109
Etiologi, Epidemiologi dan Patofisiologi...... ETIOLOGI, EPIDEMIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI OBESITAS R S U HAJI SURABAYA Oleh : Dr.dr. Koernia Swa Oetomo, SpB. FINACS. Fics(K)Trauma 1

Etiologi, Epidemiologi dan Patofisiologi Obesitas

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah ini berisi tentang penelitian untuk menurunkan obesitas sesuai kriteria BMI ≥ 25-29,9 menurut WHO oleh Dr. dr. Koernia Swa Oetomo, SpB, FINACS. Fics(K)Trauma., SMF Ilmu Bedah RSU Haji Surabaya

Citation preview

Etiologi, Epidemiologi dan Patofisiologi......

ETIOLOGI, EPIDEMIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI OBESITAS

Oleh :Dr.dr. Koernia Swa Oetomo, SpB. FINACS. Fics(K)Trauma

RUMAH SAKIT UMUM HAJI

SURABAYA2014DAFTAR ISIRingkasan

5Summary

6Bab I. Pendahuluan

71.1. Latar Belakang

71.2. Tujuan

8Bab II. Pembahasan

92.1 Klasifikasi Obesitas

92.2 Prevalensi obesitas

92.2.1. Prevalensi obesitas di Asia dan Eropa

92.2.2. Epidemiologi Obesitas di Indonesia

162.3 Efek obesitas terhadap kesehatan

172.3.1. Mortalitas

172.3.2. Morbiditas

182.4 Beberapa factor yang menyebabkan obesitas

192.4.1 Sedentary lifestyle (Kebiasaan Pola Hidup)

192.4.2 Diet

192.4.3 Genetik

212.4.4 Iatrogenik

232.4.5 Agen Infeksi

242.4.6 Endokrin

282.4.6.1 Ghrelin

282.4.6.2 Chelocystokinin

292.4.6.3 Peptide YY (PYY) dan pancreatic polypeptide (PP)

292.4.6.4 Glucagon like peptide (GLP-1) dan oxyntomodulin (OXM)322.4.6.5 Hormon pertumbuhan atau growth hormone (GH)

322.4.6.6 Hormon estrogen

332.4.6.7 Hormon testosterone

342.4.6.8 Kortisol

352.4.7 Polutan

352.5 Patofisiologi obesitas

362.5.1 Regulasi hormonal dan transkripsi diferensiasi adiposity402.5.2 Fungsi leptin sebagai adipositokin

462.6 Pengukuran obesitas

482.6.1 Standart berat badan

492.6.2 Tabel tinggi badan berat badan

492.6.3 Body fat percent (BF%)

502.6.4 Waist circumference (WC)

512.6.5 Waist to Hip Ratio (WHR)

522.6.6 Skinfold(Lipatan Kulit)

532.6.7 Bioelectrical impedance analysis (BIA)

542.6.8 Imaging method

542.6.9 Metode lain

55Bab III Kesimpulan

56Daftar Pustaka

57DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAHaFABP

: adipocyte fatty acid binding proteinAGRP

: agouti related proteinATF-1

: activation transcription factor 1BB

: Berat Badan

BDNF

: Brain-derived nucleotrophin factorBF

: body fat

BIA

: Bioelectrical Impedance AnalysisBMI

: Body Mass Index

BMR

: basal metabolic rateC/EBP(

: CCAAT enhancer bindirng protein-(cAMP

: cyclic adenosine monophosphate

CBP

: CREB-binding proteinCCK

: CholecystokininCT

: computed tomography

CW

: Circumference waist

EOP

: endogenousnopinoid peptidesEpidemiologi : Ilmu yang mempelajari faktor yang mempengaruhi

kesehatan dan penyakit dari populasi, dan berfungsi sebagai landasan dan logika intervensi dilakukan untuk kepentingan kesehatan publik dan obat preventifES

