Upload
dodang
View
259
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
ETIKA DAN PERILAKU BISNIS ISLAM PEDAGANG
PADA KAWASAN PASAR PALMERAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)
Oleh
Fariihah
NIM: 1110046100156
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
i
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Hari ini Kamis, 20 Juli 2017 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswi:
Nama : Fariihah
NIM : 1110046100156
Jurusan : Perbankan Syariah
Judul Skripsi : Etika dan Perilaku Bisnis Islam Pedagang Pada Kawasan
Pasar Palmerah
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswi
tersebut dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 20 Juli 2017
PANITIA UJIAN SKRIPSI
Ketua : AM Hasan Ali, MA (.................................)
NIP. 19751201 200501 1 005
Sekretaris : Dr. Abdurrauf, Lc, M.A (.................................)
NIP. 19731215 200501 1 002
Pembimbing : Mu’min Rouf, M.A. (.................................)
NIP. 19700416 199703 1 004
Penguji I : Dr. Hj. Isnawati Rais, M.Ag. (.................................)
NIP. 19571027 198503 2 001
Penguji II : Dr. H. M. Dawud Arif Khan, SE, M.Si,
Ak, CPA
(.................................)
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Fariihah
NIM : 1110046100156
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Perbankan Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini.
Apabila di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan
telah melalu pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Juni 2017
Fariihah
iv
ABSTRAK
Fariihah 1110046100156. Etika dan Perilaku Bisnis Pedagang Pasar Palmerah.
Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438 H/2017 M.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui
bagaimana etika bisnis yang ada di Pasar Palmerah dalam hal ini dengan
memasukkan faktor ilmu pengetahuan, sosial ekonomi, dan persaingan usaha,
apakah ketiga faktor tersebut mempengaruhi etika bisnis pedagang Pasar
Palmerah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif analisis, dimana penulis menyebarkan kuesioner dan menggunakan
probability sampling methode dan menggunakan rumus Slovin2
dalam teknik
pengambilan sampel. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
regresi linear berganda untuk menguji pengaruh antara variabel ilmu pengetahuan,
sosial ekonomi, persaingan usaha.
Hasil penelitian berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda pada
pedagang Pasar Palmerah menunjukkan prosentase pengaruh dari variabel ilmu
pengetahuan, sosial ekonomi, dan persaingan usaha terhadap etika bisnis
pedagang Pasar Palmerah sebesar 25,3 %, sedangkan sisanya 74,7% dipengaruhi
faktor lain. Hal ini menunjukkan jika ketiga faktor tersebut yaitu ilmu
pengetahuan, sosial ekonomi, dan persaingan usaha lebih sedikit berpengaruh
terhadap etika bisnis pedagang Pasar Palmerah dibandingkan faktor-faktor lain
yang mempengaruhi.
Selanjutnya, penulis juga melakukan observasi atau pengamatan terhadap
beberapa pedagang Pasar Palmerah. Hasil dari observasi penulis adalah peneliti
menemukan hal-hal yang tidak sesuai etika bisnis yang dilakukan pedagang Pasar
Palmerah. Salah satunya, ad a beberapa pedagang yang memanipulasi timbangan.
Kata Kunci : Etika Bisnis, Perilaku Bisnis, Pengetahuan, Sosial Ekonomi,
Persaingan Usaha
Pembimbing : Mukmin Rouf, M.A.
Daftar Pustaka : 1999 s.d 2011
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, tiada kata yang pantas untuk diucapkan selain rasa syukur
teramat dalam atas kehadirat Allah SWT. Limpahan kasih sayang yang telah ia
berikan kepada penulis tiada berbatas. Dialah sumber kekuatan, pentang menyerah
bagi penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun melalui proses
yang sangat panjang yang telah dilalui. Walaupun begitu, penulis yakin bahwa
Allah Maha Segalanya, dia telah menentukan waktu terbaik untuk menyelesaikan
ini semua satu persatu.
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada baginda tercinta Nabi
Muhammad SAW. dengan kemulyaan akhlak yang beliau miliki, menghantarkan
umat kepada agama yang lurus, yaitu agama islam. Tak lupa pula kepada para
keluarga, sahabat, dan tabiin yang selalu menjalankan sunah nabi.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya masih banyak
terdapat kekurangan. Skripsi ini merupakan hasil karya yang tidak terlepas dari
bantuan serta dukungan banyak pihak, maka sepantasnya penulis mengucapkan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Unioversitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, S.E., M.B.A., selaku Ketua Prodi
Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. AM Hasan Ali, MA., Dan Bapak Dr. Abdurrauf, MA., selaku Ketua dan
sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Mukmin Roup, M.A selaku dosen pembimbing yang sabar
memberikan bimbingan, dukungan semangat untuk menyelesaikan skripsi
vi
ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan kasih sayang, rizki, dan
keberkahan yang berlimpah dalam hidupnya. Amin
6. Teruntuk mamah Rubiyati dan Bapak A. Rusman, semoga skripsi ini bisa
membuat kalian bangga kepada penulis.
7. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah banyak
memberikan ilmu yang tiada ternilai harganya.
8. Bapak Suheman selaku Kepala Pasar Palmerah yang bersedia meluangkan
waktunya untuk diwawancarai dan mengizinkan penulis untuk melakukan
penelitian, dan menyebarkan kuesioner kepada para pedagang Pasar
Palmerah. Serta semua pedagang Pasar Palmerah yang bersedia mengisi
kuesioner di sela-sela waktu berdagangnya.
9. Kepada Suami tercinta Iwan Hendrawan, yang telah mendukung penuh
penulis menyelesaikan skripsi ini yang telah tertunda untuk waktu yang
lama, I love you. Serta kepada kedua anakku tercinta Alysia Elma dan
Adhiyasta Aka Pratama untuk segala pengertian kalian kepada mama
dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Kepada kedua Adikku tercinta : Muhammad Anshor dan Masykur
Rahman yang selalu mendoakan dan mendukung penulis.
11. Kepada teman terbaik ku Yuli Susanti, yang berjuang bersama selalu
menasihati dan mendukung untuk menyelesaikan skripsi ini. Illah Fadillah
dan Ibnatul Wadhiyyah, yang selalu memberi bantuan dan masukan dalam
menyelesaikan skripsi ini. Saidah yang selalu bersemangat untuk makan di
kala kita penat mengerjakan skripsi ini. Nur qurrota „Ayun teman pertama
masuk kampus ini, yang memberikan inspirasi bahwa keterbatasan apa
pun bukan penghalang untuk hasil yang baik.
12. Kepada keluarga besar PSD yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh
penulis. Kalian telah memberikan cerita sendiri dalam kehidupan menimba
ilmu penulis. Semoga kalian semua menjadi orang yang sukses. Amin
vii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA ....................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ iii
ABSTRAK ................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 5
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................. 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 6
E. Kajian Pustaka (Review Studi Terdahulu) ......................................... 7
F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Etika Bisnis
1. Pengertian Etika Bisnis .............................................................. 12
2. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis ....................................................... 14
B. Etika Bisnis Islam ............................................................................ 15
C. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Islam
1. Iktikad Baik ................................................................................ 16
2. Kejujuran .................................................................................... 17
3. Kesetiaan/Kepatuhan.................................................................. 17
D. Etika Bisnis Dalam Pasar
1. Tawar-menawar .......................................................................... 19
2. Larangan Banyak Sumpah ......................................................... 19
viii
3. Khiar (Al-khiyar) ........................................................................ 20
4. Menghindari Jual Beli yang Diharamkan dan-
Diragukan Kehalalannya ........................................................... 21
5. Ihtikar (Penimbunan) ................................................................. 21
E. Perilaku Bisnis
1. Pengertian Perilaku Bisnis ......................................................... 22
2. Prinsip Perdagangan Rasulullah ................................................. 24
3. Perdagangan dan Nilai Kejujuran .............................................. 25
4. Teori Harga ................................................................................ 27
5. Barang dan jasa yang Diharamkan dalam Muamalah ................ 29
F. Pasar
1. Pengertian Pasar ......................................................................... 32
2. Jenis-Jenis Pasar ......................................................................... 35
3. Mekanisme Pasar ....................................................................... 36
G. Teori Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan ................................................................. 38
2. Hubungan Pengetahuan dengan Etika dan-
Perilaku Bisnis Islam................................................................. 39
H. Teori Sosial Ekonomi
1. Definisi Sosiologi Ekonomi ....................................................... 41
2. Hubungan Pengetahuan dengan Etika dan-
Perilaku Bisnis Islam................................................................. 42
I. Teori Persaingan Usaha
1. Definisi Persaingan Usaha ......................................................... 43
2. Hubungan Persaingan Usaha dengan Etika dan-
Perilaku Bisnis Islam................................................................. 45
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 47
B. Metode Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Data Primer .......................................................................... 48
b. Data Sekunder ...................................................................... 50
ix
2. Teknik Pengambilan Sampel ...................................................... 50
3. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 52
C. Metode Analisis Data
1. Statistik Deskriptif ..................................................................... 53
2. Uji Kualitas Data ........................................................................ 53
a. Uji Validitas ......................................................................... 54
b. Uji Reabilitas ........................................................................ 54
3. Uji Asumsi Klasik
a. Normalitas ............................................................................ 56
b. Multikolinearitas .................................................................. 56
c. Heterokedestisitas................................................................. 57
d. Autokorelasi ......................................................................... 57
4. Uji Hipotesis .............................................................................. 58
a. Uji Koefisien Determinasi .................................................... 59
b. Uji T ..................................................................................... 59
c. Uji F...................................................................................... 59
BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden .................................................................. 61
B. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
1. Uji Validitas ............................................................................... 69
2. Uji Reabilitas .............................................................................. 74
C. Uji Asumsi Klasik ............................................................................ 74
1. Uji Normalitas ............................................................................ 75
2. Uji Autokorelasi ......................................................................... 75
3. Uji Multikolinearitas .................................................................. 76
4. Uji Heterokedestisitas ................................................................ 77
D. Analisis Regresi Berganda ............................................................... 78
E. Uji Hipotesis
1. Uji T ........................................................................................... 80
2. Uji F ........................................................................................... 82
F. Hasil Observasi ................................................................................ 83
x
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................... 85
B. Implikasi ........................................................................................... 87
C. Keterbatasan ..................................................................................... 88
D. Saran ................................................................................................. 89
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 90
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Analisis Deskriptif Jenis Kelamin Pedagang ......................................... 61
Tabel 4.2 Analisis Deskriptif Agama Pedagang .................................................... 62
Tabel 4.3 Analisis Deskriptif Usia Pedagang ........................................................ 63
Tabel 4.4 Analisis Deskriptif Suku Pedagang........................................................ 64
Tabel 4.5 Analisis Deskriptif Pendidikan Terakhir Pedagang ............................... 65
Tabel 4.6 Analisis Deskriptif Jenis Dagangan Pedagang....................................... 66
Tabel 4.7 Analisis Deskriptif Lama Berdagang Pedagang .................................... 68
Tabel4.8 Faktor Pengetahuan ................................................................................ 69
Tabel 4.9 Faktor Sosial Ekonomi ........................................................................... 70
Tabel 4. 10 Faktor Persaingan Usaha ..................................................................... 70
Tabel 4. 11 Etika Bisnis Islam ............................................................................... 71
Tabel 4.12 Reliability Statistic ............................................................................... 74
Tabel 4. 13 Uji Autokorelasi .................................................................................. 75
Tabel 4. 14 Uji Multikolinearitas ........................................................................... 76
Tabel 4.15 Model Summaryb
................................................................................. 78
Tabel 4. 16 Coefficientsa ....................................................................................... 78
Tabel 4.17 Uji T ..................................................................................................... 80
Tabel 4.18 Uji F ..................................................................................................... 82
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Uji Normalitas .................................................................................... 75
Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas 77
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara keempat yang memiliki jumlah
penduduk terbanyak di dunia. Sampai pada tahun 2010 tercatat jumlah
penduduk di Indonesia mencapai kurang lebih 250 juta orang. Namun
sangat disayangkan, angka pengangguran untuk penduduk Indonesia di
atas 10% yaitu 11,47% per September 2013. Angka ini naik 0,1% dari
bulan Maret 2013 yang hanya mencapai 11,37%. Sedangkan tingkat
pengangguran terbuka sendiri mencapai 5,7% pada awal tahun 2014.1
Lapangan pekerjaan yang kurang memadai membuat beberapa orang
berwirausaha atau berbisnis baik dengan modal sendiri atau melalui
pinjaman.
Berbisnis merupakan aktivitas yang sangat dianjurkan dalam ajaran
Islam. Bahkan, Rasulullah SAW sendiri pun telah menyatakan bahwa 9
dari 10 pintu rezeki adalah melalui pintu berdagang (hadis). Artinya,
melalui jalan perdagangan inilah pintu-pintu rezeki akan dapat dibuka,
sehingga karunia Allah SWT terpancar daripadanya.2 Bisnis sendiri adalah
suatu kegiatan individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan
1Sosial dan Kependudukan, bps.go.id , artikel ini dilihat pada tanggal 20 September 2013.
2Prof. Dr. Veithzal Rivai, S.E., M.M., M.B.A., dkk, Islamic Business and Economic
Ethic: Mengacu pada Al quran dan Mengikuti Jejak Rasulullah SAW dalam bisnis, keuangan, dan
Ekonomi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), cet. 1, h. 3.
2
menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Konsep dagang yang diajarkan Rasulullah ialah apa yang disebut
value driven, artinya menjaga, mempertahankan, menarik nilai-nilai
pelanggan. Konsep ini erat hubungannya dengan relationship marketing,
yaitu berusaha menjalin hubungan erat antara pedagang, produsen, dan
para pelanggan. Rasulullah tidak diragukan lagi dalam ajaran-ajarannya
selalu memperhatikan bagaimana seorang pedagang menjaga hubungan
dengan konsumen, beliau tidak pernah bertengkar dengan pelanggannya.
Karena reputasinya yang lurus dan tepat perhitungan dalam berdagang,
semua orang yang berhubungan dengan beliau selalu merasa senang, puas,
yakin, dan percaya akan kejujuran Rasulullah.3
Kegiatan berdagang Rasulullah menggambarkan jika dalam
berdagang selain mencari keuntungan, kita juga harus menggunakan etika
dalam bisnis kita. Islam mengkombinasikan nilai-nilai spiritual dan
material dalam kesatuan yang seimbang dengan tujuan menjadikan
manusia hidup bahagia di dunia dan akhirat. Tetapi konsep materialistic
yang berkembang sekarang ini telah menyeret manusia pada kondisi di
mana nilai-nilai spiritual terpinggirkan. Hal ini terjadi terutama di
3Prof. Dr. H. Buchori Alma, Dasar-Dasar Etika Bisnis Islam (Bandung: Alfabeta), cet III,
h. 20-21.
3
kalangan kaum pebisnis yang pada gilirannya berimbas negatif terhadap
lapisan lain.4
Selain sistem yang perlu diperhatikan, konsep halal haram juga
perlu diperhatikan dalam etika berwirausaha, sekalipun dalam kehidupan
sehari-hari dan kajian akademik masuk wilayah hukum fiqih. Al-Quran
sendiri telah meletakkan konsep dasar halal haram yang berhubungan
dengan transaksi dalam kaitannya dengan akuisisi, disposisi, dan
semacamnya. Selain itu, kasih sayang juga termasuk nilai penting dalam
berbisnis, di sini Islam mewajibkan kasih sayang kepada makhluk. Karena
itu, seorang pedagang tidak boleh menjadikan obsesi terbesarnya dan
tujuan usahanya adalah mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya demi
memenuhi laci atau saldonya di bank.5
Selain etika bisnis yang harus diterapkan, dalam berdagang kita
sebagai umat harus menjalankan etika Islam. Karena berdagang
merupakan salah satu cara untuk mendapatkan rezeki yang diberikan Allah
SWT. Dengan memasukkan etika Islam, keberkahan ekonomi akan kita
peroleh sama seperti yang didambakan Rasulullah SAW, bagi dirinya,
keluarga dan umatnya.
Kalau boleh dikatakan, dalam keberkahan terkandung misteri yang
boleh jadi untuk mengatakannya acapkali tidak mudah dinalarkan akal
4 Drs. Faisal Badroen, MBA, dkk., Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2005), Cet. 1, h. 3. 5 Dr. Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral Dalam Perekonomian Islam, Penerjemah
K..H. Didin Hafinuddin, M. SC, (Jakarta : Rabbani Press), h. 320-321.
