38
JURNAL PENELITIAN KUANTITATIF DIBIDANG ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN & ILMU MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856 9372, Fax: (021) 856 9340 LPMTL CENTER OF EXCELLENCE Email: [email protected], Website: www.stmt-trisakti.ac.id Judul Penelitian EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN INDONESIAN ECONOMIC EVALUATION IN THE ERA OF SUSTAINABLE DEVELOPEMENT Oleh: AMRIZAL Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi Trisakti Jakarta, Juli 2010

EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

JURNAL PENELITIAN KUANTITATIF DIBIDANG ILMU EKONOMI STUDI

PEMBANGUNAN & ILMU MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA

JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410

Telp: (021) 856 9372, Fax: (021) 856 9340 LPMTL CENTER OF EXCELLENCE Email: [email protected], Website: www.stmt-trisakti.ac.id

Judul Penelitian

EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

INDONESIAN ECONOMIC EVALUATION

IN THE ERA OF SUSTAINABLE DEVELOPEMENT

Oleh:

AMRIZAL

Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi Trisakti

Jakarta, Juli 2010

Page 2: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

2

ABSTRACTS

The 1980s world economic crisis is not to be judged as the main cause of the

prolonged economic weakening until the present day. The most difficult crisis during the

preliminary stages of development in 1967 has been tremendously solved, so it did the

early year of 1982. The prolonged economic weakening began in 1998 right at the early

stage of development effort during the economic reformation era. However small the

influence of the New Regime (orde baru) is felt, the influence does exist, at least the

difficulty of the economic reformation era of development expenses accumulated as

capital formation and economic development.

The economic weakening that strikes the present economic reformation era, is

partially due to the unsuccessful of the New Regime (Orde baru) in arranging economy

by using the existing macroeconomic tool, The New Regime dream of reaching the Take

Off stage is closely related to the Oil Bonanza, Foreign Loan facilities as well as the ever

sustaining high trust level of foreign parties of providing fresh fund to Indonesia in the

past that is difficult to find during the present economic reformation era. The current

picture shows that Foreign parties is now merely focusing more on the overdue of foreign

debt returning of Indonesia, therefore it is quite logical if Indonesia is under extreme

pressure of foreign parties and IMF. The implementation of the present up-raising prices

policy is because Indonesia is in the middle of the extinction of fund and capital

formation for development expenses necessity.

The economic growth rate of Indonesian on mix economic era (1960-2009) for

the past 50 years Indonesia reach a sufficiently high level during the era of the New

regime (1969-1998) which decline drastically and even continue until the economic

reformation government era (1998-2009) which sharply decline in average annually.

Based on the research done on 1997-2002 it is clearly found that the economic growth

underwent a minus downfall in average annually. There is a slight progress of

improvement achieved during the era of economic reformation government (1998-2009)

during SBY terms of office compared to the era of economic reformation government of

(1997-2002) after the era of Megawati Soekarno Purti. However the economic control

and Indonsian development of the New Regime (ordebaru) (1969-1998) led by the late

Gen. Soeharto is far much better rather than both era of Megawati and SBY. The Overall

picture of time line shows that since the era Old Regime (ordelama) (1960-1969), the

New Regime (ordebaru) government era (1969-1998) and during the economic

reformation government era (1998-2009), the Indonesian economic growth has gone

through a sustainable down draft.

Page 3: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

3

ABSTRAK

Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama

terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan hingga dewasa ini. Krisis terberat

ketika menghadapi permulaan usaha-usaha pembangunan tahun 1967 telah dapat diatasi

dengan gemilang, begitu juga dengan yang terjadi pada awal tahun 1982. Kelesuan

ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai pula usaha

pembangunan era reformasi ekonomi. Bagaimanapun juga kecilnya pengaruh krisis

zaman ordebaru, maka pengaruhnya tetap ada, paling tidak sulitnya era reformasi

ekonomi menggali sumber pembiayaan pembangunan yang terakumulasi sebagai

pembentukan modal dan pertumbuhan ekonomi.

Kelesuan ekonomi yang melanda era reformasi ekonomi saat ini, sebagian

tersebab karena kurang berhasilnya ordebaru menata ekonomi dengan menggunakan

perangkat makroekonomi yang telah tersedia, mampunya ordebaru bercita-cita tinggal

landas tidak terlepas dari rezeki migas, kemudahan akan pinjaman luar negeri serta masih

percayanya pihak luar negeri mengucurkan dana ke Indonesia masalalu yang tidak

ditemui sekarang pada era reformasi ekonomi. Sekarang malahan pihak luar negeri

malahan terfokus kepada pengembalian utang luar negeri dari Indonesia yang telah jatuh

tempo, sehingga tidak heran negara Indonesia dibawah tekanan fihak asing dan IMF.

Terjadinya kebijaksanaan kenaikan harga yang menjulang tinggi sekarang diperkirakan

karena Indonesia berada pada kelangkaan dana dan pembentukan modal bagi pembiayaan

pembangunan.

Laju pertumbuhan ekonomi pada penelitian ekonomi Indonesia Era ekonomi

campuran (1960-2009) selama 50 tahun Indonesia membangun cukup tinggi dari era

pemerintahan ordebaru (1969-1998) yang mengalami penurunan yang cukup drastis, dan

malahan berlanjut hingga sampai ke era pemerintahan reformasi ekonomi (1998-2009)

yang merosot dengan tajam rata-rata setiap tahunnya. Dari hasil penelitian yang pernah

dilakukan untuk tahun 1997-2002 bahwa pertumbuhan ekonomi mengalami nilai minus

secara rata-rata per tahun. Jadi ada sedikit kemajuan atau perbaikan yang dicapai pada

era pemerintahan reformasi ekonomi (1998-2009) zaman SBY dibanding dengan era

pemerintahan reformasi ekonomi (1997-2002) pasca Megawati Soekarno Purti

mengendalikan tampuk pemerintahan Indonesia. Bagaimanapun juga pengendalian

ekonomi dan pembangunan Indonsia era pemerintahan ordebaru (1969-1998) Almarhum

Jenderal Soeharto jauh lebih baik daripada kedua zaman Megawati dan SBY tersebut.

Secara keseluruhan, dari masa ke masa secara beruntun terhitung semenjak era

pemerintahan ordelama (1960-1969), era pemerintahan ordebaru (1969-1998) dan era

pemerintahan reformasi ekonomi (1998-2009), laju pertumbuhan ekonomi Indonesia

mengalami pengendoran secara berkelanjutan.

Page 4: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

4

1. PENDAHULUAN

Judul dari paper ini telah mengingatkan kita akan suatu kajian ekonomi dari masa

kemasa, yang menyangkut tentang sejarah ekonomi suatu negara pada masa lalu hingga

sekarang. Gerak gerik ekonomi masa lalu secara umum bisa saja berkaitan dengan

sejarah sebelum merdekanya negara tersebut, yang dilandasi dengan berbagai alasan yang

menyebutkan “kenapa pengalaman suatu negara dalam membangun ekonominya

berbeda dengan negara-negara lain”. Keadaan yang membedakan tersebut ternyata tidak

terlepas dari pengaruh sistem perekonomian atau orientasi pembangunan ekonomi yang

diterapkan, pembangunan infrastruktur fisik dan sosial yang dilakukan, dan tingkat

pembangunan yang telah dicapai pada masa lampau, yakni pada zaman penjajahan

“kolonialisasi”(Tambunan, Tulus TH: Agustus 2001, h. 17).

Namun demikian kalau dipersempit gerak-gerik ekonomi masa lalu tersebut,

tentunya kondisi ekonomi Indonesia yang sesungguhnya terjadi adalah setelah

diproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Dalam paper ini

sekilas akan membahas garis besar sejarah ekonomi Indonesia yang meliputi pada tujuh

(7) periode, yakni: Pada tahun pertama Indonesia setelah merdeka (Agustus 1945-1950),

zaman pemerintahan ordelama (1950-1966), pemerintahan ordebaru (1966-Mei 1998),

Pemerintahan transisi (Mei 1998-November 1999), pemerintahan Gusdur (2000-2001),

pemerintahan Megawati Soekarno Putri (2001-2004) dan pemerintahan SBY yang

dimulai tahun 2004-sekarang (Tambunan, Tulus TH: September 2003, h 2).

Khususnya pada tahun pertama Indonesia setelah merdeka keadaan ekonomi

sangat buruk sekali, kondisi yang memprihatinkan antara lain adalah defisit neraca

pembayaran dan defisit keuangan pemerintah yang sangat besar, ekonomi nasional boleh

dikatakan mengalami stagflasi1, tingkat inflasi sangat tinggi hingga mencapai lebih dari

500 % menjelang akhir era ordelama. Semua ini disebabkan oleh berbagai faktor

diantaranya adalah pendudukan Jepang2, perang dunia II, perang revolusi, dan

manajemen makro yang sangat jelek3.

Dari tahun 1949 hingga tahun 1956 pemerintah Indonesia menerapkan suatu

sistim politik yang disebut “demokrasi liberal”, setelah itu terjadi transisi ke sistim

politik yang disebut “demokrasi terpimpin”, yang berlangsung dari tahun 1957 hingga

1965. Berbeda dengan periode sebelumnya, pada zaman demokrasi terpimpin kekuasaan

militer disaat almarhum presiden Soekarno menjabat sangatlah besar, sedangkan pada

periode demokrasi liberal kekuasaan ada ditangan sejumlah partai politik, dua

diantaranya partai yang paling besar diawaktu itu adalah Partai Masjumi dan Partai

Nasional Indonesia (Tambunan, Tulus TH: Op-cit, Agustus 2001, h. 18).

Dapat dikatakan bahwa Indonesia pernah mengalami sistem politik yang sangat

demokratis pada periode 1949-1956 tersebut. Akan tetapi, sejarah Indonesia menunjukan

bahwa sistim politik demokrasi tersebut ternyata menyebabkan kehancuran dan 1 Pengertian stagflasi adalah stagnasi produksi atau kegiatan produksi terhenti dengan tingkat inflasi yang

tinggi. 2 Pada zaman pendudukan jepang di Indonesia, kegiatan produksi yang mendukung kekuatan perang jepang

di Asia Tenggarasangat tinggi hingga terjadi eksploitasi, khususnya di sektor pertambangan (terutama

minyak bumi) dan sektor pertanian (terutama karet dan kayu). Sedangkan produksi barang-barang untuk

kebutuhan konsumsi nonmiliter didalam negeri terhenti karena semua faktor produksi , seperti kapital dan

tenaga kerja yang ada dikerahkan ke industri-industri untuk keperluan militer Jepang . 3 Lihat juga Glasburner (1971).

Page 5: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

5

perekonomian nasional. Akibat terlalu banyaknya partai politik yang ada dan semuanya

ingin berkuasa, sering terjadi konflik antar partai politik. Konflik politik tersebut

berkepanjangan sehingga tidak memberi sedikitpun kesempatan untuk membentuk suatu

kabinet pemerintah yang solid yang dapat bertahan hingga pemilihan umum berikutnya4.

Pada akhir bulan september 1965, ketidakstabilan politik di Indonesia mencapai

puncaknya dengan terjadinya “kudeta yang gagal” dari Partai komunis Indonesia (PKI).

Sejak peristiwa berdarah tersebut terjadi suatu perubahan politik yang drastis di dalam

negeri, yang selanjutnya juga mengubah sistim ekonomi yang dianut Indonesia pada

masa ordelama5.

Tepatnya sejak bulan Maret 1966 Indonesia memasuki pemerintahan ordebaru.

Barebeda dengan pemerintahan ordelama, dalam era ordebaru ini perhatian pemerintah

lebih ditujukan pada “peningkatan kesejahteraan masyarakat” lewat pembangunan

ekonomi dan sosial di tanah air. Pemerintahan ordebaru menjalin kembali hubungan baik

dengan pihak barat dan menjauhi pengaruh ideologi komunis. Indonesia juga kembali

menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan lembaga dunia lainnya, seperti

Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF).

Sebelum rencana pembangunan lewat repelita dimulai, terlebih dahulu pemerintah

melakukan “pemulihan stabilitas ekonomi, sosial, dan politik serta rehabilitasi ekonomi

di dalam negeri”. Sasaran dari kebijaksanaan tersebut terutama adalah untuk menekan

kembali tingkat inflasi, menguragi defisit keuangan pemerintah dan menghidupkan

kembali kegiatan produksi, termasuk ekspor, yang sempat mengalami stagnasi pada masa

ordelama. Usaha pemerintah tersebut ditambah dengan rencana pembangunan lima tahun

secara bertahap dengan target-target yang jelas sangat dihargai oleh oleh negara-negara

Barat. Menjelang akhir tahun 1960-an, atas kerjasama dengan Bank Dunia, IMF dan

ADB dibentuk suatu kelompok konsersium yang disebut IGGI beranggotakan sejumlah

negara maju termasuk Jepang dan Belanda dengan tujuan “membiayai pembangunan

ekonomi di Indonesia” Boleh dikatakan bahwa pada saat itu Indonesia sangat beruntung6.

Disadari atau tidak, sepanjang proses maupun aktivitas perekonomian mulai

menajak bahwa pemanfaatan utang luar negeri atau bantuan luar negeri sebagai sumber 4 Pada masa politik demokrasi itu, tercatat dalam sejarah bahwa rata-rata umur dari setiap kabinet hanya

sekitar 2 tahun. Waktu yang sangat pendek ini disertai dengan banyaknya keributan internal didalam

kabinet tentu tidak memberi kesempatan maupun waktu yang tenang bagi pemerintah yang berkuasa untuk

memikirkan bersama masalah-masalah sosial dan ekonomi yang pada saat itu, apalagi menyusun suatu

program pembangunan dan melaksanakannya. 5 Yakni dari pemikiran-pemikiran sosialis ke semi kapitalis, padahal sebenarnya perekonomian Indonesia

menurut UUD 1945 menganut suatu sistem yang yang dilandasi oleh prinsip-prinsip kebersamaan atau

koperasi berdasarkan ideologi Pancasila, meskipun dalam praktek sehari-hari pada era pemerintahan ordebaru sekalipun hingga berlanjut ke era berikutnya yang ada sekarang bahwa pola perekonomian

nasional lebih cenderung memihak ke sistem kapitalis sebagaimana yang dianut USA dan negara-negara

industri maju lainnya, yang oleh karena pelaksanaannya tidak baik telah pula menyebabkan munculnya

berbagai kesenjangan distorsi ekonomi di tanah air yang sangat terasa pada saat setelah perekonomian

mengalami krisis. 6 Oleh karena dalam waktu yang relatif pendek setelah melakukan perubahan sistem politiknya secara

drastis , dari yang “pro” menjadi “anti” komunis, Indonesia dapat bantuan dana dari pihak barat. Pada saat

itu memang Indonesia merupakan satu-satunya negara yang sangat anti komunis dan sedang berusaha

secara serius melakukan pembangunan ekonominya yang kelihatan jelas dimata kelompok dunia Barat.

Pada saat itu belum ada krisis utang luar negeri dari kelompok NSB seperti pada dekade 1980-an boleh

dikatakan bahwa perhatian Bank Dunia saat itu dapat dipusatkan sepenuhnya kepada Indonesia.

Page 6: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

6

pembiayaan pembangunan atau pertumbuhan ekonomi sudah menjadi bagian tak

terpisahkan dari pembangunan ekonomi dan sosial. Bukan hanya di negara-negara sedang

berkembang (NSBs), termasuk Indonesia, bahkan dinegara-negara yang sekarang dikenal

sebagai negara maju secara bersamaan telah sependapat dengan motto terkenal pembawa

keberhasilan pesat peningkatan aktivitas ekonomi suatu negara tentang “pembangunan

kembali perekonomian negara-negara eropah barat pascaperang dunia (PD) II pada

dekade 1950-an melalui bantuan dana yang sangat besar dari USA yang terkenal dengan

sebutan “Marshall plan” (Tambunan, Tulus TH: 2008, h 1).

