View
696
Download
12
Embed Size (px)
Citation preview
Pengambil Keputusan dalam Menghadapi Dilema Etik / Moral Pelayanan Kebidanan
Menurut Daryl Koehn (1994) bidan dikatakan profesional bila dapat menerapkan etika dalam
menjalankan praktik. Bidan ada dalam posisi baik yaitu memfasilitasi pilihan klien dan
membutuhkan peningkatan pengetahuan tentang etika untuk menetapkan dalam strategi
praktik kebidanan.
Menurut George R.Terry, pengambilan keputusan adalah memilih alternatif yang ada. Ada 5
(lima) hal pokok dalam pengambilan keputusan:
1. Intuisi berdasarkan perasaan, lebih subyektif dan mudah terpengaruh
2. Pengalaman mewarnai pengetahuan praktis, seringnya terpapar suatu kasus meningkatkan
kemampuan mengambil keputusan terhadap nsuatu kasus
3. Fakta, keputusan lebih riel, valit dan baik.
4. Wewenwng lebih bersifat rutinitas
5. Rasional, keputusan bersifat obyektif, trasparan, konsisten
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan :
1. Posisi/kedudukan
2. Masalah, terstruktur, tidak tersruktur
3. Situasi
4. Kondisi
5. Tujuan
Kerangka Pengambilan Keputusan dalam asuhan kebidanan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Bidan harus mempunyai responsibility dan accountability.
2. Bidan harus menghargai wanita sebagai individu dan melayani dengan rasa hormat.
3. Pusat perhatian pelayanan bidan adalah safety and wellbeing mother.
4. Bidan berusaha menyokong pemahaman ibu tentang kesejahteraan dan menyatakan
pilihannya pada pengalaman situasi yang aman.
5. Sumber proses pengambilan keputusan yang lainnya adalah :
a. Knowledge
b. Ajaran intrinsic
c. Kemampuan berfikir kritis
d. Kemampuan membuat keputusan klinis yang logis
Pengambilan keputusan yang etis
1. Ciri keputusan yang etis, meliputi :
a. Mempunyai pertimbangan benar salah
b. Sering menyangkut pilihan yang sukar
c. Tidak mungkin dielakkan
d. Dipengaruhi oleh norma,situasi,iman,lingkungan social.
2. Situasi
a. Mengapa kita perlu situasi:
1) Untuk menerapkan norma-norma terhadap situasi
2) Untuk melakukan perbuatan yang tepat dan berguna
3) Untuk mengetahui masalah-masalah yang perlu diperhatikan
b. Kesulitan-kesulitan dalam mengerti situasi:
1) Kerumitan situasi dan keterbatasan pengetahuan kita
2) Pengertian kita terhadap situasi sering dipengaruhi oleh kepentingan, prasangka dan factor-
faktor subjektif lain
c. Bagaimana kita memperbaiki pengertian kita tentang situasi :
1) Melakukan penyelidikan yang memadai
2) Menggunakan sarana ilmiah dan keterangan para ahli
3) Memperluas pandangan tentang situasi
4) Kepekaan terhadap pekerjaan
5) Kepekaan terhadap kebutuhan orang lain
Sistim pengambilan keputusan merupakan bagian dasar dan integral dalam praktek
suatu profesi. Keberadaan yang sangat penting, karena akan menentukan tindakan
selanjutnya. Keterlibatan bidan dalam proses pengambilan keputusan sangat penting karena
dipengaruhi oleh 2 hal :
1. Pelayanan ”one to one” : Bidan menghadapi klien secara perorangan dan bidan bisa
memenuhi kebutuhan klien sesuai wewenang.
2. Meningkatkan sensitivitas terhadap klien bidan berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan.
Pertimbangan Moral Dalam Pengambilan Keputusan Ketika Menghadapi Delima Etik :
TK I
Keputusan dan tindakan : Bidan merefleksikan pada pengalaman atau pengalaman rekan
kerja.
TK II
Peraturan : berdasarkan kaidah kejujuran ( berkata benar), privasi, kerahasiaan dan
kesetiaan ( menepati janji. Bidan sangat familiar, tidak meninggalkan kode etik dan panduan
praktek profesi.
TK III
Ada 4 prinsip etik yang digunakan dalam perawatan praktek kebidanan:
ANTONOMY, memperhatikan penguasaan diri, hak kebebasan dan pilihan individu.
BENETICENCE, memperhatikan peningkatan kesejahteraan klien, selain itu berbuat terbaik
untuk orang lain.
NON MALETICENCE, tidak melakukan tindakan yang menimbulkan penderitaan apapun
kerugian pada orang lain.
YUSTICE, memperhatikan keadilan, pemerataan beban dan keuntungan. ( Beaucamo &
Childrens 1989 dan Richard, 1997)
Dasar Pengambilan keputusan :
1. Bersifat segera
2. Keterpaksaaan karena suatu krisis, yang menuntut sesuatu unutuk segera dilakukan.
Bentuk pengambilan keputusan :
1. Strategi : dipengaruhi oleh kebijakan organisasi atau pimpinan, rencana dan masa depan,
rencana bisnis dan lain-lain.
2. Cara kerja : yang dipengaruhi pelayanan kebidanan di dunia, klinik, dan komunitas.
3. Individu dan profesi : dilakukan oleh bidan yang dipengaruhi oleh standart praktik
kebidanan.
Pendekatan tradisional dalam pengambilan keputusan :
1. Mengenal dan mengidentifikasi masalah
2. Menegaskan masalah dengan menunjukan hubungan antara masa lalu dan sekarang.
3. Memperjelas hasil prioritas yang ingin dicapai.
4. Mempertimbangkan pilihan yang ada.
5. Mengevaluasi pilihan tersebut.
6. Memilih solusi dan menetapkan atau melaksanakannya.
Pengambilan Keputusan yang Etis
Ciri 2nya:
1. Mempunyai pertimbangan yang benar atau salah
2. Sering menyangkut pilihn yang sukar
3. Tidak mungkin dielakkan
4. Dipengaruhi oleh norma, situasi, iman,lingkungan social.
Pengambilan keputusan dalam keadaan kritis :
1. Identifikasi dan tegaskan apa masalahnya, baik oleh sendiri atau dengan orang lain.
2. Tetapkan hasil apa yang diinginkan.
3. Uji kesesuaian dari setiap solusi yang ada.
4. Pilih solusi yang lebih baik.
5. Laksanakan tindakan tanpa ada keterlambatan.
TEORI-TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Teori Utilitarisme
Teori utilitarisme mengutamakan adanya konsekuensi kepercayaan adanya kegunaan.
Dipercaya bahwa semua manusia mempunyai perasaan menyenangkan dan perasaan sakit.
Ketika keputusan dibuat seharusnya memaksimalkan kesengangan dan meminimalkan
ketidaksenangan. Prinsip umum dan utilitarisme adalah didasarkan bahwa tibdakan moral
menghasilkan kebahagiaan yang besar bila menghasilkan jumlah atau angka yang besar . Ada
2 bentuk teori utilitarisme :
a) Utilitarisme berdasarkan tindakan
Setiap tindakan ditujukan untuk keuntungan yang akan menghasilkan hasil atau tindakan
yang lebih besar.
b) Ultilitarisme berdasarkan aturan
Modifikasi antara utilitarisme tindakan dan aturan moral, aturan yang baik akan
menghasilkan keuntungan yang maksimal.
2. Teori Deontology
Menurut Immanuel Kant: sesuatu dikatakan baik dalam arti sesungguhnya adalah kehendak
yang baik, kesehatan, kekayaan, kepandaian adalah baik, jika digunakan dengan baik oleh
kehendak manusia, tetapi jika digunakan dengan kehendak yang jahat, akan menjadi jelek
sekali. Kehendak menjadi baik jika bertindak karena kewajiban . Kalau seseorang bertindak
karena motif tertentu atau keinginan tertentu berarti disebut tindakan yang tidak baik.
Bertindak sesuai kewajiban disebut legalitas. Menurut W.D Ross (1877-1971) setiap
manusia mempunyai intuisi akan kewajiban, semua kewajiban berlaku langsung pada diri
kita. Kewajiban untuk mengatakan kebenaran merupakan kewajiban utama, termasuk
kewajiban kesetiaan, ganti rugi, terima kasih, keadilan, berbuat baik.
Contoh : bila berjanji harus ditepati, bila meminjam harus dikembalikan. Dengan memahami
kewajiban akan terhindar dari keputusan yang menimbulkan konflik atau dilema.
3. Teori Hedonisme
Menurut Aristippos(433-355 SM) sesuai kodratnya setiap manusia mencari kesenangan dan
menhindari ketidak senangan. Akan tetapi ada batas untuk mencari kesenangan. Hal yang
penting adalah menggunakan kesenangan dengan baik dan tidak terbawa oleh kesenangan.
