103
ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM SERAT WARAYAGNYA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Agama (S.Ag.) Oleh: Kolik Koirudin (1113033100016) JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV

DALAM SERAT WARAYAGNYA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh:

Kolik Koirudin

(1113033100016)

JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

Page 2: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN
Page 3: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN
Page 4: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN
Page 5: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

i

ABSTRAK

Etika Pranikah Menurut Mangkunegara IV dalam Serat Warayagnya

Oleh: Kolik Koirudin

Tingginya angka perceraian di Indonesia salah satunya disebabkan

ketidaksiapan setiap pasangan dalam menjalani kehidupan berumah tangga yang

memang sebelumnya belum pernah mereka jalani. Jika tingginya angka perceraian

ini terus dibiarkan, maka dapat merusak tatanan masyarakat dan negara. Keluarga

adalah unit terkecil dalam sebuah negara yang mempunyai peranan penting dalam

mewujudkan tatanan masyarakat dan negara yang berkualitas. Anak-anak sebagai

generasi masa depan tumbuh dan berkembang dari keluarga. Untuk itu perlu

adanya bekal bagi mereka yang akan menjalani kehidupan berumah tangga.

Mangkunegara IV telah menulis buku yang bernama Serat Warayagnya yang

berisi ajaran tentang persiapan untuk berumah tangga. Ajaran ini disampaikan

dalam bentuk tembang macapat mengambil bentuk dandhanggula sebanyak 10

bait yang dibuat pada tahun 1856 M.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui etika pranikah menurut

Mangkunegara IV dalam Serat Warayagnya dan relevansinya dengan ajaran

Islam. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan dengan

merujuk kepada referensi yang dapat dipertanggungjawabkan.

Melalui penelitian yang penulis lakukan, diketahui etika pranikah yang

diajarkan oleh Mangkunegara IV tidak lepas dari pandangan orang Jawa yang

ingin mencapai keselarasan dan pemeliharaan ketertiban. Menjadikan moral dan

kasusilaan sebagai nilai utama dalam menjalani kehidupan di dalam keluarga dan

masyarakat yang mengatur tindak tanduknya sehari-hari. Serat Warayagnya juga

mengandung nilai-nilai ajaran Islam. Seperti keseimbangan dalam pengambilan

hak dan kewajiban antara suami-istri dan dalam memilih calon pasangan harus

hati-hati serta teliti, jangan sampai tergoda hanya karena dia cantik, kaya serta

berpangkat.

Meskipun dalam Serat Warayagnya lebih banyak berisi tuntunan bagi laki-

laki dalam memilih calon istri, yang menempatkan perempuan sebagai objek yang

dipilih daripada subjek yang memilih, ini tidak lain sesuai dengan tradisi

masyarakat waktu itu. Namun, bukan berarti hanya laki-laki saja yang berhak

menentukan pilihannya, perempuan pun juga berhak menentukan pilihannya.

Dengan kata lain perempuan berhak menolak permintaan laki-laki apabila ia tidak

menyukainya.

Page 6: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Ilahi Robbi yang telah menciptakan langit dan bumi

dalam enam masa serta memelihara keduanya. Karena pertolongan-Nya penulisan

skripsi ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam terhaturkan kepada insan

mulia, suri tauladan terbaik, Nabi Muhammad Shalallah „Alaihi wa Sallam dan

semoga kita senantiasa istiqomah mengikuti ajaran-ajarannya dan termasuk

golongan yang beruntung di hari akhir.

Skripsi dengan judul “Etika Pranikah Menurut Mangkunegara IV dalam

Serat Warayagnya” adalah dibuat untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk

mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak

yang telah membantu terlaksananya penulisan skripsi ini, diantaranya:

1. Rosmaria Sjafariah Widjajanti, S.S., M.Si. dan Drs. Ramlan A. Gani, M.A.,

selaku dosen pembimbing, yang telah dengan baik hati dan tulus ikhlas

membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Raden Mas (R.M.) Agus Wardani dan seluruh staff Perpustakaan Rekso

Pustoko Pura Mangkunegaran yang telah membantu dan memudahkan penulis

dalam mencari data demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Terkhusus

kepada Ibu Darweni yang telah menerjemahkan Serat Warayagnya dari

bahasa Jawa Kawi ke dalam bahasa Indonesia.

3. Dra. Tien Rohmatin, M.A., selaku Ketua Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam

beserta jajarannya yang telah dengan setia melayani penulis dalam mengurus

segala keperluan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Almarhum ayah tercinta, Abdul Karim, ibu terkece, Ayu Partin, dan adik

terbaik, Shoim Syahroni, yang selalu mendukung dan tidak pernah putus doa

keselamatan serta kesuksesan kepada penulis selama menempuh pendidikan di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ajeng Sarah, sosok yang telah menemani, menginspirasi dan memberi

dukungan moral selama penulisan skripsi, dan telah memberi asupan gizi pada

jiwa penulis sehingga menjadi tata, titi, tentrem kerta raharja.

6. Lia Nurrohmatin, sahabat pena penulis yang menjadi tempat bercerita dan

berkeluh kesah.

Page 7: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

iii

Page 8: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8

E. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 9

F. Metode Penelitian....................................................................................... 10

G. Sistematika Penulisan ................................................................................ 13

BAB II ETIKA PRANIKAH

A. Pengertian Etika ......................................................................................... 14

B. Pengertian Pranikah ................................................................................... 20

C. Pengertian Etika Pranikah .......................................................................... 25

BAB III MANGKUNEGARA IV DAN SERAT WARAYAGNYA

A. Biografi KGPAA Mangkunegara IV ......................................................... 29

B. Karya-Karya KGPAA Mangkunegara IV .................................................. 40

C. Serat Warayagnya ...................................................................................... 47

BAB IV ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV

DALAM SERAT WARAYAGNYA

A. Etika dalam Bingkai Keharmonisan .......................................................... 65

B. Nilai Kasusilaan dan Budaya ..................................................................... 68

C. Nilai Ajaran Islam ...................................................................................... 71

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................ 82

B. Saran-Saran ................................................................................................ 83

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 85

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 90

Page 9: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

v

PEDOMAN TRANSLITERASI

Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

tidak dilambangkan ا

b be ب

t te ت

ts te dan es ث

j je ج

ẖ h dengan garis bawah ح

kh ka dan ha خ

d de د

dz de dan zet ذ

r er ر

z zet ز

s es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis di bawah ص

ḏ de dengan garis di bawah ض

ṯ te dengan garis di bawah ط

ẕ zet dengan garis dibawah ظ

koma terbalik di atas hadap kanan ʹ ع

gh ge dan ha غ

f ef ف

q ki ق

k ka ك

l el ل

m em م

n en ن

w we و

h wa ھ

apostrof ء

y ye ي

Vokal Tunggal

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

a fatẖah َـ

i kasrah َـ

u ḏammah َـ

Page 10: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

vi

Vokal Rangkap

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي َـ ai a dan i

و َـ au a dan u

Vokal Panjang

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

â a dengan topi di atas آ

î i dengan topi di atas إى

û u dengan topi di atas أو

Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara arab dilambangkan dengan

huruf, yaitu ال, dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf

syamsiyyah maupun huruf qomariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-

dîwân bukan ad-dîwân.

Syaddah (Tasydȋd)

Syaddah atau tasdȋd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda (َـ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,

yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi,

hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak

setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata

.tidak ditulis aḏ-darûrah melainkan al-darûrah الضرورۃ

Ta Marbûṯah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada

kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf

/h/ (lihat contoh 1). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûṯah tersebut

diikuti oleh kata sifat (naʹt) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûṯah

tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi

huruf /t/ (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

ṯarîqah طريقة 1

al-jâmi’ah al-islâmiyyah الجامعة اإلسالمية 2

ودوحدۃالوج 3 waẖdat al-wujûd

Page 11: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan Kemenag, Muharam

Marzuki, bahwa angka perceraian di Indonesia mengalami peningkatan. Dari

sekitar 2 juta pasangan menikah, 15-20 persen di antaranya bercerai. Angka

perceraian yang diputus pengadilan tinggi agama seluruh Indonesia tahun

2014 mencapai 344.237, naik sekitar 100.000 kasus dibandingkan pada 2010

sebanyak 241.208 kasus. 1

Berikut data statistik nikah, talak dan cerai, serta

rujuk dari tahun 2012-20142:

Jumlah

2012 2013 2014

Nikah 2.289.648 2.210.046 2.110.776

Talak dan Cerai 297.841 324.527 344.237

Rujuk 11 4 63

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat perceraian di

Indonesia tergolong mengerikan. Jika ini dibiarkan dan angka perceraian terus

meningkat, maka akan hancur tatanan masyarakat dan negara. Keluarga

merupakan unit terkecil dari masyarakat dan negara. Jika unit-unit keluarga

1Bas, “Tren Cerai Gugat Masyarakat Muslim di Indonesia,” artikel diakses pada 07

November 2016 dari balitbangdiklat.kemenag.go.id 2 Tim Badan Pusat Statistik, “Nikah, Talak dan Cerai, serta Rujuk, 2012-2014,” artikel

diakses pada 03 Februari 2017 dari www.bps.go.id/linkTabelDinamis/view/id/893

Page 12: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

2

berkembang dengan baik, maka kehidupan masyarakat dan negara juga akan

berjalan dengan baik. Keluarga mempunyai peranan penting dalam

mewujudkan tatanan masyarakat dan bangsa yang berkualitas karena anak-

anak sebagai generasi masa depan tumbuh dan berkembang dari keluarga.

Disinilah keluarga menempati peran strategis sebagai pembangun generasi

bangsa.

Adapun penyebab terjadinya perceraian sangat beragam, seperti data di

bawah ini:3

No

Penyebab

Perceraian

2009

2010

2011

2012

2013

1

Tidak ada

keharmonisan

72.274

91.841

51.882

91.388

97.615

2

Tidak ada

tanggung jawab

61.128

78.407

42.701

81.227

81.266

3 Ekonomi 43.309 67.891 35.480 70.427 74.559

4

Gangguan pihak

ketiga

16.077

20.199

12.082

23.690

25.310

5

Cemburu

8.284

10.029

5.824

10.524

9.338

6

Krisis akhlak

6.486

7.641

4.217

8.537

10.649

7

Kawin paksa

2.064

2.185

1.140

2.071

3.380

8

KDRT

1.965

2.191

1.605

3.697

4.439

3 Prof. Dr. Abdul Jamil, MA, Bimas Islam dan Majlis Ta‟lim, paparan materi

dipresentasikan dalam Musyawarah Kerja Nasional Himpunan Daiyah dan Majlis Ta’lim Muslimat

NU (HIDMAT MNU), Jakarta, 31 Mei 2014.

Page 13: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

3

9

Poligami tidak

sehat

1.196

1.389

758

1.876

1.951

10

Cacat

biologis

865

678

440

737

1.247

11

Menyakiti

mental

587

560

432

1.108

1.491

12

Dihukum

459

418

143

392

714

13 Politis

402

334

327

423

2.094

14

Kawin di bawah

umur

384

550

184

432

600

15

Lain-lain

806

871

364

1.312

4.413

Jumlah

216.286

285.184

158.119

297.841

324.527

Data di atas menunjukkan beragam faktor yang menyebabkan

perceraian, kasus yang dominan adalah karena tidak ada keharmonisan dalam

keluarga dan tidak ada tanggung jawab. Oleh sebab itu perlu diberikan bekal

kepada calon pengantin bagaimana mewujudkan keharmonisan dalam

keluarga dan tanggung jawab suami istri dalam keluarga. Dengan bekal yang

memadai, diharapkan pasangan yang akan menikah siap untuk mengarungi

bahtera rumah tangga, siap menghadapi masalah yang mungkin terjadi serta

sudah siap dengan solusinya.

Pendidikan bagi calon pengantin merupakan upaya untuk

mempersiapkan individu yang akan melangsungkan pernikahan dan

membentuk keluarga, sehingga dapat mewujudkan keluarga yang harmonis,

Page 14: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

4

bahagia lahir dan batin, melahirkan generasi yang berkualitas dan bermartabat.

Menurut Undang-Undang Perkawinan (UUP) No. 1 Tahun 1974: Perkawinan

ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai

suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

dan kekal berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa.4 Dapat juga dikatakan

sebagai pertalian antara dua manusia pria dan wanita yang berisi persetujuan

hubungan dengan maksud bersama-sama menyelenggarakan kehidupan yang

lebih akrab menurut syarat-syarat dan hukum susila yang dibenarkan Tuhan

pencipta alam.5 Suami dan istri perlu untuk menjaga hubungan baik, berkasih

sayang dan menciptakan nuansa yang harmonis, yaitu dengan menciptakan

saling pengertian, saling menjaga, saling menghormati, dan saling

menghargai, serta saling memenuhi kebutuhan masing-masing.6 Apabila

sebuah rumah tangga dibangun bukan atas dasar kasih sayang, maka tidak

akan terwujud kebahagiaan.

Hal yang harus dihindari dalam kehidupan berumah tangga adalah

perceraian. Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan atau kehidupan

berumah tangga. Perceraian tidak sejalan dengan tujuan diadakannya

pernikahan, yaitu terbentuknya keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan

kekal. Masalah perceraian dalam rumah tangga adalah hal yang kerap terjadi

di masyarakat, dan menurut penulis perceraian menjadi masalah yang serius

4 Martiman Prodjohamidjojo, Hukum Perkawinan Indonesia (Jakarta: Indonesia Legal

Center Publising, 2012), h. 21. 5 H.S.M. Nasaruddin Latif, Ilmu Perkawinan Problematika Seputar Keluarga dan Rumah

Tangga (Bandung: Pustaka Hidayah, 2001), h. 13. 6 Harun Nasution, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran, (Bandung: Mizan, 1996), h.

434.

Page 15: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

5

dalam sebuah rumah tangga. Dampak perceraian bukan hanya melibatkan

kedua belah pihak, suami dan istri, tetapi juga anak-anak dan keluarga yang

bersangkutan. Secara umum, perceraian kerap terjadi dikarenakan pasangan

tersebut tidak siap menghadapi tantangan yang muncul dalam kehidupan

berumah tangga.7 Ketidaksiapan para pasangan disebabkan kurangnya

pengetahuan mereka tentang hidup pernikahan, yang sebenarnya memang

belum mereka jalankan. Pemahaman tentang pernikahan atau pendidikan

pranikah sangat diperlukan, sebab upaya menyelamatkan pernikahan

sebaiknya tidak dilakukan setelah hidup pernikahan itu berjalan, tetapi jauh

sebelum pernikahan itu terjadi. Alangkah baiknya bila setiap pasangan dengan

rasa tanggung jawab atas pilihan hidup yang diambil, mempersiapkan diri

sebaik-baiknya bagi hidup pernikahan mereka.

Mangkunegara IV (1811-1881 M.), seorang Raja dari keturunan

Mataram, telah menulis buku tentang pedoman pranikah. Karya

Mangkunegara IV tentang pra nikah ialah Serat8 Warayagnya. Ia juga menulis

Serat Darmalaksita yang berisi tentang ajaran menjadi suami istri yang baik

dalam kehidupan berumah tangga.9 Dalam Serat Warayagnya disebutkan dua

bekal utama dalam pernikahan yaitu: akal sehat dan berdasar hukum. Seperti

pada bait ke-2 dalam Serat Warayagnya berikut:

“Kakung putri ing reh palakrami // Sumawana kang sami

jajak // Tan wun têmbe pikramane // Marma tinalyeng wuwus

7 Widya Risnawaty, “Perlukah Pendidikan Pra Nikah?,” artikel diakses pada 25 Maret 2017

dari untar.ac.id/fp/perlukah-pendidikan-pranikah/?lang=id 8Istilah “Serat” berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti buku/kitab.

9 Wawancara Pribadi dengan Darweni, Surakarta, 31 Oktober 2016.

Page 16: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

6

// Wasitane mêngku pawastri // Ywa dumeh yen wong priya //

Misesa andhaku // Ring darbekireng wanodya // Palakrama

nalar lan kukum kang dadi // Yen tinggal têmah nistha.”

Terjemahannya:

“Bagi putra dan putri yang telah menghajatkan pedoman

berumah tangga // demikian pulan khususnya yang masih

bujangan // apabila kelak tiba saat perkawinannya //

janganlah asal berbicara saja (tentang nikah) // tetapi

perhatikan petunjuk bagaimana memperlakukan istri // jangan

hanya karena kamu laki-laki // lalu merasa berkuasa //

terhadap harta milik perempuan // berumah tangga itu yang

dijadikan pedoman ialah nalar (akal) yang sehat dan hukum

yang berlaku // jika keduanya ditinggalkan niscaya

mengakibatkan kenistaan.”

Apa yang disampaikan oleh Mangkunegara IV ini sangat rasional,

karena tidak ada orang yang akalnya sehat mau menikah dengan orang yang

tidak sehat akalnya. Mangkunegara IV menempatkan akal sehat sebagai syarat

pertama sebelum kedua mempelai menikah. Dalam khazanah Islam,

perbedaan manusia dengan hewan adalah pada akal. Sebagian filosuf muslim

mendefinisikan manusia sebagai al-ḥayawān al-nāṭiq (hewan yang berakal).

Apabila manusia tidak lagi menggunakan akalnya maka sesungguhnya dia

bukan manusia. Ajaran Mangkunegara IV ini sangat rasional. zaman era

globalisasi seperti saat ini, etika rasionalis sangat diperlukan. Gagasan-

gagasan etik lainnya tentang pranikah dalam Serat Warayagnya tampaknya

perlu dikaji lebih dalam.

Secara sosiologis Serat Warayagnya di daerah Jawa terutama di daerah

Solo, Sragen, Ngawi dan sekitarnya sering kali diudarakan lewat radio-radio

Page 17: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

7

lokal pada siang hari, waktu sore dan malam hari. Banyak dari mereka yang

mendengarkan tapi tidak mengerti arti dan maksud dari serat tersebut,

mengingat bahasa Jawa yang digunakan pada serat tersebut berbeda dengan

bahasa Jawa yang sekarang karena perbedaan waktu penggunaan yang

terlampau jauh. Perlu adanya kajian secara ilmiah mengenai serat ini agar

diketahui isi kandungannya. Dalam konteks inilah latar belakang

dilakukannya penulisan skripsi dengan judul “Etika Pranikah Menurut

Mangkunegara IV dalam Serat Warayagnya”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas maka penulis dalam melakukan

penelitian ini akan membatasi masalah agar dalam penelitian ini lebih terfokus

dan tidak melebar dari koridor penelitian yang penulis lakukan. Pembatasan

antara lain hanya terfokus pada Serat Warayagnya.

Adapun perumusan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana etika pranikah menurut Mangkunegara IV dalam Serat

Warayagnya?

2. Adakah relevansi antara etika pranikah menurut Mangkunegara IV dalam

Serat Warayagnya dengan ajaran dalam Islam?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada pertanyaan di atas, maka dapat dirumuskan tujuan dari

penelitian ini antara lain, adalah:

Page 18: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

8

1. Meneliti untuk mengetahui secara mendalam etika pranikah yang

diajarkan oleh Mangkunegara IV dalam Serat Warayagnya.

2. Meneliti untuk mengetahui relevansi antara etika pranikah menurut

Mangkunegara IV dalam Serat Warayagnya dengan ajaran dalam Islam.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dengan penulisan skripsi ini diharapkan akan bisa melengkapi dan

memperkaya khazanah pemikiran intelektual Jawa. Dalam skripsi ini

diungkapkan salah satu hasil pemikiran intelektual Jawa pada abad ke-19,

yaitu Serat Warayagnya karya Mangkunegara IV.

