129
i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN HIPERTENSI PRIMER USIA LANJUT DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RINI KALASAN SLEMAN PERIODE JULI 2007-JUNI 2008 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh: Sarah Puspita Atmaja NIM : 058114140 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009

EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

i

EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN

HIPERTENSI PRIMER USIA LANJUT DI INSTALASI RAWAT INAP

RUMAH SAKIT PANTI RINI KALASAN SLEMAN

PERIODE JULI 2007-JUNI 2008

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Sarah Puspita Atmaja

NIM : 058114140

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

Page 2: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

ii

EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN

HIPERTENSI PRIMER USIA LANJUT DI INSTALASI RAWAT INAP

RUMAH SAKIT PANTI RINI KALASAN SLEMAN

PERIODE JULI 2007-JUNI 2008

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Sarah Puspita Atmaja

NIM : 058114140

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

Page 3: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

iii

Page 4: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

iv

Page 5: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

v

LAGIPULA ANAKKU, WASPADALAH! MEMBUAT BANYAK BUKU TAK

AKAN ADA AKHIRNYA, DAN BANYAK BELAJAR

MELELAHKAN BADAN

AKHIR KATA DARI SEGALA YANG DIDENGAR IALAH:

TAKUTLAH AKAN TUHAN DAN BERPEGANGLAH PADA PERINTAH-

PERINTAHNYA, KARENA INI ADALAH KEWAJIBAN SEMUA ORANG

PENGKOTBAH 12 : 12-13

DEDICATED TO:DEDICATED TO:DEDICATED TO:DEDICATED TO:

MY HIDING PLACE, MY SAFE REFUGE,.. MY HIDING PLACE, MY SAFE REFUGE,.. MY HIDING PLACE, MY SAFE REFUGE,.. MY HIDING PLACE, MY SAFE REFUGE,..

ALMIGHTY GOD JESUS CHRISTALMIGHTY GOD JESUS CHRISTALMIGHTY GOD JESUS CHRISTALMIGHTY GOD JESUS CHRIST

MY BELOVED PAPA, PAPI, MAMAMY BELOVED PAPA, PAPI, MAMAMY BELOVED PAPA, PAPI, MAMAMY BELOVED PAPA, PAPI, MAMA

MY BIG “HEAD” BROTHER…MIKHAMY BIG “HEAD” BROTHER…MIKHAMY BIG “HEAD” BROTHER…MIKHAMY BIG “HEAD” BROTHER…MIKHA

MY LITTLE SISTER…YAYAMY LITTLE SISTER…YAYAMY LITTLE SISTER…YAYAMY LITTLE SISTER…YAYA

AND MY BIG FAMILY IN CHRIST

Page 6: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

vi

Page 7: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

vii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus karena atas anugrah

dan kasihNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Evaluasi Drug Therapy Problems pada Pasien Hipertensi Primer Usia Lanjut di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007-

Juni 2008” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi pada

program studi Ilmu Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

memberikan motivasi, dorongan, kritik dan saran sampai terselesaikannya skripsi

ini, terutama kepada :

1. Direktur Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman yang memberikan ijin bagi

penulis untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Panti Rini.

2. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi dan dosen penguji

yang telah memberikan saran dan kritik serta masukan dalam skripsi ini.

3. M. Wisnu Donowati, M.Si., Apt. sebagai dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam skripsi ini.

4. dr. Fenty, M.Kes, Sp.PK. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

masukan, dorongan, saran dan kritik dalam skrpsi ini.

5. Drs. Mulyono, Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan

kritik dalam skripsi ini.

Page 8: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

viii

6. Para dosen di Fakultas Farmasi yang telah memberikan bekal ilmu

kefarmasian untuk praktik di dunia kerja kelak.

7. Pihak Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman yang telah memberikan

fasilitas dan waktu untuk membimbing dalam pengambilan data sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Keluarga tercinta papa, papi dan mama yang telah memberikan doa,

dorongan, dukungan untuk selalu percaya bahwa tidak ada yang mustahil

untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Kakak dan adik penulis yang selalu memberikan dorongan, ilham, dan

semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Saudara-saudaraku yang selalu memberikan motivasi dan terus berdiri untuk

penulis sehingga tetap pada tempatnya dan tidak kehilangan fokus sekalipun

begitu sibuknya dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Cell group Huios yang telah memberikan motivasi dan dukungan yang begitu

luar biasa sehingga penulis bisa terus semangat dan terus percaya pada

FirmanNya.

12. Flora, Fanny, terimakasih untuk persahabatan, dan untuk saling melengkapi

apa yang tidak penulis tahu selama menimba ilmu di Farmasi.

13. Monchu, Corry terimakasih untuk motivasinya sehingga bisa menyelesaikan

skripsi ini.

14. Teman-teman FKK 05, Siska, Suster, Stella, Donald, Ina, Rony, Tara, dan

semua teman-teman yang lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu,

Page 9: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

ix

terimakasih untuk pertemanan dan dukungan selama belajar bersama di

Farmasi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar

skripsi ini menjadi lebih baik. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat

menambah ilmu pengetahuan.

Penulis

Page 10: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

x

Page 11: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

xi

INTISARI

Lebih dari 90% individu dengan hipertensi merupakan hipertensi essensial

(hipertensi primer). Peningkatan usia akan meningkatkan risiko kardiovaskular,

maka pada pasien usia lanjut dengan tekanan darah seperti ini akan lebih

memerlukan terapi daripada pasien usia lebih muda. Penelitian ini dilakukan

dengan tujuan untuk menganalisis karakteristik pasien, profil penggunaan obat,

dan analisis terhadap Drug Therapy Problems (DTPs) yang timbul selama pasien

diberi terapi di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rini Kalasan Sleman periode

Juli 2007-Juni 2008 dengan metode dokumentasi menggunakan SOAP.

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan

deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif dimana pengumpulan data melalui

lembar rekam medis.

Jumlah kasus yang dianalisis sebanyak 22 kasus. Karakteristik jenis

kelamin terbanyak adalah perempuan (54,5%) dengan klasifikasi tekanan darah

terbanyak adalah hipertensi tingkat II (54,5%). Pada penelitian ini digunakan 13

kelas terapi obat dengan tiga kelas terapi terbanyak yaitu obat untuk penyakit pada

sistem kardiovaskuler (100%), analgesik (50%) dan obat yang bekerja pada sistem

susunan saraf pusat (36,40%). Variasi penggunaan golongan antihipertensi

terbanyak secara berturut-turut untuk pemakaian tunggal sampai empat kombinasi

antihipertensi adalah penghambat ACE (18,18%); antagonis kalsium dan

penghambat ACE (18,18%); antagonis kalsium, diuretika dan bekerja sentral

(13,64%); dan antihipertensi bekerja sentral, penghambat ACE, diuretik dan

antagonis kalsium (9%). Jenis DTPs yang terjadi yaitu ada obat tanpa indikasi

sebesar 18,18 %, ada Indikasi tetapi tanpa obat sebesar 22,27%, obat yang tidak

efektif sebesar 22,27%, dosis terlalu rendah sebesar 4,54%, dosis obat berlebih

sebesar 4,54%, potensi efek obat yang merugikan sebesar 31,82%.

Kata kunci (keyword): hipertensi primer, usia lanjut, Drug Therapy Problems

(DTPs), SOAP

Page 12: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

xii

ABSTRACT

More than 90 % person who had hypertension was essential hypertension

(primary hypertension). Addition of age can increase cardiovascular risk. In

geriatric patient who has high blood pressure need therapy more than young

people. Purpose of this research is to analyze the patients’ characteristic, medical

pattern and Drug Therapy Problems (DTPs) which are the problems occured as

the patients is being treated at the instalation ward of the Panti Rini Kalasan

Sleman period July 2007-June 2008 used SOAP documentation method.

This study was done in a non experimental way research plan descriptive

evaluative research which have retrospective characteristic. The instrument of

this study was medical record of primary hypertension.

All case which analized is 22 cases. The most gender is female (54,54 %),

which is patients with hypertension stage II (54,5%). This study used 13 drug

class therapy which is three most drug class therapy are cardiovascular system

disorder medicine (100%), analgesic (50%) and central nervous system medicine

(36,40%). The common variation for single antihypertension drug used was ACE

inhibitor (18,18%), two drug combination antihypertension was antagonist

calcium and ACE inhibitor (18,18%), three drug combination was antagonist

calcium, diuretic and central α2 agonist (13,64%), four drug combination was

central α2 agonist, ACE inhibitor, diuretic, antagonist calcium (9%). The type of

drug therapy problems that happened which is unnecessary drug therapy

are 18,18 %, need for additional drug therapy are 22,27%, ineffective drug are

4,54 %, dosage too high are 4,54%, potential of the adverse drug reaction are

31,82%.

Key word : primary hypertension, geriatric, Drug Therapy Problems (DTPs),

SOAP

Page 13: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. v

PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..................................... vi

PRAKATA .................................................................................................. vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... x

INTISARI .................................................................................................... xi

ABSTRACT .................................................................................................. xii

DAFTAR ISI ............................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xxiii

BAB I. PENGANTAR ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

1. Perumusan masalah ........................................................................... 3

2. Keaslian penelitian ............................................................................ 4

3. Manfaat penelitian ............................................................................. 5

B. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6

1. Tujuan umum .................................................................................... 6

2. Tujuan khusus ................................................................................... 6

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA......................................................... 7

Page 14: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

xiv

A. Tekanan Darah ....................................................................................... 7

1. Tekanan Darah Sistolik .................................................................... 7

2. Tekanan Darah Diastolik ................................................................. 8

B. Hipertensi Primer.................................................................................... 9

1. Definisi ............................................................................................. 9

2. Klasifikasi ........................................................................................ 9

3. Etiologi ............................................................................................. 11

4. Patofisiologi ..................................................................................... 11

6. Manifestasi ....................................................................................... 14

7. Diagnosis .......................................................................................... 14

C. Penatalaksanaan Terapi Hipertensi......................................................... 16

1. Tujuan dan sasaran pengobatan ....................................................... 16

2. Strategi terapi ................................................................................... 16

D. Obat Antihipertensi ................................................................................ 19

1. Diuretik ............................................................................................ 19

2. Penghambat enzim konversi angiotensin (ACE inhibitor) .............. 21

3. Angiotensin II reseptor bloker ......................................................... 22

4. Obat antihipertensi yang bekerja sentral .......................................... 22

5. Vasodilator ....................................................................................... 23

6. Antagonis kalsium ........................................................................... 23

7. Penyekat adrenoreseptor β (β-bloker) .............................................. 24

8. Penyekat adrenoreseptor α (α-bloker) .............................................. 24

E. Terapi Hipertensi pada Usia Lanjut ........................................................ 25

Page 15: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

xv

F. Drug Therapy Problems (DTPs) ............................................................. 26

1. Terminologi Drug Therapy Problems (DTPs) ................................. 26

2. Kategori Drug Therapy Problems (DTPs) ....................................... 27

G. Keterangan Empiris ................................................................................ 28

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 29

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................. 29

B. Definisi Operasional ............................................................................... 31

C. Subyek Penelitian ................................................................................... 31

D. Bahan Penelitian dan Lokasi Penelitian ................................................. 31

E. Cara Kerja ............................................................................................... 31

1. Analisis situasi ................................................................................ 31

2. Pengumpulan data ........................................................................... 32

3. Analisis data .................................................................................... 32

F. Kesulitan Penelitian ................................................................................ 35

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 36

A. Karakteristik Pasien Hipertensi Primer Usia Lanjut .............................. 36

1. Distribusi jenis kelamin ................................................................... 36

2. Distribusi klasifikasi tekanan darah ................................................. 37

B. Pola Pengobatan Pasien Hipertensi Primer Usia Lanjut......................... 38

1. Obat yang bekerja pada sistem kardiovaskuler ................................ 39

2. Obat yang bekerja sebagai analgesik ............................................... 42

3. Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat ...................................... 42

4. Obat untuk penyakit otot skelet dan sendi ....................................... 43

Page 16: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

xvi

5. Obat yeng mempengaruhi sistem saluran cerna ............................... 44

6. Obat untuk saluran pernafasan ......................................................... 45

7. Obat untuk infeksi ............................................................................ 45

8. Elektrolit dan mineral ..................................................................... 46

9.Vitamin dan mineral ......................................................................... 47

10. Obat yang mempengaruhi saluran kemih....................................... 47

11. Anestetik ........................................................................................ 48

12. Suplemen dan terapi penunjang .................................................... 48

13. Lain-lain ......................................................................................... 48

C. Variasi Jumlah Pemberian Obat Antihipertensi dan Kombinasinya .... 49

D. Evaluasi Drug Therapy Problems (DTPs) ........................................... 51

1. Analisis drug therapy problems pada tiap pasien .......................... 51

2. Rangkuman evaluasi drug therapy problems ................................ 94

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 97

A. Kesimpulan ............................................................................................ 97

B. Saran ....................................................................................................... 98

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 99

BIOGRAFI PENULIS ................................................................................

Page 17: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel I Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa

(umur ≥ 18 tahun) oleh JNC VII................................11

Tabel II Pengaturan Tekanan Darah

pada Orang Dewasa..................................................17

Tabel III Faktor yang Mempengaruhi Komplikasi pada

Pasien Usia Lanjut yang Menjalani

Terapi Farmakologi Hipertensi...................................26

Tabel IV Kategori dan Penyebab-Penyebab

Drug Therapy Problems (DTPs)................................28

Tabel V Daftar 10 Besar Penyakit di Rumah Sakit

Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007-Agustus 2008.................................33

Tabel VI Distribusi Jenis Kelamin

Pasien Hipertensi Primer

Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007-Juni 2008........................................37

Tabel VII Distribusi Klasifikasi Tekanan Darah

Pasien Hipertensi Primer

Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007-Juni 2008........................................38

Tabel VIII Distribusi Kelas Terapi Obat

yang Digunakan Pasien Hipertensi Primer

Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007-Juni 2008.......................................39

Tabel IX Golongan, Kelompok, Zat Aktif,

dan Jenis Obat

yang Bekerja pada Sistem Kardiovaskuler

yang Digunakan Pasien Hipertensi Primer

Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rini

Periode Juli 2007- Juni 2008....................................40

Tabel X Golongan, Kelompok, Zat Aktif,

dan Jenis Obat Analgesik yang

Digunakan Pasien Hipertensi Primer

Page 18: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

xviii

Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rini

Periode Juli 2007- Juni 2008.......................................43

Tabel XI Golongan, Kelompok, Zat Aktif,

dan Jenis Obat Sistem Saraf Pusat

yang Digunakan Pasien Hipertensi Primer

Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap

di Rumah Sakit Panti Rini

Periode Juli 2007- Juni 2008.......................................43

Tabel XII Golongan, Kelompok, Zat Aktif,

dan Jenis Obat Otot Skelet dan Sendi

yang Digunakan Pasien Hipertensi Primer

Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rini

Periode Juli 2007- Juni 2008........................................44

Tabel XIII Golongan, Kelompok, Zat Aktif,

dan Jenis Obat yang Mempengaruhi

Sistem Saluran Cerna

yang Digunakan Pasien Hipertensi Primer

Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rini

Periode Juli 2007- Juni 2008.......................................45

Tabel XIV Golongan, Kelompok, Zat Aktif,

dan Jenis Obat untuk Saluran Pernafasan

yang Digunakan Pasien Hipertensi Primer

Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rini

Periode Juli 2007- Juni 2008........................................46

Tabel XV Golongan, Kelompok, Zat Aktif,

dan Jenis Obat untuk Infeksi

yang Digunakan Pasien Hipertensi Primer

Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rini

Periode Juli 2007- Juni 2008........................................46

Tabel XVI Golongan, Kelompok, Zat Aktif,

dan Jenis Elektrolit dan Mineral

yang Digunakan Pasien Hipertensi Primer

Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rini

Periode Juli 2007- Juni 2008.......................................47

Tabel XVII Golongan, Kelompok, Zat Aktif,

dan Jenis Vitamin dan Mineral

yang Digunakan Pasien Hipertensi Primer

Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rini

Page 19: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

xix

Periode Juli 2007- Juni 2008........................................48

Tabel XVIII Golongan, Kelompok, Zat Aktif,

dan Jenis Obat yang Mempengaruhi

Saluran Kemih yang Digunakan

Pasien Hipertensi Primer Usia Lanjut

di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rini

Periode Juli 2007- Juni 2008........................................48

Tabel XIX Golongan, Kelompok, Zat Aktif,

dan Jenis Obat Anestetik yang Digunakan

Pasien Hipertensi Primer

Usia Lanjut Rawat Inap

di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rini

Periode Juli 2007- Juni 2008........................................49

Tabel XX Golongan, Kelompok, Zat Aktif, dan Jenis

Suplemen dan Terapi Penunjang

yang Digunakan Pasien Hipertensi Primer

Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rini

Periode Juli 2007- Juni 2008........................................49

Tabel XXI Golongan, Kelompok, Zat Aktif,

dan Lain-Lain yang

Digunakan Pasien Hipertensi Primer

Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rini

Periode Juli 2007- Juni 2008........................................49

Tabel XXII Variasi Jumlah Pemberian Obat

Antihipertensi yang Digunakan Pasien

Hipertensi Primer

Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rini

Periode Juli 2007- Juni 2008........................................50

Tabel XXIII Kajian DTPs Pasien 1 Hipertensi Usia Lanjut

di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007 - Juni 2008......................................52

Tabel XXIV Kajian DTPs Pasien 2 Hipertensi Usia Lanjut

di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007 - Juni 2008......................................55

Tabel XXV Kajian DTPs Pasien 3 Hipertensi Usia Lanjut

di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007 - Juni 2008.....................................58

Tabel XXVI Kajian DTPs Pasien 4 Hipertensi Usia Lanjut

Page 20: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

xx

di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007 - Juni 2008......................................60

Tabel XXVII Kajian DTPs Pasien 5 Hipertensi Usia Lanjut

di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007 - Juni 2008.....................................64

Tabel XXVIII Kajian DTPs Pasien 6 Hipertensi Usia Lanjut

di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007 - Juni 2008.....................................65

Tabel XXIX Kajian DTPs Pasien 7 Hipertensi Usia Lanjut

di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007 - Juni 2008.....................................67

Tabel XXX Kajian DTPs Pasien 8 Hipertensi Usia Lanjut

di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007 - Juni 2008.....................................68

Tabel XXXI Kajian DTPs Pasien 9 Hipertensi Usia Lanjut

di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007 - Juni 2008......................................71

Tabel XXXII Kajian DTPs Pasien 10 Hipertensi Usia Lanjut

di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007 - Juni 2008......................................74

Tabel XXXIII Kajian DTPs Pasien 11 Hipertensi Usia Lanjut

di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007 - Juni 2008....................................76

Tabel XXXIV Kajian DTPs Pasien 12 Hipertensi Usia Lanjut

di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007 - Juni 2008.....................................78

Tabel XXXV Kajian DTPs Pasien 13 Hipertensi Usia Lanjut

di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007 - Juni 2008.....................................80

Tabel XXXVI Kajian DTPs Pasien 14 Hipertensi Usia Lanjut

di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007 - Juni 2008......................................81

Tabel XXXVII Kajian DTPs Pasien 15 Hipertensi Usia Lanjut

di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman

Page 21: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

xxi

Periode Juli 2007 - Juni 2008.....................................83

Tabel XXXVIII Kajian DTPs Pasien 16 Hipertensi Usia Lanjut

di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007 - Juni 2008.....................................85

Tabel XXXIX Kajian DTPs Pasien 17 Hipertensi Usia Lanjut

di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007 - Juni 2008......................................87

Tabel XL Kajian DTPs Pasien 18 Hipertensi Usia Lanjut

di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007 - Juni 2008......................................89

Tabel XLI Kajian DTPs Pasien 19 Hipertensi Usia Lanjut

di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007 - Juni 2008......................................90

Tabel XLII Kajian DTPs Pasien 20 Hipertensi Usia Lanjut

di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007 - Juni 2008......................................92

Tabel XLIII Kajian DTPs Pasien 21 Hipertensi Usia Lanjut

di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007 - Juni 2008.....................................93

Tabel XLIV Kajian DTPs Pasien 22 Hipertensi Usia Lanjut

di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007 - Juni 2008.....................................94

Tabel XLV Rangkuman Evaluasi DTPs Ada Obat Tanpa Indikasi

Pasien Hipertensi Usia Lanjut

di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007 - Juni 2008.....................................95

Tabel XLVI Rangkuman Evaluasi DTPs Ada Indikasi tanpa Obat

Pasien Hipertensi Usia Lanjut

di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007 - Juni 2008.....................................95

Tabel XLVII Rangkuman Evaluasi DTPs Obat yang Tidak Efektif

Pasien Hipertensi Usia Lanjut

di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007 - Juni 2008.....................................96

Tabel XLVIII Rangkuman Evaluasi DTPs Dosis Terlalu Rendah

Pasien Hipertensi Usia Lanjut

Page 22: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

xxii

di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007 - Juni 2008.....................................96

Tabel XLIX Rangkuman Evaluasi DTPs Dosis Terlalu Tinggi Pasien

Hipertensi Usia Lanjut

di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007 - Juni 2008.....................................96

Tabel L Rangkuman Evaluasi DTPs Potensi Efek yang

Merugikan Pasien Hipertensi Usia Lanjut

di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007 - Juni 2008.....................................97

Page 23: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

xxiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Diagram sisi kanan dari jantung dan aorta. .................. 10

Gambar 2 Bagan sistem renin angiotensin aldosteron .................. 13

Page 24: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan faktor risiko mayor terjadinya gangguan

kardiovaskular yang berkontribusi langsung pada kejadian infark miokardial,

serebrovaskular, gagal jantung kongesti, insufisiensi arteri perifer, dan kematian

prematur (Topol, et al., 2002).

Lebih dari 90% individu dengan hipertensi merupakan hipertensi

essensial (hipertensi primer). Hipertensi ini sering disebut dengan silent killer

karena penderita hipertensi primer ini seringkali tidak bergejala (Saseen & Carter.,

2005). Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya, berbeda dengan hipertensi

sekunder yang diketahui penyebabnya, seperti stenosis arteri renalis. Pada

beberapa pasien hipertensi primer, terdapat kecenderungan herediter yang kuat

(Guyton, 2007).

Tekanan darah seseorang meningkat seiring dengan bertambahnya umur,

dan hipertensi sangat sering ditemui pada orang tua (Saseen & Carter., 2005).

Peningkatan tekanan darah meningkatkan pula risiko kardiovaskular. Dimulai dari

tekanan darah 115/75 mmHg, risiko kardiovaskular akan meningkat dua kali lipat

setiap peningkatan tekanan darah 20/10 mmHg (Saseen & Carter., 2005).

Risiko kardiovaskular meningkat sejaln dengan meningkatnya usia, maka

pasien usia lanjut dengan tekanan darah tinggi akan lebih memerlukan terapi

daripada pasien usia lebih muda. Dengan menurunkan tekanan darah telah

Page 25: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

2

terbukti mengurangi insidensi gagal jantung, mengurangi dimensia, dan dapat

mempertahankan fungsi kognitif, dan dari data studi menunjukkan bahwa terapi

ini memberikan manfaat di usia 80 tahun (Gray, Keith, Simpson, Morgan, 2005).

Penanganan hipertensi yang tepat pada usia lanjut merupakan salah satu tindakan

nyata dari butir Undang-Undang Republik Indonesia nomer 23 tahun 1992 tentang

kesehatan pasal 19 yang menyatakan kesehatan manusia usia lanjut diarahkan

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kemampuannya agar tetap

produktif dan Pemerintah membantu penyelenggaraan upaya kesehatan manusia

usia lanjut untuk meningkatkan kualitas hidupnya secara optimal.

Secara umum tujuan terapi hipertensi adalah menurunkan hipertensi yang

berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas. Morbiditas dan mortalitas ini

menyangkut kerusakan organ target (kejadian kardiovaskular, serebrovaskular,

gagal jantung, dan penyakit ginjal). Mengurangi risiko yang terjadi pada

hipertensi merupakan tujuan primer dari terapi hipertensi, oleh karena itu

pemilihan terapi obat yang tepat mempengaruhi secara signifikan pencapaian

tujuan terapi (Saseen & Carter., 2005). Sejumlah besar pemilihan antihipertensi

membutuhkan individulisasi untuk pasien tertentu dan untuk mendapatkan

keseimbangan efek hipotensi, konsekuensi jangka panjang pada metabolisme

( Topol, et al., 2002).

Pencapaian efek terapi yang maksimal dengan efek negatif yang

minimal merupakan tanggung jawab dari health care team, dimana farmasis

merupakan bagian di dalamnya. Oleh karena itu farmasis perlu memaksimalkan

perannya dalam pharmaceutical care, yang merupakan tanggung jawab seorang

Page 26: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

3

farmasis terhadap terapi obat pasien. Salah satu peran farmasis dalam

pharmaceutical care adalah mengidentifikasi terjadinya drug therapy problems

(DTPs). Drug therapy problems merupakan kejadian yang tidak diinginkan atau

pengalaman yang berisiko bagi pasien yang terlibat atau kecurigaan terhadap obat

yang terlibat dalam terapi dan dapat menghambat atau menunda pasien tersebut

mencapai tujuan terapi yang diinginkan (Cipolle, Strand, Morley, 2004).

