21
Sri Repsa Khanifati - 5535109077 Universitas Negeri Jakarta Pendidikan Tata Rias TUGAS ETIKA KOMUNIKASI DALAM PENGGUNAAN MEDIA KOMUNIKASI

Etika Komunikasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Menelaah peran etika komunikasi dalam penggunaan media komunikasi yang terus berkembang

Citation preview

Page 1: Etika Komunikasi

Sri Repsa Khanifati - 5535109077Universitas Negeri Jakarta

Pendidikan Tata Rias

tugas etika komunikasi dalam penggunaan media komunikasi

Page 2: Etika Komunikasi

KATA PENGANTAR

Media mengemban tugas mulia yakni mendidik masyarakat. Namun realitas berkata lain. Media telah terseret dalam struktur ekonomi dan logika pasar. Ia nyaris telah sepenuhnya menjadi salah satu alat produksi. Keuntungan dan pragmatisme ekonomi dan pasar membuat media nyaris tak mampu berkelit untuk menunjukkan idealismenya. Gilirannya, keberhasilan media diukur hanya dengan keberhasilannya menghasilkan keuntungan. Dalam dunia pertelevisian misalnya tingginya rating yang berarti tingginya pemasukan uang. Media juga terseret dalam kultis teknologi. Saudara kembar struktur ekonomi dan pasar. Jika kita prihatin terhadap realitas menyimpang namun telah menjadi kaprah ini mau tak mau kita harus rela memikirkan sebuah etika komunikasi. Etika yang bukan hanya bersifat deontologist bagi jurnalis, namun juga undang-undang atau hokum yang melindungi dan menjaga masyarakat. Etika ini diharapkan akan melindungi public dari kekerasan, manipulasi, pornografi dan segala bentuk “demonist” dari media.

MENGAPA PERLU ETIKA KOMUNIKASI? Mengapa perlu sebuah etika? Kini informasi yang disajikan oleh media telah menjadi komoditi dan mimetisme. Budaya baru terproduksi oleh media, pun integrasi social masyarakat terubah oleh media. Media dalam dilema, antara tugas mulia di satu sisi, dan pemenuhan sebagai alat produksi ekonomi di sisi lain. Ia perlu membangun citra sebagai sarana yang mesyarakat membutuhkannya di satu sisi, di sisi lain ia perlu mengejar target untuk menjadi alah hebat dalam budaya ekonomi. Dalam pada itu, yang menggelisahkan adalah, ketiadaan perlawanan terorganisir dan bentuk baru sensor yang solid dalam masyarakat. Etika media perlu karena media punya dampak yang dahsyat dalam masyarakat, karena masyarakat harus dilindungi dan mengurangi dampak negative logika instrumental

Hal | 1

Page 3: Etika Komunikasi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB ILatar Belakang MasalahTujuan PenulisanRumusan Masalah

BAB IIEtika KomunikasiKomunikasi Dalam Penggunaan Media KomunikasiEtika Komunikasi Dalam Penggunaan Media Komunikasi

BAB III PENUTUPKesimpulanSaran

Hal | 2

Page 4: Etika Komunikasi

BAB I

Latar Belakang MasalahKebaikan yang besar dan kejahatan yang besar berasal dari cara orang menggunakan media Komunikasi sosial. Meskipun secara khas/tipikal dikatakan – dan kita kerap kali akan mengatakannya di Sini – bahwa “media “ menjadikan ini atau itu, media bukanlah kekuatan buta dari kodrat yang di luar kontrol manusia. Karena meskipun tindakan-tindakan berkomunikasi kerap menimbulkan akibat-akibat yang tidak dimaksudkan, namun manusialah yang memilih apakah akan menggunakan media untuk maksud-maksud baik atau maksud-maksud jahat, dengan cara yang baik atau cara yang jahat. Pilihan-pilihan tadi, yang merupakan hal pokok dalam persoalan-persoalan etika, dilakukan bukan Hanya oleh mereka yang menerima komunikasi, - yaitu para pemirsa, pendengar, pembaca - tapi lebih- Lebih oleh mereka yang mengawasi alat-alat komunikasi sosial dan menentukan strukturnya, kebijakannya dan isinya. Termasuk dalam kelompok ini ialah para pejabat dan para eksekutif badan hukum, para anggota badan pengurus,para pemilik, para penerbit dan manajer siaran, para editor, para direktur pemberitaan, para produser, para penulis, para koresponden, dan lain-lain. Untuk mereka ini persoalan etika menjadi sangat penting: Apakah media digunakan untuk hal yang baik atau hal yang jahat?

