Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EVALUASI PELAKSANAAN VERIFIKASI LAPANGAN
BPHTB ATAS NILAI TRANSAKSI YANG TIDAK
SESUAI DI KOTA MAKASSAR
TUGAS AKHIR KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai
Gelar Ahli Madya Perpajakan Pada Program Studi D-III
Perpajakan
Oleh:
MUH. AGUNG AGUSTAM KASLAN
105751102917
PROGRAM STUDI D-III PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
i
MOTTO
“Jadilah baik tapi jangan lemah jadilah kuat tapi jangan kasar”
ii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PRODI D-III PERPAJAKAN Jl. Sultan Alauddin No. 259 gedung iqra Lt. 7 Tel. (0411) 866 972 Makassar
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Penelitian : Evaluasi Pelaksanaan Verifikasi Lapangan BPHTB Atas
Nilai Transaksi Yang Tidak Sesuai Di Kota Makassar.
Nama Mahasiswa : Muh.Agung Agustam k.
No. Stambuk/NIM : 105751102917
Program Studi : Perpajakan
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar
Telah di uji pada tanggal 30 Januari 2021
Makassar, 08 Januari 2021
Menyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing I,
Prof.Dr. Akhmad.SE.,M.Si Dr.Rustan.SE.,M.Si,Ak.,CA.,CPA NIDN:0031126521 NIDN:0901126503
Mengetahui,
Dekan Ketua Program Studi Perpajakan (DIII)
Ismail Rosulong. SE.,MM Dr. H. Andi Rustam,SE.,MM.,Ak.,CA.,CPA
NBM. 903 078 NBM. 116 5156
iii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PRODI D-III PERPAJAKAN Jl. Sultan Alauddin No. 259 gedung iqra Lt. 7 Tel. (0411) 866 972 Makassar
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah atas nama Muh.Agung Agustam kaslan , NIM :
105751102917, diterima dan disahkan oleh panitia Ujian Karya Tulis Ilmiah
berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar
Nomor: 001/SK-Y/61403/091004/2021 M/1442 H Tanggal : 30 Januari 2021 M,
sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya pada Prodi
Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, 07 Februari 2021
PANITIA UJIAN
1. Pengawas Umum : Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag (AAAA...) (Rektor Unismuh Makassar)
2. Ketua : Ismail Rasulong, SE., MM (AAAA..) (WD I Fakultas Ekonomi Dan Bisnis)
3. Sekretaris : Dr. Agus Salim HR, SE., MM (AAAA..) (Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis)
4. Penguji : 1. Dr. Agus Salim HR, SE., MM (AAAA...)
2. Ismail Rasulong,SE.,MM (AAAA...)
3. Wa Ode Rayyani,SE.,M.Si.,Ak.,CA (AAAA..)
4. Andi Arifwangsa Adiningrat,SE.,S.Pd.,M.Ak (AAAA..)
Disahkan oleh,
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar
Ismail Rasulong.SE., MM
NBM. 903 078
iv
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PRODI D-III PERPAJAKAN Jl. Sultan Alauddin No. 259 gedung iqra Lt. 7 Tel. (0411) 866 972 Makassar
SURAT PERNYATAAN
Nama Mahasiswa : Muh.Agung Agustam Kaslan
No. Stambuk/NIM : 105751102917
Prodi : Perpajakan (D-III)
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar
Dengan Judul : Evaluasi Pelaksanaan Verifikasi Lapangan BPHTB Atas
Nilai Transaksi Yang Tidak Sesuai Di Kota Makassar
Dengan ini Menyatakan Bahwa
Karya Tulis lmiah (KTI) yang saya ajukan didepan Tim Penguji
adalah ASLI hasil karya sendiri, bukan hasil ciplakan dan tidak dibuat oleh
siapapun.
