Upload
ermawati-widodo
View
389
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS PENDAHULUANPRAKTIKUM KIMIA DASAR
PENGENALAN PERALATAN DAN NERACADI LABORATORIUM
MAKALAH
Oleh :Nama : ErmawatiNRP : 113020138Kelompok : FMeja : 1 (satu)Tanggal Percobaan : 15 Oktober 2011Asisten : Moch. Luthfi Khairul Anwar
LABORATORIUM KIMIA DASARJURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS PASUNDAN
BANGUNG2011
I. PENDAHULUAN
Dalam bab ini menguraikan mengenai : 1) Percobaan Pengenalan Peralatan di
Laboratorium. 2) Tujuan Percobaan Pengenalan Peralatan di Laboratorium. 3) Prinsip
Percobaan Pengenalan Percobaan di Laboratorium
I.1. Percobaan Pengenalan Peralatan di Laboratorium
Alat adalah suatu benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu : perkakas,
perabot yang dipakai untuk mencapai maksud atau tujuan.
Sebelum memulai praktikum tentunya kita harus mengenal alat, bentuk dari
alat tersebut, fungsi, dan cara kerjanya. Agar nantinya pada saat praktikum kita tidak
kesulitan ataupun salah menggunakan alat tersebut. Alat yang berada di laboratorium
merupakan sarana yang dipakai untuk menunjang terlaksanakannya kegiatan saat
praktikum. Sebelum dan sesudah melakasanakan praktikum, peralatan laboratorium
yang digunakan dibersihkan dahulu agar bersih. Tidak ada zat-zat atau kotoran
lainnya yang menempel. Ini bertujuan untuk menjaga kebersihan dan keawetan
peralatan tersebut. Dan juga setelah selesai digunakan disimpan kembali ke
tempatnya.
I.2. Tujuan Percobaan Pengenalan Peralatan di Laboratorium
Tujuan percobaan peralatan di laboratorium ini adalah untuk mengetahui dan
menguasai jenis-jenis alat, nama masing-masing alat, prinsip kerja alat, fungsi alat
yang baik dan benar. Agar pada praktikum selanjutnya tidak melakukan kesalahan.
I.3. Prinsip Percobaan Pengenalan Peralatan di Laboratorium
Prinsip percobaan peralatan di laboratorium ini adalah berdasarkan
identifikasi alat yang digunakan pada saat praktikum serta fungsi dari masing-masing
alat tersebut, dan penggunaan atau cara yang tepat untuk menggunakannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan menguraikan mengenai : 1) Tabung Reaksi, 2) Batang Pengaduk,
3) Sendok Spatula, 4) Cawan Petri, 5) Botol Semprot, 6) Pipet Ukur, 7) Pembakar
Spirtus, 8) Cawan Krus, 9) Rak Tabung Reaksi, 10) Bunsen, 11) Eksikator, 12) Labu
Erlenmeyer, 13) Pipet Tetes, 14) Botol Timbang, 15) Pipet Seukuran/ Sekunder, 16)
Kasa Asbes, 17) Kaki Tiga, 18) Corong, 19) Lumpang dan Alu, 20) Statif, 21) Klem,
22) Buret, 23) Sikat Tabung Reaksi, 24) Kawat Nikrom, 25) Plat Tetes, 26) Gelas
Kimia, 27) Penjepit Tabung Reaksi, 28) Kaca Arloji, 29) Labu Ukur.
II.1. Tabung Reaksi
Tabung reaksi yaitu alat yang berbentuk tabung. Terbuat dari kaca bening
borosilikat yang tahan panas. Tabung reaksi berfungsi sebagai tempat untuk
mereaksikan bahan kimia dalam jumlah yang kecil.
II.2. Batang Pengaduk
Batang pengaduk terbuat dari kaca yang tahan panas. Berfungsi untuk
mengaduk zat yang berbentuk cairan.
II.3. Sendok Spatula
Sendok spatula ada yang terbuat dari alumunium dan juga plastik. Berfungsi
untuk mengambil bahan kimia dalam bentuk padatan ataupun serbuk.
