7
NAMA : RAHMAT DIANSYAH PUTRA NIM : 06306009 JURUSAN : T. PERTAMBANGAN TUGAS GENESA BAHAN GALIAN ENDAPAN KUROKO DAN ENDAPAN SEDEX 1. Endapan Kuroko Endapan Kuroko adalah endapan yang berupa urutan pengendapaan dari pada logam – logam sulfida dan sulfat. (“Strata bound poly metallic sulphida – sulfhate deposits“). Proses pembentukannya erat sekali dengan kegiatan vulkanisme bawah laut dan dipengaruhi oleh pengaruh aktivitas hidrotermal. Contoh endapan yang dibahas adalah yang terdapat di Kosako dan Fiji, Jepang. Endapan serupa terdapat di Kanada , Rio Tinto, Iran, Australia dan Skandinavia. Ciri – ciri endpan Kuroko adalah sebagai berikut : kejadian , bermula daripada bentuk tubuh berupa pipa yang mengalami mineralisasi karena pengaruh aktivitas vulkanik (“volcanogenic origin“). Kemudian diikuti aktivitas hidrotermal dengan urutan kejadian antara lain. - Siklus Pengendapan diawali oleh ekstrusi berupa masif berbentuk bataun bereksi desitik yang agak berlapis (“ poorly bedded dacitic breccias “) yang berumur Miosen – Pliosen. - Karena kandungan gasnya yang makin lama makin bertambah, maka akhirnya terjadi peledakan (eksplosif) dan menghasilkan endapan pumice yang sangat banyak. - Kontak antara gas yang dikeluarkan dengan air laut dan batuan sedimen yang ikut tercampur menyebabkan terjadinya pelarutan. - Selanjutnya terjadi proses konsentrasi dan pelarutan daripada uap, gas dan air laut. - Kemudian terjadi endapan disekitar lubang/vent daripada kepundan. - Karena pengaruh hidrotermal yang kemudian aktif maka terbentuklah endpan bijih. Rahmat diansyah putra 06306009 1

endapan sedex

Embed Size (px)

DESCRIPTION

geo mineral

Citation preview

NAMA : RAHMAT DIANSYAH PUTRANIM : 06306009JURUSAN : T. PERTAMBANGANTUGAS GENESA BAHAN GALIAN

ENDAPAN KUROKO DAN ENDAPAN SEDEX

1. Endapan Kuroko

Endapan Kuroko adalah endapan yang berupa urutan pengendapaan dari pada logam –

logam sulfida dan sulfat. (“Strata bound poly metallic sulphida – sulfhate deposits“).

Proses pembentukannya erat sekali dengan kegiatan vulkanisme bawah laut dan

dipengaruhi oleh pengaruh aktivitas hidrotermal.

Contoh endapan yang dibahas adalah yang terdapat di Kosako dan Fiji, Jepang. Endapan

serupa terdapat di Kanada , Rio Tinto, Iran, Australia dan Skandinavia.

Ciri – ciri endpan Kuroko adalah sebagai berikut :

• kejadian , bermula daripada bentuk tubuh berupa pipa yang mengalami mineralisasi

karena pengaruh aktivitas vulkanik (“volcanogenic origin“). Kemudian diikuti

aktivitas hidrotermal dengan urutan kejadian antara lain.

- Siklus Pengendapan diawali oleh ekstrusi berupa masif berbentuk bataun

bereksi desitik yang agak berlapis (“ poorly bedded dacitic breccias “) yang

berumur Miosen – Pliosen.

- Karena kandungan gasnya yang makin lama makin bertambah, maka

akhirnya terjadi peledakan (eksplosif) dan menghasilkan endapan pumice

yang sangat banyak.

- Kontak antara gas yang dikeluarkan dengan air laut dan batuan sedimen

yang ikut tercampur menyebabkan terjadinya pelarutan.

- Selanjutnya terjadi proses konsentrasi dan pelarutan daripada uap, gas dan

air laut.

- Kemudian terjadi endapan disekitar lubang/vent daripada kepundan.

- Karena pengaruh hidrotermal yang kemudian aktif maka terbentuklah

endpan bijih.

