evaluasi dry sirup

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/22/2019 evaluasi dry sirup

    1/26

    JURNAL AWAL FORMULASI SEDIAAN NON STERIL

    SEDIAAN SIRUP KERING AMOXICILLIN

    I-MOX

    Oleh:

    Ni Made Wiryatini (0808505003)

    Khatija Taher Ali (0808505014)

    Ni Made Ayu Suartini (0808505015)

    Enny Laksmi Artiwi (0808505018)

    Ni Putu Martiari (0808505023)

    Sang Made Teguh Sanjaya (0808505035)

    Ketut Gegel Yoga Widyadana (0808505037)

    I Gusti Ketut Kusuma (0808505038)

    JURUSAN FARMASI

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS UDAYANA

    2010

  • 7/22/2019 evaluasi dry sirup

    2/26

    BAB I

    TINJAUAN FARMAKOLOGI BAHAN OBAT

    1.1.IndikasiInfeksi yang disebabkan oleh kuman kuman gram negatif maupun gram positif,

    khususnya untuk infeksi pada saluran cerna, saluran pernafasan, dan saluran kemih

    (infeksi anugenital dan uretral gonokokus non-komplikasi otitis media) (Mycek et al.,

    2001).

    1.2.Farmakokinetika1. Absorpsi

    Amoxicillin hampir lengkap diabsorbsi sehingga konsekuensinya amoxicillin tidakcocok untuk pengobatan shigella atau enteritis karena salmonella, karena kadar efektif

    secara terapetik tidak mencapai organisme dalam celah intestinal (McEvoy and Gerald,

    2002).

    Amoxicillin stabil pada asam lambung dan terabsorpsi 74-92% di saluran pencernaan

    pada penggunaan dosis tunggal secara oral. Nilai puncak konsentrasi serum dan AUC

    meningkat sebanding dengan meningkatnya dosis. Efek terapi Amoxicillin akan tercapai

    setelah 1-2 jam setelah pemberian per oral. Meskipun adanya makanan di saluran

    pencernaan dilaporkan dapat menurunkan dan menunda tercapainya nilai puncak

    konsentrasi serum amoxicillin, namun hal tersebut tidak berpengaruh pada jumlah total

    obat yang diabsorpsi (McEvoy and Gerald, 2002).

    2. DistribusiDistribusi obat bebas ke seluruh tubuh baik. Amoxicillin dapat melewati sawar

    plasenta, tetapi tidak satupun menimbulkan efek teratogenik. Namun demikian,

    penetrasinya ke tempat tertentu seperti tulang atau cairan serebrospinalis tidak cukup

    untuk terapi kecuali di daerah tersebut terjadi inflamasi. Selama fase akut (hari pertama),

    meningen terinflamasi lebih permeable terhadap amoxicillin, yang menyebabkan

    peningkatan rasio sejumlah obat dalam susunan saraf pusat dibandingkan rasionya dalam

    serum. Bila infefksi mereda, inflamasi menurun maka permeabilitas sawar terbentuk

    kembali (Mycek et al., 2001).

  • 7/22/2019 evaluasi dry sirup

    3/26

    3. EliminasiJalan utama eliminasi melalui system sekresi asam organik (tubulus) di ginjal, sama

    seperti melalui filtrat glomerulus. Penderita dengan gangguan fungsi ginjal, dosis obat

    yang diberikan harus disesuaikan (Mycek et al., 2001).

    1.3.MekanismeAmoxicillin mempengaruhi langkah akhir sintesis dinding sel bakteri (transpeptidase

    atau ikatan silang) sehingga membran kurang stabil secara osmotik. Lisis sel dapat

    terjadi, sehingga amoxicillin disebut bakterisida. Keberhasilan aktivitas amoxicillin

    menyebabkan kematian sel berkaitan dengan ukurannya. Amoxicillin hanya efektif

    terhadap organisme yang tumbuh secara tepat dan mensintesis peptidoglikan dinding sel.Konsekuensinya, obat ini tidak efektif terhadap organisme yang tidak mempunyai

    struktur ini seperti mikobakteria, protozoa, jamur, dan virus (Mycek et al., 2001).

    Mekanisme amoxicillin dibagi menjadi dua yaitu:

    a.Penisilin pengikat protein: amoxicillin menginaktifkan protein yang berada padamembran sel bakteri. Amoxicillin tersebut yang mengikat protein merupakan enzim

    bakteri yang terlibat dalam sintesis dinding sel serta menjaga gambaran morfologi

    bakteri. Pejanan terhadap antibiotika ini tidak hanya dapat mencegah sintesis dinding

    sel tetapi juga menyebabkan perubahan morfologi atau lisisnya bakteri yang rentan.

    Perubahan pada beberapa molekul target ini menimbulkan resistensi pada organisme

    (Mycek et al., 2001).

    b.Autolisin: kebanyakan bakteri terutama kokus gram positif memproduksi enzimdegradatif (autolisin) yang berpartisipasi dalam remodelling dinding sel bakteri

    normal. Dengan adanya amoxicillin, aksi degradatif autolisin didahului dengan

    hilangnya sintesis dinding sel. Mekanisme autolisis yang sebenarnya tidak diketahui

    kemungkinan adanya penghambatan yang salah satu dari autolisin. Sehingga efek anti

    bakteri amoxicillin merupakan hasil penghambatan sintesis dinding sel bakteri dan

    destruksi keberadaan dinding sel oleh autolisin (Mycek et al., 2001).

