28

Click here to load reader

epid diare

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: epid diare

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan tertinggi

pada anak, terutama anak berumur kurang dari 5 tahun (balita). Di negara

berkembang, sebesar 2 juta anak meninggal tiap tahun karena diare, dimana sebagian

kematian tersebut terjadi di begara berkembang. Berdasarkan laporan WHO,

kematian karena diare di negara berkembang diperkirakan sudah menurun 4,6 juta

kematian pada tahun 1982 menjadi 2 juta kematian pada tahun 2003 (WHO,2003).

Diare merupakan penyebab kematian no. 4 (13,2%) pada semua umur dalam

kelompok masyarakat dalam kelompok menular. Proporsi diare sebagai penyebab

kematian no. 1 pada bayi post natal (31,4%) dan anak balita (25,2%) (Hasil

Riskesdas,2007).

Berdasarkan data Puskesmas Winong pada bulan Maret 2012 bahwa telah

ditemukan penderita diare sebanyak 242 kasus, maka untuk itu dilakukan

Penyelidikan Epidemiologi oleh tim penyelidikan penyakit diare Dinas Kesehatan

Kab. Purworejo serta tim dari petugas Puskesmas Winong dengan melakukan

analisa terhadap berbagai faktor yang berhubungan dengan terjadinya penyakit

diare di wilayah tersebut.

1

Page 2: epid diare

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui besarnya dan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian

diare, sehingga dapat dirumuskan saran untuk menghindari kejadian serupa.

2. Tujuan Khusus

a. Memastikan kebenaran kasus Kejadian Luar Biasa Diare yang dilaporkan dan

luasnya penyebaran.

b. Memperoleh gambaran besar masalah kejadian diare.

c. Mengetahui faktor lingkungan baik fisik maupun sosial yang berhubungan

dengan diare.

d. Menetapkan saran untuk mencegah kejadian diare.

2

Page 3: epid diare

BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Diare

a. Pengertian Diare

Banyak batita dan beberapa anak yang lebih besar terus-menerus buang air

tiga atau empat kali sehari setelah makan. Jika konsistensi tinja tidak

mencurigakan dan kenaikan berat badan normal, hal ini bukan merupakan suatu

kelainan (Meadow, 2005).

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau

setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya,

lebih dari 200 gram atau 200 ml per 24 jam (Sudoyo, 2007).

b. Klasifikasi diare

1) Diare akut, yaitu diare dengan durasi kurang dari 14 hari

2) Diare kronik, memiliki durasi lebih dari 14 hari

(Rudolph, 2006).

2. Penyebab Kejadian Diare

Penyebab diare lebih rentan terkena pada anak anak daripada pada orang

dewasa. Rata-rata orang dewasa menderita diareempat kali setahun. Anak-anak

biasanya memiliki tujuh sampai 15 kasus diare pada saat mereka mencapai usia

lima tahun. Perbedaan ini disebabkan karena penyebab diare lebih rentan terkena

oleh anak-anak karena factor kebiasaan dan pengetahuan mereka terhadap

3

Page 4: epid diare

kebersihan. Makanan, obat-obatan, atau stres bisa menjadi penyebab penyakit

diare. Namun, penyebab diare kadang-kadang mungkin merupakan sinyal kondisi

medis yang mendasari suatu penyakit lain.

Bakteri adalah bagian dari kehidupan sehari-hari, dan biasanya bakteri dan

manusia hidup bersama secara damai. Namun, beberapa bakteri dapat

mendatangkan malapetaka pada pencernaan. Mikroorganisme ini menemukan

lahan subur di daging mentah, telur, kerang, dan susu yang tidak dipasteurisasi.

Kasus kontaminasi makanan merupakan penyebab diare yang sangat umum,

apalagi di Negara seperti Indonesia yang memiliki sanitasi yang masih buruk.

Untuk mengurangi risiko diare bakteri terkait masalah kotaminasi makanan. Cuci

tangan dan membersihkan peralatan merupakan hal kecil yang sangat efektif untuk

dilakukan.