Bagi NSBs, yang perekonomiannya masih sangat tergantung pada

pinjaman/bantuan luar negeri, ekspor, khususnya produk-produk dengan nilai tambah

yang tinggi sangatlah penting. Khususnya Indonesia baru merasakan dampak negatif

daripada pinjman luar negeri tersebut ketika menghadapi berbagai krisis ekonomi

sehingga membuat negara ini nyaris bangkrut, ekspor diharapkan dapat menjadi motor

utama penggerak proses pemulihan ekonomi nasional. Sayangnya harapan ini sangat

tidak mudah diwujudkan (Tambunan, Tulus TH: Februari 2001, h 19). , karena dalam

jangka pendek pinjaman luar negeri meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan dalam

jangka panjang berdampak negatif terhadap pertumbuhahn ekonomi suatu negara

(Voivodas, Contantin S: March 1973, h 347).

Untuk mempertajam analisis dan temuan-temuan empiris yang disesuaikan

dengan data-data yang tersedia tahun 1960 s/d 2009 adalah persis sama selama 50 tahun

Indonesia membangun., dimana dari ketujuh (7) periode yang digariskan diatas

dipersempit lagi menjadi empat (4) periode perhitungan saja, yaitu: Era ekonomi

campuran (1960-2009), era pemerintahan ordelama (1960-1969), era pemerintahan

ordebaru (1969-1998) dan era pemerintahan reformasi ekonomi (1998-2009)

Apakah sebenarnya yang dihadapi ekonomi Indonesia dewasa ini ?. Dengan

mengetahui permasalahan yang sebenarnya, tidaklah begitu sukar untuk mengatasi

kelesuan ekonomi yang berlangsung dewasa ini. Namun demikian, untuk mengetahui

permasalahan itu sendiri tidaklah begitu mudah. Dalam beberapa hal, kita hanya

mengetahui sebahagian kecil saja dari permasalahan yang dihadapai. Berdasarkan

pengetahuan yang serba terbatas ini, dirumuskan kebijaksanaan ekonomi, yang dalam

banyak hal, kurang berhasil mengatasi kelesuan tersebut.

Banyak kalangan menganggap bahwa kebobrokan ekonomi selama era

pemerintahan reformasi disebabkan sebagai akibat tidak mampunya pemerintahan

ordebaru mengendalikan roda pembangunan selama masa kepemimpinannya. Paling

tidak ordebaru telah gagal mencapai era "terciptanya kerangka landasan bagi bangsa

Indonesia" yaitu berupa tinggal landas dengan runtunan janji dalam Pelita IV, Pelita V

bahkan hingga sampai pula pada Pelita VI yang telah lalu. Lebih pelak lagi bahwa

kegagalan pelaksanaan dan pengendalian ekonomi sekarang dikatakan tersebab karena

warisan suram masa lalu selama era pemerintahan ordebaru.

Ada istilah kuno yang kiranya dapat lebih dipopulerkan untuk masa-masa

sekarang “tiada gading yang tidak retak”, bagaimanapun juga gegalan mengatasi

kelesuan ekonomi yang terjadi semasa berlangsungnya ordebaru, tepatnya bermula

sekitar dasawarsa tahun 80-an disebabkan karena terjadinya Resesi ekonomi dunia.

Dengan terjadinya resesi tersebut, hingga minyak bumi dan juga komoditi non migas

lainnya menurun secara drastis. Penurunan harga ini telah menyebabkan pula terjadinya

penurunan penerimaan negara. Hal ini telah pula menyebabkan terjadinya penurunan

Page 7: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

7

kemampuan penciptaan tabungan pemerintah, sehingga untuk pertama kalinya dalam

pemerintahan ordebaru Anggaran Pembangunan Negara menurun. Relevansi dari turunya

Anggaran Negara, disamping tabungan pemerintah telah turun dan telah merambah

kepada turunya Tabungan Domestik, Investasi, Pendapatan Nasional bahkan Laju

Pertumbuhan ekonomi secara serempak dan bersamaan turun secara drastis.

Dari dilematis resesi ekonomi dunia tersebut berbuntut pada Indonesia hinga pada

tahun 1982-1986 Indonesia mengalami masa Resesi Ekonomi. Selama masa tersebut

tidak terbilang banyaknya kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah untuk menanggulangi

dilema tersebut dan yang sangat berkesan sekali tahun 1983 diadakan kebijaksanaan

“Deregulasi dan Derebiroktisasi” kemudian September 1986 diadakan Kebijaksanan

“Devaluasi Rupiah Terhadap Dollar”. Ditandai dengan devaluasi rupiah tersebut barulah

Indonesia keluar dari masa resesi ekonomi, pada tahun 1987 Indonesia mulai kembali

menyesuaikan diri terhadap globalisasi ekonomi dunia. Dilema ekonomi yang terjadi

berupa “Resesi Ekonomi” adalah pukulan terberat yang membuat gagalnya atau tidak

terpenuhinya cita-cita bangsa untuk tinggal landas pada Pelita IV dan tidaklah heran

kalau pemerintahan ordebaru masih ingin membuktikan cita-cita tersebut pada PelitaV

dan PelitaVI masih optimis akan terwujud…..sayang seribu kali sayang masyarakat sudah

naik pitam atas lamanya Soeharto memimpin negara ini hingga lengsernya soeharto tidak

terlepas pula sebagai akibat ketidakpuasan rakyat banyak.

Begitu masuknya peralihan pemerintah ordebaru ke Reformasi Ekonomi saat

mulainya BJ Habibie sebagai Presiden syah ketiga di Indonsia, dilema krisis

multidimensi mewarnai tanah air secara besar-besaran. Khusus krisis dibidang ekonomi

telah terjadi “Ketidakseimbangan Kurs Rupiah terhadap Dollar yang sangat mencolok

sekali” dimana tahun 1998 mencapai US $ 1 = Rp 17.000,- dan nama krisis ekonomi

yang sangat berkesan sekali dipikiran kita semua lebih akrab dikenal sebagai “Krismon”.

Pada saat dimulainya era pemerintahan reformansi ala Habibie Indonesia bagaikan

tenggelam kejurang yang sangat dalam sekali, masih terikat dengan krisis yang multi

dimensional, Indonesia mengalami “Keterpurukkan Ekonomi”. Reaksi bangsa pada

umumnya atas keterpurukan ekonomi yang demikian itu telah pula menimbulkan krisis

baru yang bernama “Krisis Ketidakpercayaan” terhadap para pemimpin dan pejabat-

pejabat negara yang mengendalikan kemudi negara ini seolah-olah berlayar tanpa tujuan.

Disadari atau tidak masa membangun sudah berjalan cukup lama, harapan-

harapan masa lalu telah sirna dan hilang begitu saja, krisis demi krisis belum luput

dimata. Krisis yang sangat marak dan mewarnai tanah air semenjak era reformasi” adalah

“seringnya pemerintah mengambil kebijakan dibidang kenaikan Harga Migas, dan pada

Januari 2003 ini bukan hanya kenaikan harga Migas, akan tetapi berlanjut kepada

kenaikan Tarif Listrik dan Telepon”. Agaknya mungkin pula menjadi suatu catatan

penting bigi kita semua bahwa untuk pertama kali pemerintah terpaksa mengurungkan

niatnya “mencabut kembali buat sementara kebijakan yang telah diambil” oleh karena

ditentang masyarakat banyak.

Setelah lengsernya pemimpin ordebaru keadaan demi keadaan semakin hangat

menyelimuti bangsa yang selama ini tempaknya tenang dan tenteram saja. Partai politik

semakin banyak, pimpinan negara berganti dengan cepat sebelum habis masa jabatannya,

kesempatan kerja bagi rakyat banyak semakin sempit, pengangguran semakin bertambah,

jumlah penduduk semakin banyak, kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok semakin

Page 8: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

8

menjulang tinggi “masyarakat hidup dalam pola ekonomi biaya tinggi”, asset penting

negara seperti Indosat terjual kepada negara asing.

Apakah ini yang dinamakan “krisis mutidimensional”?, pemerintah tampaknya

semakin kasak kusuk mencari sumber dana Anggaran pembangunan Negara semakin

defisit berkepanjangan, sektor pemerintah, khususnya penerimaan dalam negari yang

bersumber dari penerimaan Pajak dan penerimaan non pajak semakin menjadi sektor

primadona pemerintah saat ini oleh karena sektor masyarakat dunia usaha dan perbankan

dan bahkan sektor luar negeri tidak bisa diharapkan lagi. Kenapa hal seperti ini sampai

terjadi ? “Tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api!”

Sekarang kita kembali kepada permasalahan semula…Apakah memang krisis

ekonomi dunia atau kerungmampuan ordebaru mengendalikan negara yang dianggap

sebagai “kambing hitam” yang membuat terjadinya krisis ekonomi bekepanjangan di

Indonesia?. Mungkin Resesi ekonomi merupakan permasalahan, sebagaimana juga

halnya dengan negara-negara lainnya. Tetapi resesi, sebenarnya, merupakan sebahagian

dari permasalahan yang kita hadapi tersebut. Krisis ekonomi yang berkepanjangan itu

disebabkan oleh “Kelangkaan Sumber Pembiayaan Pembangunan” yang disebabkan oleh

banyak hal pula.

2. KRISIS SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Ketajaman perumusan permasalahan akan merupakan kunci dari keberhasilan

pembangunan itu sendiri. Hal ini terlihat dengan jelas ketika kita memulai usaha-usaha

pembangunan, dalam pemerintahan ordebaru, menjelang akhir dasawarsa enampuluhan.

Dengan tepat dikemukakan bahwa permasahan yang dihadapi selama puluhan tahun

dalam pemerintahan ordelama adalah:

Ekonomi diabadikan kepada politik. Prinsip-prinsip ekonomi yang rasionil diabaikan. Akibat langsung dari

hal ini adalah kemerosotan ekonomi yang dibarengi dengan proses Hyper inflasi yang semakin gawat.

Kekurangan terasa dibanyak bidang, seperti pangan, tekstil dan alat-alat produksi, spare parts, bahan baku

dan lain-lain. Sistem irigasi, perkebunan, pertambangan, pabrik, jaringan jalan, listrik, air minum, kereta

api, landasan penerbangan, pelabuhan dan fasilitas telekomunikasi praktis terbengkalai (Replita 1969/70-

1973/74: Jilid I, hal 11).

Dengan memperhatikan masalah tersebut, langkah-langkah kebijaksanaan

pembangunan yang diambil pemerintah ordebaru adalah:

Menghentikan Proses kemerosotan ekonomi dan membenahi landasan yang sehat bagi pertumbuhan

ekonomi yang wajar. Untuk memungkinkan ini diperlukan terlebih dahulu pengendalian laju inflasi dan

usaha rehabilitasi ekonomi. Hanya apabila laju inflasi telah dapat dikendalikan dan suatu tingkat rehabilitasi tercapai, barulah dapat diharapkan pulihnya kegiatan ekonomi yang wajar serta terbukanya

kesempatan bagi peningkatan produksi (Repelita I, Ibid., h.13).

Inflasi yang tinggi dianggap merupakan musuh nomor satu pada waktu itu.

Pengalaman dimasa lampau ini telah menempatkan inflasi sebagai musuh nomor satu ,

dan ketakutan terhadap inflasi sedemikian besarnya, sehingga dalam hal-hal tertentu akan

dapat mengorbankan laju pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja.

Memangun tanpa inflasi bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Namun jalan yang

Page 9: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

9

ditempuh Indonesia dalam mengatasi inflasi tersebut dikemukakan secara tepat oleh

Sandrum sebagai berikut:

A more appropriate method of controlling an inflation in LDC without sacrificing economic growth is to

given an adequate amount of assistance to deal with the balance of payment deficit over a longer period of

time. This was in fact, the approach followed by the IMF, in its assistance to Indonesia in the period 1966-

1968, which resulted in one of the most remarkable cases of the speedy control of inflation without

reducing the rate of growth and, in fact, raising it (R.M Sandrum: 1983, h. 305).

Kebijaksanaan ekonomi diwaktu itu tetap dilanjutkan dengan pesat. Rendahnya

tingkat inflasi telah dimungkinkan berkat pinjaman luar negeri….yang merupakan pula

tabungan eksternal. Pinjaman luar negeri ini, pada dasarnya, harus merupakan pelengkap

terhadap tabungan pemerintah. Namun demikian, pengalaman selama tiga dasawarsa

belakangan ini, memperlihatkan bahwa pinjaman luar negeri, sebenarnya, telah

menggantikan peranan tabungan pemerintah. Kesukaran-kesukaran dalam meningkatkan

tabungan pemerintah, melalui peningkatan penerimaan non-migas, telah menyebabkan

perhatian lebih terfokus kepada usaha-usaha peningkatan pinjaman luar negeri.

Baik kebijaksanaan fiskal maupun kebijaksanaan moneter waktu itu tidak

mendukung usaha-usaha untuk meningkatkan tabungan dalam negeri. Kemampuan

peningkatan tabungan pemerintah, meskipun meningkat dari 1,7 % menjadi 8,2 % selama

periode 1970-1983 dari PDB terutama terjadi karena pengaruh kenaikan penerimaan

pajak perseroan Migas. Pajak perseroan Migas tersebut, sebenarnya, bukanlah merupakan

penerimaan dari dalam negeri, tetapi merupakan Pajak yang dikenakan terhadap negara

konsumen. Ini berarti, peningkatan penerimaan pemerintah bukanlah disebabkan karena

tindakan-tindakan kebijaksanaan fiskal yang ketat tetapi semata-mata kerena kejadian

yang berada di luar ruang gerak kebijaksanaan fiskal.

Sebaliknya, kebijaksanaan fiskal dalam usaha peningkatan penerimaan

pemerintah diluar Migas juga tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Setidak-

tidaknya sampai akhir tahun 1983, tidak begitu heran apabila penerimaan dari sektor non-

migas menurun dari 8,5 % menjadi 6,7 % dari PDB selama periode yang sama.

Kemudian defisit Anggaran Belanja pemerintah pusat yang selalu ditutupi dengan

pinjaman luar negeri, telah pula menyebabkan usaha-usaha untuk meningkatkan

penerimaan dari sektor non-migas dianggap tidak begitu diperlukan. Pinjaman luar

negeri, telah meningkat dari 3,7 % menjadi 5,3 % dari PDB dalam periode yang sama.

Dampak peningkatan penerimaan pemerintah dari kenaikan harga Migas bukan saja

mempengaruhi penerimaan dari sektor diluar minyak bumi tetapi juga menurunkan usaha

peningkatan penerimaan asli pemerintah daerah. Defisit yang terjadi dalam Anggaran

Pemerintah Daerah selama ini ditutupi oleh bantuan keuangan dari pemerintah pusat.

Kebijaksanaan fiskal pemerintah daerah, sebagaimana halnya pemerintah pusat tidak pula

mendukung usaha-usaha peningkatan disatu pihak, dan tabungan pemerintah daerah

dilain pihak.

Dapat dikatakan, bahwa terdapat semacam kesalahan teknis pertama yang pernah

dilakukan pemerintah selama ordebaru, adalah mengabaikan peranan kebijaksanaan

fiskal selaku suatu alat untuk menghimpun tabungan pemerintah. Pada dasarnya kita

tidak melakukan usaha apa-apa selama dasawarsa tujuhpuluhan, mengingat rezeki

minyak bumi yang cukup besar. Kita lupa bahwa keadaan yang demikian itu tidak akan

mungkin berlangsung terus, sehingga ketika harga minyak bumi mulai menurun barulah

Page 10: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

10

mulai dilakukan usaha-usaha untuk mengadakan reformasi perpajakan, dan tindakan ini

dapat dianggap terlambat.

Kebijaksanaan moneter, sebagaimana halnya juga dengan kebijaksanaan fiskal,

paling tidak sebelum 1 Juni 1983 tidak pula mendorong terciptanya tabungan masyarakat

melalui sektor perbankan dan lembaga-lembaga keuangan lainnya. Selama kurun waktu

1970-1983 jumlah tabungan masyarakat, baik tabungan dunia usaha maupun rumah

tangga (termasuk usaha-usaha rumah tangga) telah meningkat dri 9,6 % menjadi 20,2 %

dari PDB. Sebaliknya, tabungan masyarakat yang dapat diserap sektor perbankan telah

dapat mencapai sekitar sepertiga dari seluruh tabungan masyarakat tersebut.

