Upload
others
View
36
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
ETIKA PERGAULAN ISLAM
Al-Luqman 17-19, Al-Hujurat 13, An-Nisa 48
MAKALAH
Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Tugas Kelompok Tafsir
Oleh :
Nur Ni’matul Khasanah : 115-14-094
Ulya Defi Saputri : 115-14-093
Miftakhul Khasanah : 115-14-092
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2014
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ketika kita membaca makna dari ayat Al-Qur’an sering kali kita menemukan berbagai
konsep yang sudah kita kenal sebelumnya dalam kehidupan sehari-hari, meskipun kita belum
paham betul bagaimana konsep Al-Qur’an yang benar, cobalah kita belajar dan mentransfer
pemahaman kita dalam kehidupan sehari-hari. Al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam telah
memberikan perhatian besar terhadap perlunya pembinaan masyarakat1.
Konsep itu merupakan kunci bagi kita supaya bisa melaksanakan, mengaplikasikan
ajaran-ajaran Al-Qur’an dalam etika pergaulan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya,
menghargai oranglain, menyelesaikan suatu penderbedaan pendapat dengan musyawarah.
Di era sekarang banyak sekali orang yang mengaku beragama Islam namun mereka tidak
mau mengikuti aturan – aturan yang terdapat dalam Agama Islam. Pada umumnya orang – orang
tersebut hanya menjadikan Agama Islam sebagai status keagamaan saja. Padahal Agama Islam
merupakan agama yang fenomenal karena telah terbukti ajaran – ajaran di dalamnya mencakup
seluruh aspek kehidupan. Di dalam ajaran – ajaran agama islam, islam tidak memiliki aturan
yang dapat merugikan manusia. Untuk menghadapi zaman yang semakin mengalami krisis moral
ini, setiap umat islam harus selalu paham dan melaksanakan etika pergaulan yang baik an benar
sesuai dengan Al-Qur’an dan kondisi dalam kehidupan. Maka dari itu makalah ini disusun guna
mencari urat nadi dari pembahasan etika pergaulan islam. Guna membentuk fundamen
pemahaman tentang etika pergaulan bagi para kaum akademisi dan awam selama ini.
B. RUMUSAN MASALAH
Pokok bahasan dalam makalah yang berjudul “Etika Pergaulan Islam“, penulis membagi
bahasan yang akan menjadi rumusan masalah yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana etika pergaulan islam menurut Surah Al-Luqman ayat 17-19?
2. Bagaimana etika pergaulan islam menurut Surah Al-Hujurat ayat 13?
3. Bagaimana etika pergaulan islam menurut Surah An-Nisa ayat 48?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah yang berjudul “Etika Pergaulan Islam” ini diharapkan mahasiswa
mampu :
1. Mengetahui etika pergaulan dalam islam sesuai surat-surat Al-Qur’an yang telah ditentukan
2. Memberitahukan etika pergaulan yang baik menurut islam
3. Menjelaskan isi ayat-ayat Al-Qur’an sesuai yang telah ditentukan
1 Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), cet. V, hal. 232.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Penafsiran
a. Surat Al-Luqman ayat 17, 18, 19
17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah
(mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang sombong lagi membanggakan diri.
19. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan2 dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-
buruk suara ialah suara keledai.
2 Maka janganlah berjalan terlampau cepat ataupun terlampau lambat.
4
Penjelasan ayat
Ayat 17
Hai anakkku dirikanlah shalat, yakni kerjakanlah shalat dengan sempurna sesuai dengan
cara yang diridhai. Karena di dalam shalat itu terkandung ridha tuhan, sebab orang yang
mengerjakannya berarti menghadap dan tunduk kepadanya. Dan didalam shalat terkandung
hikmah lainnya. Yaitu dapat mencegah dari orang yang bersangkutan dari perbuatan keji dan
mungkar. Maka apabila seseorang itu melaksanakan dengan sempurna, niscaya bersihlah jiwanya
dan berserah diri kepada tuhannya.