Menurut epikuros(341-270 SM) dalam menilai kesenangan(hedone) tidak hanya kesenangan
indrawi tetapi kebebasan dan rasa nyeri, kebebasan dari keresahan jiwa juga. Apa tujuan
terakhir dari kehidupan manusia adalah kesenangan. Menurut john locke(1632-1704), kita
sebut baik bila meningkatkan kesenangan dan sebaliknya dinamakan jahat kalau mengurangi
kesenangan atau menimbulkan ketidak senangan.
4. Teori Eudemonisme
Menurut Filsuf Yunani Aristoteles (384-322 SM) , bahwa dalam setiap kegiatannya manusia
mengejar suatu tujuan, ingin mencapai sesuatu yang baik bagi kita. Seringkali kita mencari
tujuan untuk mencapai suatu tujuan yang lain lagi. Semua orang akan menyetujui bahwa
tujuan terakhir hidup manusia adalah kebahagiaan (eudaimonia). Seseorang mampu mencapai
tujuannya jika mampu menjalankan fungsinya dengan baik, keunggulan manusia adalah akal
dan budi. Manusia mencapai kebahagiaan dengan menjalankan kegiatan yang rasional.
Adadua macam keutamaan, yaitu :
a. Keutamaan intelektual
b. Keutamaan moral
Dimensi etik dalam peran bidan
Peran bidan secara menyeluruh meliputi beberapa aspek :
Praktisi
Penasehat
Konselor
Teman
Pendidik
Peneliti
Menurut United Kingdom Central Council (UKCC) 1999, tanggungjawab bidan meliputi :
Mempertahankan dan meningkatkan keamanan ibu dan bayi
Menyediakan pelayanan yang berkualitas dan informasi serta nasehat yang didasarkan pada
evidence based.
Mendidik dan melatih calon bidan untuk bekerjasama dalam profesi dan memberikan
pelayanan dengan memiliki tanggungjawab yang sama, termasuk dengan teman sejawat atau
kolega sehingga bagaimana agar fit for practice and fit for purpose (menguntungkan untuk
praktek dan menguntungkan untuk tujuan)
Dimensi kode etik , meliputi :
Antara anggota profesi dan klien
Antara anggota profesi dan system kesehatan
Antara anggota profesi dan profesi kesehatan
Antara sesama anggota profesi
Prinsip kode etik terdiri dari :
Menghargai otonomi
Melakukan tindakan yang benar
Mencegah tindakan yang dapat merugikan
Memperlakukan manusia dengan adil
Menjelaskan dengan benar
Menepati janji yang telah disepakati
Menjaga kerahasiaan
By Sri Agustin at 08.00
Pengambilan Keputusan1. Pengertian
Proses pengambilan keputusan merupakan bagian dasar dan integral dalam praktik suatu profesi dan keberadaanya sangat penting karena akan menentukan tindakan selanjutnya.Menurut George R.Terry, pengambilan keputusan adalah memilih alternatif yang ada. Ada 5 (lima) hal pokok dalam pengambilan keputusan:1. Intuisi berdasarkan perasaan, lebih subyektif dan mudah terpengaruh2. Pengalaman mewarnai pengetahuan praktis, seringnya terpapar suatu kasus meningkatkan kemampuan mengambil keputusan terhadap nsuatu kasus3. Fakta, keputusan lebih riel, valit dan baik.4. Wewenwng lebih bersifat rutinitas5. Rasional, keputusan bersifat obyektif, trasparan, konsisten2. Keterlibatan bidan dalam proses pengambilan keputusan sangat penting karena dipengaruhi oleh 2 hal • Pelayanan ”one to one” : Bidan dan klien yang bersifat sangat pribadi dan bidan bisa memenuhi kebutuhan.• Meningkatkan sensitivitas terhadap klien bidan berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan.• Perawatan berfokus pada ibu(women centered care) dan asuhan total( total care)Tingginya angka kematian ibu dan bayi di Indonesia pada umumnya disebabkan oleh 3 keterlambatan yaitu :• Terlambat mengenali tanda – tanda bahaya kehamilan sehingga terlambat untuk memulai pertolongan• Terlambat tiba di fasilitas pelayanan kesehatan• Terlambat mendapat pelayanan setelah tiba di tempat pelayanan.3. Empat Tingkatan Kerja Pertimbangan Moral Dalam Pengambilan Keputusan Ketika Menghadapi Delima EtikTINGKATAN 1Keputusan dan tindakan : Bidan merefleksikan pada pengalaman atau pengalaman rekan kerja.TINGKATAN 2Peraturan :berdasarkan kaidah kejujuran ( berkata benar), privasi ,kerahasiaan dan kesetiaan ( menepati janji). Bidan sangat familiar, tidak meninggalkan kode etik dan panduan praktek profesi.TINGKATAN 3Ada 4 prinsip etik yang digunakan dalam perawatan praktek kebidanan:a. ANTONOMY, memperhatikan penguasaan diri, hak kebebasan dan pilihan individu.b. BENETICENCE, memperhatikan peningkatan kesejahteraan klien, selain itu berbuat terbaik untuk orang lain.c. NON MALETICENCE, tidak melakukan tindakan yang menimbulkan penderitaan apapun kerugian pada orang lain.d. JUSTICE, memperhatikan keadilan, pemerataan beban dan keuntungan.TINGKATAN 4TEORI-TEORI PENGAMBILAN KEPUUSAN 1. Teori Utilitarisme:Ketika keputusan diambil, memaksimalkan kesenangan, meminimalkan ketidaksenangan.2. Teori DeontologyMenurut Immanuel Kant: sesuatu dikatakan baik bila bertindak baik. Contoh bila berjanji ditepati, bila pinjam hrus dikembalikan3. Teori Hedonisme:
Menurut Aristippos , sesui kodratnya, setiap manusia mencari kesenangan dan menghindari ketidaksenangan.4. Teori Eudemonisme:Menurut Filsuf Yunani Aristoteles , bahwa dalam setiap kegiatannya manusia mengejar suatu tujuan, ingin mencapai sesuatu yang baik bagi kitaBentuk pengambilan keputusan :o Strategi : dipengaruhi oleh kebijakan organisasi atau pimpinan, rencana dan masa depan, rencana bisnis dan lain-lain.o Cara kerja : yang dipengaruhi pelayanan kebidanan di dunia, klinik, dan komunitas.o Individu dan profesi : dilakukan oleh bidan yang dipengaruhi oleh standart praktik kebidanan.Pendekatan tradisional dalam pengambilan keputusan :o Mengenal dan mengidentifikasi masalaho Menegaskan masalah dengan menunjukan hubungan antara masa lalu dan sekarang.o Memperjelas hasil prioritas yang ingin dicapai.o Mempertimbangkan pilihan yang ada.o Mengevaluasi pilihan tersebut.o Memilih solusi dan menetapkan atau melaksanakannya.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusana. Faktor fisik, didasarkan pada rasa yang dialami oleh tubuh sepeti rasa sakit, tidak nyaman dan kenikmatan.b. emosional, didasarkan pada perasaan atau sikap.c. Rasional, didasarkan pada pengetahuand. Praktik, didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan dalam melaksanakanya.e. Interpersonal, didasarkan pada pengrauh jarigan sosial yang adaf. Struktural, didasarkan pada lingkup sosial,ekonomi dan politik.5. Dasar Pengambilan keputusan :a. Ketidak sanggupan ( bersifat segera)b. Keterpaksaaan karena suatu krisis, yang menuntut sesuatu unutuk segera dilakukan.6. Pengambilan keputusan yang etisCiri 2nya:1. Mempunyai pertimbangan yang benar atau salah2. Sering menyangkut pilihn yang sukar3. Tidak mungkin dielakkan4. Dipengaruhi oleh norma, situasi, iman,lingkungan sosial7. Tips pengambilan keputusan dalam keadaan kritis :1. Identifikasi dan tegaskan apa masalahnya, baik oleh sendiri atau dengan orang lain.2. Tetapkan hasil apa yang diinginkan.3. Uji kesesuaian dari setiap solusi yang ada.4. Pilih solusi yang lebih baik. 5. Laksanakan tindakan tanpa ada keterlambatan.