Sehubungan dngan potensi tabungan masyarakat tersebut, agar tersalur ke wadah

resmi tidak pula dianggap gampang. Paling tidak, pertama menjadikan arah pola ekonomi

“non-biaya tinggi”, kemudian kemudahan-kemudahan masyarakat menjangkau pasar

uang tersebut yang disertai dengan tingkat bunga yang menarik sehingga dengan cara

yang demikian itu berarti peranan pasar uang non formal dapat digalakkan. Pengalaman

masa lalu itu, paling tidak sampai 1 Juni 1983 masih besarnya gap antara pasar uang

informal dengan pasar uang formal. Kemudian pada pasar uang formal, masih terdapat

tingkat suku bunga yang kurang menggairahkan penabung. Disamping itu terdapat

anggapan bahwa petani miskin didaerah pedesaan tidak mempunyai kemampuan

menabung telah menyebabkan pasar uang formal atau yang terorganisir kurang menaruh

perhatian terhadap potensi yang terdapat didaerah pedesaan. Hal ini telah membuka

peluang yang lebih besar bagi pasar uang informal untuk memanfaatkan tabungan yang

terdapat di daerah pedesaan bagi keperluan petani-petani di daerah tersebut. Namun

demikian, tidak pula dapat dihindari bahwa suku bunga yang dikenakan bagi pemakaian

tabungan tersebut jauh lebih tinggi dibanding dengan suku bunga pasar uang formal.

Dibidang moneter sampai juni 1983, dapat dikatakan sebagai kesalahan yang

kedua, yaitu mengabaikan potensi tabungan masyarakat selaku sumber pembiayaan

pembangunan. Sebagaimana halnya dengan kebijaksanaan fiskal, deregulasi perbankan

yang diadakan pada tanggal 1 juni 1983 dapat pula dianggap terlambat.

Kemudian sehubungan masalah perdagangan luar negeri serta neraca

pembayaran, pada dasarnya “neraca perdagangan Indonsia” selalu surplus sebagaimana

halnya dengan APBN. Surplus yang terjadi tersebut sebagaian besar disebabkan karena

terjadinya kenaikan harga Migas selama dasawarsa tujuhpuluhan dan kurang

merefleksikan kenaikan kuantitas komoditi non-migas. Sebaliknya, tanpa Migas, neraca

perdagangan luar negeri Indonesia akan defisit.

Dengan terjadinya jumlah peningkatan penerimaan devisa yang cukup besar dari

sektor migas, perhatian terhadap usaha-usaha peningkatan ekspor non-migas menjadi

terabaikan. Walaupun terdapat langkah-langkah kearah itu, namun ekspor non-migas

lebih banyak dilakukan melalui subsidi ekspor yang tinggi, hal ini talah menyebabkan

ekspor komoditi non-migas tidak kompetitif untuk bersaing pada pasar luar negeri.

Adalah kesalahan yang ketiga telah dilakukan Indonesia yang kurang berhasil

memperluas dasar ekspor non-migas dimasa lampau.

Semua kita menyadari bahwa kondisi perekonomian berada dalam dilema yang

serba sulit. Namun demikian, tidaklah ada alasan untuk menuju kemasa depan gemilang,

dengan menjadikan keadaan masa lalu sebagai pelajaran. Proses ekonomi masih berjalan

ditanah air, masalah yang dihadapi banyak sekali ragamnya. Satu-satunya masa-masa

gemilang penyaluran aspirasi daerah yang telah lama ditunggu-tunggu daerah selama ini

Page 11: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

11

telah dilakukan oleh pemerintah yaitu berupa “Otonomi Daerah”. Keberhasilan daerah

bagaimanapun juga adalah keberhasilan kita dan begitu juga sebaliknya kemunduran

daerah adalah bencana bagi kita semua. Tentang hasil daerah tersebut sampai saat ini

masih belum bisa dibaca oleh kacamata ekonomi, namun demikian, katakanlah

pemerintah pusat sebagai wasit, dan sementara itu hendaklah mencurahkan perhatian

kemasalah masa lalu, katakanlah “Belajar dari kesalahan”.

Dengan pengkajian ulang sekelumit perekonomian Indonesia masalalu dalam

kacamata menghadapi krisis demi krisis hingga terjadi sampai saat ini terungkap

beberapa kesalahan yang tidak terlihat selama ini. Dampak resesi yang mempengaruhi

Indonesia telah menyadarkan kita untuk tidak akan mengulanginya lagi, khususnya era

reformasi sekarang haruslah sangat mencermati, dan seandainya perhatian kurang

tercurah intuk itu, berarti seolah-olah “sipenderita akan mengulangi penyakit lamanya”.

Adapun kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan selama ini adalah sebagai berikut:

1. Mengabaikan peranan kebijaksanaan fiskal selaku suatu alat untuk

menghimpun tabungan pemerintah.

2. Kurang memanfaatkan potensi tabungan masyarakat selaku sumber

pembiayaan pembangunan.

3. Kurang berhasil memperluas dasar ekspor non-migas.

4. Membiarkan terjadinya ekonomi biaya tinggi.

5. Melakukan perbankan dan lembaga keuangan negara lainnya selaku jawatan

pemerintah.

6. Kurang memperhatikan pengaruh perkembangan ekonomi dunia terhadap

perekonomian Indonsia.

7. Mengabaikan potensi pembangunan daerah di dalam kerangka pembangunan

nasional.

8. Mengabaikan peranan dunia usaha swasta dalam proses pembangunan.

9. Masih terdapatnya keinginan untuk meneruskan peranan birokrasi

pemerintahan sebagai alat pengatur perekonomian Indonsia.

10. Kurang memperhatikan potensi sektor informal dan penciptaan perluasan

kesempatan kerja yang layak.

3. MASALAH INVESTASI DAN PERMINTAAN

Pembentukan modal atau Investasi selalu dianggap sebagai kunci dari

keberhasilan usaha-usaha pembangunan. Bila sekiranya investasi meningkat, dengan

sendirinya, dianggap bahwa laju pertumbuhan ekonomi akan meningkat pula. Hal ini

akan dapat menaikan pendapatan per kapita. Bila ini terjadi maka pembangunan dapat

dianggap berhasil. Sebaliknya, bila sekiranya investasi menurun maka hal ini akan

dianggap sebagai pertanda yang kuarang baik bagi pembangunan negara yang

bersangkutan. Kita, sadari atau tidak, terpengaruh sekali oleh jalan pemikiran yang

demikian itu.

Pembentukan modal memang penting bagi usaha-usaha pembangunan. Tetapi

terjadinya pembentukan modal yang tinggi saja sudah dianggap sebagai keberhasilan

pembangunan, tidaklah tepat sama sekali. Pembangunan mengandung makna yang jauh

lebih luas dari sekedar pembentukan modal dan kenaikan pendapatan perkapita.

Page 12: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

12

Tabel 1 . PENGGUNAAN PDB, TABUNGAN, STOKS MODAL DAN

PERUBAHAN PENDAPATAN, TAHUN 1960-2009

( Diperhitungkan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 )

Total Tabungan Stoks Investasi Nisbah PDB PDB Tab Dom Perubahan Pert'buhan

Konsumsi Domestik Modal Bruto Modal Tahun Tahun PDB Ekonomi

Bruto Bruto Lalu Lalu

Tahun Ct St Kt It ICOR Yt Yt-1 St-1 Yt YtYt

1960 103566.8 60262.5 10608.6 10608.6 0.065 163829.3 0.0 0.0 163829.3 0.0

1961 110851.9 64668.4 228788.4 15239.1 1.303 175520.3 163829.3 60262.5 11691.0 0.071

1962 119807.2 57363.6 1487404.5 13856.9 8.395 177170.9 175520.3 64668.4 1650.6 0.009

1963 111878.5 56473.4 -201858.2 10574.1 -1.199 168351.9 177170.9 57363.6 -8818.9 -0.050

1964 116507.3 63937.4 179440.3 12025.4 0.994 180444.7 168351.9 56473.4 12092.7 0.072

1965 117437.1 68219.5 445600.2 12509.2 2.400 185656.6 180444.7 63937.4 5211.9 0.029

1966 117525.9 69739.4 1637199.6 14064.2 8.743 187265.3 185656.6 68219.5 1608.7 0.009

1967 127204.0 62218.5 1007394.9 11472.5 5.318 189422.5 187265.3 69739.4 2157.2 0.012

1968 139933.7 70863.3 138361.6 14029.7 0.656 210797.0 189422.5 62218.5 21374.5 0.113

1969 148468.7 81510.7 216260.9 18038.2 0.940 229979.4 210797.0 70863.3 19182.4 0.091

1970 151827.1 100263.8 273413.3 23981.8 1.085 252090.9 229979.4 81510.7 22111.5 0.096

1971 164271.7 114886.3 299370.3 29026.9 1.072 279158.0 252090.9 100263.8 27067.1 0.107

1972 154912.4 138514.1 710630.3 34555.8 2.422 293426.5 279158.0 114886.3 14268.5 0.051

1973 177878.3 171644.3 251912.7 40430.3 0.721 349522.6 293426.5 138514.1 56096.1 0.191

1974 196641.0 171796.9 938759.4 48195.1 2.548 368437.9 349522.6 171644.3 18915.3 0.054

1975 210411.8 154903.4 -6461286.8 55230.3 -17.687 365315.2 368437.9 171796.9 -3122.7 -0.008

1976 223792.8 173890.4 719286.7 58543.7 1.809 397683.2 365315.2 154903.4 32367.9 0.089

1977 241651.1 209151.5 575883.1 67858.0 1.277 450802.6 397683.2 173890.4 53119.4 0.134

1978 262161.8 208760.6 1827521.5 78079.4 3.881 470922.4 450802.6 209151.5 20119.8 0.045

1979 297750.3 195991.0 1764092.1 81530.1 3.573 493741.4 470922.4 208760.6 22819.0 0.048

1980 334778.0 177189.0 2722683.4 96925.7 5.318 511967.1 493741.4 195991.0 18225.7 0.037

1981 387442.3 140741.9 3508384.9 107719.4 6.642 528184.1 511967.1 177189.0 16217.1 0.032

1982 403156.1 106835.9 -3412160.2 121716.1 -6.691 509992.0 528184.1 140741.9 -18192.1 -0.034

1983 428378.9 102620.7 3317255.2 131238.0 6.247 530999.6 509992.0 106835.9 21007.5 0.041

1984 465085.9 106299.6 1790491.8 126553.2 3.134 571385.5 530999.6 102620.7 40385.9 0.076

1985 473931.6 71466.1 -2847437.0 135678.5 -5.221 545397.6 571385.5 106299.6 -25987.8 -0.045

1986 484692.5 107669.3 1868873.0 148169.6 3.155 592361.8 545397.6 71466.1 46964.1 0.086

1987 498365.1 154569.4 1684785.3 156297.5 2.580 652934.5 592361.8 107669.3 60572.7 0.102

1988 520188.5 247195.6 1168745.7 174309.6 1.523 767384.0 652934.5 154569.4 114449.5 0.175

1989 546383.9 271216.2 3217247.0 197599.8 3.935 817600.1 767384.0 247195.6 50216.1 0.065

1990 594994.8 238808.6 11650152.4 226397.2 13.972 833803.4 817600.1 271216.2 16203.3 0.020

1991 638211.8 278649.2 2662235.3 241169.4 2.904 916861.0 833803.4 238808.6 83057.6 0.100

1992 659067.2 320223.1 3969924.7 253080.8 4.054 979290.3 916861.0 278649.2 62429.3 0.068

1993 692091.5 339032.1 5321010.8 267480.9 5.160 1031123.7 979290.3 320223.1 51833.4 0.053

1994 741079.0 340384.5 6536817.7 304274.8 6.044 1081463.5 1031123.7 339032.1 50339.8 0.049

1995 823537.5 332729.3 5361529.7 346857.7 4.637 1156266.8 1081463.5 340384.5 74803.3 0.069

1996 896751.0 412369.0 3401857.7 397201.9 2.599 1309120.0 1156266.8 332729.3 152853.3 0.132

1997 959124.0 418729.2 8644684.0 431234.2 6.274 1377853.3 1309120.0 412369.0 68733.3 0.053

1998 890755.8 397917.1 -4174539.1 288891.8 -3.239 1288672.9 1377853.3 418729.2 -89180.4 -0.065

1999 916040.7 352183.6 ####### 241609.7 -11.815 1268224.2 1288672.9 397917.1 -20448.7 -0.016

2000 947578.0 455336.4 2873540.8 275881.2 2.048 1402914.4 1268224.2 352183.6 134690.2 0.106

2001 984382.0 458602.6 10579890.8 293792.7 7.332 1442984.6 1402914.4 455336.4 40070.2 0.029

2002 1031083.2 474133.2 7439627.1 307584.6 4.943 1505216.4 1442984.6 458602.6 62231.8 0.043

2003 1077997.5 499173.8 6782385.2 309431.1 4.300 1577171.3 1505216.4 474133.2 71954.9 0.048

2004 1130357.7 526159.2 7408615.3 354865.7 4.472 1656516.9 1577171.3 499173.8 79345.6 0.050

2005 1178430.7 572384.5 7306034.7 393500.5 4.173 1750815.2 1656516.9 526159.2 94298.3 0.057

2006 1224491.8 622634.9 7742799.0 403719.2 4.192 1847126.7 1750815.2 572384.5 96311.5 0.055

2007 1284156.7 680170.6 7397389.6 441361.5 3.766 1964327.3 1847126.7 622634.9 117200.6 0.063

2008* 1360488.0 721827.9 8713331.1 493716.5 4.184 2082315.9 1964327.3 680170.6 117988.6 0.060

2009** 1444918.9 732057.6 11731546.9 510118.1 5.389 2176976.5 2082315.9 721827.9 94660.6 0.045

2010

Sumber: Diolah oleh penulis dari:

1). Biro Pusat Statistik, Statistik 60 Tahun Indonesia Merdeka, Jakarta 2006.

2). Republik Indonesia, Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 1988/1989.

3). BPS, Pendapatan Nasional Indonesia ( Tabel-Tabel Pokok ), Tahun 1983-1988 (1983 s/d 1985), Tahun 1986-1987 (1986), Tuhun 1987-1992 (1987 s/d 1989).

4). BPS, Pendapatan Nasional Indonesia ( Tabel-Tabel Pokok ), Tuhun 1997-2000 (1997 s/d 1998), Tahun 1999-2002 (1999), Tuhun 2000-2003 (2000)

5). BPS, Pendapatan Nasional Indonesia ( Tabel-Tabel Pokok ), Tahun 2001-2004 (2001 s/d 2002)

Keterangan: *. Angka sementara/Preliminary figures

**. Angka sangat sementara/Very Preliminary figures

#). "Perubahan Stock (change in Stock)" merupakan Sisa/Residual, dannama lainnya adalah "Perubahan Inventory (Change in Inventories)" yang bersamaan

dengan item baru yang disebut sebagai "Diskrepansi Statistik" (statistical Discrepancy" yang merupakan angka koreksi dalam menentukan Sisa/Residual

Page 13: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

13

Pembangunan, pada dasarnya, mengandung pengertian terjadinya perubahan-perubahan

yang cukup mendasar dalam kehidupan masyarakat suatu negara sehingga masing-

masing merasa mempunyai hak dan kewajiban terhadap negara tersebut (Hendra Esmara:

PT Gramedia, 1986, h..65).

Dalam mengkaji situasi ekonomi Filipina dalam masa resesi menjelang

berakhirnya kekuasaan presiden Marcos, mengingatkan kita kepada alasan-alasan yang

kita kemukakan dahulu ketika melihat kegagalan semasa ordelama (Emmanuel S. D

Dios: Univ of Philipines, 1984, h.123). Sebaliknya komite ekonomi Singapura telah pula

mengkaji ulang kelemahan-kelemahan yang dihadapi Singapura dalam perspektif resesi

dimasa lalu. Kelemahan-kelemahan ini sebelumnya tidak begitu kelihatan, sebagaimana

yang juga kita alami sekarang ini. Tetapi dengan terjadinya pukulan resesi tersebut, mulai

kita dapat memahami beberapa permasalahan yang selama ini pada ordebaru terabaikan

sama sekali.

