Upload
vivie-aida
View
17
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
studio perancangan 5
Citation preview
1
VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083
ESENSI PRE-TITLE
PUSAT TERAPI DAN REHABILITASI NARKOBA BERBASIS THERAPEUTIC COMMUNITY DENGAN PENDEKATAN HEALING ENVIRONMENT
A. EKSISTENSIEksistensi yang dimaksud pada konteks ini adalah esistensi mengapa bangunan atau objek rancang
bangun tersebut diadakan. Dengan kata lain eksistensi ini adalah sebuah pertanyaan mengapa objek
rancang bangun harus ada ? Untuk menjawab pertanyaan ini maka perlu adanya landasan dan latar
belakang mengapa bangunan tersebut ada.
Terapi dan Rehabilitasi narkoba adalah salah satu upaya dari pemerintah dan BNN (Badan Narkotika
Nasional) dalam membantu untuk mengatasi permasalahan pecandu narkoba yang ingin sembuh
dan kembali dalam masyarakat dengan hidup normal. Rehabilitasi dan terapi ini dianggap sangat
penting bagi pecandu dan korban penyalahgunaan narkoba karena jika tidak direhabilitasi dan di
terapi secara mental maupun medis maka kecanduan yang diderita akan berujung menjadi
kerusakan otak serta bias berujung kematian. Rehabilitasi narkoba juga telah diatur dalam beberapa
peraturan yang ada, seperti :
1. Undang-undang No. 35 Tahun 2009, Pasal 54: Pecandu narkoba dan korban penyalahgunaan
wajib menjalani rehabilitasi medis dan sosial.
2. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2011 tentang Pelaksaan Wajib Lapor Pecandu Narkoba.
Dengan adanya peraturan dan undang-undang yang menyebutkan bahwa rehabilitasi memang
penting bagi seorang pecandu dan korban penyalahgunaan narkoba, maka perlu adanya suatu
wadah yang bisa memfasilitasi korban dan pecandu narkoba untuk sembuh dari ketergantungan dan
kembali normal dalam kehidupan bermasyarakat. Fasilitas yang bisa mewadahi semua kegiatan
rehabilitasi dan terapi tersebut adalah pusat terapi dan rehabilitasi narkoba. Pada pusat rehabilitasi
ini tentunya akan ada kegiatan medis maupun terapi psikologis yang akan membantu pecandu
terbebas dari ketergantungan narkoba secara menyeluruh.
Mengapa di Surakarta ?
Surakarta adalah sebuah kota kecil yang sekarang semakin berkembang pesat dari tahun ke tahun,
perkembangan sebuah kota tentunya akan diimbangi juga dengan perkembangan masyarakatnya
yang semakin berkembang menjadi sangat konsumtif dan mengarah pada gaya hidup bebas dan
hura-hura (bersenang-senang). Salah satu gaya hidup bebas yang semakin marak adalah dengan
2
VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083
penggunaan narkoba yang semakin tinggi. Di Surakarta korban penyalahgunaan narkobapun
mengalami peningkatan pada tahun ke tahun seperti yang dimuat dalam harian Kompas 17 Mei
2014, Kepala BNN Jawa Tengah menuturkan bahwa peredaran narkoba di Kota Solo merupakan
ranking satu di propinsi Jawa Tengah, sampai tahun 2013 sudah terdapat lebih dari 300 kasus.
Dengan tingginya jumlah penggunaan narkoba maka perlu adanya fasilitas pusat terapi dan
rehabilitasi narkoba di Surakarta dengan tujuan untuk mengurangi tingkat ketergantungan dan
penyalahgunaan narkoba.
Namun, dengan tingginya angka kasus narkoba, kota Solo belum mempunyai fasilitas yang bisa
menangani secara keseluruhan terapi dan rehabilitasi bagi korban ketergantungan narkoba. Selama
ini fasilitas yang ada hanyalah upaya pengobatan medik yang hanya dilakukan di rumah sakit pusat,
puskesmas, dan rumah sakit jiwa Surakarta. Namun, dengan hanya menjalani pengobatan medik
tanpa dibarengi dengan terapi psikologi maka kecenderungan untuk kambuh kembali sangat tinggi.
