EMPP aplod

Embed Size (px)

DESCRIPTION

rumput laut

Citation preview

1. Rumput LautRumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir. Selain dapat digunakan langsung sebagai bahan makanan, beberapa hasil olahan rumput laut seperti agar-agar, karaginan, dan alginat merupakan senyawa yang cukup penting dalam industri. Indonesia di samping mengekspor rumput laut juga mengimpor hasil-hasil olahannya yang dari tahun ke tahun makin meningkat jumlahnya. Sampai saat ini industri pengolahan di Indonesia yaitu agar-agar masih secara tradisional dan semi industri, sedangkan untuk karaginan dan alginat belum diolah di dalam negeri (Istini dkk., 1985 dalam Basuki, 2009).Rumput laut merupakan alga makrobentik. Bentuknya sangat menarik dan merupakan produsen primer di laut. Rumput laut memiliki pigmen-pigmen dengan tipe berbeda, seperti klorofil, karotenoid, phycobilin, dan pigmen lain yang dapat mensintesis bahan organik dari bentuk yang sederhana yaitu air, karbondioksida, dan menggunakan cahaya matahari sebagai energi (Trono, 2004 dalam Basuki, 2009).Rumput laut tergolong tanaman tingkat rendah, tidak mempunyai akar, batang maupun daun sejati, tetapi hanya menyerupai batang yang disebut thallus, tumbuh di alam dengan melekatkan dirinya pada karang, lumpur, pasir, batu dan benda keras lainnya. Secara taksonomi dikelompokkan ke dalam divisio Thallophyta (Anggadiredja dkk, 2010 dalam Putri, 2012). Rumput laut dikenal pertama kali oleh bangsa Cina kira-kira tahun 2700 SM. Dimasa itu, rumput laut digunakan untuk sayuran dan obat-obatan (Aslan, 1999 dalam Putri, 2012).Keberhasilan budidaya rumput laut sangat ditentukan oleh lokasi pembudidayaannya. Hal ini dikarenakan produksi dan kualitas rumput laut dipengaruhi oleh faktor faktor ekologis yang meliputi substrat perairan, kualitas air, iklim dan geografis dasar perairan. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya sebagai lokasi pembudidayaan rumput laut yaitu faktor kemudahan, resiko (keamanan), serta resiko kepentingan.

