20
ETIKA BIOTEKNOLOGI Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Pengantar Bioteknologi yang dibina oleh ibu Dra. Umie Lestari, M. Si Oleh: Kelompok 9 Off. A Septiana Annake (109341417198) Ika Sukmawati (109341421811)

ETIKA BIOTEKNOLOGI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ETIKA BIOTEKNOLOGI

ETIKA BIOTEKNOLOGI

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Pengantar Bioteknologi

yang dibina oleh ibu Dra. Umie Lestari, M. Si

Oleh:

Kelompok 9 Off. A

Septiana Annake (109341417198)

Ika Sukmawati (109341421811)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

April 2012

Page 2: ETIKA BIOTEKNOLOGI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bioteknologi adalah teknik-teknik yang menggunakan organisme hidup atau

substansi dari organisme-organisme tersebut untuk membuat atau mengubah

sebuah produk untuk menghasilkan barang atau jasa yang bermanfaat bagi

kesejahteraan manusia. Dalam definisi yang lain, bioteknologi merupakan aplikasi

dari prinsip-prinsip ilmiah dan teknis dalam pemrosesan materi dengan

menggunakan agen biologis untuk menghasilkan barang dan jasa yang berguna

bagi kesejahteraan manusia.

Bioteknologi telah banyak diterapkan dalam kehidupan manusia mulai dari

penerapan bioteknologi yang masih tradisional hingga bioteknologi modern.

Selama kurang lebih empat dasawarsa terakhir, kita melihat begitu pesat

perkembangan bioteknologi di berbagai bidang (Nalley, 2002). Pesatnya

perkembangan bioteknologi ini sejalan dengan tingkat kebutuhan manusia di

muka bumi. Terlebih dengan adanya teknik rekayasa genetika, semakin pesat

berkembang bioteknologi dalam berbagai bidang untuk menciptakan produk yang

diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan. Hal ini dapat dipahami mengingat

bioteknologi menjanjikan suatu revolusi pada hampir semua aspek kehidupan

manusia, mulai dari bidang pertanian, peternakan, farmasi, kedokteran,

lingkungan, hingga industri.

Manfaat bioteknologi sangat dirasakan dalam kehidupan, yaitu dalam

peningkatan kesejahteraan dan perbaikan hidup manusia. Manfaat-manfaat

tersebut antara lain untuk memerangi kelaparan, tersedianya obat-obatan untuk

penyakit, mengatasi kelangkaan sumber daya energy, mengurangi pencemaran

lingkungan, dan masih banyak lagi. Di samping bioteknologi dapat memberikan

dampak positif, bioteknologi juga memberikan dampak negatif bagi kehidupan

manusia.

Menghadapi pesatnya kemajuan bioteknologi ini diharapkan kita dapat

melakukan antisipasi terhadap dampak negatif yang mungkin ditimbulkan.

Pengkajian mendalam melalui dasar-dasar pengetahuan, penalaran, logika, moral,

Page 3: ETIKA BIOTEKNOLOGI

agama, serta criteria kebenarannya tentu akan sangat membantu. Penguasaan

manusia terhadap teknologi hendaklah menuntut perkembangan moral manusia itu

juga (Nalley, 2002). Maka, sangat perlu untuk memperhatikan etika dalam

penerapan bioteknologi di berbagai bidang.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, kami menyusun sebuah

makalah yang membahas tentang etika dalam bioteknologi, khususnya di bidang

rekayasa genetika yaitu tanaman transgenik, kloning dan penggunaan stem cell.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengertian etika dalam bioteknologi?

2. Bagaimanakah pendekatan-pendekatan terhadap pembuatan keputusan etis

pada bioteknologi?

3. Bagaimanakah aturan pemerintah mengenai etika bioteknologi?

4. Bagaimanakah bioteknologi dalam bidang rekayasa genetika pada tanaman

transgenik ditinjau dari segi etika?

5. Bagaimanakah bioteknologi dalam bidang penggunaan stem cell ditinjau dari

segi etika?

6. Bagaimanakah bioteknologi dalam bidang kloning ditinjau dari segi etika?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian etika dalam bioteknologi.

2. Untuk mengetahui pendekatan-pendekatan terhadap pembuatan keputusan etis

pada bioteknologi.