2. Manfaat Praktis

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberi manfaat praktis, antara

lain:

- Masyarakat umum dapat mengetahui bahwa Mangkunegara IV menulis

pedoman praktis persiapan putra-putri sebelum meniti kehidupan berumah

tangga.

- Setiap orang bisa menggunakan hasil tulisan ini untuk diterapkan dalam

mempersiapkan diri sebelum berumah tangga.

Page 19: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

9

E. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan hasil penelitian perpustakaan yang telah peneliti lakukan

terkait tentang judul “Etika Pranikah Menurut Mangkunegara IV dalam Serat

Warayagnya”, bahwa yang sejauh penulis lakukan belum ada yang menulis

dan mengkaji judul ini dalam bentuk skripsi dan hal serupa di Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Namun, penulis menemukan Skripsi yang ditulis oleh An Nisa Lestyana

pada tahun 2015 dengan judul “Etika Perkawinan Menurut Mangkunegaran

IV (dalam Serat Warayagnya dan Serat Darmalaksita). Diterbitkan di

Yogyakarta oleh Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogjakarta. Yang

banyak menjelaskan tentang pergaulan suami istri, pengelolaan harta gana-

gini dan non gana-gini, serta bagaimana mengelola rumah tangga agar

berjalan lancar dan cara menjaga kehormatan nama suami dan keluarga.

Di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), penulis menemukan

Tesis yang ditulis oleh Indraswari Pikatan pada tahun 2012 dengan judul

“Ajaran-Ajaran Berumah Tangga bagi Wanita Jawa dalam Serat Candrarini

Karya Ranggawarsita (Tinjauan Sosiologi Sastra)”. Diterbitkan di Surakarta

oleh Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dalam

pembahasannya banyak membahas tentang ajaran-ajaran berumah tangga yang

meliputi: merawat diri, mempertahankan rumah tangga, pemaaf, setia, ikhlas,

berbicara manis, rendah hati, merasa memiliki, berhias, berbakti kepada

mertua, dan wanita sebagai pendidik dalam keluarga.

Page 20: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

10

Penulis juga menemukan Disertasi oleh Mohammad Ardani dengan

judul “Konsep Sembah dan Budiluhur dalam Pemikiran Mangkunegara IV

Surakarta ditinjau dari Pandangan Islam (Studi mengenai Serat-Serat

Piwulang)” pada tahun 1989, yang kemudian oleh PT. Dana Bhakti

Primayasa, Yogyakarta, 1995, diterbitkan dalam bentuk buku dengan judul

“Al-Qur’an dan Sufisme Mangkunegara IV (Studi Serat-Serat Piwulang)”.

Membahas secara keseluruhan Serat Piwulang karya Mangkunegara IV, yang

berisi ajaran Tasawuf tentang sembah (Sembah Raga, Sembah Cipta, Sembah

Jiwa, dan Sembah Rasa), ajaran tentang budi luhur, serta prinsip-prinsip ibadat

dan akhlak dalam Islam.

Dari tinjauan kepustakaan sebagaimana tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa belum ditemukan kajian secara khusus dan mendalam

mengenai Serat Warayagnya karya Mangkunegara IV, dalam hal ini adalah

ajaran pranikah.

F. Metode Penelitian

Metodologi adalah cara seorang peneliti untuk melakukan penelitian,

yang digunakan untuk mencari jawaban atas rumusan masalah yang ada dalam

penelitian.10

Adapun langkah-langkah yang akan penulis lakukan adalah

sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

10

Jan Joker, dkk., Metodologi Penelitian: Panduan untuk Master dan Ph.D. di Bidang

Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h. 14.

Page 21: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

11

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan cara library

research. Library research atau studi kepustakaan adalah segala usaha

yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan

dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti.11

Informasi itu

dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-

karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-

ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik

tercetak maupun elektronik lain. Pengumpulan data terdiri dari data primer

dan data sekunder.

- Data Primer

Adalah data yang langsung dikumpulkan peneliti dari sumber

pertama atau pokok.12

Data primer yang penulis gunakan adalah

KGPAA Mangkunegara IV, Serat Piwulang Warna-Warni, Transkripsi

oleh Mulyadi Mulyo Hutomo dan Muhammad Husodo, (Solo: Rekso

Pustoko, 1980).

- Data Sekunder

Adalah data penunjang yang dapat digunakan untuk mendukung

atau menguatkan data primer, sehingga kebutuhan informasi terpenuhi.

Data primer ini meliputi buku, jurnal, majalah, koran dan lain-lain

yang dianggap relevan dengan pembahasan pada penelitian ini.

11

Basri MS, Metodologi Penelitian Sejarah (Pendekatan Teori dan Praktek) (Jakarta:

Restu Agung, 2016), h. 63. 12

Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Rajawali Press, 1997), h. 84-85.

Page 22: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

12

Diantaranya adalah karya Moh. Ardani yang berjudul Al-Qur‟an dan

Sufisme Mangkunegara IV (Studi Serat-Serat Piwulang) yang

diterbitkan pada tahun 1998.

2. Analisa Data

Metode yang digunakan dalam penelitian dalam pengolahan data

adalah deskriptif, historis, dan analisa. Deskriptif adalah pemaparan atau

penggambaran atas data yang telah diperoleh dengan kata-kata secara jelas

dan terperinci.13

Historis adalah menguraikan sejarah hidup tokoh, mulai

dari budaya sosial kehidupan, karakter, pemikiran, sehingga dapat

diketahui secara jelas tujuan dan latar belakang terciptanya sebuah karya

dari tokoh tersebut. Analisa adalah menyelidiki terhadap suatu peristiwa

baik berupa karangan, perbuatan maupun pemikiran untuk mengetahui

keadaan yang sebenarnya. Tujuan yang ingin dicapai adalah diketahui

maksud sebenarnya dari pemikiran yang ada dalam sebuah karya tokoh

tersebut, dalam hal ini adalah Mangkunegara IV.

3. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman

Akademik Program Strata 1 2013/2014 yang dikeluarkan oleh UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tahun 2013. Pada metode transliterasi, penulis

menggunakan buku pedoman yang digunakan oleh Jurnal Ilmu

Ushuluddin terbitan HIPIUS (Himpunan Peminat Ilmu-Ilmu Ushuluddin).

13

Soeharso, Aan Ratnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Semarang: Widya Karya,

2005), h. 37

Page 23: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

13

G. Sistematika Penulisan

Dalam skripsi ini, penulis membagi menjadi V Bab. Bab 1 adalah

Pendahuluan. Pendahuluan ini berisi gambaran umum tentang yang

melatarbelakangi ditulisnya skripsi ini. Yang bertujuan untuk menunjukkan

alasan mengapa pentingnya ditulisnya skripsi ini.

Bagian berikutnya adalah Bab II, Etika Pranikah. Bagian ini berisikan

pengertian umum tentang etika, pranikah dan etika pranikah. Yang bertujuan

untuk menunjukkan secara umum pengertian etika, pranikah, dan etika

pranikah.

Bagian berikutnya adalah Bab III, KGPAA Mangkunegara IV dan Serat

Warayagnya. Bagian ini berisi latar belakang kehidupan Mangkunegara IV,

baik secara sosial budaya lingkungan tempat ia tinggal, karakter,

pemikirannya, dan hubungannya dengan Serat warayagnya. Bertujuan untuk

mengetahui latarbelakang terbentuknya pemikiran Mangkunegara IV yang

tertuang dalam karya-karyanya, terutama dalam Serat warayagnya.

Bagian selanjutnya adalah Bab IV, Hasil Kajian Etika Pranikah KGPAA

Mangkunegara IV dalam Serat Warayagnya. Bagian ini berisi analisis secara

menyeluruh terhadap teks untuk mengetahui makna secara bahasa dan maksud

tujuan dari tokoh pembuat teks tersebut dan nilai-nilai apa saja yang

terkandung di dalamnya.

Bagian terakhir adalah Bab V, Penutup. Berisi kesimpulan yang

merupakan jawaban dalam permasalahan tulisan. Bagian ini bertujuan untuk

Page 24: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

14

memberikan indikasi keberhasilan atau tidak berhasilnya penulis dalam

menjawab rumusan masalah.

Page 25: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

14

BAB II

ETIKA PRANIKAH

A. Pengertian Etika

Menurut bahasa (etimologi) istilah etika berasal dari bahasa Yunani,

yaitu ethos yang berarti adat-istiadat (kebiasaan), perasaan batin,

kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan.14

Dalam Bahasa Indonesia

kata ethos sendiri banyak digunakan, seperti dalam kombinasi etos kerja, etos

profesi, etos imajinasi, etos dedikasi, etos kinerja, dan lain-lain.15

Etika

termasuk dalam ilmu pengetahuan tentang asas-asas tingkah laku yang berarti

juga:

1. Ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk, tentang hak-hak dan

kewajiban.

2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan tingkah laku manusia.

3. Nilai mengenai benar-salah, halal-haram, sah-batal, baik-buruk dan

kebiasaan-kebiasaan yang dianut suatu golongan masyarakat.

Etika bisa didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang segala

soal kebaikan dalam hidup manusia semuanya, mengenai gerak-gerik pikiran

dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan perasaan sampai mengenai

14

Yatimin Abdullah, Pengantar Studi Etika (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), h. 4. 15

Yatimin Abdullah, Pengantar Studi Etika, h. 6.

Page 26: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

15

tujuannya yang dapat merupakan perbuatan.16

Etika menggunakan refleksi dan

metode pada tugas manusia untuk menemukan nilai-nilai itu sendiri ke dalam

etika dan menerapkan pada situasi kehidupan konkret. Etika tidak hanya

membahas kebiasaan semata-mata yang berdasarkan tata adab, melainkan

membahas tata sifat dasar, atau adat-istiadat yang terkait tentang baik dan

buruk dalam tingkah laku manusia. Miskawaih dalam karyanya Tahdzid Al-

Akhlāq mencoba menunjukkan bagaimana kita dapat memperoleh watak-

watak yang lurus untuk menjalankan tindakan-tindakan yang secara moral

benar secara terorganisir dan tersistem. Kebajikan muncul sebagai

kesempurnaan aspek jiwa yang menggambarkan esensi kemanusiaan, yakni

akal yang membedakan manusia dengan bentuk-bentuk eksistensi lainnya.

Kebaikan manusia meningkat selama mengembangkan dan memperluas

kemampuan yang dimiliki untuk mengasah dan menerapkan akal pada

kehidupan sehari-hari.17

Menurut K. Bertens etika mempunyai tiga cakupan18

,

yaitu:

1. Etika adalah nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan

bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

Dalam hal ini etika tidak dimaksudkan “ilmu”, melainkan bisa dirumuskan

juga sebagai “sistem nilai”. Sistem nilai ini bisa berfungsi dalam hidup

manusia perorangan maupun pada taraf sosial. Misalnya, “etika suku-suku

Indian”, “etika agama Budha”, “etika suku Jawa”, dan lain-lain.

16

Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat, (Yogjakarta: Kanisius, Pus Wilayah, 1996), h.

62. 17

Oliver Leaman, Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam (Bandung: Mizan, 2003), h. 313. 18

K. Bertens, Etika (Yogjakarta: Penerbit Kanisius, 2013), h. 5.

Page 27: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

16

2. Etika adalah kumpulan asas atau nilai moral, atau bisa disebut dengan

kode etik. Misalnya pada periode pemerintahan 2004-2009, DPR pernah

mempersiapkan RUU Etika Penyelenggaraan Negara. Di sini “etika” pasti

dipakai juga dalam arti kode etik.

3. Etika adalah ilmu tentang baik dan buruk. Etika baru menjadi ilmu, bila

keyakinan-keyakinan etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap

baik dan buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat menjadi

bahan refleksi kritis bagi suatu penelitian sistematis dan metodis. Etika

sebagai ilmu dapat membantu juga untuk menyusun kode etik. Etika

dalam arti ketiga ini sering disebut “filsafat moral”.

Etika seringkali dikaitkan dengan filsafat moral, yaitu membahas

moralitas manusia secara kefilsafatan.19

Etika dan moral sama artinya, tetapi

dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau Moralitas

dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk

pengkajian sistem nilai-nilai yang ada.20

Kita mengatakan, misalnya, bahwa

perbuatan seseorang itu tidak bermoral. Dengan itu dimaksud, kita

menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis

yang berlaku dalam masyarakat, atau kita mengatakan bahwa kelompok

pemakai narkotika mempunyai moral yang buruk, artinya, mereka berpegang

pada nilai dan norma yang tidak baik.

19

Rosmaria Sjafariah Widjajanti, Etika (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2008),

h. 20. 20

Ahmad Charris Zubair, Kuliah Etika (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995), h. 13.

Page 28: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

17

Menurut istilah (terminologi) para ahli berbeda-beda pendapat mengenai

definisi etika yang sesungguhnya. Masing-masing mempunyai pandangan

sebagai berikut:

1. Ahmad Amin mengartikan etika sebagai ilmu yang menjelaskan arti baik

dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia,

menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan

mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya

diperbuat.21

2. Asmaran AS mengartikan etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah

laku manusia untuk menentukan nilai-nilai perbuatan tersebut baik atau

buruk, sedangkan ukuran untuk menetapkan nilainya adalah akal pikiran

manusia.22

3. H. Devos mengartikan etika sebagai ilmu pengetahuan mengenai

kesusilaan secara ilmiah.23

4. M. Amin Abdullah mengartikan etika sebagai ilmu yang mempelajari

tentang baik dan buruk. Jadi, bisa dikatakan etika berfungsi sebagai teori

perbuatan baik dan buruk (ethics atau „ilm al-akhlāq al-karīmah),

praktiknya dapat dilakukan dalam disiplin filsafat.24

21

Ahmad Amin, Etika (Imu Akhlak), Terj. KH Farid Ma’ruf, judul asli Al-Akhlaq, Cet. 3,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1983), h. 3. 22

Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1992), h. 7. 23

H. Devos, Pengantar Etika, (Yogjakarta: Tirta Warna, 1997), h. 4. 24

M. Amin Abdullah, Filsafat Etika Islam, (Bandung: Mizan, 2002), h. 15.

Page 29: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

18

5. Poedjawijatna mengertikan etika sebagai ilmu yang mencari kebenaran. Ia

mencari keterangan benar yang sedalam-dalamnya. Tugas etika adalah

mencari ukuran baik buruknya tingkah laku manusia.25

Etika membicarakan tentang perbuatan manusia, mengenai baik dan

buruk suatu perbuatan manusia dengan pertimbangan akal pikiran. Perbuatan

manusia dinilai oleh orang lain berdasarkan atas tindakan yang

dilakukannya.26

Tindakan ini bisa nilai ketika keluar dari diri manusia secara

sadar atas pilihannya.27

Inilah yang disebut pilihan sadar seorang manusia.

Etika menaruh perhatian pada pembicaraan mengenai prinsip pembenaran

tentang keputusan yang telah ada. Etika menyelidiki segala perbuatan manusia

menetapkan hukum baik atau buruk. Akan tetapi, bukanlah semua perbuatan

itu dapat diberi hokum, perbuatan manusia ada yang timbul bukan karena

kehendak (bernafas, bersin, dan lain-lain) dan ini bukan persoalan etika dan

tidak dapat memberi hukum pokok persoalan etika. Etika pada hakikatnya

mengamati realitas sifat, sikap, tingkah laku, dan perbuatan manusia secara

kritis. Etika tidak memberikan ajaran ataupun ideologi, melainkan memeriksa,

merefleksi, mengevaluasi, dan menganalisa kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai,

norma-norma, dan pandangan-pandangan moral secara kritis.

Etika menuntut agar ajaran-ajaran moral dapat dipelajari dan dihayati

oleh setiap manusia, kemudian dapat dilaksanakan dalam kehidupannya secara

25

Rosyadi Ruslan, Etika Kehumanan (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004), h. 32. 26

Rosmaria Sjafariah Widjajanti, Etika, h. 33. 27

Poedjawiyatna, Etika Filsafat Tingkah Laku (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2003), h.

13.

Page 30: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

19

nyata, dan dipertanggungjawabkan di hadapan dirinya, orang lain, alam

semesta, dan Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, etika dengan metode

pendekatan kritisnya, berusaha untuk menjernihkan persoalan-persoalan moral

secara benar dan proporsional. Etika dipandang selain menunjukkan sikap

lahiriah seseorang, juga meliputi kaidah-kaidah dan motif-motif perbuatan

seseorang itu.28

Etika adalah ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan

keburukan di dalam hidup manusia semuanya, terutama yang mengenai gerak

gerik pikiran dan rasa yang merupakan pertimbangan dan perasaan sampai

mengenai tujuannya dalam melakukan perbuatan. Moral adalah suatu tindakan

yang sesuai dengan ukuran tindakan yang umum diterima oleh kesatuan sosial

atau lingkungan tertentu. Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang

menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa

memerlukan pertimbangan dan pemikiran.29

Yang menjadi sumber akhlak

adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan tercela kalau

dalam Islam adalah Al-Qur’an dan sunah. Apabila dalam etika untuk

menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk tolak ukur yang

digunakan atau sumbernya adalah akal pikiran atau rasio (filsafat), sedangkan

dalam pembicaraan moral tolak ukur yang digunakan adalah norma-norma

yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat.

Etika, moral, dan akhlak dilihat dari fungsi dan peranannya dapat

dikatakan sebagai penentu hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang

dilakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya. Objek dari etika, moral,

28

Yatimin Abdullah, Pengantar Studi Etika, h. 13. 29

Oemar Bakri, Akhlak Muslim (Bandung: Angkasa, 1981), h. 23.

Page 31: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

20

akhlak, dan adat istiadat yaitu perbuatan manusia, ukurannya adalah baik dan

buruk.

B. Pengertian Pranikah

Pranikah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan

dengan sebelum menikah,30

Yang cakupannya saat dia pacaran, melamar,

bertunangan dan saat-saat sebelum melangsungkan pernikahan. Pernikahan

sendiri merupakan awal terbentuknya sebuah keluarga yang merupakan unit

terkecil dari masyarakat dan negara. Apabila unit-unit keluarga berkembang

baik, maka kehidupan masyarakat dan negara juga akan berjalan dengan baik.

Keluarga mempunyai peran penting dalam mewujudkan tatanan masyarakat

dan bangsa yang berkualitas, karena anak-anak sebagai generasi masa depan

tumbuh dan berkembang mulai dari keluarga. Disinilah keluarga menempati

peran strategis untuk menyemai generasi bangsa. Mengingat begitu besar dan

strategisnya peran keluarga, maka sudah semestinya calon pengantin yang

akan membangun keluarga menyiapkan diri dengan berbagai bekal yang

memadai.31

Pendidikan bagi calon pengantin merupakan upaya untuk

mempersiapkan individu yang akan melangsungkan pernikahan dan

membentuk keluarga, sehingga dapat mewujudkan keluarga yang harmonis,

bahagia lahir bathin, melahirkan generasi yang berkualitas dan bermartabat.

Menurut Widya Risnawaty, Pakar Psikologi Klinis Dewasa, pranikah

merupakan suatu bentuk pendidikan bagi para pasangan yang akan menikah

30

“Arti Kata Pranikah”, diakses pada 19 Juli 2017 dari kbbi.web.id/pranikah 31

Suririn dan Moh Muslim, “Pendidikan bagi Calon Pengantin,” Jurnal Bimas Islam, vol. 7

no. 2 (Jakarta, 2014): h. 224.