B. Menghadapi Masalah Etik Moral Dan Dilema Dalam Praktek KebidananMenurut Daryl Koehn (1994) bidan dikataka profesional bila dapat menerapkan etika dalam menjalankan praktik. Bidan ada dalam posisi baik yaitu memfasilitasi pilihan klien dan membutuhkan peningkatan pengetahuan tentang etika untuk menetapkan dalam strategi praktik kebidanan
1. Informed ChoiceInformed choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan tentan alternatif asuhan yang akan dialaminya.Menurut kode etik kebidanan internasionl (1993) bidan harus menghormati hak informed choice ibu dan meningkatkan penerimaan ibu tentang pilihan dalam asuhan dan tanggung jawabnya terhadap hasil dari pilihannya.Definisi informasi dalam konteks ini meliputi : informasi yang sudah lengkap diberikan dan dipahami ibu, tentang pemahaman resiko, manfaat, keuntungan dan kemungkinan hasil dari tiap pilihannya.Pilihan (choice) berbeda dengan persetujuan (consent) :a. Persetujuan atau consent penting dari sudut pandang bidan karena berkaitan dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang akan dilakukan bidanb. Pilihan atau choice penting dari sudut pandang klien sebagai penerima jasa asuhan kebidanan, yang memberikan gambaran pemahaman masalah yang sesungguhnya dan menerapkan aspek otonomi pribadi menentukan “ pilihannya” sendiri.2. Bagaimana Pilihan Dapat Diperluas dan Menghindari KonflikMemberi informai yang lengkap pada ibu, informasi yang jujur, tidak bias dan dapat dipahami oleh ibu, menggunakan alternatif media ataupun yang lain, sebaiknya tatap muka.Bidan dan tenaga kesehatan lain perlu belajar untuk membantu ibu menggunakan haknya dan menerima tanggungjawab keputusan yang diambil. Hal ini dapat diterima secara etika dan menjamin bahwa tenaga kesehatan sudah memberikan asuhan yang terbaik dan memastikan ibu sudah diberikan informsi yang lengkap tentang dampak dari keputusan merekaUntuk pemegang kebijakan pelayanan kesehatan perlu merencanakan, mengembangkan sumber daya, memonitor perkembangan protokol dan petunjuk teknis baik di tingkat daerah, propinsi untuk semua kelompok tenaga pemberi pelayanan bagi ibu. Menjaga fokus asuhan pada ibu dan evidence based, diharapkan konflik dapat ditekan serendah mungkin.Tidak perlu takut akan konflik tetapi mengganggapnya sebagai sutu kesempatan untuk saling memberi dan mungkin suatu penilaian ulang yang obyektif bermitra dengan wanita dari sistem asuhan dan tekanan positif pada perubahan3. Beberapa Jenis Pelayanan Yang Dapat Dipilih Klien• Bentuk pemeriksaan ANC dan skrening laboratorium ANC• Tempat melahirkan• Masuk ke kamar bersalin pada tahap awal persalinan.• Di dampingi waktu melahirkan• Metode monitor djj• Augmentasi, stimulasi, induksi• Mobilisasi atau posisi saat persalinan• Pemakaian analgesia• Episiotomi • Pemecahan ketuban • Penolong persalinan • Keterlibatan suami pada waktu melahirkan • Teknik pemberian minuman pada bayi • Metode kontrasepsi
BAB IIPEMBAHASAN
A. Pengertian dasar
1. Etika
Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (ahlak). (Supardan Suriani. 2008 : 4)
Etika adalah penerapan teori dan proses filsafat moral dalam kehidupan nyata, etika
mencakup prinsip konsep dasar dan nilai-nilai yang membimbing mahluk hidup dalam
berfikir dan bertindak. (Supardan Suriani. 2008 : 4)
2. Moral
Moral berasal dari bahasa latin moralis artinya segi moral suatu perbuatan atau baik
buruknya,sifat moral atau keseluruhan azas dan nilai yang berkenaan dengan baik buruk.
Nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya ( catatan Kuliah 2007:2)
3. Profesi
Profesi adalah pekerjaan yang memiliki pengetahuan khusus, melaksanakan peran bermutu,
melaksanakan cara yang disepakati, merupakan ideology, terikat pada kesetiaan yang
diyakini dan melalui perguruan tinggi. (Schein E.H. 1962 : 56)
4. Bidan
Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan
yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku, dicatat
(register), diberi izin secara sah untuk menjalankan praktek. (Sofyan Mustika, dkk. 2009 : 78)
Bidan adalah profesi yang diakui secara nasional maupun internasional oleh sejumlah
praktisi diseluruh dunia. (Atik Purwandari 2008 : 4)
5. Etika profesi bidan
Profesi berasal dari kata prosefio (latin) yang berarti pengakuan. Selanjutnya profesi
adalah suatu tugas atau kegiatan fungsional dari suatu kelompok tertentu yang diakui dalam
melayani masyarakat. Etika profesi bidan adalah norma-norma atau perilaku bertindak bagi
bidan dalam melayani kesehatan masyakat.
Etika profesi bidan adalah perilaku seseorang dalam menjalankan segala tugasnya sesuai
dengan keahlian dan pengetahuan yang dimiliki.
Etika profesi bidan juga Merupakan Suatu pernyataan komperhensif dari profesi
bidan yang memberikan tuntunan bagi anggotanya untuk melaksanakan praktik dalam bidang
profesinya baik yang berhubungan dengan klien/ pasien , kelurga, masyarakat teman sejawat,
profesi & dirinya sendiri.
Dengan demikan etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self
control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan
kelompok social (profesi) itu sendiri.
Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa sebuah profesi hanya dapat memperoleh
kepercayaan dari masyarakat, bila mana dalam diri para elit profesional tersebut ada
kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa
keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya. Tanpa etika profesi, apa yang
semula dikenal sebagai sebuah profesi yang terhormat akan segera jatuh terdegradasi menjadi
sebuah pekerjaan pencarian nafkah biasa (okupasi) yang sedikitpun tidak diwarnai dengan
nilai-nilai idealisme dan ujung-ujungnya akan berakhir dengan tidak-adanya lagi respek
maupun kepercayaan yang pantas diberikan kepada para elite profesional ini.
B. Fungsi etik dan moralitas bidan
Bidan harus menjadikan nuraninya sebagai pedoman.
Hati nurani paling mengetahui paling mengetahui kapan perbuatan individu melanggar Etika
atau sesuai etika.
Untuk memecahkan masalah dalam situasi yang sulit
Mampu melakukan tindakan yang benar dan mencegah tindakan yang merugikan,
memperlakukan manusia secara adil,menjelaskan dengan benar, menepati janji yang telah
disepakati,menjaga kerahasiaan.
Membantu mengambil keputusan tentang tindakan apa yang kita lakukan
Menjadi otonomi dari setiap individu khususnya bidan dan klien
Menjaga privasi setiap individu
Mengatur sikap,tindak tanduk dalam menjalankan tugas profesinya (Puji riri lestari,2011)
C. Tujuan etik dalam Profesi
Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the discpline which can act as the
performance index or reference for our control system”. Dengan demikian, etika akan
memberikan semacam batasan maupun standar yang akan mengatur pergaulan manusia di
dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya yang secara khusus dikaitkan dengan seni
pergaulan manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang
secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat
yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam
tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode
etik. Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”,
karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepenringan kelompok sosial
(profesi) itu sendiri..
Dengan Demikian Tujuan etika dalam profesi yaitu:
a) Untuk mengatur dalam menjalankan tugas sesuai profesi
b) Menjadi alat self control dari tindakan yang menyimpang
c) Meningkatkan pengabdian kepada masyarakat
d) Menjaga dan memelihara kesejahteraan pelayanan kebidanan
e) Meningkatkan kualitas pelayanan.
Aplikasi etika dalam praktek kebidanan
KODE ETIK PROFESI BIDAN
Setiap profesi mutlak mengenal atau mempunyai kode etik. Dengan demikian dokter,
perawat,-,bidan, guru dan sebagainya yang merupakan bidang pekerjaan profesi
mempunyai kode etik.
Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap
anggota profesi yang bersangkutan didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam
hidupnya di masyarakat.
Kode etik profesi merupakan "suatu pernyataan komprehensif dari profesi yang memberikan
tuntunan bagi angotanya untuk melaksanakan praktik dalam bidang profesinya baik
yangberhubungan dengan klien /pasien, keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi
dan dirinya sendin". Namun dikatakan bahwa kode etik pada zaman dimana nilai–nilai
perada ban semakin kompleks, kode etik tidak dapat lagi dipakai sebagai pegangan satu–
satunya dalam menyelesaikan masalah etik, untuk itu dibutuhkan juga suatu pengetahuan
yang berhubungan dengan hukum. Benar atau salah pada penerapan kode etik,
ketentuan/nilai moral yang berlaku terpulang kepada profesi.
TUJUAN KODE ETIK
Pada dasarnya tujuan menciptakan atau merumuskan kode etik suatu profesi adalah
untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi.
Secara umum tujuan menciptakan kode etik adalah sebagai berikut:
1). Untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi
Dalam hal ini yang dijaga adalah image dad pihak luar atau masyarakat mencegah orang
luar memandang rendah atau remeh suatu profesi. Oleh karena itu, setiap kode etik suatu
profesi akan melarang berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota profesi yang
dapat mencemarkan nama baik profesi di dunia luar. Dari segi ini kode etik juga disebutkode
kehormatan.