3. Untuk mengetahui aturan pemerintah mengenai etika bioteknologi.

4. Untuk mengetahui bagaimana etika bioteknologi dalam bidang rekayasa

genetika pada tanaman transgenik.

5. Untuk mengetahui bagaimana etika bioteknologi dalam bidang pemanfaatan

stem cell.

6. Untuk mengetahui bagaimana etika bioteknologi dalam bidang kloning.

Page 4: ETIKA BIOTEKNOLOGI

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika

Etika mengidentifikasikan sekumpulan nilsai untuk tindakan kita,

khususnya terhadap orang lain. Secara sederhana, etika dapat dianggap sebagai

petunjuk untuk memisahkan yang salah dan yang benar, yang baik dan yang

buruk. Bidang etika terutama yang berikaitan dengan implikas-implikasi

penelitian biologis dan bioteknologi, khususnya berkaitan dengan pengobatan,

disebut bioetika. Beberapa pertanyaan penting untuk setiap orang untuk

dipetimbangkan, khususnya di bidang bioteknologi dimana penemuan-penemuan

dan aplikasinya dapat memiliki dampak yang luas pada kesehatan manusia dan

lingkungan.

Penggunaan bioteknologi sebagaimana ilmu pengetahuan lainnya kadang

bersifat ambigu, yakni di satu sisi dapat bermanfaat untuk meningkatkan

kesejahteraan hidup manusia, tetapi di sisi lain dapat dimanipulasi untuk tujuan

destruktif. Dalam penerapan bioteknologi, kita harus dapat mengantisipasi

dampak bahaya dari teknologi maupun bioteknologi. Nasution (1999) dalam

Nalley (2002) mengatakan bahwa sebagai manusia yang bertuhan, setiap kali

seorang ilmuwan akan mengadakan penelitian ia harus sadar akan kedudukannya

sebagai manusia di bumi ini. Ia harus sadar bahwa pengetahuan yang dikuasainya

hanyalah sebagian kecil saja dari ilmu yang dikuasai oleh Tuhan yang Maha

Kuasa.

Dalam mengembangkan bioteknologi, etika bioteknologi harus mendapat

perhatian yang utama. Bagaimanapun juga, perkembangan dalam bioteknologi

tidak terlepas dari tanggung jawab manusia sebagai perilaku sekaligus makhluk

etis. Maka refleksi etis terhadap apa yang sedang dilakukan manusia menjadi

sangat diperlukan. Manusia hendaknya dapat merefleksikan prinsip-prinsipnya

sendiri dalam aktivitasnya termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan dan

teknologi. Bioetika, merupakan tuntutan etis yang berciri menampung segala

pemikiran tentang kehidupan, yang bersumber pada akal, budi, filsafat, agama,

tradisi, tanpa harus terikat dengan agama tertentu (Nalley, 2002).

Page 5: ETIKA BIOTEKNOLOGI

Menurut Van Potter (1970) dalam Darmanto (2009), bioetika adalah suatu

disiplin yang menggabungkan pengetahuan biologi dengan pengetahuan mengenai

sistem nilai manusia, yang akan menjadi jembatan antara ilmu pengetahuan dan

kemanusiaan, membantu menyelamatkan kemanusiaan, dan mempertahankan dan

memperbaiki dunia beradab. Sedangkan menurut Hoenderich Oxford (1995),

Bioetika adalah kajian mengenai pengaruh moral dan social dari teknik-teknik

yang dihasilkan oleh kemajuan ilmu-ilmu hayati.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, Darmanto (2009)

menyimpulkan bahwa bioetika terkait dengan kegiatan yang mencari jawab dan

menawarkan pemecahan masalah dari konflik moral. Konflik moral yang

dimaksud meliputi konflik moral yang timbul dari kemajuan pesat ilmu-ilmu

pengetahuan hayati dan kedokteran, yang diikuti oleh penerapan teknologi yang

terkait di dalamnya.

Telah dikemukakan oleh Mukaromah(2010) bahwa terdapat tiga etika dalam

bioetika, yaitu :

1. Etika sebagai nilai-nilai dan asas-asas moral yang dipakai seseorang atau suatu

kelompok sebagai pegangan bagi tingkah laku

2. Etika sebagai kumpulan asas dan nilai yang berkenaan dengan moralitas (apa

yang dianggap baik atau buruk). Contohnya: kode etik kedokteran, kode etik

rumah sakit.

3. Etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dari sudut norma

dan nilai-nilai moral.

B. Pendekatan-pendekatan Terhadap Pembuatan Keputusan Etis pada

Bioteknologi

Hipocrates dapat dianggap sebagai tokoh bioetik yang pertama. Beliau

menekankan pada pasien lebih daripada penyakit di dalam praktik pengobatan,

memandang nilai individu dan kesucian kehidupan manusia menjadi hal yang

paling penting. Selama bertahun-tahun, para dokter telah menetapkan aturan untuk

mengikuti keyakinan pokok dari sumpah Hipocrates – “jangan membunuh, untuk

membantu, atau paling tidak, tidak membahayakan” – di dalam tugas mereka

kepada pasien dan profesi mereka.

Page 6: ETIKA BIOTEKNOLOGI

Pemikiran dan metode teknis untuk mendekati masalah-masalah

bioteknologi dapat dibagi menjadi dua sudut pandang. Pertama pendekatan

utilitarian menurut filosof Skotlandia Jeremy Bentham dan John Stuart Mill yaitu

pendekatan yang menyatakan bawha sesuatu adalah baik jika ia berguna, dan

bahwa suatu tindakan adalah bermoral jika ia memaksimalkan kesenangan di

antara manusia. Pendekatan kedua adalah pendekatan deontologi menurut filosof

Jerman Immanuel Kant. Pendekatan ini memfokuskan pada perintah tertentu, atau

prinsip-prinsip yang absolut, yang kita harus mengikutinya di luar keharusan.

Pendekatan ini sering dikaitkan dengan keagamaan.

C. Aturan Pemerintah Tentang Etika Bioteknologi

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, dapat kita ketahui bahwa etika

diperlukan untuk menentukan arah perkembangan bioteknologi, serta

penerapannya secara teknis, sehingga tujuan yang menyimpang dan destruktif

bagi kemanusiaan dapat dihindarkan. Yang penting pula perlu diterapkan aturan

resmi pemerintah dalam pelaksanaan dan penerapan bioteknologi, sehingga ada

mekanisme pengawasan yang intensif terhadap bahaya potensial yang mungkin

timbul akibat kemajuan bioteknologi (Ranika, 2012).

Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah Indonesia juga telah menetapkan

Undang-Undang terkait dengan Etika dalam bioteknologi.

1. Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan; Pasal 13 yang

mengantisipasi produk pangan yang dihasilkan melalui rekayasa genetika.

2. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas

Tanaman;

3. Keputusan Bersama Menristek, Menkes, dan Mentan Tahun 2004 Tentang

Pembentukan Komisi Bioetika Nasional;

4. UU No 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan

dan Penerapan IPTEK; Pasal 22 (1) Pemerintah menjamin kepentingan

masyarakat, bangsa, dan negara serta keseimbangan tata kehidupan manusia

dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup. (2) untuk melaksanakan

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pemerintah mengatur

perizinan bagi pelaksanaan kegiatan penelitian, pengembangan, dan

penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berisiko tinggi dan berbahaya

Page 7: ETIKA BIOTEKNOLOGI

dengan memperhatikan standar nasional dan ketentuan yang berlaku secara

internasional.

Sebagaimana dinyatakan oleh Darmanto (), Komisi Bioetik Nasional

memiliki tugas sebagaimana diatur dalam Pasal 3 dan Pasal 7 antara lain:

a. memajukan telaah masalah yang terkait dengan prinsip-prinsip bioetika,

b. memberi pertimbangan kepada Pemerintah mengenai aspek bioetika dalam

penelitian, pengembangan, dan penerapan Iptek yang berbasis pada ilmu

pengetahuan hayati,

c. menyebarluaskan pemahaman umum mengenai bioetika

d. penelaahan prinsip-prinsip bioetika dalam memajukan iptek serta mengkaji

dampaknya pada masyarakat

e. peninjauan etika terhadap arah perkembangan iptek, khususnya ilmu-ilmu

hayati.