Page 32: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

21

dengan tujuan untuk mempersiapkan pasangan dalam memasuki hidup

pernikahan.32

Pranikah adalah pemberian bekal pengetahuan, pemahaman,

keterampilan, dan penumbuhan kesadaran kepada usia nikah dan calon

pengantin tentang kehidupan rumah tangga dan keluarga. Pranikah merupakan

hal yang sangat penting dan bersifat vital sebagai bekal bagi kedua calon

pasangan untuk memahami secara substansial seluk beluk kehidupan keluarga

rumah tangga, apalagi kedua calon tersebut masih remaja dan baru-baru

mencapai puncak yang dinamakan pubertas. Pranikah merupakan suatu bentuk

proses pendidikan yang memiliki cakupan yang sangat luas dan memiliki

makna yang sangat strategis dalam rangka pembangunan masyarakat dan

bangsa Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dengan adanya pranikah ini maka para calon pengantin bisa belajar,

bagaimana cara untuk mengarungi atau menempuh sebuah rumah tangga. Ada

beberapa persiapan khusus bagi calon pengantin, di antaranya:

1. Persiapan Fisik

Pertumbuhan jasmani dalam fase kehidupan manusia akan

mengalami perkembangan yang sangat signifikan ketika memasuki usia

remaja, karena pada usia sudah mulai tumbuh dan berfungsi organ

reproduksinya. Pertumbuhan fisik akan semakin kuat saat mengakhiri usia

remaja, dan semakin matang ketika memasuki fase dewasa. Faktor usia

menjadi prasyarat dalam melangsungkan pernikahan yang salah satu

32

Widya Risnawaty, “Perlukah Pendidikan Pra Nikah?,” artikel diakses pada 25 Maret

2017 dari untar.ac.id/fp/perlukah-pendidikan-pranikah/?lang=id

Page 33: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

22

tujuannya adalah melanjutkan generasi penerus. Di Indonesia menerapkan

bahwa batasan minimal usia menikah adalah 19 tahun untuk laki-laki dan

16 tahun untuk perempuan.33

Namun demikian, usia ideal untuk laki-laki

antara usia 25-30 tahun dan perempuan antara usia 20-25 tahun. Ini adalah

usia ideal, di mana usia calon pengantin sudah cukup dewasa. Sangat

beralasan ketika Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

(BKBN) membagi tiga fase terkait upaya mewujudkan generasi yang

berkualitas dengan 3 hal:

a. Menunda perkawinan dan kehamilan di bawah usia 20 tahun.

b. Masa menjarangkan kehamilan pada usia 20-35 tahun.

c. Masa mencegah kehamilan di atas usia 35 tahun. 34

Tidak hanya kesiapan fisik yang dibutuhkan, akan tetapi juga perlu

memahami fungsi dan peran reproduksi, khususnya kesehatan reproduksi

perempuan, karena dapat mempengaruhi keturunan yang akan melanjutkan

generasi ke depan. Dengan demikian pendidikan kesehatan reproduksi

bagi calon pengantin menjadi wajib diberikan.

2. Persiapan Mental

33

Ahmad Tholabi Kharrlie, Hukum Keluarga Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h.

202. 34

Adzlan, “Pendewasaan Usia Perkawinan,” artikel diakses pada 05 Juni 2017 dari

http://lampung.bkkbn.go.id/_layouts/mobile/dispform.aspx?

Page 34: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

23

Untuk mewujudkan keluarga yang harmonis, tenteram dan bahagia,

perlu persiapan mental, antara lain:35

seiman; adanya pemahaman yang

sama tentang tujuan pernikahan; bekal pengetahuan dan wawasan yang

seimbang; dan mempunyai bekal ilmu parenting.

3. Persiapan Sosial dan Ekonomi

Selain persiapan fisik dan mental (psikis), maka harus pula

dipersiapkan secara sosial dan ekonomi. Diantara persiapan dalam lingkup

sosial dan ekonomi adalah:36

a. Latar belakang sosial keluarga. Latar belakang keluarga dapat dilihat

dari pendidikan dalam rumah, bukan pendidikan di sekolah, hal ini

dikarenakan untuk mengetahui kebiasaan calon pasangan ketika telah

menjadi pasangannya kelak.

b. Latar belakang budaya.

c. Pergaulan. Dengan mengetahui lingkungan, teman pergaulan dan

aktivitas memudahkan calon suami dan istri beradaptasi dengan

anggota keluarga kedua belah pihak, tetangga, masyarakat dan

lingkungan.

d. Calon suami dan istri sebaiknya telah mandiri secara ekonomi dan ulet

dalam mencari nafkah.

35

Suririn dan Moh Muslim, “Pendidikan bagi Calon Pengantin,” h. 233-234. 36

Suririn dan Moh Muslim, “Pendidikan bagi Calon Pengantin,” h. 234.

Page 35: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

24

e. Mempunyai keterampilan. Calon pasangan suami istri perlu

mempunyai keterampilan, diantaranya: memasak; menjahit; mengurus

rumah tangga; membersihkan dan memperbaiki kerusakan peralatan

dan barang-barang.

Adapun dalam perundang-undangan perkawinan Indonesia ditemukan

tiga kategori hak dan kewajiban suami dan istri,37

yakni: (1) hak dan

kewajiban bersama, (2) kewajiban-kewajiban suami, dan (3) kewajiban-

kewajiban istri. Adapun yang masuk kategori atau kelompok kewajiban

bersama adalah, (1) sama-sama wajib menegakkan rumah tangga dan

mengenai hal-hal yang penting dalam rumah tangga diputuskan bersama oleh

suami dan istri. (2) Sama-sama mempunyai hak dan kedudukan yang

seimbang dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan dalam masyarakat.

(3) Sama-sama berhak melakukan perbuatan hukum. (4) Bermusyawarah

bersama dalam menentukan tempat tinggal (rumah). (5) Wajib saling

mencintai, menghormati, dan seling membantu. (6) Sama-sama mempunyai

hak gugat apabila salah satu melalaikan kewajibannya. (7) Harta yang

diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama. (8) Masing-masing

berhak untuk menguasai dan menggunakan harta bawaan, hadiah, dan warisan

masing-masing. (9) Harus persetujuan bersama untuk menggunakan harta

bersama, dan kalau terjadi perceraian, harta bersama diatur menurut hukum

masing-masing. (10) Keduanya harus memiliki tempat kediaman yang tetap.

Dengan adanya pranikah maka diharapkan semua ini dapat dipahami secara

37

Khoiruddin Nasution, Hukum Perkawinan I (Yogjakarta: ACAdeMIA & Tazzafa, 2005),

h. 277.

Page 36: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

25

baik dan benar oleh setiap mereka yang akan menempuh kehidupan berumah

tangga. Saat seseorang mencari pasangan, ia harus menyadari bahwa tidak ada

seseorang yang sempurna, setiap orang pasti memiliki kesalahan dan

kelemahan. Indahnya pernikahan justru di saat menemukan suami atau istri

yang dapat menjadi teman dalam pencarian spiritual, mitra membangun hidup

dan pelipur, meskipun dia mempunyai kelemahan.38

Untuk itu konseling

pernikahan atau pendidikan pranikah dirasa penting untuk memberi

pemahaman ini.

Pendidikan pranikah merupakan upaya untuk mempersiapkan diri

seseorang yang ingin membangun rumah tangga. Sehingga dapat mewujudkan

keluarga yang harmonis, bahagia lahir batin, melahirkan generasi yang

berkualitas dan bermartabat.

C. Pengertian Etika Pranikah

Etika merupakan ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia

dalam soal kebaikan dalam hidupnya, mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa

yang dapat merupakan pertimbangan perasaan sampai mengenai tujuan

perbuatannya.39

Pranikah merupakan suatu bentuk pendidikan bagi mereka

yang akan menempuh kehidupan berumah tangga dengan tujuan untuk

mempersiapkan diri dalam memasuki hidup pernikahan.40

Maka penulis

menyimpulkan etika pranikah adalah adat istiadat atau ajaran moral yang

38

Sofyan S. Wilis, Konseling Keluarga (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 165. 39

Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat, h. 62. 40

Widya Risnawaty, “Perlukah Pendidikan Pra Nikah?,” diakses pada 25 Maret 2017 dari

untar.ac.id/fp/perlukah-pendidikan-pranikah/?lang=id

Page 37: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

26

berlaku di masayarakat tempat ia tinggal yang baiknya dilakukan oleh mereka

yang akan menempuh kehidupan berumah tangga.

Dengan adanya etika pranikah ini diharapkan terwujudnya tujuan dari

pernikahan itu sendiri, yaitu terbentuknya keluarga (rumah tangga) yang

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.41

Tidak mudah

untuk mendefinisikan keluarga bahagia, sebagaimana menyamakan keluarga

bahagia dengan keluarga harmonis. Secara umum keluarga bahagia diartikan

dengan keluarga yang sakīnah mawaddah wa raḥma wa maṣlaḥah, yang

merupakan tujuan perkawinan. Perkawinan merupakan langkah awal untuk

membentuk sebuah keluarga. Oleh karenanya pembahasan tentang perkawinan

tidak akan lepas dari pembahasan mengenai keluarga.42

Fakta dalam satu

keluarga hampir pasti adanya sebuah konflik antara suami dan istri maupun

orang tua dan anak. Dengan adanya konflik tersebut kondisi rumah tangga

akan goyah dan mengalami guncangan. Suasana rumah tangga yang guncang

ada yang bisa pulih dan normal kembali karena kedua suami istri telah siap

menghadapi problematika hidup, sehingga menemukan solusinya. Namun

tidak jarang dijumpai pasangan suami istri yang tidak siap menghadapi konflik

dalam rumah tangga dan menemui jalan buntu, hingga akhirnya berujung pada

perceraian. Oleh sebab itu perlu adanya pemahaman dari para calon pengantin

mengenai etika pranikah agar nantinya dapat mewujudkan keharmonisan

dalam keluarga serta memahami tanggungjawab sebagai suami istri dalam

keluarga. Dengan etika pranikah para calon pengantin diharapkan akan siap

41

Martiman Prodjohamidjojo, Hukum Perkawinan Indonesia, h. 21. 42

Martiman Prodjohamidjojo, Hukum Perkawinan Indonesia, h. 24.

Page 38: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

27

untuk mengarungi bahtera rumah tangga, siap menghadapi masalah yang

mungkin terjadi serta sudah siap dengan solusinya.

Mangkunegara IV menjelaskan dalam Serat Warayagnya agar sebelum

kita menempuh kehidupan berumah tangga hendaknya tidak meninggalkan

petunjuk dalam memilih calon istri. Lebih jauh lagi ia menjelaskan syarat-

syarat apa saja yang harus dimiliki dalam sebuah pernikahan, yaitu akal sehat

dan berdasar hukum. Ia menilai siapa yang meninggalkan petunjuk ini

pernikahannya menjadi hina atau tidak akan bahagia.43

“Kakung putri ing reh palakrami // Sumawana kang sami

jajak // Tan wun têmbe pikramane // Marma tinalyeng wuwus

// Wasitane mêngku pawastri // Ywa dumeh yen wong priya //

Misesa andhaku // Ring darbekireng wanodya // Palakrama

nalar lan kukum kang dadi // Yen tinggal têmah nistha.”

Terjemahannya:

“Bagi putra dan putri yang telah menghajatkan pedoman

berumah tangga // demikian pulan khususnya yang masih

bujangan // apabila kelak tiba saat perkawinannya //

janganlah asal berbicara saja (tentang nikah) // tetapi

perhatikan petunjuk bagaimana memperlakukan istri //

jangan hanya karena kamu laki-laki // lalu merasa berkuasa //

terhadap harta milik perempuan // berumah tangga itu yang

dijadikan pedoman ialah nalar (akal) yang sehat dan hukum

yang berlaku // jika keduanya ditinggalkan niscaya

mengakibatkan kenistaan.”

Peran etika pranikah juga dapat memberi pengetahuan kepada seorang

yang nantinya akan menjadi calon orang tua yang sebagai peran utama dalam

43

Moh. Ardani, Al-Qur‟an dan Sufisme Mangkunegara IV (Studi Serat-Serat Piwulang),

(Yogjakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), h. 201.

Page 39: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

28

keluarga dalam mendidik anaknya. Banyak kita lihat pada sekarang ini terjadi

kekerasan terhadap anak. Menurut data Komisi Perlindungan Anak Indonesia

(KPAI) menunjukkan bahwa setiap tahunnya kekerasan terhadap anak di

dalam rumah tangga terus meningkat. Pada tahun 2012 terdapat 3.332 laporan

kasus, dengan 60% diantaranya merupakan kekerasan seksual kepada anak-

anak yang dilakukan oleh orang dewasa atau orang-orang yang terdekat

kepada anaknya. Sementara pada tahun 2013 dari bulan Januari sampai Maret

telah tercatat 919 kasus pengaduan tindak kekerasan pada anak.44

Dengan

adanya etika pranikah ini salah satunya diharapkan calon mempelai yang akan

membangun rumah tangga bisa mendidik anaknya dengan baik sebagaimana

yang telah mereka pelajari mengenai cara mendidik anak yang baik di dalam

sebuah keluarga.

44

Suririn dan Moh Muslim, “Pendidikan bagi Calon Pengantin,” Jurnal Bimas Islam, vol. 7

no. 2 (Jakarta, 2014): h. 230.

Page 40: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

29

BAB III

MANGKUNEGARA IV DAN SERAT WARAYAGNYA

A. Biografi KGPAA Mangkunegara IV

Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara IV lahir

pada pukul 11 malam hari Minggu Legi tanggal 1 Sapar tahun Jimakir 1736

windu Sancaya atau 3 Maret 1811 Masehi di kediaman Hadiwijayan,

Kartasura. Lahir dari orang tua yang bernama Kanjeng Pangeran Harya

Hadiwijaya I (ayah) dan Raden Ajeng Sekeli (Ibu). Ia merupakan anak ke-7

atau anak laki-laki ke-3. Dari pihak ayah ia merupakan cucu dari Bendara

Raden Mas Tumenggung Harya Kusumadiningrat, cicit (buyut) dari Kanjeng

Pangeran Harya (KPH) Hadiwijaya yang terkenal dengan sebutan Hadiwijaya

Seda Kaliabu (Hadiwijaya yang gugur di Kaliabu) saat melawan Kompeni

Belanda atau VOC. Dari pihak ibu ia merupakan cucu dari KGPAA

Mangkunegara II, cicit (buyut) dari KGPAA Mangkunegara I yang terkenal

dengan sebutan Raden Mas Said atau Pangeran Samber Nyawa, yang

merupakan sebutan karena ketangkasannya dalam perang. Mangkunegara IV

saat kecil mempunyai nama Sudira.45

Sudira lahir dan besar di keluarga

bangsawan Jawa.

Sudira ketika masih bayi telah diangkat menjadi putra angkat kakeknya

yaitu Mangkunegara II. Pada masa kecilnya ia tidak mendapat pendidikan

dalam bentuk formal, karena pada waktu itu di Surakarta belum ada sistem

45

Anjar Any, Menyingkap Serat Wadatama (Semarang: Aneka Ilmu, 1986), h. 83.

Page 41: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

30

pendidikan formal. Ia mendapat didikan secara langsung dari Mangkunegara

II dan selain itu juga ia diberikan pendidikan secara privat dengan cara

mendatangkan guru-guru untuk memberikan pelajaran secara pribadi di Pura

Mangkunegaran.46

Namun, bangsawan Jawa di Surakarta pada waktu itu

belum dapat dikatakan mendapat pendidikan dan pengajaran dalam arti

modern. Pendidikan dan pengajaran pada masa itu bagi bangsawan Jawa

adalah dijalankan dengan caranya sendiri. Tujuan akhir dari pengajaran yang

diberikan tidak mutlak untuk memasukkan berbagai ilmu dan pengetahuan,

akan tetapi tujuan utamanya adalah untuk jalan peningkatan dan

pengembangan kepribadian.47

Dapat dikatakan apabila pendidikan dan

pengajaran pada waktu itu dilaksanakan dengan lebih banyak membaca dan

merenungi cerita dari sejarah Jawa dan pewayangan Jawa.

Sudira juga mendapat didikan dari orang-orang Belanda yang

didatangkan oleh Mangkunegara II. Di antara orang-orang Belanda itu adalah

J. C. F. Dr. Gericke dan C. F. Winter. Mangkunegara II juga sering mengajari

cucunya tentang ilmu kanuragan (kebatinan), sebagai usaha untuk

menyempurnakan pendidikan dan pengajaran yang diberikan oleh guru-guru

yang didatangkan. Pendidikan dan pengajaran yang langsung dalam

pengawasan Mangkunegara II dilakukan sampai ia berumur 10 tahun.

Pelajaran yang diberikan antara lain menulis, membaca, bahasa, berbagai

cabang kesenian dan kebudayaan serta ilmu pengetahuan lainnya.

46

Serat Wadhatama, (Surakarta: Yayasan Mangadeg Surakarta, 1975), h. 74. 47

Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara IV Sebagai Penguasa dan Pujangga,

(Semarang: Aneka Ilmu, 2006), h. 78.

Page 42: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

31

Setelah umur 10 ia diserahkan kepada Sarengat atau Pangeran Rio yang

kelak akan menjadi Mangkunegara III. Selama 5 tahun ia tekun belajar

dibawah bimbingan Pangeran Rio. Mendidik dengan cara dititipkan sebagai

keluarga kerabat yang telah menjadi priyayi tingkat tinggi merupakan strategi

untuk memperoleh kesempatan memasuki birokrasi kepegawaian. Pola ini

merupakan tradisi pendidikan pada semua tingkat sosial bagi masyarakat

Jawa. Langkah tersebut menempuh tiga proses sebagai jenjang pendidikan

yang menyatu dalam pola kekeluargaan priyayi.48

Pertama adalah ngenger

atau nyuwita (mengabdi), kedua dengan magang atau membantu dan ketiga

adalah kinula wasida atau diwisuda untuk menduduki suatu jabatan atau naik

pangkat.

Pada masa mudanya ia sangat tertarik kepada pelajaran agama, lalu ia

berguru kepada para ulama sampai mengenai aturan ibadah haji. Dalam hal ini

ia didorong oleh perasaan cemas tentang kehidupan pada hari akhir kelak.

Namun, belum cukup sempurna menuntut pelajaran agama, ia telah dipanggil

untuk menerima tugas mengabdi kepada pemerintah. Seperti pengakuannya

sendiri dalam Serat Wedhatama pupuh Sinom bait ke-12, yaitu:

“Saking duk maksih taruma // Sadhela wus angklakoni //

Aberag marang agama // Maguru anggering kaji // Sawadine

tyas mami // Banget wedine ing besuk // Pranata ngakir

jaman // Tan tutug kaselak ngabdi // Nora kober sembahyang

gya tinimbalan.”

48

Daryono, Etos Dagang Orang Jawa Pengalaman Raja Mangkunegara IV, (Yogjakarta:

Pustaka Pelajar, 2007), h. 38.

Page 43: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

32

Terjemahannya:

“Sejak masih muda // Sebentar telah mengalami //

Mempelajari agama // Berguru menurut aturan haji //

Sebenarnya rahasia hatiku // Sangat takut kelak kemudian //

Aturan di akhir zaman // Belum sampai mengabdikan diri //

Tak sempat sembahyang segera dipanggil.”49

Pada usia 15 tahun ia mengikuti pendidikan militer dan menjadi taruna

infantri legium Mangkunegaran. Khusus untuk para bangsawan pendidikan ini

hanya berlangsung selama 1 tahun. Pada tahun 1826 ia diangkat menjadi

perwira baru dengan pangkat Letnan. Saat terjadi perang antara Kompeni

Belanda melawan Pangeran Diponegara dalam perang Jawa (1825-1830 M)

legium Mangkunegaran terlibat aktif membantu Pemerintah Belanda. Sudira

dalam perang ini menunjukkan kecakapannya dan beberapa kali kompi yang

dipimpinnya memperoleh kemenangan. Pada tahun 1828 ia dinaikkan

pangkatnya dari Letnan menjadi Kapten Infantri. Setelah kakaknya, Raden

Mas (RM) Soebekti dipromosikan menjadi Mayor, ia ditugaskan sebagai

komandan perang untuk mempertahankan benteng Gombong, Klaten.50

Sudira

sangat gigih dan bertanggungjawab dalam setiap tugasnya.

