36
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI SEDIAAN SETENGAH PADAT EMULSI DENGAN EMULGATOR SISTEM HLB EMULSI PARAFFIN LIQUID Praktikum ke = 2 Kelompok = CI-5 Anggota = Dion Damara (2010210079) Dwi Aji Maulana (2010210083) Eko Prasetyo (2010210087) Eufemia Citra (2010210094) Erma Wanda Mundari (2010210090) Fadhilah Firdaus (2010210097) Fakultas Farmasi Universitas Pancasila

Emulsi Hlb Butuh c.1.5 Paraffin Liq

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Emulsi Hlb Butuh c.1.5 Paraffin Liq

Citation preview

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

FORMULASI SEDIAAN SETENGAH PADAT

EMULSI DENGAN EMULGATOR SISTEM HLBEMULSI PARAFFIN LIQUID

Praktikum ke = 2Kelompok = CI-5 Anggota

=Dion Damara

(2010210079)

Dwi Aji Maulana

(2010210083)

Eko Prasetyo

(2010210087)

Eufemia Citra

(2010210094)

Erma Wanda Mundari

(2010210090)

Fadhilah Firdaus

(2010210097)

Fakultas Farmasi

Universitas Pancasila

Jakarta

2010

I. TUJUANMembuat sediaan emulsi dengan menggunakan emulgator alam dan sintesis serta pengaruh bahan pengental, kemudian diamati stabilitas fisik sediaan farmasi.II. TEORI DASAREmulsi adalah suatu dispers dimana fase terdispers terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak tercampur. Dalam batasan emulsi, fase terdispers dianggap sebagai fase dalam dan medium pendispers sebagai fase luar atau fase kontinu. Emulsi yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi minyak dalam air dan biasanya diberi tanda sebagai emulsi m/a. sebaliknya emulsi yang mempunai fase dalam air dan fase luar minyak disebut emulsi air dalam minyak dan dikenal sebagai emulsi a/m.Emulsi terdiri dari 2 fase yaitu :

1. Fase dalam atau fase diskontinu atau fase terdispers

Adalah fase yang bertahan dalam bentuk tetesan untuk suatu periode yang lama, sebagai fase dalam dapat menempati tidak lebih dan kira-kira 74% volume total suatu emulsi.

2. Fase luar atau fase kontinu

Adalah fase yang mengelilingi fase dalam. Untuk membuat suatu emulsi yang stabil, perlu fase ketiga dari emulsi yaitu zat pengemulsi (emulsifying agent).Zat pengemulsi memudahkan pembentukan emulsi dengan tiga mekanisme yaitu :1. Mengurangi tegangan antar muka-stabilitas termodinamis

2. Pembentukan suatu lapisan antar muka yang kaku-pembatas mekanik untuk partikel penggabungan

3. Pembentukan lapisan listrik rangkap-penghalang elektrik untuk mendekati partikel-partikelBahan-bahan yang perlu ditambahkan ke dalam sediaan emulsi, diantaranya :

1. Bahan pengemulsi sebagai emulgator

Digunakan untuk mencegah koalesensi sehingga tetesan besar menjadi tetesan kecil.

2. Bahan pengemulsi sebagai surfaktan

Digunakan untuk mengurangi tegangan permukaan antara fase eksternal sehingga proses emulsifikasi dapat ditingkatkan.3. Pengental

Digunakan untuk semua emulsi minyak dalam air karena kontaminasi fase air dan fase minyak mudah terjadi.

