45
1 HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA MENCIT Balb/C MODEL ASMA ALERGI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran LINDA SAFITRY PRIHANTINY G 0006110 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

1

HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK PATIKAN KEBO

(Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA

MENCIT Balb/C MODEL ASMA ALERGI

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

LINDA SAFITRY PRIHANTINY

G 0006110

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit alergi merupakan kumpulan penyakit yang sering dijumpai di

masyarakat (Tanjung dan Yunihastuti, 2006). Berdasarkan penelitian terhadap

epidemiologi asma dan alergi di Jakarta (2006), didapatkan prevalensi asma

13,9%. Angka ini meningkat dibandingkan beberapa studi sebelumnya di

Jakarta yang menunjukkan prevalensi asma berkisar antara 7-9% (Helmy dan

Munasir, 2007).

Alergi disebabkan oleh suatu alergen atau antigen (Baratawidjaja, 2004).

Alergen biasanya merupakan zat-zat tidak berbahaya yang dapat menimbulkan

reaksi tubuh yang abnormal. Pada orang normal reaksi ini tidak timbul (Imran,

2007). Namun, pada orang tertentu zat-zat ini akan menimbulkan reaksi imun

berlebihan yang dapat menimbulkan kerusakan tubuh (Baratawidjaja, 2004).

Alergi dapat menyerang setiap organ tubuh terutama kulit, saluran

pencernaan, dan saluran pernafasan. Bila menyerang saluran pernafasan dapat

menimbulkan asma (Tanjung dan Yunihastuti, 2006). Alergi merupakan salah

satu faktor penting penyebab berkembangnya penyakit asma. Terbukti dengan

kenyataan bahwa 75-90% anak yang mengidap asma mempunyai riwayat

alergi (Siswono, 2004).

Respon alergi pada seseorang sangat dipengaruhi oleh sel imun berupa

sel mast (Hohlfeld, 2001). Hal tersebut dikarenakan infiltrasi sel mast pada

Page 3: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

3

otot polos saluran nafas merupakan ciri khas asma dan bertanggung jawab

terhadap kerusakan fungsi saluran nafas (Brightling et al. cit. Jeffery et al.,

2006).

Sel mast merupakan mediator inflamasi pada reaksi hipersensitivitas dan

alergi. Menggunakan mikroskop, sel mast terlihat sebagai sel besar yang

terdapat pada jaringan pengikat, khususnya di dermis dan mukosa sistem

pernafasan serta pencernaan. Sel mast terdiri atas granul yang mengandung

bermacam-macam molekul mediator termasuk histamin. Di permukaannya

terdapat high-affinity Fcε reseptors (FcεRI) yang memungkinkannya untuk

berikatan dengan Imunoglobulin E (IgE) (Janeway et al., 2004). IgE akan

berikatan kuat dengan reseptor di permukaan sel mast atau basofil (Platts-

Mill, 2001). Adanya cross-linking antara antigen dengan IgE di permukaan sel

mast akan menginduksi pelepasan mediator yang menyebabkan reaksi

hipersensitivitas (Abbas dan Lichtman, 2003). Mediator tersebut diantaranya

amine biogenic, mediator lipid dan sitokin (Robbins et al., 2007). Mekanisme

efektor sistem imun yang melibatkan sitokin dapat menimbulkan reaksi asma

akibat alergi tidak hanya tampak pada organ-organ pernafasan tetapi dapat

pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi

asma alergi, selain di saluran pernafasan sel-sel inflamasi seperti sel eosinofil

dan sel mast juga banyak terdapat di saluran pencernaan seperti di intestinal

(Baratawidjaja, 1999).

Asma merupakan penyakit kronis. Penanganan Asma yang kurang tepat

dapat menghambat pertumbuhan anak. Terapi farmakologi pada penderita

Page 4: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

4

asma belum dapat menyembuhkan penyakitnya secara total. Obat-obat yang

ada saat ini hanya berguna untuk mencegah dan mengontrol gejalanya saja.

Obat-obat tersebut umumnya dari golongan beta2-agonist, antihistamin, dan

steroid. Namun, beberapa diantaranya dapat menimbulkan efek samping bila

digunakan dalam jangka panjang (NIH, 1997).

Untuk mencari obat yang lebih baik, baru-baru ini pengobatan herbal

sedang digalakkan terutama di negara-negara berkembang, begitu juga di

Indonesia. Masih banyak obat-obat tradisional nusantara yang belum dikaji

secara ilmiah khasiatnya (Handayani, 2001). Bahkan banyak juga misteri

dibalik kandungan dan manfaat tanaman obat yang belum terungkap (Winata,

2003). Oleh karena itu, pembuktian manfaat obat tradisional melalui uji klinik

yang didukung dengan penelitian imunologis, baik melalui penilaian kualitatif

maupun kuantitatif, perlu digalakkan (Djauzi, 2003).

Dari berbagai jenis tanaman obat, salah satu diantaranya yang dianggap

bermanfaat bagi penanganan asma adalah Euphorbia hirta L. Selain sebagai

anti asma, di Asia tanaman ini juga telah digunakan sebagai anti-helmintik,

anti-bakteri, anti-oksidan, dan diuretik (Aquil et al. cit. Bhagwat et al., 2008).

Adapun kandungan tanaman ini berupa asam askorbat, beta-amyrin, beta-

sitosterol, cafeic-acid, quercetin, dan flavonoid (Duke, 2009).

Dari penelitian ilmiah didapatkan beta-amyrin dan beta-sitosterol

berfungsi sebagai antiinflamasi (Duke, 2009). Flavonoid menghambat

fosfodiesterase, aldoreduktase, monoamina-oksidase, protein kinase, DNA-

polimerase, lipoxygenase (Robinson, 1995) serta menghambat influks Ca2+

Page 5: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

5

(Sousa et al., 2003). Sedangkan cafeic-acid dan asam askorbat merupakan Ca-

antagonist. Seperti yang telah diketahui bahwa dilepaskannya mediator sel

mast terjadi setelah kadar Ca intraseluler meninggi (Kuby, 1997), sehingga

bila peningkatan Ca2+ sel dihambat maka degranulasi sel mast pun dapat

dicegah. Quercetin sebagai mast cell stabilizer (Duke, 2009) menguatkan efek

penghambatan degranulasi sel mast. Dengan dihambatnya degranulasi sel

mast, maka sekresi vasoaktif amin seperti histamin, mediator lipid, serta

sitokin yang berperan dalam proses inflamasi pada reaksi alergi akan

berkurang.

Berdasarkan temuan-temuan ilmiah di atas, penulis merasa perlu

melakukan penelitian mengenai efek Euphorbia hirta L. terhadap jumlah sel

mast pada mencit Balb/C model asma alergi.

B. Perumusan Masalah

”Adakah hubungan pemberian ekstrak patikan kebo (Euphorbia hirta L.)

terhadap hitung sel mast pada mencit Balb/C model asma alergi?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan hubungan pemberian ekstrak

patikan kebo (Euphorbia hirta L.) terhadap hitung sel mast pada mencit

Balb/C model asma alergi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis :

Orientasi penelitian ini adalah memberi masukan dalam ilmu

pengetahuan tentang imunopatobiologi molekuler Euphorbia hirta L. dalam

Page 6: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

6

terapi alergi khususnya penyakit asma alergi. Penelitian ini juga diharapkan

dapat memberikan informasi tentang hubungan pemberian ekstrak

Euphorbia hirta L. terhadap hitung sel mast pada mencit Balb/C model

asma alergi.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk penelitian

lebih lanjut dalam upaya memanfaatkan Euphorbia hirta L. sebagai obat

anti asma alergi, serta sebagai bahan pertimbangan pemanfaatan Euphorbia

hirta L. dalam pelayanan kesehatan formal.