Kelemahan-kelemahan ekonomi singapura, sebagaimana dikemukakan Komite

Ekonomi Singapura, terdapat tiga faktor utama:

1. Masalah struktural yang dihadapi oleh beberapa industri utama Singapura yang

berkaitan dengan sektor-sektor pengolahan minyak bumi dan Maritim.

2. Hilangnya daya saing internasional dan semakin menciutnya laba perusahaan di

Singapura….hal ini terjadi sebagai akibat meningkatnya upah buruh yang tidak

disertai oleh kenaikan produktivitas.

3. Kelemahan permintaan dalam negeri, bukan saja disebabkan karena anjloknya sektor

bangunan, tetapi juga disebabkan karena semakin meningkatnya jumlah tabungan

nasional yang tidak dapat disalurkan kepada peluang-peluang investasi domestik yang

produktif (The Singapura Economy: 1986. H.46).

Walaupun kelemahan-kelemahan ini ditutupi dengan melakukan investasi besar-

besaran dalam sektor bangunan, namun usaha ini dapat dinilai gagal oleh pemerintah

Singapura. Bukan saja pembangunan sektor bangunan menjadi terlalu berkelebihan tetapi

juga menyalurkan investasi ke sektor ini dianggap sebagai “misallocation”. Tindakan

yang keliru ini, akhirnya lebih mempertajam permasalahan yang dihadapi Singapura.

Dengan demikian, bukan saja jumlah investasi yang penting, akan tetapi

komposisi investasi tersebut dianggap jauh lebih penting lagi. Sebaliknya bagi kita

Indonesia, kelihatannya jumlah investasi jauh lebih penting dibanding komposisi

investasi itu sendiri. Dari pengalaman masa lalu Singapura dan Fhilippine agaknya dapat

ditarik pula kesimpulan untuk pada mana dapat pula diterapkan kepada lapangan usaha

ekonomi atau sektor ekonomi Indonsia seperti sektor Pertanian, Industri dan Jasa-jasa

yang tengah berlangsung dewasa ini sesuai dengan rencana atau target-target yang telah

digariskan sebelumnya melalui konsep perencanaan pembangunan Indonesia sekarang.

Meskipun penerapan komposisi investasi tersebut mendapat halangan besar ditengah

sulitnya mengakumulasi sumber pembiayaan dan pembentukan modal atau investasi bagi

pembiayaan pembangunan, secara cermat yang sedikit tersebut boleh jadi suatu saat akan

perlahan-lahan akan membukit.

Page 14: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

14

4. PENDEKATAN PENELITIAN

Pendapat ahli ekonomi kenamaan J.M Keynes sangat populer sekali dan hampir

seluruh negara menggunakan konsep tersebut. Versi lain yang merupakan kelanjutan

teori Keynes dalam hal pertumbuhan ekonomi seperti Harrod-Domar dan bahkan konsep

teori W.W Rostow yang menyangkut dengan tahap-tahap pembangunan, secara disadari

atau tidak, telah terjadi pada setiap negara baik negara maju, maupun negara

berkembang.

Tetapi bukan berarti bahwa setiap negara akan mengikuti tahap-tahap

pembangunan a la Rostow. Sebenarnya tidak ada satu negarapun yang akan mengikuti

langkah-langkah negara-negara lain dalam proses pembangunannya. Hal ini sangat

dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik ekonomi, sosial maupun politik. Tetapi pola pola

pemikiran Rostow mengenai periode kritis dalam tahap tinggal landas telah

mempengaruhi pola pemikiran negara-negara berkembang dewasa ini (Hendra Esmara:

1985, h.56 ).

Bahkan Rostow sendiri ketika diminta tanggapannya mengenai masalah masalah

ini, mengemukakan sebagai berikut: "I suspect that the widespread and continuing

interest in The Stages among economists in developing word stems from the fact that its

structure can be recognizably linked to the phenomena they see about them and the

problems they must try to solve from day to day in their societies" ( Meier, Gerald M and

Dudley Seers: 1984, h.237 ).

Kiranya adalah cukup beralasan apabila Benjamin Higgins berpendapat bahwa

konsep Rostow akan tetap dipergunakan sebagai kerangka berfikir di dalam ilmu

ekonomi pembangunan, No matter how critical Rostow's collegues mey be of his system,

his terminology is here to stay. The expressions, "The Take-off and "Self-Subtained

Growth" are thoroughly entrenched in the the literature, and will continue to be by

development economists ( Benjamin Higgins: 1968, h.186 ).

Istilah tinggal landas ini, walaupun dalam pengertian yang berbeda dengan

Rostow telah terdapat pula dalam GBHN. Selama ora pemerintahan ordebaru, sejak dari

akhir Pelita III sudah terdengar isu bahwasya Indonesia akan memasuki era "terciptanya

kerangka landasan bagi bangsa Indonesia" dalam Pelita IV, kemudian dimantapkan

landasan tersebut pada Pelita V, sehingga dalam Pelita VI bangsa Indonesia sudah benar-

benar dapat tinggal landas untuk memacu pembangunan menuju terwujudnya masyarakat

yang kita cita-citakan, ialah masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Sekarang sudah berkahir periode Pelita VI dan dalam periode ini Soeharto telah lengser

mei 1998 dan cita-cita yang telah bertubi-tubi era orde baru telah berkhir dan diganti

dengan pemerintah era reformasi, pemerintah maupun bangsa Indonesia menerima

warisan sang leluhur berupa Hutang Luar Negeri yang nyaris peringkat 3 didunia.

Tujuan penulisan ini adalah mencoba mencari permasalahan ekonomi yang

dihadapi Indonesia dewasa ini. Bertitik tolah dari permasahan tersebut, akan dikaji

berbagai usaha untuk mengatasi kelesuan ekonomi ini. Langkah-langkah ini tidak dapat

dilepaskan dari usaha-usaha pengkajian ulang perkembangan ekonomi yang telah terjadi

semasa ordebaru dan dilanjutkan kepada pengujian kemampuan usaha-usaha

pembangunan seperti yang digariskan dalam tahap-tahap pertumbuhan ekonomi ala

GBHN tempo dulu versi W.W Rostow untuk empat (4) periode perhitungan saja, yaitu:

Era ekonomi campuran (1960-2009), era pemerintahan ordelama (1960-1969), era

Page 15: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

15

pemerintahan ordebaru (1969-1998) dan era pemerintahan reformasi ekonomi (1998-

2009). Sebenarnya konsep tinggal landas tersebut memang sudah berlalu dan untuk masa

sekarang Indonesia cita-cita masih memerlukan tenggang waktu puluhan tahun lagi

kedepan. Walaupun demikian adanya, tujuan peper ini adalah sekedar mengukur

kemampuan atau katidakmampuan kita menelusuri konsep Rostow. Dalam hal ini,

kebutuhan tabungan bagi pembiayaan pembangunan langsung diasenyelir menjadi

sebagai Kebutuhan Investasi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta

dengan ukuran pertumbuhan ekonomi demikian sekaligus akan diterapkan terhadap

konsep Rostow untuk mencapai tinggal landas ( take-off ).

5. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Perkembangan ekonomi suatu negara biasanya ditandai oleh besar atau kecilnya

pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Secara singkat pertumbuhan ekonomi adalah

proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, yaitu melihat bagaimana suatu

perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Tekanannya pada

perubahan atau perkembangan itu sendiri ( Boediono: 1982, h.1). Hal ini terlihat dengan

banyaknya gagasan untuk memonitor atau mengukur hasil-hasil pembangunan yang telah

dicapai, ukuran yang selama ini biasa dipergunakan adalah dengan pendapatan nasional

atau GNP (Hendra Esmara: 1982, h.155).

Pencapaian besarnya GNP tersebut membutuhkan sejumlah investasi yang besar

dalam tiap-tiap periode pembangunan. Oleh Keynes, Investasi tersebut merupakan stock

of capital, secara sederhana investasi tersebut berasal dari tabungan dan tabungan itu

sendiri diperoleh dari pendapatan yang tidak dikonsumsi, sehingga dari sudut penerimaan

(income side), adalah merupakan sisa dari pendapatan yang tidak dikonsumsi (J.M.

Keynes: 1967, h.63 ).

Pada umumnya lebih kurang sekitar 75 % dari pendapatan nasional suatu negara

digunakan untuk konsumsi masyarakat atau rumah tangga yang dimaksud, sehingga

sisanya sejumlah 25 % akan merupakan tabungan. Dengan demikian, bahwa besar

kecilnya tabungan ditentukan oleh pendapatan. Namun demikian, tidak pula seluruh

pendapatan yang tersisa menjadi tabungan secara aggregat ( menyeluruh ) tersebut akan

tersalur menjadi investasi bagi pembiayaan pembangunan, dan untuk kasus demikian

diperlukan semacam penelitian.

Seorang ahli ekonomi barat yang termashur seperti Simon Kuznet, menyatakan

bahwa banyak ilmu pengetahuan didasarkan pada suatu kumpulan pengetahuan diskriptif

dan pada pengukuran empiris sangat membuhtuhkan pengetahuan tentang ketepatan yang

dapat dipercayai (Simon Kuznets: 1981, h.7). Namun demikian, kitapun juga tidak boleh

terlalu terikat dengan suatu teori saja , sehingga untuk kontek penelitian di Indonesia

diperlukan suatu model makro yang mempengaruhi tabungan tersebut.Khususnya

mengenai analisa pendapatan, banyak dijabarkan oleh beberapa ahli ekonomi setelah

Keynes seperti analisa pendapatan melalui siklus hidup oleh A.Ando, R.Brumberg dan F.

Modigliani. Kemudian pendekatan Permanent Income oleh Milton Friedman, Relative

Income oleh J.S. Duesemberry dan lain sebagainya (Kuncoro, Mudrajad: 1987, h25).

.Seiring dengan tujuan demikian, maka dalam penelitian ini akan dicoba pula mengukur

Page 16: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

16

kondisi ekonomi Indonesia dalam pencapaian Steady-State Growth yang menggunakan

data nasional Indonesia meliputi tahun 1960-2009.

6. PEMBENTUKAN MODEL DAN METODOLOGI

6.1. Pembentukan Model

Pada Umumnya sistem ekonomi suatu negara adalah terbuka. Namun demikian,

model ekonomi secara makro ada yang menyatakan ekonomi tertutup dan ekonomi

terbuka, ini dimaksudkan agar dalam penelitian ekonomi bahwa perekonomian lebih

dapat disederhanakan dalam perhitungan, sehingga dikenal pula dengan ekonomi dua

sektor, tiga sektor dan empat sektor. Model makro keseimbangan ekonomi terbuka

adalah sebagai berikut:

A = C + I + G + ( X – M ) ( 1 )

Y = C + S + ( T – R ) ( 2 )

A = Y ( ... Aggregate, Demand = Supply ) ( 3 )

C + I + G + ( X – M ) = Y = C + S + ( T - R ) ( 4 )

( I + G + R ) - ( S + T ) = ( M – X ) ( 5 )

S - I = ( G + R - T ) + Nx ( 6 )

I = S + ( T - R - G ) - ( X – M ) ( 7 )

I = [ S + ( T - G ) - R ] + ( M – X ) ( 8 )

I + G + X = S + ( T - R ) + M ( 9 )

I + X = S + M ( 10 )

persamaan (10) merupakan keseimbangan ekonomi yang bersifat terbuka, kalau saja

ingin ditinjau identitas ekonomi yang dalam penyusunan model makro termasuk ekonomi

tiga sektor dan ekonomi dua sektor tidaklah terlalu sulit, sebagai asumsi untuk tiga

sektor, dimana ( X - M ) = 0 dan mungkin R = 0. Sedangkan untuk asumsi dua sektor

diasumsi G + ( X - M ) = 0 dan ( T - R ) = 0 dari persamaan (4), alhasil didapatkan

sebagai berikut:

St = It ( 11 )

St = Sh + Sg = It ( 12 )

St = Sh + Mt = It ( 13 )

persamaan (11), (12) dan (13) masing adalah ekonomi dua sektor, tiga sektor dan empat

sektor. Ketiga persamaan tersebut telah siap bila dijadikan kedalam fungsi berkut

sekaligus dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Teori ekonomi Keynes ini pada

umumnya merupakan fungsi dari pendapatan nasional dan bisa juga fungsi lain seperti

tabungan dengan tabungan tahun lalu dan investasi dengan tingkat bunga ( interest rate ).

Page 17: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

17

Dalam versi pertumbuhan ekonomi, model sederhana Keynes tersebut dirobah oleh

Harrod-Domar yang menganalisis adanya hungan antara tabungan dengan modal sebagai

berikut (Michael P. Todaro: 1977, h.65):

St = s Yt ( 14 )

It = Kt ( 15 )

Kt/ Yt = k ( 16 )

atau Kt / Yt = k ( 17 )

Yt/ Yt = s/k ( 18 )

Selainnya itu, khusus dalam penaksiran stok modal atau modal (capital), dimana modal

adalah Kt = k Yt atau Kt = k Yt dan It = Kt, sehingga k tersebut ditulis sebagai

k = It / Yt ( 19 )

oleh karena antara investasi dan tabungan merupakan kembar siam yang tidak bisa

dipisahkan, maka secara otomatis tabungan besar kecilnya tergantung dengan pendapatan

dan begitu juga capital dengan pendapatan dan kedua merupakan fungsi dari pendapatan.

Untuk tujuan demikian baik tabungan mapun modal perlu dilakukan estimasi secara

serempak, yaitu guna mendapatkan besarnya pertumbuhan ekonomi dan fungsi tersebut

sebagai

St = -C + s Yt ( 20 )

Kt = K + k Yt-1 ( 21 )

maka perumusan Harrod-Domar pada persamaan (18) Yt/Yt = s/k ( adalah fungsi

jangka pendek pertumbuhan ekonomi dengan dana luar negeri ), dan dalam hal ini juga

bisa dilakukan dari pembagian koefisien hasil estimasi persamaan (20) dengan persamaan

(21). Tabungan adalah bagian pendapatan yang tidak dikonsumsi dan merupakan fungsi

dari pendapatan, Menurut definisi lainya, bahwa perubahan tabungan sama dengan

tabungan tahun t dikurangi tabungan tahun sebelumnya, yang dapat ditulis sebagai

berikut dalam bentuk:

St = St - St-1 ( 22 )

Untuk menentukannya berapa besarnya perubahan tabungan, dimisalkan bahwa jumlah

tabungan yang diinginkan pada tahun t adalah St*. Asumsi bahwa hubungan antara St*

dengan St mempunyai persyaratan sebagai berikut:

St = h ( S*t - St-1 = 1 ) ( 23 )

dimana ha merupakan faktor penyesuaian antara keinginan dan kenyataan yang nilainya

terletak antara Nol dan Satu ( 0 < ha < 1 ). Jika h = 1 maka St = S*t, akan tetapi jika

h = 0 maka St = 0. Apabila dari kedua persamaan diatas dilakukan subsitusi, yaitu

persamaan (22) disubsitusikan kedalam persamaan (23) dan anggap bahwa S*t/ Yt = a,

maka diperoleh:

Page 18: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

18

St = ( 1 - h ) St-1 + ha Y t ( 24 )

Secara statistik analisis regresi persamaan (24) yang merupakan persamaan tabungan

jangka panjang ( tanpa konstanta ) memperlihatkan bahwa tabungan tahun t dipengaruhi

oleh tabungan tahun lalu dan perubahan pendapatan. Untuk menentukan berapa besarnya

kebutuhan tabungan sebagai tingkat investasi produktif dalam pembiayaan pembangunan,

sehingga pada hakekatnya tingkat kebutuhan tabungan tersebut dapat mencapai kondisi

Steady-state growth yang dirumuskan sebagai berikut

St/Yt = ha g / ( g + h ) ( 25 )

dimana, h = h1: h1 = MPS

= s

= s (1- t) + t

= s (1- t) + m

Masing-masing h1 = MPS untuk analisa ekonomi dua sektor, tiga sektor dan empat

sektor antara lain harus memberikan hasil yang sama.