4. Antioksidan

Digunakan untuk melindungi emulsi dari proses oksidasi

5. Zat tambahan lainnya, seperti pemanis, pewarna, pewangi.

Ketidakstabilan emulsi, diantaranya :

a. Creaming

Pemisahan emulsi menjadi beberapa lapis cairan, masing-masing lapis melindungi fase terdispersi yang berbeda.b. Cracking

Merupakan koalesensi dan pecahnya emulsi, bersifat irreversible karena lapisan pelindung di sekitar bulatan-bulatan fase terdispersi tidak ada lagi. Usaha untuk menstabilkan emulgator yaitu dengan pengocokan dan dengan zat pengemulsi tambahan dan memproses kembali dengan mesin yang sesuai untuk dapat memproduksi emulsi kembali.c. Inversi fase

Perubahan yang tiba-tiba dari tipe emulsi m/a menjadi tipe emulsi a/m atau sebaliknya.

d. Demulsifikasi

Proses pemisahan sempurna dari suatu emulsi ke dalam masing-masing komponen cair.

Untuk menentukan tipe emulsi dapat dilakukan dengan beberapa cara :1. Metode zat warna

Sudan III

Merupakan zat warna yang larut dalam minyak, tetapi tidak larut dalam air jika ke dalam larutan ditambahkan sudan III, setelah diaduk warna merah menjadi semakin jelas menunjukan bahwa emulsi adalah tipe a/m, tetapi jika warna merah suram semakin tidak tampak menunjukkan emulsinya adalah m/a. Metilen blue

Merupakan zat warna yang larut dalam air tetapi tidak larut dalam minyak. Jika zat ini diteteskan pada emulsi berwarna seragam maka air merupakan fase luar dan emulsi ini bertipe m/a.2. Metode electrical conductivityAir dapat menghantarkan arus listrik sedangkan minyak tidak. Alatnya terdiri dari kawat dengan 2 elektrode yang dicelupkan dalam emulsi dan dihubungkan dengan lampu neon. Jika lampu menyala dalam air maka merupakan medium pendipers dan emulsinya merupakan tipe m/a. Bila lampu tidak menyala maka minyak merupakan medium pendispers dan emulsinya adalah tipe a/m.3. Metode pengenceran fase

Jika ke dalam emulsi ditambahkan sedikit air maka setelah pengocokan dan pengadukan diperoleh kembali emulsi yang homogen sehingga emulsinya adalah tipe m/a. jika emulsi dicampur minyak maka akan menyebabkan pecahnya emulsi. Pada emulsi a/m akan diperoleh sebaliknya.

4. Fluoresensi

Karena minyak berfluoresensi seluruhnya dan emulsinya m/a menunjukkan pola titik-titik.III. DATA PREFORMULASI

Zat aktif :

Paraffin Liquid (Handbook of Pharmaceutical Excipients hlm. 314, FI IV hlm. 652, FI III hlm. 474, Physical Pharmacy hlm. 372) Pemerian

: Transparan, tidak berwarna, cairan kental, tidak berfluoresensi, tidak berasa dan tidak berbau ketika dingin dan berbau ketika dipanaskan.

Kelarutan

: Praktis tidak larut etanol 95%, gliserin dan air. Larut dalam aseton, benzene, kloroform, karbondisulfida, eter dan petroleum eter, dan jenis minyak lemak hangat. Stabilitas

: Dapat teroksidasi oleh panas dan cahaya.

Khasiat/Guna

: Emolient, solvent.

Dosis/Konsentrasi : emulsi topikal ( 1,0 32,0 % ) HLB Butuh

: 10 12 (m/a). 5 6 (a/m)

OTT

: Dengan Oksidator kuat.

Penyimpanan

: Wadah tertutup rapat, hindari dari cahaya, kering dan sejuk.

Zat Tambahan :

Span 80 (Sorbitan Monooleat) (Handbook of Pharmaceutical Excipient hlm.675) Pemerian: Cairan kental seperti minyak berwarna kuning.

Kelarutan: Praktis tidak larut tetapi terdispersi dalam air dan propilen glikol, tercampur dalam alcohol dan methanol, 1 bagian span larut dalam 100 bagian minyak biji kapas, sedikit larut dalam etil asetat.

Guna

: emulgator, surfaktan non ionic, peningkat kelarutan dan pembasah.