Rahmat diansyah putra06306009

1

Endapan yang terbentuk bisa berupa “ dissemnated veins “ dan “ irregulear spheroidal

pods “ atau berupa “ massive lenticular bodes “ dengan memperlihatkan kenampakan

perlipatan (“Strata bound “).

- Urutan proses mineralisasinya diawali oleh pembentukan formasi gipsum

yang mengalami proses ubahan silifikasi dan argilitisasi dicirikan oleh

adanya mineralisasi yang intensif.

- Setelah itu terjadi proses mineralisasi sulfida komplekx (mixed sulphide

mineralization) dan arhilitasasi yang intensif.

- Selanjutnya terjadi aktivitas fumarola yang bersamaan dengan proses

peledakan yang menghasilkan breksi pumice dan aglomerat.

- Endapan yang terbentuk merupkan hasil sublimasi dan terdapat disekeliling

lubang/vent fumarola dan mengandung logam – logam Fe, Cu, Pb dan Zn

yang terjadi pada temperatur rendah.

- Bentuk struktur bijih bisa berupa : “brecciated ore” dan “ homogenous

laminated pyrite – sphalerite dan scatteered barite “.

- “Banding struktur“ dan “collofrm“ (gel) terjadi di ruang terbuka (air –

udara).

- Penyebaran endapan kearah sulfida Pb, Cu – Zn berkonsentrasi kearah atas

(“top“) daripada seluruh endapan, sedangkan endapan sulfida Cu menyebar

kearah bawah (“bottom“). Mieneral konvelit terbentuk pada“ zona

supergene enrichment “ dan berada dibawah daerah gossan.

Kesimpulan :

∗ endapan type Kuroko, erat hubungannya dengan kegiatan vulkanisme bawah laut

dan berumur Miosen – Piliosen.

∗ Logam yang ekonomis berupa Cu, Pb, Zn, Ag, Au serta endapan non logam barit

berat dan Ca sulfat.

∗ Tubuh bijih berbentuk “stratiform“ atau “Lenticular bodies“ didapati selaras dengan

kedudukan bataun sedimen yang mengeliliginya.

∗ Mineralisasi epigenetik ditandai oelh bentuk “ vein, Stockwork dan disseminated “.

∗ Mineralisasi epigenetik ditambah oelh bentuk “ stratebound “

Rahmat diansyah putra06306009

2

∗ Endapan Kuroko utama ( “ the major Kuroko deposit “ ) terdapat diatas “ Beniof

zone “ pada kedalaman sekitar 150 kilometer.

Cara – cara prosepekting :

1. cari batuan vulkanik asam yang berumur Mision – Plisen, terutama yang terdiri dari

pada material dengan bentuk vesiculair dan besar.

2. buat urutan stratingrafi batuan piroklastiknya.

3. cari pusat erupsi yang ditandai oleh endapan lava demo yang terbaru.

4. tentukan arah – arah gaya tektonik yang telah bekerja dari kenampakan struktur –

strukturnya.

5. analisa keadaan paleografinya, khususnya struktur pengendapan mineralisasi.

6. pelajari jenis dan proses alterasi daripada “ host rock “ nya serta penyebaran mineral

sulfidanya.

Atas dasar data – data yang dikumpulkan diatas, maka embatasan daerah endapan

tipe Kuroko bisa ditentukan.

Rahmat diansyah putra06306009

3

2. Endapan Sedex (s edimentary exhalative)

SEDEX (sedimentary exhalative) adalah suatu jenis endapan sulfida masif yang

berasosiasi dengan batuan sedimen. SEDEX terdiri dari perlapisan (layers) sulfida masif

yang interbedded dengan perlapisan batuan sedimen termasuk sedimen kimia seperti

rijang, barit dan karbonat serta sedimen klastik seperti lanau, mudstone dan argilit,

dimana pegendapannya terjadi di dasar laut. Ketebalan perlapisan masif sulfida berkisar

dari beberapa milimeter hingga beberapa meter. Masif sulfida sendiri terdiri dari selang-

seling dari perlapisan sulfida besi (pirit dan/atau pirhotit) dengan sfalerit dan galena.