    1.4.Efek Samping Hipersensitivitas

    Merupakan efek amoxicillin yang paling penting. Determinan antigenik utama dari

    hipersensitivitas amoxicillin adalah metabolitnya yaitu asam penisiloat yang dapat

  • 7/22/2019 evaluasi dry sirup

    4/26

    menyebabkan reaksi imun. Sekitar 5% pasien mengalami hal ini, berkisar dari kulit

    kemerahan berupa makulopapular sampai dengan angioderma (ditandai dengan

    bengkak di bibir, lidah, areaperiorbital) serta anapilaktik. Reaksi alergi silang terjadi

    diantara sesama antibiotika -laktam (Mycek et al., 2001).

    DiareEfek diare disebabkan oleh ketidakseimbangan mikroorganisme intestinal dan sering

    terjadi (Mycek et al., 2001).

    1.5.Kontra IndikasiObat ini hipersensitifitas terhadap penisilin, serta hati-hati pada penderita yang

    memiliki gangguan ginjal, hati dan sistem hematologi (Lasy et al., 2004). Selain itu,

    dapat menyebabkan ruam pada penderita dengan infeksi mononukleus sehingga tidakbaik diberikan pada penderita penyakit ini (McEvoy and Gerald, 2002).

    1.6.PeringatanMeskipun belum ada penelitian mengenai pemberian amoxicillin pada ibu hamil,

    penggunaan amoxicillin ternyata tidak berpengaruh terhadap perkembangan janin.

    Amoxicillin pada ibu hamil diberikan jika benar-benar diperlukan saja. Karena

    amoxicillin terdistribusi pada ASI sehingga menyebabkan reaksi sensitivitas pada bayi.

    Dengan demikian penggunaan amoxicillin tidak dianjurkan pada ibu menyusui (McEvoy

    and Gerald, 2002).

    Hati-hati pada pasien dengan kelainan Phenylketonuria (defisiensi genetic homozigot

    dari Phenylalanin hidroksilase) dan kelainan lain yang intakePhenylalanin dalam tubuh

    perlu dibatasi. Formula amoxicillin dengan rute per oral yang mengandung aspartam akan

    di metabolisme di dalam saluran pencernaan menjadi phenylalanine. Sehingga formulasi

    serbuk amoxicillin untuk suspensi oral tidak seharusnya menggunakan aspartam. Selain

    itu juga perlu diwaspadai penggunaan pada penderita mononukleosis. (McEvoy and

    Gerald, 2002).

    Berdasarkan undangundang mengenai obat dan makanan, amoxicillin tergolong

    dalam golongan obat keras. Obat keras hanya dapat dapat diperoleh dengan resep dokter

    di apotek, apotek RS, puskesmas, dan balai pengobatan. Tanda khusus untuk obat keras

    yaitu lingkaran berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yang

    menyentuh garis tepi. Selain itu pada obat keras wajib mencantumkan kalimat Harus

    dengan resep dokter. Berikut dicantumkan tanda khusus untuk obat keras:

  • 7/22/2019 evaluasi dry sirup

    5/26

    1.7.Interaksi Obat Kombinasi dengan asam klavulanat (inhibitor kuat bagi beta-laktamase bakterial)

    membuat amoxicilin ini menjadi lebih efektif terhadap kuman yang memproduksi

    penisilinase. Terutama digunakan terhadap infeksi saluran kemih dan saluran nafas

    yang resisten terhadap amoxicillin (Tjay dan Rahardja, 2008).

    Disulfiram dan probenesid memiliki aktifitas dalam meningkatkan efek Amoxicillin.Amoxicillin meningkatkan efek antikoagulan dari warfarin (Lasy et al., 2004).

    Efektivitas tetracycline, chlorampenicol, serta sediaan kontrasepsi oral dihambat olehgolongan penicillin (Lasy et al., 2004).

    1.8.PenyimpananDalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya (Anonim a, 1995).

  • 7/22/2019 evaluasi dry sirup

    6/26

    BAB II

    SIFAT FISIKO KIMIA BAHAN

    2.1. Bahan Obat/ Bahan Aktif

    Amoxicillin Struktur Amoxicillin:

    Nama Kimia :(6R)-6-[-D-(4Hydroxyphenyl)glycylamino]penicillanic acid

    Berat Molekul : 365,4 g/mol

    Rumus Molekul : C16H19N3O5S

    (Reynolds, 1982)

    Kandungan: Amoxicillin mengandung tidak kurang dari 90,0% C16H19N3O5S,dihitung terhadap zat anhidrat. Mempunyai potensi yang setara dengan tidak kurang

    dari 900 g dan tidak lebih dari 1050 g per mg C 16H19N3O5S, dihitung terhadap zat

    anhidrat.

    Pemerian: serbuk hablur putih; praktis tidak berbau. Kelarutan: sukar larut dalam air dan metanol, tidak larut dalam benzena, dalam

    karbon tetraklorida, dan dalam kloroform.

    Bakupembanding: Amoxicilin BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan.(Anonim a, 1995)

    StabilitasAmoxicillin yang merupakan derivat penicillin mengalami hidrolisis yang

    mendegradasi produksi cincin -laktam (Lund, 1994).

    Terhadap cahaya : tidak stabil terhadap paparan cahaya

    Terhadap suhu : terurai pada suhu 30-350C

    Terhadap pH : 3,5- 6,0

    Titik lebur : -

    pH: antara 3.5 dan 6.0, dilakukan penetapan menggunakan larutan 2 mg per mL.