Dampak dari komunikasi sosial bukannya dilebih-lebihkan. Di sini orang berhubungan dengan orang lain serta dengan peristiwa-peristiwa, membentuk pendapat mereka serta nilai-nilai yang mereka anut. Mereka tidak hanya meneruskan dan menerima informasi dan gagasan-gagasan lewat alat-alat tadi tapi kerap kali mereka mengalami penghayatan itu sendiri sebagai suatu pengalaman bermedia. Perubahan tehnologi yang terjadi dengan Cepat menjadikan media komunikasi menjadi kian menyusup ke mana-mana dan mempunyai kekuatan yang besar. “Datangnya masyarakat informasi adalah suatu revolusi budaya yang reel” dan pembaharuan-pembaharuan yang mengagumkan yang terjadi pada abad kedua puluh mungkin hanya merupakan prolog terhadap apa yang akan dibawa oleh abad baru ini.

Hal | 3

Page 5: Etika Komunikasi

Tujuan Penulisan

Mengetahui dan mengaplikasikan Etika Dan Etiket Yang Baik Dalam Komunikasi di media komunikasi.

Berikut di bawah ini adalah beberapa etika dan etiket dalam berkomunikasi antar manusia dalam kehidupan sehari-hari :

a. Jujur tidak berbohongb. Bersikap Dewasa tidak kekanak-kanakanc. Lapang dada dalam berkomunikasid. Menggunakan panggilan / sebutan orang yang baike. Menggunakan pesan bahasa yang efektif dan efisienf. Tidak mudah emosi / emosionalg. Berinisiatif sebagai pembuka dialogh. Berbahasa yang baik, ramah dan sopan

Rumusan Masalah

Hambatan komunikasi pada umumnya mempunyai 2 sifat :1. Hambatan Obyektif; Gangguan dan halangan terhadap jalannya komunikasi yang tidak disengaja, dibuat oleh pihak lain, tapi mungkin disebabkan oleh keadaan yang tidak menguntungkan.

Hambatan Objektif juga bisa disebabkan : Kemampuan komunikasi yang kurang baik; Approach/Pendekatan penyajian kurang baik; Timing tidak cocok; Penggunaan media yang keliru.

2. Hambatan Subyektif; yang sengaja dibuat oleh orang lain. Disebabkan karena adanya : Pertentangan kepentingan; Prejudice; Tamak; Iri hati; Apatisme, dsb. “Gejala mencemooh dan mengelakan suatu komunikasi untuk mendeskreditkan atau

menyesatkan pesan komunikasi”. Mencacatkan Pesan Komunikasi (Message made invalid); Kebiasaan mencacatkan

pesan komunikasi dengan menambah-nambah pesan yang negatif. Mengubah Kerangka Referensi (Changing frame of reference),Kebiasaan mengubah

kerangka referensi menunjukkan seseorang yang menanggapi komunikasi dengan diukur oleh kerangka referensi sendiri.

Hal | 4

Page 6: Etika Komunikasi

BAB IIEtika Komunikasi

A. PendahuluanSebelum kita membahas lebih jauh mengenai etika (etik), mari kita telusuri apa itu etika.

Arti Definisi / Pengertian Etika ( Etik )Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat kebiasaan di mana etika berhubungan erat dengan konsep individu atau kelompok sebagai alat penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu yang telah dilakukan.

Arti Definisi / Pengertian EtiketEtiket adalah suatu sikap seperti sopan santun atau aturan lainnya yang mengatur

hubungan antara kelompok manusia yang beradab dalam pergaulan.

Komunikasi Dalam Penggunaan Media Komunikasi

Apa sebenarnya Komunikasi itu ?

Secara etimologis dari perkataan latin “communicatio”, istilah ini bersumber dari perkataan

“communis” artinya ‘sama’, maksudnya ‘sama makna atau sama arti’. Jadi komunikasi terjadi apabila

terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima

oleh komunikan.

Mengapa harus serius untuk dipelajari, Karena;

Jika seseorang ‘Salah Komunikasinya’ (miscommunication), maka orang yang dijadikan sasaran

mengalami;

‘Salah Persepsi’ (misperception), yang gilirannya;

‘Salah Interpretasi’ (misinterpretation), berikutnya;

‘Salah Pengertian’ (misunderstanding). Dalam hal tertentu menimbulkan;

‘Salah Perilaku (misbehavior), dapat dibayangkan apabila komunikasinya berlangsung skala

nasional atau internasional, bisa fatal.