II.4. Cawan Petri
Cawan petri terbuat dari porselen. Berfungsi untuk menguapkan zat.
II.5. Botol Semprot
Botol terbuat dari pollatilen. Berfungsi untuk menampung aqua DM yang
digunakan untuk mencuci alat-alat.
II.6. Pipet Ukur
Pipet Ukur terbuat dari kaca yang pada dindingnya terdapat skala. Berfungsi
untuk mengambil cairan dalam jumlah tertentu secara tepat.
II.7 Pembakar Spirtus
Pembakar spirtus terbuat dari kaca yang tahan panas. Pada bagian atasnya
terdapat sumbu dan penutup. Penutup pada pembakar spirtus berfungsi untuk
mematikan api. Isi dari pembakar spirtus ini adalah methanol. Berfungsi untuk
memanaskan zat.
II.8 Cawan Krus
Cawan krus terbuat dari porselen. Berfungsi untuk menyimpan zat yang akan
dipanaskan atau diabukan.
II.9 Rak Tabung Reaksi
Rak tabung reaksi terbuat dari kayu dan berbentuk balok. Pada bagian atapnya
terdapat lubang yang berfungsi untuk menyimpan tabung reaksi.
II.10 Bunsen
Bunsen terbuat dari besi dan alumunium. Berfungsi untuk memanaskan zat.
II.11. Eksikator
Eksikator terbuat dari kaca yang tebal. Didalamnya terdapat silica. Berfungsi
untuk mendinginkan cawan krus atau untuk menyerap uap air.
II.12. Labu Erlenmeyer
Labu Erlenmeyer terbuat borosilikat. Terdapat skala pada dindingnya. Dan
terdapat dengan berbagai ukuran. Berfungsi untuk menyimpan dan memanaskan
larutan, menampung filtrat hasil penyaringan, dan menampung titran pada saat titrasi.
II.13. Pipet Tetes
Pipet tetes terbuat dari kaca. Bagian bawahnya menyempit dan bagian atasnya
terdapat piller yang berukuran kecil. Berfungsi untuk mengambil cairan dalam jumlah
tetesan.
II.14. Botol Timbang
Botol timbang ada yang terbuat dari kaca dan plastik. Biasanya botol timbang
juga disertai dengan tutup. Berfungsi untuk menyimpan zat yang akan di timbang.
II.15. Pipet Seukuran/Sekunder
Pipet seukuran/sekunder terbuat dari kaca. Bisa juga disebut dengan pipet
gondok karena bagian tengahnya menggelembung. Terdapat skala pada dindingnya.
Berfungsi untuk mengambil zat yang berbentuk cairan.
II.16. Kasa Asbes
Kasa asbes terbuat dari kawat yang bagian tengahnya terdapat asbes.
Berfungsi sebagai alas pada saat pembakaran.
II.17. Kaki Tiga
Kaki tiga terbuat dari besi. Penyangganya ada tiga dan pada bagian atasnya
berbentuk lingkaran. Berfungsi untuk menahan kasa asbes saat membakar.
II.18. Corong
Corong ada yang terbuat dari kaca yang tahan panas dan plastik. Corong
berfungsi untuk menyaring endapan ataupun campuran kimia.
II.19. Lumpang dan Alu
Lumpang dan alu terbuat dari porselen yang tebal. Lumping berfungsi sebagai
tempat untuk menyimpan zat yang akan dihaluskan. Sedangkan alu berfungsi sebagai
alat untuk menghaluskan zat tersebut.
II.20. Statif
Statif terbuat dari besi yang panjang dan pada bagian alasnya berbentuk kotak
untuk menahan besi tersebut. Berfungsi untuk menegakkan buret, corong, corong
pisah, dan peralatan gelas lainnya pada saat digunakan.
II.21. Klem
Klem terbuat dari besi. Berfungsi untuk menjepit buret pada statif dan
menahan kondensor saat destilasi.