2). Untuk menjaga dan memelihara kesejahtraan para anggota
Yang dimaksud kesejahteraan ialah kesejahteraan material dan spiritual atau mental. Dalam
hal kesejahteraan materil angota profesi kode etik umumnya menerapkan larangan-larangan
bagi anggotanya untuk melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan. Kode etik juga
menciptakan peraturan-peraturan yang ditujukan kepada pembahasan tingkah laku yang
tidak pantas atau tidak jujur para anggota profesi dalam interaksinya dengan sesama
anggota profesi.
3). Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
Dalam hal ini kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu, sehingga para anggota
profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian profesinya.
Oleh karena itu kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan oleh para
anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
4). Untuk meningkatkan mutu profesi
Kode etik juga memuat tentang norma-norma serta anjuran agar profesi selalu berusaha
untuk meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang pengabdiannya. Selain itu kodeetik
juga mengatur bagaimana cara memelihara dan meningkatkan mutu organisasi profesi.
Dimensi Kode Etik
1. Anggota profesi dan Klien/ Pasien.
2. Anggota profesi dan sistem kesehatan.
3. Anggota profesi dan profesi kesehatan
4. Anggota profesi dan sesama anggota profesi
Prinsip Kode Etik
1. 1). Menghargai otonomi
2. 2). Melakukan tindakan yang benar
3. 3). Mencegah tindakan yang dapat merugikan.
4. 4). Memberlakukan manisia dengan adil.
5. Menjelaskan dengan benar.
6. Menepati janji yang telah disepakati.
7. Menjaga kerahasiaan
Penetapan Kode Etik
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi untuk para anggotanya. Penetapan kode
etik IBI harus dilakukan dalam kongres IBI.
KODE ETIK BIDAN
Kode etik bidan di Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disyahkan dalam
kongres nasional IBI X tahun 1988, sedang petunjuk pelaksanaanya disyahkan dalam rapat
kerja nasional (RAKERNAS) IBI tahun 1991, kemudian disempurnakan dan disyahkan pada
kongres nasional IBI XII tahun 1998. Sebagai pedoman dalam berperilaku, kode etik
bidan Indonesiamengandung beberapa kekuatan yang semuanya tertuang dalam
mukadimah, tujuan dan bab.
SECARA UMUM KODE ETIK TERSEBUT BERISI 7 BAB YAITU:
1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir)
1). Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah jabatannya
dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
2). Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat
kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
3). Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan
tanggungjawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
4). Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan
klien, menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
5). Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien,
keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
kemampuan yang dimilikinya.
6). Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan
- tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatannya secara optimal.
2. Kewajiban bidan terhadap tugasnya (3 butir)
1). Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien,
keluarga dan masyarakat.
2). Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam mengambil
keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan atau rujukan.
3). Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau dipercayakan
kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau dipedukan sehubungan kepentingan klien.
3. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2 butir)
1). Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja
yang serasi.
2). Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap sejawatnya
maupun tenaga kesehatan lainnya.
4. Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir)
1). Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada
masyarakat.
2). Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan did dan meningkatkan kemampuan profesinya
seuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3). Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenis
yang dapat meningkatkan mute dan citra profesinya.
5. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir)
1). Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan
tugas profesinya dengan baik.
2). Setiap bidan harus berusaha secara terus menerus untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
6. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air (2 butir)
1). Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuanketentuan pemerintah
dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga dan
masyarakat.
2). Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya kepada pemerintah
untuk- meningkatkan mutu jangakauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan
kesehatan keluarga.
7. Penutup (1 butir)
Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa menghayati dan
mengamalkan Kode Etik BidanIndonesia.
Bidan Sebagai Profesi
Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus. Sebagaii pelayan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Bidan mempunyai
tugas yang sangat unik, yaitu:
- Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya.
- Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat melalui proses
pendidikan dan jenjang tertentu
- Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang bertugas meningkatkan mutu
pelayanan kepada masyarakat,
- Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap memegang teguh
kode etik profesi.
Perilaku Profesional Bidan
1. Bertindak sesuai keahliannya
2. Mempunyai moral yang tinggi
3. Bersifat jujur
4. Tidak melakukan coba-coba
5. Tidak memberikan janji yang berlebihan
6. Mengembangkan kemitraan
7. Terampil berkomunikasi
8. Mengenal batas kemampuan
9. Mengadvokasi pilihan ibu
2.5 Aspek Hukum Perdata memiliki 2 bentuk pertanggung jawaban hukum yaitu :
1. Wanprestasi, yaitu pertanggungjawaban hukum atas kerugian yang
disebabkannya,hasil tidak sesuai
2. Perbuatan Melawan Hukum (PMH), yaitu pertanggungjawaban atas kerugian yang
disebabkan perbuatanya, sehingga menimbulkan kerugian.baik moril atau materil bagi
keluarga ps/ps;
Prinsip pertanggungjawaban dalam hukum perdata/BW :
1. Setiap tindakan yg menimbulkan kerugian atas diri orang lain berarti orang yg
melakukanya harus membayar kompensasi kerugian(pasal 1365 BW ).
2. Seseorang harus bertanggungjawab tidak hanya karena kerugian yg dilakukanya
dengan sengaja , tetapi juga karena kelalaian atau kurang berhati-hati (pasal 366 BW)
3. Seseorang harus memberikan pertanggungjawabaan tidak hanya karena kerugian
atas tindakan pelayanannya akan tetapi juga bertanggung jawab atas kelalaian orang
lain dibawah pengawasanya.(pasal 1367 KUHPerdata).
3. Tuntutan perdata pada dasarnya bertujuan utuk memperoleh kompensasi atas kerugian
yg diderita , oleh karena itu sebagai dasar dalam menuntut seorang tenaga kesehatan
termasuk bidan dalam menjalankan profesinya adalah adanya wanprestasi atau adanya
perbuatan melawan hukum, seperti terurai diatas.
4. Dalam aspek hukum, wanprestasi adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak
memenuhi kewajibanya yang didasarkan adanya perikatan atau perjannjian/kontrak
kerja,
2.6 Sanksi dari timbulnya gugatan adanya Wanprestasi maupun adanya PMH, secara
hukum perdata, dapat kita teliti pasal –pasal berikut ini :
1. Pasal 1354 KUH Perdata:
“Jika seorang dengan sukarela, dengan tidak mendapat perintah untuk itu, mewakili
urusan orang lain dengan atau tanpa pengetahuan orang ini, maka ia secara diam-diam
mengikat dirinya untuk meneruskan serta menyelesaikan urusan tersebut, hingga orang yang
diwakili kepentinganya dapat mengerjakan sendiri urusan itu. Ia memikul segala kewajiban
yang harus dipikulnya, seandainya ia kuasakan dengan suatu pemberian kuasa yang
dinyatakan dengan tegas “
Contoh kasus seorang tenaga kesehatan memberikan pertolongan
pernafasan/Resusitasi pada ps, hrs dilakukan sp selesai jangan ditinggal begitu saja. Atau
sampai ps mampu untuk meneruskan atau keluarganya. Jika terjadi “penanganan “resusitasi
ditinggalkan ,maka ia akan dituntut sesuai pasal 1354 KUHPerdata, kepengadilan.
2. Dalam UU No.8/1999 Tentang Perlindungan Konsumen,
Sebagai konsumen dalam pelayanan kesehatan, pasien dapat dikatagorikan sebagai
konsumen akhir, karena ps bukan produksi. Keadaan ini telah merubah paradigma, yang
mengatakan pelayanan kesehatan adlah sosial , sekarang beralih kekomersial, dimana setiap
tempat pelayanan kesehatan Rumah Sakit, Klinik, RB, akhirnya pasien harus mengeluarkan
biaya cukup tinggi dalam hak dan kewajiban sebagai seorang pasien.
• Analog ini tertuang dalam UU Konsumen No.8/1999:
• Pasal 19 ayat (1): Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran, akibat mengkonsumsi barang atau/ jasa/ barang/obat yang diperdagangkan.
• Ganti rugi yg dimaksud dalam ayat (1) adalah dapat berupa pengembalian uang/barang yang
setara nilainya/perawatan kesehatan yang sesuai dg ketentuan perundang-undangan.
3. Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah
tanggal transaksi.
Pemberian ganti rugi kepada pasien , tetap dapat memberi peluang jika pasien tidak puas
dengan yang digantikannya, bahkan dapat meningkat dari tuntutan perdata menjadi tuntutan
pidana, seperti tercantum dalam pasal 19 ayat (4).
Hal-hal yang dapat merubah tuntutan:
Jika terbukti dalam pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan.
Atau tuntutan menjadi tidak berlaku, apabila pelaku usaha kesehatan dapat membuktikan
bahwa kesalahan ada pada konsumen atau ps.