4
sehat meskipun dirasakan. Betapa banyak orang atau keluarga yang dilihat
dari sisi kehartabendaan sesungguhnya tidak tergolong banyak, tetapi
dengan keberkahan atau mereka tetap sejahtera hidup dan kehidupannya.
Sebaliknya, tidak sedikit orang/keluarga yang melimpah ruah harta
kekayaannya, tetapi mencitrakan suasana hidup dan kehidupan rumah
tangga yang merana dan “sengsara”.6 Misteri keberkahan ekonomi dan
keuangan atau tepatnya kehartabendaan ini sangat erat kaitannya dengan
keyakinan keislaman di satu pihak dan etika bisnis islam di pihak lain.7
Walaupun banyak tulisan-tulisan yang memaparkan tentang cara
Rasulullah melakukan kegiatan ekonominya, dalam hal ini berdagang
yang menjunjung tinggi sifat siddiq dan amanah, begitu pula tulisan-
tulisan mengenai etika bisnis baik konvensional maupun Islam. Namun,
dalam realita yang ada apa yang diterapkan Rasulullah maupun beberapa
teori mengenai etika bisnis, banyak yang tidak diterapkan oleh pedagang
atau pebisnis zaman sekarang. Penulis sendiri merupakan seorang
pedagang di kawasan Pasar Palmerah. Tanpa sengaja, terkadang penulis
melihat bagaimana perilaku sesama pedagang yang berjualan di kawasan
tersebut, melanggar etika dalan berdagang atau berbisnis. Contohnya,
pedagang ayam yang barang dagangannya sampai mengeluarkan bau yang
menyengat, timbangan yang dimanipulasi oleh beberapa pedagang, dan
banyak lainnya.
6Prof. Dr. Drs. H. M. Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan
Keuangan Islam, (Ciputat : Kholam Publishing, 2008), Cet. I, h. 305. 7Prof. Dr. Drs. H. M. Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan
Keuangan Islam, (Ciputat : Kholam Publishing, 2008), Cet. I, h. 306.
5
Kondisi pengetahuan pedagang, sosial ekonomi, sampai persaingan
usaha pedagang Pasar Palmerah bisa menjadi alasan mereka melanggar
etika bisnis yang telah ada untuk mencari keuntungan yang sebesar-
besarnya.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik mengangkat kasus ini
untuk dijadikan tema skripsi dengan judul “ ETIKA dan PERILAKU
BISNIS ISLAM PEDAGANG PADA KAWASAN PASAR
PALMERAH “
B. Identifikasi Masalah
Tujuan orang berbisnis atau berdagang tentunya untuk mencari
keuntungan, yang sebagian keuntungan tersebut digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Pedagang pun ingin
mendapatkan keuntungan yang banyak demi kesejahteraan hidupnya.
Banyak cara yang dilakukan pedagang untuk memperoleh untung yang
banyak, seperti menggunakan pemasaran dalam berdagang. Selain itu,
bagi umat islam tentunya mendekatkan diri kepada Allah SWT, agar diberi
rezeki yang banyak. Namun tidak sedikit yang menggunakan cara yang
instan misalnya, memanipulasi timbangan atau meminta kepada selain
Allah SWT, menjual barang yang tidak layak agar tidak merugi.
Di samping faktor mencari keuntungan, banyak faktor yang
menjadikan pedagang melanggar etika bisnis. Misalnya, faktor
pengetahuan pedagang Pasar Palmerah, sosial ekonomi pedagang, atau
6
persaingan usaha para pedagang Pasar Palmerah. Apakah ketiga poin
tersebut merupakan faktor utama? Dan seberapa besar pengaruh ketiga
poin tersebut terhadap etika bisnis pedagang Pasar Palmerah?
C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
Agar pembahasan ini lebih terarah dan tidak melebar, penulis
membatasinya pada pengaruh pengetahuan, sosial ekonomi, dan
persaingan usaha terhadap etika bisnis pedagang Pasar Palmerah. Berikut
rumusan masalahnya:
1. Apakah pengetahuan, sosial ekonomi, dan persaingan usaha
mempengaruhi etika bisnis pedagang Pasar Palmerah?
2. Berapa besar pengaruh pengetahuan, sosial ekonomi, dan
persaingan usaha terhadap etika bisnis pedagang Pasar Palmerah?
3. Di antara ketiga faktor tersebut, mana yang sangat berpengaruh
terhadap etika bisnis pedagang Pasar Palmerah?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, tujuan yang diharapkan dalam
penelitian ini adalah:
1. Pengaruh pengetahuan terhadap etika dan perilaku bisnis pedagang
Pasar Palmerah
2. Pengaruh sosial ekonomi terhadap etika dan perilaku bisnis
pedagang Pasar Palmerah
7
3. Pengaruh persaingan usaha terhadap etika dan perilaku bisnis
pedagang Pasar Palmerah
4. Besarnya pengaruh pengetahuan, sosial ekonomi, dan persaingan
usaha terhadap perilaku bisnis pedagang Pasar Palmerah
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini bagi penulis sendiri adalah memberikan
pengetahuan tidak hanya melalui teori-teori yang selama ini dipelajari.
Bagi Akademisi, menambah koleksi penelitian sejenis ini untuk
dijadikan sampel bagaimana kondisi plaku pasar yang ada di seluruh
Indonesia. Dan bagi pelaku pasar sendiri atau para pedagang baik
pemula ataupun berpengalaman, dapat dijadikan tambahan
pengetahuan dalam aktifitas dan tata cara yang baik dalam berdagang.
E. Kajian Pustaka (Review Studi Terdahulu)
Dalam rangka menentukan fokus penelitian, penulis telah
membandingkan dengan penelitian terdahulu guna mendukung materi
yang akan dibahas. Terdapat beberapa penelitian yang telah membahas
etika dan perilaku bisnis Islam di beberapa pasar, yaitu:
1. Yudi Ismawan Sidik (Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta) yang berjudul “Pengaruh Faktor Sosial,
Pendidikan, dan Pengalaman Etika Bisnis Pedagang Pasar Bengkok
Tangerang”, 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
mendapat bukti empiris mengenai faktor sosial, pendididkan, dan
8
pengalaman terhadap etika bisnis pedagang Pasar Bengkok Tangerang.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode
pengumpulan data menggunakan penelitian survey. Dapat disimpulkan
bahwa faktor sosial, pendidikan, dan pengalaman berpengaruh secara
signifikan terhadap etika bisnis pedagang Pasar Bengkok Tangerang.
Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang akan ditulis oleh
penulis adalah sama-sama meneliti tentang etika bisnis pedagang yang
ada di pasar. Perbedaan penelitian dengan penelitian yang akan ditulis
oleh penulis adalah studi kasus yang dilakukan berada di pasar yang
berbeda dengan pasar yang akan menjadi tempat penelitian penulis.
2. Hafiz Juliansyah (Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta), yang berjudul “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Etika Bisnis Islam Pedagang Pasar Ciputat”, 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat tauhid,
keseimbangan, prinsip kehendak bebas, prinsip tanggung jawab, dan
prinsip ihsan pedagang Pasar Ciputat terhadap penerapan etika bisnis
Islam. Dari penelitian tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa ihsan,
keseimbangan, dan tanggung jawab merupakan faktor yang paling
dominan berpengaruh terhadap penerapan etika bisnis Islam pedagang
Pasar Ciputat. Sedangkan kehendak bebas dan tauhid tidak
berpengaruh dominan terhadap penerapan etika bisnis Islam pedagang
Pasar Ciputat. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan
ditulis oleh penulis adalah sama-sama bertema etika bisnis Islam
9
pedagang di suatu pasar. Perbedaan penelitian dengan penelitian yang
akan ditulis oleh penulis terletak pada tempat yang dijadikan penelitian
berbeda dengan tempat yang akan dijadikan tempat penelitian oleh
penulis. Keterbatasan dari penelitian ini adalah keterbatasan waktu,
biaya, dan sumber daya manusia dalam hal ini responden.
3. Erik Lesmana (Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta) yang berjudul “Implementasi Etika Bisnis Islam
Dalam Menghadapi Persaingan Usaha”, 2010. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana implementasi etika bisnis Islam terhadap
kondisi persaingan usaha pedagang muslim di Pasar Ciputat. Teknik
yang digunakan penelitian ini adalah teknik penarikan sampel dengan
menggunakan survey dan jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Hasil
dari penelitian ini adalah sebagian besar pedagang muslim
mengamalkan ajaran agama ke dalam etika bisnis yang dijalaninya dan
bersaing secara sehat. Akan tetapi, ada pula beberapa pedagang yang
masih bermain curang dalam usaha berdagangnya. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian yang akan ditulis oleh penulis yaitu
terletak pada objek yang akan diteliti yaitu pedagang di pasar dan jenis
penelitian yang akan digunakan. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang akan ditulis oleh penulis adalah terletak pada tempat
yang diteliti berbeda dengan tempat yang akan diteliti oleh penulis.
4. Jakaria (Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta) yang berjudul “Dampak Keberadaan Mini
10
Market Terhadap Pendapatan Pedagang Tradisional di Pasar
Tradisional Cengkareng, Slipi, dan Palmerah (suatu tinjauan etika
bisnis Islam)”, 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dampak yang terjadi terhadap pendapatan pedagang tradisional setelah
ekspansi yang dilakukan minimarket di kawasan Pasar Cengkareng,
Slipi, dan Palmerah. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif
dengan menggunakan metode penelitian studi lapangan yaitu
wawancara. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pendapatan dari
pedagang di Pasar Cengkareng, Slipi, dan Palmerah. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian penulis adalah tema yang diteliti
adalah etika bisnis pedagang di pasar. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian penulis adalah studi kasus yang diteliti, serta metode
penelitian yang digunakan.
F. Sistematika Penulisan
BAB I: PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan latar belakang, identifikasi masalah,
batasan masalah dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
serta sistematika penulisan.
BAB II: KAJIAN TEORITIS
Pada bab ini disajikan teori tentang pengertian etika bisnis dan
faktor-faktor dengan etika bisnis Islam, pengertian pasar dan hal-hal yang
berkaitan dengan pasar. Kemudian Teori ilmu pengetahuan, sosial
11
ekonomi, dan persaingan usaha yang merupakan faktor yang
mempengaruhi etika dan perilaku bisnis pedagang Pasar Palmerah.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan metode yang digunakan dalam penelitian ini.
Sub bab pertama menjelaskan ruang lingkup penelitian, Sub bab kedua
menjelaskan tenteang metode pengumpulan data. Dan sub bab ketiga akan
menjelaskan tentang metode analisis data.
BAB IV : PEMBAHASAN
Bab ini membahas gambaran umum objek, hasil uji instrumen
penelitian, dan hasil observasi penulis.
BAB V : PENUTUP
Bab ini menjelaskan kesimpulan dan saran.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Etika Bisnis
Etika bisnis adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
kegiatan bisnis yang dilakukan oleh para pelaku bisnis. Masalah etika dan
ketaatan pada hukum yang berlaku merupakan dasar yang kokoh yang
harus dimiliki oleh pelaku bisnis dan akan menentukan tindakan apa dan
perilaku bagaimana yang akan dilakukan dalam bisnisnya.1
1. Pengertian Etika Bisnis
Kata etika sendiri berasal dari kata ethos yang berasal dari bahasa
Yunani, yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Etika sendiri
diidentikkan dengan moral atau moralitas. Kata moral sendiri berasal dari
bahasa latin “Mos” yang dalam bentuk jamaknya “Mores” berarti adat
istiadat atau kebiasaan. Jadi, secara umum etika dan moralitas sama-sama
berarti sistem nilai tentang bagaimana manusia harus hidup lebih baik
sebagai manusia yang telah diinstitusionalisasikan dalam sebuah adat
kebiasaan yang kemudian terwujud dalam pola perilaku yang konsisten
1 Agus Arijanto, Etika Bisnis Bagi Pelaku Bisnis, (Jakarta: Raja Gofindo Persada, 2011),
h.2.
13
dan berulang dalam kurun waktu yang lama sebagaimana layaknya sebuah
kebiasaan.2
Etika Bisnis diartikan sebagai pengetahuan tentang cara ideal
pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan
moralitas yang berlaku secara universal dan secara ekonomi/sosial, dan
penerapan norma dan moralitas ini menunjang maksud dan tujuan kegiatan
bisnis. Dalam penerapan etika bisnis, bisnis mesti mempertimbangkan
unsur-unsur norma dan moralitas yang berlaku di masyarakat. Unsur-unsur
tersebut antara lain:3
a. Manajerial skill, yaitu seorang bisnisman harus mampu mengatur
hidup sendiri beserta dengan keluarganya dan teman-teman
sekelilingnya
b. Konseptual skill, yaitu mampu untuk membuat konsep di dalam
menjalankan pekerjaan dan jabatannya dan mampu untuk
mendelegasikan kepada orang lain
c. Technical skill, harus dimiliki oleh seorang bisnisman yang mampu
memberikan teknik-teknik untuk melaksanakan apa yang terjadi,
pemikiran dan konsepnya, serta memberikan contoh kepada orang lain
atau pihak ketiga
2Agus Arijanto, Etika Bisnis Bagi Pelaku Bisnis, (Jakarta: Raja Gofindo Persada, 2011),
h. 5. 3Agus Arijanto, Etika Bisnis Bagi Pelaku Bisnis, (Jakarta: Raja Gofindo Persada, 2011),
h. 5.
14
d. Integritas moral yang tinggi, yaitu harus mampu memilah-milahkan
mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan
2. Prinsip-prinsip Etika Bisnis
Menurut Sonny keraf (1998), prinsip-prinsip etika bisnis adalah
sebagai berikut:4
a. Prinsip otonomi, adalah sikap dan kemampuan manusia untuk
mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya
tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
b. Prinsip kejujuran, terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang
bisa ditunjukkan secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa
bertahan lama dan berhasil kalau tidak didasarkan atas
kejujuran.
c. Prinsip keadilan, menuntut agar setiap orang diperlakukan
secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai kriteria
yang rasional objektif, serta dapat dipertanggung jawabkan.
d. Prinsip saling menguntungkan (mutual benefit principle),
menuntut agar bisnis dijalanka sedemikian rupa, sehingga
menguntungkan semua pihak.
e. Pihak integritas moral terutama dihayati sebagai tuntutan
internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu
4Agus Arijanto, Etika Bisnis Bagi Pelaku Bisnis, (Jakarta: Raja Gofindo Persada, 2011),
h. 5.
15
menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik pimpinan
maupun perusahaannya.
B. Etika Bisnis Islam
Secara sederhana mempelajari etika dalam bisnis berarti
mempelajari tentang mana yang baik/buruk, benar/salah dalam dunia
bisnis berdasarkan prinsip-prinsip moralitas. (Learning what is right or
wrong, and then doing the right thing. “Right thing” based on moral
principle, and others believe the right thing to do depends on the
situation). Kajian Etika bisnis terkadang merujuk kepada management
ethics atau organizational ethics. Etika bisnis dapat berarti pemikiran atau
refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis.5
Moralitas di sini, sebagaimana disinggung di atas berarti: aspek
baik/buruk, terpuji/tercela, benar/salah, wajar/tidak wajar, pantas/tidak
pantas dari perilaku manusia. Kemudian dalam kajian etika bisnis Islam
susunan adjective di atas ditambah dengan halal haram (degrees of lawful
and lawful), sebagaimana yang disinyalir oleh Husein Sahatah, di mana
beliau memaparkan sejumlah perilaku etis bisnis (akhlaq al islamiyah)
yang dibungkus dengan dhawabith syariah (batasan syariah) atau general
guideline menurut Rafik Issa Beekun.6
5 Drs. Faisal Badroen, MBA, dkk, Etika Bisnis Dalam Islam, (Ciputat: UIN Jakarta
Press), h. 61. 6 Drs. Faisal Badroen, MBA, dkk, Etika Bisnis Dalam Islam, (Ciputat: UIN Jakarta
Press), h. 62.
16
C. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Islam
1. Itikad Baik
Itikad artinya kepercayaan; keyakinan yang teguh (kuat), juga bisa
diartikan dengan kemauan dan maksud. Dengan demikian, maka yang
dimaksud dengan itikad baik dalam tulisan ini adalah kemauan, maksud
atau tepatnya keyakinan yang baik untuk melakukan bisnis dan memenuhi
hal-hal yang bertalian dengan berbisnis. Kemauan, maksud atau keyakinan
adalah perbuatan kata hati.
Dalam ajaran Islam, ada satu ajaran yang dikenal dengan niat, yang
menjadi pangkal tolak pekerjaan hati. Dengan redaksi lain, pangkal tolak
pekerjaan hati adalah niat (an-niyyah), yaitu: maksud/tujuan, kehendak
atau janji yang amat sangat kuat untuk melakukan (melaksanakan) sesuatu.