Rumah Sakit Panti Rini merupakan rumah sakit tipe pratama. Rumah

Sakit Panti Rini memiliki pelayanan dasar, umum dan gigi serta pelayanan medik

spesialistik 4 dasar sesuai dengan standar minimal rumah sakit kelas pratama

yaitu Spesialis Penyakit Dalam, Kebidanan dan Kandungan, Bedah dan Penyakit

Anak. Rumah Sakit Umum Swasta Pratama adalah rumah sakit umum swasta

yang memberikan pelayanan medik bersifat umum setara dengan rumah sakit

pemerintah kelas D, yaitu rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik dasar dengan kapasitas tempat tidur kurang dari

100. Kasus hipertensi pada Rumah Sakit Panti Rini sepanjang Juli 2007- Agustus

2008 sejumlah 106 kasus. Melihat cukup banyak kasus hipertensi pada Rumah

Sakit Panti Rini, memberikan ketertarikan pada peneliti untuk mengevaluasi

kejadian DTPs pada pasien hipertensi khususnya pada kelompok usia lanjut.

1. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat disusun rumusan

masalahnya sebagai berikut :

Page 27: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

4

a. seperti apa karakteristik pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi

rawat inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 -

Juni 2008?

b. seperti apa pola pengobatan pasien hipertensi primer usia lanjut di

instalasi rawat inap Rumah sakit Panti Rini Kalasan Sleman Periode

Juli 2007 - Juni 2008?

c. berapa jumlah obat antihipertensi yang diberikan kepada pasien dan

bagaimana kombinasinya ?

d. seperti apa potensial (teoritis) kejadian Drug Therapy Problems yang

mungkin terjadi pada pasien hipertensi usia lanjut di instalasi rawat

inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 - Juni

2008 yang meliputi :

1) apakah ada yang membutuhkan tambahan obat ?

2) apakah ada obat yang tidak dibutuhkan ?

3) adakah pemakaian obat yang tidak efektif ?

4) apakah ada dosis yang terlalu rendah yang diterima pasien ?

5) apakah terjadi efek obat yang merugikan (adverse drug

reaction)?

6) apakah ada dosis yang terlalu tinggi yang diterima pasien ?

2. Keaslian Penelitian

Usaha penelusuran dilakukan peneliti dan didapatkan penelitian tentang

pengobatan hipertensi yang pernah dilakukan oleh Prasetyo (2005) dengan judul

Profil Peresepan Obat Antihipertensi pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit

Page 28: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

5

Panti Rini Kalasan Sleman tahun 2004. Penelitian yang penulis lakukan berbeda

dengan penelitian tersebut yang hanya membahas tentang profil peresepan obat

antihipertensi dan interaksi obat yang terjadi tetapi tidak mengevaluasi terjadinya

Drug Therapy Problems. Selain itu didapatkan penelitian dengan judul Profil

Peresepan Obat untuk Pasien Hipertensi Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Nugroho yang dilakukan Lidia (2002) pada penelitian tersebut

membahas tentang profil pasien, profil pengobatan, kontraindikasi, dan

kemungkinan interaksi obat tetapi tidak mengevaluasi Drug Therapy Problems.

Didapatkan juga penelitian yang berjudul Evaluasi Peresepan Obat Antihipertensi

pada Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta yang dilakukan Mahanani (2005). Pada penelitian tersebut selain

membahas tentang pola peresepan juga membahas tentang ketepatan indikasi,

ketepatan obat, ketepatan dosis, ketepatan pasien namun tidak membahas secara

mendalam tentang Drug Therapy Problems yang terjadi.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan evaluasi pengobatan

hipertensi usia lanjut di Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman.

b. Manfaat Praktis

Penelitian dapat digunakan untuk evaluasi dan peningkatan mutu

pengobatan hipertensi usia lanjut di Rumah Sakit Panti Rini Kalasan

Sleman.

Page 29: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

6

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi terjadinya Drug Therapy

Problems pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap Rumah

Sakit Panti Rini Kalasan Sleman.

2. Tujuan Khusus

Penelitian ini betujuan untuk mengetahui :

a. karakteristik pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap

Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 - Juni 2008.

b. pola pengobatan pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat

inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 - Juni

2008.

c. jumlah obat antihipertensi dan kombinasinya.

d. potensial (teoritis) kejadian Drug therapy problems yang mungkin terjadi

pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap Rumah

Sakit Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 - Juni 2008 yang

meliputi :

1) membutuhkan tambahan obat (need for additional drug therapy).

2) obat yang tidak dibutuhkan (unnecessary therapy).

3) pemilihan obat salah (wrong drug).

4) dosis terlalu rendah (dose too low).

5) efek obat merugikan (adverse drug reaction).

6) dosis terlalu tinggi (dose too high)

Page 30: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

7

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Tekanan Darah

Sistolik dan diastolik merupakan komponen dari tekanan darah yang

ditentukan oleh curah jantung dan tahanan perifer dan merupakan produk dari dua

hal tersebut (tekanan darah = curah jantung x tahanan perifer). Curah jantung

merupakan hasil dari volume pompa darah (jumlah darah yang disalurkan jantung

setiap detaknya) dan kecepatan detak jantung atau jumlah detak jantung setiap

detiknya. Tahanan perifer menggambarkan perubahan lingkaran arteri seperti

viskositas darah. Arteri seringkali mengarah kepada tahanan pembuluh darah

karena dapat berkontraksi atau berelaksasi secara selektif mengontrol tahanan

untuk aliran darah keluar menuju kapiler (Porth, 2005).

Pada orang hipertensi dan berbagai penyakit yang mempengaruhi tekanan

darah, perubahan tekanan darah biasanya dideskripsikan dengan sistolik, diastolik

dan denyut nadi, dan tekanan arteri rata-rata (Porth, 2005).

1. Tekanan darah sistolik

Tekanan darah sistolik menggambarkan pengeluaran darah menuju aorta

secara berirama. Saat darah dikeluarkan dari ventrikel kiri menuju aorta akan

melonggarkan dinding pembuluh darah dan menghasilkan peningkatan tekanan

darah di aorta. Batasan peningkatan atau penurunan tekanan sistolik ditentukan

oleh jumlah darah yang dikeluarkan menuju aorta setiap detak jantung (volume

pompa darah), kecepatan pengeluaran darah, dan elastisitas dari aorta. Tekanan

darah sistolik meningkat saat pengeluaran darah yang cepat dengan volume

Page 31: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

8

pompa darah yang besar atau saat volume pompa darah di salurkan menuju aorta

yang kaku. Dinding yang elastis pada aorta secara normal akan melonggar untuk

mengakomodasi penyaluran sejumlah darah yang bervariasi menuju aorta, hal ini

mencegah terjadinya peningkatan tekanan yang berlebihan selama kontraksi dan

menjaga tekanan selama relaksasi. Pada beberapa orang usia lanjut, elastisitas

jaringan aorta sudah kehilangan daya lenting dan aorta menjadi kaku. Saat hal ini

terjadi, aorta kehilangan kemampuan untuk melonggar dan menahan tekanan saat

darah disalurkan menuju aorta sehingga menghasilkan peningkatan tekanan

sistolik (Porth, 2005).

2. Tekanan darah diastolik

Tekanan darah diastolik dipertahankan oleh energi yang telah disimpan

dalam dinding elastis selama sistolik. Tingkat tiap tekanan darah dapat

dipertahankan tergantung pada kondisi aorta dan besar arteri dan kemampuan

untuk melonggar dan menyimpan energi, kemampuan katub aorta, dan tahanan

arteri yang mengontrol aliran darah keluar menuju kapiler yang merupakan

mikrosirkulasi. Arteri yang lebih lebar berada antara jalur keluar aorta dan arteri

yang dapat mengontrol aliran darah dari sirkulasi arteri. Saat terjadi peningkatan

tahanan perifer pembuluh darah, bersamaan dengan stimulasi simpatik, tekanan

darah diastolik akan meningkat. Arteriosklerosis akan menyebabkan arteri yang

lebih kecil menjadi kaku dan tidak dapat menerima aliran darah dari aorta tanpa

menghasilkan peningkatan tekanan darah diastolik. Penutupan katup aorta saat

onset diastolik sangat penting untuk menjaga tekanan diastolik. Penutupan katup

aorta yang tidak sempurna akan menurunkan tekanan diastolik di saat aliran

Page 32: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

9

darah akan lebih mengalir kembali menuju ventrikel daripada mengalir maju

menuju sistem arterial (Porth, 2005).

Gambar 1. Diagram sisi kanan dari jantung dan aorta. (A) tekanan darah sistolik

digambarkan dengan aliran darah menuju aorta selama kontraksi ventrikular. (B)

tekanan diastolik terjadi pada sistem arterial selama relaksasi (Porth, 2005)

B. Hipertensi Primer

1. Definisi

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik atau

tekanan darah diastolik atau peningkatan keduanya (Kimble, Young, Kradjan,

Guglielmo, 2005). Hipertensi primer dikenal secara luas oleh banyak klinisi

sebagai “hipertensi essensial”. Istilah ini secara sederhana berarti hipertensi

dengan penyebab yang tidak diketahui,berbeda dengan bentuk hipertensi sekunder

yang diketahui penyebabnya, seperti stenosis arteri renalis (Guyton, 2007).

2. Klasifikasi

Klasifikasi tekanan darah yang ditetapkan oleh JNC VII adalah sebagai

berikut

Page 33: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

10

Tabel I. Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa (umur ≥ 18 tahun) oleh

JNC VII (Chobanian, et al., 2003)

Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik

(mm Hg)

Tekanan darah Diastolik

(mm Hg)

Normal < 120 dan < 80

Prehipertensi 120-139 atau 80-90

Hipertensi tingkat I 140-159 atau 90-99

Hipertensi tingkat II ≥ 160 atau ≥ 100

Klasifikasi tersebut berdasarkan pada rata-rata dua atau lebih pengukuran

tekanan darah dari dua atau lebih kunjungan klinis. Pengklasifikasian ini meliputi

empat kategori, dengan kategori normal saat tekanan darah sistolik kurang dari

120 mm Hg dan tekanan darah diastolik kurang dari 80 mm Hg. Prehipertensi

tidak termasuk dalam kategori hipertensi namun hal ini mengidentifikasikan

pasien yang memiliki tekanan darah tersebut akan mengalami perkembangan

menuju kategori hipertensi di masa yang akan datang (Saseen & Carter, 2005).

Selain kelompok hipertensi yang telah disebutkan diatas terdapat pula kelompok

hipertensi krisis.

Hipertensi krisis adalah keadaan klinis saat tekanan darah pasien lebih dari

180/120 mm Hg. Hipertensi ini dikategorikan menjadi hipertensi emergensi dan

hipertensi urgensi (Saseen & Carter, 2005). Hipertensi emergensi merupakan

keadaan klinis saat pasien membutuhkan penurunan tekanan darah segera dengan

menggunakan obat secara parenteral karena terjadi kerusakan organ target yang

bersifat akut atau perkembangan kerusakan organ target, sedangkan hipertensi

urgensi merupakan keadaan saat terjadi peningkatan tekanan darah tanpa terjadi

kerusakan atau perkembangan kerusakan target organ dan tekanan darah dapat

Page 34: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

11

diturunkan dalam beberapa jam setelah pemberian obat secara oral (Kaplan,

2006).

3. Etiologi

Sekalipun penyebab yang pasti dari hipertensi primer ini belum diketahui,

namun kenaikan berat badan yang berlebih dan gaya hidup sedenter tampaknya

memiliki peran yang utama dalam menyebabkan hipertensi. Kebanyakan pasien

hipertensi memiliki berat badan yang berlebih, dan penelitian pada berbagai

populasi menunjukkan bahwa kenaikan berat badan yang berlebih dan obesitas

memberikan risiko 65 sampai 70 persen untuk terkena hipertensi

primer (Guyton, 2007).

Perubahan genetis juga menginisiasi terjadinya hipertensi. Polimorfi gen

yang terlibat sistem renin-angiotensin, sintesis aldosteron, dan reseptor

andrenergik sudah diketahui banyak terdapat pada pasien hipertensi dibandingkan

pada pasien normotensi (Lilly, 2001).

4. Patofisiologi

Tekanan darah merupakan hasil kali dari curah jantung (cardiac output)

dan tahanan perifer (peripheral resistance) atau BP= CO x PR, jadi peningkatan

tekanan darah diakibatkan dari peningkatan salah satu atau kedua faktor tersebut.

(Greene & Harris, 2000). Peningkatan ke dua faktor ini dapat disebabkan karena

malfungsi dari salah satu mekanisme humoral (antara lain Sistem Renin

Angiotensin Aldosteron) atau sistem vasodepresor, mekanisme abnormal dari

neuronal, gangguan autoregulasi perifer,dan gangguan pada natrium, kalsium, dan

hormon natriuretik (Saseen & Carter, 2005).

Page 35: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

12

Beberapa abnormalitas humoral terlibat dalam perkembangan hipertensi

esensial. Abnormalitas yang terlibat adalah Sistem Renin Angiotensin Aldosteron

(SRAA) hormon natriuretik, dan hiperinsulinemia.

Gambar 2. Bagan sistem renin angiotensin aldosteron (Porth, 2005).

Sistem renin angiotensin aldosteron merupakan sistem endogenus

komplek yang terlibat dalam pengaturan tekanan darah arterial. Sistem renin

angiotensin aldosteron mengatur keseimbangan dari natrium, kalium, dan cairan

Karena itu sistem ini memberikan pengaruh yang penting pada denyut nadi,

Page 36: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

13

aktivitas sistem saraf simpatis, dan sangat memberikan pengaruh pada regulasi

homeostasis tekanan darah.

Renin merupakan enzim yang diekskresikan oleh sel jukstaglomerular

yang terletak pada arteri aferen pada ginjal. Pelepasan renin dimodulasi oleh

beberapa faktor, yaitu faktor intrarenal (tekanan perfusi ginjal, katekolamin, dan

angiotensin II) dan faktor ekstrarenal (natrium, klorida, dan kalium).

Fungsi sel jukstaglomerular adalah sebagai bagian yang sensitif terhadap

baroreseptor. Penurunan tekanan arteri renal dan aliran darah renal mensensitisasi

sel tersebut dan menstimulasi sekresi dari renin. Penurunan penghantaran natrium

dan klorida ke tubulus distal menstimulasi pelepasan renin. Katekolamin

meningkatkan pelepasan renin, dimungkinkan karena stimulasi langsung saraf

simpatis pada arteri aferen yang mengaktifkan sel jukstaglomerular. Penurunan

kalium serum dan atau kalsium selular dapat dideteksi oleh sel jukstaglomerular

dan menghasilkan pelepasan renin.

Renin mengkatalisis konversi angiotensinogen menjadi angiotensin I di

dalam darah. Angiotensin I akan diubah menjadi angiotensin II oleh ACE

(angiotensin-converting enzyme). Setelah terikat secara spesifik pada reseptor

(diklasifikasikan menjadi dua subtype AT1 dan AT2), angiotensin II memberikan

efek biologi pada beberapa jaringan. Reseptor AT1 terletak di otak, ginjal,

miokardium, pembuluh darah perifer, dan kelenjar adrenal. Reseptor ini

meupakan mediator terjadinya respon pada fungsi kadiovaskular dan ginjal.

Reseptor AT2 terdapat pada jaringan medula adrenal, uterus, dan otak. Stimulasi

dari reseptor AT2 tidak memberikan efek pada regulasi pembuluh darah.

Page 37: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

14

Sirkulasi angiotensin II dapat meningkatkan tekanan darah melalui efek

tekanan dan volume. Efek tekanan meliputi vasokonstriksi langsung, stimulasi

pelepasan katekolamin dari medula adrenal, dan menimbulkan mediasi sentral

yang meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis. Angiotensin II juga

menstimulasi sintesis aldosteron dari kortek adrenal. Hal ini akan menyebabkan

peningkatan reabsorbsi air dan natrium yang akan meningkatkan volume plasma,

total tahanan perifer, dan terakhir menyebabkan tekanan

darah (Saseen & Carter, 2005).

5. Manifestasi

Hipertensi primer merupakan penyakit yang asimptomatik. Apabila gejala

ditemukan, biasanya sudah berhubungan dengan efek jangka panjang yang

disebabkan hipertensi pada sistem organ yang lain seperti ginjal, jantung, mata,

dan pembuluh darah. Hipertensi merupakan faktor risiko terbesar terjadinya

arteriosklerosis, hal ini mempengaruhi berbagai macam penyakit arteriosklerosis

kardiovaskular antara lain gagal jantung, stroke, penyakit jantung koroner,

penyakit arteri perifer (Porth, 2005).

6. Diagnosis

Diagnosis hipertensi tidak dapat didasarkan pada satu kali pengukuran

peningkatan tekanan darah. Pengambilan rata-rata dari dua kali atau lebih

pengukuran tekanan darah selama dua atau lebih pemeriksaan klinis sebaiknya

dilakukan untuk mendiagnosis hipertensi. Sesudah itu, rata-rata dari pemeriksaan

tekanan darah ini digunakan untuk menegakkan diagnosis dan mengklasifikasikan

kedalam tingkat hipertensi (Saseen & Carter, 2005).

Page 38: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

15

Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan setelah beristirahat kurang

lebih 5 menit dan 30 menit setelah merokok atau mengkonsumsi kafein.

Setidaknya dua kali pengukuran pada tiap kunjungan perlu dilakukan di lengan

yang sama dengan posisi pasien tersebut duduk di kursi dengan kaki pada lantai

dan lengan diletakkan pada posisi sejajar jantung. Apabila pada saat dua

pembacaan pertama tekanan darah terdapat perbedaan lebih dari 5 mm Hg,

pembacaan tambahan perlu dilakukan. Tekanan sistolik dan diastolik sebaiknya

perlu dicatat. Saat pertama kali timbul detak suara Korotkoff dinyatakan sebagai

tekanan sistolik, sedangkan saat hilangnya detak suara korotkoff dinyatakan

sebagai tekanan diastolik. Oleh karena tekanan darah pada tiap individu sangat

bervariasi, tekanan darah perlu diukur dengan waktu yang berbeda pada periode

beberapa bulan sebelum didiagnosis hipertensi, terkecuali jika tekanan darah

meningkat dengan sangat tinggi atau berhubungan dengan timbulnya gejala

(Porth, 2005).

Tes laboratorium rutin direkomendasikan sebelum mengawali terapi antara

lain elektrokardiografi, urinalisis, glukosa darah dan hematokrit, kalium serum,

kreatinin (atau estimasi kecepatan filtrasi glomerular) dan kalsium, dan profil lipid

setelah 9-12 jam puasa yang terdiri dari HDL (High density lipoprotein) dan LDL

(Low density lipoprotein). Pilihan tes meliputi pengukuran ekskresi albumin

urinary atau rasio albumin/kreatinin (Chobanian, et al., 2003).

Page 39: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

16

C. Pentalaksanaan Terapi Hipertensi

1. Tujuan dan sasaran pengobatan

Tujuan terapi antihipertensi adalah mengurangi angka mortalitas dan

morbiditas yang disebabkan oleh kardiovaskular dan ginjal. Saat seseorang

menderita hipertensi, khususnya pada usia >50 tahun, akan mencapai sasaran

tekanan darah diastolik di saat tekanan darah sistolik tercapai, oleh karena itu

fokus utamanya adalah pencapaian tekanan darah sistolik. Pengobatan tekanan

darah sistolik dan diastolik hingga mencapai sasaran <140/90 mm Hg,

berhubungan dengan penurunan kejadian komplikasi kardiovaskular. Pada pasien

dengan diabetes atau penyakit ginjal, sasaran tekanan darahnya adalah <130/80

mm Hg (Chobanian, et al., 2003).

2. Strategi terapi

Tabel II. Pengaturan tekanan darah pada orang dewasa (Chobanian, et al., 2003) Klasifikasi tekanan

darah

Modifikasi gaya

hidup

Terapi obat

(tanpa penyulit)

Terapi obat

(dengan penyulit)

Normal dianjurkan Tidak diberikan

antihipertensi

Terapi ditujukan

untuk penyulitnya Prehipertensi Boleh dilakukan

Hipertensi tingkat I Boleh dilakukan Tiazid tipe diuretik.

Dapat digunakan ACEI,

ARB, BB, CCB, atau

kombinasinya

Terapi ditujukan

untuk penyulit

dan hipertensi bila

dibutuhkan

Hipertensi tingkat II Boleh dilakukan Kombinasi dua obat

(diuretik danACEI atau

ARB atau BB atau CCB)

ACEI : Angiotensin Converting Enzim Inhibitor; ARB : Angiotensin Receptor Blocker;

BB : Beta-Blocker; CCB : Calcium Channel Blocker

Page 40: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

17

Terapi hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu terapi

farmakologi dan terapi non farmakologi.

a. Penatalaksanaan hipertensi dengan non farmakologi

Pada pasien dengan prehipertensi dan hipertensi sebaiknya diberikan

terapi modifikasi gaya hidup. Disamping menurunkan tekanan darah pada

pasien yang telah diketahui hipertensi, modifikasi gaya hidup dapat

mengurangi perkembangan hipertensi pada pasien dengan prehipertensi.

Program diet merupakan salah satu cara untuk menurunkan berat bada

secaran bertahap pada pasien kelebihan berat badan dan obesitas.

Keberhasilan modifikasi gaya hidup dengan diet oleh klinisi memerlukan

edukasi kepada pasien, dorongan dan bantuan yang berkelanjutan

(Saseen & Carter, 2005). Beberapa hal lain yang dapat dilakukan untuk

terapi farmakologi adalah cara latihan olahraga ringan secara rutin sebagai

contoh berjalan-jalan beberapa meter setiap hari, selain itu dapat

melakukan terapi rileks, hipnoterapi dan meditasi, biofeedback (saat

pasien memonitor tekanan darahnya sendiri maka mereka akan berusaha

untuk menurunkannya). Tercapainya kegunaan terapi ini tergantung pada

pilihan pasien, dan kepercayaan akan kesehatannya (Greene & Harris,

2000).

b. Penatalaksanaan hipertensi dengan farmakologi

Filosofi dari stepped care yang digunakan dalam antihipertensi memiliki

arti peningkatan yang progresif pada terapi untuk mendapatkan kontrol

pemeliharaan. Dapat juga dikatakan rangkaian yang dipisahkan secara

Page 41: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

18

tegas dan benar untuk obat yang spesifik pada tingkatan yang spesifik

(Greene & Harris, 2000).

Prinsip dari terapi hipertensi secara farmakologis dapat dirangkum

sebagai berikut:

1) Penggunaan sedikit mungkin obat.

2) Penggunaan sedikit mungkin dosis tiap harinya.

3) Diawali dengan obat yang tepat.

4) Peningkatan dosis secara bertahap sampai tercapai efek yang cukup.

5) Jika terjadi kegagalan pada awalnya, diganti dengan obat lain yang

cocok yang berasal dari golongan yang berbeda.

6) Jika terjadi penurunan efektifitas, penambahan agen yang lain lebih

baik dibandingkan dengan melakukan penggantian.

7) Kombinasi obat yang memiliki mekanisme yang berbeda.

8) Kombinasi obat akan cenderung mengurangi efek samping obat yang

satu dengan yang lainnya.

9) Monitor efek samping dan ketaatan pasien.

Apabila kontrol tekanan darah tidak dapat dicapai dengan dosis

maksimum dari satu golongan obat maka dapat dikombinasikan dengan

dua obat atau jika tetap tidak dapat dicapai dapat diberikan tiga obat.

Pilihan obat yang digunakan untuk ditambahkan adalah obat yang berasal

dari golongan yang berbeda untuk mendapatkan efek yang sinergis, dan

perlu dipastikan tidak terjadi interaksi antar obat (Greene & Harris,

2000). Diuretik dapat dikombinasikan dengan berbagai macam obat

Page 42: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

19

antihipertensi lainnya (khususnya penghambat ACE dan penyekat

reseptor angiotensin II) yang menghasilkan efek antihipertensi tambahan

yang terbebas dari terjadinya retensi cairan. (Kimble, et al., 2005).

Gambar 3. Kombinasi yang mungkin antara golongan antihipertensi yang berbeda

(Kimble, et al., 2005).

Gambar di atas menunjukkan kombinasi antara golongan antihipertensi

yang dapat digunakan. Garis tebal menggambarkan kombinasi obat yang rasional.

Kombinasi antagonis kalsium dan beta bloker menjadi rasional jika menggunakan

antagonis kalsium dihidropiridin (Kimble, et al., 2005).

D. Obat Antihipertensi

1. Diuretika

Diuretika merupakan lini pertama dari terapi hipertensi. Empat subklas

diuretik yang digunakan untuk terapi hipertensi adalah : tiazid, loop diuretik,

antagonis aldosteron, agen hemat kalsium (Saseen & Carter, 2005).

a. tiazid

Tiazid memobilisasi natrium dan air dari dinding arteriolar. Efek ini dapat

mengurangi jumlah gangguan fisik pada lumen pembuluh darah yang disebabkan

karena akumulasi cairan intraseluler. Saat diameter dari lumen meningkat dan

Page 43: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

20

terjadi relaksasi maka tahanan terhadap aliran darah akan berkurang dan tahanan

perifer akan menurun (Saseen & Carter, 2005).