Dari poin-poin yang telah diuraikan bahwa kota Surakarta membutuhkan suatu fasilitas untuk terapi
dan rehabilitasi ketergantungan narkoba terutama pada segi mental pengguna, hal ini sangat
didasarkan pada banyaknya kasus penyalahgunaan narkoba yang berujung pada kematian. Selain
itu, fasilitas ini haruslah lepas dari fasilitas medis lainnya karena kasus narkoba adalah kasus yang
sensitif bagi para pecandu.
B. PROSPEK
Prospek kali ini berkonteks pada sebuah tujuan yang mendasari bangunan tersebut direncanakan,
dan apa saja yang harus ada / syarat-syarat agar tujuan dari bangunan tersebut tercapai.
Dengan semakin meningkatnya korban penyalahgunaan narkoba dari tahun ke tahun menyebabkan
semakin banyaknya pecandu dan korban penyalahgunaan narkoba yang harus direhabilitasi karena
rehabilitasi narkoba sudah diwajibkan oleh pemerintah. Dengan adanya latarbelakang tersebut,
maka pusat terapi dan rehabilitasi narkoba sangat dibutuhkan bahkan hampir di setiap kota yang
berkembang pesat seperti yang ada di Surakarta. Di Surakarta, penggunaan narkoba sangat tinggi
pada tiga tahun terakhir sehingga pusat rehabilitasi sangat dibutuhkan untuk mengurangi tingkat
ketergantungan dan pecandu narkoba. Selain itu tujuan dari pusat terapi dan rehabilitasi ini adalah
untuk menyembuhkan pecandu dari ketergantungan yang di derita terlebih tidak ada fasilitas khusus
yang ada di Surakarta.
3
VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083
Pusat terapi dan rehabilitasi ini diharapkan dapat menjadikan sebuah rehabilitasi yang sustainable
dan berkelanjutan pada setiap residen yang masuk dan diterapi sehingga dapat sembuh dengan
total dari segi medis maupun psikologis. Pusat rehabilitasi dan terapi ini juga akan menggunakan
sebuah terapi yang efisien dan menggunakan metode yang tidak terkesan mengisolasi setiap residen
yang ada. Pusat terapi dan rehabilitasi narkoba ini juga bisa dijadikan sebagai help center untuk para
pengguna narkoba agar bisa terbebas dari ketergantungan dan penyalahgunaan narkoba.
Penggunaan sebuah terapi yang mengacu pada metode yang tidak terkesan mengisolasi ini dapat
dicapai dengan menggunakan therapeutic community yaitu sebuah terapi komunitas yang
mengumpulkan orang-orang yang mempunyai masalah yang sama dan dibagi beberapa grup untuk
saling berinteraksi satu sama lain sehingga mendorong masing-masing individu untuk penyembuhan
diri sendiri (help self), selain itu terap ini juga akan mengajarkan bagaimana manajemen waktu dan
perilaku sehari-hari sehingga setelah sembuh mereka dapat kembali normal dalam masyarakat.
Dengan terapi ini diharapkan tujuan dari bangunan yaitu untuk menyembuhkan pasien secara total
khususnya pada aspek psikologis dapat tercapai.
Dengan menggunakan therapeutic community sebagai metode terapi, maka objek rancang bangun
harus mempertimbangkan pihak internal, salah satunya adalah harapan residen yang sedang di
rehabilitasi dan terapi tetap fokus dan nyaman dalam menjalani pengobatan, diantaranya :
1. Residen yang berobat dapat merasa nyaman dengan lingkungan yang ada dan diharapkan
dapat dicapai dengan lingkungan hijau dan udara yang segar sehingga dapat
mengoptimalkan kesembuhan residen.
2. Diharapkan residen tidak merasa seperti diisolasi saat sedang menjalani terapi dan
rehabilitasi sehingga residen tidak merasakan stress saat menjalani pengobatan.
4
VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083
3. Interior ruangan pada bangunan juga sangat mempengaruhi sehingga saat residen
menjalani terapi di dalam ruangan dapat merasa nyaman dan tetap focus.
Dengan memperhatikan lingkungan maupun interior bangunan diharapkan pusat rehabilitasi yang
direncanakan dapat menjadi fasilitas rehabilitasi narkoba dengan kualitas mumpuni dan dapat
diandalkan untuk memabantu penyembuhan residen agar dapat menjalani hidup nya secara normal
di dalam masyarakat.