II.22. Buret
Buret terbuat dari kaca yang mempunyai skala pada dindingnya. Buret ada
yang berwarna coklat dan bening. Terdapat keran pada ujungnya. Berfungsi untuk
mengeluarkan cairan dengan volume tertentu. Biasanya digunakan pada saat titrasi.
II.23. Sikat Tabung Reaksi
Sikat Tabung Reaksi terbuat dari kawat yang pada unjungnya terdapat sikat.
Berfungsi untuk membersihkan tabung reaksi ataupun perkakas gelas lainnya.
II.24. Kawat Nikrom
Kawat nikrom pangkal satunya terbuat dari kaca dan pangkal satunya lagi
terbuat dari kawat yang ujungnya melingkar. Berfungsi untuk mereaksikan senyawa
ataupun zat dalam nyala api.
II.25. Plat Tetes
Plat tetes terbuat dari porselen yang tebal. Berfungsi untuk mereaksikan zat
dalam jumlah tetesan.
II.26. Gelas Kimia
Gelas kimia terbuat dari borosilikat. Terdapat skala pada dindingnya.
Berfungsi sebagai alat untuk menampung larutan, alat memanaskan cairan, dan untuk
mengukur volume larutan yang tidak memerlukan ketelitian yang tinggi.
II.27. Penjepit Tabung Reaksi
Penjepit tabung reaksi terbuat dari kayu. Berfungsi untuk menjepit tabung
reaksi saat dipanaskan.
II.28. Kaca Arloji
Kaca arloji terbuat dari kaca. Berfungsi untuk penutup gelas kimia, tempat
saat menimbang, dan tempat untuk mengeringkan padatan dalam desikator.
II.29. Labu Ukur
Labu ukur terbuat dari kaca dan plastic. Terdapat tutup dan berfungsi untuk
membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dan juga alat untuk mengencerkan
larutan.
III. ALAT DAN METODE PERCOBAAN
Dalam bab ini akan menguraikan mengenai : 1) Alat yang digunakan dan 2)
Metode yang digunakan.
III.1 Alat-alat yang digunakan
Tabung reaksi, batang pengaduk, sendok spatula, cawan petri, botol semprot,
pipet ukur, pembakar spirtus, cawan krus, rak tabung reaksi, bunsen, eksikator, labu
Erlenmeyer, pipet tetes, botol timbang, pipet seukuran/sekunder, kasa asbes, kaki
tiga, corong, lumping dan alu, statif, klem, buret, sikat tabung reaksi, kawat nikrom,
plat tetes, gelas kimia, penjepit tabung reaksi, kaca arloji, dan labu ukur.
III.2. Metode Percobaan
III.2.1. Tabung Reaksi
Cara menggunakan tabung reaksi adalah bersihkan terlebih dahulu lalu kalibrasi
dengan aqua DM setelah itu lap dengan lap atau kertas isap. Kemudian zat yang akan
direaksikan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
III.2.2. Batang Pengaduk
Cara menggunakan batang pengaduk adalah bersihkan lalu kalibrasi.
Masukkan batang pengaduk pada gelas kimia yang sudah berisi larutan, kemudian-
aduk larutan tersebut memakai batang pengaduk.
III.2.3. Sendok Spatula
Cara menggunakannya adalah bersihkan, kalibrasi lalu dilap.
Masukkan sendok spatula kedalam botol yang berisi zat lalu angkat sendok yang
sudah berisi zat kedalam yang diinginkan.
III.2.4. Cawan Petri
Bersihkan, kalibrasi, lalu dilap. Masukkan zat yang akan diuapkan lalu
taruh cawan di atas pembakaran.
III.2.5. Botol Semprot
Cara menggunakannya adalah aqua DM dimasukkan kedalam botol semprot,
lalu pijin badan botol lalu semprotkan.
