Upload
jaclin
View
216
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
epilepsi
Citation preview
EPILEPSI
Pembimbing :
dr. Tumpal Siagian, Sp.S
Disusun Oleh :
Yaclin Natalia Damayanti Sirait
0961050087
KEPANITRAAN ILMU SARAF
PERIODE 5 OKTOBER – 7 NOVEMBER 2015
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Epilepsi yang merupakan penyakit kronik masih tetap merupakan masalah
medik dan sosial. Masalah medik yang disebabkan oleh gangguan komunikasi
neuron bisa berdampak pada gangguan kognitif dan mental. Dilain pihak obat-
obatan anti epilepsi juga bisa berefek terhadap gangguan kognitif dan behavior.
Oleh sebab itu pertimbangan untuk pemberian obat yang tepat adalah penting
mengingat efek obat yang bertujuan untuk menginhibisi bangkitan listrik tapi juga
bisa berefek pada gangguan kognitif dan behavior.
Epilepsi terjadi di seluruh dunia, hampir di seluruh daerah tidak kurang
dari tiga kejadian tiap 1000 orang. Setiap tahunnya, diantara setiap 100.000 orang
akan terdapat 40-70 kasus baru. Epilepsi mempengaruhi 50 juta orang diseluruh
dunia, dan 80% dari mereka tinggal di negara berkembang. Epilepsi lebih sering
timbul pada usia anak-anak atau orang tua diatas 65 tahun, namum epilepsi dapat
muncul kapan saja. Pada systemic review terkini, angka prevalensi untuk epilepsi
aktif bervariasi dari 1,5-14 per 1.000 orang/tahun di Asia, Berdasarkan jenis
kelamin, laki-laki sedikit lebih besar kemungkinan terkena epilepsi daripada
perempuan.(Meyer dkk, 2010)
Berapa banyak pasien epilepsi di Indonesia, sampai sekarang belum
tersedia data hasil studi berbasis populasi. Bila dibandingkan dengan negara
berkembang lain dengan tingkat ekonomi sejajar, probabilitas penyandangepilepsi
di Indonesia sekitar 0,7-1,0% dan bila jumlah penduduk Indonesia sekitar 220 juta
maka sekitar 1,5-2 juta orang kemungkinan mengidap epilepsi dan kasus baru
sekitar 250.000 pertahun.(Hawari, 2012)
Epilepsi diterapi dengan obat-obatan anti epilepsi jangka panjang dimana
akan dititrasi hingga berhenti jika minimal selama 2 tahun bebas kejang.
Sementara obat anti epilepsi dapat menyebabkan perburukkan kognitif dan
gangguan behavior yang nantinya dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien.
(Eddy dkk, 2011)
Kerja obat anti epilepsi (OAE) akan menurunkan irritability neuron
dimana mungkin menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan seperti
penurunan fungsi kognitif dan efek behavior dimana terhadap behavior mungkin
memberikan rentang efek mulai dari iritabel dan hiperaktifitas hingga efek
psikotropik positif pada mood.(Loring dkk, 2007)
Suatu studi yang membandingkan fungsi kognitif antara pasien epilepsi
yang belum mendapat terapi dengan kelompok yang telah diterapi selama setahun
menemukan bahwa pasien yang telah diterapi obat anti epilepsi (OAE)
menunjukkan hasil cognitive perfomance buruk dengan pemeriksaan MMSE
Adanya pemburukkan kognitif secara langsung akan mempengaruhi kualitas
hidup pasien.(Palanisamy dkk, 2011)
Adverse effects obat anti epilepsi dapat mengakibatkan gangguan behavior,
dimana yang tersering adalah depresi (phenobarbital, vigabatrin, tiagabine,
topiramat); ansietas (lamotrigine, felbamate, levetiracetam).(Marco, 2009)
Studi parallel yang dilakukan untuk membandingkan efek kognitif
carbamazepine, phenobarbital, phenitoin dan pirimidone pada pasien dengan onset
baru epilepsi menemukan tidak konsekuennya pola semua obat anti epilepsi dan
sedikit perubahan pada kognitif setelah terapi obat anti epilepsi (OAE). Studi lain
yang membandingkan carbamazepine (CBZ) dan valproat acid (VPA)
menemukan efek negatif pada kognitif untuk keduanya. Berbeda dengan
phenobarbital (PB) bermakna mengakibatkan gangguan kognitif lebih jelek
dibandingkan yang lain. Obat anti epilepsi terbaru tampaknya memberikan
adverse effect kognitif lebih sedikit seperti gabapentine (GBP), lamotrigine (LTG)
dan levetiracetam (LEV) dibandingkan carbamazepine (CBZ) sedangkan
topiramat (TPM) menunjukkan asosiasi dengan resiko gangguan kognitif yang
lebih besar.(Sung-Pa dkk, 2008)
Penelitian Ogunrin Olubunmi dkk di afrika terhadap carbamazepine
(CBZ), phenitoin (PHT) dan phenobarbital (PB) menunjukkan bahwa efek obat
pada kognitif memperlihatkan pemburukan bermakna pada mental speed dengan
pengecualian pada hasil kelompok PHT yang menunjukkan perbaikan pada
auditory reaction time; CBZ tidak signifikan mempengaruhi memori verbal.
Ketiga obat anti epilepsi tersebut signifikan menurunkan kemampuan atensi
pasien. PB menunjukkan skor yang buruk pada memori verbal dan non-verbal.
(Olubunmi dkk, 2005)