6.2. Metodologi

Metodologi yang hendak dibuat menyangkut dengan metode pengujian secara

statistik, dan uraian tersebut kiranya tidak perlu terlalu ditonjolkan, sehingan analisis

statistik yang diperlihatkan secara umum masing berdasarkan (24), (20) dan (21) yang

dalam bentuk fungsi sebagai berikut:

St = f ( St-1 , Yt , Ui ) ( 26 )

St = f ( Yt , Ui ) ( 27 )

Kt = f ( Yt-1 , Ui ) ( 28 )

dimana: Ct = Konsumsi masyarakat pada tahun t

G = Government expenditure

It = Investasi bruto tahun t

Xt = Ekspor barang-barang dan jasa-jasa tahun t

Mt = Impor barang-barang dan jasa-jasa tahun t

Tt = Penerimaan Pajak tahun t

R = Transfer payment

St = Perubahan Tabungan ( Domestic Saving ) pada tahun t

St = Tabungan tahun t

St-1 = Tabungan tahun t-1 (sebelumnya)

Yt = Produk Domestik Bruto tahun t

Yd = Pendapatan Disposibel tahun t

Yt = Perubahan Produk Domestik Bruto

Kt = Stok Modal (Capital Stock)

Page 19: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

19

Tabel 2: Hasil Pengujian Empiris Tabungan Dan Stoks Modal Jangka Pendek

Persamaan SE R2 R R2 F D-W

Tahun 1960-2009: St = -3381.6 + 0.968598 St-1 + 0.590243 Yt 17775.5 0.992 0.996 0.992 2885.074 0.009

S(bi): (0.015206) (0.057611) t(bi): (63.69779) (10.24528)

St = -370.6 + 0.322174 Yt 38674.6 0.961 0.980 0.960 1180.863 0.303 S(bi): (0.009375) t(bi): (34.36368)

Kt = -831920.5 + 4.385107 Yt-1 3971262.6 0.285 0.534 0.270 19.129 1.480 S(bi): (1.002611)

t(bi): (4.37369)

Tahun 1960-1969: St = 3746.9 + 0.936536 St-1 + 0.349832 Yt 4822.529 0.674 0.821 0.581 7.238 0.211 S(bi): (0.248631) (0.102534) t(bi): (3.766774) (3.411831)

St = 3117.4 + 0.334013 Yt 3542.8 0.799 0.894 0.774 31.794 1.786 S(bi): (0.059236) t(bi): (5.638652)

Kt = 22765.8 + 3.003764 Yt-1 648395.9 0.078 0.278 -0.038 0.673 2.145 S(bi): (3.662734) t(bi): (0.820088)

Tahun 1969-1998: St = 11420.0 + 0.055066 St-1 + 0.822959 Yt 31824.0 0.913 0.955 0.906 141.064 0.038 S(bi): (0.041987) (0.136187) t(bi): (1.311494) (6.042847) St = 23595.4 + 0.279551 Yt 44197.6 0.825 0.908 0.819 132.269 0.294 S(bi): (0.024307) S(bi): (0.024307)

Kt = -1061040.3 + 4.733006 Yt-1 3301418.6 0.185 0.430 0.155 6.341 2.003 S(bi): (1.879599) t(bi): (2.518093)

Tahun 1998-2009: St = 42162.5 + 0.892142 St-1 + 0.592977 Yt 20190.7 0.979 0.989 0.974 207.577 2.767 S(bi): (0.060231) (0.107407) t(bi): (14.81210) (5.520856) St = -140427.2 + 0.409637 Yt 15171.5 0.987 0.993 0.985 741.225 2.282 S(bi): (0.015046) t(bi): (27.22544)

Kt = -21642375.0 + 16.620862 Yt-1 6291211.3 0.353 0.594 0.288 5.455 1.273 S(bi): (7.116020) t(bi): (2.335696)

Sumber: Diperhitungkan oleh penulis dari data Tabel 1.

Page 20: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

20

C, K = Constant (autonomous Consumption and Capital)

ha = Faktor penyesuaian antara keinginan kemampuan menabung.

h = Perbandingan/ rasio antara tabungan yang diinginkan dengan

pendapatan nasional.

a = Angka (ratio) antara tabungan yang diinginkan dengan

perubahan pendapatan nasional

k = Incremental Capital Output Ratio

c = Marginal Propensity to Consume

s = Marginal Propensity to Save

g = Rate of Growth ( % ).

0 < ha < 1 MPC + MPS = 1 APC + APS = 1

7. PENEMUAN EMPIRIS DAN ANALISIS PERHITUNGAN

7.1. Pengujian Empiris

Berikut ini adalah hasil pengjian beberapa fungsi yang berhubungan dengan

persamaan (25) yang menjadi tofik penelitian dan interprestasi dari koefisien hasil

estimasi antara lain setelah dirobah kedalam bentuk fungsi jangka panjang akan dapat

digunakan untuk memperkirakan kebutuhan investasi produktif bagi pembiayaan

pembangunan Indonesia serta untuk menaksir ukuran tinggal landas ( take-off ), mampu

atau tidaknya menelusuri konsep W.W Rostow tersebut. Hasil estimasi yang dilakukan

sesuai dengan periode penelitian yang meliputi empat (4) periode perhitungan saja, yaitu:

Era ekonomi campuran (1960-2009), era pemerintahan ordelama (1960-1969), era

pemerintahan ordebaru (1969-1998) dan era pemerintahan reformasi ekonomi (1998-

2009) dengan hasil pengujian pada umumnya cukup significant statistik sebagaimana

dapat dilihat pada tabel 2.

7.2. Hasil Perhitungan Kebutuhan Investasi

Pada bagian ini yang akan ditelusuri adalah jumlah kebutuhan tabungan yang

tersalur sebagai investasi produktif bagi pembiayaan pembangunan Indonesia.

Mengangkut dengan investasi, istilah produktif dimaksudkan sebagai "tingkat tabungan

jangka panjang" yang tercapai bersamaan tingkat pencapaian laju pertumbuhan ekonomi

suatu negara. Investasi produktif adalah sejumlah investasi atau tingkat investasi yang

benar-benar berperan sebagai pembiayaan pembangunan, dan menaikan pendapatan

melalui produktivitas dan menaikan pertumbuhan ekonomi. Berikut ini, “hasil

perhitungan kebutuhan investasi” dengan periode penelitian yang sama sebagaimana

dapat dilihat pada tabel 3.

Page 21: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

21

Tabel 3: HASIL PERHITUNGAN PERKIRAAN KEBUTUHAN INVESTASI

DARI FUNGSI REGRESI JANGKA PENJANG

Tahun 1960-2009:

St = ( 1 - h ) St-1 + ha Yt St = s Yt Kt = k Y t-1

= 0.968598 St-1 + 0.590243 Yt = 0.322174 Yt = 4.385107 Yt-1

dimana, h = 0.031402 a = 18.796351 s = 0.322174 k = 4.385107 g (%) = 0.07347

St/Yt = hag / ( g + h ) = 0.4135055

Tahun 1960-1969:

St = ( 1 - h ) St-1 + ha Yt St = s Yt Kt = k Y t-1

= 0.936536 St-1 + 0.349832 Yt = 0.334013 Yt = 3.003764 Yt-1

dimana, h = 0.063464 a = 5.51229 s = 0.334013 k = 3.003764 g (%) = 0.111198

St/Yt = hag / ( g + h ) = 0.110406

Tahun 1969-1998:

St = ( 1 - h ) St-1 + ha Yt St = s Yt Kt = k Y t-1

= 0.055066 St-1 + 0.822959 Yt = 0.279551 Yt = 4.733006 Yt-1

dimana, h = 0.944934 a = 0.8709169 s = 0.279551 k = 4.733006 g (%) = 0.0590642

St/Yt = hag / ( g + h ) = 0.0484138

Tahun 1998-2009:

St = ( 1 - h ) St-1 + ha Yt St = s Yt Kt = k Y t-1

= 0.892142 St-1 + 0.592977 Yt = 0.409637 Yt = 16.620862 Yt-1

dimana, h = 0.107858 a = 5.4977563 s = 0.409637 k = 16.620862 g (%) = 0.024646

St/Yt = hag / ( g + h ) = 0.2227195

Sumber: Diperhitungkan Oleh Penulis dari Tabel 2.

Dengan mempergunakan interprestasi antar koefisien regresi empat (4) periode

perhitungan: Era ekonomi campuran (1960-2009), era pemerintahan ordelama (1960-

1969), era pemerintahan ordebaru (1969-1998) dan era pemerintahan reformasi ekonomi

(1998-2009) bahwa Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masing-masing periode

tersebut adalah 7.35 %, 11.12 % , 5.91 % dan 2.47 % dengan tingkat kebutuhan tabungan

terhadap pendapatan nasional masing-masing sebesar 41.35 %, 11.04 %, 4.84 % dan

22.27 % Tingkat kebutuhan tabungan terhadap pendapatan nasional tersebut sebagaimana

halnya dalam proses pembangunan suatu negara merupakan sebagai “kebutuhan

investasi produktif” yang mampu diakumulasi sebagai pembiayaan pembangunan

nasional guna mencapai perubahan pendapatan bahkan besaran pertumbuhan ekonomi.

Page 22: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

22

Sebenarnya laju pertumbuhan ekonomi sebesar tersebut sudah cukup tinggi dicapai dan

malahan lebih besar dari pada rencana yang harus dicapai.

Tabel 4 : FUNGSI TABUNGAN JANGKA PANJANG INDONESIA DIBANDING

NEGARA LAIN DAN PERKIRAAN KEBUTUHAN TABUNGAN

Taksiran Nilai

Growth Rate (%)

Negara 1-h ha h a 4 5 6 7

Brazil 0.859 0.592 0.141 4.19 0.131 0.155 0.177 0.214

[13.32] [3.35]

Costa Rica 0.715 0.819 0.249 3.58 0.123 0.149 0.173 0.217

[10.57] [40.66]

Israel 0.959 0.24 0.041 0.09 0.012 0.013 0.014 0.016

[9.56] [0.25]

Philippines 0.828 0.667 0.172 3.94 0.128 0.153 0.175 0.215

[17.55] [5.39]

Taiwan 0.772 0.779 0.228 3.42 0.116 0.14 0.163 0.202

[5.30] [2.56]

Indonesia *):

Tahun: 1960-2009 0.968598 0.590243 0.031402 18.79635 0.330659 0.362548 0.387460 0.407458

[63.69779] [10.24528]

1960-1969 0.936536 0.349832 0.063464 5.51229 0.135248 0.154160 0.170008 0.183482

[3.766774] [3.411831]

1969-1998 0.055066 0.822959 0.944934 0.870917 0.033422 0.041357 0.049135 0.056759

[1.311494] [6.042847]

1998-2009 0.892142 0.592977 0.107858 5.497756 0.160418 0.187820 0.211957 0.233379

[14.81210] [5.520856]

Sumber : Heff, Nathaniel H. dan Kasuo Sato (1975), "A Simultaneous Equations Model of Saving in

Developing Countries", Journal of Political Economy, 83(b).

Catatan: *). Khusus untuk Indonesia dihitung oleh penulis untuk data periode tahun 1960-2009.

Page 23: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

23

Meskipun pertumbuhan ekonomi sudah cukup tinggi, maka belum tentu jumlah

tabungan berarti sudah mantap dan demikian juga halnya dengan investasi. Ada asumsi

yang mungkin tidak pernah dipopulerkan dalam masyarakat, yaitu dari segi sumber

investasi tersebut. Dari informasi para ahli ekonomi selama ini telah dapat dimengerti

atau disimpulkan, dimana Indonesia dalam menggalakkan upaya pembangunan yang

cepat dan dengan mengeterapkan jalur pembangunan "rapid growth" dimana sumber

pembiayaan pembangunan telah nyata-nyata menggantungkan harapan pada dana luar

negeri capital inflows.

Disamping itu, bahwa apa yang telah diamanatkan GBHN "upaya pembangunan

yang semakin bertumpu pada kemampuan sendiri dicamkan hanya sebagai hiasan kata

belaka, dengan demikian tidak mustahil kiranya baik sektor swasta maupun sektor

pemerintah dalam kontek tata ekonomi nasional menanggung hutang yang besar terhadap

luar negeri, alhasil baik neraca pembayaran maupun anggaran negara mengalami posisi

yang kritis sepanjang tahun dan perdagangan luar negeri ternyata juga tidak mantap

ditelusuri.

Alasan yang menguatkan hasil penelitian ini sebagaimana dapat dilihat dimana

terlalu jauh perbedaan antara MPS dengan nilai h berupa perbandingan atau rasio antara

tabungan yang diinginkan dengan pendapatan. Sedangkan tingkat kebutuhan tabungan

terhadap pendapatan nasional adalah masih cukup tinggi yaitu sebesar 22.27 % rata-rata

per tahun dengan laju pertumbuhan ekonomi yang cukup rendah sebesar 2.47 % rata-rata

pertahun pada era reformasi ekonomi tahun 1998-2009. Tingginya nilai kebutuhan

tabungan berarti menyatakan “bahwa Indonesia mampu melanjutkan pembangunannya”.

Hal yang sangat menarik dalam penelitian ini alalah bahwa nilai h yang cukup

besar bagi Indonesia, yaitu sebesar 94.49 % rata-rata pertahun pada era ordebaru tahun

1969-1998 dan malahan melebihi nilai h negara Taiwan yang bernilai 0.228 atau 22,8 %

rata-rata setiap tahunnya nilai a bagi negara Taiwan adalah sebesar 3.42 sedangkan

Indonesia mempunyai nilai a yang dinilai sangat kecil yaitu sebesar 0.87. Dalam

kenyataannya Indonesia tidak dapat langsung disamakan dengan negara Taiwan. Negara

seperti Taiwan tersebut adalah negara NICs dan sektor perekonomiannya jauh lebih

mantap dari Indonesia karena mereka lebih banyak menikmati rembesan kemajuan yang

dicapai Jepang akibat kedua negara agak bertetangga dan ditambahkan pula Taiwan telah

cukup lama memperdayakan sumber daya manusianya (lihat Tabel 4).

Dari segi nilai a untuk Indonesia adalah sangat besar untuk semua periode

perhitungan terkeali era pemerintahan ordebaru (1969-1998) apabila dibanding dengan

beberapa negara seperti Brazil, Costa Rica, Philippina dan Taiwan. Artinya Indonesia

adalah sangat unggul terkecuali terkecuali terhadap negara Israel. Besarnya nilai a

tersebut memberikan indikasi bahwa “proses penyesuaian antara tabungan yang

diharapkan dengan tabungan yang terjadi adalah jauh lebih cepat dibanding dengan

negara-negara lain tersebut”. Selanjutnya, dengan asumsi bahwa St = A At* dimana At*

adalah jumlah kekayaan ( assets ) yang diharapkan, maka St*/Yt = A At*/Yt. Untuk kasus

di Indonsia oleh karena besarnya nilai a menunjukan pula bahwa besar pula rasio

kekayaan yang diinginkan terhadap pendapatan. Memang tidak dapat dipungkiri suatu

negara miskin atau hampir seluruh pendapatan tergunakan untuk pemenuhan konsumsi

atau kondisi yang dihadapi negara tersebut boleh dikatakan dengan apa yang disebut

“subsistence level” hingga hampir atau nyaris tidak ada pendapatan yang tersisa untuk

tabungan, maka negara demikian mempunyai hasrat konsumsi yang tinggi sekali,

Page 24: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

24

sehingga antara keinginan menabung ( willingness to save ) menjadi bertolak belakang

dengan kemampuan menabung ( ability to save ).

