Upload
nikko-aditya
View
87
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
5/17/2018 ESTETIKA 2 UTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/estetika-2-uts 1/14
ESTETIKA 2
INTERIOR BRANDING
NIKKO ADITYA PERDANA
41410134
5/17/2018 ESTETIKA 2 UTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/estetika-2-uts 2/14
LATAR BELAKANG
Prinsip dari manajemen pemasaran adalah kepuasan konsumen. Dalam
mengembangkan strategi pemasaranuntuk produk-produk individual, penjual harus
menghadapi keputusan pemberian merek. Merek merupakan masalah utama dalam strategi
produk. Sebaliknya mengembangkan produk bermerek membutuhkan pengeluaran investasi
jangka panjang yang besar, khususnya untuk iklan, promosi, dan pengemasan. Lebih mudah lagi
bagi produsen untuk menyerahkan produknya pada pihak lain untuk diberi merek.
Menurut Larry Light, seorang profesional riset periklanan terkemuka dalam
wawancaranya mengenai pemasaran untuk tiga dasawarsa ke depan menganalisis sebagai
berikut:
Perang pemasaran akan menjadi perang antar merek, suatu persaingan demi dominasi
merek. Berbagai perusahaan dan investor akan menyadari merek sebagai suatu aset
perusahaan yang paling bernilai. Ini merupakan konsep yang amat penting. Sehingga
merupakan visi mengenai bagaimana mengembangkan, memperkuat, mempertahankan, dan
mengelola suatu perusahaan … sehingga akan menjadi lebih penting untuk memiliki pasar
ketimbang memiliki pabrik. Satu-satunya cara untuk menguasai pasar adalah memiliki pasar
dengan merek dominan.
Kekuatan merek tidak terbatas pada pasar konsumen. Fakta menunjukkan, Ekuitas
Merek (brand equity) mungkin akan lebih penting dalam pasar barang-barang industri
dibanding dengan pemasaran konsumen. Kesadaran merek (brand name awareness) sering
menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan para pembeli industrial. Lebih jauh, banyak
alternatif pembelian industrial cenderung tak beda dengan undian. Faktor yang paling
menentukan pada gilirannya terletak pada arti suatu merek di benak seorang konsumen.
TUJUAN
Branding kerap dilakukan guna memberi konteks yang jelas akan “sesuatu”. Branding dilakukan
dengan maksud untuk menciptakan pencitraan yang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh si
empunya maksud. Apakah ia politikus, professional, produk jasa dan sebagainya.
5/17/2018 ESTETIKA 2 UTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/estetika-2-uts 3/14
Tujuan branding adalah untuk melakukan penetrasi kepada khalayak tentang “keberadaan
dirinya” atau Keberadaan Produknya”. Diharapkan dengan langkah tersebut, maka akan
diperoleh pencitraan yang mengagumkan. Memberi efek “ingat” yang dalam kepada khalayak.
Artinya, kegiatan branding itu adalah sebuah usaha untuk memberi kejelasan yang padat.
Menebar pesona yang bersifat positif kepada sebanyak-banyaknya orang. Agar bisa
mendapatkan nilai poin yang lebih dibandingkan yang lain.
PENGERTIAN
Branding adalah sebuah pengembangan kata kerja dari brand, yang mempunyai pengertian
aktivitas yang berhubungan kata benda “brands”. Branding adalah usaha memperkuat tentang
keunggulan suatu merk dengan merk yang lain. (Wheeler, 2009; 6). Alina Wheeler menjelaskan
bahwa branding adalah cerminan strategi perusahaan untuk menarik pengaruh dan kesetiaan
pelanggan untuk mengkonsumsi suatu produk. Terdapat perbedaan yang mendasar antara
proses pengambil keputusan ketika membeli sebuah produk sebagai sebuah
komoditas dibandingkan dengan keputusan membeli berdasarkan sebuah brand. Brand sangat
berpengaruh terhadap pemilihan konsumen terhadap suatu produk (Wasesa, 2011:11), oleh
sebab itu pengalaman (experience) konsumen dalam berinteraksi dengan brand menjadi sangat
penting dalam menambah nilai dari brand itu sendiri. Menurut John Dewey konsep tentang
pengalaman (experience) adalah jalinan (intertwining) manusia dengan lingkungannya (dalam
Brakus dkk, 2009: 54). Jalinan hubungan ini merupakan sebuah kesadaran yang dimiliki manusia
melalui proses psikologi, afektif dan kognitif untuk mengingat suatu fenomena dan merupakan
suatu respons untuk bertindak di kemudian hari. Jika dikaitkan dengan brand sebagai sebuah
proses komunikasi, maka suatu keadaan dimana konsumer sudah terpengaruh dan bereaksi
oleh sebuah brand disebut brand experience.