Dalam lapangan ibadah, atau bahkan juga muamalah, niat merupakan
salah satu hal yang dianggap penting dalam menentukan baik-buruk atau
ada tidaknya sesuatu-dalam konteks ini bisnis atau dagang. Sampai-sampai
hadis nabi Muhammad SAW menyatakan bahwasanya perbuatan itu
bergantung atau ditentukan oleh niatnya (innamal‟a‟mal binniyati). Itulah
sebabnya mengapa ibadah yang tanpa niat dinyatakan tidak sah.7
7 Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan
Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 309.
17
2. Kejujuran
Jujur adalah lurus hati; tidak berbohong (misalnya dengan berkata
apa adanya); tidak curang; tulus; ikhlas. Kejujuran adalah sifat (keadaan)
jujur; ketulusan (hati); kelurusan (hati); atau sifat yang suka akan
kebenaran. Suatu petersetujuan tertentu berupa rangkaian kata-kata
sebagai gambaran dari suatu perhubungan antara kedua belah pihak.
Seperti halnya dengan sebuah buah perbuatan seorang manusia, maka
gambaran ini tidak ada yang sempurna. Kalau orang mulai melaksanakan
persetujuan itu, timbullah bermacam-macam persoalan yang pada waktu
persetujuan terbentuk, sama sekali tidak atau hanya sedikit nampak pada
alam pikiran dan alam perasaan kedua belah pihak. Di sinilah arti penting
dari makna kejujuran, yang harus dikejar dalam melaksanakan
persetujuan.8
3. Kesetiaan/Kepatuhan
Setia artinya berpegang teguh (pada janji, pendirian, dan
sebagainya); patuh; taat. Kesetiaan maksudnya keteguhan hati, ketaatan
(dalam persahabatan, perhambaan, dan sebagainya); kepatuhan. Patuh
artinya penurut, dengar-dengaran, taat; suka menurut (perintah dan
sebagainya); taat (pada perintah, aturam, dan sebagainya); berdisiplin;
sedangkan kepatuhan artyinya sifat patuh; keadaan patuh; atau ketaatan.
Memperhatikan definisi kesetiaan di satu pihak, dan kepatuhan di pihak
8Muhammad Amin Suma ,Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan
Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 310-311.
18
lain, tampak ada kesamaan dan kesenyawaan. Maksudnya, kesetiaan
melahirkan kepatuhan, dan kepatuhan melahirkan kesetiaan.9
Kesetiaan dan kepatuhan ini menjadi sangat penting dalam dunia
bisnis, lebih-lebih dunia bisnis Islami. Kesetiaan lebih dipentingkan
daripada di dunia barat sekarang ini. Kesetiaan itu mencakup hubungan
antara suatu perusahaan dengan para pelanggannya dan perusahaan lain,
serta hubungan antara majikan dengan karyawan dan hal ini berlaku secara
timbal balik. Kesetiaan itu dapat mencakup para relasi bukan Islam
walaupun orang itu acapkali merasa seolah-olah ia berhadapan dengan
suatu lingkungan yang tertutup. Dalam hubungan dagang (bisnis),
kesetiaan timbal balik antara pelanggan dengan para pemasok (supplier)
langgannannya sangat jelas. Di pasar eceran (sekalipun) para pelanggan
tidak bisa berkeliling mencari barang (shopping around), mereka
mendatangi toko langganannya, dengan demikian lebih baik untuk
mengenal pedagang langganannya itu.10
Itikad baik, kejujuran dan kepatuhan adalah tiga hal (serangkai)
yang amat penting dalam soal pelaksanaan persetujuan setiap akad, apalagi
akad bisnis. Kejujuran dan kepatuhan yang telah diuraikan di atas
merupakan dua hal yang sesungguhnya mendapatkan perhatian serius baik
dari wahyu illahi maupun undang-undang. Demikian pula dari
9Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan
Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 311. 10
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan
Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 311.
19
kecendrungan hakiki masyarakat pasar pada umumnya dan para pebisnis
pada khususnya.
D. Etika Bisnis Dalam Pasar
1. Tawar-menawar
Hampir semua orang tahu bahwa tawar-menawar antara pembeli
dan penjual adalah merupakan salah satu ciri khusus yang ada dalam dunia
perekonomian pasar, termasuk di dalamnya pasar-pasar Islam/Islami.
Dalam hal tawar menawar, ekonomi perdagangan Islam memberikan
tuntutan etika yang sangat berharga, yaitu larangan mencampuri apalagi
mengganjal penawaran yang tengah diajukan oleh orang/pihak lain.11
Yang dimaksud dengan “larangan menjual atas jualan saudaranya”
yaitu misalnya seseorang (A) sedang melakukan tawar-menawar dengan
orang lain (B), kemudian orang lain (C) mendatangi/menemui A dengan
menawarkan barang yang sama dengan harga yang lebih murah dari yang
ditawarkan B.12
2. Larangan Banyak Sumpah
Di antara hal yang sering dijumpai di pasar ialah kata-kata sumpah
atau yang sejenisnya yang biasa meluncur dari mulut-mulut pedagang
dalam upaya menawarkan dan “mempengaruhi” calon pembeli
11
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan
Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 317. 12
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan
Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 317.
20
(konsumen) terutama dalam proses tawar-menawar menuju harga jadi.
Misalnya: “barang ini sungguh baik,” “sungguh ini hanya penglaris,”
“sungguh saya tidak beruntung,” “saya berani sumpah tidak bohong,” dan
lain-lain yang semakna dengan ini. Permainan (silat) kata-kata seperti itu,
apalagi dengan sumpah yang melibatkan nama Allah, merupaka perbuatan
yang dilarang oleh nabi Muhammad saw melalui sabdanya: “Sumpah itu
(boleh jadi) melariskan barang dagangan; akan tetapi (sumpah itu)
menghapuskan keberkahan.” (Hadis Riwayat al-Bukhari dan lain-lain, dari
Abi Hurairah ra).”13
3. Khiar (al-khiyar)
Khiar berasal dari kata Arab al-khiyar, artinya pilihan. Yang
dimaksud dengan hak khiar dalam dunia usaha ialah hak para pihak untuk
menghentikan (membatalkan) suatu akad (transaksi) disebabkan alasan-
alasan yang dibenarkan. Khiar sering dikenal dengan sebutan khiyar al-
mutabayi‟ain setiap transaksi jual beli yang telah disepakati para pihak
pada dasarnya adalah sah, hanya saja bagi setiap pihak ada hak khiar
(memilih) yaitu hak untuk membatalkan akad yang telah disepakati para
pihak disebabkan ada alas an yang lebih mendesak. Hak khiar itu ada yang
berhubungan dengan fisik, dalam arti selama para pihak yang melakukan
transaksi jual beli masih berada (kumpul) dalam satu tempat/di tempat
yang sama (belum berpisah), dan nada pula hak khiar yang didasarkan atas
13
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan
Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 318.
21
adanya kecacatan pada barang/jas yang diperdagangkan. Khiar dalam
bentuk yang kedua ini lazim dikenal dengan sebutan khiyar al-„aib.14
4. Menghindari jual-beli yang diharamkan dan diragukan
kehalalannya
Secara umum, Allah swt menghalalkan jual-beli (perdagangan) dan
mengharamkan riba. Jual beli yang dihalalkan pada dasarnya adalah jual
beli yang mabrur, yakni jual-beli yang bersih dari unsur-unsur keharaman,
kemaksiatan, dan kemungkaran (al-munkarat). Demikian kalimat lain,
transaksi dagang (bisnis) yang di dalamnya terkandung unsur-unsur
keharaman, kemaksiatan, dan kemunkaran hukumnya adalah haram, dan
karenanya maka tidaklah termasuk ke dalam jenis-jenis jual-beli mabrur
yang dihalalkan Allah SWT.15
5. Ihtikar (penimbunan)
Ihktikar (al-ihtikar) ialah pembelian barang (dagangan) yang
dilakukan dengan maksud untuk menahan (ditimbun) dalam jangka waktu
tertentu sehingga menjadi langka barangnya dan menjadi mahal harganya.
Ada sejumlah hadis nabi pada intinya melarang dan mencela tindakan
ihtikar (menimbun). Di antaranya: “Orang yang menimbun barang
dagangan, dia itu adalah salah.” (Hadis Riwayat Abu Dawud, at-Tarmidzi
dan Muslim dari Ma;mar ra). “ Orang yang menimbun makanan selama 40
14
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan
Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 319. 15
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan
Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 320.
22
malam, maka orang itu (berarti) melepas dirinya dari Allah, dan Allah
lepaskan orang itu daripada Nya.” (Hadis riwayat Ahmad, al-Hakim, Ibn
Abi Syaibah dan al-Bazzar).16
E. Perilaku Bisnis
1. Pengertian Perilaku Bisnis
Pengertian Perilaku adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu
sendiri yang mempunyai bentangan arti yang sangat luas antara lain :
berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca,
dan sebagainya. Dari uraian tersebut bisa disimpulkan bahwa perilaku
manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo,
2003). Sedangkan dalam pengertian umum perilaku adalah segala
perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup. Pengertian
perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir,
bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai
macam aspek, baik fisik maupun non fisik.
2. Prinsip Perdagangan Rasulullah
Dalam ilmu ekonomi, perdagangan secara konvensional diartikan
sebagai proses saling tukar-menukar yang didasarkan atas kehendak
sukarela dari masing-masing pihak. Mereka yang terlibat dalam aktifitas
16
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan
Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 322.
23
perdagangan dapat menentukan keuntungan maupun kerugian dari
kegiatan tukar menukar secara bebas itu.17
Sebaliknya prinsip yang dasar perdagangan menurut Islam adalah
adanya unsur kebebasan dalam melakukan transaksi tukar-menukar, tapi
kegiatan tersebut tetap disertai dengan harapan diperolehnya keridhaan
Allah SWT, dan melarang terjadinya pemaksaan (QS. An-Nisa‟ 4:29).
Oleh karena itu, agar diperoleh suatu keharmonisan dalam sistem
perdagangan, diperlukan suatu “perdagangan yang bermoral”. Rasulullah
SAW. secara jelas telah memberi contoh tentang sistem perdagangan yang
bermoral ini, yaitu perdagangan yang jujur dan adil serta tidak merugikan
kedua belah pihak. Sabda Rasulullah SAW, yang diriwayatkan oleh Abu
Sa‟id menegaskan: “Saudagar yang jujur dan dapat dipercaya akan
dimasukkan dalam golongan para nabi, golongan orang-orang jujur, dan
golongan para syuhada”. Hadis tersebut menunjukkan bahwa dalam setiap
transaksi perdagangan diperintahkan untuk lebih mengutamakan kejujuran
dan memegang teguh kepercayaan yang diberikan orang lain, selain itu
dalam setiap transaksi perdagangan dituntut harus bersikap sopan dan
bertingkah laku baik sebagaimana disebutkan dalam hadis yang
17
Eri herzegofina Fansuri, “Etika Bisnis Masyarakat Muslim Dalam Berdagang: Studi
Pengawasan Aktivitas Ekonomi Di Lingkungan Lembaga Pendidikan Pesantren Asshidiqiyyah
Pusat”, (Sktipsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta) , h. 20.
24
diriwayatkan oleh Bukhari: “ Rahmat Allah atas orang-orang yang baik
hati ketika ia menjual dan membeli serta ketika membuat keputusan”.18
Berdasarkan hadis tersebut nampak jelas bahwa Muhammad SAW
telah mengajarkan untuk bertindak jujur dan serta bersikap baik dalam
setiap transaksi perdagangan. Dalam hal ini kunci keberhasilan dan
kesuksesan nabi dalam berdagang diantaranya adalah dimilikinya sifat-
sifat terpuji beliau yang sangat dikenal penduduk Mekkah kala itu, yaitu
jujur (shidiq), menyampaikan (tabligh), dapat dipercaya (amanah), dan
bijaksana (fathanah). Menurut Afzalurrahman seperti dikutip oleh
jusmaliani, dkk menyatakan bahwa sikap terpuji itulah merupakan kunci
kesuksesan nabi dalam berdagang. Bersikap adil dan bertindak jujur
merupakan prasyarat penting seseorang dalam melakukan perdagangan, di
samping menjaga hubungan baik dan berlaku ramah tamah kepada mitra
dagang serta para pelanggan. Pedagang yang tidak jujur, meskipun
mendapat keuntungan yang besar, boleh jadi keuntungan tersebut sifatnya
hanya sementara. Ini dikarenakan ketidakjujuran akan menghilangkan
kepercayaan para pelanggan sehingga lama kelamaan akan memundurkan
dan mematikan usahanya.19
18
Eri herzegofina Fansuri, “Etika Bisnis Masyarakat Muslim Dalam Berdagang: Studi
Pengawasan Aktivitas Ekonomi Di Lingkungan Lembaga Pendidikan Pesantren Asshidiqiyyah
Pusat”, (Sktipsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta), h. 21. 19
Eri herzegofina Fansuri, “Etika Bisnis Masyarakat Muslim Dalam Berdagang: Studi
Pengawasan Aktivitas Ekonomi Di Lingkungan Lembaga Pendidikan Pesantren Asshidiqiyyah
Pusat”, (Sktipsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta), h. 22.
25
3. Perdagangan dan Nilai Kejujuran
Selain berkaitan dengan pengertian yang sifatnya eskatologis,
perdagangan dalam Islam merupakan salah satu konsep yang merujuk
pada pengalihan hak kepemilikan harta kekayaan. Seperti halnya paham
ekonomi konvensional, Islam sangat mengutamakan dan mengakui hak
pemilikan individu atas harta kekayaan yang dimilikinya. Namun
pengakuan terhadap hak individu tersebut disertai ketentuan-ketentuan
yang mengikat. Antara lain disebutkan dalam pemilikan individu itu
melekat didalamya hak-hak orang lain, dan hal itu wajib diserahkannya
(zakat). Juga seseorang tidak boleh memanfaatkan kepemilikan individu
tersebut semaunya sendiri, seperti hidup secara boros, berperilaku kikir.20
Konsep penting dalam Islam yang mendasari pengalihan hak
individu tersebut adalah ridha dan ikhlas, dan salah satu syarat penting
untuk mencapai tingkat ridha dan ikhlas yang dimaksud adalah perilaku
yang jujur. Akan tetapi, yang demikian itu sangat khusus sifatnya. Banyak
cara yang dapat ditempuh dalam pengalihan kepemilikan, dan semuanya
berlandaskan pada prinsip ridha dan ikhlas tersebut, diantaranya shadaqoh,
infaq, dan hibah.21
20
Eri herzegofina Fansuri, “Etika Bisnis Masyarakat Muslim Dalam Berdagang: Studi
Pengawasan Aktivitas Ekonomi Di Lingkungan Lembaga Pendidikan Pesantren Asshidiqiyyah
Pusat”, (Sktipsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta), h. 31. 21
Eri herzegofina Fansuri, “Etika Bisnis Masyarakat Muslim Dalam Berdagang: Studi
Pengawasan Aktivitas Ekonomi Di Lingkungan Lembaga Pendidikan Pesantren Asshidiqiyyah
Pusat”, (Sktipsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta), h. 32.
26
Perdagangan yang di dalamnya mengandung unsur ketidak jujuran,
pemaksaan, atau penipuan, seperti menimbun barang dengan
mengorbankan kepentingan orang banyak, mencegat penjual di pasar,
menyembunyikan informasi untuk memperoleh keuntungan yang lebih
besar, mengurangi timbangan, menyembunyikan cacat barang dagangan,
dan sebagainya, hukumnya tidak boleh (haram).22
Menurut Yafi dan Karim seperti dikutip oleh jusmaliani, dkk
menyatakan bahwa dalam sejarah umat Islam sendiri, jelas bahwa
perdagangan merupakan salah satu sektor terpenting sumber kemakmuran
masyarakat Madani pada zaman Rasulullah dan zaman Khulafa‟ Ar-
Rasyidin sesudahnya. Bisa dikatakan, perdagangan merupakan faktor
penggerak sektor riil, tidak saja pada zaman Islam awal, tetapi juga sampai
pada masa-masa sekarang.23
Sampai di sini jelas sekali bahwa perdagangan merupakan masalah
penting dan merupakan bagian yang penting pula dalam ekonomi Islam
secara keseluruhan. Begitu pentingnya, masalah perdagangan ini sampai-
sampai hal tersebut ditempatkan sebagai lawan kata atau dipertentangkan
dengan ekonomi riba (prinsip dasar ekonomi konvensional). Dalam QS.