Sesudah itu luqman memerintahkan kepada anaknya untuk menyempurnakan dirinya
demi memenuhi hak Allah yang dibebankan kepada dirinya, lalu dia memerintahkan kepada
anaknya supaya menyempurnakan pula terhadap orang lain (wa’mur bil ma’ruf) dan cegahlah
manusia dari semua perbuatan durhaka kepada Allah(wanha ‘anil munkar) dan bersabar terhadap
apa yang menimpa kamu dan orang lain ketika kamu ber-amar ma’ruf nahi munkar (washbir
‘alaa maa ashabaka). Sesungguhnya hal itu yang telah kupesankan kepadamu, termasuk hal-hal
yang diwajibkan oleh Allah kepada hamba-Nya, tanpa ada pilihan lain. Karena didalam hal
tersebut terkandung faedah yang besar dan manfaat yang banyak.
Ayat 18
Janganlah kamu memalingkan mukamu terhadap orang-orang yang kamu berbicara
dengannya, karena sombong dan meremehkannya. Akan tetapi hadapilah dia dengan muka yang
berseri-seri dan gembira, tanpa rasa sombong dan tinggi hati3. Dan janganlah kamu berjalan di
muka bumi dengan angkuh dan menyombongkan diri, karena sesungguhnya hal itu adalah cara
jalan orang-orang yang angkara murka dan sombong, yaitu mereka yang gemar melakukan
kekejaman di muka bumi dan suka berbuat zalim terhadap orang lain. Akan tetapi berjalanlah
dengan sikap sederhana, karena sesungguhnya cara jalan yang demikian mencerminkan rasa
rendah hati. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang angkuh, yang merasa kagum
terhadap dirinya sendiri, yang bersikap sombong terhadap orang lain.
Ayat 19
Dan berjalanlah dengan langkah yang sederhana, yakni tidak terlalu lambat dan tidak
terlalu cepat, akan tetapi akan tetapi berjalanlah dengan wajar tanpa dibuat-buat dan juga tanpa
pamer menonjolkan sikap tawadu’.
Kurangilah tingkat kekerasan suaramu, dan perpendeklah cara bicaramu, janganlah kamu
mengangkat suaramu bilamana tidak diperlukan sekali. Karena sesungguhnya sikap yang
demikian itu, lebih berwibawa bagi yang melakukannya, dan lebih mudah diterima oleh jiwa
pendengarnya serta lebih gampang untuk dimengerti.
3 Ahmad Mushthafa, Tafsir Al-Maraghi, (Jakarta: CV Tohaputra, 1989), cet. I, hal.159.
5
Sesungguhnya suara yang paling buruk dan paling jelek karena dikeraskan lebih dari apa
yang diperlukan tanpa penyebab adalah suara keledai. Dengan kata lain, bahwa orang yang
meninggikan suaranya itu berarti sama dengan suara keledai. Didalam ungkapan ini, yaitu
menjadikan orang yang mengersakan suaranya diserupakan dengan suara keledai. Dalam hal ini
nada dan kerasnya suara. Dan suara yang sepertti itu sangat tidak disukai-Nya.
2. Hubungan Al-Qur’an Surat Luqman dengan materi Pendidikan
a. Shalat dan amar ma’ruf nahi munkar
b. Etika
Menurut kelompok kami secara keseluruhan nasihat yangadadalam Al-Luqman 17, 18
dan 19 berisi lima perintah, tiga larangan dan tujuh argumentasi.