Bobot jenis: 1 g/ml

Kekentalan: Pada suhu 21C 4500cP.

Konsentrasi: 1-15 % sebagai emulgator.

Stabilitas: Terjadi pembentukan sabun perlahan dengan asam dan basa kuat, stabilterhadap asam dan basa lemah.

Penyimpanan: Dalam wadah bertutup rapat dan pada tempat sejuk dan kering.

HLB

: 4,3

OTT

: Dengan asam atau basa kuat.

Tween 80 (FI IV hal 687, Handbook of Pharmaceutical Excipient ed. VI hlm. 549) Pemerian

: cairan seperti minyak atau semi gel, kuning hingga

jingga; berbau khas lemah.

Kelarutan

: larut dalam air, tidak larut dalam minyak mineral dan minyak nabati Penyimpanan

: dalam wadah tertutup rapat Kegunaan : bahan pengemulsi Konsentrasi

: 1 10 % Stabilitas

: stabil pada elektrolit dan asam basa lemah OTT

: fenol, tannin, tar dan bahan seperti tar HLB

: 15.0 Na CMC (Excipient hlm. 87)

Pemerian: serbuk granula, berwarna hampir putih, tidak berbau

Kelarutan: mudah terdispersi dalam air membentuk koloidal, tidak

larut dalam etanol, dalam eter dan dalam pelarut

organik lain.

Stabilitas: stabil dalam pH 2-10

Kegunaan: Pengental Konsentrasi: 0,25 1 % OTT

: dengan asam kuat dan larutan garam dan beberapa

metal seperti aluminium, merkuri dan zinc.

BHT (Buthyl Hydroxy Toluena) (Excipient hlm. 75) Pemerian: padatan Kristal putih atau kuning muda

Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilen glikol.

Larut dalam aseton, benzene, etanol, paraffin cair.

Stabilitas: bila terpapar cahaya, lembab, panas dapat menyebabkan

perubahan warna dan aktivitasnya.

Kegunaan: antioksidan

Konsentrasi: 0,01 %

OTT

: dengan oksidator kuat seperti permanganate, peroksida.

Methyl paraben (Nipagin) (Excipient hlm. 441) (FI 4 hlm.551) Rumus empiris: C8H8O3 Pemerian

: hablur kecil,tidak berwarna,tidak berbau,atau berbau

Memiliki rasa terbakar

Kelarutan

: Sukar larut dalam air,benzene,CCl4,

mudah larut dalam etanol dan eter

Kegunan

: Pengawet mikroba Bobot jenis

: 1,352 g/cm3 Titik leleh

: 125 128oC

Stabilitas

: pada Ph 3-6 akan stabil dalam larutan dapat

Disimpan selama 4 tahun pada suhu ruangan

OTT

: Inkompatibel dengan subtansi seperti bentonit,

Magnesium trisilikat, talk, tragakan, sorbitol

Wadah

: simpan dalam wadah tertutup baik dan ditempat

yang dingin dan kering

Propyl paraben (Nipasol) (Excipent hlm. 596) (FI 4 hlm. 713) Rumus empiris: C10H12O3 Bobot jenis

: 180,20

Pemerian

: serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna

Kelarutan

: Sangat larut dalam air, mudah larut dalam etanol

eter,sukar larut dalam air mendidih

Kegunaan

: Pengawet antibakteri

Titik leleh

: -

Pka

: 8,4 pada suhu 22oc

Konsentrasi

: Topikal 0,01%-0,6%

Stabilitas

: pada Ph 3-6 akan stabil dalam larutan dapat

disimpan selama 4 tahun pada suhu ruangan.