22
Eri herzegofina Fansuri, “Etika Bisnis Masyarakat Muslim Dalam Berdagang: Studi
Pengawasan Aktivitas Ekonomi Di Lingkungan Lembaga Pendidikan Pesantren Asshidiqiyyah
Pusat”, (Sktipsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta), h. 32. 23
Eri herzegofina Fansuri, “Etika Bisnis Masyarakat Muslim Dalam Berdagang: Studi
Pengawasan Aktivitas Ekonomi Di Lingkungan Lembaga Pendidikan Pesantren Asshidiqiyyah
Pusat”, (Sktipsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta),h. 24.
27
Al-Baqarah (2) ayat 275 misalnya, dengan jelas ditegaskan “…. Allah
menghalalkan jual-beli (perdagangan) dan mengharamkan riba…”24
Seperti yang telah disinggung di atas, di antara nilai-nilai
terpenting sebagai landasan transaksi adalah kejujuran. Di antara nilai-
nilai yang terkait dengan kejujuran, dan yang melengkapinya adalah
amanah (terpercaya).
4. Teori Harga
Menurut Ibn Qayyim al-Jauziyyah seperti dikutip oleh Muhammad
Amin Suma, menyatakan bahwa Harga (tsaman) ialah
ukuran/standar/kriteria (al-mi‟yar) yang dengannya dapat dikenali
(ditaksir) nilai harta kekayaan (al-mi‟yar alladzi bihi yu‟rofu taqwim al
amwal). Harga, kata Ibn Qayyim lebih lanjut, wajib dibatasi dan dipatok
sedemikian rupa supaya tidak (mudah) naik atau tidak (mudah) turun
mengingat sifatnya yang spesifik dan akurat.25
Di antara hal penting yang layak dikemukakan tentang persoalan
teori harga dalam ekonomi Islam ialah penyerahannya kepada sistem pasar
yang ditentukan oleh masyarakat pasar. Termasuk dalam hal pengambilan
keuntungan, misalnya berapa persen maksimal keuntungan yang boleh
24
Eri herzegofina Fansuri, “Etika Bisnis Masyarakat Muslim Dalam Berdagang: Studi
Pengawasan Aktivitas Ekonomi Di Lingkungan Lembaga Pendidikan Pesantren Asshidiqiyyah
Pusat”, (Sktipsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta), h. 24. 25
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan
Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 184.
28
ditarik seorang pedagang atau suatu perusahaan dari modal – termasuk
cost- yang telah dikeluarkan.26
Hanya saja, suatu hal yang layak dicatatkan di sini ialah bahwa
suatu ketika Nabi Muhammad SAW pernah mengutus Urwah al-Bariqi,
seraya Nabi memberinya uang satu dinar untuk dibelikan kurban (udhiyah)
atau seekor kambing; kemudian Al-Bariqi membelikan uang yang satu
dinar itu untuk dua ekor kambing. Lalu dia jual (kembali) yang satu ekor
dengan harga satu dinar, sehingga ia pun kemudian pulang dengan
(membawa) seekor kambing dan satu dinar uang tunai (saya menyerahkan
kepada Nabi); dan Nabi pun berdoa untuk al-Bariqi, “Semoga Allah
memberkahi jual-belinya, sehingga jika al-Bariqi berjualan pasir
(sekalipun), dia akan memperoleh keuntungan daripadanya”, (Hadis
Riwayat Imam lima, kecuali an-Nasa‟i dari Urwah al-Bariqi).27
Dari hadis ini kita bisa memetik pemahaman bahwa tingkat
pengambilan keuntungan masih bisa dilakukan sampai sebesar 100%.
Pembelian seekor kambing dengan harga setengah dinar, yang kemudian
dijual dengan harga satu dinar oleh al-Bariqi, dan kemudian dibenarkan
oleh Nabi; ini mengisyaratkan tentang pembolehan pengambilan
keuntungan sampai 100%. Sebab kalau tidak diperkenankan, tentu Nabi
26
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan
Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 184. 27
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan
Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 184.
29
tidak akan membenarkan tindakan al-Bariqi di atas dan tidak mungkin
mendoakannya.28
5. Barang dan Jasa yang Diharamkan dalam Muamalah
Secara umum, Islam pada dasarnya mempersilahkan manusia
untuk mengonsumsi apa saja yang mereka kehendaki dan mereka kuasai
dari apa saja yang ada di bumi, sejauh barang-barang yang dikonsumsinya
iyu benar-benar halal lahi baik (halalan thayyiban; lawful and good).
Dengan kalimat lain, Islam jelas menghalalkan barang (makanan/minuman
dan lain-lain) yang baik-baik (at-thayyibat;lawful). Pada saat bersamaan,
Islam juga tegas mengharamkan seseorang dari kemungkinan
mengonsumsi makanan/minuman lain-lain yang buruk-buruk (al-
khabisat;unlawful).29
Hal ini dapat dipahami dari sejumlah ayat al-Quran
diantaranya:
Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh nyata bagimu.”
28
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan
Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 184. 29
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan
Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 185.
30
Al-halal, al-hilal atau al-halil, adalah lawan dari kata al-haram,
artinya halal. Sedangkan thayyib secara harfiah berarti baik, bagus, lezat,
nyaman, dan sehat. Kata al-ashafani, makna kata asal at-thayyib ialah
sesuatu yang oleh indera maupun nafsu dianggap lezat (matastalidzdzuh
al-hawass wa-ma tastalidzdzuh al-nafs). Yang dimaksud dengan at-
thayyib (makanan yang baik) dalam konteks syariah ialah makanan yang
memenuhi (kriteria) boleh dari sisinya yang maupun misalnya dari sisi
bahan bakunya, dari sisi kadar/ukurannya, dari sisi tempat atau asal
usulnya, dari sisi kebaikannya untuk jangka pendek maupun jangka
panjang.
Dari sisi bahan baku, tidak boleh ada bahan baku yang haram. Dari
sisi kadar/ukuran, tidak boleh melampaui batas yang diperlukan
(kebutuhan), bukan keinginan hawa nafsu. Dari sisi perolehan, jelas asal-
usulnya dalam pengertian bersumber dari hal-hal yang halalan-thayyiban.
Dari sisi kebesihan dan kesehatan, dapat dipertanggungjawabkan secara
agama maupun ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian pula dengan
efek dari produk yang dihasilkan, baik itu untuk jangka pendek maupun
jangka panjang.30
Suatu hal yang mutlak perlu diingatkan disini ialah bahwa barang-
barang konsumtif ini ketika dihubungkan dengan teknologi terutama
pengolahan produk pangan di zaman modern sekarang ini mudah
30
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan
Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 187.
31
tercampur atau bahkan dicampuri dengan barang-barang haram atau paling
sedikit diragukan kehalalannya. Teknologi yang diterapkan dalam
pengolahan makanan (produk pangan) antara lain: pembersihan, sortasi,
grading, pengupasan, pengecilan ukuran, pencampuran, pemisahan,
pemekatan, fermentasi, pemanasan, irradiasi, pengeringan, pendinginan,
proses pengawetan non thermal, pelapisan, pencetakan, dan pengemasan.
Meskipun demikian terdapat teknologi yang mempengaruhi status halal-
haramya produk yang dihasilkan yaitu teknologi penyembelihan,
meskipun karena satu dan lain hal juga tidak akan dibahas di dalam buku
ini.
Kehalalan produk pangan dewasa ini semakin terancam manakala
dihubungkan dengan teknologi pengolahan dan terutama bahan pangan
(bahan baku, bahan penolong, maupun bahan tambahan) yang mudah
tercampur atau dicampur. Terutama produk pangan yang secara umum
terdiri atas tiga macam komponen utama yakni: protein, lemak, dan
karbohidrat. Kerawanan produk pangan terutama terletak pada protein dan
lemak yang berasal usul dari hewan (protein dan lemak hewani). Di sinilah
terletak arti penting dari hikmah pengharaman bangkai dan babi itu secara
dzati dan bersifat mutlak, demi jaminan proteksi atas makanan dan
minuman Islami yang berlebelkan “halalan thayyiban”, dan dari
kemungkinan tercampur apalagi sengaja dicampur dengan bahan-bahan
pangan yang nyata-nyata diharamkan atau paling sedikit mengandung
32
unsur-unsur khaba‟its (keburukan) sebagaimana disinyalir dalam ayat-ayat
al-Qura‟an yang telah dikutibkan dan diuraikan sebelum ini.31
Belakangan disinyalir banyak produk makanan dan atau minuman
serta kosmetik atau bahkan juga alat-alat kebersihan dan penyucian
(semisal sabun, sikat gigi, dan lain-lain) yang tercampur atau sengaja
dicampuri dengan bahan-bahan yang haram (khususnya bangkai dan babi)
atau bahan-bahan baku yang jelas-jelas mengandung bahaya (mudarat)
misalnya bahan-bahan pengawet dan pewarna seperti formalin dan lain-
lain. Di sini pula terletak arti penting dari kehadiran tuntunan al-Islam
tentang konsep dan resep hidup sehat melalui makanan dan minuman yang
halalan thayyiban. Moto pemerintah yang mendengungkan konsep dan
resep “Empat Sehat Lima Sempurna (nasi, lauk pauk, sayur-mayur, buah-
buahan, dan susu)”, sudah harus disempurnakan menjadi “Empat Sehat
Lima Sempurna, Enam Halal, Tujuh Thayyib”, (nasi, lauk-pauk, sayur-
mayur, buah-buahan, susu, halal, dan thayyib).32
F. Pasar
1. Pengertian Pasar
Pasar adalah suatu tempat atau proses interaksi antara permintaan
(pembeli) dan penawaran (penjual) dari suatu barang dan jasa tertentu,
31
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan
Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 194-195. 32
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan
Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 195.
33
sehingga akhirnya dapat menetapkan harga keseimbangan (harga pasar)
dan jumlah yang diperdagangkan.33
Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki
kebutuhan atau keinginan tertentu serta mau dan mampu dalam melakukan
pertukaran untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan.34
Konsep pasar
membawa kita kembali pada konsep pemasaran, di mana pemasaran
merupakan dimensi pertama dan utama dari perusahaan. Definisi dari
pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan
kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan
menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang berniali satu
sama lain.
Ukuran suatu pasar tergantung pada jumlah pembeli yang berada di
dalam pasar tersebut. Pembeli potensial memiliki tiga karakteristik pokok,
yaitu mempunyai minat, penghasilan, dan akses. Bedasarkan ketiga
karakteristik ini, ada lima level definisi pasar, yaitu:35
a. Pasar potensial (potential market), yaitu sekumpulan konsumen
yang memiliki tingkat minat tertentu terhadap penawaran pasar
tertentu
33
Eko Suprayitno M, Si., Ekonomi Mikro Perspektif Islam, (Malang: UIN Malang Press,
2008), h. 205. 34
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan
Pengendalian, (Jakarta: Salemba Empat, 1995, Edisi 8), h. 14. 35
Santoso Singgih dan Tjiptono Fandy, Riset Pemasaran: Konsep dan Aplikasi dengan
SPSS, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2002), h. 64.
34
b. Pasar yang tersedia (available market), yaitu sekumpulan
konsumen yang memiliki minat, penghasilan, dan akses pada
penawaran pasar tertentu
c. Pasar tersedia yang memenuhi syarat (qualified available
market), yaitu sekumpulan konsumen yang memiliki minat,
penghasilan, akses, dan kualifikasi untuk penawaran pasar
tertentu
d. Pasar yang dilayani (served market atau target market), yaitu
sebagian dari qualified available market yang ingin dimasuki
perusahaan
e. Pasar penetrasi (penetration market), yaitu sekumpulan
konsumen yang benar-benar telah membeli produk
1. Jenis-jenis Pasar
Berdasarkan segi fisiknya, pasar diklasifikasikan menjadi:36
a. Pasar Tradisional
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan
pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual dan pembeli
secara langsung biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan
biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang
dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.
36
Santoso Singgih dan Tjiptono Fandy, Riset Pemasaran: Konsep dan Aplikasi dengan
SPSS, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2002), h. 65.
35
b. Pasar Raya
Pasar raya disebut juga dengan toko serba ada atau Toserba,
dalam bahasa Inggris disebut Departmen Store, yaitu suatu bentuk
toko swalayan yang menjual barang dagangan secara eceran. Pada
umumnya toserba lebih besar dari supermarket.
c. Pasar Abstrak
Pasar abstrak adalah pasar yang lokasinya tidak dapat dilihat
dengan kasat mata. Konsumen dan produsen tidak bertemu secara
langsung, biasanya transaksi dilakukan via telpon , via internet, atau
alat komunikasi lainnya.
d. Pasar swalayan
Secara harfiah, kata ini berarti pasar yang besar. Pasar
swalayan atau supermarket adalah sebuah toko yang menjual segala
kebutuhan sehari-hari, seperti makanan, minuman, dan lain-lain.
Sedangkan berdasarkan jenis barang yang dijual, pasar terdiri
dari:
a. Pasar Ikan
b. Sayuran
c. Buah-buahan
d. Barang elektronik
e. Barang perhiasan
36
f. Bahan bangunan
g. Bursa efek, saham, dan komoditi
Aktivitas usaha yang dilakukan di pasar pada dasarnya akan
melibatkan dua subyek pokok, produsen dan konsumen. Kedua subyek
tersebut masing-masing mempunyai peranan yang sangat besar terhdap
pembentukan harga barang di pasar.37
2. Mekanisme Pasar
Gambaran pasar yang Islami adalah pasar yang di dalamnya
terdapat persaingan sehat yang dibingkai dengan nilai dan moralitas Islam.
Nilai dan moralitas Islam itu secara garis besar terbagi dua: Pertama,
norma yang bersifat khas yaitu hanya berlaku untuk muslim. Kedua, Islam
juga sangat memperhatikan norma yang berlaku dalam masyarakat umum
dan berlaku secara universal seperti persaingan sehat, kejujuran,
keterbukaan, dan keadilan. Nilai-nilai ini sangat ditekankan dalam Islam
bahkan selalu dikaitkan dengan keimanan kepada Allah. Keterikatan
seorang muslim dengan norma-norma ini akan menjadi sistem pengendali
yang bersifat otomatis bagi pelakunya dalam aktifitas pasar.38
37
Eko Suprayitno M, Si., Ekonomi Mikro Perspektif Islam, (Malang: UIN Malang Press,
2008), h. 206. 38
Santoso Singgih dan Tjiptono Fandy, Riset Pemasaran: Konsep dan Aplikasi dengan
SPSS, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2002), h. 122.
37
Dengan mengacu kepada al-Quran dan praktek kehidupan pasar
pada masa Rasulullah dan para sahabatnya, Ibn Taimiyah menyatakan
bahwa ciri khas kehidupan pasar yang Islami adalah:
a. Orang harus bebas untuk keluar dan masuk pasar.
b. Adanya informasi yang cukup mengenai kekuatan-kekuatan
pasar dan barang-barang dagangan.
c. Unsur-unsur monopolistik harus dilenyapkan dari pasar.
Kolusi antara penjual dan pembeli harus dihilangkan.
d. Adanya kenaikan dan penurunan harga yang disebabkan
naik turunnya tingkat permintaan dan penawaran.
e. Adanya homogenitas dan standarisasi produk agar terhindar
dari pemalsuan produk, penipuan, dan kecurangan kualitas
barang.
f. Terhindar dari penyimpangan terhadap kebebasan ekonomi
yang jujur, seperti sumpah palsu, kecurangan, dalam,
menakar, menimbang, dan menimbang, dan mengukur, dan
niat yang buruk dalam perdagangan.
g. Pelaku pasar juga dilarang menjual barang-barang haram
seperti minuman keras, alat perjudian dan pelacuran, dan
lain-lain.39
39
Ibn Taymiyah, Majmu‟ Fatawa Shaykh al Islam Ahmad Ibn Taymiyah (Riyad: Matbaat
al Riyad, 1387 H), h. 78.
38
Dengan memperhatikan kriteria pasar Islami tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa pasar Islami itu dibangun atas dasar terjaminnya
persaingan yang sehat yang dibingkai dalam nilai dan moralitas Islam.
Untuk menjamin agar kriteria ini tetap terjaga dengan baik diperlukan
seorang muhtasib yang memiliki peranan aktif dan permanen dalam
menjaga mekanisme pasar yang islami sehingga dapat dijadikan model
bagi peran pemerintah terhadap pasar.
