9
Artikel Penelitian 78 Korespondensi: Ika Murtiyarini, Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi, Jl. Prof. Dr. GA Siwabessy No. 42 Buluran Kenali Jambi, Hp. 085378907070, e-mail: [email protected] Abstrak Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan pemberian ASI di Indonesia adalah dengan memberikan konseling menyusui di pelayanan kesehatan. Penelitian perlu dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanaan konseling menyusui di Kota Jambi dengan mengeksplorasi komponen in- put, activity, output, dan outcome. Penelitian ini merupakan penelitian kuali- tatif menggunakan strategi studi kasus. Penelitian dilakukan di empat puskesmas Kota Jambi pada bulan Desember 2013 sampai dengan Februari 2014. Pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumen, ob- servasi pelaksanaan konseling menyusui dan sarana prasarana, wawan- cara mendalam, serta focus group discussion. Analisis data yang digunakan adalah analisis tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen in- put dan activity kurang optimal seperti kurangnya sumber daya manusia, keterbatasan sarana prasarana, belum ada petunjuk teknis pelaksanaan konseling menyusui, belum ada pemantauan pascapelatihan, kurangnya komitmen personal konselor, belum ada penegasan program, serta lemah- nya pengawasan. Komponen output masih kurang baik, terlihat pada belum terdapat data jumlah klien yang diberi konseling menyusui dan jumlah moni- toring/supervisi. Komponen outcome menunjukkan bahwa kepuasan klien konseling menyusui kurang. Pelaksanaan konseling menyusui di Kota Jambi masih kurang optimal. Terlihat dari komponen input masih kurang memadai, komponen activity belum berjalan optimal, sedangkan komponen output dan komponen outcome belum mencapai hasil yang diharapkan. Kata kunci: Air susu ibu, evaluasi, konseling menyusui Abstract The government’s efforts in improving breastfeeding in Indonesia is to pro- vide breastfeeding counseling services in health care especially at primary health care centre. Therefore it is necessary to evaluate the implementation of breastfeeding counseling in the City of Jambi by exploring its input, ac- tivity, output, and outcomes components. This study was a qualitative re- search using case study strategy. The study was conducted in four health centers City of Jambi during December 2013 to February 2014. Data were collected through document study, breastfeeding counseling and execution infrastructure observation, in-depth interviews, and focus group discussion. Data analysis includes transcription, reduction, coding, categorizing, themes, and interpretation of research results. The results showed that the component inputs and activity were not done optimally due to a lack of hu- man resources, infrastructure limitations, unavailability of technical guide- lines, non-existence of post training monitoring or supervision, lack of coun- selor’s personal commitment, lack of program clarity, as well as poor mana- gement and supervision of the health department. A service output were not also good as indicated by data unavailability of clients served and none of monitoring has been conducted. Outcome component showed that there were still a lack of client satisfaction and resolved breastfeeding problems after acquiring breastfeeding counseling as an conclusion, implementation of breastfeeding counseling in the City of Jambi is still less than optimal, seen from the input components is still inadequate, activity components are not yet optimal, while the outputs and outcomes components not achieving the expected. Keywords: Breastmilk, evaluation, breastfeeding counseling Pendahuluan World Health Organization (WHO) dan The United Nations Children’s Fund (UNICEF) merekomendasikan pola pemberian makan terbaik bagi bayi dan anak sam- pai usia dua tahun. 1 Rekomendasi tersebut antara lain memberikan ASI eksklusif sejak lahir sampai usia enam bulan, memberi makanan pendamping ASI sejak bayi berusia enam bulan, melanjutkan menyusui sampai anak Evaluasi Pelaksanaan Konseling Menyusui Evaluation of Implementation Breastfeeding Counseling Ika Murtiyarini*, Dewi Marhaeni Diah Herawati**, Irvan Afriandi*** *Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jambi, **Departemen Ilmu Gizi Medik FK Universitas Padjadjaran, ***Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Universitas Padjadjaran

evaluasi menyusui

Embed Size (px)

DESCRIPTION

evaluasi menyusui

Citation preview

Page 1: evaluasi menyusui

Artikel Penelitian

78

Korespondensi: Ika Murtiyarini, Jurusan Kebidanan Politeknik KesehatanKemenkes Jambi, Jl. Prof. Dr. GA Siwabessy No. 42 Buluran Kenali Jambi, Hp.085378907070, e-mail: [email protected]

AbstrakSalah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan pemberian ASI diIndonesia adalah dengan memberikan konseling menyusui di pelayanankesehatan. Penelitian perlu dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanaankonseling menyusui di Kota Jambi dengan mengeksplorasi komponen in-put, activity, output, dan outcome. Penelitian ini merupakan penelitian kuali-tatif menggunakan strategi studi kasus. Penelitian dilakukan di empatpuskesmas Kota Jambi pada bulan Desember 2013 sampai denganFebruari 2014. Pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumen, ob-servasi pelaksanaan konseling menyusui dan sarana prasarana, wawan-cara mendalam, serta focus group discussion. Analisis data yang digunakanadalah analisis tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen in-put dan activity kurang optimal seperti kurangnya sumber daya manusia,keterbatasan sarana prasarana, belum ada petunjuk teknis pelaksanaankonseling menyusui, belum ada pemantauan pascapelatihan, kurangnyakomitmen personal konselor, belum ada penegasan program, serta lemah-nya pengawasan. Komponen output masih kurang baik, terlihat pada belumterdapat data jumlah klien yang diberi konseling menyusui dan jumlah moni-toring/supervisi. Komponen outcome menunjukkan bahwa kepuasan klienkonseling menyusui kurang. Pelaksanaan konseling menyusui di KotaJambi masih kurang optimal. Terlihat dari komponen input masih kurangmemadai, komponen activity belum berjalan optimal, sedangkan komponenoutput dan komponen outcome belum mencapai hasil yang diharapkan.Kata kunci: Air susu ibu, evaluasi, konseling menyusui