Selain itu salah satu agen tiazid yaitu hidroklorotiazid memiliki

mekanisme kerja dengan membuka Ca2+

-activated K+ channels yang

menyebabkan hiperpolarisasi vaskular sel otot polos, sehingga menyebabkan

penutupan kanan Ca2+

tipe L dan memiliki kemungkinan yang kecil untuk

terbuka, dan akhirnya menghasilkan penurunan masukan Ca2+

dan mengurangi

vasokonstriksi (Hoffman, 2006).

b. loop diuretik

Obat pada kelompok diuretika ini menginhibisi aktivitas dari simporter

Na+

K+ 2Cl

- pada ansa henle asendens segmen tebal. Penghambatan ini dapat

meningkatkan ekskresi Na+

dan Cl- pada urin yang amat sangat besar (Brunton et

al., 2006). Selain itu juga menghasilkan peningkatan ekskresi kalsium yang

signifikan (Katzung, 2005).

c. Agen hemat kalsium

Agen hemat kalsium merupakan agen antihipertensi yang lemah bila

digunakan sendiri, tetapi akan memberikan efek tambahan jika dikombinasikan

dengan tiazid atau loop diuretik. Agen ini dapat menyebabkan hiperkalemia,

khususnya pada pasien dengen penyakit ginjal kronis dan diabetes, serta pasien

yang sedang menerima terapi ACE inhibitor, ARB, NSAID, dan suplemen

kalsium (Saseen & Carter, 2005).

Page 44: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

21

d. antagonis aldosteron

Obat agonis aldosteron seperti spironolakton dan eplerenon secara

kompetitif menginhibisi ikatan aldosteron dengan reseptor mineralokortikoid.

Efek yang terjadi pada ekskresi urin karena inhibisi ini sama dengan inhibisi pada

kanal Na+ di epitel ginjal (Hoffman, 2006).

Pada terapi hipertensi, efek samping yang sering ditemui karena

pemakaian diuretika (kecuali agen hemat kalsium) adalah kekurangan kalsium.

Selain itu diuretika juga menyebabkan kekurangan magnesium, peningkatan kadar

lipid dalam darah (Katzung, 2005).

2. Penghambat Enzim Konversi Angiotensin (ACE Inhibitor)

ACE inhibitor merupakan lini kedua dari terapi hipertensi setelah diuretika

(DiPiro, et al.,2005). Obat ini digolongkan menjadi tiga kelompok menurut

struktur kimianya : (1) ACE inhibitor yang terdiri dari sulfhidril, dan secara

struktur berhubungan dengan kaptopril (contohnya : fentiapril, pivalopril,

alacepril); (2) ACE inhibitor yang terdiri dari dikarboksil, dan secara struktur

berhubungan dengan enalapril (contohnya : lisinopril, benazepril, quinapril); (3)

ACE inhibitor yang terdiri dari fosforus, dan secara struktur berhubungan dengan

fosinopril (Jackson, 2006).

Kaptopril, enalapril, lisinopril dan berbagai obat lainnya yang termasuk

dalam golongan obat ini bekerja dengan menghambat perubahan enzim peptidil

dipeptidase yang menghidrolisis angiotensin I menjadi angiotensin II (Katzung,

2005). Penghambat ACE juga menghambat degradasi dari bradikinin dan

menstimulasi sintesis substansi vasodilator lainnya yaitu prostaglandin E2 dan

Page 45: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

22

prostasiklin. Bertambahnya jumlah bradikinin dapat meningkatkan efek

penurunan tekanan darah dari ACE inhibitor, tetapi hal ini juga menyebabkan efek

samping yaitu batuk kering (Saseen & Carter, 2005).

3. Angiotensin II Reseptor Bloker

Kerja dari agen ini yang menghambat efek angiotensin II dapat

menyebabkan relaksasi pada otot polos, peningkatan ekskresi garam dan air,

pengurangan volume plasma, penurunan hipertrofi selular. Antagonis reseptor

angiotensin II ini secara teori juga dapat mengatasi kekurangan dari ACE

inhibitor, dimana agen ini tidak hanya menghambat konversi angiotensin I

menjadi angiotensin II tetapi juga mencegah degradasi dari bradikinin dan

substansi P (Hoffman, 2006).

Angiotensin II reseptor bloker secara langsung menyekat reseptor

angiotensin II tipe I (AT1) yang memperantarai terjadinya efek yang diketahui

pada manusia yaitu vasokonstriksi, pelepasan aldosteron, aktivasi simpatis,

pelepasan hormon antidiuretik, dan konstriksi pada arteri aferen di glomerulus.

ARBs tidak menyekat reseptor angiotensin II tipe II (AT2). Oleh karena itu efek

yang menguntungkan dari stimulasi reseptor AT2 (vasodilatasi, perbaikan

jaringan, menghambat pertumbuhan sel) tetap ada pada pemakaian ARBs (Saseen

& Carter, 2005).

4. Obat antihipertensi yang bekerja sentral

Klonidin, guanabenz, guanafesin yang termasuk dalam golongan obat ini

menstimulasi reseptor α2 adrenergik sub tipe α2A di otak dan akan menurunkan

aliran simpatis dari sistem saraf pusat. Penurunan konsentrasi plasma dari

Page 46: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

23

norepinefrin berhubungan langsung dengan efek hipotensi (Hoffman, 2006).

Penurunan aktivitas simpatis bersamaan dengan peningkatan aktivitas

parasimpatis dapat menurunkan kecepatan detak jantung, curah jantung, tahanan

perifer, aktivitas plasma renin dan reflek baroreseptor (Saseen & Carter, 2005).

Penurunan tekanan darah arterial oleh karena penggunaan klonidin disertai

dengan penurunan tahan vaskular di ginjal dan menjaga aliran darah ginjal.

Seperti metildopa, klonidin menurunkan tekanan darah pada posisi telentang dan

hanya sedikit menimbulkan hipotensi postural (Katzung, 2005).

5. Vasodilator

Vasodilator digunakan hipertensi relaksasi otot halus arteriola, dengan

demikian menurunkan tahanan vaskular sistemik. Penurunan tahanan arteri dan

tekanan darah arteri mendatangkan respon kompensasi, yang dimediasi oleh

baroreseptor dan sistem saraf simpatis, sebaik respon yang diberikan renin,

angiotensin, aldosteron. Oleh karena terdapat reflek simpatis, terapi vasodilator

tidak menimbulkan hipotensi ortostatik dan disfungsi seksual. Vasodilator dapat

bekerja dengan baik bila dikombinasikan oleh antihipertensi lain yang bekerja

melawan respon kompensasi pada kardiovaskular (Katzung, 2005).

6. Antagonis kalsium

Mekanisme aksi dari antagonis kalsium adalah menghambat masuknya

kalsium ke dalam sel otot halus arterial (Katzung, 2005). Ada dua tipe kanal

kalsium pintu voltase : kanal voltase tinggi (Tipe L) dan kanal voltase rendah

(tipe T). antagonis kalsium hanya menyekat kanal tipe L yang menyebabkan

vasodilatasi perifer dan jantung (Saseen & Carter, 2005).

Page 47: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

24

Golongan antagonis kalsium memiliki dua sub kelas yaitu dihidropiridin

dan non dihidropiridin. Farmokologi dari dua subkelas tersebut sangat berbeda.

Keduanya memiliki efektifitas antihipertensi yang sama, tetapi sedikit berbeda

pada efek farmakodinamik. Nondihidropiridin (verapamil dan diltiazem)

menurunkan kecepatan denyut jantung. Verapamil menghasilkan efek inotropik

yang negatif dan kronotropik yang menyebabkan risiko gagal jantung yang tinggi.

Diltiazem juga memiliki efek tersebut namun lebih sedikit daripada verapamil.

Dihidropiridin menyebabkan reflek takikardi yang dimediasi baroreseptor karena

efek vasodilatasi perifer yang poten (Saseen & Carter, 2005).

7. Penyekat adrenoreseptor β (β- Bloker)

Beta bloker awalnya menyebabkan penurunan tekanan darah melalui

penurunan curah jantung. Dengan terapi yang kontinu, curah jantung kembali

normal, tetapi tekanan darah tetap rendah karena resistensi vaskular perifer

‘berada’ pada tingkat yang lebih rendah dengan mekanisme yang tidak diketahui.

Blokade reseptor β1 dalam sel jukstaglomerulus ginjal mungkin terlibat, tetapi

bloker β hanya efektif pada pasien dengan kadar renin normal atau bahkan rendah.

Kelemahan bloker β adalah efek simpang yang sering terjadi seperti tangan

dingin, fatigue. Bloker β juga cenderung meningkatkan trigliserida serum dan

menurunkan kadar kolesterol lipoprotein densitas tinggi (Neal, 2005).

8. Penyekat adrenoreseptor α (α-Bloker)

Prazosin, terazosin, dan doxazosin merupakan penyekat selektif reseptor

alfa 1. Bekerja pada vaskularisasi perifer dan menghambat pengambilan kembali

katekolamin di dalam sel otot haalus, menghasilkan vasodilatasi dan penurunan

Page 48: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

25

tekanan darah (Saseen & Carter, 2005). Aliran darah ginjal tidak berubah selama

terapi menggunakan antagonis reseptor α1. Penyekat adrenoreseptor α1 dapat

menyebabkan sejumlah besar variasi postural hipotensi, yang tergantung pada

volume plasma. Retensi garam dan air terjadi pada beberapa pasien selama

penggunaan obat yang berkelanjutan, hal ini dapat menurunkan kejadian hipotensi

postural (Hoffman, 2006).

E. Terapi Hipertensi pada Usia Lanjut

Rekomendasi target tekanan darah dari JNC VII tidak tergantung dengan

umur, pada pasien usia lanjut target tekanan darah adalah kurang dari 140/90 mm

Hg atau kurang dari 130/80 mm Hg untuk diabetes atau penyakit ginjal kronis

(Saseen & Carter, 2005).

Pada dasarnya terapi hipertensi pada usia lanjut sama dengan terapi pada

orang muda tetapi bagaimanapun orang tua memiliki potensial lebih besar untuk

terjadi efek yeng tidak diinginkan selama terapi (Beers, 2001).

Dibawah ini beberapa faktor yang menyebabkan komplikasi pada pasien

usia lanjut yang menjalani terapi hipertensi

Tabel III. Faktor yang menyebabkan komplikasi pada pasien usia lanjut yang

menjalani terapi farmakologi hipertensi (Kaplan, 2006). Faktor Potensial komplikasi

Penurunan aktivitas baroreseptor Hipotensi ortostatik

Gangguan autoregulasi serebral Iskemi serebral dengan penurunan sedikit tekanan

sistolik

Penurunan volume intravaskuler Hipotensi ortostatik, hiponatremia, penurunan volume

Sensitivitas ke hipokalemia Aritmia, kelemahan otot

Penurunan fungsi ginjal dan hepar Akumulasi obat

Polifarmasi Interaksi obat

Perubahan sistem saraf pusat Depresi, kekacauan

Page 49: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

26

F. Drug Therapy Problems (DTPs)

1. Terminologi Drug Therapy Problems (DTPs)

Drug therapy problems merupakan kejadian yang tidak diinginkan atau

pengalaman yang berisiko bagi pasien yang terlibat atau kecurigaan terhadap obat

yang terlibat dalam terapi dan dapat menghambat atau menunda pasien tersebut

mencapai tujuan terapi yang diinginkan.

Praktisi asuhan kefarmasian menggunakan istilah problem untuk

menunjukkan peristiwa yang berhubungan atau dikarenakan terapi obat yang

mempengaruhi pemeriksaan, pengobatan, atau pencegahan. Drug therapy problem

merupakan masalah klinis yang harus diidentifikasi dan diselesaikan dengan cara

yang serupa dengan masalah klinis lainnya. Drug therapy problem merupakan

istilah bagi pasien, bukan untuk produk obat atau praktisi kesehatan.

Praktisi harus memahami keadaan pasien dengan drug therapy problems

pada keadaan klinis untuk mengidentifikasi, menyelesaikan dan mencegah drug

therapy problems. Drug therapy problem pada pasien selalu memiliki tiga

komponen primer :

1) Problem yang terjadi dapat dilihat dari catatan keluhan medis pasien, gejala,

tanda, diagnosis, penyakit, kerusakan, ketidakmampuan, nilai abnormal dari

hasil laboratorium, atau sindrom. Kejadian tersebut bisa merupakan hasil dari

psikologis, sosialkultur, atau kondisi ekonomi.

2) Keterlibatan drug therapy (produk dan atau regimen dosis).

Page 50: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

27

3) Hubungan yang ada atau diharapkan ada antara kejadian yang tidak diinginkan

pada pasien dan terapi obat. Hubungan ini bisa merupakan :

a) konsekuensi dari terapi obat yang memberikan kesan terjadinya hubungan

langsung antara penyebab dan efek yang terjadi, atau

b) didapatkan karena penambahan atau modifikasi dari terapi obat yang

bertujuan untuk pencegahan atau pengobatan (Cipolle et al., 2004).

2. Kategori Drug Therapy Problems (DTPs)

Tabel IV. Kategori dan penyebab-penyebab drug therapy problems (DTPs)

(Cipolle et al., 2004). No. Jenis DTP Contoh Penyebab DTPs

1. Ada obat yang tidak

dibutuhkan

(unnecessary drug

therapy)

• Terapi yang diperoleh sudah tidak valid saat itu

• Beberapa macam produk obat digunakan untuk kondisi yang sebenarnya

hanya membutuhkan satu jenis obat

• Kondisi medis yang sebenarnya tepat ditangani dengan terapi

nonfarmakologi

• Terapi efek samping akibat suatu obat yang sebenarnya dapat digantikan

dengan yang lebih aman

• Penyalahgunaan obat, merokok, dan alkohol yang dapat menyebabkan

masalah

2. membutuhkan

tambahan obat (need

for additional drug

therapy)

• Kondisi medis yang membutuhkan terapi obat

• Terapi pencegahan dibutuhkan untuk mengurangi risiko dari perkembangan

kondisi baru

• Kondisi medis yang membutuhkan tambahan obat untuk mendapatkan efek

sinergis atau efek tambahan

3. Obat yang tidak

efektif (ineffective

drug)

• Obat yang digunakan bukan merupakan obat yang paling efektif untuk

kondisi medis tertentu

• Kondisi medis sukar disembuhkan dengan produk obat tersebut

• Sediaan obat yang digunakan tidak sesuai

• Produk obat yang dipilih bukan produk obat yang efektif untuk kondisi

medis

4. Dosis terlalu rendah

(dosage too low) • Dosis yang digunakan terlalu rendah

• Interval dosis terlalu tidak begitu sering

• Interaksi obat dapat menurunkan jumlah obat aktif

• Durasi terapi obat terlalu pendek

5. Efek obat yang

merugikan (adverse

drug reaction)

• Produk obat menimbulkan efek yang tidak diinginkan, yang tidak

berhubungan dengan dosis

• Interaksi obat yang menyebabkan efek yang tidak diinginkan, yang tidak

berhubungan dengan dosis

• Obat diberikan atau diubah terlalu cepat

• Produk obat menyebabkan reaksi alergi

• Suatu produk obat dibutuhkan untuk faktor risiko

• Suatu produk obat memiliki kontraindikasi dengan faktor risiko

6. Dosis terlalu tinggi

(dosage too high) • Dosis terlalu tinggi

• Frekuensi pemberian obat terlalu pendek

• Durasi terapi obat terlalu panjang

• Interaksi obat yang menghasilkan reaksi toksik

• Pemberian obat terlalu cepat

7. Ketidaktaatan

(noncompliance) • Pasien tidak memahami instruksi

• Pasien lupa melakukan pengobatan

Page 51: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

28

Kategori di atas didefinisikan sebagai kumpulan masalah yang dapat

disebabkan oleh obat dan atau dapat diselesaikan dengan terapi obat. Kategori

pertama dan kedua pada drug therapy problems berhubungan dengan indikasi.

Kategori ketiga dan keempat berhubungan dengan efektivitas. Kategori kelima

dan keenam berhubungan dengan keamanan. Kategori ketujuh berhubungan

dengan ketaatan (Cipolle, et al., 2004).

G. Keterangan Empiris

Penelitian dilakukan untuk mengetahui karateristik pasien, jenis dan

golongan obat, jumlah obat, cara pemberian obat, lama perawatan pasien, dan

potensial (teoritis) kejadian Drug therapy problems yang mungkin terjadi pada

pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rini

Kalasan Sleman Periode Juli 2007 - Juni 2008.

Page 52: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan rancangan penelitian

Penelitian mengenai Evaluasi Drug Therapy Problems pada Pasien

Hipertensi Primer Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini

Kalasan Sleman Periode Juli 2007- Juni 2008 merupakan penelitian non

eksperimental dengan rancangan deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif.

Penelitian ini termasuk non eksperimental karena tidak ada perlakuan pada subjek

penelitian. Rancangan penelitian deskriptif evaluatif karena penelitian hanya

bertujuan melakukan deskriptif terhadap fenomena kesehatan yang terjadi dari

data rekam medik kemudian mengevaluasinya berdasarkan studi pustaka.

Penelitian ini menggunakan data retrospektif melalui penelusuran dokumen rekam

medis pasien hipertensi primer usia lanjut di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Panti Rini Juli 2007-Juni 2008.

B. Definisi Operasional

1. Pasien hipertensi primer usia lanjut adalah pasien yang berumur ≥ 60 tahun

di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman yang

memiliki diagnosa utama hipertensi primer dan tidak ditemukan diagnosa

hipertensi sebagai faktor risiko penyakit lain di diagnosa utama tersebut

pada Juli 2007 – Juni 2008.

2. Karakteristik pasien meliputi jenis kelamin, klasifikasi tekanan darah.

Page 53: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

30

3. Pola peresepan obat meliputi jenis dan golongan obat antihipertensi, jenis

dan golongan obat yang digunakan untuk penyakit lain yang diderita pasien

usia lanjut hipertensi, jumlah kombinasi obat dan macam kombinasinya

yang digunakan untuk antihipertensi.

a. Jenis obat adalah nama generik dan nama paten dari obat yang

diberikan kepada pasien hipertensi selama menjalani perawatan di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman.

b. Golongan obat adalah kelompok obat berdasarkan mekanisme kerja

yang diberikan kepada pasien hipertensi selama menjalani perawatan

di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman.

c. Jumlah obat antihipertensi adalah jumlah golongan obat antihipertensi

yang digunakan bersama oleh pasien.

d. Macam kombinasi obat antihipertensi adalah gabungan antara berbagai

macam obat antihipertensi misalnya diuretik dan penghambat ACE,

antihipertensi bekerja sentral dan diuretik.

4. Kerasionalan obat adalah frekuensi kejadian drug therapy problems

(masalah yang berkenaan dengan terapi obat) yang seminimal mungkin.

5. Tipe drug therapy problems dalam penelitian ini adalah :

a. ada indikasi tetapi tanpa obat (need for additional drug therapy).

b. ada obat tanpa indikasi (unnecessary therapy).

c. pemilihan obat salah (wrong drug).

d. dosis terlalu rendah (dose too low).

Page 54: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

31

e. efek obat merugikan (adverse drug reaction).

f. dosis terlalu tinggi (dose too high).

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah pasien-pasien hipertensi primer usia lanjut

yang dirawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman

periode Juli 2007-Juni 2008.

D. Bahan Penelitian dan Lokasi Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah lembar rekam medik (medical

record) pasien hipertensi primer usia lanjut dengan atau tanpa penyakit lain di

instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman pada periode

Juli 2007 - Juni 2008.

E. Cara Kerja

1. Analisis Situasi

Tahap pertama yang dilakukan adalah melakukan penulusuran jumlah

pasien hipertensi primer di instalasi rawat inap rumah Sakit Panti Rini

periode Juli 2007- Juni 2008 yang diperoleh melalui laporan unit rekam

medis. Laporan tersebut tersaji dalam bentuk catatan distribusi pasien yang

menderita hipertensi primer periode Juli 2007- Juni 2008 sehingga dapat

diketahui jumlah pasien hipertensi primer.

Page 55: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

32

Tabel V. Daftar 10 Besar Penyakit di Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007-Agustus 2008 No Nama Diagnosa Jumlah (Pasien)

1. GE/ Diare Akut 395

2. Commotio Cerebri 318

3. Febris 228

4. Stroke 195

5. DHF (Dengue Hemmorhagi Fever) 145

6. Decompensatition Cordis 137

7. Diabetes Melitus 135

8. DF (Dengue Fever) 118

9. Hipertensi (Primer) 106

10 Thyphoid 73

Selanjutnya dilakukan penelusuran jumlah pasien hipertensi kelompok

usia lanjut (60 tahun ke atas) dengan atau tanpa penyakit lain.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mencatat rekam medis pasien.

Data yang dikumpulkan meliputi a) nomer rekam medis, b) jenis kelamin, c)

umur, d) diagnosa masuk, e) diagnosa utama, f) diagnosa lain, g) status

keluar, h) lama tinggal di rumah sakit, i) riwayat penyakit, j) riwayat alergi, k)

riwayat keluarga, l) data medis berupa diagnosis, m) pemeriksaan fisik, n)

catatan perkembangan pasien, o) nama obat yang diberikan kepada pasien, p)

aturan pakai obat, dan q) data laboratorium.

3. Analisis Data

Hasil penelitian dianalisis secara deskriptif untuk memperoleh

informasi tentang:

a. Persentase jenis kelamin pasien hipertensi usia lanjut, dibandingkan

banyak pasien laki-laki dan perempuan yang dihitung dengan cara

Page 56: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

33

membagi jumlah kasus pada tiap kelompok usia dengan jumlah

keseluruhan kasus kemudian dikalikan 100%.

b. Persentase diagnosis, dikelompokkan berdasarkan berat ringannya

penyakit hipertensi sesuai referensi yang bersumber dari The Sevent

Report of Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation

and Treatment of High Blood Pressure (Chobanian, et al., 2003).

Dihitung dengan cara membagi antara jumlah kasus pada tiap kelompok

dengan jumlah keseluruhan kasus kemudian dikalikan 100%.

c. Persentase jenis dan golongan obat yang digunakan untuk hipertensi,

dikelompokkan berdasarkan jenis dan golongan obat yang diberikan

untuk hipertensi sesuai referensi yang bersumber dari Informatorium Obat

Nasional Indonesia 2000, selanjutnya jika tidak ditemukan dari sumber

tersebut, digolongkan berdasarkan MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi

edisi 7 2007/2008 atau Informasi Spesialite Obat Indonesia volume 43-

2008. Dihitung dengan cara membagi antara jumlah pemakaian obat pada

tiap kelompok obat dengan jumlah seluruh penggunaan obat pada kelas

terapi yang sama kemudian dikalikan 100%.

d. Persentase variasi pemberian obat, dikelompokkan berdasarkan variasi

jumlah pemberian obat dan macam kombinasinya. Dihitung dengan cara

membagi antara jumlah kasus pada tiap kelompok dengan jumlah

keseluruhan kasus kemudian dikalikan 100%.

e. Persentase jenis dan golongan obat yang digunakan untuk penyakit lain

yang diderita pasien hipertensi, dikelompokkan berdasarkan jenis dan

Page 57: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

34

golongan obat yang diberikan untuk penyakit lain sesuai referensi yang

bersumber dari Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, selanjutnya

jika tidak ditemukan dari sumber tersebut, digolongkan berdasarkan

MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi edisi 7 2007/2008 atau Informasi

Spesialite Obat Indonesia volume 43-2008.

f. Evaluasi Drug Therapy Problems (DTPs) yang terjadi dalam pengobatan

hipertensi dilakukan dengan metode dokumentasi SOAP (Subjective,

Objective, Assessment, Plan) berdasarkan standar pengobatan hipertensi

yaitu menggunakan evaluasi kerasionalan berdasarkan Drug Therapy

Problems (DTPs) yang ditemukan berdasarkan pembanding standar atau

referensi yang bersumber dari The Sevent Report of Joint National

Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High

Blood Pressure (Chobanian, et al., 2003), Drug Information Handbook

(Lacy et al., 2006), Kaplan’s Clinical Hypertension (Kaplan, 2006),

Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, Drug Interaction Facts,

Facts and Comparison (Tatro, 2006).

Page 58: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

35

F. Kesulitan Penelitian

Kesulitan penelitian dialami penulis pada saat pengambilan data karena

kurangnya pengalaman membaca tulisan dokter atau perawat dalam lembar rekam

medis mengenai perkembangan kesehatan pasien dan catatan obat yang diberikan

sehingga tidak dapat membaca secara jelas, selain itu juga kesulitan dalam

memahami istilah medis. Kesulitan tersebut dapat diatasi dengan bertanya dengan

perawat untuk memperoleh keterangan lebih jelas mengenai tulisan tersebut dan

membaca dari literatur untuk dapat memahami istilah medis tersebut.

Penulis juga kesulitan dalam menganalisis data karena tidak lengkapnya

catatan medis pasien contohnya pada catatan diagnosis, keperawatan. Selain itu

juga kesulitan untuk mendapatkan informasi yang tepat tentang pemberian obat

karena pada Daftar Pemberian Obat (DPO) ditemukan ketidaksesuaian antara

dosis yang diresepkan dokter dengan jadwal pemberian obat kepada pasien,

kesulitan ini diatasi dengan cara menelusuri Blanko Pemesanan Obat dan Alat

Kesehatan (BPOA) tiap pasien di instalasi farmasi.