: Embryonic stemFAS

: fatty acid synthaseFOX

: forkhead-containing transcription factorsGABA

: Gamma-aminobutiric acidGH

: Growth HormoneGHS-R

: growth hormon secretagogue receptorGLP-1

: Glucagon-like peptide 1GPI

: GlycosylphosphatidylinositolsIFN

: interferonIGF-1

: Insulin-like growth factor-1IKK

: I-kappa kinase

IL-6

: interleukin-6

IRAK

: interleukin-1 receptor associated kinaseJNK

: Jak kinase

KLF

: Krppel-like zinc finger transcriptional regulatorsLCD

: low calori dietLOD

: lethal optical dencity

LPL

: lipoprotein lipaseLRb

: leptin receptor b

MAP3K

: MAP kinase kinase kinaseMC4R

: reseptor-melanokortin4MEF

: Mouse embryonic fibroblastMEKK

: MAPK/extracellular signal-regulated kinase kinase

MRI

: Magnetic Resonance ImagingNE

: norepinephrineNF-B

: nuclear factor kappa beta

NHANES

: National Health and Nutrition Examination Surveys

NO

: nitric oxide

NPY

: neuropeptide YOXM

: oxyntomodulinPI3K

: phosphatidylinositol 3 kinase

PJK

: Penyakit Jantung Koroner

PKA

: protein kinase APOMC

: Pro-opiomelanokortinPP

: pancreatic polypeptidePP2A

: serine-threonin phosphatasePPAR-(

: Peroxisomal proliferator activated receptor-(Pref-1

: preadipocyte factor-1

Prevalensi

: Proporsi antara individu dengan populasi penyakit

PYY

: peptide YYQTL

: quantitative trait locusRDA

: Recommended dietary allowancesRR

: Relative risk

SCD-1

: stearoyl CoA desaturase 1SHGB

: sex hormone binding globulinSREBP-1

: sterol regulated enhance binding protein-1

SUSENAS

: Sensus Nasional

TAK

: transforming growth factor-(-activated protein kinase 1TB

: Tinggi BadanTEE

: total energy expenditureTIRAP

: Toll-interleukin 1 receptor (TIR) domain- containing adapter proteinTLR

: Toll Like Receptor

TNF(

: tumor necrosis factor (TRAF6

: tumor necrosis factor receptor-associated factor 6TRAM

: TIR domain-containing adapter proteinTrkB

: tropomyosin-related kinase BUCP

: uncoupling proteinWHO

: World Health Organization

WHR

: waist hips ratio

RINGKASANObesitas atau kegemukan adalah ketidakseimbangan jumlah makanan yang masuk dibanding dengan pengeluaran energi oleh tubuh. Obesitas juga sering didefinisikan sebagai kondisi abnormal atau kelebihan lemak yang serius dalam jaringan adiposa sehingga menggangu kesehatan. Obesitas terjadi bila asupan energi melebihi penggunaannya sebagai akibat perubahan genetik maupun lingkungan. Proses biokimiawi dalam tubuh menentukan rasa kenyang dan lapar, termasuk pemilihan macam makanan, selera dan frekwensi makan seseorang. Kondisi dan aktifitas menyimpanan kelebihan energi di jaringan adiposit dikomunikasikan ke sistem saraf sentral melalui mediator leptin dan sinyal-sinyal lain. Menurut WHO 1985, klasifikasi obesitas ditentukan berdasarkan BMI 30 untuk laki-laki dan 28,6 untuk perempuan. Kemudian dikembangkan dengan BMI 25 untuk berat badan lebih over weight dan BMI 30 sebagai obese. Prevalensi obesitas semakin meningkat dari tahun ke tahun baik di negara maju seperti Amerika Serikat yaitu Black non-Hispanik (44,1%, 37,3% untuk laki-laki, 49,6% atau perempuan), diikuti oleh Hispanik (38,7%, 34,3%, 43,0%), dan Putih non-Hispanik (32,4%, 31,9 %, 33,0%), Eropa (Yunani, laki-laki 28%, wanita 27% dan Turki, laki-laki 27,6%, wanita 27,6%), sebagian Asia (Samoa, laki-laki, 48,7%, wanita, 68%) dan negara berkembang seperti Indonesia (laki-laki 24,4%, wanita 43%). Di Amerika, tingginya angka prevalensi tersebut menyebabkan peningkatan mortalitas sekitar 20-40% baik pada pria maupun wanita dengan kelebihan berat badan dan risiko kematian meningkat 3 kali lipat pada penderita obesitas BMI30. Di Kanada, angka kematian selama 12 tahun untuk underweight (BMI 0,8 pada wanita (Esmaillzadeh et al, 2004).

Gambar 13. Metode dan alat pengukuran Waist to Hip Ratio (Esmaillzadeh et al, 2004).2.6.6. Skinfold (Lipatan Kulit)

Skinfold adalah metoda pengukuran lemak tubuh secara tidak langsung dengan mengukur ketebalan dua lipatan kulit dan jaringan lemak bawah kulit menggunakan skinfold caliper. Metoda ini berdasarkan asumsi bahwa ketebalan kulit dan jaringan lemak subkutan adalah konstan. Teknik pengukuran skinfold tidak sulit. Skinfold caliper diletakkan di samping subyek. Pengukuran harus fleksibel tidak dengan tarikan. Lipatan kulit yang akan diukur dijepit menggunakan ibujari dan telunjuk tangan kiri pada posisi 1 cm atau 0,5 inches arah proksimal lipatan kulit yang akan diukur. Caliper dipegang tangan kanan, kemudian diletakkan 1cm distal dari daerah yang dijepit dengan ukuran menghadap ke atas supaya mudah dibaca. Caliper dibaca 4 detik setelah dipasangkan. Apabila lebih dari 4 detik, hasil pengukuran akan menjadi lebih kecil. Ada beberapa alat skinfold caliper antara lain Slim guide, Fat-o-Method dan Fat control Caliper. Semuanya disebut adipometer. Beberapa bagian tubuh yang lazim untuk mengukur obesitas dengan Skinfold caliper yaitu: tricep, dada, lipatan axilar anterior, subscapular, mid axilary, supra iliac, paha dan betis bagian dalam.Skinfold bersama IMT dipergunakan pada orang tua yang tidak dapat berjalan. Bila dibandingkan dengan hasil pengukuran dual energy X-ray densitometry, ternyata pengukuran skinfold caliper memberi hasil lebih rendah pada subyek overweight terutama wanita. Namun demikian metoda ini lebih dapat diaplikasikan (Yarnell et al, 2001).