Page 7: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Patikan kebo ( Euphorbia hirta L.)

a. Sinonim

Euphorbia pilulifera L., Euphorbia capita Lamk., Chamaesyce

pilulifera (L.) Small, Chamaesyce hirta (L.) Millsp. (Widiasih, 2008).

b. Nama lain

Di beberapa wilayah sebutan untuk Euphorbia hirta L. berbeda-

beda. Di Cina disebut fei yang cao, asthma weed (Inggris), gelang susu

(Malaysia), gatas-gatas (Filipina), amanpat chaiarisi (India), daun biji

kacang (Sumatera), nanangkaan (Sunda), gendong anak (Jakarta), kak

sekaan (Madura), sosononga (Halmahera), isu maibi (Ternate), isu giti

(Tidore) (IPTEKnet, 2008).

c. Klasifikasi

Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Subkelas : Rosidae Bangsa : Euphorbiales Suku : Euphorbiaceae Marga : Euphorbia Spesies : Euphorbia hirta L. (Plantamor, 2008)

d. Deskripsi

Page 8: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

8

Gambar 2.1. Tanaman Patikan Kebo

Tanaman Euphorbia hirta L. tegak atau memanjat, tinggi lebih

kurang 20 cm, batang berambut, percabangan selalu keluar dari

pangkal batang dan tumbuh ke atas, warna merah atau keunguan. Daun

berbentuk jonong meruncing sampai tumpul, tepi daun bergerigi.

Perbungaan bentuk bola keluar dan ketiak daun bergagang pendek,

berwarna dadu atau merah kecokelatan. Bunga mempunyai susunan

satu bunga betina dikelilingi oleh lima bunga yang masing-masing

terdiri atas empat bunga jantan (Widiasih, 2008).

Euphorbia hirta L. mampu bertahan hidup selama 1 tahun dan

berkembang biak melalui biji. Biji kecil dan berwarna coklat. Batang

lunak, beruas, penampang bulat, berbulu, bergetah putih, hijau

kecoklatan. Akar jenis tunggang dan berwarna putih kotor. Banyak

tumbuh liar di kebun, ladang, tepi sungai, dan pekarangan rumah

(Widiasih, 2008).

e. Kandungan Kimia dan Efek Farmakologi

Euphorbia hirta L. mempunyai beberapa kandungan kimia

seperti beta-amyrin, asam askorbat, quercetin yang berperan sebagai

Page 9: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

9

antiasma (Duke, 2009). Secara rinci kandungan kimia dan efek

farmakologi tanaman Euphorbia hirta L. dapat dilihat pada tabel 1:

Tabel 2.1. Kandungan Kimia dan Efek Farmakologi Euphorbia hirta L. No Nama

Kandungan Efek Farmakologi

1 Flavonoid menghasilkan sistem imun yang alamiah (innate) dan sistem imun spesifik (adaptive), antiinflamasi dan antihistamin.

2 Asam askorbat antialergi, antiinflamasi, antihistamin, antioksidan, imunomodulator, imunostimulant, antispasmotic, asthma preventive, dan Ca-antagonist

3 Beta-amyrin Antiinflamasi 4 Beta-sitosterol Antiinflamasi, antioksidan, antiprostaglandin 5 Caffeic-acid Antihistamin, antiinflamasi, antioksidan,

antispasmodic, imunostimulant, leukotriene-inhibitor, lipoxygenase-inhibitor, COX-2-inhibitor, dan Ca-antagonist

6 Quercetin lipoxygenase-inhibitor, leukotriene-inhibitor, COX-inhibitor, Nuclear Factor кB inhibitor (NF-кB inhibitor), protein-kinase-C-inhibitor, dan phospholipase inhibitor

7 Kaempferol antioksidan, ICAM-inhibitor, antispasmodic 8 Gallic-acid bronkodilator, antiinflamasi, lipoxygenase-

inhibitor, dan COX-inhibitor

9 P-coumaric-acid

prostaglandin-synthesis-inhibitor, lipoxygenase inhibitor, antioksidan, antispasmotic

10 Taxaxerol Antisecretory 11 Tanin imunostimulant, antiinflamasi, antirhinitis,

antioksidan 12 Saponin meningkatkan sistem imun dan antiinflamasi 13 Ferulic acid antialergi, antiinflamasi, antioksidan,

antiserotonin, antispasmodic, imunostimulant, dan prostaglandin-synthesis-inhibitor

14 Linoleic acid antianaphylactic, antihistamin, antiinflamasi, antileukotriene-D4, dan meningkatkan sistem imun

15 Betulin antiinflamasi dan prostaglandin-synthesis-inhibitor

16 Oleic acid antiinflamasi dan antileukotriene-D4

Page 10: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

10

Lipoxygenase-inhibitor berperan dalam menekan produksi

Interleukin-4 (IL-4) oleh sel CD4+ Th2 (Tanaka et al., 2003).

Dimana IL-4 berperan dalam merangsang pertumbuhan sel mast

(Janeway et al., 2004).

f. Hasil Penelitian

1) Triterpene (beta-amyrin, 24-methylencycloartenol, dan beta-

sitosterol) yang diperoleh dari Euphorbia hirta L. diuji efek

penghambatannya terhadap inflamasi yang diinduksi 12-O-

Tetradecanoil Phorbol Acetate (TPA). Semua triterpene alkohol

tersebut terbukti menghambat inflamasi. Namun, efek

penghambatannya menjadi lebih kuat jika diberikan secara

kombinasi (Vázquez et al., 1999).

2) Ekstrak seluruh bagian tanaman Euphorbia hirta L. dengan etanol

95% menunjukkan efek antihistamin, antiinflamasi, dan

imunosupresif pada berbagai hewan percobaan. Euphorbia hirta L.

menghambat degranulasi sel mast peritoneal. Ekstrak tersebut

secara signifikan menghambat edema pada tikus yang diinduksi

dekstran. Euphorbia hirta L. juga mencegah akumulasi eosinofil

dan aktivitas eosinofil peroksidase. Selain itu, rasio CD4/CD8

darah perifer juga ditekan dan mengurangi pengeluaran IL-4 serta

meningkatkan Interferon-γ (IFN-γ) pada tikus yang disensitisasi

ovalbumin. Hasil penelitian dibandingkan dengan efek ketotifen,

cetirizine, dan cyclophosphamide. Hasilnya menunjukkan bahwa

Page 11: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

11

Euphorbia hirta L. secara signifikan mencegah reaksi alergi fase

cepat dan fase lambat (Singh et al., 2005).

2. Imunologi Asma Alergi

Alergi adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh reaksi imunologik

spesifik yang ditimbulkan oleh alergen. Pada umumnya berupa

pertahanan selular dan humoral organisme terhadap benda asing (Zukesti,

2003). Degranulasi sel mast merupakan komponen sentral pada penyakit

alergi, sedangkan manifestasi klinis dan patologis bergantung pada letak

dan kronisitasnya (Abbas dan Licthman, 2003).

Asma alergi diawali dengan inhalasi alergen (Busse dan Lemanske,

2001). Alergen yang masuk ke dalam tubuh akan didegradasi oleh Antigen

Presenting Cells (APCs) menjadi peptida – peptida untuk selanjutnya

dipresentasikan pada sel limfosit T CD4+ atau yang lebih dikenal dengan

sel Th0. Sel T CD4+ dapat berdiferensiasi menjadi sel CD4+ Th1 dan sel

CD4+ Th2 (Baratawidjaja, 2004).

Aktivasi sel CD4+ Th2 terlihat berperan utama dalam mengawali dan

memelihara terjadinya inflamasi alergi (Temann, 2002; Blease et al., 2000;

Laouini et al., 2003). Hal ini terlihat pada penderita asma dimana jumlah

sel CD4+ Th2 lebih tinggi secara signifikan dibandingkan kontrol,

sebaliknya jumlah sel CD4+ Th1 tidak berbeda (Laouini et al., 2003).

Sel CD4+ Th2 akan memproduksi mediator – mediator inflamasi

seperti histamin dan leukotriene yang dapat menarik sel – sel inflamasi

(netrofil, monosit, eosinofil, dll); sitokin – sitokin termasuk IL-4, IL-5

Page 12: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

12

(Busse dan Lemanske, 2001), IL-10, dan IL-13 (Abbas dan Lichtman,

2003). Histamin meningkatkan sekresi sitokin sel CD4+ Th2 seperti IL-3,

IL-4, IL-5, IL-10 dan IL-13 serta menghambat produksi sitokin sel

CD4+ Th1, diantaranya IL-2, IL-12 dan IFN-g. Melalui sitokin yang

dihasilkannya, sel CD4+ Th2 juga berperan dalam hipersekresi mukus dan

hiperplasi sel mast (Blease et al., 2000; Temann, 2002; Abbas dan

Lichtman, 2003).