Sulfida masif terbentuk dari hasil presipitasi larutan hidrotermal yang dialirkan ke dasar

laut melalui suatu saluran (“vent”). Saluran ini berupa zona yang memotong bagian

bawah perlapisan batuan sedimen (“footwall”) dan memasuki horizon sulfida masif

diatasnya. Saluran hidrotermal ini hadir/teramati sebagai jaringan urat-urat (“vein

networks”) dan/atau penggantian batuan induk (“replacement”) pada batuan “footwall”

namun sering sulit diamati dan bahkan tidak selalu hadir. Pembentukan sulfida masif

terjadi pada saat yang bersamaan dengan batuan induk (“syngenetic”). Namun bisa juga

mineralisasi sulfida terbentuk ketika fluida hidrotermal yang kaya logam melewati

sedimen induk dan menggantikan pirit hasil tahap awal diagenesa. Cekungan sedimen

dimana SEDEX terbentuk paling sering dibatasi oleh sejumlah patahan (basin-bounding

faults) dan cekungan ini biasanya berada dalam suatu cekungan besar (large sedimentary

basins) yang memiliki kisaran umur dari 300 juta hingga 1,8 milyar tahun.

Dalam eksplorasi, selain menggunakan metoda pemetaan geologi konvensional, untuk

tahapan awal endapan SEDEX dapat diselidiki dengan menggunakan metoda geokimia

endapan sungai aktif dan tanah. Untuk wilayah drainase yang alirannya bersumber dari

endapan SEDEX, hasil metoda geokimia endapan sungai biasanya akan menunjukkan

nilai anomali unsur-unsur Pb, Zn, Ag dan Ba yang cenderung berkorelasi positif. Pada

penyelidikan geokimia tanah, anomali keempat unsur ini akan cenderung mengarah

kepada lokasi yang diperkirakan sebagai zona endapan SEDEX

Jika mengacu kepada endapan SEDEX yang sudah ditemukan di Daerah Dairi Sumatera

Utara, karakteristik geologi yang dapat dikutip adalah sebagai berikut:

Rahmat diansyah putra06306009

4

Zona SEDEX berada dalam batuan induk jenis silty carbonaceous shales (lanau

karbonan), zona ini mencapai permukaan. Posisi bijih dimulai dari permukaan hingga

sekitar 200 m. Satuan batuan lain yang juga bisa dijumpai di permukaan adalah:

dolomitic siltstones yang termineralisasi, shale-dolostones dan dolostones dimana

lode juga ditemukan dibatas kedua satuan ini. Semua satuan batuan serta bijih

menyebar hingga ke permukaan sehingga bisa dipetakan.

Zona SEDEX sendiri berada pada footwall patahan dalam batuan silty carbonaceous

shale dan sejajar perlapisan searah sayap antiklin. Secara regional satuan-satuan

batuan ini dikenal sebagai batuan black shale, siltstones dan batuan karbonat dari

Group Tapanuli berumur Karbon (300 juta tahun) yang sebelumnya tidak dikenal

sebagai batuan induk bagi mineralisasi.

Dengan melihat keadaan geologi regional maupun lokal, daerah penyelidikan merupakan

bagian dari batuan tua yang sudah terangkat, hal ini sesuai dengan penampakan di

lapangan dimana cukup luas tersingkap batuan metamorf (batusabak). Bila dikaitkan

dengan ciri-ciri umum endapan SEDEX maupun yang ada di Dairi Sumatera Utara,

beberapa pengamatan penting yang bisa disampaikan disini adalah:

Adanya singkapan batusabak yang memiliki umur kurang lebih sama dengan

formasi batuan di Dairi.

Dijumpainya batusabak yang memiliki urat-urat kuarsa yang umumnya sejajar

dengan foliasi dan sebagian kecil memotong bidang foliasi sembarang arah.

Di tempat tertentu terutama pada batas antara breksi termineralisasi dan

batuan metamorf, dijumpai ubahan dan sulfida (pirit) pada batusabak/serpih.

Memberi kesan adanya larutan pembawa mineralisasi menerobos batuan

serpih melalui zona lemah dan mengubah batuan (epigenetik).

Teramati struktur yang memotong batuan metamorf dan mengandung

“stockwork” kuarsa.