III.2.6. Pipet ukur
Cara menggunakannya bersihkan, kalibrasi, dan lap. Lalu kalibrasi dengan larutan
yang akan dipipet sebanyak tiga kali. Kemudia cairan disedot (bisa memakai mulut
ataupun piller) sampai tinggi melewati tanda dan pangkal pipet ditutup dengan jari
bila dengan mulut, bila dengan piller ditahan. Lalu paskan volume cairan dengan
skala. Dan keluarkan larutan ke tempat yang diinginkan.
III.2.7. Pembakar Spirtus
Cara menggunakannya buka tutup spirtus lalu buat api dan ditaruh pada
sumbu spirtus. Untuk mematikan apinya, pasangkan tutup spirtus maka api akan mati.
III.2.8. Cawan Krus
Cara menggunakannya adalah bersihkan, kalibrasi, dan dilap agar kering.
Masukan zat ke dalam cawan petri lalu tutup penutupnya. Sesudah itu taruh cawan
kedalam tanur pengabuan.
III.2.9. Rak Tabung Reaksi
Cara menggunakannya adalah taruh tabung reaksi pada lubang-
lubang yang terdapat di rak tabung reaksi.
III.2.10. Bunsen
Cara menggunakannya buka pengatur udara pada bunsen. Lalu buka kera-
n gas, bila sudah tercium gas hidupkan api lalu taruh api pada mulut bunsen. Bila
diperlukan atur lagi pengatur udaranya agar nyala apinya sesuai yang diinginkan.
III.2.11. Eksikator
Cara menggunakannya periksa keadaan silica yang akan digunakan, apakah
masih bisa menyerap air atau sudah tidak bisa (dilihat dari warnanya, jika tidak bisa
digunakan akan berwarna putih atau tidak berwarna). Lalu masukkan cawan atau alat
lainnya yang zat didalamnya akan diserap uapnya lalu tutup eksikator. Saat
membuka, geser tutup kesamping.
III.2.12. Labu Erlenmeyer
Cara menggunakannya adalah bersihkan, kalibrasi, lalu keringkan dengan lap.
Kemudian suatu larutan dimasukkan lalu dititrasi, goyangkan memutar labu
erlenmeyernya.
III.2.13. Pipet Tetes
Cara menggunakannya adalah bersihkan, kalibrasi, lalu keringkan
dengan kertas isap. Lalu celupkan pipet kedalam larutan. Tekan pillernya lalu
longgarkan.
III.2.14. Botol Timbang
Cara menggunakannya adalah bersihkan, kalibrasi, lalu keringkan dengan lap.
Buka tutupnya, masukkan zat yang akan ditimbang. Jika sudah tutup agar zat
didalamnya tidak terkontaminasi.
III.2.15. Pipet Seukuran/Sekunder
Cara menggunakannya sama dengan pipet ukur. Bersihkan, kalibrasi, dan lap.
Lalu kalibrasi dengan larutan yang akan dipipet sebanyak tiga kali. Kemudia cairan
disedot (bisa memakai mulut ataupun piller) sampai tinggi melewati tanda dan
pangkal pipet ditutup dengan jari bila dengan mulut, bila dengan piller ditahan. Lalu
paskan volume cairan dengan skala. Dan keluarkan larutan ke tempat yang
diinginkan.
III.2.16. Kasa Asbes
Cara menggunakannya adalah letakkan kasa di atas bunsen dengan
disangga kaki tiga. Letakkan alat gelas yang terdapat larutan yang akan dipanaskan.
III.2.17. Kaki Tiga
Cara menggunakannya adalah letakkan kaki tiga diantara bunsen dan kasa
asbes.
III.2.18. Corong
Cara menggunakannya adalah bersihkan, kalibrasi, lalu lap. Siapkan kertas
saring yang telah dibentuk seukuran dengan corong. Letakkan kertas saring pada
corong, lalu basahi sedikit dengan aqua DM. Selipkan lagi kertas saring di mulut labu
ukur agar udara masuk yang memudahkan larutan masuk kedalam labu. Lalu letakkan
corong di mulut labu, tuang larutan yang akan disaring.
III.2.19. Lumpang dan Alu
Cara menggunakannya adalah bersihkan, kalibrasi, lalu keringkan dengan
lap. Letakkan zat yang akan dihaluskan kedalam lumpang. Lalu gerus dengan alu.
