Upload
vokhuong
View
238
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Evaluasi Implementasi Kebijakan Relokasi Pedagang Kaki Lima
Belakang Kampus Universitas Sebelas Maret
Di Kota Surakarta
SKRIPSI
Disusun untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi
Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Sosial
Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh :
Novan Andrianto
D 0105107
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
HALAMAN PERSETUJUAN
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pembimbing
Drs. Wahyu Nurharjadmo, M.Si NIP.196411231988031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini Telah Diuji dan Disahkan Oleh Panitia Ujian Skripsi
Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pada hari :
Tanggal :
Panitia Penguji :
1. Drs. Sukadi, M. Si NIP. 194708201976031001 Ketua
2. Dra, Sudaryanti, M. Si NIP. 195704261986012002 Sekretaris
3. Drs. Wahyu Nurhajadmo, M.Si
NIP. 196411231988031001 Penguji
Mengetahui
Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Prof. Drs. Pawito, Ph.D
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
NIP. 195408051985031002
M O T T O
demikian itu sangatlah berat, kecuali bagi orang
-(Q.S Al Baqarah : 45)-
Barang siapa yang mengajak orang lain kepada kebenaran maka ia akan menerima pahala sebesar pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa berkurang sedikitpun dari pahala mereka.
- HR. Muslim -
Seseorang yang mencoba melakukan sesuatu dan gagal jauh lebih baik dibanding seseorang yang tidak mencoba melakukan sesuatu dan sukses.
-Llyod Jones-
Musuh yang sulit ditaklukkan adalah diri sendiri.
-Penulis-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
PERSEMBAHAN
Dengan rasa cinta dan ketulusan hati, skripsi ini kupersembahkan untuk :
pengorbanannya serta selalu mengharap keberhasilan buah hatinya
Saudara-saudaraku tersayang
Sahabat-sahabatku Taufiq, Lubis, Aris, Irfianto, Joko, Rita, Edwin, Desi,
Arnold, Alwi, Candra dan temen-temen angkatan 05 yang belum
sempat tertulis saya ucapkan terima kasih telah mendorong dan
memberi semangat
Masa Depanku
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
KATA PENGANTAR
Assalamu arohmatullahi Wabarokatuh.
Alhamdul alamin. Segala puji penulis panjatkan kepada
Allah SWT yang telah melimpahkan segala berkah, rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul
EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RELOKASI PEDAGANG
KAKI LIMA BELAKANG KAMPUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET
DI
Penulis menyadari bahwa sejak awal sampai selesainya penulisan skripsi
ini tidak lepas dari bantuan, dorongan, dan bimbingan berbagai pihak. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Drs. Wahyu Nurharjadmo, M.Si selaku pembimbing skripsi, yang telah
memeberikan pengarahan dalam menyelesaikan tulisan ini.
2. Dra. Sudaryanti, M.Si selaku pembimbing akademik, yang telah
membimbing penulis selama menempuh studi.
3. Prof. Drs. Pawito, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Is Hadri Utomo, M.Si selaku Ketua Jurusan yang telah memberikan
ijin penulisan skripsi ini.
5. Segenap dosen jurusan Ilmu Administrasi yang telah menularkan
pengetahuan dan pemikirannya selama penulis menempuh studi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
6. Bapak Didik Anggono HKS, S.HUT, Msi selaku Seksi Penataan dan
Pembinaan PKL Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta.
7. Seluruh staf karyawan/ karyawati Dinas Pengelolaan Pasar, khususnya
pada Bidang Pengelolaan PKL yang telah membantu memperoleh data
dalam penelitian ini.
8. Orang tua dan saudara-saudaraku atas semangat dan masukan-
masukannya.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Demikian skripsi ini penulis susun, penulis menyadari bahwa dalam
skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat diharapkan demi sempurnanya skripsi ini.
Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya serta pihak-pihak yang berkepentingan dengan
penyusunan skripsi ini.
Surakarta, April 2012
Penulis
Novan Andrianto
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................... iii
HALAMAN MOTTO ...................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .................................................................................. xi
DAFTAR BAGAN .................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii
ABSTRAK .................................................................................. xiv
ABSTRACT .................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 6
C. Tujuan Penelitian 6
D. Manfaat Penelitian 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Evaluasi Implementasi Kebijakan ..... . 8
1. Kebijakan Publik ......................................................................... 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
10 2. Evaluasi Kebijakan
3. Implementasi Kebijakan 22
4. Evaluasi Implementasi Kebijakan 33
5. Pedagang Kaki Lima 38
B. Kerangka Pemikiran 40
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian 46
B. Lokasi Penelitian 46
C. Sumber Data 47
D. Teknik Pengumpulan data 48
E. Teknik Penarikan Sampel 50
F. Teknik Analisis Data 50
G. Validitas Data 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian 54
1. Gambaran Umum Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta 54
2. Tugas Pokok dan Struktur Organisasi 57
3. Persebaran Pedagang Kaki Lima 68
4. Tujuan Penataan Pedagang Kaki Lima 72
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 75
1. Kebijakan Penataan dan Pembinaan PKL di Surakarta 75
2. Implementasi Kebijakan PKL 78
a. Tahap Sosialisasi Kebijakan 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
94
b. Tahap Penataan 83
c. Tahap Penertiban 86
d. Tahap Pembinaan 90
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Relokasi PKL
a. Sikap Pelaksana 94
b. Komunikasi 99
c. Sumber Daya 103
d. Kepatuhan dan Daya Tanggap Kelompok Sasaran 105
5. Evaluasi Implementasi Kebijakan relokasi Pedagang Kaki Lima
Belakang Kampus UNS 111
6. Dampak yang timbul atas Implementasi Relokasi PKL
Belakang Kampus UNS 117
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 121
B. Saran 123
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
DAFTAR TABEL
Tabel II.1
Tabel IV.1
Indikator Evaluasi Kebijakan .................................................
Jumlah PKL per Kecamatan di Kota Surakarta .....................
16
68
Tabel IV.2 Type Bangunan/Tempat PKL yang Cenderung Menetap........ 69
Tabel IV.3 Jenis Dagangan PKL di Jl. Ki Hajar Dewantara..................... 69
Tabel IV.4
Table IV.5
Tabel IV.6
Waktu Berdagang PKL ...........
Kebersihan dan Kerapian
70
71
71
Tabel IV.7
Table IV.8
Matrik Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Program
Pembinaan, Penataan, dan Penertiban PKL di Belakang
Kampus UNS ........................................................................
Matrik Tahapan Kegiatan Relokasi PKL
Belakang Kampus UNS ........................................................
110
115
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
DAFTAR BAGAN
Bagan II.1
Bagan II.2
Kebijakan Sebagai Suatu Proses ..................................
Model Implementasi Kebijakan Menurut Grindle
14
24
Bagan II.3 Model Implementasi Kebijakan Menurut Van Meter
Dan Van Horn
29
Bagan II.4
Bagan II.5
Bagan III.1
Model Implementasi Kebijakan Menurut Mazmanian
Dan Sabatier
Skema Kerangka Pemikiran
Model Analisis Interaktif.................................................
32
42
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
DAFTAR GAMBAR
Gambar IV.1 Papan Petunjuk Arah Ke Pasar Panggung Rejo 118
Gambar IV.2 Pemugaran Pagar Pasar Panggung Rejo Menjadi
Lebih Pendek 119
Gambar IV.3 Gapura Panggung Rejo 119
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
ABSTRAK
Novan Andraianto, D0105107, Evaluasi Implementasi Kebijakan Relokasi Pedagang Kaki Lima Belakang Kampus Universitas Sebelas Maret di Kota Surakarta, Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2012, Hal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kebijakan relokasi dan mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan program kebijakan relokasi pedagang kaki lima belakang kampus Universitas Sebelas Maret di Kota Surakarta serta dampak yang timbul dari kebijakan relokasi tersebut.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian adalah di Dinas Pengelolaan Pasar, serta para PKL belakang kampus UNS. Adapun data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data yang diperoleh dari beberapa sumber melalui wawancara, dokumentasi serta observasi. Metode penarikan sampel yang digunakan bersifat purposive sampling yang dikuatkan dengan snowball. Uji validitas data dilakukan dengan menggunakan teknik trianggulasi data dimana triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif yang terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Indikator evaluasi implementasi yang digunakan yaitu sikap pelaksana, komunikasi, sumber daya, serta kepatuhan dan daya tanggap kelompok sasaran.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan relokasi pedagang kaki lima belakang kampus Universitas Sebelas Maret di terbagi ke dalam empat tahapan yaitu tahap sosialisasi kebijakan, tahap penataan, tahap penertiban, dan tahap pembinaan. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan relokasi pedagang kaki lima belakang kampus Universitas Sebelas Maret sesuai dengan aturan atau petunjuk pelaksanaan yang berlaku. Dalam tahap sosialisasi dan tahap penataan faktor yang menghambat dalam relokasi PKL adalah faktor sumber daya serta faktor kepatuhan dan daya tanggap kelompok sasaran. Dalam tahap pembinaan tidak semua program dilaksanakan. Dampak yang timbul setelah relokasi adalah menurunnya pendapatan para PKL. Untuk mengatasi dampak tersebut pemerintah kota Surakarta melakukan upaya-upaya mempromosikan pasar Panggung Rejo supaya dapat menarik konsumen untuk datang ke pasar tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
ABSTRACT Novan Andrianto, D0105107, Evaluation of Policy Implementation Relocation Street Vendor Seller Behind Campus Sebelas Maret University in Surakarta, Thesis, Department of Administrative Sciences, Faculty of Social and Political Sciences, University of Sebelas Maret, Surakarta, 2012, Page.
This study aimed to evaluate the relocation policy and the factors to be obstacles to the implementation of relocation policy street vendor seller behind campus Sebelas Maret University in Surakarta and the effects of the relocation policy.
The research method used in this research is descriptive qualitative research method that can describe the process of relocation policy implementation street vendor seller behind campus Sebelas Maret University. Study sites are in the Market Management Department, as well as street vendors seller behind the campus UNS.The source data used include the primary data and secondary data. The data is obtained from several sources through interviews, documentation and observation. Sampling method used is purposive sampling was strengthened with the snowball.Validity test data using data triangulation technique is similar to test data from various sources, where the triangulation is a triangulation of sources used. The data analysis technique used is an interactive analysis technique which consists of three components, namely data reduction, data display, and conclusion. Evaluation indicators used by the implementation of executive attitudes, communication, resources , and compliance and the responsiveness of the target group.
Results from research show that implementation of relocation policy implementation street vendor seller behind campus Sebelas Maret University in divided into four stages including Dissemination Policy, Restructuring, Reform and Development. From the results of these studies concluded that the process implementation of relocation policy implementation street vendor seller behind campus Sebelas Maret University has been in accordance with the rules or guidelines which have been specified. In this stage of socialization and structuring phase factors that impede the relocation of street vendors are a factors of resources and compliance and the responsiveness of the target group. In the development stage, not all programs are implemented. Impacts that arise after the relocation of street vendors seller is reduced revenue. To cope with the impact of Surakarta city government to make efforts to promote market Rejo stage in order to entice consumers to come to market.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berkembangnya suatu kota, maka permasalahan yang dihadapinya pun
menjadi semakin kompleks. Masalah yang paling jelas adalah masalah
kemiskinan, pengangguran dan keterbatasan pekerjaan di sektor formal maka
sektor informal menjadi pilihan utama. Sektor informal bidang perdagangan
banyak dipilih oleh masyarakat perkotaan karena dalam bidang ini mereka
langsung dapat menikmati hasil kerjanya serta tidak membutuhkan modal yang
terlalu tinggi, sehingga banyak dari mereka yang berprofesi sebagai pedagang di
pinggir jalan atau trotoar sebagai Pedagang Kaki Lima (PKL). Profesi ini tidak
memerlukan modal yang besar dan tanpa memerlukan ketrampilan serta
pengetahuan yang tinggi. Hanya dengan modal dan ketrampilan yang rendah
mereka dapat terus bekerja untuk mempertahankan hidup.
Pesatnya perkembangan sektor informal sekarang ini sebagai penopang
kehidupan ekonomi, tidak sedikit dari mereka yang berprofesi sebagai PKL
mengembangkan usahanya di daerah yang dianggap srategis / dekat pusat
keramaian. Hal ini memungkinkan usahanya menjadi alternatif dalam membuka
lapangan kerja dengan skala besar serta dengan omzet penjualan yang relatif besar
pula. Bahkan mereka yang semula terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan
beralih profesi sebagai PKL telah berhasil mengembangkan usahanya dengan
membuka cabang di berbagai tempat. Fenomena ini dapat dilihat di Kota Solo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
yang terkenal dengan pusat jajanan kaki limanya. Di antaranya Si Jack dan Pak
Kumis, pengusaha susu segar dan Hik, yang telah membuka cabang di beberapa
tempat di Kota Solo. Disamping itu bertambahnya jumlah PKL juga dapat
meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) yang dihasilkan dari retribusi PKL.
Sampai saat ini sektor informal memberikan kontribusi yang berarti terhadap
pemasukan PAD sebagai modal pembangunan daerah.
Sektor informal meskipun menjadi bagian dari pendukung perekonomian ,
namun keberadaan mereka di sisi lain berdampak negatif. Dampak negatif ketika
keberadaan PKL mulai mengganggu ketertiban, keindahan, dan kenyamanan kota.
Para PKL banyak yang berjualan di tempat-tempat umum yang tidak semestinya.
Seperti di pinggir jalan, trotoar, taman-taman kota, alun-alun dan berbagai tempat
umum yang seharusnya tidak diperuntukkan bagi PKL. Meningkatnya jumlah
PKL di berbagai tempat menambah permasalahan baru, keberadaan mereka
menjadikan penyebab kekumuhan kota.
Keberadaan PKL tersebut akan menimbulkan permasalahan sosial yang
kompleks, bukan hanya terbatas pada permasalahan tata ruang kota tapi juga akan
berakibat pada permasalahan sosial yang lain. Baik secara langsung maupun tidak
langsung keberadaan PKL sangat mempengaruhi kondisi dan lingkungan kota.
Pada dasarnya permasalahan PKL bukan hanya pada persoalan kebersihan,
keindahan, keamanan, dan tata ruang kota, tapi juga menyangkut masalah sosial
seperti pekerjaan, pengangguran, keadilan sosial, kesejahteraan dan kemiskinan.
Penyelesaian permasalahan PKL harus memperhatikan permasalahan sosial yang
lain karena kesalahan dalam penanganan terhadap PKL akan menimbulkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
permasalahan yang mungkin lebih kompleks lagi. Sebagaimana dimuat dalam
Peraturan Daerah (Perda) Kota Surakarta Nomor 03 Tahun 2008 tentang Penataan
dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima, ditegaskan bahwa setiap PKL harus
bertanggungjawab terhadap ketertiban, kerapian, keindahan, kesehatan
lingkungan, dan keamanan sekitar tempat usaha. Akan tetapi hal ini jauh dari apa
yang diharapkan. Karena PKL tidak menghiraukan dan bebas menggunakan lahan
dan trotoar yang ada di belakang kampus UNS.
Keberadaan PKL bagaikan pisau bermata dua. Sebagai sektor informal
PKL menjadi katup-katup pengaman ekonomi saat terjadi krisis moneter yang
berlanjut pada krisis multidimensional. PKL mampu bertahan dan menampung
korban-korban PHK sehingga rasa frustasi akibat kehilangan pekerjaan / mata
pencaharian dapat terobati. Roda perekonomian yang secara nasional hampir
terhenti/ lesu, namun PKL sebagai alternative usaha mampu menggerakkannya.
Di sisi lain keberadaan PKL yang tak terkendali menjadi bumerang bagi
keberlangsungan hidup Pemerintah Kota Surakarta sendiri. Karena keberadaan
PKL yang hanya melihat kepentingan sesaat dan pribadi saling bertabrakan
dengan kebijakan Pemerintah Kota Surakarta yang mengakomodir kepentingan
umum atau banyak pihak. Sehingga dalam perjalanannya, keberadaan PKL telah
memunculkan masalah-masalah yang merupakan buah simalakama bagi
pemerintah Kota Surakarta. Sering terjadi benturan-benturan kepentingan PKL
dengan warga, warga dengan warga, PKL dengan PKL, PKL dengan warga serta
warga dengan Pemerintah Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Sebagai salah satu alternatif mempertahankan hidup dan memperbaiki
keadaan, dengan modal yang pada umumnya tidak besar, PKL tumbuh secara
sporadis, menempel di hampir seluruh kegiatan / pusat keramaian dan di tempat-
tempat strategis. Salah satu dari kelompok PKL yang ada adalah kelompok PKL
yang menempati lahan belakang kampus, persis menempel dipagar belakang
UNS. Hal ini tidak sesuai dengan Perda kota Surakarta Nomor 03 Tahun 2008
yang melarang trotoar dan jalan dipakai untuk berjualan. Terlepas dari adanya
polemik, dengan keberadaan mereka, tidak sedikit yang memperoleh manfaat,
termasuk para mahasiswa UNS sendiri, meski tidak kurang juga masalah yang
ditimbulkan.
Berkembangnya PKL di belakang kampus UNS ini, berawal sejak tahun
1990-an. Para PKL tersebut kemudian mendirikan paguyuban yang diberi nama
PPSK pada tahun 2000. Seiring dengan meningkatnya jumlah PKL tersebut, pihak
Kampus UNS menanggapi dengan melayangkan surat kepada Walikota Surakarta,
Ir. H. Joko Widodo pada tanggal 12 Januari 2006 dengan Nomor:
766/J27/TU/2006. Dalam surat tersebut Rektor UNS, Prof. Dr. dr. H. Much
Syamsulhadi, Sp. KJ, meminta keberadaan PKL disekitar kampus UNS, baik di
Kentingan, Mesen, maupun di Pabelan, untuk ditertibkan. Karena keberadaan
PKL telah mengakibatkan kampus menjadi kumuh dan berpengaruh pada citra
negatif Kampus UNS di mata masyarakat. Disamping itu, ketertiban dan
keamanan kampus kurang dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, PKL di
sekitar Kampus UNS ternyata cukup mengganggu kenyamanan lalu lintas sekitar
kampus. Dengan pertimbangan inilah maka PKL di belakang kampus UNS ,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Di relokasi ke tempat yang telah disediakan Pemkot di belakang kantor kecamatan
Jebres yang sekiranya dapat mengakomodir kegiatan PKL.
Upaya yang dilakukan Pemerintah Kota dalam penanganan PKL di
belakang kampus UNS diantaranya dengan membuatkan 100 kios di belakang
kantor kecamatan untuk menampung PKL di sepanjang jalan Ki Hajar Dewantara.
Sebanyak 93 kios PKL di belakang kampus UNS, Solo telah diruntuhkan semua.
Sementara 66 PKL yang belum mendapatkan kios bakal diakomodasi dengan
pembangunan kios baru di sepanjang jalan mulai Pedaringan hingga Kantor
Kecamatan Jebres. Pembangunan kios baru itu diambilkan dari APBD 2009
senilai Rp. 2,4 miliar. Pembersihan bangunan kios tak berizin itu untuk
mengembalikan kondisi jalan semula. Selain itu juga untuk membuka akses Solo
Techno Park dan Kantor Badan Pertahanan Nasional (BPN).
(http://quilljournal.wordpress.com/PPSK berang tak dilibatkan dalam proses
pendataan relokasi PKL).
Rencana relokasi PKL oleh Pemkot Surakarta yang ditargetkan selesai
akhir tahun 2008. Sampai pertengahan tahun 2009 relokasi belum juga sukses
dilaksanakan dikarenakan bangunan gedung yang belum sepenuhnya selesai
dikerjakan. Pada Oktober 2009 barulah para PKL belakang kampus UNS bisa
menempati tempat baru mereka di belakang Kecamatan Jebres. Memang dari apa
yang ditemukan di lapangan program ini cukup berhasil, tetapi bagaimanapun tak
ada gading yang tak retak. penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauhmana
pelaksanaan relokasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta dan dampak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
jangka pendek yang ditimbulkan oleh program relokasi serta faktor-faktor yang
menjadi penghambat pelaksanaan relokasi.
B. Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah tersebut maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
Bagaimanakah proses implementasi kebijakan relokasi PKL belakang
kampus UNS Oleh Pemerintah Kota Surakarta berdasarkan petunjuk
pelaksanaan (Juklak) yang berlaku?
Faktor faktor apa saja yang menjadi penghambat pelaksanaan relokasi
PKL?
Dampak jangka pendek yang muncul setelah relokasi PKL dari tempat
lama ke tempat yang baru ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Operasional
Mengetahui implementasi relokasi PKL belakang kampus UNS oleh
Pemerintah Kota Surakarta telah sesuai dengan rencana atau aturan
implementasi yang diharapkan, mengetahui faktor-faktor yang menjadi
penghambat implementasi relokasi PKL belakang dan mengetahui dampak
jangka pendek yang muncul setelah relokasi PKL belakang ke tempat
baru.
2. Tujuan Fungsional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Sebagai sumbangan dalam pengujian dan penerapan teori Administrasi
Negara terhadap masalah publik terutama masalah yang berkaitan dengan
PKL sehingga penelitian selanjutnya dapat melengkapi dan memperbaiki
penelitian yang ada sebelumnya.
3. Tujuan Individu
Penelitian ini dilaksanakan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan Administrasi Negara pada Jurusan Ilmu Administrasi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis :
a. Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan dan masukan
bagi organisasi yang terkait dalam meningkatkan kualitas
implementasi program relokasi PKL.
b. Hasil penelitian dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan,
bagi pembaca maupun pihak Pemerintah Kota Surakarta, baik
sebagai pengetahuan, masukan dan bahan
pertimbangan dalam melaksanakan aktivitas yang berhubungan dengan
relokasi PKL
2. Manfaat Teoritis :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur dalam dunia
kepustakaan yang dapat membantu bagi terlaksananya penelitian selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Evaluasi Implementasi Kebijakan
Untuk mempermudah penyampaian teori yang menjadi landasan dalam
penelitian ini, maka penyusunannya adalah sebagai berikut :
1. Kebijakan Publik
Menurut Widodo (2007: 188-189), kebijakan publik dibuat bukan tanpa
maksud dan tujuan. Kebijakan publik dibuat untuk memecahkan masalah publik
di masyarakat yang memiliki banyak macam, variasi dan intensitasnya. Hanya
masalah publik yang dapat menggerakkan orang banyak untuk memikirkan dan
mencari solusinya yang bisa menghasilkan sebuah kebijakan publik. Lebih lanjut
menurut Widodo dengan menyimpulkan pendapat dari Walker dan Jones, masalah
publik akan mudah tampil menjadi kebijakan publik jika masalah publik tadi:
a) Dinilai penting dan membawa dampak besar bagi banyak orang
b) Mendapatkan perhatian dari Policy Maker
c) Sesuai dengan platform politik (program politik)
d) Kemungkinan besar bisa dipecahkan.
Pengertian lain dari kebijakan, menurut Raksasatya (dalam
Islamy,1994:17-18), diartikan sebagai suatu taktik atau strategi yang diarahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu kebijakan memuat 3 (tiga) elemen,
yaitu:
a) Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai.
b) Taktik atau strategi beberapa langkah untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
c) Penyediaan beberapa input untuk memungkinkan pelaksanaan
secara nyata dari taktik atau strategi.
Mustopadidjaja menjelaskan mengenai kebijakan sebagai berikut: Istilah
kebijakan lazim digunakan dalam kaitannya dengan tindakan atau kegiatan
Pemerintah, serta perilaku Negara pada umumnya (dalam Nurcholis.2005:158).