  • 7/22/2019 evaluasi dry sirup

    7/26

    2.2. Bahan Tambahan

    Carboxymethylcellulosum Natrium Definisi: Karboksil metil selulosa natrium merupakan garam natrium dari

    polikarboksimetil eter selulosa, mengandung tidak kurang dari 6,5% dan tidak lebih

    dari 9,5 % natrium (Na) dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

    Struktur Kimia:

    Pemerian: Serbuk atau granul, putih sampai kren, higroskopik. Kelarutan: Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal, tidak larut

    dalam etanol, dalam eter dan dalam pelarut organik lain.

    Wadah dan penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.(Anonim a, 1995)

    Sifat FisikokimiaBerat jenis :0.52 g/cm

    3

    pKa : 4.30

    Titik leleh : 227C - 252C

    Kegunaan: sebagai bahan pensuspensi, peningkat viskositas, coating agent;stabilizing agentdan penyerap air. Sebagai zat tambahan, CMC Na dapat digunakan

    baik pada sediaan oral maupun topikal. Sebagai bahan pengikat, CMC Na digunakan

    dalam konsentrasi 1,0- 6,0 %.

    Stabilitas dan kondisi penyimpanan

    : CMC Na merupakan senyawa yang stabil,

    bersifat higroskopis. Pada kondisi dengan kelembaban yang tinggi CMC Na dapat

    menyerap air > 50%. Pada larutan air CMC Na stabil dalam pH 2-10, dan akan terjadi

    pengendapan pada pH dibawah 2, serta penurunan viskositas terjadi dengan cepat pada

    pH diatas 10.

    Ketidaktercampuran : CMC Na ini tidak tercampur pada larutan yang bersifat asamkuat, dan dengan garam garam logam yang dapat larut seperti alumunium, merkuri,

    dan seng. Pengendapan kemungkinan terjadi pada pH dibawah 2 dan juga dapat terjadi

    bilamana CMC Na dicampur dengan etanol (95%).

    (Rowe et al., 2003)

  • 7/22/2019 evaluasi dry sirup

    8/26

    Laktosa Struktur Kimia:

    Definisi:Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu. Dalam bentuk anhidrat ataumengandung satu molekul air hidrat.

    Pemerian:Serbuk atau massa hablur, keras, putih, atau putih krem. Tidak berbau danrasa sedikit manis. Stabil di udara tetapi mudah menyerap bau.

    Kelarutan:Mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan lebih mudah larut dalam airmendidih; sangat sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.

    Kejernihan dan warna:Larutkan 3 gr dalam 10 ml air mendidih, terbentuk larutanjernih, tidak berwarna atau hamper tidak berwarna dan tidak berbau.

    Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baik.(Anonim a, 1995)

    Kegunaan: pengikat dan pemanis Ketidaktercampuran : Laktosa anhidrat tidak bercampur dengan oksidator kuat.

    Ketika dicampur dengan leukonutrien hidrofobik antagonis dan laktosa anhidrat atau

    laktosa monohidrat yang disimpan dalam enam minggu pada suhu 40C and 75% RH,

    campuran yang mengandung laktosa anhidrat memperlihatkan ketercampuran dan

    degradasi obat (Rowe et al., 2003).

    Asam sitrat Struktur Kimia:

    Definisi dan Kandungan: Asam sitrat berbentuk anhidrat atau mengandung satumolekul air hidrat. Mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 100,5%

    C6H8O7, dihitung terhadap zat anhidrat.

  • 7/22/2019 evaluasi dry sirup

    9/26

    Pemerian: Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul sampai halus,putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau, rasa sangat asam. Bentuk hidrat mekar

    dalam udara kering.

    Kelarutan: Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol, sukar larutdalam eter.

    Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat(Anonim a, 1995)

    Kegunaan:Sebagai pengasam, antioksidan, penyangga (buffer), peningkat rasa. Asamsitrat yang bisa digunakan adalah 0,1 -2 % sebagai buffer, dan 0,3-2 % sebagai

    pengikat rasa.

    Stabilitas:Asam sitrat monohidrat kehilangan air saat kristalisasi pada udara keringatau saat dipanasi pada suhu 40

    0

    C. Sedikit mencair pada udara lembab. Asam sitrat

    monohidrat disimpan pada tempat sejuk dan kering.

    Ketidaktercampuran :Asam sitrat tidak bercampur dengan kalium tartrat, alkali danalkali tanah, karbonat, dan bikarbonat, asetat, serta sulfida. Asam sitrat juga tidak

    bercampur dengan oksidator, basa, reduktor, dan nitrat. Potensial dapat meledak bila

    dikombinasikan dengan logam nitrat. Pada penyimpanan, sukrosa dapat mengkristal

    dari sirup dengan keberadaan asam sitrat.

    (Rowe et al., 2003).

    Sodium benzoat Struktur Kimia:

    Kandungan:mengandung tidak kurang dari 99,0% C7H5NaO2, dihitung terhadap zatanhidrat.

    Pemerian: butiran atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau.Bersifat higroskopis.

    Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.(Anonim b, 1979)

    Kegunaan:Menghambat pertumbuhan mikroba, pengawet.

