57
SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR ESTIMASI BIAYA KEBIJAKAN PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI LISTRIK (STUDI KASUS: PT PLN (PERSERO) AREA KOTAMOBAGU) COST ESTIMATION OF ELECTRICITY DISTRIBUTION NETWORK MAINTENANCE POLICY (CASE STUDY: PT PLN (PERSERO) AREA KOTAMOBAGU) Oleh: Erlina Rusiana Dewi 1212100084 Dosen Pembimbing Valeriana Lukitosari S.Si., M.T. JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2015

ESTIMASI BIAYA KEBIJAKAN PEMELIHARAAN JARINGAN ...repository.its.ac.id/71103/3/1212100084-presentationpdf.pdfPenentuanPrioritas Pemeliharaan Berdasarkan Indeks Keandalan pada Sistem

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • SEMINAR HASILTUGAS AKHIR

    ESTIMASI BIAYA KEBIJAKAN PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI LISTRIK (STUDI KASUS: PT PLN (PERSERO) AREA

    KOTAMOBAGU)

    COST ESTIMATION OF ELECTRICITY DISTRIBUTION NETWORK MAINTENANCE POLICY (CASE STUDY: PT PLN (PERSERO) AREA

    KOTAMOBAGU)

    Oleh:Erlina Rusiana Dewi

    1212100084

    Dosen PembimbingValeriana Lukitosari S.Si., M.T.

    JURUSAN MATEMATIKAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERSURABAYA

    2015

  • PENDAHULUAN

    BAB 1

    LATAR BELAKANG

    RUMUSAN MASALAH

    BATASAN MASALAH

    TUJUAN

    MANFAAT

  • butuh

    butuh

    solusi

    LATAR BELAKANG

  • Alternatif kebijakan apa saja yang dapat dibentuk

    berdasarkan pemeliharaan yang diberikan pada jaringan

    distribusi listrik

    Bagaimana pengaruh downtime terhadap model yang

    terbentuk

    RUMUSAN MASALAH

  • BATASAN MASALAH

    Model yang dikembangkan berdasarkan pada kebijakanpemeliharaan yang telah ditentukan pada penelitiansebelumnya

    Fungsi laju hazard yang baru berdasarkan pada distribusiWeibull digunakan untuk mengetahui akibat tindakanPM tidak sempurna pada keandalan sistem yang dapatdiperbaiki.

  • TUJUAN

    Memperoleh estimasi biaya kebijakan pemeliharaan untuk tiap

    alternatif kebijakan pemeliharaan jaringan distribusi listrik

    Mengetahui pengaruh dan downtime pada model biaya yang

    telah terbentuk

  • MANFAAT

    Dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan penentuan

    keputusan managerial perusahaan dalam melakukan kontrak

    pemeliharaan dengan pihak ketiga.

    Kebijakan 1 Kebijakan 2 Kebijakan 3

  • TINJAUAN PUSTAKABAB 2

    1

    2

    3

    4

    5

    Analisa Biaya

    Keandalan (Reliability)

    Kerusakan (Failure)

    Ekspektasi Jumlah Kerusakan

    Downtime

    Distribusi Weibull

    Pemeliharaan (Maintenance)

    Sistem Distribusi Tenaga Listrik

  • ANALISA BIAYA

    Biaya pemeliharaan merupakan jenis biaya langsung yang

    dikeluarkan oleh perusahaan. Metode perhitungan biaya yang

    dilakukan berdasarkan per unit waktu. Perhitungan biaya kebijakan

    PM per unit waktu diberikan sebagai berikut [5]:

  • KEANDALAN

    Keandalan didenisikan sebagai probabilitas suatu komponen atau

    sistem dapat memenuhi fungsi yang ditentukan dalam periode

    waktu tertentu dalam kondisi pengoperasian yang stabil [6].