Friedrich menjelaskan tentang kebijakan : Kebijakan adalah suatu tindakan yang
mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau Pemerintah
dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan
tertentu seraya memberi peluang-peluang untuk mencapai tujuan, atau
mewujudkan sasaran yang diinginkan (dalam Wahab.2005:3)
Pengertian kebijakan menurut Anderson (dalam Islamy,1994:17) diartikan
sebagai an action in dealing with a
. (serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan
tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok
pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu).
Sedangkan menurut Nugroho (2003:54) kebijakan publik adalah hal-hal
yang diputuskan pemerintah untuk dikerjakan dan hal-hal yang diputuskan
pemerintah untuk tidak dikerjakan-dibiarkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik
adalah suatu tindakan yang dilakukan Pemerintah untuk memecahkan masalah
publik dengan disertai indikator yang jelas dan strategi untuk mencapai tujuan -
tujuan tertentu yang ingin dicapai kebijakan tersebut.
2. Evaluasi Kebijakan
Suatu program dirancang sedemikian rupa oleh pemerintah untuk
mencapai tujuan tertentu dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat. Tetapi
sekalipun program dirancang sedemikian rupa dan direncanakan dengan matang,
tidak selalu dapat mewujudkan tujuan yang dikehendaki. Agar tujuan tercapai
maka proses perencanaan program, dan pelaksanaan program harus dilakukan
sebaik mungkin. Dalam setiap pelaksanaan program akan ada akibat atau dampak
yang timbul yaitu keberhasilan atau kegagalan. Dalam hal ini maka untuk
mengetahui apakah pelaksanaan program berhasil atau gagal perlu dilakukan
suatu kegiatan evaluasi kebijakan.
Istilah evaluasi menurut William N. Dunn (2003:132) adalah prosedur
analisis kebijakan yang digunakan untuk menghasilkan informasi mengenai nilai
atau manfaat dari serangkaian aksi di masa lalu dan atau di masa depan, kemudian
masih dalam menurut William N. Dunn (2003:608) istilah evaluasi dapat
disamakan dengan penafsiran (approcial), pemberian angka (rating) dan penilaian
(assassment). Secara lebih spesifik, evaluasi dinyatakan berkenaan dengan
produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan. James Anderson
mengungkapkan evaluasi sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi, dan dampak. Dalam
hal ini, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja melainkan
dilakukan dalam seluruh proses kebijakan.dengan demikian, evaluasi kebijakan
bisa meliputi perumusan masalah-masalah kebijakan, program-program yang
diusulkan untuk menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi, maupun
dampak kebijakan (Budi Winarno, 2007:227).
Jurnal Internasional yang dikemukakan oleh Thomson Reuters tentang
pengertian evaluasi sebagai berikut :
across the social sciences and related disciplines, including, but not
limited to:
Politics, economics and public administration
Psychology, sociology and anthropology
Education, health and law
I
Program evaluation is a systematic method for collecting, analyzing, and
using information to answer basic questions about project, policies, and
bersama dari lintas ilmu sosial dan berhubungan dengan disiplin ilmu yang lain
yang tidak terbatas pada :
Ilmu Politik, ilmu Ekonomi, dan ilmu Administrasi Negara
Ilmu Psikologi, Sosiologi, dan Antropologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Pendidikan, Kesehatan, dan Hukum
Ilmu Informasi dan Teknologi Informasi/TI.
Evaluasi Program adalah sebuah metode sistematis yang berfungsi untuk
mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan informasi untuk menjawab
pertanyaan pertanyaan mendasar tentang beberapa proyek, kebijakan, dan
Evaluation :The International Journal of Theory, Research and
Practice, p. 98, Vol. 14. Thomson Reuters 2007, Tavistock Institute, London,
UK)
Dalam Jurnal Internasional yang dikemukakan oleh Gene Shackman,
menyatakan pengertian Evaluasi adalah sebagai berikut:
nt. Evaluations should follow a
systematic and mutually agreed on plan. Plans will typically include the
following:
Determining the goal of the evaluation: What is the evaluation
question, what is the evaluation to find out.
How will the evaluation answer the question: What methods will be
used.
Making the results useful, how will the results be reported so that they
can be used .
Evaluasi harus mengikuti perencanaan yang sistematis dan telah disepakati.
Perencanaan berisi tentang :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Penentuan tujuan evaluasi : Apakah masalah - masalah yang ada dalam
proses evaluasi, apakah yang diperoleh dari evaluasi.
Bagaimana evaluasi dapat menyelesaikan masalah - masalah : Apa
metode yang akan digunakan.
Membuat hasil yang berguna, bagaimana melaporkan hasil evaluasi
sehingga hasil tersebut dapat digunakan oleh organisasi sebagai sarana
(What is Program Evaluation p. 101. Vol. 11, Gene Shackman, 2007,
Washington DC).
Tujuan dari evaluasi dalam AG. Subarsono (2005:120-121) dapat dirinci
sebagai berikut:
a. Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan
Melalui evaluasi maka dapat diketahui derajat pencapaian tujuan dan
sasaran kebijakan.
b. Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan
Dengan evaluasi juga dapat diketahui berapa biaya dan manfaat dari
suatu kebijakan.
c. Mengukur tingkat keluaran (outcome) suatu kebijakan
Salah satu tujuan evaluasi adalah mengukur berapa besar dan
kualitas pengeluaran atau output dari suatu kebijakan.
d. Mengukur dampak suatu kebijakan
Pada tahap lebih lanjut, evaluasi ditunjukan untuk melihat dampak
dari suatu kebijakan, baik dampak positif maupun negatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
e. Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan
Evaluasi juga bertujuan untuk mengetahui adanya penyimpangan-
penyimpangan yang mungkin terjadi, dengan cara membandingkan
antara tujuan dan sasaran dengan pencapaian target.
f. Sebagai bahan masukan (input) untuk kebijakan yang akan datang
Tujuan akhir dari evaluasi adalah untuk memberikan masukan bagi
proses kebijakan ke depan agar dihasilkan kebijakan yang lebih baik.
BAGAN II.1
Kebijakan Sebagai Suatu Proses
Sumber: AG. Subarsono, 2005:121
Input adalah bahan baku (raw material) yang digunakan sebagai masukan
dalam sebuah sistem kebijakan. Input tersebut dapat berupa sumberdaya manusia,
sumberdaya finansial, tuntutan-tuntutan, dukungan masyarakat.
Output adalah keluaran dari sebuah sistem kebijakan yang dapat berupa
peraturan, kebijakan, pelayanan atau jasa, dan program. Sebagai contoh, output
dari proyek irigasi adalah tersedianya saluran irigasi sepanjang sekian kilo meter.
Outcome adalah hasil suatu kebijakan dalam jangka waktu tertentu sebagai
akibat diimplementasikannya suatu kebijakan. Contoh: proyek irigasi, maka
Input Output Outcome Dampak Umpan Balik
Proses Kebijakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
outcomes-nya adalah tersedianya supplai air berjumlah sekian kubik, peningkatan
jumlah luas sawah yang mendapat irigasi.
Impact (dampak) adalah akibat lebih jauh pada masyarakat sebagai suatu
konsekuensi adanya kebijakan yang diimplementasikan. Contoh: Proyek irigasi,
maka dampaknya adalah meningkatnya frekuensi tanam padi, kenaikan tingkat
produksi padi, dan meningkatnya pendapatan petani.
Evaluasi perlu dilakukan karena:
a. Untuk mengetahui tingkat efektifitas suatu kebijakan, yakni seberapa
jauh suatu kebijakan mencapai tujuannya.
b. Mengetahui apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal. Dengan
melihat tingkat efektivitasnya, maka dapat disimpulkan apakah suatu
kebijakan berhasil atau gagal.
c. Memenuhi aspek akuntabilitas publik. Dengan melakukan penilaian
kinerja suatu kebijakan, maka dapat dipahami sebagai bentuk
pertanggungjawaban pemerintah kepada publik sebagai pemilik dana
dan mengambil manfaat dari kebijakan dan program pemerintah.
d. Menunjukkan pada stakeholder manfaat suatu kebijakan. Apabila tidak
dilakukan evaluasi terhadap sebuah kebijakan, para stakeholder,
terutama kelompok sasaran tidak mengetahui secara pasti manfaat dari
kebijakan dan program pemerintah.
e. Agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Pada akhirnya, evaluasi
kebijakan bermanfaat untuk memberikan masukan bagi proses
pengambilan kebijakan yang akan datang agar tidak mengulangi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
kesalahan yang sama. Sebaliknya, dari hasil evaluasi diharapkan dapat
ditetapkan kebijakan yang lebih baik
Lester dan Stewart dalam Budi Winarno (2007:226) mengungkapkan
evaluasi kebijakan dapat dibedakan ke dalam dua tugas yang berbeda, yaitu:
a. Menentukan konsekuensi-konsekuensi apa yang ditimbulkan oleh
suatu kebijakan dengan cara menggambarkan dampaknya. Tugas
pertama ini merujuk pada usaha untuk melihat apakah kebijakan
publik mencapai tujuan atau dampak yang diinginkan ataukah tidak.
Bila tidak, faktor-faktor apa yang menjadi penyebabnya? Misalnya,
apakah terjadi kesalahan dalam merumuskan masalah ataukah karena
faktor-faktor yang lain?
b. Menilai keberhasilan atau kegagalan dari suatu kebijakan berdasarkan
standard atau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Tugas kedua
ini menilai apakah suatu kebijakan berhasil atau tidak dalam meraih
dampak yang diinginkan.
Untuk menilai keberhasilan suatu kebijakan, perlu dikembangkan beberapa
indikator evaluasi. Dunn mengemukakan indikator evaluasi sebagai berikut:
Tabel II.1
Indikator Evaluasi Kebijakan
No. Kriteria Penjelasan
1 Efektivitas Apakah hasil yang diinginkan telah dicapai?
2 Kecukupan Seberapa jauh hasil yang telah tercapai dapat
memecahkan masalah?
3 Pemerataan Apakah biaya dan manfaat didistribusikan merata
kepada kelompok masyarakat yang berbeda?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
4 Responsivitas Apakah hasil kebijakan memuat preferensi/nilai
kelompok dan dapat memuaskan mereka?
5 Ketepatan Apakah hasil yang dicapai bermanfaat?
Sumber: AG. Subarsono 2005: 126
Menurut Charles O. Jones dalam Budi Winarno (2004:166) untuk
memenuhi tugas di atas, suatu evaluasi kebijakan harus meliputi beberapa
kegiatan yaitu:
a. Pengkhususan
Merupakan kegiatan yang paling penting di antara kegiatan yang lain
dalam evaluasi kebijakan. Kegiatan ini meliputi identifikasi tujuan atau
kriteria melalui mana program kebijakan tersebut akan dievaluasi.
b. Pengukuran
Ukuran atau kriteria inilah yang akan kita pakai untuk menilai manfaat
program kebijakan. Pengukuran menyangkut pengumpulan informasi
yang relevan untuk objek evaluasi.
c. Analisis
Penggunaan informasi yang telah terkumpul dalam rangka menyusun
kesimpulan.
d. Rekomendasi
Penentuan mengenai apa yang harus dilakukan di masa yang akan
datang.
James Anderson dalam Budi Winarno (2007:227-229) membagi tipe
evaluasi kebijakan sebagai berikut:
a. Tipe evaluasi kebijakan sebagai kegiatan fungsional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Dalam tipe ini, evaluasi kebijakan dipandang sama pentingnya dengan
kebijakan itu sendiri. Para pembuat kebijakan dan administrator selalu
membuat pertimbangan- pertimbangan mengenai manfaat atau dampak
dari kebijakan-kebijakan, program-program, dan proyek-proyek.
Evaluasi seperti ini akan mendorong terjadinya konflik karena
evaluator-evaluator yang berbeda akan menggunakan kriteria-kriteria
yang berbeda, sehingga kesimpulan yang didapat pun berbeda
mengenai manfaat dari kebijakan yang sama.
b. Tipe evaluasi yang memfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan atau
program-program tertentu.
Tipe evaluasi ini lebih membicarakan mengenai kejujuran atau
efisiensi dalam melaksanakan program. Namun demikian, tipe evaluasi
ini cenderung menghasilkan informasi yang sedikit mengenai dampak
suatu program terhadap masyarakat.
c. Tipe evaluasi kebijakan sistematis
Tipe ini secara komparatif masih dianggap baru, tetapi akhirakhir ini
telah mendapat perhatian yang meningkat dari para peminat kebijakan
publik. Tipe ini melihat secara objektif program-program yang
dijalankan untuk mengukur dampaknya bagi masyarakat dan melihat
sejauh mana tujuan-tujuan yang telah dinyatakan tersebut tercapai.
Penemuan-penemuan kebijakan dapat digunakan untuk mengubah
kebijakankebijakan dan program-program sekarang dan membantu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
dalam merencanakan kebijakan-kebijakan dan program-program lain
di masa depan.
Untuk melakukan evaluasi yang baik dengan margin kesalahan yang
minimal, beberapa ahli mengembangkan langkah langkah dalam evaluasi
kebijakan. Salah satu ahli tersebut adalah Edward A. Suchman.
Suchman dalam Budi Winarno (2007:230-231) mengemukakan 6 langkah
dalam evaluasi kebijakan, yakni:
a. Mengidentifikasi tujuan program yang akan dievaluasi
b. Analisis terhadap masalah
c. Deskripsi dan standarisasi kegiatan
d. Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi
e. Menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari
kegiatan tersebut atau karena penyebab yang lain.
f. Beberapa indikator untuk menentukan keberadaaan suatu dampak
Secara rinci Ripley dalam Samodra Wibawa dkk (1994:8-9)
mengemukakan beberapa persoalan yang harus dijawab oleh suatu kegiatan
evaluasi adalah sebagai berikut ini :
a. Kelompok dan kepentingan mana yang memiliki akses di dalam
pembuatan kebijakan?
b. Apakah proses pembuatannya cukup rinci, terbuka dan memenuhi
prosedur?
c. Apakah program didesain secara logis?
d. Apakah standar implementasi yang baik menurut kebijakan tersebut?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
e. Apakah standar implementasi yang baik menurut kebijakan tersebut?
f. Apakah program dilaksanakan sesuai standart efisiensi dan ekonomi?
Apakah uang digunakan dengan jujur dan tepat?
g. Apakah kelompok sasaran memperoleh pelayanan dan barang seperti
yang didesain dalam program?
h. Apakah program memberikan dampak kepada kelompok non sasaran?
Apa jenis dampaknya?
i. Apa dampaknya, baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan,
terhadap masyarakat?
j. Kapan tindakan program dilakukan dan dampaknya diterima oleh
masyarakat?
k. Apakah tindakan dan dampak tersebut sesuai dengan yang diharapkan?
Sementara itu Kasley dan Kumar dalam Samodra Wibawa dkk (1994: 9)
menyarankan 3 pertanyaan berikut :
a. Siapa yang memperoleh akses terhadap input dan output proyek?
b. Bagaimana mereka bereaksi terhadap proyek tersebut?
c. Bagaimana proyek tersebut mempengaruhi perilaku mereka?
Samodra Wibawa dkk dalam Evaluasi Kebijakan Publik (1994:9)
mengambil kesimpulan dari berbagai persoalan tersebut diatas, evaluasi kebijakan
kiranya bermaksud untuk mengetahui empat aspek yaitu:
a. Proses pembuatan kebijakan
b. Proses implementasi
c. Konsekuensi kebijakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
d. Efektivitas dampak kebijakan
Di pihak lain, evaluasi dapat dilakukan sebelum atau maupun sesudah
kebijakan dilaksanakan. Menurut Dunn dalam Samodra Wibawa dkk (1994:9),
Keduanya disebut evaluasi summatif dan formatif. Lebih lanjut, evaluasi terhadap
aspek kedua tadi disebut sebagai evaluasi implementasi, sedangkan evaluasi
terhadap aspek ketiga dan keempat disebut evaluasi dampak kebijakan. Secara
keseluruhan Dunn dan Ripley dalam Samodra Wibawa dkk (1994: 10-11),
evaluasi kebijakan memiliki empat fungsi sebagai berikut:
a. Eksplanasi
Melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program dan dapat
dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola hubungan antar berbagai
dimensi realitas yang diamatinya.
b. Kepatuhan
Melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang dilakukan oleh
para pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lain, sesuai dengan standar
dan prosedur yang ditetapkan oleh kebijakan.
c. Auditing
Melalui evaluasi dapat diketahui apakah benar-benar sampai ke tangan
kelompok sasaran maupun penerima lain (individu, keluarga,
organisasi, birokrasi desa, dan lain-lain) yang dimaksudkan oleh
pembuat kebijakan. Tidak adakah penyimpangan dan kebocoran?
d. Akunting
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Dengan evaluasi dapat diketahui apa akibat sosial-ekonomi dari
kebijakan tersebut.
Mengacu pada pembagian evaluasi di atas, penelitian tentang Evaluasi
implemetasi kebijakan relokasi PKL belakang kampus UNS ini hanya berfokus pada
penilaian proses implementasi kebijakan yang dibandingkan dengan aturan
pelaksanaan yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan petunjuk pelaksanaan
(Juklak) serta untuk mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhi implementasi
program kebijakan. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk melihat dampak
jangka pendek dari implementasi kebijakan relokasi PKL belakang kampus UNS.
3. Implementasi Kebijakan
implementation
Implementasi menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul A.Sabatier (dalam
Wahab, 2002:54-55) sebagai berikut :
corporated a state but which cam also take the from or important executive orders or court decisions ideally, that decisions identifies the problem to be addressed, stipulates the objectives to be persued and in variety of process. The process normally runs through anumber of stages beginning with passages of the basic statue, followed by the policy output (decisions) of the implementing agencies, the compliance of target groups with those decisions the actual impact of agencies decisions, and finally, important revisions (or attem-ted revisions) in
Implementasi adalah pelaksanaan kebijaksanaan dari suatu keputusan yang mendasar, biasanya berbentuk undang-undang (peraturan) yang dikeluarkan oleh suatu lembaga dapat juga berasal dari perintah seorang eksekutif yang penting atau keputusan pengadilan. Keputusan ini untuk mengidentifikasikan masalah yang menjadi pusat perhaian, menetapkan tujuan yang hendak dicapai dan berbagai cara penyusunan proses implementasi. Proses ini pada permulaan biasanya menghabiskan sejumlah pernyataan uraian dari undang-undang diikuti dengan pelaksanaan dari hasil kebijaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
(keputusan), pemenuhan tujuan kelompok berdasarkan keputusan yang telah ditentukan. Hasil nyata antara yang diharapkan, pengaruh dari keputusan dan yang terakhir adalah perbaikan-perbaikan yang penting (atau usaha-
Bintoro Tjokroamidjojo (1995, 28) berpendapat bahwa implementasi
adalah merealisasikan pencapaian tujuan yang telah dirumuskan ke dalam rencana
kebijaksanaan dan program pemerintah yang konsisten berdasarkan keputusan
politik.
Menurut kamus Webster (dalam Wahab, 2002: 64) implementasi diartikan
sebagai berikut :
to implement is to provide the means for carrying out and to give practical effect to menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu serta menimbulkan dampak akibat
Sedangkan implememtasi menurut Van Meter dan Van Horn (dalam
Wahab, 2002: 50) adalah:
private individuals or groups that directed at the
-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yag telah digariskan dalam
Menurut Barrett dalam Implementation and Integration of EU
Environmental Directives.
Studies of implementation processes show that implementation is not just a rational follow-up of decision making but a process in which different actors compete over the meaning and the consequences of a policy (Barrett, 2004). {Proses pelaksanaan penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan tidak hanya yang rasional tindak lanjut pengambilan keputusan, tetapi sebuah proses di mana aktor-aktor yang berbeda bersaing atas makna dan konsekuensi dari kebijakan (Barrett, 2004)}
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi
adalah penerapan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya atau tindakan yang nyata dari rencana yang telah di tetapkan.
Suatu program untuk mencapai kinerja sesuai tujuan ditentukan oleh
banyak faktor dalam pelaksanaannya. Berbagai faktor atau variabel yang
mempengaruhi kinerja suatu program akan nampak dalam model-model
implementasi yang ada. Di bawah ini disajikan model-model implementasi
kebijakan :
a. Model dari Grindle
Grindle dalam Wibawa (1994:22) mengemukakan bahwa
implementasi kebijakan secara garis besar dipengaruhi oleh 2 variabel
utama yaitu isi kebijakan dan konteks implentasinya.
BAGAN II.2
MODEL IMPLEMENTASI KEBIJAKAN MENURUT GRINDLE
Tujuan Kebijakan
Program aksi dan proyek individu
yang didesain dan dibiayai
Tujuan yang ingin dicapai
Melaksanakan Kegiatan dipengaruhi oleh: a. Isi Kebijakan
1. Kepentingan yang dipengaruhi 2. Tipe Manfaat 3. Derajat perubahan yang diharapkan 4. Letak Pengambilan Keputusan 5. Pelaksanaan Program 6. Sumberdaya yang diharapkan
b. Konteks implementasi 1. Kekuasaan, kepentingan dan strategi
aktor yang tepat 2. Karakteristik Lembaga dan penguasa 3. Kepatuhan dan daya tanggap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Program yang dijalankan seperti yang direncanakan?
Keterangan :
1) Isi Kebijakan Mencakup
a) Kepentingan yang dipengaruhi oleh kebijakan
Suatu kebijakan sebaiknya mampu secara optimal menampung
kepentingan pihak-pihak yang terkena dampak dari suatu kebijakan
tersebut. Semakin optimal suatu kebijakan dalam menampung
kepentingan banyak pihak maka semakin sedikit pihak yang menentang
kebijakan tersebut untuk diimplementasikan.
b) Jenis manfaat yang dihasilkan
Suatu kebijakan haruslah mampu menghasilkan manfaat yang besar
dan jelas manfaat yang dihasilkan kebijakan tersebut maka semakin
besar dukungan terhadap kebijakan tersebut untuk segera
diimplementasikan.
c) Derajat perubahan yang diinginkan
Suatu kebijakan haruslah mampu menghasilkan perubahan kearah
kemajuan secara nyata dan rasional. Suatu kebijakan yang terlalu
Pengukuran Keberhasilan
Hasil Kebijakan: 1. Dampak pada
masyarakat,individu, dan kelompok
2. Perubahan dan penerimaan oleh masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
menuntut perubahan perilaku dari kelompok sasaran akan lebih sulit
untuk diimplementasikan.
d) Kedudukan pembuat kebijakan
Pembuat kebijakan yang mempunyai wewenang (otoritas) yang tinggi
dapat dengan mudah mengkoordinasikan bawahannya didukung oleh
komunikasi yang baik sehingga keduduka pembuat kebijakan dapat
mempengaruhi proses implementasinya.
e) Pelaksanaan program
Pelaksana program harus mempunyai kualitas pemahaman yang baik
mengenai kondisi lapangan dan tugas yang harus dijalaninya.
Koordinasi haruslah baik supaya program berjalan efektif dan lancar.
f) Sumber daya yang dilibatkan
Sumber daya yang dimaksud adalah semua komponen yang diperlukan
dalam pelaksanaan program seperti keuangan, administrasi dan
sebagainya.