Seusai perang Jawa pada tahun 1831, ia kembali ke Surakarta dan

menikah dengan putri Kanjeng Pangeran Harya (KPH) Suryamataram dan

mendapat sebutan baru Raden Mas Harya (RHM) Gandakusuma. Karena

memiliki kecakapan dan bobot kepemimpinan ia diangkat menjadi pembantu

dekat Mangkunegara III, dimulai dengan menjadi Pepatih Dalem (Patih Raja

49

KGPAA Mangkunegara IV, Serat Wedhatama (Semarang: Dahara Prize, 1994), h. 35. 50

Daryono, Etos Dagang Orang Jawa Pengalaman Raja Mangkunegara IV, h. 73.

Page 44: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

33

dalam urusan dalam), menjadi ajudan dalam dan terakhir menjadi komandan

infantri Legium Mangkunegaran dengan pangkat Mayor. Sampai akhirnya ia

dinikahkan dengan putri Mangkunegara III yang sulung, Bendara Raden

Ajeng (BRA) Dunuk.51

Karena kepribadiannya yang kuat, cita-citanya yang tinggi, wawasannya

yang jauh, kewibawaannya dalam kemeliteran, ketrampilan dalam birokrasi

atau pemerintahan, kedalaman perasaannya dalam agama dan seni budaya, ia

diangkat dengan sebutan Prabu Prangwadana Letnan Kolenel Infantri Legium

Mangkunegaran pada tanggal 14 Rabiul Awal tahun Jimawal 1781 atau

tanggal 24 Maret 1853 menggantikan Mangkunegara III yang telah wafat.

Adapun gelar KGPAA Mangkunegara IV diraihnya pada hari Rabu Kliwon 27

Sura tahun Jimakir 1786 atau 16 Agustus 1857 M pada usia 47 tahun.52

Mangkunegara IV telah mencapai kematangan dalam berbagai bidang sejak

sebelum menjadi raja Mangkunegaran, oleh sebab itu setelah ia menduduki

jabatan tersebut, ia segera mengambil inisiatif dalam bidang politik,

pemerintahan, ekonomi, sosial, seni budaya dan lain-lain.

Dalam bidang politik dan pemerintahan, ia meneliti kembali dan

kemudian mempertegas wilayah kekuasaan Mangkunegaran. Sekalipun

wilayah kekuasaan negeri ini tidak cukup luas namun ia memiliki otonomi

penuh mengenai urusan ke dalam seperti halnya Kasunanan Surakarta dan

Kasultanan Yogjakarta. Ia berhak mengatur pemerintahan sendiri, mengatur

51

Serat Wedhatama, h. 73. 52

Moh. Ardani, Al-Qur‟an dan Sufisme Mangkunegara IV (Studi Serat-Serat Piwulang), h.

18.

Page 45: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

34

rakyatnya, menjamin ketentraman dan kesejahteraan mereka sebagai seorang

penguasa penuh. Secara hukum, pada masa sebelumnya, Mangkunegara I,

dalam kedudukannya sebagai Pangeran, berkewajiban menghadap Sunan

secara rutin pada hari-hari tertentu.53

Ia tidak lebih hanya sebagai seorang

Pangeran yang dianugerahi apanage (tanah) oleh Sunan Surakarta, daerah-

daerah Keduwang, Laroh, Metasih dan Gunung Kidul yang pada waktu itu

berada di bawah kekuasaan Sunan. Namun, dalam praktik ia bersikap sebagai

penguasa penuh di daerah-daerah tersebut. Akhirnya ia merasa sebagai raja

ketiga di samping Sunan Surakarta dan Sultan Yogyakarta. Selanjutnya

wilayah Mangkunegaran bertambah luas dengan diberikannya daerah

Sukawati (Sragen) kepada Mangkunegara II berkat bantuannya kepada

pemerintahan Inggris dalam menundukkan perlawanan Sultan Yogyakarta.

Pada masa Mangkunegara III organisasi pemerintahan ditata dan diatur

kembali menurut suatu tatanan kados adeging praja sejati (susunan

pemerintahan seperti tegak berdirinya negara sebenarnya). Selanjutnya

Mangkunegaran memiliki Lagium yang dipimpin seorang kolonel yang

diangkat Gubernur Jendral tanpa melalui Sunan, maka Pura Mangkunegaran

mempunyai hak kekuasaan turun temurun tanpa seizin Sunan. Di samping itu

Pura Mangkunegaran mempunyai wilayah kekuasaan dan perangkat

pemerintahan sendiri. Namun, batas-batas wilayahnya masih kabur, organisasi

pemerintahan belum teratur. Oleh karena itu Mangkunegara IV mengadakan

53

M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2015), h.

249.

Page 46: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

35

perubahan organisasi pemerintahan dan mempertegas batas wilayah

Mangkunegaran.

Mangkunegaran adalah kerajaan ketiga sesudah Kasunanan Surakarta

dan Kasultanan Yogyakarta. Sebagai kerajaan kecil ia dalam posisi terjepit

antara dua kerajaan besar Surakarta dan Yogyakarta. Di luar ketiga kerajaan

itu terdapat kekuasaan Gubernur Jendral di Batavia yang menguasai ketiganya

terutama dalam urusan luar negeri dan terkadang mencampuri urusan dalam.

Keinginan memperkuat diri dari pihak Mangkunegaran bertemu dengan

keinginan pihak Gubernur Jendral untuk membentuk legium dari pribumi,

maka muncullah legium Mangkunegaran dengan belanja sepenuhnya dari

Gubernur Jendral. Pihak Gubernur Jendral memperoleh keuntungan dengan

terjaminnya ketenteraman, keamanan dan kepentingan pemerintahan Batavia

dalam mengatasi berbagai kekacauan dan perlawanan. Seperti pada masa

Mangkunegara I yang menggagalkan perlawanan dari Kasunanan Surakarta.

Pada masa Mangkunegara II terjadi perlawanan Sultan Yogyakarta kepada

Gubernur Jendral di Batavia yang pada waktu itu dikuasai oleh Inggris. Atas

bantuan legium Mangkunegara II, calon Mangkunegara III (Pangeran Rio) dan

calon Mangkunegara IV (Sudira atau Gandakusuma) Perang Jawa oleh

Pangeran Diponegara dapat dipadamkan, terutama di daerah Klaten.54

Pihak

Mangkunagaran dengan dibentuknya legium ini meraih beberapa keuntungan.

Dengan mengabaikan semangat nasionalisme Indonesia yang belum muncul

waktu itu dan lebih mengutamakan kepentingan Mangkunegaran di atas

54

Moh. Ardani, Al-Qur‟an dan Sufisme Mangkunegara IV (Studi Serat-Serat Piwulang), h.

22.

Page 47: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

36

kepentingan lainnya. Sekalipun secara lahiriah membantu Belanda, namun

pada hakikatnya ia memperteguh kekuasaan dan kekuatannya sendiri.

Kehadiran legium di bawah pimpinan Mangkunegara, merupakan kekuatan

pendukung bagi tegaknya kekuasaan.

Untuk meningkatkan kejayaan, Mangkunegara IV mengadakan

perubahan organisasi pemerintahan dan mempertegas batas wilayah, menjaga

keutuhan dan kekompakan keluarga, punggawa, mantri dan prajurit serta

memberikan perhatian kepada aktivitas ekonomi dan budaya. Berikut

kemajuan-kemajuan pada masa pemerintahan Mangkunegara IV:

1. Bidang Pemerintahan

Mangkunegara IV melakukan perombakan sistem birokrasi

pemerintahan. Ia merestrukturisasi sistem birokrasi menjadi struktur baru

yang berorientasi kepada rincian tugas. Ia memperkenalkan konsep tugas,

tanggungjawab suatu institusi, wewenang dan rincian tugas.55

Diantaranya

adalah:

a. Kemantren Kepolisian, tugasnya menerima dan memeriksa perkara

dan menjaga undang-undang Mangkunegara.

b. Kemantren Margatama, tugasnya meneliti dan memperbaiki jalan-

jalan, jembatan dan tanggul atau bendungan.

55

Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara IV Sebagai Penguasa dan Pujangga, h. 144.

Page 48: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

37

c. Kemantren Kejaksaan, tugasnya menyelesaikan perkara dan

memelihara undang-undang.

2. Bidang Ekonomi

Mangkunegara IV menciptakan usaha komersil yang menjadi

pendapatan utama dan juga sebagai penyedia lapangan pekerjaan bagi

rakyat Mangkunegaran. Usaha-usaha tersebut antara lain dengan

mendirikan pabrik gula di Colomadu dan Tasikmadu, mendirikan pabrik

sisal di Mentotulakan, mendirikan pabrik bungkil di Polokarto, mendirikan

pabrik bata dan genteng di Kemiri, mengolah perkebunan karet, teh, kopi,

kina di lereng Gunung Lawu, Wonogiri, serta mendirikan perumahan-

perumahan untuk disewakan di daerah Surakarta dan Semarang.56

Dasar

pemikiran Mangkunegara IV itu dilandasi kesadaran yang dalam bahwa

dengan pembangunan ekonomi diharapkan akan mampu menjadi tiang

topang keuangan Mangkunegaran yang selama ini bahwa para

pendahulunya bergantung dengan Pemerintahan Kolonial Belanda. Ia juga

berharap bahwa dengan pembangunan ekonomi, rakyat akan semakin

sejahtera. Suatu langkah yang inovatif dan maju, karena pada waktu itu

belum pernah dilakukan oleh para pendahulunya dan oleh para raja Jawa.

3. Bidang Hukum

Sejak VOC berkuasa dan kemudian di bawah Pemerintahan Hindia

Belanda, hukum yang berlaku adalah hukum mereka, yang tidak dipahami

56

Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara IV Sebagai Penguasa dan Pujangga, h. 185.

Page 49: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

38

tetapi harus ditaati oleh orang pribumi (Jawa). Di bidang hukum orang

Jawa seringkali diperlakukan tidak adil, misalnya hukum pajak, hukuman

pelanggaran, semuanya ditetapkan berdasarkan keinginan pemerintah

Kolonial Belanda. Atas dasar itu maka Mangkunegara IV

memperjuangkan dalam bidang hukum, agar orang Jawa memperoleh

haknya sesuai dengan jati dirinya. Ia berhasil meyakinkan Residen

Surakarta dan dengan surat Residen Surakarta kepada Gubernur Jendral

No. 3515, tanggal 25 April 1873, usul Residen Surakarta atas perjuangan

Mangkunegara IV agar di Kasunanan dan Mangkunegaran dibentuk

Pradoto Kabupaten dikabulkan oleh Gubernur Jendral.57

Dengan demikian

pelaksanaan keamanan diserahkan kepada Kepala Kabupaten yaitu Bupati

untuk wilayah Kasunanan dan Bupati Anom untuk wilayah

Mangkunegaran.

4. Bidang Budaya

Sebagai manifesti dari keluhuran leluhurnya dan layaknya suatu

kerajaan yang berdikari (walaupun kecil), pemerintahan Mangkunegaran

dilengkapi dengan segala macam peralatan kerajaan. Seperti perhiasan-

perhiasan, meja kursi yang berukir, berbagai jenis lampu duduk dan

gantung, arca-arca, permadani-permadani sampai pada peralatan

kebutuhan rumah tangga. Kesemuanya itu dipesan dan dibelinya dari luar

negeri seperti Itali, Jerman, Persia, Cina, dan lain-lain. Semua serba indah,

57

Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara IV Sebagai Penguasa dan Pujangga, h. 216.

Page 50: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

39

megah dan memesona, hingga kini sebagian besar segala sesuatunya

tersebut masih dapat disaksikan di dalam Pura Mangkunegaran.58

Mangkunegara IV memerintah selama 28 tahun mulai 1853 M sampai

1881 M. Pada masa ini Mangkunegaran mengalami zaman keemasan,

sehingga dikenal kala sumbaga (masa kemasyuran atau kejayaan). Di samping

perbaikan dalam pemerintahan, ia meningkatkan dan menggalakkan

pengembangan berbagai tanaman export terutama perkebunan kopi dan tebu.

Kemajuan dalam bidang ekonomi ia diimbangi dengan usahanya memajukan

pemikiran dan seni budaya. Pemikiran-pemikiran Mangkunegara IV banyak

diungkapkan dalam karya-karya sastra yang kesemuanya mengambil bentuk

tembang (syair/puisi) berbahasa Jawa. Ia hidup sezaman dengan pujangga

Ranggawarsita dan Sunan Pakubuwana IX, mereka mempunyai hubungan

akrab. Bersama-sama pimpinan Dewan Ahli Sastra Jawa seperti Pakubuwana

IX, Ranggawarsita, Wiryakusuma dan Jayasarassa, tokoh-tokoh ini aktif

berdiskusi, bertukar pikiran, mengadu kedalaman ilmu batin dalam rangka

memperdalam ilmu agama, seni, sastra dan lain-lain.59

Pada tanggal 8 Sapar tahun Jimakir yang bertepatan tanggal 2

September 1881 Mangkunegara IV wafat pada usia 70 tahun (1811-1881 M)

di Surakarta dan makamkan di Astama Girilayu, Karangayar. Residen

Surakarta, Jeekel, dalam suratnya yang dikirim ke Gubernur Jendral pada

September 1881 mengungkapkan rasa kehilangan seorang pemuka pribumi

58

Sabdacarakatama, Serat Wedhatama, (Yogjakarta: Narasi, 2010), h. 14. 59

Moh. Ardani, Al-Qur‟an dan Sufisme Mangkunegara IV (Studi Serat-Serat Piwulang), h.

17.

Page 51: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

40

yang berkemampuan luar biasa, bersemangat tinggi dan bekerja secara

sistematis, contoh yang jarang didapatkan di kalangan pribumi. Mangkunegara

IV mempunyai arti yang amat besar bagi gubermen Belanda. Ia merupakan

tokoh besar, seorang yang setia dan menepati janji, seorang kepala

pemerintahan yang cakap yang berkemauan keras dan giat bekerja.60

Masyarakat Mangkunegaran juga merasa kehilangan dengan wafatnya raja

mereka.

B. Karya-Karya KGPAA Mangkunegara IV

Karya-karya Mangkunegara IV tidak kurang dari 35 buku. Karya-karya

tersebut dapat dikategorikan menurut isi kandungannya menjadi 5, yaitu:

1. Serat Piwulang, berisi nasihat dan pelajaran.

2. Serat Babad, berisi riwayat atau sejarah.

3. Serat Iber, berupa surat-surat kiriman.

4. Serat Penembrama, berisi nyanyian untuk penyambutan.

5. Serat Rerepen dan Manuhara, berisi pepatah, teka-teki dan percintaan

yang menggunakan bahasa cukup sopan.

Yang akan dibahas dan diuraikan pokok-pokok isinya sesuai dengan inti

masalah yang merupakan kelompok pertama, yaitu serat piwulang.

Mangkunegara IV menulis karyanya dalam serat piwulang dengan

60

Moh. Ardani, Al-Qur‟an dan Sufisme Mangkunegara IV (Studi Serat-Serat Piwulang), h.

26.

Page 52: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

41

menggunakan tembang macapat. Dalam khazanah sastra Jawa dikenal 3

bentuk syair tembang, yaitu: tembang macapat, tembang tengahan dan

tembang gedhe atau ageng. Dalam tembang macapaat ada 11 bentuk tembang,

yaitu:61

1. Kinanti, digunakan untuk menyampaikan cerita atau ajaran yang

mengandung pengharapan dan cinta kasih, disampaikan dengan santai

supaya dapat menghibur.

2. Pucung, mengandung sindiran dalam menyampaikan pesan yang

disampaikan secara bebas dan dapat juga berisi teka-teki lucu dan

menyenangkan.

3. Asmaradhana, berisi sesuatu yang penuh pesona, sedih atau prihatin

karena gejolak asmara.

4. Mijil, berisi cerita tentang keprihatinan.

5. Maskumambang, penyampaian ajaran dengan nada sedih dan prihatin.

6. Pangkur, penyampaian ajaran dengan nada serius.

7. Sinom, penyampaian ajaran yang sederhana.

8. Dandhanggula, penyampaian pesan atau ajaran serius dengan santai, baik

tentang kesedihan atau kegembiraan.

61

Mangkunegara IV, Serat Wedhatama (Semarang: Efhar dan Dahara Prize, 1994), h. 12.

Page 53: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

42

9. Durma, penyampaian ungkapan kekesalan dan kemarahan gejolak hati

serta nafsu.

10. Gabuh, penyampaian tentang penjelasan pesan dan informasi.

11. Megatruh, penyampaian rasa susah.

Mengkunegara IV dalam serat piwulang membuat 12 karya, yaitu:

1. Serat Warayagnya

Serat ini mengambil bentuk dandhanggula sebanyak 10 bait yang

dibuat pada tahun 1856 M. Berisi pelajaran dan nasihat Mangkunegara IV

kepada putra-putrinya tentang persiapan untuk berumah tangga. Kepada

putra-putrinya yang sudah mulai dewasa ia menasihatkan tentang etika

berumah tangga. Selanjutnya serat ini akan dikaji lebih mendalam dalam

penjelasan berikutnya.

2. Serat Wirawiyata

Serat ini dibuat tahun 1860 M, berisi nasihat dan pelajaran bagi para

prajurit Mangkunegara. Serat ini berisi 56 bait yang terdiri dari 2 macam

pupuh (lagu) sinom dan pangkur. Pupuh yang pertama terdiri dari 42 bait

sedang yang kedua berisi 14 bait.62

Dalam serat ini Mangkunegara IV

menegaskan nasihat dan petunjuknya kepada kerabat dan rakyat

Mangkunegaran terutama yang berfungsi sebagai prajurit tentang hal-hal

yang berkenaan dengan:

62

Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara IV Sebagai Penguasa dan Pujangga, h. 257.

Page 54: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

43

a. Sikap disiplin, setia dan patuh serta kesediaan menjaga kehormatan

diri.

b. Pekerjaan yang dipandang mulia banyak dan beragam. Namun, antara

menjadi prajurit dan bertapa di atas gunung, menjadi prajurit lebih

utama.

c. Seorang prajurit hendaknya berhati mantap dan bertekad bulat, jangan

bimbang dan ragu, jangan memikirkan soal kematian.

d. Dalam perang, seorang prajurit harus tunduk pada perintah panglima

sebagai wujud perbuatan lahiriah, namun dalam hati hendaklah

berserah diri kepada Tuhan.

3. Serat Sriyatna

Berisi harapan bagi keselamatan negara dan nasihat kepada anak

cucu, terdiri dari 15 bait yang berbentuk nyanyian dandhanggula dibuat

pada tahun 1861 M. Serat ini melukiskan usaha Mangkunegara IV

membimbing keluarga dan rakyatnya ke arah kedewasaan, ketenangan dan

keselamatan. Dengan selalu memohon pertolongan dan perlindungan

kepada Tuhan dan melaksanakan jabatan dengan tanggungjawab sesuai

bidang keahlian, bersikap dewasa tanpa bergantung pada orang tua.