- Sembilan perintah tersebut adalah:
a. Menegakkan shalat
b. Amar ma’ruf
c. Nahi munkar
d. Sederhana dalam kehidupan
e. Bersikap sopan dalam berkomunikasi
- Adapun yang berbentuk larangan adalah:
a. Larangan syirik
b. Larangan bersikap sombong
c. Larangan berlebihan dalam kehidupan
- Sedangkan ketujuh argumen tersebut adalah:
a. Barang siapa bersyukur, sungguh syukurnya itu untuk dirinya sendiri, dan barang siapa kufur,
sesungguhnya Allah Maha Kaya dan Maha terpuji
b. Sesungguhnya syirik itu ialah kezaliman yang besar
c. Kepada_Nya manusia dikembalikan, untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah
diperbuatnya selama hidup di dunia
d. Sesungguhnya Allah maha mengetahui segala sesuatu
e. Sesungguhnya semua itu merupakan ‘azmil umuur/ merupakan sesuatu yang telah diwajibkan
f. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
g. Sesungguhnya sejelek-jelenya suara adalah suara keledai.
6
b. Surat Al-Hujurat ayat 13
م ر يا أيها الناس إنا خلقناكم من ذكر وأنثى وجعلناكم شعوبا وقبائل لتعارفوا إن أك عند م
أتقاكم إن عليم خبير للا الحجراتللا
13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Al-Qur’an surat al-hujarat ayat 13 menegaskan kepada semua manusia bahwa ia
diciptakan Allah dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Menciptakan manusia secara
pluralistic*), beraneka bangsa, suku, bahasa, budaya dan warna kulit. Keanekaragaman dan
kemajemukan manusia seperti itu adalah bukan untuk berpecah belah, saling membanggakan
kedudukan, yang satu lebih terhormat dari yang lainnya akan tetapi supaya saling mengenal,
bersilaturahmi, berkomunikasi, saling memberi dan menerima. Suatu hal penting bahwa semua
manusia itu sama di hadapan Allah, yang membedakan derajat mereka adalah ketaqwaannya
kepada Allah SWT.
*)Pluralistic merupakan beraneka pemahaan .
Penjelasan Ayat
Etika pergaulan dalam islam
Buah dari ibadah, pengabdian kepada Allah Swt dalam Islam harus dicerminkan dalam
akhlak mulia. Baik Akhlak etika kepada Allah, sesama manusia ataupun akhlak kepada diri
sendiri.
Agama Islam mengatur etika kepribadian dengan tuntunan dalil-dalil dan keterangan yang lengkap. Berikut saya kutip beberapa dalil yang bersumber dari Al-Qur’an maupun hadits
Nabi Muhammad Saw.
Islam Mengatur Etika Pergaulan Dengan Orang Yang Lebih Tua
Sebagian tanda memuliakan Allah adalah menghormati orang Islam yang telah putih
rambutnya (tua). (HR Abu Daud).
Tiada seorang pemuda yang menghormati orang yang tua usianya, melainkan Allah akan
menyediakan orang-orang yang akan menghormatinya jika ia telah tua usianya. (HR Turmudzi).
Islam Mengatur Etika Pergaulan Dengan Orang Yang Sebaya
Orang mukmin terhadap orang mukmin lainnya, tak ubahnya bagaikan sesuatu bangunan
yang bagian-bagiannya (satu sama lain) kuat mengkuatkan. (HR Muslim).
Barang siapa yang berjalan dalam upaya memenuhi kebutuhan saudaranya, dan usaha ini
berhasil, adalah lebih baik daripada beri’tikaf sepuluh tahun. Dan barang siapa beri’tikaf satu
hari saja karena Allah, maka Allah menjauhkan antara dia dan neraka sejauh tiga parit yang lebih
jauh dari antara ujung bumi sebelah barat dan timur. ( HR Baihaqi).
Islam Mengatur Etika Pergaulan Dengan Orang Yang Lebih Muda
7
Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman. (QS. Al Hijr: 88)
Bahwasannya Allah telah mewahyukan kamu agar kamu bertawadhuk (rendah hati)
hingga tak seorang pun yang bersombong diri terhadap lainnya, dan tidak ada seorang pun yang
menganiaya yang lainnya. (HR Muslim).
Bukan dari umatku orang yang tidak belas kasihan kepada yang lebih kecil dan tidak
menghargai kehormatan yang lebih tua. (HR Abu Daud dan Tirmidzi).