Page 59: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karateristik Pasien Hipertensi Primer Usia Lanjut

1. Distribusi Jenis Kelamin

Tabel VI. Distribusi Jenis Kelamin Pasien Hipertensi Primer Usia Lanjut di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Periode Juli 2007- Juni 2008

Jenis Kelamin Jumlah Kasus Persentase (%)

Laki-laki 10 45,5

Perempuan 12 54,5

Total 22 100,0

Berdasarkan distribusi jenis kelamin, kasus hipertensi primer pada pasien

usia lanjut didapatkan jumlah pasien perempuan lebih banyak yaitu sebanyak 12

kasus (54,5 %) dan pada pasien laki-laki sebanyak 10 kasus (45,5 %), namun

perbedaan jumlah antara pasien laki-laki dan perempuan ini tidak besar.

Perbedaan distribusi jenis kelamin yang didapatkan tidak menjelaskan

bahwa perempuan pada usia lanjut lebih banyak memiliki kesempatan untuk

menderita hipertensi dibanding laki-laki. Seperti pada penelitian prospektif yang

dilakukan oleh Lewington et al tahun 2002 yang menemukan hubungan antara

tekanan darah dan kematian karena IHD (Ischemic Heart Disease) menjadi sedikit

lebih besar pada wanita dibanding pada laki-laki dan memberikan kesimpulan

“Jenis kelamin memberikan sedikit hubungan dengan kematian karena vaskular

secara keseluruhan” (Kaplan, 2006).

Page 60: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

37

2. Distribusi Klasifikasi Tekanan Darah

Pengklasifikasian tekanan darah pada pasien didasarkan pada klasifikasi

tekanan darah pada orang dewasa (umur ≥18 tahun) oleh JNC VII (Chobanian, et

al., 2003).

Tabel VII. Distribusi Klasifikasi Tekanan Darah Pasien Hipertensi Primer Usia

Lanjut di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Periode Juli 2007- Juni 2008

Klasifikasi Jumlah Persentase (%)

Normal 1 4,6

Prehipertensi 1 4,6

Hipertensi tingkat 1 5 22,7

Hipertensi tingkat 2 12 54,5

Hipertensi Urgensi 3 13,6

Total 22 100

Distribusi klasifikasi tekanan darah seperti yang dapat kita lihat dari tabel

2 dapat diketahui jumlah pasien yang menderita hipertensi tingkat 2 lebih banyak

dibanding pasien dengan hipertensi tingkat 1, yaitu 12 pasien (54,5 %) untuk

pasien dengan hipertensi tingkat 2 dan 5 pasien (22,7 %) untuk pasien dengan

hipertensi tingkat 1.

Terdapat juga pasien dengan klasifikasi tekanan darah normal pada pasien

nomer 3 dan prehipertensi pada pasien nomer 10. Kedua pasien tersebut tidak

diketahui riwayat penyakit dan pengobatannya sehingga tidak dapat mengetahui

alasan mengapa pasien tersebut menerima terapi untuk hipertensi, namun apabila

dilihat perkembangan tekanan darah pasien tersebut selama menjalani rawat inap

dapat diketahui bahwa pasien tersebut menderita hipertensi.

Page 61: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

38

B. Pola Pengobatan Pasien Hipertensi Primer Usia Lanjut

Obat-obat yang digunakan pada pasien hipertensi primer usia lanjut di

instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman periode Juli 2007-

Juni 2008 dibagi menjadi beberapa kelas terapi. Pada penelitian ini terapi yang

digunakan dibagi menjadi 13 kelas terapi yang kemudian dibagi menjadi beberapa

golongan obat, kelompok obat, nama zat aktif dan jenis obat.

Tabel VIII. Distribusi Kelas Terapi Obat yang Digunakan Pasien Hipertensi

Primer Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap di Rumah Sakit Panti Rini Periode

Juli 2007- Juni 2008

No. Kelas Terapi Jumlah Kasus Persentase (%)

1. Obat untuk penyakit pada sistem kardiovaskuler 22 100,0

2. Obat untuk saluran pernafasan 3 13,6

3. Obat yang bekerja pada saluran cerna 5 22,7

4. Obat untuk penyakit otot skelet dan sendi 7 31,8

5. Obat untuk infeksi 2 9,1

6. Analgesik 11 50,0

7. Obat yang bekerja pada sistem susunan saraf

pusat 8 36,4

8. Obat yang mempengaruhi saluran kemih 1 4,5

9. Anestetik 1 4,5

10. Vitamin dan mineral 1 4,5

11. Elektrolit dan mineral 1 4,5

12. Suplemen terapi dan penunjang 1 4,5

13. lain-lain 1 4,5

Tabel di atas memperlihatkan penggunaan obat terbanyak adalah obat

untuk penyakit pada sistem kardiovaskuler sebanyak 100 %. Penggunaan kelas

terapi tersebut memang merupakan pilihan utama untuk terapi hipertensi, karena

pada kelas terapi tersebut terdiri dari golongan obat antihipertensi yang berguna

menurunkan tekanan darah dan obat hipolipidemik yang berguna untuk

mengurangi risiko perkembangan penyakit hipertensi seperti penyakit

kardiovaskuler. Kelas terapi terbanyak kedua adalah analgesik, sebanyak 50,0 %.

Kelas terapi ini digunakan untuk mengobati keluhan pusing yang sering muncul

Page 62: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

pada pasien hipertensi. Kelas terapi terbanyak ketiga adalah

pada sistem susunan saraf pusat, sebanyak 36,4

untuk mengobati gangg

1. Obat yang bekerja pada sistem kardiovaskuler

Tabel IX. Golongan, Kelompok, Zat Aktif, dan Jenis Obat yang Bekerja pada

Sistem Kardiovaskuler yang Digunakan Pasien Hipertensi Primer Usia Lanjut

Instalasi Rawat Inap

Golongan Kelompok

Antiangina

(18,7 %)

Antagonis

Kalsium

Beta Bloker

Hipolipidemik

(10,7 %)

sulfonilurea

Statin

Klofibrat

Antihipertensi

(34,7 %)

Penghambat ACE

(Angiotensin

Converting

Enzym)

Antihipertensi

yang bekerja

sentral

Antagonis

Reseptor

Angiotensin II

Diuretika

(20,0 %)

Diuretika kuat

Tiazid

Diuretika hemat

kalsium

Antiaritmia

(1,3 %)

Obat untuk

gangguan

sirkulasi darah

(9,3 %)

Vasodilator

perifer

Obat yang

mempengaruhi

sistem koagulasi

darah

(5,3 %)

hemostatik dan

antifibrinolitik

antikoagulan,

antiplatelet,

trombolitik

Kelas terapi ini merupakan kelas terapi utama dalam pengobatan pasien

hipertensi dalam penelitian ini yang terdiri dari

antihipertensi, diuretik yang digunakan untuk pengobatan tekanan darah pasien

pada pasien hipertensi. Kelas terapi terbanyak ketiga adalah obat yang bekerja

unan saraf pusat, sebanyak 36,4 %. Kelas terapi ini

angguan pada sistem saraf pusat seperti mual dan vertigo.

Obat yang bekerja pada sistem kardiovaskuler

. Golongan, Kelompok, Zat Aktif, dan Jenis Obat yang Bekerja pada

Sistem Kardiovaskuler yang Digunakan Pasien Hipertensi Primer Usia Lanjut

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Periode Juli 2007

Kelompok Zat Aktif Jenis Obat Jumlah

Antagonis

Kalsium

diltiazem Diltiazem 1

amlodipin

Normoten® 1

Calsivas ® 4

Norvask ® 1

Tensivask ® 1

nifedipin Nifedipin 4

Adalat oros ® 1

Beta Bloker karvedilol Dilblock ® 1

sulfonilurea glimepirid Gluvace ® 1

simvastatin

Simvastatin 1

Chalvastin® 1

Mersivas® 1

Klofibrat fenofibrat

Lifen® 1

Evothyl® 1

Hyperchol® 2

Penghambat ACE

(Angiotensin

Converting

kaptopril Tensicap ® 3

Kaptopril 8

ramipril Hyperil® 3

moeksipril HCl Univasc® 1

Antihipertensi

yang bekerja klonidin klonidin 10

Antagonis

Reseptor

Angiotensin II

kandesartan

sileksetil Blopress® 1

Diuretika kuat furosemid Farsix® 10

hidroklortiazid hidroklortiazid 4

iuretika hemat

spironolakton Aldactone® 1

amiodaron Cordaron®

1

Vasodilator flunarizin Unalium® 7

hemostatik dan

antifibrinolitik asam traneksamat

Kalnex ® 2

Plasminex ® 1

antikoagulan,

antiplatelet,

trombolitik

silostazol Pletaal ® 1

terapi ini merupakan kelas terapi utama dalam pengobatan pasien

hipertensi dalam penelitian ini yang terdiri dari golongan antiangina,

antihipertensi, diuretik yang digunakan untuk pengobatan tekanan darah pasien

39

obat yang bekerja

Kelas terapi ini digunakan

pusat seperti mual dan vertigo.

. Golongan, Kelompok, Zat Aktif, dan Jenis Obat yang Bekerja pada

Sistem Kardiovaskuler yang Digunakan Pasien Hipertensi Primer Usia Lanjut di

Rumah Sakit Panti Rini Periode Juli 2007- Juni 2008 Persentase

(%) % total

1,3

17,3 9,3

6,6

1,3 1,3

1,3 1,3

4,0 4,0

5,3 5,3

14,7

20,0 4,0

1,3

13,3 13,3

1,3 1,3

13,3 13,3

5,3 5,3

1,3 1,3

1,3 1,3

9,3 9,3

4,0 4,0

1,3 1,3

terapi ini merupakan kelas terapi utama dalam pengobatan pasien

golongan antiangina,

antihipertensi, diuretik yang digunakan untuk pengobatan tekanan darah pasien

Page 63: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

40

yang masuk dalam hipertensi tingkat 1 maupun tingkat 2, selain itu juga terdiri

dari golongan hipolipidemik, kelompok statin dan fibrat, dimana pemberian obat

golongan tersebut bertujuan untuk menurunkan kadar lipid dalam darah.

Pemberian obat hipolipidemik pada pasien yang juga terdiagnosis hiperlipidemik

dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler karena hipertensi dan

hiperlipidemik merupakan faktor risiko kardiovaskular. Pada penelitian ini juga

ditemukan satu pasien yang menggunakan golongan obat aritmia dengan zat aktif

amiodaron. Amiodaron merupakan obat yang memiliki indikasi untuk takikardi

paroksimal, nodus dan takikardi ventikel (Anonim, 2000).

Kelompok obat yang terbanyak digunakan pada pasien hipertensi adalah

kelompok penghambat ACE (Angiotensin Converting Enzim) sebesar 20 %.

Penghambat ACE bekerja dengan cara menghambat pengubahan angiotensin I

menjadi angiotensin II. Angiotensin II merupakan substansi terakhir yang

berpotensi menimbulkan vasokonstriksi dan menstimulasi pelepasan aldosteron

(Saseen & Carter, 2005). Penghambatan sintesis angiotensin II pada pasien

hipertensi menyebabkan penurunan resistensi perifer dan tekanan darah. Inhibitor

ACE tidak mengganggu refleks kardiovaskular dan tidak mempunyai banyak efek

samping seperti diuretik dan β-bloker (Neal, 2006). Diuretik dan penghambat

ACE memberikan keuntungan yang signifikan dan dapat digunakan secara aman

pada pasien usia lanjut, namun dosis yang digunakan harus lebih kecil dari dosis

pemberian awal (Saseen & Carter, 2005).

Urutan kedua terbanyak adalah penggunaan obat kelompok antagonis

kalsium, yaitu sebanyak 17,3 %. Antagonis kalsium bekerja dengan cara berikatan

Page 64: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

41

dengan kanal tipe L dan menghambat masuknya Ca2+

ke dalam sel, antagonis ini

menyebabkan relaksasi otot polos arteriola. Hal ini menurunkan resistensi perifer

dan menyebabkan penurunan tekanan darah. Efikasi antagonis kalsium sama

dengan efikasi tiazid, β-bloker, dan penghambat ACE. Efek samping yang sering

terjadi adalah akibat vasodilatasi berlebihan dan termasuk hipotensi, muka

memerah, dan edema pada pergelangan kaki (Neal, 2006).

Urutan ketiga terbanyak adalah penggunaan obat kelompok antihipertensi

bekerja sentral dan diuretik kuat yaitu sebesar 13,3 %. Mekanisme kerja

antihipertensi bekerja sentral adalah dengan menstimulasi reseptor α2 andrenergik

pada otak yang menyebabkan penurunan aliran simpatis dari pusat vasomotor di

dalam otak dan meningkatkan tonus vagal (Saseen & Carter, 2005). Pasien usia

lanjut lebih sensitif untuk terjadinya kekurangan cairan dan penghambatan

simpatis daripada pasien usia muda yang dapat menyebabkan hipotensi ortostatik.

Pada pasien usia lanjut hal ini dapat meningkatkan risiko terjatuh yang

diakibatkan pusing dan risiko pingsan. Penggunaan antihipertensi seperti

golongan obat yang bekerja sentral dan α-bloker pada pasien usia lanjut

memerlukan perhatian karena sering kali menimbulkan pusing dan hipotensi

postural (Saseen & Carter, 2005).

Zat aktif dalam kelas terapi ini yang banyak digunakan pada pasien

hipertensi adalah kaptopril yaitu sebesar 14,7 %. Kaptopril merupakan golongan

obat antihipertensi, kelompok penghambat ACE.

Page 65: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

42

2. Obat yang bekerja sebagai analgesik

Tabel X. Golongan, Kelompok, Zat Aktif, dan Jenis Obat Analgesik yang

Digunakan Pasien Hipertensi Primer Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Panti Rini Periode Juli 2007- Juni 2008

Golongan Zat Aktif Jenis Obat Jumlah Persentase (%)

Analgesik non

narkotik

metamizole Na

Novalgin ® 1 60,0

Antrain ® 8

Analsik ® dengan

tambahan diazepam

5 33,3

asam mefenamat Mefinal ® 1 6,7

Obat analgesik yang paling banyak digunakan adalah golongan analgesik

non narkotik dengan zat aktif metamizole Na sebesar 60 %. Metamizole Na

diberikan secara intravena pada pasien hipertensi saat berada di IGD. Pemberian

metamizole Na dimaksudkan untuk mengobati keluhan nyeri pertama kali saat

pasien masuk rumah sakit karena metamizole Na memiliki indikasi meredakan

nyeri.

3. Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat

Tabel XI. Golongan, Kelompok, Zat Aktif, dan Jenis Obat Sistem Saraf Pusat yang

Digunakan Pasien Hipertensi Primer Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Panti Rini Periode Juli 2007- Juni 2008

Golongan Kelompok Zat aktif Jenis Obat Jumlah Persentase (%)

Obat mual dan

vertigo

(78,5 %)

metoklopramid HCl Primperan ® 6 42,8

sinarizin Stugeron® 2 14,3

Antagonis 5-HT3 ondansetron HCl Cendatron ® 2 14,3

betahistine mesilat Mertigo ® 1 7,1

Antiparkinson Antimuskarinik triheksifenidil HCl Artane ® 1 7,1

Psikofarmaka Psikosis dan kelainan

yang terkait klorpromazin klorpromazin 1 7,1

Antiepilepsi Status epileptikus piracetam Fepiram® 1

7,1 Tremor

esensial Antiparkinson

Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat yang terbanyak digunakan

adalah obat golongan mual dan vertigo dengan zat aktif metoklopramid HCl yaitu

sebesar 42,8 %. Metoklopramid HCl diberikan kepada pasien hipertensi saat di

Page 66: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

43

IGD secara injeksi. Pemberian obat ini merupakan pengobatan awal untuk

menangani keluhan mual yang dirasakan pasien karena metoklopramid HCl

memiliki indikasi sebagai antiemetik (anti mual). Urutan terbanyak kedua adalah

obat dengan golongan mual dan vertigo dengan zat aktif sinarizin dan obat dengan

golongan yang sama, kelompok antagonis 5-HT3 dengan zat aktif ondansetron

HCl, yaitu sebesar 14,3 %. Kedua obat ini diberikan pada pasien hipertensi di

penelitian ini yang memiliki keluhan mual dan vertigo selama menjalani rawat

inap karena sinarizin memiliki indikasi untuk kelainan vestibular, seperti vertigo,

tinnitus, mual dan muntah, penyakit vaskular (Anonim, 2000).

4. Obat untuk penyakit otot skelet dan sendi

Tabel XII. Golongan, Kelompok, Zat Aktif, dan Jenis Obat Otot Skelet dan Sendi

yang Digunakan Pasien Hipertensi Primer Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rini Periode Juli 2007- Juni 2008

Golongan Kelompok Zat Aktif Jenis Obat Jumlah Persentase (%)

Obat untuk

reumatik dan gout

(69,2 %)

Obat

antiinflamasi

nonsteroid

ketoprofen Altofen® 2 23,1

Pronalges ® 1

natrium

diklofenak Renadinac ®

2 15,2

meloxicam Mobiflek ® 3 23,1

allupurinol allupurinol 1 7,7

Obat untuk

gangguan

neuromuskular

(23,1 %)

Pelemas otot

yang tidak

bekerja sentral

eperison

hidroklorida Eprinoc ®

2 15,4

Antireumatik

glukosamin

Osteoflam ® 1 7,7 kondroitin sulfat

MSM

Obat untuk

mengatasi radang

jaringan lunak

(7,7 %)

Pelemas otot

lain tizanidin Sirdalud ®

1 7,7

Obat otot skelet dan sendi yang paling banyak digunakan adalah obat

golongan obat untuk reumatik dan gout, kelompok obat antiinflamasi nonsteroid

dengan zat aktif ketoprofen dan meloxicam, yaitu sebesar 23,1 %. Obat ini

digunakan pada pasien hipertensi di penelitian ini yang memiliki keluhan nyeri

Page 67: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

44

pada lutut atau pinggang selama menjalani rawat inap karena meloxicam memiliki

indikasi untuk nyeri dan radang pada penyakit reumatik dan gangguan otot skelet

lainnya; osteoarthritis yang memburuk (Anonim, 2000), sedangkan ketoprofen

memiliki indikasi nyeri dan radang pada penyakit reumatik dan gangguan otot

skelet lainnya; gout akut (Anonim, 2000).

Aksi dari antihipertensi, penghambat ACE (Angiotensin Inhibitor Enzim)

salah satunya adalah menghambat pemecahan kinin yang menstimulasi produksi

prostaglandin. Hal ini logis jika obat antiinflamasi nonsteroid dapat mengurangi

keefektifan dari penghambat ACE dengan menghambat produksi dari vasodilator

dan prostaglandin natriuresis (Hoffman, 2006).

5. Obat yang mempengaruhi sistem saluran cerna

Tabel XIII. Golongan, Kelompok, Zat Aktif, dan Jenis Obat yang Mempengaruhi

Sistem Saluran Cerna yang Digunakan Pasien Hipertensi Primer Usia Lanjut di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Periode Juli 2007- Juni 2008

Golongan Kelompok Zat Aktif Jenis Obat Jumlah Persentase (%)

Antitukak

Antagonis reseptor H2 rantidin

Gastridin ® 1

75,0 Ranitidin 1

Acran ® 4

Penghambat pompa proton lansoprazol lansoprazol 1 12,5

Khelator dan senyawa

kompleks sukralfat Inpepsa® 1 12,5

Golongan antitukak yang paling banyak digunakan adalah dari kelompok

antagonis reseptor H2 dengan zat aktif rantidin, yaitu sebesar 75 %. Ranitidin

memiliki indikasi untuk tukak lambung, tukak duodenum, refluks esofagitis, dan

kondisi lain dimana asam lambung akan bermanfaat. Obat tersebut diberikan pada

pasien hipertensi di penelitian ini yang memiliki keluhan pada sistem saluran

cerna.

Page 68: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

45

6. Obat untuk saluran pernafasan

Tabel XIV. Golongan, Kelompok, Zat Aktif, dan Jenis Obat untuk Saluran

Pernafasan yang Digunakan Pasien Hipertensi Primer Usia Lanjut di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Periode Juli 2007- Juni 2008

Golongan Kelompok Zat Aktif Jenis Obat Jumlah Persentase (%)

Antiasma dan

brokodilator

Stimulan

adrenoreseptor beta 2

selektif

salbutamol ventolin ® 1 33,3

Mukolitik

ambroksol ambroksol ® 1 33.3

Dekongestan

nasal topikal Simpatomimetik efedrin efedrin 1 33,3

Penggunaan obat saluran pernafasan dalam penelitian ini hanya ditemukan

pada tiga pasien hipertensi, yaitu obat golongan antiasma dan bronkodilator,

kelompok stimulan adrenoreseptor beta 2 selektif dengan zat aktif salbutamol,

golongan mukolitik dengan zat aktif ambroksol dan golongan dekongestan nasal

topikal, kelompok simpatomimetik dengan zat aktif efedrin.

7. Obat untuk infeksi

Tabel XV. Golongan, Kelompok, Zat Aktif, dan Jenis Obat untuk Infeksi yang

Digunakan Pasien Hipertensi Primer Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Panti Rini Periode Juli 2007- Juni 2008

Golongan Kelompok Zat Aktif Jenis Obat Jumlah Persentase (%)

Antibiotik Sefalosporin cefadroksil cefadroksil 1 50

Penisilin amoksisilin amoksisilin 1 50

Penggunaan obat untuk infeksi dalam penelitian ini hanya ditemukan pada

dua pasien hipertensi. Golongan obat yang digunakan adalah antibiotik, kelompok

sefalosporin dengan zat aktif cefadroksil dan kelompok penisilin dengan zat aktif

amoksisilin. Cefadroksil memiliki indikasi untuk infeksi gram positif dan gram

negatif (Anonim, 2000).

Page 69: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

46

8. Elektrolit dan mineral

Tabel XVI. Golongan, Kelompok, Zat Aktif, dan Jenis Elektrolit dan Mineral yang

Digunakan Pasien Hipertensi Primer Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Panti Rini Periode Juli 2007- Juni 2008 Zat Aktif Jenis Obat Jumlah Persentase (%)

kalium L aspartat Renapar ® 6 85,7

magnesium L aspartat

kalium klorida KSR® 1 14,3

Penggunaan elektrolit dan mineral pada pasien hipertensi pada penelitian

ini ditemukan paling banyak obat dengan kombinasi zat aktif kalium L aspartat

dan magnesium L aspartat, yaitu sebanyak 85,7 %. Tujuan dari penggunaan

elektrolit dan mineral tersebut adalah untuk mencegah atau mengatasi terjadinya

hipokalemia dan hipomagnesemia selama pemakaian obat antihipertensi, sebagai

contoh pada penggunaan diuretik. Hipokalemia dan hipomagnesemia dapat

menyebabkan kelemasan pada otot atau kejang otot. Bagaimanapun, aritmia yang

serius dapat terjadi pada pasien dengan tingkat hipokalemia dan hipomagnesemia

yang signifikan (Saseen & Carter, 2005).

Penggunaan elektrolit dan mineral ini juga perlu diperhatikan apabila

digunakan bersamaan dengan penghambat ACE karena dapat menyebabkan

peningkatan kalium di dalam darah atau hiperkalemia (Saseen & Carter, 2005).

Page 70: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

47

9. Vitamin dan Mineral

Tabel XVII. Golongan, Kelompok, Zat Aktif, dan Jenis Vitamin dan Mineral yang

Digunakan Pasien Hipertensi Primer Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Panti Rini Periode Juli 2007- Juni 2008

Zat Aktif Jenis Obat Jumlah

ATP

BIO ATP ® 1

vitamin B1 disulfida

vitamin B6

vitamin B12

vitamin E

Pada penelitian hanya didapatkan satu pasien hipertensi yang

menggunakan vitamin dan mineral dengan zat aktif ATP, vitamin B1 disulfida,

vitamin B6, vitamin B12, dan vitamin E. Vitamin dan mineral tersebut digunakan

untuk astenia muskular, neuromuskular, gangguan metabolisme pada otot jantung,

kelelahan fisik (Anonim, 2006).

10. Obat yang mempengaruhi saluran kemih

Tabel XVIII. Golongan, Kelompok, Zat Aktif, dan Jenis Obat yang Mempengaruhi

Saluran Kemih yang Digunakan Pasien Hipertensi Primer Usia Lanjut di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Periode Juli 2007- Juni 2008

Golongan Kelompok Zat Aktif Jenis Obat Jumlah

Inhibitor 5-alfa reduktase

dutasterid Avodart® 1

Obat yang mempengaruhi saluran kemih yang digunakan pada pasien

hipertensi pada penelitian ini adalah golongan inhibitor 5-alfa reduktase dengan

zat aktif dutasterid. Dutasterid memiliki indikasi untuk pengobatan dan pecegahan

hyperplasia prostat jinak, menurunkan ukuran prostat, memperbaiki kecepatan

aliran urin, menurunkan risiko retensi urin akut (Anonim, 2007).

Page 71: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

48

11. Anestetik

Tabel XIX. Golongan, Kelompok, Zat Aktif, dan Jenis Obat Anestetik yang

Digunakan Pasien Hipertensi Primer Usia Lanjut Rawat Inap di Instalasi Rawat

Inap Rumah Sakit Panti Rini Periode Juli 2007- Juni 2008

Golongan Kelompok Zat Aktif Jenis Obat Jumlah

Anestetik umum Antimuskarinik atropin sulfas atropin sulfas 1

Obat anestetik yang digunakan pasien hipertensi pada penelitian ini adalah

obat golongan anestetik umum, kelompok antimuskarinik dengan zat aktif atropin

sulfas. Atropin sulfas memiliki indikasi untuk mengeringkan sekret, melawan

bradikardia yang berlebihan (Anonim, 2000).