Interleukin-4 yang dihasilkan oleh sel CD4+ Th2 akan merangsang

perkembangan sel CD4+ Th2 sendiri dari sel Th0 dan merupakan stimulus

utama produksi IgE (Baratawidjaja, 2004). IL-4 bersama IL-3 dan IL-10

berperan dalam merangsang pertumbuhan sel mast. IL-5 berfungsi

merangsang pertumbuhan dan diferensiasi eosinofil serta sekresi berbagai

sitokin (Li-Weber dan Krammer, 2003). Sedangkan IL-4 dan IL-13

merangsang pertumbuhan, proliferasi, diferensiasi, dan pematangan sel B

menjadi sel plasma dan memproduksi IgE (Janeway, 2004; Kuby, 1997).

Pembentukan IgE oleh sel B memerlukan enzim Protein-Kinase-C (PKC),

Phosphatidilinositol-specific Phospholipase C-γ (PLCγ), dan faktor

transkripsi Nuclear Factor кB (NF-кB) (Abbas dan Litchman, 2003).

Imunoglobulin E sangat berperan dalam terjadinya reaksi alergi. IgE

yang dihasilkan sel plasma tersebut akan berikatan dengan sel mast pada

reseptor FceRI. Proses perlekatan IgE pada sel mast disebut sensitisasi

(Janeway, 2004; Abbas dan Licthman, 2003).

Page 13: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

13

Setelah tersensitisasi, sel mast mempengaruhi reaksi inflamasi. Pada

paparan berikutnya dengan alergen yang sama, alergen akan berikatan

dengan IgE pada sel mast atau basofil yang tersensitisasi dan terjadi proses

degranulasi pada sel tersebut, kemudian mediator akan dilepaskan dari

granula sel mast dan berefek pada jaringan sekitar (Kuby, 1997; Abbas

dan Licthman, 2003).

Dalam peristiwa degranulasi, sel mast melepaskan sejumlah mediator

antara lain histamin, enzim Siklooksigenase (COX) dan lipoxygenase

(Laprise et al., 2004; Blease et al., 2000), Prostagalandin D2 (PGD2),

leukotriene-C4, leukotriene-D4, leukotriene-E4, dan platelet-activating

factor (Abbas dan Litchman, 2003).

Histamin memainkan peran yang sangat penting pada patogenesis

asma atopi melalui pengaturan diferensiasi limfosit sel CD4+ Th0 (Blease

et al., 2000; Abbas dan Lichtman, 2003). Histamin menyebabkan

peningkatan permeabilitas pembuluh darah, kontraksi otot polos, dan

meningkatkan aktivitas kelenjar respirasi yang merupakan patogenesis

asma alergi (Abbas dan Licthman, 2003; Kuby, 1997).

Siklooksigenase melalui mediator utamanya PGD2 menyebabkan

vasodilatasi pembuluh darah, bronkokontriksi, dan kemotaksis neutrofil.

Sedangkan lipoxygenase melalui mediator utamanya leukotriene

menyebabkan bronkokontriksi, sekresi mukus dan peningkatan

permeabilitas pembuluh darah. Selain mediator-mediator di atas, sel mast

Page 14: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

14

juga mengeluarkan sitokin berupa TNF-α, IL-4, IL-5, IL-6 (Abbas dan

Licthman, 2003; Kuby, 1997).

3. Sel Mast

Gambar 2.2. Sel Mast

Semua sel mast merupakan derivat dari progenitor di sumsum tulang.

Awalnya sel mast membelah secara heteroplastik, lalu dilanjutkan secara

mitosis homoplastik (Arvy, 1956). Normalnya, sel mast matur tidak

terdapat di sirkulasi. Progenitor bermigrasi ke jaringan perifer sebagai sel

mast imatur dan berdeferensiasi in situ (Abbas dan Litchman, 2003).

Page 15: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

15

Pada mencit terdapat dua tipe sel mast yaitu sel mast mukosa dan sel

mast jaringan ikat. Sel mast mukosa mempunyai granul yang banyak

mengandung kondroitin sulfat dan sedikit histamin. Sel mast jenis ini

predominan terdapat di alveoli paru-paru dan mukosa intestinal.

Sedangkan sel mast jaringan ikat memiliki granul yang banyak

mengandung heparin dan histamin. Predominan terdapat di submukosa

intestinal dan kulit (Abbas dan Litchman, 2003). Di intestinal, sel mast

terutama terdapat di vili, sekitar glandula duodenal Lieberkuhn, dan juga

tersebar di mukosa usus kecil serta caecum (Sansonow, 1909). Sedangkan

pada bronkus, sel mast dapat ditemukan di sekitar glandula submukosa,

otot polos bronkus, dan bagian lain dari bronkus (Martin et al., 1991).

Salah satu cara untuk melihat sel mast di jaringan yaitu dengan

melakukan pewarnaan preparat menggunakan methylene blue. Dengan

pewarnaan ini, granula sitoplasma sel mast akan terlihat sebagai gambaran

metakromasi (Martin et al., 1991).

Gambar 2.3. Sel Mast dengan Pewarnaan Methylene Blue

Page 16: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

16

Sebenarnya, organ normal hanya mengandung sedikit jaringan

pengikat dan sel mast. Sebaliknya, sel mast terlihat banyak pada jaringan

yang mengalami inflamasi baik pada inflamasi kronik (Prakken dan

Woedermann, 1952) maupun inflamasi akut (Bensley, 1950). Pada

keadaan tersebut terjadi peningkatan jumlah sel mast secara progresif di

sekitar area inflamasi. Selama fase proliferasi sel mast masih terjadi,

populasinya akan terus meningkat (Bensley, 1950). Kemudian melalui

pemeriksaan secara histologi diketahui bahwa peningkatan destruksi sel

mast mengakibatkan reaksi inflamasi yang besar pada jaringan di

sekitarnya (Riley, 1959).

Pada reaksi inflamasi, aktivasi sel mast didahului dengan masuknya

alergen (Utomo dan Sutijanto, 2005) yang dapat menimbulkan respon

biologi berupa sekresi isi granul, sintesis dan sekresi mediator lipid, serta

sintesis dan sekresi sitokin. Proses sintesis mediator lipid diantaranya yaitu

pembentukan prostaglandin dan leukotriene. Proses ini memerlukan enzim

cytosolic Phospholipase A2 (PLA2). Sedangkan dalam proses pelepasan

granul sel mast dibutuhkan PLC , PKC, dan influks Ca2+ sel (Abbas dan

Litchman, 2003).

4. Ovalbumin

Komponen utama putih telur adalah ovalbumin, secara struktural

adalah serpin (sejenis protein). Ovalbumin adalah fosfoglikoprotein

monomer dengan berat molekul 43 hingga 45 kD dan bersifat asam pada

titik isoelektrik (Wikipedia, 2009a).

Page 17: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

17

Mayoritas model yang sekarang digunakan adalah mencit yang

disensitisasi dengan ovalbumin secara intraperitoneal, yang dalam

penggunaannya sering bersama-sama dengan adjuvant sel CD4+ Th2,

seperti aluminium hidroksida. Sensitisasi dengan sendirinya

mempengaruhi produksi IgE spesifik ovalbumin. Ketika dilakukan

pemaparan ulang yang kedua sampai dengan pemberian ovalbumin

aerosol, maka binatang yang disensitisasi akan mengalami hyper-

responsiveness saluran nafas (Kips et al., 2003).

