47
1 Evaluasi Kelayakan Pembiayaan Pembangunan Jalan Tol Palembang Indralaya Nama Mahasiswa : 1. Rivina Yukeiko 3611100016 2. Dewine Emeralda S. 3611100040 3. Sarita Novie D. 3611100049 4. Amira Dhiandini 3611100065 5. Andita Rizki Rahayu 3611100070 Jurusan : Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP-ITS Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.rer.reg. Vely Kukinul Siswanto ST. M.Sc. Abstrak Pembangunan jalan tol ruas Kota Palembang-Indralaya merupakan salah satu bagian dari paket empat ruas tol Trans-Sumatera yang dipercepat pembangunannya. Dari total jalan tol Trans- Sumatera, jalan tol ruas Kota Palembang-Indralaya mengambil bagian sepanjang 22 Kilometer. Pendanaan pembangunan ruas jalan tol ini bersumber dari APBN 2014. Jalan tol Palembang-Indralaya diharapkan dapat menggerakan roda perekonomian, selain itu juga diharapkan dapat mengurangi angka kecelakaan serta mengurai kemacetan yang kini melanda ruas jalan di Kota Palembang- Kecamatan Indralaya. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada pembiayaan pembangunan jalan tol Pelambang Indralaya, menganalisa pembiayaan pembangunan jalan tol dan identifikasi alternatif sumber pembiayaan yang relevan, serta merumuskan strategi pembiayaan pembangunan Jalan Tol Palembang Indralaya yang tepat. Metode penulisan yang digunakan yaitu tahap pengumpulan data yang berkaitan dengan proyek pembangunan jalan tol Palembang Indralaya dan tahap analisa untuk memprediksi biaya pengeluaran dan sumber pendanaan serta analisa strategi terhadap proses pengebalian modal. Hasil yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah rumusan strategi pembiayaan pembangunan Jalan Tol Palembang Indralaya. Kata kunci : Pembiayaan Pembangunan, Analisis Kelayakan, Jalan Tol Palembang Indralaya.

Evaluasi Kelayakan Pembiayaan Pembangunan Jalan Tol Palembang Indralaya-libre

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Karya orang lain

Citation preview

  • 1

    Evaluasi Kelayakan Pembiayaan Pembangunan Jalan Tol Palembang Indralaya

    Nama Mahasiswa : 1. Rivina Yukeiko 3611100016 2. Dewine Emeralda S. 3611100040

    3. Sarita Novie D. 3611100049 4. Amira Dhiandini 3611100065

    5. Andita Rizki Rahayu 3611100070

    Jurusan : Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP-ITS

    Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.rer.reg. Vely Kukinul Siswanto ST. M.Sc.

    Abstrak Pembangunan jalan tol ruas Kota Palembang-Indralaya merupakan salah satu bagian dari

    paket empat ruas tol Trans-Sumatera yang dipercepat pembangunannya. Dari total jalan tol Trans-

    Sumatera, jalan tol ruas Kota Palembang-Indralaya mengambil bagian sepanjang 22 Kilometer.

    Pendanaan pembangunan ruas jalan tol ini bersumber dari APBN 2014. Jalan tol Palembang-Indralaya

    diharapkan dapat menggerakan roda perekonomian, selain itu juga diharapkan dapat mengurangi

    angka kecelakaan serta mengurai kemacetan yang kini melanda ruas jalan di Kota Palembang-

    Kecamatan Indralaya.

    Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi

    pada pembiayaan pembangunan jalan tol Pelambang Indralaya, menganalisa pembiayaan pembangunan jalan tol dan identifikasi alternatif sumber pembiayaan yang relevan, serta

    merumuskan strategi pembiayaan pembangunan Jalan Tol Palembang Indralaya yang tepat. Metode penulisan yang digunakan yaitu tahap pengumpulan data yang berkaitan dengan proyek

    pembangunan jalan tol Palembang Indralaya dan tahap analisa untuk memprediksi biaya pengeluaran dan sumber pendanaan serta analisa strategi terhadap proses pengebalian modal.

    Hasil yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah rumusan strategi pembiayaan

    pembangunan Jalan Tol Palembang Indralaya.

    Kata kunci : Pembiayaan Pembangunan, Analisis Kelayakan, Jalan Tol Palembang Indralaya.

  • 2

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan

    makalah dengan judul Analisis Kelayakan Prasarana Jalan (Studi Kasus: Proyek Jalan Tol Palembang Indralaya). Selama proses penulisan penulis banyak mendapatkan bantuan dari pihak-pihak lain sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan optimal. Pada

    kesempatan ini penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang

    telah membantu dalam penyelesaian makalah ini yaitu:

    1. Dosen Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan, Bapak Dr. Ir. Eko Budi Santoso,

    Lic.rer.reg. dan Ibu Vely Kukinul Siswanto.

    2. Orang tua yang selalu memberikan motivasi.

    3. Teman-teman yang telah banyak membantu kelancaran penyusunan makalah ini.

    Sekian, semoga makalah ini dapat bermanfaat secara luas, menambah pengetahuan

    pembaca mengenai pembiayaan pembangunan dan penerapannya dalam proyek-proyek

    pembangunan di Indonesia sehingga dapat mengevaluasi dan merumuskan kebijakan yang

    sesuai. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

    kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

    Surabaya, 29 Desember 2014

    Penulis

  • 3

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK ............................................................................................................ i

    KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ v

    DAFTAR TABEL ................................................................................................... v

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1

    1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

    1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2

    1.4 Metode Penulisan .......................................................................................... 2

    1.4.1 Tahap Pengumpulan Data ..................................................................... 2

    1.4.2 Tahap Analisa ...................................................................................... 2

    1.5 Ruang Lingkup .............................................................................................. 3

    BAB II EVALUASI SINGKAT STUDI KASUS

    2.1 Deskripsi Objek/Sektor Pembiayaan ................................................................ 4

    2.2 Review Konsep Pembiayaan ........................................................................... 5

    2.2.1 Komponen Biaya .................................................................................. 5

    2.2.1.1 Outcash Flow ............................................................................ 5

    2.2.1.2 Incash Flow ............................................................................. 11

    2.2.1.3 Evaluasi Ekonomi ...................................................................... 13

    2.2.2 Analisis Kriteria Investasi ...................................................................... 14

    2.2.2.1 Analisis NVP.............................................................................. 14

    2.2.2.2 Analisis BCR.............................................................................. 15

    2.2.2.3 Analisis IRR .............................................................................. 18

    2.2.2.4 Analisis PBP .............................................................................. 18

    2.2.3 Kesimpulan Analisis Kriteria Investasi ..................................................... 20

    2.3 Sumber dan Strategi Pembiayaan Awal .......................................................... 21

    2.4 Kritik terhadap Strategi Pembiayaan Awal ....................................................... 21

    BAB III EKSPLORASI INSTRUMEN PEMBIAYAAN

    3.1 Kajian Struktur Anggaran Daerah atau Pusat .................................................. 23

  • 4

    3.2 Eksplorasi Sumber Pembiayaan Konvensional dan Non-Konvensional ................ 27

    3.2.1 Sumber Pembiayaan Konvensional ...................................................... 28

    3.2.2 Sumber Pembiayaan Non-Konvensional ............................................... 28

    BAB IV SKEMA PENANGANAN KASUS

    4.1 Analisis Finansial Sederhana ........................................................................... 32

    4.2 Pemilihan Sumber Pembiayaan yang Sesuai ..................................................... 34

    4.3 Strategi Pengimplementasian Sumber Pembiayaan Terpilih .............................. 35

    BAB V PENUTUP

    5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 40

    5.2 Rekomendasi ............................................................................................... 41

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... vi

  • 5

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.2 Rekapitulasi Pengeluaran Tahap Kostruksi Alternatif I ............................. 6

    Tabel 2.3 Rencana Biaya Konstruksi Alternatif II .................................................... 6

    Tabel 2.4 Rekapitulasi Pengeluaran Tahap Konstruksi Alternatif II ........................... 8

    Tabel 2.5 Rekapitulasi Pengeluaran Jalan Tol Palembang - Indralaya ....................... 10

    Tabel 2.6 Rekapitulasi Pemasukan Jalan Tol Palembang - Indralaya ........................ 12

    Tabel 2.7 Pengeluaran dan Penerimaan Proyek Jalan Tol Palembang - Indralaya ...... 13

    Tabel 2.8 Cashflow dan Hasil Analisis NPV dan BCR Alternatif I ............................... 16

    Tabel 2.9 Cashflow dan Hasil Analisis NPV dan BCR Alternatif II .............................. 17

    Tabel 2.10 Hasil Perhitungan Analisis PBP Alternatif I ............................................. 19

    Tabel 2.11 Hasil Perhitungan Analisis PBP Alternatif II ........................................... 20

    Tabel 2.12 Hasil Analisis Kelayakan Investasi Alternatif I ........................................ 21

    Tabel 2.13 Hasil Analisis Kelayakan Investasi Alternatif II ...................................... 21

    Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Analisis Kelayakan Investasi Alternatif I ....................... 32

    Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Analisis Kelayakan Investasi Alternatif II ..................... 33

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 3.1 Alur Penganggaran APBN ................................................................... 26

    Gambar 3.2 Skema Sumber Pembiayaan Pembangunan di Indonesia ..................... 28

    Gambar 4.1 Hubungan Koordinasi Pihak Terkait Pembangunan Jalan Tol ................. 37

    Gambar 4.2 Strategi Pengimplementasian Pembangunan Jalan Tol ......................... 39

  • 6

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. LATAR BELAKANG

    Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi darat yang memegang peranan

    penting dalam sektor perhubungan terutama untuk menunjang pertumbuhan ekonomi dan

    mengembangkan potensi daerah. Keberadaan jalan tol, khususnya, merupakan faktor

    penunjang dalam proses pertumbuhan dan pemerataan ekonomi di daerah. Pengembangan

    jalan tol dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan

    pembangunan, dan sebagai pemicu pengembangan wilayah karena dipengaruhi oleh

    aksesibilitas yang tinggi dan penghematan biaya perjalanan bagi pelaku pergerakan.

    Peranan keberadaan jalan tol dalam aspek ekonomi yaitu memberi kemudahan akses

    distribusi barang dan jasa sehingga dapat segera sampai kepada konsumen. Daerah-daerah

    yang memiliki akses jalan tol antar kota terbukti memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih

    cepat dibandingkan daerah-daerah yang belum tersentuh prasarana transportasi darat ini.

    Pembangunan jalan tol sangat diperlukan karena melihat pertimbangan-

    pertimbangan antara lain adalah biaya operasi waktu kendaraan yang berhenti, berjalan,

    atau bergerak dengan kecepatan yang sangat rendah akibat terbaurnya peranan jalan,

    kenyamanan, perjalanan, serta waktu perjalanan. Sehingga pada umumnya pelaku

    pergerakan beranggapan bahwa pembangunan jalan tol sangat menguntungkan karena

    dapat menjadi alternatif pilihan prasarana jalan selain dari jalan umum utama yang ada

    sekarang. Salah satu tujuan pemerintah dalam mengembangkan jalan tol adalah untuk

    mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas di jalan yang ada saat ini.

    Pembangunan jalan tol ruas Kota Palembang-Indralaya merupakan salah satu bagian

    dari paket empat ruas tol Trans-Sumatera yang dipercepat pembangunannya. Dari total

    jalan tol Trans-Sumatera, jalan tol ruas Kota Palembang-Indralaya mengambil bagian

    sepanjang 22 Kilometer. Pendanaan pembangunan ruas jalan tol ini bersumber dari APBN

    2014. Jalan tol Palembang-Indralaya diharapkan dapat menggerakan roda perekonomian,

    selain itu juga diharapkan dapat mengurai kemacetan yang kini melanda ruas jalan di Kota

    Palembang-Kecamatan Indralaya. Kemacetan lalu lintas masih sangat sering terjadi pada

    jalan jurusan Palembang-Indralaya tersebut.

    Selain kemacetan, kecelakaan juga tidak jarang terjadi pada ruas jalan ini.

    Kendaraan besar diatas kapasitas tonase mendominasi jalan dan saling beradu kecepatan

    meningkatkan resiko terjadinya kecelakaan. Dari data kecelakaan pada jalan Palembang-

    Indralaya terjadi peningkatan baik dari jumlah kecelakaan dan juga jumlah korban terlihat

  • 7

    pada tahun 1994 sampai dengan tahun 1996, sebanyak 67,5% kecelakaan memakan korban

    jiwa, 22,5% kecelakaan mengalami luka berat dan 7% kecelakaan mengalami luka ringan.

    Maka dari itu, perlu dilakukan kajian analisa finansial untuk mengetahui layak atau tidak

    jalan tol tersebut untuk dilaksanakan pada saat ini.

