Epistemologi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah filsafat ilmu

Citation preview

EPISTEMOLOGI:PROPOSISI, HIPOTESIS, DAN VERIFIKASI

Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Oleh:KELOMPOK V MUHAMMAD TRESNADI HIKMAT (120430140010) EDY SUROSO (12043014001012) MUHAMAD DZIKRON ABDUL MUKTI (120430140029)

PROGRAM STUDI DOKTOR ILMU MANAJEMENFAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS PADJADJARAN2014

2

ABSTRAK

Epistemologi meliputi tata cara dan sarana untuk mencapai pengetahuan. Perbedaan mengeanai pilihan ontologik akan mengakibatkan perbedaan sarana yang akan digunakan, yakni: akal, pengalaman, budi, intuisi atau sarana yang lain. Ditunjukkan bagaimana kelebihan dan kelemahan suatu cara pendekatan dan batas-batas validitas dari suatu yang diperoleh melalui suatu cara pendekatan ilmiah.Metode ilmiah terkenal dengan sebagai logico-hypotetico-verificative atau deducto- hypotetico-verificativ. kerangka pemikiran yang logis adalah argumentas yang bersifat rasonal dalam mengembangkan penjelasan terhadap fenomena alam. Proposisi adalah hubungan yang logis antara dua konsep. Proposisi yang dalam wujudnya berupa ungkapan atau kalimat yang terdiri dari dua variable atau lebih, merupakan bagian dari teori atau ilmu. hipotesis adalah kesimpulan yang diperoleh dari penyusunan kerangka pikiran, berupa proposisi deduksi. Verifikasi adalah menguji hipotesis yaitu membandingkan atau menyesuaikan (matching) segala yang terkandung dalam hipotesis dengan data empirik

DAFTAR ISI

ABSTRAKiDAFTAR ISIiiBAB I PENDAHULUAN11.1.FILSAFAT ILMU11.2.EPISTEMOLOGI21.3.METODE ILMIAH3BAB II. PEMBAHASAN42.1. PROPOSISI42.2. HIPOTESIS82.3. VERIFIKASI12BAB III. KESIMPULAN15DAFTAR PUSTAKA16

ii

BAB IPENDAHULUAN

1.1. FILSAFAT ILMUFilsafat ilmu merupakan telaah secara filsafati yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat Sains Empirikal, seperti: a. Obyek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan? Pertanyaan - pertanyaan ini disebut landasan ontologis. b. Bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu? Apa kriterianya? Cara / teknik / sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? Pertanyaan-pertanyaan ini disebut landasan epistemologis. c. Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral / profesional? pertanyaan-pertanyaan ini adalah landasan aksiologis. Filsafat ilmu sebagai cabang khusus filsafat yang membicarakan tentang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, pengetahuan, metode-metode ilmiah, sikap etis yang harus dikembangkan oleh para ilmuwan, secara umum bertujuan sebagai berikut : Pertama, sebagai sarana pengujian penalaran sains, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Dengan demikian seorang ilmuwan harus memiliki sikap kritis terhadap bidang ilmunya sendiri, agar dapat menghindarkan diri dari sikap solipsistik yang menganggap bahwa hanya pendapatnya sendiri yang paling benar. Kedua, sebagai usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan. Terdapat kecenderungan di kalangan ilmuwan moderen yang menerapkan suatu metode ilmiah tanpa memperhatikan struktur ilmu pengetahuan itu sendiri. Sikap yang diperlukan oleh seorang ilmuwan adalah menerapkan metode ilmiah yang sesuai dengan struktur ilmu pengetahuan, bukan sebaliknya. Metode hanya merupakan sarana berpikir, bukan merupakan hakekat ilmu pengetahuan. Ketiga, memberikan landasan logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis dan rasional agar dapat dipahami dan digunakan secara umum. Semakin luas penerimaan dan penggunaan metode ilmiah, semakin valid metode tersebut.1.2. EPISTEMOLOGIEpistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal-muasal, metode-metode dan sahnya lmu pengetahuan. terdapat tiga persoalan pokok dalam epistemologi antara lain:1. Apakah sumber pengetahuan itu? dari manakah datangnya pengetahuan yang benar itu? dan bagaimana cara mengetahuinya?.2. Apakah sifat dasar pengetahuan itu? apa ada dunia yang benar-benar diluar pikiran kita? dan kalau ada, apakah kita bisa mengetahuinya?3. Apakah pengetahuan itu benar (valid)? Bagaimana kita membedakan yag benar dari yang salah. 1.3. METODE ILMIAHPada dasarnya metode ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan meyusun tubuh pengetahuannya berdasarkan antara lain:1. Kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun.2. Menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran tersebut.3. Melakukan verifikasi terhadap hipotesis termaksud untuk menguji kebenaran pernyataannya secara faktual.Secara akronim metode ilmiah terkenal sebagai logico-hypotetico-verificative atau deducto- hypotetico-verificativ. kerangka pemikiran yang logis adalah argumentas yang bersifat rasonal dalam mengembangkan penjelasan terhadap fenmena alam. Verifikasi secara empirik berarti evaluasi secara objektif dari suatu pernyataan faktual. ini berarti bahwa ilmu terbuka untuk kebenaran lain, selain yang terkandung dalam hipotesis. demikian juga verifikasi faktual terbuka atas kritik terhadap kerangka pemikiran yang mendasari pengajuan hipotesis. berfikir ilmiah berbeda dengan kepercayaan religious yang memang didasarkan atas kepercayaan dan keyakinan, tetapi dalam cara berfikir ilmiah didasarkan atas prosedur ilmiah.