2. Teori Pengetahuan
1. Definisi pengetahuan
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau
disadari oleh seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah
berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan
akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya
untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat
atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang
mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan
pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.40
Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan
pemahaman dan potensi untuk menindaki yang lantas melekat di benak
seseorang. Pada umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan prediktif
40
Nurmala Hayati, ”Pengaruh Kondisi Ekonomi, Tingkat Pendidikan, Persaingan Usaha
dan Pendidikan Agama terhadap Pelaksana Etika Bisnis Islam”, (Skripsi S1 Fakutas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h.21.
39
terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. Manakala
informasi dan data sekadar berkemampuan untuk menginformasikan atau
bahkan menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan
untuk mengarahkan tindakan. Inilah yang disebut potensi untuk
menindaki.
2. Hubungan Pengetahuan terhadap Etika dan Perilaku Bisnis
Dalam proses produksi sebagai suatu struktur dasar aktivitas
perekonomian, tenaga kerja merupakan faktor yang sangat penting, karena
tenaga kerja tersebut bertindak sebagai pelaku ekonomi berbeda dengan
faktor produksi lainnya yang bersifat pasif (seperti: modal, bahan baku,
mesin, dan tanah). Tenaga kerja berkemampuan bertindak aktif, mampu
mempengaruhi dan melakukan manajemen terhadap faktor produksi
lainnya yang terlibat dalam proses produksi (Sonny Sumarsono, 2003).41
Dalam bisnis yang baik, seorang pengusaha yang berkemampuan
bertindak aktif, mampu mempengaruhi dan melakukan manajemen
merupakan faktor penentu keberhasilan dari kegiatan bisnis dengan jalan
yang benar dan baik. Salah satu faktor yang membentuk kemampuan
bertindak aktif yaitu dengan pengetahuan. Berdasarkan uraian-uraian di
atas, maka kita dapat definisikan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari
proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari yang
tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini mencakup
41
Nurmala Hayati,”Pengaruh Kondisi Ekonomi, Tingkat Pendidikan, Persaingan Usaha
dan Pendidikan Agama terhadap Pelaksana Etika Bisnis Islam”, (Skripsi S1 Fakutas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h.21.
40
berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan
maupun pengalaman.42
Pendidikan punya peranan sangat penting dalam Innovation Driven
Economy, yaitu tempat munculnya talenta-talenta yang akan memicu
munculnya inovasi dalam bisnis.43
Dengan adanya inovasi, maka pelaku
bisnis tidak perlu menggunakan cara-cara kotor yang bertentangan dengan
etika bisnis Islam untuk memajukan bisnisnya.
Pengalaman (Experience) menurut Cascio (1995:260) sebagai
berikut: Pengalaman adalah suatu faktor untuk menilai seberapa lama
seseorang mengetahui/bertukar pengetahuan dengan orang lain untuk bisa
melaksanakan pekerjaannya secara efektif. Pengalaman akan menentukan
keterampilan dalam melaksanakan suatu tugas tertentu. Pengalaman kerja
dapat berdampak positif atau negatif terhadap kemampuan kerja
seseorang. Sikap seseorang merupakan perpaduan antara masa lampau
dengan keadaan lingkungan masa kini. Indris Saputra (2002)
mengemukakan bahwa: “Pengalaman kerja membuat seseorang dapat
meningkatkan pengetahuan teknis maupun keterampilan kerja mengamati
orang lain, menirukan dan melakukan sendiri tugas-tugas pekerjaan yang
ditekuni. Dengan melakukan tugas yang berulang-ulang, seseorang akan
lebih mahir melaksanakan tugasnya dan terbuka peluang untuk
42
FilsafatUmum: Macam-macam Pengetahuan Manusia, fakhorshokhibul.com, artikel
ini dilihat pada tanggal 27 September 2017. 43
Entrepreneurship in Indonesia-Financial Club, http://sandiaga-
uno.com/enterpreneurship-in-Indonesia-financial-club, artikel ini pada tanggal 02 Oktober 2017.
41
memperoleh cara kerja yang lebih praktis, efisien, dan produktif.44
Begitu
pun dengan berbisnis/berwirausaha/berdagang, pengalamannya sebagai
pebisnis atau rekan sesama pebisnis bisa kita jadikan acuan kita agar bisnis
yang kita jalani lebih baik lagi dari sebelumnya dari hari ke hari.
3. Teori Sosial Ekonomi
1. Definisi Sosial Ekonomi
Secara Etimologis, pengertia sosial ekonomi berasal dari kata
sosial dan ekonomi. Sosial adalah berkenaan dengan masyarakat.45
Sedangkan ekonomi adalah pemanfaatan uang, tenaga, waktu, dan
sebagainya yang berharga.
Pengertian sosiologi ekonomi sendiri dapat didefinisikan
dengan 2 cara. Pertama, sosiologi ekonomi didefinisikan sebagai sebuah
kajian yang mempelajari hubungan antara masyarakat, yang didalamnya
terjadi interaksi sosial dengan ekonomi. Dalam hubungan tersebut, dapat
dilihat bagaimana masyarakat mempengaruhi ekonomi. Juga sebaliknya,
bagaimana ekonomi mempengaruhi masyarakat.46
Kedua, sosiologi ekonomi didefinisikan sebagai pendekatan
sosiologis yang diterapkan pada fenomena ekonomi. Dari definisi ini
terdapat dua hal yang harus dijelaskan, yaitu pendekatan sosiologis dan
fenomena ekonomi. Adapun yang dimaksud pendekatan sosiologis adalah
44
Yudi Ismawan Sidik, “ Pengaruh Faktor Sosial, Pendidikan, dan Pengalaman terhadap
Etika Bisnis Pedagang Pasar Bengkok Tangerang”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), h. 35-36. 45
Departemen Pendididkan dan Kebudyaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1988), h. 855. 46
Prof. Dr. Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2005), cet. 1, h. 11.
42
konsep-konsep, variabel-variabel, teori-teori, dan metode yang digunakan
dalam sosiologis dalam memahami kenyataan sosial, termasuk di
dalamnya kompleksitas aktifitas yang berkaitan dengan ekonomi seperti
produksi, konsumsi, distribusi dan lainnya.47
Selanjutnya yang dimaksud
dengan fenomena ekonomi adalah gejala dari cara bagaimana orang atau
masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap jasa dan barang
langka.48
Jadi, Sosiologi Ekonomi Secara sederhana didefinisikan sebagai
studi tentang bagaimana cara orang, kelompok, atau masyarakat
memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap jasa dan barang langka,
dengan menggunakan pendekatan sosiologi (Damsar, 1997:9).49
2. Hubungan Sosiologi Ekonomi dengan Etika dan Perilaku Bisnis
Islam
Dalam kajian sosiologi Ekonomi, tindakan ekonomi dipahami
dalam konteks hubungannya dengan aspek sosial budaya masyarakat, dan
bukan atau tidak dipahami seperti pemikiran Bapak Kapitalisme Adam
Smith yang memahami tindakan. Ekonomi manusia senantiasa rasional-
kalkulatif. Sebagai seorang ekonom yang mendukung arti penting
liberalism dan pasar bebas, Adam Smith meyakini bahwa perilaku
ekonomi manusia senantiasa mempertimbangkan untung rugi, kalkulatif,
47Prof. Dr. Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2005), cet. 1, h. 14. 48
Prof. Dr. Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2005), cet. 1, h. 17. 49
Dr. Bagong Suyanto, Sosiologi Ekonomi: Kapitalisme dan Konsumsi di Era
Masyarakat Post Modernisme, (Jakarta: Kecana Prenada Media Group, 2013), cet. 1, h. 14.
43
dan manusia cenderung baru akan mengonsumsi sesuatu jika barang atau
jasa yang ditawarkan di pasar benar-benar sepadan dengan pekerjaan atau
uang yang mereka keluarkan. Sementara itu, sosiologi ekonomi meyakini
bahwa perilaku ekonomi manusia acapkali justru tidak hanya
mempertimbangkan untung rugi, tetapi yang lebih penting adalah
bagaimana konstruksi sosial masyarakat yang bersangkutan dalam
memandang arti penting atau fungsi sebuah barang dan jasa.50
Seseorang meyakini bahwa memakai tas dengan merk tertentu
akan menaikkan gengsinya di mata orang-orang di lingkungan sosialnya,
maka jangan heran jika ia bersedia mengeluarkan dana hingga puluhan
juta rupiah hanya sekedar untuk membayarsebuah tas di plaza terkenal di
luar negeri-yang mode, ukuran, dan fungsinya tak beda dengan tas
bermerk yang banyak dijual di pasar-pasar murah.51
Hal ini terkadang
dimanfaatkan oleh beberapa pebisnis atau pedagang yang menjual tas yang
sama namun aspal atau biasa disebut tas KW dengan harga tidak jauh
berbeda dengan tas bermerk yang asli. Perilaku ini sangat bertentangan
dengan etika bisnis Islam, karena merupakan contoh jual beli yang
mengandung unsur “gharar” yang menimbulkan kerugian bagi si
pembelinya.
50
Dr. Bagong Suyanto, Sosiologi Ekonomi: Kapitalisme dan Konsumsi di Era
Masyarakat Post Modernisme, (Jakarta: Kecana Prenada Media Group, 2013),cet. 1, h. 15. 51
Dr. Bagong Suyanto, Sosiologi Ekonomi: Kapitalisme dan Konsumsi di Era
Masyarakat Post Modernisme, (Jakarta: Kecana Prenada Media Group, 2013), cet. 1, h. 15-16.
44
4. Teori Persaingan Usaha
1. Persaingan Usaha
Persaingan usaha sering disebutkan dalam konsep bentuk-
bentuk pasar. Persaingan usaha di dalam pasar terdiri dari Persaingan
Sempurna dan persaingan bukan sempurna. Persaingan sempurna yaitu
suatu struktur yang di dalamnya terdapat banyak pembeli dan penjual tidak
dapat mempengaruhi harga. Perusahaan yang masuk ke pasar ini dapat
bersaing secara sempurna. Akibatnya, tidak ada satu pun
perusahaan/individu yang dapat menjadi penentu harga (price setter),
tetapi mereka hanya dapat menjadi penerima/pengambil harga (price
taker). Keadaan ini mengandung arti bahwa tidak ada yang menjadi
pengendali harga (price leader) dalam pasar persaingan sempurna.52
Ciri-
ciri pasar persaingan sempurna yaitu penjual dan pembeli yang banyak
serta barang yang diperdagangkan bersifat homogen.
Kemudian, pasar bukan persaingan sempurna adalah suatu
bentuk pasar yang sangat berbeda dengan pasar persaingan sempurna.
Perbedaan itu terutama dapat dilihat pada perbedaan pengaruh permintaan
dan penawaran yang terdapat di pasar. Pasar bukan persaingan sempurna
dibagi dalam tiga bentuk, yaitu pasar monopoli, pasar oligopoli, dan pasar
persaingan monopoli. Pasar bukan persaingan sempurna merupakan suatu
bentuk pasar dimana perusahaan/penjual mempunyai peranan dalam
52
Maksum Habibi dan Ahmad Widodo, Ekonomi untuk SMA dan MA kelas X, (Jakarta:
Piranti, 2008), h. 100.
45
menentukan harga. Peranan yang dimiliki oleh masing-masing pasar
dalam pembentukan harga juga berbeda-beda pada ketiga pasar yang telah
disebutkan di atas.53
2. Hubungan Persaingan Usaha dengan Etika dan Perilaku Bisnis
Islam
Kompetisi merupakan persaingan yang merujuk kepada kata
sifat siap bersaing dalam kondisi nyata dari setiap hal atau aktivitas yang
dijalani. Ketika kita bersikap kompetitif maka berarti kita memiliki sikap
siap serta berani bersaing dengan orang lain. Dalam arti yang positif dan
optimis, kompetisi bisa diarahkan pada kesiapan dan kemampuan untuk
mencapai kemajuan dan kesejahteraan kita sebagai umat manusia.
Kompetisi seperti ini merupakan motivasi diri sekaligus faktor penggali
dan pengembang potensi diri dalam menghadapi bentuk-bentuk kompetisi,
sehingga kompetisi tidak semata-mata diarahkan untuk mendapat
kemenangan dan mengalahkan lawan.54
Tuntutan di dunia bisnis yang
semakin tinggi dank eras mensyaratkan sikap dan pola kerja yang
professional. Persaingan yang semakin ketat juga seakan mengharuskan
orang-orang bisnis untuk bersungguh-sungguh menjadi professional bila
bisnis mereka ingin sukses. Persaingan dalam dunia bisnis mendorong
pebisnis meningkatkan efisiensi dan kualitas produknya untuk dapat
53
Maksum Habibi dan Ahmad Widodo, Ekonomi untuk SMA dan MA kelas X, (Jakarta:
Piranti), h. 102-103. 54
Muhammad Saman, Persaingan Industri PT. Pancanata Centralindo (Perspektif Etika
Bisnis Islam), (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 19.
46
bersaing dengan perusahaan lain ataupun pesaing bisnisnya dan
mendapatkan kepuasaan dari para pelanggannya. Namun, tidak jarang pula
ada pebisnis atau pengusaha atau pedagang yang berbuat curang kepada
pesaingnya agar mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya. Di sini
terlihat perbedaan antara pebisnis atau pengusaha atau pedagang yang
mempunyai pengetahuan tentang etika dalam berbisnis dengan pebisnis
yang tidak mempunyai pengetahuan tentang etika bisnis.
47
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian
kuantitatif.
Penelitian ini dilakukan di Pasar Palmerah, Jakarta, dengan objek
penelitian yaitu pedagang di pasar tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh variabel independen (pengetahuan, sosial ekonomi,
dan persaingan usaha) terhadap variabel dependen (etika bisnis) di Pasar
Palmerah.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif dengan menggunakan data kuantitatif. Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan
masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, juga menyajikan data,
menganalisis data, dan menginterpretasi.1 Tujuan dari penelitian deskriptif
adalah untuk menggambarkan atau menjabarkan secara sistematis, faktual,
dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada serta hubungan antar fenomena
yang diselidiki.
1 Cholid Norbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2005), cet. VII, h. 44.
48
B. Metode Pengumpulan data
1. Jenis data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama, dari
individu seperti hasil wawancara maupun hasil observasi secara langsung.2
Data primer yang diperoleh penulis terkait penelitian ini yaitu berupa data
yang diperoleh dari responden dalam hal ini pedagang Pasar Palmerah
melalui kuesioner yang diberikan oleh peneliti kepada para pedagang
pasar Palmerah.
Selain kuesioner, peneliti juga menggunakan observasi sebagai
data primer. Observasi merupakan salah satu teknik operasional
pengumpulan data melalui proses pencatatan secara cermat dan sistematis
terhadap obyek yang diamati secara langsung.3 Dalam hal ini, peneliti
yang juga salah satu pedagang di Pasar Palmerah mengamati kegiatan para
pedagang lain di sela-sela waktu berdagang peneliti. Kadang kala, peneliti
membeli barang dagangan dari pedagang lain untuk mengetahui apakah
barang tersebut layak atau apakah pedagang tersebut memanipulasi
timbangan dengan cara menimbang ulang di tempat dagang peneliti.
2 M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2007), h.16. 3 Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi : Teori dan Aplikasi (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 1999),h. 133-134.
49
Beberapa keunggulan teknik ini, sebagaimana diungkap oleh Guba
& Lincoln (1991), yaitu sebagai berikut:4
1. Teknik pengamatan ini didasarkan pada pengalaman secara
langsung
2. Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati
sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana
yang terjadi pada keadaan sebenarnya
3. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam
situasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang langsung
diperoleh dari data.
4. Sering terjadi keraguan pada peneliti, jangan-jangan yang
dijaringnya ada yang “melenceng” atau ” bias” dan memerlukan
pengamatan ulang.
5. Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mengerti situasi-
situasi rumit.
6. Dalam kasus-kasus tertentu, saat teknik komunikasi lainnya tidak
memungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat
bermanfaat.5
4 Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi : Teori dan Aplikasi (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 1999),h. 133-134. 5 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan kualitatif dan kuantitatif,
(Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009), Ed. Kedua, h.101-102.