    1.2. RUMUSAN MASALAH

    Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana permasalahan yang terjadi pada pembiayaan pembangunan Jalan Tol

    Palembang-Indralaya?

    2. Bagaimana analisa pembiayaan pembangunan Jalan Tol Palembang-Indralaya dan

    identifikasi alternatif sumber pembiayaan yang relevan?

    3. Bagaimana strategi pembiayaan pembangunan Jalan Tol Palembang-Indralaya?

    1.3. TUJUAN PENULISAN

    Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah

    sebagai berikut:

    1. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada pembiayaan pembangunan Jalan

    Tol Palembang-Indralaya;

    2. Melakukan analisa pembiayaan pembangunan Jalan Tol Palembang-Indralaya dan

    identifikasi alternatif sumber pembiayaan yang relevan;

    3. Merumuskan strategi pembiayaan pembangunan Jalan Tol Palembang-Indralaya.

    1.4. METODE PENULISAN

    1.4.1 Tahap Pengumpulan Data

    Tahap pengumpulan data merupakan kegiatan identifikasi terhadap hal-hal yang

    berhubungan dengan kasus dalam hal ini pembangunan Jalan Tol Palembang-Indralaya.

    Tahap pengumpulan data ini meliputi kegiatan pengumpulan data sekunder dari berbagai

    sumber yang relevan dalam bentuk tulisan maupun data statistik (angka dan gambar).

    1.4.2 Tahap Analisa

    Tahap analisa merupakan prediksi terhadap biaya-biaya yang akan dikeluarkan,

    sumber-sumber pendanaan serta analisa strategi-strategi yang tepat terhadap proses

    pengembalian modal.

  • 8

    1.5. RUANG LINGKUP

    Ruang lingkup pembahasan studi ini adalah pembiayaan pembangunan Jalan Tol

    Palembang-Indralaya yang meliputi konsep, instrumen, dan strategi-strategi pembiayaan

    Jalan Tol Palembang-Indralaya.

  • 9

    BAB II

    EVALUASI SINGKAT STUDI KASUS

    2.1 Deskripsi Objek/Sektor Pembiayaan

    Jalan Tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan

    sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol. Jalan tol sebagai

    bagian dari sistem jaringan jalan umum merupakan lintas alternatif. Namun dalam keadaan

    tertentu jalan tol dapat tidak merupakan lintas alternatif. Pembangunan jalan tol dilakukan

    untuk memperlancar lalu lintas di daerah yang telah berkembang, meningkatkan hasil guna

    dan daya guna pelayanan distribusi barang dan jasa untuk menunjang peningkatan

    pertumbuhan ekonomi, meringankan beban pemerintah melalui partisipasi pengguna jalan

    dan meningkatkan pemerataan hasil pembangunan dan keadilan (UU No. 38 Tahun 2004

    tentang Jalan).

    Manfaat strategis lainnya dari pembangunan jalan tol yakni membuka lapangan kerja

    skala besar, meningkatkan penggunaan sumber daya dalam negeri seperti industri semen,

    baja dan jasa konstruksi, mendorong fungsi intermediasi bank, meningkatkan daya tarik

    investasi di Indonesia, dan meningkatkan kegiatan ekonomi di daerah yang dilalui jalan tol

    sebagai pendorong PDRB dan memperlancar kegiatan ekspor. Pembangunan jalan tol juga

    akan memacu kebangkitan sektor riil dengan terjadinya multiplier effect bagi perekonomian

    nasional. Salah satu daerah dengan kegiatan perekonomian sedang berkembang yaitu Kota

    Palembang, Sumatera Selatan.

    Kota Palembang adalah ibu kota provinsi Sumatera Selatan. Palembang memiliki luas

    wilayah 358,55 km2. Letak Kota Palembang cukup strategis karena dilalui oleh Jalan Lintas

    Sumatera yang menghubungkan antar daerah di Pulau Sumatera. Di Palembang terdapat

    Universitas Sriwijaya yang merupakan salah satu universitas terbaik di Indonesia. Kampus

    utamanya berada di kawasan Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir. Kabupaten Ogan Ilir berada di

    jalur lintas timur Sumatera dan pusat pemerintahannya terletak sekitar 35 km dari Kota

    Palembang.

    Pada jalan raya Palembang-Indralaya, kemacetan lalu lintas sering terjadi karena

    merupakan satu-satunya jalur utama menuju kawasan Indralaya sehingga dampaknya pada

    mahasiswa yang beraktivitas di Universitas Sriwijaya dari Palembang. Selain itu kecelakaan

    juga sering terjadi dan memakan korban jiwa yang tiap tahunnya mengalami peningkatan.

    Volume lalu lintas di Kota Palembang menuju Indralaya juga semakin meningkat oleh karena

    itu untuk mengimbanginya dan menentukan laju peningkat lalu lintas maka dibangun Jalan

    Tol Palembang-Indralaya sepanjang 22 km.

  • 10

    Pembangunan Jalan Tol Palembang-Indralaya bertujuan untuk mengatasi kemacetan

    pada ruas jalan Palembang-Indralaya serta mengantisipasi pertumbuhan kendaraan yang

    tinggi tidak diiringi dengan kapasitas jalan yang cukup. Pembangunan jalan tol ini sebagai

    salah satu upaya penyediaan sistem transportasi yang efisien yang menunjang pertumbuhan

    ekonomi nasional.

    2.2 Review Konsep Pembiayaan

    2.2.1 Komponen Biaya

    2.2.1.1Outcash Flow

    Outcash Flow atau kas keluar adalah pembiayaan yang merupakan kumulatif dari

    biaya-biaya yang dikeluarkan (cost). Pada kasus pembangunan Jalan Tol Palembang-

    Indralaya ini, outcash flow yaitu pengeluaran pada tahap konstruksi dan tahap operasional

    dan pemeliharaan.

    a. Tahap Konstruksi

    Biaya tahap konstruksi pembangunan Jalan Tol Palembang-Indralaya terbagi menjadi

    dua tahap yaitu tahun pertama dan tahun kedua, dengan rencana biaya yang dikeluarkan

    (cost) untuk konstruksi alternatif I Rigid Pavement (Pile-Slab) dan konstruksi alternatif II

    Geotextile dan Cerucuk Gelam.

    Alternatif I (Konstruksi Rigid Pavement (Pile-Slab)) Pada perhitungan biaya konstruksi alternatif I, digunakan model konstruksi Pile Slab.

    Dalam pembangunan jalan tol ini, biaya investasi yang dikeluarkan untuk bahan

    konstruksinya sendiri sebesar Rp 1.272.060.372.420,00.

    Tabel 2.1 Rencana Biaya Konstruksi Alternatif I Rigid Pavement (Pile-Slab)

    (Rupiah)

    NO ITEM SAT VOL HARGA SATUAN

    HARGA

    I Biaya Penunjang Jalan Tol

    1 Pekerjaan Penunjang Lainnya

    ls 1 16.636.700.384 16.636.700.384

    2 Pekerjaan Plaza Tol Ls 1 1.321.316.517 1.321.316.517

    3 Fasilitas Tol Ls 1 802.784.974 802.784.974

    II Through Way

    1 Tiang Pancang diameter

    60 m 652.800 678.600 442.990.080.000

    2 Beton Lantai/Balok m3 321.239 1.172.178 376.548.628.568

    3 Baja Tulangan Kg 41.649.291 7.500 312.369.682.500

    4 Perkerasan ATB (t=15

    cm) ton

    13.110 700.000 9.177.000.000

    5 Prime Coat Kg 42.560 7.500 319.200.000 6 Urugan Pilihan m3 237.600 86.975 20.665.260.000

    7 Tach Coat Kg 76.000 8.000 608.000.000

  • 11

    NO ITEM SAT VOL HARGA

    SATUAN HARGA

    8 Aggregat Klas A (t=15 cm)

    m3 5.700 311.376

    1.774.843.200

    9 Perkerasan Beton (t=27 cm)

    m3 10.260 1.172.178

    12.026.546.280

    10 Lean Concrete (t=15 cm) m3 5.700 577.808 3.293.504.517 III Overpass dan Jembatan

    1 Pancang 45 dan Pemancangan

    m 6.664 620.850 4.137.344.400

    2 Pancang 60 dan

    Pemancangan m 9.248 678.600 6.275.692.800

    3 Beton Abutment m3 1.127 1.172.178 1.321.513.477

    4 Beton Sayap m3 189 1.172.178 221.541.642

    5 Beton Plat Injak m3 369 1.172.178 432.006.202

    6 Tembok Sedada m3 108 1.172.178 126.595.224

    7 Beton Lantai m3 5.199 1.172.178 6.094.036.204

    8 Beton Pilar m3 422 1.172.178 495.127.987

    9 Girder 25 m dan Erection Buah 164 66.004.679 10.824.767.297 10 Girder 30 m dan Erection Buah 72 79.205.614 5.702.804.234 11 Bearing Pad Buah 236 358.402 84.582.872 12 Baja Tulangan kg 480.579 8.660 4.161.814.140

    13 Perkerasan AC-WC (t=5 cm)

    ton 48.070 700.000 33.649.000.000

    Total 1.272.060.373.420

    Pada tahap konstruksi, biaya yang dikeluarkan selain biaya konstruksi itu sendiri adalah

    biaya pajak dan lain-lain untuk menunjang pembangunan jalan tol. Seluruh biaya tahap

    konstruksi adalah biaya investasi untuk pembangunan fisik jalan tol. Biaya pembangunan

    ini meliputi biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung merupakan biaya

    untuk segala sesuatu yang berkaitan dengan hasil akhir proyek secara permanen,

    misalnya biaya penyiapan lahan, biaya merakit dan memasang peralatan utama, dan

    sebagainya. Sedangkan biaya tidak langsung merupakan pengeluaran untuk manajemen,

    pembayaran material serta jasa yang terkait dengan pengadaan bagian proyek yang tidak

    akan menjadi produk permanen. Berikut ini merupakan tabel rencana pengeluaran biaya

    (cost) secara keseluruhan tahap konstruksi alternatif I.

    Tabel 2.2 Rekapitulasi Pengeluaran (Cost) Tahap Kontruksi Alternatif I

    Jalan Tol Palembang-Indralaya (Rupiah)

    No Komponen

    Biaya Satuan Vol Harga Satuan Harga

    Biaya Langsung

    1 Biaya Konstruksi Ls 1 1.272.060.372.420 1.272.060.372.420

    2 Biaya

    Pengawasan Ls 4,5% 1.272.060.372.420 57.242.716.759

    3

    Biaya

    Pembebasan

    Lahan

    m2 1.048.100 30.000 31.443.000.000

    Jumlah 1.360.746.089.179

  • 12

    No Komponen

    Biaya Satuan Vol Harga Satuan Harga

    Biaya Langsung

    Biaya Tidak Langsung

    4 PPN 10% 136.074.608.918

    5 Biaya Kontingensi

    10% 127.206.037.242

    6 Biaya Eskalasi

    per Tahun

    7% 113.681.871.474

    7 Biaya Overhead 1% 13.607.460.892 Total Biaya Konstruksi 1.751.316.067.705

    Alternatif II (Konstruksi Geotextile dan Cerucuk Gelam) Untuk alternatif II, konstruksi yang digunakan menggunakan model Geotextile dan

    Cerucuk Gelam yang bahannya banyak ditemui di Palembang. Rencana biaya konstruksi

    alternatif II sebesar Rp 1.075.305.862.706. Untuk lebih jelasnya komponen biaya apa

    saja yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut.

