidak cukup berat untuk menyebabkan cedera paru yang permanen.4.Emboli pulmonal multipel, yang mungkin bersifat kronis atau kambuhan.2.6 Pathway

2.7 Pemeriksaan Penunjanga.Lung Scan (Ventilation/Perfusion Scan)Dapat menunjukkan pola perfusi abnormal pada area ventilasi atau tidak adanya ventilasi dan perfusi.b.Pulmonary AngiographyTerdapatnya efek atau arteri cut off dengan tidak adanya darah pada distal aliran darah.c.Chest X-raySering kali normal (terutama pada keadaan subakut), tetapi dapat menunjukkan bayangan bekuan darah, kerusakan pembuluh darah, elevasi diafragma pada area yang terkena, efusi pleura, dan infiltrasi/konsolidasi.d.ABGsDapat menunjukkan penurunan PaO2,PaCO2(hipoksemia/hipokapnia), dan elevasi pH (respiratory alkalosis) terutama jika obstruksi paru-paru berat.e.Darah LengkapDapat menunjukkan peningkatan Ht (hemokosentrasi), peningkatan RBCs (Red Blood Cells-polisitemia).f.ECG (Electro Cardio Graph)Mungkin normal atau menunjukkan perubahan yang mengindikasikan gangguan ventrikel kanan, misal: perubahan pada gelombang T atau segmen ST, aksis deviasi/RBB, takikardia, dan distritmia sering kali timbul.2.8 Komplikasi1.Hiperkoagulasi2.Penyakit paru3.Gagal jantung kanan akut4.Gagal nafas5.Hipoksia6.Kardiomegali ( pembengkakan jantung )

2.9 Penatalaksanaan2.9.1 Penatalaksanaan MedisKomponen utama dari pengobatan medis emboli pulmonal adalah tarapi anti-koagulan. Terapi antikoagulan mungkin merupakan terapi profilaktik bagi individu berisiko tinggi atau kuratif bagi kejadian patologis actual.Jika klien tidak responsive terhadap terapi heparin atau jika terapi antikoagen merupakan kontraindiksi, maka diperlukan intervensi pembedahan.Dua prosedur yang mungkin digunakan untuk menangani emboli pulmonal adalah: pertama terapi trombolitik. Terapi ini dapat meningkatkan disolusi imediat dari embolus dengan pemulian cepat fungsi paru. Dalam prosedur ini digunakan salah satu agens trombolitik, urokinase, strepkinase, atau activator plasminogen tipe jaringan (rt-PA) rekombinan. Terapi dapat diberikan baik secara sistemik atau secara langsung kedalam arteri pulmonalis melalui katetarisasi selektif, meskipun terapi secara sistemik menunjukka hasil lebih baik. Progam yang paling umum mencakup pemberian 100 mg rt-PA sebagai infus perifer kontinu selama 2 jam. Sejauh ini , hasil yang dilaporkan menunjukkan strategi ini efektif dalam mencapai disolusi bekuan pada lebih dari 80%pasien, dengan komplikasi perdarahan yang terjadi kurang dari 5%. Bentuk terapi ini tidak sesuai bagi banyak klien pascabedah karena peningkatan risiko komplikasi perdarahan pada tempat operasi.Kedua adalah embolektomi pulmonal. Dalam prosedur ini dilakukan ekstraksi emboli pulmonal dari vaskulator pulmonal. Prosedur ini biasanya dilakukan dengan anesthesia umum, meskipun kemungkinan dapat dilakukan dengan kateter pengisap IV tertentu dibawah anestesi local.2.9.2 Penatalaksanaan KeperawatanA.Pengkajiana.Data SubjektifData yang dikumpulkan untuk mengkaji klien dengan emboli pulmonal termasuk:1.Menentukan adanya faktor risiko.2.Mengkaji tentang awitan terakhir dari gejala dispnea, nyeri dada substernal, hemoptisis, palpitasi dada, nyeri pleuritik, batuk, gelisah, dan diaphoresis.b.Data ObjektifData yang dikumpulkan untuk mengkaji klien dengan emboli paru termasuk:1.Mengkaji penampilan umum: klien sering tampak gelisah.2.Mengkaji tanda-tanda vital terhadap takipnea, takikardia, kenaikan suhu tubuh.3.Melakukan pemeriksaan paru yang mencakup inspeksi, palpasi, dan perkusi (hasil biasanya menunjukkan normal kecuali ada penyakit paru yang mendasar). Pemeriksaan auskultasi dilakukan untuk mendengarkan friksi pleural-iga dan penurunan bunyi napas setempat serta krakles.4.Mengkaji hasil pameriksaan laboratorium yang mencakup hasil AGD (hipoksemia, alkalosis respiratorik).B.Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan ditentukan dari hasil analisis data klien. Diagnosa keperawatan untuk klien dengan emboli pulmonary dapat mencakup:Label DiagnostikFactor Etiologi yang Mungkin