50
Hadirnya teknik observasi dalam penelitian ini juga mendapat
respons yang tidak selamanya positif. Beberapa keberatan atas teknik ini
adalah munculnya pertanyaan apakah teknik ini dapat
dipertanggungjawabkan keilmihannya? Hal ini karena sekilas teknik ini
sama saja dengan yang dilakukan wartawan dalam mel;iput berita yang
ingin dibuatnya. Jika begitu, tentu tidak memiliki nilai keilmihan
sebagaimana dituntut dalam proses penelitian.6
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data-data yang telah tersedia sehingga
penulis dapat memperolehnya dengan cara melihat dan membaca data-data
tersebut.
c. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel diambil dari populasi, dalam hal ini adalah pedagang yang
berjualan di Pasar Palmerah. Dengan memberikan kuesioner pada para
pedagang yang berjualan di Pasar Palmerah.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan probability sampling method, yaitu metode pemilihan
sampel secara acak sehingga setiap elemen populasi mempunyai
probabilitas yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Probability
sampling method yang digunakan yaitu dengan pemilihan sampel acak
sederhan (simple random sampling). Metode ini memberikan kesempatan
6 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan kualitatif dan kuantitatif,
(Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009), Ed. Kedua, h. 102.
51
yang sama pada setiap elemen populasi untuk dipilih sebagai sampel.
Metode ini relatif sederhana karena hanya memerlukan satu tahap prosedur
pemilihan sampel. Setiap elemen populasi secara independen mempunyai
probabilitas dipilih satu kali (tanpa pengembalian). Metode ini juga
memungkinkan terpilihnya sampel yang mempunyai bias paling sedikit
dan tingkat generalisasi yang tinggi.7
Untuk menggunakan ukuran sampel yang dijadikan objek,
penelitian ini menggunakan rumus Slovin8
sebagai berikut:
n=
Keterangan
n= Ukuran Sampel
N= Ukuran Populasi , yaitu sebesar 340
= Taraf signifikasi, yaitu sebesar 10%
Pengoprasian rumus slovin tersebut adalah sebagai berikut (dihitung) :
n=
=77,27273
7Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, Metodologi penelitian Bisnis, (Yogyakarta:
BPFE, 1999), Ed. Pertama, h. 124. 8Menentukan Ukuran Sample, file.upi.edu/Direktori/D-FPMIPA/JUR. PEND.
Matematika/196412051990031, artikel ini dilihat pada tanggal 17 Februari 2017.
52
Berdasarkan hasil pengoperasian rumus Slovin tersebut, maka
ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 77
sampel.
Dari sampel sebanyak 77 orang tersebut, kemudian peneliti
membuat daftar pedagang Pasar Palmerah yang akan diambil sebagai
responden dengan cara mengocok seperti kocokan arisan. Dari daftar
pedagang yang sudah pasti menjadi responden ada beberapa pedagang
yang menolak untuk diteliti. Oleh karena itu, untuk mengisi kekosongan
responden yang menolak peneliti mengocok ulang daftar pedagang lain
yang akan dijadikan responden oleh peneliti untuk mengisi kekosongan
responden yang menolak.
d. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan kuesioner sebagai instrument pengumpulan
data dalam memperoleh data yang diperlukan. Teknik yang digunakan
yaitu personally administrated quetionnaries, yaitu kuesioner disampaikan
dan dikumpulkan secara langsung oleh peneliti.
Model jawaban yang digunakan dalam kuesioner peneliti
menggunakan skala likert yang merupakan metode untuk mengukur sikap
dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuan terhadap subjek, objek,
atau kejadian tertentu. Skala likert menggunakan lima angka penilaian dari
gradasi sangat positif sampai sangat negatif atau sebaliknya. Adapun
pemberian skor dari setiap pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini
ditentukan sebagai berikut:
53
a. Sangat tidak setuju skornya satu
b. Tidak setuju skornya dua
c. Ragu-ragu skornya tiga
d. Setuju skornya empat
e. Sangat setuju skornya lima
Skor di atas diberikan jika pernyataan yang dibuat adalah
pernyataan positif. Jika, pernyataan yang dibuat merupakan pernyataan
negatif, maka pemberian skor pada setiap pernyataan adalah sebagai
berikut:
a. Sangat tidak setuju skornya lima
b. Tidak setuju skornya empat
c. Ragu-ragu skornya tiga
d. Setuju skornya dua
e. Sangat setuju skornya satu
C. METODE ANALISIS DATA
1. Statistik Deskriptif
Statisitik Deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi).9
9 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. (Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011), h.19.
54
2. Uji Kualitas Data
Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer dalam
penelitian ini, dilakukan uji validitas dan uji reabilitas.
a. Uji Validitas
Validitas merupakan ukuran yang benar-benar mengukur apa yang
akan diukur. Semakin tinggi validitas suatu alat tes, maka alat tes tersebut
semakin mengenai pada sasarannya, atau semakin menunjukkan apa yang
seharusnya diukur. Jadi validitas menunjuk kepada ketetapan dan
kecermatan tes dalam menjalankan fungsi pengukurannya.10
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner. Suatu Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner
tersebut.11
Uji validitas digunakan dengan menggunakan Person
Correlation dengan cara menghitung korelasi antara nilai masing-masing
butir pertanyaan dengan total nilai, dinyatakan valid jika signifikan
b. Uji Reabilitas
Reabilitas artinya tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran.
Pengukuran yang mempunyai reabilitas tinggi, yaitu pengukuran yang
mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya (reliabel).
10
Ety Rocharty, dkk, Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS, (Jakarta:
Mitra Wacana Media, 2009), Ed. Revisi, h. 57. 11
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, (Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011), h.49.
55
Reliabel merupakan salah satu cirri atau karakter utama instrument
pengukuran yang baik.12
Uji reabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner
dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan
adalah konsisten dari waktu ke waktu. Hasil uji realibilitas dengan bantuan
alat SPSS akan menghasilkan Croncbach Alpha. Suatu instrument dapat
dikatakan reliable (andal) jika memiliki nilai Croncbach Alpha 13
Adapun angka Cronbach‟s Alpha dapat dihitung dengan rumus:
R
[
( ∑ )
]
Ket: koefisien realibilitas Cronbach‟s Alpha
= varians skor keseluruhan
= varians masing-masing item
N = jumlah item dalam tes
3. Uji Asumsi Klasik
Uji Asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah hasil
analisis regresi linier berganda yang digunakan untuk menganalisis
dalam penelitian ini terbebas dari penyimpangan asumsi klasik yang
12
Ety Rocharty, dkk, Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS, (Jakarta:
Mitra Wacana Media, 2009), Ed. Revisi, h. 49. 13
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, (Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro,2011),h. 42.
56
meliputi uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedestisitas, dan
otokorelasi.
Adapun pengujian masing-masing dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah di dalam model
regresi linier variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak.14
Model regresi yang baik adalah memiliki
distribusi normal atau mendekati normal.
Langkah-langkah pengujian normalitas data adalah sebagai berikut:
Hipotesis:
Ho : Model normal
Ha : Model tidak normal
Bila probabilitas Obs* Signifikan, Ho diterima
Bila probabilitas Obs* Signifikan, Ho ditolak
b. Multikolonearitas
Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi
yang baik adalah yang tidak terjadi multikolinearitas.15
Adannya gejala
multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai variance
14
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, (Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro,2011), h. 4. 15
Muhammad Nisfiannoor, Pendekatan Statitiska Modern (Jakarta: Salemba Humanika,
2009), h. 92.
57
inflation factor (VIF). Batas tolerance value adalah 0,1 dan batas VIF
adalah 10. Apabila tolerance value < 0,1 atau VIF <10= tidak terjadi
multikolinearitas.
c. Heterokedestisidas
Uji Heterokedastisidas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanaya korelasi antar variabel bebas. Dalam
model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel
bebas. Salah satu yang harus dipenuhi agar taksiran parameter dalam
modal regresi bersifat BLUE (best linear unbiased efficient) maka var
( harus sama dengan (konstanta) atau bisa dikatakan semua residual
atau error mempunyai varian yang sama, kondisi ini disebut sebagai
homoskedastisidas. Sedangkan bila arian tidak konstan atau berubah-ubah
disebut dengan heteroskedastisitas.
Salah satu cara mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisidas
dengan menggunakan alat SPSS adalah dengan melihat grafikn plot antara
nilai prediksi varibel terikat (dependen) yaitu ZPERD dengan SRESID.
Dasarnya, jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heterokedastisidas.
d. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah suatu model linier ada
korelasi antar kesalahn pengganggu pada peride t dengan kesalahan
periode t-1 (sebelumnya). Model; regresi yang baik adalah bebas dari
58
autokorelasi.16
Untuk mendeteksi masalah korelasi dapat digunakan
dengan uji Durbin Watson. Secara umum panduan mengenai angka Durbin
Watson dapat diambil patokan sebagai berikut:
Jika Dw< atau DW>4- , maka terdapat autokorelasi
Jika <DW<Du atau 4-Du<Dw,4- , maka status korelasi tidak
dapat dijelaskan
Jika Du<Dw<4-Du, maka tidak terjadi autokorelasi
4. Uji Hipotesis
Uji hipotesis ini menggunkan model empiris yaitu metode statistik
regresi berganda (multiple regression) dengan persamaan sebagai
berikut:17
Y = a + + e
Dimana:
Y = Etika bisnis
a = Konstanta (tetapan)
b1-b3 = Koefisien Regresi
x1 = Ilmu Pendidikan
x2 = Sosial Ekonomi
x3 = Persaingan Usaha
e = Error
16
Muhammad Nisfiannoor, Pendekatan Statitiska Modern (Jakarta: Salemba Humanika,
2009), h. 92. 17
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, (Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011), h.99.
59
a. Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi untuk menentukan seberapa besar
variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen, maka perlu
diketahui R2 (koefisien determinasi). Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu. Jika R2 adalah sebesar 1, berarti fluktuasi
variabel dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel
independen.18
b. Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui masing-masing pengaruh
ariabel bebas terhadap variabel terikat. Uji t dapat dilakukan dengan
mencari t hitung pada koefisien dari output SPSS 16. Ho akan diterima
apabila nilai thitung < ttable, itu artinya variabel independen secara indiidu
mampu mempengaruhi variabel dependen akan tetapi secara nyata.
Sedangkan Ha akan diterima apabila thitung < ttabel, itu artinya variabel
independen mampu secara individu dan secara nyata mempengaruhi
variabel independen.
c. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji f
dapat dicari dengan melihat F hitung dari table annoa. Ho akan
diterima apabila nilai Ftabel > Fhitung, itu artinya variabel independen
tidak dapat dipengaruhi variabel dependen bersama-sama. Sedangkan
18
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, (Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011), h. 97.
60
Ha dapat diterima apabila nilai Fhitung > Ftabel, itu artinya variabel
independen mampu mempengaruhi secara bersama-sama variabel
dependen.
61
BAB IV
ANALISIS PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Bagian ini menyajikan informasi mengenai karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin, agama, usia, suku, pendidikan, jenis dagangan, dan
lamanya waktu berdagang. Data yang telah berhasil dikumpulkan melalui
kuesioner yang disebar kepada pedagang Pasar Palmerah dengan sampel
sebanyak 77 orang.
1. Jenis Kelamin
Tabel 4.1 Analisis Deskriptif Jenis Kelamin Pedagang
Jenis kelamin
Frequenc
y Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 50 64.9 64.9 64.9
Perempua
n
27 35.1 35.1 100.0
Total 77 100.0 100.0
62
Dari tabel di atas, jenis kelamin pedagang Pasar Palmerah
menunjukkan sampel sebanyak 77 orang . 50 orang berjenis kelamin
laki-laki dengan prosentase sebesar 64, 9 % dan 27 orang berjenis
kelamin perempuan dengan prosentase sebesar 35, 1%.
Dapat disimpulkan bahwa yang prosentasenya paling rendah
adalah pedagang berjenis kelamin perempuan 35, 1%. Dari pernyataan ini
dapat diindikasikan bahwa kebanyakan pedagang Pasar Palmerah berjenis
kelamin laki-laki dengan total prosentase 64,9 %.
2. Agama
Tabel 4.2 Analisis Deskriptif Agama Pedagang
Agama
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid islam 75 97.4 97.4 97.4
katolik 2 2.6 2.6 100.0
Total 77 100.0 100.0
63
Dari tabel di atas menunjukkan sebagian besar pedagang Pasar
Palmerah beragama Islam yaitu sebanyak 75 orang dengan prosentase
sebesar 97,4 %. Sedangkan pedagang pasar palmerah yang beragama
katolik sebanyak 2 orang dengan prosentase sebesar 2,6%. Adapun untuk
agama lainnya tidak ditemukan pada sampel yang disebar.
3. Usia
Tabel 4.3 analisis Deskriptif Usia Pedagang
Usia
Frequenc
y Percent
Valid
Percent Cumulative Percent
V
a
l
i
d
< 25 tahun 5 6.5 6.5 6.5
25 - 40 tahun 41 53.2 53.2 59.7
41 - 50 tahun 18 23.4 23.4 83.1
> 51 tahun 13 16.9 16.9 100.0
Total 77 100.0 100.0
Dari total sampel sebanyak 77 orang, terdapat 5 orang atau setara
6,5 % dari pedagang Pasar Palmerah berusia < 25 tahun, 41 orang atau
64
setara dengan 53,2 % berusia 25-40 tahun, 18 orang atau setara 23,4 %
berusia 41-50 tahun, dan 13 orang atau setara 16,9 % berusia > 51 tahun.
Jadi, kesimpulannya usia responden di pasar Palmerah didominasi
oleh pedagang yang usia nya 25-40tahun yaitu sebesar 53,2 %. Sebagian
lainnya ditempati pedagang yang usianya < 25 tahun, 41-50 tahun, dan >
50 tahun. Ini berarti pedagang di pasar Palmerah merupakan orang yang
berada di segala usia dari mulai remaja , orang tua, bahkan manula.
4. Suku
Tabel 4.4 Analisis Deskriptif Usia Pedagang
Suku
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
V
a
l
i
d
Betawi 3 3.9 3.9 3.9
Jawa 46 59.7 59.7 63.6
Sunda 17 22.1 22.1 85.7
Minang 6 7.8 7.8 93.5
lainnya 5 6.5 6.5 100.0
Total 77 100.0 100.0
65
Dari total sampel 77 orang , sebagian besar didominasi oleh suku
Jawa yaitu sebesar 46 atau setara 59,7 %. 17 orang atau setara 22,1 % dari
total sampel pedagang Pasar Palmerah berasal dari suku Sunda. 6 orang
atau setara 7,8 % berasal dari suku minang, 3 orang atau setara dengan 3,9
% berasal dari suku betawi. Dan 5 orang atau setara dengan 6,5 % berasal
dari suku lainnya yang tersebut di atas.
5. Pendidikan terakhir
Tabel 4.5 Analisis Deskriptif Pendidikan Terakhir Pedagang
pendidikan terakhir
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
V
a
l
i
d
tidak sekola/tidak
lulus SD
4 5.2 5.2 5.2
SD/sederajat 15 19.5 19.5 24.7
SMP/sederajat 28 36.4 36.4 61.0
SMA/sederajat 27 35.1 35.1 96.1
Perguuan tinggi 3 3.9 3.9 100.0
Total 77 100.0 100.0
66
Dari total sampel sebanyak 77 orang, Pedagang pasar Palmerah
berlatar belakang SMP/sederajat dan SMA/sederajat yang hanya beda 1
angka yaitu 28 orang atau setara dengan 36, 4 % berlatar belakang
pendidikan SMP/sederajat dan 27 orang atau setara dengan 35,1 %
pedagang Pasar Palmerah berlatar belakang SMA/sederajat. 15 orang atau
setara 19,5 % pedagang Pasar Palmerah mempunyai latar belakang
SD/sederajat, 4 orang atau setara 5,2 % pedagang Pasar Palmerah tidak
bersekolah/tidak lulus SD. Dan 3 orang atau setara 3,9 % mempunyai latar
belakang Perguruan Tinggi.
Kesimpulan dari uraian di atas, pedagang Pasar Palmerah
didominasi oleh pedagang yang mempunyai latar belakang SMP/sederajat.
Namun, ada juga pedagang dari latar belakang perguruan tinggi yang lebih
memilih untuk berdagang di Pasar Palmerah.
6. Jenis Dagangan
Tabel 4.6 Analisis Deskriptif Jenis Dagangan Pedagang
jenis dagangan
Frequenc
y Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid sayur mayur 18 23.4 23.4 23.4
buah-buahan 7 9.1 9.1 32.5
67
Sembako 9 11.7 11.7 44.2
daging dan ikan 16 20.8 20.8 64.9
peralatan rumah
tangga
3 3.9 3.9 68.8
Lainnya 24 31.2 31.2 100.0
Total 77 100.0 100.0
Dari tabel diatas, 18 orang atau setara 23,4 % pedagang Pasar
Palmerah berjualan sayur mayur. 7 orang atau setara 9,1 % pedagang
Pasar Palmerah berjualan buah-buahan. 9 orang atau setara 11,7 %
pedagang Pasar Palmerah berjualan sembako. 16 orang atau setara 20,8 %
pedagang Pasar Palmerah berjualan daging dan ikan. 3 orang atau setara
3,9% pedagang pasar Palmerah berjualan peralatan rumah tangga. Dan, 24
orang dari 77 sampel pedagang Pasar Palmerah berjualan selain yang
tersebut di atas.
