23
EPIDEMIOLOGI MUSKULOSKELETAL Kelompok 2 Zulfa Yandra 1311211015 Ewaldo Sandhy Ratas 1311211017 Asmelya Eka Putri 1311211022 Nurhadi Hanif 1311211025 Dian Purnama 1311211028 Dara Puspa Seruni 1311211033 Ramon Odipatra 1311211035 Rahmi Oknivyoza 1311211039

EPIDEMIOLOGI MUSKULOSKELETAL

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Epidemiologi Lingkungan dan Kesehatan Kerja

Citation preview

EPIDEMIOLOGI MUSKULOSKELETAL

Kelompok 2 Zulfa Yandra 1311211015Ewaldo Sandhy Ratas 1311211017Asmelya Eka Putri 1311211022Nurhadi Hanif 1311211025Dian Purnama 1311211028Dara Puspa Seruni 1311211033Ramon Odipatra1311211035Rahmi Oknivyoza 1311211039

EPIDEMIOLOGI - MUSKULOSKELETAL

ilmu yang mempelajari tentang sifat, penyebab, pengendalian dan faktor- faktor yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit, kecacatan dan kematian dalam populasi manusia.

EPIDEMIOLOGI

Keluhan pada sistem muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Terdiri dari berbagai penyakit yang berbeda yang menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan pada tulang, sendi, otot, atau struktur di sekitarnya, dan mereka dapat akut atau kronis, fokal, atau meluas

MUSKULOSKELE

TAL

GANGGUAN MUSKULOSKELETAL

Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi , ligamen atau tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan muskuloskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal.

*(Grandjean, 1993; Lemasters, 1996)

• Nyeri punggung bagian bawah, umumnya rasa sakit di punggung bawah pada satu atau kedua belah bagian, kadang-kadang memperluas ke bokong atau paha.

• Pekerjaan fisik yang mengangkat, mendorong, atau menarik benda berat, atau memutar selama mengangkat,merokok, dan kebugaran fisik yang buruk juga dapat berkontribusi untuk kejadian tersebut.

Low Back Paint

• Osteoarthritis adalah bentuk paling umum dari artritis dan, tergantung pada bagaimana itu didefinisikan, mempengaruhi 10 sampai 20 persen pada semua orang dewasa dan persentase jauh lebih besar pada orang tua

Osteoarthritis

• Berbagai bentuk lokal dari tendinitis dan bursitis (radang kandung lendir) , serta gangguan nyeri yang lebih umum.

• Gangguan ini adalah penyebab umum sakit di bahu, siku, pinggul, leher, dan kaki serta rasa sakit di daerah otot atau tendon dari kaki tetapi tidak dalam sendi

Otot Jaringan Lunak

Gangguan Muskuloskeletal

KELUHAN OTOT

• keluhan otot saat otot menerima beban statis, namun akan segera hilang apabila pemberian beban dihentikan.

Keluhan Reversible (Sementara)

• keluhan otot yang bersifat menetap• walaupun pemberian beban

dihentikan, rasa sakit pada otot tersebut terus berlanjut.

Keluhan Persistent (Tetap)

Peregangan Otot Berlebihan Aktivitas Berulang

Sikap Kerja Tidak Alamiah

Faktor Penyebab Sekunder

FAKTOR PENYEBAB KELUHAN GANGGUAN MUSKULOSKELETAL

TEKANAN GETARAN MIKROKLIMAT (SUHU)

PENYEBAB KOMBINASI1. Umur2. Jenis Kelamin3. Kebiasaan Merokok4. Kesegaran Jasmani5. Kekuatan fisik6. Ukuran Tubuh (antropometri

GETARAN

FAKTOR PENYEBAB SEKUNDER

LANGKAH MENGATASI KELUHAN SISTEM

MUSKULOSKELETAL

• menghilangkan sumber bahaya yang ada. Hal ini jarang bisa dilakukan mengingat kondisi dan tuntutan pekerjaan yang mengharuskan untuk menggunakan peralatan yang ada.

ELIMINASI

• mengganti alat atau bahan lama dengan alat atau bahan yang aman, menyempurnakan prosedur penggunaan peralatan.

SUBSITUSI

• melalukan pemisahan antara sumber bahaya dengan pekerja, contoh; memisahkan ruang mesin yang bergetar dengan ruang kerja lainnya, pemasangan alat peredam getaran.

PARTISI

• menambah ventilasi untuk mengurangi resiko sakit, misalnya akibat suhu udara yang terlalu panas.