Nampaknya Indonesia memerlukan tabungan yang sedikit lebih kecil dari pada

Taiwan. Agaknya, perbedaan kebutuhan ini dapat dijelaskan bahwa Taiwan boleh

dikatakan lebih baik ekonomi yang dimilikinya dan termasuk sebagai negara kelompok

NICs dengan sektor industrinya sangat memperbesar tabungan dan pendapatannya

selama ini. Sedangka Indonesia, upaya dan kemapuan mobilisasi tabungan tidak mantap.

Upaya pengingkatan tabungan lebih sering menghendaki melalui pengorbanan konsumsi

secara besar-besaran, dan sektor Industri dan tidak secerah di Taiwan.

8. KESIMPULAN

Penghalang utama bagi pembangunan negara-negara adalah masalah kekurangan

sumber-sumber pembiayaan pembangunan atau pembentukan modal yang dapat

dikerahkan sebagai Investasi bagi pembiayaan pembangunan. Dapat dikatakan suatu

kemampuan yang luar biasa era ordebaru sanggup meningkatkan modal secara besar-

besaran dari sumber dalam negeri plus luar negeri, dan sebaliknya adalah suatu

kelemahan ordebaru, selama mengalami reski minyak lupa akan pengembangan non-

migas dan pengendalian beberapa kebijaksanaan makro ekonomi yang ada, dan yang

paling riskan sekali adalah kurang mengkaitkan antara rencana tinggal landas dengan

besarnya tumpukan hutang luar negeri.

Dengan menerapkan konsep Rostow yang secara bersamaan terkait kuat dengan

teori pertumbuhan ekonomi yang dipaparkan Harrod-Domar terhadap ekonomi dan

pembangunan di Indonesia untuk empat (4) periode perhitungan: Era ekonomi (kondisi)

campuran (1960-2009), era pemerintahan ordelama (1960-1969), era pemerintahan

ordebaru (1969-1998) dan era pemerintahan reformasi ekonomi (1998-2009) bahwa

Laju pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai masing-masing sebesar 7.35 %, 11.12 % ,

5.91 % dan 2.47 % rata-rata per tahun. Pencapaian pertumbuhan ekonomi sebesar ini,

dimana Indonesia telah "memperuntukan" tabungan dalam negeri masing-masing sebesar

41.35 %, 11.04 %, 4.84 % dan 22.27 % dari pendapatan nasional. Sungguh hal yang

sangat luar biasa telah terjadi pada Indonesia masa ordebaru, walaupun telah memenuhi

konsep Rostow tersebut, namun belum dapat mencapai take-off. Rupanya masih ada pra-

syarat lain yang juga harus dipenuhi, yaitu pelaksanaan pembangunan harus mampu

dilakukan tanpa memperoleh "pinjaman lunak", dan telah dapat tumbuh dan berkembang

atas kekuatan sendiri atau menurut istilah Rostow "the take-off into self substained

growth", yang harus dipenuhi secara bersamaan.

Laju pertumbuhan ekonomi pada penelitian ekonomi Indonesia Era ekonomi

campuran (1960-2009) selama 50 tahun Indonesia membangun cukup tinggi dari era

pemerintahan ordebaru (1969-1998) yang mengalami penurunan yang cukup drastis, dan

malahan berlanjut hingga sampai ke era pemerintahan reformasi ekonomi (1998-2009)

yang merosot dengan tajam rata-rata setiap tahunnya, malahan dari hasil penelitian yang

pernah dilakukan untuk tahun 1997-2002 bahwa pertumbuhan ekonomi mengalami nilai

minus secara rata-rata per tahun. Jadi ada sedikit kemajuan atau perbaikan yang dicapai

pada era pemerintahan reformasi ekonomi (1998-2009) zaman SBY dibanding dengan

era pemerintahan reformasi ekonomi (1997-2002) pasca Megawati Soekarno Purti

Page 25: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

25

mengendalikan tampuk pemerinthan Indonesia. Bagaimanapun juga pengendalian

ekonomi dan pembangunan Indonsia era pemerintahan ordebaru (1969-1998) Almarhum

Jenderal Soeharto jauh lebih baik daripada kedua zaman Megawati dan SBY tersebut.

Secara keseluruhan, dari masa ke masa secara beruntun terhitung semenjak era

pemerintahan ordelama (1960-1969), era pemerintahan ordebaru (1969-1998) dan era

pemerintahan reformasi ekonomi (1998-2009), laju pertumbuhan ekonomi Indonesia

mengalami penegendoran secara berkelanjutan. Agaknya “jauh panggang daripada api”

bahwa era reformasi ekonomi untuk bercita-cita pula mencapai tinggal landas

sebagaimana yang telah dilakukan semasa ordebaru. Meskipun demikian adanya, era

reformasi ekonomi zaman SBY tidak tertutup kemungkinan untuk melakukan perbaikan-

perbaikan ekonomi ke tahun-tahun berikutnya meskipun secara berangsur-angsur kerena

telah adanya perubahan yang positif. Hendaknya orientasi mengarah ke “outward

looking” berdasarkan pengalaman negara maju serta negara lainnya yang menjadi

pembanding serta pengelaman ekonomi Indonesia pada masa lampau.

9. DAFTAR PUSTAKA

1. Esmara, Hendra.,"Politik Perencanaan Pembangunan : Teori, Kebijaksanaan dan

Prospek" (Padang: Pidato Pengukuhan Sebagai Guru Besar Perencanaan

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Andalas pada rapat senat terbuka, 27

Juli 1985).

2. _________________dkk., "Beberapa Indikator Pembangunan Indonesia" dalam

Masyarakat Indonesia, Tahun ke-IX, No.2, 1982.

3. ________________,"Ekonomi Indonesia Dalam Transisi" (Padang: Pusat Penelitian

Universitas Andalas, 1987).

4. Heff, Nathaniel H. dan Kasuo Sato (1975). "A Simultaneous Equations Model of

Saving in Developing Countries". Jurnal of Political Economy, 83 (b).

5. Higgins, Benjamin., " Economic Development: Problems, Principles and Policies

(New York: W.W. Norton & Company, Revised edition 1968 ).

6. Kuncoro, Mudrajad., "Dampak Arus Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Dan Tabungan Domestik", Prisma 9 (Jakarta: LP3ES, 1987).

7. Meier, Gerald M and Dudley Seers ( editor )., "Pioneers in Development" ( New

York: Oxford University Press, 1984 ).

8. Michael P. Todaro, "Economics For Developing World" ( London: Longman Group

Limited, 1977).

9. R.M Sandrum, “Development Economic: A Framework for Analysis and Policy”

(New York: John Wiley & Sons, 1983).

10. Simon Kuznet, "Economic Growth of Nation", dalam Teori Ekonomi Dan

Penerapannya di Asia ( Gramedia: Jakarta, 1981).

11. Tambunan, Tulus Tahi Hamonangan., Pembangunan Ekonomi & Utang Luar

Negeri:Rajawali Press, Jakarta 2008

12. Tambunan, Tulus TH Dr., Perekonomian Indonesia Teori Dan Temuan Empiris:

Ghalia Indonesia Jakarta, Agustus 2001.

13. Tambunan, Tulus., Perdagangan Internasional Dan Neraca Pembanyaran Teori Dan

Temuan Empiris: PT Pustaka LP3ES Indonesia Jakarta, Februari 2001.

Page 26: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

26

14. Tambunan, Tulus TH Dr., Perekonomian Indonesia Beberapa Masalah Penting:

Ghalia Indonesia Jakarta, September 2003

15. Voivodas, Contantin S. "Export, Foreign Capital Inflow and Economic Growth",

Journal of International Economics, (Feb,1972).

16. Emmanuel S. De Dios (editor), An Analysis of the Philippine Economic Crisis

(Quezon City: Univ of The Philippine Press, 1984).

17. Michael P. Todaro dan Stephen, C Smith, Pembangunan Ekonomi, edisi kesembilan:

Erlangga, Jakarta 2006.

18. Report of Economic Committee, The Singapura Economy: New Direction

(Singapura: Ministry of trade & Industry, February 1986)

Tambahan:

19. Adisasmita, Rahardjo., Dasar-dasar Ekonomi Transportasi:Graha Ilmu, Yokyakarta,

Mei 2010

20. Basri, Faisal,. Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan

Indonesia: Erlangga, Jakarta 2002

21. Deliarnov., Perkembangan Pemikiran Ekonomi, edisi ketiga: Rajawali Press, Jakarta

2010

22. Johnston, J., (1972). Economietric Methods, Mc Graw-Hill Kogakusa, Ltd., Tokyo.

23. J. Supranto., (1981). Metode Ramalan Kwantitatif Untuk Perencanaan, Jakarta,

Gramedia.

24. Sanusi, Bachrawi., Pengantar Ekonomi Pembangunan: PT Rineka Cipta Jakarta,

Februari 2004

Data-Data Resmi Ekonomi Indonesia:

I. Data Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA) Indonesia:

Sumber:

1). Republik Indonesia, Rencana Pembangunan Lima Tahun Pertama, 1969/70-1973/74.

2). ______________ , Rencana Pembangunan Lima Tahun Kedua, 1974/75-1978/79

(Jakarta: Departemen Penerangan RI), Buku I.

3). ______________ , Rencana Pembangunan Lima Tahun Ketiga, 1979/80-1983/84

(Jakarta: Departemen Penerangan RI), Buku I.

4). ______________ , Rencana Pembangunan Lima Tahun Keempat, 1984/85-1988/89

(Jakarta: Departemen Penerangan RI), Buku I.

5). ______________ , Rencana Pembangunan Lima Tahun Kelima, 1989/90-1993/94

(Jakarta: Departemen Penerangan RI), Buku I.

6). ______________ , Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam, 1994/95-1998/99

(Jakarta: Departemen Penerangan RI), Buku I.

II. Data Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia:

Sumber:

8). Bank Indonesia, Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia, Januari 1973

9). ____________ , Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia, Maret 1973

10). ____________ , Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia, Volume XIII, No 5, Mei 1980.

11). ____________ , Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia, Volume XV, No 4, April 1982.

Page 27: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

27

12). ____________ , Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia, Volume VII, No 3, Maret 1983.

13). ____________ , Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia, Volume XIX, No 3, Maret 1986.

14). ____________ , Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia, Volume XX, No 4, April 1987.

15). ____________ , Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia, Volume XX, No 3, Maret 1988.

16). ____________ , Laporan Tahunan 1988/89

III. Data Statistik Indonesia:

Sumber

17). Biro Pusat Statistik , Statistik Indonesia (Statistik tahunan 1974/75)

18). _______________ , Statistik Indonesia 1975.

19). _______________ , Statistik Indonesia 1977-80.

20). _______________ , Statistik Indonesia 1980/81.

21). _______________ , Statistik Indonesia 1982.

22). _______________ , Statistik Indonesia 1984.

23). _______________ , Statistik Indonesia 1983-1986 (Tabel-Tabel Pokok).

IV. Data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia:

Sumber: 24) Biro Pusat Statistik, Statistik 60 Tahun Indonesia Merdeka, Jakarta 2006, Realisasi Penggunaan

Produk Domestik Bruto untuk tahun 1960-2004.

25) Republik Indonesia, Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun

1988/1989. Realisasi Penggunaan PDB, APBN, Neraca Pembayaran tahun 1960-1973 26) Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia (Tabel-Tabel Pokok),Tahun 1983-1988.

27) Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia (Tabel-Tabel Pokok),Tahun 1986-1987.

28) Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia (Tabel-Tabel Pokok),Tuhun 1987-1992.

29) Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia (Tabel-Tabel Pokok ),Tuhun 1993-1995.

30) Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia (Tabel-Tabel Pokok), Tahun 1994- 1997.

31) Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia (Tabel-Tabel Pokok), Tahun 1996-1999.

32) Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia (Tabel-Tabel Pokok), Tuhun 1997-2000.

33) Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia (Tabel-Tabel Pokok), Tuhun 2000-2003.

34) Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia ( Tabel-Tabel Pokok ), Tahun 2001-2004.

35) Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia "National Income of Indonesia" 2002-2005.

36) Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia "National Income of Indonesia" 2004-2007.

37) Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia "National Income of Indonesia" 2006-2009.

V. Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi DKI Jakarta:

Sumber:

38) Pendapatan Regional Propinsi-propinsi di Indonesia Tahun 1971-1977

39) Pendapatan Regional Propinsi-propinsi di Indonesia Tahun 1975-1979

40) Pendapatan Regional Propinsi-propinsi di Indonesia Tahun 1975-1982

41) Pendapatan Regional Propinsi-propinsi di Indonesia Menurut LU Tahun 1983-1989

42) Pendapatan Regional Propinsi-propinsi di Indonesia Menurut LU Tahun 1988-1993

43) Pendapatan Regional Propinsi-propinsi di Indonesia Menurut LU Tahun 1993-1996

44) Pendapatan Regional Propinsi-propinsi di Indonesia Menurut LU Tahun 1995-1998

45) Pendapatan Regional Propinsi-propinsi di Indonesia Menurut LU Tahun 1997-2000

46) Pendapatan Regional Propinsi-propinsi di Indonesia Menurut LU Tahun 1999-2002.

47) Pendapatan Regional Propinsi-propinsi di Indonesia Menurut LU Tahun 2000-2004

48) Pendapatan Regional Propinsi-propinsi di Indonesia Menurut LU Tahun 2001-2005

49) Pendapatan Regional Propinsi-propinsi di Indonesia Menurut LU Tahun 2004-2008

Page 28: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

28

VI. Data Realisasi Neraca Pembayaran Indonesia:

Sumber:

50) Dalam Hendra Esmara "Ekonomi Indonesia Dalam Transisi", Pusat Penelitian Unand

Padang, 1987 untuk tahun 1969/70-1984/85, Diperhitungkan dari Nota Keuangan

RAPBN Tahun 1986/1987

51) Badan Pusat Statistik, "Indikator Ekonomi: Buletin Statistik Bulanan", Februari 1999,

untuk tahun 1985/86-1990/91

52) Badan Pusat Statistik, "Indikator Ekonomi: Buletin Statistik Bulanan", Juli 1999,

untuk tahun 1991/92-1994/95

53) Badan Pusat Statistik, "Indikator Ekonomi: Buletin Statistik Bulanan", Desember

2001, untuk tahun 1995/96-1999/2000

54) Badan Pusat Statistik, "Indikator Ekonomi: Buletin Statistik Bulanan", Desember

2005, untuk tahun 2000/01-2003/04

55) Badan Pusat Statistik, "Indikator Ekonomi: Buletin Statistik Bulanan", September

2009, untuk tahun 2004/05-2009/10

VII. Data Realisasi APBN Indonesia:

56) Bank Indonesia, Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia, beberapa tahun penerbitan;

Badan Pusat Statistik, Indikator Ekonomi, edisi Juli 1998.

57) Dalam Hendra Esmara "Ekonomi Indonesia Dalam Transisi", Pusat Penelitian Unand

Padang, 1987 untuk tahun 1969/70-1984/85, iperhitungkan dari Nota Keuangan

RAPBN Tahun 1986/1987.

58) Badan Pusat Statistik, "Indikator Ekonomi: Buletin Statistik Bulanan", Februari 1999,

untuk tahun 1985/86-1990/91.

59) Badan Pusat Statistik, "Indikator Ekonomi: Buletin Statistik Bulanan", Juli 1999,

untuk tahun 1991/92-1994/95.

60) Badan Pusat Statistik, "Indikator Ekonomi: Buletin Statistik Bulanan", Desember

2001, untuk tahun 1995/96-1999/00

61) Badan Pusat Statistik, "Indikator Ekonomi: Buletin Statistik Bulanan", Desember

2005, untuk tahun 2000/01-2003/04.

62) Badan Pusat Statistik, "Indikator Ekonomi: Buletin Statistik Bulanan", September

2009, untuk tahun 2004/05-2009/10.