Jadi, dapat disimpulkan dari tabel di atas, Pasar Palmerah
merupakan pasar yang menyediakan berbagai barang kebutuhan sehari-
hari yang cukup lengkap . Dari mulai bahan makanan sehari-hari sampai
peralatan rumah tangga tersedia di Pasar Palmerah.
68
7. Lama Berdagang
Tabel 4.7 Analisis Deskriptif Lama Berdagang Pedagang
lama berdagang
Frequenc
y Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid < dari 3
tahun
7 9.1 9.1 9.1
3-10 tahun 14 18.2 18.2 27.3
10-15 tahun 27 35.1 35.1 62.3
> 15 tahun 29 37.7 37.7 100.0
Total 77 100.0 100.0
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari total sampel 77 orang, 29
orang atau setara 37, 7% responden telah berjualan selama > 15 tahun. 27
orang atau setara 35,1 % responden telah berjualan selama 10-15 tahun. 14
orang atau setara 18,2 % responden telah berjualan selama 3-10 tahun.
Dan 7 orang atau setara 9,1 % tresponden baru berjualan< 3 tahun.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pedagang Pasar
Palmerah telah cukup lama berdagang di Pasar Palmerah yaitu 3 tahun
69
sampai lebih dari 15 tahun. Namun, adapula yang baru memulai usahanya
di Pasar Palmerah.
B. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
1. Uji Validitas
Di bawah ini merupakan hasil uji validitas dari semua indikator.
Tabel4.8 Faktor Pengetahuan
No Indikator-indikator R2 Status
1. Saya pernah belajarilmu bisnis
baik formal atau nonformal 0,659 Valid
2. Saya menggunakan ilmu bisnis
dalam menjalankan usaha saya 0,797 Valid
3. Saya menggunakan strategi bisnis
dalam berdagang 0,705 Valid
4.
Saya selalu berdiskusi dalam hal
bisnis/berdagang dengan sesama
pedagang di pasar
0,749 Valid
5.
Saya senang mendengar
pengalaman dari pedagang yang
sukses menjalankan usahanya
0,699 Valid
6.
Saya selalu menerima saran dan
kritik dari siapa pun untuk
kemajuan usaha
0,632 Valid
7. Saya mengambil pelajaran dari
pengalaman pedagang yang sukses 0,743 Valid
70
Tabel 4.9 Faktor Sosial Ekonomi
NO Pernyataan R2 Validitas
8 Saya lebih suka dengan pembeli
yang berasal dari suku yang sama 0,735 valid
9 Saya lebih suka pembeli yang
berasal dari agama yang sama 0,71 valid
10 Saya lebih suka pembeli yang
berasal dari suku yang berbeda 0,559 valid
11 Saya lebih suka pembeli yang
berasal dari agama yang berbeda 0,439 valid
12 Saya lebih suka pembeli yang
berasal sesama jenis 0,592 valid
13 Saya lebih suka pembeli yang
berasal dari lawan jenis 0,558 valid
14
Saya merasa terganggu jika ada
pedagang baru yang ada di sekitar
tempat dagang saya
0,489 valid
15
Saya merasa terganggu jika ada
pelanggan /pembeli yang lebih
memilih berbelanja di tempat
pedagang lain
0,475 valid
16
Saya tidak suka kepada pembeli
yang menawar terhadap harga yang
saya berikan
0,112 Tidak
valid
Tabel 4. 10 Faktor Persaingan Usaha
NO Pernyataan R2 Validitas
17
Saya selalu menawarkan barang
dagangan saya kepada calon
pembeli yang melewati tempat
dagang saya
0,633 Valid
71
18
Pada awal memulai usaha, saya
memilih tempat dagang yang
strategis
0,742 Valid
19 Saya selalu menjaga kualitas
barang dagangan saya 0,601 Valid
20
Saya selalu terbuka dalam hal
tawar menawar harga kepada
pembeli
0,707 Valid
21 Saya rutin melakukan inovasi
dalam berdagang 0,576 Valid
22
Saya meminta bantuan dukun/kiai
agar dagangan saya laku terjual
selain berdoa kepada tuhan YME
0,252 Valid
23 Terkadang saya memberi potongan
harga kepada pelanggan/pembeli 0,677 Valid
24
Saya selalu memberi souvenir
kepada pelanggan/pembeli dalam
jangka waktu tertentu
0,474 Valid
Tabel 4. 11 Etika Bisnis Islam
No Pernyataan R2 Validitas
25 Saya tidak menjual barang haram 0,45 Valid
26 Saya selalu berdoa setiap mulai
berdagang 0,617 Valid
27 Saya tidak pernah memanipulasi
timbangan 0,604 Valid
28 Saya tidak melakukan penipuan
dalam berdagang 0,625 Valid
29 Saya tidak menimbun barang
dagangan 0,636 Valid
72
30 Saya selalu sopan dan ramah
kepada pelanggan/pembeli 0,545 Valid
31 Saya tidak menjelek-jelekkan
barang dagangan pedagang lain 0,66 Valid
32
Saya memberikan informasi kepada
pelanggan/pembeli apabila terjadi
kenaikan harga atau penurunan
harga barang dagangan
0,634 Valid
33 Saya memberi hak kepada
pelanggan/pembeli untukmemilih 0,632 Valid
34
Saya memberi kenyamanan kepada
pembeli selama jual beli
berlangsung
0,512 Valid
Dari 34 item pernyataan, hanya satu item yang tidak valid, yaitu
pada butir pernyataan nomor 16. Dinyatakan tidak valid dikarenakan r
hitung< r tabel, yaitu kurang dari 0,224. Dengan demikian, butir
pernyataan tersebut harus dihilangkan. Selanjutnya, proses perhitungan
dan analisis dilakukan kembali dengan SPSS dengan menyertakan seluruh
pernyataan yang telah valid.
Adapun uraian dari item yang valid adalah sebagai berikut:
Item-item pernyataan dari faktor pengetahuan yaitu item pertama
dikatakan valid karena r hitung > tabel yaitu 0,659>0,224,kedua nilai r
hitung>r tabel yaitu 0,797>0,224, ketiga nilai r hitung>r tabel yaitu
0,705>0,224 , keempat nilai r hitung> r tabel yaitu 0,749>0,224, kelima
73
nilai r hitung>r tabel yaitu 0,699>0,224, keenam r hitung>r tabel
yaitu0,632>0,224, ketujuh r hitung>r tabel yaitu 0,743>0,224.
Item-item dari faktor sosial ekonomi, yaitu item nomor 8 dikatakan valid
karena r hitung>r tabel yaitu0,735 >0,224, item nomor 9 0,710>0,224,
nomor 10 0,559>0,224, nomor 11 0,439>0,224, nomor 12 0,592>0,224,
nomor 13 0,558, nomor 14 0,489>0,224, nomor 15 0, 475>0,224.
Item-item pernyataan yang valid dari faktor persaingan usaha yaitu
terdapat pada item nomor 17 r hitung>r tabel yaitu 0,633>0,224, nomor 18
sebesar 0,742>0,224, nomor 19 sebesar 0,601>0,224, nomor 20 sebesar 0,
707 >0,224, nomor 21 0,576>0,224, nomor 22 0,252>0,224, nomor 23
0,677>0,244, dan nomor 24 sebesar 0,474>0,224
Item-item pernyataan yang valid dari etika bisnis terdapat pada pernyataan
nomor 25 , r hitung>r tabel yaitu 0,450>0,224, nomor 26 yaitu
0,617>0,224, nomor 27 yaitu 0,604>0,224, nomor 28 yaitu 0,625>0,224,
nomor 29 yaitu 0,636>0,224, nomor 30 yaitu 0,545>0,224, nomor 31
0,660>0,224, nomor 32 0,634>0,224, nomor 33 0,632>0,224, dan nomor
34 sebesar 0,512>0,224.
2. Uji Reabilitas
Suatu variabel dapat dikatakan reliable apabila nilai Cronbach‟s
Alpha >0,60. Dan koefisien reabilitas yang berkisar antara 0,70-0,80
dianggap baik untuk digunakan. Nilai reabilitas dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
74
Tabel 4.12 Reliability Statistic
Dari tabel di atas, dapat dinilai bahwa nilai Cronbach‟s Alpha
adalah sebesar 0,777. Hal itu berarti variabel ini dapat dikatakan reliabel
karena nilai yang dihasilkan0,60 dan variabel ini baik digunakan karena
nilainya berkisar 0,70-0,80.
C. Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakanlangkah awal yang digunakan
untuk mendeteksi adakah penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada
sebuah penelitian yang menggunakan regresi linear. Adapun uji-uji yang
dilakukan dalam rangka mendeteksi adanya penyimpangan asumsi klasik
yaitu meliputi uji normalitas, multikolinearitas dan autokorelasi. Adapun
pengujian masing-masing dapat dijabarkan sebagai berikut:
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.777 33
75
1. Uji Normalitas
Berdasarkan hasil P.P plots diatas , dapat disimpulkan bahwa
data daripada dependent variabel yaitu etika bisnis berdistribusi normal.
Hal ini diketahui dari titik-tik yang menempel atau mengitari garis
diagonal. Itu artinya data yang digunakan baik b, karena data yang baik
adalah data yang berdistribusi normal.
2. Uji Autokorelasi
Tabel 4. 13 Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .50
3a
.253 .223 4.34339 2.275
a. Predictors: (Constant), persaingan usaha, sosial ekonomi,
pengetahuan
b. Dependent Variable: etika bisnis
76
Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai Durbin Watson (DW) adalah
2,275. Karena n=77 dan k=3 (4-1), dengan tingkat signifikasi 5% dari tabel
Durbin Watson dapat dilihat nilai DL=1,5502 dan DU=1,7117 . Dari hasil
tersebut dapat dilihat besaran Durbin Watson adalah 2,275>1,7117
(DW>DU), ini berarti tidak terjadi autokorelasi positif dan 4-2,275>1,7117 (4-
DW>DU), ini berarti tidak terjadi autokorelasi negative. Artinya, tidak ada
autokorelasi pada masing-masing variabel. Atau DU<DW<4-DU =
1,7117<2,275<2,883 (4-1,7117).
3. Uji Multikolinearitas
Tabel 4. 14 Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardi
zed
Coefficie
nts
T Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta
To
ler
an
ce VIF
1 (Constant) 25.987 3.731 6.964 .000
Pengetahuan -.038 .115 -.038 -.332 .741
.77
4 1.292
sosial
ekonomi -.160 .111 -.146 -1.440 .154
.98
9 1.011
persaingan
usaha .548 .128 .491 4.281 .000
.77
9 1.284
a. Dependent Variable: etika bisnis
Berdasarkan hasil output SPSS di atas, dapat dilihat bahwa nilai
tolerance faktor pengetahuan adalah 0,774, saktor sosial ekonomi adalah
77
0,989, dan faktor persaingan usaha adalah sebesar 0,779. Sedangkan untuk
nilai VIF faktor ilmu pengetahuan adalah sebesar 1,292, untuk faktor ilmu
pengetahuan adalah sebesar 1,011, untuk faktor pesaingan usaha adalah
sebesar 1,284. Berdasarkan nilai tolerance dan VIF dapat disimpulkan
bahwa model regresi ini tidak terjadi multikolinearitas, karena nilai
tolerance yang dihasilkan masing-nasing variabel >0,1 dan nilai VIF yang
dihasilkan pada masing-masing variabel <10.
4. Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan hasil scatterplot di atas , dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi korelasi antar variabel bebas. Hal ini dapat dilihat dari titik
yang tidak membentuk pola khusus atau menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y. Itu artinya data ini baik, karena data yang baik
adalah data yang variabel bebasnya tidak berkorelasi.
Tabel 4.15 Model Summaryb
78
5. Analisis Regresi Berganda
Dari tabel di atas, dapat dilihat:
Nilai R=0,503
Koefisien determinasi R2 (R square)=0,253
Nilai ini diperoleh dari penguadratan koefisien korelasi (0,5352
=0,253009 dibulatkan menjadi 0,253). Hal ini menunjukkan bahwa
pengaruh variabel X terhadap variabel Y adalah sebesar 25,3%, sedangkan
sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Dapat disimpulkan pula, bahwa
faktor-faktor ini secara simultan berpengaruh positif.
Tabel 4. 16 Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardiz
ed
Coefficient
s
T Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta
Toler
ance VIF
1 (Constant) 25.987 3.731 6.964 .000
pengetahuan -.038 .115 -.038 -.332 .741 .774 1.292
Mode
l R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 .503a .253 .223 4.34339 2.275
a. Predictors: (Constant), persaingan usaha, sosial ekonomi, etika bisnis
b. Dependent Variable: etika bisnis
79
sosial
ekonomi -.160 .111 -.146 -1.440 .154 .989 1.011
persaingan
usaha .548 .128 .491 4.281 .000 .779 1.284
a. Dependent Variable: etika bisnis
Dari tabel di atas diketahui bahwa:
Y=25,967-0,038X1-0,160X2+0,548X3
1. Etika Bisnis(Y)
Ketika faktor X1 (pengetahuan), X2 (sosialekonomi),dan X 3
(persaingan usaha)=0, maka etika bisnis pedagang Palmerah mengalami
kenaikan sebesar 25,967
2. Pengetahuan(X1)
Ketika pengetahuan (X1) naik satu satuan , sedangkan faktor sosial
ekonomi(X2) dan faktor persaingan usaha (X3) tetap, maka etika bisnis
pedagang Pasar Palmerah akan turun sebesar 0,038 kali.Hal ini
menunjukkan, faktor pengetahuan berpengaruh negatif terhadap etika
bisnis pedagang Pasar Palmerah.
3. Sosial Ekonomi (X2)
Ketika faktor sosial ekonomi(X2) naik satu satuan, sedangkan
faktor pengetahuan(X1) dan persaingan usaha(X3) tetap, maka etika bisnis
pedagang Pasar Palmerah akan turun sebesar0,160 kali.Hal ini
menunjukkan, faktor sosial ekonomi berpengaruh negatif terhadap etika
bisnis pedagang Pasar Palmerah.
80
4. Persaingan Usaha(X3)
Ketika faktor persaingan usaha (X3) naik satu satuan, sedangkan
faktor ilmu pengetahuan(X1) dan faktor sosial ekonomi(X2) tetap, maka
etika bisnis pedagang Pasar Palmerah akan naik sebesar 0,548 kali. Hal ini
menunjukkan, faktor persaingan usaha berpengaruh positif terhadap etika
bisnis pedagang Pasar Palmerah.
6. Uji Hipotesis
1. Uji T
Tabel 4.17 Uji T
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficient
s
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta
Toler
ance VIF
1 (Constant) 25.987 3.731 6.964 .000
pengetahuan -.038 .115 -.038 -.332 .741 .774 1.292
sosial ekonomi -.160 .111 -.146 -1.440 .154 .989 1.011
persaingan
usaha .548 .128 .491 4.281 .000 .779 1.284
a. Dependent Variable: etika bisnis
Dengan tingkat signifikan 5% (0,05), yang diuji dua arah menjadi
2,5%(0,025) dan n=77-4=73, maka diperoleh t tabel sebesar 1,996, sedangkan t
hitung dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
81
1. Hubungan antara faktor pengetahuan terhadap etika bisnis Pasar Palmerah
Ha: terdapat hubungan linear antara faktor pengetahuan terhadap etika
bisnis pedagang Pasar Palmerah
Ho: tidak tedapat hubungan linear antara faktor pengetahuan terhadap
etika bisnis pedagang Pasar Palmerah
Hasil dari t hitung pda tabel di atas sebesar -0,332<1,996, maka Ho
diterima, dan Ha ditolak. Artinya, tidak terdapat hubungan linear antara
faktor pengetahuan terhadap etika bisnis pedagang Pasar Palmerah.
Besarnya pengaruh faktor pengetahuan terhadap etika bisnis adalah
sebesar -0,038 atau -3,8% dan signifikan karena nilai sig 0,741>0,05.