  • 7/22/2019 evaluasi dry sirup

    10/26

    Penggunaan dan konsentrasi:Natrium benzoat banyak digunakan pada sediaanfarmasi. Adapun penggunaanya adalah sebagai berikut :

    Penggunaan Konsentrasi (%)

    Injeksi IM dan IV

    Larutan oralLarutan suspensi

    Sirup oral

    Sediaan topical

    Sediaan vaginal

    0,17

    0,001-0,10,1

    0,15

    0,1-0,2

    0,1-0,2

    Kelarutan:Pelarut Kelarutan pada t = 25 C

    Aseton

    Benzene

    Carbon disulfide

    Carbon tetraklorida

    Kloroform

    Cyclohexan

    Etanol

    Etanol (76%)

    Etanol (54%)

    Etanol (25%)

    Eter

    Methanol

    Toluene

    Air

    1 dalam 2,3

    1 dalam 9,4

    1 dalam 30

    1 dalam 15,2

    1 dalam 4,5

    1 dalam 14,6

    1 dalam 2,7 pada t = 150C

    1 dalam 2,2

    1 dalam 3,72

    1 dalam 6,27

    1 dalam 68

    1 dalam 3

    1 dalam 1,8

    1 dalam 11

    1 dalam 300

    Ketidaktercampuran :Efektivitas pengawet akan dihambat dengan adanya kaolin.(Rowe et al., 2003)

    Sorbitol Kandungan: Sorbitol mengandung tidak kurang dari 91,0% dan tidak lebih dari

    100,5% C6H14O6, dihitung terhadap zat anhidrat. Dapat mengandung sejumlah kecil

    alkohol polihidrik lain.

    Struktur Kimia:

  • 7/22/2019 evaluasi dry sirup

    11/26

    D-glusitol [50-70-4]

    C6H14O6 BM 182,17

    Pemerian: serbuk, granul atau lempengan; higroskopis; warna putih; rasa manis.Serbuk sorbitol bersifat higroskopis.

    Kelarutan: sangat mudah larut dalam air; sukar larut dalam ethanol, dalam methanoldan dalam asam asetat.

    (Anonim a, 1995)

    Keasaman kebasaan pH larutan: 10% b/v 4,57,0 (Kibbe, 2000). Titik lebur: 110 - 112C untuk bentuk anhidrat, dan 97,7C untuk bentuk gamma

    polymorph Stabilitas: Sorbitol secara kimia relatif inert dan dapat bercampur dengan sebagian

    besar bahan tambahan. Sorbitol stabil dalam udara tanpa kehadiran katalis atau dingin,

    asam encer dan alkalis. Sorbitol tidak mudah menguap, terbakar, tidak bersifat korosif.

    Sorbitol tahan terhadap fermentasi oleh mikroorganisme, walaupun begitu sebaiknya

    sedian ditambahkan pengawet.

    Inkompatibilitas: Sorbitol dapat membentuk khelat yang larut air dengan ion logambivalen atau trivalent dalam suasana asam kuat dan kondisi basa. Penambahan PEG

    kedalam larutan sorbitol, dengan pengocokan kuat memproduksi waxy, gel yang

    terlarut dalam air dengan titik leleh 35 400C. larutan sorbitol juga bereaksi dengan

    besi oksida menjadi tidak berwarna.

    Wadah dan penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat. Larutan dapat disimpandalam gelas, plastik, alumunium, dan wadah stailess steel. Penyimpanan dilakukan

    pada tempat yang kering dan sejuk.

    (Kibbe, 2000).

  • 7/22/2019 evaluasi dry sirup

    12/26

    BAB III

    BENTUK SEDIAAN, DOSIS DAN CARA PEMBERIAN

    3.1 Bentuk sediaan:

    Bentuk sediaan : sirup kering

    Untuk golongan penicillin yang termasuk didalamnya amoxicillin tidak stabil

    dalam bentuk sediaan sirup. Senyawa golongan ini mengalami hidrolisis oleh air dengan

    mendegradasi cincin beta laktam yang diproduksi. Sehingga untuk mengatasi masalah ini

    dibuat sedian amoxicillin dalam bentuk sirup kering. Adapun alasan pemilihan bentuksediaan ini adalah stabilitas yang dimiliki amoxicillin dalam air adalah 14 hari, sehingga

    dengan dibuat dalam bentuk sirup kering maka kemungkinan degradasi cincin beta laktam

    yang ada dapat dihindari (Lasy, et.al., 2004).

    Bentuk sediaan: sirup kering (tiap 5 ml mengandung amoxicillin trihidrat yang

    setara dengan 125 mg amoxicillin).

    3.2 Dosis:

    Dosis pemakaian sirup kering amoxicillin, sebagai berikut :

    1. Dosis umum anak-anak0-1 tahun : 100 mg x3 (setiap 8 jam)

    1-3 tahun : 125 mg x3 (setiap 8 jam)

    3-10 tahun : 250 mg x3 (setiap 8 jam)

    (Tjay, dkk., 2008)

    2. Dosis khusus untuk infeksi tertentu:a. Infeksi Saluran Pernafasan Atas

    Untuk infeksi sedang:Dewasa dan anak anak 40 kg: 500 mg setiap 12 jam atau 250 mg tiap 8

    jam.

    Anakanak > 3 bulan dan < 40 kg: 45 mg/KgBB/hari terbagi, tiap 12 jam,atau 40 mg/KgBB/hari terbagi tiap 8 jam.

    Untuk infeksi berat:Dewasa dan anak anak 40 kg: 875 mg tiap 12 jam, atau 500 mg tiap 8

    jam.

  • 7/22/2019 evaluasi dry sirup

    13/26

    Anakanak > 3 bulan dan < 40 kg: 45 mg/KgBB/hari terbagi, tiap 12 jam,atau 40 mg/KgBB/hari terbagi tiap 8 jam.

    b. Infeksi saluran pernafasan bawah: Dewasa dan anakanak 40 kg: 875 mg tiap 12 jam, atau 500 mg tiap 8 jam. Anak anak > 3 bulan dan < 40 kg: 45 mg/KgBB/hari terbagi, tiap 12 jam,

    atau 40 mg/KgBB/hari terbagi tiap 8 jam.