2) Konteks Kebijakan mencakup
a) Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat
Banyaknya aktor dari berbagai tingkat pemerintahan maupun non
pemerintahan yang memiliki kepentingan serta strategi yang mungkin
saja berbeda berpengaruh terhadap pengimplementasian suatu
kebijakan.
b) Karakteristik lembaga dan penguasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Apa yang diimplementasikan sebenarnya adalah hasil dari perhitungan
berbagai kelompok yang berkompetisi memperebutkan sumber daya
yang terbatas, yang semua interaksi tersebut terjadi dalam konteks suatu
lembaga.
c) Kepatuhan serta daya tanggap kelompok sasaran
Pelaksana kebijakan yang baik tentu mempunyai tingkat kepatuhan
serta pemahaman (daya tanggap) yang tinggi terhadap kebijakan yang
harus mereka implementasikan. Adanya sikap pelaksana yang baik
menimbulkan tanggapan baik pula dari kelompok sasaran.
b. Model dari Van Meter dan Van Horn
Van Meter dan Van Horn dalam buku Wibawa (1994:19-21)
mengemukakan 6 variabel yang memperlihatkan hubungan yang
mempengaruhi kinerja atau hasil suatu kebijakan. Enam variable tersebut
adalah :
1) Standard dan sasaran kebijakan
Standard dan sasaran harus dirumuskan secara spesifik dan konkret
sehingga kita bisa mengukur sejauh mana telah dilaksanakan dan
bagaimana pula tingkat keberhasilannya karena kinerja kebijakan pada
dasarnya merupakan penilaian atas tingkat ketercapaian standard dan
sasaran tersebut telah dilaksanakan dan bagaimana pula tingkat
keberhasilannya.
2) Sumber daya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Kebijakan menuntut adanya sumber daya baik yang berupa dana
maupun insentif yang lain yang kemungkinan dapat mendorong
terlaksananya implementasi secara efektif.
3) Komunikasi Antar Organisasi dan Pengukuhan Aktivitas
Suatu kebijakan agar berhasil dalam implementasinya haruslah tercipta
suatu komunikasi yang baik (terpadu) antar organisasi pelaksana serta
adanya penetapan (pengukuhan) dan kejelasan dari serangkaian
tindakan atau aktivitas yang akan dilakukan dalam implementasi
kebijakan tersebut.
4) Karakteristik Birokrasi Pelaksana
Karakteristik yang bisa disebut antara lain kompetensi dan jumlah staf,
rentang dan derajat pengendalian, dukungan politik yang dimiliki,
kekuatan organisasi, derajat keterbukaan serta kebebasan komunikasi
dan keterbukaan kaitan dengan pembuat kebijakan.
5) Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Politik
Hal ini berdasarkan pada beberapa pertanyaan, misalnya : apakah
sumber daya ekonomi yang dimiliki mendukung keberhasilan
implementasi?. Bagaimana keadaan sosial ekonomi dari masyarakat
yang dipengaruhi kebijakan?.
6) Sikap Pelaksana
Sikap individu pelaksana sangat mempengaruhi bentuk respons
mereka terhadap keterkaitan antar variable tersebut. Wujud respons
pelaksana menjadi penyebab dari berhasil dan gagalnya implementasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAGAN II.3
MODEL IMPLEMENTASI KEBIJAKAN MENURUT VAN
METER DAN VAN HORN
c. Model dari Mazmanian dan Sabatier
Kerangka berpikir mereka sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
milik Van Meter dan Van Horn serta Grindle. Dalam hal perhatiannya
Komunikasi antar organisasi dan pengukuhan aktivitas
Kinerja Kebijakan
Standar dan saran
kebijakan Karakteristik organisasi
komunikasi antar
organisasi
Sikap Pelaksana
Sumber Daya Kondisi sosial, ekonomi,politik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
terhadap dua persoalan mendasar (kebijakan dan lingkungan kebijakan).
Hanya saja pemikiran Mazmanian ini terkesan menganggap bahwa suatu
implementasi akan efektif apabila birokrasi pelaksanaannya mematuhi apa
yang telah digariskan oleh peraturan (petunjuk pelaksanaan teknis). Model
ini sering disebut sebagai model top down (pendekatan dari atas ke
bawah).
Mazmanian dan Sabatier dalam buku Wibawa (1994:25)
menyatakan implementasi kebijakan merupakan fungsi dari tiga variable,
yaitu :
1) Karakteristik masalah
Dalam implementasi program akan dijumpai karakteristik masalah yang
bisa terdiri dari empat variable yaitu bagaimana ketersediaan teknologi
dan teori teknis, keragaman perilaku kelompok sasaran, sifat dari populasi
dan derajat perubahan.
2) Daya dukung peraturan
Implementasi akan efektif bila pelaksanaannya mematuhi apa yang telah
digariskan oleh peraturan yang ditetapkan. Aturan-aturan yang disarankan
yaitu: kejelasan atau konsistensi tujuan yang merupakan standar evaluasi
dan saran lebal bagi pelaksana untuk mengerahkan sumber daya, teori
kausal yang memadai, sumber keuangan yang mencukupi dalam
pelaksanaan kebijakan, integrasi organisasi pelaksana, direksi pelaksana,
rekruitmen dari pejabat pelaksana dan akses formal pelaksana
keorganisasian lain sebagai suatu bentuk koordinasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
3) Variable non Pemerintah
Dalam implementasi juga memerlukan variable lain di luar peraturan
seperti kondisi sosio ekonomi dan teknologi, perhatian pers terhadap
masalah kebijakan, dukungan public, sikap sumber daya kelompok
sasaran, dukungan kewenangan serta komtmen dan kemampuan pejabat
pelaksana.
Ketiga variabel di atas merupakan hal-hal yang berpengaruh terhadap
proses implementasi. Implememtasi adalah suatu proses yang terhadap proses
implementasi. Implementasi adalah suatu proses yang terdiri dari tahapan itu juga
merupakan input bagi keberhasilan tahap yang lain. Tahap tersebut yaitu
keluaran kebijakan dari organisasi pelaksana, kesesuaian keluaran kelompok
sasaran, dampak actual keluaran kebijakan, dampak yang diperkirakan dan
perbaikan peraturan. Struktur manajemen program yang tercermin dalam berbagai
peraturan yang mengoperasionalkan kebijakan.
Adapun model implementasi menurut Mazmanian dan Sabatier ini dapat
dilihat pada gambar di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Karakteristik Masalah 1. Ketersediaan teknologi dan teori 2. Keragaman perilaku kelompok
sasaran 3. Sifat populasi 4. Derajat perilaku yang diharapkan
Daya dukung peraturan 1. Kejelasan/konsistensi tujuan dan
sasaran 2. Teori kausal yang memadai 3. Sumber keuangan yang memadai 4. Direksi pelaksana 5. Rekruitmen dari pejabat pelaksana 6. Akses formal pelaksana ke
organisasi lain
Variabel non peraturan 1. Kondisi social ekonomi dan teknologi 2. Perhatian pers terhadap masalah
kebijakan 3. Dukungan publik 4. Sikap dan sumber daya kelompok
sasaran 5. Dukungan kewenangan 6. Komitmen kemampuan pelaksaan
Proses Implementasi
Keluaran kebijakan dari organisasi pelaksana
BAGAN II.4
MODEL IMPLEMENTASI KEBIJAKAN MENURUT MAZMANIAN DAN
SABATIER
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Dalam pelaksanaan suatu program ada beberapa komponen yang perlu
diperhatikan. Komponen-komponen yang ada merupakan hasil pemilihan dari
pendapat atau model dari para ahli. Komponen-komponen yang ada tidak secara
otomatis berlaku secara bulat dan utuh artinya ada suatu faktor yang dikemukakan
sebagai kesatuan, adakalanya dipisah dan diadaptasikan dengan kondisi lapangan.
4. Evaluasi Implementasi Kebijakan
Mengikuti Prof. Sofyan Effendi dalam Riant Nugroho (2006:162), tujuan
evaluasi implementasi kebijakan publik adalah untuk mengetahui variasi dalam
indikator indikator kinerja yang digunakan untuk menjawab tiga pertanyaan
pokok, yaitu :
a. Bagaimana kinerja implementasi kebijakan publik? Jawabannya
berkenaan dengan kinerja implementasi publik (variasi dan outcome)
terhadap variable independent tertentu.
Kesesuaian keluar kebijakan dengan kelompok sasaran
Dampak Aktual Keluaran
Dampak yang diperkirakan Perbaikan peraturan
(Sumber Wibawa,1994: 26)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
b. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan variasi itu? Jawabannya
berkenaan dengan faktor kebijakan itu sendiri, organisasi implementasi
kebijkan, dan lingkungan implementasi kebijakan yang memengaruhi
variasi outcome dari implementasi kebijkan.
c. Bagaimana strategi meningkatkan kinerja implementasi kebijakan
publik? Pertanyaan ini berkenan dengan
untuk memilih variable-variabel yang dapat diubah atau actionable
variable, variable yang bersifat natural atau variable lain yang tidak
bias diubah tidak dapat dimasukkan sebagai variable evaluasi.
Menurut Samodra Wibawa dkk (1996:29), ada dua jenis kegiatan evaluasi,
yaitu :
a. Evaluasi Implementasi yang berusaha melihat proses pelaksanaan /
implementasi, yang terkait adalah pelaksana dan bagaimana
pelaksanaannya.
b. Evaluasi dampak kebijakan memberi perhatian lebih besar pada
output dan dampak kebijakan dibandingkan kepada proses
pelaksanaannya.
Dalam kaitannya dengan dampak, evaluasi implementasi mengamati
dampak jangka pendek atau dampak sementara, sedangkan evaluasi dampak
mengamati dampak tetap atau dampak jangka panjang. Dalam penelitian ini jenis
evaluasi yang akan dilakukan adalah evaluasi implementasi untuk mengamati
dampak jangka pendek kebijakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Sedangkan menurut Pariata Westra (1991:46-47), ada tiga tipe evaluasi
yang berkaitan dengan tingkatan-tingkatan program, yaitu :
a. Evaluasi Pra Program (ex-ante evaluation)
Dilaksanakan sebelum program diimplementasikan, hal ini
dilaksanakan untuk menaksir kebutuhan atau pernyataan kebutuhan
pembangunan yang bersangkutan, atau untuk menentukan sasaran
potensial dari suatu program pembangunan per-kelompok atau per-
region
b. Evaluasi Tengah Berlangsung (on going / concurrent evaluation)
Dilakukan pada saat program itu diimplementasikan, jadi pada tahap
tenggang waktu program itu berjalan dievaluasi.
c. Evaluasi Setengah Berlangsung (ex-post evaluation)
Dilakukan setelah program itu diimplementasikan untuk menilai
dampak dan pengaruh program itu dengan menghitung seberapa jauh
program itu dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh
program itu.
Penelitian tentang evaluasi implementasi kebijakan relokasi PKL belakang
kampus UNS merupakan jenis penelitian evaluasi yang setengah berlangsung (ex-
post evaluation) karena implementasi kebijakan relokasi PKL belakang kampus
UNS merupakan kebijakan yang sudah terlaksanakan. Kebijakan relokasi tersebut
dimulai pada tahun 2006 dan selesai pada tahun 2009.
Evaluasi merupakan penilaian terhadap suatu persoalan yang umumnya
menunjuk baik buruknya persoalan tersebut. Dalam kaitannya dengan suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
program biasanya evaluasi dilakukan dalam rangka mengukur efek suatu program
dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Evaluasi implementasi merupakan
penilaian terhadap implementasi atau pelaksanaan suatu program kebijakan
dimana evaluasi tersebut ditujukan untuk melihat kinerja program dalam
mewujudkan tujuan-tujuaan program yang sudah dirumuskan sebelumnya. Selain
itu evaluasi implementasi juga bertujuan untuk melihat dampak-dampak jangka
pendek yang ditimbulkan oleh implementasi program tersebut.
Menurut Ripley (Riyanto, 1997: 35), evaluasi implementasi kebijakan
adalah evaluasi yang dirumuskan sebagai berikut :
a. Ditujukan untuk melakukan evaluasi terhadap proses
b. Dilaksanakan dengan menambah pada perspektif apa yang terjadi selain
kepatuhan
c. Dilakukan untuk mengevaluasi dampak jangka pendek.
Penelitian evaluasi implementasi kebijakan relokasi PKL belakang kampus
UNS ini merupakan jenis evaluasi implementasi yaitu penelitian yang ditujukan
untuk melakukan evaluasi terhadap proses pelaksanaan kebijakan relokasi yang
dilaksanakan pada tahun 2006 sampai tahun 2009. Penelitian ini juga bertujuan
untuk melihat dampak jangka pendek yang ditimbulkan oleh kebijakan relokasi
PKL belakang kampus UNS serta faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi
kebijakan. Untuk itu dalam penelitian ini mengembangkan beberapa indikator
yang digunakan sebagai alat untuk melakukan evaluasi, indikator-indikator
tesebut antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
a. Sikap Pelaksana (diambil dari model Implementasi Van Metter dan Van
Horn)
Dukungan sikap pelaksana program meliputi keahlian, keaktifan,
kreatifitas serta dedikasi pelaksana yang berpengaruh selama proses
pelaksanaan serta kekuasaan, kepentingan dan strategi aparat yang terlibat
proses pelaksanaan. Sikap pelaksana yang mendukung program akan
menimbulkan kreatifitas agar pelaksanaan lebih efektif. Sikap ini
ditentukan oleh pemahaman terhadap tujuan program. Seringkali terjadi
sikap pelaksana berubah karena mempunyai kepentingan atau pengaruh
lain dari luar.
b. Komunikasi (diambil dari model Implementasi Van Metter dan Van Horn)
Komunikasi sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan suatu program,
terlebih yang menyangkut lebih dari satu instansi, sebagai jembatan
koordinasi. Komunikasi menghubungkan antara sesama aparat pelaksana
(pemerintah) ataupun antara aparat dengan publik (kelompok sasaran) dan
juga untuk menyamakan persepsi dan pemahaman antara para pelaksana
dengan apa yang dimaksud oleh kebijakan.
Secara garis besar komunikasi yang terjadi dapat dibedakan
menjadi dua yakni komunikasi mendatar (horizontal communication) dan
komunikasi vertikal. Komunikasi mendatar terjadi antar aparat yang
berkedudukan sejajar untuk mengkoordinasikan tugas dan peranan agar
tidak terjadi overlapping tugas-tugas atau kekosongan perhatian terhadap
sesuatu. Komunikasi vertikal terjadi antar atasan dengan bawahan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
bisa berwujud perintah, informasi, teguran dan laporan yang berkaitan
dengan pelaksanaan program.
c. Sumber daya (diambil dari model Implementasi Grindle, Van Metter dan
Van Horn, Mazmanian dan Sabatier)
Tersedianya sumber daya yang memadai akan mendukung dalam
pelaksanan suatu program untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Sumber daya tersebut dapat berupa biaya, perlengkapan yang dibutuhkan
maupun sumber daya manusianya.
d. Kepatuhan serta daya tanggap kelompok sasaran (diambil dari model
Implementasi Grindle )
Pelaksana kebijakan yang baik tentu mempunyai tingkat kepatuhan
serta pemahaman (daya tanggap) yang tinggi terhadap kebijakan yang
harus mereka implementasikan. Adanya sikap pelaksana yang baik
menimbulkan tanggapan baik pula dari kelompok sasaran.
5. Pedagang Kaki Lima
Istilah kaki lima dulu, pertama diperkenalkan pada jaman Belanda yang
masih dibawah kekuasaan administratif Inggris pada saat itu gubernur jendral di
Indonesia, SIR Thomas Raffles, mengintruksikan sistem lalu lintas disebelah kiri
jalan raya sekaligus mengeluarkan peraturan bahwa tepi-tepi jalan harus dibuat
trotoar untuk pejalan kaki yang tingginya harus 31 cm dan lebarnya 150 cm atau
"five feet". Karena di trotoar itu lama kelamaan berkembang jadi tempat usaha
orang-orang untuk berjualan, jadi yang berjualan trotoar disebut pedagang five
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
feet atau sekarang yang biasa kita kenal dengan sebutan "Pedagang Kaki Lima
(PKL)" (sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Pedagang_kaki_lima).
PKL adalah orang yang dengan modal sedikit berusaha di bidang produksi
dan berjualan barang-barang atau jasa untuk memenuhi kelompok konsumen
tertentu di dalam masyarakat. Aktivitasnya dilaksanakan pada tempat-tempat yang
strategis dalam suasana lingkungan yang informal (Akhirudin dalam Tri Kurniadi
dan Hesel Nogi. Tangkilisan: 32)
Menurut Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 3 Tahun 2008, PKL
adalah usaha perdagangan sektor informal yang merupakan perwujudan hak
masyarakat dalam berusaha dan perlu diberi kesempatan untuk berusaha guna
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Jadi berdasarkan definisi-definisi di atas, yang dimaksud dengan PKL
adalah orang yang melakukan usaha dagang atau jasa secara mandiri dan bersifat
informal yang berdagang di tempat-tempat umum dan strategis namun kegiatan
usahanya dengan jaringan sosial ekonomi yang melingkupinya. Pengertian PKL
sebagai bagian dari sektor informal dapat dijelaskan melalui ciri -ciri yang
dikemukakan oleh Kartini Kartono dkk. (1980:3-7) sebagai berikut:
Merupakan pedagang yang kadang-kadang juga sekaligus produsen. Ada yang menetap pada lokasi tertentu, ada yang bergerak dari tempat satu ke tempat yang lain (menggunakan pikulan, kereta dorong) menjajakan bahan makanan, minuman dan barang-barang konsumsi lainnya secara eceran. Umumnya bermodal kecil terkadang hanya merupakan alat bagi pemilik modal dengan mendapatkan sekedar komisi sebagai imbalan atau jerih payahnya. PKL di perkotaan tidak saja merupakan pelembagaan perilaku ekonomi semata tetapi juga merupakan pelembagaan sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Banyak problema muncul dengan adanya PKL tersebut, terutama berkaitan
dengan penataan lalu lintas, keindahan, kebersihan kota dan kesehatan
lingkungan. Penanganan PKL bisa menimbulkan kebimbangan dan penuh pilihan
yang bersifat dilematis. Di satu sisi kehadiran PKL dapat mengganggu ketertiban
dan keindahan kota namun di sisi lain banyak harapan tertumpu pada sektor ini.
PKL dapat merupakan katub pengaman, artinya sebagai penyaluran sementara
bagi penganggur dan juga mengatasi kesulitan ekonomi lemah di kota. Terkadang
ironis bahwa kontribusi yang diberikan oleh sektor ini terhadap perekonomian
nasional cukup besar namun belum mampu menghapus citra buruk sektor ini.
B. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan landasan berfikir seseorang yang
bertujuan untuk menjelaskan fakta atau suatu hubungan antar faktor maupun
variable dengan berpijak pada landasan teori.
Sebagai salah satu dari berbagai jenis usaha informal, tidak dapat
dipungkiri bahwa para PKL mampu menjadi solusi bagi para pengangguran dan
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi bergeraknya roda ekonomi bangsa.
Namun, keberadaan mereka tetap menjadi sebuah dilema bagi pemerintah. Di satu
sisi keberadaan PKL berdampak positif sebagai katup penyelamat terhadap
terbukanya lapangan kerja dan di sisi lain PKL juga berdampak negatif, karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
menimbulkan kesemrawutan kota serta mengganggu ketertiban kota yang pada
akhirnya dapat menimbulkan konflik.
untuk Dilakukan relokasi terhadap mereka. Hal inilah yang dihadapi Pemkot
Surakarta dalam usahanya merelokasi PKL di Jalan Ki Hajar Dewantara
(belakang Kampus UNS), sebab di kawasan lama para PKL sudah memiliki
pelanggan yang jumlahnya tentu tidak sedikit. Selain itu, kawasan belakang
Kampus UNS letaknya cukup strategis dan mudah dijangkau. Namun di sisi lain
pihak Kampus UNS merasa terganggu dengan keberadaan PKL yang
menimbulkan kesemrawutan serta mengganggu arus lalu lintas sekitar kampus.
Implementasi relokasi PKL Jl. KH. Dewantoro memiliki dasar hukum
yaitu Perda Kota Surakarta No. 3 tahun 2008 tentang Pengelolaan PKL. Adanya
desakan warga masyarakat untuk dilakukan penataan PKL Jl. KH. Dewantoro
juga menjadi dukungan kepada pemerintah supaya segera merelokasi PKL.
Relokasi yang dilaksanakan pemerintah Kota Surakarta mempunyai tujuan
supaya penataan kota dan tempat berdagang PKL menjadi rapi, tertib dan tertata.
Tujuan akhir dari relokasi PKL di sepanjang jalan Ki Hajar Dewantoro adalah
mewujudkan Kota Surakarta sebagai Kota Berseri (Bersih, Sehat, Rapi dan
Indah). Implementasi program ini tentunya tidak lepas dari adanya faktor-faktor
yang mendukung dan menghambat pelaksanaan program. Apabila faktor-faktor
yang menghambat tadi dapat diatasi maka pelaksanaan program dapat dikatakan
berhasil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Untuk lebih jelasnya, kerangka pikir dalam penelitian ini akan
digambarkan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B
agan
II.
5
Skem
a K
eran
gka
Pem
ikir
an
Das
ar K
ebija
kan
: Pe
ratu
ran
Dae
rah
(Per
da) K
ota
Sura
kart
a N
omor
03
Tah
un
2008
tent
ang
Peng
elol
aan
Peda
gang
Kak
i Lim
a
Mas
alah
yan
g di
timbu
lkan
PK
L :
- K
eber
adaa
n PK
L
men
ggan
ggu
kete
rtib
an
dan
keny
aman
an la
lu
linta
s se
kita
r ka
mpu
s U
NS
- M
embu
at k
umuh
lin
gkun
gan
kota
Prog
ram
R
elok
asi P
KL
T
ujua
n :
- T
erta
tany
a PK
L y
ang
rapi
,tert
ib d
an b
ersi
h -
Ter
wuj
udny
a ko
ta
Sura
karta
seb
agai
kot
a B
ER
SER
I (B
ersi
h,Se
hat,R
api d
an
Inda
h)
Im
plem
enta
si :
- T
ahap
Sos
ialis
asi
- T
ahap
Pen
ataa
n -
Tah
ap P
ener
tiban
-
Tah
ap P
embi
naan
Fakt
or y
ang
mem
peng
aruh
i ke
berh
asila
n im
plem
enta
si pr
ogra
m :
- Si
kap
Pela
ksan
a -
Kom
unik
asi
- Su
mbe
r D
aya
- K
epat
uhan
dan
-
Daya
Tan
ggap
Kel
ompo
k Sa
sara
n
Eva
luas
i :
Men
ilai
Pros
es P
elak
sana
an
Men
geta
hui f
akto
r f
akto
r
yang
men
gham
bat
Men
geta
hui D
ampa
k ya
ng
tim
bul d
ari r
elok
asi P
KL
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Langkah Pemerintah Kota Surakarta untuk mengatasi permasalahan PKL
di sepanjang jalan Ki Hajar Dewantoro yaitu dengan merelokasi ketempat baru.
Implementasi relokasi PKL K.H. Dewantara dilaksanakan melalui 4 tahap,
meliputi :
- Tahap Sosialisasi
- Tahap Penataan
- Tahap Penertiban
- Tahap Pembinaan
Dalam implementasi relokasi PKL belakang kampus UNS dipengaruhi
oleh :
1. Sikap pelaksana yang merupakan faktor penunjang pelaksanaan program yang
berupa keahlian, keaktifan, kreatifitas serta dedikasi pelaksana. Sikap dan
dukungan yang positif dari aparat pelaksana akan mendukung keberhasilan
pelaksanaan kebijakan dalam mencapai tujuan dan sasarannya
2. Komunikasi, dengan adanya komunikasi dapat dijadikan penghubung antara
aparat pelaksana dengan kelompok sasaran. Selain itu juga mendukung dalam
pelaksanaan sosialisasi kebijakan, kejelasan dalam memberikan infomasi akan
mempermudah kelompok sasaran untuk mengetahui isi, tujuan, manfaat dan
ketentuan dari kebijakan tersebut.