    Fungsi keandalan sistem

    Waktu terjadinya kerusakan

    Waktu operasional sistem

  • KERUSAKAN

    Kerusakan atau kegagalan merupakan suatu keadaan ketika suatu

    sistem tidak berada pada kondisi sesuai dengan fungsinya

    berdasarkan jadwal yang telah ditentukan [6]. Terdapat 3 jenis

    kerusakan, yaitu: DFR, CFR, dan IFR seperti yang ditunjukkan

    pada grafik bath up

  • FUNGSI KERUSAKAN

    Didefinisikan variabel acak kontinu T sebagai waktu kerusakan

    sistem, dengan T ≥ 0 dan

    Dengan F(0) = 0 dan untuk t ∞ F(t)=1. F(t) merupakan

    probabilitas kerusakan yang terjadi selama selang waktu t dan

    untuk selanjutnya didenisikan

  • LAJU KERUSAKAN

    Probabilitas bersyarat dari kerusakan didenisikan oleh:

    Probabilitas dari kerusakan yang terjadi selama interval [t, t +∆t]

    didenisikan oleh [6]:

    Maka, dapat diperoleh fungsi laju kerusakan sebagai berikut:

  • UKURAN KINERJA SISTEM

    Suatu sistem dapat diketahui kinerjanya dengan metode mean time to

    failure (MTTF) dan mean time between failure (MTBF).

    MTTF digunakan untuk unit

    yang tidak dapat diperbaiki.

    Secara sederhana didenisikan

    sebagai harapan atau nilai mean

    waktu kerusakan T, dinotasikan

    sebagai E(T).

    MTBF digunakan untuk

    peralatan yang dapat dilakukan

    perbaikan. MTBF memberikan

    informasi tentang seberapa

    sering suatu unit kehilangan

    fungsinya.

  • EKSPEKTASI JUMLAH KERUSAKAN

    Ekspektasi jumlah kerusakan sistem hingga pada masa wear out

    untuk satu kali siklus penggantian Ө = NT diberikan sebagai

    berikut [1]:

    laju kerusakan sistem yang

    mengikuti ditribusi Weibull

  • Downtime merupakan umlah waktu dimana suatu peralatan tidak dapat

    beroperasi akibat adanya kerusakan atau tindakan pemeliharaan lain. Downtime

    dapat dibedakan menjadi 2, yaitu downtime terjadwal dan tak

    terjadwal.

    DOWNTIME

    Rata-rata waktu

    perbaikan [6]:

  • Distribusi weibull digunakan untuk laju kerusakan yang tidak konstan.

    Fungsi kerusakan pada distribusi weibull didenisikan oleh [6]:

    DISTRIBUSI WEIBULL

    Dengan α > 0, β > 0, dan t > 0.

    β

    β < 1 (DFR)

    β = 1 (CFR)

    β > 1 (IFR)

  • PM merupakan tindakan pemeliharaan yang direncanakan untuk

    mengurangi deteriorasi sistem yang tindakannya berupa pencegahan

    kerusakan dan pendeteksian kerusakan.

    PEMELIHARAAN PENCEGAHAN (PM)

    PM periodik digunakan

    pada interval waktu tetap

    PM sekuensial diterapkan

    pada interval waktu yang

    tidak sama atau kontinu

  • CM merupakan tindakan pemeliharaan yang tidak dijadwalkan dan

    dilakukan ketika komponen atau sistem telah mengalami kerusakan.

    Pada dasarnya pemeliharaan korektif (CM) meliputi [8]:

    PEMELIHARAAN KOREKTIF (CM)

    1. Tindakan penggantian (replacement)

    2. Perbaikan kecil (minimal repair)

    3. Perbaikan besar (Overhaul)

  • Terdapat empat klasikasi umum dari sistem jaringan distribusi tenaga

    listrik, yaitu [9]: radial, ring, spindel, dan network.