Siapa yang berkata kepada anak kecil: “mari kemari, ini untukmu, kemudian tidak
memberi apa-apa kepadanya, maka hal itu berlaku bohong”. (HR Ahmad).
Islam Mengatur Etika Pergaulan Dengan Sesama Muslim
Dan Umat Islam Hai orang-orang beriman jika datang kepadamu orang fasik membawa
satu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpa suatu musibah kepada suatu
kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kami menyesal atas perbuatanmu. (QS.
Al Hujuraat: 6).
Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah saudara karena itu damaikanlah antara kedua
saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmatnya. (QS. Al Hujuraat:
10).
Islam Mengatur Etika Dalam Berbicara Kepada Masyarakat
Dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat- menasehati supaya
menepati kesabaran. (QS. Al Asr: 3).
Dan katakanlah kepada hamba-hambaKu: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan
yang lebih baik (benar)”, dan sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan antar mereka,
sesungguhnya setan itu musuh nyata bagi manusia. Sesungguhnya Allah membenci kami karena
tiga perkara: adalah berkata begini dan berkata begitu, menghambur-hamburkan uang dan
banyak bertanya. (HR Jama’ah dari Al Mugirah).
1. Etika Pergaulan Dengan Orang Yang Lebih Tua Sebagian tanda memuliakan Allah adalah menghormati orang Islam yang telah putih
rambutnya (tua). (HR Abu Daud).
Tiada seorang pemuda yang menghormati orang yang tua usianya, melainkan Allah akan
menyediakan orang-orang yang akan menghormatinya jika ia telah tua usianya. (HR Turmudzi).
Tidak termasuk golonganku orang yang tidak menyayangi orang yang lebih (muda), dan
tidak mengerti hak-hak orang yang lebih (tua). Bukanlah termasuk golonganku orang yang
menipu kami, seorang mukmin yang lain, seperti mencintai diri sendiri. (Tabrani dari Damrah).
KETERANGAN
Yang dimaksud orang yang lebih tua disini adalah para orang tua kita, yaitu Bapak, ibu,
kakek, nenek, paman, bibi, kakak dan orang lain yang lebih tua dari kita.
Kita wajib menghormati orang tua yang telah memelihara kita dan membesarkan,
mendidik dan membiayai hidup kita, tidak sedikit pengorbanan mereka lahir dan batin, baik
materi, tenaga dan pikiran yang telah dicurahkan untuk kepentingan anak-anaknya. Walaupun
mereka tidak mengharapkan balasan atas kasih sayang dan pengorbanan kepada kita.
Namun tidak selayaknya kita mengabaikan kewajiban menghormati dan menuruti segala
nasehat dan perhatiannya. Kakek, nenek, paman, bibi, dan kerabat kita yang lebih tua juga harus
kita hormati dan kita perlakukan seperti orang tua kita. Oleh karena itu kita harus berlaku hormat
8
dan sopan, tidak bersikap melawan atau menentang pada saat ada perselisihan. Karena bila kita
bersikap hormat dan sopan insya’ Allah mereka pun akan berlaku sama.
Agama Islam mengajarkan agar kita selalu hormat dan sopan kepada semua orang yang
lebih tua, dari mereka yang sudah mengenyam banyak pengalaman, kita memperoleh ilmu untuk
bekal dimasa datang. Kita mendapat warisan kebudayaan yang akan kita teruskan, apalagi para
pahlawan yang turut memerdekakan bangsa kita. Barang siapa yang bersikap hormat kepada orang yang lebih tua, maka akan dijanjikan oleh Rasulullah SAW, akan dihormati pula pada
masa tuanya nanti dan apabila tidak menghormati orang yang lebih tua maka Rasulullah SAW,
pun tidak hendak mengakui seseorang tersebut sebagai umatnya.
2. Etika Pergaulan Dengan Orang Yang Sebaya
Orang mukmin terhadap orang mukmin lainnya, tak ubahnya bagaikan
sesuatu bangunan yang bagian-bagiannya (satu sama lain) kuat mengkuatkan. (HR Muslim).