12. Suplemen dan terapi penunjang

Tabel XX. Golongan, Kelompok, Zat Aktif, dan Jenis Suplemen dan Terapi

Penunjang yang Digunakan Pasien Hipertensi Primer Usia Lanjut di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Periode Juli 2007- Juni 2008

Zat Aktif Jenis Obat Jumlah

astaxantin Asthin force ® 1

Astaxantin memiliki indikasi untuk antioksidan untuk mencegah

kerusakan sel yang disebabkan radikal bebas (Anonim, 2007).

13. Lain-lain

Tabel XXI. Golongan, Kelompok, Zat Aktif, dan Lain-Lain yang Digunakan

Pasien Hipertensi Primer Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti

Rini Periode Juli 2007- Juni 2008

Zat Aktif Jenis Obat Jumlah

ginkobiloba Ginkona® 1

Ginkona® yang mengandung ginkobiloba memiliki indikasi untuk gejala

penyakit serebrovaskular dan sirkulasi perifer pada usia lanjut (Anonim, 2008).

Page 72: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

49

C. Variasi Jumlah Pemberian Obat Antihipertensi dan Kombinasinya

Tabel XXII. Variasi Jumlah Pemberian Obat Antihipertensi yang Digunakan

Pasien Hipertensi Primer Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti

Rini Periode Juli 2007- Juni 2008

Golongan obat antihipertensi Jumlah Persentase (%)

Tunggal

Antagonis Kalsium 2 9

Penghambat ACE 4 18,2

Bekerja sentral 1 4,5

2 kombinasi

Antagonis kalsium + penghambat ACE 4 18,2

Diuretik + antagonis kalsium 1 4,5

3 kombinasi

Penghambat ACE + Antagonis kalsium + diuretika kuat 1 4,5

Penghambat ACE + diuretika + bekerja sentral 1 4,5

Penghambat ACE + Antagonis reseptor angiotensin II + diuretik 1 4,5

Antagonis kalsium + diuretika + bekerja sentral 3 13,6

Penghambat ACE + antagonis kalsium + bekerja sentral 1 4,5

4 kombinasi

Bekerja sentral + Penghambat ACE + diuretik + antagonis kalsium 2 9,0

Bekerja sentral + beta bloker + diuretik + Penghambat ACE 1 4,5

Berdasarkan tabel dapat dilihat variasi penggunaan obat antihipertensi,

dimana penggunaan variasi kombinasi tersebut didasarkan pada tujuan terapi

hipertensi dan keadaan klinis pasien. Terapi dengan monoterapi

direkomendasikan untuk pasien yang memiliki tekanan darah mendekati tekanan

darah target, dimana menurut JNC VII tekanan darah tersebut adalah tidak lebih

dari 20 mmHg dari tekanan darah sistolik target dan tidak lebih dari 10 mmHg

dari tekanan darah diastolik (Kimble, et al., 2005). Mengawali terapi dengan

kombinasi dua obat saat ini direkomendasikan untuk pasien yang memiliki

tekanan darah jauh dari target yang diharapkan atau untuk pasien yang mengalami

kesulitan pencapaian tekanan darah target (Saseen & Carter, 2005). Penggunaan

Page 73: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

50

kombinasi dari antihipertensi ini dimaksudkan untuk mendapatkan efek tambahan

dalam menurunkan tekanan darah.

Terapi tunggal yang paling banyak digunakan adalah terapi dengan

antihipertensi golongan penghambat ACE yaitu sebesar 18,2 %. Terapi kombinasi

dengan dua antihipertensi yang banyak digunakan adalah kombinasi antara

golongan antagonis kalsium dan penghambat ACE yaitu sebesar 18,2 %.

Penggunaan kedua golongan obat tersebut secara bersamaan memberikan

peningkatan efek hipotensi yang berguna dalam pencapaian tekanan darah target

(Anonim, 2000). Terapi kombinasi dengan tiga antihipertensi yang banyak

digunakan adalah kombinasi antara golongan antagonis kalsium, diuretika dan

antihipertensi bekerja sentral yaitu sebesar 13,64 %.

Terapi kombinasi dengan empat antihipertensi yang banyak digunakan adalah

kombinasi antara golongan antagonis kalsium, diuretika, antihipertensi bekerja

sentral, dan penghambat ACE yaitu sebesar 9 %.

Page 74: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

51

D. Evaluasi Drug Therapy Problems (DTPs)

1. Analisis Drug Therapy Problems pada Tiap Pasien

Tabel XXIII. Kajian DTPs Pasien 1 Hipertensi Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 - Juni 2008 Pasien 1 . No RM:150926. 16 Januari 2008- 18 Januari 2008

Subjective Laki-laki, 62 tahun; DM : obs. Bronchitis asmatis, Obs hemaptoe; DU : Hipertensi; DL : hemoptoe, dislipidemia;

Keluhan masuk : Batuk, muntah darah mulai pukul 18.00 sebanyak ± 5 kali, darah segar, sebelumnya sudah batuk darah 5

hari

status keluar : sembuh, diijinkan

Objective

parameter tgl 16/01/08 nilai normal

kolesterol total 256 mg/ dL↑ s/d 220 mg/dL

MCHC 32,6 ↓

P-LCR 11,3 ↓

MXD % 8,3 ↑

Tanda vital saat masuk :

TD : 165/110mmHg

Nadi : 84x/mnt

Tgl Jam tekanan darah

(mmHg)

suhu

(0C)

nadi

(kali/mnt)

16/01/08 21.30 170/100 365 88

17/01/08 07.00 180/100 36 84

11.00 140/80 365 72

13.30 37 84

17.00 160/120

18/01/08 150/100 36 72

Penatalaksanaan

Nama obat Dosis waktu pemberian

16/01/08 17/01/08 18/01/08

O2 3-5 liter

Infus RL

salbutamol UGD jam 19.00

asam traneksamat 2 ampul UGD jam 19.00

Diltiazem 2x 30 mg UGD jam 19.00

Cefadroxil 2x500 mg Siang, malam Pagi

Ambroxol 3x30 mg Siang, malam Pagi

Simvastatin 1x10 mg Siang, malam Pagi

Page 75: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

52

Assesment

1. Terjadi DTP (Drug Therapy Problems) dengan kategori ada indikasi tetapi

tanpa obat.

Pasien tersebut dinilai memiliki kondisi medis yang membutuhkan

tambahan obat untuk mendapatkan efek sinergis atau efek tambahan. Hal ini

didasarkan pada pengukuran awal tekanan darah pasien saat masuk rawat inap

sebesar 165/110 mmHg yang dikategorikan dalam kelompok hipertensi

tingkat II. Berdasarkan algoritma penatalaksanaan hipertensi JNC VII,

hipertensi tingkat II memerlukan kombinasi obat antihipertensi, sedangkan

pada pasien di atas hanya mendapatkan terapi tunggal, yaitu dengan diltiazem

yang termasuk kelompok antagonis kalsium. Namun pada kenyataannya

dengan menggunakan terapi tunggal diltiazem pasien mengalami penurunan

tekanan darah yang cukup berarti, dimana tekanan darah pada pengukuran

terakhir sebesar 150/100 mmHg yang dikategorikan dalam kelompok

hipertensi tingkat I.

2. Potensi terjadi DTP dengan kategori efek obat yang merugikan.

Pada terapi yang diterima oleh pasien terjadi potensi interaksi obat yang

menyebabkan efek obat yang tidak diinginkan, yang tidak berhubungan

dengan dosis. Interaksi terjadi antara diltiazem dengan simvastatin. Diltiazem

memiliki kemampuan untuk menghambat sistem isoenzim sitokrom P450

3A4, sehingga dapat meningkatkan konsentrasi obat yang di metabolisme

sistem isoenzim tersebut dalam darah, salah satu contohnya simvastatin

(Saseen & Carter, 2005). Namun pada perkembangan pasien selama menjalani

Page 76: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

53

rawat inap tidak ditemukan efek obat yang merugikan diakibatkan interaksi

kedua pasien tersebut.

Plan

1. Berdasarkan assessment pertama yang telah dibahas di atas, diperlukan

tambahan terapi untuk mendapatkan tekanan darah < 140/90 mmHg.

Pencapaian sasaran tekanan darah ini berdasarkan pada tujuan terapi

hipertensi, yaitu mencegah terjadinya Target Organ Damage (Saseen &

Carter, 2005). Menurut JNC VII pemberian kombinasi obat antihipertensi

sebaiknya mengikutsertakan golongan diuretik kelompok tiazid. Penggunaan

diuretik pada pasien hipertensi yang memiliki kadar kolesterol di atas normal

dapat berisiko meningkatkan kadar kolesterol namun hanya 5-7 % kecuali

pada penggunaan jangka panjang (Kimble, et al., 2005). Oleh karena

pertimbangan di atas maka diuretik kelompok tiazid direkomendasikan

sebagai terapi tambahan untuk mendapatkan efek sinergis agar tercapai

sasaran tekanan darah.

2. Penggunaan bersamaan antara diltiazem dan simvastatin memerlukan

monitoring terhadap kadar kolesterol pasien sehingga tidak terjadi penurunan

kadar kolesterol yang dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Selain

itu dapat juga dengan cara pengaturan dosis simvastatin sehingga didapatkan

kadar simvastatin dalam darah yang masih berada dalam kadar terapi.

Page 77: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

54

Tabel XXIV. Kajian DTPs Pasien 2 Hipertensi Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 - Juni 2008 Pasien 2. No RM : 155401. 24 Juni 2008- 26 Juni 2008

Subjective

Perempuan, 65 tahun; DM: obs. Hipertensi; keluhan masuk : Pusing,fisik lemah Objective

parameter tgl 24/06/08 nilai normal

kolesterol total 245 mg/ dL ↑ s/d 220 mg/dL

Triglserid 710 mg/dL ↑ s/d 150 mg/dL

HDL 54 mg/dL↓ >65 mg/dL

Gula darah puasa 125 mg/dL ↑ < 100 mg/dL

GDPP 289 mg/dL ↑ < 140 mg/dL

GD Sewaktu 159 mg/dL ↑ < 110 mg/dL

Tanda vital saat masuk

TD:150/70 mmHg

Nadi :75 x/mnt

Suhu:360C

Tgl Jam tekanan darah

(mmHg)

suhu

(0C)

nadi

(kali/mnt)

24/06/08 di IGD 150/70 36 75

25/06/08

05.00 150/90 KU sedang

07.00 140/90 36 92 KU tampak sakit sedang

12.00 badan sudah enak, tidak pusing

14.00 367 80

15.30 BAK :150 cc, kalau nafas bunyi “ngik” , tapi

tidak sesak, dan tidak ada asma, pasien

tampak sakit sedang

17.00 150/100

19.50 BAK: 200 cc, pinggang pegel

26/06/08 150/90 tidak pusing, badan pegel

Penatalaksanaan

Nama obat Dosis waktu pemberian

25/06/08 26/06/08

kaptopril 3x12,5 mg Siang, malam Pagi, siang

Renapar ® 2x1 mg Siang, malam Pagi

fenofibrat 1x300 mg Malam Pagi

amlodipin 1x5 mg Malam Pagi

furosemid 1x 10 mg/ml Pagi

Assesment

Tekanan darah pasien saat awal pemeriksaan adalah 150/70 mmHg,

termasuk pada kategori hipertensi tingkat I . Menurut algoritma terapi hipertensi

JNC VII, hipertensi tingkat I hanya membutuhkan monoterapi antihipertensi.

Namun pada pasien tersebut mendapat terapi kombinasi golongan penghambat

ACE dan antagonis kalsium yaitu kaptopril dan amlodipin. Pilihan terapi ini

dinilai tepat karena apabila dilihat dari data glukosa darah, pasien menderita

diabetes melitus dan pilihan terapi untuk pasien hipertensi yang juga menderita

Page 78: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

55

diabetes melitus adalah kombinasi penghambat ACE dan antagonis kalsium.

Kombinasi terapi tersebut memberikan keuntungan bagi pasien hipertensi dengan

diabetes karena dapat mengurangi kejadian stroke dan kardiovaskular (Chobanian,

et al., 2004).

1. Potensi terjadi DTP dengan kategori efek obat yang merugikan.

Terjadi interaksi obat yang menyebabkan efek yang tidak diinginkan,

yang tidak berhubungan dengan dosis. Hal ini didasarkan pada penggunaan

suplemen yang mengandung kalsium dan magnesium pada pasien yang

bertujuan untuk mencegah terjadinya hipokalemia dan hipomagnesemia selama

penggunaan antihipertensi, namun apabila penggunaannya bersamaan dengan

antihipertensi golongan penghambat ACE dapat menyebabkan peningkatan

kadar kalium dalam darah (hiperkalemia) (Lacy, et al., 2003). Keadaan

hiperkalemia dapat menyebabkan takikardi, namun pada pasien tidak didapatkan

gejala yang mengarah ke hiperkalemia.

2. Terjadi DTP dengan kategori ada obat tanpa indikasi

a. Penggunaan suplemen yang mengandung kalium dan magnesium yang

ditujukan untuk mencegah atau mengatasi hipokalemia dan

hipomagnesemia tidak dibutuhkan karena kombinasi obat antihipertensi

yang digunakan pada hari pertama pasien menjalani rawat inap adalah

Page 79: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

56

penghambat ACE dan antagonis kalsium, dimana kedua obat tersebut

tidak memiliki efek samping hipokalemia dan hipomagnesemia (Lacy, et

al., 2003). Penggunaannya pada hari ke dua saat furosemid intravena

diberikan tepat karena untuk mencegah terjadinya hipokalemia karena

penggunaan furosemid (Lacy, et al., 2003).

b. Penambahan furosemid yang diberikan secara intravena pada hari ke dua

tidak diperlukan karena perkembangan tekanan darah pasien selama

menjalani rawat inap masuk dalam hipertensi tingkat I sehingga

pemberian antihipertensi dengan kombinasi dua obat (penghambat ACE

dan antagonis kalsium) sudah cukup.

Plan

1. Terapi yang disarankan untuk pasien tersebut adalah kombinasi antara

penghambat ACE dan antagonis kalsium.

2. Terapi kombinasi tersebut tidak memerlukan suplemen yang mengandung

kalium dan magnesium.

Page 80: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

57

Tabel XXV. Kajian DTPs Pasien 3 Hipertensi Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 - Juni 2008 Pasien 3. No RM : 146284. 17 Agustus 2007-20 Agustus 2007

Subjective

Laki-laki, 65 tahun; DM: vertigo,hipertensi; DU: Hipertensi; Keluhan masuk: Pulang dari sawah mengeluh pusing, mual,

muntah

status keluar : membaik, diijinkan

Objective

parameter tgl 17/08/07 nilai normal

Trigliserid 228 mg/dL ↑ s/d 150 mg/dL

WBC 12,0 ↑

RBC 4,40 ↓

HGB 12,2 ↓

HCT 38,1 ↓

MCHC 32,0↓

P-LCR 12,2 ↓

LYM % 18,7↓

MXD % 6,0 ↓

NEUT % 75,3 ↑

NEUT# 9,1↑

Tanda vital saat masuk

TD:130/80 mmHg

Nadi :68 x/mnt

Suhu:360C

Tgl Jam tekanan darah

(mmHg)

suhu

(0C)

nadi

(kali/menit)

17/08/07 pusing, peningkatan tekanan intrakranial

17.00 130/80

18.00 363 68 tidak ada keluhan

24.00 160/90

18/08/07 07.00 170/90 36 88

12.00 160/90 KU sedang, pasien mengeluh pusing, mual

14.00 37 80

17.00 140/90

18.00 pusing, mual O 2 lt/ mnt

24.00 160/90 KU tampak sakit sedang, tak ada keluhan

19/08/07 180/100 36 72 KU sedang

11.00 180/110

14.00 37 80

17.00 140/80 KU sedang

21.00 150/90

24.00 160/90

Pentalaksanaan

Nama Obat Dosis Waktu pemberian

17/08/07 18/08/07 19/08/07 20/08/07

O2 2 liter/ menit • • •

Infus RL

metamizole Na 1x500 mg/ml UGD jam15.00

metoklopramid

HCl

1x5 mg UGD jam15.00

flnarizine 2x5 mg Malam Pagi, malam Pagi, malam Pagi

Analsik ® 3x1 tablet Malam Pagi,

siang,malam

Pagi,

siang,malam

Pagi

fenofibrat 1x300 mg Malam Malam

Amoxicillin 3x 500 mg Pagi,

siang,malam

Pagi,

siang,malam

Pagi

Kaptopril 2x6,25 mg Malam Pagi, malam Pagi, malam Pagi

Page 81: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

58

Assesment

1. Terjadi DTP kategori ada indikasi tetapi tanpa obat.

Tekanan darah pasien saat awal pemeriksaan adalah 130/80

mmHg, termasuk dalam kategori prehipertensi, namun pada pemeriksaan

selanjutnya pasien mengalami peningkatan tekanan darah dan termasuk

dalam kategori hipertensi tingkat II. Menurut algoritma JNC VII

penatalaksanaan terapi hipertensi tingkat II memerlukan kombinasi dua

obat. Oleh karena itu terapi pasien tersebut dapat dinilai terjadi DTP

kategori ada indikasi tetapi tanpa obat, dimana pasien memiliki kondisi

medis yang membutuhkan tambahan obat untuk mendapatkan efek

sinergis atau efek tambahan.

Berdasarkan JNC VII kombinasi dua obat antihipertensi sebaiknya

mengikutsertakan diuretik tipe tiazid, namun apabila melihat data

laboratorium, pasien memiliki nilai trigliserid yang tinggi sehingga

rekomendasi tambahan obat diuretik tipe tiazid tidak tepat karena diuretik

dapat meningkatkan kadar trigliserid sebesar 30-50% (Kimble, et al.,

2005).

Plan

1. Terapi kombinasi yang disarankan adalah penghambat ACE dengan

antagonis kalsium.

Page 82: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

59

Tabel XXVI. Kajian DTPs Pasien 4 Hipertensi Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 - Juni 2008 Pasien 4. No RM : 151403. 31 Januari 2008- 4 Februari 2008

Subjective

Perempuan, 65 tahun; DM: obs. Retensi urin, DU: Hipertensi, DL:Hematuri, anemia, obs CA buli-buli, status keluar :

membaik, diijinkan

Objective

parameter tgl 31/01/08 nilai normal

Trigliserid 228 mg/dL ↑ s/d 150 mg/dL

Tanda Vital : TD: 200/110; Nadi: 80

Pemeriksaan urin :

Berat jenis 1.010 pH 6,0 protein +++

urobilinogen +

bilirubin +

warna merah

konsistensi keruh, penuh dengan eritrosit, lain-

lain tak tampak

Tgl Jam tekanan darah

(mmHg)

suhu

(0C)

nadi

(kali/menit)

31/0

1/08

180/90 36 80

18.00 urine merah

20.30 kesakitan pada daerah supra pubik

21.00 160/80 372 88

24.00 130/80 36 80 UT : 1000 cc, warna merah, transfuse

1/02

/08

05.00 120/70 UT : 1000 cc, kemerahan, nyeri pada kandung

kencing bila BAK, reaksi transfusi (-)

140/90 368 84 KU sedang

11.00 120/80 36 75

12.00 UT : 400 cc

13.00 transfuse

14.00 37 84

18.00 90/60 37 72 UT : 200 cc; pasien mengeluh mulut pahit

2/02

/08

05.00 130/70 pasien mengeluh pusing

11.00 110/80 372 76

12.00 383 84 pasien mengatakan boyok pegel, KU sedang

17.00 385 68 UT: 100 cc

19.00 bila BAK sakit, urin kemerahan

21.00 UT : 1250 cc

3/02

/08

07.00 90/60 36 70 sakit sedang

11.00 100/70 37 76 UT : 800 cc

14.00 37 84

17.00 90/60

4/02

/08

05.00 UT : 1500 cc, kemerahan

07.00 90/50 36 80 KU baik, urin masih ada darah, pasien minta

pulang

Penatalaksanaan

Nama obat Dosis Waktu pemberian

31/01/08 01/02/08 02/02/08 03/02/08 04/02/08

Infus RL 20 tetes/

menit • • •

asam

traneksamat

1x500 mg 16.00; 24.00 08.00; 16.00;

24.00

08.00; 16.00;

24.00

08.00; 16.00;

24.00

08.00; 16.00

Renapar ® 2x1 tablet Malam Pagi, malam Pagi, malam Pagi, malam Pagi, malam

Klonidin 2x0,15 mg Malam Pagi, malam Malam Pagi,malam Pagi, malam

kaptopril 3x 12,5 mg Malam Pagi, siang,

malam

Malam Pagi, siang,

malam

Pagi, siang

furosemid 2x10

mg/ml

24.00 (pre

transfusi)

08.00; 20.00 08.00; 20.00 08.00; 20.00 08.00; 20.00

ketoprofen 1x5 mg 12.30; 21.00

Page 83: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

60

Assesment

1. Terjadi DTP kategori obat yang tidak efektif

Tekanan darah pasien pada pemeriksaan awal adalah 200/110

mmHg termasuk dalam kategori hipertensi tingkat II. Pasien tersebut

mendapatkan kombinasi tiga obat antihipertensi yaitu golongan obat

antihipertensi yang bekerja sentral dengan zat aktif klonidin, penghambat

ACE dengan zat aktif kaptopril, dan diuretika kuat dengan zat aktif

furosemid, namun pilihan kombinasi obat tersebut dinilai tidak tepat

karena Klonidin merupakan obat antihipertensi yang menyebabkan efek

antikolinergik seperti retensi urin (Saseen & Carter, 2005). Efek dari

klonidin ini dapat memperburuk kondisi pasien karena pasien juga

didiagnosis mengalami retensi urin. Oleh karena itu pilihan obat

antihipertensi klonidin bukan pilihan obat yang efektif untuk kondisi

medis pasien tersebut.

2. Potensi terjadi DTP kategori efek obat yang merugikan

Efek obat yang merugikan terjadi karena interaksi obat, yang tidak

berhubungan dengan dosis antara diuretik dan penghambat ACE. Efek

tersebut adalah:

• Penggunaan kombinasi diuretik dan penghambat ACE dapat

menimbulkan penambahan efek hipotensi (Lacy, et al., 2003). Apabila

dilihat perkembangan tekanan darah pasien selama menjalani rawat

inap, pasien mengalami penurunan tekanan darah yang sangat besar

hingga tekanan darah yang dicapai saat pengukuran terakhir sebesar

Page 84: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

61

90/50 mmHg. Tekanan darah tersebut jauh dibawah tekanan darah

normal, hal ini berisiko terjadi hipotensi. Hal ini dinilai terjadi karena

pemakaian kombinasi diuretik dan penghambat ACE.

• Selain itu penggunaan diuretik dan penghambat ACE dapat

meningkatkan terjadinya hipovolemia dan potensi terjadinya efek yang

merugikan pada ginjal (Lacy, et al., 2003). Apabila dilihat dari hasil

pemeriksaan urin didapatkan protein (+++), dimana hasil tersebut

mengarah pada gangguan ginjal. Oleh karena itu penggunaan

kombinasi penghambat ACE dengan diuretik dapat meningkatkan

potensi terjadinya efek yang merugikan pada ginjal.

• Penggunaan suplemen yang mengandung kalium dan magnesium

bertujuan untuk mencegah terjadinya hipokalemia dan

hipomagnesemia selama penggunaan obat antihipertensi seperti pada

terapi pasien tersebut yang menggunakan furosemid, namun

penggunaan suplemen tersebut bersama dengan penghambat ACE,

pada pasien ini kaptopril dapat menyebabkan interaksi sehingga

berpotensi meningkatkan kadar kalium dalam darah. Jika terjadi

hiperkalemia maka akan timbul gejala takikardi, namun pada pasien

tidak ditemukan gejala tersebut. Oleh karena itu hal ini hanya dapat

dinilai sebagai potensi terjadinya efek obat yang merugikan.

Plan

1. Terapi yang disarankan untuk pasien tersebut adalah kombinasi antara

diuretik kuat dan antagonis reseptor angiotensin II. Pemilihan diuretik kuat

Page 85: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

62

dan diberikan secara intravena bertujuan untuk mendapatkan efek

penurunan tekanan darah dengan cepat. Hal ini didasarkan pada tekanan

darah pasien yang sangat tinggi mencapai 200/110 mmHg.

Pemakaian diuretik kuat secara intravena harus segera diganti dengan obat

antihipertensi oral pada saat tekanan darah yang terkontrol sudah dicapai

karena antihipertensi oral lebih mudah diterima oleh pasien hipertensi

untuk terapi jangka panjang. Pencapaian terapi pertama kali dalam

beberapa waktu atau hari bukan merupakan normalisasi tekanan darah

yang sempurna karena hipertensi kronis berhubungan dengan perubahan

autoregulasi di dalam peredaran darah otak, dengan demikian normalisasi

tekanan darah yang cepat dapat menimbulkan hipoperfusi otak dan luka

pada otak (Katzung, 2005).

Pemilihan antagonis reseptor angiotensin II berdasarkan pada

keadaan medis pasien yang menunjukkan adanya gangguan pada ginjal.