OTT

: Inkompatibel dengan surfaktan nonionic yang

menyebabkan aktivitasnya berkurang dan terbentuk

miselisasi Wadah

: dalam wadah yang tertutup baik, ditempat yang dingin dan keringIV. ALAT DAN BAHAN

Alat :

Lumpang

Stamper

Beaker glass Cawan penguap

Botol coklat

Gelas ukur

Batang pengaduk

Pipet tetes

Viskometer Brookfield

Tabung sedimentasi

Mikroskop

Objek glass

Cover glassBahan :

Paraffin liquidum Span 80

Tween 80

Na. CMC

Nipagin Nipasol

BHT

Aquadest

V. FORMULA

KomposisiFormula 1Formula 2Formula 3

Paraffin liquidum7,5 %7,5 %7,5 %

Span 80 dan Tween 805 %6 %7 %

Na. CMC0,5 %0,5 %0,5 %

Nipagin0,03 %0,03 %0,03 %

BHT0,1 %0,1 %0,1 %

Nipasol0,01 %0,01 %0,01 %

AquadestAd 400 mlAd 400 mlAd 400 ml

VI. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGANFormula 1

1. Paraffin liquidum = 7,5/100 x 400 ml = 30 g

2. Span 80 dan Tween 80

HLB butuh paraffin liquid = 12HLB span 80 = 4,3

HLB tween 80 = 15Jumlah emulgator (span 80 dan tween 80) = 5/100 x 400 ml = 20 g

Span 804,3 3 = 3/10,7 x 20 g = 5,61 g

\ /

12

/ \

Tween 80157,7 = 7,7/10,7 x 20 g = 14,391 g

3. Na. CMC = 0,5/100 x 400 g = 2g4. Nipagin = 0,03% x 400 g = 0,12 g

5. BHT = 0,1% x 400 g = 0,4 g

6. Nipasol = 0,01% x 400 g = 0,04 g 7. Air Na.CMC = 20x 2 g = 40 g

8. Aquadest = 400 ml (14,39+5,61+30+2+0,12+0,04+0,4+40) = 307,44 ml

Formula 2

1. Paraffin liquidum = 7,5/100 x 400 ml = 30 g

2. Span 80 dan Tween 80HLB butuh paraffin liquid = 12 HLB span 80 = 4,3

HLB tween 80 = 15 Jumlah emulgator (span 80 dan tween 80) = 6/100 x 400 ml = 24 g

Span 804,3 3 = 3/10,7 x 24 g = 6,73 g

\ /

12

/ \

Tween 60157,7 = 7,7/10,7 x 24 g = 17,27 g

3. Na. CMC = 0,5/100 x 400 g = 2g

4. Nipagin = 0,03% x 400 g = 0,12 g

5. BHT = 0,1% x 400 g = 0,4 g

6. Nipasol = 0,01% x 400 g = 0,04 g

7. Air Na.CMC = 20x 2 g = 40 g

8. Aquadest = 400 ml (17,27+6,73+30+2+0,12+0,04+0,4+40) = 323,44 ml

Formula 31. Paraffin liquidum = 7,5/100 x 400 ml = 30 g

2. Span 80 dan Tween 80

HLB butuh paraffin liquid = 12HLB span 80 = 4,3

HLB tween 80 = 15 Jumlah emulgator (span 80 dan tween 60) = 7/100 x 400 ml = 28 g

Span 804,3 3 = 3/10,7 x 28 g = 7,85 g

\ /

12

/ \

Tween 60157,7 = 7,7/10,7 x 28 g = 20,15 g

3. Na. CMC = 0,5/100 x 400 g = 2g

4. Nipagin = 0,03% x 400 g = 0,12 g

5. BHT = 0,1% x 400 g = 0,4 g

6. Nipasol = 0,01% x 400 g = 0,04 g

7. Air Na.CMC = 20x 2 g = 40 g

8. Aquadest = 400 ml (20,15+7,85+30+2+0,12+0,04+0,4+40) = 299,44 ml

PenimbanganKomposisiFormula 1Formula 2Formula 3

Paraffin liquidum30,04 gram30,04 gram30,04 gram

Span 805,6 gram 6,98 gram7,8 gram

Na. CMC0,5 gram0,5 gram0,5 gram

Nipagin 0,12 gram 0,12 gram 0,12 gram

BHT0,38 gram0,40 gram0,40 gram

Nipasol0,04 gram0,04 gram 0,04 gram

Tween 8014,40 gram17,28 gram20,16 gram

Aquadest307,44 ml323,44ml299,44 ml

VII. PEMBUATANA. Pembuatan pengembangan Na. CMC

1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan, timbang Na. CMC 0,5 gram untuk masing-masing formula.