BAB IIPEMBAHASAN2.1. PROPOSISIProposisi adalah hubungan yang logis antara dua konsep. Proposisi yang dalam wujudnya berupa ungkapan atau kalimat yang terdiri dari dua variable atau lebih, merupakan bagian dari teori atau ilmu. proposisi berbeda dengan definisi, jika definisi menjawab pertanyaan apa, maka proposisi menjawab pertanyaan mengapa. Baik dalam proposisi maupun definisi terdapat lebih dari satu variabel. bedanya dalam proposisi, hubunga antar variabel itu bersifat tegas, baik menurut norma (bersifat normatif) maupun tidak menurut norma (bersifat nomologis). bersifat normatif berarti bahwa hubungan itu harus merupakan pernyataan yang layak, tidak layak, baik, buruk, sesuai norma yang berlaku; hubungan yang layak baik menurut norma itulah boleh berbeda antara yang normatif dengan yang nomologis, namun masyarakat membedakannya jika tidak menurut norma maka aan dianggap irrasional.Untuk mengetahui atau membangun hubungan tegas antara fakta atau variabel dalam proposisi, yang harus dilakukan pertama kali adalah mendeskripsikan proposisi, kemudian menguji tingkat kebenarannya atau tingkat validitas dan reliabilitasnya. Mendeskripsikan proposisi menyangkut tiga hal pekerjaan.1. Menentukan determinant dan result kausalitas variabel (dari fakta)2. Memperhatikan keeratan hubungan (linkage) diantara determinant dari result tersebut3. Menelaah nilai informatif dari variabel ituad. 1. Menentukan determinant dan resultMenentukan determinant dan result berarti menenukan variabel mana yang merupakan penentu dari varabel yang lain, yaitu varabel yang ditentukan (result). Determinant biasa juga disebut faktor atau variabel bebas (independent variables) sedangkan result dsebut juga varabel terikat (dependent variables). Pada kenyataannya dalam proposisi tidak selalu terdapat hubungan sederhana (hubungan dua varabel), kadang-kadang terdapat hubungan yang kompleks (hubungan tiga varabel atau lebih).Misal:(1). Hubungan yang sederhana (hubungan dua variabel) X Y jika Lingkungan Kerja baik (X) maka Kinerja meningkat (Y)(2). Hubungan kompleks (hubungan tiga variabel atau lebih)a. X I Y: I disebut variabel antara (intervening varable)Lingkungan Kerja (X) akan meningkatkan Kepuasan Kerja (I) dan akan meningkatkan Kinerja (Y)b. A X Y : A disebut variabel pemula (antecedent varable) IQ (A) Prestasi Kerja (X) Kepuasan Kerja (Y) c. A X I Y Innovasi (A) Penerapan teknologi (X) Produktivitas (I) Kinerja (Y)ad 2. Linkage ProposisiLinkage Proposisi adalah memperhatikan keeratan atau ketegasan hubungan antara variabel yang tergolong determinant dan result. Makin eksak (mendekati eksak) suatu ilmu, makin erat atau tegas hubungannya. oleh karena itu, ada berbagai bentuk proposisi menurut keeratan hubungan tersebut. Setidak-tidaknya ada 10 macam proposisi (lima pasang) yang biasa dijumpai dalam berbagai bidang ilmu antara lain:(a). Reversible and Irreversibleb Proposition1. Reversible proposition yaitu propossi yang kedudukan variabelnya dapat bolak-balik, determinant menentukan result dan sebaliknya result dapat pula menentukan determinant. contoh: jika X maka Y dan juga Y maka X; jika produksi (X) meningkat maka pendapatan (Y) meningkat, juga jika pendapatan (Y) meningkat maka produksi (X) meningkat2.Irreversibleb proposition yaitu proposisi searah dimana kedudukan varabel determinant dan result tidak dapat dibolak-balikan. Contoh: Jika X maka Y ) jika Y tidak maka X) jika besi dipanaskan akan memuai.(b). Deterministc and Stochastic Proposition3. Deterministc proposition yaitu proposisi dimana keeratan hubungan varabel-variabelnya sudah pasti atau sudah barang tentu atau selalu Y. Contohnya: jika ditembak kepalanya maka past/selalu/sudah barang tentu akan mat.4. Stochastic proposisi yaitu proposisi dimana keeratan hubungan variabel-variabelnya tidak pasti atau tidak selalu, melainkan bersifat kemungkinan. Contoh: Jika X mungkn Y. Jika lingkungan buruk mungkin anak-anak akan menjadi berandal.(c). Coentensive and Sequintial Proposition5. Coentensve proposition yaitu proposisi dimana keeratan hubungan varabel-variabelnya menyatakan dengan sendirinya. Contoh: Jika X maka dengan sendirinya Y, jika rajin dengan sendirinya akan pandai6. Sequntial proposition yaitu proposisi yang hubungan variabel-variabelnya menyatakan bahwa result sebagai akibat dari determinant itu terjadi pada waktu yang akan datang. Contoh: jika semasa kecil hidupnya dimanja maka kelak/nantinya akan menjadi orang yang kurang percaya diri.