III.2.20. Statif
Cara menggunakannya letakkan statif pada bidang datar lalu bagian atasnya-
Dipasangkan klem sebagai penyangga buret.
III.2.21. Klem
Cara menggunakannya longgarkan perr klem, lalu pasangkan pada
statif. Tarik bagian atas dan bawahnya lalu letakkan buret diantarannya.
III.2.22. Buret
Cara menggunakannya adalah bersihkan, kalibrasi, lalu keringkan dengan
batang pengaduk yang ditutupi dengan kertas isap. Periksa keadaan kerannya dan
tetesannya apakah bocor atau tidak. Lalu kalibrasi dengan larutan yang akan
dimasukkan kedalam buret, periksa apakah ada gelembung atau tidak. Buka keran
perlahan untuk mengeluarkan larutannya.
III.2.23. Sikat Tabung Reaksi
Cara menggunakannya adalah masukkan sikat kedalam larutan sabun.
Lalu gosokkan pada peralatan yang akan dicuci/dibersihkan.
III.2.24. Kawat Nikrom
Cara menggunakannya adalah berihkan, kalibrasi, lalu keringkan
dengan lap. Lalu panaskan ujung kawat pada api sampai merah membara. Lalu
masukkan kawat kedalam zat yang akan diperiksa warna nyala apinya.
III.2.25. Plat Tetes
Cara menggunakannya adalah bersihkan, kalibrasi, lalu keringkan
dengan lap. Lalu letakkan kertas lakmus merah/biru yang sudah dipotong kecil. Lalu
teteskan larutan yang akan diperiksa sifat asam/basanya.
III.2.26. Gelas Kimia
100
200
300
400
500
Cara menggunakannya adalah bersihkan, kalibrasi, lalu keringkan dengan
lap. Simpan larutan kedalamnya.
III.2.27. Penjepit Tabung Reaksi
Cara menggunakannya adalah tarik bagian dekat perrnya. Letakkan
tabung reaksi diantaranya. Lalu longgarkan.
III.2.28. Kaca Arloji
Cara menggunakannya adalah bersihkan, kalibrasi, lalu kerin-
ngkan dengan lap. Taruh zat yang akan ditimbang. Atau letakkan kaca arloji diatas
gelas kimia sebagai tutup.
III.2.29. Labu Ukur
250 M Cara menggunakannya adalah bersihkan, kalibrasi, lalu keringkan dengan
lap. Kemudian masukkan larutan yang akan diencerkan atau masukkan zat dengan
bantuan kertas isap, agar zat tidak menempel pada dinding diatas batas atas. Lalu
masukkan aquadest untuk melarutkannya. Paskan dengan batas bawah. Tutup lalu
homogenkan.
I. PENDAHULUAN
Dalam bab ini menguraikan mengenai : 1) Percobaan Pengenalan Neraca di
Laboratorium. 2) Tujuan Percobaan Pengenalan Neraca di Laboratorium. 3) Prinsip
Percobaan Pengenalan Neraca di Laboratorium
I.1. Percobaan Pengenalan Neraca di Laboratorium
Menentukan massa atau berat suatu benda atau zat diperlukan ketelitian agar
hasil yang didapat lebih akurat. Neraca adalah sebuah alat yang berfungsi untuk
mengukur suatu zat, benda, bahan, atau unsur dalam skala tertentu. Neraca juga
memiliki berbagai macam jenis dengan ketelitian yang berbeda-beda dan berat
maksimum yang berbeda juga.
Neraca terdiri dari dua jenis, yaitu neraca kasar dan neraca halus. Neraca
kasar biasanya digunakan dalam suatu perdagangan ataupun perindustrian. Baik
dalam industry besar maupun industry kecil. Neraca halus terdiri dari dua jenis, yaitu
neraca rem dan neraca ayun. Kedua neraca ini biasanya digunakan dalam
laboratorium untuk menentukan berat yang kecil atau yang sangat ringan. Dalam
neraca halus ini biasanya menggunakan satuan milligram (mg). sedangkan kilogram
(kg) merupakan satuan maksimal satuan SI. Satuan masa yang paling banyak
digunakan dalam kimia adalah gram (gr) dan satuan massa dalam jumlah sedikit
biasanya menggunakan milligram (mg).