Memiliki sifat tidak menyakiti hati orang lain, tidak sombong, realistis,

Page 55: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

44

tidak menuruti kemauan hawa nafsu dan gemar untuk mendekatkan diri

kepada Tuhan.63

4. Serat Nayakawara

Berisi petunjuk kepada Punggawa Mantri (pimpinan pegawai

pemerintah Mangkunegaran), berupa tembang yang berjumlah 33 bait,

terdiri dari pupuh pangkur 21 bait dan pupuh dandhanggula 12 bait.

Mangkunegara IV menasihatkan bagaimana seorang Punggawa Mantri

seharusnya bersikap dan berbuat untuk pemerintahan dan prajanya.

Jabatan ini diwariskan kepada keturunan masing-masing, setelah sekian

lama terjadi pergeseran sikap dan perilaku yang negatif.

5. Serat Paliatma

Terdiri dari pupuh dandhanggula yang berjumlah 18 bait. Berisi

petunjuk-petunjuk untuk putra-putri Mangkunegara IV dari istri tua Raden

Ajeng (RA) Gandakusuma yang telah wafat, agar memelihara kerukunan

dan menjaga keselamatan calon putra mahkota Suyitno sesaudara (yang

berasal dari ibu yang lain). Serat ini bernada penyampaian wasiat yang

disertai dengan sumpah.64

63

Sabdacarakatama, Serat Wedhatama, h. 10. 64

Moh. Ardani, Al-Qur‟an dan Sufisme Mangkunegara IV (Studi Serat-Serat Piwulang), h.

33.

Page 56: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

45

6. Serat Paliwara

Terdiri dari pupuh dandhanggula sebanyak 6 bait dan pupuh sinom

sebanyak 7 bait, berisi pelajaran dan petunjuk untuk putranya khususnya

putra mahkota Suyitno. Pokok-pokok isinya mengenai kepamongprajaan

dengan menggunakan bahasa teka-teki.

7. Serat Palimarma

Terdiri dari pupuh mijil sebanyak 11 bait dan pupuh pucung

sebanyak 11 bait, berisi pelajaran dan peringatan keras terhadap sanak

famili dan keluarga Mangkunegaran yang dikenakan hukuman penahanan

karena mengacau keamanan dan membuat kerusuhan. Mangkunegara IV

menegaskan pelajaran dan peringatan keras terhadap pelaku kejahatan

yang mengancam ketentraman dan keamanan negara.

8. Serat Salokatama

Terdiri dari pupuh mijil sebanyak 31 bait, berisi pelajaran kepada

para pemuda yang ingin meraih kejayaan dan kemuliaan. Mangkunegara

IV menekankan pentingnya perilaku mulia dan keprihatinan dalam upaya

mencapai cita-cita. Ia mengajarkan bagi yang merasa berdosa harus

memberanikan diri meminta maaf dan bagi pemuda yang gagal, jangan

lekas putus asa, akan tetapi harus terus berusaha menebus kegagalan.65

9. Serta Darmalaksita

65

Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara IV Sebagai Penguasa dan Pujangga, h. 259.

Page 57: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

46

Terdiri dari pupuh dandhanggula sebanyak 12 bait, pupuh kinanti

sebanyak 10 bait dan pupuh mijil sebanyak 18 bait. Berisi petunjuk

bagaimana bersikap dan berperilaku dalam mencapai kehidupan yang

baik. Petunjuk tersebut dapat dibedakan menjadi 2, yaitu petunjuk yang

berlaku umum dan petunjuk yang berlaku khusus. Petunjuk yang berlaku

umum ini untuk siapa saja yang ingin meraih keberhasilan dalam hidup

duniawi, terpenuhi kebutuhan utama secara wajar. Petunjuk yang berlaku

khusus ini hanya untuk siapa yang sudah berkeluarga sebagai suami dan

istri. Petunjuk yang pertama disebut astagina (delapan faedah), sebagai

kunci meraih sukses apa yang dihajatkan seseorang. Dan yang kedua apa

yang disebut wulang estri, petunjuk khusus bagi kaum perempuan yang

hendak berkeluarga. Petunjuk ini menyangkut hubungan suami-istri dan

pengelolaan harta bawaan dan harta bersama serta gana-gini.66

10. Serat Tripama

Terdiri dari pupuh dandhanggula sebanyak 7 bait, berisi tentang

contoh teladan bagi prajurit dengan memperlihatkan 3 orang tokoh, yaitu:

kisah raja Arjuna Sasrabau dengan patihnya Suwanda (Praramayana),

kisah Kumbakarna (Ramayana) dan kisah perang tanding Adipati Karna

yang menjadi Senopati Korawa dengan Arjuna dari Pandawa

(Mahabarata).

11. Serat Yogatama

66

Soetomo Siswokartono, Sri Mangkunegara IV Sebagai Penguasa dan Pujangga, h. 258.

Page 58: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

47

Terdiri dari pupuh dandahanggula sebanyak 4 bait dan pupuh kinanti

sebanyak 7 bait. Dalam serat ini Mangkunegara IV hendak

memperlihatkan ciri keluarga keturunan Mataram sebagai putra utama,

yaitu memiliki rasa cinta sejati kepada negara dan tanah air negeri tumpah

darah serta senantiasa mengharapkan limpahan rahmat dan anugerah

Tuhan.

12. Serta Wadhatama

Terdiri dari pupuh pangkur sebanyak 14 bait, pupuh sinom sebanyak

18 bait, pupuh pucung sebanyak 15 bait dan pupuh gambuh sebanyak 25

bait. Berisi pelajaran dan petunjuk bagi golongan tua dan muda, bagi

orang yang ingin menuntut ilmu lahir dan ilmu bathin, orang yang ingin

mendapat limpahan anugerah Tuhan dan orang yang ingin menyembah

Tuhan dengan segenap daya dan rohaninya.67

C. Serat Warayagnya

1. Arti dan Tujuan Pembuatan Serat Warayagnya

Warayagnya terdiri dari kata wara dan yagnya. Wara mempunyai

arti: tutur, gunem dan linuweh. Yagnya mempunyai arti: bungah, tuladan

dan budi. Warayagnya berarti budi linuweh yang mempunyai makna budi

yang baik, seperti halnya kata warastra berarti panah linuweh atau panah

67

Moh. Ardani, Al-Qur‟an dan Sufisme Mangkunegara IV (Studi Serat-Serat Piwulang), h.

38.

Page 59: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

48

bertuah dan dalam kata wara Bisma berarti Bisma yang sakti.68

Warayagnya terdiri dari 10 bait tembang dandhanggula. Pada bait ke-1

diterangkan pembuatan serat dengan penyebutan Sangkala yang berbunyi:

“nyatur slira memulang mreng sunu”, yang berarti tahun 1784 (tahun

Jawa) atau bertepatan tahun 1856 M.

Mangkunegara IV menerangkan pada bait ke-1 bahwa serat ini

ditunjukkan untuk putra putri Mangkunegara IV. Serta pada bait ke-2

dijelaskan tujuan penulisan dari serat adalah sebagai petunjuk untuk putra-

putrinya ketika akan menempuh kehidupan rumah tangga dan anjuran

untuk tidak meninggalkan petunjuk tentang cara memilih istri.

2. Naskah Serat Warayagnya

a. Bait 1

Warayagnya wêdharing palupi // pinandara macapat

sarkasa // ing nalika panitrane // Senên ping kalihlikur //

sasi Saban Dhêsta Be warsi // sangkala Nyatur Slira

Mumulung mring Sunu // (n)Jêng Gusti Pangran Dipatya

// Arya Prabu Prangwadana kang amarni // winahya

mring pra putra.69

Terjemahannya:

Warayagnya adalah buku yang berisi ajaran // yang

diuraikan dalam lagu macapat dandhanggula // saat

penulisan // pada hari Senin // tanggal 8 Sa‟ban tahun Be

68

Soekimin, “Sabdatama KGPAA Mangkunegara IV dalam Karya Sastra Jawa”,

Cakrawala Pendidikan No. 3, (Juli, 1983), h. 31. 69

KGPAA Mangkunegara IV, Serat Piwulang Warna-Warni, Transkripsi oleh Mulyadi

Mulyo Hutomo dan Muhammad Husodo (Solo: Rekso Pustoko, 1980), h. 1.

Page 60: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

49

// 1784 // penulis KGPAA Mangkunegara IV // ajaran ini

ditujukan untuk putra putri.70

b. Bait 2

Kakung putri ing reh palakrami // sumawana kang sami

jajaka // tan wun têmbe pikramane // marma tinalyeng

wuwus // wasitane mêngku pawastri // ywa dumeh yen

wong priya // misesa andhaku // mring darbekireng

wanodya // palakrama nalar lan kukum kang dadi // yen

tinggal têmah nistha.71

Terjemahannya:

Bagi putra dan putri yang telah menghajatkan pedoman

berumah tangga // demikian pulan khususnya yang masih

bujangan // apabila kelak tiba saat perkawinannya //

janganlah asal berbicara saja (tentang nikah) // tetapi

perhatikan petunjuk bagaimana memperlakukan istri //

jangan hanya karena kamu laki-laki // lalu merasa

berkuasa // terhadap harta milik perempuan // berumah

tangga itu yang dijadikan pedoman ialah nalar (akal) yang

sehat dan hukum yang berlaku // jika keduanya

ditinggalkan niscaya mengakibatkan kenistaan.72

c. Bait 3

Wuryaning reh priya kang rumiyin // lamun arsa

angupaya garwa // den-patitis pamilihe // aywa kasêsèng

kayun // mbokmanawa kêduwung wuri // ya bênêr yen

wong lanang // wênang duwekipun // rabiya ping pat

sadina // kêna uga wuruk karêpe pribadi // nanging ta tan

mangkana.73

Terjemahannya:

Bermula tata aturan pria masa dahulu // jika ia hendak

mencari istri // memilihnya diteliti dengan saksama //

janganlah dengan hati yang terburu nafsu // boleh jadi

membawa penyesalan kelak // ya memang betul jika laki-

70

Terjemahan oleh Darweni, Surakarta, 31 Oktober 2016. 71

KGPAA Mangkunegara IV, Serat Piwulang Warna-Warni, h. 1. 72

Terjemahan oleh Darweni, Surakarta, 31 Oktober 2016. 73

KGPAA Mangkunegara IV, Serat Piwulang Warna-Warni, h. 1.

Page 61: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

50

laki mau // ia memiliki kesempatan // untuk menikah

empat kali sehari // mungkin untuk menuruti keinginan

dirinya // namun janganlah kamu berbuat demikian itu.74

d. Bait 4

Dadi ora ana ala bêcik // ngilangakên istiyaring gêsang //

yen ngarah-apa tekade // andarung kadalurung // ngelmu

sarak denorak-arik // (m)buwang ajining badan // lumuh

reh rahayu // tur upama kalakonna kasangsara

kaduwunge anêkani // manglah nunutuh driya.75

Terjemahannya:

Jadi tidaklah baik // meniadakan ikhtiar dalam kehidupan //

jika seseorang telah mantap hati untuk menikah // jangan

terus menerus menuruti nafsu // melanggar ilmu syariat //

membuang harga diri // mengabaikan keselamatan //

andaikata terlaksana (menikah secara demikian) niscaya ia

hidup sengsara // lalu menyesal dan menyalahkan diri

sendiri.76

e. Bait 5

Aja nganti mangkana ta kaki // bêcik apa cinacad sasama

// wong gêndhak kalakuwane // sapa kang duwe sunu //

wadon aweh sira rabènni // kiraku nora nana // kêjaba

kêbutuh // ala rinabenan Koja // bêcik bangsa wit tan

duwe putu Êncik // mung iku ciptanira.77

Terjemahannya:

Oleh karena itu jangan begitu // tidak baik dicela sesama

masyarakat // orang yang jelek tabiatnya tidak akan

diterima masyarakat // bahkan siapa pun yang memiliki

anak perempuan dilamar orang tersebut // tidak akan

diberikan // kecuali memang sangat dibutuhkan mendesak

// sungguh hina wanita yang menikah dengan orang yang

74

Terjemahan oleh Darweni, Surakarta, 31 Oktober 2016. 75

KGPAA Mangkunegara IV, Serat Piwulang Warna-Warni, h. 1. 76

Terjemahan oleh Darweni, Surakarta, 31 Oktober 2016. 77

KGPAA Mangkunegara IV, Serat Piwulang Warna-Warni, h. 1.

Page 62: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

51

tabiatnya jelek tersebut // lebih baik pepohonan yang tidak

memiliki anak cucu // begitulah.78

f. Bait 6

Kawruhana kaduwunging ati // jalaranne mung patang

prakara // wong anom dadi brangtane // dhingin myat

warna ayu // kaping pindho melik wong sugih // kaping tri

kawibawan // lan kaping patipun // kêna sambang

sarawungan // rokok kinang winèhkên lan ujar manis //

rinukêt mrih asmara.79

Terjemahannya:

Ketahuilah terjadinya penyesalan hati // sebabnya hanya

karena empat perkara // bagi anak muda hal itu harus

diwaspadai // pertama karena melihat wajah yang ayu

(cantik) // kedua karena menginginkan orang kaya //

ketiga karena kewibawaan atau kekuasaan // dan

keempatnya // karena saling berkunjung untuk saling

bergaul dan sambung rasa // menyuguhkan rokok gambir

siri dan tanda mata kain yang bagus // dipererat terus

hubungan keduanya agar tetap hangat hubungan

asmaranya.80

g. Bait 7

Wêkasane ya kêna sayêkti // ngadatira wong anom

mangkana // keh rabi dudu niyate // yen kêna sutaningsun

// arabiya jalaran bêcik // aja rabi pasogan // nistha yen

dinulu // angapêskên yayah-rena // wruhanira manungsa

neng dunya iki // yen kêna kang tinêdha.81

Terjemahannya:

Yang akhirnya kena rayuan tersebut // hal yang seperti itu

// biasanya bukan niatnya untuk menikah // oleh karena itu

anakku // menikahlah dengan wanita baik-baik // jangan

menikah dengan wanita bayaran // sungguh itu perbuatan

nista // akan menurunkan martabat keluarga // ketahuilah

78

Terjemahan oleh Darweni, Surakarta, 31 Oktober 2016. 79

KGPAA Mangkunegara IV, Serat Piwulang Warna-Warni, h. 1. 80

Terjemahan oleh Darweni, Surakarta, 31 Oktober 2016. 81

KGPAA Mangkunegara IV, Serat Piwulang Warna-Warni, h. 1.

Page 63: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

52

orang hidup di dunia ini memiliki harapan baik // yang

selalu ingin dicapai.82

h. Bait 8

Ingkang dhingin rahayuning dhiri // kinalisna sakehing

prakara // myang sak-sêrik sasamane // kapindho

badanipun // aja kambah barang panyakit // kaping tri aja

tansah // susah manahipun // kaping pat arsa darbeya //

anak lanang kang mursid minangka wiji // (n)dawakkên

turunnira.83

Terjemahannya:

Pertama mengharap terwujudnya keselamatan diri // agar

terhindar dari segala masalah yang menyulitkan dirinya //

serta jangan sampai dibenci oleh masyarakat sekitarnya //

kedua harapannya adalah badannya terhindar dari segala

penyakit // ketiga harapannya jangan sampai menemukan

// kesedihan atau hidup susah // keempat mengharapkan

memiliki anak // anak laki-laki yang sempurna // yang

mampu meneruskan sejarah hidup keluarga dan

memberikan keturunan yang baik.84

i. Bait 9

Mula nora gampang wong arabi // kudu milih wanodya

kang kêna // ginawe rewang uripe // sarana ngudi tuwuh //

myang ngupaya kang sandhang bukti // wiwilangane ana

// catur upayeku // yogyane kawikannana // dhingin bobot

pindho bebet katri bibit // kaping pat tatariman.85

Terjemahannya:

Maka tidak mudah orang hendak beristri // ia harus

memilih wanita yang dapat menjadi teman hidup //

menjadi sarana memperoleh keturunan // dan juga dalam

usaha mencari nafkah // syaratnya (wanita yang dimaksud)

memenuhi jumlah bilangan empat perkara hendaklah

diupayakan itu // seyogyanya kamu ketahui // yaitu

82

Terjemahan oleh Darweni, Surakarta, 31 Oktober 2016. 83

KGPAA Mangkunegara IV, Serat Piwulang Warna-Warni, h. 1. 84

Terjemahan oleh Darweni, Surakarta, 31 Oktober 2016. 85

KGPAA Mangkunegara IV, Serat Piwulang Warna-Warni, h. 2.

Page 64: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

53

pertama berbobot // kedua keturunan orang baik // ketiga

bakal berketurunan // yang keempat bersifat suka

menerima.86

j. Bait 10

Papat iku iya uga kanthi // dhingin warna kapindhone

brana // kaping tri kawibawane // catur pambêkanipun //

êndi ingkang sira-sênêngi // aja nganti angawang //

manawa kêduwung // karana milih wanodya // datan kêna

den-mupakatkên sasami // wuruk neng karsanira.87

Terjemahannya:

Dari keempat hal itu masih perlu ditambah syarat yang

melengkapi // yaitu yang pertama // memilih wanita yang

cantik // kedua wanita yang kaya // ketiga wanita yang

berwibawa // keempat wanita yang berkarakter atau

tabiatnya baik // dari keempat syarat tersebut kamu harus

memilih dari salah satu yang kemu senangi // jangan

sampai ngawur // yang akhirnya membuat kamu menyesal

// karena memilih wanita sebagai istri // tidak bisa

dimusyawarahkan dengan orang lain // keputusan pilihan

hanya di tanganmu sendiri.88

3. Isi Kandungan Serat Warayagnya

a. Warayagnya adalah buku ajaran untuk putra-putri dari Mangkunegara

IV yang dibuat pada tahun 1856 (bait 1).

b. Seorang laki-laki ketika menjadi suami jangan merasa lebih berkuasa,

lalu berbuat sewenang-wenang, menguasai diri istri dan harta

bawaannya, harus memperhatikan ajaran luhur tentang berumah tangga

(bait 2).

86

Terjemahan oleh Darweni, Surakarta, 31 Oktober 2016. 87

KGPAA Mangkunegara IV, Serat Piwulang Warna-Warni, h. 2. 88

Terjemahan oleh Darweni, Surakarta, 31 Oktober 2016.

Page 65: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

54

c. Bahwa berumah tangga itu bukan untuk menuruti asmara semata,

tetapi juga harus didasarkan pertimbangan nalar (pikiran) yang

mendalam dan hukum yang berlaku (bait 2).

d. Jika seorang laki-laki hendak mencari istri, harus memilihnya dengan

tepat. Ia jangan tergesa-gesa dan terburu nafsu, karena akan

mendatangkan kekecewaan di kemudian hari. Walaupun laki-laki

bebas menuruti kemauannya, namun jangan berlaku demikian (bait 3).

e. Tidak ada salahnya orang berikhtiar mengupayakan apa yang

diinginkannya yang dipandang baik, demi kebaikan hidupnya di masa

depan. Ia harus mengindahkan aturan syariat, menjaga kehormatan diri

dan keselamatan hidupnya. Karena jika tidak demikian, ia berbuat

semena-mena, melanggar aturan syariat, mengabaikan harga diri dan

keselamatan hidup, akhirnya menyengsarakan hidupnya dan menyesal

selama-lamanya (bait 4).

f. Orang yang memiliki tabiat buruk tidak akan diterima dalam pergaulan

masyarakat. Ketika ia melamar anak perempuan pada orang tuanya,

tidak akan diterima. Karena merupakan aib ketika perempuan menikah

dengan orang yang mempunyai tabiat jelek. Lebih baik tidak memiliki

anak cucu (bait 5).

g. Bahwa penyesalan akan terjadi di kemudian hari dalam masalah

pernikahan disebabkan karena seseorang laki-laki ketika memilih

perempuan hanya karena melihat kecantikannya, kekayaannya,

Page 66: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

55

martabat keturunannya dan keakraban dalam bergaul serta berbagi

pemberian yang menarik untuk lebih memikat asmara (bait 6).

h. Seorang laki-laki, jika terpengaruh empat perkara itu, bukan mustahil

ia menikahi seorang perempuan bukan yang diniatkannya, bukan

berdasarkan hati. Janganlah menikah secara demikian, tetapi

menikahlah secara baik-baik, bukan dengan perempuan bayaran. Hal

yang demikian tidak baik dan memalukan orang tua (bait 7).

i. Ketahuilah apa yang diharapkan dalam hidup di dunia ini ialah

keselamatan dan terhindar dari segala masalah, terhindar dari

kedengkian dan kebencian masyarakat, sehat badannya, bahagia dalam

hidup dan memperoleh anak laki-laki yang saleh yang akan

melanjutkan generasi keluarga (bait 8).

j. Tidak mudah orang berumah tangga. Laki-laki harus bisa memilih

perempuan yang bisa dijadikan teman hidup, yang mampu

memberikan keturunan dan membantu dalam mencari nafkah keluarga.

