Etik Dan Medikolegal Dhanasari

Embed Size (px)

Citation preview

Kuliah I.Ked.Keluarga 3 Tahun akademik 2005-2006 FK Unila

ETIK dan MEDIKOLEGAL dalam praktekDr. Dhanasari V.Trisna MSc.CM-FM Sub Departemen Ilmu Kedokteran Keluarga Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI

Sumpah dokter1.

2.3.

4.

5.6.

Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur profesi kedokteran Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila sesuai dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien dengan memperhatikan kepentingan masyarakat Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena keprofesian saya Saya tidak akan mempergunakan pengetahuan dokter saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan perikemanusiaan, sekalipun diancam

Sumpah dokterSaya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, politik atau kedudukan sosial, gender dan jenis penyakit dalam menunaikan kewajiban terhadap pasien 8. Saya akan memberikan kepada guru-guru saya penghormatan dan pernyataan terima kasih yang selayaknya 9. Saya akan perlakukan teman sejawat saya sebagaimana saya sendiri ingin diperlakukan; 10. Saya akan mentaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran Indonesia 11. Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan kehormatan diri saya.7.

Sumpah dokter

Terdiri dari 2 bagian: Sumpah untuk setia pada profesi (pemukafatan/ covenant) Kode etik: isi harfiah 3 hal yakni dietik (inti), obat-obatan dan bedah Dokter membuat dietik demi keuntungan pasien sesuai dengan kemampuan dan pendapat dokter, tak akan memberi obat pembunuh atau abortivum, mengutamakan kemurniaan dan kesucian hati, serta tidak akan membedah apapun/ sembarangan

Beberapa yang penting dalam mengaplikasikan sumpah dokter1.2. 3.

Etika kewajiban dan kualifikasi dokter Etika sosial (pelayanan kesehatan, hubungan antar tenaga kesehatan ) Keutamaan kemurnian dan kesucian hati diganti dengan kelembutan hati (tenderness) plus steadiness (keteguhan hati) dan condescension (sikap merendahkan diri) yang menyatu dengan kewenangan (authority)5

4.5.

Dilekatkan dengan organisasi profesi Perbaikan azas-azas etika kedokteran, a.l.:1. dokter harus membaktikan pelayanan kepada kemanusiaan. 2. Dokter tidak boleh menghujat pesaingnya sebagai orang yang tidak ilmiah. 3. Dokter harus bertanggung jawab kepada pasien sebagai pribadi dan masyarakat. 4. Azas ini masih paternalistik (maksim), seperti kerahasiaan pasien bisa dikalahkan demi kepentingan yang lebih luas (perlindungan kesejahteraan manusia).

7.

Eksplisit dokter harus menhormati HAM pasien (sejak 1980) Kepercayaan pasien (atas rahasia yang dijelaskan kedokter) kembali dikukuhkan dan wajib dijaga dokter. Pengungkapan rahasia demi perlindungan masyarakat tidak lantas mengorbankan atau mengijinkan pembukaan rahasia pasien.

Implikasi Sumpah Dokter dalam Praktek dr. Agus Purwadianto, Sp.F.,SH. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Kehakiman FKUI

Malpraktek

Unskillful management or treatment, particularly applied to the neglect or unskillful management of a physician, surgeon or apothecary (Blacks Law Dictionary,1979 ). A particular form of negligence that consist of not applying to the exercise of the practice of medicine that degree of care and skill which is ordinarily employed / applied by the profession generally under similar conditions and in like surrounding circumstances (John.D Blum, 1977).

Terbagi atas

Malpraktek Etis (ME): Lebih luas daripada Malpraktek Hukum Juga mencakup sikap batin normatif individu dan moralitas (sikap batin normatif- kolektif misalnya KODEKI). Bisa diperdebatkan karena sifat kritis rasional dan ada relativitas kultural

Malpraktek Hukum (MH): Kriteria memenuhi semua 4 unsur dalam 4D: duty,

dereliction of duty, damages, direct-causational of damages.

Jenis Malpraktek Etis1.Melanggar kaidah dasar moral: Beneficence (sikap baik) Non-maleficence (tidak merugikan) Berlaku-adil (justice) Harkat-martabat manusia (otonomi)

2.Melanggar azas-azas etika kedokteran / KODEKI:1. Tidak sungguh-sungguh melayani dengan sabar dan menghormati martabat kemanusiaan 2. Tidak jujur kepada pasien & sejawatnya, mengumbar kejelekan dan ketololan sejawatnya, terlibat pada kecurangan & penipuan. 3. Tidak patuh hukum, tidak bertanggung jawab dalam upaya pelayanan kesehatan yang bukan untuk kepentingan terbaik pasien. 4. Melanggar hak pasien, sejawat, tenaga kesehatan lainnya. 5. Melanggar kepercayaan pasien sesuai ramburambu hukum 6

6. Lalai belajar terus menerus, menerapkan dan memajukan iptekdok 7. Tidak memberikan informasi relevan kepada pasiennya, sejawatnya dan masyarakat 8. Tidak berkonsultasi dan memanfaatkan tenaga kesehatan pandai lain bila memerlukan 9. Tidak merawat pasien selayaknya (kecuali ketika darurat), 10.Memilih-milih pasien, memilih-milih rekanan, dan lingkungan dalam pelayanan sehingga tidak bebas. 11.Tidak bertanggung jawab dan berpartisipasi dalam kegiatan penyempurnaan masyarakat/komunitas.