    Tabel 2.3 Rencana Biaya Konstruksi Alternatif II Geotextile dan Cerucuk

    Gelam (Rupiah)

    NO ITEM SAT VOL HARGA SATUAN

    HARGA

    I Biaya Penunjang Jalan Tol

    1 Pekerjaan Penunjang Lainnya

    ls 1 16.636.700.384 16.636.700.384

    2 Pekerjaan Plaza Tol ls 1 1.321.316.517 1.321.316.517

    3 Fasilitas Tol ls 1 802.784.974 802.784.974

    II Through Way

    1 Cerucuk Kayu L=4 m

    10/12 cm m 6.607.668 5.250 34.690.257.000

    2 Geotextile m2 246.204 18.000 4.431.663.360 3 Perkerasan ATB (t=15 cm) ton 964.100 700.000 674.870.000.000

    4 Prime Coat kg 413.440 7.500 3.100.800.000 5 Urugan Pilihan m3 2.613.600 86.975 227.317.860.000

    6 Tach Coat kg 826.880 8.000 6.615.040.000 7 Aggregat Klas A (t=15 cm) m3 62.016 305.300 18.933.484.800

    8 Aggregat Klas B (t=25 cm) m3 103.360 311.376 32.183.823.360

    9 Perkerasan Beton (t=27

    cm) m3

    10.260 1.172.177,77 12.026.543.920,20

    10 Lean Concrete (t=15 cm) m3 5.700 577.808,81 3.293.504.517 III Overpass dan Jembatan

    1 Pancang 45 dan

    Pemancangan m 3.510 620.850 2.179.183.500

    2 Pancang 60 dan

    Pemancangan m 9.248 678.600 6.275.692.800

    3 Beton Abutment m3 1.127 1.172.178 1.321.513.477

    4 Beton Sayap m3 189 1.172.178 221.541.642

    5 Beton Plat Injak m3 369 1.172.178 432.006.202

    6 Tembok Sedada m3 108 1.172.178 126.595.224

    7 Beton Lantai m3 5.199 1.172.178 6.094.036.204

    8 Beton Pilar m3 422 1.172.178 495.127.987

  • 13

    NO ITEM SAT VOL HARGA

    SATUAN HARGA

    9 Girder 25 m dan Erection Buah 164 66.004.679 10.824.767.297 10 Girder 30 m dan Erection Buah 72 79.205.614 5.702.804.234 11 Bearing Pad Buah 236 358.402 84.582.872 12 Baja Tulangan kg 480.579 8.660 4.161.814.140

    13 Perkerasan AC-WC (t=5 cm)

    ton 1.660 700.000 1.162.420.000

    Total 1.075.305.862.706

    Biaya konstruksi alternatif II tersebut kemudian ditambah dengan biaya pajak lainnya di

    luar biaya konstruksi, untuk menunjang pembangunan Jalan Tol Palembang-Indralaya.

    Rencana pengeluaran biaya (cost) untuk tahap konstruksi alternatif II secara keseluruhan

    dapat dilihat pada tabel berikut.

    Tabel 2.4 Rekapitulasi Pengeluaran (Cost) Tahap Kontruksi Alternatif II

    Jalan Tol Palembang-Indralaya (Rupiah)

    No Komponen

    Biaya Satuan Vol Harga Satuan Harga

    Biaya Langsung

    1 Biaya Konstruksi Ls 1 1,075,305,862,706.30 1,075,305,862,706.30

    2 Biaya

    Pengawasan Ls 4,5% 1.075.305.862.706,30 48.388.763.821,78

    3 Biaya Pembebasan

    Lahan

    m2 1.048.100 30.000 31.443.000.000

    Jumlah 1.155.137.626.528,08

    Biaya Tidak Langsung

    4 PPN 10% 115.513.762.652,81

    5 Biaya Kontingensi

    10% 107.530.586.270,63

    6 Biaya Eskalasi

    per Tahun

    7% 80.859.633.856,97

    7 Biaya Overhead 1% 11.844.196.973,67 Total Biaya Konstruksi 1.470.885.806.282,15

    Berdasarkan perhitungan rencana biaya tahap konstruksi Jalan Tol Palembang-

    Indralaya, dibutuhkan biaya investasi sebesar Rp 1.751.316.067.705,00 untuk alternatif I

    Rigid Pavement (Pile-Slab) dan untuk alternatif II Geotextile dan Cerucuk Gelam dibutuhkan

    biaya investasi sebesar Rp 1.470.885.806.282,00. Pembangunan jalan tol ini direncanakan

    selesai pengerjaannya selama dua tahap, yaitu tahap pertama menggunakan dana sebesar

    60% dari biaya total untuk tahap konstruksi, kemudian tahap kedua menggunakan dana

    40% dari biaya total tersebut. Oleh karena itu untuk biaya investasi tiap tahap adalah

    sebagai berikut.

    Tahap 1: - Alternatif I Rp 1.050.789.000.000,00

    - Alternatif II Rp 891.723.000.000,00

  • 14

    Tahap 2: - Alternatif I Rp 700.526.000.000,00

    - Alternatif II Rp 594.482.000.000,00

    b. Tahap Operasional dan Pemeliharaan

    Setelah jalan tol selesai dibangun, tahap selanjutnya adalah tahap operasional jalan

    tol. Biaya operasional dan pemeliharaan dikeluarkan dalam rangka menjalankan aktivitas

    pasca pembangunan jalan tol dan menjamin kinerja atau peralatan agar selalu prima dan

    siap dioperasikan. Biaya operasional dan pemeliharaan yang terdiri dari gaji karyawan, biaya

    pemeliharaan rutin, biaya operasional tol, dan biaya rehabilitasi.

    Gaji Karyawan Biaya yang dibutuhkan untuk gaji karyawan sebesar Rp 75.000.000,00/bulan atau Rp

    900.000.000,00/tahun, dengan asumsi kenaikan gaji 25% setiap lima tahun.

    Biaya Pemeliharaan Rutin Biaya pemeliharaan rutin antara lain untuk biaya perawatan plaza tol, median jalan, pintu

    tol dan infrastruktur, serta biaya pemeliharaan lainnya. Untuk keperluan ini diasumsikan

    membutuhkan biaya 0,4% dari biaya investasi kedua alternatif, yaitu sebesar Rp

    6.472.000.000,00 dimulai dari tahun pertama masa operasional dengan asumsi kenaikan

    biaya sebesar 5% setiap dua tahun.

    Biaya Operasional Tol Dalam operasional tol diperlukan biaya untuk bahan habis seperti kertas dan tinta untuk

    karcis, alat-alat kebersihan, dan sebagainya, serta biaya listrik dan air bersih. Untuk

    keperluan ini diasumsikan terdapat kenaikan tiap tahunnya sebesar 10%.

    Biaya Rehabilitasi Biaya rehabilitasi adalah biaya penggantian kebutuhan di kantor seperti overlay jalan,

    marka jalan, dan lainnya. Biaya ini dikeluarkan tiap lima tahun mulai masa operasional

    jalan tol.

  • 15

    Tabel 2.5 Rekapitulasi Pengeluaran (Cost) Jalan Tol Palembang-Indralaya (Juta Rupiah)

    Tahun Ke- Konstruksi

    Operasional Jumlah

    Gaji

    Karyawan Pemeliharaan Operasional Rehabilitasi

    Alternatif I Alternatif II Alternatif I Alternatif II

    1 1.050.789 891.723 1.050.789 891.723

    2 700.526 594.482 700.526 594.482

    3 900 6.472 5.089 12.461 12.461

    4 900 6.472 5.263 12.635 12.635

    5 900 6.795 8.615 16.310 16.310

    6 900 6.795 8.615 16.310 16.310

    7 900 7.135 14.375 41.064 63.474 63.474

    8 1.125 7.135 15.813 24.073 24.073

    9 1.125 7.492 17.394 26.011 26.011

    10 1.125 7.492 19.133 27.750 27.750

    11 1.125 7.866 21.046 30.037 30.037

    12 1.125 7.866 23.151 41.064 73.206 73.026

    13 1.406,25 8.260 25.466 35.132,25 35.132,25

    14 1.406,25 8.260 28.013 37.679,25 37.679,25

    15 1.406,25 8.673 30.814 40.893,25 40.893,25

    16 1.406,25 8.673 33.895 43.974,25 43.974,25

    17 1.406,25 9.106 37.285 41.064 88.861,25 88.861,25

    18 1.757,82 9.106 41.014 51.877,82 51.877,82

    19 1.757,82 9.562 45.115 56.434,82 56.434,82

    20 1.757,82 9.562 49.626 60.945,82 60.945,82

    21 1.757,82 10.040 54.589 66.386,82 66.386,82

    22 1.757,82 10.040 60.048 41.064 112.909,82 112.909,82

    23 2.197,27 10.542 66.053 78.792,27 78.792,27

    24 2.197,27 10.542 72.658 85.397,27 85.397,27

    25 2.197,27 11.069 79.924 93.190,27 93.190,27

    26 2.197,27 11.069 87.916 101.182,3 101.182,3

    27 2.197,27 11.622 96.708 41.064 151.591,3 151.591,3

    28 2.746,59 11.622 106.379 120.747,6 120.747,6

    29 2.746,59 12.203 117.016 131.965,6 131.965,6

    30 2.746,59 12.203 128.718 143.667,6 143.667,6

    Total Pengeluaran 3.548.265,1 3.283.155,1

  • 16

    Berdasarkan rekapitulasi di atas, maka diketahui jumlah pengeluaran atau cost dari

    proyek Jalan Tol Palembang-Indralaya pada masa konstruksi dan masa operasional 30 tahun

    adalah sebesar Rp 3.548.265.110.000,00 untuk alternatif I dan Rp 3.283.155.110.000,00

    untuk alternatif II.

    2.2.1.2Incash Flow

    Incash flow atau kas masuk adalah uang masuk atau penerimaan, umumnya berasal

    dari penjualan produk atau manfaat terukur (benefit). Dalam kasus pembangunan Jalan Tol

    Palembang-Indralaya, kas masuk yang diterima hanya pada masa pengelolaan dan

    pemeliharaan. Hal ini dikarenakan pada masa konstruksi hanya ada biaya yang dikeluarkan

    untuk pembangunan jalan tol.

    Untuk menghitung incash flow dari pembangunan Jalan Tol Palembang-Indralaya,

    sebelumnya harus diidentifikasi pendapatan atau manfaat langsung yang didapat dari hasil

    pengelolaan jalan tol, yaitu tarif masuk tol. Pada pembangunan jalan tol ini, pertumbuhan

    lalu lintasnya diasumsikan memiliki korelasi positif terhadap PDRB Sumatera Selatan

    sehingga faktor pertumbuhan lalu lintas diambil berdasarkan pertumbuhan PDRB rata-rata

    sebesar 6,9%.

    Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh jumlah lalu lintas harian rata-rata adalah

    5.834.890 kendaraan/dua arah/tahun yang terbagi menjadi kendaraan golongan I sejumlah

    3.160.535 kendaraan/dua arah/tahun, golongan IIA 1.943.990 kendaraan/dua arah/tahun

    dan golongan IIB 730.365 kendaraan/dua arah/tahun. Untuk mengetahui total incash flow

    yang akan diperoleh, data tersebut diolah sesuai dengan tarif tol per golongan kendaraan

    yang berlaku berdasarkan Keputusan Menteri Kimpraswil No. 257 Tahun 2004 tentang

    Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi. Tarif tol diasumsikan meningkat sebesar

    24% setiap 3 tahun. Dengan asumsi tersebut, total incash flow sebesar Rp

    24.797.510.000.000,00. Rekapitulasi keuntungan (benefit) dapat dilihat pada tabel 2.6.

  • 17

    Tabel 2.6 Rekapitulasi Pemasukan (Benefit) Jalan Tol Palembang-Indralaya (Juta Rupiah)

    TAHUN KE-

    GOL I

    (kendaraan/2

    arah)

    TARIF TOL GOL I (Rp)

    GOL IIA

    (kendaraan/2

    arah)

    TARIF

    TOL GOL

    IIA (Rp)

    GOL IIB

    (kendaraan/

    2 arah)

    TARIF TOL GOL IIB (Rp)

    TOTAL PENDAPATAN TOL

    PERGOLONGAN (juta rupiah) INCASH FLOW

    GOL I GOL IIA GOL IIB

    0 3.160.535 - 1.943.990 - 730.365 - - - - -

    1 3.378.612 - 2.078.125 - 780.760 - - - - -

    2 3.611.736 - 2.221.516 - 834.633 - - - - -

    3 3.860.946 11.000 2.374.801 11.500 892.222 12.000 42.470 27.310 10.707 80.487

    4 4.127.351 11.000 2.538.662 11.500 953.786 12.000 45.401 29.195 11.445 86.041

    5 4.412.138 11.000 2.713.829 11.500 1.019.597 12.000 48.534 31.209 12.235 91.978

    6 4.716.576 13.750 2.901.084 14.250 1.089.949 14.750 64.853 41.340 16.077 122.270

    7 5.042.020 13.750 3.101.258 14.250 1.165.155 14.750 69.328 44.193 17.186 130.707

    8 5.389.919 13.750 3.315.245 14.250 1.245.551 14.750 74.111 47.242 18.372 139.726

    9 5.761.824 17.178,5 3.543.997 17.688 1.331.494 18.188 99.031 62.684 24.217 185.932

    10 6.159.389 17.178,5 3.788.533 17.688 1.423.367 18.188 105.865 67.010 25.887 198.762

    11 6.584.387 17.178,5 4.049.942 17.688 1.521.580 18.188 113.169 71.633 27.674 212.476

    12 7.038.710 21.483 4.329.388 21.983 1.626.569 22.483 151.213 95.173 36.570 282.956