3. Cara Penularan

Agen infeksius yang menyebabkan penyakit diare biasanya ditularkan melalui

jalur fecal-oral, terutama karena :

a.      Menelan makanan yang terkontaminasi (terutama makanan sapihan) atau air.

b.      Kontak dengan tangan yang terkontaminasi.

c.      Beberapa faktor dikaitkan dengan bertambahnya penularan kuman

enteropatogen perut

d.      Tidak memadainya penyediaan air bersih (jumlah tidak cukup).

e.      Air tercemar oleh tinja.

4

Page 5: epid diare

f.      Kekurangan sarana kebersihan (pembuangan tinja yang tidak higienis).

g.      Kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek.

h.      Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya.

i.      Tindakan penyapihan yang jelek (penghentian ASI yang terlaiu dini, susu

botol, pemberian ASI yang diselang-seling dengan susu botol pada 4-6 bulan

pertama) (Depkes,2002).

4. Faktor Risiko

Faktor yang mempengaruhi kejadian diare:

a. Faktor lingkungan (kebersihan lingkungan dan perorangan)

b. Faktor gizi

c. Faktor kependudukan (kepadatan penduduk)

d. Faktor pendidikan (pengetahuan ibu tentang masalah kesehatan)

e. Keadaan sosial ekonomi

f. Perilaku masyarakat (kebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan)

(Soegijanto,2002).

5. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang (Sudoyo, 2007)

a. Anamnesis

Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan yang khas, yaitu

nausea, muntah, nyeri abdomen, demam, dan tinja yang sering, bisa air,

5

Page 6: epid diare

malabsorptif, atau berdarah tergantung bakteri patogen yang spesifik (Sudoyo,

2007).

b. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan :

1). Status hidrasi

2). Pada umumnya demam merupakan tanda penyakit infeksi (Davey, 2006)

3).Ruam makulopapular dapat dijumpai pada infeksi gastroenteritis viral, tifoid,

dan Shigella

4). Shigella mengeluarkan neurotoksin, dan kejang dapat muncul mendahului

gejala gastrointestinal (Schwartz, 2004).

c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang perlu dikerjakan :

1). Pemeriksaan tinja

(a) Makroskopik dan mikroskopik

(b) Biakan kumani

(c) Tes resistensi terhadap berbagai antibiotika

(d) pH dan kadar gula, jika diduga ada intoleransi laktosa

(e) Pemeriksaan parasit dan telur pada tinja, untuk menunjukkan adanya

infeksi bakteri (Suraatmaja, 2007).

6

Page 7: epid diare

2). Pemeriksaan darah tepi lengkap

Meliputi hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit. Pasien

dengan infeksi bakteri terutama pada infeksi bakteri yang invasif ke mukosa,

memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih muda

3). Pemeriksaan kadar elektrolit serum, ureum dan kreatinin

Ureum dan kreatinin diperiksa untuk memeriksa adanya kekurangan volume

cairan dan mineral tubuh

4). Pemeriksaan Enzym-linked immunosorbent assay (ELISA)

Mendeteksi giardiasis dan test serologic amebiasis (Sudoyo, 2007).

6. Penatalaksanaan Diare

a. Rehidrasi

1). Keseimbangan Cairan

Intake per hari diperoleh dari air minum, air dari makanan, air hasil oksidasi

(metabolisme), sedangkan output dari urine, Insessible Water Loss (IWL),

keringat dan feces.

Pengukuran keseimbangan cairan tubuh dapat dituliskan dengan rumus :

intake-output (Johnson, 2005)

2). Jenis cairan

Pada diare akut yang tidak ditemukan tanda dehidrasi, terapi yang digunakan

adalah rencana pengobatan A dengan menggunakan oralit.