Antagonis reseptor angiotensin II dapat mengurangi tekanan

intraglomerular sehingga dapat memberikan keuntungan lebih lanjut

dalam mengurangi kemunduran fungsi renal (Saseen & Carter, 2005).

2. Jika menggunakan terapi kombinasi yang disarankan maka suplemen

kalium dan magnesium tidak dibutuhkan.

Page 86: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

63

Tabel XXVII. Kajian DTPs Pasien 5 Hipertensi Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 - Juni 2008 Pasien 5. No RM : 151456. 1 Februari 2008-4 Februari 2008

Subjective

laki-laki, 68 th. DM: Hipertensi,vertigo; DU:Hipertensi

status keluar : membaik, diijinkan

Objective

Tgl Jam tekanan darah (mmHg) suhu(0C)

1/02/08 21.00 200/110

24.00 140/80

2/02/08 05.00 130/70 tidak ada keluhan

07.00 160/90 72 pasien tidak panas, tidak ada keluhan

11.00 120/80

12.00 KU sedang

14.00 60

21.00 120/70

05.45 120/70

07.00 120/70 88 KU sedang

11.00 140/80

14.00 80

17.00 140/90 80

21.00 120/60 KU sedang

05.00 130/80

120/80 80 tidak ada keluhan

penatalaksanaan

Nama obat Dosis waktu pemberian

01/02/08 02/02/08 03/02/08 04/02/08

Infus RL 20 tetes/ menit • • • •

Nifedipin 3x10 mg Pagi, siang, malam Pagi, siang, malam Pagi

flunarizine 2x5mg Pagi, malam Pagi, malam Pagi

cinnarizine 3x25 mg Pagi, siang, malam Pagi, siang, malam Pagi

ramipril 1x5mg Malam Malam

fenofibrat 1x300 mg Malam Malam

Assesment

Tekanan darah pasien saat awal masuk terukur 200/110 mmHg, termasuk

dalam hipertensi tingkat II. Pasien mendapatkan terapi kombinasi dua

antihipertensi yaitu nifedipin dan ramipril. Berdasarkan petunjuk menejemen

untuk hipertensi arterial yang dikeluarkan oleh Hypertension-European Society of

Cardiology, kombinasi kedua obat tersebut merupakan kombinasi yang rasional

(Kimble, et al., 2005). Pemakaian kombinasi hipertensi tersebut memberikan hasil

karena pada akhir perawatan, tekanan darah pasien mencapai yang diharapkan

yaitu 120/80 mmHg.

Page 87: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

64

Tabel XXVIII. Kajian DTPs Pasien 6 Hipertensi Usia Lanjut di Instalasi Rawat

Inap RS Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 - Juni 2008 Pasien 6. No RM : 154849. 4 Juni 2008-7 Juni 2008

Subjective

Perempuan, 70 tahun; DM: Febris, vertigo, dyspepsia, DU: Vertigo, hipertensi

status keluar : diijinkan Objective

parameter tgl 24/06/08 nilai normal

Trigliserid 166 mg/dL ↑ s/d 150 mg/dL

MCH 26,2↓

HGB 11,3↓

HCT 35,7↓

MCHC 31,7↓

P-LCR 14,8 ↓

Pemeriksaan urin :

Berat jenis <1,005

pH 6,5

darah +

urobilinogen normal

leukosit esterase -

Tgl Jam tekanan

darah

(mmHg)

suhu

(0C)

nadi

(kali/

menit)

4/06/08 14.30 160/90

18.00 batuk

21.00 140/80 buyer berkurang

5/05/08 05.00 140/80 boyok pegel, pusing

170/100 36 80 pasien tampak sakit sedang

11.00 140/80

14.00 37 88

17.00 140/90

18.00 KU sedang, kadang dada nyeri

21.00 130/90 KU sedang

24.00 160/90 pinggang pegal, bahu pegal

6/05/08 160/100 36 76 KU sedang, tak ada keluhan

11.00 130/90

12.00 perut terasa tidak enak, panas, mules KU sedang

14.00 36 88

18.00 140/90 tampak sakit sedang

05.00 160/100 keluhan pusing sedikit

175/110 76 pasien sakit ringan, wajah cerah

penatalaksanaan

Nama obat Dosis waktu pemberian

04/06/08 05/06/08 06/06/08 07/06/08

metamizole Na 1 ampul di IGD

metoklopramid

HCl

1 ampul

(10 mg/2ml)

di IGD

ranitidin HCl 1 ampul

(25 mg/ml)

di IGD

Infus asering • • •

ramipril 1x2,5 mg Malam Pagi Pagi Pagi

flunarizine 2x5 mg Malam Pagi, malam Pagi, malam Pagi, malam

Ginkon biloba 3x1 Malam Pagi, siang, malam Pagi, siang, malam Pagi, siang

Analsik ® 3x1 Siang, malam Pagi, siang, malam Pagi

Lansoprazole 1x30 mg Siang, malam Pagi

Page 88: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

65

Assesment

Terjadi DTP dengan kategori ada indikasi tetapi tanpa obat. Tekanan darah

pasien saat pertama kali diperiksa adalah 160/90 mmHg dan termasuk dalam

kategori hipertensi tingkat II. Menurut algoritma terapi hipertensi JNC VII, pasien

dengan hipertensi tingkat II membutuhkan terapi kombinasi dua antihipertensi,

sedangkan terapi yang diterima oleh pasien tersebut hanya menggunakan terapi

tunggal yaitu golongan penghambat ACE dengan zat aktif ramipril. Terapi yang

diterima oleh pasien dinilai tidak cukup mengontrol tekanan darahnya.

Plan

Pasien membutuhkan terapi tambahan obat antihipertensi. Berdasarkan

JNC VII kombinasi obat antihipertensi yang disarankan adalah dengan

mengikutsertakan diuretik namun penggunaan diuretik akan terjadi interaksi

dengan ginko biloba yang menimbulkan efek peningkatan tekanan darah

(Williams, 2002) sehingga kombinasi antihipertensi yang disarankan adalah

penghambat ACE dan antagonis kalsium.

Page 89: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

66

Tabel XXIX. Kajian DTPs Pasien 7 Hipertensi Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 - Juni 2008 Pasien 7. No RM : 118495. 1 Juni 2008-3 Juni 2008

Subjective

perempuan, 68 tahun. DU : Hipertensi

Objective

parameter tgl 24/06/08 nilai normal

Trigliserid 185 mg/dL ↑ s/d 150 mg/dL

P-LCR 14,6 ↓

MXD %: 10,2↑

tanda vital :

TD : 240/120 mmHg

Tgl Jam tekanan darah

(mmHg)

suhu

(0C)

nadi

(kali/

menit)

01/06/08 22.20 220/100 365 84 pusing, mual, tidak muntah

23.05 BAK 2x, memberikan nifedipin 1 tablet

02/06/08 05.00 150/100 pusing sedikit, leher untuk bangun terasa pegal

07.00 160/70 36 64 agak pusing, KU sedang

11.00 140/70

14.00 37 64

19.00 135/65

03/06/08 07.00 150/90 36 76 tidak ada keluhan, KU sedang

penatalaksanaan

Nama obat Dosis waktu pemberian

01/06/08 02/06/08 03/06/08

Infus RL

Pronalges ® 1x100 mg/2ml di IGD

Nifedipin 3x10 mg Malam Pagi, siang, malam Pagi, siang, malam

Unalium ® 2x5 mg Siang, malam Pagi

Stugeron ® 3x25 mg Siang, malam Pagi, siang

Assessment

Pasien memiliki tekanan darah pada awal pemeriksaan sebesar 240/120

mmHg yang termasuk dalam hipertensi urgensi. Terapi yang didapatkan oleh

pasien tersebut adalah terapi tunggal dengan menggunakan golongan

antihipertensi antagonis kasium dengan zat aktif nifedipin. Obat dan dosis yang

digunakan sudah tepat untuk menangani hipertensi pada pasien tersebut.

Page 90: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

67

Tabel XXX. Kajian DTPs Pasien 8 Hipertensi Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 - Juni 2008 Pasein 8. No RM : 064213. 3 Mei 2008- 6 Mei 2008

Subjective

Laki-laki, 74 tahun; DU: Hipertensi; DL:osteoartritis

status keluar :membaik, diijinkan

Objective

parameter tgl 03/05/08 nilai normal

kolesterol total 231 mg/ dL↑ s/d 220 mg/dL

Uric acid 9,2 mg/dL ↑ 3,4-7,0 mg/dL

LDL 162 mg/dL ↑ < 150 mg/dL

Kalium 3,3 mmol/L ↓ 3,5-5,1 mmol/L

Tanda Vital

TD :180/96 mmHg

Suhu : 36

Nadi :60x/mnt

Tgl Jam tekanan darah

(mmHg)

Suhu

(0C)

nadi

(kali/menit)

3/05/08 17.00 180/90 363 60

18.00 lutut terasa nyeri

21.00 170/90 tampak sakit sedang, lutut kanan terasa nyeri

4/05/08 07.00 160/90 36 76 tidak pusing, lutut kanan masih terasa nyeri, lutut

kanan agak bengkak

08.00 lapor dokter hasil asam urat tinggi dan

menanyakan program

10.50 150/80

12.00 lutut kanan masih nyeri dan panas

17.00 150/90

18.00 lutut kanan masih sakit dan bengkak

5/05/08 07.00 140/80 365 80 nyeri lutut, KU tampak sakit sedang, lutut kanan

membengkak

08.00 dokter visit, diet rendah purin, RO genu dextra

12.00 150/80 36 72 lutut nyeri, KU sakit sedang, lutut masih

bengkak

13.30 366 80

17.00 150/80

18.00 nyeri lutut kanan

6/05/08 05.00 140/90 lutut kanan nyeri, KU sedang, lutut tampak kiri

170/80 37 80 tampak sakit sedang, lutut kiri tampak bengkak

penatalaksanaan

Nama obat Dosis waktu pemberian

03/05/08 04/05/08 05/05/08 06/05/08

Antrain ® di IGD

Infus RL • • • •

Klonidin 2x0,15 mg malam Pagi, malam Pagi, malam Pagi

meloxicam 1x15 mg Malam pagi, malam Pagi Pagi

Univasc ® 1x7,5 mg Malam Pagi Pagi Pagi

Allopurinol 1x300 mg Pagi Pagi

Assesment

Terjadi DTP dengan golongan obat yang tidak efektif. Penggunaan

klonidin yang termasuk dalam golongan obat antihipertensi yang bekerja sentral,

dimana golongan tersebut secara signifikan dapat menimbulkan retensi natrium

dan peningkatan volume cairan sebaiknya digunakan bersamaan dengan diuretik

Page 91: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

68

sehingga dapat memaksimalkan penurunan tekanan darah dan dapat memberikan

penurunan angka morbiditas dan mortalitas. (Kimble, et al., 2005)

Potensi terjadi efek obat yang merugikan. Efek obat yang merugikan

terjadi karena adanya interaksi antara dua obat , yang tidak berhubungan dengan

dosis. Pada pasien ditemukan dua kejadian potensi terjadi efek obat yang

merugikan:

• Interaksi antara penghambat ACE dengan zat aktif moexipril HCl dan

allopurinol.

Interaksi ini menimbulkan reaksi hipersensitifitas dengan mekanisme

yang tidak diketahui. Risiko terjadinya hipersensitifitas menjadi lebih tinggi

saat ke dua obat diberikan secara bersamaan dibandingkan apabila kedua obat

diberikan sendiri. Onset dari reaksi hipersensitifitas ini tertunda dan tidak

dapat diprediksi apabila sebelumnya belum pernah terjadi reaksi antara kedua

obat tersebut (Tatro, 2006).

Pada catatan medis pasien tidak ditemukan adanya reaksi

hipersensitifitas yang muncul karena interaksi dari allopurinol dan

penghambat ACE. Oleh karena itu kejadian ini hanya dapat dimasukkan pada

potensi terjadi efek obat yang merugikan.

• Interaksi antara penghambat ACE dan obat anti inflamasi nonsteroid.

Interaksi ini menimbulkan penurunan efek hipotensi dari penghambat

ACE dan onset dari reaksi interaksi ini bersifat tertunda (Tatro, 2006 ). Aksi

dari antihipertensi, penghambat ACE (Angiotensin Inhibitor Enzim) salah

satunya adalah menghambat pemecahan kinin yang menstimulasi produksi

Page 92: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

69

prostaglandin. Hal ini logis jika obat antiinflamasi nonsteroid dapat

mengurangi keefektifan dari penghambat ACE dengan menghambat produksi

dari vasodilator dan prostaglandin natriuresis (Brunton, et al., 2006).

Plan

1. Kombinasi obat yang digunakan sebaiknya adalah golongan antihipertensi

bekerja sentral dan diuretik atau penghambat ACE dengan diuretik.

2. Memonitor penggunaan penghambat ACE dan allopurinol. Jika

manifestasi hipersensitif terjadi maka penggunaan kedua obat harus

dihentikan serta perlu penanganan untuk gejala yang timbul akibat

hipersensitifitas (Tatro, 2006).

3. Monitoring tekanan darah saat penggunaan antiinflamasi nonsteroid

dimulai dan saat penggunaannya diakhiri (Tatro, 2006).

Page 93: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

70

Tabel XXXI. Kajian DTPs Pasien 9 Hipertensi Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 - Juni 2008 Pasien 9. No RM : 081026. 17 Mei 2008-21 Mei 2008

Subjective

Perempuan, 60 tahun. DM :Hipertensi +Diabetes mellitus tipe II; DU:Hipertensi; DL:Diabetes mellitus

status keluar : membaik, diijinkan

Objective

Tanda Vital

TD:200/120 mmHg

Nadi : 88x/menit

Tgl Jam tekanan

darah

(mmHg)

suhu

(0C)

nadi

(kali/menit)

17/05/08 240/120 36 80

14.00 37 72 UT : 600 cc

17.00 160/120

18.00 anyang-anyangen

21.00 160/100

18/05/08 05.00 180/100 UT : 1000 cc, pusing (-)

180/120 37

11.00 140/100 UT : 1000

12.00 badan terasa lemes

14.00 180/110 36 60

18.00 UT : 1000

21.00 200/120

24.00 180/110 UT : 160

19/05/08 05.00 180/120 mengeluh semalam tidak bisa tidur

07.00 180/110 36 72 perut mbeseseg

12.00 120/80 UT : 800, tidak ada keluhan

14.00 36 80

17.00 150/100

21.00 140/100

20/05/08 05.00 160/110 malam BAK 3x, badan sudah enak, KU sedang

160/100 364 80

11.00 140/100

14.00 36 64 betis terasa sakit

17.10 140/90 pasien mengeluh pusing sekali

21/05/08 05.00 130/100

07.00 150/100 36 72 sudah enak badannya, keluhan sedang

penatalaksanaan

Nama obat Dosis Waktu Pemberian

17/05/08 18/05/08 19/05/08 20/05/08 21/05/08

glimepirid 2x2,5 mg Siang,

malam

Pagi, malam Pagi, malam Pagi,malam Pagi

astaxantin 1x4mg Siang Pagi, malam Pagi, malam Pagi Pagi

Klonidin 2x0,15 mg Siang,

malam

Pagi, malam Pagi, malam Pagi, malam Pagi

Kaptopril 3x25 mg Siang,

malam

Pagi, siang,

malam

Pagi, siang,

malam

Pagi, siang,

malam

Pagi, siang

HCT 1x12,5 mg Siang Pagi Pagi Pagi Pagi

Renapar ® 3x1 Malam Pagi, siang,

malam

Pagi, siang,

malam

Pagi, siang,

malam

Pagi

amlodipin 1x5 mg Malam Pagi, malam

furosemid 3x1 ampul 16.00;

24.00

08.00; 16.00;

24.00

08.00; 16.00;

24.00

08.00; 16.00;

24.00

08.00

metamizole Na 18.00

Page 94: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

71

Assessment

Pasien memiliki tekanan darah awal 240/120 mmHg, termasuk dalam

hipertensi urgensi, selain itu pasien juga didiagnosis diabetes melitus. Terapi

hipertensi yang diterima adalah kombinasi dari 5 antihipertensi yaitu

antihipertensi bekerja sentral dengan zat aktif klonidin, penghambat ACE dengan

zat aktif kaptopril, diuretik tiazid dengan zat aktif hidroklorotiazid, antagonis

kalsium dengan zat aktif amlodipin dan diuretik kuat dengan zat aktif furosemid.

Pasien hipertensi dengan diabetes melitus perlu diterapi dengan regimen

antihipertensi yang mengikutsertakan penghambat ACE karena secara

farmakologi memberikan proteksi terhadap nefron yaitu dengan vasodilatasi arteri

eferen di ginjal (Saseen & Carter, 2005).

Berdasarkan Kimble et al pemberian kombinasi obat antihipetensi

golongan penghambat ACE, diuretik, dan antagonis kalsium dinilai rasional

Pemberian furosemid dan hidroklorotiazid yang keduanya merupakan

antihipertensi golongan diuretik juga dinilai rasional. Reabsorbsi garam dan air

akan meningkat ketika salah satu dari tubulus kontortus distal atau ansa henle

asendens segmen tebal dihambat oleh obat antihipetensi, sehingga penghambatan

pada kedua tempat tersebut oleh tiazid dan loop diuretik akan memberikan efek

tambahan. Selain itu tiazid menghasilkan efek natriuresis yang sedang pada

tubulus proksimal dan efek ini dapat meningkatkan reabsorbsi di ansa henle

asendens segmen tebal, oleh karena itu penggunaan bersama dengan loop diuretik

dapat menghambat reabsorbsi natrium (Katzung, 2005).

Page 95: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

72

Pasien hipertensi dengan diabetes melitus yang menggunakan diuretik

tiazid pada terapi hipertensinya membutuhkan suplemen yang mengandung

kalium dan magnesium karena pada pasien tersebut dimungkinkan terjadi

penurunan kadar kalium yang dapat memberikan efek gangguan toleransi glukosa

yang lebih besar (Kimble, et al., 2005).

Pemberian furosemid pada pasien hipertensi urgensi selain dimaksudkan

untuk menurunkan tekanan darah juga dimaksudkan untuk mencegah potensi

terjadinya retensi cairan dari antihipertensi nondiuretik (Kaplan, 2006).

Potensi DTP dengan kategori efek obat yang merugikan ditemukan pada

pasien. Efek obat yang merugikan terjadi karena interaksi obat yang tidak

berhubungan dengan dosis. Interaksi yang terjadi antara penghambat ACE dan

diuretik kuat. Interaksi ini menimbulkan efek hipotensi dari penghambat ACE

diperbesar oleh kemampuan diuretik kuat menyebabkan hipovolemia (Lacy, et al.,

2003).

Apabila dilihat dari pemeriksaan tekanan darah pasien selama menjalani

rawat inap tidak ditemukan keadaan pasien mengalami hipotensi, sehingga

pemberian obat antihipertensi golongan penghambat ACE dan diuretik kuat hanya

dapat digolongkan ke dalam potensi DTP kategori efek obat yang merugikan.

Page 96: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

73

Tabel XXXII. Kajian DTPs Pasien 10 Hipertensi Usia Lanjut di Instalasi Rawat

Inap RS Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 - Juni 2008 Pasien 10. No RM : 153858. 28 April 2008-2 Mei 2008

subjective

Perempuan, 69 tahun. DA : Hipertensi, HHD,LBP objective

parameter tgl 28/04/08 nilai normal

kolesterol total 320 mg/ dL↑ s/d 220 mg/dL

Trigliserid 203 mg/dL ↑ s/d 150 mg/dL

LDL 234 mg/dL ↑ < 150 mg/dL

HDL 67 mg/dL >65 mg/dL

Tgl Jam tekanan

darah

(mmHg)

suhu

(0C)

nadi

(kali/menit)

28/04/08 120/90 367 76 terapi sudah mulai, cek urin

18.00 nyeri pinggul kiri, kesemutan ke dua ujung jari

tangan

29/04/08 05.00 pasien mengatakan pinggang nyeri, telapak kaki

tebal, tangan kesemutan

07.00 190/100 36 76 KU sedang,

11.00 180/70

12.15 nyeri pinggul, sacrum kiri, ujung jari kesemutan,

kedua kaki tebal, lapor dokter ada riwayat kanker

rahim

14.00 366 80

15.00 nyeri pinggul, KU tampak sakit sedang

30/04/08 05.00 140/100 nyeri pinggang belakang berkurang

07.00 220/100 36 88

11.00 190/100 UT : 500

14.00 36 92 KU sedang

17.00 160/90

18.00 UT : 600

1/05/08 05.00 180/80 UT : 450

07.00 130/80 36 80 KU sakit sedang, pinggang kadang terasa nyeri

10.00 170/70

11.00 UT : 100, nyeri pinggang berkurang

13.30 36 80

17.00 130/90

2/05/08 05.00 120/80 UT : 1000, nyeri pinggang masih terasa

07.00 140/80 36 84

11.00 150/70

penatalaksanaan

Nama obat Dosis waktu pemberian

28/04/08 29/04/08 30/04/08 01/05/08 02/05/08

Infus RL • •

Diet rendah

garam

kaptopril 3x12,5 mg Malam Pagi, siang,

malam

Pagi, malam Pagi, siang,

malam

Pagi, siang

lovastatin 1x5 mg Malam Malam Malam Malam Malam

eperison

hidroklorid

2x50 mg Malam Pagi, malam Pagi, malam Pagi, malam Pagi

amlodipin 1x5mg Malam Pagi Pagi Pagi Pagi

meloxicam 1x15 mg Malam Pagi Pagi Pagi Pagi

Bio ATP ® 3x1 Malam Pagi, siang,

malam

Pagi, siang,

malam

Pagi, siang,

malam

Pagi, siang

Page 97: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

74

Assesment

Pasien memiliki tekanan darah normal saat pertama kali pemeriksaan dan

pada saat pemeriksaan selanjutnya terjadi peningkatan tekanan darah. Terapi yang

didapatkan oleh pasien tersebut adalah kombinasi dari golongan penghambat ACE

dengan zat aktif kaptopril dan golongan antagonis kalsium dengan zat aktif

amlodipin. Berdasarkan petunjuk menejemen untuk hipertensi arterial yang

dikeluarkan oleh Hypertension-European Society of Cardiology, kombinasi kedua

obat tersebut rasional (Kimble, et al., 2005).

Potensi DTP dengan kategori efek obat yang merugikan. Efek ini terjadi

karena interaksi antara obat antihipertensi golongan penghambat ACE dengan

obat antiinflamasi non steroid. Interaksi ini menyebabkan penurunan efek

hipotensi dari antihipertensi penghambat ACE (Tatro, 2006).

Plan

Monitoring tekanan darah saat penggunaan antiinflamasi nonsteroid

dimulai dan saat penggunaannya diakhiri (Tatro, 2006).

Page 98: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

75

Tabel XXXIII. Kajian DTPs Pasien 11 Hipertensi Usia Lanjut di Instalasi Rawat

Inap RS Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 - Juni 2008 Pasien 11. No RM : 153450. 13 April 2008-15 April 2008

Subjective

perempuan, 69 tahun. DU : Hipertensi . Tiba-tiba merasa pet-petan, konsentrasi buyar, sudah minum klonidin 0,15 mg,

tidak pernah minum obat hipertensi secara rutin

status keluar : sembuh, diijinkan

Objective

parameter tgl 28/04/08 nilai normal

Trigliserid 169 mg/dL ↑ s/d 150 mg/dL

Tanda Vital

TD : 210/110 mmHg

Nadi : 89x/menit

Tgl Jam Tekanan darah

(mmHg)

suhu

(0C)

nadi

(kali/menit)

13/04/08 180/100 362 88

14.00 362 72

17.00 160/80 pusing, sakit sedang

23.00 170/100

14/04/08 05.00 160/100

190/90 36 76

11.00 180/80 36 69

14.00 36 72

21.00 170/80

15/04/08 05.00 160/90

180/100 35 60

penatalaksanaan

Nama obat Dosis waktu pemberian

13/04/08 14/04/08 15/04/08

Infus RL

Analsik ® 3x1 Malam Pagi

Norvask ® 1x5 mg Siang, malam Pagi Siang

Kaptopril 2x25 mg Siang

Assessment

Pasien termasuk dalam hipertensi tingkat II apabila dilihat dari

pemeriksaan awal tekanan darahnya. Terapi hipertensi yang didapatkan adalah

kombinasi dua obat antipertensi yaitu kombinasi antara antihipertensi golongan

antagonis kalsium dengan zat aktif amlodipin dan golongan penghambat ACE

dengan zat aktif kaptopril. Berdasarkan petunjuk menejemen untuk hipertensi

arterial yang dikeluarkan oleh Hypertension-European Society of Cardiology,

kombinasi kedua obat tersebut dapat digunakan (Kimble, et al., 2005).

Terjadi DTP dengan kategori dosis terlalu rendah. Dosis yang terlalu

rendah ini ditinjau dari pemakaian amlodipin yang memiliki interval yang tidak

teratur. Pada hari kedua saat pasien dirawat inap, amlodipin diberikan dengan

Page 99: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

76

dosis 5 mg pada pukul 08.00 dan saat hari ketiga amlodipin diberikan dengan

dosis yang sama namun pada pukul 14.00.