Untuk menciptakan sebuah lingkungan bangunan yang nyaman dan residen mampu menjalani
pengobatan tanpa paksaan, maka dilakukan beberapa strategi desain untuk dapat merealisasikan
tujuan tersebut yaitu dengan menggunakan stategi desain Healing Environment. Dengan
menggunakan Healing Environment maka tujuan bangunan akan bisa terealisasi karena Healing
Environment memperhatikan segala aspek dalam sebuah bangunan untuk menciptakan sebuah
lingkungan penyembuhan yang dapat membantu residen sembuh dengan optimal.
Healing Environment merupakan sebuah lingkungan penyembuhan yang merencanakan sebuah
lingkungan luar dan lingkungan dalam bagi bangunan tersebut. Salah satu faktor untuk
mendapatkan lingkungan penyembuhan, kawasan yang akan menjadi lokasi harus memenuhi
beberapa kriteria, diantaranya adalah :
1. Lokasi berada di daerah yang sejuk, dimana daerah yang sejuk merupakan daerah yang
ideal untuk upaya pemulihan (recovery).
2. Daerah yang jauh dari pusat keramaian kota. Keuntungannya adalah pasien akan
terkonsentrasi pada kegiatan penyembuhan dan jauh dari hiruk pikuk kebisingan kota.
3. Jauh dari keramaian aktivitas pariwisata, karena di khawatirkan akan menimbulkan banyak
efek negatif. Daerah tujuan akan menjadi ramai bila memasuki musim liburan.
Kriteria-kriteria lokasi yang diurai diatas merupakan kriteria yang cocok untuk digunakan sebagai
pusat terapi dan rehabilitasi dengan menggunakan strategi desain healing environment (lingkungan
penyembuhan). Namun, selain site pada strategi desain healing environment juga membutuhkan
faktor lain untuk lingkungan penyembuahannya seperti adanya taman healing untuk meunjang
lingkungan yang hijau dengan udara segar agar menunjang kesembuhan residen secara optimal.
Selain mengarah pada lingkungan luar, healing environment yang digunakan untuk metode desain
juga harus memperhatikan lingkungan dalam ruangan karena aktivitas dari terapi tidak hanya
5
VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083
dilakukan pada luar ruangan. Dengan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa interior
ruangan juga harus diperhatikan yaitu dengan mendesain bagaimana material, warna, view, dan
tekstur yang dapat membuat residen merasa nyaman dan fokus saat menjalani terapi di dalam
ruangan.
Dengan penggunaan healing environment sebagai stategi desain untuk mencapai tujuan bangunan
dengan memperhatikan berbagai faktor objek rancang bangun maka diharapkan residen yang
menjalani terapi tetap fokus dan nyaman sehingga pengobatan dapat optimal dilakukan sehingga
residen dapat cepat sembuh dan kembali dalam masyarakat dengan normal.
C. SUSTAINABILITY DAN DURABILITY
Sustainability dan durability pada kali ini berkonteks pada berapa lama objek rancang bangun dapat
bertahan terhadap faktor-faktor degradatif. Dengan mengarah konteks tersebut maka lokasi
bangunan yang akan dirancang menentukan berapa lama umur bangunan akan bertahan. Jika
mengacu pada pusat terapi dan rehabilitasi narkoba maka faktor yang menentukan berapa umur
bangunan akan bisa bertahan adalah faktor-faktor dari kota Surakarta, diantaranya adalah :
1. Faktor Cuaca di Surakarta
Faktor cuaca yang bisa menjadi sebuah faktor degradatif dari sebuah bangunan adalah
faktor topografi. Karena bangunan berada di Surakarta maka faktor topografi Surakarta
merupakan faktor yang bisa mempengaruhi sustainability dan durability bangunan.