Tujuan Komunikasi :

a. Mengubah Sikap (to change the attitude)

b. Mengubah Opini (to change the opinion)

c. Mengubah Perilaku (to change the behavior)

d. Mengubah Masyarakat (to change the society)

Hal | 5

Page 7: Etika Komunikasi

Fungsi Komunikasi :

a. Menginformasikan (to inform)

b. Mendidik (to educate)

c. Menghibur (to entertain)

d. Mempengaruhi (to influence)

Etika Komunikasi Dalam Penggunaan Media Komunikasi

Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat kebiasaan di mana etika berhubungan erat dengan konsep individu atau kelompok sebagai alat penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu yang telah dilakukan. Atau definisi lain mengatakan etika yaitu aturan-aturan yang di sepakati bersama oleh para ahli ahli yang mengamalkan kerja tertentu sedangkan komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan baik itu pesan negative atau positif sekalipun. Jadi etika komunikasi adalah aturan-aturan yang mengefaluasi untuk menjadikan proses komunikasi lebih terevaluasi.

Kebaikan yang besar dan kejahatan yang besar berasal dari cara orang menggunakan media komunikasi sosial. Meskipun secara khas/tipikal dikatakan – dan kita kerap kali akan mengatakannya disini – bahwa “media “ menjadikan ini atau itu, media bukanlah kekuatan buta dari kodrat yang di luar kontrol manusia. Karena meskipun tindakan-tindakan berkomunikasi kerap menimbulkan akibat-akibat yang tidak dimaksudkan, namun manusialah yang memilih apakah akan menggunakan media untuk maksud-maksud baik atau maksud-maksud jahat, dengan cara yang baik atau cara yang jahat.

Pilihan-pilihan tadi, yang merupakan hal pokok dalam persoalan-persoalan etika, dilakukan bukan hanya oleh mereka yang menerima komunikasi, - yaitu para pemirsa, pendengar, pembaca - tapi lebih - lebih oleh mereka yang mengawasi alat-alat komunikasi sosial dan menentukan strukturnya, kebijakannya dan isinya. Termasuk dalam kelompok ini ialah para pejabat dan para eksekutif badan hukum, para anggota badan pengurus,para pemilik, para penerbit dan manajer siaran, para editor, para direktur pemberitaan, para produser, para penulis, para koresponden, dan lain-lain. Untuk mereka ini persoalan etika menjadi sangat penting: Apakah media digunakan untuk hal yang baik atau hal yang jahat?

Dampak dari komunikasi sosial bukannya dilebih-lebihkan. Di sini orang berhubungan dengan orang lain serta dengan peristiwa-peristiwa, membentuk pendapat mereka serta nilai-nilai yang mereka anut. Mereka tidak hanya meneruskan dan menerima informasi dan gagasan-gagasan lewat alat-alat tadi tapi kerap kali mereka mengalami penghayatan itu sendiri sebagai suatu pengalaman bermedia.

Hal | 6

Page 8: Etika Komunikasi

Perubahan tehnologi yang terjadi dengan cepat menjadikan media komunikasi menjadi kian menyusup ke mana-mana dan mempunyai kekuatan yang besar. Datangnya masyarakat informasi adalah suatu revolusi budaya yang reel.

Luasnya dan aneka ragamnya media yang dapat dijangkau oleh orang-orang di negara-negara yang makmur sunguh-sungguh mentakjubkan: Buku-buku dan majalah-majalah, televisi dan radio, film dan video, rekaman audio, komunikasi elektronik yang dipancarkan lewat gelombang udara, dengan melalui kabel dan satelit, lewat Internet. Isi dari banjir informasi yang cepat ini meliputi berita-berita yang berat maupun yang bersifat hiburan semata-mata, yang berupa doa tapi juga ada yang bersifat porno, yang bersifat renungan tapi juga ada yang menampilkan kekerasan. Tergantung dari bagaimanakah mereka

menggunakan media, orang-orang dapat menjadi semakin berkembang dalam simpati dan perhatiannya pada orang lain atau menjadi terisolasi dalam suatu dunia yang berisikan rangsangan-rangsangan yang bersifat egois dan mementingkan diri sendiri, yang akibatnya mirip dengan kecanduan narkotik. Bahkan mereka yang menghindari media tak dapat menghindari hubungan orang-orang lain yang sangat dipengaruhi oleh media komunikasi.