PERUNDANG_UNDANGAN KESEHATAN
1. Ilmu Hukum, mencakup dan membicarakan segala hal yang berhubungan dengan hukum.
Demikian luasnya masalah –masalah yang dicakup oleh ilmu hukum, sehingga banyak
pendapat yang mengatakan bahwa hukum batas-batasnya tidak jelas, yang salah bisa benar,
yang benar bisa salah. Seorang Pakar hukum menyebut ilmu hukum adalah “ Jurisprudence”.
2. Karena luasnya Ilmu hukum, maka kita batasi dengan bidang kesehatan, apa-apa yang
menjadi daftar masalah/isu yang berkembang, sehingga ilmu hukum masuk kedalam bidang
kesehatan yang kita pelajari sekarang tentang Hukum Kesehatan/Perundang-undangan
kesehatan.
Daftar Masalah Aspek hukum kesehatan :
1. Mempelajari asas-asas hukum pokok
2. Mempelajari arti dan fungsi hukum dalam masyarakat
3. Mempelajari kepentingan apa yang dapat dilindungi untuk masyarakat oleh peraturan hukum
4. Mempelajari apakah keadilan dimata hukum umum, bidang sosial, bidang kesehatan
5. Mempelajari bagaimana sesungguhnya hukum kedudukan hukum itu dalam masyarakat,
bagaimana hubungan atas perikatan/perjanjian yang berkaitan dengan pelaksanaan pelayanan
kesehatan.
6. Kepastian hukum, melalui perundang-undangan yang berlaku, menjadi tujuan dari resiko
pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Tatanan dalam konsep hukum
1. Kalau kita mendengar kata Tatanan , yang ada dalam pemahaman kita adalah suatu keadaan
dalam masyarakat , yang dapat menciptakan suasana, hubungan, yang tetap, teratur, antara
anggota masyarakat pada umumnya.
2. Termasuk dalam tatanan masyarakat adalah :
Kebiasaan, hukum, dan kesusilaan.
Kebiasaan adalah tatanan yang terdiri dari norma-norma yang dekat sekali dengan
kenyataan, yang normal/normatif. Normatif terkandung arti apa yang harus kita lakukan.
Hukum; adalah peraturan-peraturan tertulis dan tidak tertulis, yang dibuat oleh lembaga
tertentu, dengan tujuan tercipta ketertiban, keadilan dalam masyarakat. Menurut Fuller ada
prinsip legal dari hukum yaitu :
1. suatu sistim hukum harus mengandung peraturan-peraturan.
2. Peraturan-peraturan yang di buat harus diumumkan
3. Tidak boleh ada peraturan yang berlaku surut, oleh karena apabila yg demikian itu tidak bisa
dipakai dgn untuk menjadi pedoman tingkah laku.
4. Peraturan-peraturan harus disusun dalam rumusan yang harus mudah dimengerti
5. Peraturan-peraturan tidak boleh mengandung peraturan yang bertentangan satu sama lain
6. Tidak boleh ada kebiasaan yang sering ingin mengubah peraturan-peraturan yang berlaku
7. Harus ada kecoccokan dariperaturan dg pelaksanaan sehari2.
Kehadiran Hukum, dalam masyarakat dan tenaga kesehatan, dapat melindungi
keApeAntingan denAgan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak
dlm rangka kepentingan itu. Kekuasaan mengandung arti hak seseorang, penguasaan adalah
hubungan yang nyata antara seseorang dengan sesuatu yang berada dalam kekeuasaanya,
pada keadaan ini ia tidak perlu legitimasi, karena sesuatu ada pada kekeuasaanya.
Ini berkaitan dengan tingkat kemampuan/kompetensi seorang tenaga kesehatan,
apabila dalam keadaan tertentu seorang bidan meninggalkan saat pertolongan persalinan
kepada asistenya, jika terjadi sesuatu atas tindakan yang dilakukan asistenya maka,
tanggungjawab resiko terdapat pada bidan tersebut, karena ia meninggalkan waktu
pertolongan persalinan padahal secara legitimasi bahwa kewenangan untuk menolong
persalinan tersebut ada pada nya.
Penguasaan kebijikan melekat pada bidan tersebut, sehingga apapun alasanya tidak
menutup kemungkinan bidan akan kena sanksi hukum, yaitu dengan sengaja melalaikan
pekerjaanya.
Hukum Tertulis dan Hukum Tidak Tertulis.
a. Hukum tertulis lebih dikenal dengan sebutan Perundang-undangan
b. Hukum tertulis lebih menjadi ciri dari hukum modern, lebih dapat diterima dalam kehidupan
modern masa kini, dimana kehidupan semakin kompleks, serta masyarakat yang lebih
tersusun secara organisatori, dan hubungan antar manusia yang dinamis dan kompleks ini
sudah tidak bisa lagi mengatur dengan tradisi, kebiasaan, kepercayaan, tahayul, atau budaya
semata.
c. Kelebihan hukum tertulis dibanding tidak tertulis adalah apa yang diatur dengan mudah
dapat diketahui orang/masyarakat
d. Pengetahuan tentang hukum mulai meningkat di masyarakat, dengan adanya tulisan/cetakan
perundang-undangan mulai UU Kesehatan, UU konsumen, UU Praktik Kedokteran, UU
Politik dsb.
e. Memungkinkan untuk merevisi UU yang sdh ada dgn yang baru.
f. Hukum sebagai pijakan keadilan dalam masyarakatMembicarakan hukum adalah
membicarakan antar hidup manusia, membicarakan antar hidup manusia adalah
membicarakan keadilan.
g. Sehingga kalau berbicara hukum kita akan berbicara keadilan
h. Keadilan merupakan salah satu kebutuhan dalam masyarakat, dalam pembukaan UUD 45
jelas tertuang bahwa keadilan adalah hak setiap warga negara.
i. Agar keadilan dapat seiring dengan keteraturan dan ketaatan dalam dinamika kehidupan dan
seluruh bidang termasuk bidang kesehatan, maka perlu kelengkapan dari beberapa step
berikut yaitu :stabilitas, maka kehadiran hukum sangat dituntut untuk dapat tercipta keadilan
dan stabilitas kehidupan.
Tahap terbentuknya hukum tertulis: Pembuatan hukum atau pembuatan Perundang-
undangan dilakukan oleh lembaga yang membidangi dan juga pendapat para ahli serta publik
atau masyarakat dapat memberikan saran atau masukan melalui instansi yang berwenang.
Bahan Hukum :
Bahan pembuatan hukum dimulai dari gagasan atau ide yang kemudian diproses lebih
lanjut sehingga pada akhirnya benar-benar menjadi bahan yang siap dipakai untuk dijadikan
sanksi hukum.
contoh: gagasan ini muncul dari masyarakat dalam bentuk ada permasalahan
pelayanan kesehatan yang harus diatur oleh hukum, misal masyarakat menganggap
belakangan ini telah ada tindakan-tindakan tenaga kesehatan yang berakibat merugikan
masyarakat.
Ciri-ciri Hukum Modern.
1. Mempunyai bentuk tertulis dalam bentuk Perundang-undangan
2. Hukum itu berlaku untuk seluruh wilayah negara, meskipun sampai kini masih ada
diskriminasi antar penduduk, antar kekuasaan dan antar bangsa
3. Hukum adalah sebagai instrumen yang dapat dipakai secara sadar untuk mewujudkan
keputusan-keputusan masyarakatnya.
Fungsi Hadirnya Hukum Kebidanan :
a. Adanya kebutuhan tenagakesehatan akan perlindungan hukum
b. Adanya kebutuhan pasien akan perlindungan hukum
c. Adanya pihak ketiga akan perlindungan hukum
d. Adanya kebutuhan dan kebebasan warga masyarakat untuk menentukan kepentinganya serta
identifikasi kewajiban dari pemerintah
e. Adanya kebutuhan akan keterarahan
f. Adanya kebutuhan tingkat kwalitas pelayanan kesehatan
g. Adanya kebutuhan akan pengendalian biaya kesehatan
h. Adanya kebutuhan pengaturan biaya jasa pelayanan kesehatan dan keahlian
Tujuan adanya Hukum Kebidanan
a. Dapat menyelesaikan sengketa yang timbul antara tenaga kesehatan terhadap pasien atau
keluarga pasien sebagai pihak ketiga, sebagaimana kita ketahui akhir-akhir ini banyak
tuduhan terhadap para tenakes dalam melaksanakan profesinya, kadang hanya masalah sepele
dapat diangkat kemeja hijau.
b. Dalam situasi seperti ini Hukum Kesehatan sangat diperlukan, sebagai acuan bagi
penyelesaian sengketa yang terjadi, lebih-lebih kita Negara Indonesia mengaut asas Legalitas,
karena sebagai Negara Hukum
c. Dapat menjaga ketertiban dalam masyarakat
d. Dapat membantu merekayasa masyarakat, dalam hal pandangan bahwa sebenarnya tenakes
juga adalah manusia biasa dan meluruskan pandangan serta sikap bagi para tenakes yang
kerap merasa kebal hukum, dan tidak dapat disentuh pengadilan. Jaman ini tidak ada lagi.