    13 7.524.381 21.483 4.628.116 21.983 1.738.802 22.483 161.646 101.740 39.093 302.480

    14 8.043.563 21.483 4.947.456 21.983 1.858.779 22.483 172.800 108.760 41.791 323.351

    15 8.598.569 26.855,4 5.288.830 27.355 1.987.035 27.855 230.918 144.678 55.350 430.946

    16 9.191.870 26.855,4 5.653.759 27.355 2.124.140 27.855 246.851 154.661 59.169 460.681

    17 9.826.109 26.855,4 6.043.869 27.355 2.270.706 27.855 263.884 165.332 63.251 492.468

    18 10.504.111 33.567,6 6.460.896 34.068 2.427.385 34.568 352.598 220.107 83.909 656.614

    19 11.228.895 33.567,6 6.906.697 34.068 2.594.874 34.568 376.927 235.295 89.699 701.920

    20 12.003.688 33.567,6 7.383.259 34.068 2.773.921 34.568 402.935 251.530 95.888 750.353

    21 12.831.943 41.962,8 7.892.704 42.463 2.965.321 42.963 538.464 335.146 127.399 1.001.009

    22 12.831.943 41.962,8 8.437.301 42.463 3.169.929 42.963 575.618 358.271 136.189 1.070.079

    23 13.717.347 41.962,8 9.019.475 42.463 3.388.654 42.963 615.336 382.992 145.586 1.143.914

    24 15.657.649 52.452,4 9.641.818 52.952 3.622.471 53.452 822.225 510.557 193.630 1.526.413

    25 16.757.269 52.452,4 10.307.104 52.952 3.872.421 53.452 878.959 545.786 206.990 1.631.735

    26 17.913.520 52.452,4 11.018.294 52.952 4.139.618 53.452 939.607 583.445 221.273 1.744.325

    27 19.149.553 65.564,4 11.778.556 66.064 4.425.252 66.564 1.255.529 778.143 294.564 2.328.236

    28 20.470.872 65.564,4 12.591.277 66.064 4.730.594 66.564 1.342.160 831.835 314.889 2.488.885

    29 21.883.363 65.564,4 13.460.075 66.064 5.057.005 66.564 1.434.770 889.232 336.617 2.660.618

    30 23.393.315 81.956,6 14,388,820 82.457 5.405.939 82.957 1.917.237 1.186.453 448.458 3.552.148

    JUMLAH 24.797.510

    Sumber: Kepmen Kimpraswil, 2004

  • 18

    2.2.1.3Evaluasi Ekonomi

    Evaluasi ekonomi dilakukan untuk melihat apakah benefit atau penerimaan dari

    pembangunan Jalan Tol Palembang-Indralaya lebih banyak daripada cost atau pengeluaran

    proyek. Jika penerimaan yang ada lebih banyak daripada pengeluaran, maka proyek ini

    dapat dikatakan layak untuk dijalankan. Untuk itu, keseluruhan penerimaan dan

    pengeluaran proyek telah disusun dalam bentuk rekapitulasi seperti berikut ini.

    Tabel 2.7 Pengeluaran (Cost) dan Penerimaan (Benefit) Proyek Jalan Tol

    Palembang-Indralaya (Juta Rupiah)

    TAHUN KE-

    OUTCASH FLOW INCASH FLOW

    ALTERNATIF I ALTERNATIF II

    1 1.050.789 891.723 0

    2 700.526 594.482 0

    3 12.461 12.461 80.487

    4 12.635 12.635 86.041

    5 16.310 16.310 91.978

    6 16.310 16.310 122.270

    7 63.474 63.474 130.707

    8 24.073 24.073 139.726

    9 26.011 26.011 185.932

    10 27.750 27.750 198.762

    11 30.037 30.037 212.476

    12 73.206 73.026 282.956

    13 35.132,25 35.132,25 302.480

    14 37.679,25 37.679,25 323.351

    15 40.893,25 40.893,25 430.946

    16 43.974,25 43.974,25 460.681

    17 88.861,25 88.861,25 492.468

    18 51.877,82 51.877,82 656.614

    19 56.434,82 56.434,82 701.920

    20 60.945,82 60.945,82 750.353

    21 66.386,82 66.386,82 1.001.009

    22 112.909,82 112.909,82 1.070.079

    23 78.792,27 78.792,27 1.143.914

    24 85.397,27 85.397,27 1.526.413

    25 93.190,27 93.190,27 1.631.735

    26 101.182,3 101.182,3 1.744.325

    27 151.591,3 151.591,3 2.328.236

    28 120.747,6 120.747,6 2.488.885

    29 131.965,6 131.965,6 2.660.618

    30 143.667,6 143.667,6 3.552.148

    TOTAL 3.548.265,1 3.283.155.,1 24.797.510

    Berdasarkan perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa biaya atau cost yang

    dikeluarkan baik alternatif I maupun alternatif II lebih kecil daripada manfaat atau benefit

    yang diterima. Artinya, proyek ini mampu menghasilkan manfaat yang lebih besar untuk

    menutupi biaya investasi yang dikeluarkan pemerintah selama masa proyek yaitu 30 tahun

    sehingga layak untuk dilaksanakan.

  • 19

    2.2.2 Analisis Kriteria Investasi

    2.2.2.1Analisis Net Present Value (NPV)

    NPV merupakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskon

    dengan menggunakan social opportunity cost of capital sebagai diskon faktor atau dengan

    kata lain merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang yang

    didiskonkan pada saat ini. NPV digunakan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu

    proyek untuk dilaksanakan. NPV merupakan keuntungan bersih yang berupa nilai bersih

    sekarang berdasarkan jumlah dari Present Value (PV). Rumus umum yang digunakan dalam

    perhitungan NPV adalah:

    Berikut ini merupakan hubungan antara nilai NPV dalam hubungannya dengan

    kelayakan suatu proyek/usaha:

    NPV > 0 = Proyek/usaha layak untuk dilaksanakan

    NPV = 0 = Proyek/usaha berada dalam keadaan BEP dimana TR=TC dalam

    bentuk PV

    NPV < 0 = Proyek/usaha tidak layak untuk dilaksanakan.

    Dalam rencana pembangunan Jalan Tol Palembang-Indralaya digunakan asumsi

    diskon faktor berdasarkan tingkat bunga modal sebesar 14% dan 16% tiap tahun.

    Perhitungan NPV pada tabel 2.8 dapat diketahui bahwa dalam pembangunan ini untuk

    alternatif I, NPV bernilai negatif (NPV < 0). Hasil ini diartikan bahwa rencana proyek Jalan

    Tol Palembang-Indralaya tidak layak untuk dilaksanakan, karena pihak pelaksana akan

    mengalami kerugian. Dengan kata lain, pemasukan yang dihasilkan pada saat jalan tol

    beroperasi tidak cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan jalan

    tol ini.

    Akan tetapi pada perhitungan NPV tabel 2.9 untuk alternatif II, hasil perhitungan

    NPV dengan diskon faktor 14% bernilai positif (NPV > 0). Hasil ini diartikan bahwa rencana

    proyek Jalan Tol Palembang-Indralaya layak dilakukan atau dengan kata lain pemasukan

  • 20

    yang dihasilkan pada saat jalan tol ini beroperasi dapat cukup untuk menutupi biaya

    investasi yang dikeluarkan untuk pembangunan.

    Berdasarkan hasil analisis NPV, dapat diambil kesimpulan bahwa semakin besar

    diskon faktor yang dikenakan, gagasan proyek tidak layak dilakukan. Oleh karena itu dalam

    studi ini digunakan DF sebesar 14%.

    2.2.2.2Analisis Benefit Cost Ratio (BCR)

    BCR adalah perbandingan benefit yang telah didiskon positif dengan benefit yang

    telah didiskon negatif. Perhitungan analisis BCR didasarkan pada tingkat suku bunga. Jika

    nilai BCR pada suku bunga berlaku lebih besar dari 1, proyek dikatakan layak secara

    ekonomi dan dapat dikatakan untuk dibangun. Ukuran dari penilaian suatu kelayakan proyek

    adalah:

    BCR > 1, proyek dapat dikatakan layak dikerjakan

    BCR < 1, proyek tidak layak untuk dikerjakan.

    Secara umum, rumus perhitungan BCR adalah:

    Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 2.8, nilai BCR untuk alternatif I dengan DF

    14% dan 16% menghasilkan nilai BCR < 1. Hasil ini diartikan bahwa proyek Jalan Tol

    Palembang-Indralaya tidak layak dikerjakan. Namun dari tabel 2.9, nilai BCR alternatif II

    dengan DF 14% menghasilkan nilai BCR > 1 yang berarti proyek layak untuk dikerjakan.

    Nilai BCR tersebut diartikan bahwa nilai pemasukan melebihi nilai investasi yang dikeluarkan

    pada saat pembangunan.

    Hasil perhitungan cashflow, NPV, dan BCR dapat dilihat pada tabel 2.8 dan tabel 2.9

    berikut.

  • 21

    Tabel 2.8 Arus Kas (Cashflow) dan Hasil Perhitungan Analisis NPV dan BCR Alternatif I (Rupiah) TAHUN KE- BENEFIT COST CASHFLOW DF 14% DF 16%

    1 0,00 1.050.789.000.000,00 -1.050.789.000.000,00 -921.744.736.842,11 -905.852.586.206,90

    2 0,00 700.526.000.000,00 -700.526.000.000,00 -539.032.009.849,18 -520.604.934.601,67

    3 80.487.000.000,00 12.461.000.000,00 68.026.000.000,00 45.915.612.361,16 43.581.378.900,32

    4 86.041.000.000,00 12.635.000.000,00 73.406.000.000,00 43.462.244.840,64 40.541.480.331,01

    5 91.978.000.000,00 16.310.000.000,00 75.668.000.000,00 39.299.588.094,78 36.026.519.650,36

    6 122.270.000.000,00 16.310.000.000,00 105.960.000.000,00 48.273.950.592,60 43.490.461.304,56

    7 130.707.000.000,00 63.474.000.000,00 67.233.000.000,00 26.868.816.105,65 23.789.020.782,81

    8 139.726.000.000,00 24.073.000.000,00 115.653.000.000,00 40.543.206.370,66 35.277.109.155,06

    9 185.932.000.000,00 26.011.000.000,00 159.921.000.000,00 49.176.977.728,76 42.051.703.514,31

    10 198.762.000.000,00 27.750.000.000,00 171.012.000.000,00 46.129.428.353,45 38.765.616.392,65

    11 212.476.000.000,00 30.037.000.000,00 182.439.000.000,00 43.168.237.600,72 35.651.663.732,10

    12 282.956.000.000,00 73.206.000.000,00 209.750.000.000,00 43.535.521.734,83 35.335.081.616,36

    13 302.480.000.000,00 35.132.250.000,00 267.347.750.000,00 48.675.841.251,63 38.826.002.080,47

    14 323.351.000.000,00 37.679.250.000,00 285.671.750.000,00 45.624.632.209,76 35.764.770.789,56

    15 430.946.000.000,00 40.893.250.000,00 390.052.750.000,00 54.645.018.096,40 42.097.228.602,97

    16 460.681.000.000,00 43.974.250.000,00 416.706.750.000,00 51.209.780.464,45 38.770.616.580,73

    17 492.468.000.000,00 88.861.250.000,00 403.606.750.000,00 43.508.684.067,69 32.372.229.006,01

    18 656.614.000.000,00 51.877.820.000,00 604.736.180.000,00 57.184.539.506,04 41.814.041.521,21

    19 701.920.000.000,00 56.434.820.000,00 645.485.180.000,00 53.541.939.642,78 38.475.518.419,66

    20 750.353.000.000,00 60.945.820.000,00 689.407.180.000,00 50.162.454.109,41 35.425.502.363,36

    21 1.001.009.000.000,00 66.386.820.000,00 934.622.180.000,00 59.653.263.122,26 41.401.712.908,59

    22 1.070.079.000.000,00 71.845.820.000,00 998.233.180.000,00 55.888.862.655,23 38.120.293.712,94

    23 1.143.914.000.000,00 112.909.820.000,00 1.031.004.180.000,00 50.634.770.431,22 33.941.159.437,31

    24 1.526.413.000.000,00 85.397.270.000,00 1.441.015.730.000,00 62.080.083.084,32 40.895.637.269,50

    25 1.631.735.000.000,00 93.190.270.000,00 1.538.544.730.000,00 58.141.849.626,88 37.640.934.441,11

    26 1.744.325.000.000,00 101.182.300.000,00 1.643.142.700.000,00 54.468.968.000,50 34.655.132.352,47