Prevalensi ovalbumin dalam menimbulkan alergi antara 9-100%

(Besler dan Mine cit. Diding, 2007). Pemaparan Ovalbumin (OVA) akan

memicu APCs. OVA oleh APCs akan didegradasi menjadi peptida-peptida

untuk selanjutnya dipresentasikan pada sel limfosit CD4+ Th. Sel limfosit

CD4+ Th2 sangat berperan dalam perubahan inflamasi yang terjadi pada

bronkus. OVA inhalasi akan meningkatkan tingkat inflamasi dan stimulasi

sel B untuk memproduksi IgE di serum (Diding, 2007). Imunoglobulin E

sangat berperan dalam terjadinya reaksi alergi (Janeway, 2004; Abbas dan

Licthman, 2003).

5. Alumunium Hidroksida

Alumunium hidroksida (Al(OH)3), merupakan alumunium yang

paling stabil dalam kondisi normal. Merupakan senyawa amfoter yang

mempunyai molaritas 78,00 mol (Wikipedia, 2009b).

Alumunium hidroksida dimasukkan sebagai adjuvant pada beberapa

vaksin, karena perannya dalam menginduksi respon Th2. Meskipun

Page 18: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

18

IL-12 IL-10

demikian, Al(OH)3 juga mempunyai sedikit kemampuan menstimulasi

respon Th1 yang penting untuk proteksi dari berbagai patogen (Petrovsky

dan Aguilar, 2004).

B. Kerangka Pemikiran

1. Kerangka Berpikir Konseptual

Alergen

Keterangan : à : merangsang --- > : menghambat

degranulasi

NF-кB

PKC

Sitokin

Proinflamasi Ekstrak

Euphorbia hirta L.

Ca2+

Sel Mast

Sel B Sel CD4+

Th1

IFN-γ

IL-4

Makrofag

Sel Th0

IL-12

Sel CD4+ Th2

IL-4 IL-13

IgE PLCγ

Page 19: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

19

Gambar 2.4. Skema Kerangka Pemikiran

2. Kerangka Berpikir Teoritis

Ovalbumin sebagai alergen masuk ke tubuh dan ditangkap oleh

Antigen Presenting Cells (APCs). Kemudian diproses dan dipresentasikan

ke sel T CD4+ atau sel Th0. Sel Th0 dapat berdiferensiasi menjadi dua

subset, yaitu sel CD4+ Th1 dan sel CD4+ Th2. Kerja dari sel CD4+ Th1 dan

sel CD4+ Th2 saling menghambat, dimana sel CD4+ Th2 mensekresi

sitokin-sitokin yang mempengaruhi reaksi alergi. Sitokin-sitokin itu adalah

IL-4 dan IL-13 yang mempengaruhi sintesis IgE oleh sel B. Pembentukan

IgE oleh sel B memerlukan enzim PLCγ, PKC, dan faktor transkripsi NF-

κB. Selain itu, IL-4 juga berperan dalam merangsang pertumbuhan sel

mast.

Imunoglobulin E yang terbentuk akan terikat pada membran sel

mast. Jika alergen yang sama atau mempunyai struktur mirip masuk dan

terjadi cross-linking antara IgE dengan alergen akan menyebabkan aktivasi

sel mast. Aktivasi sel mast menimbulkan respon biologi berupa sintesis

dan sekresi mediator lipid, sintesis dan sekresi sitokin, serta sekresi isi

granul. Proses pelepasan granul sel mast membutuhkan PLCγ , PKC, dan

influks Ca2+.

Dalam proses pembentukan IgE, Euphorbia hirta L. menekan

produksi IL-4 oleh sel CD4+ Th2 melalui efek lipoxygenase-inhibitor serta

menghambat kerja faktor transkripsi NF-κB, PLCγ, PKC sehingga IgE

Page 20: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

20

yang diproduksi oleh sel B sedikit. Dengan begitu, IgE yang terikat sel

mast pun menjadi sedikit.

Penghambatan produksi IL-4 juga dapat menekan pertumbuhan sel

mast. Dengan begitu, jumlah sel mast pada jaringan yang mengalami

inflamasi juga menjadi lebih sedikit.

Protein-Kinase-C-inhibitor dan phospholipase-inhibitor dalam

Euphorbia hirta L. akan menghambat enzim PKC dan PLCγ sehingga

pelepasan granul sel mast yang berisi histamin dapat ditekan. Hal ini akan

menghambat kerja histamin sebagai faktor kemotaktik sel-sel inflamasi.

Efek ini diperkuat dengan adanya Ca-antagonist dalam Euphorbia hirta L.

yang mencegah influks Ca2+ ke dalam sel sehingga pelepasan granul

terhambat. Dengan berkurangnya aktivasi sel mast, maka reaksi alergi

dapat diperbaiki.

3. Hipotesis

Ada hubungan pemberian ekstrak patikan kebo (Euphorbia hirta L.)

terhadap hitung sel mast pada mencit Balb/C model asma alergi.

Page 21: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik, dengan post test only

control groups design.

B. Lokasi penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian berupa 30 ekor mencit Balb/C jantan dengan berat

badan + 20 gram, dan berumur 6-8 minggu. Mencit Balb/C diperoleh dari Unit

Pengembangan Hewan Percobaan Universitas Setia Budi, Surakarta. Bahan

makanan mencit digunakan pakan mencit BR 1.

D. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan secara incidental sampling. Dimana

jumlah sampel ditentukan menggunakan rumus Federer, yaitu:

Keterangan: k : jumlah kelompok n : jumlah sampel dalam tiap kelompok (Purawisastra, 2001)

(k-1) (n-1) > 15

Page 22: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

22

Dalam penelitian ini, subjek dibagi menjadi 5 kelompok sehingga

berdasarkan rumus Federer didapatkan jumlah subjek masing-masing

kelompok sebagai berikut:

(k-1) (n-1) > 15 (5-1) (n-1) > 15

4 (n-1) > 15 (n-1) > 3,75 n > 4,75 ó n > 5

Tiap kelompok dalam penelitian ini terdiri dari 6 ekor mencit Balb/C.

E. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas : ekstrak patikan kebo (Euphorbia hirta L.)

2. Variabel Terikat : hitung sel mast

3. Variabel luar

a. Dapat dikendalikan : genetik, berat badan, makanan, umur, jenis

kelamin

b. Tidak dapat dikendalikan : variasi kepekaan mencit terhadap suatu zat

F. Skala Variabel Penelitian

1. Ekstrak Patikan Kebo (Euphorbia hirta L.) : skala nominal

2. Hitung Sel Mast : skala rasio

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Ekstrak Patikan Kebo

Ekstrak patikan kebo diperoleh dari tanaman patikan kebo yang

dikeringkan, dihaluskan, dan kemudian diekstraksi dengan cairan ethanol

Page 23: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

23

70%. Ekstraksi dilakukan dengan metode perkolasi. Ekstrak ini dibuat di

Balai Besar Pengembangan dan Penelitian Tanaman Obat dan

Tanaman Tradisional (B2P2TO2T), Tawangmangu.

Pemberian ekstrak patikan kebo dilakukan peroral dengan dosis

10 mg/ mencit/ hari dan 20 mg/ mencit/ hari. Dosis patikan kebo yang

diberikan pada mencit diperoleh dari:

a. Dosis aman patikan kebo adalah (500 – 1000) mg/ Kg BB/ hari.

b. Berat badan mencit yang digunakan + 20 gram, maka dosis patikan

kebo yang akan diberikan pada mencit yaitu:

500 mg/ Kg BB/ hari – 1000 mg/ Kg BB/ hari

= (500/ 1000) mg/ gr BB/ hari – (1000/ 1000) mg/ gr BB/ hari

= 0,5 mg/ gr BB/ hari – 1 mg/ gr BB/ hari

= 10 mg/ 20 gr BB/ hari – 20 mg/ 20 gr BB/ hari

= 10 mg/mencit/hari – 20 mg/mencit/hari

Daya muat maksimal lambung mencit adalah 1 cc dan sebagian

lambung mencit telah terisi dengan makanan dan minuman, sehingga

ekstrak patikan kebo yang diberikan pada mencit secara oral adalah 0,1 cc

dan 0,2 cc. Volume aquabides yang digunakan sebagai pelarut ekstrak

patikan kebo adalah :

(0,1 + 0,2) cc/mencit/hari x 6 mencit x 28 hari = 50,4 cc ó 51 cc

Ekstrak patikan kebo yang diperlukan (X) adalah: X 徠mg邹10 mg = 51 cc0,1 cc

Page 24: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

24

X (mg) = 51 cc x 10 mg0,1 cc

X (mg) = 5100 mg

Jadi, dibuat larutan ekstrak patikan kebo dengan melarutkan 5,1

gram ekstrak patikan kebo dalam 51 cc aquabides.