PERUNDANG_UNDANGAN YANG MELANDASI BIDANG KEBIDANAN
a. Dalam upaya melaksanakan pelayanan kesehatan/kebidanan, perlu peran dari masyarakat itu
sendiri untuk dapat membantu terciptanya suatu masyarakat yang memiliki kesadaran akan
hukum, berkemauan untuk hidup sehat dan kemampuan untuk dapat membantu agar
terciptanya kondisi masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang optimal, sejahtera.
b. Pemerintah dalam hal ini lebih berperan untuk memusatkan perhatian , pengawasan, , upaya
pembinaan, , serta pengaturan, agar tercipta pemerataan pelayanan kesehatan serta tercipta
suatu kondisi yang serasi, seimbang , adil, harmonis antara sesama pelayan kesehatan,
sehingga tidak ragu dalam melaksanakan profesi karena akan terlindung dari sanksi hukum.
AZAS-AZAS UU KEBIDANAN NOMOR.23 TAHUN 1992
Azaz perikemanusiaan yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, dimana dalam
melaksanakan kegiatan kita tidak membeda-bedakan golongan, kepentingan, agama dan
bangsa
1. Azas manfaat, harus dapat memberikan manfaat yang sebenarnya sesuai dengan tujuan kita
menolong adalah ikhtiar, tidak untuk menipu atau menggandakan tujuan bagi masyarakat
2. Azaz usaha bersama dan kekeluargaan
3. Azas adil dan merata
4. Azas perikemenusiaan dalam keseimbangan
5. Azas kepercayaan dan kemempuan diri sendiri, menguatkan potensi diri maupun potensi
nasional.
Syarat syah Pelayanan Kesehatan, sesuai UU. No 23 Tentang Kesehatan :
Setiap orang yang meminta pertolongan pada umunya berada dalam posisi ketergantungan,
artinya ada tujuan tertentu.
- Misal jika sakit datang ke tenakes
- Melakukan tuntutan hukum datang ke Advokat
- Membuat wasiat/surat tanah datang kenotaris
- Setiap orang yang meminta pertolongan pada seorang profesi kesehatan, bersifat rahasia,
termasuk hubungan antara pasien dengan tenakesnya
- Setiap orang yg menjalani profesi kesehatan bersifat rahasia,, bebas, dan otonomi profesi.
- Sifat pekerjaan kesehatan bukan harga mati, tapi berupa ikhtiar, harus melalukan yang
terbaik, sesuai kompetensi, dapat dipertanggungjawabkan baik secara hukum kesehatan.
LANDASAN HUKUM KEBIDANAN
a. Dari sudut pandang hukum perdata, hubungan antara health care provider dan health care
receiver , merupakan hubungan perikatan /kontraktual, diantara kedua belah pihak, sehingga
dari masing-masing pihak akan muncul antara hak dan kewajiban.
b. Health care provider, wajib memberikan prestasinya dalam bentuk layanan medik yang layak
berdasarkan keilmuan yang telah teruji.Dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan
wajib memperhatikan hak-hak lain dari pasien, baik yang timbul dari perundang-undangan
yang berlaku maupun dari kebiasaan dan kepatutan.
Pasal 1 ayat (3) UU Kesehatan No.23/92, tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan dirinya dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan atau ketrampilan
melalui pendidikan yang untuk
Bidang tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan pelayanan kesehatan.
Yang termasuk Tenakes sesuai UU 23/92 dan PP 32/96 adalah :
a. Tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat,
tenaga gizi, tenaga terapi fisik, tenaga teknis medis.
b. Pasal 53 UU 23/92, tentang hak-hak pasien, diantaranya adalah hak atas informasi dan hak
untuk mendapatkan persetujuan tindakan medik yang akan dilakukan terhadapnya,
persetujuan selanjutnya di sebut Informent concern.
c. Jika tindakan medik tanpa persetujuan, termasuk pelanggaran hukum, berikutnya dapat
digugat bahkan sampai pengadilan.
d. Pasal 1239 KUHPerdata, jika seseorang tidak dapat melakukan dan tidak dapat memenuhi
kewajibanya yang didasari adanya perjanjian (perikatan antara tenakes dengan pasien, dan
perikatan ini terikat dengan asas iktiar ), jika tidak terpenuhi ini dianggap tindakan
wanprestasi( ingkar janji) dan ini termasuk perbuatan melawan hukum (PMH), apabila
kemudian menimbulkan kerugian baik materl maupun moril selanjutnya dapat digugat
sebagai tindakan malpraktek.
e. Pasal 1365 ayat (1) KUHP tiap perbuatan melawan hukum yang membawa kerugian, maka
wajib bertanggung jawab mengganti kerugian/timbulnya gugutan.
f. Ayat (3), begitu pula jika kerugian pasien yang dilakukan oleh tenakes dibawah
pengawasanya, perawat, asisten bidan , bidan, dalam hal ini tenakes yang memiliki
kewenangan kompetensi yang bertanggung jawab.
Syarat syah suatu Kesepakatan/Perjanjian hukum :
Pasal 1320 KUHPerdata menyatakan bahwa suatu perjanjian adalah jika terpenuhi hal
–hal berikut ini :
- Adanya kesepakatan
- Adanya kecakapan, dewasa, tidak gila, tdk dalam pengampuan(anak-anak), wanita dalam
keadaan inpartu.
Legal, artinya yang tidak bertentangan dengan UU dan hukum, dengan ketertiban
umum, dengan publik/masyarakat, dan tidak bertentangan dengan norma kesusilaan yag
berlaku di masyarakat.
Jika tidak sesuai dengan kreteria di atas apalagi dengan norma-norma, maka akan
mengarah kepada penyimpangan prilaku, ada perbuatan yang tidak sesuai, tidak
menyenangkan, Undang-undang Nomor 13.Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,
Pasal 81 ayat(1) , masa haid bagi wanita tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua.
ayat (2), pelaksanaan diatur dengan perjanjian
Pasal 82 ayat(1). Buruh wanita berhak dapat cuti 1,5 bulan sebelum melahirkan dan 1,5 bulan sesudah
melahirkan.
ayat (2) , yang mengalami keguguran berhak mendapat cuti 1,5 bulan atau sesuai dengan surat sakit
dari dokter.
Pasal 84 , setiap pekerja berhak mendapatkan upah/gaji yang sesuai atau dengan kesepakatan,
KESEHATAN ( HEALTH )
a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ), dulu batasan tentang keadaan sehat hanya
mencakup kondisi tidak sakit, tetapi sekarang telah mencakup beberapa aspek.
b. Menurut UU Nomor 23/1992, ada 4 aspek yang termasuk kedalam kesehatan yaitu :
- Fisik
- Mental
- Sosial * Ekonomi.
c. Kesehatan Menurut Teori BLUM ( 1974 ), bahwa kesehatan sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu :
- Lingkungan, lingkungan fisik, sosial, budaya, politik, ekonomi
- Perilaku, Pelayanan kesehatan dan keturunan/genetik.
HAK DAN KEWAJIBAN PROFESI
a. Setiap undang-undang selalu mengatur hak dan ewajiban, baik pemerintah maupun warga
masyarakatnya, demikian dalam UU 23/92 tentang kesehatan.
b. Hak dan kewajiban berdasarkan pasal 4 dan 5 UU kesehatan mengatakan bahwa: setiap
orang mempunyai hak yg sama dalam memperoleh derajat kesehatan yg optimal, setiap orang
berkewajiban ikut serta dalam pemeliharaan kes perorang, keluarga juga masyarakat.