7

Page 8: epid diare

Tabel.2 Rencana Pengobatan A (Pencegahan Dehidrasi)

Umur Oralit setiap defekasi

< 2 tahun

2-10 tahun

> 10 tahun & dewasa

50-100 ml

100-200 ml

Ad libitum (bebas)

(Sumber : Karsono, 2000)

Cairan dapat diberikan secara oral. Pada pasien dengan kontraindikasi

rehidrasi oral, rehidrasi menggunakan cairan intravena, selang nasogastrik

atau gastrostomi (Rudolph, 2006).

Pemberian cairan melalui infus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan

cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian

makanan. Pemberian cairan intravena merupakan rencana pengobatan C,

digunakan untuk pengobatan dehidrasi berat (Suraatmaja, 2007).

Cairan D5 ¼ NS merupakan cairan kombinasi glukosa dan NaCL

yang mengandung Dekstrose 5% + NaCL 0,225 % (Karsono, 2000).

8

Page 9: epid diare

BAB III

METODOLOGI

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam menyusun Laporan

Penyelidikan Epidemiologi ini adalah observasional deskriptif.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penyelidikan Epidemiologi pada wabah Diare ini dilakukan di wilayah kerja

Puskesmas Winong Kec. Kemiri. Waktu pelaksanaan pada September 2012.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian pada penyelidikan epidemiologi ini adalah penderita

diare di wilayah kerja Puskesmas Winong Kecamatan Kemiri,Kabupaten

Purworejo.

D. Jenis data

Penulis menggunakan teknik pengumpulan data yang terdiri dari data primer

dan data sekunder.

E. Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain:

1.Studi dokumen

Dalam kasus ini peneliti menggunakan dokumen berupa beberapa

angka kejadian diare yang diperoleh dari Puskesmas Winong.

9

Page 10: epid diare

2. Studi kepustakaan

Dalam kasus ini peneliti menggunakan berbagai sumber buku untuk

mencari dasar teori medis yang mencakup penyakit Diare yang meliputi

pengertian, etiologi, cara penularan,factor risiko, diagnosis, dan

penatalaksanaan.

F. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif.

10

Page 11: epid diare

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. HASIL

A. Letak Geografis

UPT Puskesmas Winong merupakan salah satu Puskesmas dari 27 Puskesmas

yang ada di Kabupaten Purworejo yang terletak di Kecamatan Kemiri dengan luas

wilayah 29,8 km2 .

Wilayah kerja UPT Puskesmas Winong sebelah utara berbatasan dengan

Kecamatan Bruno, sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Gebang, sebelah

selatan berbatasan dengan kecamatan Bayan dan sebelah Barat berbatasan dengan

Kecamatan Pituruh. Secara administrasi wilayah kerja UPT puskesmas Winong

terdiri dari 13 desa binaan dan 5.753 Rumah Tangga.

B. Demografi

1. Distribusi penduduk

Jumlah penduduk sebanyak 20.774 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki

sebanyak 10.675 jiwa (51%) dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 10.099

jiwa (49%). Jumlah rumah tangga 5.753 KK dengan rata-rata jiwa per rumah

tangga 3,61. Sedangkan kepadatan penduduk di wilayah kerja Puskesmas

Winong adalah 697 jiwa per kilometer persegi.

11

Page 12: epid diare

Grafik.2.1. Proporsi penduduk menurut jenis kelamin

Sumber : Data Statistik Kecamatan Kemiri th.2012

2. Kepadatan Penduduk

Rata-rata kepadatan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Winong

mencapai 697,1 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah anggota per keluarga 3,6

jiwa.

Tabel.2.1.distribusi penduduk perdesa di wilayah kerja pusk.Winong th 2012.