Ada pula tindakan Branding Popular yang dilakukan untuk menciptakan brand tertentu kepada
pihak tertentu. Baik itu berupa produk, jasa, orang, atau sesuatu yang lain.
Branding lewat blog
Branding lewat media massa baik elektronik maupun cetak
5/17/2018 ESTETIKA 2 UTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/estetika-2-uts 4/14
Branding lewat buku
Branding lewat iklan
Selama ini, banyak asumsi yang lebih melihat branding sebagai sesuatu yang bersifat eksklusif
semata. Pekerjaan yang pantas dijalankan oleh orang-orang tertentu yang berkecimpung di
dunia bisnis. Sebenarnya siapapun bisa melakukan branding. Tidak penting, apakah ia seorang
penulis buku, seorang blogger, seorang pebisnis, seorang karyawan, seorang office boy.
Branding tidak pandang bulu. Branding bisa di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan sifat yang lebih personal, independent dan mandiri.
“upaya untuk memperjelas eksistensi diri”, Keberadaan diri dan kemampuan diri yang
sesungguhnya. Tentu saja akan memotivasi untuk meningkatkan kualitas diri, guna
menciptakan brand di mata lingkungan kerja.
Dengan pemahaman yang kuat mengenai pengertian branding. Maka motivasi untuk maju dan
berkembang sangat beralasan. Orang akan semakin bersemangat menggali potensi-potensi
yang ada pada diri mereka.
Maka gabungan antara pemahaman tentang branding dan motivasi berubah akan bersinergi
dan menghasilkan kristal-kristal jati diri. Yang selanjutnya di kenal sebagai bagian dari skill yang
dimiliki. Jika demikian yang terjadi, maka orang akan lebih mudah di akui. Setidaknya, berada
satu langkah didepan.
PENDAPAT AHLI
Brand menurut Speak (1998 dalam Karjalainen, 2004:32) dapat didefinisikan sebagai sesuatu
yang unik, hubungan dengan pasar (konsumen) yang memberikan nilai strategis jangka panjang
bagi organisasi (produsen). Brand menjadi sebuah proses komunikasi dua arah antara produsen
dengan konsumennya yang diwujudkan menjadi kesetiaan konsumen dalam memilih brand
tersebut seperti yang terlihat pada gambar 1.
5/17/2018 ESTETIKA 2 UTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/estetika-2-uts 5/14
Gambar 1. Posisi Brand Dalam Proses Komunikasi Antara Perusahaan dan Konsumen
Sumber: Reproduksi Dari Karjalainen, 2004: 43
Brand experience menurut Brakus dkk (2009; 52), yaitu suatu pengalaman konsumen dalam
menggunakan suatu brand yang dikonseptualisasikan (conceptualized ) sebagai suatu sensasi,
perasaan, kognisi dan respon tingkah laku (behaviorial ) yang dibangkitkan oleh stimuli dari
suatu brand (brand-related stimuli ); yang merupakan bagian dari desain dan identitas
suatubrand , kemasan ( packaging), komunikasi dan lingkungan (environments). Brakus dkk
(2009; 52) merumuskan konsepsi pengalaman (experience) yang ditimbulkan oleh
suatu brand dapat dibagi menjadi:
1. Pengalaman terhadap produk ( product experience) yaitu pengalaman yang ditimbulkan
ketika konsumer berinteraksi dengan produk. Dalam tulisan ini dipahami sebagai
pengalaman konsumen ketika menikmati makanan dalam restoran sebagai produk yang
dijual restoran tersebut. Dalam pengalaman terhadap produk konsumen telah melakukan
proses pemilihan (examines) dan evaluasi terhadap produk tersebut.
2. Pengalaman tentang pelayanan dan berbelanja (shopping dan service experience) yaitu
pengalaman yang ditimbulkan ketika konsumen berinteraksi dengan lingkungan fisik dari
restoran tersebut, khususnya dengan desain interior restoran tersebut.
3. Pengalaman dalam menggunakan brand tersebut (consumption experience) yaitu
pengalaman yang ditimbulkan ketika konsumen mengkonsumsi dan menggunakan produk
tersebut yang bersifat holistik. Holbrook dan Hirschman, 1992 dalam Brakus, 2009: 53)
menyebutkan pengalaman menggunakan brand (consumption experiences) bersifat
5/17/2018 ESTETIKA 2 UTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/estetika-2-uts 6/14
multidimensional termasuk didalamnya dimensi hedonisme (hedonic dimensions) seperti
perasaan, fantasi dan kegembiraan ( fun).