3. Sumber daya yang memadai akan mendukung dalam pelaksanan suatu program
untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Sumber daya tersebut dapat
berupa biaya, perlengkapan yang dibutuhkan maupun sumber daya
manusianya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
4. Kepatuhan serta daya tanggap kelompok sasaran akan mempengaruhi hasil
akhir dari implementasi suatu program. Kepatuhan dan dukungan ini muncul
seiring dengan kesadaran akan manfaat yang diperoleh dari implementasi
program. Keseluruhan faktor ini nantinya akan berpengaruh satu sama lain
terhadap implementasi relokasi PKL Belakang Kampus UNS.
Dalam penelitian mengenai evaluasi implementasi kebijakan relokasi
pedagang kaki kima belakang Kampus UNS aspek kegiatan yang akan dilakukan
oleh peneliti adalah :
1. Mendeskripsikan Proses Implementasi Kebijakan Relokasi PKL
Kampus UNS.
Hasil deskripsi proses implementasi kebijakan relokasi PKL Kampus
UNS bertujuan untuk melihat aspek kepatuhan pelaksana dalam
melaksanakan kebijakan tersebut.
2. Melihat faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi
kebijakan relokasi PKL belakang Kampus UNS.
Faktor faktor yang ingin dilihat dalam penelitian implementasi
kebijakan relokasi tersebut adalah:
a. Sikap Pelaksana
Indikator-indikator yang sangat penting dalam konteks sikap
pelaksana terdiri dari beberapa aspek, yaitu:
1) Pengangkatan birokrat, disposisi atau sikap pelaksana
2) Insentif
b. Komunikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Terdapat tiga indikator yang dapat digunakan dalam mengukur
keberhasilan variabel komunikasi tersebut diatas, yaitu :
1) Transmisi
2) Kejelasan
3) Konsistensi
c. Sumberdaya
Indikator sumber-sumber daya yang menentukan keberhasilan
variabel ini terdiri dari beberapa elemen, yaitu:
1) Staf
2) Informasi
3) Wewenang
4) Fasilitas
d. Kepatuhan serta daya tanggap kelompok sasaran
3. Mengidentifikasi dampak jangka pendek yang timbul atas implementasi
relokasi PKL belakang Kampus UNS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
BAB III
METODOLOGI
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini berusaha untuk mengungkapkan suatu keadaan
sebagaimana adanya. Hasil penelitian ditekankan pada pemberian gambaran
secara objektif tentang keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti. Oleh
sebab itu bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
kualitatif yang bermaksud memberikan gambaran secara sistematis, aktual dan
akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu.
Penelitian kualitatif mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan
mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi
menurut apa adanya di lapangan studinya (H.B. Sutopo, 2002:11). Pada
prinsipnya dengan metode deskriptif, data-data yang dikumpulkan berupa
kata-kata, gambar dan bukan angka. Dengan demikian laporan penelitian ini
berupa kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.
Jadi penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk menyusun
gambaran mengenai objek apa yang diteliti dengan terlebih dahulu peneliti
mengumpulkan data di lokasi penelitian, lalu data itu diolah dan diartikan
untuk kemudian dianalisa dari data yang telah disajikan dalam arti hasil
penelitian ini lebih menekankan gambaran mengenai pelaksanaan relokasi
PKL belakang kampus UNS oleh Pemkot Surakarta.
B. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis mengambil lokasi penelitian di Dinas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Pengelolaan Pasar Kota Surakarta dan wilayah belakang Kampus UNS.
Adapun pemilihan lokasi tersebut berdasarkan pada beberapa pertimbangan
sebagai berikut :
1. Karena Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta sebagai pelaksana
kebijakan penataan dan pembinaan PKL di Kota Surakarta
termasuk PKL di belakang kampus UNS.
2. Wilayah belakang Kampus UNS merupakan daerah yang menjadi
sasaran program relokasi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota
Surakarta
C. Sumber Data
1. Data Primer
Sumber data primer yaitu merupakan informasi yang dikumpulkan
peneliti langsung dari sumbernya. Dalam hal ini, peneliti bertindak
sebagai pengumpul data (Susanto,2006:125-126). Data ini
diperoleh melalui wawancara.
Informan dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Aparat Dinas Pengelolaan Pasar Bidang Pengelolaan PKL
Kota Surakarta yaitu, Kepala Bidang Pengelolaan PKL, Kasie
Penataan dan Kasie Pembinaan PKL, Kasie Pengendalian PKL.
b. Ketua Paguyuban Pedagang Sekitar Kampus (PPSK).
c. Para PKL belakang kampus UNS
2. Data Sekunder
Sumber data sekunder yaitu sumber data yang tidak secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
langsung dari sumber aslinya, akan tetapi dari sumber lain melalui
studi kepustakaan. Sumber data sekunder diantaranya adalah arsip,
peraturan perundang-undangan dan dokumen-dokumen yang
peneliti butuhkan dalam penelitian ini.
Dokumen resmi dan arsip merupakan bahan tertulis yang
bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu (H.B.
Sutopo, 2002:54).
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan metode :
1. Observasi
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitan untuk mengamati
secara kualitatif berbagai kegiatan dan peristiwa yang terjadi.
Sedangkan menurut H.B. Sutopo (1998 : 64) Observasi merupakan
pengamatan perilaku yang relevan dengan kondisi lingkungan yang
tersedia di lokasi penelitian.
Tehnik ini biasanya diartikan sebagai pengamatan dari sistem
fenomena yang diselidiki, dimana Observasi dalam penelitian ini
dilakukan dengan Observasi Langsung yaitu suatu cara pengumpulan
data yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala
yang tampak pada objek penelitian, pelaksanaannya langsung di mana
suatu peristiwa terjadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Adapun sistem yang disepakati pada Observasi langsung adalah
Non participant Observation dimana kedudukan peneliti hanya sebagai
pengamat bukan anggota penuh dari objek yang sedang diteliti.
2. Wawancara
Merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi dengan
memberikan kerangka dan garis besar pokok-pokok yang akan
ditanyakan dalam proses wawancara (Lexy J. Moleong, 2002:136).
Teknik ini dilakukan secara mendalam dengan mempersiapkan garis
besar pertanyaan yang akan diajukan kepada responden untuk
memperoleh informasi yang jelas dan mendalam tentang berbagai aspek
yang sesuai dengan penelitian ini.
Dalam H.B. Sutopo (2002 : 58) Tujuan utama melakukan
wawancara adalah untuk menyajikan konstruksi saat sekarang dalam
suatu konsep mengenai pribadi, peristiwa, aktivitas, organisasi, perasaan,
motivasi tanggapan atau persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan dan
sebagainya, untuk merekonstruksi beragam hal seperti itu sebagai bagian
dari masa lampau, dan memproyeksikan hal-hal itu dikaitkan dengan
harapan yang bisa terjadi di masa yang akan datang.
3. Dokumentasi
Merupakan teknik pengumpulan data-data dengan cara mencatat
data-data, dokumen-dokumen yang berkaitan dengan obyek penelitian
yang diambil dari beberapa sumber demi kesempurnaan
penganalisaannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
E. Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling. Teknik ini adalah menggunakan cuplikan atau sampel
pada informan yang dianggap lebih mengetahui tentang informasi yang
akan diteliti. Menurut H.B Sutopo (2002: 36) pilihan sampel diarahkan
pada sumber data yang penting yang berkaitan dengan permasalahan yang
sedang diteliti.
Tetapi tidak menutup kemungkinan penulis juga menggunakan
snowball sampling, sepanjang data-data yang diperoleh belum lengkap dan
mendalam. Teknik ini digunakan, apabila informasi yang didapat sangat
terbatas, yaitu dengan cara bertanya kepada informan pertama barangkali
informan pertama mengetahui siapa yang lebih mengetahui informasi,
sehingga penulis bisa menemui informan berikutnya dan bertanya lebih
jauh dan mendalam, demikian seterusnya.
F. Teknik Analisa Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
data secara kualitatif dengan menggunakan model analisa data interaktif,
menurut H.B Sutopo (2002 : 91-93) teknik tersebut meliputi :
1. Data Reduction (pengumpulan data)
Merupakan proses seleksi, membuat fokus, menyederhanakan dan
membuang hal-hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian
rupa. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan riset, yang
dimulai dari sebelum pengumpulan data dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
2. Data Display (Penyajian Data)
Merupakan sekumpulan informasi secara sistematis yang
memungkinkan penarikan suatu kesimpulan dapat diambil.
3. Conclusion drawing (Penarikan Simpulan)
Penarikan simpulan ini dilakukan setelah semua data berhasil dikumpulkan.
Setelah menganalisis data-data tersebut, dicari tema,ketentuan, penjelasan
dan kesamaan-kesamaan yang muncul. Dalam proses ini landasan-landasan
yang kuat sangat diperlukan agar verifikasiyang dibuat dapat
dipertanggungjawabkan
Dalam proses analisanya, ketiga komponen tersebut di atas
aktivitasnya berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan data sebagai
proses siklus. Selama proses pengumpulan data berlangsung, peneliti tetap
bergerak diantara komponen pengumpulan data tersebut. Untuk lebih
jelasnya, proses analisis data dengan model interaktif ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Bagan III.1
Model Analisis Interaktif
Pengumpulan data
Penyajian data
Penarikan simpulan
Reduksi data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Sumber: H.B Sutopo, 2002: 96.
Dengan memperhatikan gambar tersebut, maka prosesnya dapat
dilihat pada waktu pengumpulan data, peneliti selalu membuat reduksi
data dan sajian data. Artinya, data yang berupa catatan lapangan yang
terdiri dari bagian deskripsi dan refleksinya adalah data yang telah digali
dan dicatat.
Dari dua bagian data tersebut peneliti menyusun rumusan
pengertiannya secara singkat, berupa pokok-pokok temuan yang penting
dalam arti pemahaman segala peristiwa yang dikaji yang disebut reduksi
data. Kemudian diikuti penyusunan sajian data yang berupa cerita
sistematis dan logis dengan suntingan penelitinya supaya makna
peristiwanya menjadi lebih jelas dipahami, dengan dilengkapi perabot
sajian yang diperlukan (matriks, gambar, dan sebagainya) yang sangat
mendukung kekuatan sajian.
Reduksi dan sajian data ini harus disusun pada waktu peneliti
sudah mendapatkan unit data dari sejumlah unit yang diperlukan dalam
penelitian. Pada waktu pengumpulan data sudah berakhir, peneliti mulai
melakukan usaha untuk menarik kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan
semua hal yang terdapat dalam reduksi maupun sajian datanya, maka
peneliti wajib kembali melakukan kegiatan pegumpulan data yang sudah
terfokus untuk mencari pendukung simpulan yang ada juga bagi
pendalaman data(H.B. Sutopo, 2002: 95-96).
G. Validitas Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Supaya simpulan penelitian menjadi lebih kokoh dan dapat
dipercaya maka perlu dilakukan uji validitasnya. Uji validitas
dimaksudkan sebagai pembuktian bahwa data yang diperoleh peneliti
benar-benar sesuai dengan kenyataan apa yang ada di lokasi penelitian.
Penulis menggunakan triangulasi untuk menguji keabsahan data yang
terkumpul. Triangulasi adalah teknik keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding data itu (Lexy J. Moleong, 2002 : 178). Dengan
mengumpulkan sumber data yang berbeda-beda maka data yang sejenis
atau sama akan lebih terjamin kebenarannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Dinas Pengelolaan Pasar
Dinas Pengelolaan Pasar merupakan salah satu unsur pelaksana
Pemerintah Daerah Kota Surakarta di bidang pengelolaan pasar. Berdasarkan
Peraturan Walikota Nomor 22 Tahun 2008 tentang penjabaran tugas pokok,
fungsi dan tata kerja, Dinas Pengelolaan Pasar mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengelolaan pasar.
Dalam menyelenggarakan tugas, Dinas Pengelolaan Pasar mempunyai
beberapa fungsi yaitu :
a. penyelenggaraan kesekretariatan dinas
b. penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi dan pelaporan
c. pengelolaan pendapatan pasar
d. pengelolaan kebersihan dan pemeliharaan pasar
e. pengawasan dan pembinaan pedagang pasar dan pedagang kaki lima
f. pengaturan los dan kios pasar
g. penyelenggaraan keamanan dan ketertiban pasar dan pedagang kaki lima
h. penyelenggaraan sosialisasi
i. pembinaan jabatan fungsional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Selain itu sebagai pelaksana di bidang pengelolaan pasar, Dinas
Pengelolaan Pasar juga memiliki visi dan misi yang dijabarkan dalam tujuan
dan sasaran yang akan dicapai.
Visi :
Citra pasar yang bersih, tertib, aman dan nyaman
Misi :
a. Meningkatkan kesempatan bekerja dan berusaha
Tujuan : Memberikan kemudahan dalam pelayanan kepada
pedagang dan masyarakat.
Sasaran : Tersedianya lahan usaha bagi pedagang atau
pengusaha dalam meningkatkan kesejahteraannya.
b. Meningkatkan ketertiban dan keamanan pasar
Tujuan : Menciptakan kondisi dan situasi pasar yang bersih,
tertib, aman dan nyaman bagi pengguna pasar.
Sasaran : Terciptanya kondisi dan situasi pasar yang bersih,
tertib, aman dan nyaman.
c. Meningkatkan pelayanan kepada pedagang
Tujuan : Menyediakan sarana, prasarana dan fasilitas pasar
yang memadai.
Sasaran : Tersedianya sarana, prasarana dan fasilitas pasar yang
memadai.
d. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas
dalam rangka meningkatkan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM).
Sasaran : Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas dalam penyediaan data yang lebih akurat,
tertib dalam administrasi, pengelolaan retribusi
maupun perijinan usaha perdagangan.
Untuk mewujudkan visi, misi serta tujuan dan sasaran tersebut, Dinas
Pengelolaan Pasar menetapkan kebijakan dan strategi.
Kebijakan :
perekonomian masyarakat
melalui peningkatan pelayanan, sarana prasarana dan fasilitas pasar yang
cukup memadai guna menciptakan kondisi pasar yang bersih, tertib, aman
dan nyaman serta mengoptimalkan kontribusi pasar guna mendukung
kelancaran pembangunan P
Strategi :
a. Meningkatkan pemeliharaan bangunan gedung seluruh pasar.
b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas, sarana dan prasarana kebersihan
pasar.
c. Meningkatkan fasilitas pasar termasuk pemeliharaan jaringan, elektrikal
dan mekanikal pasar.
d. Meningkatkan keamanan dan ketertiban pasar.
e. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan Sumber Daya Manusia(SDM)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
dengan penyelenggaraan bimbingan teknis dan pelatihan-pelatihan.
f. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada pedagang dan masyarakat.
2. Tugas Pokok dan Struktur Organisasi Dinas Pengelolaan Pasar Kota
Surakarta
Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, Dinas
Pengelolaan Pasar Pengeloaan Kota Surakarta sebagai kepanjangan tangan
Pemerintah Kota Surakarta dalam penanganan masalah Pedagang Kaki Lima
memiliki Tugas dan Fungsi pokok yang diatur dalam Surat Keputusan
Walikota Surakarta Nomor 22 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok,
Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta sebagai
berikut :
Kepala Dinas, membawahkan :
a) Sekretaris, membawahkan :
1) Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan
2) Sub Bagian Keuangan
3) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
b) Bidang Pendapatan Pasar, membawahkan :
1) Seksi Pendataan dan Penetapan
2) Seksi Penagihan dan Penerimaan
3) Seksi Pembukuan
c) Bidang Kebersihan dan Pemeliharaan Pasar, membawahkan :
1) Seksi Peralatan dan Kebersihan
2) Seksi Pemeliharaan Fasilitas Pasar
3) Seksi Pemeliharaan Bangunan Pasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
d) Bidang Pengawasan dan Pembinaan, membawahkan :
1) Seksi Pemberdayaan dan Pembinaan Pedagang
2) Seksi Keamanan dan Ketertiban
3) Seksi Pengawasan Pedagang
e) Bidang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima, membawahkan :
1) Seksi Penataan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima
2) Seksi Pengendalian Pedagang Kaki Lima
f) Kelompok Jabatan Fungsional
a. Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas memimpin pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi :
o Penyelenggaraan kesekretariatan dinas;
o Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi dan
pelaporan;
o Pengelolaan pendapatan pasar;
o Pengelolaan kebersihan dan pemeliharaan pasar;
o Pegawasan dan pembinaan pedagang pasar dan pedagang kaki
lima;
o Pengaturan los dan kios pasar;
o Penyelenggaraan keamanan dan ketertiban pasar dan pedagang
kaki lima;
o Penyelenggaraan sosialisasi;
o Pembinaan jabatan fungsional.
b. Sekretariat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sekretariat
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan
teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara
terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang
perencanaan, evaluasi dan pelaoran, keuangan, umum dan
kepegawaian. Untuk melaksanakan tugas tersebut Sekretariat
mempunyai fungsi :
o Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan
administrasi dan pelaksanaan di bidang perencanaan, evaluasi dan
pelaporan;
o Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan
administrasi dan pelaksanaan di bidang keuangan;
o Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan
administrasi dan pelaksanaan di bidang umum dan kepegawaian;
o Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Sekretariat, membawahi :
1) Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Subbagian Perencanan, Evaluasi dan Pelaporan mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,
pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara
terpadu di bidang perencanaan, evaluasi dan pelaporan.
2) Subbagian Keuangan;
Subbagian Keuangan mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan
administrasi dan pelaksanaan di bidang keuangan, meliputi :
pengelolaan keuangan, verifikasi, pembukuan dan akuntansi di
lingkungan Dinas.
3) Subbagian Umum dan Kepegawaian.
Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,
pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara
terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang umum
dan kepegawaian, meliputi : pengelolaan administrasi
kepegawaian, hukum, humas, organisasi dan tatalaksana,
ketatausahaan, rumah tangga dan perlengkapan di lingkungan
Dinas.
c. Bidang Pendapatan Pasar
Bidang Pendapatan Pasar mempunyai tugas melakukan
penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang pendataan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
penetapan, penagihan dan penerimaan serta pembukuan. Untuk
melaksanakan tugas tersebut Bidang Pendapatan Pasar mempunyai
fungsi :
o Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,
pembinaan dan pelaksanaan di bidang pendataan dan penetapan;
o Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,
pemninaan dan pelaksanaan di bidang penagihan dan penerimaan;
o Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,
pembinaan dan pelaksanaan di bidang pembukuan;
o Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Pendapatan Pasar, membawahi :
1) Seksi Pendataan dan Penetapan;
Seksi Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang
pendataan dan penetapan, meliputi : pendataan dan penetapan
retribusi pasar dan PKL, pengaturan dan pembagian kios, los,
perijinan dan hak penempatan pedagang.
2) Seksi Penagihan dan Penerimaan;
Seksi Penagihan dan Penerimaan mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang
penagihan dan penerimaan retribusi pasar dan PKL serta
penyusunan laporan perhitungan pendapatan pasar dan PKL.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
3) Seksi Pembukuan.
Seksi Pembukuan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan kebijakan teknis di bidang pembukuan, meliputi :
melakukan pembukuan semua hasil dan penerimaan retribusi pasar
dan PKL, penyiapan data secara periodic penerimaan dan
tunggakan retribusi pasar dan PKL.
d. Bidang Kebersihan dan Pemeliharaan Pasar
Bidang Kebersihan dan Pemeliharaan Pasar mempunyai tugas
melakukan penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang peralatan
dan kebersihan, pemeliharaan fasilitas pasar dan pemeliharaan
bangunan pasar. Untuk melakukan tugas tersebut Bidang Kebersihan
dan Pemeliharaan Pasar mempunyai fungsi :
o Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,
pembinaan dan pelaksanaan di bidang peralatan dan kebersihan;
o Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,
pembinaan dan pelaksanaan di bidang pemeliharaan fasilitas pasar;
o Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,
pembinaan dan pelaksanaan di bidang pemeliharaan bangunan
pasar;
o Melakukan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Kebersihan dan Pemeliharaan Pasar, membawahi :
1) Seksi Peralatan dan Kebersihan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Seksi Peralatan dan Kebersihan mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,
pembinaan dan pelaksanaan di bidang peralatan dan kebersihan,
meliputi : penyediaan peralatan, pengaturan pengunaanya dan
menyusun jadwal pelaksanaan pengawasan serta perbaikan sarana
prasarana pasar.
2) Seksi Pemeliharaan Fasilitas Pasar;
Pemeliharaan Fasilitas Pasar melakukan penyiapan bahan
perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang
pemeliharaan fasilitas pasar, meliputi : pengelolaan fasilitas,
menyusun jadwal pengawasn dan perbaikan serta pemeliharaan
pasar.
3) Seksi Pemeliharaan Bangunan Pasar.
Seksi Pemeliharaan Bangunan Pasar melakukan penyiapan
bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di
bidang pemeliharaan bangunan pasar, meliputi : pengelolaan
bangunan, menyusun jadwal pengawasan dan pengelolaan
bangunan serta perbaikan dan pemeliharaan bangunan pasar.
e. Bidang Pengawasan dan Pembinaan
Bidang Pengawasan dan Pembinaan mempunyai tugas
melakukan penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang
pemberdayaan dan pembinaan pedagang, keamanan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
ketertiban serta pengawasan pedagang. Untuk melaksanakan tugas
tersebut Bidang Pengawasan dan Pembinaan mempunyai tugas :
o Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,
pembinaan dan pelaksanaan di bidang pemberdayaan dan
pembinaan pedagang;
o Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,
pembinaan dan pelaksanaan di keamanan dan ketertiban;
o Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,
pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengawasan pedagang;
o Melakukan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Pengawasan dan Pembinaan, membawahi :
1) Seksi Pemberdayaan dan Pembinaan Pedagang;
Seksi Pemberdayaan dan Pembinaan Pedagang mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,
pembinaan dan pelaksanaan di bidang pemberdayaan dan
pembinaan pedagang, meliputi : perencanaan dan pelaksanaan
pemberdayaan dan pembinaan pedagang pasar.
2) Seksi Keamanan dan Ketertiban;
Seksi Keamanan dan Ketertiban mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,
pembinaan dan pelaksanaan di bidang keamanan dan ketertiban,
meliputi : kegiatan keamanan, ketertiban, menyusun jadwal dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
membentuk satuan penertiban serta patroli pasar.
3) Seksi Pengawasan Pedagang.
Seksi Pengawasan Pedagang mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang pengawasan pedagang, meliputi :
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan pengawasan
pedagang pasar.
f. Bidang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima
Bidang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima mempunyai tugas
melakukan penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang penataan
dan pembinaan pedagang kaki lima serta pengendalian pedagang kaki
lima. Untuk melaksanakan tugas tersebut Bidang Pengeolaan
Pedagang Kaki Lima mempunyai fungsi :
o Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,
pembinaan dan pelaksanaan di bidang penataan dan pembinaan
pedagang kaki lima;
o Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,
pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengendalian pedagang kaki
lima;
o Melakukan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima, membawahi :
1) Seksi Penataan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Seksi Penataan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan
perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang
penataan dan pembinaan pedagang kaki lima, meliputi : penyiapan
bahan petunjuk teknis penempatan, rekomendasi penempatan, dan
penyuluhan kepada pedagang kaki lima.
2) Seksi Pengendalian Pedagang Kaki Lima.