Perempuan seperti itu memiliki 4 ciri utama: pertama ia berkualitas

baik (bobot), kedua berasal dari keluarga baik-baik (bebet), ketiga ia

akan dapat melahirkan anak atau berketurunan (bibit) dan keempat

mempunyai sifat bisa menerima keadaan apapun yang terjadi (tariman)

(bait 9).

k. Dan untuk memberi daya tarik, maka wanita yang memiliki 4 ciri

utama hendaknya pula dilengkapi dengan keadaan lahiriah yang cukup

Page 67: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

56

cantik, mempunyai harta yang memadai, pangkat dan derajat yang

pantas, mempunyai watak dan budi yang luhur (bait 10).

l. Dalam memilih perempuan untuk calon istri janganlah semaunya

sendiri dan asal dapat saja, meskipun dalam memilih calon istri lebih

di titik beratkan atas kehendak diri sendiri, bukan didasarkan atas

permufakatan keluarga atau orang lain (bait 10).

4. Etika Pranikah Serat Warayagnya

a. Dasar Utama Bersuami-Istri

Pada bait ke-2 dalam Serat Warayagnya dijelaskan laki-laki dan

perempuan yang hendak menempuh kehidupan berumah tangga

hendaknya tidak meninggalkan 2 bekal utama, yaitu: akal sehat (nalar atau

pikiran) dan hukum yang berlaku.

Kakung putri ing reh palakrami // sumawana kang sami

jajaka // tan wun têmbe pikramane // marma tinalyeng wuwus

// wasitane mêngku pawastri // ywa dumeh yen wong priya //

misesa andhaku // mring darbekireng wanodya // palakrama

nalar lan kukum kang dadi // yen tinggal têmah nistha.

Suami dan istri perlu adanya pengertian akan hak dan kewajiban.

Hak suami berarti tanggungjawab istri dan tanggungjawab suami berarti

hak istri, dalam pengambilan hak dan kewajiban ini diperlukan

kedewasaan agar berjalan secara seimbang dan adil. Suami harus

memperhatikan bagaimana cara memperlakukan istri, jangan semaunya

sendiri. Kematangan cara berpikir sangat diperlukan dalam

Page 68: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

57

pelaksanaannya. Suami tidak bisa semena-mena dengan berkuasa dan

menguasai segala milik istrinya, harus memperhatikan hukum yang

berlaku. Untuk itu laki-laki harus memperhatikan bagaimana cara hidup

berumah tangga (wasitane mêngku pawastri). Ada sejumlah aturan hidup

yang perlu diperhatikan dan dihormati dalam kehidupan berumah tangga,

yaitu:

1. Aturan agama. Peraturan keagamaan yang mengatur seluk-beluk

perkawinan bagi pihak-pihak yang bersuami-istri.

2. Aturan adat. Adat tata cara yang masih mengakar dalam kehidupan

yang mewarnai dan mengatur tatacara perkawinan bagi pihak-pihak

yang bersuami-istri, baik adat yang berlaku dalam lingkungan keluarga

dan masyarakat sekitarnya.

3. Aturan sosial masyarakat. Berupa pedoman, peraturan pemerintah,

undang-undang yang mengatur seluk-beluk perkawinan bagi orang-

orang yang bersuami-istri.

Laki-laki dan perempuan dalam memilih pasangan tidak hanya

berdasarkan cinta kasih semata, namun, juga harus berdasarkan

kematangan nalar dan kesadaran hukum yang menandai kedewasaannya

(palakrama nalar lan kukum kang dadi) agar dalam pengambilan hak dan

kewajiban dalam kehidupan berumah tangga berjalan secara seimbang.

b. Godaan Yang Harus Dihindari

Page 69: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

58

Laki-laki yang hendak memilih calon istri haruslah teliti, jangan

tergesa-gesa dan menuruti hawa nafsu, harus memilih secara tepat.

Meskipun ia mampu menikah sampai 4 kali dalam sehari, namun

janganlah menuruti kemauan sendiri, agar tidak menyesal di kemudian

hari. Ini terdapat dalam bait ke-3:

Wuryaning reh priya kang rumiyin // lamun arsa angupaya

garwa // den-patitis pamilihe // aywa kasêsèng kayun //

mbokmanawa kêduwung wuri // ya bênêr yen wong lanang //

wênang duwekipun // rabiya ping pat sadina // kêna uga

wuruk karêpe pribadi // nanging ta tan mangkana.

Seorang laki-laki haruslah secara cermat dan hati-hati dalam memilih

calon istri (den-patitis pamilihe, aywa kasêsèng kayun). Mengingat

menurut kebiasaannya pemuda lebih aktif dalam mendekati wanita, lebih

berani dan tidak malu-malu, namun, pemuda terkadang mudah terpesona,

hingga akhirnya salah menentukan pilihan dan menyesal di kemudian hari.

Seorang pemuda jangan mudah tergoda dan terpesona, haruslah tetap

waspada dan bersikap awas dalam memilih calon istri, dan dalam

menghadapi segala cobaan (wong anom dadi brangtane). Dalam hal ini

ada 4 godaan yang sering membuat pemuda menjadi ceroboh dan salah

memilih pasangan, yaitu: melihat kecantikan wanita; melihat kekayaannya;

melihat derajatnya yang tinggi; dan karena pergaulan dan sambung rasa

dengannya. Ini diungkapkan dalam bait ke-6:

Kawruhana kaduwunging ati // jalaranne mung patang

prakara // wong anom dadi brangtane // dhingin myat warna

ayu // kaping pindho melik wong sugih // kaping tri

Page 70: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

59

kawibawan // lan kaping patipun // kêna sambang

sarawungan // rokok kinang winèhkên lan ujar manis //

rinukêt mrih asmara.

Rasa kagum atas harta, kecantikan, dan pangkat, apalagi disertai

pemberian hadiah itu wajar, namun, kalau sampai menghilangkan akal

sehatnya maka itu tidak benar, karena pikirannya dikalahkan perasaan dan

emosinya.

c. Ikhtiar Dalam Hidup

Adakan usaha secara lahiriah ketika telah mantap niatnya untuk

menikah. Memikirkan dan mempertimbangkan masak-masak, menyusun

langkah-langkah ke arah sasaran yang diinginkan. Jangan menjatuhkan

harga diri dan mengabaikan keselamatan dengan menurutkan hawa nafsu

pribadi, dan melanggar syariat. Ini terdapat dalam bait ke-4:

Dadi ora ana ala bêcik // ngilangakên istiyaring gêsang //

yen ngarah-apa tekade // andarung kadalurung // ngelmu

sarak denorak-arik // (m)buwang ajining badan // lumuh reh

rahayu // tur upama kalakonna kasangsara kaduwunge

anêkani // manglah nunutuh driya.

Orang yang meninggalkan usaha dalam hal memilih calon istri,

lantas menuruti hawa nafsu dan kesenangan hati semata, bukan mustahil ia

lalu cenderung melanggar hukum syariat atau agama (ngelmu sarak

denorak-arik). Ia mengabaikan kehormatan dirinya dan kebahagiaan masa

depannya demi menuruti kesenangan sesaat ((m)buwang ajining badan,

lumuh reh rahayu), maka kesengsaraan yang akan diperoleh, yang

Page 71: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

60

membuatnya menyesal dan menyalahkan diri sendiri (kasangsara

kaduwunge anêkani, manglah nunutuh driya).

Masyarakat tidak akan menerima laki-laki yang mempunyai perilaku

buruk yang hanya menjadi sampah dan beban dalam masyarakat (wong

gêndhak kalakuwane, sapa kang duwe sunu). Akibatnya ketika ia melamar

perempuan tidak akan diterima oleh orang tuanya, karena dianggap hina

seorang yang menikah dengan orang yang tabiatnya jelek (ala rinabenan

Koja). Ini terdapat pada bait ke-5:

Aja nganti mangkana ta kaki // bêcik apa cinacad sasama //

wong gêndhak kalakuwane // sapa kang duwe sunu // wadon

aweh sira rabènni // kiraku nora nana // kêjaba kêbutuh // ala

rinabenan Koja // bêcik bangsa wit tan duwe putu Êncik //

mung iku ciptanira.

Menikah haruslah dengan perempuan baik-baik, bukan menikah

dengan perempuan bayaran, karena ini tidak baik dan dapat menurunkan

martabat keluarga. Orang hidup haruslah memiliki harapan baik dalam

menjalani kehidupan dengan melakukan pernikahan. Ini ada dalam bait ke-

7 dan 8:

Wêkasane ya kêna sayêkti // ngadatira wong anom

mangkana // keh rabi dudu niyate // yen kêna sutaningsun //

arabiya jalaran bêcik // aja rabi pasogan // nistha yen dinulu

// angapêskên yayah-rena // wruhanira manungsa neng

dunya iki // yen kêna kang tinêdha.

Ingkang dhingin rahayuning dhiri // kinalisna sakehing

prakara // myang sak-sêrik sasamane // kapindho badanipun

// aja kambah barang panyakit // kaping tri aja tansah //

susah manahipun // kaping pat arsa darbeya // anak lanang

kang mursid minangka wiji // (n)dawakkên turunnira.

Page 72: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

61

Harapan-harapan baik itu diantaranya adalah, (1) terwujudnya

keselamatan diri dan terhindar dari segala masalah yang menyulitkan

dirinya, serta jangan sampai dibenci oleh masyarakat sekitarnya. (2)

Harapannya adalah badannya terhindar dari segala penyakit. (3) Jangan

sampai menemukan kesedihan atau hidup susah. (4) Memiliki anak laki-

laki yang sempurna, yang mampu meneruskan sejarah hidup keluarga dan

memberikan keturunan yang baik. Inilah pentingnya memilih calon istri

haruslah hati-hati dan teliti, karena ia akan menjadi teman hidup dalam

suka dan duka, teman hidup dalam mencari penghidupan, teman hidup

dalam mengembangkan keturunan dan teman hidup dalam mengabdi

kepada Tuhan.

d. Kriteria Utama Calon Pasangan

Calon istri haruslah memiliki 4 sifat utama, yaitu: bobot (berbobot

atau bermutu); bebet (keturunan orang baik); bibit (subur, sehat atau akan

berketurunan); dan tariman (sifat suka menerima apa yang ada, tidak

banyak tuntutan). Adapun penjelasannya sebagai berikut:89

1. Bobot dalam rambu-rambu pranikah selengkapnya berbunyi “bobot

kang mitayani” dan berkaitan dengan “ajining calon penganten”, yang

mempunyai maksud harga diri calon pengantin yang terpercaya untuk

menegakkan kehidupan berumah tangga. Syarat harga diri terpercaya

89

Artati Agoes, Kiat Sukses Menyelenggarakan Pesta Perkawinan Adat Jawa (Gaya

Surakarta dan Yogyakarta), h. 3.

Page 73: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

62

ini ada pada pasangan calon pengantin dengan merujuk pada berbagai

aspek kekuatan hidup. Diharapkan agar rumah tangga yang dibangun

menjadi kokoh dan sejahtera.

2. Bebet dalam rambu-rambu pranikah selengkapnya berbunyi “bebet

kang utama”, ini lebih mengacu pada kepribadian, yang acuannya

bukan saja pada calon pasangan, tetapi juga orang tuanya. Watak dan

keseharian orang tua sangat berpengaruh pada anak-anak mereka,

dengan merujuk aspek kepribadian ini diharapkan keluarga yang akan

dibangun akan menjadi keluarga yang terhormat.

3. Bibit dalam rambu-rambu pranikah ini selengkapnya berbunyi “bibit

kang becik”, dalam hal ini yang menjadi acuan utamanya adalah

kesehatan jasmani dari calon pasangan. Dengan memperhatikan aspek

ini diharapkan akan melahirkan keturunan yang sehat secara jasmani.

4. Tariman dalam aspek ini yang menjadi perhatian adalah karakter atau

sikap dalam menjalani hidup. Dengan memiliki pasangan yang

mempunyai sikap mampu menerima segala keadaan diharapkan bisa

menjadi teman hidup serta teman mencari nafkah yang baik demi

terwujudnya keluarga yang bahagia dan kekal.

Selain adanya 4 sifat tersebut, masih perlu dilengkapi juga secara

lahiriah untuk menjadi lebih menarik, yaitu: kecantikan yang cukup; harta

yang cukup; pangkat atau kewibawaan yang cukup di dalam masyarakat;

dan mempunyai tabiat atau karakter yang baik. Dari ke-4 hal tersebut kita

Page 74: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

63

bisa memilih salah satu yang disenangi untuk dapat melengkapi 4 sifat

utama. Namun, janganlah ngawur atau asal pilih, yang akhirnya membuat

diri menyesal. Dalam berumah tangga tidaklah mudah, seperti yang

diungkapkan dalam bait ke-9 dan 10:

Mula nora gampang wong arabi // kudu milih wanodya kang

kêna // ginawe rewang uripe // sarana ngudi tuwuh // myang

ngupaya kang sandhang bukti // wiwilangane ana // catur

upayeku // yogyane kawikannana // dhingin bobot pindho

bebet katri bibit // kaping pat tatariman.

Papat iku iya uga kanthi // dhingin warna kapindhone brana

// kaping tri kawibawane // catur pambêkanipun // êndi

ingkang sira-sênêngi // aja nganti angawang // manawa

kêduwung // karana milih wanodya // datan kêna den-

mupakatkên sasami // wuruk neng karsanira.

Berumah tangga ditujukan untuk mendapatkan sakīnah (ketentraman

dan kesejahteraan), diperlukan usaha-usaha sebelum dan sesudah menikah.

Salah satunya adalah dengan memilih calon istri berdasarkan 4 sifat utama

tersebut untuk menciptakan kehidupan rumah tangga yang sejahtera. Oleh

karena itu tidaklah gampang orang menikah dalam arti yang sebenarnya

(mula nora gampang wong arabi), yaitu menikah bukan karena tergila-gila

atau kekaguman atas apa yang melekat pada dirinya, tetapi menikah atas

dasar pertimbangan yang matang.

e. Berdasar Pilihan Sendiri

Memilih calon istri haruslah berdasarkan keputusan diri sendiri, tidak

bisa dimusyawarahkan dengan orang lain. Karena kitalah yang akan

menjalani kehidupan berumah tangga ke depan, bukan orang lain, jadi

Page 75: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

64

harus memilih calon istri secara cermat, teliti, hati-hati, dan tidak

berdasarkan nafsu pribadi. Inilah penting letaknya kedewasaan dan

kematangan diri dalam memilih dan meniti kehidupan berumah tangga.

Seperti pada potongan nasihat bait ke-10:

... karana milih wanodya, datan kêna den-mupakatkên

sasami, wuruk neng karsanira.

Manakala proses pemilihan calon istri berjalan lancar sesuai dengan

petunjuk-petunjuk di atas, maka setelah perkawinan dilangsungkan, tidak

dengan sendirinya kebahagiaan rumah tangga muncul dengan tiba-tiba,

tetapi membutuhkan pembinaan cinta dan kasih sayang antara keduanya

secara terus menerus tanpa henti dengan mengenyampingkan berbagai

godaan yang menimpa.

Page 76: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

65

BAB IV

ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV

DALAM SERAT WARAYAGNYA

A. Etika dalam Bingkai Keharmonisan

Pandangan dunia Jawa mengajarkan agar manusia mengenal dirinya

sendiri secara mendalam. Manusia dalam hal ini terdiri dari lahir dan batin

yang keduanya harus seimbang dan saling berhubungan.90

Menjadi kewajiban

moral bagi setiap manusia untuk menciptakan suasana yang selaras antara

keduanya, agar kehidupan ini dapat selaras dengan prinsip katunggalan

pamungkas.91

Karena hal ini orang Jawa memiliki anggapan bahwa kehidupan

sosial itu sudah digariskan dan hal ini tertuang dalam pranata tradisi, etika dan

agama formal.

Dalam pranata tradisi dan etika, orang harus memenuhi darma

(kewajiban) mereka dengan taat dan nrima, yaitu menerima situasi kehidupan

dan nasibnya dengan penuh syukur. Upaya mencapai keselarasan dan

pemeliharaan ketertiban adalah aspek yang menonjol. Hasrat, ambisi dan

nafsu pribadi merupakan ancaman terhadap keselarasan yang ada di dalam

masyarakat serta kekacauan dan percekcokan suatu yang amat tidak disukai.

Menurut pandangan orang Jawa, ketidakharmonisan muncul karena dirusak

90

Ahmad Khalil, Islam Jawa, Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa (Malang: UIN-

Malang Press, 2008), h. 19. 91

Ahmad Khalil, Islam Jawa, Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa, h. 21.

Page 77: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

66

oleh rasa egois dan ketidakmampuan dalam mengekang nafsu. Munculnya

kekacauan dan percekcokan disebabkan oleh pengejaran dan ambisi pribadi.

Dalam kehidupan sehari-hari yang diutamakan adalah hubungan sosial

yang menyenangkan, damai dan ramah serta memperhatikan kesatuan tujuan.

Dengan kata lain, hubungan itu harus dicirikan dengan semangat rukun,

semangat dalam keharmonisan, tenang dan damai. Hubungan ideal ini terjalin

di dalam masyarakat, persahabatan dan keluarga. Semangat hidup yang

bersatu dalam tujuan seraya menanamkan rasa kepedulian dan saling

menolong. Inilah kehidupan komunal yang dijiwai oleh spirit rukun yang

mengimplikasikan penghalusan perbedaan, kerja sama, saling menerima dan

kesediaan dalam berkompromi.

Mangkunegara IV dalam Serat Warayagnya mengajarkan bahwa untuk

menjalani kehidupan berumah tangga harus memperhatikan ajaran-ajaran yang

ada dan tidak bertingkah semaunya sendiri, karena jika demikian

keharmonisan dalam berumah tangga dan bermasyarakat tidak akan dicapai.

Nilai keharmonisan dan saling kerja sama menjadi sangat penting dalam

kehidupan berumah tangga. Keharmonisan dalam kehidupan berumah tangga

ini dapat dicapai dengan tidak meninggalkan akal dan hukum yang berlaku di

masyarakat, baik hukum adat dan syariat.