Topografi wilayah Surakarta terdiri dari dataran rendah. Dibagian Utara (daerah
Mojosongo) yang merupakan daerah yang agak berkontur memiliki kemiringan 0-30%
sedang ketinggian ruang bervariasi antara 0-3,5 M. Di bagian Selatan merupakan dataran
yang relatif rendah, dengan kemiringan 0-5%. Ketinggian kota Solo yaitu antara ±92 M di
6
VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083
atas permukaan air laut (mDPL). Suhu udara Maksimum kota Surakarta adalah 32,5 derajat
Celsius, sedang suhu udara minimum adalah 21,9 derajat Celsius. Rata-rata tekanan udara
adalah 1010,9 MBS dengan kelembaban udara 75%. Kecepatan angin 4 Knot dengan arah
angin 240 derajat. Solo beriklim tropis, sedang musim penghujan dan kemarau bergantian
sepanjang 6 bulan tiap tahunnya.( www.surakarta. go.id)
a. Suhu udara maksimum : 32.5 0C
b. Suhu udara minimum : 21.9 0C
c. Tekanan udara rata-rata : 1010,9 mbs
d. Kelembaban udara : 75%
e. Kecepatan angin : 4 knot
f. Arah angin : 240 derajat
g. Iklim : panas
Cuaca di Surakarta relatif sama dengan daerah-daerah lain di Jawa Tengah yaitu mempunyai
panas terik saat siang hari karena iklim Indonesia khususnya di Surakarta merupakan iklim
panas dengan suhu udara dari 21.9-32.50 C. Namun, melihat kriteria lokasi bangunan adalah
lokasi yang mempunyai udara sejuk maka perencanaan pusat terapi dan rehabilitasi tidak
cocok jika harus dibangun di daerah pusat Surakarta karena tidak sesuai dengan kriteria dan
tujuan yang ada. Selain itu, dengan udara yang relative panas maka fungsi bangunan sebagai
wadah pusat terapi dan rehabilitasi yang nyaman dengan udara yang sejuk tidak dapat
terpenuhi. Sehingga untuk dapat memenuhi kriteria bangunan dengan suhu udara yang
sejuk maka harus dipilih sebuah lokasi dengan suhu 19-200C agar tujuan awal terpenuhi. Jika
tidak, maka udara yang ada pada bangunan akan panas sehingga kenyamanan yang
direncanakan sejak awal tidak dapat direalisasikan.
Selain suhu udara, faktor topografi yang harus diperhatikan adalah kecepatan angin yaitu
sekitar 4 knot yang mengarah pada sudut 2400 ,, kecepatan angin dengan 4 knot tergolong
merupakan kecepatan angin yang sepoi. Untuk mendapatkan angin yang sepoi tersebut
maka orientasi bangunan dan arah bukaan-bukaan harus dipertimbangkan dengan baik
sehingga dapat memperoleh kenyamanan thermal yang diinginkan dan mendapatkan udara
sejuk baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan.
7
VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083
2. Faktor Bahan Bangunan
Bahan bangunan yang digunakan juga sangat menentukan bagaimana dan berapa lama
bangunan dapat bertahan dari cuaca maupun faktor yang lainnya. Dengan bahan yang
ramah lingkungan dan mempunyai daya tahan yang cukup tinggi dari faktor cuaca dapat
dipastikan bahwa bahan bangunan tidak akan cepat rusak sehingga bangunan dapat
bertahan dan mempunyai umur yang relatif panjang.
Mengingat iklim panas yang dimiliki oleh kota Surakarta, maka bahan bangunan yang tahan
lama dan yahan dari panas akan membantu bangunan untuk bertahan lama. Selain faktor
tersebut, bangunan yang memiliki sifat ringan dan memberikan keseimbangan thermal juga
dapat menyesuaikan bangunan dengan cuaca diluar bangunan sehingga dapat menciptakan
kenyamanan thermal (udara yang nyaman dan segar). Beberapa bahan bangunan yang
dapat diterapkan adalah sebagai berikut :
a. Bahan bangunan untuk dinding dan atap sebaiknya tidak menghisap air dan tidak
mudah ditumbuhi jamur dan lumut. Material-material dengan berat jenis kecil
(ringan) biasanya menjadi pilihan karena mempunyai kapasitas panas yang kecil,
time lag rendah dan cepat bereaksi terhadap perubahan iklim. Material dengan
konduktivitas rendah dapat membantu mengurangi panas pada bangunan.
b. Penggunaan material kaca pada jendela ataupun boven juga perlu diperhatikan
berkaitan dengan orientasinya terhadap arah sinar matahari serta arah aliran
udara. Tidak seperti bangunan di negara 4 musim yang berjendela kecil dan
sedikit, bangunan di Indonesia cenderung menggunakan jendela-jendela ataupun
boven (ventilasi) berukuran besar dan banyak di dinding luar rumah untuk
menangkap cahaya dan udara alami seoptimal mungkin.