Seksi Pengendalian Pedagang Kaki Lima mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan perumusan kebijakan
teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengendalian
pedagang kaki lima, meliputi : penyiapan bahan petunjuk teknis
pengendalian mengenai kualitas dan kuantitas pedagang kaki lima.
g. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional yang terdiri dari sejumlah
tenaga fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai
dengan bidang keahliannya mempunyai tugas sesuai dengan jabatan
fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
KE
PA
LA
(D
rs. S
ubag
iyo,
MM
)
SEK
RE
TA
RIS
(A
nton
Her
dina
rto, S
.Sos
)
KA
. SU
B. B
AG
UM
UM
D
AN
KE
PEG
AW
AIA
N
(Dra
. Tut
i Rah
ayu,
MM
)
KA
. SU
B. B
AG
K
EU
AN
GA
N
(Chr
istin
a N
urai
ni, S
H)
SUB
BA
GIA
N P
ER
EN
CA
NA
AN
, E
VA
LU
ASI
DA
N P
EL
APO
RA
N
(Ern
i Sus
iatu
n, S
H, M
Si)
KA
.BID
. PE
NG
AW
ASA
N
DA
N P
EM
BIN
AA
N
(Dra
Bud
iaji
Kri
stia
naw
ati,
MH
)
KA
.BID
KE
BE
RSI
HA
N D
AN
PE
ME
LIH
AR
AA
N P
ASA
R
(Drs
. Pom
pi W
ahyu
di,M
M.)
KA
. BID
PE
ND
AP
AT
AN
PA
SAR
(S
igit
Prak
oso,
S.So
s, M
M)
SEK
SI P
EM
BE
RD
AY
AA
N
DA
N P
EM
BIN
AA
N
PED
AG
AN
G
(Wul
an T
endr
a D
eway
ani,
SH,M
H)
SEK
SI P
EM
EL
IHA
RA
AN
B
AN
GU
NA
N P
ASA
R
(Ir.
Suha
rdi,M
M)
SEK
SI P
EM
EL
IHA
RA
AN
FA
SIL
ITA
S PA
SAR
(M
ulyo
no)
SEK
SI P
ER
AL
AT
AN
DA
N
KE
BE
RSI
HA
N
(Arie
f Set
iobo
edi,
SH,M
.Hum
)
SE
KSI
PE
MB
UK
UA
N
(Nan
ang
Slam
et
Suka
tno,
SE)
SEK
SI P
EN
AG
IHA
N
DA
N P
EN
ER
IMA
AN
(B
amba
ng Y
unia
nto,
SE
,MM
)
SEK
SI P
EN
DA
TA
AN
D
AN
PE
NA
TA
AN
(S
udar
mon
o,SH
)
SEK
SI P
EN
GE
ND
AL
IAN
PK
L
(Nur
Iska
k A
ljufr
i, S.
Pd)
SEK
SI P
EN
AT
AA
N D
AN
PE
MB
INA
AN
PK
L
(Did
ik A
nggo
no H
KS,
S.
HU
T, M
Si)
KA
.BID
PE
NG
EL
OL
AA
N
PED
AG
AN
G K
AK
I L
IMA
(D
rs. D
wi W
urya
nto,
MM
)
SE
KSI
PE
NG
AW
ASA
N
PED
AG
AN
G
(Suj
arw
adi,S
h,M
H)
SEK
SI K
EA
MA
NA
N D
AN
K
ET
ER
TIB
AN
(D
rs. P
ardi
jo, M
M)
Kel
ompo
k Ja
bata
n Fu
ngsi
onal
BA
GA
N V
I.1
STR
UK
TU
R O
RG
AN
ISA
SI D
INA
S P
EN
GE
LO
LA
AN
PA
SAR
K
OT
A S
UR
AK
AR
TA
Sum
ber
: Din
as P
enge
lola
an P
asar
Kot
a Su
raka
rta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
3. Persebaran Pedagang Kaki Lima
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan secara sensus dapat diketahui
jumlah dan penyebaran PKL. Jumlah PKL di Kota Surakarta pada tahun 2009
sebanyak 3.917 PKL, tersebar di 5 wilayah Kecamatan. Sebagian besar PKL
berada di wilayah Kecamatan Jebres dan Banjarsari. Di Kecamatan Banjarsari
tedapat 1.050 PKL (26,91%) dan di Kecamatan Jebres 1.172 PKL (29,92%).
Tabel IV.1 Jumlah PKL per Kecamatan di Kota Surakarta
No Kecamatan Jumlah %
1 Banjarsari 1.050 26,81 2 Jebres 1.172 29,92 3 Laweyan 697 17,79 4 Pasar Kliwon 617 15,75 5 Serengan 381 9,73
Total 3.917 100
Sumber : Direktori Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta
Pedagang Kaki Lima di Jalan Ki Hajar Dewantara sendiri berjumlah
sekitar 160 PKL. Dari jumlah tersebut, sebagian besar merupakan PKL
dengan bangunan permanen (seluruh maupun sebagian bangunan selalu
berada di tempat), jumlahnya mencapai 82 PKL. PKL dengan bangunan
permanen memiliki variasi yang cukup banyak, antara lain, permanen
seluruhnya dan permanen sebagian. Type bangunan permanen juga sering
disebut dengan bangunan bongkar pasang, gerobag atau
gelaran/dasaran/lesehan. PKL dengan bangunan bongkar pasang jumlahnya 45
PKL. Yang menarik, banyak PKL yang menggunakan mobil sebagai sarana
untuk berdagang, jumlahnya mencapai 6 mobil dari total PKL Yang
cenderung menetap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Tabel IV.2 Type Bangunan/Tempat PKL yang Cenderung Menetap
Di Jl. Ki Hajar Dewantara
No Type Bangunan/Tempat Jumlah
1 Permanen 82 2 Bongkar Pasang/tenda 24 3 Gerobag (cenderung berhenti) 20 4 Mobil (cenderung berhenti) 6 5 Gelaran/Oprokan 1 Jumlah 160
Sumber : Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta
Umumnya Jenis usaha PKL di Jl. Ki Hajar Dewantara ini adalah
warung makanan dan minuman, bengkel kendaraan, tambal ban, rental jasa
pengetikan, counter hp dan pulsa, warung rokok, jasa fotocopy, pakaian, toko
komputer, toko kelontong dan warnet. Usaha PKL ini berkembang seiring
dengan bertambahnya kebutuhan para mahasiswa. Para PKL tersebut
kemudian mendirikan paguyuban yang diberi nama PPSK pada tahun 2000.
Tabel IV.3 Jenis Dagangan PKL
Di Jl. Ki Hajar Dewantara
No Jenis Dagangan Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15
Makanan dan minuman Voucher HP Pakaian Jasa Fotocopy Bengkel Kendaraan Toko Kelontong Tambal Ban Rental Jasa Pengetikan Toko Komputer Warnet Onderdil Duplikat Kunci Koran Sol Sepatu Helm
60 17 4
11 2 6 5
10 7 5 7 2 2 1 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
16 17 18 19 20 21 22 23
Radiator Material Cuci Motor Penjahit Toko Rokok Plat Nomor Potong Rambut Kaos Kaki Jumlah
1 1 2 3 7 1 2 1
160 Sumber : Dinas Pengelolaan Pasar
Ditinjau dari waktu berdagang, jumlah PKL yang menempati lokasi
secara relatif permanen jumlahnya cukup besar mencapai 82 PKL. Lamanya
waktu berdagang PKL biasanya terkait dengan bangunan tempat berdagang
PKL, semakin permanen bangunan, semakin lama pula PKL menempati area
tersebut. Lihat tabel IV.4
Tabel IV 4 Waktu Berdagang PKL
No Waktu berdagang Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Pagi Siang Sore Malam Pagi-siang Pagi-sore Pagi-malam Siang-sore Siang-malam Sore-malam
8 14 23 3 5 47 10 35 6 9
Jumlah 160 Sumber : Dinas Pengelolaan Pasar
Tingkat Kesadaran PKL dalam pengelolaan limbah masih sangat
rendah. Daeri seluruh PKL yang menghasilkan limbah, 44 PKL diantaranya
masih belum dapat mengelola limbah yang dihasilkan dengan baik. Jika
dikaitkan dengan jenis dagangannya, PKL yang yang relatif menghasilkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
limbah adalah PKL yang menjual makanan (PKL jenis ini sebesar 60PKL, Hal
ini berarti hanya 16 PKL penjual makanan yang telah melakukan pengelolaan
limbahnya dengan baik)
Tabel IV.5 Pengelolaan Limbah PKL
No Keterangan Jumlah
1 PKL mengelola limbah dengan
baik
44
2 PKL tidak mengelola limbah
dengan baik
16
Jumlah 60
Kebersihan dan Kerapian Lingkungan secara fisik belum begitu bersih
dan terlihat kumuh terlihat dari jumlah PKL yang bersih dan rapi sebesar 72
PKL masih dibawah jumlah PKL yang belum bersih dan rapi sebesar 88 PKL.
maka dari itu dengan merelokasi PKL ke tempat yang telah disediakan Pemkot
diharapkan tercipta PKL yang bersih dan rapi.
Tabel IV.6 Kebersihan dan Kerapian lingkungan PKL
No Lingkungan PKL Jumlah
1 Bersih dan rapi 72
2 Belum bersih dan rapi 88
Jumlah 160
Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar
Umumnya jenis usaha PKL di Kecamatan Jebres adalah warung
makanan dan minuman, bengkel kendaraan, tambal ban, rental jasa
pengetikan, toko voucher pulsa, warung rokok, jasa fotocopy, pakaian, toko
Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
komputer, warnet dan sebagainya. Usaha PKL ini berkembang pasca
terjadinya krisis moneter yang merusak roda perekonomian masyarakat.
Keberadaan para PKL awalnya hanya sedikit dan hanya berjualan di malam
hari, dan barang dagangan yang dijual hanya barang-barang kebutuhan para
mahasiswa. Seiring bertambahnya kebutuhan para mahasiswa maka mereka
membuka usaha mereka dari pagi hari.Untuk jumlah tenaga kerja biasanya
Cuma satu orang saja atau self employed (usaha mandiri).
Setiap lapak atau kios usaha PKL bersifat permanen, yaitu berdinding
bata plester dan beratap genteng. Lebar masing-masing PKL hampir seragam
yaitu sekitar 3 m sesuai dengan lebar trotoar yang ada. Waktu berdagang PKL
di Kecamatan Jebres seperti pagi-sore, siang, siang-malam. Tetapi PKL paling
banyak yaitu pada waktu pagi-sore. Pada malam hari kebanyakan berdagang
makanan.
4. Tujuan Penataan Pedagang Kaki Lima
Penataan di sini mengandung arti sebagai suatu usaha yang dilakukan
oleh Pemkot untuk membuat kondisi dari PKL agar mempunyai nuansa
budaya dan lingkungan sesuai dengan visi Kota Solo sebagai kota budaya
yang bertumpu pada potensi perdagangan, jasa, perdagangan, pariwisata dan
olahraga dengan memberikan tempat usaha yang layak, sesuai dengan
ketentuan perundangan yang ditetapkan serta memperhatikan Rencana Umum
Tata Ruang Kota (RUTRK).
Konsep penataan dari Dinas Pengelolaan Pasar yaitu bagaimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
mengembalikan fungsi-fungsi dari tempat atau fasilitas umum sesuai dengan
fungsi aslinya seperti yang dituangkan dalam perda No 3 tahun 2008.
Konsep Penataan PKL dengan mempertimbangkan aspek ketertiban,
keamanan, ekonomi, sosial dan budaya yang ada di Kota Surakarta melalui
zoning-zoning PKL yang diwujudkan dalam :
a. Pembentukan Kawasan PKL, yaitu tempat atau lokasi yang digunakan
untuk menampung PKL yang direlokasi. Pembentukan kawasan
diaplikasikan apabila pada satu wilayah terdapat PKL dalam jumlah yang
besar dengan potensi ekonomi yang tinggi namun tidak tersedia lahan di
wilayah tersebut untuk menata PKL, di lain pihak tersedia lokasi lain
untuk menampung dan menata PKL. Relokasi diakukan dengan tujuan
memberikan kepastian usaha melalui pemberian izin usaha sehingga
merubah status PKL dari pedagang informal menjadi pedagang formal
serta memberikan kepastian usaha dengan menempatkan PKL kedalam
pasar. Pasca relokasi pada kawasan ini akan diberikan penanganan khusus
sehingga kawasan tersebut dapat menjadi terkenal dan dapat menarik
perhatian calon konsumen untuk datang.
b. Pembentukan Kantong-kantong PKL
Apabila relokasi tidak dapat dilaksanakan maka dibentuklah kantong-
kantong PKL yang diaplikasikan melalui pembangunan :
1) Shelter PKL Knock Down
Pembangunan shelter PKL knockdown dilakukan apabila terdapat
lahan untuk mendirikannya tanpa menimbulkan gangguan terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
lingkungannya.
Ukuran : 2 x 3 m
Kerangka besi, lantai plester, atap multi roof dengan partisi khas Solo.
Bangunan denan system dapat dibongkar pasang tanpa merusak bentuk
awal shelter kecuali lantai plester.
2) Tenda Knock down
Apabila tidak tersedia lahan untuk mendirikan shelter PKL, maka
tenda knock down merupakan alternatif yang diberikan PKL.
Ukuran : 2 x 3 m
Kerangka besi dan tenda terpal tahan air.
3) Gerobak dorong/ Gerobak kaca/ gerobak Tenda
Bantuan diberikan pada PKL yang tidak dimungkinkan untuk
didirikannya tenda maupun shelter PKL dan diberikan pada PKL
dengan mobilitas yang tinggi.
c. Apabila dari semua pilihan diatas PKL tidak mau maka diambil tindakan
Yustisi.
Adalah tindakan hukum, bahwa ada aturan hukum tentang penataan dan
penertiban PKL tetapi PKL melanggarnya maka akan dibawa ke
pengadilan.
Secara umum tujuan dari pembentukan kantong-kantong PKL adalah
mewujudkan tata ruang kota yang indah dan harmonis sesuai peruntukannya,
meningkatkan daya tarik dan citra kota, meningkatkan kesejahteraan PKL,
Pembatasan dasaran atau ruang usaha PKL, memudahkan pendataan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
pembinaan, serta menciptakan terwujudnya sentra usaha yang berkarakter
khusus.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Kebijakan Penataan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima di Surakarta
Pada dasarnya kebijakan Penataan dan Pembinaan Pedagang Kaki
Lima merupakan suatu cara untuk mengatasi masalah-masalah yang
ditimbulkan oleh Pedagang Kaki Lima di Kota Surakarta. Kebijakan tersebut
tercantum dalam Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 3 tahun 2008
tentang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima di Kota Surakarta. Tujuan dari
kebijakan tersebut adalah ingin mewujudkan PKL yang sadar lingkungan,
rapi,tertib yang dapat menjadikan kota Surakarta Bersih, Sehat, Rapi dan
Indah.
Penataan dan Pembinaan PKL di Kota Surakarta telah dilaksanakan
sejak tahun 1995. Pada saat itu dilaksanakan oleh Dinas Pengelolaan Pasar
Kota Surakarta yang bekerjasama deengan Satuan Polisi Pamong Praja Kota
Surakarta. Seiring dengan terus meningkatnya jumlah PKL di Surakarta,
maka dibentuklah Kantor Pengelolaan Pedagang Kaki Lima Kota Surakarta
pada tahun 2001 dan mulai 2008 melebur menjadi satu ke dalam Dinas
Pengelolaan Pasar menjadi Bidang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima. Bidang
Pengelolaan Pedagang Kaki Lima bertugas untuk mengimplemetasikan
kebijakan penataan dan pembinaan PKL Kota Surakarta.
Pelaksanaan Program Penataan, Pembinaan dan Penertiban Pedagang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Kaki Lima di Kota Surakarta dilaksanakan di seluruh wilayah Surakarta. Dari
keseluruhan kecamatan penulis mengambil 1 sampel, yaitu PKL di belakang
kampus UNS yang berada di jalan Ki Hajar Dewantara yang telah di relokasi
ke tempat yang telah disediakan oleh Pemerintah Kota Surakarta yaitu di
belakang Kecamatan Jebres yang sekarang menjadi Pasar Panggung Rejo.
Pesatnya pertumbuhan jumlah PKL tidak terlepas dari semakin
pesatnya pertumbuhan kota. Semakin banyak tempat-tempat pusat keramaian
merupakan lahan yang berpotensi untuk berkembangnya PKL. Sebagaimana
diungkapkan oleh Seksi Penataan dan Pembinaan PKL,Bapak Didik Anggono
HKS, S.HUT, M.Si berikut ini :
"Begini mas,setiap keramaian dan ada trotoar yang nganggur pasti akan dijadikan tempat berdagang PKL, apalagi dekat kampus yang nilai ekonominya sangat tinggi dan strategis ( Wawancara, 08 Maret 2012)
Pendapat di atas menjelaskan bahwa maraknya PKL di belakang
kampus disebabkan karena alasan faktor ekonomi. Faktor ekonomi tetap
menjadi alasan dominan yang mendorong masyarakat terjun ke usaha
informal. PKL menjadi solusi alternatif dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Berikut penuturan Bapak Nardi, seorang PKL rental komputer :
karena mahasiswa pasti butuh rental komputer dan penghasilannya pun lumayan mas .
( Wawancara, 09 Maret 2012)
Pendapat tersebut sejalan dengan pengakuan Ibu Sarwani, seorang
pedagang makanan yang mengemukakan alasan menjadi PKL :
saya berjualan dekat kampus karena tempatnya strategis mas.. ( Wawancara, 09 Maret 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Selain itu latar belakang pendidikan juga menjadi alasan PKL
sehingga cari kerja sulit, seperti yang diungkapkan mas Agung, PKL yang
membuka bengkel :
SMK,mau nglamar dimana tho mas?. Cari kerja susah lagi
(Wawancara , 9 Maret 2012)
Faktor modal juga menjadi alasan terjunnya masyarakat di usaha PKL.
Hal ini diutarakan oleh Agus, seorang PKL tambal ban keliling :
usaha yang modalnya sedikit dan mudah dilakukan ya ini tambal ban dan sol
( Wawancara, 9 Maret 2012)
Tidak jauh beda dengan pengakuan Didik, seorang PKL rokok berikut ini :
Sudah tidak ada kerja lain, nglamar kerja sulit., jadinya saya jualan
(Wawancara, 09 maret 2012)
Keadaan PKL yang semrawut dan tidak tertata rapi mengundang
banyak protes dan keluhan dari warga sekitar. PKL telah dianggap sebagai
sumber masalah di lingkungan sekitar tempat tinggal mereka. Seperti yang
diungkapkan Bapak Bambang, warga di Daerah Jalan K.H. Dewantara
sebagai berikut :
sudah di ingatkan kalau mereka mengganggu lalulintas, banyak kecelakaan yang terjadi disini disebabkan oleh semakin sempitnya jalan, banyak yang parkir sembarangan, serta membuat lingkungan jadi kumuh tapi tetap saja nekat
(Wawancara, 09 Maret 2012)
Trotoar beralih fungsi sebagai tempat berjualan. Sebenarnya para
warga telah berupaya untuk membujuk mereka agar pindah tetapi para PKL
tetap tidak bersedia, sehingga mendorong para warga untuk melapor ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Pemkot agar segera merespon keluhan dari masyarakat.
2. Implementasi Relokasi PKL
Pada bagian ini akan dibahas mengenai proses implementasi kebijakan
relokasi PKL yang prosesnya mengalami tahap dan bentuk kegiatan sebagai
berikut :
a. Tahap Sosialisasi Kebijakan
b. Tahap Penataan
c. Tahap Penertiban
d. Tahap Pembinaan
Selain pelaksanaan program, indikator-indikator yang mempengaruhi
pelaksanaan program seperti sikap pelaksana, komunikasi, sumber daya,
kepatuhan dan daya tanggap kelompok sasaran serta hambatan-hambatan
yang terjadi dalam implementasi program dan pencapaian tujuan dalam
keberhasilan program akan dikaji dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini akan dijelaskan dan dibahas secara berurutan sebagai
berikut:
a. Tahap Sosialisasi Kebijakan
Sosialisasi kebijakan tentang Penataaan dan Pembinaan Pedagang
Kaki Lima sebagaimana tertuang dalam Perda No. 3 Tahun 2008 merupakan
dasar hukum bagi Pemkot Surakarta untuk mengatasi persoalan PKL. Untuk
memperjelas pemahaman tentang pelaksanaan peraturan tersebut, Pemkot
Surakarta terlebih dahulu melaksanakan sosialisasi kebijakan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
mengenalkan dan menjelaskan tentang berbagai aturan sebagaimana tertuang
dalam Perda yang mengatur PKL. Diantara peraturan tersebut berisi tentang
ketentuan umum, larangan tempat berusaha PKL, kewajiban PKL, perizinan,
pencabutan izin, dan pembinaan. Sosialisasi ini bertujuan mengadakan
pendekatan kepada PKL agar mematuhi Perda sehingga nantinya diharapkan
akan muncul kesadaran untuk menjaga kebersihan dan kerapian kota.
Pelaksanaan sosialisasi melibatkan beberapa instansi dan pihak yang terkait,
antara lain Dinas Pengelolaan Pasar, Satpol PP dan Paguyuban PKL.
Sosialisasi Program Pembinaan, Penataan, dan Penertiban PKL di
Kota Surakarta dilakukan dalam 2 tahap. Tahap 1 dilaksanakan mulai bulan
Februari 2008 sampai bulan Juni 2008. Tahap 2 dilaksanakan bulan Januari
2009 sampai bulan Juni 2009. Sikap yang digunakan pada tahap sosialisasi
menggunakan cara persuasif, yaitu dengan secara langsung, memberikan
penjelasan mengenai Perda secara door to door , yaitu aparat petugas
mensosialisasikan kepada setiap PKL dengan mendatangi mereka untuk
diberi penjelasan dan pengarahan atau dengan cara mengundang mereka
untuk berkumpul di Kecamatan ataupun Dinas Pengelolaan Pasar untuk
diberikan informasi dan pengarahan kepada PKL. Setelah PKL tahu
diharapkan mereka dapat memahami dan mematuhi aturan agar apa yang
sudah menjadi tujuan program dapat tercapai.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Seksi Penataan dan
Pembinaan PKL, bapak Didik Anggono HKS, S.HUT, M.Si:
dua cara yaitu dengan door to door, mendatangi langsung PKL di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
belakang kampus dan mengajak PKL undang langsung ke Dinas Pengelolan PKL (Wawancara, 07 Maret 2012)
Dalam sosialisasi secara langsung dilaksanakan oleh Dinas
Pengelolaan Pasar dengan melibatkan paguyuban PKL yang ada. Keuntungan
Pemkot dalam bekerjasama dengan paguyuban PKL adalah mendapatkan
masukan, saran, atau kritik dari PKL mengenai masalah-masalah yang ada
sehingga PKL juga dilibatkan dalam proses perumusan dan pelaksanaan
kebijakan.
Hal senada juga diungkapkan oleh seorang PKL rental komputer,
bapak Nardi seperti berikut
Kita diundang dan didatangi langsung oleh Pemkot untuk datang ke gedung Kecamatan dan Dinas Pengelolaan PKL. Di sana kita dijelaskan mengenai informasi Program Pembinaan, Penataan, dan Penertiban PKL (Wawancara, 15 Maret 2012)
Dari pernyataan di atas kegiataan sosialisasi dilakukan bersifat
preventif, bertujuan mencegah adanya pelanggaran dengan mengenalkan
terlebih dahulu tentang aturan dalam Perda, selain itu sosialisasi juga bersifat
kuratif, dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran PKL agar mereka tidak
melakukan pelanggaran lagi yang mengarah pada kegiatan pembinaan PKL.