VENTILASI

REKAYASA TEKNIK

• Melalui pendidikan dan pelatihan, pekerja menjadi lebih memahami lingkungan dan alat kerja sehingga diharapkan dapat melakukan penyesuaian dan inovatif dalam melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap resiko sakit akibat kerja.

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

• Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang, dalam arti disesuaikan dengan kondisi lingkungan kerja dan karakteristik pekerjaan, sehingga dapat mencegah paparan yang berlebihan terhadap sumber bahaya.

PENGATURAN WAKTU KERJA

• Melalui pengawasan yang intensif dapat dilakukan pencegahan secara lebih dini terhadap kemungkinan terjadinya resiko sakit akibat kerja. Sebagai gambaran, berikut ini diberikan contoh tindakan untuk mencegah atau mengatasi terjadinya keluha

PENGAWASAN INTENSIF

REKAYASA MANAJEMEN

Metode Penilaian Keluhan Sistem Muskuloskeletal

Metode OWAS (Ovako Working Analysis System)

Metode RULA (The Rapid Upper Limb Assessment)

Metode REBA (Rapid Entire Body Assessment)

METODE OWAS1.Menentukan apakah pengamatan pekerjaan

harus dibagi menjadi beberapa fase atau tahapan, dalam rangka memfasilitasi pengamatan (fase penilaian Tunggal atau Multi).

2.Menentukan total waktu pengamatan pekerjaan (20 s/d 40 menit).

3.Menentukan panjang interval waktu untuk membagi pengamatan (metode yang diusulkan berkisar antara 30 s/d 60 detik).

4.Mengidentifikasi, selama pengamatan pekerjaan atau fase, posisi yang berbeda yang dilakukan oleh pekerja. Untuk setiap posisi, tentukan posisi pungung, lengan, kaki, dan beban yang diangkat.

5. Pemeberian kode pada posisi yang diamati untuk setiap posisi dan pembebanan dengan membuat “kode posisi” identifikasi.

6. Menghitung untuk setiap posisi, kategori resiko yang mana dia berasal, untuk mengidentifikasi posisi kritis atau yang lebih tinggi tingkat resikonya bagi pekerja. Perhitungan presentase posisi yang terdapat didalam setiap kategori resiko mungkin akan berguna untuk penentuan posisi kritis tersebut.

7. Menghitung representasi repetitif atau frekuensi relatif dari masing-masing posisi punggung, lengan dan kaki yang berhubungan dengan posisi yang lainnya

* (catatan: Metode OWAS tidak dapat digunakan untuk menghitung resiko yang berkaitan dengan frekuensi relatif dari beban yang diangkat. Namun demikian, perhitungan ini akan dapat digunakan untuk studi lebih lanjut tentang mengangkat beban).

8. Penentuan hasil identifikasi pekerjaan pada posisi kritis, tergantung pada frekuensi relatif dari masing-masing posisi, kategori resiko didasarkan pada masing-masing posisi dari berbagai bagian tubuh (punggung, lengan, dan kaki).

9. Penentuan tindakan perbaikan yang diperlukan untuk redesain pekerjaan didasarkan pada estimasi resiko.

10.Jika telah dilakukan suatu perubahan untuk perbaikan maka harus dilakukan review terhadap pekerjaan dengan menggunakan metode OWAS kembali untuk menilai efektivitas perbaikan yang telah diimplemantasikan.

METODE RULA1. Menentukan siklus kerja dan mengobservasi

pekerja selama variasi siklus kerja tersebut.2. Memilih postur tubuh yang akan dinilai.3. Memutuskan untuk menilai kedua sisi anggota

tubuh.4. Menentukan skor postur tubuh masing-masing

anggota tubuh.5. Menghitung grand skor dan action level untuk

menilai kemungkinan resiko yang terjadi.6. Merevisi skor postur tubuh untuk anggota tubuh

yang berbeda yang digunakan untuk menentukan dimana perbaikan diperlukan.

7. Redesain stasiun kerja atau mengadakan perubahan untuk perbaikan postur tubuh saat kerja bila diperlukan.

8. Jika perubahan untuk perbaikan telah dilakukan, perlu melakukan penilaian kembali terhadap postur tubuh dengan metode RULA untuk memastikan bahwa perbaikan telah berjalan sesuai yang diinginkan.

METODE REBAMetode ini berguna untuk melakukan pencegahan resiko dan dapat digunakan sebagai peringatan terjadi kondisi kerja yang tidak tepat ditempat kerja.