Barang siapa yang berjalan dalam upaya memenuhi kebutuhan saudaranya, dan usaha ini
berhasil, adalah lebih baik daripada beri’tikaf sepuluh tahun. Dan barang siapa beri’tikaf satu
hari saja karena Allah, maka Allah menjauhkan antara dia dan neraka sejauh tiga parit yang lebih
jauh dari antara ujung bumi sebelah barat dan timur. ( HR Baihaqi).
KETERANGAN
Sebaya bisa berarti sama usianya, maka dari itu pergaulan dengan orang sebaya sangat
penting. Hampir setiap hari, dikalangan masyarakat maupun di sekolah, kita sering kali
berkumpul dengan teman sebaya yang memiliki kesamaan dengan kita dalam beberapa hal. Pada
saat kita kesulitan, merekalah orang yang tepat untuk m\dimintai tolong baik bersifat pribadi pun
kita lebih terbuka.
Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling membutuhkan satu
sama lain, setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan serta memerlukan bantuan orang
lain. Dalam pergaulan sehari-hari kita sela bersama mereka, maka kita patut menghormatinya
serta menghargai kedudukan mereka, demikian pula mereka akan menghormati dan menghargai
kita, cara bergaul yang baik dengan mereka (orang sebaya) yaitu hendaknya kita turut
memikirkan dan mempedulikan persoalan dan kesulitan mereka serta turut meringankan beban
permasalahannya.
3. Etika Pergaulan Dengan Orang Yang Lebih Muda
Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman. (QS. Al Hijr: 88)
Bahwasannya Allah telah mewahyukan kamu agar kamu bertawadhuk (rendah hati)
hingga tak seorang pun yang bersombong diri terhadap lainnya, dan tidak ada seorang pun yang
menganiaya yang lainnya. (HR Muslim).
Bukan dari umatku orang yang tidak belas kasihan kepada yang lebih kecil dan tidak
menghargai kehormatan yang lebih tua. (HR Abu Daud dan Tirmidzi).
Siapa yang berkata kepada anak kecil: “mari kemari, ini untukmu, kemudian tidak
memberi apa-apa kepadanya, maka hal itu berlaku bohong”. (HR Ahmad).
KETERANGAN
Dalam pergaulan, tidak hanya orang yang lebih tua dan orang yang menjadi perhatian
kita untuk selalu kita hormati, tapi juga orang-orang yang lebih muda. Islam menganjurkan kita
agar bersikap merendah dan santun sesama mukmin, termasuk orang yang lebih muda dari kita.
Walau kita banyak kelebihan dibanding mereka, kita tak boleh sombong, dan congkak pada
mereka justru kita harus membantunya dengan penuh kasih sayang dan segala kecintaan.
Pergaulan dengan orang lebih muda termasuk juga terhadap orang yang keadaan
perekonomiannya rendah, pengetahuan dan pengalamannya lebih lemah dari kita, juga anak
yatim dan fakir miskin. Terhadap mereka kita wajib menyantuni dan bersikap penuh kasih
9
sayang, tidak berbuat dan berkata kasar, tidak menghina keadaan dan derajat mereka. Jika kita
tidak hormat dan tidak sopan terhadap mereka yang lebih muda dari kita, maka niscaya mereka
pun tidak akan menghormati kita.
4. Etika Pergaulan Dengan Sesama Muslim Dan Umat Islam
Hai orang-orang beriman jika datang kepadamu orang fasik membawa satu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpa suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kami menyesal atas perbuatanmu. (QS. Al Hujuraat:
6).
Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah saudara karena itu damaikanlah antara kedua
saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmatnya. (QS. Al Hujuraat:
10).
KETERANGAN
Pergaulan antar sesama muslim berkaitan dengan peraturan-peraturan tentang pergaulan
umat Islam antar satu golongan atau satu agama. Kita sebagai muslim dan umat Islam yang
menganut ajaran Allah harus mengetahui bagaimana etika pergaulan dikalangan masyarakat
muslim, yaitu kita harus bertingkah laku yang sopan santun, lemah lembut dan tidak bertindak
salah (keliru) kita harus bisa membedakan yang baik dan buruk seperti halnya bagaimana kita
menghadapi berita khayal (kosong) yang dibawa dan disebarkan oleh orang fasik dan jail.