I.2. Tujuan Percobaan Pengenalan Neraca di Laboratorium
Tujuan percoban pengenalan neraca di laboratorium ini adalah untuk
mengenal macam-macam neraca yang ada di laboratorium dan agar dapat
menggunakan neraca pada saat penimbangan ketika praktikum.
I.3. Prinsip Percobaan Pengenalan Neraca di Laboratorium
Prinsip percobaan pengenalan neraca di laboratorium ini adalah berdasarkan
atas keseimbangan gaya-gaya yang berkerja pada kedua lengan neraca dan
merupakan aplikasi dari :
1. Hukum Newton II
Tentang keseimbangan gaya-gaya yang bekerja pada kedua lengan neraca
dengan persamaan :
2. Hukum Newton III
Tentang kesetimbangan gaya-gaya dengan persamaan :
F = m . a
Faksi = Freaksi
II. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini menguraikan mengenai : 1) Neraca Ayun, 2) Neraca Digital, 3)
Neraca Triple beam, 4) Neraca Dua Piring, dan 5) Neraca Sartorius.
II.1. Neraca Ayun
Bagian utama neraca terdiri atas tangkai-tangkai yang ditempatkan dengan
semacam mata pisau pada dudukan neraca dua piring pada kedua ujungnya. Mata
pisau itu merupakan bagian yang paling mahal dalam neraca. Di tengah-tengah ada
jarum keseimbangan dan tepat dibawah tengah jarum keseimbangan itu ada skala
yang menunjukkan keseimbangan.
II.2. Neraca Digital
Neraca Digital mempunyai berat maksimum sebesar 5 kg, dengan tingkat
ketelitian sebesar 1 gr. Neraca ini menggunakan sumber energi baterai. Cara
pengukurannya pun secara langsung dan dilakukan dengan tepat dan benar. Selain itu
neraca ini merupakan yang paling mudah dalam menggunakannya dan terdapat
banyak di laboratorium. Karena dengan keefektifan dan keefisienannya, neraca ini
sering digunakan pada laboratorium-laboratorium. Apabila akan melakukan
penimbangan harus memakai alas dan kemudian lihat massanya.
II.3. Neraca Triple Beam
Neraca Triple Beam termasuk neraca kasar karena dapat digunakan untuk
memperhitungkan benda yang masa zatnya cukup besar. Neraca ini mempunyai berat
maksimal sebesar 500 gr, dengan tingkat ketelitian mencapai 0,1 gr. Dalam
penggunannya, neraca ini tidak terlalu sulit untuk memperhitungkan masa suatu zat
benda.
II.4. Neraca Dua Piring
Lengan suatu neraca dua piring berisi tiga “mata pisau” berbentuk prisma, A,
B, C. mata pisau ini dipasang sedemikian sehingga terletak dalam satu bidangdatar
dan kedua mata pisau ujung haruslah sama jauh dari mata pisau tengah. Mata pisau B
terletak diatas pusat gravitasi sistem balok neraca dan bertumpu pada suatu lempeng
rata dan licin diatas suatu kolom atau silindris. Mata pisau ujung A dan C, masing-
masing menopang goyangan (stirrups) yang digantungi piring. Tiap goyangan berisi
suatu lempeng licin.
Mata pisau terbuat dari batu akik, suatu bahan yang sangat keras dan getas.
Akik ini diasah menjadi mata pisau yang sangat tajam dan sedikit melengkung
kedalam sehingga hanya kedua ujungnya saja yang menyentuh lempeng (yang juga
terbuat dari batu akik) bila neraca sedang bekerja. Ini menghasilkan suatu bantalan
yang hamper tak bergesekan pada balok neraca dapat berayun-ayun.