Ekstrak patikan kebo yang diberikan pada mencit kelompok III

adalah 0,1 cc/ mencit/ hari. Sehingga ekstrak patikan kebo yang diberikan

pada mencit kelompok IV adalah :

(20 mg/ 10 mg) x 0,1 cc = 0,2 cc/ mencit/ hari

Pemberian ekstrak patikan kebo pada kelompok III dan IV

dilakukan pada hari ke-1 sampai hari ke-28.

2. Hitung Sel Mast di Intestinal

Setelah mencit dikorbankan, diambil jaringan intestinal, kemudian

direndam dalam larutan formalin buffer 10% selama 10 jam, setelah itu

dibuat blok parafin. Selanjutnya dilakukan potongan serial terhadap blok

parafin tersebut untuk dibuat slide masing-masing 2 buah. Setelah itu

dilakukan pewarnaan dengan methylene blue untuk melihat dan

menghitung jumlah sel mast, untuk selanjutnya diidentifikasi dengan

mikroskop cahaya.

Sel mast dengan mikroskop terlihat berbentuk oval atau bulat, ukuran

diameter 10-13 µm, sitoplasma berisi granula basofilik. Inti agak kecil

terletak di tengah, seringkali tertutup oleh granul (Junqueira dan Carneiro,

2005). Pada pewarnaan methylene blue, granul sel mast akan tampak

metakromasi berwarna ungu-merah tersebar di seluruh sitoplasma,

Page 25: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

25

sedangkan inti biasanya tidak terlihat (Martin et al., 1991). Kemudian

dilakukan penghitungan sel mast secara manual tiap lapang pandang

dengan mikroskop cahaya. Setiap preparat masing-masing diamati

sebanyak 3 lapang pandang.

H. Pembuatan Mencit Model Asma Alergi

Untuk membuat mencit model asma alergi dilakukan sensitisasi pada

mencit intraperitoneal pada hari ke-0 dan ke-14 dengan menimbang 2,5 mg

OVA dan dilarutkan dalam 7,75 cc Al(OH)3. Dosis untuk tiap mencit adalah

0,15 cc / mencit / intraperitoneal.

Pemaparan OVA aerosol dimana OVA dilarutkan dalam aquabides

dengan perbandingan 10:1 (50 mg OVA dalam 5 cc aquabides), dilakukan

secara bergantian dengan nebulizer kecepatan 6 L/menit pada masing-masing

kelompok selama 20 menit. Hal ini dilakukan pada hari ke-21, 23, 25, dan 28.

I. Antihistamin Generasi III

Antihistamin generasi III (AH) yang digunakan adalah Telfast® 120 mg

yang mengandung fexofenadine. Faktor konversi manusia (dengan berat

badan ± 70 kg) ke mencit (dengan berat badan ± 20 gr) adalah 0,0026

(Suhardjono, 1995) sehingga dosis antihistamin yang diberikan pada

mencit adalah :

120 mg x 0,0026 = 0,3 mg

Daya muat maksimal lambung mencit adalah 1 cc dan sebagian lambung

mencit telah terisi dengan makanan dan minuman, sehingga antihistamin yang

Page 26: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

26

akan diberikan pada mencit secara oral adalah 0,1 cc/ mencit/ hari, maka

pelarut (aquabides) yang dibutuhkan adalah : 120 mg0,3 mg = X cc0,1 cc

X = 120 x 0,140 cc

X = 40 cc

Agar mencit pada kelompok V mendapat antihistamin 0,1 cc/ mencit/

hari, maka 1 tablet Telfast® 120 mg dilarutkan dalam 40 cc aquabides.

Pemberian antihistamin pada kelompok V dilakukan pada hari ke-1

sampai hari ke-28.

J. Rancangan Penelitian

Keterangan :

S = Jumlah Sampel K1 = Kelompok I (Kontrol) K2 = Kelompok II (OVA) K3 = Kelompok III (OVA + PK 500 mg/ kgBB/ hari) K4 = Kelompok IV (OVA + PK 1000 mg/ kgBB/ hari) K5 = Kelompok V (OVA + AH)

Gambar 3.1. Skema Rancangan Penelitian

S

K1

K5

K4

K3

K2

M1

M5

M4

M3

M2

Hitung sel mast semua kelompok dibandingkan

dengan Uji Anova atau uji alternatifnya(Kruskall-

Wallis) dilanjutkan dengan Post Hoc Test

atau Mann-Whitney antar kelompok

Page 27: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

27

PK = Patikan Kebo AH = Antihistamin

M1 = Jumlah Sel Mast Kelompok I M2 = Jumlah Sel Mast Kelompok II M3 = Jumlah Sel Mast Kelompok III M4 = Jumlah Sel Mast Kelompok IV M5 = Jumlah Sel Mast Kelompok V

K. Instrumentasi Penelitian

1. Alat penelitian

a. Kandang mencit

b. Spuit tuberculin 1 cc dan 3 cc

c. Sonde mencit

d. Beaker glass 50 cc dan 100 cc

e. Mikroskop cahaya Olympus

f. Timbangan elektrik Mettler Toledo

g. Nebulizer

h. Gelas pengaduk

i. Gelas objek

j. Gelas ukur

k. Deck glass

l. Hand scoen

m. Mortir

2. Bahan penelitian

a. Intestinal mencit Balb/C

b. Ekstrak patikan kebo (Euphorbia hirta L.)

c. Ovalbumin

Page 28: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

28

d. Al (OH)3

e. Aquabides

f. Antihistamin III (fexofenadine dosis @ 120mg)

g. Pakan mencit BR 1

h. Formalin buffer 10%

i. Blok parafin

j. Methylene Blue

L. Cara Kerja

1. Kandang mencit disiapkan. Satu kandang 1 kelompok mencit.

2. Mencit diadaptasikan dengan lingkungan selama 7 hari dan diberi

makanan standar BR 1.

3. Pada hari ke-0 dan ke-14, kelompok II, III, IV, dan V disensitisasi OVA

intraperitoneal dengan dosis 0,15 cc/mencit/i.p, dimana 2,5 mg OVA

dilarutkan pada 7,75 cc Al(OH)3.

4. Pemberian ekstrak patikan kebo (Euphorbia hirta L.) pada kelompok III

dan IV serta antihistamin pada kelompok V dilakukan hari ke-1 sampai

hari ke-28.

6. Pemaparan OVA aerosol, dimana OVA dilarutkan dalam aquabides

dengan perbandingan 10:1, dengan nebulizer kecepatan 6 L/menit selama

20 menit diberikan pada hari ke-21, 23, 25, dan 28.

7. Setelah 24 jam pada akhir pemaparan semua hewan diterminasi dengan

cara cervical dislocation. Jaringan intestinal diambil untuk dibuat preparat

Page 29: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

29

imunohistokimia dan dicat dengan methylene blue. Kemudian diamati

dengan mikroskop cahaya dengan perbesaran 1000 kali.

Secara umum, cara kerja penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3.2. Skema Cara Kerja

Terminasi hari ke-29, koleksi intestinal

Ekstrak Euphorbia

hirta L. 10 mg/

/mencit/hari

Ekstrak Euphorbia

hirta L. 20 mg /

mencit/ hari

Antihistamin generasi

III 0.3 mg/

mencit/hari

Sensitisasi OVA

Kelompok V Kelompok IV

Kelompok III

Kelompok II

Kelompok I

30 Ekor Mencit Balb/C

Hitung Sel Mast

Page 30: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

30

M. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan

uji Anova dilanjutkan dengan LSD Post Hoc Test untuk membandingkan

perbedaan mean antar kelompok. Jika data tidak memenuhi syarat untuk uji

Anova, sebaran data tidak normal (p<0,05) dan varians data tidak sama

meskipun sudah ditransformasi, digunakan uji alternatifnya yaitu uji Kruskal-

Wallis untuk membandingkan perbedaan mean lebih dari dua kelompok.

Dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney, untuk membandingkan perbedaan

mean antar kelompok menggunakan program SPSS for Windows Release 16.0.

Page 31: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

31

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hitung Sel Mast

Preparat intestinal masing-masing kelompok diamati menggunakan

mikroskop cahaya dengan pengecatan methylene blue . Pengamatan sel mast

jaringan intestinal dengan perbesaran mikroskop 10 x 100 dan dihitung dalam

3 lapang pandang. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1. Hitung Sel Mast (Jumlah Sel/ Lapang Pandang) Masing-masing Kelompok Perlakuan

Kelompok Median (min – max)

K1 3(0 – 5) K2 6(3 – 7) K3 2(1 – 5) K4 K5

2(0 – 4) 3(1 – 5)

Keterangan : K1 = Kelompok I (Kontrol) K2 = Kelompok II (OVA) K3 = Kelompok III (OVA + PK 500 mg/ kgBB) K4 = Kelompok IV (OVA + PK 1000 mg/ kgBB) K5 = Kelompok V (OVA + AH)

Page 32: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

32

Hasil hitung sel mast masing-masing kelompok disajikan pada gambar

berikut ini:

Gambar 4.1. Histogram Hitung Sel Mast Intestinal Mencit Masing-masing Kelompok Perlakuan

Pengamatan mikroskopis sel mast pada masing-masing kelompok dapat

dilihat sebagai berikut:

Gambar 4.2. Gambaran sel mast kelompok K1 pengecatan methylene

blue, perbesaran 1000x. Panah hijau menunjukkan sel mast.

0

1

2

3

4

5

6

7

K1 K2 K3 K4 K5

Jum

lah

Sel M

ast/

Lap

ang

Pan

dang

Kelompok Perlakuan

Page 33: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

33

Gambar 4.3. Gambaran sel mast kelompok K2 pengecatan methylene

blue, perbesaran 1000x. Panah hijau menunjukkan sel mast.

Gambar 4.4. Gambaran sel mast kelompok K3 pengecatan methylene

blue, perbesaran 1000x. Panah hijau menunjukkan sel mast.

Gambar 4.5. Gambaran sel mast kelompok K4 pengecatan methylene

blue, perbesaran 1000x. Panah hijau menunjukkan sel mast.

Page 34: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

34

Gambar 4.6. Gambaran sel mast kelompok K5 pengecatan methylene

blue, perbesaran 1000x. Panah hijau menunjukkan sel mast.

B. Analisis Hasil

Data tidak memenuhi syarat untuk uji Anova karena meskipun varians

data sama tetapi sebaran data tidak normal (p<0,05) meski sudah

ditransformasi, sehingga data yang diperoleh dianalisis secara statistik

menggunakan uji alternatifnya, yaitu Kruskal-Wallis untuk membandingkan

perbedaan mean lebih dari dua kelompok, dilanjutkan uji Mann-Whitney untuk

membandingkan perbedaan mean antar kelompok menggunakan program

SPSS for Windows Release 16.0.

Hasil uji Kruskal-Wallis diperoleh nilai signifikan 0,000. Jadi minimal

terdapat 2 kelompok yang memiliki perbedaan bermakna. Hasil perhitungan

uji sebaran data, uji varians, dan uji Kruskall-Wallis selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran 3 dan 4.

Untuk mengetahui perbedaan mean antar kelompok digunakan uji Mann-

Whitney. Data hasil perhitungan dengan uji Mann-Whitney dapat dilihat pada

Page 35: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

35

tabel 4.2. Data selengkapnya mengenai perhitungan uji Mann-Whitney dengan

program SPSS For Windows Release 16.0 dapat dilihat pada lampiran 4.

Tabel 4.2. Hasil perhitungan dengan uji Mann-Whitney

Kelompok Nilai z

(z tabel -1,96)

p value

(α=0,05) Kemaknaan

K1 vs K2 -4,849 0,000 Signifikan

K2 vs K3 -4,831 0,000 Signifikan

K2 vs K4 -5,097 0,000 Signifikan

K2 vs K5 -4,819 0,000 Signifikan

K3 vs K4 -0,721 0,471 Tidak Signifikan

K3 vs K5 -0,878 0,380 Tidak Signifikan

K4 vs K5 -1,825 0,068 Tidak Signifikan

Page 36: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

36

BAB V PEMBAHASAN

Menurut Zukesti (2003), alergi merupakan reaksi imunologik spesifik yang

ditimbulkan oleh alergen baik berupa pertahanan selular maupun humoral dari

organisme terhadap benda asing.

Penelitian ini menggunakan OVA sebagai alergen. Hasil penelitian

menunjukkan pemaparan OVA selama 29 hari mampu meningkatkan rata-rata

hitung sel mast intestinal mencit Balb/C pada kelompok OVA (tabel 4.1) dengan

perbedaan yang bermakna dibandingkan kelompok kontrol (p = 0,000) (tabel 4.2).

Hal ini sesuai dengan pernyataan Busse dan Lemanske (2001) bahwa OVA akan

mengaktivasi sel mast serta sel CD4+ Th2 sebagai reaksi terhadap alergi. Sel CD4+

Th2 yang teraktivasi akan memproduksi mediator-mediator inflamasi seperti

histamin, leukotriene, serta sitokin-sitokin seperti IL-4, IL-5 (Busse dan

Lemanske, 2001) , IL-10, dan IL-13 (Abbas dan Lichtman, 2003). Interleukin-4

dan IL-10 dapat merangsang pertumbuhan sel mast (Li-Weber dan Krammer,

2003). Sitokin-sitokin yang dihasilkan oleh sel CD4+ Th2 berperan dalam

hiperplasi sel mast (Blease et al., 2000; Temann, 2002; Abbas dan Lichtman,

2003) dan sangat berpengaruh pada respon alergi (Hohlfeld, 2001).

Menurut Duke (2009) Euphorbia hirta L. memiliki kandungan kimia yang

berperan sebagai antiasma. Salah satu cara kerjanya adalah dengan menghambat

degranulasi sel mast sehingga sekresi vasoaktif amin seperti histamin dan sitokin-

sitokin akan berkurang. Menurut Packard dan Khan (2003) histamin dapat

meningkatkan produksi sitokin sel CD4+ Th2, seperti IL-4, IL-5, IL-10 dan IL-13.

Page 37: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

37

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Singh et al. (2005) menunjukkan bahwa

ekstrak patikan kebo mengurangi pengeluaran IL-4 pada tikus yang disensitisasi

OVA sehingga dapat menekan faktor tumbuh sel mast. Selain itu, penelitian yang

dilakukan oleh Sousa et al. (2005) menunjukkan bahwa Euphorbia hirta L. secara

bermakna mencegah reaksi alergi. Hasil penelitian-penelitian ini sesuai dengan

penelitian penulis yang memperlihatkan bahwa pemberian ekstrak patikan kebo

dosis 500 mg/ kgBB/ hari dapat menurunkan hitung sel mast pada mencit model

asma alergi (kelompok OVA) secara bermakna (p = 0,000) (tabel 4.2) . Keadaan

ini juga terlihat pada kelompok mencit yang diberi ekstrak patikan kebo dosis

1000 mg/ kgBB/ hari dengan p = 0,000 (tabel 4.2).

Pemberian antihistamin generasi III (fexofenadine) pada mencit model asma

alergi diharapkan dapat menekan reaksi inflamasi akibat alergi pada kelompok K2

(kelompok OVA) sebagai kontrol positif yang telah disensitisasi dengan OVA.