Perfusi jaringan, perubahan dalam vascular pulmonare dan paru

Pertukaran gas, gangguanNyeriKurang pengetahuan: kondisi dan pengobatanObstruksi vascular dari emboli yang mengakibatkan penurunan atau tidak adanya aliran darah ke bagianRasio V/Q tinggiEfusi pleuralKurang pemajaman atau tidak terbiasa terhadap sumber informasi

HASIL KLIEN YANG DIHARAPKANHasil klien yang diharapkan untuk klien dengan emboli pulmonal dapat mencakup (terapi tidak terbatas pada) yang berikut:1.Menunjukkan perfusi jaringan yang adekuata.Ekstremitas hangat dan kering saat disentuh, dan nadi teraba.b.Pemeriksaan koagulasi: masa protombin (PT) dan masa protombin parsial (PTT) dalam batas normal.c.Tempat fungsi IV utuh dan tidak tampak kemerahan.2.Menunjukkan ventilasi yang adekuat.a.PaO280 sampai 100 mmHg.b.PaCO2adalah 40 mmHg.c.pH adalah 7,35 sampai 7,45.3.menunjukkan nyeri teratasi.4.Klien atau orang terdekat mampu untuk:a.Menyebutkan perilaku yang dapat meningkatkan emboli pulmonal.b.Mengidentifikasi tanda dan gejala pulmonal.c.Menyebutkan alasan dari terapi antikoagulan, dosis yang diresepkan dan waktu pemberian medikasi, segala efek samping, dan pentingnya untuk menggunakan medikasi tersebut.d.Menyebutkan rencana perawatan tindak lanjut, termasuk pemeriksaan koagulasi darah periodic.

CONTOH PENDOKUMENTASIAN PROSEDURTANGGALWAKTUCATATAN

04/08-01

05/08-0110:30

08:30Persiapan kilen telah dilakukan yang mencakup penjelasan tentang tujuan dan detail prosedur, puasa medikasi preprosedur, dan pengkajian terhadap alergi.Prosedur telah dilakukan dengan berhasil. Klien dapat menoleransi prosedur dengan baik. Tidak terdapat tanda-tanda reaksi alergi lambat terhadap media kontras, tanda-tanda vital klien dalam batas normal TD= 176/98, FP= 18. Tidak terdapat tanda-tanda perdarahan pada tempat pungsi.

Zr. Cristantie, SKp.