    27 2.328.236.000.000,00 151.591.300.000,00 2.176.644.700.000,00 63.293.127.736,66 39.575.083.016,86

    28 2.488.885.000.000,00 120.747.600.000,00 2.368.137.400.000,00 60.404.745.551,63 37.117.882.985,74

    29 2.660.618.000.000,00 131.965.600.000,00 2.528.652.400.000,00 56.578.111.161,05 34.167.047.054,91

    30 3.552.148.000.000,00 143.667.600.000,00 3.408.480.400.000,00 66.898.327.596,50 39.702.798.917,49

    TOTAL 24.797.510.000.000 3.548.265.110.000,00 21.249.244.890.000,00 -41.808.164.593,66 -371.183.893.968,15

    NPV -41.808.164.593,66 -371.183.893.968,15

    BCR 0,974645268 0,76461038

  • 22

    Tabel 2.9 Arus Kas (Cashflow) dan Hasil Perhitungan Analisis NPV dan BCR Alternatif II (Rupiah) TAHUN KE- BENEFIT (B) COST (C) CASHFLOW DF 14% DF 16%

    1 0,00 891.723.000.000,00 -891.723.000.000,00 -782.213.157.894,74 -768.726.724.137,93

    2 0,00 594.482.000.000,00 -594.482.000.000,00 -457.434.595.260,08 -441.796.967.895,36

    3 80.487.000.000,00 12.461.000.000,00 68.026.000.000,00 45.915.612.361,16 43.581.378.900,32

    4 86.041.000.000,00 12.635.000.000,00 73.406.000.000,00 43.462.244.840,64 40.541.480.331,01

    5 91.978.000.000,00 16.310.000.000,00 75.668.000.000,00 39.299.588.094,78 36.026.519.650,36

    6 122.270.000.000,00 16.310.000.000,00 105.960.000.000,00 48.273.950.592,60 43.490.461.304,56

    7 130.707.000.000,00 63.474.000.000,00 67.233.000.000,00 26.868.816.105,65 23.789.020.782,81

    8 139.726.000.000,00 24.073.000.000,00 115.653.000.000,00 40.543.206.370,66 35.277.109.155,06

    9 185.932.000.000,00 26.011.000.000,00 159.921.000.000,00 49.176.977.728,76 42.051.703.514,31

    10 198.762.000.000,00 27.750.000.000,00 171.012.000.000,00 46.129.428.353,45 38.765.616.392,65

    11 212.476.000.000,00 30.037.000.000,00 182.439.000.000,00 43.168.237.600,72 35.651.663.732,10

    12 282.956.000.000,00 73.206.000.000,00 209.750.000.000,00 43.535.521.734,83 35.335.081.616,36

    13 302.480.000.000,00 35.132.250.000,00 267.347.750.000,00 48.675.841.251,63 38.826.002.080,47

    14 323.351.000.000,00 37.679.250.000,00 285.671.750.000,00 45.624.632.209,76 35.764.770.789,56

    15 430.946.000.000,00 40.893.250.000,00 390.052.750.000,00 54.645.018.096,40 42.097.228.602,97

    16 460.681.000.000,00 43.974.250.000,00 416.706.750.000,00 51.209.780.464,45 38.770.616.580,73

    17 492.468.000.000,00 88.861.250.000,00 403.606.750.000,00 43.508.684.067,69 32.372.229.006,01

    18 656.614.000.000,00 51.877.820.000,00 604.736.180.000,00 57.184.539.506,04 41.814.041.521,21

    19 701.920.000.000,00 56.434.820.000,00 645.485.180.000,00 53.541.939.642,78 38.475.518.419,66

    20 750.353.000.000,00 60.945.820.000,00 689.407.180.000,00 50.162.454.109,41 35.425.502.363,36

    21 1.001.009.000.000,00 66.386.820.000,00 934.622.180.000,00 59.653.263.122,26 41.401.712.908,59

    22 1.070.079.000.000,00 71.845.820.000,00 998.233.180.000,00 55.888.862.655,23 38.120.293.712,94

    23 1.143.914.000.000,00 112.909.820.000,00 1.031.004.180.000,00 50.634.770.431,22 33.941.159.437,31

    24 1.526.413.000.000,00 85.397.270.000,00 1.441.015.730.000,00 62.080.083.084,32 40.895.637.269,50

    25 1.631.735.000.000,00 93.190.270.000,00 1.538.544.730.000,00 58.141.849.626,88 37.640.934.441,11

    26 1.744.325.000.000,00 101.182.300.000,00 1.643.142.700.000,00 54.468.968.000,50 34.655.132.352,47

    27 2.328.236.000.000,00 151.591.300.000,00 2.176.644.700.000,00 63.293.127.736,66 39.575.083.016,86

    28 2.488.885.000.000,00 120.747.600.000,00 2.368.137.400.000,00 60.404.745.551,63 37.117.882.985,74

    29 2.660.618.000.000,00 131.965.600.000,00 2.528.652.400.000,00 56.578.111.161,05 34.167.047.054,91

    30 3.552.148.000.000,00 143.667.600.000,00 3.408.480.400.000,00 66.898.327.596,50 39.702.798.917,49

    TOTAL 24.797.510.000.000 3.283.155.110.000 21.514.354.890.000,00 179.320.828.942,81 -155.250.065.192,88

    NPV 179.320.828.942,81 -155.250.065.192,88

    BCR 1,12559236 0,885925869

  • 23

    2.2.2.3Analisis Internal Rate of Return (IRR)

    IRR adalah suatu nilai petunjuk yang identik dengan seberapa besar suku bunga

    yang dapat diberikan oleh investasi tersebut dibandingkan dengan suku bunga bank yang

    berlaku umum. Pada suku bunga IRR, akan diperoleh NPV = 0. Untuk menghitung IRR,

    sebelumnya harus dicari discount rate yang menghasilkan NPV positif, kemudian dicari

    discount rate yang menghasilkan NPV negatif. Kriteria penilaian sebagai berikut:

    IRR > SOCC maka proyek dikatakan layak IRR = SOCC berarti proyek pada Break Even Point (BEP) IRR < SOCC dikatakan bahwa proyek tidak layak.

    IRR dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

    Hasil perhitungan IRR untuk proyek pembangunan Jalan Tol Palembang-Indralaya,

    diperoleh dua nilai dari masing-masing alternatif konstruksi sebagai berikut:

    a. IRR Alternatif I ( )

    b. IRR Alternatif II ( ) Nilai IRR yang diperoleh dalam rencana pembangunan Jalan Tol Palembang-

    Indralaya untuk alternatif I lebih kecil dari nilai SOCC yang ditetapkan yaitu 0,1375 (DF =

    14%). Dapat diartikan bahwa proyek tidak layak untuk dikerjakan karena tidak dapat

    menutupi biaya yang dikeluarkan untuk investasi.

    Sedangkan nilai IRR alternatif II menunjukkan angka di atas SOCC yang ditetapkan

    yaitu 0,1507. Dari hasil ini diambil kesimpulan bahwa proyek pembangunan jalan tol dapat

    dikatakan layak untuk dilakukan.

    2.2.2.4Analisis Payback Period (PBP)

    PBP adalah jangka waktu/periode yang diperlukan untuk membayar kembali semua

    biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi suatu proyek. Semakin cepat

    kemampuan proyek mampu mengembalikan biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam

    investasi proyek, maka proyek semakin baik (satuan waktu). Analisis ini menggunakan

    rumus:

  • 24

    Dari rumus di atas, ditentukan payback period dalam pembangunan Jalan Tol

    Palembang-Indralaya sebagai berikut:

    Tabel 2.10 Hasil Perhitungan Analisis PBP Alternatif I (Rupiah)

    TAHUN

    KE-

    DF 14% DF 16%

    PV KUMULATIF PV KUMULATIF

    1 -921.744.736.842,11 -921.744.736.842,11 -905.852.586.206,90 -905.852.586.206,90

    2 -539.032.009.849,18 -1.460.776.746.691,29 -520.604.934.601,67 -1.426.457.520.808,56

    3 45.915.612.361,16 -1.414.861.134.330,13 43.581.378.900,32 -1.382.876.141.908,24

    4 43.462.244.840,64 -1.371.398.889.489,49 40.541.480.331,01 -1.342.334.661.577,22

    5 39.299.588.094,78 -1.332.099.301.394,72 36.026.519.650,36 -1.306.308.141.926,86

    6 48.273.950.592,60 -1.283.825.350.802,11 43.490.461.304,56 -1.262.817.680.622,30

    7 26.868.816.105,65 -1.256.956.534.696,46 23.789.020.782,81 -1.239.028.659.839,50

    8 40.543.206.370,66 -1.216.413.328.325,81 35.277.109.155,06 -1.203.751.550.684,44

    9 49.176.977.728,76 -1.167.236.350.597,05 42.051.703.514,31 -1.161.699.847.170,13

    10 46.129.428.353,45 -1.121.106.922.243,60 38.765.616.392,65 -1.122.934.230.777,48

    11 43.168.237.600,72 -1.077.938.684.642,88 35.651.663.732,10 -1.087.282.567.045,39

    12 43.535.521.734,83 -1.034.403.162.908,05 35.335.081.616,36 -1.051.947.485.429,03

    13 48.675.841.251,63 -985.727.321.656,42 38.826.002.080,47 -1.013.121.483.348,56

    14 45.624.632.209,76 -940.102.689.446,66 35.764.770.789,56 -977.356.712.559,00

    15 54.645.018.096,40 -885.457.671.350,26 42.097.228.602,97 -935.259.483.956,03

    16 51.209.780.464,45 -834.247.890.885,81 38.770.616.580,73 -896.488.867.375,30

    17 43.508.684.067,69 -790.739.206.818,13 32.372.229.006,01 -864.116.638.369,29

    18 57.184.539.506,04 -733.554.667.312,08 41.814.041.521,21 -822.302.596.848,08

    19 53.541.939.642,78 -680.012.727.669,30 38.475.518.419,66 -783.827.078.428,42

    20 50.162.454.109,41 -629.850.273.559,90 35.425.502.363,36 -748.401.576.065,06

    21 59.653.263.122,26 -570.197.010.437,64 41.401.712.908,59 -706.999.863.156,48

    22 55.888.862.655,23 -514.308.147.782,41 38.120.293.712,94 -668.879.569.443,54

    23 50.634.770.431,22 -463.673.377.351,19 33.941.159.437,31 -634.938.410.006,23

    24 62.080.083.084,32 -401.593.294.266,87 40.895.637.269,50 -594.042.772.736,73

    25 58.141.849.626,88 -343.451.444.639,99 37.640.934.441,11 -556.401.838.295,62

    26 54.468.968.000,50 -288.982.476.639,50 34.655.132.352,47 -521.746.705.943,15

    27 63.293.127.736,66 -225.689.348.902,83 39.575.083.016,86 -482.171.622.926,29

    28 60.404.745.551,63 -165.284.603.351,21 37.117.882.985,74 -445.053.739.940,55

    29 56.578.111.161,05 -108.706.492.190,16 34.167.047.054,91 -410.886.692.885,64

    30 66.898.327.596,50 -41.808.164.593,66 39.702.798.917,49 -371.183.893.968,15

    PBP 39,3 = 39 TAHUN (> 30 TAHUN) 30,6 (> 30 TAHUN)

  • 25

    Tabel 2.11 Hasil Perhitungan Analisis PBP Alternatif II (Rupiah)

    TAHUN

    KE-

    DF 14% DF 16%

    PV KUMULATIF PV KUMULATIF

    1 -782.213.157.894,74 -782.213.157.894,74 -768.726.724.137,93 -768.726.724.137,93

    2 -457.434.595.260,08 -1.239.647.753.154,82 -441.796.967.895,36 -1.210.523.692.033,29

    3 45.915.612.361,16 -1.193.732.140.793,66 43.581.378.900,32 -1.166.942.313.132,97

    4 43.462.244.840,64 -1.150.269.895.953,02 40.541.480.331,01 -1.126.400.832.801,96

    5 39.299.588.094,78 -1.110.970.307.858,24 36.026.519.650,36 -1.090.374.313.151,59

    6 48.273.950.592,60 -1.062.696.357.265,64 43.490.461.304,56 -1.046.883.851.847,03

    7 26.868.816.105,65 -1.035.827.541.159,99 23.789.020.782,81 -1.023.094.831.064,23