Prinsip-prinsip etika dan norma-norma yang relevan dalam bidang lain juga berlaku bagi komunikasi sosial. Prinsip-prinsip etika sosial seperti misalnya solidaritas, subsidiaritas, keadilan dan kesamaan, serta pertanggung jawaban dalam menggunakan sumber-sumber umum dan pelaksanaan peranan usaha-usaha umum selalu bisa diterapkan. Komunikasi harus selalu penuh kebenaran, karena kebenaran adalah hakiki bagi kebebasan individu dan demi komunitas yang otentik antara pribadi-pribadi.

Etika dalam komunikasi sosial menyangkut bukan hanya apa yang adil, dengan apa yang nampak dalam sinema dan layar televisi, pada siaran radio, pada halaman yang cetakan dan Internet, tapi sebagian besar juga di luar itu semua. Dimensi etika tidak hanya menyangkut isi komunikasi (pesan) dan proses komunikasi (bagaimana komunikasi dilakukan) tapi juga struktur fundamental dan persoalan-persoalan yang menyangkut sistem, yang kerap kali menyangkut persoalan-persoalan besar mengenai kebijakan yang berkaitan dengan pembagian tehnologi yang canggih serta produknya (siapa yang akan kaya informasi dan yang akan miskin informasi) Persoalan-persoalan ini menunjuk ke persoalan lain yang mempunyai implikasi ekonomi dan politik untuk kepemilikan dan kontrol. Sekurang-kurangnya di masyarakat terbuka dengan ekonomi pasar, persoalan etika yang terbesar dari semua persoalan yang muncul tadi ialah bagaimanakah membuat keseimbangan antara keuntungan dan pelayanan kepada kepentingan umum yang dimengerti menurut suatu gagasan yang inklusif mengenai kesejahteraan umum.

Dalam tiga bidang ini – pesan, proses, persoalan mengenai struktur dan sistem – yang menjadi prinsip dasar etika adalah sebagai berikut : Pribadi manusia dan komunitas manusia merupakan tujuan dan ukuran dari penggunaan media komunikasi sosial; komunikasi dilakukan oleh pribadi-pribadi kepada pribadi-pribadi demi keutuhan perkembangan

Hal | 7

Page 9: Etika Komunikasi

pribadi. Perkembangan yang utuh menuntut ada barang-barang material serta produk yang cukup baik, tapi juga perlu diperhatikan “dimensi batin”. Setiap orang patut mendapatkan kesempatan untuk bertumbuh dan berkembang dalam hal fisik, intelektual, emosi, rola serta rohani. Setiap individu mempunyai martabat yang tidak boleh dikurangi serta mempunyai arti penting, dan tidak pernahboleh dikorbankan untuk kepentingan bersama.

Dengan demikian walaupun komunikasi sosial dibenarkan untuk memperhatikan kebutuhan dan minat kelompok-kelompok khusus tertentu, hendaknya hal itu jangan dilakukan sedemikian rupa sehingga menghadapkan satu kelompok dengan kelompok lainnya, misalnya demi konflik kelas, nasionalisme yang berlebih-lebihan, mengunggulkan ras, pembersihan etnis, dan hal-hal semacam itu.

Komunikator dan para pembuat kebijakan komunikasi harus mengabdi kebutuhan riil dan minat dari individu-individu dan kelompok-kelompok, pada semua tingkatan dan segala macam.

Dengan demikian jelaslah bahwa diperlukan suatu partisipasi yang luas dalam mengambil keputusan tidak hanya mengenai pesan-pesan proses komunikasi sosial tapi juga mengenai soal-soal system dan alokasi sumber-sumber. Para komunikator profesional hendaknya secara aktip terlibat dalam mengembangkan dan menerapkan kode etik untuk tingkah laku dalam profesi mereka, dalam kerjasama dengan wakil-wakil masyarakat.

Intinya etika komunikasi juga sebagai sensor social kemasyarakatan dalam upaya membentuk masyarakat yang tak melek media menjadi tidak terbawa oleh arus negative yang terbawa oleh komunikasi.

Hal | 8

Page 10: Etika Komunikasi

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Etika sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Meski dalam kenyataannya banyak sekali etika-etika yang masih tak terpatuhi oleh individu maupun lembaga. Baik itu lembaga yang bergerak di bidang penyiaran (media), atau lembaga yang lainnya. Pada dasarnya etika tak jauh beda dengan peraturan. Sedangkan peraturan sendiri terbagi menjadi dua.