C.INTERVENSIIntervensi keperawatan yang dilakukan tentu saja disesuaikan dengan label diagnostik dan hasil klien yang termasuk:1.Meningkatkan perfusi jaringan:a.Memberikan stoking antiembolisme.b.Mengarahkan klien dalam melakukan latihan dorsofleksi aktif setiap jam.c.Meninggikan ekstremitas bawah.d.Melakukan latihan rentang gerak.e.Mengkaji tungkai terhadap nadi yang adekuat dan ukuran tungkai (jangan melakukan masase tungkai).f.Menginspeksi tempat pungsi IV secara teratur.g.Memberikan anti koagulan sesuai program.h.Mementau PT, PTT, menunda pemberian antikoagulan dan memberitahukan dokter jika PT dan PTT turun dibawah nilai yang dapat diterima.2.Meningkatkan pertukaran gas.a.Membantu klien dalam melakukan latihan teknik-teknik pernapasan (mis. Napas dalam dan batuk).b.Memberikan terapi oksigen sesuai yang dipesankan.c.Mempertahankan aktivitas yang diperbolehkan.3.Meningkatkan kenyamanan.a.Meninggikan bagian kepala tepat tidur 30 sampai 40 derajat.b.Mempertahankan lngkungan yang tenang dan nyaman.c.Memberikan medikasi nyeri sesuai program.4.Mengajarkan klien tentang faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan emboli pulmonal dan cara untuk menghindarinya.a.Jangan mengenakan pakaian yang ketat seperti ikat pingang yang terlalu kencang.b.Menghindari berdiri atau duduk terlalu lama. Setidaknya melakukan gerakan setiap 2 jam. Melakukan dorsofleksi aktif kaki ketika duduk.c.Berhenti merokok.Klien harus memahami tanda dan gejala umum dari emboli pulmonal sehingga dapat segera mencari bantuan. Tanda dan gejala ini termasuk dispnea, nyeri dada substernal, hemoptisis, palpitasi dada, batuk, diaphoresis, gelisah.D.EVALUASIKeberhasilan penata laksanaan keperawatan tercermin pada pencapaian hasil dan tujuan klien. Bandingkan perilaku klien (pencapaian ini) dengan hasil dan tujuan klien yang telah ditetapkan sebelumnya. Ketidakberhasilan dalam pencapaian hasil dan tujuan klien mengidentifikasikan diperlukannya modifikasi pendekatan yang digunakan dengan melakukan pengkajian kembali kondisi klien, merevisi diagnosa keperawatan, dan menyesuaikan tindakan keperawatan yang dipilih.Keberhasilan pencapaian klien dengan emboli pulmonal ditunjukkan oleh:1.Menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat.a.Ekstermitas hangat dan kering saat disentuh, dan nadi teraba.b.Pemeriksaan koagulasi: masa protombin (PT) dan masa protombin parsial (PTT) dalam batas normal.c.Tempat IV utuh dan tidak menunjukkan tanda-tanda perdarahan.2.Menunjukkan ventilasi yang adekuat.a.PaO280 sampai 100 mmHg.b.PaCO2adalah 40 mmHg.c.pH adalah 7,35 sampai 7,453.Menyebutkan perilaku yang dapat meningkatkan resiko emboli pulmonal.a.Bahwa klien tidak akan duduk dalam satu posisi untuk jangka waktu yang lama tanpa bangun dan bergerak.b.Menyebutkan tanda dan gejala pulmonal: dispnea, nyeri dada yang tajam, terutama ketika napas dalam dan ekshalasi, batuk, denyut jantung yang cepat.4.Menyebutkan bahwa klien sedang menggunakan obat pengencer darah untuk mencegah trombi dan emboli dimasa mendatang. Mengetahui dosis dan waktu pengunaan obat dirumah dan efek samping seperti mudah mear dan gusi berdarah.

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN3.1 Pengkajian1.Aktifitas / istirahata.Gejala :1). Kelemahan / kelelahan2). Tirah baring lama / imobilisasib.Tanda :1). Dispnea karena kerja2). Kecepatan jantung tak normal3). Gangguan tidur2.Sirkulasia. Gejala :1). Riwayat cedera dinding vena seperti bedah / trauma vena iliaka dan pelvik, varises vena, sepsis, luka bakar, dll.b. Tanda :1). Takikardi2). Bunyi jantung ekstra, mis : s3 dan s43). Disritmia, mis : fibrilasi atrial kronis4). Murmur kegagalan katub5). Hipotensi6). Ekskremitas tanda tromboflebitis3. Integritas egoa. Gejala :1). Ketekutan, perasaan mau pingsan2). Takut matib. Tanda :1). Gelisah, gemetar, perilaku panik2). Wajah tegang3). Peningkatan keringat4. Makanan cairana. Gejala :1). Mualb. Tanda :1). Edema kaki5. neurosensoria. Gejala :1). Kesulitan berkonsetrasi, gangguan daya ingat / keampuan berfikirb. Tanda :1). Gangguan lingkup perhatian2). Perubahan pengaturan, / adanya daya ingat segera3). Letargi / pingsan4). Disorientasi6. Nyeria. Gejala :1). Nyeri dada2). Ketidaknyamana terhadap ekskremitas3). Perilaku distraksi, wajah mengkerut, merintih, gelisah7. pernafasana. Gejala :1). Riwayat penyakit paru kronis2). Dispnea3). Batuk, sputum merah muda/ berdarah/ coklatb. Tanda :1). Takipnea2). Dispnea, pernafasan tersengal-sengal3). Penurunan bunyi nafas : krekels, mengi8. Keamanana. Gejala :1). Luka bakar, fraktur/ trauma pada ekskremitas bawahb. Tanda :1). Demam derajat rendah9. Seksualitasa. Gejala :1). Saat ini hamil2). Persalinan