2. Kemudian di taburkan di atas permukaan air panas dalam beaker glass yang telah dikalibrasi air untuk Na. CMC, dan dikembangkan selama 1x24 jam.

B. Pembuatan sediaan1. Siapkan alat dan bahan

2. Timbang bahan-bahan yang digunakan

3. Kalibrasi botol 60 ml

4. Lebur fase minyak ( paraffin liq, bht, span 80 ) dan fase air ( tween 80, air) di wb pada suhu 60-70 C 5. Masukkan fase minyak ke dalam fase air dengan penggerusan atau pengadukan konstan sampai terbentuk corpus emulsi

6. Tambahkan nipagin dan nipasol yang sebelumnya dilarutkan dalam air panas.7. Tambahkan Na. CMC yang telah dikembangkan, gerus ad homogen.8. Tambahkan sisa aquadest sedikit-sedikit (ad 400 ml), aduk dengan homogenizer

9. Lakukan evaluasi

10. Masukkan ke dalam botol yang telah dikalibrasi, kemas dan beri etiketVIII. EVALUASI DAN PEMBAHASAN1. Tipe emulsi

Cara :a. siapkan objek glass dan cover glassb. teteskan emulsi formula 1 pada objek glass, lakukan duplo

c. teteskan sudan III dan metilen blue

d. lakukan hal yang sama untuk formula 2 dan 3

e. lihat preparat emulsi di bawah mikroskopFormulaSudan IIIMetilen BlueTipe emulsi

1m/a

2m/a

3m/a

2. Viskositas dan rheologiAlat:ViskometerStormer

Kv:20,24dyne/cm

RPM=60/txputaran

Viskositas=KvxBeban/RPM

Formula 1

BERAT

(W)WAKTU

(t)PutaranRPMViskositas

508,3050361,4452,799

705,9750502,5132,819

904,6250649,3512,805

1104,1750714,4243,116

1303,6750817,4393,219

1104,2350709,2203,139

904,80506252,914

705,5650539,5682,626

508,1550441,7182,291

Formula 2

BERAT

(W)WAKTU

(t)PutaranRPMViskositas

5016,5850180,9415,593

7010,2250293,5424,827

908,7250344,0375,295

1104,6650643,7773,459

1304,3550689,6553,815

1104,6950639,6593,481

908,6150348,4325,228

7010,4850286,2604,949

5017,1850174,6225,795

Formula 3

BERAT

(W)WAKTU

(t)PutaranRPMViskositas

5017,6750169,7795,961

7010,5550284,3604,982

908,2650363,1965,015

1106,4650464,3964,794

1305,4750548,4464,798

1106,5950455,2354,891

908,1850366,7484,967

7010,7150280,1125,058

5017,5850170,6485,930

3. Volume sedimentasi

Tabung sedimentasi 25 ml

F = F = derajat sedimentasi

Vu = volume sedimentasi

Vo = Volume awal

Nilai F semakin mendekati 1 semakin baikHari keSymbolFormula 1 (ml)Formula 2 (ml)Formula 3 (ml)

0VoVu

F5050

15050

15050

1

1Vo

Vu

F5050

15022

0,4450360,72

2Vo

Vu

F5050

15021

0,425033

0.66

3Vo

Vu

F5050

15020

0,45031

0,62

4. Ukuran partikelCara :

Kalibrasi Skala Okuler

Tempatkan mikrometer di bawah mikroskop, himpitkan garis awal skala okuler dengan garis awal skala objektif, kemudian tentukan garis kedua yang berhimpit. tentukan jarak skala okuler.