AbstractThe government’s efforts in improving breastfeeding in Indonesia is to pro-vide breastfeeding counseling services in health care especially at primaryhealth care centre. Therefore it is necessary to evaluate the implementationof breastfeeding counseling in the City of Jambi by exploring its input, ac-tivity, output, and outcomes components. This study was a qualitative re-search using case study strategy. The study was conducted in four health

centers City of Jambi during December 2013 to February 2014. Data werecollected through document study, breastfeeding counseling and executioninfrastructure observation, in-depth interviews, and focus group discussion.Data analysis includes transcription, reduction, coding, categorizing,themes, and interpretation of research results. The results showed that thecomponent inputs and activity were not done optimally due to a lack of hu-man resources, infrastructure limitations, unavailability of technical guide-lines, non-existence of post training monitoring or supervision, lack of coun-selor’s personal commitment, lack of program clarity, as well as poor mana-gement and supervision of the health department. A service output were notalso good as indicated by data unavailability of clients served and none ofmonitoring has been conducted. Outcome component showed that therewere still a lack of client satisfaction and resolved breastfeeding problemsafter acquiring breastfeeding counseling as an conclusion, implementationof breastfeeding counseling in the City of Jambi is still less than optimal,seen from the input components is still inadequate, activity components arenot yet optimal, while the outputs and outcomes components not achievingthe expected. Keywords: Breastmilk, evaluation, breastfeeding counseling

PendahuluanWorld Health Organization (WHO) dan The United

Nations Children’s Fund (UNICEF) merekomendasikanpola pemberian makan terbaik bagi bayi dan anak sam-pai usia dua tahun.1 Rekomendasi tersebut antara lainmemberikan ASI eksklusif sejak lahir sampai usia enambulan, memberi makanan pendamping ASI sejak bayiberusia enam bulan, melanjutkan menyusui sampai anak

Evaluasi Pelaksanaan Konseling Menyusui

Evaluation of Implementation Breastfeeding Counseling

Ika Murtiyarini*, Dewi Marhaeni Diah Herawati**, Irvan Afriandi***

*Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jambi, **Departemen Ilmu Gizi Medik FKUniversitas Padjadjaran, ***Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Universitas Padjadjaran

Page 2: evaluasi menyusui

79

berusia dua tahun atau lebih, menetapkan kebijakan ten-tang pemberian nutrisi bagi bayi, dan tenaga kesehatanharus diberdayakan untuk memberikan konselingmenyusui secara efektif.1,2 Semua negara di dunia di-harapkan dapat mengimplementasikan rekomendasitersebut sesuai dengan kondisi masing-masing negaradalam rangka mencapai derajat kesehatan anak yang op-timal.1

Pemberian ASI eksklusif pada enam bulan pertamakehidupan sangat bermanfaat bagi ibu dan bayi.Menyusu menurunkan morbiditas dan mortalitas bayi,mengoptimalkan pertumbuhan bayi, mencegah diare,dan membantu perkembangan kecerdasan anak.3-7

Menyusui juga memberi banyak manfaat bagi ibu danmasyarakat.8

Negara melindungi hak ibu menyusui. RekomendasiWHO ditindaklanjuti oleh pemerintah Indonesia denganmengeluarkan berbagai peraturan yang mendukung pem-berian ASI. Fasilitas kesehatan yang menyediakanpelayanan kesehatan ibu dan anak seperti rumah sakit,rumah sakit bersalin, puskesmas dan jaringannya, sertabidan praktik mandiri perlu meningkatkan akses bagiibu, keluarga, serta masyarakat terhadap informasi pem-berian ASI yang tepat dan benar. Setiap fasilitas kese-hatan perlu memiliki konselor menyusui terlatih yangmempunyai kompetensi untuk membantu ibu dan kelu-arganya dalam melakukan inisiasi menyusu dini (IMD)dan menyusui secara eksklusif selama enam bulan.9

Ujung tombak pelaksanaan konseling menyusuiadalah konselor menyusui. Konselor menyusui telah di-latih berdasarkan Pedoman Penyelenggaraan PelatihanKonseling Menyusui dari Departemen Kesehatan RI. DiKota Jambi, sejauh ini telah dilakukan pelatihan konse-ling menyusui terhadap 18 orang bidan, namun demikianbelum pernah dilakukan evaluasi yang menyeluruh me-ngenai pelaksanaan konseling menyusui. Penelitian iniditujukan untuk mengevaluasi pelaksanaan konselingmenyusui di Kota Jambi dengan pendekatan logic modelyang mengeksplorasi komponen yang terkait secaramenyeluruh baik dari segi input (masukan), activity(proses), output (luaran), dan outcome (hasil akhir).10

MetodePenelitian ini menggunakan rancangan penelitian

kualitatif dengan strategi studi kasus dan memiliki para-digma konstruktivisme.11,12 Penelitian dilakukan untukmenilai komponen input, activity, output, dan outcomeberdasarkan logic model. Informan penelitian terdiri atasempat orang konselor menyusui (bidan di puskesmasyang telah mengikuti pelatihan konseling menyusui, di-ambil masing-masing satu orang untuk setiappuskesmas), dua orang fasilitator yaitu orang yangmelatih saat pelatihan konseling menyusui, tujuh orangklien konseling menyusui yang dipilih mewakili masing-

masing puskesmas, empat orang kepala puskesmas, dankepala seksi gizi yang diambil dengan teknik purposivesampling dengan pertimbangan informan memiliki in-formasi yang diperlukan dan terlibat dalam pelaksanaankonseling menyusui. Penelitian dilakukan di empatpuskesmas Kota Jambi pada bulan Desember 2013 sam-pai dengan Februari 2014.

Pengumpulan data dengan melakukan studi doku-men, wawancara mendalam (indepth interview), obser-vasi, dan focus group discussion. Studi dokumen di-lakukan untuk mengecek kelengkapan data meliputi ser-tifikat pelatihan, data kunjungan klien, data klien yangdilayani, dan data pencapaian ASI. Wawancara men-dalam dilakukan pada informan (konselor, kepalapuskesmas, kepala seksi gizi, dan fasilitator),melakukan observasi kelengkapan sarana prasarana danpelaksanaan konseling menyusui, serta melakukan FGDsatu kelompok pada klien yang telah diberikan konselingmenyusui. Pengolahan data dilakukan dengan melakukantranskripsi, reduksi, koding, kategorisasi, dan penetapantema.12 Analisis data dilakukan dengan analisis tematik,yaitu dengan mengidentifikasi tema-tema yang terpoladalam suatu fenomena. Tema-tema ini dapat diidenti-fikasi, dikodekan secara induktif (data driven) dari datakualitatif mentah (transkrip wawancara, biografi, reka-man video, dan sebagainya) maupun secara deduktif(theory driven) berdasarkan teori maupun hasil peneliti-an terdahulu.