Pada point kedua konsep brand experience menegaskan bahwa peran ruang fisik merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi pengalaman konsumen dalam menggunakan brand.
Schmitt (1999,2003 dalam Keller dan Lehman, 2006:742) menghubungkan konsep Customer
Experience Management (CEM) yaitu proses manajemen stategis yang mengatur pengalaman
konsumen dengan produk atau perusahaan. Schmitt memaparkan bahwa Brand dapat
membantu untuk menciptakan 5 jenis pengalaman (experiences):
1. Sense experiences (pengalaman indera) yang melibatkan sensor persepsi
2. Feel experiences (pengalaman perasaan) yang melibatkan perasaan (affect ) dan emosi
3.
Think experiences (pengalaman berpikir) yang dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat kreatif dan kognitif
4. Act experiences (pengalaman bertindak) yang melibatkan perilaku fisik dan menggabungkan
aksi individual dan gaya hidup
5. Relate experience (pengalaman berhubungan) yang dihasilkan dengan mengacu kepada
grup atau budaya tertentu (Keller dan Lehman, 2006: 742).
Dari konsepsi CEM tersebut dapat dinaungi oleh ruang sebagai lingkungan fisik dimana brand
sebagai strategi perusahaan diimplementasikan dan secara langsung mempengaruhipengalaman konsumen dalam berinteraksi dengan brand. Berbicara masalah ruang tentu tidak
bisa terlepas dari keilmuan desain interior.
Branding experience dalam ruang merupakan kontruksi persepsi konsumen berinteraksi dengan
brand dalam ruang, dimana ruang tersebut merupakan strategi pemasaran perusahaan (dalam
hal ini restoran). Menurut Halim (2005: 170) informasi yang didapat seseorang dari lingkungan
memiliki properti-properti simbolis yang memberi makna, kualitas ambient (tidak kasat mata),
memunculkan respon-respon emosional, dan pesan-pesan motivasional yang menstimulasi
kebutuhan. Menurut Lawson (2001: 6) ruang adalah sesuatu yang sangat mendasar dan
bentuk universal dari sebuah proses komunikasi. Keilmuan arsitektur mengorganisasikan dan
menyusun ruang untuk manusia, dimana interior dan objek di dalamnya yang menggabungkan
atau memisahkan suatu kamar (rooms); dapat memfasilitasi atau menghalangi kegiatan
5/17/2018 ESTETIKA 2 UTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/estetika-2-uts 7/14
manusia dengan cara menggunakan “bahasa” ini. Lawson menegaskan peran ruang sebagai
sebuah proses komunikasi antara desainerruang- dan pemakai ruang tersebut melalui bahasa
ruang yang ditangkap oleh persepsi pemakai ruang tersebut. Dalam hal ini ruang memediasi
suatu bentuk komunikasi antara desainer dengan pengguna ruang dengan tujuan akhir
yaitu aktivitas pengguna ruang sesuai dengan yang diinginkan oleh desainer itu sendiri.Media
(medium) pada dasarnya yaitu proses mengubah pesan secara teknisdan fisik menjadi sinyal
sehingga dapat ditransmisikan melalui saluran (channel ) tertentu (Fiske, 1990:18).
Fiske Juga memaparkan sebuah konsep media representasional, yaitu media
yang menggunakan kebudayaan dan konvensi aestetik untuk menghasilkan “teks”
dalam berbagai jenis. Mereka merupakan perwakilan dari suatu makna dan kreatifitas. Media
ini menghasilkan teks yang dapat merekam media yang termasuk media presentasional dandapat eksis secara independen tanpa kehadiran komunikator.
Media ini menghasilkan proses kerja (works) dari komunikasi (Fiske, 1990:18). Berdasarkan
pengertian di atas maka ruang (desain interior) termasuk ke dalam media representasional
pada proses komunikasi. Ruang mengkomunikasikan sebuah pesan kepada penggunanya yang
akhirnya menjadi sebuah pengalaman pengguna dalam ruang tersebut. Dalam konteks ruang
komersial, ruang bertindaksebagai media representasi sebuah brand untuk menumbuhkan
pengalaman konsumen dalam menggunakan brand tersebut.Desainer memanfaatkan visual grammar yang merupakan elemen dari desain untuk
menyampaikan pesan kepada konsumen yang menggunakan ruang tersebut. Proses komunikasi
dalam ruang (environments) sebagai media representasional dan hubungan antara
keilmuan desain dan perilaku konsumen (consumer behaviour ) dapat dilihat pada gambar 2.