Buatlah preparat dari emulsi formula 1, 2, dan 3.

Ukurlah partikel sebanyak 100 partikel. Tabelkan.

1 skala okuler = 1 m Formula 1No.Skalam

1.220

2.110

3.110

4.220

5.110

6.110

7.110

8.110

9.330

10.110

11.110

12.110

13.220

14.110

15.110

16.110

17.110

18.110

19.110

20.110

21.110

22.110

23.220

24.110

25.110

26.110

27.110

28.110

29.110

30.110

31.1,515

32.110

33.110

34.110

35.110

36.110

37.110

38.110

39.110

40.110

41.110

42.220

43.110

44.220

45.110

46.110

47.110

48.110

49.110

50.110

51.110

52.110

53.110

54.220

55.110

56.110

57.110

58.110

59.110

60.220

61.110

62.110

63.110

64.110

65.110

66.110

67.110

68.110

69.220

70.110

71.110

72.110

73.330

74.110

75.110

76.110

77.110

78.110

79.110

80.110

81.110

82.110

83.110

84.110

85.110

86.110

87.110

88.110

89.220

90.110

91.110

92.110

93.220

94.110

95.110

96.330

97.110

98.110

99.330

100.110

Rentang data = data terbesar data terkecil = 30 - 10

= 20Banyak kelas = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 100

= 7,6 = 8Panjang interval kelas =

= 20/8= 2,5Interval kelas= data terkecil + panjang interval kelas

= 10 + 2,5 = 12,5 Rentang ukuran (m)Rata-rata rentang ukuran (d)Jumlah partikel pd tiap rentang (n)Ndndndnd4

10-12,511,258494510631,25119601,56251345517,578

13-15,514,24114,25203,06252893,640641234,3789

16-18,517,2500000

19-21,520,251122,794510,687591341,42191849663,793

22-24,523,2500000

25-27,526,2500000

28-30,529,2541173422,25100100,81252927948,766

31-33,532,2500000

Total100129918767,25313937,43756164364,516

a. dln = = 1299/100 = 12,99 mb. dsn == 18767,25/1299 = 3,801 mc. dvn = d. dsl = = 18767,25/1299 = 14,447 me. dvs = = 313937,4375/18767,25 = 16,728 mf. dwn = = 6164364/313937,4375 = 19,6356 mFormula 2No.Skalam

1.110

2.110

3.110

4.110

5.110

6.220

7.330

8.110

9.110

10.110

11.110

12.110

13.110

14.110

15.220

16.110

17.110

18.110

19.110

20.220

21.110

22.110

23.220

24.110

25.110

26.110

27.110

28.110

29.110

30.110

31.110

32.110

33.110

34.110

35.110

36.110

37.110

38.110

39.110

40.110

41.110

42.110

43.110

44.110

45.110

46.110

47.110

48.110

49.110

50.110

51.330

52.220

53.110

54.330

55.110

56.110

57.110

58.110

59.110

60.110

61.110

62.110

63.110

64.110

65.110

66.110

67.110

68.110

69.110

70.110

71.110

72.110

73.110

74.110

75.110

76.110

77.110

78.110

79.110

80.110

81.110

82.110

83.110

84.110

85.110

86.110

87.110

88.110

89.110

90.110

91.110

92.110

93.110

94.110

95.110

96.110

97.110

98.110

99.110

100.110

Rentang data = data terbesar data terkecil

= 30 10 = 20Banyak kelas = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 100= 7,6 ~ 8Panjang interval kelas=

= 20/8= 2,5Interval kelas= data terkecil + panjang interval kelas

= 10 + 2,5

= 12,5Rentang ukuran (m)Rata-rata rentang ukuran (d)Jumlah partikel pd tiap rentang (n)Ndndndnd4