(d). Contingency and Sufficent Proposition7. Contingency proposition yaitu proposisi yang keeratan hubungannya memerlukan suatu syarat (result akan terjadi karena determinant dengan suatu syarat) Contoh: Jika X maka Y, Jika Z, jika lingkungan buruk maka anak-anak akan menjadi berandal, jika tidak ada perhatian dari orang tua.8. Sufficient propostion yaitu proposisi dimana hubungan variabel-variabelnya mempunyai keeratan tanpa syarat, artinya determinant-nya telah cukup menentukan result yang terjadi (cukup tidak lagi memerlukan syarat-syarat lagi) Contoh: jika X (tanpa syarat lain) maka Y, Jika perhatian orang tua kurang (meski lingkungan baik), maka anak-anak akan jadi berandal (e). Necessary and Subtitutable Proposition9. Necessary proposition yaitu dimana keeratan hubungan variabel-variabelnya menyatakan keharusan/seharusnya. Contoh: Jika X maka seharusnya Y, jika meneliti seharusnya menguasai metodologi penelitian10. Subtitutable proposition yaitu proposisi yang keeratan hubungan variabel determinantnya dapa diganti dengan determinant lain karena menyebabkan result yang sama. Contoh: Jika X maka Y, jika Z maka Y, Jika ditembak kepalanya maka akan mati, jika ditembak jantungnya juga akan mati.ad. 3. Menelaah Nilai InformatifJadi memperhatikan keeratan hubungan variabel determinant dan result dengan menggunakan kata-kata tertentu menggambarkan tingkat keeratan hubungan tersebut. dengan demikian kemahiran menggunakan kata-kata itulah yang akan membantu pengaliran jalan pikiran menurut kerangka pikiran (menjalin variabel-variabel menurut kerangka teoritis). sebagai hasil berfikir deduktif ataupun induktif, proposisi menpunyai nilai informatif yang bervariasi, dari rendah (low informative value) sampai tinggi (high informative value). Hal ini disebabkan karena kemampuan berfikir kita. Semakin tinggi kemampuan berfikir maka akan semakin tinggi pula informatif yang dicapai. Suatu fakta (berbentuk proposisi) yang mencapai nilai informatif tinggi disebut hokum (dalil), sedangkan proposisinya disebut theoretical proposition.Dapat disimpulkan bahwa proposisi ilmiah ini berkepentingan dengan perumusan teori-teori dari suatu ilmu. Sesuai dengan fungsi ilmu yaitu berupaya untuk mengeksplanasi ataupun memprediksi kejadian-kejadian (fenomena) di alam raya ini, maka proposisi dirumuskan dalam rangka menyusunan hipotesis (apabila telah teruji secara empirik akan menjadi fakta) sebagai calon teori. Jadi penelitiannya adalah penelitian verifikatif (penelitian pengujian hipotesis). Meskipun demikian penelitian deskriptif (penelitian yang bertujuan melukiskan apa yang terjadi di alam raya ini) merupakan dasar atau landasann bagi penyusunan proposisi secara prosedur, menurut metode tertentu dan sistematis.