VIII. Data Ekonomi Indonesia Lainnya:

63) Jumlah Penduduk DKI Jakarta diolah dari "Pembagian dari PDRB Harga berlaku

dengan PDRB Perkapita harga berlaku"

64) Badan Pusat Statistik Jakarta-Indonesia, "Kurs Valuta Asing Dan harga emas di

Jakarta 1998, Rata-tara Kurs Jual Beberapa Valuta Asing Tahun 1950-1979" dan

berbagai tahun penerbitan 2001 s/d 2009 Sedangkan untuk tahun 1999 dikutip dari

"Indikator Ekonomi Juli 1988" dan 2006 s/d 2008 dari "Indikator Ekonomi

September 2009".

Page 29: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

29

LAMPIRAN DATA:

1. Data Asli Terkait Pendapatan Nasional Indonesia 1960-2009

1.1. Data Neraca Pembayaran Indonesia ( Dalam US Juta ) Tabel 1.1: Realisasi Neraca Pembayaran Indonesia, 1960/61 - 1973/74

Tabel 1.2: Realisasi Neraca Pembayaran Indonesia, 1969/70 - 2086/87

Tabel 1.3: Realisasi Neraca Pembayaran Indonesia, 1969/70 - 2009/10

Tabel 1.3a: Realisasi Neraca Pembayaran Indonesia, 2008/09 - 2009/10

Tabel 1 : Realisasi Neraca Pembayaran Indonesia, 1960/61 - 2009/10

1.2. Data APBN, Atas Dasar Harga Berlaku ( Dalam Rp Milyar) Tabel 2.1: REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA, 1960/61-1973/74

Tabel 2.2: REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA, 1969/70-1997/98

Tabel 2 : REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA, 1960/61-2009/10

1.3. Data Pendapatan Nasional Indonesia, Atas Dasar Harga Berlaku Tabel 3.1: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1960-1973 Tabel 3.2: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1973-1983 Tabel 3.3: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1983

Tabel 3.4: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1983-1993 Tabel 3.5: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1993-2005 Tabel 3.6: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1993-2000 Tabel 3.7: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 2000-2005 Tabel 3.8: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 2000-2009 Tabel 3 : REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1960-2009

1.4. Data Pendapatan Nasional Indonesia, Atas Dasar Harga Konstan Tabel 4.1: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1960-1973 Tabel 4.2: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1973-1983

Tabel 4.3: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1983 Tabel 4.4: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1983-1993 Tabel 4.5: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1993-2003 Tabel 4.6: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1993-2000 Tabel 4.7: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 2000-2005 Tabel 4.8: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 2000-2009

1.5. Data PDRB DKI Jakarta, PDB Indonesia Terkait LU Transportasi & Komunikasi (Harga Berlaku)

IKHTISAR 1: PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI DKI JAKARTA, TAHUN 1969-2008

IKHTISAR 1: PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA, TAHUN 1969-2009

1.6. Data Makro Ekonomi Indonesia: BOP, APBN Dan PDB IKHTISAR 1: Realisasi Neraca Pembayaran Indonesia, 1960/61 - 2009/10

IKHTISAR 2: REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA, 1960/61-2006/10

IKHTISAR 3: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1960-2010

Merobah Data Asli Pendapatan Nasional 1960-2009 (menggunakan Shifting Index) Tabel 4a: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN (1960 = 100) Tabel 4b: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN (1973 = 100) Tabel 4c: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN (1983 = 100) Tabel 4d: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN (1993 = 100)

IKHTISAR 4 (Tabel 4): REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN (2000 = 100)

Data PDB Indonesia Setelah melakukan Shifting Index ( Tahun 2000 = 100) IKHTISAR 4: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1960-2010

IKHTISAR 5: PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA, TAHUN 1969 - 2009

IKHTISAR 6: AGREGATIF MAKRO EKONOMI INDONESIA, TAHUN 1960-2009

Page 30: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

30

Komposisi Investasi, Sumber Pembiayaan Dan Akseleritas Ekonomi Nasional

1.7. Penggunaan Data-Data Nasional Olahan “Lintas Ekonomi Nasional” Tabel 1. PENGGUNAAN PDB, TABUNGAN, STOKS MODAL DAN PERUBAHAN PENDAPATAN, TAHUN 1960-2009 (Diperhitungkan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000)

Tabel 2. Enambelas (16) Buah Hasil Estimasi Lintas Ekonomi Nasional Tabel 2.1a. Hasil Estimasi Fungsi Tabungan Jangka Panjang, 1960-2009 Tabel 2.1b. Hasil Estimasi Fungsi Tabungan Jangka Pendek, 1960-2009

Tabel 2.1c. Hasil Estimasi Fungsi Stoks Modal Jangka Pendek, 1960-2009

Tabel 2.1d. Hasil Estimasi Fungsi Konsumsi Jangka Pendek, 1960-2009

Tabel 2.2a. Hasil Estimasi Fungsi Tabungan Jangka Panjang, 1960-1969

Tabel 2.2b. Hasil Estimasi Fungsi Tabungan Jangka Pendek, 1960-1969

Tabel 2.2c. Hasil Estimasi Fungsi Stoks Modal Jangka Pendek, 1960-1969

Tabel 2.2d. Hasil Estimasi Fungsi Konsumsi Jangka Pendek, 1960-1969

Tabel 2.3a. Hasil Estimasi Fungsi Tabungan Jangka Panjang, 1969-1998

Tabel 2.3b. Hasil Estimasi Fungsi Tabungan Jangka Pendek, 1969-1998 Tabel 2.3c. Hasil Estimasi Fungsi Stoks Modal Jangka Pendek, 1969-1998

Tabel 2.3d. Hasil Estimasi Fungsi Konsumsi Jangka Pendek, 1969-1998

Tabel 2.4a. Hasil Estimasi Fungsi Tabungan Jangka Panjang, 1998-2009

Tabel 2.4b. Hasil Estimasi Fungsi Tabungan Jangka Pendek, 1998-2009

Tabel 2.4c. Hasil Estimasi Fungsi Stoks Modal Jangka Pendek, 1998-2009

Tabel 2.4d. Hasil Estimasi Fungsi Konsumsi Jangka Pendek, 1998-2009

Tabel 3: HASIL PERHITUNGAN PERKIRAAN KEBUTUHAN INVESTASI

DARI FUNGSI REGRESI JANGKA PENJANG

Tabel 4: FUNGSI TABUNGAN JANGKA PANJANG INDONESIA DIBANDING

NEGARA LAIN DAN PERKIRAAN KEBUTUHAN TABUNGAN

------+++++------

Cara paling Mudah Meng-unduh (Downloads) secara GRATIS sejumlah TULISAN ILMIAH Dalam bentuk Files PDF sebagai berikut:

Page 31: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

31

Daftar TULISAN ILMIAH Untuk PERGURUAN TINGGI, Terdiri:

Bidang UMUM: ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN

JURNAL PENELITIAN Kuantitatif, BUKU AJAR MODUL SOAL DAN

PEMECAHAN SOAL, BUKU TEKS, Laporan Hasil & Jurnal Hasil

Penelitian Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI, LAPORAN HASIL

& Jurnal Hasil Penelitian SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi

10 Macam Hasil Pegembangan KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

Penelitian Survey dari 5 Hasil Penelitian SURVEY.

Dan Didapatkan 10 Contoh/Bentuk PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF

Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI, termasuk 5 Proposal (Draft Hibah

DIKTI) Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 2009 s/d 2016

12 Contoh/Bentuk PROPOSAL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN

TRANSPORTASI 2014 s/d 2017

I. Bidang UMUM: ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN, Serta

Jurusan Terkait Bidang EKONOMI:

02 27 Jurnal Penelitian Kuantitatif TAHAP I to KOPTIS Wilayah III Jakarta Files: 003 01 Perspektif Ekonomi Indonesia Dalam satu tahap pembangunan Jangka Panjang

004 02 Analisis Fungsi Tabungan Indonesia: Pengujian Model Hipotesa Pendapatan Permanen

005 03 Expor Kommoditi Primer Pulau Sumatera Lamam Perdagangan Luar Negeri Indonesia

006 04 Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus Indonesia 1969-1994 007 05 Pekiraan Pembentukan Modal Di Indonesia

008 06 Kebijaksanaan Deregulasi Perbankan Dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Di Indonesia

009 07 Instabilitas Perdagangan Luar Negeri Indonesia

010 08 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dan Ketergantungan Terhadap Dana Luar Negeri

011 09 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Diantara Modal Dan Tabungan

012 10 Pengukuran Kondisi Ekonomi Indonesia Dan Pencapaian Stedy-State Growth

013 11 Modal Asing Swasta Dan Pembentukan Investasi Produktif Dalam Pembiayaan Pembangunan

014 12 Trade-Off Antara Penerimaan Pajak Dan Kemampuan Menabung Masyarakat

015 13 Mobilisasi Tabungan Dan Investasi suatu Ekonomi Terbuka: Studi Kasus Indonesia 1969-1995

016 14 Pengaruh Pendapatan Permanen Dalam Pembentukan Tabungan

017 15 Peranan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

018 16 Analisis Fungsi Konsumsi Indonesia Dengan Pendapatan Permanen 019 17 Pembiayaan Ekonomi Dalam Negeri Diantara Keinginan Dan Kenyataan

020 18 Sektor Perdagangan Luar Negeri Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Kegiatan Ekonomi

021 19 Reformasi Kebijaksanaan Makro Dan Pengaruh Ekonomi Sektor Terbuka

022 20 Keseimbangan Pendapatan Nasional: Investasi Dan Sumber Pembiayaan Ekonomi

023 21 Analisis Pengaruh Pembentukan Tabungan Suatu Ekonomi Terbuka

024 22 Pengaruh Aliran Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembentukan Tabungan

025 23 Perkiraan Kebutuhan Investasi Dan Pengukuran Tinggal Landas

026 24 Kemampuan Pembentukan Modal Domestik: Sektor Pemerintah Dan Masyarakat

027 25 Prestasi Ekonomi Indonesia Dan Akumulasi Sumber Pembiayaan Pembangunan

028 26 Kualitas Pembangunan Ekonomi Indonesia Dan Dilema Ketergantungan Sumber Dana

029 27 Investasi Dan Pembiayaan Ekonomi Jangka Panjang Indonesia

Page 32: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

32

004 34 Jurnal Penelitian Kuantitatif TAHAP II to STMT Trisakti Files: 030 01 Standar Ukuran Tinggal Landas Perekonomian Suatu Negara

031 02 Pembentukan Modal Domestik Bruto Sektor Pemerintah Dan Masyarakat

032 03 Pembentukan Tabungan Dan Pembiayaa Ekonomi Jangka Panjang Indonesia

033 04 Prestasi Ekonomi Indonesia Dan Pencapaian Steady-State Growth

034 05 Aliran Modal Asing Swasta Dalam Pembentukan Investasi Produktif

035 06 Fungsi Konsumsi Dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Permanen 036 07 Pendapatan Permanen Dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan Tabungan

037 08 Pengujian Model Tabungan Indonesia Dengan Hipotesa Pendapatan Permanen

038 09 Kebutuhan Tabungan Dan Sumber Pembiayaan Ekonomi Indonesia

039 10 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi: Trade-Off Antara Pajak Dan Tabungan

040 11 Aggregate Expenditre Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 3 Sektor)

041 12 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi Dalam Struktur Ekonomi Terbuka

042 13 Aggregate Expendiure Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 4 Sektor)

043 14 Pengaruh Sektor Perdagangan Luar Negeri Terhadap Aktivitas Ekonomi Indonesia

044 15 Aliran Modal Asing Dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembentukan Tabungan

045 16 Penafsiran Tingkat effisiensi Marginal Ekonomi Indonesia Dan Prakiraan Pembentukan Modal

046 17 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi Dalam Struktur Ekonomi Sederhana

047 18 Aggregate Expenditure Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 2 Sektor) 048 19 Pembentukan Modal Domestik Bruto Dan Ketergantungan Terhadap Sumber Dana

049 20 Prestasi Ekonomi Dan Indeks Instabilitas Sektor Perdangan Luar Negeri Indonesia

050 21 Model Makro Keseimbangan Agregatif Pembentukan Tabungan Dan Investasi

051 22 Expor Kommoditi Primer Dan Pertumbuhan Ekonomi Regional Pulau Sumatera

052 23 Konstribusi Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

053 24 Pengaruh Variabel-variabel Agregatif Terhadap Pembentukan Tabungan Dan Pendapatan

054 25 Pengembangan Sumber Pembiayaan Pembangunan Yang Semakin Bertumpu Pada

Kemampuan Sendiri

055 26 Pengembangan Instrumen Kebijaksanaan makro Terhadap Pembentukan Investasi Dan Pendapatan

056 27 Kebutuhan Tabungan Dan Pembentukan Investasi Produktif Bagi Pembiayaan Pembangunan

057 28 Pengaruh Ekspor Terhadap Pendapatan Nasional Dan Pertumbuhan Ekonomi 058 29 Pengaruh Deregulasi Perbankan Bidang Ekspor Terhadap Devisa Pendapatan Nasional

059 30 Aliran Dana Luar Negeri Di Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

060 31 Strategi Indonesia Dan Manajemen Pembentukan Modal Bagi Peningkatan Pendapatan Masyarakat

061 32 Manajemen Perdagangan Internasional Pengurangan Distorsi Ekonomi Pasca Seleksi

Aliran Dana Luar Negeri

062 33 Manajemen Perbankan Pasca Deregulasi Dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Di Indonesia

063 34 Refleksi Ekonomi Indonesia Setelah 34 Tahun Membangun: Diantara Kekuatan Dan Kelemahan

005 10 BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Files: 064 01 BUKU AJAR Pengantar Teori Ekonomi

065 02 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Pengantar Teori Ekonomi

066 03 BUKU AJAR Teori Ekonomi 067 04 BUKU AJAR Ekonomi Pembangunan

068 05 BUKU AJAR Pengantar Ekonomi Mikro

069 06 BUKU AJAR Ekonomi Makro Perthitungan Pend Nasional

070 07 BUKU AJAR Teori Ekonomi Mikro

071 08 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Teori Ekonomi Mikro

073 09 BUKU AJAR Ekonomi Manajerial

074 10 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Ekonomi Manajerial

Page 33: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

33

II. PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 006 3 VERSI Teks Book EKO MANAJERIALPernah Disumbang ke DIKTI Dan Dikirim Ke USA File 075 01 Buku Teks 681h EKONOMI MANAJERIAL Dengan Fungsi Hasil Estimasi

Atau 075 01 EKONOMI MANAJERIAL Penerapan Konsep-Konsep Mikro Ekonomi Dengan Fungsi

Hasil Estimasi

File 076 02 Buku Teks 301h EKONOMI MANAJERIAL Dengan Fungsi Non-Estimasi

Atau 076 02 EKONOMI MANAJERIAL Penerapan Konsep-Konsep Mikro Ekonomi Dengan Fungsi

Non-Estimasi

File 077 03 Buku Teks 509h EKO MANAJERIAL TRANSPORTASI Dengan Fungsi Non-Estimasi

Atau 077 03 EKONOMI MANAJERIALTRANSPORTASI Penerapan Konsep Mikro Ekonomi Dalam Bisnis Transportasi Dengan Fungsi Non-Estimasi

File 078 Ringkasan Isi Dan Surat Menyurat Pengiriman 3 Teks Book EKO MANAJERIAL Ke USA

Atau 078 Request for Coop in Publishing 3 Text Books in MANAGERIAL ECONOMICS to The USA

Subject: Request for Cooperation in Publishing Text Books in MANAGERIAL

ECONOMICS: Application of Microeconomic Concepts Using Estimation

Result Function (242 halaman)

008 3 Jurnal Penelitian Kuantitatif PROFESIONAL Ilmu Ekonomi 2010 Files: 079 01 Evaluasi Ekonomi Indonesia di Era Pembangunan Berkelanjutan

080 02 Evaluasi Ekonomi 50 Tahun Indonesia Membangaun 081 03 Kebutuhan Tabungan Sebagai Sumber Pembiayaan Pembangunan Indonesia

009 4 Jurnal Penelitian Kuantitatif PROFESIONAL Ilmu Ekonomi 2012 Files: 082 01 Pengembangan Ekonomi Dan Pengaruh POLIIK Di Era Kepemimpinan INDONESIA