Namun, selain bahan bangunan diatas bahan bangunan yang ramah lingkungan yaitu
bahan bangunan yang alami seperti kayu tentunya akan menambah kenyamanan dan
menambah kesan lingkungan yang hijau bagi residen. Memang untuk masalah ketahanan
dan kekuatan sangat jauh berbeda namun tentunya banyak teknologi yang dapat
menjadikan bahan-bahan alami tersebut menjadi bahan yang tahan lama dan
memperpanjang umur bangunan.
8
VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083
3. Faktor perawatan
Perawatan bangunan sangat penting bagi sebuah bangunan, karena bangunan yang dirawat
tentunya akan lebih bisa bertahan lama dibandingkan dengan bangunan yang tidak dirawat
serta dibiarkan begitu saja. Jika bangunan rutin dirawat maka, jika ada kesalahan atau
kerusakan sedikit akan langsung dibereskan dengan cepat berbeda dengan bangunan yang
tidak diperhatikan.
Selain itu, perawatan bangunan sangat penting untuk menjaga kondisi fisik bangunan serta
menjaga fungsi bangunan sehingga dapat meningkatkan niai asset bangunan tersebut.
Pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan akan membuat umur bangunan tersebut
menjadi lebih panjang, ditinjau dari aspek : kekuatan, keamanan, dan penampilan
(performance) bangunan. Bahwa berhasil atau tidaknya suatu pembangunan gedung dapat
dilihat dari usia pemakaian bangunan sesuai dengan rancangan bangunannya dan tata cara
pemeliharaan terhadap bangunan itu sendiri didalam manajemen proyek.
D. KONSEKUENSI DAN KORELATIF
Dari tiga poin diatas yang sudah dibahas secara panjang lebar maka ada beberapa konsekuensi yang
berhubungan dengan eksistensi, prospek, dan sustainability bangunan yang nantinya akan
memberikan sebuah komplementer dan akan diterapkan dalam objek rancang bangun. Dari poin
diatas, beberapa konsekuensi pada perencanaan pusat terapi dan rehabilitasi narkoba berbasis
therapeutic community dengan pendekatan healing environment adalah :
1. Mencari sebuah lokasi di Surakarta yang sesuai dengan kriteria pusat rehabilitasi dan
mempunyai lingkungan hijau serta udara yang segar. Tentunya lokasi yang dicari akan
berada di pinggir kota Surakarta. Beberapa kriteria lokasi pusat rehabilitasi adalah sebagai
berikut :
a. Lokasi berada di daerah yang sejuk, dimana daerah yang sejuk merupakan daerah
yang ideal untuk upaya pemulihan (recovery).
b. Daerah yang jauh dari pusat keramaian kota. Keuntungannya adalah pasien akan
terkonsentrasi pada kegiatan penyembuhan dan jauh dari hiruk pikuk kebisingan
kota.
c. Jauh dari keramaian aktivitas pariwisata, karena di khawatirkan akan menimbulkan
banyak efek negatif. Daerah tujuan akan menjadi ramai bila memasuki musim
liburan.
9
VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083
d. Lokasi dan site memiliki udara yang sejuk, yaitu sekitar 190-200 C .
2. Desain tata ruang luar yang berkonteks pada healing environment yaitu perencanaan
lingkungan yang nyaman dan hijau dengan penggunaan healing garden. Healing garden
harus mempertimbangkan adanya tata lansekap dan memanfaatkan vegetasi yang berupa
pohon yang bertekstur, baik daun, dahan dan batangnya. Bunga-bungaan seperti kamboja,
melati, maupun tanaman wangi lain yang dapat merangsang indera penciuman.
Penambahan elemen lansekap lain, khususnya air karena air mempunyai efek menenangkan
bagi manusia.