Dalam TUPOKSI Dinas Pengelolaan Pasar tidak ada kegiatan yang
bersifat represif tapi bersifat eksekusi. Eksekusi dimaksudkan dengan
penyitaan, perampasan merupakan kewenangan Satpol PP, jadi Dinas
Pengelolaan Pasar hanya merekomendasikan, ketika sudah memberikan tahap
pembinaan, penataan, dan penertiban para PKL tetap tidak bersedia mematuhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Perda maka dilakukan koordinasi dengan Satpol PP serta dinas terkait
sehingga wewenang eksekusi tetap ada pada penegak Perda yaitu Satpol PP.
Agar pelaksanaan Perda berjalan secara maksimal maka jadwal
sosialisasi dilaksanakan setiap hari seiring dengan upaya penataan dan
penertiban PKL yang terangkum dalam program kerja tahunan yang
dijabarkan dalan program rutin setiap bulannya dengan lokasi sasaran yang
berbeda, seperti yang diungkapkan Seksi Penataan dan Pembinaan PKL,
bapak Didik Anggono HKS, S.HUT, M.Si:
Jadwal sosialisasi dibuat dalam program kerja tahunan yang dijabarkan dalam program rutin setiap bulan dengan tempat pelaksanaan yang berbeda. (Wawancara,07 Maret 2012)
Hambatan sosialisasi dapat dilihat dari tanggapan yang diungkapkan
Pak Nardi PKL rental komputer :
sih setuju-setuju saja klo mau dipindah, tapi kita semua serantak harus pindah biar sepi atau ramai ditanggung bersama (Wawancara, 15 Maret 2012)
Begitu pula yang dikatakan Ibu Sarwani, seorang PKL makanan
sebagai berikut :
keberatan sih mas karena di tempat yang baru ini saya harus nyari konsumen lagi dan juga tempatnya tidak terlalu terlihat dari jalan (Wawancara, 15 Maret 2012)
Kurangnya sosialisasi menimbulkan respon pro kontra dari para PKL,
sehingga hal ini menjadi salah satu hambatan dalam pelaksanaannya kurang
berjalan dengan baik. Seperti yang diungkapkan Bapak Didik Anggono HKS,
S.HUT, M.Si :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
tidak tampak secara langsung. Diberi tahu aturan diam dan bilang setuju tapi nyatanya tidak melaksanakan komitmen yang ada.Kebanyakan mereka meminta tambahan waktu lagi... (Wawancara, 07 Maret 2012)
Sosialisasi Program Pembinaan, Penataan, dan Penertiban PKL di
Kota Surakarta dilakukan melalui 2 cara persuasif, yaitu dengan secara
langsung, memberikan penjelasan mengenai Perda secara door to door. Cara
ke-2 yaitu dengan cara memanggil para PKL datang ke Dinas Pengelolaan
Pasar untuk lebih bisa menjelaskan tentang Perda.
Dari wawancara di atas kepatuhan dan daya tanggap kelompok
sasaran dalam tahap sosialisasi ini masih kurang. Hal ini terlihat dari
rendahnya PKL masih ada yang kurang memahami terhadap program.
Kekurangpahaman PKL terhadap aturan menyebabkan ada beberapa PKL
yang masih melanggar aturan hukum yang berlaku. Hal ini juga didorong
dengan tujuan program yang kurang berpihak pada kepentingan PKL
sehingga memunculkan adanya pro dan kontra. Diantara mereka ada yang
mendukung dan menyetujui program dan beberapa yang menolak serta tidak
setuju.
Kurangnya kepatuhan dan daya tanggap berkaitan dengan masalah
kejelasan informasi yang menyebabkan PKL kurang paham dengan maksud
dan tujuan program, sehingga mereka enggan untuk mematuhi aturan. Selain
itu tingkat pendidikan PKL yang berbeda-beda namun umumnya
berpendidikan rendah. Hal ini menyebabkan aparat kesulitan untuk membuat
sadar PKL dalam mentaati aturan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
b. Tahap Penataan
Penataan dilaksanakan dalam 2 tahap pula. Tahap 1 dilaksanakan pada
bulan September 2008 sampai November 2008. Tahap 2 dilaksanakan pada
bulan September 2009 sampai November 2009. Sedangkan tahap ini ingin
membuat PKL untuk masa sekarang dan yang akan datang menjadi lebih
baik, tidak ramah menjadi ramah lingkungan, kumuh menjadi bersih dan
indah. Penataan dilakukan secara persuasif dengan melibatkan PKL itu
sendiri.
Upaya Pemkot untuk menata PKL kawasan belakang Kampus UNS
adalah dengan relokasi. Relokasi dilakukan karena jumlah PKL di kawasan
tesebut sangat banyak dan memusat sehingga menimbulkan kekumuhan,
kesemrawutan, dan juga rawan kecelakaan. Tempat relokasi yang baru
terdapat di Pasar Panggung Rejo belakang Kantor Kecamatan Jebres. Di
lokasi yang baru, para PKL diberi kios secara gratis serta dibebaskan biaya
izin. Di sisi lain lokasi yang ditinggalkan yaitu belakang kampus UNS
menjadi asri sehingga dapat mengembalikan fungsi semula yaitu sebagai
kawasan publik. Hal ini sesuai dengan penjelasan Seksi Penataan dan
Pembinaan PKL,Bapak Didik Anggono HKS, S.HUT, M.Si berikut ini :
epat adalah relokasi karena jumlah PKL yang sangat banyak sehingga
(Wawancara, 07 Maret 2012)
Tahap pertama adalah pendataan PKL untuk menempati kios baru.
Beberapa persyaratan administrasi yang lain diantaranya adalah KTP, Kartu
Keluarga dan foto diri. Dalam pendataan ulang berikutnya PKL harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
mencantumkan jenis usahanya, berikutnya adalah pembagian kios.
Pelaksanaan pindah dilakukan secara bersamaan (bedol kampung) dengan
aman dan tertib secara sukarela tanpa ada sikap anarkhis dari para PKL.
Setelah kios baru siap, pembagian kios (penempatan pedagang) telah selesai
serta alat angkut yang telah disediakan Pemkot telah tersedia maka para PKL
mengemasi barang dagangan yang nantinya akan digelar lagi di tempat kios
yang baru.
Hambatan dalam tahapan pendataan ini adalah sebagian PKL bukan
pemilik tempat usaha tersebut. Sebagian mereka hanya menyewa tempat
tersebut dari orang lain. Hal ini sesuai dengan penjelasan Seksi Penataan dan
Pembinaan PKL,Bapak Didik Anggono HKS, S.HUT, M.Si berikut ini :
menyewa bangunan saja dari pemilik yang lain. Sehingga menyebabkan kesulitan pendataan mana yang benar-
(Wawancara, 07 Maret 2012)
Untuk mengatasi hal tersebut PKL Dinas Pengelolaan Pasar
memberikan surat peringatan sampai tiga kali. Jika masih tidak mematuhi
maka yang tidak mendaftarkan diri akan ditinggal, selanjutnya lahan yang
diprioritaskan untuk mereka akan disewakan ke PKL lain yang mau
menempati kios tersebut. Seperti yang diungkapkan Seksi Penataan dan
Pembinaan PKL,Bapak Didik Anggono HKS, S.HUT, M.Si:
peringatan sampai tiga kali jika tidak mematuhi maka akan ditinggal
(Wawancara, 07 Maret 2012)
Keuntungan yang didapat dari relokasi ke belakang Kantor Kecamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Jebres antara lain adanya jaminan usaha, tersedianya fasilitas usaha yang
sangat layak, peningktan status usaha, perizinan resmi diberikan gratis oleh
Pemkot seperti : SIUP, SHP, pelatihan manajemen, bantuan modal usaha dan
penjaminan pinjaman perbankan dari Pemkot serta menguatnya kesohoran
(brand image) usaha.
Kondisi belakang Kantor Kecamatan Jebres dulunya merupakan lahan
kosong yang tidak ada bangunan dengan luas lahan yang tersedia adalah
3.364 m². Kemudian Pemkot merencanakan membuat lahan kosong tersebut
menjadi pasar yang terdiri dari kios berukuran 2 x 3 m sebanyak 200 unit
dimana bangunan kios berlantai dua, Mushola, Lavatori (kamar mandi dan
toilet umum), Gedung Kantor Pengelola ukuran 2 x 3 m.
Di tempat kios yang baru ini dibuat zoning sesuai dengan jenis
usahanya, selain untuk memudahkan pembeli juga untuk keteraturan penataan
internal lokasi baru. Untuk pengundian kios dilakukan di Dinas Pengelolaan
Pasar yang melibatkan paguyuban PKL. Upaya Pemkot untuk menata PKL
belakang Kampus UNS adalah dengan relokasi. Proses Penataan yang
dilakukan Pemkot tidak berjalan lancar karena tidak semua PKL menempati
kios kios tersebut. Dari 100an PKL yang direlokasi ternyata hanya 50an
yang mau pindah ke tempat yang baru. Hal ini sesuai dengan penjelasan
Bapak Suroto, Kepala Pasar Panggung Rejo sebagai berikut :
asli,mereka hanya menyewa tempat saja dari pemilik asli jadi ya
(Wawancara, 13 Maret 2012)
Kios yang baru pun masih banyak kekurangan dari tempat yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
kurang strategis kurang terlihat dari jalan raya karena tembok pasar terlalu
tinggi, kios-kios terlalu sempit sehingga menimbulkan rasa kurang nyaman,
dan juga drynasenya buruk karena saat terjadi hujan airnya tidak mengalir
dengan lancar.
Dari wawancara di atas kepatuhan dan daya tanggap kelompok
sasaran dalam tahap penataan menunjukan respon yang baik. Hal ini terbukti
para PKL bersedia membongkar kios mereka yang menempel di dinding
pagar kampus UNS dengan sukarela. Mayoritas PKL belakang kampus UNS
mau direlokasi ke tempat baru di Pasar Panggung Rejo belakang kantor
kecamatan Jebres meskipun sebagian PKL ada yang tidak menempati tempat
tersebut.
c. Tahap Penertiban
Setelah dilakukan penataan PKL maka tahap selanjutnya adalah tahap
penertiban. Dalam Perda No. 3 Tahun 2008 pasal 5 para PKL dilarang
menggunakan tempat-tempat atau fasilitas umum seperti : parit, tanggul,
taman kota, jalur hijau, cagar budaya, monumen, sekolah, taman pahlawan,
dan sekitar bangunan tempat ibadah.
Penertiban PKL di belakang Kampus UNS dilakukan melalui 2 tahap.
Tahap 1 dilaksanakan pada bulan Juli 2008 sampai Agustus 2008. Tahap 2
dilaksanakan pada bulan Juli 2009 sampai seterusnya. Tujuan dari penertiban
adalah menertibkan PKL yang melanggar dan tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana yang diatur dalam Perda dan produk hukum yang lain.
Pendekatan yang dilakukan dalam penertiban PKL di belakang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Kampus UNS adalah melalui cara persuasif yaitu dengan ajakan atau
pembinaan langsung kepada PKL (door to door). Tindakan eksekusi baru
dilakukan apabila sudah sangat diperlukan, yaitu apabila para PKL tersebut
tetap melanggar ketentuan setelah mendapat teguran dan peringatan berkali-
kali.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Seksi Penataan dan
Pembinaan PKL,Bapak Didik Anggono HKS, S.HUT, M.Si :
door to door, mendatangi langsung PKL dan mengajak paguyuban PKL yang ada atau kita undang langsung ke Kantor Pengelolan PKL bisa juga lewat
(Wawancara, 07 Maret 2012)
Keberadaan PKL sudah banyak dan mengganggu arus lalu lintas
selain itu juga mengurangi keindahan dan kerapian lingkungan sekitar
kampus karena tempat itu merupakan ruang publik. Sebelum diserbu PKL
tanah lapang belakang kampus UNS digunakan tempat pedestrian atau
trotoar. Sejak ada PKL nyaris tidak ada ruang untuk publik. Selain itu warga
sekitar kampus UNS juga merasa terganggu akan keberadaan mereka. Sangat
jelas jika para PKL yang menempati ruang publik atau fasilitas umum telah
melanggar ketentuan SK Walikota. PKL yang berjualan di wilayah pedestrian
atau sekitar tempat pendidikan tentu saja menimbulkan permasalahan baru.
PKL menimbulkan kesemrawutan, kemacetan, kecelakaan serta kebersihan
lingkungan sekitar kampus tidak diperhatikan. Seperti yang diungkapkan
yusuf, mahasiswa fakultas hukum sebagai berikut :
L di sini sangat mengganggu sekali. Untuk jalan kaki saja susah sedangkan banyak mahasiswa yang berjalan kaki, kebersihan tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
dijaga serta lingkungan terlihat semrawut. Dan lagi disini rawan kecelakaan juga
(Wawancara, 13 Maret 2012)
Bagi mereka berjualan di lokasi tersebut sangat menguntungkan
karena letaknya yang strategis. Kekhawatiran lain yang juga muncul untuk
pindah antara lain : sulit menjalin hubungan dengan pelanggan baru, selain itu
masalah tempat jika nanti pindah tempatnya lalu digunakan pedagang lain,
sehingga akan memunculkan PKL baru yang jelas akan menguntungkan PKL
baru tersebut. Setelah mendapat penjelasan dan informasi yang jelas
mengenai relokasi ke tempat yang baru, akhirnya para PKL belakang Kampus
UNS dengan sukarela direlokasi.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Bapak Didik Anggono HKS,
S.HUT, M.Si Seksi Penataan dan Pembinaan PKL :
sudah dijadwalkan. jika ada pelanggaran, maka tim gabungan Dinas Pengelolaan Pasar
(Wawancara, 07 Maret 2012)
Jika para PKL tidak mematuhi peraturan yang berlaku maka akan
dilakukan penertiban dengan cara persuasif yang lebih diutamakan sebelum
mengambil tindakan. Dalam setiap penertiban, petugas akan mendatangi dan
memberikan teguran serta peringatan langsung kepada setiap PKL yang
melanggar. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Bapak Bapak Drs.
Yusroni.M.Si mantan Kepala Bidang Pengelolaan PKL :
adalah dengan mendatangi PKL kemudian dijelaskan kalau tidak boleh untuk berjualan kemudian di relokasi ke belakang kecamatan Jebres itu. Dan pada saat operasi penertiban, PKL yang ada didata dulu baru kemudian dibina dan diarahkan secara santun sesuai eti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
(Wawancara,09 Maret 2012)
Kebijakan relokasi yang dilakukan Pemkot untuk PKL kawasan
belakang Kampus UNS mendapat respon baik. Sebagian besar PKL
menerima untuk dipindah ke lokasi baru yaitu di Pasar Panggung Rejo
belakang Kantor Kecamatan Jebres yang telah disediakan oleh pemkot
dengan tertib.
Pernyataan mengenai tindakan yustisi yang dilakukan Pemkot
diungkapkan oleh Bapak Didik Anggono HKS, S.HUT, M.Si Seksi Penataan
dan Pembinaan PKL sebagai berikut :
maka akan diberikan surat peringatan Penertiban dilaksanakan secara persuasif tapi ketika mereka nekad maka kita lakukan tindakan yustisi, peraturan mana yang dilanggar akan
(Wawancara, 07 Maret 2012)
Apabila ada PKL setelah diberi surat peringatan tiga kali dan tidak
menghiraukannya , petugas dari Kantor Satpol PP akan menindak mereka
dengan tindakan penyitaan dan perampasan. Hal ini dikemukakan oleh Bapak
Didik Anggono HKS, S.HUT, M.Si Seksi Penataan dan Pembinaan PKL
sebagai berikut :
Setelah kita bina, tata sampai pemberian surat peringatan tiga kali belum bisa berjalan dengan baik maka kita rekomendasikan ke Kantor Satpol PP sebagai Penegak Perda di lapangan yang mempunyai wewenang untuk melakukan perampasan, pen
(Wawancara, 07 Maret 2012)
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa Pemkot akan
bertindak tegas kepada PKL yang masih melanggar. Sebelum dilaksanakan
penertiban di lapangan, Dinas Pengelolaan Pasar dan instansi terkait telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
memperingatkan terlebih dahulu kepada PKL yang melanggar. Jika mereka
masih melanggar, Satpol PP selaku Penegak Perda akan turun langsung ke
lapangan untuk menertibkannya.
Pendekatan yang dilakukan dalam penertiban PKL di Belakang
Kampus UNS adalah melalui cara persuasif yaitu dengan ajakan atau
pembinaan langsung kepada PKL (door to door). Kesadaran PKL untuk
pindah ke lokasi yang telah ditentukan cukup baik sebab dari pihak Pemkot
langsung terjun ke lapangan dan menggunakan cara-cara yang santun
kepada PKL. Adanya kebijakan supaya semua PKL pindah ketempat
yang baru secara serentak dilaksanakan dengan tertib.
Pada tahap penertiban ini kepatuhan dan daya tanggap kelompok
sasaran sudah cukup baik. Hal ini terbukti sudah tidak adanya PKL yang
kembali ke tempat yang lama setelah direlokasi ke tempat yang baru. Jika
masih ada PKL yang melanggar akan diberikan peringatan terlebih dahulu.
Jika mereka masih melanggar, maka akan menindak mereka dengan tindakan
penyitaan dan perampasan setelah itu akan ditindak secara yustisi yaitu
diajukan ke peradilan sesuai dengan peraturan yang dilanggar PKL.
d. Tahap Pembinaan
Pembinaan dilaksanakan dalam 2 tahap. Tahap 1 dilaksanakan pada
bulan Desember 2008 sampai seterusnya. Tahap 2 dilaksanakan pada bulan
Desember 2009 sampai seterusnya.
Konsep pembinaan mengandung arti suatu usaha yang dilakukan oleh
Pemkot dengan jalan membina perilaku dan fisik PKL. Pembinaan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
bertujuan untuk mengarahkan para PKL agar mau mentaati peraturan yang
berlaku, sehingga mereka memiliki kesadaran dan tanggung jawab sosial
dalam menjaga lingkungan dan kepentingan umum. Kegiatan ini merupakan
upaya Pemkot Surakarta disamping melakukan kegiatan yang bersifat
tindakan (action) di lapangan, juga melakukan tindakan yang besifat persuasif
atau pembinaan yang bersifat ajakan. Jadi disini aparat dalam melakukan
pembinaan selain melalui penjelasan-penjelasan tentang isi perda juga
berusaha untuk mengajak para PKL untuk selalu menjaga lingkungan tempat
usaha PKL agar selalu bersih dan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak Bapak Didik
Anggono HKS, S.HUT, M.Si Seksi Penataan dan Pembinaan PKL :
untuk mengajak mereka agar menjaga kebersihan dan menaati isi perda
(wawancara 07 Maret 2012)
Dari pembinaan melalui sosialisasi program kerja , para PKL pada
khususnya diharapkan memahami dan dapat mentransfer konsep PKL yang
baik dan ideal. Langkah tersebut harus didukung data yang akurat mengenai
jumlah , jenis usaha dan karakteristik PKL itu sendiri, sehingga dapat
dicarikan formulasi yang tepat untuk suksesnya pembinaan PKL. Minimal
mampu mengubah persepsi yang selama ini berkembang bahwa Pemkot
sering tidak sejalan dan selalu bertentangan, menjadi persepsi PKL
merupakan mitra dalam menciptakan ketertiban dan keindahan kota.
Keberadaan ekonomi menjadi bagian dari realitas ekonomi perkotaan,
namun di sisi lain keberadaan mereka jangan sampai menimbulkan akses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
yang negatif. Terlebih lagi PKL menjadi aset ekonomi daerah yang
memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Oleh karena
itu PKL perlu dibina dan dikelola untuk menumbuhkan kesadaran mereka
untuk menaati aturan hukum yang berlaku. Selain itu, pembinaan dilakukan
agar mereka bisa berkembang
dengan pembangunan kota.
Pembinaan dilakukan melalui dua cara :
1) Pembinaan dilakukan secara door to door dengan mendatangi secara
langsung setiap PKL. Biasanya pembinaan dengan cara ini menekankan
agar PKL selalu menjaga kebersihan sekitar tempat jualan serta ditekankan
agar bentuk lapak atau dasaran yang semula permanen / semi permanen
untuk diganti menjadi bongkar pasang.
2) Pembinaan secara bersama-sama dengan mengumpulkan para PKL.
Biasanya pembinaan dengan cara ini melibatkan beberapa instansi dan
pihak terkait. Dengan mengadakan pertemuan-pertemuan, dialog, dan
pengarahan setelah dilakukan penertiban untuk dibina oleh petugas.
Pembinaan dilaksanakan dengan konsep - yaitu
PKL tidak dianggap mengganggu lingkungan dan masyarakat masih
membutuhkan mereka untuk mencukupi kebutuhan hidup. Pelaksanaan
pembinaan oleh Dinas Pengelolaan Pasar dilakukan setiap hari dengan lokasi
yang berbeda sesuai jadwal kegiatan.
Untuk PKL belakang kampus UNS yang bersedia di relokasi dan telah
menempati kios-kios di Pasar Panggung Rejo belakang Kantor Kecamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Jebres, kegiatan pembinaan dilakukan secara bersamaan di lokasi yang baru
tersebut. Seperti yang diungkapkan Bapak Bapak Drs. Yusroni.M.Si mantan
Kepala Bidang Pengelolaan PKL Sebagai berikut :
kenapa kok gak laku? kenapa kok gak rame? hal-hal seperti itu kan kita evaluasi. Yang membuat tidak laku itu apa? yang membuat tidak rame itu apa? kita cari solusinya bersama- (Wawancara,09 Maret 2012)
Kegiatan pembinaan pedagang pasca relokasi antara lain seperti
pelatihan manajemen bagi pedagang, dukungan media promosi untuk
penyebaran informasi lokasi dan produk data konsumen seperti petunjuk arah
lokasi, baliho dan leaflet, bantuan penyediaan dana penjaminan untuk
pinjaman modal pada perbankan, dan Bantuan pinjaman lunak untuk
pedagang. Upaya pembinaan PKL di Pasar Panggung Rejo belakang Kantor
Kecamatan Jebres dilakukan dengan cara mendatangi kios-kios satu-persatu.
Dengan mengunakan cara persuasif diharapkan PKL untuk selalu menjaga
lingkungan tempat usaha PKL agar selalu bersih dan sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan.
Dalam tahap pembinaan kepatuhan dan daya tanggap sasaran sudah
cukup baik. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak Suyadi, seorang
PKL makanan berikut :
diundang ke dinas Pengelolaan Pasar untuk
(Wawancara, 13 Maret 2012)
Hal serupa juga diungkapkan oleh Ibu Sarwani, seorang PKL makanan
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
kantor mas waktu diadakan pembinaan tentang kebersihan dan ketertiban dari dinas Pengelolaan
(Wawancara, 13 Maret 2012)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepatuhan dan daya
tanggap kelompok sasaran telah berjalan dengan baik. Para PKL dengan
sukarela menghadiri Pembinaan yang diadakan oleh Dinas Pengelolaan Pasar.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Relokasi PKL di
Belakang Kampus UNS
Keberhasilan dari program relokasi PKL belakang kampus UNS tidak
terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Melalui pemahaman
tentang sikap pelaksana, komunikasi, sumber daya, serta kepatuhan dan daya
tanggap kelompok sasaran yang telah berjalan selama ini akan diketahui lebih
jauh seberapa besar faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi pelaksanaan
relokasi PKL.
a. Sikap Pelaksana
Unsur pelaksana memegang peranan yang penting dalam pelaksanaan
relokasi Pedagang Kaki Lima. Suatu program dapat berjalan dengan baik
walaupun sudah ditunjang dengan sumber daya yang memadai dan lingkungan
yang cukup mendukung belum tentu memberikan hasil yang sesuai dengan
yang diharapkan. Sebagai pelaksana program mereka yang bertanggung jawab
terhadap keberhasilan pelaksanaan program.