5/17/2018 ESTETIKA 2 UTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/estetika-2-uts 8/14
Gambar 2. Proses Komunikasi Antara Desain (ruang) dan Perilaku Konsumen
Sumber: Reproduksi dari de Mozzota, 2003: 89
Dari gambar di atas dapat dilihat bagaimana dalam konteks ruang komersial, persepsi
konsumen dikontruksikan melalui stimulus desain yang akan bertujuan untuk meningkatkan
pengalaman khususnya sensasi konsumen ketika berinteraksi dengan brand tersebut. Ruang
(environment ) sebagai bagian dari stimulus desain yang mempengaruhi persepsi dan
pengalaman konsumen dalam berinteraksi dengan sebuah brand. Ruang dengan sentuhan
desain melingkupi suatu bahasa estetis yang menawarkan suatu nilai dari suatu brand yang
dihubungkan dengan gaya hidup konsumen tersebut melalui strategi pemasaran dankomunikasi perusahaan yang komprehensif. Keberhasilan dari keberadaan sebuah brand
merupakan suatu proses peningkatan kesadaran konsumen terhadap brand (brand awareness)
yang dipicu oleh identitas brand (brand identity ) tersebut. Dalam konteks tersebut ruang dalam
koridor desain interior mempunyai peranan penting yaitu menguatkan identitas brand tersebut
melalui bahasa ruang, desain dan estetika untuk meningkatkan brand awareness konsumen.
Tentu tujuan dari proses ini adalah nilai ekuitas brand (brand equity ) dimana kesetiaan
konsumen terhadap brand tersebut sangat tinggi.
5/17/2018 ESTETIKA 2 UTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/estetika-2-uts 9/14
CONTOH DARI PENDAPAT AHLI :
Aneh jika dealer yang menjual motor merek Suzuki justru dia sendiri mengendarai motor yang
bermerek kawasaki. Demikian juga dengan perilaku karyawan yang kurang menghargai produk
dan layanan yang diberikan perusahaan tempatnya bekerja. Perilaku ini menunjukkan tiadanya
dukungan yang optimal dalam mewujudkan misi merek tersebut. Padahal karyawan merupakan
wajah dari merek itu sendiri, sehingga harus dipastikan bahwa mereka mampu bertindak selaku
representatif, selaku duta besar merek (brand ambassador).
Strategi-strategi Interior Branding (Brand Strategies)
Produsen/distributor atau pedagang pengecer dapat melakukan strategi brand sebagai berikut
di bawah ini :
1. Individual Branding / Merek Individu
Individual branding adalah memberi merek berbeda pada produk baru seperti pada
deterjen surf dan rinso dari unilever untuk membidik segmen pasar yang berbeda seperti
halnya pada wings yang memproduksi deterjen merek so klin dan daia untuk segmen pasar
yang beda.
2. Family Branding / Merek Keluarga
Family branding adalah memberi merek yang sama pada beberapa produk dengan
alasan mendompleng merek yang sudah ada dan dikenal mesyarakat. Contoh famili branding
yakni seperti merek gery yang merupakan grup dari garudafood yang mengeluarkan banyak
produk berbeda dengan merek utama gery seperti gery saluut, gery soes, gery toya toya, dan
lain-lainnya.
PERBEDAAN LOGO DAN BRAND
Logo dan Brand (merek) adalah suatu unsur yang sangat berpengaruh dalam sebuah
perusahaan. Keduanya berfungsi sebagai identitas yang mereprentasikan citra sebuah
perusahaan dimata konsumen.
5/17/2018 ESTETIKA 2 UTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/estetika-2-uts 10/14
PENGERTIAN LOGO
Logo adalah lambang atau simbol khusus yang mewakili suatu perusahaan atau organisasi.
Sebuah logo bisa berupa nama, lambang atau elemen grafis lain yang ditampilkan secara visual.
Sebuah logo diciptakan sebagai identitas agar unik dan mudah dibedakan dengan perusahaan
kompetitor/pesaing.
Logo bisa diibaratkan dengan wajah. Setiap orang bisa dengan mudah dikenali antara satu
dengan yang lain hanya dengan melihat wajah. Begitu juga halnya dengan logo. Logo
merupakan sebuah visi penyampaian citra positif melalui sebuah tampilan sederhana dalam
bentuk simbol.
CONTOH LOGO :
Karena fungsi dasarnya sebagai identitas, logo haruslah unik dan mudah diingat. Selain itu, logo
juga harus divisualisasikan seimbang dan enak dipandang, serta relefan sehingga mampu
memberikan penjelasan mengenai apa yang ditawarkan perusahaan pemilik logo.