3. Peruangan untuk proses penyembuhan residen harus dipertimbangkan dan dipirkan dengan
baik karena sangat mempengaruhi kesembuhan residen terutama saat menjalani kegiatan
terapi di dalam ruangan. Beberapa faktor-faktor peruangan yang harus diperhatikan adalah :
a. Organisasi ruang
Pola organisasi ruang yang diaplikasikan berdasarkan kebutuhan dan kegiatan yang
akan berlangsung ada pola cluster. Pola ini akan membagi penggunaan tiap area
berdasarkan rangkaian proses kegiatan yang akan berada di dalamnya sehingga
sirkulasi kegiatan akan berlangsung secara linier untuk memudahkan kontrol
terhadap pasien. Pengorganisasian ruang di area rehabilitasi juga ditetapkan sesuai
dengan tahapan dan proses yang dijalani oleh residen sesuai dengan program
standar yang telah ditetapkan dalam terapi.
b. Interior ruangan
Konsep interior ruangan lebih mengarah pada penggunaan warna dan material.
Warna yang dipakai haruslah warna-warna yang bersifat hangat dan memberikan
efek yang menenangkan. Sementara, penggunaan warna-warna sangat terang
seperti warna merah atau kuning harus dihindari karena dapat memicu stress
residen. Selain warna, material juga harus diperhatikan seperti penggunaan lantai
kayu atau penggunaan material pintu yang tidak dapat melukai residen.
Selain warna dan material, view keluar bangunan yang sejuk akan memberikan efek
sejuk dan menenangkan bagi residen. Sehingga desain ruangan harus memiliki
banyak bukaan pada view-view alam dengan menggunakan material kaca sehingga
residen merasa nyaman karena dekat dengan alam.
10
VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083
c. Orientasi Bangunan
Orientasi bangunan akan berpengaruh pada kenyamanan thermal dan sustainability
bangunan,orientasi bangunan harus diperhatikan dengan baik yaitu dengan cara
mendesain sisi panjang bangunan pada sisi utara selatan dan sisi pendek bangunan
menghadap pada sisi barat timur sehingga bangunan yang terkena matahari
sepanjang hari adalah pada sisi pendek bangunan sehingga kenyamanan thermal di
dalam bangunan dapat terjaga. Selain itu untuk menghindari silau dan sinar
matahari pada saat pagi dan siang hari maka digunakan secondary skin agar silau
tidak langsung masuk ke dalam bangunan.
d. View dan Bukaan
Estetika ruangan dapat mempengaruhi psikis seseorang. Estetika ruangan dapat
diciptakan dengan memasukkan pemandangan alam ke dalam ruangan. Akses ke
alam diperlukan untuk menstimulus kesehatan dan mengurangi stres. Perbanyak
view ke arah luar dan taman dengan bukaan jendela.
Selain view, bukaan pada sebuah ruangan juga sangat penting untuk
mengoptimalkan udara segar yang masuk ke dalam ruangan sehingga udara di
dalam ruangan dapat terpenuhi dengan optimal dan sirkulasi udara bisa berjalan
dengan lancar.
4. Bahan bangunan
Pemilihan bahan bangunan yang tepat baik untuk bahan struktur maupun non struktur
akan menentukan kualitas dan daya tahan bangunan. Penggunaan bahan bangunan pada
objek rancang bangun ini akan lebih menggunakan material-material alam yang
memberikan efek hangat dan alami sehingga memberikan rasa tenang dan nyaman bagi
residen. Penggunaan material alam akan dikombinasi juga dengan fabrikasi salah satunya
adalah bahan kaca, namun kaca yang digunakan adalah kaca yang mempunyai daya serap
panas yang rendah namun mempunyai daya pantul yang tinggi sehingga kenyamanan
thermal dan suhu udara yang ada akan lebih terjaga.
11
VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083
RELEVANSI / KEBUTUHAN KONSEP
PUSAT TERAPI DAN REHABILITASI NARKOBA BERBASIS THERAPEUTIC COMMUNITY DENGAN PENDEKATAN HEALING ENVIRONMENT
A. KONSEP MAKRO
1. Lokasi berada di daerah yang sejuk, dimana daerah yang sejuk merupakan daerah yang ideal
untuk upaya pemulihan (recovery).
2. Daerah yang jauh dari pusat keramaian kota. Keuntungannya adalah pasien akan
terkonsentrasi pada kegiatan penyembuhan dan jauh dari hiruk pikuk kebisingan kota.