Cara menyelesaikan persengketaan antar sesama orang muslim yang timbul dikalangan
umat Islam, yaitu dengan bersatu padu dalam satu tujuan melawan kejahilan orang karena pada
dasarnya muslim dan mu’min itu bersaudara hubungannya sangat erat sekali bagaikan bangunan,
jika satu penyangga hilang akan roboh, begitu dengan kaum muslim satu ceroboh akan
mendatangkan musibah.
5. Etika Dalam Berbicara Kepada Masyarakat
Dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat- menasehati supaya
menepati kesabaran. (QS. Al Asr: 3).
Dan katakanlah kepada hamba-hambaKu: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan
yang lebih baik (benar)”, dan sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan antar mereka,
sesungguhnya setan itu musuh nyata bagi manusia.
Sesungguhnya Allah membenci kami karena tiga perkara: adalah berkata begini dan
berkata begitu, menghambur-hamburkan uang dan banyak bertanya. (HR Jama’ah dari Al
Mugirah).
KETERANGAN
Alat komunikasi paling utama dalam pergaulan adalah berbicara, dengan bicara kita
dapat menyampaikan sesuatu, sebaliknya kita juga dapat mengetahui keinginan orang lain.
Berbicara bisa mendatangkan banyak orang (teman) dan bisa pula mendatangkan musuh, maka
dari itu kita harus pandai-pandai menjaga cara berbicara kita dengan baik. Agama Islam
mengajarkan agar kita berbicara sopan supaya tidak berakibat merugikan diri sendiri ataupun
orang lain.
Mulut dapat kita gunakan sebagai nasehat akan kebenaran hindarilah cara bicara yang
bisa menimbulkan perselisihan karena perselisihan itu kehendak setan yang ditujukan untuk
mengadu domba, fitnah, isu dan gosip.
10
c. Al-Furqon ayat 63
ا ا حولا ابعو ووشمايا لذوا ا و ل ما مهبا ا و ا لج شو ا لاقهو ل
63. Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di
atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka
mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.
Anjuran Bersikap Tawadhu’
Allah mensifati ‘ibadurrahman sebagai “orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan
rendah hati”, yaitu orang-orang yang tenang, berwibawa dan tawadhu’ (merendahkan diri)
terhadap Allah dan makhluk. Seorang mukmin hendaklah menghiasi dirinya dengan sikap
tawadhu’ dan menjauhi sikap yang berlawanan dengannya, yaitu takabbur dan ujub. Tawadhu’
artinya memandang diri rendah di hadapan Allah dan makhluk lainnya. Sedangkan takabbur
artinya memandang orang lain lebih rendah darinya serta ujub yaitu bangga terhadap diri sendiri.
Salah satu caranya adalah hendaklah seseorang membuka mata dan hatinya untuk
senantiasa taqarrub terhadap ayat-ayat Allah serta keajaiban ciptaan dan Allah dan keagungan
takdir Allah. Dengan demikian ia akan mengetahui bahwa dirinya bukanlah apa-apa. Allah-lah
yang memberinya nikmat dan berhak mencabutnya kapan pun juga. Allah juga yang
memberikannya ujian dan berhak melapangkannya di mana pun juga.
Cara kedua adalah dengan menyadari bahwa orang lain bisa jadi memiliki kebaikan yang
lebih banyak darinya. Bahkan sedikit pun kebaikan yang dilakukan oleh orang lain bisa jadi
merupakan amalan yang ikhlas yang diterima di sisi Allah. Sedangkan amalan dirinya belum
tentu sempurna dalam keikhalasan dan mengikuti Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam,
sehingga tak ada jaminan Allah akan menerima amalannya. Dan bisa jadi sejelek apa pun
keburukan orang lain merupakan keburukan yang diampuni Allah. Sementara keburukan yang ia
lakukan belum tentu diampuni oleh Allah. Padahal keburukannya jumlahnya menggunung dan
akibat buruk dosanya siap menimpa dirinya.