    (Novak, 2004)

    3.3Durasi TerapiDurasi terapi Amoxicillin bergantung pada jenis dan tingkat keparahan infeksi dan

    seharusnya ditentukan melalui respon klinik dan tes bakteriologi pasien. Padakebanyakan infeksi kecuali gonorrhea, terapi seharusnya dilanjutkan paling sedikit 48-72

    jam setelah gejala-gejala penyakit pasien menghilang. Infeksi yang parah memerlukan

    waktu beberapa minggu untuk terapi (McEvoy, 2002).

    3.4Cara Pemberian

    Cara pemberian dilakukan secara peroral, dimana dilakukan rekonstitusi terlebih

    dahulu. Rekonstitusi dilakukan dengan cara menambahkan air matang sehingga volume

    akhir setinggi tanda batas, lalu dikocok hingga homogen. Kocok dahulu sebelum

    pemakaian.

  • 7/22/2019 evaluasi dry sirup

    14/26

    BAB IV

    MACAM-MACAM FORMULASI

    4.1. Macam-macam Formula (Baku/ Standar):

    4.1.1. Amoxicillin for Oral Suspension (125 mg/5ml)Tiap 5 ml sirup yang direkonstitusi mengandung:

    Amoxicilin Trihidrat yang setara dengan Amoxicillin 125 mg

    Dari formula ini menghasilkan 2940 botol masing-masing 40 ml.

    No. Bahan Jumlah

    1. Amoxicillin Trihydrate 3,8 kg

    2. Carboxymethylcellulose Sodium 1,1 kg

    3. Aerosil 450 g4. Colour Tartrazine 12 g

    5. Sodium Benzoate 270 g

    6. Sugar Pharm. Grade 54 kg

    7. Pineapple Flavor Dry 600 g

    (Kohli dan Shah, 1998)

    4.1.2.

    Amoxicillin for Oral Suspension USP (200 mg/5 mL and 400 mg/5 mL)No. Bahan

    1. Amoxicillin Trihydrate

    2. Sodium Citrate

    3. Colloidal Silicon Dioxide

    4. FD&C Red #40

    5. Sodium Benzoate

    6. Fruit Granulated Sugar7. Xanthan Gum

    8. Natural and Artificial Fruit Gum Flavor

    (Anonim, 2009)

  • 7/22/2019 evaluasi dry sirup

    15/26

    4.1.3. Amoxicillin Dry Syrup (5% = 500 mg/100 mL = 25 mg/5 mL)

    No. Bahan Jumlah

    1. Amoxicillin Trihydrate 5 g

    2. Sodium Citrate 5 g

    3. Citric Acid, Crystalline 2,1 g

    4. Sodium Gluconate 5 g

    5. Sorbitol Crystalline [10] 40 g

    6. Kollidon CL-M [1] 6 g

    7. Orange Flavour 1,5 g

    8. Lemon Flavour 0,5 g

    9. Saccharin Sodium 0,4 g

    (Bhler, 1998)

    4.2. Formula yang Akan Dibuat

    4.2.1. Formula yang Digunakan

    No Bahan Fungsi Jumlah %b/v Range (%b/v)

    1. Amoxicillin Zat aktif 3,25 gr 3,25 -2. Carboxymethylcellulose Sodium Bahan pensuspensi 0,935 gr 0,935 0,1-1 %

    3. Sodium Benzoat Pengawet 0,230 gr 0,230 0,02-0,5%

    4. Laktosa Zat tambahan 39,015 gr 39,015 -

    5. Sorbitol Anticaplocking 6,885 gr 6,885 15-30%

    6. Asam Sitrat Buffer 1 gr 1 0,1-2%

    7. Perisa Melon Perasa q.s. - -

    8. Pewarna Hijau Pewarna q.s. - -

    4.3. Permasalahan

    1. Kestabilan amoxicillin buruk di dalam air.2. pH dari amoxicillin selama penyimpanan dapat berubah.3. Bahan tambahan CMC Na bersifat higroskopis sehingga kurang stabil jika

    digunakan sebagai sirup kering.

    4.4. Penyelesaian Permasalahan

  • 7/22/2019 evaluasi dry sirup

    16/26

    1. Amoxicillin merupakan golongan penicillin yang memiliki stabilitas yang burukpada air. Senyawa golongan ini mengalami hidrolisis oleh air dengan mendegradasi

    cincin beta laktam yang diproduksi sehingga pengatasan masalah ini yaitu dengan

    membuat sedian amoxicillin dalam bentuk sirup kering. Adapun alasan pemilihan

    bentuk sediaan ini adalah: stabilitas yang dimiliki amoxicillin dalam air adalah 14

    hari, sehingga dengan dibuat dalam bentuk sirup kering maka kemungkinan

    degradasi cincin beta laktam yang ada dapat dihindari (Lasy et al., 2004).

    2. Stabilitas pH amoxicillin berkisar dari 5,0 sampai 7,0 (Kohli dan Shah, 1998),sehingga untuk mencegah terjadinya perubahan pH yang ekstrim selama proses

    produksi dan pemasaran, maka pada pembuatan sirup kering ditambahkan buffer

    asam sitrat 1% untuk menjaga kestabilan pH.

    3.

    Setelah pencampuran seluruh bahan, campuran serbuk dioven pada suhu 50

    0

    Cselama 15 menit untuk menghilangkan kandungan air di dalam serbuk (Kohli dan

    Shah, 1998).