2. Kandungan Rumput LautSecara kimia rumput laut terdiri dari protein (5,4%), karbohidrat (33,3%), lemak (8,6%) serat kasar (3%) dan abu (22,25%). Selain itu juga mengandung asam amino, vitamin, dan mineral seperti natrium, kalium, kalsium, iodium, zat besi dan magnesium. Kandungan asam amino, vitamin dan mineral mencapai 10-20 kali lipat dibandingkan dengan tanaman darat (Murti, 2011 dalam Putri, 2012).3. Pengelompokkan Rumput LautBerdasarkan kandungan pigmennya, rumput laut dikelompokan ke dalam empat kelas, yaitu:a. Rhodophyceae (ganggang merah)b. Phaeophyceae (ganggang coklat)c. Chlorophyceae (ganggang hijau)d. Cyanophyceae (ganggang biru) (Anggadiredja dkk, 2010 dalam Putri, 2012).Jenis rumput laut yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia adalah dari kelas Rhodophyceae yang mengandung agar-agar dan karaginan. Alga yang termasuk ke dalam kelas Rhodophyceae yang mengandung karaginan adalah Eucheuma dengan nama lokal agar-agar. Sebagian besar rumput laut yang diperjualbelikan yaitu jenis Eucheuma spinosum, hal ini disebabkan karena spesies Eucheuma spinosum banyak terdapat di Indonesia dan dibutuhkan oleh banyak industri farmasi: kosmetik, makanan dan minuman seperti saus, keju, biskuit, es krim dan sirup (Winarno, 1990 dalam Putri, 2012).4. Kandungan Rumput LautMenurut Aslan (1991) rumput laut juga mengandung berbagai macam zat dan bahan yang berguna dalam berbagai industri. Zat-zat dan bahan tersebut adalah sebagai berikut :a. AlginAlgin adalah bahan yang dikandung oleh Phaepophyceae yang sangat dikenal dalam dunia industri dan perdagangan, karena banyak manfaatnya. Dalam dunia industri, algin berbentuk asam alginik (Alginic acid) atau alginat (Aslan, 1991 dalam Basuki, 2009).b. Agar-agarAgar-agar merupakan senyawa ester asam sulfat dari senyawa galaktan, tidak larut dalam air dingin, tetapi larut dalam air panas dengan membentuk gel (Istini dkk., 1985 dalam Basuki, 2009). Rumput laut penghasil agar-agar antara lain Gracilaria, Gelidium, dan Ahnfeltia (Aslan, 1991 dalam Basuki, 2009).c. KaraginanKaraginan merupakan polisakarida yang diekstraksi dari rumput laut merah dari jenis Chondrus, Eucheuma, Gigartina, Hypnea, Iradea, dan Phyllophora. Karaginan dibedakan dengan agar berdasarkan kandungan sulfatnya, karaginan mengandung minimal 18 % sulfat, sedangkan agar-agar hanya mengandung sulfat 3,4 % (Istini dkk., 1985 dalam Basuki, 2009).5. Budidaya Rumput LautPenanaman rumput laut dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu: metode rakit apung (floating rack method), lepas dasar (off bottom method) dan rawai (long line method) (Anggadiredja dkk, 2010 dalam Putri, 2012).a. Metode Rakit Apung (Floating Rack Method): Metode ini diterapkan pada perairan yang lebih dalam, caranya yaitu: rumput laut diikatkan pada rakit apung yang terbuat dari bambu dengan ukuran 2,5 x 5 m, rakit apung dibuat dalam satu rangkaian yang masing-masing rangkaian terdiri dari lima unit dengan jarak antar unit satu meter, kedua ujung rangkaian diikatkan dengan tali yang ujungnya diberi pemberat atau jangkar agar rakit tidak hanyut oleh arus atau gelombang. Jarak tanam antar rumput laut sekitar 25 x 25 cm dengan berat rumput laut 100 g untuk setiap ikatan.b. Metode Lepas Dasar (Off Bottom Method): Penanaman rumput laut dengan metode ini dilakukan pada dasar perairan, caranya yaitu: dua buah patok dipancangkan pada dasar perairan dengan jarak 2,5- 5 m, kedua patok dihubungkan dengan tali pancing atau tali yang kuat, tinggi kedudukan tali penghubung dari dasar antara 10-50 cm. Sebaiknya juga jarak disesuaikan dengan kedalaman pada air surut terendah. Ikatkan bibit masing-masing seberat 75-150 g, yang diikat dengan menggunakan tali rafia, tiap ikatan terdiri dari 2-3 thalus, kemudian diikatkan pada tali pancing dengan jarak 20-25 cm.c. Metode Rawai (Long Line Method): merupakan metode yang paling banyak diminati karena disamping fleksibel dalam pemilihan lokasi juga biaya yang dikeluarkan jauh lebih murah. Caranya: ikat bibit rumput laut pada tali utama yang panjangnya mencapai 50-75 m dengan jarak 25 cm ikatkan tali jangkar pada kedua ujung tali utama yang di bawahnya sudah diikatkan pada jangkar, batu karang atau batu pemberat, untuk pengapungan rumput laut ikatkan pelampung yang terbuat dari styrofoam, botol polietilen atau pelampung khusus pada tali, ikat pelampung-pelampung tersebut dengan tali penghubung ke tali utama sepanjang 10-15 cm, agar rumput laut tidak mengapung dipermukaan dan diupayakan tetap berada pada kedalaman 10-15 cm di bawah permukaan air laut, pada tali utama diberikan tambahan beban (Winarno, 1990 dalam Putri, 2012).Pemanenan dilakukan bila rumput laut telah mencapai berat tertentu, yakni sekitar empat kali berat awal (dalam waktu pemeliharaan 1,5 - 4 bulan). Untuk jenis Eucheuma dapat mencapai sekitar 400-600 gram, maka jenis ini biasanya sudah bisa dipanen (Aslan, 1999 dalam Putri, 2012).