3. Jauh dari keramaian aktivitas pariwisata, karena di khawatirkan akan menimbulkan banyak
efek negatif. Daerah tujuan akan menjadi ramai bila memasuki musim liburan.
4. Lokasi dan site memiliki udara yang sejuk, yaitu sekitar 190-200 C .
B. KONSEP MIKRO
1. Aktivitas
Aktivitas pada pusat terapi dan rehabilitasi melingkupi aktivitas terapi dan aktivitas rehabilitasi,
namun rehabilitasi yang direncanakan digabung dengan sebuah terapi yang menyembuhkan
secara psikologis dengan metode therapeutic community sebagai metode terapi untuk para
residen. Aktivitas yang terjadi di dalamnya adalah sebagai berikut :
a. Perbaikan Perilaku Sehari-hari (Behavior Management)
Setiap hari, residen diharuskan beraktivitas mengikuti jadwal yang telah ditentukan,
kecuali ada kendala seperti residen dalam keadaan sakit. Setiap kegiatan sudah dijadwal
secara padat dan teratur. Tujuannya agar pasien diberi kesibukan sehingga tidak
memiliki waktu untuk berdiam diri dan berkhayal. Semua aktivitas dilakukan secara
bersama – sama, antara para residen dan staf yang bertugas. Tujuannya untuk
meningkatkan kedisiplinan dan rasa kebersamaan dalam suatu komunitas.
b. Pertemuan
Pada terapi komunitas pertemuan berdasarkan tujuannya, dibedakan menjadi 4 (empat)
macam, yaitu :
1) Morning meeting
2) Seminar
3) House Meeting
4) General Meeting
12
VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083
c. Permainan
Berbagai permainan yang dapat meningkatkan kemampuan bekerja sama dalam
kelompok, mengasah kreativitas dan intelektual, mengembangkan kemampuan untuk
mengungapkan pendapat dan lain-lain.
d. Ibadah
Perbaikan mental spiritual sangat dibutuhkan oleh pasien. Memiliki hubungan yang
dekat dengan Tuhan dapat membantu pasien dalam mengendalikan perilaku dan pola
berpikir. Beribadah secara rutin akan dapat membantu proses penyembuhan. Kegiatan
beribadah dilakukan bersama-sama.
e. Keterampilan untuk bertahan mandiri lepas dari ketergantungan dengan narkoba
(Vocational/Survival Skill)
Pelatihan yang diberikan untuk mampu bertahan mandiri lepas dari ketergantungan
narkoba dengan pemberian tugas secara bertahap mulai dari yang mudah hingga
kompleks dan menuntut tanggung jawab dari setiap individu. Pelatihan kepemimpinan
dan penerapannya di lingkungan komunitas, meliputi evaluasi dan pengambilan
keputusan yang telah dibuat dalam komunitas.
2. Perwadahan / Peruangan
Peruangan atau perwadahan sangat penting untuk proses penyembuhan residen harus
dipertimbangkan dan dipirkan dengan baik karena sangat mempengaruhi kesembuhan residen
terutama saat menjalani kegiatan terapi di dalam ruangan. Beberapa faktor-faktor peruangan
yang harus diperhatikan adalah :
a. Organisasi ruang
Pola organisasi ruang yang diaplikasikan berdasarkan kebutuhan dan kegiatan yang akan
berlangsung ada pola cluster. Pola ini akan membagi penggunaan tiap area berdasarkan
rangkaian proses kegiatan yang akan berada di dalamnya sehingga sirkulasi kegiatan
akan berlangsung secara linier untuk memudahkan kontrol terhadap pasien.
Pengorganisasian ruang di area rehabilitasi juga ditetapkan sesuai dengan tahapan dan
proses yang dijalani oleh residen sesuai dengan program standar yang telah ditetapkan
dalam terapi.
b. Interior ruangan
Konsep interior ruangan lebih mengarah pada penggunaan warna dan material. Warna
yang dipakai haruslah warna-warna yang bersifat hangat dan memberikan efek yang
13
VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083
menenangkan. Sementara, penggunaan warna-warna sangat terang seperti warna
merah atau kuning harus dihindari karena dapat memicu stress residen. Selain warna,
material juga harus diperhatikan seperti penggunaan lantai kayu atau penggunaan
material pintu yang tidak dapat melukai residen.