    4.5 Perhitungan Formulasi dan Penimbangan

    4.5.1. Perhitungan Formulasi:

    Amoxicillin trihidrat:Pada formula yang digunakan dinyatakan bahwa tiap 5 ml mengandung

    amoxicillin trihidrat yang setara dengan 125 mg amoxicillin (1 ml = 25 mg).

    Sediaan yang dibuat adalah 100 ml sehingga penimbangan untuk 1 botol sediaan

    (100 ml) adalah: 25 mg x 100 ml = 2500 mg = 2,5 g

    CMC Na =botol

    mg

    botol

    kg 374

    2940

    1.1

    = mgmgml

    ml935374

    40

    100

    Sodium Benzoat =botol

    mg

    botol

    g 92

    2940

    270

    = mgmgml

    ml23092

    40

    100

    Laktosa = botolg

    botol

    kg 36,18

    2940

    54

  • 7/22/2019 evaluasi dry sirup

    17/26

    = ggml

    ml9,4536.18

    40

    100

    Karena penggunaan laktosa > 30%, maka digunakan sorbitol sebagai

    anticaplocking dengan komposisi sebanyak 15%, kemudian dalam

    pencampurannya, sorbitol (15%) dicampur dengan laktosa (85%), sehingga

    perhitungan formulasinya menjadi:

    Sorbitol = 45,9 g x100

    15= 6,885 g

    Laktosa = 45,9 g x100

    85= 39,015 g

    Penambahan asam sitrat sebanyak 1% dari volume total =

    gmLmLgram 1100100/1

    4.5.2. Penimbangan

    Dibuat sirup kering amoxicillin 125mg/5ml sebanyak 2 botol dengan volume

    masing-masing 100 ml, maka penimbangannya menjadi:

    No. Bahan

    Penimbangan

    (1 botol)

    Penimbangan

    (2 botol)

    1. Amoxicillin 2,5 g 5 g

    2. Carboxymethylcellulose Sodium 935 mg 1,87 g

    3. Sodium Benzoat 230 mg 460 mg

    4. Laktosa 39,015 g 78,03 g

    5. Sorbitol 6,885 g 13,77 g

    6. Asam Sitrat 1 g 2 g

    7. Perasa dan Pewarna q.s q.s

  • 7/22/2019 evaluasi dry sirup

    18/26

    BAB V

    PROSEDUR KERJA

    5.1. Cara Kerja

    1. Amoxicillin diayak pada mesh 60, kemudian ditimbang. Bahan lain jugaditimbang sesuai tabel.

    2. Bahan yang telah ditimbang lalu dibuat granul, pertama dimasukkan asam sitrat,kemudian diikuti dengan sodium benzoat, dan amoxicillin (campuran I).

    3. Pencampuran laktosa dan sorbitol dilakukan pada mortir terpisah. Setengah bagiandari laktosa yang akan dicampur dengan sorbitol digerus dahulu di dalam mortir

    kemudian ditambahkan sorbitol lalu gerus homogen. Kemudian sisa laktosa

    dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam mortir sambil digerus homogen.Campuran ini selanjutnya dimasukkan ke dalam campuran I, gerus homogen.

    4. Kemudian ditambahkan essense jeruk sedikit demi sedikit, digerus hinggahomogen.

    5. Massa granulasi dikeringkan dengan oven pada suhu 500C selama 15 menit,kemudian diayak dengan mesh 60.

    6. Lalu dicampurkan dengan CMC, diaduk hingga homogen, kemudian dimasukkansecara perlahan ke dalam botol yang telah ditara sebelumnya, kemudian diberi

    etiket, brosur, dan dimasukkan ke dalam kemasan.

    5.2. Skema Kerja

    Amoxicilin diayak pada mesh 60, kemudian ditimbang. Bahan lain juga

    ditimban sesuai tabel

    Asam sitrat + sodium benzoate + amoxicillin dicampur dalam mortir

    (campuran I)

    Campuran laktosa dan sorbitol dibuat dalam mortar terpisah kemudian

    dimasukkan ke dalam campuran I, gerus homogen

    Ditambahkan essence jeruk sedikit demi sedikit, gerus homogen

  • 7/22/2019 evaluasi dry sirup

    19/26

    5.3. Alat dan Bahan

    Alat Bahan

    1. Ayakan2. Timbangan3. Oven4. Botol sirup5. Kemasan dan etiket

    1. Amoxicillin Trihydrate2. Carboxymethylcellulose Sodium3. Sodium Benzoate4. Laktosa5. Sorbitol6. Asam Sitrat7. Pewarna dan perasa (jeruk)

    Dicampurkan dengan CMC, aduk hingga homogen, kemudian dimasukkan

    secara perlahan ke dalam botol yang telah ditara sebelumnya

    Diberi etiket, brosur, dan dimasukkan ke dalam kemasan

    Massa granulasi dikeringkan dengan oven pada suhu 50 C selama 15

    menit, kemudian diayak dengan mesh 60

  • 7/22/2019 evaluasi dry sirup

    20/26

    BAB VI

    EVALUASI SEDIAAN

    6.1. Evaluasi Fisika

    a. HomogenitasSediaan suspensi terekonstitusi dilarutkan dengan air hingga mencapai volume

    yang telah ditentukan yaitu 100 mL. Setelah itu, zat yang terdispersi harus halus dan

    tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok perlahan lahan, endapan harus segera

    terdispersi kembali. Sediaan terekonstitusi dapat mengandung zat tambahan untuk

    menjamin stabilitas suspensi. Selain itu, kekentalan suspensi tidak boleh terlalu

    tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang (Anonim b, 1979).