HasilPelaksanaan konseling menyusui digambarkan dalam

bentuk uraian penjelasan menggunakan logic modelmeliputi komponen input, activity, output, dan outcome.

Komponen Input dalam Pelaksanaan Konseling MenyusuiTemuan di lapangan pada komponen input yaitu

SDM, sarana prasarana, petunjuk teknis, pendanaan, ser-ta ditemukan variabel baru, yaitu informasi dan pelatih-an. Pelaksanaan konseling menyusui memerlukan keter-libatan banyak pihak, khususnya konselor menyusui.Keberhasilan konseling menyusui ditunjang pula olehketersediaan fasilitas di puskesmas. Pada kenyataannya,hanya beberapa puskesmas yang memiliki ruang ASI,peralatan, dan media promosi. Dinas kesehatan mengim-bau puskesmas agar menyediakan ruangan untuk berba-gai program termasuk ruang ASI. Keterbatasan ruanganmenuntut pihak puskesmas mengambil inisiatif mengu-bah ruang ASI yang kurang termanfaatkan menjadi ru-angan untuk program lainnya.

“…ruangannya belum ada. Kemarin itu bikinnya digang gitu, di atas, terus ada pertemuan IMS, jadi seremruang ASI nya dibuka…” (Informan 07)

Berdasarkan hasil pengamatan, ditemukan bahwakondisi ruang ASI di salah satu puskesmas minim fasili-

Murtiyarini, Herawati, Afriandi, Evaluasi Pelaksanaan Konseling Menyusui

Page 3: evaluasi menyusui

Kesmas , Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 1, Agustus 2014

80

tas. Letaknya di pojok dibatasi dengan sekat atau gorden,tersedia kursi panjang untuk tempat duduk ibumenyusui, pencahayaan cukup karena terdapat jendelabesar. Puskesmas lain yang termasuk kriteria memilikiruang ASI, tempatnya pun bergabung dengan ruangantumbuh kembang anak. Ibu yang ingin menyusui atauyang ingin konseling menyusui merasa kurang leluasa.Fasilitas di sana sudah cukup memadai, dengan tersedi-anya ruangan yang cukup besar, pencahayaan cukup,tempat duduk, tempat cuci tangan, dan mainan anak.

Hanya satu puskesmas yang mempunyai alat bantukonseling menyusui (konseling menyusui kit), berupaboneka bayi, boneka payudara, dan cangkir minum ASI.Alat bantu/alat peraga diperoleh dari bantuan pusat yangdiberikan ke dinas kesehatan kota dan didistribusikan kepuskesmas. Media promosi yang terdapat di empatpuskesmas berupa poster menyusui yang jumlahnyahanya sedikit dan leaflet hanya dimiliki oleh satupuskesmas, yang merupakan inisiatif konselor dipuskesmas tersebut untuk memudahkan pemberian kon-seling menyusui.

Informan menyatakan bahwa tidak ada petunjuk tek-nis pelaksanaan konseling menyusui yang baku.Pedoman pelaksanaan konseling menyusui hanyaberdasarkan buku panduan pelatihan.

“…lembar bantuan di buku panduan untuk menga-mati inilah SOP. Jadi misalnya kita amati mana yangmemang yang benar-benar terjadi kita conteng. Nanti ki-ta bisa menyimpulkan ibu ini pelekatannya ataupenyusuannya tidak benar, berarti perlukonseling…”(Informan 10)

Tidak ada pendanaan khusus yang dialokasikanpuskesmas untuk konseling menyusui. Konselor hanyamenerima gaji bulanan sebagai pegawai negeri sipil dantidak ada tunjangan khusus bagi konselor menyusui. Halini senada dengan pernyataan kepala puskesmas yangmengatakan bahwa tidak ada alokasi dana khusus kare-na konseling menyusui merupakan bagian dari tugaspokok bidan di puskesmas.

Data cakupan pemberian ASI Kota Jambi merupakan

data cakupan pemberian ASI tiap puskesmas. Petugasgizi merekap dan melaporkan data pemberian ASI. Datayang dikumpulkan petugas gizi berupa recall 24 jam ter-akhir tentang pemberian ASI. Hasil wawancara berkaitandengan sumber informasi menunjukkan bahwa terdapatkerancuan data cakupan pemberian ASI dan data yangtidak valid. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipanwawancara berikut ini:

“….kalau mau memvalidasi ASI, kalau daerah itucakupan ASI nya tinggi, ASI ekslusifnya tinggi tapi masihbanyak anak-anak yang gizi kurang, kemungkinan dataASI nya tidak benar. Karena ada korelasi, kalau ASI eks-klusifnya jalan, minimal dia sampai usia 8 bulan bagusgizinya. Jadi di beberapa puskesmas yang kita tahu kan-tong-kantongnya gizi kurang, justru ASI eksklusifnyatinggi itu kan aneh…” (Informan 10)

Pelatihan konseling menyusui mengacu pada modulstandar 40 jam WHO/ UNICEF selama lima hari. Tiapangkatan berjumlah maksimal 20 orang dan tiap fasilita-tor mengawasi lima orang peserta pelatihan. Metodepelatihan dilakukan dengan memberikan kuis sebelumdan sesudah pelatihan (pretest dan posttest), memberikanmateri kepada peserta, diskusi pengalaman di lahan prak-tik, melakukan praktik konseling menyusui langsung kepasien, dan memberi kuis setiap hari di awal pertemuan.Konselor menyatakan belum ada pemantauan pas-capelatihan dari Dinas Kesehatan Kota Jambi dan DinasKesehatan Provinsi Jambi sebagai penyelenggara pelatih-an. Berdasarkan uraian tersebut, rangkuman hasilpenelitian pada komponen input dapat dilihat pada Tabel1.