Selain warna dan material, view keluar bangunan yang sejuk akan memberikan efek
sejuk dan menenangkan bagi residen. Sehingga desain ruangan harus memiliki banyak
bukaan pada view-view alam dengan menggunakan material kaca sehingga residen
merasa nyaman karena dekat dengan alam.
c. View dan Bukaan
Estetika ruangan dapat mempengaruhi psikis seseorang. Estetika ruangan dapat
diciptakan dengan memasukkan pemandangan alam ke dalam ruangan. Akses ke alam
diperlukan untuk menstimulus kesehatan dan mengurangi stres. Perbanyak view ke arah
luar dan taman dengan bukaan jendela.
Selain view, bukaan pada sebuah ruangan juga sangat penting untuk mengoptimalkan
udara segar yang masuk ke dalam ruangan sehingga udara di dalam ruangan dapat
terpenuhi dengan optimal dan sirkulasi udara bisa berjalan dengan lancar.
3. Permassaan
Berbagai macam bentuk dasar akan dipilih dalam perancangan yang mengusungkan tema
Natural Meditative dengan pengeliminasian pada sudut-sudut untuk mencegah resiko cedera
pada pasien. Penggunaan kotak akan mendominasi karena bentuknya yang fungsional, mudah
diatur, serta menyimpan banyak ruang tanpa terbuang. Bentuk-bentuk melengkung akan
digunakan untuk membuat sensasi alam yang tidak beraturan masuk ke dalam ruangan tanpa
menimbulkan terlalu banyak bentuk-bentuk rumit yang dapat membuat pasien menjadi tidak
fokus.
Selain itu bentukan massa pada pusat rehabilitasi narkoba haruslah mengesankan kesan
terbuka, mengayomi, homy, namun tetap tegas dan berkarakter. Bentuk yang tidak terlalu
formal akan dapat mengurasi rasa tertekan/stress yang timbul dalam pikiran calon rehabilitan.
karakter bangunan yang homy akan menimbulkan kesan seolah-olah mereka sedang berada di
sebuah rumah, bahkan diharapkan seperti berada dalam rumah sendiri.
14
VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083
4. Komplementer
a. Orientasi Bangunan
Orientasi bangunan akan berpengaruh pada kenyamanan thermal dan sustainability
bangunan,orientasi bangunan harus diperhatikan dengan baik yaitu dengan cara mendesain
sisi panjang bangunan pada sisi utara selatan dan sisi pendek bangunan menghadap pada
sisi barat timur sehingga bangunan yang terkena matahari sepanjang hari adalah pada sisi
pendek bangunan sehingga kenyamanan thermal di dalam bangunan dapat terjaga. Selain
itu untuk menghindari silau dan sinar matahari pada saat pagi dan siang hari maka
digunakan secondary skin agar silau tidak langsung masuk ke dalam bangunan.
b. Bahan Bangunan
Pemilihan bahan bangunan yang tepat baik untuk bahan struktur maupun non struktur
akan menentukan kualitas dan daya tahan bangunan. Penggunaan bahan bangunan pada
objek rancang bangun ini akan lebih menggunakan material-material alam yang
memberikan efek hangat dan alami sehingga memberikan rasa tenang dan nyaman bagi
residen. Penggunaan material alam akan dikombinasi juga dengan fabrikasi salah satunya
adalah bahan kaca, namun kaca yang digunakan adalah kaca yang mempunyai daya serap
panas yang rendah namun mempunyai daya pantul yang tinggi sehingga kenyamanan
thermal dan suhu udara yang ada akan lebih terjaga.
c. Landscaping
Untuk lansekap objek rancang bangun ini akan menggunakan healing garden atau taman
penyembuh, yaitu taman yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat membuat orang
merasa lebih baik. Tujuan dari taman ini adalah membuat orang merasa nyaman, aman,
rileks dan bersemangat. Keberadaan taman ini juga sebagai sarana terapi alam bagi residen
karena taman dapat menghadirkan elemen-elemen alam sehingga memungkinkan manusia
untuk berinteraksi langsung dengan alam.