3. Banyak melanggar meta etika kedokteran (pertimbangan dedukatif dan kaidah dasar moral sampai ke kasus konkrit dilematis): Melanggar azas ganda (akibat rangkap) Kesalahan dalam penalaran proses (dedukasi) etis lainnya. Kesalahan berulang dalam menerapkan pertimbangan etis (residivis etis)

Malpraktek Hukum (MH)Kriteria:Praktek yang tidak sesuai dengan: (a) teliti/hati-hati, (b) indikasi medik/ standar profesi & standar pelayanan medis dan informed consent, (c) apa yang lumrah dilakukan teman sejawat rata-rata selingkung, (d) dalam kondisi (kasus) yang sama, dan (e) sama sarana & upayanya.

Malpraktek Hukum (MH)Kesalahan:1.

2.

3.

Sikap batin & mampu bertanggung jawab namun berbuat sesuatu yang salah/ dilarang menurut UU Pelaku dan perbuatannya: bisa sengaja atau alpa (keduanya merupakan unsur kesalahan ) Tidak ada alasan maaf (misal pembelaan diri yang lewat batas).MALPRAKTEK MEDIS dr. Agus Purwadianto, Sp.F., SH. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Kehakiman FKUI

tugasBuatlah grup kecil yang terdiri dari 5 orang Diskusikan kasus-kasus di bawah ini Kemukakan pendapat anda mengenai kasus tersebut bahaslah tentang prinsip-prinsip etika kedokteran, hubungan dokter pasien dan hubungan kesejawatan, dan dampak hukum yang mungkin timbul dari keputusan dokterKasus-kasus berasal dari kasus dalam modul Empati FKUI

Kasus 1

Seorang perempuan muda berusia 16 tahun datang ke tempat praktek dokter. Ia berterus terang bahwa ia telah memiliki pacar yang merupakan kakak kelasnya dan hubungannya telah jauh hingga ke tingkat persetubuhan. Kedua orang tua mereka tidak mengetahui hubungan mereka karena mereka lakukan pada jam-jam sekolah. Sang perempuan takut kalau nantinya menjadi hamil, tapi ia juga takut untuk memutuskan hubungannya dengan sang pacar. Ia meminta dokter untuk dapat memasang IUD pada rahimnya agar ia tidak hamil. Sang dokter agak kebingungan dengan keadaan ini, ia berpikir tentang baik-buruknya ia memasang IUD pada sang perempuan.

Kasus 2

Seorang pasien berusia 62 tahun datang ke rumah sakit dengan karsinoma kolon yang telah terminal. Pasien masih cukup sadar dan berpendidikan cukup tinggi. Ia memahami benar posisi kesehatannya dan keterbatasan kemampuan ilmu kedokteran saat ini. Ia juga memiliki pengalaman pahit sewaktu kakaknya menjelang ajalnya dirawat di ICU dengan peralatan bermacam-macam tampak sangat menderita, dan alat-alat tersebut tampaknya hanya memperpanjang penderitannya saja. Oleh karena itu ia meminta kepada dokter agar kelak apabila ia mendekati ajalnya agar hanya menerima terapi yang minimal saja (tanpa antibiotika, tanpa peralatan ICU dll), dan ia ingin mati dengan tenang dan wajar. Namun ia tetap setuju apabila ia menerima obatobat penghilang rasa sakit bila memang dibutuhkan.

Kasus 3

Seorang pasien laki-laki datang ke praktek dokter. Pasien ini dan keluarganya adalah pasien lama dokter tersebut, dan sangat akrab serta selalu mendiskusikan kesehatan keluarganya dengan dokter tersebut. Kali ini pasien laki-laki ini datang sendirian dan mengaku telah melakukan hubungan dengan wanita lain seminggu yang lalu. Sesudah itu ia masih tetap berhubungan dengan isterinya. Dua hari terakhir ia mengeluh bahwa alat kemaluannya mengeluarkan nanah dan terasa nyeri. Setelah diperiksa ternyata ia menderita GO. Pasien tidak ingin isterinya tahu, karena bisa terjadi pertengkaran diantara keduanya. Dokter tahu bahwa mengobati penyakit tersebut pada pasien ini tidaklah sulit, tetapi oleh karena ia telah berhubungan juga dengan isterinya maka mungkin isterinya juga sudah tertular. Isterinya juga harus diobati.

Kasus 4Seorang pasien bayi dibawa orangtuanya datang ke tempat praktek dokter A, seorang dokter anak. Ibu pasien bercerita bahwa ia adalah pasien seorang dokter obsgin B sewaktu melahirkan, dan anaknya dirawat oleh dokter anak C. Baik dokter B maupun C tidak pernah mengatakan bahwa anaknya menderita penyakit atau cedera sewaktu lahir dan dirawat disana. Sepuluh hari pasca lahir orangtua bayi menemukan benjolan di pundak kanan bayi. Setelah diperiksa oleh dokter anak A dan pemeriksaan radiologi sebagai penunjangnya, pasien dinyatakan menderita fraktur klavikula kanan yang sudah terbentuk kalus. Kepada dokter A, mereka meminta kepastian apakah benar terjadi patah tulang klavikula, dan kapan kira-kira terjadinya. Bila benar bahwa patah tulang tersebut terjadi sewaktu kelahiran, mereka akan menuntut dokter B karena telah mengakibatkan patah tulang dan C karena telah lalai tidak dapat mendiagnosisnya. Mereka juga menduga bahwa dokter C kurang kompeten sehingga sebaiknya ia merawat anaknya ke dokter A saja. Dokter A berpikir apa yang sebaiknya ia katakan.

Selamat berdiskusi