1. PermasalahanDalam artikel tersebut dijelaskan bahwa permasalahan yang ada yaitu terjadinya anomali cuaca atau perubahan cuaca di wilayah Kabupaten Pamekasan yang sebelumnya telah lama tidak turun hujan akhirnya kembali turun hujan. Intensitas hujan yang cukup lama berdampak pada rusaknya budidaya rumput laut di kawasan Kecamatan Pademawu sehingga petani harus memanen dini rumput laut tersebut agar rumput laut tidak semakin rusak.2. PenyebabFaktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rumput laut dibagi atas dua jenis yaitu faktor fisik dan faktor kimia. Faktor fisik terdiri dari intensitas cahaya, suhu dan kekeruhan sedangkan faktor kimia yang mempengaruhi yaitu salinitas, derajat keasaman (pH), oksigen terlarut, kandungan nitrat, kandungan fosfat, COD dan BOD. Dalam artike ini permasalahan yang terjadi adalah anomali cuaca dimana hujan turun terus menerus sehingga menyebabkan kerusakan pada rumput laut, hal tersebut tentu saja berdampak pada menurunnya kualitas rumput laut.Turunnya hujan akan menyebabkan berbagai gangguan baik secara fisik maupun kimia pada proses pertumbuhan rumput laut. Hujan akan menyebabkan perubahan salinitas atau kandungan garam pada air laut. Salinitas didefinisikan sebagai jumlah bahan padat yang terkandung dalam tiap kilogram air laut, dinyatakan dalam gram per-kilogram atau perseribu (Sutika, 1989 dalam Armita 2011). Menurut Dahuri (2001), secara umum salinitas permukaan perairan Indonesia rata-rata berkisar antara 32 34 per mil. Selanjutnya ditambahkan oleh Sutika (1989) bahwa salinitas air laut pada umumnya berkisar 33 o/oo sampai 37 o/oo dan berubah-ubah berdasarkan waktu dan ruang. Nilai salinitas sangat dipengaruhi oleh suplai air tawar ke air laut, curah hujan, musim, topografi, pasang surut dan evaporasi (Nybakken, 2000 dalam Armita 2011).Selain itu, hujan juga akan mempengaruhi intensitas cahaya dan suhu air laut. Cahaya menyediakan energi bagi terlaksananya fotosintesis (zona eufotik), sehingga kemampuan penetrasi cahaya sampai pada kedalaman tertentu sangat menentukan distribusi vertikal organisme perairan (Widodo dan Suadi, 2006 dalam Armita 2011 ). Intensitas cahaya yang diterima sempurna oleh thallus merupakan faktor utama dalam proses fotosintesis yang menentukan tingkat pertumbuhan rumput laut sedangkan apabila terjadi hujan intensitas cahaya yang turun tentu saja akan menurun dan hampir tidak ada.Suhu erat kaitannya dengan cahaya. Suhu mempengaruhi daya larut gas-gas yang diperlukan untuk fotosintesis seperti CO2 dan O2, gas-gas ini mudah terlarut pada suhu rendah dari pada suhu tinggi akibatnya kecepatan fotosintesis ditingkatkan oleh suhu rendah. Panas yang diterima permukaan laut dari sinar matahari menyebabkan suhu di permukaan perairan bervariasi berdasarkan waktu. Perubahan suhu ini dapat terjadi secara harian, musiman, tahunan atau dalam jangka waktu panjang (Romimohtarto, 2001 dalam Armita, 2011)3. DampakDampak yang terjadi karena adanya pemanenan dini pada rumput laut tersebut adalah kerugian yang dialami para petani rumput karena harus melakukan pemanenan secara dini. Pemanenan dini menyebabkan merosotnya jumlah berat dari rumput laut, tidak hanya itu kualitas rumput laut yang dipanen pun juga mengalami penurunan sehingga harga jualnya pun ikut menurun.4. SaranHal hal yang mungkin dapat dilakukan adalah sebagai berikut:a. Petani rumput laut dapat mengolah rumput aut yang telah dipanen menjadi rumput laut yang siap dikonsumsi maupun menjadi bahan setengah jadi sehingga harga jual rumput laut dapat lebih tinggi. Petani dapat membuat berbagai olahan rumput laut yang dikreasikan sehingga dapat menarik minat masyarakat.b. Pemerintah dapat memberikan pelatihan kepada para petani rumput laut untuk melakukan pengolahan rumput laut yang bervariasi sehingga dapat menaikkan harga jualnya.c. Dibutuhkan adanya penemuan penemuan baru pada jenis rumput laut yang dapat bertahan dari cuaca yang ekstrim namun tetap dengan kualitas yang baik.