Rahmat diansyah putra06306009

5

Hasil pengamatan lapangan tidak serta merta memastikan ada tidaknya tipe endapan

SEDEX di daerah penyelidikan karena ciri utama yaitu endapan sulfida Seng dan Timah

hitam yang mengikuti perlapisan batuan tidak teramati. Namun, dengan diperolehnya

sejumlah conto batuan serpih/sabak yang mengalami ubahan dan mineralisasi,

memastikan bahwa proses pembentukan mineralisasi logam telah berlangsung di daerah

penyelidikan ini.

Indikasi Emas Epitermal

Berdasarkan pengamatan geologi daerah penyelidikan, kehadiran batuan breksi

termineralisasi yang terlihat seolah memotong batusabak ataupun sedimen

termetakan/serpih cukup menarik untuk dikaji. Kehadiran breksi yang komponennya

batuan gunungapi ini diperkirakan sebagai breksi hidrotermal. Biasanya terjadi akibat

tekanan larutan hidrotermal yang cukup tinggi terkurung oleh lapisan batuan dan lalu

tiba-tiba menghancurkan batuan penutup diatasnya (batuan metamorf dan gunungapi)

pada zona lemah akibat struktur. Kehadiran breksi hidrotermal semacam ini

mengindikasikan adanya pembentukan mineralisasi yang lebih muda dari umur endapan

SEDEX yang dicari.

Dari data pengamatan megaskopis, breksi ini mengandung mineral sinabar dan pirit.

Sinabar merupakan mineral yang terbentuk pada suhu rendah dan biasanya berasosiasi

dengan endapan emas epitermal dekat permukaan. Hal ini sesuai dengan kenyataan di

lapangan bahwa daerah pemunculan breksi hidrotermal ini merupakan bekas

penambangan emas tradisional. Dalam kaitannya dengan pencarian endapan SEDEX,

pemunculan tipe mineralisasi emas epitermal bisa mengaburkan pengamatan lapangan

apabila terdapat pada satu lokasi dengan endapan SEDEX. Andaikan endapan SEDEX

benar-benar telah terbentuk di daerah penyelidikan ini maka mineralisasi emas epitermal

yang jauh lebih muda telah menutupinya.

Untuk mengetahui adanya sulfida logam yang terbentuk pada umur yang jauh lebih tua

(jenis SEDEX) dibandingkan endapan emas epitermal memerlukan penelitian lebih lanjut

misalnya mengidentifikasi jenis sulfida logam yang benar-benar berasosiasi dengan

sedimen atau sedimen termetakan yang ada. Penelitian ini lebih memungkinkan

dilakukan/ditekankan di bagian selatan daerah penyelidikan sekarang, oleh karena secara

geologi bagian selatan lebih banyak ditempati batuan metamorf berumur tua dimana

mengandung urat kuarsa sehingga paling mungkin berasosiasi dengan endapan SEDEX.

Rahmat diansyah putra06306009

6

Namun karena daerah ini sebagian besar merupakan kawasan hutan lindung maka tidak

seluruhnya dapat diselidiki.

Kesimpulan

∗ Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, tidak teramati singkapan endapan

sulfida logam tipe SEDEX. Namun, petunjuk sangat awal kemungkinan adanya

endapan SEDEX diperoleh berdasarkan hasil penafsiran dari data anomali geokimia

endapan sungai aktif khususnya adanya peningkatan nilai Pb, Zn dan Ba yang

mencolok.

∗ Tipe endapan emas yang ada diperkirakan berdasarkan kehadiran mineral sinabar

bersama emas dijumpai G. Talakik adalah epitermal. Sesuai dengan lingkungan

batuannya, endapan emas ini diduga berumur Tersier dan jauh lebih muda

dibandingkan dengan endapan tipe SEDEX yang dicari atau diduga tumpang tindih.

∗ Secara spasial keterdapatan mineralisasi emas epitermal dalam batuan breksi

hidrotermal yang menerobos lingkungan batuan tua (metamorf) atau serpih dan batuan

gunungapi andesitik terdapat bersamaan dengan anomali Pb, Zn dan Ba.

∗ Deduksi yang dapat disampaikan: larutan hidrotermal pembawa emas pada kondisi

yang berbeda namun pada lokasi yang sama secara teoritis bisa saja indikasi pembawa

endapan SEDEX (epigenetik) di daerah ini. Namun hal ini masih merupakan

pembuktian dengan metoda lain secara sistematis.

Rahmat diansyah putra06306009

7