D. Etika dalam Bioteknologi Bidang Rekayasa Genetika pada Tanaman

Transgenik

Banyak pertanyaan yang timbul ketika rekayasa genetika digunakan pada

keseluruhan organisme dibandingkan sel tunggal. Salah satu manfaat dari adanya

rekayasa genetika dan juga yang menyebabkan kontroversi terbesar adalah adanya

produksi dari organisme yang secara genetic dimodifikasi (GM organism),

terutama hasil panen tanaman GM. Tujuan dari diciptakannya tanaman transgenic

adalah untuk mendapat tanaman yang tahan terhadap pestisida, penyakit, iklim

yang buruk, dan produksi panen yang lebih baik.

Banyak hal yang perlu diperhatikan dengan adanya tanaman yang

dimodifikasi secara genetic. Area pertama yang perlu kita perhatikan adalah dari

sisi tanaman itu sendiri, apakah ia akan menjadi tanaman yang lebih baik atau

setidaknya tidak bertambah jelek. Kita yang harus menentukan apakah integritas

spesies tersebut penting atau tidak, atau dengan kata lain menciptakan tanaman

yang “lebih baik” lebih diinginkan dibandingkan mempertahankan tanaman

“lama”. Dalam melaksanakan hal ini, kita harus menentukan apakah modifikasi

genetic pada suatu organisme, dalam kasus ini tanaman, akan melanggar kode etik

atau tidak. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah apakah dengan adanya

Page 8: ETIKA BIOTEKNOLOGI

tanaman transgenic tersebut akan mempengaruhi ekosistem dan keseluruhan

biodiversitas.

Contoh yang dapat kita kemukakan di sini adalah adanya tanaman

transgenik Roundup-ready soybean yang tahan terhadap herbisida. Contoh lain

adalah tanaman jagung Bt yang dimodifikasi untuk memproduksi racun dari

bakteri Bacillus thuringiensis sehingga dengan kemampuan memproduksi racun

itu tanaman tersebut dapat membunuh larva corn borer yang sedianya sangat

merusak bagi tanaman jagung. Tanaman-tanaman transgenic tersebut berinteraksi

dengan ekosistem dan interaksi tersebut harus kita perhatikan.

Dalam kasus jagung Bt tersebut, beberapa penelitian juga menunjukkan

bahwa tanaman jagung Bt juga memproduksi pollen yang beracun bagi kupu-kupu

Monarch. Di samping organisme target yaitu larva corn borer, racun tanaman ini

juga berdampak pada serangga non target yaitu kupu-kupu Monarch. Efek yang

dapat ditimbulkan oleh tanaman transgenic terhadap lingkungan juga harus

diperhatikan, yaitu kemungkinan terjadinya penyerbukan silang tanaman

transgenic dengan tanaman lain, sehingga gen penghasil racun dimiliki oleh

tanaman yang baru dan membunuh lebih banyak serangga. Terkait dengan

sifatnya yang beracun bagi serangga, hal lain yang harus diperhatikan dengan

adanya tanaman transgenic adalah apakah tanaman tersebut berbahaya bagi hewan

dan manusia.

Di samping perhatian pada aspek lingkungan dan kesehatan, juga ada aspek

social dan ekonomi. Adanya kemampuan memodifikasi tumbuhan yang lebih baik

dengan biaya yang lebih rendah akan mengubah industri agrikultur dengan drastis

(Thieman, 2004).

E. Etika dalam Bioteknologi Bidang Stem Cell

Stem cell merupakan suatu sel prekursor yang berpotensi untuk berkembang

menjadi berbagai macam sel yang berbeda. Sel stem dapat dibedakan menjadi sel

stem embrionik dan sel stem dewasa. Sel stem embrionik adalah sel yang diambil

dari inner cell mass - suatu kumpulan sel yang terletak di satu sisi blastocyst yang

berumur 5 hari dan terdiri dari 100 sel. Sel stem ini mempunyai sifat dapat

berkembang biak secara terus menerus dalam media kultur optimal dan pada

Page 9: ETIKA BIOTEKNOLOGI

keadaan tertentu dapat diarahkan untuk berdiferensiasi menjadi berbagai sel yang

terdiferensiasi seperti sel jantung, sel kulit, neuron, hepatosit dan sebagainya.

Sel stem dewasa (Adult stem cells) adalah sel stem yang terdapat di semua

organ tubuh, terutama di dalam sumsum tulang dan berfungsi melakukan

regenerasi untuk mengatasi berbagai kerusakan yang selalu terjadi dalam

kehidupan. Sel stem dewasa dapat diambil dari fetus (fetal stem cells), sumsum

tulang (bone marrow stem cells), darah perifer atau tali pusat (umbilical cord

blood stem cells, UCB).