Seperti yang dijelaskan oleh Net Doctor (2008) bahwa antihistamin generasi III

(fexofenadine) bekerja dengan mengeblok reseptor H1 pada sel, sehingga obat ini

tidak berfungsi mencegah pengeluaran histamin dari sel mast tetapi hanya

mencegah ikatan histamin dengan reseptornya. Meskipun demikian, ternyata

pemberian obat ini mampu memberikan efek positif. Hal ini terlihat dari hasil

penelitian yang menunjukkan pemberian antihistamin generasi III menurunkan

hitung sel mast kelompok OVA secara bermakna (p = 0,000) (tabel 4.2). Terlihat

bahwa mekanisme penghambatan antihistamin generasi III terhadap ikatan antara

histamin yang dihasilkan sel CD4+ Th2 dan sel mast dengan reseptornya cukup

kuat. Seperti yang telah diketahui, inflamasi pada alergi disebabkan oleh ekspresi

Page 38: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

38

sel CD4+ Th2 berlebih (Cohn et al., 2004) yang akan mengakibatkan peningkatan

produksi IgE (Baratawidjaja, 2004) serta granulasi sel mast (Kuby, 1997; Abbas

dan Licthman, 2003). Sel CD4+ Th2 yang teraktivasi dan degranulasi sel mast

selanjutnya akan mengeluarkan histamin sebagai salah satu mediator inflamasi

(Busse dan Lemanske, 2001; Abbas dan licthman, 2003). Histamin inilah yang

kerjanya akan dihambat oleh antihistamin generasi III tersebut.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pemberian ekstrak patikan kebo

dosis 500 mg/ kgBB untuk terapi asma alergi terlihat sebanding dengan

antihistamin generasi III (fexofenadine) karena perbedaan hitung sel mast diantara

keduanya tidak bermakna (p = 0,380) (tabel 4.2). Ini juga terlihat pada pemberian

ekstrak patikan kebo dosis 1000 mg/ kgBB/ hari (p = 0,068) (tabel 4.2). Adanya

variasi kepekaan mencit terhadap suatu zat sebagai variabel luar yang tidak dapat

dikendalikan juga dapat memegang peranan dalam hal ini. Efektivitas

antihistamin dalam melawan reaksi hipersensitivitas juga berbeda-beda tergantung

berat gejalanya (Sjamsudin dan Dewoto, 2005). Rendahnya konsentrasi

antihistamin dalam plasma juga berpengaruh terhadap efek terapi antihistamin.

Pada penelitian ini, digunakan antihistamin generasi III dosis tunggal dengan

waktu paruh 14,4 jam. Sesuai pendapat Andra (2006) bahwa pemberian dosis

tunggal memungkinkan terjadi efek lintas pertama oleh hati yang menyebabkan

konsentrasi dalam plasma relatif rendah. Disamping itu, banyak faktor lain yang

berperan dalam patogenesis asma alergi selain histamin. Kandungan zat dalam

tanaman Euphorbia hirta L. mampu menekan proses inflamasi melalui berbagai

mekanisme penghambatan terhadap faktor-faktor tersebut (Duke, 2009).

Page 39: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

39

Mekanisme penghambatannya antara lain sebagai protein-kinase-C-inhibitor dan

phospholipase-inhibitor yang akan menghambat enzim PKC dan PLCγ sehingga

pelepasan granul sel mast yang berisi histamin dapat ditekan (Duke, 2009) yang

akan menghambat kerja histamin sebagai faktor kemotaktik sel-sel inflamasi

(Busse dan Lemanske, 2001). Mekanisme penghambatan diperkuat dengan

adanya efek Ca-antagonist, mast cell stabilizer, antihistamin, lipoxygenase-

inhibitor, dll. (Duke, 2009) sehingga lebih efektif untuk terapi asma alergi pada

mencit model asma alergi dibandingkan antihistamin generasi III yang hanya

bekerja mengeblok reseptor H1 saja.

Ekstrak patikan kebo dosis 500 dan 1000 mg/ kgBB/ hari lebih menurunkan

jumlah sel mast dibanding antihistamin generasi III pada mencit Balb/C model

asma alergi.

Perbedaan yang tidak bermakna antara pengaruh pemberian ekstrak patikan

kebo dosis 500 dengan dosis 1000 mg/ kgBB/ hari (p=0,471) (tabel 4.2)

kemungkinan dikarenakan dosis patikan kebo 500 mg/ kgBB/ hari telah mencapai

konsentrasi dalam darah yang dapat menimbulkan efek terapi maksimal melalui

gabungan mekanisme kerja masing-masing zat yang terkandung didalamnya. Oleh

karena itu, saat mencit di beri dosis patikan kebo yang lebih tinggi (1000 mg/

kgBB/ hari) efek terapinya tidak jauh berbeda dengan patikan kebo dosis 500 mg/

kgBB/ hari. Terapi asma alergi sebaiknya diberikan ekstrak patikan kebo dosis

rendah (500 mg/ kgBB/ hari) dengan efek yang hampir sama dengan dosis yang

lebih tinggi (1000 mg/ kgBB/ hari).

BAB VI

Page 40: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

40

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan pemberian ekstrak patikan kebo

(Euphorbia hirta L.) dosis 500 dan 1000 mg/ kgBB/ hari secara bermakna

mampu menurunkan hitung sel mast pada mencit Balb/C model asma alergi.

B. Saran

Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan :

1. Penelitian lebih lanjut dalam pengembangan patikan kebo untuk terapi

asma alergi dapat menuju dapat dilakukan pemeriksaan jumlah sel mast di

jaringan bronkus.

2. Penelitian lebih lanjut dengan menggunakan petanda-petanda asma alergi

yang lain.

3. Penelitian lebih lanjut dalam pengembangan patikan kebo menjadi

imunofitofarmaka.

Page 41: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

41

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A.K. dan Lichtman, A.H., 2003. Cellular and Molecular Immunology.

Elsevier Science, USA, pp :194, 264, 304, 432-450. Andra, 2006. Optimalisasi Terapi Antihistamin. Farmacia. 6:64. Arvy, L. (1956). Histogenese et repartition des labrocytes chez le Rat. C.R.

Ass. Anat. XLIII Reunion 165-170. Baratawidjaja, K.G. 1999. Current Issues on Allergy and ETAC (Early

treatment of the Atopic Child). Balita-Anda. http://www.mail-archive.com/[email protected]/msg01533.htcc (7 Februari 2009)

Baratawidjaja, K.G. 2004. Imunologi Dasar. Edisi ke-6. Balai Penerbit

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Bensley, S.H. (1950). Histological studies of the reactions of cells and

intercellular substances of loose connective tissue to the spreading factor of testicular extracts. Ann. N.Y. Acad. Sci. 52: 983-987.

Bhagwat, G.G., Chaulang G. M., Ghodke D.S., Patil K.S., Yeole P.G.,

Ganjiwale R.O. 2008. Pharmacognostic Study Of Plant Euphorbia hirta L. http://www.phresearchjournal.info/PDF/Research%20article%20number%2006.pdf ( 16 februari 2009)

Blease, K., Lukacs, N.W., Hogaboam, C.M., dan Kunkel, S.L. 2000. Chemokines and their role in airway hyper-reactivity. Respir Res. 1(1): 54–61.

Busse, W.W. dan Lemanske, R.F. 2001. Asthma. N Engl J Med. 344 : 350-362.

Cohn, L., Elias, J.A., dan Chupp, G.L.. 2004. Asthma: mechanisms of disease persistence and progression Annu Rev Immunol. 22: 789-815.

Diding H.P. 2007. Efek Pemaparan Ovalbumin Aerosol terhadap Eosinofilia Bronkus pada Mencit Balb/C. Nexus Medicus. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta, pp: 9-13.

Djauzi, S. 2003. Perkembangan Obat Imunomodulator. Medicinal Jurnal Kedokteran. Jakarta 4( 2): 13 - 5.

Duke, J.A. 2009. List of Chemicals of Euphorbia hirta L. In: Phyto-

chemical and Ethnobotanical Databases. http://sun.ars-grin.gov:8080/npgspub/xsql/duke/pl_act.xsql?taxon=723.

(20 Februari 2009)

Page 42: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

42

Handayani, L. 2001. Pemanfaatan Obat Tradisional dalam Menangani Masalah Kesehatan. Majalah Kedokteran Indonesia. Jakarta 51(4): 139 - 44.

Helmy dan Munasir. 2007. Kortikosteroid pada Penyakit Alergi Anak. Dexa

Media. Jakarta 20 (2): 68. Hohlfeld, J.M. 2001. The Role of Surfactant in Asthma. .

http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?tool=pmcentrez&artid=64815 ( 16 Februari 2009).