10-12,511,25921,03511643,75130992,18751473662,109

13-15,514,2400000

16-18,517,2500000

19-21,520,255101,252050,312541518,8281840756,2695

22-24,523,2500000

25-27,526,2500000

28-30,529,25387,752566,687575075,60932195961,574

31-33,532,2500000

Total100190,03516260,75247586,62494510739,953

a. dln = = 190,035/100 = 1,9004 mb. dsn == 16260,75/100 = 12,7518 mc. dvn = = 247586,6249/100 = 49,7581 md. dsl = = 16260,75/190,035 = 85,5671 me. dvs = = 247586,6249/16260,75 = 15,2260 mf. dwn = = 4510379,953/247586,6249 = 18,2174 m Formula 3

No.Skalam

1.110

2.110

3.110

4.110

5.330

6.330

7.330

8.110

9.110

10.110

11.110

12.110

13.110

14.110

15.110

16.330

17.110

18.110

19.110

20.110

21.110

22.220

23.110

24.110

25.110

26.110

27.110

28.110

29.110

30.110

31.110

32.110

33.110

34.110

35.110

36.110

37.110

38.110

39.110

40.110

41.110

42.110

43.110

44.110

45.110

46.110

47.110

48.110

49.110

50.110

51.110

52.110

53.220

54.110

55.110

56.110

57.110

58.110

59.110

60.110

61.110

62.110

63.110

64.110

65.110

66.110

67.110

68.220

69.110

70.110

71.110

72.110

73.330

74.110

75.110

76.110

77.110

78.110

79.110

80.110

81.110

82.110

83.110

84.110

85.220

86.110

87.220

88.110

89.110

90.110

91.110

92.110

93.110

94.110

95.110

96.110

97.110

98.110

99.110

100.110

Rentang data = data terbesar data terkecil

= 30 10 = 20Banyak kelas

= 1 + 3,3 log n= 1 + 3,3 log 100 = 7,6 ~ 8

Panjang interval kelas= = 20/8= 2,5

Interval kelas= data terkecil + panjang interval kelas = 10 + 2,5

= 12,5

Rentang ukuran (m)Rata-rata rentang ukuran (d)Jumlah partikel pd tiap rentang (n)Ndndndnd4

10-12,511,2587978,7511010,9375123873,04691393571,777

13-15,514,2400000

16-18,517,2500000

19-21,520,2581623280,566430,12513453210,031

22-24,523,2500000

25-27,526,2500000

28-30,529,255146,254277,8125125126,05163659935,957

31-33,532,2500000

Total1001286,9518569,24315429,187518506717,758

a. dln = = 1286,95/100 = 12,8695 mb. dsn == 18569,24/100 = 13,6269 mc. dvn = = d. dsl = = 18569,24/1286,95 = 14,42888 m

e. dvs = = 315429,1875/18569,24 = 16,987 mf. dwn = = 1850717,758/315429,1875 = 5,8673 m

X. PEMBAHASAN1. Emulsi yang baik harus memperhatikan hal-hal :

emulgator yang digunakan

konsentrasi zat tambahan, misalnya pengental

proses pengerjaan

2. Emulgator yang digunakan adalah Span 80 dan Tween 80 yang termasuk golongan sorfaktan non ionik. Mekanisme kerjanya adalah menstabilkan emulsi dengan cara menurunkan tegangan permukaan antara fase minyak dan fase air sehingga tegangan mukanya adalah sama dan mudah tersatukan.3. Tipe emulsi ini adalah tipe m/a karena ketika zat warna sudan III diteteskan pada emulsi menyebabkan warna merah pada butir minyak. Meskipun warna merah tidak begitu terlihat jelas karena sudan III yang tersedia kurang baik (encer).