Pertama, peraturan yang telah di formalkan. Peraturan yang diformalkan biasanya telah tersetruktur, baik itu undang-undang yang jelas mengenai pelanggaran yang bagaimana yang dikatakan telah melanggar udang-undang tersebut ataupun sangsi bila melanggar peraturan formal tersebut.

Kedua, peraturan yang belum atau tidak diformalkan. Peraturan ini biasanya lebih kepada budaya. Budaya daerah, budaya suku, budaya agama, atau budaya yang lainnya yang biasanya mengandung kesopan santunan dan tatakrama. Misalnya orang Sunda jika lewat depan orang lain maka ia akan mengucapkan “Punteun”. Ini tidak formal namun ini adaptasi orang Sunda dalam hal sopan santun.

Etika tak lebih daripada alat sensor sebuah bidang kajian komunikasi. Komunikasi masa atau komunikasi bidang kajian yang lain. Sensor adalah sebuah alat untuk menyaring sebelum pesan (siaran, tayangan TV, berita, dll) tersaji pada khalayak luas. Dalam kajian jurnalistik sebagai cabang dari ilmu komunikasi telah mempunyai alat sensor yang kuat yaitu berupa kode etik jurnalistik, undang-undang pers, peraturan KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) dan lainnya yang menjadi alat control social.

Saran

Sebagai masyarakat sosial pasti harus berkomunikasi dengan lingkungan luar. Saat ini banyak sekali media komunikasi yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan seseorang atau lebih, seperti handphone (telepon seluler), radio komunikasi, internet (chatting), dan lainnya. Banyak juga masyarakat yang belum begitu paham dalam menggunakan media komunikasi di atas, terlebih masalah kode etik yang harus dimiliki orang tersebut. Sehingga banyak masyarakat yang salah menggunakan fasilitas yang ada pada media komunikasi tersebut, seperti salah dalam menggunakan kata-kata yang baik dan sopan dalam menuliskan email, sms, ataupun chat, seperti kasus yang dialami oleh Ibu Prita Mulya Sari. Agar terhindar dari penggunaan kata yang tidak baik tidak sopan dalam menggunakan media komunikasi, berikut ulasan kode etik dalam menggunakan handphone, radio komunikasi, dan internet (khususnya chatting).

1. Handphone (Telepon Seluler)

Hal | 9

Page 11: Etika Komunikasi

Saat ini hampir 2/3 penduduk dunia pernah menggunakan handphone berikut dengan fasilitas-fasilitas yang terdapat di dalamnya. Sekarang banyak sekali handphone yang memiliki banyak fitur dalam berkomunikasi, seperti YM atau IM, Facebook Mobile, BBM, dan lain-lain. Banyak sekali masyarakat yang belum mengetahui atau belum menerapkan kode etik dari penggunaan handphone tersebut, seperti terdengar bunyi ringtone yang sangat keras di tempat yang salah atau menelpon dengan suara yang sangat keras. Oleh karena itu, berikut kode etik dalam penggunaan handphone :

a. Jangan berbicara terlalu keras. Hindari berbicara dengan ponsel dengan suara terlalu keras, khususnya jika Anda berada di tempat umum (public area). Hal ini akan menarik perhatian orang-orang pada diri Anda dan bisa menimbulkan gangguan bagi beberapa orang. Selain itu, mikropon dalam ponsel mampu menangkap suara yang lembut sekalipun, sehingga tidaklah perlu berteriak atau bersuara keras saat menggunakan ponsel Anda.

b. Secara kasar memotong pembicaraan. Saat Anda sedang menelpon atau ditelpon jangan sekali-kali meotong pembicaraan orang dengan nada yang kasar. Bagaimana jika Anda sendiri yang dipotong pembicaraannya, padahal Anda masih ingin menuntaskan pembicaraan Anda.?

c. Ponsel bordering sangat keras di bioskop atau tempat ibadah. Biasakan untuk menonaktifkan handphone Anda pada saat Anda di dalam bioskop ataupun di dalam tempat ibadah, karena sangat mengganggu orang sekitar Anda yang sedang asyik nonton film atau sedang khusyuk dalam beribadah. Jikalau Anda merasa penting sekali handphone Anda, Anda bisa mengaktifkan mode silent (getar) yang terapat dalam handphone Anda.