Komponen Activity Pelaksanaan Konseling MenyusuiVariabel yang ditemukan pada komponen activity

yaitu strategi pengembangan, pelaksanaan konselingmenyusui, efektivitas organisasi, produktivitas, tindakandisiplin, perluasan tugas, perancangan pekerjaan, komit-men personal, dan pengawasan.

Konselor menyusui dalam penelitian ini merupakanseorang bidan yang telah mengikuti pelatihan konselor

Tabel 1. Rangkuman Hasil Penelitian Kualitatif tentang Komponen Input dalam Pelaksanaan KonselingMenyusui

naitileneP lisaHlebairaV

Sumber daya manusia (SDM)nanadibeK III amolpiD nakididnep gnakaleb rataLrolesnoK

Sarana prasarana Keterbatasan sarana prasarana:- Hanya dua puskesmas yang memiliki ruang ASI- Hanya satu puskesmas yang mempunyai alat bantu konseling menyusui- Media promosi berupa poster. Leaflet hanya tersedia di satu puskesmas

Petunjuk teknis Panduan berdasar modul pelatihansusuhk anad isakola ada kadiTnaanadneP

taruka gnaruk isamrofnIisamrofnIFECINU/OHW maj 04 ludom adap ucagnem ludoM -nahitaleP

- Belum ada pemantauan pascapelatihan

Page 4: evaluasi menyusui

81

menyusui yang diselenggarakan oleh Dinas KesehatanProvinsi Jambi. Kebutuhan penyegaran dirasa perlu bagikonselor menyusui. Informan menyatakan tidak pernahmengikuti penyegaran setelah pelatihan tersebut sampaidengan penelitian ini dilakukan.

Berbagai teknik dilakukan konselor dalam mem-berikan informasi tentang menyusui. Salah satupuskesmas menyediakan ruangan dan konselor khusussehingga semua ibu yang datang ke puskesmas dapatdiberi konseling menyusui. Berbeda halnya denganpuskesmas lain yang kekurangan tenaga dan konselornyamemegang beberapa program, mereka memberikan in-formasi tentang menyusui di sela-sela melakukan pe-meriksaan kehamilan, saat ibu datang ke poliklinik tum-buh kembang untuk menimbang berat badan bayinyadan ke poliklinik imunisasi.

Materi yang diberikan konselor di antaranya infor-masi seputar proses menyusui meliputi teknik menyusui,cara memegang bayi, pelekatan, lama pemberian ASI,gizi ibu, dan cara memerah ASI. Pemberian konseling disalah satu puskesmas disertai dengan gambar-gambardari lembar balik yang tersedia. Jika diperlukan, konselorjuga mendemonstrasikan informasi yang diberikan, mi-salnya jika ibu salah cara memegang bayi dan posisi bayikurang tepat.

Berdasarkan hasil pengamatan, tidak semua konselor

melakukan langkah-langkah dalam konseling menyusuiyang diajarkan pada saat pelatihan. Mereka berargumenkurangnya waktu menjadi kendala pelaksanaan konse-ling menyusui. Klien datang dengan permasalahan yangberbeda-beda bahkan terkadang klien mengaku tidakmemiliki masalah dalam menyusui. Setelah berdiskusidengan konselor, mulai muncul pertanyaan seputarkendala yang dialami klien dalam menyusui.

Observasi pelaksanaan konseling menyusui dilakukandi empat puskesmas, pada empat orang konselor, dan de-lapan orang klien konseling menyusui (tiap puskemasdiobservasi dua orang klien). Hasil observasi pelak-sanaan konseling menyusui dapat dilihat pada Tabel 2.

Salah satu kendala yang dialami dalam pelaksanaankonseling menyusui adalah pencatatan dan pelaporan.Wawancara mendalam kepada kepala puskesmas menya-takan belum ada pencatatan dan pelaporan dari konselormenyusui.

“…..nggak ada, memang seharusnya dia melaporkansetiap bulannya, tapi dia tidak melaporkan ke saya.Kemarin pernah kami ada kunjungan dari Jakarta meli-hat hasil itunya, dia memang melaporkan ke saya hasilkunjungan itu. Tapi kalo saya rasa mungkin karena diaada permintaan, makanya dia melaporkan. Kalau bu-lan-bulan sebelumnya ndak ada dia melaporkan,kendala nya apa. Kalau saya kan nggak mungkin, yang

Tabel 2. Hasil Observasi Pelaksanaan Konseling Menyusui

Keterampilan Puskesmas yang Puskesmas yang Tidak Puskesmas dengan Puskesmas denganMemiliki Ruang ASI Memiliki Ruang ASI Cakupan ASI Tinggi Cakupan ASI Rendah

Mengamati atau menilai proses menyusuiKeadaan umum ibu + + + + Keadaan umum bayi + + - -Payudara - + - -Posisi bayi + + + +Pelekatan bayi - + - -Mendengarkan dan mempelajariKomunikasi nonverbal + + + + Mengajukan pertanyaan terbuka + - + -Respons yang menunjukkan perhatian + + + -Mengatakan kembali + + + +Empati + + + +Menghindari kata-kata yang menghakimi + + + + Membangun kepercayaan diri dan memberi dukunganTerima apa yang ibu katakan + + + + Puji apa yang sudah benar + + + +Beri bantuan praktis + + + +Beri informasi relevan + + + +Gunakan bahasa sederhana + + + +Beri satu atau dua saran + + + + Mengkaji riwayat menyusui dan pemberian susu formulaPemberian makanan bayi sekarang + + + + Kesehatan dan perilaku bayi + - - -Kehamilan, persalinan, dan pemberian makanan awal - - - -Kondisi ibu dan KB - - - -Pengalaman pemberian makanan bayi yang sebelumnya + - - -Situasi keluarga dan sosial - - - -

Keterangan: + (dilakukan)- (tidak dilakukan)

Murtiyarini, Herawati, Afriandi, Evaluasi Pelaksanaan Konseling Menyusui

Page 5: evaluasi menyusui

Kesmas , Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 1, Agustus 2014

82

lain kan minta juga perhatian. Nah kalau dia sendiriyang tidak datang ke depan, pasti juga saya kan tidakmenoleh. Jadi saya menganggapnya ya.. biasa aja gitu.Nggak ada masalah..” (Informan 01)

Keterbatasan jumlah tenaga, tugas rangkap, dan be-ban kerja yang banyak menuntut konselor bekerja ekstramengerjakan pekerjaan pokoknya sebagai bidan sekali-gus tugas tambahan sebagai konselor menyusui, haltersebut merupakan kendala yang dihadapi konselormenyusui. Penempatan tenaga bidan dan pembenahantugas pokok bidan di salah satu puskesmas belum diko-ordinasikan dengan baik. Terlihat dari banyaknya jumlahbidan yang ada di puskesmas tersebut, namun penem-patan bidan masih kurang sesuai dengan tugas pokokbidan.