Dalam mencari pasangan tidak boleh tergesa-gesa dan terburu nafsu

serta meninggalkan pranata-pranata yang ada di dalam masyarakat yang akan

membuat kita menyesal di kemudian hari. Dalam mencari pasangan harus

Page 78: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

67

berikhtiar mengupayakan apa yang diinginkan yang dipandang baik, demi

kebaikan hidupnya di masa depan. Untuk itu ia harus mengindahkan aturan

syariat, menjaga kehormatan diri dan keselamatan hidupnya. Jika tidak

demikian, maka ia berbuat semena-mena, melanggar aturan syariat,

mengabaikan harga diri dan keselamatan diri, akhirnya menyengsarakan

hidupnya, memalukan keluarga dan menyesal selama-lamanya.

Di dalam masyarakat bagi mereka yang tidak memperhatikan pranata-

pranata hidup yang ada tidak akan diterima dalam pergaulan sehari-hari.

Akhirnya, ketika ia melamar anak perempuan pada orang tuanya, tidak akan

diterima. Karena ini merupakan aib bagi keluarga ketika perempuan menikah

dengan orang yang memiliki tabiat jelek dan lebih baik tidak memiliki anak

dan cucu. Hal ini dikarenakan idealitas dan harmoni manusia dengan Tuhan

hadir sebagai model bagi hubungan manusia dengan masyarakat. Menjalani

hidup menurut kewajiban dan pranata ketertiban sosial berarti harus mematuhi

kehendak Tuhan, dan sikap demikian akan membentuk takdir orang itu

sendiri, dalam hal ini adalah terciptanya kehidupan rumah tangga yang

harmonis di dalam masyarakat. Orang yang telah memenuhi kewajiban di

dunia ini, berarti ia telah memuliakan Tuhan dan inilah langkah awal menuju

tujuan hidup yang hakiki.

Hasrat, ambisi dan nafsu pribadi merupakan ancaman bagi keharmonisan

yang ada di dalam keluarga dan masyarakat. Untuk itu perlu diupayakan

terciptanya kemanunggalan dengan alam dan Tuhan, sehingga ia dituntut

untuk mengetahui cara-cara yang beradab dan sepenuhnya sadar dalam

Page 79: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

68

kehidupan berumah tangga dan bermasyarakat. Karena gagasan kesatuan

menyiratkan keteraturan, untuk itu perlu untuk mengenal dan tahu tatanan

serta tidak keluar dari aturan tradisi dan etika rukun. Dengan demikian dapat

tercapai keharmonisan dalam kehidupan rumah tangga dan masyarakat.

B. Nilai Kasusilaan dan Budaya

Dalam filsafat Barat, filsafat umumnya diartikan dengan cinta kearifan,

dan dalam filsafat Jawa, filsafat umumnya diartikan cinta kesempurnaan atau

ngudi kawicaksanan. Filsafat Barat lebih menekankan sebagai hasil renungan

dengan rasio dan berarti pengetahuan berbagai bidang yang dapat memberi

petunjuk pelaksanaan sehari-hari. Di dalam filsafat Jawa, kesempurnaan

berarti mengerti akan awal dan akhir hidup atau wikan sangkan paran.92

Moral atau kasusilaan adalah nilai yang sebenarnya bagi masyarakat Jawa,

yang mengatur tindak tanduknya sehari-hari di dalam masyarakat dan rumah

tangga. Dengan kata lain moral atau kasusilaan merupakan kesempurnaan

manusia sebagai manusia dalam masyarakat Jawa.93

Kasusilaan adalah

tuntutan kodrat manusia, orang Jawa menyebutnya dengan istilah budi pekerti,

unggah-ungguh, sopan santun dan tata krama.

Moral atau tata kelakuan merupakan mencerminkan sifat-sifat yang

hidup dari kelompok manusia yang dilaksanakan sebagai alat pengawas,

secara sadar maupun tidak oleh masyarakat terhadap anggota-anggotanya.

Tata kelakukan tersebut di satu pihak memaksakan suatu perbuatan dan di lain

92

Abdullah Ciptoprawiro, Falsafah Jawa (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), h. 82. 93

Abdullah Ciptoprawiro, Falsafah Jawa, h. 90.

Page 80: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

69

pihak melarangnya, sehingga secara langsung merupakan suatu alat supaya

anggota-anggotanya menyesuaikan perbuatannya dengan tata kelakuan

tersebut.

Mangkunegara IV dalam Serat Waraygnya mengenai memilih pasangan,

ia memberi pedoman jika dalam memilih pasangan hanya melihat

keelokannya, kekayaannya, martabat keturunannya dan keakraban dalam

bergaul serta hadiah-hadiah hanya untuk memikat hati saja, maka akan

mengakibatkan penyesalan di kemudian hari. Karena itu hanya menuruti nafsu

lahiriah saja, dalam memilih pasangan haruslah dilakukan secara baik-baik

agar tidak memalukan orang tua dan keluarga. Kemudian mangkunegara IV

memberi pedoman untuk memilih pasangan yang memiliki 4 ciri utama, yaitu:

berkualitas baik (bobot), berasal dari keluarga baik-baik (bebet), dapat

melahirkan anak atau berketurunan (bibit), dan mempunyai sifat mampu

menerima keadaan apapun yang terjadi (tariman). Hal ini dimaksudkan agar

pasangan suami-istri dalam kehidupan berumah tangga bukan hanya menjadi

teman hidup, tapi juga akan melahirkan keturunan yang membanggakan

keluarga dan dapat saling membantu dalam mencari nafkah serta pandai dalam

mengolah harta milik keluarga.

Pada umumnya manusia mempunyai pengetahuan adanya baik dan

buruk, pengakuan akan hal ini disebut kesadaran moral atau moralitas. Moral

adalah sesuatu yang ada di luar diri manusia dan memberi pengaruh ke dalam.

Pada akhirnya, orang yang patuh pada nilai-nilai kasusilaan atau moral akan

beruntung dan sebaliknya orang yang suka melanggar akan merugi. Kriteria

Page 81: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

70

perbuatan susila adalah kehendak sendiri atas keputusan akal yang baik, serta

penyesuaian dengan hakikat manusia.94

Mangkunegara IV dalam bait terakhir

dalam Serat Waraygnya menekankan bahwa dalam memilih calon pasangan

janganlah semaunya sendiri dan asal dapat saja, memilih calon pasangan harus

dipertimbangkan masak-masak serta berdasar pilihan sendiri, bukan

didasarkan atas musyawarah keluarga atau orang lain.

Dalam masyarakat Jawa, pesan-pesan moral atau kasusilaan

disampaikan dengan media seni, dongeng, tembang, pitutur, piweling dari

para orang tua secara turun-temurun. Masyarakat Jawa mempunyai nilai-nilai

tertentu sebagai warna yang mengatur kehidupannya. Hal ini dapat dilacak

dengan banyaknya sastra piwulang, mengenai pranikah sendiri salah satunya

terdapat dalam Serat Warayagnya.

Upaya mencari norma-norma yang mengatur hubungan antar individu

ini adalah tujuan dari penyelidikan etika. Ajaran moral mengatakan bagaimana

seorang harus hidup, sedang etika adalah bagaimana mengerti mengapa

seseorang harus mengikuti ajaran moral tertentu, atau bagaimana seseorang

dapat mengambil sikap yang bertanggungjawab berhadapan dengan ajaran

moral. Moral atau kasusilaan merupakan ajaran tentang baik dan buruk

perbuatan dan kelakuan manusia.95

Digunakan sebagai pedoman dalam

menjalani kehidupan di masyarakat untuk dapat menciptakan keselarasan dan

94

Purwadi, Tasawuf Jawa (Yogjakarta: Narasi, 2003), h. 77. 95

Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1985), h. 81.

Page 82: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

71

tujuan hidup.96

Mangkunegara IV dalam Serat Warayagnya menjelaskan

bahwa tujuan dari orang hidup adalah keselamatan dari berbagai masalah,

terhindar dari kedengkian dan kebencian orang-orang, sehat badannya,

bahagia hidupnya serta memperoleh anak laki-laki atau keturunan yang baik

yang akan melanjutkan generasi keluarga.

C. Nilai Ajaran Islam

Mangkunegara IV dalam Serat Warayganya mengajarkan mengenai

seorang suami yang tidak bisa semena-mena dengan berkuasa menguasai

segala milik istrinya, perlu adanya pengambilan hak dan kewajiban antara

suami-istri secara seimbang, serta antara keduanya melakukan kerjasama

dalam hal kehidupan berumah tangga dan mencari nafkah. Islam sebagai

agama sempurna juga mengajarkan adanya pengambilan hak dan kewajiban

dalam berumah tangga secara seimbang.97

“Dan para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka (menunggu)

tiga kali quru'. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan

96

Purwadi, Tasawuf Jawa (Yogjakarta: Narasi, 2003), h. 80. 97

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, Vol. 1

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 492.

Page 83: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

72

Allah dalam rahim mereka, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhir.

Dan para suami mereka lebih berhak kembali kepada mereka dalam (masa)

itu, jika mereka (para suami) menghendaki perbaikan. Dan mereka (para

perempuan) mempunyai hak seimbang dengan kewajibannya menurut cara

yang patut. Tetapi para suami mempunyai kelebihan di atas mereka. Allah

Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Q.S. Al-Baqarah: 228)

Ayat ini dapat dijadikan sebagai pengumuman Al-Qur’an terhadap hak-

hak perempuan.98

Para suami harus dapat mengetahui saat-saat di mana

istrinya membutuhkannya, dengan memenuhi kebutuhan mereka itulah maka

para istri tidak perlu melihat pria lain, karena suaminya telah mencukupinya.99

Dalam konteks hubungan suami istri, ayat ini menunjukkan bahwa istri

mempunyai hak dan kewajiban terhadap suami, sebagaimana suami pun

mempunyai hak dan kewajiban terhadap istri, keduanya dalam keadaan

seimbang, bukan sama. Dengan demikian perlu adanya kerja sama yang baik

dan adil antara suami dan istri agar pengambilan hak dan kewajiban berjalan

secara harmonis. Seperti halnya dalam bekerja atau mencari nafkah, meskipun

suami mempunyai tugas utama dalam hal ini, bukan berarti istri tidak

diharapkan bekerja juga, apalagi ketika penghasilan suami dirasa kurang untuk

memenuhi kebutuhan hidup bersama. Di sisi lain, meskipun pada umumnya

istri mempunyai tugas membersihkan rumah, mencuci, memasak dan

pekerjaan rumah tangga lainnya, bukan berarti suami membiarkannya tanpa

berusaha untuk membantu.

98

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, Vol. 1,

h. 492. 99

Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi (3), penerjemah Fathurrahman, Ahmad Hotib, Dudi

Rasyadi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 273.

Page 84: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

73

Dalam hal memilih calon pasangan, Mangkunegara IV mengajarkan

harus teliti, tidak tergesa-gesa menuruti hawa nafsu dan harus memilihnya

secara tepat. Seorang laki-laki harus secara cermat dan hati-hati dalam

memilih calon istri (den-patitis pamilihe, aywa kasêsèng kayun). Mengingat

menurut kebiasaannya pemuda lebih aktif dalam mendekati wanita, lebih

berani dan tidak malu-malu, namun, pemuda terkadang mudah terpesona,

hingga akhirnya salah menentukan pilihan dan menyesal di kemudian hari.

Seorang pemuda jangan mudah tergoda dan terpesona, harus tetap waspada

dan bersikap awas dalam memilih calon istri, dan dalam menghadapi segala

cobaan (wong anom dadi brangtane). Dalam hal ini ada 4 godaan yang sering

membuat pemuda menjadi ceroboh dan salah memilih pasangan, yaitu:

melihat kecantikan wanita; melihat kekayaannya; melihat derajatnya yang

tinggi; dan karena pergaulan dan sambung rasa dengannya. Rasa kagum atas

harta, kecantikan, dan pangkat, apalagi disertai pemberian hadiah itu wajar,

namun, kalau sampai menghilangkan akal sehatnya maka itu tidak benar,

karena pikirannya dikalahkan perasaan dan emosinya.100

Ini sejalan dengan

surat Al-Baqarah ayat 221 yang melarang menikahi wanita musyrik sekalipun

kecantikannya, hartanya, dan kedudukannya sangat tinggi.

100

Moh. Ardani, Al-Qur‟an dan Sufisme Mangkunegara IV (Studi Serat-Serat Piwulang), h.

202.

Page 85: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

74

“Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik, sebelum mereka beriman.

Sungguh, hamba sahaya yang beriman lebih baik daripada perempuan

musyrik meskipun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu nikahkan orang

(laki-laki) musyrik (dengan perempuan yang beriman) sebelum mereka

beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada

laki-laki musyrik meskipun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka,

sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. (Allah)

menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka mengambil

pelajaran.” (Q.S. Al-Baqarah: 221)

Pemilihan pasangan adalah batu pertama pondasi bangunan rumah

tangga, yang harus kuat untuk menopang bangunan yang ada di atasnya.101

Pondasi yang kuat ini tidak berasal dari kecantikan dan ketampanan, karena

keduanya bersifat relatif dan cepat pudar. Bukan juga harta, karena harta

mudah didapat sekaligus mudah lenyap. Bukan pula status sosial atau

kebangsawanan karena yang ini pun sementara dan dapat lenyap seketika.

Dalam ayat ini dijelaskan pondasi yang kokoh tersebut adalah berdasar iman

kepada Yang Maha Esa.102

Firman ini merupakan pemberitahuan bahwa

budak perempuan yang beriman adalah lebih baik daripada seorang wanita

musyrik, meskipun wanita musyrik ini mempunyai kedudukan dan kekayaan,

101

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, Vol. 1,

h. 472. 102

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, Vol. 1,

h. 473.

Page 86: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

75

menarik hatimu dengan keindahannya dan yang lainnya.103

Pernikahan

dimaksudkan agar terjalin hubungan yang harmonis, minimal antara pasangan

suami istri dan anak-anaknya. Ini bisa dicapai ketika mereka mempunyai nilai-

nilai hidup yang sama. Nilai-nilai inilah yang akan mewarnai pikiran dan

tingkah laku seseorang. Inilah pentingnya memilih calon istri secara hati-hati

dan teliti, karena ia akan menjadi teman hidup dalam suka dan duka, teman

hidup dalam mencari penghidupan, teman hidup dalam mengembangkan

keturunan dan teman hidup dalam mengabdi kepada Tuhan.

Dalam surah Al-Baqarah ayat 223 mengibaratkan istri sebagai ladang,

yang harus diolah dengan baik agar menghasilkan panen yang baik.

“Istri-istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladang-ladangmu itu

kapan saja dengan cara yang kamu sukai. Dan utamakanlah (yang baik)

untuk dirimu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu (kelak)

akan menemui-Nya. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang yang

beriman.” (Q.S. Al-Baqarah: 223)

Laki-laki dan perempuan harus pandai-pandai memilih calon

pasangannya. Istri adalah ladang, jika ladangnya bagus, maka benih yang

ditanam akan tumbuh dengan baik, begitu pun sebaliknya, jika ladangnya

tidak bagus, jangan harapkan benih yang telah ditanam akan tumbuh dengan

baik. Namun, setelah benih itu tumbuh dengan baik perlu juga untuk dirawat

103

Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi (3), penerjemah Fathurrahman, Ahmad Hotib, Dudi

Rasyadi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 150.

Page 87: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

76

dengan baik pula.104

Perempuan merupakan tempat menyemai keturunan,105

untuk mendapatkan istri yang baik atau ladang yang bagus untuk tempat

bercocok-tanam perlu adanya usaha untuk mendapatkannya, tidak bisa

sembarangan dan memilih secara asal-asalan.

Dalam Islam perempuan juga mempunyai hak yang sama untuk memilih

pasangannya. Seperti yang diisyaratkan dalam surah An-Nûr ayat 32, yang

terjemahannya:

“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan

juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang

laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi

kemampuan mereka dengan karunia-Nya. Dan allah Maha Luas (pemberian-

Nya), Maha Mengetahui.” (Q.S. An-Nûr: 32)

Ayat ini juga termasuk ke dalam masalah bertabir dan memperbaiki diri.

Maksudnya, nikahkanlah orang-orang yang tidak memiliki pendamping

diantara kalian, laki-laki dan perempuan, sebab itu merupakan jalan untuk

memelihara kesucian diri.106

Dan prinsip yang benar menurut Islam dalam

memilih calon istri dan suami adalah unsur ketakwaan, sebagai ukuran yang

paling utama dan tidak bisa digantikan dengan ukuran yang lain.107

Seperti

yang ada dalam surah Al-Hujarât ayat 13, yang terjemahannya:

“Wahai manusia, sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-

laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-

bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling

104

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, Vol. 1,

h. 480. 105

Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi (3), penerjemah Fathurrahman, Ahmad Hotib, Dudi

Rasyadi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 202. 106

Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi (17), penerjemah Fathurrahman, Ahmad Hotib, Dudi

Rasyadi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 600. 107

Mahmud ash-Shabbagh, Keluarga Bahagia dalam Islam (Solo: CV. Pustaka Mantiq,

1993), h. 63.

Page 88: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

77

mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.

Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.” (Q.S. Al-Hujarât: 13)

Berumah tangga ditujukan untuk mendapatkan sakinah (ketentraman dan

kesejahteraan), diperlukan usaha-usaha sebelum dan sesudah menikah. Salah

satunya adalah dengan memilih calon istri berdasarkan 4 sifat utama

menciptakan kehidupan rumah tangga yang sejahtera. 4 sifat utama tersebut

yaitu: bobot (berbobot atau bermutu); bebet (keturunan orang baik); bibit

(subur, sehat atau bisa berketurunan); dan tariman (sifat suka menerima apa

yang ada, tidak banyak menuntut).108

Tidaklah gampang orang menikah dalam

arti yang sebenarnya (mula nora gampang wong arabi), yaitu menikah bukan

karena tergila-gila atau kekaguman atas apa yang melekat pada dirinya, tetapi

menikah atas dasar pertimbangan yang matang.

Dalam hadis Nabi, kita menikahi perempuan karena 4 perkara, yaitu

kecantikannya, keluarganya, kekayaannya, dan agamanya. Namun, kita akan

selamat ketika menikahi wanita karena agamanya, bukan karena kecantikan,

keluarga, dan kekayaan.

“Perempuan dinikahi karena empat hal, yaitu: hartanya, kedudukannya,

kecantikannya dan agamanya. Pilihlah perempuan karena agamanya, niscaya

engkau akan beruntung.” (Dikutip dari Kitab Mukhtarul Hadits, no. 21).

Agama yang dimaksud di sini adalah komitmen dan kesungguhan dalam

menjalankan ajaran agamanya. Ini dijadikan pilihan utama karena itulah yang

akan langgeng. Kekayaan suatu ketika akan lenyap dan kecantikan suatu

108

Moh. Ardani, Al-Qur‟an dan Sufisme Mangkunegara IV (Studi Serat-Serat Piwulang), h.

205.

Page 89: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

78

ketika dapat pudar demikian pula kedudukan, suatu ketika akan hilang.

Kecantikan, keluarga dan kekayaan memang patut untuk diperhatikan. Hanya

yang menjadi pertimbangan utama ialah keteguhan dalam beragama atau

akhlak, bukan fisik, nasab, kekayaan, jabatan atau sesuatu yang lain.109

Manakala proses pemilihan calon istri berjalan lancar sesuai dengan petunjuk-

petunjuk di atas, maka setelah perkawinan dilangsungkan, tidak dengan

sendirinya kebahagiaan rumah tangga muncul dengan tiba-tiba, tetapi

membutuhkan pembinaan cinta dan kasih sayang antara keduanya secara terus

menerus tanpa henti dengan mengenyampingkan berbagai godaan yang

menimpa.