NO DESA

LUASJUMLAH

PENDUDUK

KEPADATANWILAYAH PENDUDUK

(km2) per km2

1 PAGERON 1.5 1,576 1064.862 KARANGDUWUR 1.8 1,814 1013.413 REBUG 2.4 1,463 599.594 LONING 1.1 1,614 1522.645 WINONG 2.6 2,315 900.786 SUTORAGAN 2.7 1,536 562.647 JATIWANGSAN 4.4 1,220 279.188 GIRIMULYO 5.9 966 164.8511 DILEM 1.7 1,243 726.9012 KEDUNGLO 1.7 2,445 1438.2413

 WONOSUKO 

1.0 1,193 1169.61

  Jumlah 29.8 20,774 697.11

12

Proporsi Penduduk menurut jenis kelamin Pusk.Winong Th.2012

51%49%

laki-laki perempuan

Page 13: epid diare

Dari tabel.2.1 di atas diketahui bahwa desa dengan penduduk terpadat

adalah Desa Loning (1522,64 jiwa /km2) dan terendah adalah Desa Girimulyo

(164,85 jiwa/km2). Sedangkan desa dengan wilayah terluas adalah adalah desa

rebug (2,4 km2) dan desa dengan wilayah tersempit adalah Wonosuko (1 km2)

C. Pemastian diagnosis

Pemastian diagnosis dilakukan dengan melihat gejala klinis yang

muncul pada penderita.

Gejala Klinis Jumlah %

Frekuensi BAB >3x/hari 242 100%

Konsistensi tinja cair 200 82.6%

Dehidrasi 104 42.9%

Bibir terlihat kering 87 35.9%

D. Pemastian Wabah

Pada unit pelayanan kesehatan dengan sistem informasi yang berjalan

baik dan jumlah kasus diare dapat dideteksi sesuai dengan wilayah administratif

seperti desa atau kelurahan, maka peningkatan kasus pada setiap wilayah dapat

dijadikan peringatan dini sebelum terjadi wabah. Untuk memastikan bahwa

peningkatan kasus adalah wabah atau bukan wabah, dapat dilakukan analisis

apakah penyakit tersebut penyakit menular yang berjangkit dengan cepat dan

menyerang sejumlah besar orang di daerah yang luas.

13

Page 14: epid diare

E. Analisis Epidemiologi

1. Distribusi menurut orang

Distribusi penderita diare dapat dilihat dalam tabel berikut :

Kelompok Umur Jumlah Penderita

< 1 bulan 3

>1bln-<1thn 13

1-4 tahun 109

5-14 tahun 28

15-44 tahun 57

45-64 tahun 17

>65 tahun 7

Jumlah 242

Dari tabel diatas terlihat bahwa kelompok umur yang terbanyak sakit

berada pada kelompok umur 1-4 tahun sebanyak 109 penderita, dan terendah

pada kelompok umur <1bulan sebanyak 3 penderita.

Distribusi penderita diare menurut jenis kelamin

Jenis Kelamin Penderita

Laki-laki 123

Perempuan 119

Jumlah 242

Dari tabel diatas terlihat bahwa kasus terbanyak pada jenis kelamin laki-

laki yaitu sebanyak 123 kasus.

14

Page 15: epid diare

1. Distribusi menurut tempat

Distribusi kasus diare di Puskesmas Winong berdasarkan tempat dapat

kita lihat pada tabel di bawah ini :

No. Kecamatan Desa Penderita DiareL P

1 Kemiri Pageron 8 92 Karangduwur 0 13 Rebug 1 14 Loning 15 115 Winong 22 286 Sutoragan 15 167 Jatiwangsan 11 78 Girimulyo 12 99 Girijoyo 11 710 Turus 5 511 Dilem 4 512 Kedunglo 7 1213 Wonosuko 12 8

Jumlah 123 119

Hasil pengamatan terhadap asal penderita diperoleh gambaran bahwa

sebagian besar dari penderita berasal dari Desa Winong yaitu sebanyak 50

kasus.

2. Distribusi menurut waktu

Untuk menggambarkan kasus pada periode wabah (lamanya wabah

berlangsung) biasanya digambarkan dalam kurva epidemik yang

15

Page 16: epid diare

menggambarkan frekuensi kasus berdasarkan saat mulai sakit (onset of

illness), Interval dalam pembuatan kurva epidemik yang dipakai adalah 1

harian.