“….bidan ada 18, tapi banyak di poli, poliumum,poliusila. Nah itulah penempatan dari sebelum-se-belumnya sudah seperti itu, yang perawat tadi juga.Petugas imunisasinya perawat, laki-laki pula….”(Informan 08)

Hasil wawancara mendalam diketahui bahwa masihlemahnya sanksi yang diberikan pemerintah terhadapkonselor dan puskesmas yang tidak memberikan konse-ling menyusui di puskesmas. Belum ada sanksi tertulisatau sanksi administrasi dari dinas kesehatan.

Pelaksanaan konseling menyusui sangat erat kaitan-nya dengan komitmen semua pihak, khususnya konselormenyusui. Keterbatasan waktu dan kurangnya komitmenkonselor menjadi kendala yang dialami sehingga pelak-sanaan konseling menyusui belum optimal. Saat pelatih-an juga memerlukan komitmen peserta pelatihan.

“….saya berani bilang seperti itu karena saya tahupeserta yang kemarin itu masih ada yang main-maindengan susu formula dan saya amati memang pesertayang seperti itu yang kayaknya dia antara iya dan nggakdi ruangan itu, kayak nggak di situ hatinya begitu.Terutama yang tua-tua dan mereka selalu membantah.Misalnya kita bilang begini “ah itu begini-begini”.Selalu aja didebat “ah, belum tentu”, nanti bagaimanakalau sakit gini-gini, pokoknya selalu mengarahkanbahwa ini harus diberi formula begitu. Jadi saya tandaiorang-orang seperti itu, oh ini jangan-jangan ada maindi belakang makanya dia kayaknya tidak sepenuh hatidi situ. Yah…mungkin terganggu kepentingan bisnisdia…” (Informan 10)

Upaya pengawasan pelaksanaan konseling menyusuibelum berjalan optimal. Belum ada pengawasan kepalapuskesmas dan monitoring/supervisi dinas kesehatan un-tuk pelaksanaan konseling menyusui. Kepala puskesmasmengutarakan belum ada supervisi dari dinas kesehatanuntuk memantau pelaksanaan konseling menyusui. Haltersebut mungkin karena kesimpangsiuran pembagiantugas antara seksi kesehatan keluarga dan gizi di dinaskesehatan. Konselor berlatar belakang pendidikan seba-

gai bidan yang memberikan konseling menyusui, sedang-kan petugas gizi yang melaporkan pencapaian ASI.

“….kalo dinas nggak ada, ngga pernah ya. Sayangga tau di dinas sendiri ya… rasanya bingung ya pela-porannya di gizi, yang melaksanakan bidan. Yang mausupervisi dari dinas itu seksi kesga-nya atau seksigizinya. Saya rasa ngga pernah…”(Informan 02)

Fasilitator mengatakan bahwa belum ada supervisiatau pengawasan khusus untuk pelaksanaan konselingmenyusui. Selama ini fasilitator yang bekerja di DinasKesehatan Provinsi Jambi seksi gizi hanya melakukan pe-mantauan pascapelatihan bersama-sama dengan kegiatanbimbingan teknis ke daerah yang mereka lakukan.Misalnya pada saat bimbingan teknis gizi, mereka sekali-gus mengujungi konselor menyusui. Saat bimbingan tek-nis tersebut, jika ada konselor yang tidak memberikankonseling ataupun lupa mereka hanya dapat menegurkonselor. Pengawasan dari dinas kesehatan untuk kon-seling menyusui tidak pernah dilakukan.

Berdasarkan uraian di atas, rangkuman hasil peneliti-an kualitatif pada komponen activity dapat dilihat padaTabel 3.

Komponen Output Pelaksanaan Konseling MenyusuiKomponen output dalam pelaksanaan konseling

menyusui di Kota Jambi yang diteliti dimaksudkan seba-gai bahan crosscheck atau triangulasi pelaksanaan kon-seling menyusui di puskesmas.11 Penelitian mendalamtidak dilakukan sampai komponen output. Komponenoutput diperoleh dengan mengecek kelengkapan doku-men dan jumlah klien yang diberikan konselingmenyusui.11

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu kon-selor, setidaknya lima orang klien yang diberi konselingmenyusui setiap hari. Konselor di puskesmas lain tidakmenyatakan jumlah yang dilayani per hari. Mereka hanyamengatakan tiap pasien yang datang ditanyakan tentangpemberian ASI.

Belum ada pengawasan menyebabkan belum ditetap-kannya jadwal pengawasan secara periodik. Wawancaradengan kepala seksi gizi Dinas Kesehatan Kota Jambimenyatakan bahwa belum ada pengawasan khusus kon-seling menyusui. Mereka hanya sebatas meminta datacakupan pemberian ASI dari tiap puskesmas enam bulansekali, bersamaan dengan data pemberian vitamin A.

Komponen Outcome Pelaksanaan Konseling MenyusuiKomponen outcome dalam pelaksanaan konseling

menyusui di Kota Jambi tidak diteliti secara mendalam.Komponen outcome juga merupakan upaya triangulasiatas informasi yang diberikan saat wawancara mendalamdengan konselor menyusui.11 Komponen outcome diper-oleh dari hasil FGD dengan klien konseling menyusuiyang telah mendapatkan konseling menyusui satu bulan

Page 6: evaluasi menyusui

83

yang lalu, untuk mengetahui kepuasan klien terhadap in-formasi dan pelayanan yang diterimanya, serta menge-tahui apakah masalah yang dialami ibu menyusui dapatteratasi setelah diberi konseling menyusui.