Selain itu didapatkan pula dosis yang terlalu rendah pada pemakaian

kaptopril. Hal ini didasarkan pada dosis yang diberikan kepada pasien sebesar 25

mg satu kali sehari, sedangkan dosis lazim kaptopril yang sebaiknya diberikan

adalah 25 mg dua kali sehari (Anonim, 2005). Di samping itu durasi pemakaian

kaptopril terlalu pendek karena pada hari pertama pasien didagnosis hipertensi

dan pada hari ke tiga pasien menjalani rawat inap, obat tersebut tidak diberikan.

Plan

1. Pemberian amlodipin dengan interval waktu yang sama tiap hari.

2. Pemberian kaptopril sebaiknya diberikan bersamaan dengan amlodipin

dimulai dari pertama kali pasien masuk rawat inap sebagai terapi kombinasi.

Page 100: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

77

Tabel XXXIV. Kajian DTPs Pasien 12 Hipertensi Usia Lanjut di Instalasi Rawat

Inap RS Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 - Juni 2008 Pasien 12. No RM: 151721. 1 Maret 2008- 4 Maret 2008

Subjective

Perempuan, 60 tahun. DM : Obs. Hipertensi, osteoartritis

status keluar : membaik, diijinkan

Objective

Tgl Jam Tekanan

darah

(mmHg)

suhu

(0C)

nadi

(kali/menit)

1/03/08 180/100

18.30 kedua kaki nyeri, badan gemrebeg, leher nyeri

2/03/08 140/90 36 68 KU tampak sakit sedang

11.00 140/100

12.00 nyeri lutut, KU sedang

14.00 36 80

17.00 130/70 tidak ada keluhan

21.00 160/100

3/03/08 05.00 190/100 KU sedang, perut panas, lutut nyeri

130/100 36 84 lutut nyeri, KU membaik

12.00 120/80 perut panas, kedua lutut nyeri

14.00 36 80

17.00 130/100

4/03/08 150/100 perut panas, kedua lutut nyeri

170/100

12.00 160/100 merasa sudah enak

pentalaksanaan

Nama obat Dosis waktu pemberian

01/03/08 02/03/08 03/03/08 04/03/08

Infus D5%

natrium

diklofenak

meloxicam 1x15 mg Malam Pagi Pagi Pagi

Osteoflam ® 3x1 Malam Pagi, siang, mlam Pagi, malam Pagi, siang

Klonidin 2x 0,75 mg Malam Pagi, mlaam Pagi, malam Pagi

fenofibrat 1x 200 mg Malam Malam

ketoprofen 2x1 ampul 08.00 08.00 08.00;20.00 08.00

ranitidin 1x1 ampul 12.00 12.00

Assessment

Pasien memiliki tekanan darah awal sebesar 180/100 mmHg, termasuk

dalam kategori hipertensi tingkat II. Terapi yang diterima pasien untuk menangani

hipertensinya adalah dengan menggunakan golongan antihipertensi bekerja sentral

dengan zat aktif klonidin. Menurut algoritma terapi hipertensi JNC VII,

penanganan hipertensi tingkat II membutuhkan terapi kombinasi dua obat

antihipertensi yang sebaiknya mengikutsertakan diuretik tiazid.

Page 101: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

78

Terjadi DTP dengan kategori ada indikasi tanpa obat. Pasien sebaiknya

diberikan tambahan terapi untuk menangani hipertensinya yang termasuk dalam

golongan hipertensi tingkat II. Apabila pasien tersebut menggunakan obat

antihipertensi bekerja sentral sebaiknya diberikan juga diuretik untuk

memaksimalkan penurunan tekanan darah (Kimble, et al., 2005).

Penggunaan diuretik bersamaan dengan obat antiinflamasi nonsteroid akan

menyebabkan interaksi yang menghasilkan penurunan efek antihipertensi dari

diuretik (Lacy, et al., 2003).

Plan

Memberikan tambahan terapi hipertensi dengan obat golongan diuretik,

dimana pemberiannya tidak bersamaan dengan obat antiinflamasi nonsteroid.

Page 102: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

79

Tabel XXXV. Kajian DTPs Pasien 13 Hipertensi Usia Lanjut di Instalasi Rawat

Inap RS Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 - Juni 2008 Pasien 13. No RM : 089190. 14 Februari 2008-18 Februari 2008

Subjective

Laki-laki, 75 tahun. DM : Hipertensi, obs.tremor; DU : Hipertensi; status keluar : membaik, diijinkan

Objective

Tgl Jam tekanan

darah

(mmHg)

suhu

(0C)

nadi

(kali/

menit)

14/0

2/08

07.15 200/100

07.30 170/100

08.00 160/100 pusing, tangan kanan tremor

12.00 140/40 BAK tidak lancar, pernafasan tidak teratur, RR : 28 x/ menit,

singultus (+)

14.00 140/80 37

18.00 RR : 24x/ menit, pasien tidak sakit sedang, tidak sesak nafas

21.00 130/80 RR : 24x/ menit, pasien masih muntah, masih singultus

15/0

2/08

05.00 130/80 84 RR : 24x/ menit, singultus (-), sesak, BAK sedikit-sedikit tapi

sering

07.00 120/80 36 80

11.00 120/80

12.00 sudah tidak singultus, tidak sesak nafas

14.00 36 80

17.00 130/80 36 78

18.00 tadi masih singultus, KU sedang

24.00 130/80 sebentar-sebentar BAK

16/0

2/08

05.00 120/70 80 singultus,

sudah tidak singultus, badan masih lemas, melepas O2

140/90 36 84 kadang-kadang masih tremor, KU tampak sakit sedang

08.00 dokter visit, program K NaCl 3 %, jika NS 3% habis plabot 3, cek

dulu K, Na, Cl

10.30 120/80

12.00 tidak ada keluhan

14.00 36 80

18.00 120/80

21.00 130/80

17/0

2/08

05.00 140/80 KU tampak sakit sedang, pasien merasa enak

06.30 170/100 35 80 tampak sakit sedang

10.00 dokter visit , cek Na, K, Cl. Telpon dokter bila Na≥ 130, beri NS

9 %

11.00 120/70

12.00 merasa lebih enak, KU sedang, tidak tremor

13.00 lapor dokter hasil elektrolit, infus tidak dipasang

14.00 37 84

17.00 150/100

18.00 KU sedang, pasien pusing

18/0

2/09

05.00 tremor banyak, sudah enak, tidak lemas

penatalaksanaan

Nama obat Dosis waktu pemberian

14/02/08 15/02/08 16/02/08 17/02/08 18/02/08

NS 3 % • • •

ramipril 1x5 mg Siang Pagi Pagi Pagi Pagi

amiodaron 2x100 mg Siang,

malam

Pagi, malam Pagi, malam Pagi,

malam

Pagi

silostazol 1x 50 mg Siang Pagi Pagi Pagi Pagi

CPZ 2x25 mg Pagi Pagi

triheksifeni

dil HCl

3x2 mg Malam Pagi, siang,

malam

Pagi, siang,

malam

Pagi, siang

ranitidin 2x25mg/ml 22.00 08.00; 20.00 08.00; 20.00 08.00;20.00 08.00

Page 103: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

80

Assessment

Pasien tersebut memiliki tekanan darah 200/100 mmHg dan termasuk

dalam hipertensi tingkat II. Terapi hipertensi yang didapat oleh pasien tersebut

adalah antihipertensi golongan penghambat ACE dengan zat aktif ramipril. Terapi

yang diberikan sudah sesuai dan tidak terjadi interaksi obat satu dengan yang

lainnya.

Tabel XXXVI. Kajian DTPs Pasien 14 Hipertensi Usia Lanjut di Instalasi Rawat

Inap RS Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 - Juni 2008 Pasien 14. No RM : 077189. 2 Januari 2008-5 Januari 2008

Subjective

laki-laki, 65 tahun; DM :Cepalgia, nausea; DU :Hipertensi; DL :BPH(hyperplasia prostat)

status keluar: sembuh

Objective

Tgl Jam Tekanan darah

(mmHg)

suhu

(0C)

nadi

(kali/menit)

2/01

/08

150/95 KU tampak sakit sedang

21.00 150/90 masih sedikit buyer dan mual

3/01

/08

05.00 170/100 pusing, kedua mata nyeri

07.00 170/95 36 80 KU baik, masih pusing

11.00 100/100

12.00 mual, pusing

13.00 366 64

17.00 160/100

18.00 pasien pusing, KU sedang

21.00 160/100

4/01

/08

05.00 160/100 pasien mengatakan sedang tidak pusing

07.00 160/100 365 80

11.00 120/90 USG abdomen

13.30 lapor hasil USG, terapi terus

20.40 diagnosis prostat besar diobati, terapi

ditambah

penatalaksanaan

Nama obat Dosis Waktu pemberian

02/01/08 03/01/08 04/01/08 05/01/08

Primperan ® di IGD

metamizole Na di IGD

Analsik ® 3x1 siang, malam pagi, siang, malam pagi, siang

Kaptopril 2x 12,5 mg malam pagi

kandesartan

sileksetil

1x16 mg siang pagi pagi

Kaptopril 2x 25 mg siang pagi

Hidroklorotiazid 1x12,5 mg siang pagi

alfuzosin

hidroklorid

1x10 mg pagi

dutaserid 1x25 mg pagi

Cendatron ® 2x 1 ampul 08.00; 20.00 08.00; 20.00 08.00

Page 104: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

81

Assessment

Tekanan darah pasien pada pemeriksaan pertama adalah 150/95 mmHg

dan termasuk dalam hipertensi tingkat I. Pasien tersebut mendapatkan kombinasi

tiga obat antihipertensi yaitu golongan penghambat ACE, antagonis reseptor

angiotensin II dan diuretik.

Pasien tersebut mulai mendapatkan terapi pada hari ke dua di instalasi

rawat inap dengan terapi tunggal untuk hipertensi menggunakan golongan

antagonis reseptor angiotensin II. Pada hari selanjutnya menggunakan terapi

kombinasi tiga antihipertensi, hal ini dikarenakan pada pasien terjadi peningkatan

tekanan darah.

Terjadi DTP dengan kategori ada obat tanpa indikasi. Kombinasi antara

antagonis reseptor angiotensin II dan penghambat ACE hanya memberikan sedikit

efek tambahan dan tidak direkomendasikan untuk hipertensi esensial. Kombinasi

tersebut lebih efektif jika digunakan pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal

kronis (Doulton & He., 2005). Berdasarkan petunjuk menejemen untuk hipertensi

arterial yang dikeluarkan oleh Hypertension-European Society of Cardiology,

kombinasi antara antagonis reseptor angiotensin II dan penghambat ACE

merupakan kombinasi yang tidak rasional (Kimble, et al., 2005).

Plan

Menggunakan kombinasi antagonis reseptor angiotensin II dan diuretik

atau penghambat ACE dan diuretik.

Page 105: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

82

Tabel XXXVII. Kajian DTPs Pasien 15 Hipertensi Usia Lanjut di Instalasi Rawat

Inap RS Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 - Juni 2008 Pasien 15. No RM: 150802. 13 Januari 2008-17Januari 2008

Subjective

Perempuan, 63 tahun. DM: Hipertensi, obs. Hematuria; DU :Hipertensi

status keluar : membaik

Objective

pemeriksaan urine

Protein +

Glukosa -

Sel epitel +

lekosit >500

glitter cell -

eritrosit >500

silinder -

kristal -

bakteri ++

Tanda Vital

TD : 240/120 mmHg

Nadi : 104

Temperatur : 370C

Tgl Jam Tekanan darah

(mmHg)

Suhu

(0C)

Nadi

(kali/menit)

13/0

1/08

200/128 37 59 infus D 5% + diltiazem 50 mg 14 tetes/ menit

1 jam cek tensi jika < 180/100 di klem

14.00 36

18.00 150/90 infus di klem, UT : 900, badan sakit semua, KU

sedang, farmabes di klem

21.00 200/120 84 KU sedang, Infus+ diltiazem dijalankan lagi

14/0

1/08

05.00 160/110 UT :725, urin kemerahan, tengkuk cengeng

150/90 37 terapi terus

12.00 tidak ada keluhan

14.00 36 KU sedang

18.00 80 Badan pegel

15/0

1/08

05.00 140/90 UT : 800, seperti teh, tidak ada keluhan

120/60 36 KU sedang

12.00 140/90 UT : kemerahan, terapi teruskan

13.30 36 riwayat BK warna merah sejak 2 hari sebelum

opname, cek urin

17.00 130/90 UT : 300

18.00 88 perut kembung, flatus (+), pusing (-)

21.00 urin kuning, sedimen banyak

16/0

1/08

05.00 140/100 UT : 600, KU sakit sedang

07.00 150/90 36 68 tak ada keluhan, urin jernih, kuning

11.00 120/90 UT : 400

12.00 kembung, tenang, badan pegel-pegel

13.30 36 60

17.00 130/80 64 UT : 300

18.00 KU sedang, boyok pegel,

17/0

1/08

UT : 750, kuning jernih, tak ada keluhan

penatalaksanaan

Nama obat Dosis Waktu pemberian

13/01/08 14/01/08 15/01/08 16/01/08 17/01/08

Infus D5% +

Farmabes 50 mg

14 tetes/menit • • • •

Renapar ® 2x1 siang pagi,

malam

pagi, malam pagi, malam

Klonidin 2x0,15 mg malam

(21.00)

pagi,

malam

pagi, malam pagi, malam pagi

amlodipin 1x5 mg siang pagi pagi pagi

furosemid 2x40 mg malam pagi

furosemid 2x1 ampul 11.30;

20.00

08.00;

20.00

08.00; 20.00 08.00; 20.00

asam traneksamat 250 mg 3x1 16.00; 24.00 08.00; 16.00; 24.00

Page 106: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

83

Assessment

Tekanan darah pasien pada saat pertama kali masuk adalah sebesar

240/120 mmHg, termasuk dalam hipertensi urgensi. Terapi hipertensi yang

didapatkan adalah kombinasi antara antihipertensi bekerja sentral, diuretik dan

antagonis kalsium.

1. Terjadi DTP dengan kategori obat tidak efektif. Pemakaian furosemid

intravena sebaiknya diganti dengan furosemid oral saat tekanan darah yang

terkontrol sudah tercapai (140/90 mmHg). Penjelasan tentang alasan mengapa

harus diganti sama dengan pada kasus 17.

2. Terjadi DTP dengan kategori ada obat tanpa indikasi. Pemakaian kombinasi

antara diltiazem yang diberikan melalui infus dan amlodipin dinilai berlebihan

karena kedua obat tersebut berasal dari golongan yang sama yaitu antagonis

kalsium.

Plan

1. Furosemid intravena diganti dengan furosemid oral pada hari ketiga pasien

menjalani rawat inap

2. Menggunakan salah satu dari golongan antagonis kalsium, sebaiknya

menggunakan diltiazem yang diberikan melalui infus.

Page 107: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

84

Tabel XXXVIII. Kajian DTPs Pasien 16 Hipertensi Usia Lanjut di Instalasi Rawat

Inap RS Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 - Juni 2008 Pasien 16. No RM : 145737. 28 Juli 2007- 31 Juli 2007

Subjective

Perempuan, 77 tahun. DA:Hipertensi, LBP, spandilosis; DU:Hipertensi

status keluar: membaik

Objective

Tgl Jam Tekanan

darah

(mmHg)

Suhu

(0C)

Nadi

(kali/menit)

28/07/07 09.00 220/100 36 59

11.00 220/110

12.00 KU sedang,pinggang sakit

14.00 37 84

18.00 200/90 UT : 400, pinggang pegal

19.40 pinggang pegal

21.00 180/100

29/07/07 00.05 190/100 UT : 800

160/100 36 80 sakit sedang

11.00 110/80

12.00 UT : 500, sakit sedang, pinggang pegal berkurang

17.00 130/80

21.00 110/70 pasien BAB konsistensi lunak(1 batang), pinggang

nyeri

00.05 110/70 UT : 450

30/07/07 140/80 36 88

11.00 110/80

12.00 UT : 300, pinggang pegal

14.00 36 68

17.00 UT : 100, KU sedang, pinggang pegal, tidak pusing

21.00 100/60 KU tampak sakit sedang

00.00 60

31/07/07 140/80 37 64

12.00 120/80 urin keruh UT : 200

penatalaksanaan

Nama obat Dosis Waktu pemberian

28/07/07 29/07/07 30/07/07 31/07/07

infus RL 12 tetes/menit

tizanidin 2x2 mg siang, malam pagi, malam pagi, malam pagi

Kaptopril 2x25 mg siang, malam pagi, mlam pagi, malam pagi, siang

eperison

hidroklorid

2x50 mg malam pagi, malam pagi, malam pagi

Nifedipin 3x10 mg malam pagi, siang, malam pagi, siang, malam pagi, siang

Klonidin 2x0,15 mg malam pagi, malam pagi, malam pagi

KSR ® 2x600 mg malam pagi, malam pagi, malam pagi

furosemid 1x40 mg pagi

ketoprofen 2x1 ampul 08.00; 20.00 08.00; 20.00 08.00; 20.00 08.00

furosemid 2x10 mg/ml 20.00 08.00; 20.00 08.00;20.00

Page 108: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

85

Assesment

Pasien memiliki tekanan darah 220/100 mmHg pada awal pemeriksaan

dan termasuk dalam hipertensi tingkat II. Terapi hipertensi yang digunakan adalah

kombinasi dari 4 obat antihipertensi yaitu obat antihipertensi golongan antagonis

kalsium dengan zat aktif nifedipin, golongan penghambat ACE dengan zat aktif

kaptopril, golongan diuretika dengan zat aktif furosemid, dan golongan

antihipertensi bekerja sentral dengan zat aktif klonidin. Kombinasi antihipertensi

tersebut dan dosis yang diberikan dinilai sudah tepat untuk menangani hipertensi

yang diderita pasien tersebut.

Terjadi DTP dengan kategori obat yang tidak efektif. Pemakaian diuretik

kuat secara intravena harus segera diganti dengan obat antihipertensi oral pada

saat tekanan darah yang terkontrol (140/90 mmHg) sudah dicapai karena

antihipertensi oral lebih mudah diterima oleh pasien hipertensi untuk terapi jangka

panjang. Pencapaian terapi pertama kali dalam beberapa waktu atau hari bukan

merupakan normalisasi tekanan darah yang sempurna karena hipertensi kronis

berhubungan dengan perubahan autoregulasi di dalam peredaran darah otak,

dengan demikian normalisasi tekanan darah yang cepat dapat menimbulkan

hipoperfusi otak dan luka pada otak (Katzung, 2005).

Plan

Mengganti furosemid yang diberikan secara intravena dengan furosemid

oral setelah tekanan darah yang terkontrol tercapai yaitu pada hari kedua pasien

menjalani rawat inap.

Page 109: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

86

Tabel XXXIX. Kajian DTPs Pasien 17 Hipertensi Usia Lanjut di Instalasi Rawat

Inap RS Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 - Juni 2008 Pasien 17. No RM : 145905. 3Agustus 2007 -10 Agustus 2007

subjective

Laki-laki, 80 tahun. DA:Hipertensi, vertigo; DU : Hipertensi; Mual, muntah 6x,Berkunang-kunang

status keluar: diijinkan

objective

pemeriksaan tanda vital :

Suhu: 370C

Nadi : 74 x/mnt

Tekanan darah : 190/100

Tgl Jam Tekanan darah

(mmHg)

Suhu

(0C)

Nadi

(kali/menit)

4/08/07 00.45 190/100 37 72 muntah 2x, KU sakit sedang, mual, nggliyer

05.10 mual , nggliyer berkurang

07.00 170/90 KU sakit sedang, mengeluh pusing, bedrest total

11.00 200/100 UT : 800

18.00 pasien pusing berputar, mual bila bangun

5/08/07 05.00 140/100

160/90 36 52 KU sakit sedang,

12.00 masih pusing, bed rest

6/08/07 160/100 36 48 pusing

12.00 CT scan kepala

7/08/07 14.40 140/80 36 80 pusing, mual , tidak muntah

21.00 100/60 52 pusing, mendapatkan hasil CT scan, melakukan EKG

8/08/07 140/80 36 60 masih berkunang-kunang

9/08/07 130/80 36 80 KU sedang, berkunang-kunang

21.00 150/90 pusing sedikit, belum bisa BAB

penatalaksanaan

Nama obat Dosis waktu pemberian

4/08/07 5/08/07 6/08/07 7/08/07 8/08/07 9/08/07

amlodipin 1x5 mg pagi pagi pagi pagi pagi pagi

Flunarizine 5 mg k/p pagi,

malam

pagi,

malam

pagi,

malam

pagi pagi, malam pagi, malam

Renapar ® 2x1 pagi,

malam

pagi,

malam

pagi,

malam

pagi, malam pagi, malam pagi, malam

Klonidin 2x0,15

mg

pagi,

malam

pagi,

malam

pagi,

malam

Efedrin 3x25 mg pagi,siang,malam pagi,siang,malam pagi,siang,malam

Furosemid 1amp/12

jam

08.00;

20.00

08.00;

20.00

08.00;

20.00

08.00; 20.00 08.00; 20.00 08.00; 20.00

ondasetron

HCl

8mg/4ml 08.00;

20.00

08.00;

20.00

08.00;

20.00

08.00; 20.00

metampiron 10.00 10.00

piracetam 4x 3 gr 08.00;

14.00; 20.00

02.00; 08.00;

14.00; 20.00

02.00; 08.00;

14.00; 20.00

Atropine

sulfas

3x1 amp 08.00; 16.00;

24.00

08.00

Page 110: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

87

Assessment

Tekanan darah pasien tersebut pada pemeriksaan pertama adalah190/100

mmHg dan termasuk dalam hipertensi tingkat II. Terapi yang diterima pasien

adalah kombinasi antara obat antihipertensi golongan antagonis kalsium dengan

zat aktif amlodipin, golongan antihipertensi bekerja sentral dengan zat aktif

klonidin dan golongan diuretik kuat dengan zat aktif furosemid.

Terjadi DTP dengan kategori obat yang tidak efektif. Pemakaian diuretik

kuat secara intravena harus segera diganti dengan obat antihipertensi oral pada

saat tekanan darah yang terkontrol (140/80 mmHg) sudah dicapai karena

antihipertensi oral lebih mudah diterima oleh pasien hipertensi untuk terapi jangka

panjang. Penjelasan sama dengan pasien pada kasus 16. Oleh karena itu

pemakaian furosemid intravena pada pasien tersebut selama menjalani rawat inap

tidak sesuai, seharusnya dapat diganti dengan antihipertensi oral saat tekanan

darahnya sudah terkontrol.

Plan

Mengganti pemakaian furosemid yang diberikan secara intravena dengan

furosemid oral pada hari keempat pasien menjalani rawat inap saat tekanan darah

pasien sudah terkontrol.

Page 111: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

88

Tabel XL. Kajian DTPs Pasien 18 Hipertensi Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 - Juni 2008 Pasien 18. No RM : 142437. 19 September 2007- 20 September 2007

subjective

perempuan, 72 th. DM: Hipertensi, DU: hipertensi

status keluar : membaik, diijinkan

objective

pemeriksaan tanda vital

Suhu : 360 C

Nadi : 88x/menit

TD : 180/100

Tgl Jam Tekanan darah

(mmHg)

Suhu

(0C)

Nadi

(kali/menit)

19/9/07 13.30 180/100 363 88 RR: 16 x/ menit

17.00 160/90

18.00 pasien mengatakan pusing, KU sedang

20/9/07 05.30 150/80 pasien mengatakan pusing hilang

07.00 140/80 tidak ada keluhan

penatalaksanaan

Nama obat Dosis waktu pemberian

19/09/07 20/09/07

Kaptopril 2x12,5 mg siang, malam pagi

Klonidin 0,15 mg 2x1/2 tablet siang, malam pagi

Ranitidin 2x150 mg siang, malam pagi

nifedipin 1x30 mg malam pagi

asam mefenamat siang, malam pagi

Assessment

Tekanan darah pasien saat pemeriksaan pertama kali adalah 180/100 dan

termasuk dalam hipertensi tingkat II. Terapi hipertensi yang diterima pasien

adalah kombinasi tiga obat antihipertensi yaitu golongan penghambat ACE

dengan zat aktif kaptopril, golongan antagonis kalsium dengan zat aktif nifedipin,

dan golongan antihipertensi yang bekerja sentral dengan zat aktif klonidin.

Pemberian kombinasi tiga antihipertensi ini memberikan hasil yang baik dengan

tercapainya tekanan darah yang terkontrol.

Page 112: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

89

Tabel XLI. Kajian DTPs Pasien 19 Hipertensi Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 - Juni 2008 Pasien 19. RM : 147336. 26 September 2007-28 September 2007

subjective

perempuan, 66 tahun. DM: Hipertensi berat; DU: Hipertensi

status keluar : membaik, diijinkan

objective

pemeriksaan vital

Suhu : 370 C

Nadi : 88x/menit

TD : 140/80

Tgl Jam Tekanan darah

(mmHg)

Suhu

(0C)

Nadi

(kali/menit)

26/09/07 11.00 140/80 36 92 berkunang-kunang saat duduk

18.00 140/90 tidak pusing, tidak mual

27/09/07 05.00 170/100 BAK 1 X, KU sedang, tidak ada keluhan,

sudah merasa enak

07.00 160/100 36 80

11.00 150/90

13.00 36 84

17.00 150/90 tidak ada keluhan

05.00 pinggang nyeri

28/09/07 130/80 37 80 merasa sudah enak, KU sakit sedang

penatalaksanaan

Nama obat Dosis waktu pemberian

26/09/07 27/09/07 28/09/07

metamizole Na IGD

metoklopramid HCl IGD

Klonidin 2x0,15 mg siang, malam pagi, malam pagi

Hidroklorotiazid 1x12,5mg siang pagi pagi

karvedilol 1x1 tablet siang pagi pagi

flunarizina 2x5 mg siang, malam pagi, malam pagi

simvastatin 1x10 g malam malam

Kaptopril 2x25 mg siang, malam pagi

Assessment

Tekanan darah pasien pada pemeriksaan awal adalah 140/80 mmHg,

termasuk dalam hipertensi tingkat I. Terapi yang didapatkan oleh pasien pada hari

pertama adalah kombinasi dari tiga antihipertensi saat siang hari yaitu golongan

antihipertensi yang bekerja sentral, golongan diuretik dan golongan beta bloker.