Gambar 14. Metode, alat dan deskripsi pengukuran skinfold (lipatan kulit).Gambar diambil dari Yarnell et al, (2001).2.6.7. Bioelectrical Impedance Analysis (BIA)Bioelectrial impedamce analysis adalah metoda langsung mengukur obesitas. Prinsip metoda ini adalah: aliran listrik yang dilewatkan tubuh manusia dihambat oleh jaringan lemak dan membran sel. Massa lemak tubuh sama dengan berat badan dikurangi massa bebas lemak dalam kilogram (kg), sedang persen lemak tubuh sama dengan hasil pembagian massa lemak tubuh (kg) dan berat badan tubuh (kg) dikali 100. Cairan tubuh subyek harus normal, tidak dehidrasi karena kurang minum, keringat berlebih atau latihan fisik berat sehari sebelum (Omron). Di samping untuk mengukur obesitas BIA juga dilaporkan cukup akurat untuk memprediksi volume otot pada anggota badan bawah (Newton et al, 2005;Haroun et al, 2010).

Gambar 15. Metode pengukuran obesitas dengan Bioelectrical Impedance Analysis (BIA) bawah (Newton et al, 2005;Haroun et al, 2010).2.6.8. Imaging MethodYang termasuk metode ini adalah Computed Tomography (CT) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Kedua metoda ini mengukur komposisi tubuh pada tingkat jaringan. CT scanner mendeteksi komposisi tubuh menggunakan sinar X yang dilewatkan tubuh dengan mengetahui beda densitas. Biasanya CT scan digunakan sebagai alat diagnosis penyakit tetapi juga dapat dipakai untuk mengukur komposisi jaringan tubuh termasuk akumulasi lemak di bawah kulit dan di rongga abdomen, sehingga CT tidak hanya mengukur lemak tubuh total tetapi juga lokasinya. Ada 3 tempat yang efektif untuk diukur jaringan lemaknya, yaitu bawah dada, perut dan pertengahan paha, khususnya pada wanita obese (Heymsfield, 2008).Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat digunakan mengukur komposisi jaringan tubuh sekaligus analisis kimianya tanpa membahayakan tubuh karena tidak memakai sinar X. Prinsip dasar metoda ini adalah inti atom berperan sebagai magnet dengan dua kutub utara dan selatan disebut magnetic dipole. Selain komposisi jaringan, metoda MRI dapat mendeteksi secara kwantitatif jumlah ATP, fosfokreatinin dalam jaringan tubuh, juga memonitor fungsi metabolisme jaringan dan organ selama masa terapi termasuk dietnya.

Gambar 16. Magnetic Resonance Imaging yang digunakan untuk pengukuran obesitas berdasarkan komposisi tubuh pada tingkat jaringan (Uppot et al, 2006) 2.6.9. Metoda lainAda beberapa metoda lain untuk mengukur obesitas yang jarang digunakan di klinik, misalnya Dual X-ray Absorptiometry (DEXA). Telah dibuktikan bahwa validitas dan reliabilitas antara metoda DEXA sama dengan CT scan untuk mengukur obesitas sentral. Prinsip pengukuran obesitas dengan DEXA adalah dengan membandingkan absorbsi radiasi massa lemak tubuh dengan berat badan (Newton et al, 2005;Tothil dan Hannan, 2004)

Gambar 17. Alat Dual X-ray Absorptiometry (DEXA) (Newton et al, 2005).BAB III

KESIMPULAN

Obesitas juga sering didefinisikan sebagai kondisi abnormal atau kelebihan lemak yang serius dalam jaringan adiposa sehingga menggangu kesehatan. klasifikasi obesitas ditentukan berdasarkan BMI 30 untuk laki-laki dan 28,6 untuk perempuan. Kemudian dikembangkan dengan BMI 25 untuk berat badan lebih over weight dan BMI 30 sebagai obese. Prevalensi obesitas semakin meningkat dari tahun ke tahun baik di negara maju seperti Amerika Serikat yaitu Black non-Hispanik (44,1%, 37,3% untuk laki-laki, 49,6% atau perempuan), diikuti oleh Hispanik (38,7%, 34,3%, 43,0%), dan Putih non-Hispanik (32,4%, 31,9 %, 33,0%), Eropa (Yunani, laki-laki 28%, wanita 27% dan Turki, laki-laki 27,6%, wanita 27,6%), sebagian Asia (Samoa, laki-laki, 48,7%, wanita, 68%) dan negara berkembang seperti Indonesia (laki-laki 24,4%, wanita 43%). Di Amerika, tingginya angka prevalensi tersebut menyebabkan peningkatan mortalitas sekitar 20-40% baik pada pria maupun wanita dengan kelebihan berat badan dan risiko kematian meningkat 3 kali lipat pada penderita obesitas BMI30. Di Kanada, angka kematian selama 12 tahun untuk underweight (BMI