Sama halnya dalam surah Al-Rûm ayat 21 yang menyatakan bahwa

salah satu tanda kekuasaan Allah ialah manusia disediakan jodoh dari jenisnya

sendiri agar mereka hidup tenteram, seraya ia tumbuhkan rasa cinta mencintai

dan sayang menyayangi antara keduanya.

“Dan di antara tanda-tanda (kebesarann)-Nya ialah Dia menciptakan

pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan

merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan

sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda

(kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.” (Q.S. Al-Rûm: 21)

109

Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), h.

16.

Page 90: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

79

Pasangan suami istri hendaknya menyatu sehingga menjadi diri yang

satu, yakni menyatu dalam perasaan dan pikirannya, dalam cita dan

harapannya, dalam gerak dan langkahnya, bahkan dalam menarik dan

menghembuskan nafas.110

Allah menciptakan perempuan dan laki-laki untuk

berpasangan dan berkasih sayang satu sama lain.111

Pernikahan merupakan

penyatuan ruhani dan jasmani, sehingga pasangan suami istri masing-masing

merasakan ketenangan di samping pasangannya serta cenderung kepadanya.

Mawaddah adalah kelapangan dan kekosongan, jalan menuju

diabaikannya segala godaan kenikmatan duniawi dan tidak memutuskan

hubungan suami istri, apapun yang terjadi. Kesediaan suami untuk membela

istri, kesediaan seorang perempuan untuk hidup bersama seorang laki-laki dan

meninggalkan keluarga, serta keduanya saling membuka rahasia paling dalam.

Semua ini adalah hal yang tidak mudah untuk terlaksana tanpa adanya kuasa

Allah mengatur hari suami istri.112

Rahmat pada suami istri lahir bersamaan

dengan lahirnya anak, atau ketika pasangan suami istri itu telah mencapai usia

lanjut.113

Betapapun baik rahmat maupun mawadah keduanya adalah anugerah

Allah yang sangat nyata diberikan kepada pasangan suami istri, kapan pun dan

di mana pun ia berada.

110

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, Vol.

11 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 34. 111

Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi (14), penerjemah Fathurrahman, Ahmad Hotib, Dudi

Rasyadi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 40. 112

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, Vol.

11, h. 36. 113

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, Vol.

11, h. 37.

Page 91: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

80

Dalam Serat Warayagnya ini lebih banyak dijelaskan tata cara memilih

pasangan yang memang sejalan dengan ajaran Islam, tetapi tidak dijelaskan

bagaimana cara melamar pasangan. Islam sebagai agama menganggap

pernikahan selain memberi manfaat bukan saja untuk diri sendiri tetapi juga

untuk keluarga, masyarakat dan bangsa. Jika kita belum mampu untuk

menikah, maka dianjurkan untuk berpuasa.114

Islam mengatur pernikahan

dengan sangat lengkap, mulai dari memilih pasangan, melamar, pernikahan,

rumah tangga sampai pada perceraian dan pembagian waris. Untuk melamar

sendiri akan penulis bahas karena sangat dekat dengan pembahasan yang

tengah dikaji. Dalam Islam dikenal dengan apa yang disebut dengan khitbah

(peminangan).115

Khitbah secara etimologi bermakna permintaan. Khitbah

(peminangan) secara sederhana diartikan dengan: penyampaian kehendak

untuk melangsungkan ikatan perkawinan. Secara terminologi mempunyai arti

menunjukkan (menyatakan) permintaan untuk perjodohan dari seorang laki-

laki pada seorang perempuan atau sebaliknya.116

Dengan demikian dapat

disimpulkan khitbah mempunyai kriteria sebagai berikut:

1. Khitbah dimulai dengan suatu permintaan (penyampaian kehendak).

2. Khitbah bisa dilakukan oleh seorang laki-laki kepada seorang perempuan

secara langsung atau diwakilkan.

114

Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), h. 16. 115

Mahmud ash-Shabbagh, Keluarga Bahagia dalam Islam, h. 60. 116

Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, h. 17.

Page 92: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

81

3. Khitbah bisa juga dilakukan oleh pihak perempuan kepada seorang laki-

laki melalui seorang perantara.

4. Khitbah dilakukan dengan cara yang baik.

Khitbah ini dimaksudkan sebagai pendahulaun dalam pernikahan, agar

calon suami-istri saling kenal mengenal, sehingga perkawinan yang akan

mereka tempuh betul-betul didasarkan pada saling pengertian dan

keterusterangan yang pada akhirnya dapat memperkuat ikatan perkawinan

yang diadakan sesudah itu. Seperti dalam sepotong hadis yang terjemahannya:

“Melihatlah kepadanya karena yang demikian akan lebih menguatkan ikatan

perkawinan.” (Hadits Nabi dari Al-Mughirah bin Syu’bah yang dikeluarkan

Tirmidzi dan Nasa’i).117

117

Ibnu Hajar, Bulughul Maraam (Surabaya: Al-Hidayah, tt), h. 200.

Page 93: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

82

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam Serat Warayagnya penulis menemukan bahwa etika pranikah

yang diajarkan oleh Mangkunegara IV tidak lepas dari pandangan orang Jawa

yang ingin mencapai keselarasan dan pemeliharaan ketertiban. Di dalam

masyarakat, harus memperhatikan pranata-pranata hidup yang ada agar dapat

diterima dalam pergaulan. Hasrat, ambisi dan nafsu pribadi merupakan

ancaman bagi keharmonisan yang ada di dalam keluarga dan masyarakat.

Moral dan kasusilaan merupakan nilai utama dalam menjalani kehidupan di

dalam keluarga dan masyarakat yang mengatur tindak tanduknya sehari-hari.

Serat Warayagnya juga mengandung nilai-nilai ajaran Islam. Seperti

keseimbangan dalam pengambilan hak dan kewajiban antara suami-istri.

Suami yang tidak bisa begitu saja memperlakukan istrinya semena-mena,

seperti yang tertuang dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 128. Kemudian dalam

memilih calon pasangan harus hati-hati dan teliti, jangan sampai tergoda

hanya karena dia cantik, kaya serta berpangkat, seperti yang dijelaskan dalam

Q.S. Al-Baqarah ayat 221. Pernikahan dimaksudkan agar terjalin hubungan

yang harmonis serta mendapat ketentraman hidup serta berkasih sayang antara

keduanya, seperti yang dijelaskan dalam Q.S. Ar-Rûm ayat 21. Dalam

pemilihan calon pasangan merupakan pondasi awal untuk dapat mencapai

tujuan tersebut.

Page 94: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

83

Dalam Serat Warayagnya memang lebih banyak berisi tuntunan bagi

laki-laki dalam memilih calon istri, yang menempatkan perempuan sebagai

objek yang dipilih daripada subjek yang memilih, ini tidak lain sesuai dengan

tradisi masyarakat waktu itu. Namun, bukan berarti hanya laki-laki saja berhak

menentukan pilihannya, perempuan pun juga berhak menentukan pilihannya.

Dengan kata lain perempuan berhak menolak permintaan laki-laki apabila ia

tidak menyukainya, seperti diisyaratkan dalam permulaan Serat Warayagnya

bait ke-2 yang menyatakan bahwa serat ini ditujukan kepada putra dan putri

yang akan menikah (kakung putri ing reh palakrami, sumawana kang sami

jajaka, tan wun têmbe pikramane).

B. Saran-Saran

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,

khususnya bagi penulis pribadi. Penulis menerima segala kritik dan saran yang

bersifat membangun, untuk dapat menyempurnakan kepenulisan skripsi ini.

Penulis mempunyai beberapa saran bagi peneliti selanjutnya yang ingin

meneliti di tema yang sama, yaitu:

1. Mangkunegara IV mempunyai 2 karya tulis yang bertemakan pernikahan

dan rumah tangga, yaitu Serat Warayagnya dan Serat Darmalaksita.

Untuk peneliti selanjutnya dapat menyempurnakan skripsi ini (Serat

Warayagnya) dengan mengombinasikan Serat Darmalaksita, atau meneliti

secara khusus dan mendalam mengenai Serat Darmalaksita.

Page 95: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

84

2. Selain Mangkunegara IV ada Raden Ngabehi Ronggowarsito yang hidup

semasa dan juga menulis karya dengan tema pernikahan dan rumah

tangga, yaitu Serat Candrarini. Untuk peneliti selanjutnya dapat

menyempurnakan skripsi ini (Serat Warayagnya) dengan

mengombinasikan Serat Candrarini dan Serat Darmalaksita, atau meneliti

secara khusus dan mendalam mengenai Serat Candrarini.

Page 96: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

85

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Amin. Filsafat Etika Islam. Bandung: Mizan, 2002.

Abdullah, Yatimin. Pengantar Studi Etika. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2006.

Adzlan. “Pendewasaan Usia Perkawinan.” Artikel diakses pada 05 Juni 2017 dari

http://lampung.bkkbn.go.id/_layouts/mobile/dispform.aspx?

Agoes, Artati. Kiat Sukses Menyelenggarakan Pesta Perkawinan Adat Jawa

(Gaya Surakarta dan Yogyakarta). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2001.

Al-Hayati, Ra’d Kamil Musthafa. Membina Rumah Tangga yang HarmoniI.

Jakarta: Pustaka Azzam, 2001.

Amin, Ahmad. Etika (Ilmu Akhlak). Terj. KH Farid Ma’ruf, judul asli Al-Akhlaq,

Cet. 3. Jakarta: Bulan Bintang, 1983.

Any, Anjar. Menyingkap Serat Wadatama. Semarang: Aneka Ilmu, 1986.

_____________. Perkawinan Adat Jawa Lengkap. Surakarta: PT. Pabelan, 1986.

Ardani, Mohammad. Al-Qur’an dan Sufisme Mangkunegara IV (Studi Serat-Serat

Piwulang). Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995.

Ash-Shabbagh, Mahmud. Keluarga Bahagia dalam Islam. Solo: Pustaka Mantiq.

1993.

Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1992.

Bailharz, Pater. Teori-Teori Sosial; Observasi Kritis Terhadap Para Filosof

Terkemuka. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2002.

Bakri, Oemar. Akhlak Muslim. Bandung: Angkasa, 1981.

Page 97: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

86

Bas. “Tren Cerai Gugat Masyarakat Muslim di Indonesia.” Artikel diakses pada

07 November 2016 dari balitbangdiklat.kemenag.go.id

Bertens, K. Etika. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2013.

Biro Kepegawaian Sekretaris Jenderal Departemen Agama RI. Agama Islam:

Modul Orientasi Pembekalan Calon PNS. Jakarta: Departemen Agama RI,

2004.

Ciptoprawiro, Abdullah. Falsafah Jawa. Jakarta: Balai Pustaka, 1986.

Daryono. Etos Dagang Orang Jawa Pengalaman Raja Mangkunegara IV.

Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

Devos, H. Pengantar Etika. Yogyakarta: Tirta Warna, 1997.

Joker, Jan. dkk. Metodologi Penelitian: Panduan untuk Master dan Ph.D. di

Bidang Manajemen. Jakarta: Salemba Empat, 2011.

Khalil, Ahmad. Islam Jawa, Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa. Malang:

UIN-Malang Press, 2008.

Kharlie, Ahmad Tholabi. Hukum Keluarga Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika,

2013.

Latif, Nasaruddin. Ilmu Perkawinan Problematika Seputar Keluarga dan Rumah

Tangga. Bandung: Pustaka Hidayah, 2001.

Mangkunegaran IV, KGPAA. Serat Piwulang Warna-Warni. Transkripsi oleh

Mulyadi Mulyo Hutomo dan Muhammad Husodo. Solo: Rekso Pustoko.

1980.

_____________. Serat Wedhatama. Semarang: Dahara Prize, 1994.

Mardani. Hukum Keluarga Islam di Indonesia. Jakarta: Prenadamedia Group.

2016.

Page 98: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

87

Muchtar, Kamal. Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan. Jakarta: Bulan

Bintang. 1974.

Nasr, Seyyed Hossein, Oliver Leaman. Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam.

Bandung: Mizan, 2013.

Basri. Metodologi Penelitian Sejarah (Pendekatan Teori dan Praktik). Jakarta:

Restu Agung, 2016.

Mustofa, Ahmad. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: CV Pustaka Setia, 1999.

Nasution, Harun. Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran. Bandung: Mizan,

1996.

Nasution, Khoiruddin. Hukum Perkawinan I. Yogyakarta: ACAdeMIA &

Tazzafa, 2005.

Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.

Perpustakaan Nasional RI: Katalog dalam Terbitan (KDT). Etika Berkeluarga,

Bermasyarakat, dan Berpolitik (Tafsir Al-Qur‟an Tematik). Jakarta:

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2009.

Poedjawiyatna. Etika Filsafat Tingkah Laku. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta,

2003.

Poerwadarminta. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1985.

Poespoprodjo. Filsafat Moral Kesusilaan dalam Teori dan Praktek. Bandung:

Penerbit Pustaka Grafika, 1999.

Prodjohamidjojo, Martiman. Hukum Perkawinan Indonesia. Jakarta: Indonesia

Legal Center Publising, 2012.

Purwadi. Tasawuf Jawa. Yogjakarta: Narasi, 2003.

Qurthubi. Tafsir Al-Qurthubi. Penerjemah: Fathurrahman, Ahmad Hotib, Dudi

Rasyadi. Jakarta: Pustaka Azzam. 2007.

Page 99: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

88

Ramulyo, Idris. Hukum Perkawinan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2004.

Raper, Jan Hendrik. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Kanisius, Pus Wilayah,

1996.

Ricklefs, M. C.. Sejarah Indonesia Modern. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta,

2015.

Rofiq, Ahmad. Hukum Perdata Islam di Indonesia. Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali

Pers, 2013.

Rusdi, Rohmani. Manipulasi Hidup: Tragedi Harta, Tahta, dan Wanita. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya, 1995.

Ruslan, Rosyadi. Etika Kehumanan. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004.

Sabdacarakatama. Serat Wedhatama. Yogjakarta: Narasi, 2010.

Salam, Burhanuddin. Etika Individual. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000.

Serat Wadhatama. Surakarta: Yayasan Mangadeg Surakarta, 1975.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an.

Volume 1. Jakarta: Lentera Hati. 2002.

_____________. Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an.

Volume 11. Jakarta: Lentera Hati. 2002.

Siswokartono, Soetomo. Sri Mangkunegara IV Sebagai Penguasa dan Pujangga.

Semarang: Aneka Ilmu, 2006.

Soeharso, dan Ratnoningsih, Aan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang:

Widya Karya, 2005.

Soekimin. “Sabdatama KGPAA Mangkunegara IV dalam Karya Sastra Jawa.”

Cakrawala Pendidikan no. 3 (Juli, 1983): h. 29-43.

Suryabrata, Sumardi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Press, 1997.

Page 100: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

89

Susurin, dan Muslim, Moh. “Pendidikan bagi Calon Pengantin.” Jurnal Bimas

Islam vol. 7 no. 2 (Jakarta, 2014): h. 223-246.

Tinus, Harold H. Persoalan-Persoalan Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang, 1998.

Wawancara Pribadi dengan Translitor Perpustakaan Reksa Pustaka

Mangkunegaran Ibu Darweni. Surakarta, 31 Oktober 2016.

Widjajanti, Rosmaria, Sjafariah. Etika. Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,

2008.

Widya, Risnawaty. “Perlukah Pendidikan Pra Nikah?.” Artikel diakses pada 25

Maret 2017 dari untar.ac.id/fp/perlukah-pendidikan-pranikah/?lang=id

Wilis, Sofyan. Konseling Keluarga. Bandung: Alfabeta, 2009.

Yaswirman. Hukum Keluarga: Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat

dalam Masyarakat Matrilineal Minangkabau. Jakarta: PT RajaFrafindo

Persada, 2013.

Zubair, Ahmad, dan Charris. Kuliah Etika. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

1995.

Page 101: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

90

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Serat Warayagnya

Dhandhanggula

1. Warayagnya wêdharing palupi, pinandara macapat sarkasa, ing nalika

panitrane, Senên ping kalihlikur, sasi Saban Dhêsta Be warsi, sangkala

Nyatur Slira, Mumulung mring Sunu, (n)Jêng Gusti Pangran Dipatya,

Arya Prabu Prangwadana kang amarni, winahya mring pra putra.

2. Kakung putri ing reh palakrami, sumawana kang sami jajaka, tan wun

têmbe pikramane, marma tinalyeng wuwus, wasitane mêngku pawastri,

ywa dumeh yen wong priya, misesa andhaku, mring darbekireng

wanodya, palakrama nalar lan kukum kang dadi, yen tinggal têmah

nistha.

3. Wuryaning reh priya kang rumiyin, lamun arsa angupaya garwa, den-

patitis pamilihe, aywa kasêsèng kayun, mbokmanawa kêduwung wuri,

ya bênêr yen wong lanang, wênang duwekipun, rabiya ping pat sadina,

kêna uga wuruk karêpe pribadi, nanging ta tan mangkana.

4. Dadi ora ana ala bêcik, ngilangakên istiyaring gêsang, yen ngarah-apa

tekade, andarung kadalurung, ngelmu sarak denorak-arik, (m)buwang

ajining badan, lumuh reh rahayu, tur upama kalakonna kasangsara

kaduwunge anêkani, manglah nunutuh driya.

5. Aja nganti mangkana ta kaki, bêcik apa cinacad sasama, wong gêndhak

kalakuwane, sapa kang duwe sunu, wadon aweh sira rabènni, kiraku

nora nana, kêjaba kêbutuh, ala rinabenan Koja, bêcik bangsa wit tan

duwe putu Êncik, mung iku ciptanira.

6. Kawruhana kaduwunging ati, jalaranne mung patang prakara, wong

anom dadi brangtane, dhingin myat warna ayu, kaping pindho melik

wong sugih, kaping tri kawibawan, lan kaping patipun, kêna sambang

sarawungan, rokok kinang winèhkên lan ujar manis, rinukêt mrih

asmara.

7. Wêkasane ya kêna sayêkti, ngadatira wong anom mangkana, keh rabi

dudu niyate, yen kêna sutaningsun, arabiya jalaran bêcik, aja rabi

pasogan, nistha yen dinulu, angapêskên yayah-rena, wruhanira

manungsa neng dunya iki, yen kêna kang tinêdha.

8. Ingkang dhingin rahayuning dhiri, kinalisna sakehing prakara, myang

sak-sêrik sasamane, kapindho badanipun, aja kambah barang panyakit,

Page 102: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

91

kaping tri aja tansah, susah manahipun, kaping pat arsa darbeya, anak

lanang kang mursid minangka wiji, (n)dawakkên turunnira.

9. Mula nora gampang wong arabi, kudu milih wanodya kang kêna,

ginawe rewang uripe, sarana ngudi tuwuh, myang ngupaya kang

sandhang bukti, wiwilangane ana, catur upayeku, yogyane

kawikannana, dhingin bobot pindho bebet katri bibit, kaping pat

tatariman.

10. Papat iku iya uga kanthi, dhingin warna kapindhone brana, kaping tri

kawibawane, catur pambêkanipun, êndi ingkang sira-sênêngi, aja nganti

angawang, manawa kêduwung, karana milih wanodya, datan kêna den-

mupakatkên sasami, wuruk neng karsanira.

B. Pura Mangkunagaran

Sumber: surakarta.co.id/puramangkunegaran

Page 103: ETIKA PRANIKAH MENURUT MANGKUNEGARA IV DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36154/2/KOLIK... · mencapai Sarjana Agama (S. Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN

92

C. Makam KGPAA Mangkunegara IV

Sumber: kompasiana.com/dokter.kusmanto

D. Perpustakaan Rekso Pustoko Pura Mangkunegaran

Sumber: puramangkunegaran.com/perpustakaan