    SISTEM DISTRIBUSI JARINGAN LISTRIK

  • METODE PENELITIANBAB 3

    STUDI LITERATUR

    PERUMUSAN MASALAH

    PEMBENTUKAN MODEL

    MATEMATIKA

    ANALISIS MODEL

    PENARIKAN KESIMPULAN

    DAN SARAN

    1

    2

    3

    4

  • ANALISIS DAN PEMBAHASANBAB 4

    4.2Kebijakan Pemeliharaan

    4.1 Kerusakan Jaringan Distribusi Listrik

    4.3 Penentuan Pemeliharaan Pencegahan (PM)

    4.4Fungsi Laju Hazard

    4.5 Estimasi Biaya Downtime

    4.6Estimasi Biaya per Unit Waktu

    4.7 PM Periodik Optimal

    4.8Estimasi Parameter

    4.9 Studi Kasus

  • KERUSAKAN JARINGAN LISTRIK

    Berdasarkan sifatnya gangguan yang terjadi, pada sistem distribusi

    listrik kerusakan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

    GANGGUAN TEMPORER

    GANGGUAN PERMANEN

  • KEBIJAKAN PEMELIHARAAN

    Kebijakan pemeliharaan yang dibentuk didasarkan pada jumlah

    tindakan PM dan CM yang dilakukan. Terdapat 3 alternatif kebijakan

    pemeliharaan yang dapat dibentuk, yaitu:

    Kebijakan Pemeliharaan 1

    Kebijakan Pemeliharaan 2

    Kebijakan Pemeliharaan 3

  • PENENTUAN PM

    Sistem menggunakan kebijakan PM periodik pada interval waktu

    tetap kT (k = 1, 2, ..., N). Pada saat waktu ke-tN, tindakan PM

    yang dilakukan berupa penggantian sistem dengan yang baru.

    “as good as new”

    “as bad as old”

    antara

    BIAYA

    Fungsi Laju Hazard

  • FUNGSI LAJU HAZARD

    Diasumsikan sistem dapat diperbaiki (repairable) dengan IFR. Jika hk (t)

    fungsi laju hazard saat PM ke-k dengan 0 ≤ t ≤ T, maka λk (t) < λk+1 (t).

    Sistem berdistribusi Weibull

    1 Jumlah kerusakan

  • 2 Pengaruh PM terhadap λk (t) [1]

    Mempengaruhi karakteristik λ(t)

    Mendeskripsikan tingkat deteriorasi,

    memperluas/mempersempit λ(t)laju hazard dapat dijadikan

    fungsi terhadap T hanya

    dengan parameter α

  • Semakin tinggi α menunjukkan

    semakin rendahnya slope dari laju

    hazard sistem

  • 2. limT→∞α(T) = α∞

    1. α(T) begerak monoton turun

    Diberikan dua interval PM yang berbeda, yaitu

    T1 dan T2 dengan T1 < T2, maka α(T1) < α(T2). Diasumsikan α = α(T),

    dengan syarat memenuhi 3 kondisi sebagai berikut:

    3. α(T) → ∞ untuk T→0

    Diberikan

    ADT α(T) memenuhi 3 kondisi di atas

    4.4.3

  • 1

    Untuk akan memenuhi

    Sehingga dapat dinyatakan bahwa

    Sehingga jelas bahwa α(T) bergerak monoton turun

  • 2

    3

  • Pada pemeliharaan yang telah diberikan sebelumnya, perusahaan telah

    menentapkan T0 sebagai interval PM

    T0 bukan T optimal, akan tetapi diberikannya PM menyebabkan

    deterorasi sistem menjadi lebih lambat sehingga MTBF menjadi lebih

    besar dari sebelumnya

    Untuk mengetahui pengaruh T0 terhadap fungsi laju

    hazard ditentukan MTBF dari sistem

  • Penentuan MTBF

    4.4.11

  • Yang mengindikasikan bahwa

    Berdasarkan persamaan 4.4.3 dan 4.4.11 dapat diperoleh pernyataan

    sebagai berikut:

    Perlu diperhatikan bahwa T0 diangap sebagai interval PM yang optimal,

    sehingga memungkinkan T0 tidak terlalu berbeda dengan Ti yang akan

    dibentuk. Oleh karena itu, α∞ dapat diabaikan sehingga diperoleh:

    4.4.14

    4.4.13

  • 4.4.16

    Karena data mengikuti distribusi Weibull dan T0 berpengaruh pada

    karakteristik waktu terjadinya kerusakan, maka γ dapat diperoleh dari

    pers. 4.4.14, yaitu γ = αT0 sehingga diperoleh:

    4.4.15

    Substitusi pers. 4.4.15 ke pers. 4.4.2 sehingga diperoleh fungsi laju

    hazard sebagai berikut:

  • Sehingga diperoleh ekspektasi jumlah kerusakan yang terjadi sebagai

    berikut:

  • ESTIMASI DOWNTIME

    Ekspektasi lama downtime akibat pemeliharaan korektif (CM):1

  • Ekspektasi lama downtime akibat pemeliharaan pencegahan (PM):2

    Total lama downtime :3

    Biaya kerugian akibat downtime :4

  • KEBIJAKAN PM 1

  • KEBIJAKAN PM 2

  • KEBIJAKAN PM 3

  • dengan

  • PM PERIODIK OPTIMAL

    Sehingga diperoleh nilai optimal N* dan T* untuk tiap kebijakan

    sebagai berikut:

    Untuk meminimalkan biaya yang dikeluarkan, maka ditentukan nilai

    optimal dari N dan T dengan menyelesaikan sistem peersamaan berikut:

  • KEBIJAKAN 1

    KEBIJAKAN 2

  • KEBIJAKAN 3

  • STUDI KASUS

    Kotamobagu

    N*

    T*

    C*(N,T)

    Terhadap:

    1. Perubahan tiap biaya

    2. Perubahan parameter

    Terhadap:

    1. Perubahan tiap biaya

    2. Perubahan parameter

    3. T0

  • Diberikan

    α = 458,106 β = 2,068Kotamobagu

  • Kotamobagu

    Tabel 4.1: Biaya tiap kebijakan

    Tabel 4.2: Biaya untuk T=T0

  • Tabel 4.3: Biaya tanpa downtime

    Tabel 4.4: Pengaruh β untuk kebijakan 1

  • Tabel 4.6: Pengaruh β untuk kebijakan 3

    Tabel 4.5: Pengaruh β untuk kebijakan 2

  • Kebijakan ? Kebijakan ?Kebijakan ?

  • Penambahan downtime meminimalkan jumlah keseluruhan biaya

    pemeliharaan.

    KESIMPULAN

    1

    2 Terdapat 3 kebijakan pemeliharaan yang dapat digunakan, yaitu:

    Kebijakan 2Kebijakan 1 Kebijakan 3

    1. Jangka waktu pendek

    atau panjang

    2. Sistem bersifat useful life

    1. Jangka waktu pendek

    2. Sistem baru (mortality)

    1. Jangka waktu panjang

    2. Sistem bersifat wear out

  • SARAN

    Pada tugas akhir ini kebijakan yang digunakan merupakan kebijakan

    PM periodik. Oleh sebab itu, penulis menyarankan agar penelitian

    dapat dilanjutkan pada perluasan kebijakan dengan PM sekuensial.

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. Melchor C.L., Rivas F., Maximov S., dkk. 2015. A Model for Optimizing

    Maintenance Policy for Power Equipment. Electrical Power and Energy

    Systems, 68: 304-312.

    2. Coria V.H., Maximov S., Rivas F., dkk. 2015. Analytical Method for

    Optimization of Maintenance Policy based on Available Sytem Failure Data.

    Reliability Engineering and System Safety, 135: 55-63.

    3. Mulyadi. 1999. Akutansi Biaya Edisi ke-3. Yogyakarta: Aditya Media UGM.

    4. Fabrycky W.J. dan Blanchard B.S. 1991. Life-Cycle Cost and Economic

    Analysis. New Jersey: Prentice Hall.