2.2. HIPOTESISMargono (2004: 80) menyatakan bahwa hipotesis berasal dari perkataan hipo (hypo) dan tesis (thesis). Hipo berarti kurang dari, sedang tesis berarti pendapat. Jadi hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara, belum benar-benar berstatus sebagai suatu tesis. Hipotesis memang baru merupakan suatu kemungkinan jawaban dari masalah yang diajukan. Ia mungkin timbul sebagai dugaan yang bijaksana dari si peneliti atau diturunkan (deduced) dari teori yang telah ada.Pada bagian lain, Margono (2004: 67) pun mengungkapkan pengertian lainnya tentang hipotesis. Ia menyatakan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoretis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya. Secara teknik, hipotesis adalah pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya melalui data yang diperoleh dari sampel penelitian. Secara statistik, hipotesis merupakan pernyataan keadaan parameter yang akan diuji melalui statistik sampel. Di dalam hipotesis itu terkandung suatu ramalan. Ketepatan ramalan itu tentu tergantung pada penguasaan peneliti itu atas ketepatan landasan teoritis dan generalisasi yang telah dibacakan pada sumber-sumber acuan ketika melakukan telaah pustaka.Mengenai pengertian hipotesis ini, Nazir (2005: 151) menyatakan bahwa hipotesis tidak lain dari jawaban sementara terhadap permasalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Menurutnya, hipotesis menyatakan hubungan apa yang kita cari atau yang ingin kita pelajari. Hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi. Hipotesis adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang kompleksTrelease (Nazir, 2005: 151) memberikan definisi hipotesis sebagai suatu keterangan sementara sebagai suatu fakta yang dapat diamati. Sedangkan Good dan Scates (Nazir, 2005: 151) menyatakan bahwa hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati, dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah-langkah penelitian selanjutnya. Kerlinger (Nazir, 2005: 151) menyatakan bahwa hipotesis adalah pernyataan yang bersifat terkaan dari hubungan antara dua atau lebih variabel.Merumuskan hipotesis, bahwa hipotesis adalah kesimpulan yang diperoleh dari penyusunan kerangka pikiran, berupa proposisi deduksi. Merumuskan berarti membentuk proposisi yang sesuai dengan kemungkinan serta tingkat kebenarannya. Bentuk-bentuk proposisi menurut tingkat keeratan hubunganya (linkage) serta nilai informatifnya (informative value) jika dikaji kembali kalimat proposisi, baik berupa teori maupun hipotesis, ternyata kalimat itu mengandung tiga komponen yaitu antiseden, konsekuen dan dependensi. kedua kelompok terdahulu merupakan bagian dari kalmat proposisi, sedangkan kalimat dependensi merupakan sifat hubungan dari antiseden dan konsekuen merupakan linkage dalam proposisi itu. dependensi mengandung arti bahwa hubungan antara antiseden dengan konsekuen merupakan hubungan sebab akibat yang benar. konsekuen tergantung kepada kebenaran antiseden. antiseden yang tidak benar menyebabkan konsekuen yang tidak benar (tidak dependen).Beberapa syarat logika yang harus terkandung dalam hipotesis antara lain:1. dapat menjelaskan kenyataan yang menjadi masalah dan dasar hipotesis2. mengandung sesuatu yang mungkin3. dapat mencari hubunga kausal dengan argumentasi yang tepat4. dapat diuji baik kebenaran maupun kesalahannyaMacam-macam hipotesis yang sering dijumpai adalah:1. Hipotesis deskriptifHipotesis deskriptif merupakan hipotesis lukisan, menunjukkan dugaan sementara tentang bagaimana (how) benda-benda, peristiwa-peristiwa, atau variabel-variabel itu terjadi.