    8 40.543.206.370,66 -995.284.334.789,34 35.277.109.155,06 -987.817.721.909,17

    9 49.176.977.728,76 -946.107.357.060,57 42.051.703.514,31 -945.766.018.394,86

    10 46.129.428.353,45 -899.977.928.707,13 38.765.616.392,65 -907.000.402.002,22

    11 43.168.237.600,72 -856.809.691.106,41 35.651.663.732,10 -871.348.738.270,12

    12 43.535.521.734,83 -813.274.169.371,58 35.335.081.616,36 -836.013.656.653,76

    13 48.675.841.251,63 -764.598.328.119,95 38.826.002.080,47 -797.187.654.573,30

    14 45.624.632.209,76 -718.973.695.910,19 35.764.770.789,56 -761.422.883.783,74

    15 54.645.018.096,40 -664.328.677.813,79 42.097.228.602,97 -719.325.655.180,76

    16 51.209.780.464,45 -613.118.897.349,34 38.770.616.580,73 -680.555.038.600,03

    17 43.508.684.067,69 -569.610.213.281,65 32.372.229.006,01 -648.182.809.594,02

    18 57.184.539.506,04 -512.425.673.775,61 41.814.041.521,21 -606.368.768.072,81

    19 53.541.939.642,78 -458.883.734.132,83 38.475.518.419,66 -567.893.249.653,15

    20 50.162.454.109,41 -408.721.280.023,43 35.425.502.363,36 -532.467.747.289,79

    21 59.653.263.122,26 -349.068.016.901,17 41.401.712.908,59 -491.066.034.381,21

    22 55.888.862.655,23 -293.179.154.245,94 38.120.293.712,94 -452.945.740.668,27

    23 50.634.770.431,22 -242.544.383.814,72 33.941.159.437,31 -419.004.581.230,96

    24 62.080.083.084,32 -180.464.300.730,40 40.895.637.269,50 -378.108.943.961,46

    25 58.141.849.626,88 -122.322.451.103,52 37.640.934.441,11 -340.468.009.520,35

    26 54.468.968.000,50 -67.853.483.103,02 34.655.132.352,47 -305.812.877.167,88

    27 63.293.127.736,66 -4.560.355.366,36 39.575.083.016,86 -266.237.794.151,02

    28 60.404.745.551,63 55.844.390.185,26 37.117.882.985,74 -229.119.911.165,28

    29 56.578.111.161,05 112.422.501.346,32 34.167.047.054,91 -194.952.864.110,37

    30 66.898.327.596,50 179.320.828.942,81 39.702.798.917,49 -155.250.065.192,88

    PBP 27 = 27 TAHUN 33,9 = 33 TAHUN 11 BULAN (> 30 TAHUN)

    Berdasarkan perhitungan PBP untuk altenatif I, waktu pengembalian adalah >30

    tahun, sedangkan untuk alternatif II lebih cepat yaitu 27 tahun. Dapat disimpulkan bahwa

    alternatif II layak dikerjakan karena biaya investasi kembali sebelum masa konsesi selesai,

    sedangkan alternatif I biaya investasi belum dapat kembali setelah masa konsesi selesai

    sehingga alternatif tersebut tidak layak.

    2.2.3 Kesimpulan Analisis Kriteria Investasi

    Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka kesimpulan kelayakan proyek

    pembangunan Jalan Tol Palembang-Indralaya adalah sebagai berikut.

    a. Alternatif I

    Alternatif I pembangunan Jalan Tol Palembang-Indralaya menggunakan model

    konstruksi Rigid Pavement (Pile-Slab) yang menurut hasil analisis kriteria investasi, dengan

    alternatif ini proyek pembangunan Jalan Tol Palembang-Indralaya tidak layak dilakukan,

  • 26

    karena nilai NPV < 0, BCR < 1 dan IRR < SOCC. Berikut merupakan hasil analisis kelayakan

    investasi aternatif I.

    Tabel 2.12 Hasil Analisis Kelayakan Investasi Alternatif I

    DF Analisis

    NPV BCR IRR PBP

    14% -41.808.164.593,66 0,974645268 0,1375

    >30 Tahun

    16% -371.183.893.968,15 0,76461038 >30 Tahun

    b. Alternatif II

    Alternatif II menggunakan model konstruksi Geotextile dan Cerucuk Gelam yang

    menurut hasil analisis kriteria investasi, proyek pembangunan Jalan Tol Palembang-

    Indralaya layak (feasible) untuk dikerjakan dengan alternatif ini. Dengan diskon faktor yang

    telah ditetapkan sebesar 14%, menghasilkan nilai NPV > 0, BCR > 1 dan IRR > SOCC.

    Tabel 2.13 Hasil Analisis Kelayakan Investasi Alternatif II

    DF Analisis

    NPV BCR IRR PBP

    14% 179.320.828.942,81 1,12559236 0,1507

    27 Tahun

    16% -155.250.065.192,88 0,885925869 >30 Tahun

    2.3 Sumber dan Strategi Pembiayaan Awal

    Berdasarkan hasil analisis kelayakan yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa

    pembangunan Jalan Tol Palembang-Indralaya dengan alternatif Rigid Pavement tidak layak

    dilakukan. Namun dengan alternatif Geotextile dan Cerucuk Gelam, proyek pembangunan

    menjadi layak untuk dilakukan. Selain itu bahan-bahan konstruksi untuk pembangunan

    dengan Cerucuk Gelam juga banyak ditemukan di Palembang sehingga alternatif tersebut

    memang lebih layak digunakan untuk proyek Jalan Tol Palembang-Indralaya.

    Pembangunan Jalan Tol Palembang-Indralaya merupakan proyek dari Pemerintah

    Provinsi Sumatera Selatan. Proyek ini direncanakan pengerjaannya selama dua tahap

    dengan biaya APBN, dana investasi BUMN serta BUMD. Dana dari pemerintah pusat

    digunakan untuk biaya pembebasan lahan sedangkan dana dari BUMN dan BUMD serta

    swasta dialokasikan untuk konstruksi. Rencana persentase sumber dana investasi yaitu PT

    Jasa Marga 12,80% dan PD Prodexim sebesar 5%. Dalam pembangunan tol ini belum ada

    rencana strategi pembiayaan yang melibatkan pihak swasta atau investor.

    2.4 Kritik terhadap Strategi Pembiayaan Awal

    Strategi pembiayaan awal pembangunan Jalan Tol Palembang-Indralaya yang tidak

    melibatkan pihak swasta dapat memberikan resiko yang besar bagi pemerintah, sehingga

  • 27

    sebaiknya pemerintah melakukan kerjasama dengan swasta karena untuk pemerintah beban

    anggaran pemerintah untuk pembiayaan jalan dapat dikurangi, sehingga anggaran

    pemerintah dapat dialokasikan untuk infrastruktur yang lain. Selain itu keuntungan adanya

    kerjasama dengan swasta antara lain:

    Dapat lebih memacu pertumbuhan ekonomi dengan menyediakan infrastruktur jalan yang handal

    Mengurangi resiko pembangunan jalan tol dari pemerintah dengan mengalihkan sebagian resiko yang ada kepada sektor swasta

    Mengembangkan kemampuan industri konstruksi dalam negeri.

  • 28

    BAB III

    EKSPLORASI INSTRUMEN PEMBIAYAAN

    3.1 Kajian Struktur Anggaran Daerah atau Pusat

    3.1.1 Struktur Anggaran Pusat

    Jenis-jenis sumber pendapatan Negara (pemerintah pusat):

    1. Penerimaan dalam negeri

    Penerima perpajakan adalah semua penerimaan yang terdiri dari pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional. Pajak dalam negeri terdiri atas Pajak

    Penghasilan, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Pertambahan Nilai Barang

    dan Jasa dan Pajak Penjualan (PPnBM) bea perolehan hak atas tanah dan

    bangunan (BPHTB), cukai, serta pajak lainnya. Pajak perdagangan internasional

    yang terdiri dari bea masuk dan pajak/pungutan ekspor.

    Penerimaan bukan pajak terdiri dari: o Penerimaan Sumber Daya Alam (SDA), terdiri atas migas (minyak bumi dan

    gas alam), non migas (pertambangan umum, kehutanan, perikanan, dsb).

    o Laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

    o Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) lainnya.

    2. Hibah adalah semua penerimaan yang berasal darisumbangan swasta dalam negeri,

    sumbangan swasta, dan pemerintah luar negeri.

    Anggaran Pendapatan Belanja Negara saat ini antara lain:

    a. Belanja Negara

    Belanja negara terdiri dari dua jenis yakni Belanja Pemerintah Pusat dan Belanja

    Daerah berikut penjelasannya:

    1) Belanja Pemerintah Pusat

    Belanja Pemerintah Pusat adalah belanja yang dimaksudkan untuk membiayai

    kegiatan pembangunan pemerintah pusat, baik yang dilaksanakan di pusat

    maupun daerah (dekonsentrasi dan tugas pembantuan). Belanja Pemerintah

    Pusat diantaranya adalah Belanja Pegawai, Belanja barang, Belanja Modal,

    Pembiayaan Bunga Utang, Subsidi BBM dan Subsidi Non-BBM, Belanja Hibah,

    Belanja Sosial (seperti penanggulangan bencana) dan lain sebagainya.

  • 29

    2) Belanja Daerah

    Belanja Daerah adalah belanja yang dibagi-bagi ke pemerintah daerah yang

    kemudian akan dimasukkan ke dalam pendapatan APBD daerah yang

    bersangkutan. Belanja Daerah diantaranya adalah Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi

    Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Otonomi khusus.

    b. Pembiayaan

    Pembiayaan dibagi menjadi dua yakni Pembiayaan Dalam Negeri dan Pembiayaan

    Luar Negeri, berikut penjelasannya:

    1) Pembiayaan Dalam Negeri

    Pembiayaan Dalam Negeri meliputi Pembiayaan Perbankan, Privatisasi, Surat

    Utang Negara, serta penyertaan modal negara.

    2) Pembiayaan Luar Negeri

    Pembiayaan Luar Negeri, meliputi Penarikan Pinjaman Luar Negeri (terdiri atas

    Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek) dan pembayaran Cicilan Pokok Utang

    Luar Negeri (terdiri atas Jatuh Tempo dan Moratorium).

    3.1.2 Struktur Anggaran Daerah

    Jenis-jenis sumber penerimaan pemerinah daerah dibagi menjadi dua, yaitu

    pendapatan daerah dan pembiayaan.

    Pendapatan daerah merupakan hak pemerintah daerah yang diakui sebagai

    penambah ilia kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan. Pendaatan daerah yang

    termasuk dalam kelompok ini antara lain:

    1. Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh dari daerah yang

    dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-

    undangan. Sumber-seumber PAD yaitu:

    Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yan seimbang, yang dapat dipaksakan

    berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, yang digunakan untuk

    membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.

    Jenis pajak daerah ada dua, yaiu:

    o Pajak daerah yang dipungut oleh provinsi, meliputi: pajak kendaraan bermotor

    dan kendaraan diatas air, bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan

    di atas air, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, dan pajak pengambilan

    dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan.

  • 30

    o Pajak daerah yang dipungut oleh kabupaten/kota, meliputi: pajak hotel, pajak

    restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak

    pengambilan baha galian golongan C, dan pajak parkir.

    Retribusi daerah adalah pungutan pemerintah daerah kepada orang atau badan berdasarkan norma-norma yang ditetapkan retribusi berhubungan dengan jasa

    timbal (kontraprestasi) yang diberikan secara langsung atas permohonan dan

    untuk kepentingan umum maupun yang diberikan oleh pemerintah

    Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Lain-lain PAD yang disahkan, meliputi hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak

    dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar rupiah

    terhadap mata uang asing, komisi, potongan, ataupun bentuk lain akibat

    penjualan/pengadaan barang/jasa oleh daerah.

    2. Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

    dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka

    desentralisasi. Dana perimbangan terdiri atas:

    Dana bagi hasil, yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan persentase untuk mendanai kebutuha

    daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi

    Dana Alokasi Umum (DAU) yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemertaan kemampuan keuangan antar aderah

    untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rengka pelaksanaan desentralisasi.

    Dana Alokasi Khusus (DAK), yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu

    mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan

    prioritas nasional.

    3. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima dari

    pihak lain sejumlah uang atau manfaat bernilai uang, sehingga daerah tersebut

    terbaebani kewajiban untuk membayar kembali, tidak termasuk kredit jangka pendek

    yang lazim terjadi di perdagangan.

    4. Lain-lain Penerimaan yang Sah bertujuan untuk memberikan peluan kepada daerah

    untuk memperoleh pendapatan selain pendapatan dari PAD, dana perimbangan, dan

    pinjaman daerah. Lain-lain pendapatan terdiri dari hibah dan dana darurat. Hibah

    adalah penerimaan daerah yang berasal dari pemerintah negara asing,

    badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional, pemerintah, badan/lembaga

    dalam negeri atau perseorangan, baik dalam bentuk devisa, rupiah maupun

  • 31

    barang/jasa, termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali.