    5. Nakagawa T. 1986. Periodic and SequentialPreventive Mintenance Policy.

    Journal Application Probability. 23: 536-542.

  • 6. Ebeling, Charles. E. 1997. An Introduction to Reliability and

    Maintainability Engineering. Singapura: McGraw-Hill Companies.

    7. Sheu S. dan Chang C. 2009. An Extended Periodic Imperfect Preventive

    Maintenance Model With Age-Dependent Failure Type. IEEE Transaction

    on Reliability. 58(2): 397-405.

    8. Murthy D.N.P. dan Jack N. 2000. Warranty and Maintenance: Handbook of

    Reliability Engineering Edition In. H. Pham, Hal 305-316. London: Springer-

    Verlag.

    9. Saputra, H. 2010. Penentuan Prioritas Pemeliharaan Berdasarkan Indeks

    Keandalan pada Sistem Distribusi Listrik Bandar Udara Soekarno-Hatta.

    Universitas Indonesia. Depok.

    10. Rahman A. dan Chattopadhyay G. 2007. Optimal Service Contract Policies

    for Outsourching Maintenance Service o Assets to the Service Providers.

    International Journal of Reliability and Applications. 8(2): 183-197.

  • TERIMA KASIH

    Slide Number 1Slide Number 2Slide Number 3Slide Number 4Slide Number 5Slide Number 6Slide Number 7Slide Number 8Slide Number 9Slide Number 10Slide Number 11Slide Number 12Slide Number 13Slide Number 14Slide Number 15Downtime merupakan umlah waktu dimana suatu peralatan tidak dapat beroperasi akibat adanya kerusakan atau tindakan pemeliharaan lain. Downtime dapat dibedakan menjadi 2, yaitu downtime terjadwal dan tak�terjadwal.Distribusi weibull digunakan untuk laju kerusakan yang tidak konstan. Fungsi kerusakan pada distribusi weibull didenisikan oleh [6]:PM merupakan tindakan pemeliharaan yang direncanakan untuk mengurangi deteriorasi sistem yang tindakannya berupa pencegahan kerusakan dan pendeteksian kerusakan.CM merupakan tindakan pemeliharaan yang tidak dijadwalkan dan dilakukan ketika komponen atau sistem telah mengalami kerusakan. Pada dasarnya pemeliharaan korektif (CM) meliputi [8]:Terdapat empat klasikasi umum dari sistem jaringan distribusi tenaga listrik, yaitu [9]: radial, ring, spindel, dan network.Slide Number 21Slide Number 22Berdasarkan sifatnya gangguan yang terjadi, pada sistem distribusi listrik kerusakan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:Kebijakan pemeliharaan yang dibentuk didasarkan pada jumlah tindakan PM dan CM yang dilakukan. Terdapat 3 alternatif kebijakan pemeliharaan yang dapat dibentuk, yaitu:Slide Number 25Diasumsikan sistem dapat diperbaiki (repairable) dengan IFR. Jika hk (t) fungsi laju hazard saat PM ke-k dengan 0 ≤ t ≤ T, maka λk (t) < λk+1 (t).Slide Number 27Slide Number 28Diberikan dua interval PM yang berbeda, yaitu�T1 dan T2 dengan T1 < T2, maka α(T1) < α(T2). Diasumsikan α = α(T), dengan syarat memenuhi 3 kondisi sebagai berikut:Slide Number 30Slide Number 31Slide Number 32Penentuan MTBFBerdasarkan persamaan 4.4.3 dan 4.4.11 dapat diperoleh pernyataan sebagai berikut:Slide Number 35Slide Number 36Slide Number 37Slide Number 38Slide Number 39Slide Number 40Slide Number 41Slide Number 42Slide Number 43Slide Number 44Slide Number 45Slide Number 46Slide Number 47Slide Number 48Slide Number 49Slide Number 50Slide Number 51Slide Number 52Slide Number 53Slide Number 54Slide Number 55Slide Number 56Slide Number 57