    b. Distribusi Ukuran PartikelUntuk sediaan sirup kering, distribusi partikel homogen (tersalut) setelah

    direkonstitusi, dapat diamati dari semakin besarnya ukuran partikel maka rongga

    rongga antar partikel yang terbentuk pun semakin besar dan distribusinya menyebar

    di dalam sediaan, sehingga setelah dikocok sediaan suspensi kering ini dapat

    terdispersi homogen kembali.

    c. Volume TerpindahkanMasing-masing sediaan suspensi yang telah dilarutkan (10 botol) dituangkan

    ke dalam gelas ukur kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur yang tidak melebihi

    dari dua setengah kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi. Penuangan

    dilakukan secara hati-hati untuk menghindari pembentukan gelembung udara,

    kemudian diamkan selama 30 menit. Apabila sudah tidak ada gelembung udara,

    maka volume tiap campuran sudah dapat diiukur. Volume rata-rata suspensi yang

    diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100% dan tidak satu pun volume wadah

    yang kurang dari 95% dari volume yang dinyatakan dalam etiket (Anonim a, 1995).

    d. Penetapan pHPenetapan pH dalam hal ini diuji agar dapat diketahui pH dari sediaan yang

    dibuat untuk selanjutnya stabilitas pH dari sediaan dapat dipertahankan pada suatu

    rentang pH tertentu. Untuk sirup kering amoxicillin memiliki rentang pH stabilitas

    dari 3,5 6, sehingga pada saat penetapan rentang pH ini tidak boleh berubah.

    Penetapan pH dengan menggunakan pH meter.

  • 7/22/2019 evaluasi dry sirup

    21/26

    e. Penetapan Bobot Jenis Sediaan Dengan PiknometerBobot jenis suatu zat adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat

    dengan bobot air, dalam piknometer. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi

    keduanya ditetapkan pada suhu 250

    C (Anonim a, 1995).

    Pada penetapan bobot jenis sediaan suspensi kering ini menggunakan

    piknometer. Piknometer yang kosong, kering, dan bersih diisi dengan air yang sudah

    matang dengan suhu 250C kemudian ditimbang untuk kalibrasi. Kemudian sirup

    kering yang sudah dilarutkan diatur suhunya hingga kurang lebih 200C dan

    dimasukkan ke dalam piknometer. Setelah itu, suhu piknometer diatur hingga

    mencapai suhu 250C, dan kelebihan zat uji dibuang. Dan timbang kembali

    piknometernya. Kemudian untuk mengetahui bobot jenis sediaan dapat diperolehdari selisih bobot piknometer yang telah diisi zat uji dengan bobot piknometer

    kosong (Anonim a, 1995).

    f. Kadar AirUntuk suspensi kering kadar air pada sediaan tidak lebih dari 3% (Anonim a,

    1995).

  • 7/22/2019 evaluasi dry sirup

    22/26

    g. Penetapan Waktu RekonstitusiPenetapan ini dilakukan untuk menentukan lamanya waktu terkonstitusi suatu

    sediaan. Dalam hal ini sediaan serbuk kering ditambahkan air, kemudian dihitung

    waktu yang diperlukan sampai sediaan tersebut membentuk suspensi dengan

    sempurna.

    h. Volume Sedimentasi dan Kemampuan RedispersiVolume sedimentasi dapat diuji dengan melarutkan sediaan sirup kering

    amoxicillin dengan air. Setelah itu, dikocok hingga homogen, kemudian diamkan.

    Kemudian lihat sedimentasi yang terjadi setelah didiamkan selama satu hari. Untuk

    sediaan suspensi kering yang baik diharapkan terdapat sedimentasi yang besar atautidak terjadi sama sekali (melarut homogen). Hal ini penting karena dengan volume

    sedimentasi yang besar maka kemungkinan untuk melarut secara homogen kembali

    akan lebih besar bila dibandingkan dengan volume sedimentasi yang sedikit (dapat

    membentuk caking). Untuk mengetahui kemampuan redispersi sediaan maka sediaan

    yang sudah didiamkan dikocok kembali. Apabila setelah dikocok sediaan mudah

    melarut kembali dan menjadi larutan yang homogen maka kemampuan redispersinya

    baik.

    g. Sifat Aliran dan Viskositas Dengan Viskosimeter Brookfield

    Sediaan sirup kering amoxicillin ini mengikuti sifat aliran Hukum Non Newton

    pseudoplastik yaitu viskositas cairan akan menurun dengan meningkatnya kecepatan

    geser. Fenomena sediaan yang mengikuti sifat aliran pseudoplstik juga akan

    mengikuti sifat aliran tiksotropik. Viskositas sediaan ini dapat diukur dengan

    menggunakan Viskosimeter Brookfield karena viskosimeter ini dapat mengukur

    viskositas sediaan yang bersifat Non Newton dan Newton. Prinsip kerjanya adalah

    dengan dengan menggunakan spindel dan motor. Setelah motor dihidupkan maka

    spindel akan berputar dan diamati angka yang ditunjukkan oleh jarum merah, dicatat.

    Untuk menghitung viskositasnya maka angka yang ditunjukkan oleh jarum merah

    dikalikan dengan suatu faktor yang terdapat pada brosur alat (Astuti dkk., 2007).

    6.2.Evaluasi Kimia

    a. Penetapan Kadar

    Penetapan kadar dilakukan dengan metode KCKT (Anonim a, 1995).