5/17/2018 ESTETIKA 2 UTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/estetika-2-uts 11/14
PENGERTIAN BRAND
Sama halnya dengan logo, Brand (merek) berfungsi sebagai identitas suatu perusahaan atau
organisasi. Namun brand tidak hanya digambarkan dalam sebuah simbol (seperti logo), brand
bersifat menyeluruh. Brand bisa berupa Nama, simbol/logo, bentuk, iklan, slogan, maupun
penggunaan kombinasi warna.
Sebuah brand yang baik diciptakan dengan menggulangi penggunaan unsur-unsur tersebut
secara konsisten untuk menggambarkan identitas yang jelas dari sebuah perusahaan. Kita
mengenal slogan " just do it " sebagai salah satu bagian dari branding Nike. Nike konsisten
menyisipkan slogan tersebut dalam berbagai bentuk promosi baik dalam media cetak maupun
iklan televisi. Konsistensi tersebut lambat laun menggugah ingatan konsumen terhadap produk
Nike yang secara perlahan akan berujung membentuk prilaku konsumen yang responsif
terhadap layanan yang ditawarkan dalam promosi.
CONTOH :
5/17/2018 ESTETIKA 2 UTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/estetika-2-uts 12/14
Contoh lain dalam aplikasi branding dalam sebuah perusahaan dapat dilihat dari penggunaan
kombinasi warna. Sebuah brand harus konsisten menggunakan kombinasi warna untuk
membangun ingatan konsumen mengenai sebuah produk. Seperti Coca cola yang secara
konsisten menggunakan kombinasi warna merah, hitam dan putih dari mulai warna baju
karyawan sampai kepada warna gedung sekalipun.
Kesimpulannya, Logo dan Brand (merek) adalah dua hal yang berbeda. Keduanya sama-sama
tidak bisa bekerja efektif tanpa dukungan satu sama lain. Brand membutuhkan logo sebagai
representasi utama dalam membangun citra perusahaan. Sebaliknya, logo membutuhkan brand
untuk mencapai fungsinya melalui bentuk bentuk yang lebih spesifik dalam membangun citra
positif kepada konsumen.
5/17/2018 ESTETIKA 2 UTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/estetika-2-uts 13/14
SKEMA INTERIOR BRANDING
KESIMPULAN
Untuk meningkatkan ekuitas Brand, perusahaan-perusahaan dapat melakukan
serangkaian kegiatan yang bertujuan mempromosikan produknya. Dengan melakukan
serangkaian promosi-promosi tersebut, tentu saja dapat meningkatkan ekuitas merek. Dengan
meningkatnya ekuitas merek, perusahaan akan memperoleh keuntungan dengan meningkatkan
nilai hasil penjualan dan kepercayaaan terhadap konsumen. Perusahaan-perusahaan dituntut
untuk lebih professional lagi dalam menangani setiap keluhan-keluhan dari konsumen, agar
konsumen dapat tetap nyaman dan sangat mengenal atau “ingat” terhadap brand perusahaan-
perusahaan tersebut.
5/17/2018 ESTETIKA 2 UTS - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/estetika-2-uts 14/14
DAFTAR PUSTAKA
http://www.desainstudio.com/2010/10/logo-dan-brand-pengertian-fungsi-dan.html
http://www.jakartaconsulting.com/art-01-07.htm
http://dahlanforum.wordpress.com/2009/03/31/merk-pendahuluan/
http://fsd.isi-dps.ac.id/artikel/branded-space-sebuah-merek-yang-meruang
http://www.google.co.id/imgres?q=SKEMA+BRANDING&um=1&hl=id&biw=1366&bih=629&tbm
=isch&tbnid=FuYIBphlGk-
dyM:&imgrefurl=http://bertousman.wordpress.com/2011/10/02/aplikasi-marketing-mix-
terhadap-brand-equity-perguruan-tinggi-sebagai-sebuah-tinjauan-
literatur/&docid=dFyyN4MrAdxFnM&imgurl=http://bertousman.files.wordpress.com/2011/10/
capture2.jpg&w=720&h=386&ei=rEeMT62HDcHYigfv0-
GGCg&zoom=1&iact=hc&vpx=460&vpy=354&dur=1272&hovh=164&hovw=307&tx=138&ty=100
&sig=112639932803498649206&page=2&tbnh=90&tbnw=168&start=21&ndsp=24&ved=1t:429,
r:8,s:21,i:127
http://www.fadlymuin.com/insipirasi/pengertian-tentang-branding.html