Sabar terhadap gangguan orang lain
Dijelaskan dalam lanjutan ayat “Dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka”,
maknanya berkata perkataan yang jahil, di mana perkataan tersebut mengganggu atau
menyakitkan. Lalu Allah mensifati ‘ibadurrahman dengan “mereka mengucapkan kata-kata
(yang mengandung) keselamatan”, maknanya mengucapkan perkataan yang selamat dari dosa
dan selamat dari membalas kejahilan dengan kejahilan.
Hendaklah seseorang mengetahui bahwa gangguan yang diberikan manusia merupakan
bagian dari takdir Allah. Ujian Allah berbagai macam bentuknya. Memang ujian yang paling
sulit diterima adalah jika ujian itu datang melalui tangan manusia. Maka hendaklah seorang
mukmin bersabar terhadap ujian manusia sebagaimana ia bersabar terhadap musibah dari Allah
lainnya. Kemudian membuka hatinya sehingga menyadari bisa jadi ujian ini adalah
kemudharatan sesaat yang nantinya akan berbuah nikmat dengan kesabaran. Kemudian ia
menambahi pahalanya dengan tawadhu’. Maka ia dipuji karena kemurahan hati yang banyak,
membalas keburukan dengan kebaikan, pemaaf terhadap orang-orang yang bodoh dan memiliki
keteguhan akal.
11
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
a. Etika pergaulan islam menurut Al-Luqman ayat 17, 18 dan19
Etika pergaulan islam menurut Al-Luqman ayat 17, 18 dan 19 yaitu perintah untuk
melaksanakan shalat secara sempura karena shalat dapat mencegah dari hal yang keji dan
mungkar. Larangan untuk rendah hati/ tidak sombong, etika dalam berjalan yang tidak boleh
telalu cepat/ lambat, perintah untuk menghaluskan atau melunakkan nada suara ketika berbicara.
b. Etika pergaulan islam menurut Al-Hujurat ayat 13
Buah dari ibadah, pengabdian kepada Allah Swt dalam Islam harus dicerminkan dalam akhlak
mulia. Baik Akhlak etika kepada Allah, sesama manusia ataupun akhlak kepada diri sendiri. Juga
menegaskan kepada semua manusia bahwa ia diciptakan Allah dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan. Menciptakan manusia secara pluralistic, beraneka bangsa, suku, bahasa, budaya dan
warna kulit. Keanekaragaman dan kemajemukan manusia seperti itu adalah bukan untuk
berpecah belah, saling membanggakan kedudukan, yang satu lebih terhormat dari yang lainnya
akan tetapi supaya saling mengenal, bersilaturahmi, berkomunikasi, saling memberi dan
menerima. Suatu hal penting bahwa semua manusia itu sama di hadapan Allah, yang
membedakan derajat mereka adalah ketaqwaannya kepada Allah SWT.
c. Etika pergaulan menurut Al-Furqan ayat 63
Anjuran untuk bersikap tawadhu’ dan sabar terhadap gangguan oranglain. Allah mensifati
‘ibadurrahman sebagai “orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati”, yaitu
orang-orang yang tenang, berwibawa dan tawadhu’ (merendahkan diri) terhadap Allah dan
makhluk. Seorang mukmin hendaklah menghiasi dirinya dengan sikap tawadhu’ dan menjauhi
sikap yang berlawanan dengannya, yaitu takabbur dan ujub. Tawadhu’ artinya memandang diri
rendah di hadapan Allah dan makhluk lainnya. Sedangkan takabbur artinya memandang orang
lain lebih rendah darinya serta ujub yaitu bangga terhadap diri sendiri
12
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Mushthafa, Tafsir Al-Maraghi, Jakarta, 1989
Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, Jakarta, 2012