    Sedangkan dana darurat adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan

    kepada daerah yang mengalami bencana nasional, peristiwa luar biasa, dan/atau

    krisis solvabilitas.

    3.1.3 Kajian Struktur Anggaran Pusat dan Daerah Pembangunan Jalan Tol

    Palembang - Indralaya

    Proyek pembangunan Jalan Tol Palembang Indralaya merupakan proyek dari Pemeritah Provinsi Sumatera Selatan. Proyek tersebut dilaksanakan dalam dua tahap

    dengan persentase anggaran dana sebesar 60% pada tahap pertama dan 40% pada tahap

    kedua. Dalam pembangunan Jalan Tol Palembang Indralaya, pemerintah pusat telah mengalokasikan anggaran dana dari dana APBN. Dana tersebut digunakan dalam

    pengerjaan pembangunan tol dan pembebasan lahan. Berikut merupakan alur

    penganggaran APBN.

    Gambar 3.1 Alur Penganggaran APBN

    Dari gambar diatas dapat dilihat alur penganggaran APBN. Dalam menyusun APBN,

    pertama dilakukan RKP (Rencana Kerja Pemerintah) yang melakukan penjabaran terhadap

    RPJM Nasional. Fungsi RKP adalah menjadi pedoman dalam menyusun APBN karena

    berisikan arah kebijakan pembangunan nasional satu tahun. Sedangkan untuk menyusun

    rincian APBN dilihat dari APBN dan RKA-KL. RKA-KL sendiri berasal dari Renja-KL yang

    berpedoman pada Renstra KL.

  • 32

    Pembangunan Jalan Tol Palembang Indralaya mendapatkan alokasi dana APBN yang bersumber dari pinjaman luar negeri dan dana dalam negeri. Pinjaman luar negeri

    dapat berupa dana yang berasal dari investor swasta dan lender internasional. Pinjaman luar

    negeri dalam pembiayaan pembangunan Jalan Tol Palembang Indralaya dapat meningkatkan pendapatan nasional secara merata dan kegiatan investasi dalam negeri

    sehingga barang-barang kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Di sisi lain, pinjaman luar

    negeri belum sepenuhnya dapat diandalkan karena jumlahnya yang semakin terbatas. Hal

    ini dikarenakan dana dalam bentuk pinjaman akan menambah beban negara. Disamping itu,

    pinjaman dari luar negeri sangat tergantung pada kondisi inflasi di Indonesia. Selain dari

    pinjaman luar negeri, dana APBN bersumber pula dari dana dalam negeri (Domestic Capital

    Market). Adanya dana domestik dalam pembiayaan pembangunan jalan tol dapat

    mengurangi ketergantungan penggunaan dana dari luar negeri dan dapat meningkatkan

    pengembangan investor domestik. Namun pada kenyataannya Indonesia mengalami

    keterbatasan modal dalam negeri yang dibutuhkan dalam pembiayaan pembangunan jalan

    tol.

    Dalam pembangunan Jalan Tol Palembang Indralaya, dibutuhkan dana yang sangat besar. Hal tersebut akan berat apabila hanya dibebankan pada APBN, BUMN, dan

    BUMD. Melihat keterbatasan pemerintah melalui APBN serta BUMN dan BUMD dalam

    menyediakan dana untuk pembangunan jalan tol, maka diperlukan model pembiayaan

    proyek pembangunan infrastruktur dengan pihak swasta, baik nasional ataupun asing.

    3.2 Eksplorasi Sumber-sumber Pembiayaan Konvensional dan Non

    Konvensional yang Dapat Diterapkan

    Sumber pembiayaan pembangunan adalah pengalokasian dana yang digunakan

    dalam pembangunan kegiatan ekonomi, fisik, sosial, dll. Pada dasarnya sumber pembiayaan

    pembangunan dapat diperoleh dari sumber pembiayaan konvensional dan non-

    konvensional. Sumber pembiayaan konvensional berasal dari pendapatan daerah/kota

    (pajak, retribusi, hibah dll), sedangkan sumber pembiayaan non-konvensional berasal dari

    kerjasama pihak pemerintah dengan stakeholder lain yang terkait baik swasta maupun

    masyarakat seperti joint venture, konsesi, konsolidasi lahan dll. Instrumen pembiayaan non-

    konvensional inilah yang biasanya menjadi sumber pembiayaan alternatif apabila

    pemerintah mengalami kendala pendanaan dalam melakukan suatu pembangunan.

  • 33

    Gambar 3.2 Skema Sumber Pembiayaan Pembangunan di Indonesia

    3.2.1 Sumber Pembiayaan Konvensional

    Sumber pembiayaan konvensional adalah sumber-sumber penerimaan yang

    diperoleh dari pemerintah (Pembiayaan Publik). Sumber pembiayaan konvensional

    umumnya dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

    1. Sumber penerimaan yang berasal dari bukan pajak, sebagai contoh antara lain

    pendapatan pemerintah yang berasal dari pinjaman pemerintah dari dalam maupun

    luar negeri, retribusi, laba BUMN/BUMD, penerimaan lelang, dll.

    2. Sumber penerimaan yan berasal dari pajak, seperti Pajak Penghasilan,Pajak Bumi

    dan Bangunan, dan pajak-pajak daerah lainnya.

    Pada studi kasus yang dikerjakan, rencana pembangunan yang akan dilakukan

    adalah rencana pembangunan Jalan Tol Palembang Indralaya. Apabila dilihat dari jenisnya, jalan tol termasuk dalam private goods yang artinya barang yang ada lebih identik

    untuk dikelola swasta, sehingga sumber pembiayaan pembangunan tidak mungkin hanya

    berasal dari sumber pembiayaan konvensional. Hal ini dikarenakan keterbatas pemerintah

    dalam menyediakan anggaran.

    3.2.2 Sumber Pembiayaan Non Konvensional

    Sumber pembiayaan non konvensional adalah sumber pembiayaan pembangunan

    daerah yang berasal dari mekanisme bkan anggaran pemerintah. Sumber pembiayaan dapat

    berasal dari pemerintah (public), swasta termasuk masyarakat (private), dan pemerintah-

    swasta (public-private). Instrumen sumber penerimaan dapat dibedakan menjadi 3, yakni

    pembiayaan melalui pendapatan (revenue financing), pembiayaan melalui hutang (debt

  • 34

    financing), dan pembiayaan melalui kekayaan (debt financing) dengan penjelasan sebagai

    berikut:

    1. Sumber pembiayaan melalui pendapatan yang dilakukan oleh swasta (Private

    Revenue Financing) antara lain:

    . Biaya dampak bangunan (development impact fees), yaitu suatu yang

    dikarenakan akibat suatu pembangunan baru dan merupakan salah satu cara

    untuk mengurangi beban biaya penyediaan sarana dan prasarana bagi

    pembangunan baru (Nelson, 1988:3). Development impact fees dibayar oleh

    developer kepada pemerintah daerah atau perusahaan daerah sebagai

    kompensasi dari adanya dampak yang ditimbulkan karena adanya pembangunan

    baru, misalnya pembangunan kompleks perumahan, yang berdampak pada

    dibutuhkannya prasarana baru di luar kompleks yang bersangkutan. Tujuan

    utama dari pengenaan pungutan ini adalah untuk menutupi biaya yang berkaitan

    dengan pembangunan prasarana yang dibutuhkan sebagai akibat dari adanya

    pembangunan di suatu lokasi.

    . Betterment Levies merupakan tagihan modal ( capital charges ) yang ditujukan

    untuk menutupi/membiayai biaya modal dari investasi prasarana. Dalam

    kenyataannya, jenis pungutan ini relatif kurang banyak digunakan. Adapun

    tujuan utama dari pengenaan jenis pungutan ini adalah mendorong masyarakat

    yang memperoleh manfaat dari adanya prasarana umum agar turut menanggung

    biayanya. Dengan demikian, pungutan ini dikenakan langsung kepada mereka

    yang memperoleh manfaat langsung dari adanya perbaikan prasarana umum

    tersebut. Adapun dasar pengenaannya bisa didasarkan atas jumlah area atau

    berdasarkan nilai taksiran manfaat yang diperolehnya.

    . Biaya (connection fees), yaitu pungutan yang dikenakan oleh perusahaan jasa

    pelayanan kepada individu misalnya air bersih, telepon. Tujuannya untuk

    menutupi biaya yang timbul akibat adanya tambahan konsumen dalam jaringan

    yang sudah ada.

    2. Sumber pembiayaan melalui hutang yang dilakukan oleh swasta (Private Debt

    Financing) dapat berbentuk development exactions. Development exactions

    dikenakan pada developer dalam rangka pembangunan prasarana di dalam

    lingkungan area pembangunan, sebagai salah satu syarat sebelum pembangunan itu

    dimulai.

  • 35

    3. Sumber Pembiayaan Melalui Kekayaan (Equity Financing) dapat dikelompokkan

    menjadi 5 jenis, antara lain:

    Usaha patungan (Join Venture) merupakan kerjasama antara swasta dan pemerintah dimana masing- masing pihak mempunyai posisi yang seimbang

    dalam perusahaan yang bersangkutan. Tujuan utama kerjasama ini adalah untuk

    memadukan keunggulan yang dimiliki oleh sektor swasta dengan keunggulan

    yang dimiliki oleh sektor pemerintah, misalnya modal, teknologi dan kemampuan

    manajemen, dengan keunggulan yang dimiliki oleh sektor pemerintah, misalnya

    sumber-sumber, kewenangan dan kepercayaan masyarakat.

    Sewa (Leasing) yaitu pemerintah menyewakan fasiltas untuk dioperasikan oleh swasta dengan fee tertentu. Swasta tentunya menanggung resiko komersial dan

    resiko lainnya yang mungkin terjadi. Tanggung jawab pemerintah adalah pada

    asset-aset tetap dan membayar utang jangka panjang untuk proyek terkait.

    Fasilitas tersebut akan dikembalikan lagi kepada pemerintah setelah batas waktu

    perjanjian berakhir.

    Konsesi yaitu swasta diperbolehkan mengambil alih seluruh kontrol perusahan (sumber daya) dengan membeli seluruh aset pemerintah. Pola ini menguntungkan

    bagi pemerintah dikarenakan pemerintah tidak mengeluarkan biaya lebih untuk

    menyediakan suatu bangunan tertentu.

    BOT (Build, Operation, and Transfer) atau bangun, guna dan serah merupakan bentuk konsesi dengan pengertian swasta membangun, mengoperasikan dan

    memperoleh pendapatan dari suatu fasilitas selama jangka waktu tertentu yang

    disepakati. Selama masa konsesi, fasilitas atau infrastruktur yang dibangun dan

    dioperasikan diserahkan kepada pemerintah.

    BOO (Build Own Operate) yaitu Investor akan membangun proyek di atas tanah miliki pemerintah daerah, setelah selesai, proyek langsung dihibahkan kepada

    pemerintah daerah dan investor dapat mengoperasikan bangunan tersebut dalam

    jangka waktu tertentu. Perusahaan swasta tetap memiliki hak terhadap terhadap

    proyek tersebut setelah masa konsesi. Perusahaan swasta kemudian dapat

    mengalihkan pengoperasian fasilitas infrastruktur kepada perusahaan lain atau

    terus mengoperasikannya sendiri.

    4. Konsep Turnkey

    Turnkey adalah model tradisional pengadaan sektor publik untuk fasilitas

    infrastruktur. Umumnya, kontraktor swasta yang dipilih melalui proses penawaran.

    Desain kontraktor swasta dan membangun fasilitas untuk biaya tetap, bunga atau

  • 36

    total biaya, yang merupakan salah satu kriteria utama dalam memilih tawaran yang

    menang. Kontraktor mengasumsikan risiko pada tahap desain dan konstruksi. Skala

    investasi oleh sektor swasta umumnya rendah dan untuk jangka pendek. Biasanya,

    dalam jenis pengaturan tidak ada insentif yang kuat untuk penyelesaian awal proyek.

    Jenis partisipasi sektor swasta juga dikenal sebagai Design-Build.

  • 37

    BAB IV

    SKEMA PENANGANAN KASUS

    4.1 ANALISIS FINANSIAL SEDERHANA

    Guna menilai kelayakan proyek pembangunan Jalan Tol Palembang-Indralaya perlu

    dilakukan analisis finansial sederhana. Analisis finansial sederhana ini bertujuan untuk

    mengidentifikasi apakah investasi terhadap jalan tol ini memberikan keuntungan dalam

    waktu sewajarnya. Analisis kelayakan pembangunan Jalan Tol Palembang-Indralaya yang

    digunakan dengan perhitungan kriteria investasi melalui Net Present Value (NPV), Benefit

    Cost Ratio Analysis (BCR), Internal Rate of Returns (IRR), Payback Periods (PBP). Adapun

    kriteria kelayakan proyek dari metode tersebut diatas adalah sebagai berikut:

    a. Suatu proyek layak dijalankan apabila nilai NVP, BCR dan IRR sebagai berikut:

    Nilai NPV > 0, proyek memiliki kelebihan dana dari investasi awal (benefit) sehingga investasi awal menutupi biaya-biaya akibat pembangunan proyek serta memberikan

    kelebihan keuntungan (benefit).