ASPEK HUKUM DAN KETERKAITANNYA DG PRAKTEK BIDAN
a. Praktek bidan selain bertujuan menjalani profesi sebagai bidan, namun senantiasa wajib
merahasiakan keadaan penyakit klien yang ditangani, bukan saja sebagai kewajiban moral
akan tetapi melekat sebagai kewajiban hukum.
b. Perlu diketahui dan diingat bahwa klien yang datang ke praktek bidan , itu karena ia sangat
membutuhkan pertolongan, siapapun keadaan klien kita tidak boleh meremehkan dan lupa
akan norma kesusilaan yang berlaku pada saat tersebut di masyarakat, atas dasar tersebut
norma susila yang telah ada lebih dikuatkan dengan undang-undang, yang mana apabila apa
yang telah dilakukan bidan diduga ada kesalahan atau mengakibatkan cacat , maka terkena
sanksi hukum baik perdata maupun pidana.
c. Di Indonesia telah dikeluarkan mengenai Peraturan Pemerintah, dan Undang-undang
Kesehatan.
d. Pasal 53 UU Kesehatan 1992, beserta penjelasanya menyatakan dengan tegas bahwa rahasia
pasien merupakan hak yang perlu dihormati, selain sanksi moral tentunya ada sanksi hukum
yang dapat diterapkan jika bidan melanggar ketentuan yang berlaku.
e. Sanksi pidana pada pasal 322 KUHP, berbunyi :
f. “Barang siapa dengan sengaja membuka rahasia yang ia wajib menyimpanya oleh karena
jabatan atau pekerjaanya, baik sekarang maupun dulu, dihukum dg hukuman penjara selama-
selamanya 6 bulan atau denda 600 jt rupiah”
SELAIN BIDAN , TENAKES LAIN YG HARUS MERAHASIAKAN PS :
1. Semua tenaga kesehatan
2. Semua mahasiswa pendidikan kesehatan
3. Orang-orang yang ditetapkan oleh peraturan Menteri Kesehatan, misalnya tata usaha
pegawai laboratorium yang mengurus/pegawai rekam medik.
Bidan tidak terkena sanksi hukum dalam pembocoran kerahasiaan , jika pasien telah
memberi ijin kepada bidan , apabila suatu keadaan ada yang bertanya tentang keadaanya.
Bukan merupakan informed concern, manakala bidan diluar ruang praktek sedang
membicarakan akibat pemerkosaan,abortus.
HAK- HAK KLIEN, PERSETUJUAN UNTUK BIDAN BERTINDAK
a. Perlu diketehui bahwa pasien/klien mempunyai hak untuk menyampaikan persetujuan/
informed concern, terhadap setiap tindakan yang akan dilakukan oleh bidan.
b. Secara hukum hak persetujuan tersebut, tertuang pada penjabaran dari hak asasi manusia, dan
dijamin oleh undang-undang kesehatan no. 23/92.
c. Akan tetapi dalam keadaan gawat darurat atau kritis, seorang yang berpacu dengan nyawa,
seorang tenaga kesehatan tidak ada waktu untuk menjelaskan kepada keluarga klien, maka
dibenarkan untuk melakukan sesuatu demi keselaman yang mendasar dari klien tersebut.
KONTRASEPSI
a. Setiap tindakan medik, termasuk kontrasepsi, memerlukan persetujuan dalam pelasanaanya.
b. Sebaiknya sebelum bidan menawarkan kontrasepsi kepada klien, dimintakan dulu
persetujuan dari suami klien , kecuali untuk kontrasepsi yang tidak menetap/reversible seperti
:
c. Pil, suntik, tissue, kondom, implant/susuk kontraseosi ini diperbolehkan tidak ada
persetujuan dari suami.
d. Sedangkan kontrasepsi yang tetap/irreversible, seperti IUD, Steril, MOP, harus ada
persetujuan kedua belah pihak.
e. Ingat selain persetujuan pasien, juga informasi yang benar, termasuk informasi lain yang
memungkinkan harus menjadi bagian wajib bidan kepada klien.
TANGGUNG JAWAB DAN TANGGUNG GUGAT BIDAN DALAM PRAKTEK
a. Kurang kehati-hatian atau kesalahan dalam melaksanakan tindakan medik yang terjadi,
menunjukan adanya perilaku tenaga kesahatan yang tidak sesuai dengan standar profesi yang
telah di atur dalam perundang-undangan.
b. Kesalahan tersebut diatas dapat dianggap sebagai PMH( perbuatan melawan hukum ), dan ini
yang dapat dijadikan bahan gugatan oleh keluarga klien atau pihak lain.
c. Syarat adanya dugaan kesalahan tindakan apabila :
- Ada kerugian
- Ada sebab akibat dari apa yang dilaksanakan
- Masih dalam hubungan perikatan antara bidan dan klien tsb.
TANGGUNG GUGAT
a. Dalam pasal 1367 ayat(3) KUHPerdata, seorang tenaga kesehatan harus memberikan
pertanggung jawaban tidak hanya atas kerugian ang ditimbulkan dari tindakan diri sendiri ,
akan tetapi juga apabila terjadi kesalahan yang dilakukan oleh bawahannya, atau perawat,
bidan yang diberi delegasi, melakukanya, sementara ia masih dibawah pengawasanya, dan
apabila keadaan tersebut dijadikan suatu gugatan maka selain bidan/tenaga kesehatan yang
pertama melakukan tindakan, kemudian ada perawat yang juga melakukan perawatan, ini
akan terkena sanksi hukum tangung renteng, tanggung gugat.
b. Begitu juga apabila bidan mempunyai Klinik Bersalin, dimana sebagai penanggung jawab
adalah seorang dokter kandungan, akan tetapi ia tidak sebagai dokter tetap,
STANDAR PRAKTEK BIDAN
a. Pengertian profesi memiliki arti sebagai ukuran, dan untuk profesi medik , bidan, dan profesi
lain diluar medik misal, advokat, guru, jurnalis, hakim dan jaksa juga memiliki status profesi,
akan tetapi dalam hal profesi medik, didalam pekerjaanya senantiasa bersinggungan dengan
nyawa/jiwa manusia, sehingga diperlukan kehati-hatian yang tinggi , dan bersifat mandiri,
meskipun memiliki kemandiririan tetap , teliti, penuh kehati-hatian dan harus ingat
perundang-undangan, yang kini sebagai payung hukum tenaga kesehatan adalah hukum
kesehatan.
b. Pasal 53 ayat(2) UU No.23/92 Tentang Kesehatan, menjelaskan bahwa standar profesi adalah
pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesinya dengan
baik dan benar.
PERATURAN PERUNDANG_UNDANGAN YG MELANDASI PRAKTIK BIDAN
a. Peraturan perundang-undangan yang melandasi bidan, berupa hubungan “keterikatan” antara
klien dan bidan, secara hukum kesehatan keterikatan adalah mengabdung pengertian hak dan
kewajiban.
b. Tindakan bidan adalah sebagai subjek hukum, jika dilakukan berkaitan dengan profesi bidan,
apabila bukan menyandang profesi bidan maka tidak termasuk perikatan secara hukum.
c. Perundang-undangan sbg landasan praktik bidan :
Kep. MenKes No.43/MenKes/SK/X/1983 tentang KODEKI, memuat segala sesuatu
tanggung jawab terhadap ketentuan profesi. UU.No.23 /1992 Tentang Kesehatan dan UUPK
No.29/2004 Tentang Praktik Kedokteran, memuat ketentuan perdata dan pidana.
PERMENKES TENTANG REGISTRASI
a. Seperti tercantum dalam UU. No 23/92 Tentang Kesehatan dan adanya UUPK No29/2004
Tentang Praktik Kedokteran, ini menjadi bagian tanggung jawab tenaga kesehatan, dan
adalah kewajiban Bidan untuk melaksanakan nya antara lain:
1. Mengikuti pendidikan dan pelatihan, ini tercantum dalam pasal 28 ayat (1) dan pasal 52 e,
yang diselenggarakan oleh organisasi profesi dan lembaga lain yang terakreditasi.
2. Kewajiban mengurus STR dan SIB ( Surat izin Bidan ), dengan mengisi formulir
permohonan , diajukan ke kepala dinas kesehatan kesehatan provinsi untuk diterbitkannya
SIB.
SYARAT-SYARAT REGISTRASI
a. Memiliki ijasah
b. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji
c. Memiliki surat keterangan fisik sehat dan mental sehat
d. Memiliki sertifikat kompetensi ( surat ini dikeluarkan oleh kolegium yang bersangkutan )
e. Membuat pernyataan akan memenuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi
Masa berlaku surat tanda Registrasi adalah maksimal 5 tahun dan kemudian di ulanh
tiap 5 tahun berikut, pada saat membuat registrasi ulang , seorang bidan harus menyertakan
surat sehat jasmani dan mental ( surat keterangan tsb harus ditandatangi oleh dokter yang
memiliki SIP ).
SURAT IZIN PRAKTIK BIDAN
a. Merupakan bukti tertulis yang wajib dimiliki oleh setiap tenaga kesehatan yang berprofesi
b. yang berhak mengeluarkan adalah pejabat yang berwenang di Provinsi dimana seseai tempat
praktik bidan (SIPB )
c. Praktik bidan juga telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan
No.900/MenKes/SK/VII/2002, yang merupakan revisi dari Permenkes
No.572/MenKes/per/VI/1996.
Dan dapat dikaji dalam melaksanakan praktik bidan sesuai :
- KepMenkes 900/MenKes/SK/VII/2002 tentang registrasi praktik bidan standar pelayanan
kebidanan
- UU Kesehatan 23/92
- PP 32/1996 Tentang otonomi Daerah, UU 13/2003 Ketenagakerjaan
- UU Aborsi, Adopsi, bayi tabung dan transplantasi.