Bila mata pisau bersentuhan dengan lempeng akik, mereka dapat dirusakkan
oleh kejutan pada neraca. Jadi diberikan suatu mekanisme untuk mengangkat balok
dan goyangan sehingga mata pisau terpisah dari lempeng bila neraca sedang tidak
digunakan atau bila objek (batu timbangan) sedang diletakkan atau diambil dari
piring. Piranti ini disebut penahan balok (beam arrest) dan dioperasikan dengan
dengan memutar suatu tombol bergigi pada bagian depan peti neraca. Juga disedikan
mekanisme penahan piring (pan-arrest) untuk menjaga agar piring tidak berayun bila
balok diturunkan. Mekanisme itu digerakkan oleh sebuah tombol di atas bagian depan
peti neraca.
II.5. Neraca Sartorius.
Alat ini berfungsi untuk menimbang bahan dengan ketelitian tinggi (0.0001
gram). Serta digunakan untuk menimbang bahan kimia dalam proses pembuatan
larutan untuk uji kuantitatif dan proses standarisasi. Selain itu berfungsi untuk
menimbang sampel/bahan dalam analisis kuantitatif. Neraca analitik jenis ini yang
sering digunakan di laboratorium kimia
III. ALAT DAN METODE PERCOBAAN
Dalam bab ini menguraikan tentang : 1) Alat yang digunakan dan 2) Metode
yang digunakan.
III.1. Alat-alat yang digunakan
Neraca ayun, neraca digital, neraca triple beam, neraca dua piring, dan neraca
Sartorius.
III.2. Metode Percobaan
III.2.1. Neraca Ayun
Metoda neraca ayun ini adalah :
1. Duduklah dengan tepat di muka neraca dab berada di tengah-tengah neraca
itu.
2. Lihat waterpass yang ada pada neraca, untuk menentukan apakah neraca itu
dalam keadaan miring, jika tidak set waterpass hingga berada ditengah
bulatan.
3. Dilarang menaruh zat-zat kimia, benda basah atau panas secara langsung di
atas piring neraca.
4. Gunakan penjepit atau batu pinset untuk menaruh batu timbang kedalam
piring neraca sebelah kanan.
5. Simpanlah berupa benda yang akan ditimbang kedalam piring neraca sebelah
kiri pada waktu timbangan tidak bergoyang (diam)
6. Timbangan penahan dipakai apabila neraca tidak dipakai.
7. Timbanagn penahan dipakai apabila neraca tidak dipakai.
A. Menentukan Titik Nol dengan Beban (α0)
Tekanlah tombol dudukan neraca supaya jarum keseimbangan berayun-ayun,
pembacaan skala kiri kanan titik nol sampai lima skala. Catatlah ayunan ke kiri dua
kali dank e kanan tiga kali berturut-turut, ayunan ke kiri tandanya negative dan
ayunan ke kanan tandanya positif. Jumlahkan masing-masing ayunan ke kiri dan ke
kanan serta cari rat-ratanya. Rata-rata dijumlah dan dibagi dua, hasil bagi ini adalah
titik nol neraca pada beban kosong dan kita sebut α0.
B. Menentukan Titik Nol Beban (α1)
Cara sama seperti menentukan titik nol pada beban kosong, (α1 = α0).
Letakkanlah suatu benda pada piring neraca kiri dan piring neraca kanan letakkan
batu timbangan. Perhatikan kapasitas maksimum timbangan.
C. Menentukan Harga Skala
Kepekaan neraca dapat ditentukan pada beban kosong atau beban penuh,
tetapi kadang-kadang harganya sama, untuk menentukan ini beban batu timbang
ditambah 1 mg, kedudukan titik nol α1 berubah . cara sama dengan penentuan titik nol
α0 dan α1, untuk itu disebut α2.
Maka,harga skala (HS) adalah :
1/α1-α2 mg/skala
D. Menentukan Berat Benda Sebenarnya
Dengan rumus, , bila berat batu timbangan = W maka berat benda sebenarnya
adalah
Ws = W1 + α1 – α0/(α1-α2) x 1 mg
Ws = W2 – (perubahan skala dari α0 ke α1) x HS x 1 mg.