d. Ber-SMS atau telpon saat mengemudi. Sampai saat ini ber-sms atau telpon saat mengemudi tidak mengganggu orang sekitar. Memang. Tetapi sangat mengganggu konsentrasi Anda pada saat mengemudi. Bagaimana jika ada bis atau truk yang berhenti mendadak didepan Anda, padahal Anda sedang asyik mengetik SMS. Apakah tidak membahayakan keselamatan Anda dan orang lain.??

e. Nada dering yang keras dan mengganggu. Bagaimana jika Anda mendengar nada dering yang sangat keras sekali saat Anda sedang membaca buku di perpustakaan, apalagi nada dering nya yang Anda tidak suka ? Pasti sangat menjengkelkan. Oleh karena itu, gunakanlah nada dering yang sekiranya sudah bisa Anda dengar dengan nyaman.

f. Lokasi penggunaan handphone. Biasakan untuk menggunakan handphone untuk menelpon atau menerima telpon disaat lokasi yang tepat, seperti perpustakaan, ruang meeting, antrian makan, dll. Jika dirasa sangat perlu untuk menelpon atau menerima telepon, bisa permisi dahulu dengan kata-kata yang sopan.

Ada salah satu fungsi utama juga dalam handphone, yaitu SMS (Short Messaging Service). Banyak orang juga yang belum memahami dan menerapkan kode etik dalam ber-SMS. Berikut ini merupakan kode etik dalam ber-SMS.

Hal | 10

Page 12: Etika Komunikasi

a. Penggunaan ponsel jangan sampai menggantikan percakapan seringkali Anda menggunakan ponsel untuk berkirim pesan pendek, baik kepada teman sekolah, kakak, adik, atau mungkin kepada saudara. Jangan sampai keasyikan ber-SMS menggantikan waktu interaksi Anda dengan sekitarnya.

b. Hindari SMS sambil bicara. Berbicara sembari menegetik sms sama kasarnya dengan menjawab kasar lawan bicara melalui telepon. Bagaimana rasanya jika seseorang memotong pembicaraan Anda. Atau, ketika Anda bicara dan yang diajak bicara justru asyik ber-SMS.

c. Jangan membalas sms ketika sedang kesal. Anda perlu memahami, ketika mengirim sms itu artinya mereka tak dapat menarik kembali pesan yang dikirim. Bersikaplah tenang sebelum membalas SMS. Salah-salah kalimat yang dikirim Anda mengandung kata-kata kasar. Tenanglah sebelum datang komentar sinis.

d. Jangan meminta maaf lewat sms. Jangan biasakan untuk meminta maaf kepada orang lain lewat SMS. Biasakan meminta maaf dengan bertemu dan bertatap muka langsung. Meminta maaf lewat SMS bukan hanya tak baik, namun ada kesan kurang tulus apabila permintaan maaf itu dikirim lewas SMS. Ini juga bisa membantu pembentukan karakter dan membangun rasa percaya diri.

e. Ada waktu dan tempat untuk ber-SMS. Tak seharusnya mengirim SMS ketika belajar dalam kelas, di tempat ibadah, saat makan malam, atau di bioskop.

2. Radio Komunikasi. Kode etik didalam berkomunikasi menggunakan radio komunikasi sangat diperlukan, karena bertujuan untuk berkomunikasi yang isinya sangat penting. Biasanya berkomunikasi dengan istilah-istiah yang asing di telinga. Hal ini diperlukan bertujuan untuk kata-kata itu tidak dipahami oleh orang umum yang kebetulan pasang telinga alias nyadap (nguping). Inilah taktik. Tentu sebelumnya dua belah pihak sudah sepakat apa saja kode-kodenya.

a. Tentukan apa nama udara Anda (istilahnya, callsign). Seperti; Serigala Merah, Beruang Hitam, Kancil Satu, dan lain lain. Buat komunitas dengan jumlah personil yang banyak dibutuhkan sebuah sistem callsign yang jelas. Karena disana akan melibatkan banyak batalyon, kompi bahkan unit.

b. Gunakanlah alfabet untuk menamai setiap tim, seperti A, B atau C…atau bisa juga dengan istilah Alpha Team, Bravo Team atau Charlie Team. Buat penamaan setiap personil bisa dinisbatkan pada posisi yang dipikulnya. Contohnya Alpha One atau Alpha Satu.

c. Jika kita ingin memanggil seorang kawan, sebut callsign-nya terlebih dahulu atau nama tim-nya kemudian sebutkan callsign kita atau tim kita ulangilah 2x dengan jeda 2 detik. Jika instruksi dipahami cukup bilang “dikopi” atau “I copy”.

d. Dalam kondisi darurat Anda bisa menggunakan sinyal “break”. Jadi Anda nggak perlu menunggu sampai kawan kita berhenti berbicara. Cukup katakan “break” perlahan dengan diulang 3x. Kita yang mentransmit tidak akan mendengar apapun tapi kawan kita pasti mendengar.