Sebaliknya bagi bidan lulus pendidikan dan merencanakan menjadi pegawai tetap
baik negeri atau swasta, wajib mengurus STR, SIPB dan berkewajiban meningkatkan
keilmuan dan/atau ketrampilanya melalui pendidikan formal dan pelatihan.
BENTUK PELAYANAN PRAKTIK BIDAN
1. Pelayanan kebidanan , terhadap ibu dan anak
Pelayanan ibu: pada masa pranikah, prahamil,masa kehamilan, masa nifas, masa menyusui
dapat eksklusif sampai 6 bulan.
2. Untuk anak, masa baru lahir, masa bayi, masa balita dan masa prasekolah.
Pasal 17, dalam praktik bidan, perlu diwaspai apabila dalam keadaan pelayanan kadang klien
ingin langsung dengan pengobatan, akan tetapi sebagai tenaga kesehatan profesional,
sebaiknya pemberian obat-obatan dapat diberikan oleh yang memiliki kewenangan ( dalam
hal penulisan resep, maupun pemberian obat, ada tenaga medis/dokter/dokter spesialis, )
kecuali diwilayah tersebut tidak ada dokter.
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
a. Organisasi profesi bidan, menetapkan kepada seluruh anggotanya untuk mengumpulkan
angka kredit selama pelayanan kebidanan, yang dikumpulkan melalui pendidikan, kegiatan
ilmiah, pengabdian kepada masyarakat.
b. Organisasi profesi berkewajiban membibing dan mendorong para anggotanya untuk dapat
mencapai jumlah anggka kredit yang telah ditentukan.( selama praktek bidan wajib mentaati
aturan perundang-undangan yg berlaku ).
c. Pimpinan sarana kesehatan wajib elaporkan bidan yang praktek maupun sudah tidak praktek
kepada dinas kesehatan kabupaten/kota dengan surat tembusan kepada ketua organisasi
profesi setempat.
SANKSI HUKUM BAGI BIDAN
a. Sanksi Hukum Perdata :
- Berupa Wanprestasi ( pasal 1239 KUHP ), jika melakukan :
- Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan
- Terlambat melakukan apa yang dijanjikan
- Melaksanakan apa yang dijanjikan tetapi tidak sesuai hasil yang dijanjikan, melakukan
sesuatu yang sebenarnya tidak boleh dilakukan oleh bidan misal melakukan tindakan curretge
pada kasus abortus ( kewenangan mutlak ada pada dokter spesialis ).
b. Contoh kasus atas gugatan wanprestasi :
Pada papan nama bidan, mencantumkan praktik dari jam 17 wib-19 wib, akan tetapi setiap
datang bidan tersebut jam 18 wib, ini pelanggaran krn tidak sesuai dg apa yg dijanjikan.
Sanksi hukum Pidana atas PMH
1. Bentuk Perbuatan Melawan Hukum oleh bidan adalah :
Akibat asuhan kebidanan yang dilakukan menimbulkan cacat tubuh, luka berat, adanya
kerugian materi yang berlebih, timbul rasa sakit yang terus menerus, sampai tidak dapat
melakukan aktfitas klien sebagai ibu rt atau tidak dapat bekerja, merusak kepercayaan dan
keagamaan , bahkan sampai klien meninggal dunia.
2. Dalam buku KUHPidana , pasal 183,184, hakim harus memiliki alat bukti yang syah dari
gugatan pidana dengan syarat bahwa alat bukti tersebut terpenuhi : adanya keterangan saksi,
keterangan ahli, surat yg dibuat menurut ketentuan perundang-undangan oleh pejabat, untuk
pembuktian dari suatu keadaan, adanya petunjuk sesuai kebijakan hakim, keterangan
terdakwa dapat menerangkan akan Rekam medik ( sebagai alat bukti di persidangan ).
KETENTUAN PERALIHAN
1. Dengan telah terbitnya ketentuan Registrasi dan Surat izin Bidan , diatur melalui Keputusan
MenKes Nomor.900/MenKes/SK/VII/2002, maka Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
572/MenKes/VI/1996, tentang registrasi dan praktek bidan sudah tidak berlaku lagi.
2. Surat Izin Bidan dan Surat Izin Praktik Bidan berlaku selama 5 tahun dan apabila telah habis
masa berlakunya dapat diperbaharui sesuai ketentuan yang berlaku.
3. Pengambilan tindakan atas sanksi hukum terhadap bidan yang diduga telah melakukan
kesalahan ,baik suatu wanprestasi, maupun perbuatan melawan hukum, dapat teguran lisan,
tertulis, denda, maupun penjara sesuai ketentuan perundangan yg berlaku.
KOMITE PENGAWASAN,PIMBINAAN KODE ETIK MEDIK
a. SULITNYA MEMBUKTIKAN ADANYA DUGAAN MALPRAKTIK:
Didalamnya melaksanakan pelayanan kesehatan, mulai diagnostik, anamnestik,analitik
sampai melakukan tindakan tertentu kepada klien, harus melakukannya secara “LEGE
ARTIS”.
Tindakan harus mengacu kepada prosedur operasional, yang telah ditetapkan oleh ikatan
profesinya. Niat seorang medik menolong klien ,adalah dengan itikad baik, namun hasilnya
terkadang tidak sesuai dengan persetujuan, bahkan bisa terjadi cacat, sampai meningal dunia.
Oleh pihak lain ini serin dianggap adanya dugaan malpraktik,
padahal tenakes juga manusia. Dugaan dpt dibuktikan dg pengaduan keaparat hukum.
ADA DUA TANGGUNG JAWAB HUKUM TERHADAP DUGAAN MALPRAKTIK
1. Tanggung jawab terhadap ketentuan-ketentuan profesional yaitu : KODEKI, pengawasan dan
pembinaan dilakukan oleh MPKETM (Majelis Pengawasan Kode Etik Tenaga Medik )
2. Tanggung jawab hukum terhadap ketentuan-ketentuan hukum yg berlaku di Indonesia,
melalui bidang hukum Administrasi, Perdata,Pidana. Termasuk tanggung jawab lain diluar
hukum.
KUHP, pasal 359 .360, mengatakan unsur yg menyebabkan cacat,mati:
a. Adanya kelalaian
b. Adanya wujud perbuatan
c. Adanya luka berat,cacat
d. Adanya hubungan kausal antara kelalaian dg wujud perbt sp terjadi kematian orang/klien.
TIGA PRINSIP UMUM DLM MELAKUKAN PROFESI TENAKES:
a. Kewenangan, ( Registrasi, SIB.SIPB)
b. Kemampuan Rata-rata (Bidan yang baru lulus beda dengan senior)
c. Ketelitian yang umum (berkaitan dg knowledge, skill,profesional attitude/prilaku baik).
Dalam rangka terselenggaranya praktik medik yang sesuai dg peraturan, maka perlu
pengawasan dilakukan oleh organisasi profesi keehatan,pembinaan dilakukan oleh Konsil
pusat bekerja sama dengan organisasi profesi di tempat bertugas.
MAJELIS KEHORMATAN DISIPLIN PROFESI
a. Merupakan lembaga otonom dari KKI ( Konsil Kedokteran Indonesia).
b. Bersifat independen
c. Majelis kehormatan tingkat kab/kota dibentuk oleh KKI pusat &Prov
d. Keanggotaan majelis kehormatan tdd: satu orang ketua, satu orang wakil ketua, satu orang
sekretaris, keanggotaan harus ada dokter, dokter gigi, profesi kesehatan lain, dan sarjana
hukum kesehatan, sarjana hukum (diusakan 3 orang tiap disiplin)
e. Syarat menjadi anggota MKDP: warga negara ina,sehat,berkelakuan baik,usia minimal 40
tahun maksimal 65 thn, pengalaman dibidangnya 10 tahun, memiliki STR, tidak cacat
hukum, dedikasi tinggi, jujur, dan baik.
f. Masa bakti 5 thn dan dapat diangkat 1 kali pemilihan MKDP.
KETUA MKDP dapat menerima Aduan:
a. Syarat pengaduan dugaan malpraktik harus memuat :
Identitas pengadu/penggugat, nama dan alamat praktik tergugat,dan waktu kejadian,alasan
pengaduan, Gugatan dapat juga dikirimkan ke polisi, untuk menempuh jalur pengadilan dan
ada proses hukum baik perdata, pidana.
b. Pengaduan ke MKDP dapat dilanjutkan kepada organisasi profesi, untuk menjatuhkan
keputusan :
Dapat dinyatakan tidak bersalah atau ada kesalahn etik sehingga terkena sanksi Disiplin:
peringatan tertulis, pencabutan SIPB, wajib mengikuti pendidikan .
FUNGSI MKDP :
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
Melindungi masyarakat atas tindakan medik
Memberikan kepastian hu