Keberhasilan pelaksanaan relokasi PKL juga sangat dipengaruhi oleh
sikap pelaksana dalam menjalankan tugas. Setiap aparat pelaksana memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
tugas dan wewenang sesuai dengan bidang unit kerjanya. Mereka dituntut
menjalankan tugas dan wewenang tugas tersebut dengan loyalitas dan totalitas
penuh agar menghasilkan kinerja yang memuaskan.
Pengaruh sikap pelaksana terhadap keberhasilan program juga terlihat
dari pelaksanaan Program Pembinaan dan Penataan PKL. Sikap pelaksana
tersebut berawal dari bagaimana mereka menyikapi suatu permasalahan PKL
sebelum mengambil tindakan selanjutnya, sehingga terbentuk suatu sikap yang
akan dilakukan ketika mereka melaksanakan tugas. Meskipun untuk menyikapi
permasalahan PKL setiap unit kerja memiliki persepsi yang berbeda sehingga
perlu dilakukan koordinasi diantara para stakeholders. Namun perbedaan
persepsi itu berusaha disatukan agar langkah yang diambil dapat seiring dengan
sikap pelaksana dengan melihat situasi dan kondisi. Seperti penjelasan yang
diungkapkan oleh Seksi Penataan dan Pembinaan PKL,Bapak Didik Anggono
HKS, S.HUT, M.Si sebagai berikut :
Kebijakan Pembinaan dan Penataan PKL diperlukan koordinasi diantara unit-unit kerja sebagai bentuk teamwork. Saya tidak bisa melaksanakan suatu program secara institusi semata dalam mengatasi masalah PKL, namun melibatkan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) yang memiliki kewenangan mengatur trotoar, Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) yang mengelola taman, serta Kantor Satpol PP sebagai
(Wawancara, 08 Maret 2012)
Berdasar penuturan di atas jelas bahwa pelaksanaan kebijakan
Penataan dan Pembinaan PKL melibatkan berbagai institusi yang saling
bekerja sama demi kelancaran program tersebut. Lebih lanjut Bapak Didik
Anggono HKS, S.HUT, M.Si, Seksi Penataan dan Pembinaan PKL,
menjelaskan bahwa setiap institusi mempunyai kewenangan sendiri-sendiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
ketika mengambil tindakan terhadap PKL, sehingga perlu disamakan pola pikir
agar tujuan tidak salah arah. Berikut penjelasannya :
tidak hanya melibatkan kita saja. Sebagai aparat pelaksana dalam menyamakan pola pikir harus disesuaikan tujuannya agar tidak salah
(Wawancara, 08 Maret 2012)
Aparat pelaksana dituntut untuk benar-benar paham terhadap tujuan
Program Pembinaan dan Penataan Pedagang kaki Lima di belakang kampus
UNS. Kepahaman aparat pelaksana terhadap tujuan program diungkapkan oleh
Bapak Didik Anggono HKS, S.HUT, M.Si, Seksi Penataan dan Pembinaan
PKL sebagai berikut :
-benar tahu dan paham terhadap tujuan program penertiban PKL, karena sebelum berangkat melaksanakan operasi di lapangan mereka telah kami breaving terlebih dahulu. Saya meminta agar mereka jangan semena-mena dalam bertindak dan haruslah sesuai arahan
(Wawancara, 08 Maret 2012)
Sikap pelaksana dalam Pembinaan dan Penataan PKL di Belakang
Kampus UNS menguasai tujuan program dimana tujuan dari Pembinaan ini
supaya para PKL tersebut dapat ditata, dibina, dapat mengembangkan usaha
dan meningkatkan kesejahteraan para PKL. Sikap mendukung aparat pelaksana
adalah relatif baik. Hal ini dilihat dari ketaaatan dan tanggung jawab penuh
dari pihak pelaksana dalam melakukan tugasnya melaksanakan pembinaan,
penataan dan penertiban di lapangan. Sebagai aparat pemerintah yang baik
maka dituntut untuk mempunyai sikap ketaatan dan tanggung jawab serta
loyalitas kepada lembaga. Ketaatan dan kepatuhan aparat pelaksana juga dapat
dilihat dari kesesuaian antara aparat pelaksana dengan prosedur yang berlaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
dalam melaksanakan program. Hal tersebut sesuai yang dijelaskan oleh Bapak
Didik Anggono HKS, S.HUT, M.Si, Seksi Penataan dan Pembinaan PKL
sebagai berikut :
dihadapai manusia, kalau hanya berpegang pada satu aturan saja susah. Sebenarnya aparat bisa melaksanakan sesuai dengan prosedur baku tetapi kita juga harus bisa melihat situasinya. Ada syarat tertentu yang harus dilaksanakan tetapi bila hal itu benar-benar dilaksanakan maka, akan terjadi benturan. Jadi dalam melaksanakan program kita cenderung memakai pendekatan psikologis sehingga mereka jadi lunak, istilahnya di sini adalah win-win solution
(Wawancara, 08 Maret 2012)
Menurut penjelasan di atas, teori dan praktek yang dilaksanakan di
lapangan dalam melakukan penertiban, penataan, dan pembinaan PKL memang
bisa berbeda. Hal ini dikarenakan aparat pelaksana harus melihat situasi dan
kondisi di lapangan yang memungkinkan untuk menghindari terjadinya
benturan dengan kelompok sasaran yaitu PKL.
Aparat pelaksana dalam memberikan pembinaan dan pengarahan
kepada para PKL menggunakan pendekatan persuasif. Berikut ini penjelasan
Bapak Didik Anggono HKS, S.HUT, M.Si, Seksi Penataan dan Pembinaan
PKL:
door to door, mendatangi langsung PKL. Kami juga bekerjasama dengan paguyuban PKL yang ada atau kita undang lansung ke Dinas Pengelolaan Pasar bisa juga lewat instansi terkait seperti Kelurahan, Kecamatan dan Disperindag.
(Wawancara, 08 Maret 2012)
Jika pendekatan persuasif sudah tidak mampu mengatasi masalah
PKL, sehingga untuk menghindari tindakan represif, maka aparat pelaksana
melakukan tindakan yustisi. Lebih lanjut penjelasan yang diungkapkan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Bapak Didik Anggono HKS, S.HUT, M.Si, Seksi Penataan dan Pembinaan
PKL berikut ini :
Penertiban dilaksanakan secara persuasif tapi ketika mereka nekad maka kita lakukan tindakan yustisi, peraturan mana yang dilanggar akan diajukan ke pengadila
(Wawancara, 08 Maret 2012)
Selain dukungan dan sikap pelaksana dalam melaksanakan tugas
juga dapat dilihat dari bagaimana pemantauan dan penilaian dilakukan.
Pemantauan dilaksanakan setiap hari terhadap PKL yang ada di belakang
Kantor Kecamatan Jebres. Berikut ini penuturan Bapak Didik Anggono
HKS, S.HUT, M.Si, Seksi Penataan dan Pembinaan PKL berikut ini :
kan penilaian masyarakat. Kalau mereka tidak puas kan sudah ada SMS Hotline Walikota, ada Kring Solopos sehingga dapat langsung kita respon.
raja yang berfungsi untuk menampung aspirasi masyarakat
(Wawancara, 08 Maret 2012)
Sikap aparat pelaksana tersebut tercermin dari pahamnya mereka
terhadap tujuan program, ketaatan dan loyalitas terhadap program serta
pemantauan dan penilaian aparat pelaksana secara rutin terhadap pelaksanaan
Program Pembinaan dan Penataan PKL.
Sedangkan di pihak PKL sendiri memiliki anggapan yang berbeda
tentang sikap aparat pelaksana ketika melaksanakan tugas. Seperti yang
diungkapkan Bapak Joko, seorang PKL penjahit pakaian :
sosialisasi dilakukan langsung ke kios satu-persatu. mulanya kami juga ogah-ogahan tapi setelah dijelaskan akhirnya kami nurut juga untuk
(Wawancara, 15 Maret 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Pendapat lain juga diungkapkan oleh Ibu Fitriani, seorang PKL yang
menilai sikap aparat sebagai berikut :
aturan kadang sering seenaknya sendiri sehingga PKL sering tidak merespons aturan yang disosialisasikan. Setelah sering dilakukan
(Wawancara, 15 Maret 2012)
Dari pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dari pihak
aparat sebagai pelaksana program secara keseluruhan telah dapat
melaksanakan program sesuai dengan mekanisme yang ada. Namun di
kalangan PKL sendiri menilai bahwa aparat bersikap represif karena mereka
suka bertindak keras ketika penertiban dengan menyita dan merampas barang
secara paksa. Menurut PKL di Belakang Kampus UNS yang telah relokasi ke
Pasar Panggung Rejo belakang Kantor Kecamatan Jebres, sikap aparat
pelaksana yang tegas tersebut dikarenakan konsisten terhadap aturan yang
ada. Jika semua PKL menaati aturan yang ada maka aparat pelaksana akan
bersikap halus dan lunak terhadap PKL. Ada juga di kalangan PKL yang
menilai bahwa aparat bersikap santun karena mereka bertindak dengan sopan
dan tidak membentak-bentak. Aparat tidak serta merta melakukan tindakan
yang semena-mena kepada PKL begitu saja. Tetapi aparat terlebih dahulu
melakukan pembinaan terhadap PKL yang melanggar ketentuan. Kemudian
setelah melakukan pembinaan yaitu melakukan pengarahan dan teguran
langsung kepada PKL maka apabila PKL tersebut masih juga belum tertib
akan ditertibkan oleh petugas.
b. Komunikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Komunikasi merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung
keberhasilan program. Namun demikian, komunikasi seringkali dipahami
dalam konteks formal seperti rapat, instruksi dan kegiatan sejenis lainnya.
Komunikasi menjadi faktor penghubung bagi para stakeholder, baik itu Dinas
Pengelolaan Pasar , PKL, maupun masyarakat yang mempunyai kepentingan
dengan pelaksanaan Program Pembinaan dan Penataan PKL. Komunikasi
dilakukan dengan maksud menyampaikan informasi sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman.
Keberhasilan Implementasi Penataan dan Pembinaan PKL sangat di
tunjang oleh kelancaran dan kejelasan proses komunikasi antara aparat
pelaksana dengan kelompok sasaran yaitu PKL. Upaya Pemkot untuk
mengenalkan dan menjelaskan program terhadap PKL dilakukan melalui
sosialisasi. Sosialisasi tidak hanya dilaksanakan secara formal oleh Pemkot
akan tetapi sosialisasi tersebut juga dilaksanakan saat aparat pelaksana
mengadakan penertiban PKL. Biasanya sosialisasi dilaksanakan secara door
to door kepada PKL. Seperti penjelasan yang diungkapkan oleh Bapak Didik
Anggono HKS, S.HUT, M.Si, Seksi Penataan dan Pembinaan PKL berikut ini
:
door to door, mendatangi langsung PKL. Kami juga bekerjasama dengan paguyuban PKL yang ada atau kita undang lansung ke Dinas Pengelolan Pasar bisa juga lewat instansi terkait seperti Kelurahan, Kecamatan dan Disperindag. Selain itu kami juga menggunakan media cetak dan brosur
(Wawancara, 08 Maret 2012)
Komunikasi yang tidak berjalan dengan baik akan mempengaruhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
penyampaian sosialisasi program oleh aparat pelaksana. Hal ini dibuktikan
dengan pendapat yang diungkapkan Doni seorang PKL makanan berikut ini :
mengganggu kepentingan umum serta tidak sesuai dengan tata ruang kota
(Wawancara, 15 Maret 2012)
Sama halnya dengan penjelasan Bapak Fajar, seorang PKL makanan sebagai
berikut :
Tidak paham, kalau jualan di trotar,tempat umum, taman itu dilarang,
(Wawancara, 15 Maret 2012)
Selama ini komunikasi dalam pelaksanaan program ini telah berjalan
secara vertikal dan horizontal. Komunikasi vertikal maksudnya kerjasama,
koordinasi serta media yang digunakan dalam penyampaian pesan kepada
para PKL. Pada komunikasi vertikal ini aparat menggunakan cara door to
door dan melalui paguyuban PKL. Cara door to door disini dapat
digambarkan bahwa dalam melakukan pembinaan terhadap para PKL di
belakang kampus UNS, aparat mendatangi kios satu persatu. Disini aparat
menjelaskan tentang isi perda yang harus ditaati oleh PKL. Selain itu
komunikasi vertikal terjadi antara atasan dengan bawahan, dimana
komunikasi ini terlihat dalam penyampaian program dari Pemkot Surakarta
atau instansi terkait dengan para PKL. Sedangkan komunikasi horisontal
terjadi dalam komunikasi antara instansi dengan otoritas dan unit kerja yang
sama atau komunikasi antar aparat pelaksana. Berikut penjelasan Bapak
Didik Anggono HKS, S.HUT, M.Si, Seksi Penataan dan Pembinaan PKL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
berikut ini :
fing tentang PKL, UU PKL, Tata Ruang Kota dan Perda PKL yang boleh untuk kegiatan. Setiap akan melakukan kegiatan biasanya dilakukan koordinasi dulu untuk menyamakan persepsi program antar unit dinas seperti Dinas Tata Ruang Kota, DLLAJ, Satpol PP serta Dinas Pengelolaan Pasar . Selanjutnya program disampaikan kepada PKL melalui sosialisasi dan pembinaan yang dilakukan setiap hari. Dalam penyampaian program
(Wawancara, 08 Maret 2012)
Komunikasi vertikal dalam hal ini antara atasan dengan bawahan juga
berjalan dengan baik. Pengenalan program dan prosedurnya disampaikan
atasan kepada bawahan melalui rapat masing-masing dinas, melalui surat
intruksi dan pengarahan langsung oleh Walikota setiap apel pagi. Hal ini
sesuai pernyataan Bapak Didik Anggono HKS, S.HUT, M.Si, Seksi Penataan
dan Pembinaan PKL. sebagai berikut :
kami benar benar tahu dan paham terhadap tujuan program Penertiban PKL , karena sebelum berangkat melaksanakan operasi di
(Wawancara, 08 Maret 2012)
Sedangkan komunikasi antara bawahan dengan atasan juga
berlangsung dengan baik. Di sini terdapat keberanian bawahan dalam
mengajukan pendapat, keluhan, saran atau kritik tentang pelaksanaan
program. Berikut penuturan dari Bapak Didik Anggono HKS, S.HUT, M.Si,
Seksi Penataan dan Pembinaan PKL:
-prasarana dalam menertibkan PKL, kurang kompak dengan aparat pelaksana yang
(Wawancara, 08 Maret 2012)
Dalam menyampaikan pendapat, kritik, saran dan keluhan terdapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
mekanismenya, yaitu dari Staff disampaikan kepada Kasi kemudian Kasi baru
menyampaikannya kepada Kepala Kantor. Pendapat, kritik, keluhan serta
usulan disampaikan secara lisan dan berusaha dicari jalan keluarnya lewat
koordinasi.
Dari data data di atas disimpulkan bahwa komunikasi antara dinas
sebagai aparat pelaksana dalam hal koordinasi telah berjalan dengan baik
tetapi dalam komunikasi antara aparat pelaksana dengan PKL dalam
penyampaian program melalui sosialisasi secara langsung belum berjalan
dengan baik sehinnga PKL kurang paham tentang prosedur program, hal ini
mungkin dikarenakan sulitnya menyamakan pola pikir dalam mengatasi
permasalahan antara aparat pelaksana dengan PKL sehinngga sulit untuk
mencari titik temu atau solusi yang terbaik.
c. Sumber Daya
Tersedianya sumber daya yang memadai akan mendukung dalam
pelaksanan suatu program untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Mengenai sumber daya yang terlibat atau sumber sumber daya apa saja yang
digunakan pada tiap tahap hampir sama. Aparat yang terlibat dalam program
penataan dan pembinaan PKL belakang kampus UNS antara lain dari Dinas
Pengelolaan Pasar berjumlah 12 orang. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak
Didik Anggono HKS, S.HUT, M.Si, Seksi Penataan dan Pembinaan PKL :
Dinas Pengelolaan Pasar , Satpol PP, Inspektorat. Dari Dinas Pengelolaan Pasar (Wawancara, 08 Maret 2012)
Sedangkan aparat yang dilibatkan dari Satpol PP pada waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
sosialisasi, penertiban dan pembinaan berjumlah 2 orang sedangkan pada
waktu penataan kios berjumlah 25 orang, hal tersebut diungkapkan oleh
Bapak Didik Anggono HKS, S.HUT, M.Si, Seksi Penataan dan Pembinaan
PKL :
waktu penataan 25 orang dan sekarang tahap penertiban dan pembinaan
(wawancara,08 Maret 2012)
Aparat dari Dinas Pengelolaan Pasar yang hanya 12 orang, jumlah
sangat kurang untuk membina PKL Se-Surakarta. Jumlah yang masih kurang
sebanding dengan jumlah PKL di Kota Surakarta.
Mobil operasional yang dimiliki oleh Dinas Pengelolaan Pasar yaitu 1
buah mobil pick up dan 1 buah mobil truck . Dan dana operasional berasal
dari APBD Kota Surakarta. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Didik
Anggono HKS, S.HUT, M.Si, Seksi Penataan dan Pembinaan PKL :
dan 1 buah mobil truck, yang digunakan untuk operasional sehari-hari. Dana
(wawancara, 08 Maret 2012)
Waktu penertiban para PKL menyewa mobil truck sendiri untuk
mengangkut barang-barang mereka. Karena dari Dinas Pengelolaan Pasar
hanya memiliki 1 buah mobil pick up dan 1 buah truk. Itu pun dipakai
bergantian dengan para PKL. Seperti penjelasan pak Nardi seorang PKL
rental computer sebagai berikut :
pada bulan Desember 2009) aparat hanya menyediakan 1 mobil buah mobil pick up dan 1 buah mobil truck yang dipakai bergantian, klo menunggu antrian maka saya lama untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
memindahkan barang-barang saya, jadi saya menyewa truck sendiri untuk mengangkut barang- (wawancara, 15 Maret 2012)
Kurangnya peralatan seperti mobil dalam penataan dan pembinaan
PKL ini menyebabkan mobilitas aparat pelaksana di lapangan kurang
optimal.
Sumber Daya yang lain adalah lokasi baru untuk para PKL. Para PKL
di belakang Kampus UNS di relokasi di Pasar Panggung Rejo belakang
Kantor Kecamatan Jebres. Seperti diungkapkan Bapak Didik Anggono HKS,
S.HUT, M.Si, Seksi Penataan dan Pembinaan PKL :
Belakang Kampus UNS di relokasi di Pasar Panggung Rejo (wawancara, 08 Maret 2012)
Sumber daya yang dimiliki Pemkot dalam program penataan dan
pembinaan PKL masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari jumlah aparat yang
masih kurang sebanding dengan jumlah PKL di kota Surakarta. Mobil
operasional yang dimiliki Dinas Pengelolaan Pasar hanya 2 buah. Tentu saja
dengan kondisi yang demikian itu mobilitas aparat pelaksana di lapangan
kurang optimal.
d. Kepatuhan dan Daya Tanggap Kelompok sasaran
Kepatuhan dan daya tanggap kelompok sasaran menjadi faktor yang
juga ikut memberikan pengaruh terhadap keberhasilan Implementasi
Kebijakan Penataan dan Pembinaan PKL. Hal ini bisa dianalisis dari seberapa
besar tingkat kesadaran PKL dalam memahami dan mentaati aturan hukum
yang berlaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
Apabila kita melihat kondisi kawasan belakang Kampus UNS pasca
relokasi saat ini, tempat tersebut sudah tidak ada kios PKL yang berdiri mulai
dari gerbang belakang kampus UNS sampai fakultas hukum. Walaupun masih
ada PKL belakang kampus yang berjualan di belakang pagar kampus FISIP
yaitu PKL yang menggunakan mobil dan sepeda motor.
Kesediaan kelompok sasaran dalam menerima program merupakan
awal dari kesadaran PKL untuk mematuhi apa yang menjadi tujuan program.
Tentu saja kesediaan untuk menerima program tidak terlepas dari kepentingan
mereka sebagai PKL. Seperti penjelasan Bapak Didik Anggono HKS, S.HUT,
M.Si, Seksi Penataan dan Pembinaan PKL :
kita tidak mematikan usaha tapi pemberian kepastian dan kenyamanan usaha. Tidak menggusur tapi menyatakan yang berhak menata Pemkot karena tugas Pemkot adalah melayani masyarakat Solo. Yang namanya peraturan itu tidak ada yang namanya kesediaan,namun masyarakat mau tidak mau harus mematuhi. Pada awalnya para PKL tidak mendukung program, dalam demokrasi istilahnya dibelenggu aturan oleh hak orang lain. Setelah diadakan sosialisasi dan pembinaan akhirnya banyak PKL y
(Wawancara, 08 Maret 2012)
Tidak hanya dari kesediaan PKL untuk menerima program saja,
dilihat dari segi pemahaman mereka tentang tujuan program relokasi mereka
juga kurang paham. Berikut ini merupakan pengakuan sejumlah PKL tentang
pemahaman terhadap aturan hukum yang berlaku. Seperti yang
diungkapkan Bapak Suyadi, seorang PKL
makanan berikut :
untuk mengatur pedagang biar tidak dimana-mana, intinya aturan dibuat untuk menata PKL biar berada di satu tempat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
(Wawancara, 15 Maret 2012)
Sama halnya dengan penjelasan Bapak Suparno seorang PKL counter
hp sebagai berikut :
tidak paham, Kalau jualan di trotar, tempat umum ,dan taman itu
(Wawancara, 15 Maret 2012)
Kekurangpahaman PKL terhadap aturan menyebabkan ada beberapa
PKL yang masih melanggar aturan hukum yang berlaku. Hal ini juga
didorong dengan tujuan program yang kurang berpihak pada kepentingan
PKL sehingga memunculkan adanya pro dan kontra. Diantara mereka ada
yang mendukung dan menyetujui program dan beberapa yang menolak serta
tidak setuju.
Kurangnya kepatuhan dan daya tanggap berkaitan dengan masalah
kejelasan informasi yang menyebabkan PKL kurang paham dengan maksud
dan tujuan program, sehingga mereka enggan untuk mematuhi aturan. Selain
itu tingkat pendidikan PKL yang berbeda-beda namun umumnya
berpendidikan rendah. Hal ini menyebabkan aparat kesulitan untuk membuat
sadar PKL dalam mentaati aturan.