Distribusi kasus diare di wilayah Puskesmas Winong, berdasarkan

waktu mulai sakit dapat dlihat pada tabel di bawah ini :

Bulan Jan Feb Maret April Mei Juni Juli AgustKasus Diare 0 0 23 11 36 52 51 69

Berdasarkan hasil investigasi, tidak ditemukan kasus pada bulan

Januari-Februari. Namun,pada bulan Maret terdapat 23 kasus diare dan jumlah

kasus diare semakin meningkat hingga bulan Agustus yaitu sebanyak 69 kasus.

Sehingga jumlah kasus secara keseluruhan adalah 242 kasus.

16

Page 17: epid diare

2. Pembahasan

A. Identifikasi Sumber dan Penyebab

Hasil survey menyatakan bahwa di wilayah kerja Puskesmas warga

kurang peduli dengan kebersihan lingkungan sekitar. Kasus kontaminasi

makanan merupakan penyebab diare yang sangat umum, apalagi di negara seperti

Indonesia yang memiliki sanitasi yang masih buruk. Selain bakteri beberapa

infeksi virus dapat menjadi penyebab penyakit diare. Jenis virus ini sangat

menular, bepergian dengan mudah dari tangan kotor ke tangan tidak dicuci.

Membagi minuman, peralatan, dan makanan yang tercemar juga menyediakan

jalan masuk perut untuk penyebab diare.

B. Identifikasi Cara penularan

Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila makan makanan / air minum

yang terkontaminasi tinja / muntahan penderita penyakit diare. Penularan

langsung juga dapat terjadi bila tangan tercemar dipergunakan untuk menyuap

makanan.

C. Masalah yang Dihadapi

Adapun permasalahan yang ditemukan di desa tersebut adalah:

1. Sistem kewaspadaan Dini (SKD) KLB di puskesmas tidak berjalan optimal

17

Page 18: epid diare

2. Masih kurangnya penyuluhan terhadap masyarakat sehingga peran serta

masyarakat masih rendah khususnya sanitasi lingkungan yang masih kurang.

D. Upaya Penanggulangan

Adapun upaya yang dilakukan dalam penanganan dan penanggulangan

wabah diare di wilayah Puskesmas Winong adalah:

1. 1. Melakukan promosi kesehatan yang mencakup pemanfaatan jamban,air

bersih, dan minum air yang sudah dimasak, pengendalian serangga/lalat.

2. Melakukan penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

3. Pembinaan terhadap petugas surveilans puskesmas dalam hal pencegahan dan

penanggulangan wabah diare.

4. Melakukan surveilans ketat hingga wabah dinyatakan berhenti.

18

Page 19: epid diare

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penyelidikan epidemiologi yang telah dilakukan di Puskesmas Winong,

Kab. Purworejo tentang diare maka didapatkan hasil bahwa kasus diare di wilayah

kerja puskesmas Winong merupakan wabah karena penyakit diare berjangkit dengan

cepat dalam suatu waktu dan menyerang sejumlah besar orang di daerah tersebut.

Terjadinya wabah diare di wilayah kerja Puskesmas Winong disebabkan karena

masih kurangnya perhatian masyarakat tentang sanitasi lingkungan sekitar dan

penyuluhan terhadap masyarakat masih rendah khususnya dalam hal PHBS yang

sangat penting bagi keluarga dan anak, dan Sistem kewaspadaan Dini (SKD) KLB di

puskesmas tidak berjalan optimal.

B. Saran.

Berdasarkan kesimpulan yang didapat penulis menyarankan agar kegiatan

pemantauan kasus diare dilaksanakan secara rutin, menggunakan hasil penelitian ini

sebagai dasar untuk membuat desain kegiatan pencegahan dan pemberantasan diare.

Melakukan penyuluhan secara berkala untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan

19

Page 20: epid diare

sehat bagi masyarakat, memperbaiki sanitasi lingkungan, serta menambah

pengetahuan masyarakat tentang diare dan penanganannya.

20