Ws = W1 – (perubahan skala dari α0 ke α1) x HS x 1 mg
Ws = W2 + (perubahan skala dari α0 ke α2) x HS x 1 mg
Catatan : W0 = berat botol timbang kosong pada skala α0
W1= berat botol timbang + zat pada skala α1
W2 = berat botol timbang + zat pada skala α2 ± 1 mg anting-anting.
III.2.2. Neraca Digiatal
Metode yang digunakan pada neraca digital adalah
1. Timbangan dihidupkan paling sedikit 5 menit sebelum digunakan.
2. Buka tutup timbangan lalu letakkan kertas diatas platform timbangan.
3. Nolkan timbangan dengan menekan tombol “Tare” yang kiri atau kanan
“0,00x” akan muncul di layarnya (weight display).
4. Gunakan sendok yang bersih dan tambahkan bahan kimia yang mau
ditimbang pada kertas sampai jumlahnya sesuai dengan kebutuhan resepnya.
5. Bacalah hasilnya pada layar.
III.2.3. Neraca Triple Beam
Metode yang digunakan pada Neraca Triple Beam adalah pertama-tama dengan
membersihkan piringan neraca terlebih dahulu, kemudian seimbangkan jarum dengan
angka nol, lalu timbang alas, setelah itu masukkan suatu zat yang akan ditimbang,
dan hitung berat total semua. Neraca ini memiliki tiga tingkatan perhitungan, yaitu
puluhan, ratusan, dan satuan.
III.2.4. Neraca Dua Piring
Dalam metode yang manapun perlu untuk terlebih dahulu menetapkan posisi
kesetimbangan balok neraca (titik nol). Kemudian objek ditaruh pada piring kiri batu
timbangan pada piring kanan, dan posisi kesetimbangan ditetapkan lagi (titik henti)
jika neraca itu diredam, analis menunggu sampai balok neraca berhenti berayun dan
membaca posisi jarum pada skala penunjuk. Untuk neraca yang tidak diredam, titik
kesetimbangan dihitung dari pengamatan ayunan jarum menjelajahi skala penunjuk.
Penyesuaian bobot yang final yang diperlukan untuk membuat titik henti berimpit
dengan titik nol adalah atau dihitung (neraca berjoki) atau dilakukan dengan rantai
(dari) neraca Chainomatik.
III.2.5. Neraca Sartorius
Metode yang digunakan dalam neraca Sartorius adalah
1. Hubungkan neraca dengan arus listrik. Tunggu neraca selama 30 menit
2. Lihat waterpass neraca. Usahakan agar tidak miring.
3. Hidupkan neraca dengan menekan tombol “On”
4. “Nolkan” menekan tombol Tare neraca lalu buka pintu neraca sebelah kanan
untuk memasukan botol timbang atau alas untuk menimbang. Tutup pintu
agar angin tidak masuk.
5. “Nolkan” kembali neraca. Lalu buka lagi pintu sebelah kanan, masukan zat
dengan menggunakan spatula. Timbang zat sesuai yang diinginkan.
6. Catat bobot zat yang sudah ditimbang. Lalu buka pintu neraca sebelah kiri.
Ambil botol timbang dan zatnya. Tutup botol timbang.
7. Bersihkan neraca dengan menggunakan sikat khusus. Lalu tutup pintunya.
“nolkan” kembali neraca, lalu matikan tekan “Off”
DAFTAR PUSTAKA
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas & Struktur. Jakarta:Binarupa
Aksara
Dian, Indrianto. 2007. Kompetensi Analis Level A. Bandung:Sekolah
Menengah Negeri 7 Bandung
Sutrisno, Ela Turmala. Penuntun Praktikum Kimia Dasar . Bandung:
Universitas Pasundan
Akses : http://bipasil.blogspot.com/2009/10/neraca-analitik.html (11 Oktober
2011)