Sel stem embrionik sangat plastis dan mudah dikembangkan menjadi

berbagai macam jaringan sel, seperti neuron, kardiomiosit, osteoblast, fibroblast

dan sebagainya., sehingga dapat dipakai untuk transplantasi jaringan yang rusak.

Lagipula immunogenicity nya rendah, selama belum meng-alami diferensiasi. Sel

stem dewasa juga bisa dipakai untuk mengobati berbagai penyakit degeneratif,

tetapi plastisitasnya sudah berkurang. Mengingat masalah etik, maka banyak

negara lebih mengutamakan penelitian pemanfaatan sel stem dewasa pada

berbagai penyakit degeneratif, sehingga tidak dihadapkan pada masalah dan

kontroversi etika (Setiawan, 2006).

Dilihat dari manfaatnya, sel stem memang sangat menjanjikan sebuah solusi

bagi kesehatan manusia. Namun, melihat dua proses stem sel tadi yaitu stem sel

embrionik dan stem sel dewasa. Stem sel embrioniklah yang sampai saat ini masih

menjadi kontroversi karena stem sel embrionik mengambil bagian sel dari embrio,

dimana embrio merupakan calon makhluk hidup.  Pada penggunaan sel stem

embrionik terdapat beberapa isu moral yaitu pandangan agama yang menyatakan

bahwa embrio dianggap sebagai kehidupan baru yang harus dihormati.

Penggunaan embrio untuk sel stem dapat disamakan dengan tindakan membunuh

atau aborsi. Embrio memiliki status sama dengan anak atau manusia karena

memiliki genom manusia secara lengkap, dan berpotensi untuk berkembang

menjadi manusia (Darmanto, 2009). Menurut Thieman (2004) sel stem embrio

secara teoritis dapat digunakan untuk membentuk jaringan lain, dengan

transplantasi untuk memperbaiki atau mengganti jaringan yang rusak atau sakit.

Hal ini memberi kesan menggunakan sel stem embrio manusia untuk penelitian,

Page 10: ETIKA BIOTEKNOLOGI

jika dari proses tersebut memungkinkan untuk melakukan penelitian yang

potensial dapat mengobati penyakit pasien.

F. Etika dalam Bioteknologi Bidang Kloning

Klon embrio dihasilkan dengan mentransfer embrio ke uterus, dianjutkan

proses implantasi dan penyempurnaan tubuh dengan resiko dan faktor keamanan

dalam perkembangan dan pertumbuhan, baik sebelum maupun sesudah kelahiran.

Tingkat keberhasilan hidup saat lahir dan ketahanan hidup organisme hasil

kloning rendah dan tengah diperdebatkan apakah hasil kloning manusia secara

nyata dapat hidup secar sehat dan normal. Pertanyaan masyarakat tentang

peneitian kelahiran kloning manusia juga harus dipikirkan. Sebagai contoh, jika

suatu pasangan memutuskan untuk mendapatkan anak dengan teknik kloning,

dengan menggunakan sel donor dari istri, klonnya secara genetik tidak akan

menjadi anak perempuan melainkan menjadi saudar dari istri, seperti saudara

kembar yang lahirnya terlambat, dan bukan keluarga dari suami. Pemikiran secara

etis tentang hubungan keluarga dari hasil klon berisi tentang bagaimana dengan

adanya ketiadaan hubungan keluarga dengan orang tua mungkin akan mengubah

hubungan keluarga.

Bagi pihak yang pro akan adanya kloning, kloning dianggap

menguntungkan karena bagi manusia yang ingin punya keturunan, tapi karena

satu dan lain hal tidak bisa mendapat anak dengan cara yang biasa. Memungut

anak adalah satu solusi, tapi anak itu secara biologis adalah anak orang lain.

Dengan kloning, bisa dipastikan sang anak secara biologis berasal dari ayah atau

ibunya, yaitu orang yang menyumbangkan sel DNA-nya. Alasan kedua adalah

dengan kloning merupakan suatu cara sempurna untuk mendapatkan anak, sebab

mereka tidak harus menikahi seorang lain dari lawan jenis. Alasan ketiga adalah

merupakan suatu anugrah besar bagi masyarakat bila diciptakan kloning diri

sendiri jika diri mereka begitu cerdas dan hebat.