3.2Diagnosa Keperawatan1.Perubahan gangguan pola nafas berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru2.Gangguan rasa aman nyaman nyeri berhubungan dengan degranulasi paru3.Kelemahan fisik berhubungan dengan penurunan perfusi jaringan4.Resiko gagal jantung kanan berhubungan dengan penurunan kerja ventrikel kanan5.Penurunan COP (Cardiac Out Put ) berhubungan dengan peningkatan tekanan jantung3.3Intervensi1.a. Dx. : perubahan gangguan pola nafas berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru.b. Tujuan : pola nafas kembali efektifc. Kriteria hasil :1). Menunjukkan pola nafas kembali efektif dengan frekwensi dan kedalaman dalam rentang normal dan paru jelas/ bersih2). Berpartisipasi dalam aktifitas / perilaku meningkatkan fungsi parud. Intervensi1). Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada2). Auskultasi bunyi nafas3). Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi4). Berikan oksigen tambahane. Rasional1). Kecepatan biasanya meningkat2).Bunyi nafas menurun/ tak ada bila jalan nafas obstruksi sekunder terhadap perdarahan3). Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan4). Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas

2. a. Dx. : gangguan rasa aman nyaman nyeri berhubungan dengan degranulasi parub. Tujuan : Nyeri dapat teratasic. Kriteria hasil :1). Menyatakan nyeri hilang / terkontrol2). Menunjukkan rileks, istirahat/tidur, dan peningkatan aktivitas dengan tepatd. Intervensi1). Tentukan karakteristik nyeriMis ; intensitas nyeri2). Pantau TTV3). Berikan tindakan nyamanMis : perubahan posisi4). Berikan analgetik dan antitusif sesuai indikasie. Rasional1). Dapat menentukan derajat nyeri2). Mengetahui perubahan TTV3). Dapat menghilangkan ketidak nyamanan4). Dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif

3.a. Dx. : kelemahan fisik berhubungan dengan penurunan perfusi jaringanb. Tujuan : aktivitas kembali normalc. Kriteria hasil :1). Mendemonstrasikan perilaku untuk mengurangi faktor resiko dan melindungi diri dari cedera2). Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanand. Intervensi1). Kaji respon pasien terhadap aktivitas2). Instruksikan pasien tentang tehnik penghematan tenaga3). Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas / perawatan dirie. Rasional1). Dapat mengkaji respon fisiologi terhadap respon aktivitas2). Dapat mengurangi penggunaan energi3). Dapat mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas4. a. Dx. : Resiko gagal jantung kanan berhubungan dengan penurunan kerja ventrikel kananb. Tujuan : Kerja jantung kembali normalc. Kriteria hasil :1). Dapat mengurangi gagal jantung kanan2). Dapat mengantisipasi terjadinya penurunan kerja ventrikel kanand. Intervensi :1). Auskultasi bunyi jantung2). Pantau EKGe. Rasional :1). Dapat mendengarkan bunyi jantung normal ataukah ada bunyi tambahan2). Dapat mengetahui perubahan EKG

5. a. Dx. : Penurunan COP berhubungan dengan peningkatan tekanan jantungb. Tujuan : Tekanan jantung kembali normalc. Kriteria hasil :1). Dapat mengembalikan tekanan jantung pada keadaan normald. Intervensi :1). Monitor TTV2). Anjurkan untuk istirahad dan kurangi aktivitase. Rasional :1). Mengetahui perubahan TTV2). Dapat memberi pengarahan serta membantu mengurangi aktivitas

BAB IVPENUTUP4.1SimpulanDari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :1.Emboli Paru (Pulmonary Embolism) adalah peristiwa infark jaringan paru, akibat tersumbatnya, pembuluh darah arteri pulmonalis oleh peristiwaemboli.2.Penyebab utama dari emboli paru adalah trombo emboli vena, namun demikian penyebab lain dapat berupa emboli udara, emboli lemak, cairan amnion, fragmen tumor dan sepsis.4.2Saran1.Agar terhindar dari penyakit emboli paru maka kita harus menjaga pola hidup sehat seperti olahraga teratur,memngonsumsi makanan yang sehat.2.Janganmerokok,agar paru tetap sehat

DAFTAR PUSTAKAAsih, Niluh Gede Yasmin & Christantie Effendy. 2003.Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.Doenges, Marilynn dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta.http://kesehatankita26.blogspot.com/2011/10/makalah-emboli.htmlhttp://rapidshare.com/files/130863019/EMBOLI_PARU.doc.htmlPrice, A. Sylvia & Lorraine M. Wilson.1995.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4.EGC: Jakarta.Somantri, Irman. 2008.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Salemba Medika: Jakarta.