1. Metode REBA merupakan metode yang sangat sensitif untuk mengevaluasi resiko, khususnya pada sistem muskuloskeletal.

2. Metode REBA membagi menjadi segmen-segmen tubuh yang akan diberi kode secara individu, dan mengevaluasi baik anggota badan bagian atas maupun badan, leher, dan kaki.

3. Metode ini digunakan untuk menganilisi pengaruh pada beban postural selama penanganan kontainer yang dilakukan dengan tangan atau bagian tubuh lainnya.

4. Metode ini dianggap relevan untuk jenis kontainer yang mempunyai pegangan.

5. Memungkinkan untuk melakukan penilaian terhadap aktivitas otot yang disebabkan oleh posisi tubuh statis, dinamis, atau karena terjadinya perubahan postur yang tak terduga atau tiba-tiba.

6. Hasilnya adalah untuk menentukan tingkat resiko cedera dengan menetapkan tingkat tindakan korektif yang diperlukan dan melakukan intervensi untuk perbaikan segera

PEMBAHASAN JURNAL

Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan

Musculoskeletal Pada Cleaning Serviced RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar

JURNAL 1

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur dengan gangguan muskuloskeletal pada cleaning service di RSUP Dr. Wahididn Sudirohusodo Makassar Tahun 2013. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maijunidah (2010) mengenai keluhan muskuloskeletal disorders (MSDs) pada pekerja assembling PT X Bogor, menunjukkan bahwa responden yang berusia ≥30 tahun sebagian besar mengalami keluhan MSDs yaitu sebanyak 97,6%. Ini berarti, resiko terkena gangguan keluhan MSDs pada usia ≥30 tahun lebih besar dibandingkan dengan usia < 30 tahun. Dengan hasil uji statistik ada hubungan antara umur dengan gangguan muskuloskeletal.

Dari hasil penelitian didapat bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan gangguan muskuloskeletal.hal ini dikarenakan ukuran tubuh dan kekuatan otot tenaga kerja wanita relativkurang dibanding pria. Hal ini sebagai akibat dari pengaruh hormonal yang berbeda antara pria dan wanita. Hormon kewanitaan menyebabkan fisik wanita lebih halus, pertumbuhan kelengkapan tubuh kewanitaan dan terdapat jaringan lemak di tempat-tempat pada tubuh yang pria tidak mempunyainya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka kejadian muskuloskeletal berat pada cleaning service di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2013 adalah sebesar 49,1% dan ringan sebesar 50,9%. Berdasarkan variabel umur (p = 0,000 < 0,05), jenis kelamin (p =0,051 < 0,05), masa kerja (p = 0,000 < 0,05) dan sikap kerja (p = 0,000 < 0,05) menunjukkan bahwa adanya hubungan dengan gangguan muskuloskeletal, sedangkan lama kerja (p = 0,686 > 0,05) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan dengan gangguan muskuloskeletal.

Hubungan Antara Nyeri Muskulosekeletal Dengan

Kondisi Stasiun Kerja Dan Ukuran, Serta Posisi Tubuh

Petani

JURNAL 2

Lima puluh responden di Desa yang bekerja sebagai petani ini yang mengalami keluhan nyeri paling banyak adalah di usia 41-50 tahun (56%) dengan tinggi badan 1601-1700 mm (26%) dan bekerja selama >8 jam (42%), melakukan istirahat dengan frekuensi >3 kali (32%), lama istirahat 31-45 menit (38%), beban kerja pada tanah garapan seluas 0,5-1 Hektar (28%). Pada posisi membungkuk sebanyak 61-70o(30%) mengalami keluhan nyeri, serta ketika mencangkul posisi kaki membuka kesamping (38%). Responden juga mengalami nyeri pada posisi mencangkul dengan ukuran lebar kaki lebih panjang dibandingkan ukuran lebar bahu (32%), dan menggunakan cangkul dengan ukuran 74 cm (52%) serta pada tanah garapan Tanah Berair (38%).

Beberapa keluhan nyeri yang dirasakan oleh petani setelah melakukan pekerjaan dengan rasa sakit pada tubuhnya dikarenakan beberapa posisi dalam bekerja yaitu: menunduk, mencangkul, menyiangi, menanam padi, memikul batang padi yang akan dipanen; mencangkul dengan tekanan tanah yang keras; kelelahan akibat mencangkul dengan beban tanah yang keras; menopang berat seperti membawa cangkul dan tanaman hasil panen; menjongkok dalam menanam tanaman di sawah dan memanen; kelelahan pada posisi memotong tanaman menggunakan sabit; beban membawa sabit sambil memotong tanaman.