Hal | 11

Page 13: Etika Komunikasi

3. Internet (Chatting). Chatting pun ada kode etiknya. Selama ini kita pasti tidak pernah menggunakan kode etik dalam ber-chatting. Kita hanya mengetikkan apa yang ingin kita bicarakan dalam obrolan dunia maya tersebut tanpa tahu perasaan lawan bicara kita. Kita juga sering meluapkan amarah, kekesalan, bahkan perasaan kita bila sedang jatuh cinta tanpa memperhatikan kode etiknya. Berikut kode etik jika kita sedang ber-chatting.

a. Gunakan kata-kata yang halus dan sopan dengan lawan bicara kita.b. Perkenalkan identitas Anda terlebih dahulu jika ID chatting bukan nama Anda yang

asli.c. Jangan asal menggunakan fitur BUZZ yang ada dalam aplikasi chatting kita, karena

sangat mengganggu lawan bicara kita.d. Usahakan untuk megerti keadaan atau perasaan lawan bicara Anda pada saat Anda

chat dengannya.e. Jika ingin mengirim gambar, file, ataupun video, biasakan untuk meminta izin dahulu

kepada lawan bicara kita yang ingin dikirimkan gambar, file, ataupun video.f. Jika ingin menginvite seseorang dalam conference, biasakan juga menyakan terlebih

dahulu, apakah lawan bicara Anda mau diajak conference atau tidak.g. Jangan membicarakan hal-hal yang bersifat pribadi pada saat Anda gabung di

conference. Karena akan orang yang ditergabung dalam conference tersebut akan mengetahui hal pribadi Anda.

h. Jangan sekali-kali meninggalkan percakapan Anda tanpa sepengetahuan lawan bicara Anda.

Itulah sebagian kode etik yang ada dalam menggunakan media komunikasi.

Hal | 12

Page 14: Etika Komunikasi

Referensi

http://id.shvoong.com/books/1942088-etika-komunikasi-menipulasi-media-kekerasan/

#ixzz1OBTfnvdT

Anugrah, Dadan dan Winny Kresnowiyati. 2008. Komunikasi Antar Budaya. Jakarta; Jela

Permata.

Echols, John dan Hassan Shadaly, 1990. Anda s Inggris-Indonesia. Jakarta; Gramedia

Harefa, Andreas,.2000.Menjadi Manusia Pembelajar.Harian kompas:Jakarta

Harian Umum Pikiran Rakyat. 8 September 2004 www.pikiran-rakyat.com

http://atwarbajari.wordpress.com/2008/09/20/media-massa-dan-tanggung-jawab-kepada-

publik/

http://www.kpi.go.id/

http://asopian.blogspot.com/2004_09_01_archive.html

http://www.tempointeraktif.com/hg/budaya/2008/11/04/brk,20081104-143930,id.html

http://ruuappri.blogsome.com/2006/05/12/

http://lsf.go.id/mambo/index.php?option=com_content&task=view&id=14&Itemid=9

http://ruuappri.blogsome.com/2006/05/12/

http://www.muhammadiyah-tabligh.or.id/modules.php?name=News&file=article&sid=598

Khamenei, Ayatullah Al-Uzhman Sayyid Ali. 2005 ”Karakteristik dan Strategi Media

Terpacaya, Perspektif, www.irib.ir,.

Lesmana, Tjipta. Kebebasan dan Tanggung Jawab Pers Harus Berimbang, Sinar Harapan,

www.sinarharapan.co.id, 2005.

McQuail, Denis. 1991. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga

Sumadiria, A.S. Haris. Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature. Bandung; Simbiosa.

Suhandang, Kustadi. 2004. Pengantar Jurnalistik, Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik.

Bandung; Nuansa.

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/03/kode-etik-dalam-menggunakan-media-komunikasi/

Hal | 13