Berdasarkan hasil FGD, klien merasa senang diberikonseling menyusui, memperoleh manfaat dari informasiyang diberikan, dan menambah pengetahuan. Dari tujuhorang peserta FGD, enam orang di antaranya menyatakankurang puas dengan pelayanan yang diberikan.Ketidakpuasan ibu disebabkan oleh keterbatasan waktupemberian konseling, sedikitnya informasi yang diperolehibu, dan kurangnya fasilitas khusus untuk menyusui,seperti belum terdapat ruangan khusus untuk konselingmenyusui. Informasi dari ibu yang merasa puas menya-takan bahwa ibu memperoleh semua informasi yang dibu-tuhkannya dan konselor juga mendemonstrasikannya.

Hasil konseling yang dapat dilihat yaitu teratasinyamasalah yang dialami ibu. Pada saat FGD, ibu-ibu peser-ta FGD menyatakan setelah diberi konseling ibu dapatmengenal masalah yang di alami dan teratasi masalahmenyusui setelah diberi konseling menyusui. Merekamenyatakan sudah dapat menyusui dengan lancar, ter-

atasi masalah, dan kepercayaan diri ibu dalam mem-berikan ASI bertambah.

Berdasarkan uraian di atas, komponen output danoutcome belum mencapai hasil yang optimal.Rangkuman hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.Hasil penelitian evaluasi pelaksanaan konselingmenyusui dapat dilihat pada peta konsep penelitianberikut ini:

PembahasanKonselor menyusui di puskesmas merupakan seorang

bidan yang bekerja di puskesmas dan berlatar belakangpendidikan Diploma-III Kebidanan. Kendala yangberkaitan dengan sumber daya manusia pelaksana kon-seling menyusui antara lain keterbatasan waktu, tenaga,dan beban kerja yang banyak sehingga menyebabkanpemberian konseling menyusui belum berjalan optimal.Berdasarkan pendekatan sumber daya manusia (SDM),manusia dianggap sebagai sumber daya yang penting danmenentukan dalam pencapaian tujuan organisasi. Olehkarena itu, SDM harus dikelola dengan baik untukmeningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi.13

Tabel 3. Rangkuman Hasil Penelitian Kualitatif tentang Komponen Activity dalam Pelaksanaan Konseling Menyusui

lisaHlebairaV

Strategi pengembangan - Penyelenggara pelatihan adalah Dinas Kesehatan Provinsi Jambi - Belum ada penyegaran pelatihan

Pelaksanaan konseling a. Wawancara mendalam- Konseling diberikan kepada semua ibu yang datang ke ruang ASI,

poliklinik tumbuh kembang, dan poliklinik imunisasi - Strategi pemberian informasi disesuaikan kondisi masing-masing puskesmas- Materi konseling sesuai dengan materi pelatihan- Waktu konseling sesuai dengan kebutuhan ibub. Observasi- Konselor tidak melakukan semua keterampilan dalam konseling menyusui - Demonstrasi diberikan pada ibu yang memerlukan bantuan

Efektivitas organisasi - Penyediaan fasilitas secara top down- Upaya koordinasi lintas program di puskesmas kurang optimal

hadner hisam sagutep nad samseksup fitaisinI -sativitkudorP- Pencatatan dan pelaporan belum optimal- Upaya peningkatan cakupan pemberian ASI di wilayah kerja puskesmas

bergantung pada kebijakan atau inovasi kepala puskesmasPerluasan dan perancangan pekerjaan - Keterbatasan jumlah tenaga, tugas rangkap, dan beban kerja banyak

- Penempatan tenaga bidan dan pembenahan tupoksi yang kurang tepatKomitmen personal - Komitmen personal konselor saat pelaksanaan kurang

- Komitmen konselor saat pelatihan kurang hamel isknaS -nilpisid nakadniT

hamel nanipmip nasawagneP -nasawagneP- Belum ada penegasan program dari dinas kesehatan- Belum ada kebijakan (perda) tentang pemberian ASI

Tabel 4. Rangkuman Hasil Penelitian Kualitatif tentang Komponen Output dan Outcomedalam Pelaksanaan Konseling Menyusui di Kota Jambi

Variabel Hasil

Output - Hanya 1 puskesmas yang memiliki pencatatan konseling menyusui- Belum ada jadwal pengawasan atau monitoring secara periodik - Kepuasan klien kurang

Outcome - Teratasi masalah yang dialami klien setelah memperoleh konseling menyusui

Murtiyarini, Herawati, Afriandi, Evaluasi Pelaksanaan Konseling Menyusui

Page 7: evaluasi menyusui

Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 1, Agustus 2014

84

Menurut Ivancevich dkk.,14 kunci keberhasilan suatuorganisasi adalah pengelolaan sumber daya manusianya.Organisasi memerlukan SDM yang mau bekerja keras,berpikir kreatif, dan berkinerja unggul. Sumber dayamanusia meliputi semua orang yang berstatus sebagaianggota dalam organisasi yang masing-masing memilikiperan dan fungsi. Pada prinsipnya sumber daya manusiaadalah satu-satunya sumber daya yang menentukan or-ganisasi.13 Bidan merupakan SDM di bidang kesehatan.Dalam rangka memperoleh SDM yang berkualitas, or-ganisasi perlu senantiasa melakukan pengembanganpekerjaannya melalui pendidikan dan pelatihan.

Fasilitas khusus menyusui dan/atau memerah ASIyang disebut ruang ASI adalah ruangan yang dilengkapidengan prasarana menyusui dan memerah ASI yang di-gunakan untuk menyusui bayi, memerah ASI, menyim-pan ASI perah, dan/atau konseling menyusui/ASI. Setiaptempat kerja dan tempat sarana tempat umum harusmenyediakan sarana dan prasarana ruang ASI sesuai de-ngan standar minimal dan kebutuhan.15 Kendala yangberkaitan dengan ruang ASI yaitu belum semuapuskesmas memiliki ruang ASI. Ada puskesmas yangtelah memiliki ruang ASI, namun kondisinya kurangmemadai. Beberapa puskesmas yang dulunya memilikiruang ASI, saat ini sudah dialihfungsikan menjadiruangan lain, dengan alasan kurang dimanfaatkan pasien,dan puskemas memerlukan ruangan untuk program yanglain. Hal ini mengakibatkan ibu kesulitan untukmenyusui di fasilitas pemerintah. Dinas kesehatan perlumenegaskan pentingnya ruang ASI di fasilitas kesehatandan menyediakan sarana prasarana yang memadai untukmendukung dan memperlancar pelaksanaan konselingmenyusui.