083 02 Prestasi Ekonomi INDONESIA Jangka Panjang Dan Pencapaian Kondisi STEADY-

STATE GROWTH

084 03 Perkiraan Kebutuhan Tabungan Bagi Target Pertumbuhan Ekonomi Yang Hendak Dicapai

085 04 Pengendalian Ekonomi Ditengah Ancaman Krisis Dan Dilema Keterbatasan Sumber

Pembiayaan Yang Salaing Trade-Off

010 4 Laporan Penelitian Kuantitatif MANAJEMEN TRANSPORTASI 2010 File 086 01 Laporan HASIL PENELITIAN Kuantitatif 72h Dibidang TRANSPORTASI DARAT 2010

Atau 086 01 Kebutuhan Investasi Produktif Dan Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Jalan Raya Di

Indonesia

File 087 02 Jurnal HASIL PENELITIAN Kuantitatif 18h Dibidang TRANSPORTASI DARAT 2010

Atau 087 02 Kebutuhan Investasi Produktif Dan Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Jalan Raya Di

Indonesia

File 088 03 Laporan HASIL PENELITIAN Kuantitatif 77h Dibidang TRANSPORTASI LAUT 2010 Atau 088 03 Produksi Jasa Angkutan Laut Indonesia Dan Akseleritas Pendapatan Nasional

File 089 04 Jurnal HASIL PENELITIAN Kuantitatif 18h Dibidang TRANSPORTASI LAUT 2010

Atau 089 04 Produksi Jasa Angkutan Laut Indonesia Dan Akseleritas Pendapatan Nasional

Page 34: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

34

011 3 Proposal P3M PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,Tahun 2010 File 090 01 Draft Proposal 21h Penelitian P3M MTD STMT Angkutan Jalan Raya DKI 2010

Atau 090 01 Kepadatan Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya Di DKI Jakarta: Trade off Antara Penguna

Kendaraan Pribadi Dan Umum

(Studi Kasus: Penerapan Konsep Slutsky’s Theorem, TE = SE + IE)

File 091 02 Draft Proposal 26h Penelitian P3M MTL STMT Faktor Produksi PT PELNI 2010 atau 091 02 Pengaruh Beberapa Faktor Produksi Terhadap Produksi PT PELNI

(Studi Kasus: Penerapan Konsep Production Isoquant, TO = SE + OE)

File 092 03 Draft Proposal 25h Penelitian P3M MTU STMT Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan 2010

atau 092 03 Penentuan Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan Dengan Arus Penumpang Jakarta-Ujung

Pandang

012 14 Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANAJEMEN TRANSPORTASI, Tahun 2011 File 093 01 Proposal 11h Produksi Jasa Angkutan Udara Indonesia 2011

Atau 093 01 Produksi Jasa Angkutan Udara Indonesia Dan Investasi Produktif Yang Diperlukan

File 094 02 Proposal 10h Jasa Angkutan Rel 2011

Atau 094 02 Menasionalisasikan Jasa Angkutan Rel Dan Investasi Yang Dibutuhkan

File 095 03 Proposal 11h Produktivitas Dan Produksi Jasa Angkutan KAI 2011

Atau 095 03 Produktivitas Dan Produksi Jasa Angkutan Kereta Api Indonesia

File 096 04 Proposal 11h Angkutan Pelayaran Antar Pulau Indonesia 2011

Atau 096 04 Angkutan Pelayaran Antar Pulau Dalam Wililayah Teritorial Indonesia

File 097 05 Proposal 12h Produksi Jasa Angkutan Udara Penerbangan Domestik 2011

Atau 097 05 Produksi Jasa Angk Udara Komersial Penerbangan Domestik

File 098 06 Proposal 12h Pengembangan Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau 2011

Atau 098 06 Pengembangan Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau Indonesia

File 099 07 Proposal 14h Usaha Jasa Angkutan Udara Pada Penerbangan Domestik 2011

Atau 099 07 Usaha Jasa Angkutan Udara Pada Penerbangan Domestik

File 100 08 Proposal 11h Utilitas Penumpang Pengguna Jasa Pelayaran Antar Pulau 2011

Atau 100 08 Utilitas Penumpang Pengguna Jasa Pelayaran Antar Pulau

File 101 09 Proposal 13h Angkutan Penumpang Udara Pada Penerbangan Domestik 2011

Atau 101 09 Angkutan Penumpang Udara Pada Penerbangan Domestik

File 102 10 Proposal 15h Angkutan Penumpang Dom Dan Trade off Antara Laut dan Udara 2011

Atau 102 10 Angkutan Penumpang Dom Dan Trade off Antara Laut dan Udara

File 103 11 Proposal 14h Kebutuhan Modal Pert Produksi Angkutan Udara Luar Negeri 2011

Atau 103 11 Kebutuhan Modal Pertumbuhan Produksi Angkutan Udara Luar Negeri

File 104 12 Proposal 12h Pengembangan Produksi Jasa Angkutan KAI 2011

Atau 104 12 Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Kereta Api Indonesia

File 105 13 Proposal 15h Angkutan Kargo Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan Dom 2011

Atau 105 13 Angkutan Kargo Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan Domestik

File 106 14 Proposal 12h Produksi Angkutan Kargo Udara penerbangan Internasional 2011 Atau 106 14 Produksi Angkutan Kargo Udara penerbangan Internasional

Page 35: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

35

10 Contoh PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI

013 5 CONTOH Hibah (Proposal DIKTI) Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 2009 -2016 File 107 01 Draf Hibah Kompetensi TAHAP 1 44h dgn Ir PRASAD TITA MM to DIKTI 2009

Atau 107 01 Analisis Pertambahan Pengguna Kendaraan Bermotor Roda Dua Dan Kepemilikan Mobil

Pribadi Di Jakarta

File 108 02 Draft Hibah Kompetensi 47h dgn PROF ERYUS To DIKTI 2010

Atau 108 02 Kepadatan Lalin Angkutan Jalan Raya Di DKI Jakarta Trade off Antara Peng Kend Pribadi

Dan Umum

File 109 03 Draft Hibah Kompetensi 51h dgn PROF HANANTO to DIKTI 2010

Atau 109 03 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PT PELNI

File 110 04 Draft Hibah Kompetensi 51h dgn PROF DIRK KOLEANGAN to DIKTI 2010

Atau 110 04 Penentuan Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan Dengan Arus Penumpang JAKARTA-

UJUNG PANDANG

File 111 05 Draft Hibah PRODUK TERAPAN 67h dgn Dr HUSNI HASAN to DIKTI 2016

Atau 111 05 Analisis Penentuan Tarif Angkut Dua Jasa Angk Penumpang Udara Dan Laut Rute

JAKARTA-UJUNG PANDANG

014 3 CONTOH Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,Tahun 2014 File 112 01 Proposal Penelitian P3M MTL 13h Angk Pelayaran Antar Pulau PT PELNI 2014

Atau 112 01 PENGEMBANGAN PRODUKSI ANGKUTAN PELAYARAN DI INDONESIA

File 113 02 Proposal Penelitian P3M MTD 15h Effisiensi Produktivitas Jasa Angk PT KAI 2014

Atau 113 02 TINGKAT EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS JASA ANGKUTAN KERETA API

INDONESIA

File 114 03 Proposal Penelitian P3M MTU 21h Kebutuhan Modal Angk Penerb Domestik 2014

Atau 114 03 KEBUTUHAN MODAL DAN PERTUMBUHAN PRODUKSI ANGKUTAN

PENERBANGAN DOMESTIK

015 2 CONTOH Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,

Tahun 2017, Sedang Digarap File 115 01 Proposal Terpadu P3M 28h atau Analisis Trade-Off Antara MTL Dengan MTU 2017

Atau 115 01 Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan

Domestik Indonesia: Trade-off Antara Angkutan Laut Dan Udara

File 116 02 Proposal Penelitian P3M 22h Dibidang TRANPORTASI UDARA Luar Negeri 2017

Atau 116 02 KEBUTUHAN MODAL DAN PERTUMBUHAN PRODUKSI ANGKUTAN UDARA

LUAR NEGERI

Page 36: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

36

III. PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 016 5 LAPORAN HASIL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANJEMEN TRANSPORTASI 2014-2017

File 117 01 Laporan HASIL PENELITIAN 375h Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014

Atau 117 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL

PURWAKARTA

File 118 02 Laporan HASIL PENELITIAN 147h PERUM DAMRI 2015 Atau 118 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan

Loyalitas Pelanggan

File 120 03 Laporan HASIL PENELITIAN 172h PT MAYASARI BAKTI 2016

Atau 120 03 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Thd

Keunggulan Bersaing Jasa Angk Mayasari Bakti

File 122 04 Laporan HASIL PENELITIAN 165h GARUDA INDONESIA 2016

Atau 122 04 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan

Domestik GIA Di Bandara Soeta

File 124 05 Laporan HASIL PENELITIAN 353h Kereta Api PATAS Purwakarta 2017 Atau 124 05 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS

PURWAKARTA

017 5 Jurnal HASIL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANJEMEN TRANSPORTASI 2014-2017 File 125 01 Jurnal HASIL PENELITIAN 41h Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014

Atau 125 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL

PURWAKARTA

File 126 02 Jurnal HASIL PENELITIAN 35h PERUM DAMRI 2015

Atau 126 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan

Loyalitas Pelanggan

File 128 03 Jurnal HASIL PENELITIAN 38h PT MAYASARI BAKTI 2016

Atau 128 03 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Thd

Keunggulan Bersaing Jasa Angk Mayasari Bakti

File 130 04 Jurnal HASIL PENELITIAN 36h GARUDA INDONESIA 2016

Atau 130 04 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan

Domestik GIA Di Bandara Soeta

File 132 05 Jurnal HASIL PENELITIAN 40h Kereta Api PATAS Purwakarta 2017

Atau 132 05 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS

PURWAKARTA

018 10 Macam Prediksi Pengembangan MODEL & KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Penelitian Survey

Files: 133 01 KA Eko Lokal Purwakarta 2014 20h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt 134 02 KA Eko Lokal Purwakarta 2014 23h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Panjang Alt

135 03 PERUM DAMRI 2015 15h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

136 04 Jurnal HASIL PENELITIAN PERUM DAMRI 2015 24h

137 05 Jurnal HASIL PENELITIAN Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014 30h

138 06 Jurnal HASIL PENELITIAN PT MAYASARI BAKTI 2016 31h

139 07 PT MAYASARI BAKTI 2016 19h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

140 08 Jurnal HASIL PENELITIAN GARUDA INDONESIA 2016 31h

141 09 PT GARUDA INDONESIA 2016 19h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

142 10 Jurnal HASIL PENELITIAN KA PATAS Purwakarta 2017 30h

Page 37: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

37

12 BUAH BENTUK PROPOSAL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI

019 6 Contoh Proposal PENELITIAN SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi 2014-2017 File 143 01 Proposal 21h KERETA API EKONOMI LOKAL PURWAKARTA 2014

Atau 143 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL

PURWAKARTA

File 144 02 Proposal 18h PERUM DAMRI 2015

Atau 144 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan

Loyalitas Pelanggan

File 145 03 Proposal 17h PERUM DAMRI Dgn KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

Atau 145 03 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan

Loyalitas Pelanggan

File 146 04 Proposal 28h Keunggulan Bersaing PT MAYASARI BAKTI 2016

Atau 146 04 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Terhadap

Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Mayasari Bakti

File 148 05 Proposal 28h Keunggulan Bersaing GARUDA INDONESIA 2016

Atau 148 05 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan

Domestik GIA Di Bandara Soeta

File 150 06 Proposal 27h KERETA API PATAS PURWAKARTA 2017

Atau 150 06 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS

PURWAKARTA

020 2 Contoh Proposal PENELITIAN SURVEY Hasil Pengembangan Model 2016 File 151 01 Proposal 33h Keunggulan Bersaing GARUDA INDONESIA 2016 dengan MODEL &

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

Atau 151 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan Domestik GIA Di Bandara Soeta

File 152 02 Proposal 26h Keunggulan Bersaing PT MAYASARI BAKTI 2016 dengan MODEL &

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

Atau 152 02 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Terhadap

Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Mayasari Bakti

021 2 Contoh Proposal Baru PENELITIAN SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi 2017 File 153 01 Proposal 30h Keunggulan Bersaing LION AIR GROUP 2017

Atau 153 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan Domestik LION AIR GROUP Di Bandara Soeta

File 154 02 Proposal 30h Keunggulan Bersainng TRANSJAKARTA 2017

Atau 154 02 Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing Dan Implikasinya Terhadap Loyalitas

Konssumen Jasa Angkutan Transjakarta

File 155 01 Proposal 30h Keunggulan Bersaing LION AIR GROUP 2017 dengan MODEL &

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

Atau 155 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan

Domestik LION AIR GROUP Di Bandara Soeta

File 156 02 Proposal 30h Keunggulan Bersainng TRANSJAKARTA 2017 dengan MODEL &

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

Atau 156 02 Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing Dan Implikasinya Terhadap Loyalitas

Konssumen Jasa Angkutan Transjakarta

Page 38: EVALUASI EKONOMI INDONESIA DI ERA PEMBANGUNAN … · Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan

38

Biasanya untuk mendapatkan sebuah TULISAN ILMIAH adalah secara kebetulan

didalam DOMAIN Google atau Bilamana sudah mengetahui judul TULISAN

ILMIAH tersebut cukup dengan menulis judul tersebut ke dalam Google dan akan

keluar TULISAN ILMIAH yang dimaksud.

KIAT CERDIK MEMBUAT TULISAN ILMIAH, dan sebagai langkah utama adalah

dengan cara Mengkoleksi sejumlah TULISAN ILMIAH yang akan berperan sebagai

MATERI PEMBANDING dengan MATERI YANG DIBUAT. Paling tidak agar

mengatahui bagaimana penyusunan MODEL & KERANGKA PEMIKIRAN

TEORITIS yang dibuat penulis lain. Selain bisa memperkuat “pondasi ilmiah” bahkan

juga memperkokoh “Kemampuan ilmiah” agar lebih mudah menyelesaikan berbagai

bentuk/beranekaragam Persoalan Ilmiah pada PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang

MANAJEMEN TRANSPORTASI maupun PENELITIAN SURVEY Dibidang

MANAJEMEN TRANSPORTASI. Tentunya sebagai langkah berikutnya adalah

Meng-unduh (Downloads) sebanyak mungkin TULISAN ILMIAH dari penulis lain atau Meng-unduh secara keseluruhan TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam File PDF

(pada posisi jumlah sekarang) sebagaimana tercantum dalam Lembaran Informasi, terkecuali TULISAN ILMIAH yang terdapat dalam kurung sebanyak 22 Files (hanya

bisa didapatkan melalui Email langsung dengan sejumlah harga tertentu yang disajikan

dalam sebuah Daftar Harga).

Ketentuan: Gantilah Lembaran Informasi (Daftar TULISAN ILMIAH yang disisipkan dalam wujud File PDF) menjadi (Daftar TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam File DOCUMENTS),

sehingga didapatkan sebuah File DOCUMENTS yang berisikan Daftar dari semua tulisan

ilmiah yang disusun oleh Amrizal.

Selanjutnya, dengan cara memasukan/menuliskan 000 Daftar Tulisan Ilmiah Amrizal

ke dalam Google, maka akan didapatkan sebuah File DOCUMENTS yang berisi Daftar

TULISAN ILMIAH tersebut, dengan contoh berikut:

Google 000 Daftar Tulisan Ilmiah Amrizal Cari

Adapun tujuan selanjutnya agar lebih leluasa/Mudah meng-unduh (Downloads)

keseluruhan TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam PDF (pada posisi jumlah sekarang),

cukup dengan cara meng-Copy masing-masing Nomor urut beserta nama file tersebut

ke dalam Google.

Diistilahkan dalam tanda petik “pada posisi jumlah sekarang” oleh karena posisi/jumlah

files PDF yang disajikan dalam Daftar TULISAN ILMIAH dapat berubah pada saat-saat

tertentu seiring dengan perjalanan waktu.......

-------- Jakarta, 14 September 2017--------