Diuretik memiliki efek tambahan apabila dikombinasikan dengan beta bloker dan

kombinasi dari ketiga obat tersebut efektif bagi pasien yang membutuhkan tiga

obat antihipertensi (Jackson, 2006).

Page 113: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

90

1. Potensi terjadi DTP dengan kategori efek obat yang merugikan. Pemberian

bersamaan antara beta bloker dan antihipertensi yang bekerja sentral memiliki

potensi untuk terjadinya ancaman bagi hidup (life-threatening) pada tekanan

darah pasien (Tatro, 2006).

2. Terjadi DTP dengan kategori ada obat tanpa indikasi. Kombinasi antara

penghambat ACE dan beta bloker bukan merupakan kombinasi yang efektif

karena tidak memberikan efek tambahan pada penurunan tekanan darah.

Kombinasi ini lebih tepat digunakan pada pasien hipertensi dengan penyulit

(Kimble, et al., 2005).

Plan

1. Memonitor pemakaian kombinasi beta bloker dengan antihipertensi bekerja

sentral secara cermat setelah pemberian bersamaan kedua golongan

antihipertensi tersebut.

2. Menggunakan salah satu dari penghambat ACE atau beta bloker untuk

dimasukan dalam kombinasi terapi hipetensi.

Page 114: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

91

Tabel XLII. Kajian DTPs Pasien 20 Hipertensi Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 - Juni 2008 Pasien 20. No RM : 150082. 24 Desember 2007-25 Desember 2007

subjective

Laki-laki, 65 tahun. DM:Vomitus+Hipertensi

status keluar : membaik, diijinkan

objective

pemeriksaan tanda vital

Suhu : 360C

Nadi : 112x/menit

TD :140/90

Tgl Jam Tekanan darah

(mmHg)

Suhu

(0C)

Nadi

(kali/menit)

24/12/07 140/90 88 datang mengeluh mual

06.15 160/100 80 pusing berputar, mual

07.00 170/100 36 84 pusing, mual, tampak sakit sedang

140/90 BAK (+), mengeluh sesak

14.20 365 100

17.00 160/80

25/12/07 05.00 160/70 pusing saat duduk (-), mual (-)

penatalaksanaan

Nama obat Dosis waktu pemberian

24/12/07 25/12/07

O2 2 liter/menit

metoklopramid HCl 1 ampul IGD

ranitidin 1 ampul IGD

metamizole Na 1 ampul IGD

Kaptopril 2x 12,5 mg pagi,malam pagi

betahistin mesilat 6 mg 3x1 pagi,siang,malam pagi,malam

metampiron 500 mg

diazepam 2 mg

2x1 pagi, malam pagi

asetosal 2x 100 mg malam pagi

Assessment

Pasien memiliki tekanan darah 140/90 mmHg saat pertama kali masuk,

termasuk dalam hipertensi tingkat I dan mendapatkan terapi hipertensi dengan

antihipertensi penghambat ACE. Menurut JNC VII penanganan hipertensi

tingkat I hanya membutuhkan antihipertensi tunggal sehingga pilihan terapi untuk

pasien tersebut dinilai sudah tepat, tetapi pada perkembangannya tekanan darah

pasien mengalami peningkatan menjadi hipertensi tingkat II.

Page 115: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

92

Terjadi DTP dengan kategori ada indikasi tanpa obat. Pasien tersebut

sebaiknya mendapatkan terapi tambahan untuk menangani tekanan darahnya yang

mengalami peningkatan sehingga dicapai tekanan darah yang terkontrol.

Plan

Memberikan tambahan antihipertensi sehingga pasien mendapatkan terapi

kombinasi antihipertensi golongan penghambat ACE dan diuretik.

Tabel XLIII. Kajian DTPs Pasien 21 Hipertensi Usia Lanjut di Instalasi Rawat

Inap RS Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 - Juni 2008 Pasien 21. No RM : 080255. 12 Oktober 2007-13 Oktober 2007

subjective

laki-laki, 63 tahun. Keluhan utama: Pusing, mual, muntah; DM: Hipertensi dan vertigo; DL: ISK (Infeksi Saluran Kemih)

objective

pemeriksaan tanda vital

Suhu :360C

Nadi : 84 x/menit

TD : 140/100

Tgl Jam Tekanan darah

(mmHg)

Suhu

(0C)

Nadi

(kali/menit)

12/10/07 09.00 140/100 36 84 pasien mengeluh masih berkunang-kunang

11.00 140/90 362 84

12.00 masih berkunang-kunang, sudah tidak mual

36 96

17.00 120/60

18.00 bila untuk duduk masih pusing

21.00 150/90 KU sedang

13/10/07 150/100 36 72 KU tampak sakit sedang

penatalaksanaan

Nama obat Dosis waktu pemberian

12/10/07 13/10/07

metamizole Na IGD

metoklopramid HCl IGD

Infus RL 12 tetes/menit

Renapar ® 2x1 malam pagi

amlodipin 5 mg 1x1 malam pagi

flunarizin 5 mg 2x1 malam pagi

furosemid 10 mg/ml 2x1 ampul 08.00; 20.00 08.00

Assessment

Tekanan darah pasien termasuk dalam hipertensi tingkat I karena pada

pemeriksaan awal didapatkan tekanan darah pasien sebesar 140/100 mmHg dan

mendapatkan terapi kombinasi dari golongan diuretik kuat dan golongan

Page 116: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

93

antagonis kalsium. Menurut JNC VII terapi untuk hipertensi tingkat I

menggunakan terapi tunggal namun dapat juga diberikan terapi kombinasi.

Kombinasi yang digunakan untuk terapi hipertensi tersebut rasional menurut

petunjuk menejemen untuk hipertensi arterial yang dikeluarkan oleh

Hypertension-European Society of Cardiology (Kimble, et al., 2005).

Tabel XLIV. Kajian DTPs Pasien 22 Hipertensi Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap

RS Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 - Juni 2008 Pasien 22. No RM : 139538. 9 November 2007-12 November 2007

subjective

laki-laki, 70 tahun. DM: Hipertensi, dyspepsia; DU: hipertensi

status keluar : membaik

objective

pemeriksaan tanda vital

TD : 280/100

Tgl Jam Tekanan darah

(mmHg)

Suhu

(0C)

Nadi

(kali/menit)

9/11/07 200/100 36 80 perut terasa asites, sklera mata merah

18.40 epigastrium terasa nyeri, perut terasa penuh

21.00 110/70 96 badan sakit semua, pinggang nyeri, tidak bisa

tidur

22.00 tidak bisa bedrest, pasien sering duduk untuk

kencing

10/11/07 00.20 70/40 72 saat mau kencing, tiba-tiba mau kejang,

mual, tampak pucat, keringat dingin, pasang

O2

02.45 100/70 pasang kateter

130/60 100 ,tidak

teratur

UT : 500, badan sudah enak

07.00 130/90 36 80 masih pakai O2

12.00 70 KU sedang

18.00 UT 100

11/11/07 05.00 UT 150

140/80 35 72

12.00 110/70 UT 500, O2 off, pasien pusing

penatalaksanaan

Nama obat Dosis waktu pemberian

9/11/07 10/11/07 11/11/07 12/11/07

Infus RL • • •

O2 • •

Nifedipin 3x10 mg IGD, malam pagi, siang, malam pagi,siang, malam pagi

Klonidin 2x0,15 mg IGD, malam pagi, malam pagi, malam pagi

Hidroklorotiazid 1x12,5 mg IGD, malam pagi pagi pagi

sukralfat 500mg/5ml 3x7cc siang pagi, siang, malam pagi, siang, malam pagi

spironolakton 2x50 mg pagi, malam pagi,malam pagi

ranitidin 2x1 ampul 20.00 08.00; 20.00 08.00; 20.00 08.00

furosemid 10 mg/ml 1x1 ampul 08.00 08.00 08.00

natrium diklofenak 1x1 ampul 21.00

Page 117: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

94

Assessment

Pada pemeriksaan awal pasien memiliki tekanan darah sebesar 280/100

yang termasuk dalam hipertensi tingkat II, penanganan pertama yang diberikan

menggunakan kombinasi golongan diuretik, antihipertensi bekerja pusat dan

antagonis kalsium. Kombinasi ini sudah sesuai untuk penanganan hipertensinya

dan dosis yang diberikan juga sudah sesuai.

2. Rangkuman Evaluasi Drug Therapy Problems

Rangkuman disajikan pada tabel berikut ini

a. obat yang tidak dibutuhkan

Tabel XLV. Rangkuman Evaluasi DTPs Ada Obat Tanpa Indikasi Pasien

Hipertensi Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007 - Juni 2008 Pasien Jenis Obat Penilaian Rekomendasi

2 Suplemen kalium dan

magnesium

(Renapar ®)

Antihipertensi yang digunakan tidak

memiliki efek samping hipokalemia dan

hipomagnesemia.

Tidak menggunakan

suplemen kalium dan

magnesium.

14 Kombinasi

penghambat ACE dan

antagonis reseptor

angiotensin II

Hanya memberikan sedikit efek tambahan

dan tidak direkomendasikan untuk

hipertensi essensial.

Pemakaian salah satu dari

golongan obat tersebut

untuk kombinasi

15 Kombinasi diltiazem

dan amlodipin

Penggunaannya dinilai berlebihan karena

kedua obat berasal dari golongan

antagonis kalsium.

Menggunakan diltiazem

19 Kombinasi

penghambat ACE dan

beta bloker

Bukan merupakan kombinasi yang efektif

karena tidak memberikan efek tambahan

penurunan tekanan darah.

Menggunakan salah satu

dari penghambat ACE atau

beta bloker.

b. membutuhkan tambahan obat

Tabel XLVI. Rangkuman Evaluasi DTPs Ada Indikasi Tanpa Obat Pasien

Hipertensi Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007 - Juni 2008 Pasien Jenis Obat Penilaian Rekomendasi

1 diltiazem Tidak cukup mengontrol tekanan darah pasien

sehingga membutuhkan tambahan obat antihipertensi.

Memberikan diuretik sebagai

tambahan terapi hipertensi.

3 kaptopril Tidak cukup mengontrol tekanan darah pasien

sehingga membutuhkan tambahan obat antihipertensi.

Memberikan tambahan obat

antihipertensi golongan

antagonis kalsium

6 ramipril Tidak cukup mengontrol tekanan darah pasien

sehingga membutuhkan tambahan obat antihipertensi.

Memberikan tambahan obat

antihipertensi golongan

antagonis kalsium

12 klonidin Tidak cukup mengontrol tekanan darah pasien

sehingga membutuhkan tambahan obat antihipertensi.

Memberikan tambahan obat

antihipertensi golongan

diuretik.

20 kaptopril Tidak cukup mengontrol tekanan darah pasien

sehingga membutuhkan tambahan obat antihipertensi.

Memberikan tambaha obat

antihipertensi golongan

diuretik.

Page 118: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

95

c. obat yang tidak efektif

Tabel XLVII. Rangkuman Evaluasi DTPs Obat yang Tidak Efektif Pasien

Hipertensi Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007 - Juni 2008 Pasien Jenis Obat Penilaian Rekomendasi

4 klonidin Memiliki efek samping retensi

urin yang dapat memperburuk

kondisi medis pasien

Penggantian klonidin

dengan antihipertensi yang

lain

8 klonidin Terapi tunggal dengan klonidin

dapat menimbulkan retensi urin

Memberikan tambahan obat

antihipertensi golongan

diuretik

15, 16,

17

furosemid intravena Pemakaian diuretik intravena

harus segera diganti dengan obat

oral untuk normalisasi tekanan

darah yang sempurna

Penggantian dengan

furosemid oral saat tekanan

darah terkontrol sudah

tercapai

d. dosis terlalu rendah

Tabel XLVIII. Rangkuman Evaluasi DTPs Dosis Terlalu Rendah Pasien

Hipertensi Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007 - Juni 2008 Pasien Jenis Obat Penilaian Rekomendasi

11

amlodipin

Pemakaian amlodipin dengan interval yang

tidak teratur.

Pemberian amlodipin

dengan interval waktu yang

sama tiap hari.

kaptopril

Dosis yang lazim diberikan adalah 25 mg

dua kali sehari sedangkan yang diterima

pasien kurang hanya 25 mg satu kali sehari.

Dosis yang seharusnya

diberikan adlah 25 mg dua

kali sehari.

Durasi yang terlalu pendek karena pada hari

pertama dan hari ketiga pasien menjalani

rawat inap obat tidak diberikan.

Pemberian kaptopril dengan

durasi yang teratur 25 mg 2

kali sehari

e. dosis terlalu tinggi

Tabel XLIX. Rangkuman Evaluasi DTPs Ada Obat Tanpa Indikasi Pasien

Hipertensi Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007 - Juni 2008 Pasien Jenis Obat Penilaian Rekomendasi

9 kaptopril Pasien menerima kaptopril dengan dosis 25

mg 3 kali sehari, sedangkan dosis yang lazim

adalah 25 mg 2 kali sehari, jarang digunakan

3 kali sehari

Pemberian kaptopril dengan

dosis 25 mg 2 kali sehari.

Page 119: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

96

f. potensi efek obat yang merugikan

Tabel L. Rangkuman Evaluasi DTPs Potensi Efek Obat yang Merugikan Pasien

Hipertensi Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rini Kalasan Sleman

Periode Juli 2007 - Juni 2008 Pasien Jenis Obat Penilaian Rekomendasi

1 Interaksi diltiazem dan

simvastatin.

Interaksi ini dapat

meningkatkan konsentrasi

simvastatin.

Monitoring terhadap kadar

kolesterol pasien

2, 4 Interaksi penghambat ACE

dan suplemen kalsium dan

magnesium.

Interaksi ini dapat

menyebabkan hiperkalemia.

Tidak menggunakan suplemen

kalsium dan magnesium jika

menggunakan antihipertensi

golongan penghambat ACE

4 Interaksi diuretik dan

penghambat ACE

Menimbulkan penambahan

efek hipotensi, efek

hipovolemia dan potensi

terjadinya efek yang merugikan

di ginjal.

Pemilihan kombinasi antara

diuretik dan antagonis reseptor

angiotensin II

8 Interaksi penghambat ACE

dan moexipril HCl dan

allopurinol

Menimbulkan reaksi

hipersensitifitas.

Memonitor penggunaan

penghambat ACE dan

allupurinol

8, 10 Interaksi penghambat ACE

dan obat anti inflamasi

nonsteroid

Menurunkan efek hipotensi dari

penghambat ACE.

Monitoring tekanan darah saat

penggunaan antiinflamasi

nonsteroid dimulai dan diakhiri

9 Interaksi diuretik dan

penghambat ACE

Menimbulkan penambahan

efek hipotensi, efek

hipovolemia.

Memonitor tekanan darah agar

tidak terjadi hipotensi pada

pemakaian kombinasi obat

antihipertensi tersebut

19 Interaksi antara beta bloker

dan antihipertensi bekerja

sentral.

Berpotensi terjadinya ancaman

bagi hidup (life-threatening)

pada tekanan darah pasien

Memonitor pemakaian

kombinasi antihipertensi

tersebut secara cermat.

Pada analisa terjadi Drug Therapy Problems pada masing-masing kasus

didapatkan hasil bahwa adanya terapi obat tanpa indikasi sebanyak 4 pasien

(18,2%), terdapat indikasi tetapi tanpa obat sebanyak 5 pasien (22,3 %), pemilihan

obat yang tidak efektif sebanyak 5 pasien (22,3 %), dosis terlalu rendah sebanyak

1 pasien (4,5 %), dosis terlalu berlebih sebanyak 1 pasien (4,5 %), dan potensi

efek obat yang merugikan sebanyak 7 pasien (31,82%).

Page 120: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

97

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis terhadap kejadian Drug Therapy Problems pada pasien

hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rini

Kalasan Sleman Periode Juli 2007- Juni 2008 maka dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin didapatkan 45,5 % untuk pasien laki-

laki dan 54,5 % untuk pasien perempuan. Berdasarkan klasifikasi tekanan

darah, persentase yang tertinggi adalah hipertensi tingkat II yaitu sebesar

54,5%.

2. Pola pengobatan menggunakan 13 kelas terapi obat dengan tiga kelas terapi

terbanyak yang digunakan adalah obat untuk penyakit pada sistem

kardiovaskuler sebesar 100 %, analgesik sebesar 50 % dan obat yang bekerja

pada sistem susunan saraf pusat sebesar 36,4%.

3. Variasi penggunaan antihipertensi ada yang digunakan meliputi pemakaian

tunggal, 2 kombinasi, 3 kombinasi atau 4 kombinasi. Pemakaian tunggal

terbanyak adalah golongan penghambat ACE (18,2 %), untuk kombinasi 2

antihipertensi terbanyak adalah kombinasi antara golongan antagonis kalsium

dan penghambat ACE (18,2 %), untuk kombinasi 3 antihipertensi terbanyak

adalah kombinasi antara golongan antagonis kalsium, diuretika dan bekerja

sentral (13,6 %), untuk 4 kombinasi terbanyak adalah kombinasi antara

Page 121: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

98

golongan antihipertensi bekerja sentral, penghambat ACE, diuretik dan

antagonis kalsium (9 %).

4. Drug Therapy Problems yang terjadi adalah sebagai berikut :

a. Ada obat tanpa indikasi terjadi pada 4 pasien (18,2 %).

b. Ada Indikasi tetapi tanpa obat terjadi pada 5 pasien (22,3 %).

c. Obat yang tidak efektif terjadi pada 5 pasien (22,3 %).

d. Dosis terlalu rendah terjadi pada 1 pasien (4,5 %).

e. Dosis obat berlebih terjadi pada 1 pasien (4,5 %).

f. Potensi efek obat yang merugikan terjadi pada 7 pasien (31,8 %).

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman perlu adanya standar

pelayanan terapi hipertensi primer bagi usia lanjut.

2. Bagi farmasis Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman perlu diadakannya

farmasi klinik.

3. Bagi penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian Drug Therapy

Problems hipertensi primer secara retrospektif dengan mengambil pasien

yang menjalani rawat jalan dengan atau tanpa rawat inap.

Page 122: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

99

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, 1-375, DepKes RI,

Jakarta

Anonim, 2008 a, Informasi Spesialite Obat Indonesia, 1-510, ISFI Penerbitan,

Jakarta

Anonim, 2008 b, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 7 2007/2008, 1-379,

CMPMedica Asia Pte LTd, Singapore

Beers, M.H., Berkow, R., 2001, The Merck Manual of Geriatrics, 109, Merck and

Co, Inc

Brunton, L.L., Lazo, J.S., Parker, K.L., 2006, Goodman & Gilman’s The

Pharmacological Basis of Therapeutics, 11th

ed, McGraw-Hill Co, New

York

Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Chusman, W.C., Green, L.A., Joseph, L.I., 2003,

The Sevent Report of Joint National Committee on Prevention, Detection,

Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, The JNC VII Report

www. ncbi. nlm. Nih. Gov/pubmed/1274 8199, diakses tanggal 12 oktober

2008

Cippole, R.J., Strand, L.M., Morley, P., 2004, Pharmaceutical Care Practice,

178-179, McGraw-Hill Co., New York

Doulton T W, He F J, MacGregor G A. Systematic review of combined

angiotensin-converting enzyme inhibition and angiotensin receptor

blockade in hypertension. Hypertension 2005; 45(5): 880-886.

http://hyper.ahajournals.org, diakses tanggal 7 April 2009

Gray, H.H., Keith, D.D., Simpson, I.A., Morgan, J.M., 2005, Kardiologi, edisi 4,

62-63, Erlangga, Jakarta

Greene, J.R., and Harris, N.D., 2000, Pathology and Therapeutics for Pharmacist,

104-106, Pharmaceutical Press, UK

Guyton, A.C., Hall, J.E., 2007, Textbook of Medical Physiology, 11th

ed,

diterjemahkan oleh Rachman. Y.L., Hartanto. H., Norianty. A.,

Wulandari. N., EGC, Jakarta

Hoffman, B.B, 2006, Therapy of Hypertension, dalam Brunton, L.L., Lazo, J.S.,

Parker, K.L., Goodman & Gilman’s The Pharmacological Basis of

Therapeutics, 11th

ed, McGraw-Hill Co, New York

Page 123: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

100

Jackson, E.K, Drug Affecting Renal and Cardiovascular Function, dalam

Brunton, L.L., Lazo, J.S., Parker, K.L., Goodman & Gilman’s The

Pharmacological Basis of Therapeutics, 11th

ed, McGraw-Hill Co, New

York

Jackson, E.K, Renin and Angiotensin, dalam Brunton, L.L., Lazo, J.S., Parker,

K.L., Goodman & Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics,

11th

ed, McGraw-Hill Co, New York

Kaplan, N.M., 2006, Kaplan’s Cinical Hypertension, 9th

ed, 96-181, 609-634 ,

Lippincott Williams & Wilkins, USA

Katzung, B.G., 2005, Basic and Clinical Pharmacology, McGraw-Hill, New York

Kimble,M.A., Young, L.Y.,Kradjan,W.A., Guglielmo,B.J., 2005,Applied

Therapeutics : The Clinical Use of Drugs, 8th

Ed, 13.18, 14.1-14.43,

Lippincott William & Wilkins, USA

Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., Lance, L.L.,2006, Drug Information

Handbook, 14th

ed., Lexi-comp, Ohio McGraw-Hill Co., New York

Lilly, L.S., 2001, Braunwald's Heart Disease : Review and Assessment to

Accompany Braunwald's Heart Disease, 6th ed, W.B. Saunders

Company

Neal, M.J., 2005, Medical Pharmacology at a Glance, 5th

ed, diterjemahkan oleh

Surapsari.J, 36-37, Erlangga, Jakarta

Ostchega, Y., Dillon, C.F., Hughes, J.P., Carroll, M., Yoon, S., Trends in

Hypertension Prevalence, Awareness, Treatment, and Control in Older

U.S. Adults: Data from the National Health and Nutrition Examination

Survey 1988 to 2004, Journal of American Geriatrics Society,

55(7):1056-1065, 2007

http://www.medscape.com/viewarticle/561625_3, diakses tanggal 12

oktober 2008

Porth, C.M., 2005, Patophysiology : Concepts of Altered Health States, Lippincot

Williams & Wilkins, USA

Rahmawati, F., Handayani, R. Gosal, V., Kajian Retrospektif Interaksi Obat di

Rumah Sakit Pendidikan Dr. Sardjito Yogyakarta, Majalah Farmasi

Indonesia, 17(4), 177 – 183, 2006

http://mfi.farmasi.ugm.ac.id/files/news/3._17-4-2007-bu_fita.pdf, diakses

tanggal 12 oktober 2008

Saseen, J.J., Carter, B.L., 2005, Hypertension, dalam Dipiro, J.T., Talbert, R.L.,

Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M., Pharmacotherapy :

A Pathophysiologic Approach, 6 th

ed, 186-210, McGraw-Hill, USA

Page 124: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

101

Tatro, D.S. (Ed), 2006, Drug Interaction Facts, Facts & Comparison, Wolters

Kluwer, St. Louis

Topol, E.J., Califf, R.M., Isner, J., Prytowsky, E.N., Swain, J., Thomas, J.,

Thompson, P., Young, J.B., Nissen, S., 2002, Textbook of

Cardiovascular Medicine, Lippincott Williams & Wilkins, USA

Williams, C.M, Using Medications Appropriately in Older Adults Am Fam

Physician 2002;66:1917-24. www.aafp.org/afp tanggal 7 april 2009

Page 125: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti
Page 126: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti
Page 127: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti
Page 128: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti
Page 129: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS DTPs ) PADA PASIEN ... · ii evaluasi drug therapy problems (dtps) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap rumah sakit panti

BIOGRAFI PENULIS

Sarah Puspita Atmaja merupakan anak kedua dari pasangan

Yohanes Dwi Admodjo dan Ruth Lilik Suharti, lahir di

Wonosobo tanggal 13 April 1987. Pendidikan awal dimulai

di Taman Kanak-Kanak Debora Banjarnegara tahun 1991-

1992 dan di Taman Kanak-Kanak Yesus Semarang tahun

1992-1993. Dilanjutkan ke jenjang pendidikan di Sekolah

Dasar Regina Pacis Semarang tahun 1993-1997dan Sekolah

Dasar Marsudirini 77 Salatiga tahun 1997-1999. Selanjutnya

ke jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Salatiga tahun 1999-2002.

Kemudian naik ke jenjang pendidikan Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Salatiga tahun

2002-2005. Selanjutnya pada tahun 2005 melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi di

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan menyelesaikan masa studinya

pada tahun 2009. Penulis pernah menjadi Asisten Farmakologi Dasar (2008).