Stephen16 menyatakan bahwa dukungan saranaprasarana yang memadai akan sangat membantu kelan-caran suatu kegiatan. Salah satu komponen utama yangmembentuk tim kerja yang efektif adalah dukungan sum-ber-sumber yang memadai, salah satunya mencakupdukungan peralatan yang tepat. Pemerintah telah mem-berikan dukungan dengan menetapkan peraturan ten-tang penyediaan fasilitas khusus menyusui dan/ataumemerah ASI sehingga diharapkan dapat menunjangpemberian ASI.15

Kerancuan data pemberian ASI disebabkan karenapetugas yang ditugaskan untuk merekap data pemberianASI dari posyandu dan puskesmas adalah petugas gizi,sedangkan pelaksanaan pemberian konseling menyusuidan pelaksana yang berhubungan dengan ibu dan bayiadalah bidan. Petugas gizi merekap data pemberian ASIberdasarkan recall 24 jam terakhir pemberian ASI olehibu. Perencana kesehatan harus memperhatikan keku-rangan dan keterbatasan data, karena berkaitan denganmutu perencanaan kesehatan yang dibuat. Informasimasalah kesehatan secara jelas dan spesifik merupakan

masukan yang sangat penting karena akan mempermu-dah penentuan prioritas masalah dan alternatif pemecah-annya. Upaya untuk mendapatkan data yang lebih jelasdan spesifik perlu dipertimbangkan cara lain untukmerekap data cakupan pemberian ASI.

Pedoman pelaksaaan konseling menyusui dipuskesmas berdasarkan buku panduan yang digunakanselama pelatihan. Belum ada panduan resmi dari dinaskesehatan atau yang dibuat oleh pihak puskesmas.Berdasarkan Permenpan Nomor 15 Tahun 2014 tentangPedoman Standar Pelayanan, dinyatakan bahwa setiappenyelenggara pelayanan publik wajib menetapkan danmenerapkan standar pelayanan publik untuk setiap jenispelayanan yang ditetapkan oleh pimpinan penyelenggarapelayanan publik. Standar pelayanan merupakan tolokukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelengga-raan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanansebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepadamasyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas,cepat, mudah, terjangkau, dan terukur.17

Informasi yang diperoleh dari fasilitator dan ketuaIkatan Konselor Menyusui Indonesia (IKMI), diketahuibahwa tujuan konseling menyusui adalah untuk mema-hami perasaan klien, membantu klien menemukanmasalah dan memutuskan solusinya, konselor hanyamemberi infomasi serta saran yang relevan. Pelaksanaankonseling harus melalui empat tahap keterampilan dalamkonseling menyusui. Oleh karena itu, membutuhkanwaktu yang tidak sebentar. Jika ada keterampilan dalamkonseling yang terlewat, dikhawatirkan pemberian kon-seling menyusui kurang maksimal.

Pelatihan konseling menyusui di Kota Jambi mengacupada modul standar 40 jam WHO/UNICEF. Metodepelatihan yang terapkan sudah sesuai standar. Kendalayang dihadapi konselor pascapelatihan adalah belum ter-dapat pemantauan pascapelatihan oleh penyelenggarapelatihan. Sekedar menjalankan program yang dibuattetapi tidak ada pemantauan, apakah kegiatan tersebutberjalan atau tidak di puskesmas. Beberapa metode yangdapat dijadikan pedoman untuk menilai apakah pelatihanyang telah diselenggarakan telah membuahkan hasilseperti yang telah diharapkan yaitu evaluasi setelahpelatihan selesai dilaksanakan, evaluasi yang dilakukanbeberapa minggu setelah pelatihan, dan evaluasi pengem-bangan keterampilan, dilakukan beberapa bulan setelahpelatihan dalam bentuk inspeksi terhadap pekerjaan danhasil kerja personil. Berdasarkan hasil evaluasi diharap-kan organisasi dapat mengambil kesimpulan apakahpelatihan yang telah dilakukan selama ini berhasil,apakah dapat diaplikasikan di tempat kerja.

Pelaksanaan konseling menyusui di puskesmas tidakmemiliki alokasi dana khusus. Perlakuan berbeda padaprogram infeksi menular seksual (IMS) dan pelayananobstetri neonatus esensial dasar (PONED) di puskesmas,

Page 8: evaluasi menyusui

85

pada program tersebut pelaksana kegiatan memperolehhonor dari program tersebut.

Keberhasilan suatu rencana erat kaitannya dengan ke-mampuan seseorang yang diperoleh dari pendidikan danpelatihan. Pelatihan merupakan upaya untuk memper-baiki performa pekerja pada suatu pekerjaan. Pelatihanharus mencakup pengalaman belajar, aktivitas-aktivitasyang terencana, dan didesain sebagai jawaban atas kebu-tuhan-kebutuhan yang berhasil diidentifikasi. Secara ide-al pelatihan harus didesain untuk mewujudkan tujuan-tu-juan organisasi.18 Penyegaran merupakan kegiatan untukmempertahankan kompetensi yang dimiliki. Kebutuhanpenyegaran dirasa perlu oleh konselor.

Belum terdapat penegasan program mengakibatkanbelum dibuatnya sanksi. Sanksi teguran hanya diberikanoleh fasilitator yang bekerja di Dinas Kesehatan ProvinsiJambi jika melihat konselor tidak memberikan konselingmenyusui atau kurang tepat memberi konselingmenyusui. Hasil penelitian Fikawati dan Syafiq19 me-nunjukkan bahwa rendahnya pemberian ASI eksklusif diIndonesia karena kebijakan ASI eksklusif belum lengkapdan komprehensif. Dibutuhkan revisi kebijakan pemberi-an ASI yang mencakup unsur penegakan sanksi dan re-ward serta monitoring dan evaluasi sebagai upaya pengu-atan implementasi kebijakan pemberian ASI dimasyarakat.