    Nilai BCR >1, proyek menguntungkan IRR > SOCC, nilai IRR lebih dari tingkat suku bunga menunjukkan bahwa tingkat

    keuntungan yang diperoleh dari pembangunan proyek mampu mengembalikan modal

    awal yang telah diinvestasikan.

    b. Suatu proyek tidak layak dijalankan apabila nilai NVP, BCR dan IRR sebagai berikut:

    Nilai NPV < 0, nilai NPV = 0, proyek tidak dapat dijalankan karena proyek rugi atau keuntungan yang didapatkan masih sebanding dengan biaya invesatasi.

    Nilai BCR < 1, proyek merugikan IRR < SOCC, tingkat keuntungan yang didapatkan oleh pembangunan proyek tidak

    sebanding dengan biaya yang telah diinvestasikan (merugi).

    Adapun hasil perhitungan berdasarkan model konstruksinya, yaitu alternatif I (rigid

    pavement/ pile slab) dan alternatif II (Geotextile/ cerucuk gelam) yang telah dipaparkan

    sebelumnya pada Bab II adalah sebagai berikut.

    Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Analisis Kelayakan Investasi Alternatif I

    DF Analisis

    NPV BCR IRR PBP

    14% -41.808.164.593,66 0,974645268 0,1375

    >30 Tahun

    16% -371.183.893.968,15 0,76461038 >30 Tahun

    Sumber: Hasil Analisis, 2014

  • 38

    Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Analisis Kelayakan Investasi Alternatif II

    DF Analisis

    NPV BCR IRR PBP

    14% 179.320.828.942,81 1,12559236 0,1507

    27 Tahun

    16% -155.250.065.192,88 0,885925869 >30 Tahun

    Sumber: Hasil Analisis, 2014

    Berdasarkan hasil perhitungan nilai NPV, BCR, IRR, dan PBP yang ditampilkan dalam

    tabel diatas, diidenifikasi bahwa alternatif yang dipilih adalah alternatif II dengan DF 14%.

    Hasil penghitungan analisis kelayakan investasi Proyek Pembangunan Jalan Tol Palembang-

    Indralaya memiliki nilai NPV positif, nilai BCR lebih dari satu, nilai IRR lebih tinggi dari nilai

    SOCC atau suku bunga, serta dengan PBP kurang dari 30 tahun, maka dengan

    menggunakan alternatif ini, disimpulkan bahwa proyek ini layak (feasible).

    Walaupun proyek ini dinyatakan layak, tetapi dana yang dibutuhkan tergolong besar,

    yaitu Rp 3.283.155.100,-. Tetapi pembangunan jalan tol ini memiliki banyak manfaat baik

    secara lokal maupun nasional. Pembangunan jalan tol bertujuan untuk mewujudkan

    pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya serta menciptakan keseimbangan dalam

    pengembangan wilayah dengan memperhatikan keadilan (PP No. 15 Tahun 2005 tentang

    Jalan Tol). Adapun manfaat yang akan didapatkan apabila proyek jalan tol Palembang-

    Indralaya diimplementasikan adalah memperlancar lalu lintas dan distribusi barang dan jasa

    Pulau Sumatera dan Jawa guna menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi. Kelancaran

    proses distribusi ini diharapkan dapat memicu pemerataan pembangunan dan

    pengembangan wilayah, karena lebih mudah dalam menjangkau kota dan kabupaten di

    Sumatera.

    Selain itu, pembangunan proyek jalan tol ini juga memiliki manfaat yang tidak dapat

    dinilai dengan mata uang (intangible benefits), yaitu:

    a. Pembangunan dan pengoperasian jalan tol membutuhkan banyak tenaga kerja, sehingga

    dapat memicu penurunan angka pengangguran yang dapat mempengaruhi kualitas hidup

    masyarakat.

    b. terjadinya stabilitas harga barang dan jasa akibat proses distribusi yang lebih mudah.

    c. masyarakat juga mendapat keuntungan berupa penghematan biaya operasi kendaraan,

    termasuk penghematan energi (bahan bakar) dan waktu tempuh yang lebih singkat

    karena jalan tol merupakan jalan bebas hambatan

  • 39

    4.2 PEMILIHAN SUMBER PEMBIAYAAN YANG SESUAI

    Sumber pembiayaan pembangunan merupakan pengalokasian dana yang digunakan

    untuk pembangunan kegiatan ekonomi, sosial, fisik, dll. Sumber pembiayaan menurut

    jenisnya dibedakan menjadi dua, yaitu: sumber pembiayaan konvensional dan sumber

    pembiayaan non konvensional. Sumber pembiayaan konvensional diperoleh dari pemerintah,

    yaitu dari anggaran pemerintah seperti APBN/ APBD, pajak, retribusi. Sedangkan sumber

    pembiayaan non-konvensional diperoleh dari gabungan dana pemerintah, swasta, dan

    masyarakat.

    Sumber pembiayaan awal yang digunakan dalam pembangunan Jalan Tol

    Palembang-Indralaya adalah sumber pembiayaan konvensional, dimana didapatkan dana

    dari pemerintah pusat yang dianggarkan dalam APBN. Selain berasal dari sumber

    pembiayaan konvensional, pembangunan Jalan Tol Palembang-Indralaya juga menggunakan

    dana dari BUMN. Sumber dana konvensional yang didapatkan dari pemerintah dianggarkan

    untuk pembebasan lahan, sedangkan dana pembangunan jalan tol didapatkan dari BUMN.

    Sumber pembiayaan konvensional belum dapat digunakan sebagai sumber tunggal

    pembiayaan pembangunan untuk jalan tol, meskipun sumber ini dapat digunakan sebagai

    supporting fund, seperti dana pembebasan lahan dalam pembangunan Jalan Tol

    Palembang-Indralaya. Selanjutnya masih diperlukan dana untuk konstruksi dan sebagainya.

    Anggaran dana pemerintah yang dapat berupa dana kolektif kemungkinan dapat

    digerakkan, namun memiliki resiko konflik akan pembagian alokasi pendanaan proyek yang

    tinggi. Oleh karena hal tersebut diatas, pembiayaan pembangunan Jalan Tol Palembang-

    Indralaya masih membutuhkan sumber pembiayaan dari investor swasta dengan persentase

    82,80%.

    Pembangunan jalan tol, termasuk pembangunan Jalan Tol Palembang-Indralaya

    termasuk dalam private goods, yang artinya barang tersebut identik dikelola oleh swasta,

    sehingga dibutuhkan sumber pembiayaan non konvensional melalui kerjasama pemerintah

    dengan swasta atau public private partnership, selain sumber pembiayaan konvensional.

    Pembiayaan non konvensional dalam pembangunan Jalan Tol Palembang-Indralaya

    dilakukan untuk mengurangi beban pembiayaan dari sumber konvensional, yaitu

    pemerintah, dalam pembangunan pada tahap konstruksi dan tahap operasional.

    Keterbatasan dana pemerintah dapat ditekan dengan pelibatan investor swasta semaksimal

    mungkin karena pada dasarnya jalan tol merupakan private goods. Dalam hal ini,

    pemerintah diharuskan memberdayakan investor swasta dalam proyek pembangunannya.

    Pada pembangunan Jalan Tol Palembang-Indralaya, alternatif sumber pembiayaan

    non konvensional yang dapat digunakan adalah Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS).

  • 40

    Salah satu karakteristik KPS adalah bahwa efisiensi proyek akan meningkat dengan

    terdapatnya pembagian risiko dan tanggung jawab. Pemerintah menanggung resiko terkait

    pengaturan, sedangkan pihak swasta lebih ditugaskan untuk bertanggung jawab teradap

    implementasi proyek. KPS dilakukan berdasarkan kontrak kerja atau perjanjian kerjasama

    selama jangka waktu tertentu. Bentuk KPS yang dapat digunakan adalah Build, Operate,

    and Transfer (BOT).

    Dari penjelasan sumber pembiayaan yang mungkin diterapkan dalam bab

    sebelumnya, pemerintah dapat menerapkan sistem BOT untuk pembangunan tol baru,

    karena pemerintah akan menanggung resiko yang lebih kecil dan sebagian besar resiko

    dialihkan kepada pihak swasta, karena hampir semua kegiatan pengusahaan jalan tol

    dilakukan oleh pihak swasta. Sedangkan untuk sumber pembiayaan lainnya, seperti bentuk

    perbaikan-pengoperasian-penyerahan hanya diterapkan pada peningkatan tingkat pelayanan

    jalan tol yang sudah ada. Bentuk OM (Operational and Maintenance) dapat diterapkan jika

    pemerintah yang bertanggung jawab terhadap taha konstruksi, dengan pengoperasian dan

    pemeliharaan dilakukan oleh swasta.

    Pada dasarnya sistem BOT merupakan bentuk konsesi pembiayaan pembangunan

    yang disediakan sendiri oleh pelaksana proyek (pihak swasta), serta menanggung

    pengadaan material, peralatan, jasa lain yang dibutuhkan untuk kelengkapan proyek.

    Sebagai gantinya, selama masa konsesi pihak swasta tersebut diberikan hak untuk

    mengoperasikan dan mengambil manfaat ekonominya sebagai ganti atas semua biaya yang

    dikeluarkan selama jangka waktu yang ditetapkan. Adapun keuntungan dari penerapan

    sistem BOT dalam pembangunan Jalan Tol Palembang-Indralaya antara lain sebagai berikut:

    Dapat lebih memacu pertumbuhan ekonomi dengan menyediakan infrastruktur jalan yang handal

    Memberikan keuntungan pada pemerintah, dimana setelah masa konesi berakhir maka kepemilikan jalan tol akan kembali dikelola oleh pemerintah

    Mengurangi resiko pembangunan jalan tol dari pemerintah dengan membagi sebagian resiko yang ada kepada sektor swasta

    Mengembangkan kemampuan industri konstruksi dalam negeri Meningkatkan daya guna dan hasil guna pembangunan dan pengoperasian jalan tol

    4.3 STRATEGI PENGIMPLEMENTASIAN SUMBER PEMBIAYAAN TERPILIH

    Pembangunan Jalan Tol Palembang-Indralaya pada dasarnya memerlukan

    keterlibatan swasta, karena merupakan barang private goods, dan biaya investasinya yang

    sangat tinggi dan mengarah kepada privatisasi penyelenggaraan infrastuktur jalan. Dalam

  • 41

    hal ini dapat diterapkan sistem Build, Operate, and Transfer (BOT) yang merupakan

    mekanisme yang paling sering diaplikasikan dalam pembiayaan infrastruktur jalan baru,

    termasuk jalan tol.

    Sistem BOT merupakan bentuk konsesi dengan pengertian swasta membangun,

    mengoperasikan dan memperoleh pendapatan dari suatu fasilitas selama jangka waktu

    tertentu yang disepakati. Selama masa konsesi, fasilitas atau infrastruktur yang dibangun

    dan dioperasikan diserahkan kepada pemerintah. Pada pembangunan Jalan Tol Palembang-

    Indralaya, mekanisme pelaksanaan pembiayaan pembangunan dan pembagian peran yang

    umum diadopsi melalui sistem BOT, adalah sebagai berikut:

    1. Pihak pemerintah menyediakan lahan dari pembebasan lahan yang telah dilakukan

    2. Pihak swasta membangun jalan tol

    3. Pihak swasta memelihara jalan tol pada tingkat pelayanan yang telah disepakati

    bersama, bersamaan dengan pihak swasta memungut tarif tol dengan parameter

    dan perhitungan yang disepakati bersama selama masa konsesi

    4. Pihak swasta menyerahkan kepemilikan jalan tol pada pemerintah setelah masa

    konsesi berakhir

    Pada prinsipnya, pembagian porsi pembiayaan pada sistem BOT dari pemerintah

    difokuskan pada dana pembebasan lahan, sedangkan porsi pembiayaan dari swasta

    digunakan pada tahap konstruksi dan operasional (pemeliharaan). Dalam hal ini, untuk

    meningkatkan koordinasi yang ada antara pemerintah, baik pemerintah pusat maupun

    daerah, BUMN, dan investor swasta, perlu dibentuk badan khusus untuk mengel