2. Hipotesis argumentasiHipotesis argumentasi yaitu hipotesis penjelasan, menunjukkan dugaan sementara tentang mengapa (why) benda-benda, peristiwa-peristiwa, atau variabel-variabel itu terjadi. Hipotesis ini merupakan pernyataan sementara yang yang diatur secara sistematis sehingga salah satu pernyataan merupakan kesimpulan (konsekuen) dari pernyataan lainnya (antiseden).3. Hipotesis kerjaHipotesis kerja merupakan hipotesis yang meramalkan atau menjelaskan akibat-akibat dari suatu variabel yang menjadi penyebabnya. jadi hipotesis ini menjelaskan suatu ramalan bahwa jika suatu variabel berubah maka variabel tertentu akan berubah pula. 4. Hipotesis nolHipotesis nol yakni hipotesis statistik, bertujuan memeriksa ketidakbenaran suatu dalil atau teori, yang selanjutnya akan ditolak melalui bukti-bukti yang sah. Karena hipotesis ini mempergunakan perangkat statistik atau matematik maka disebut hipotesis statistik. melalui prosedur ini maka kita akan membuat dugaan dengan hati-hati, bahwa menurut pendapat kita tidak ada hubungan yang berarti atau perbedaan yang signifikan, dan selanjutnya kita mencoba memastikan ketidakmungkinan hipotesis ini. Jika ternyata hipotesis ini ditolak maka pekerjaan kita pindah ke hipotesis kerja (oleh karena itu hipotesis nol disebut kebalikan dari hipotesis kerja).

2.3. VERIFIKASIVerifikasi adalah menguji hipotesis yaitu membandingkan atau menyesuaikan (matching) segala yang terkandung dalam hipotesis dengan data empirik. Perbandingan atau penyesuaian itu pada umumnya didasarkan pada pemikiran yang beranggapan bahwa di alam ini suatu peristiwa mungkin tidak terjadi secara tersendiri. Dengan kata lain, suatu sebab mungkin akan menimbulkan beberapa akibat, atau mungkin pula suatu akibat ditimbulkan oleh beberapa penyebab. Menurut John Stuart Mills, cara paling sederhana untuk mengetahui faktor penyebab timbulnya suatu akibat ialah dengan membandingkan berbagai peristiwa dalam suatu fenomena. oleh karena itu ia mengajukan tiga macam metode, yaitu:1. Method of Agreement Yakni jika didalam dua atau lebih peristiwa, pada suatu fenomena timbul satu (dan hanya satu) kondisi yang terjadi, maka kondisi ini dapat disimpulkan sebagai penyebab dari terjadinya fenomena itu.2. Method of DifferenceYakni dalam dua peristiwa terdapat perbedaan dalam rangkaiannya (unsurnya) dan fenomena yang terjadi. Jika serangkaian peristiwa sama kecuali dalam satu faktor dimana peristiwa yang satu tidak memilikinya dan tidak menimbulkan fenomena, maka fenomena yang terjadi itu disebabkan oleh faktor yang dimiliki peristiwanya.3. Method of Concomitant Variation Yakni jika telah diketahui adanya faktor-faktor tertentu dalam peristiwa yang menimbulkan bagian-bagian tertentu suatu fenomena, maka bagian-bagian lain dari fenomena itu adalah akibat dari faktor-faktor selebihnya yang terdapat dalam peristiwa itu.Dengan ketiga metode ini sebagai pegangan maka untuk menguji hipotesis dapat ditentukan rancangan pengujiannya. Namun sebelumnya perlu ditetapkan terlebih dahulu data atau informasi empirik apa yang diperlukan untuk menguji hipotesis itu. Data dan atau informasi itu dapat diketahui melalui operasionalisasi variabel yang terkandung dalam hipotesis.Operasionalisasi variabel adalah menentukan indikator-indikator dari variabel-variabel itu. Indikator-indikator variabel-variabel itu ada yang masih berbentuk informasi ataupun yang telah berbentuk data. Tanpa diketahuinya indikator-indikator maka tidak dapat dibayangkan bagaimana peneliti akan menguji hipotesis. Dalam menentukan indikator-indikator itu maka persoalan validitas (keabsahan) dan reliabilitas (ketepatan) memegang peran penting. Tidak sah dan tidak tepatnya indikator bagian variabelnya akan menyebabkan kesalahan dalam pengujian. Selain masalah operasionalisasi variabel, yang juga penting perannya ialah pengetahuan tentang sifat-sifat variabel. Tidak difahami sifat-sifat dari variabel ini tidak dapat dibayangkan pula bagaimana peneliti akan dapat menetapkan rancangan uji mana yang akan digunakan. Pengujian hipotesis dalam penelitian mutakhir mempergunakan metode matematika atau statistika, dengan mempergunakan rancangan uji hipotesis yang telah tersedia. Dengan kata lain peneliti tinggal memilih rancangan uji mana yang tepat dengan hipotesisnya. Meskipun demikian jika peneliti tidak memahami sifat-sifat data atau informasi (variabel) yang diukur maka akan sulit baginya untuk memilih rancangan uji statistiknya.Membahas dan menyimpulkan; dalam membahas sudah termasuk pekerjaan interpretasi terhadap hal-hal yang ditemukan dalam penelitian. Dalam interpretasi pikiran kita diarahkan pada dua titik pandang. 1. Kerangka pikiran (logical contruct) yang telah disusun, bahkan ini harus merupakan frame of work pembahasan penelitian.2. Pandangan diarahkan kedepan yakni mengaitkan kepada variabel-variabel dari topik aktual. Pembahasan tidak lain adalah mencocokkan deduksi dalam kerangka pemikiran dengan induksi dari empirik (hasil pengujian hipotesis), atau pula kepada induksi yang diperoleh orang lain (hasil penelitian orang lain) yang relevan. Bagaimana hasil dari mencocokkan ini, apakah cocok (pararel atau analog) atau sebaliknya (bertentangan atau kontradiksi). Apabila ternyata bertentangan atau tidak cocok maka perlu dilacak dimana letak perbedaan atau pertentangan itu dan apa kemungkinan penyebabnya. Hasil pembahasan tidak lain ialah kesimpulan. Kesimpulan penelitian adalah temuan dari hasil interpretasi dan pembahasan. Penemuan dari interpretasi dan pembahasan harus merupakan jawaban terhadap pertanyaan penelitian sebagi masalah atau sebagai bukti dari penerimaan terhadap hipotesis terhadap hipotesis yang diajukan. Pernyataan dalam kesimpulan dirumuskan dalam kalimat yang tegas padat tersusun dari kata-kata yang baik dan pasti, demikian rupa sehingga tidak menimbulkan tafsiran yang berbeda (apa yang dimaksudkan oleh si peneliti harus ditafsirkan sama oleh orang lain). Pernyataan-pernyataan tersusun sesuai dengan identifikasi masalah atau susunan hipotesisnya.