4. Faktor yang mempengaruhi tipe emulsi adalah :

Proporsi fase yang lebih besar biasanya adalah sebagai fase luar

Jenis emulgator, HLB 3-8 = m/a, HLB 8-16 = a/m

Kelarutan, larut dalam air = emulsi m/a, larut dalam minyak = emulsi a/m

5. Pada perhitungan volume sedimentasi, jika nilai F semakin mendekati 1 maka semakin baik.

6. Sifat alir formula I, II, dan III adalah mengikuti sifat aliran thiksotropi negatif atau rheopeksi yaitu sifat alir yang dipengaruhi oleh waktu, penyebabnya adalah meningkatnya frekuensi tumbukan dari partikel-partikel terdispersi atau molekul-molekul polimer dalam suspensi. Hal ini akan meningkatkan ikatan antar partikel dengan bertambahnya waktu. Ini mengubah keadaan asli yang terdiri dari sejumlah besar partikel sendiri-sendiri dan gumpalan-gumpalan kecil menjadi suatu keadaan keseimbangan yang terdiri dari sejumlah kecil gumpalan-gumpalan yang relatif besar. Dalam keadaan diam, gumpalan tersebut pecah dan lama-lama kembali ke keadaan semula yang terdiri dari gumpalan kecil dan partikel tersendiri.

7. Syarat diameter partikel sebuah emulsi adalah antara 0,1-10 m. memenuhi syarat. Ukuran partikel dapat mempengaruhi kestabilan emulsi (volume sedimentasi) yaitu ukuran partikel akan semakin bertambah besar dan menarik globul terdispers sehingga emulsi akan mengalami pemisahan yang dapat berupa cracking atau koalesensi. Berdasarkan hukum Stokes, laju sedimentasi berbanding lurus dengan diameter partikelnya.KESIMPULAN

1. Emulsi ini mempunyai tipe m/a.

2. Viskositas dan sifat alir

Formula I, = 2,892 cps, sifat aliran = thiksotropik negatif

Formula II, = 4,715 cps, sifat aliran = thiksotropik negatif

Formula III, =5,2662 cps, sifat aliran = thiksotropik negatifVolume sedimentasi

Formula I, F =

Formula II, F =

Formula III, F =

1. Ukuran partikel

Syarat ukuran partikel = 0,1-1 m

Formula I, jumlah partikel terbanyak pada rentang = m

Formula II, jumlah partikel terbanyak pada rentang = m

Formula III, jumlah partikel terbanyak pada rentang = m

2. Jadi, berdasarkan hasil evaluasi formula I yang paling baik karena F mendekati 1, kekentalan baik, dan ukuran partikel emulsi memenuhi syarat.

XI. DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia, edisi IV.

2. A. Martin, J. Swarbrick, A. Carnmarata, Fisika Farmasi, Edisi III, UI Press.3. Handbook of Pharmaceutical Excipients

4. H. Ansel, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi III.

5. L. Lachman, H. A. Lieberman, J. L. Kanig, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi III.

6. J. D. Sprowls, Prescription Pharmacy, Edisi II.

7. Farmakope Indonesia III, DEPKES RI.

Komposisi : mengandung paraffin cair 7,5%

Indikasi : melembutkan kulit

Aturan pemakaian :

Oleskan pada bagian tubuh yang dikehendaki.

KOCOK DAHULU

Komposisi :

Mengandung paraffin cair 7,5%

Indikasi:

Pelembut kulit

Efek samping :

Hipersensitifitas terhadap paraffin cair

Aturan pemakaian :

Olehkan pada bagian kulit yang dikehendaki.

Peringatan dan perhatian :

Simpan ditempat kering dan sejuk

Netto : 60 gram

No.Reg : DBL 1201800429 A1

No. Bacth : 123456

Exp. Date : Maret 2015

Diproduksi oleh :

PT. CIZ Farma

Jakarta - Indonesia

Reg no :

DBL 1201800429A1

Batch no : KQ901P

Exp date :Mar 2015

Diproduksi oleh :

PT. CIZ Farma

Netto : 60 mL

Netto : 60ml