2. Hubungan antara faktor sosial ekonomi terhadap etika bisnis pedagang
Pasar Palmerah
Ha: terdapat hubungan linear antara faktor sosial ekonomi terhadap etika
bisnis pedagang Pasar Palmerah
Ho: tidak terdapat hubungan linear antara faktor sosial ekonomi terhadap
etika bisnis pedagang Pasar Palmerah
Hasil perhitungan nilai t hitung sebesar-1,440<1,996, maka Ho diterima
dan Ha ditolak. Artinya, tidak terdapat hubungan linear antara faktor
sosial ekonomi terhadap etika bisnis pedagang Pasar Palmerah. Besarnya
pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap etika bisnis pedagang Pasar
Palmerah adalah sebesar -0,146 atau sebesar -14,6% dan signifikan karena
nilai sig 0,154>0,05.
82
3. Hubungan faktor persaingan usaha terhadap etika bisnis pedagang Pasar
Palmerah
Ha: terdapat hubungan linear antara faktor persaingan usaha terhadap etika
bisnis pedagang Pasar Palmerah
Ho: tidak terdapat hubungan linear antara faktor persaingan usaha
terhadap etika bisnis pedagang Pasar Palmerah
Hasil perhitungan t hitung sebesar 4,281>1,996, maka Ha diterima dan Ho
ditolak. Artinya terdapat hubungan linear antara faktor persaingan usaha
terhadap etika bisnis pedagang Pasar Palmerah. Besarnya pengaruh
persaingan usaha terhadap etika bisnis pedagang Pasar Palmerah adalah
0,491 atau 49,1% namun tidak signifikan karena nilai sig 0,000<0,05.
2. Uji F
Uji F digunakan untuk melihat pengaruh variabel independent
terhadap variabel dependent secara bersama-sama. Adapun indikator dari
uji F adalah dengan melihat tabel Anova dari hasil output SPSS
Tabel 4.18 Uji F
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 467.404 3 155.801 8.259 .000b
Residual 1377.147 73 18.865
Total 1844.551 76
83
a. Dependent Variable: ETIKA BISNIS
b. Predictors: (Constant), Persaingan usaha, sosial ekonomi,pengetahuan
Dengan tingkat signifikasi 5% dan n=77, maka diperoleh F tabel
sebesar 2,73. Berdasarkan hasil output SPSS di atas, dapat dilihat bahwa nilai
Fhitung>Ftabel yaitu 8,259>2,73. Dengan hasi tersebut, maka Ha diterima
yang berarti bahwa variabel independen (pengetahuan, sosial ekonomi, dan
persaingan usaha) secara simultan dan bersama-sama mempengaruhi variabel
dependent (etika bisnis).
7. Hasil Observasi
Dari hasil pengamatan peneliti yang dilakukan setiap hari di sela-sela
waktu berdagang, peneliti menemukan hal-hal yang dinilai melanggar etika
bisnis diantaranya ada beberapa pedagang yang memanipulasi timbangan
untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Hal ini tidak dilihat
secara langsung oleh peneliti, namun dari uji coba peneliti membeli barang
dagangan di tempat pedagang lain, lalu menimbang ulang di timbangan
peneliti dan beberapa pembeli yang mengeluh timbangan yang tidak
seimbang, lalu mencoba menimbang ulang di tempat peneliti. Tidak hanya itu,
peneliti juga sering mendengar dari beberapa penjual, bahwa di Pasar
Palmerah ada beberapa pedagang yang meminta bantuan ke paranormal,
dukun, atau sejenisnya untuk memperlaris dagangannya. Hal ini tidak
dibenarkan dalam etika bisnis islam karena bantuan atau pertolongan dalam
84
hal ini rezeki datangnya hanya dari Allah SWT. Namun peneliti belum dapat
membuktikannya secara konkret. Ada pula pedagang yang beberapa kali
kedapatan oleh petugas BPOM menggunakan formalin, seperti pedagang
ayam dan ikan, tentu ini tidak diperbolehkan dalam etika bisnis. Walaupun
begitu, jarang sekali terjadi konflik antara pembeli dan penjual, hal ini
menunjukkan tingkat kepuasan pembeli terhadap pedagang Pasar Palmerah
cukup tinggi. Ini berarti pedagang Pasar Palmerah telah melakukan pelayanan
yang baik kepda para pembeli yang ada di Pasar Palmerah.
85
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasar Palmerah merupakan pasar yang berdiri sejak keberadan VOC.
Kemudian diremajakan oleh pemerintah kota sekitar tahun 1998-1999 dengan
luas kurang lebih 3.031 m2. Pasar yang letaknya dekat Palmerah ini saat ini
mempunyai kurang lebih 917 toko yang dengan pedagang tetap sejumlah 340,
dan pedagang musiman sebanyak 374, jauh lebih banyak jumlahnya dibanding
pedagang tetap dan dikepalai oleh kepala pasar bernama Suherman. Adapun
jenis komoditas yang dijual di Pasar Palmerah sayur mayur, sembako, buah-
buahan, daging dan ikan, peralatan rumah tangga, pakaian, pulsa, dsb.
Pedagang Pasar Palmerah didominasi oleh muslim yang sebagian besar
berusia antara 25-40 tahun dan rata-rata adalah lulusan SMP dan SMA yang
lebih memilih berwirausaha dibanding bekerja, namun ada beberapa dari
pedagang Pasar Palmerah yang mempunyai pendidikan tinggi mencapai
perguruan tinggi. Komoditas di Pasar Palmerah sangat beragam sama seperti
suku pedagang Pasar Palmerah itu sendiri.
Dari sekian banyak pedagang di Pasar Palmerah, penulis melakukan
penelitian terhadap etika dan perilaku pedagang Pasar Palmerah dengan
86
pembatasan faktor yang mempengaruhinya yaitu pengetahuan, sosial
ekonomi, dan persaingan usaha.
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan hasil pengujian yang
telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan regresi
berganda, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengetahuan, sosial ekonomi, dan persaingan usaha mempunyai
pengaruh terhadap etika bisnis secara simultan atau bersama-sama.
Akan tetapi, jika dilihat dari hubungan linear antara pengetahuan,
sosial ekonomi, dan persaingan usaha terhadap etika bisnis hanya
persaingan usaha yang memunyai pengaruh positif secara
signifikan terhadap etika bisnis. Sedangkan variabel pengetahuan
dan sosial ekonomi tidak mempunyai pengaruh positif terhadap
variabel etika bisnis.
2. Pengaruh pengetahuan, sosial ekonomi, dan persaingan usaha
terhadap etika bisnis pedagang Pasar Palmerah secara simultan
adalah sebesar 25, 3%, adapun sisanya dipengaruhi faktor lain
selain pengetahuan, sosial ekonomi, dan persaingan usaha.
3. Faktor persaingan usaha yang sangat berpengaruh terhadap etika
bisnis pedagang Pasar Palmerah diantara ketiga faktor tersebut,
yang memiliki tingkat signifikasi 0,000. Tingkat signifikasi
tersebut lebih kecil dari 0,05 yang berarti HO(3) diterima sehingga
dapat dikatakan bahwa persaingan usaha berpengaruh signifikan
terhadap etika dan perilaku bisnis Islam pedagang pada Kawasan
87
Pasar Palmerah. Adapun nilai beta yang dihasilkan adalah positif
sebesar 0,548. Estimasi arah yang positif pada koefisien variable
persaingan usaha menunjukkan bahwa setiap peningkatan
persaingan usaha pedagang Pasar Palmerah mempengaruhi
seseorang dalam beretika bisnis.
4. Faktor pengetahuan (XI) memiliki tingkat signifikasi sebesar
0,741>0,05 dengan nilai beta negative 0,38 menunjukkan bahwa
pengetahuan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap etika
dan perilaku bisnis Islam Pedagang Pasar Palmerah.
5. Faktor sosiologi ekonomi (X2) memiliki tingkat signifikasi sebesar
0.154 dengan nilai beta negative 0,160. Tingkat signifikasi tersebut
lebih besar dari 0,05 yang berarti HO(2) ditolak, sehingga dapat
dikatakan bahwa sosiologi ekonomi juga tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap etika dan perilaku bisnis Islam Pedagang Pasar
Palmerah.
B. Implikasi
Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi bagi pemahaman kita
mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi etika dan perilaku bisnis
pedagang di pasar, dalam hal ini sebagai sampel yaitu pedagang pada kawasan
Pasar Palmerah. Berdasarkan Kesimpulan yang telah diuraikan, dari ketika
variabel, menunjukkan bahwa hanya variabel persaingan usaha yang
88
berpengaruh signifikan terhadap etika dan perilaku bisnis Islam pedagang
Pasar Palmerah.
Hasil implikasi ini memiliki pengetahuan penting baik untuk
pedagang, pengusaha, akademisi, peneliti selanjutnya, pembaca, dan peneliti
sendiri. Perkembangan peradaban begitu pun ekonomi saat ini sangat luar
biasa, demikian dengan pola dan gaya hidup manusia yang semakin kompleks.
Sehingga kita sebagai umat Islam perlu banyak mempelajari tentang konsep-
konsep muamalah, sedangkan untuk cendekiawan muslim perlu proaktif
dalam mengkaji, merevitalisasi konsep-konsep muamalah itu sendiri kepada
sesama umat muslim, khususnya pedagang. Pentingnya pengetahuan baik
berdasarkan pendidikan atau pengalaman seseorang untuk meningkatkan
etika-etika seseorang dalam menjalankan usaha atau bisnisnya sesuai pedoman
al-Quran dan hadis.
C. Keterbatasan
Penelitian ini memiliki keterbatasan yang mungkin melemahkan hasil
yang diperoleh. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Ruang lingkup penelitian hanya dilakukan di Pasar Palmerah saja,
sehingga hasil penelitian ini terbatas generalisasinya.
2. Terbatasnya jumlah responden yang diteliti, sehingga hasil
penelitian ini belum bisa tergeneralisasi dengan baik.
89
D. Saran
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menyajikan hasil yang
berkualitas dan berkuantitas dengan ide yang inovatif ditambah masukan-
masukan dari sumber yang tersedia.
90
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Ma‟ruf. Wirausaha berbasis syariah, cet I. Banjarmasin: Antasari
Press, 2011.
Alma, Buchori. Dasar-Dasar Etika Bisnis Islam, cet III. Bandung: Alfabeta, 1994
Arijanto, Agus. Etika Bisnis Bagi Pelaku Bisnis. Jakarta: Raja Gofindo Persada,
2011.
Aziz, Abdul. Etika Bisnis Perspektif Islam, cet I Bandung: Alfabeta, 2013.
Badroen, Faisal, dkk. Etika Bisnis Dalam Islam, cet I Jakarta: UIN Jakarta Press.
Boediono dam Wayan Koster. Teori Aplikasi Statistika dan Probabilitas, cet IV.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.
Bungin, M. Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2007.
Chaudhry, Muhammad Sharif. Sistem Ekonomi Islam Prinsip Dasar, cet I.
Penerjemah Suherman Rosyidi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2012.
Damsar. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
cet. 1.
Departemen Pendididkan dan Kebudyaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 1988.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011.
Habibi, Maksum dan Ahmad Widodo. Ekonomi untuk SMA dan MA kelas X.
Jakarta: Piranti, 2008.
Idrus, Muhammas. Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan kualitatif dan
kuantitatif, Ed. Kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. Metodologi penelitian Bisnis, Edisi I.
Yogyakarta: BPFE, 1999.
Jubilee Enterprise. SPSS Untuk Pemula. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2014.
Kasmir. Etika Customer Service. Jakarta: Raja Gofindo Persada, 2005.
91
Koentjaraningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat, cet XIV. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1997.
Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan
Pengendalian, Edisi VII. Jakarta: Salemba Empat, 1995.
Muhammad dan Alimin. Etika dan Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi
Islam. Yogyakarta: BPPE-Yogyakarta, 2004.
Norbuko, Cholid dan Abu Achmadi. Metodologi Penelitian, cet VII. Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2005.
Nisfiannoor, Muhammad. Pendekatan Statitiska Modern. Jakarta: Salemba
Humanika, 2009.
Perpustakaan Nasional. Metode Penelitian Survai, cet IV. Jakarta: LP3S.
Priatna, Bambang Avip. Menentukan Ukuran Sampel”. Artikel diakses pada
tanggal 22 Februari 2017 dari http://file.upi.edu/Direktori/D-
FMIPA/JUR/PEND.matematika/196412051990031-Bambang Avip
Priatna M/MENENTUKAN UKURAN SAMPLE.Pdf.
Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung. Teori Ekonomi Mikro, edisi III.
Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2006.
Rocharty, Ety, dkk. Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS, edisi
revisi. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2009.
Santoso, singgih dan Tjiptono Fandy. Riset Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
dengan SPSS. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2002.
Santoso, singgih. Menguasai SPSS 22 From Basic To Expert Skill. Jakarta: Elex
Media Komputindo, 2015.
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis, cet XVI. Bandung: Alfabeta, 2012.
Suma, Muhammad Amin. Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan
Keuangan Islam, cet I. Ciputat : Kholam Publishing, 2007.
Supranto, J. Ekonometri, cet I, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.
Suprayitno, Eko. Ekonomi Mikro Perspektif Islam. Malang: UIN Malang Press,
2008.
Suyanto, Bagong dan Sutinah. Metode Penelitian Sosial, cet VI. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2011.
92
Taymiyah, Ibn. Majmu‟ Fatawa Shaykh al Islam Ahmad Ibn Taymiyah. Riyad:
Matbaat al Riyad, 1387 H.
Teguh, Muhammad. Metodologi Penelitian Ekonomi: Teori dan Aplikasi. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 1999.
Qardhawi, Yusuf. Peran Nilai dan Moral Dalam Perekonomian Islam, cet I.
Penerjemah Didin Hafinuddin, Jakarta: Rabbani Press.
No Data Responden
J. kelamin Agam
a
Usi
a
Suku Pendidikan
Terakhir
j.dagan
g
L.dagan
g
1 1 1 2 2 4 6 3
2 1 1 4 2 1 2 4
3 1 1 4 4 4 3 4
4 1 1 4 4 3 3 4
5 1 1 2 3 4 6 3
6 2 1 1 3 3 6 2
7 1 1 3 2 3 1 3
8 2 1 2 3 3 4 3
9 2 1 3 2 1 2 4
10 2 1 2 4 4 6 3
11 1 1 3 2 3 4 4
12 1 1 4 4 3 6 4
13 1 1 3 1 4 6 3
14 1 1 2 2 4 2 3
15 2 1 4 3 2 1 4
16 1 1 2 3 3 4 3
17 2 1 4 2 2 5 3
18 1 1 3 3 3 2 3
19 1 1 2 3 3 1 1
20 1 1 3 3 3 6 4
21 1 1 2 2 4 2 4
22 2 1 3 2 3 1 4
23 1 1 2 2 4 4 4
24 1 1 2 2 4 6 3
25 1 1 2 2 4 4 4
26 1 1 3 2 4 4 4
27 1 1 2 2 3 6 2
28 1 1 2 5 5 3 1
29 1 1 1 2 2 4 2
30 2 1 4 2 4 1 4
31 2 1 2 2 4 1 1
32 2 1 2 2 3 4 3
33 1 1 2 2 3 6 3
34 2 1 2 2 3 1 1
35 2 1 2 2 2 1 2
36 2 1 2 2 3 4 1
37 1 1 2 3 3 1 2
38 1 1 3 2 4 6 3
39 1 1 3 3 4 4 4
40 1 1 1 3 3 5 3
41 2 1 3 2 2 2 4
42 2 1 2 2 4 3 1
43 1 1 2 5 4 6 1
44 1 1 2 2 2 6 2
45 1 1 4 2 2 6 4
46 1 1 4 2 2 6 4
47 1 1 2 3 3 6 3
48 1 1 3 3 3 5 3
49 1 1 2 2 4 6 2
50 1 1 4 2 3 1 4
51 1 1 1 2 3 1 2
52 1 1 3 2 2 2 4
53 1 1 2 3 4 4 4
54 2 1 2 2 4 3 3
55 1 1 2 1 2 6 2
56 1 1 2 3 2 1 4
57 1 1 2 2 3 6 2
58 1 1 2 2 4 1 4
59 1 1 2 2 3 3 2
60 2 1 3 2 3 4 3
61 2 1 2 2 2 4 3
62 1 1 4 2 4 1 4
63 1 1 1 2 2 1 2
64 1 1 2 5 5 3 3
65 1 1 2 2 3 4 3
66 2 1 2 2 5 1 2
67 2 1 2 2 3 4 2
68 2 1 2 4 4 6 3
69 1 1 3 3 2 4 3
70 1 1 2 4 4 6 3
71 1 1 3 5 4 6 4
72 2 1 4 1 1 6 4
73 2 1 2 2 2 1 3
74 2 1 2 3 4 6 4
75 2 1 4 2 1 1 4
76 2 2 3 2 4 3 3
77 2 2 3 5 3 3 4