BAB III KESIMPULAN

1. Pada dasarnya metode ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan meyusun tubuh pengetahuannya berdasarkan antara lain: (1) Kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun, (2) Menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran tersebut, (3) Melakukan verifikasi terhadap hipotesis termaksud untuk menguji kebenaran pernyataannya secara faktual.2. Mendeskripsikan proposisi menyangkut tiga hal pekerjaan yaitu: (1) Menentukan determinant dan result kausalitas variabel (dari fakta) (2) Memperhatikan keeratan hubungan (linkage) diantara determinant dari result tersebut, (3) Menelaah nilai informatif dari variabel itu.3. Hipotesis adalah kesimpulan yang diperoleh dari penyusunan kerangka pikiran, berupa proposisi deduksi. Merumuskan berarti membentuk proposisi yang sesuai dengan kemungkinan serta tingkat kebenarannya.4. Verifikasi adalah menguji hipotesis yaitu membandingkan atau menyesuaikan (matching) segala yang terkandung dalam hipotesis dengan data empirik. Perbandingan atau penyesuaian itu pada umumnya didasarkan pada pemikiran yang beranggapan bahwa di alam ini suatu peristiwa mungkin tidak terjadi secara tersendiri

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tafsir. 2006. filsafat ilmu. Bandung: Rosdakarya.Baktiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada.Endang Komara, 2014. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian, Cetakan Kedua, Bandung: PT Refika AditamaSalam, Burhanudin. 1997. Logika Materiil Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Rineka Cipta UGM, Tim Dosen Filsafat Ilmu. 2007. Filsafat Ilmu. YogyakartaSusano, A. 2011. Filsafat Ilmu Suatu Kajian Dalam Dimensi Ontologis Epistemologis, dan Aksiologis. Jakarta : PT. BumiaksaraSusriasumantri, Jujun S. 1987. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

9