  • 7/22/2019 evaluasi dry sirup

    23/26

    b. IdentifikasiUntuk identifikasi diperlukan suatu larutan yang mengandung setara dengan 4 mg

    amoxicillin dengan penambahan asam klorida 0,1 N pada sejumlah amoxicillin untuk

    suspensi oral. Biarkan larutan selama 5 menit sebelum digunakan (Anonim a, 1995).

    6.3. Evaluasi Biologi

    a. Uji Potensi AntibiotikUntuk uji antibiotik untuk sirup kering dengan bahan aktif amoxicillin dapat

    diuji dengan metode lempeng silinder. Pertama-tama dilakukan penyiapan lempeng

    penetapan yaitu dengan menggunakan cawan petri. Ke dalam cawan petri dituangkan

    media yang sudah ditentukan dan dibiarkan memadat sehingga didapatkan suatu

    lapisan dasar yang licin dengan ketebalan seragam. Kemudian 4,0 ml inokula (suatumedia yang sudah berisi bakteri ujiMicrococcus luteus) dimasukkan ke dalam cawan

    petri dan cawan petri diputar agar inokulanya menyebar sempurna pada permukaan

    dan dibiarkan memadat. Kemudian 6 buah silinder yang sudah berisi antibiotik uji

    (sediaan sirup kering amoxicillin) dijatuhkan ke dalam cawan petri dari ketinggian

    12 mm dengan menggunakan alat-alat mekanik atau dengan pinset yang sudah

    disterilisasi (dibakar). Kemudian tutup cawan untuk menghindari kontaminasi.

    Setelah itu, lempeng diinkubasi selama 16 jam sampai 18 jam dengan suhu 320C

    sampai 350C. Selanjutnya, lempeng cawan petri diambil dari inkubator dan diambil

    semua silinder, dicatat semua diameter tiap hambatan pertumbuhan hingga

    mendekati 0,1 mm. Semakin besar zona hambatan yang terukur maka semakin baik

    sediaan sirup kering amoxicillin yang dibuat (Anonim a, 1995).

    b. Uji Efektifitas PengawetSediaan sirup kering yang sudah dilarutkan diambil sebanyak 20 mL dan

    dimasukkan ke dalam masing-masing 5 tabung bakteriologi bertutup, berukuran

    sesuai dan steril. Kemudian inokulasi masing-masing tabung dengan salah satu

    suspensi mikroba baku dengan menggunakan perbandingan 0,10 mL inokula setara

    dengan 20 mL sediaan, dan campur. Mikroba uji dengan jumlah yang sesuai harus

    ditambahkan sedemikian rupa hingga jumlah mikroba tiap mL sediaan uji segera

    setelah inokulasi adalah antara 100.000 dan 1.000.000 per mL. Tetapkan jumlah

    mikroba viabel di dalam tiap suspensi inokula, dan hitung angka awal mikroba tiap

    mL sediaan yang diuji dengan metode lempeng. Kemudian setelah diinokulasi

    tabung diinkubasi pada suhu 200C sampai 250C. Setelah itu, tabung diamati pada hari

  • 7/22/2019 evaluasi dry sirup

    24/26

    ke 7, ke 14, ke 21dan ke 28 sesudah inokulasi. Setiap perubahan yang terlihat dicatat

    dan tetapkan jumlah mikroba viabel pada tiap selang waktu tersebut dengan metode

    lempeng. Dengan menggunakan bilangan teoritis mikroba pada awal pegujian, hitung

    perubahan kadar dalam persen tiap mikroba selama pengujian (Anonim a, 1995).

  • 7/22/2019 evaluasi dry sirup

    25/26

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim a. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik

    Indonesia.

    Anonim b. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III Jakarta: Departemen Kesehatan Republik

    Indonesia.

    Anonim. 2009. Suspensi Oral Amoxicillin, (cited 2010 Mar, 4). Available

    from:http//:www.patentstorm.us/

    Astuti, K. W., N M. P. Susanti, I M. G. Wirasuta, dan I N. K. Widjaja. 2007. Petunjuk

    Praktikum Farmasi Fisika. Bukit Jimbaran: UNUD.

    Bhler, V. 1998. Generic Drug Formulations, (cited 2010 Apr, 15). Available from:

    http://anhuipharm.com.cn/pdf

    Kibbe, A. H. 2000. Handbook of Pharmaceuticals Excipients. London-United Kingdom:

    Pharmaceutical Press.

    Kohli, D. P. S. dan D. H. Shah. 1998.Drug Formulation Manual. India: Easten Publishers G-

    59.

    Lasy, C. F., L. L. Amstrong, M. P. Goldman, L. L. Lance. 2004.Drug Information Handbook

    12thEdition. Ohio: Lexi Comp.

    Lund, W. 1994. The Pharmaceutical Codex. London: The Pharmaceutical Press.

    McEvoy and K. Gerald. 2002.AHFS Drug Book 4. USA: American Society of Health System

    Pharmacist.

    Mycek, M. Johnson., R. Amrstrong, Harvey and P. Champe. 2001. Farmakologi Ulasan

    Bergambar,Edisi 2. Jakarta: Penerbit Widya Medika.

  • 7/22/2019 evaluasi dry sirup

    26/26

    Novak, K. K. 2004.Drug Facts & Comparisons, 58ed. Canada: Facts and Comparisons.

    Reynolds, J.E.F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopeia, 28 Edition. London: The

    Pharmaceutical Press.

    Rowe, R. C., Paul J. S., and Paul J. W. 2003.Hand Book of Pharmaceutical Excipients. USA:

    Pharmaceutical Press and American Pharmaceutical Association.

    Tjay, T.H. dan K. Rahardja. 2008. Obat-Obat Penting. Jakarta: Elex Media Komputindo.