Terlaksananya konseling menyusui tidak terlepas daripemilihan teknik konseling, informasi yang diberikansaat konseling, dan ketersediaan waktu dalam konselingmenyusui. Berbagai teknik dilakukan konselor dalammemberikan informasi tentang ASI dan menyusui, di-antaranya memberi konseling di ruang ASI yang tersediadi puskesmas, memberikan informasi tentang ASI danmenyusui di sela-sela melakukan pemeriksaan kehamil-an, saat ibu datang ke poliklinik tumbuh kembang untukmenimbang berat badan bayinya, dan ke poliklinik imu-nisasi. Kegiatan yang terakhir ini tidak dapat dikatakankonseling karena tidak sesuai dengan keterampilan dasarpemberian konseling. Hal tersebut dapat dikatakan se-bagai pendidikan kesehatan perorangan. Berdasarkankenyataan tersebut, pemahaman konselor dalam mem-berikan konseling menyusui kurang tepat.

Pieter20 menyatakan bahwa hasil yang diharapkandari pelayanan konseling yaitu meningkatkan kemam-puan klien dalam mengenal masalah, merumuskan alter-natif pemecahan masalah, serta memberikan rasa per-caya diri di kemudian hari. Sejalan dengan teori tersebutmaka dengan pemberian konseling menyusui diharapkandapat mengatasi masalah menyusui yang dialami ibu danmeningkatkan rasa percaya diri dalam memberikan ASI.

Kesimpulan Berdasarkan penelitian pada empat puskesmas di

Kota Jambi, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kon-

seling menyusui di Kota Jambi masih kurang optimal.Hasil evaluasi pada komponen input masih kurangmemadai dan komponen activity belum berjalan optimal.Hasil pelaksanaan konseling menyusui belum baik terli-hat dari output yang kurang baik dan outcome yangbelum mencapai hasil yang diharapkan.

Saran Diperlukan komitmen dalam bentuk kebijakan pem-

berian ASI dan larangan pemberian susu formula, meng-adakan pelatihan dan penyegaran, melakukan monitor-ing/supervisi pelaksanaan konseling menyusui, membuatSOP, serta menyediakan sarana prasarana yang menun-jang pelaksanaan konseling menyusui.

Ucapan Terima KasihUcapan terima kasih kepada Prof. H. Herry Garna,

dr., SpA(K), Ph.D., Dr. Tita Husnitawati Madjid, dr.,SpOG(K), Dr. Sri Endah R, dr., SpA(K), dan Dr. FaridHusin, Ir., dr., SpOG, M.Kes., MH.Kes yang telah mem-berikan masukan dalam penelitian dan penulisan artikelini.

Daftar Pustaka1. WHO. Global strategy for infant and young child feeding. Geneva:

WHO; 2003.

2. Cai X, Wardlaw T, Brown DW. Global trends in exclusive breastfeeding.

International Breastfeeding Journal. 2012; 7(12): 1-5.

3. Edmond KM, Zandoh C, Quigley MA. Delayed breastfeeding initiation

increases risk of neonatal mortality. Journal of Pediatrics. 2006;

17:380?6.

4. Joshi PC, Angdembe MR, Das SK, Ahmed S, Faruque AS, Ahmed T.

Prevalence of exclusive breastfeeding and associated factors among

mother in rural Bangladesh: a cross-sectional study. Internat ional

Breastfeeding Journal. 2014; 9: 1-8.

5. WHO. Breastfeeding in the WHO multicentre growth reference study.

Acta Pædiatrica. 2006; 450: 16–26.

6. Quigley MA, Cumberland P, Cowden JM, Rodrigues LC. How protective

is breastfeeding agains diarrhoeal disease in infants in 1900s England?

a case control study. Archive of Disease in Childhood. 2006; 91: 245–50.

7. Der G, Batty GD, Deary IJ. Effect of breastfeeding on intelligence in chil-

dren: prospective study, sibling pairs analysis, and meta-analysis. British

Medical Journal. 2006; 333 (7575): 945.

8. Laanterä S, Polkki T, Pietila AM. A descriptive qualitative review of the

barriers relating to breastfeeding counselling. International Journal of

Nursing Practice. 2011; 17: 72-84.

9. WHO, UNICEF. Pelatihan konseling menyusui modul 40 jam: panduan

peserta. Jakarta: WHO/UNICEF; 2011.

10. Kellogg WK. Using logic models to bring together planning, evaluation,

and action: logic model development guide. Michigan: W.K. Kellogg

Foundation; 2004.

11. Denzin NK, Lincoln YS. Handbook of qualitative research. Dalam:

Dariyatno, Fata BS, Abi, Rinaldi J, penerjemah. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar; 2009.

Murtiyarini, Herawati, Afriandi, Evaluasi Pelaksanaan Konseling Menyusui

Page 9: evaluasi menyusui

Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 1, Agustus 2014

86

12. Cresswell J. Research design: pendekatan kualitatif, kuantitatif dan

mixed. Jogjakarta: Pustaka Pelajar; 2010.

13. Sunyoto D. Manajemen sumber daya manusia.Yogyakarta: CAPS; 2012.

14. Ivancevich J, Konopaske R, Matteson M. Perilaku dan manajemen or-

ganisasi. Edisi ke-7. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007.

15. Menteri Kesehatan Republik Indonnesi. Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 15 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus

Menyusui dan/atau Memerah ASI. Jakarta: Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia; 2013.

16. Stephen P. Perilaku organisasi. Buku I. Edisi ke-12. Jakarta: Salemba

Empat; 2008.

17. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Republik Indonesia. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia nomor 15 tahun

2014 tentang pedoman standar pelayanan. Jakarta: Kementerian

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik

Indonesia; 2014.

18. Henry A. Motivasi kerja, budaya organisasi dan produktivitas

masyarakat. Jurnal Psikologi. 2009; 2(2): 159-65.

19. Fikawati S, Syafiq A. Kajian implementasi dan kebijakan air susu ibu ek-

sklusif dan inisiasi menyusu dini di Indonesia. Makara Kesehatan. 2010;

14 (1): 17-24.

20. Pieter HZ. Pengantar komunikasi dan konseling dalam praktik ke-

bidanan. Jakarta: Kencana; 2012.