Ketidaksetujuan adanya program relokasi ini dapat diketahui dari
pengakuan Marsudi, seorang PKL foto kopi sebagai berikut :
pihak lain yaitu saya sebagai PKL dirugikan, masalahnya kalo pindah kan pelanggan sulit mencari tempat foto kopi (Wawancara, 15 Maret 2012)
Sama halnya dengan pendapat mas Gandi seorang PKL voucher HP
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Saya tidak setuju, di sana (belakang Kantor Kecamatan Jebres) sudah saya survey, tempatnya kurang strategis. Di sana jangankan untung, bisa-bisa modal saya habis untuk makan dan minum saja (Wawancara, 15 Maret 2012)
Ada pula PKL yang setuju dengan adanya program. Dukungan itu
dibuktikan dengan kesediaan direlokasi ke belakang Kantor Kecamatan
Jebres. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Nardi, seorang PKL rental
komputer berikut ini :
menerima relokasi, disuruh pindah ya pindah. Lha memang PKL sini mengganggu, menyebabkan kesemrawutan dan
(Wawancara, 15 Maret 2012)
Demikian halnya penjelasan yang diutarakan oleh bapak Agung,
seorang PKL onderdil berikut ini :
setuju -setuju aja mas dengan relokasi ini, kita sekarang diakui oleh
(Wawancara, 15 Maret 2012)
Begitu pula dengan pengakuan Yeni, seorang PKL kelontong sebagai
berikut:
, pemerintahkan tugasnya
(wawancara, 15 Maret 2012)
Aparat dalam melakukan penataan dan pembinaan PKL menggunakan
cara-cara yang penuh keakraban dan santun sehingga PKL menerima dengan
baik penjelasan maupun perintah dari pemkot. Hal ini terbukti para PKL
bersedia membongkar kios mereka yang menempel di dinding pagar kampus
UNS. Hal ini dibuktikan dengan pendapat yang diungkapkan Ida, seorang
PKL rental komputer berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Desember 2009 kemarin saya membongkar sendiri kios saya dan memindahkan semua barang barang saya kesini (belakang Kantor
(Wawancara, 15 Maret 2012)
Sama halnya dengan penjelasan Bapak Basuki, seorang PKL
kelontong sebagai berikut :
memberi perintah kepada saya untuk segera membongkar kios dan segera
(Wawancara, 15 Maret 2012)
Berdasar pernyataan di atas, diketahui bahwa mayoritas PKL belakang
kampus UNS mendukung terhadap Implementasi Kebijakan Penataan dan
Pembinaan PKL. Hal ini menunjukkan kepatuhan dan kesediaan PKL
belakang kampus UNS di relokasi ke tempat baru di Pasar Panggung Rejo
belakang kantor Kecamatan Jebres.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Tabel IV.7 Matrik Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Program Pembinaan, Penataan, dan
Penertiban PKL di Belakang Kampus UNS
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan relokasi PKL
PKL belakang kampus UNS
1. Sikap Pelaksana
Analisis
2. Komunikasi
Analisis
3. Sumber Daya
Analisis
-Konsisten terhadap aturan -Tahu dan paham tujuan program -Luwes disesuaikan dengan situasi dan kondisi Aparat pelaksana secara keseluruhan dalam melaksanakan program telah bersikap sebagaimana mestinya sesuai dengan mekanisme yang ada. Namun di kalangan PKL sendiri menilai bahwa aparat seringkali bersikap represif.
-Koordinasi antar instansi terkait cukup baik -komunikasi vertical antara aparat dengan PKL kurang baik.
-Sosialisasi program cukup dipahami walaupun masih ada PKL yang belum paham.
-Tingkat pemahaman PKL terhadap aturan tinggi Komunikasi sudah berjalan baik dikalangan antar instansi tetapi antara aparat dengan PKL kurang baik. Hal ini berarti penyampaian sosialisasi program kurang berjalan lancar. tetapi PKL memiliki tingkat pamahaman dan kesadaran yang tinggi sehingga PKL bersedia untuk ditata. -dari Dinas Pengelolaan Pasar berjumlah 12 orang. -sedangkan dari Satpol PP pada waktu sosialisasi, penertiban dan pembinaan berjumlah 2 orang, pada waktu penataan berjumlah 25 orang. -menggunakan 1 buah mobil operasional Tentu saja dengan kondisi yang demikian itu mobilitas aparat pelaksana di lapangan kurang optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
4. Kepatuhan dan Daya Tanggap Kelompok Sasaran
Analisis
-Sudah baik, bersedia menerima program dan memahami tujuan program serta diikuti dengan kepatuhan menaati aturan yaitu dengan bersedia membongkar kios mereka dan pindah ketempat kios yang baru secara tertib. Mendukung terhadap Program Pembinaan dan Penataan PKL. Hal ini menunjukkan kepatuhan dan kesediaan direlokasi
Keseluruhan data-data di atas membuktikan bahwa faktor-faktor seperti sikap
pelaksana, komunikasi, sumber daya, serta kepatuhan dan data tanggap
kelompok sasaran selama ini telah mempengaruhi Implementasi Kebijakan
Penataan dan Pembinaan PKL. Bagi PKL kawasan belakang Kampus UNS
faktor-faktor tersebut ternyata menunjukkan hasil yang memuaskan, hal ini
dibuktikan dengan kesediaan PKL direlokasi ke pasar Panggung Rejo
belakang Kantor Kecamatan Jebres.
4. Evaluasi Implementasi Kebijakan relokasi Pedagang Kaki Lima
Belakang Kampus UNS
Secara umum implementasi kebijakan relokasi PKL belakang Kampus
UNS jika dibandingkan dengan Juklak maka nampak bahwa semua tahap
kegiatan dari tahap sosialisasi, tahap penataan, tahap penertiban, tahap
pembinaan dapat terlaksana sesuai dengan rencana semula. Dari semua
indikator yang dipilih baik dari Sikap Pelaksana (diambil dari model
Implementasi Van Metter dan Van Horn), Komunikasi (diambil dari model
Implementasi Van Metter dan Van Horn), Sumber daya (diambil dari model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
Implementasi Grindle, Van Metter dan Van Horn, Mazmanian dan Sabatier),
Kepatuhan serta daya tanggap kelompok sasaran (diambil dari model
Implementasi Grindle ) ternyata dalam konteks implementasi kebijakan
relokasi PKL belakang Kampus UNS teori tersebut berlaku.
Keberhasilan konteks implementasi kebijakan relokasi PKL belakang
Kampus UNS dipengaruhi oleh :
a. Sikap Pelaksana (diambil dari model Implementasi Van Metter dan Van
Horn)
Sikap aparat pelaksana dalam memberikan pembinaan dan
pengarahan kepada para PKL menggunakan pendekatan persuasif. Pihak
aparat sebagai pelaksana program secara keseluruhan telah dapat
melaksanakan program sesuai dengan mekanisme yang ada. Namun di
kalangan PKL sendiri menilai bahwa aparat bersikap represif karena
mereka suka bertindak keras ketika penertiban dengan menyita dan
merampas barang secara paksa. Menurut PKL di belakang kampus
Universitas Sebelas Maret yang telah relokasi ke Pasar Panggung Rejo di
belakang Kantor Kecamatan jebres, sikap aparat pelaksana yang tegas
tersebut dikarenakan konsisten terhadap aturan yang ada. Jika semua PKL
menaati aturan yang ada maka aparat pelaksana akan bersikap halus dan
lunak terhadap PKL. Ada juga di kalangan PKL yang menilai bahwa
aparat bersikap santun karena mereka bertindak dengan sopan dan tidak
membentak-bentak. Aparat tidak serta merta melakukan tindakan yang
semena-mena kepada PKL begitu saja. Tetapi aparat terlebih dahulu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
melakukan pembinaan terhadap PKL yang melanggar ketentuan.
Kemudian setelah melakukan pembinaan yaitu melakukan pengarahan dan
teguran langsung kepada PKL maka apabila PKL tersebut masih juga
belum tertib akan ditertibkan oleh petugas.
b. Komunikasi (diambil dari model Implementasi Van Metter dan Van Horn)
Komunikasi antara dinas sebagai aparat pelaksana dalam hal koordinasi
telah berjalan dengan baik tetapi dalam komunikasi antara aparat pelaksana
dengan PKL dalam penyampaian program melalui sosialisasi secara langsung
belum berjalan dengan baik sehinnga PKL kurang paham tentang prosedur
program, hal ini mungkin dikarenakan sulitnya menyamakan pola pikir dalam
mengatasi permasalahan antara aparat pelaksana dengan PKL sehinngga sulit
untuk mencari titik temu atau solusi yang terbaik.
c. Sumber daya (diambil dari model Implementasi Grindle, Van Metter dan
Van Horn, Mazmanian dan Sabatier)
Tersedianya sumber daya yang memadai akan mendukung dalam
pelaksanan suatu program untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam implementasi kebijakan relokasi PKL belakang kampus UNS
Sumber daya yang dimiliki pemkot dalam program penataan dan
pembinaan PKL masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari jumlah aparat
yang masih kurang sebanding dengan jumlah PKL di kota Surakarta.
Mobil operasional yang dimiliki Dinas Pengelolaan Pasar hanya 1 buah.
Tentu saja dengan kondisi yang demikian itu mobilitas aparat pelaksana di
lapangan kurang optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
d. Kepatuhan serta daya tanggap kelompok sasaran (diambil dari model
Implementasi Grindle )
Kepatuhan dan daya tanggap kelompok sasaran sangat berpengaruh
pada pelaksanaan kebijakan. Karena semakin banyak kelompok sasaran
yang ikut berpartisipasi, maka tujuan program akan cepat tercapai.
Kepatuhan disini berupa kepatuhan kelompok sasaran, khususnya PKL
terhadap dalam menaati aturan dan prosedur yang ada. Sedangkan daya
tanggap berupa partisipasi kelompok sasaran dalam pelaksanaan program.
Kepatuhan dan daya tanggap kelompok sasaran ini dapat dilihat dari
partisipasi kelompok sasaran PKL untuk direlokasi ke tempat yang baru
secara sukarela.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Tab
el I
V.8
M
atri
k T
ahap
an K
egia
tan
Rel
okas
i PK
L
Bel
akan
g K
ampu
s U
NS
T
ahap
Pe
laks
anaa
n Pe
laks
anaa
n R
elok
asi P
KL
Bel
akan
g K
ampu
s U
NS
E
valu
asi
1. S
osia
lisa
si
Dila
ksan
akan
sec
ara
2 ta
hap
yaitu
T
ahap
1
dila
ksan
akan
m
ulai
bul
an F
ebru
ari 2
008
sam
pai b
ulan
Jun
i 200
8.
Tah
ap 2
dila
ksan
akan
bul
an J
anua
ri 2
009
sam
pai
bula
n Ju
ni
2009
. Si
kap
yang
dig
unak
an p
ada
taha
p so
sial
isas
i m
engg
unak
an
cara
per
suas
if,
yaitu
den
gan
seca
ra l
angs
ung,
mem
beri
kan
pe
njel
asan
men
gena
i Per
da s
ecar
a do
or to
doo
r
Fakt
or y
ang
men
gham
bat a
dala
h ke
patu
han
dan
daya
tang
gap
kelo
mpo
k sa
sara
n. P
elak
sana
an
sosi
alis
asi
berj
alan
den
gan
kura
ng b
aik,
terb
ukti
deng
an P
KL
mas
ih a
da y
ang
kura
ng m
emah
ami
terh
adap
pro
gram
2. P
enat
aan
Dila
kuka
n se
cara
2 ta
hap
: T
ahap
1 d
ilaks
anak
an p
ada
bula
n Se
ptem
ber
2008
sam
pai
Nov
embe
r 20
08.
Tah
ap 2
dila
ksan
akan
pad
a bu
lan
Sept
embe
r 20
09 s
ampa
i N
ovem
ber
2009
. R
elok
asi
ke b
elak
ang
Kan
tor
Kec
amat
an J
ebre
s di
laku
kan
seca
ra s
ecar
a be
rsam
a-sa
ma
Pros
es p
enat
aan
yang
dila
kuka
n Pe
mko
t ku
rang
be
rjal
an la
ncar
. Hal
ini d
iseb
abka
n ol
eh p
enda
taan
ku
rang
aku
rat
kare
na b
anya
knya
PK
L y
ang
hany
a m
enye
wa
tem
pat
buka
n pe
mili
k as
li
sehi
ngga
se
bagi
an
kios
tid
ak
dite
mpa
ti da
n ki
os
mas
ih
bany
ak
keku
rang
an
dari
te
mpa
t ya
ng
kura
ng
stra
tegi
s, k
uran
g te
rlih
at d
ari
jala
n ra
ya k
aren
a te
mbo
k pa
sar
terl
alu
tingg
i, ki
os-k
ios
terl
alu
sem
pit
sehi
ngga
m
enim
bulk
an
rasa
ku
rang
ny
aman
,sal
uran
irig
asin
ya ti
dak
baik
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
3. P
ener
tiban
D
ilaku
kan
mel
alui
2 ta
hap
: T
ahap
1 d
ilak
sana
kan
pada
bul
an J
uli
2008
sam
pai
Agu
stus
20
08.
Tah
ap
2 di
laks
anak
an
pada
bu
lan
Juli
2009
sa
mpa
i se
teru
snya
. S
ikap
de
ngan
ca
ra
pers
uasi
f da
n se
cara
la
ngsu
ng
yaitu
de
ngan
mem
beri
kan
peri
ngat
an t
erle
bih
dahu
lu.
Jika
mer
eka
mas
ih
mel
angg
ar,
mak
a ak
an
men
inda
k m
erek
a de
ngan
tin
daka
n pe
nyita
an d
an p
eram
pasa
n se
tela
h itu
aka
n di
tinda
k se
cara
yu
stis
i ya
itu
diaj
ukan
ke
pe
radi
lan
sesu
ai
deng
an
pera
tura
n ya
ng d
ilang
gar
PKL
Fakt
or y
ang
men
gham
bat a
dala
h su
mbe
r da
ya
yang
dim
iliki
Pem
kot d
alam
pro
gram
pen
ataa
n PK
L m
asih
kur
ang.
Hal
ini d
apat
dili
hat d
ari
jum
lah
apar
at y
ang
mas
ih k
uran
g se
band
ing
deng
an ju
mla
h PK
L d
i kot
a Su
raka
rta.
Mob
il op
eras
iona
l yan
g di
mili
ki D
inas
Pen
gelo
laan
Pa
sar
hany
a 1
buah
. Ten
tu s
aja
deng
an k
ondi
si
yang
dem
ikia
n itu
mob
ilita
s ap
arat
pel
aksa
na d
i la
pang
an k
uran
g op
timal
.
4. P
embi
naan
Dila
kuka
n m
elal
ui 2
taha
p :
Tah
ap 1
dila
ksan
akan
pad
a bu
lan
Des
embe
r 20
08 s
ampa
i se
teru
snya
. T
ahap
2 d
ilaks
anak
an p
ada
bula
n D
esem
ber
2009
sam
pai
sete
rusn
ya
Pem
bina
an
suda
h m
ampu
m
enya
dark
an
PKL
un
tuk
mem
atuh
i atu
ran
yang
ber
laku
. Pe
mbi
naan
sec
ara
bers
ama-
sam
a de
ngan
men
gum
pulk
an p
ara
PKL
di D
inas
Pen
gelo
laan
Pas
ar.
Fakt
or y
ang
men
gham
bat
adal
ah p
embi
naan
yan
g di
laku
kan
hany
a 1
kali
saja
dan
han
ya p
embi
naan
te
ntan
g ke
bers
ihan
dan
ket
ertib
an.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Dampak Jangka Pendek Yang Timbul Atas Implementasi Relokasi PKL Belakang
Kampus UNS
Dengan dilaksanakannya relokasi PKL di Pasar Panggung Rejo maka
dampak yang cukup terasa adalah dampak ekonomi. Para PKL merasakan
penurunan pendapatan secara drastis. Seperti penjelasan Bapak Didik
Anggono HKS, S.HUT, M.Si, Seksi Penataan dan Pembinaan PKL sebagai
berikut :
(Wawancara 08 Maret 2012)
Hal ini dibenarkan oleh Ibu Sumiyem pedagang makanan rujak
sebagai berikut :
menyekolahkan anak,bangun rumah tp sekarang hanya cukup buat
(Wawancara 09 Maret 2012)
Begitu pula dengan pengakuan Yeni, seorang PKL kelontong sebagai
berikut:
a jelas sepi mas,mahasiswa jelas memilih membeli yang dekat jalan
(Wawancara 09 Maret 2012) Akan tetapi tidak semua PKL mengalami penurunan pendapatan
seperti yang diungkapkan Ibu Yeni pedagang pakaian dan tukang jahit
sebagai berikut :
sini (Pasar Panggung Rejo) jadi mereka (konsumen) mengikuti saya
(Wawancara 09 Maret 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar diambil tanggal 15 Maret 2012
Pemkot sendiri tidak melakukan penarikan retribusi kepada PKL
tetapi hanya menarik sewa kios untuk pedagang. Hal ini dilakukan agar tidak
terlalu membebani para PKL dan juga untuk memenuhi target pendapatan
minimal pasar. Seperti yang diungkapkan Bapak Suroto Kepala Pasar
Panggung Rejo sebagai berikut :
mereka pendapatannya menurun, kami hanya menargetkan
(wawancara 15 Maret 2012)
Dinas Pengelolaan Pasar pun melakukan upaya-upaya perbaikan
sarana dan prasarana Pasar Panggung Rejo agar bisa menarik konsumen
datang ke Pasar Panggung Rejo. Upaya upaya tersebut antara lain :
- Memberikan Free Hotspot
- Mengadakan pertunjukan kesenian lokal tiap hari selasa
- Membuat papan petunjuk arah pasar Panggung Rejo di pinggir jalan
raya.
Gambar IV.1 Papan Petunjuk Arah Ke Pasar Panggung Rejo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
- Memendekkan pagar pasar agar lebih terlihat dari pinggir jalan
Gambar IV.2 Pemugaran Pagar Pasar Panggung Rejo Menjadi Lebih Pendek
Gambar diambil tanggal 15 Maret 2012
- Membuatkan gapura di depan jalan masuk ke pasar Panggung Rejo
Gambar IV.3 Gapura Panggung Rejo
Gambar diambil Tanggal 15 Maret 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Seperti penjelasan Bapak Didik Anggono HKS, S.HUT, M.Si, Seksi
Penataan dan Pembinaan PKL sebagai berikut :
mau meramaikan pasar Panggung Rejo pertama kita kasih free hotspot karena konsumen kebanyakan mahasiswa jadi agar mudah tertarik, kedua tiap hari selasa kita mengadakan pertunjukan kesenian lokal...yang terbaru kita lakukan adalah mempermudah akses ke pasar Panggung Rejo yaitu dengan membuat papan petunjuk di pinggir jalan dan memendekkan pagar pasar agar lebih terlihat dari jalan,lalu
(wawancara 08 Maret 2012)
Dari penuturan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa dampak
yang diharapkan PKL dengan diselenggarakannya program relokasi PKL di
belakang Kampus UNS kurang tercapai. Hal itu terbukti dengan masih belum
ada peningkatan pendapatan yang dirasakan PKL meskipun Pemkot sendiri
telah melakukan upaya upaya untuk meramaikan pasar Panggung
Rejo.Sedangkan dampak yang diharapkan oleh Pemkot sendiri telah tercapai
yaitu terwujudnya penataan PKL yang rapi, tertib, dan bersih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan
bahwa pelaksanaan relokasi Pedagang Kaki Lima belakang kampus Universitas
Sebelas Maret Surakarta ke Pasar Panggung Rejo di belakang Kantor Kecamatan
Jebres dikatakan telah sesuai dengan petunjuk pelaksanaan. Secara terperinci,
kesimpulan yang diperoleh sebagai berikut :
1. Pemerintah Kota Surakarta dalam penataan pedagang kaki lima yang
didasarkan pada Perda kota Surakarta Nomor 03 Tahun 2008 dilaksanakan
dalam bentuk Program Penataan, Penertiban dan Pembinaan PKL. Yang
dijabarkan dalam beberapa tahapan kegiatan meliputi Sosialisasi
Kebijakan, Penataan, Penertiban dan Pembinaan.
2. Dari tahapan kegiatan tersebut, dapat dikatakan bahwa Pelaksanaan
Program Penataan, Penertiban, dan Pembinaan PKL belakang Kampus
UNS dapat dikatakan sudah sesuai dengan petunjuk pelaksanaan . Hal ini
dapat terlihat dari beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
implementasi kebijakan relokasi sebagai berikut :
a. Sikap Pelaksana (diambil dari model Implementasi Van Metter dan
Van Horn)
Pada implementasi kebijakan relokasi pedagang kaki lima
belakang kampus UNS sikap pelaksana dapat dilihat dari pengetahuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
petugas Dinas Pengelolaan pasar terhadap tujuan kebijakan relokasi
pedagang kaki lima, serta ketaatan pelaksana untuk mematuhi
prosedur dan ketentuan yang berlaku
b. Komunikasi (diambil dari model Implementasi Van Metter dan Van
Horn)
Komunikasi vertikal dilihat dari kejelasan pelaksana dalam
memberikan perintah, arahan, dan petunjuk pelaksanaan kebijakan
relokasi pada kelompok sasaran, serta kesempatan kelompok sasaran
untuk menyampaikan permasalahan dan usul yang menyangkut
pelaksanaan relokasi. Sedangkan komunikasi horisontal dilihat dari
koordinasi antar Dinas Pengelolaan Pasar dan Satpol PP kota Surakarta
c. Sumber Daya (diambil dari model Implementasi Grindle, Van Metter
dan Van Horn, Mazmanian dan Sabatier)
Sumber daya yang dimiliki pemkot dalam program penataan dan
pembinaan PKL masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari jumlah aparat
yang masih kurang sebanding dengan jumlah PKL di kota Surakarta.
Mobil operasional yang dimiliki Dinas Pengelolaan Pasar hanya 1
buah. Tentu saja dengan kondisi yang demikian itu mobilitas aparat
pelaksana di lapangan kurang optimal.
d. Kepatuhan dan Daya Tanggap Kelompok Sasaran ( diambil dari
model Implementasi Grindle )
Mayoritas Pedagang Kaki Lima belakang kampus UNS mendukung
terhadap Implementasi Kebijakan Penataan dan Pembinaan PKL. Hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ini menunjukkan kepatuhan dan kesediaan PKL belakang kampus
UNS di relokasi ke Pasar Panggung Rejo di belakang kantor
kecamatan Jebres.
3. Dengan dilaksanakannya relokasi PKL di Pasar Panggung Rejo dampak
yang cukup terasa adalah dampak ekonomi. Para PKL merasakan
penurunan pendapatan secara drastis. Hal ini disebabkan karena letak pasar
Panggung Rejo yang kurang strategis. Dari dampak yang timbul tersebut
Pemerintah Kota Surakarta melakukan upaya upaya untuk
mempromosikan pasar Panggung Rejo agar supaya pasar Panggung Rejo
dapat ramai pembeli kembali.
B. Saran
Perbaikan sistem maupun perbaikan implementasi dari sebuah kebijakan
mutlak diperlukan agar penerapan kebijakan benar-benar membawa kesejahteraan
bagi masyarakat. Berdasarkan pengamatan dan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti maka perlu adanya saran agar pelaksanaan program relokasi pedagang
kaki lima di Surakarta ke depan lebih baik, yaitu:
1. Komunikasi aparat dengan PKL supaya terjalin lebih akrab supaya dalam
penyampaian perda mudah dipahami oleh PKL. Salah satu caranya yaitu
dengan mengadakan pertemuan setiap bulan sekali, untuk menyampaikan
keluhan dan mencari jalan keluar yang terbaik untuk semua.
2. Mengingat jumlah aparat yang sangat kurang yaitu 12 dari Dinas
Pengelolaan Pasar untuk melakukan pembinaan dan penataan serta 25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
orang dari Satpol PP dalam penertiban dibandingkan dengan jumlah PKL
di Kota Surakarta yang jumlahnya mencapai 3917 maka hal itu sangat
mempengaruhi kinerja aparat. Berdasarkan hal itu maka, Pemerintah Kota
Surakarta diharapkan untuk segera menambah jumlah petugas / aparat
pelaksana dan menambah mobil operasional menjadi 3 buah demi
terciptanya kinerja yang baik yang pada akhirnya adalah untuk
mewujudkan Kota Surakarata yang Bersih, Sehat, Rapi dan Indah.
3. Mengingat kondisi tempat relokasi yang masih sepi dari pembeli, maka
Pemkot harus melakukan upaya- upaya untuk mempromosikan tempat
PKL yang baru yaitu Pasar Panggung Rejo.