Page 11: ETIKA BIOTEKNOLOGI

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dalam mengembangkan bioteknologi, etika bioteknologi harus mendapat

perhatian yang utama. Bioetika adalah kajian mengenai pengaruh moral

dan social dari teknik-teknik yang dihasilkan oleh kemajuan ilmu-ilmu

hayati.

2. Pemikiran dan metode teknis untuk mendekati masalah-masalah

bioteknologi dapat dibagi menjadi dua sudut pandang. Pertama pendekatan

utilitarian dan pendekatan deontology.

3. Etika diperlukan untuk menentukan arah perkembangan bioteknologi,

serta penerapannya secara teknis, sehingga tujuan yang menyimpang dan

destruktif bagi kemanusiaan dapat dihindarkan. Pemerintah Indonesia juga

telah menetapkan Undang-Undang terkait dengan Etika dalam

bioteknologi.

4. Ada beberapa hal dalam tanaman transgenic yang perlu diperhatikan,

antara lain dari sisi lingkungan dan kesehatan yaitu dengan adanya

tanaman transgenik dapat mempengaruhi ekosistem dan biodiversitas.

Selain itu, tanaman transgenik juga mempengaruhi sisi sosial dan

ekonomi.

5. Sel stem embrionik sangat bermanfaat dalam pengobatan penyakit

degeneratif. Namun penggunaan sel stem embrionik merupakan

kontroversi terkait dengan masalah etika karena embrio merupakan calon

makhluk hidup dan memiliki hak untuk hidup.

6. Ada pihak yang setuju dan menentang adanya kloning. Pemikiran secara

etis tentang hubungan keluarga dari hasil klon berisi tentang bagaimana

dengan adanya ketiadaan hubungan keluarga dengan orang tua mungkin

akan mengubah hubungan keluarga. Bagi pihak yang pro akan adanya

kloning, kloning dianggap menguntungkan karena bagi manusia yang

ingin punya keturunanAlasan kedua adalah dengan kloning merupakan

suatu cara sempurna untuk mendapatkan anak, sebab mereka tidak harus

Page 12: ETIKA BIOTEKNOLOGI

menikahi seorang lain dari lawan jenis. Alasan ketiga adalah merupakan

suatu anugrah besar bagi masyarakat bila diciptakan kloning diri sendiri

jika diri mereka begitu cerdas dan hebat.

B. Saran

1. Dalam melakukan penelitian yang memanfaatkan bioteknologi hendaknya

kita benar-benar memperhatikan aspek etika.

2. Sebaiknya dilakukan kajian lebih lanjut mengenai etika dalam

bioteknologi.

3. Sebaiknya dilakukan kajian tentang etika yang terkait dengan bioteknologi

di bidang-bidang lainnya.

4.

Page 13: ETIKA BIOTEKNOLOGI

DAFTAR PUSTAKA

Darmanto, Win. 2009. Etika Bioteknologi. (online). http://www.ppt2txt.com/r/753ed34f/. Diakses tanggal 31 Maret 2012.

Mukaromah, Aenul. 2010. Bioteknologi. (online). http://aeena-aenulmukaromah.blogspot.com/2010/03/bioteknologi-bioteknologi-adalah-cabang.html. Diakses tanggal 31 Maret 2012.

Nalley, Marlene W. 2002. Tinjauan Filosofis Bioteknologi. (online). http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/02201/wm_nalley.htm. Diakses tanggal 31 Maret 2012.

Ranika, 2012. Bioteknologi dalam Kehidupan. (online). http://my.opera.com/greatranika/blog/2012/02/01/bioteknologi-dalam-kehidupan. Diakses tanggal 31 Maret 2012.

Setiawan, Boenjamin. 2006. Cermin Dunia Kedokteran: Aplikasi Terapeutik Sel Stem Embrionik pada Berbagai Penyakit Degeneratif. (online). http://www. kalbefarma.com/cdk. Diakses tanggal 31 Maret 2012.

Thieman, Willian J, dan Michael A. Palladino. 2004. Introduction to Biotechnology. San Fransisco: Pearson Education, Inc.