Imran. 2007. Alergi dan Penyebabnya. http://www.balita-anda.indoglobal.com/balita_376_ALERGI_DAN_PENYEBABNYA.htcc (29 Januari 2009).

IPTEKnet. 2009. Patikan Kerbau (Euphorbia hirta, Linn.). Tanaman Obat

Indonesia. http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?mnu=2&id=19. (18 Februari 2009).

Janeway, C.A., Jr., Travers, P., Walport, M., dan Slomchik, M.J. 2004. Immunobiology. 6th ed. Garland Science Publishing, New York, pp: 517-33, 519, 768.

Jeffery, P.K. dan Haahtela, T. 2006. Allergic Rhinitis and Asthma: Inflamation

in One-airway Condition. http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=1698498&tool=pmcentrez (20 Februari 2009)

Junqueira, L.C. dan Carneiro, J. 2005. Basic Histology Text and Atlas. Edisi

11. McGraw Hill Co., Boston, pp: 97. Kips, J.C., Anderson, G.P., Fredberg, J.J., Herz, U., Inman, M.D., Jordana,

M. et al. 2003. Murine Models of asthma. Eur Respir J. 22:374-382. Kuby, J. 1997. Immunology. Edisi III. W. H. Freeman and Company, New

York, pp : 318-320, 7-326, 415-29. Laouini, D., Alenius, H., Bryce, P., Oettgen, H., Tsitsikov, E., dan Geha, R.S.

2003. IL-10 is critical for Th2 responses in a murine model of allergic dermatitis. J. Clin. Invest. 112:1058–1066.

Laprise, C., Sladek, R., Ponton, A., Bernier, M.C., Hudson, T.J., dan Laviolette, M. 2004. Functional classes of bronchial mucosa genes that are differentially expressed in asthma. BMC Genomics. 5: 21.

Li-Weber, M. dan Krammer, P.H. 2003. Regulation Of Il4 Gene Expression By T Cells And Therapeutic Perspectives. Nature Reviews Immunology. 3: 534-543.

Martin, R., Tam, E. K., Nadel, J. A., dan Caughey, G. H. 1991. Distribution of Chymase-containing Mast Cells in Human Bronchi. J. Of Histochem. and Cytochem. 40(6): 781-786.

Page 43: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

43

http://www.google.co.id/search?q=methylene+blue%2C+mast+cell&btnG=Telusuri&hl=id&sa=2 (4 Maret 2009)

National Institutes of Health. 1997. Guidelines for the Diagnosis and

Management of Asthma. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.fcgi?book=asthma (11 Februari 2009) Net Doctor. 2008. Telfast 120 mg (fexofenadine). http://www.netdoctor.co.uk/medicines/100002541.htcc (11 Februari

2009) Packard K.A. And Khan M.M., 2003. Effects of histamine on Th1/Th2

cytokine balance. Int Immunopharmacol. Jul: 3(7): 909-920. Petrovsky, N. and Aguilar, J.C. 2004. Vaccine adjuvants: current state and

future trends. Immunol Cell Biol.82(5):488-96. Plantamor. 2008. Informasi Spesies Patikan Kebo (Euphorbia hirta L.).

http:// www.plantamor.com/spcdtail.php?recid (18 Februari 2009). Platts-Mills, T.A.E. 2001. The Role of Immunoglobulin E in Allergy and

Asthma. Am. J. Respir. Crit. Care Med. 164(8):S1-5. Prakken, J.R. dan Woerdeman, M.J. (1952). Mast cells in diseases of the skin;

their relation to tissue eosinophilia. Dermatologica. 105: 116-123. Purawisastra, S. 2001. Penelitian Pengaruh Isolat Galaktomanan Kelapa

terhadap Penurunan Kadar Kolesterol serum Kelinci. http://digilib.ekologi.litbang.depkes.go.id/office.php?m=bookmark&id=jkpkbppk-gdl-grey-2001-suryana-108-galaktomanan (8 Februari 2009)

Riley, J. F. 1959. The Mast Cell. http://www.archive.org/stream/mastcells00rile/mastcells00rile_djvu.tx

(8 Agustus 2009) Robbins, S.L., Cotran, R.S. dan Kumar, V. 2007. Buku Ajar Patologi I.

Edisi VII. EGC, Jakarta, pp : 113-184 Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerbit ITB,

Bandung, pp : 191 - 7. Sansonow, N.M. (1909). Wanderelemente der Darmschleimhaut bei

Saugertieren. Folia haematol. 8: 227-228. Singh, G.D., Kaiser, P., Youssouf, M.S., Singh, A., Khajuria, A., Koul, A. et

al. 2005. Inhibition of Early and Late Phase Allergic Reactions by Euphorbia hirta L (Abstract).

Page 44: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

44

http://www3.interscience.wiley.com/journal/112547715/abstract?CRETRY=1&SRETRY=0 (6 Februari 2009)

Siswono. 2004. Alergi Penyebab Utama Asma pada Anak. http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1076039426,59354, (7 Februari 2009).

Sjamsudin U., Dewoto H.R. 2005. Histamin dan Anti Alergi dalam: Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Editor: Sulistia G, dkk. Jakarta: Gaya Baru. hal: 256.

Sousa, M., Jiraporn O., Roswitha S., Supaporn P., Ana R., Andre S. et al. 2006. An Exctract from Medicinal Plant Phyllantus acidus and Its Isolated Compounds Induce Airway Chloride Secretion: A Potential Treatment for Cystic Fibrosis. Mol Pharmacol.71(1):366-76.

Suhardjono, D., 1995. Percobaan Hewan Laboratorium. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, p : 207

Tanaka, T., Higa, S., Hirano, T., Kotani, M., Matsumoto, M., Fujita, A. et al. 2003. Flavonoids as Potential Anti-Allergic Substances. Curr Med Chem –Anti-Inflammatory & Anti- Allergy Agents 2(1): 57-65.

Tanjung, A. dan Yunihastuti, E. 2006. Prosedur Diagnostik Penyakit Alergi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Balai penerbit FKUI, Jakarta, pp: 242, 244.

Temann, U.A., Ray, P. dan Flavell, R.A. 2002. Pulmonary overexpression of IL-9 induces Th2 cytokine expression, leading to immune pathology. J Clin Invest. 109 (1): 29–39

Utomo, H. dan Sutijanto, D. 2005. Apakah terapi pengendalian plak dapat menurunkan keparahan rinitis alergika pada anak? http://72.14.235.132/search?q=cache:rQ1p2CccglEJ:www.journal.unair.ac.id/filerPDF (7 Februari 2009)

Vázquez, M.M., Apan, T.O.R., Lazcano, M.E., dan Bye, R. 1999. Anti-Inflammatory Active Compounds from The n-Hexane Extract of Euphorbia hirta. Journal of the Mexican Chemical Society 43(3-4): 103-105. http://redalyc.uaemex.mx/redalyc/pdf/475/47543410.pdf (16 Februari 2009)

Widiasih, K.A. 2008. Patikan Kebo ( Euphorbia hirta). Tanaman Obat

Indonesia. http://toiusd.multiply.com/journal/item/60/Euphorbia_hirta_ (9 Februari 2009)

Wikipedia. 2009a. Ovalbumin. http://en.wikipedia.org/wiki/ovalbumin (16 Februari 2009) Wikipedia. 2009b. Alumunium Hydroxyde.

http://en.wikipedia.org/wiki/ alumuniumhydroxyde (16 Februari 2009) Winata, S.D. 2003. Cara Bijak Menggunakan Obat Herbal. Meditek. Fakultas

Kedokteran UKRIDA, Jakarta 11(29): 5 - 9.

Page 45: Euphorbia hirta L.) TERHADAP HITUNG SEL MAST PADA …/Hubungan... · pula timbul pada organ lain misalnya intestinal dan konjungtiva. Pada reaksi asma alergi, selain di saluran pernafasan

45

Zukesti, E. 2003. Peranan Leukosit sebagai Antiinflamasi Alergik dalam tubuh. USU, Sumatera Utara.