Dengan pernyataan ini saya buat sebenarnya dan saya bersedia menerima
sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, 07 Februari 2021
Yang Membuat Pernyataan
(Muh.Agung Agustam Kaslan)
Mengetahui
Pembimbing I Pembimbing II
Prof.Dr. Akhmad.SE.,M.Si Dr.Rustan.SE.,M.Si,Ak.,CA.,CPA NIDN:0031126521 NIDN:0901126503
v
ABSTRAK
Muh.Agung Agustam k, Tahun 2021.Evaluasi Pelaksanaan Verifikasi Lapangan BPHTB Atas Nilai Transaksi Yang Tidak Sesuai Di Kota Makassar. Karya Tulis Ilmiah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi Perpajakan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Akhmad dan Pembimbing II Rustan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pelaksanaan Verifikasi Lapangan BPHTB Atas Transaksi Yang Tidak Sesuai Di Kota Makassar.Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan, observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan.Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan verifikasi lapangan BPHTB terhadap pendapatan hasil daerah kota Makassar efektif dikarenakan transaksi yang sesuai lebih tinggi dari pada yang tidak sesuai. Kata Kunci : Evaluasi Pelaksanaan Verifikasi Lapangan BPHTB Atas
Nilai Transaksi Yang Tidak Sesuai Di Kota Makassar
vi
ABSTRACT
Muh. Agung Agustam k , Year 2021. Evaluation of the BPHTB Field Verification Implementation of Incorrect Transaction Value in Makassar City. Scientific Writing of the Faculty of Economics and Business, Taxation Study Program, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Advisor I Akhmad and Supervisor II Rustan. The Purpose of this study was to determine the Implementation of BPHTB Field Verification of Unsuitable Transactions in Makassar City. This type of research is a qualitative descriptive study. Data collection techniques using literature study, observation, interviews and documentation. Data analysis techniques used data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results showed that the implementation of field verification of BPHTB on regional revenue for Makassar city was effective because the appropriate transactions were higher than those that were not. Keywords: Evaluation of BPHTB Field Verification Implementation of
Incompatible Transaction Value in Makassar City
vii
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat
dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta
para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada
ternilai menakala Hasil Penelitian Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “: Evaluasi
Pelaksanaan Verifikasi Lapangan BPHTB Atas Nilai Transaksi Yang Tidak
Sesuai Di Kota Makassar.”
Tugas Hasil Penelitian Karya Tulis Ilmiah yang penulis buat ini bertujuan
untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Diploma (D3) pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada
kedua orangtua penulis bapak Kaslan dan ibu Nur Syamsi yang senantiasa
memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan do’a tulus tak pamrih.
Dan saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan
semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala
pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan
penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada
penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini tidak
akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai
viii
pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terimakasih banyak
disampaikan dengan hormat kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Bapak Ismail Rasullong,SE.,MM., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. H. Andi rustam, SE., MM., Ak., CA., CPA Sebagai Ketua Prodi
D3 Perpajakan.
4. Bapak Prof.Dr.Akhmad,SE.,M.Si, Sebagai Pembimbing 1.
5. Bapak Dr.Rustan SE., M.Si.,Ak.,CA.,CPA Sebagai Pembimbing 2.
6. Bapak/Ibu Dosen dan Asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak
menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.
7. Para staf karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
8. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi
Perpajakan (DIII) Angkatan 2017 yang selalu belajar bersama yang tidak
sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivias studi penulis.
9. Terimakasih untuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu
yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan
dukungannya sehingga penulis dapat penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI)
ini.
ix
i
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa Penelitian Karya Tulis
Ilmiah (KTI) ini sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua
pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis senantiasa megharapkan
saran dan kritikannya demi kesempurnaan Hasil Penelitian Karya Tulis Ilmiah
(KTI) ini.
Mudah-mudahan Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang sederhana ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru
Unversitas Muhammadiyah Makassar.
Billahi fisabilil Haq fastabiqul khairat, Wassalamu alaikum Wr.Wb
Makassar , 07 Februari 2021
Muh.Agung Agustam Kaslan
x
i
DAFTAR ISI
SAMPUL AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA........................................i
MOTTOAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA...Aii
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN AAAAAAAAAAAA.AAAAAAAAAAiv
SURAT PERNYATAAN AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA.Av
ABSTRAK ...........................................................................................................vi
ABSTRACT ........................................................................................................vii
KATA PENGANTARAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA...x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................... 4
1.4 Manfaat Peneltian ............................................................. 4
BAB II TINJAUAN TEORI ....................................................................... 5
2.1 Landasan Teori .............................................................................. 5
2.1.1 Pengertian Pajak ................................................................ 5
2.1.2 Fungsi Pajak ........................................................................ 6
2.1.3 Jenis Pajak .......................................................................... 6
2.1.4 Pajak BPHTB ...................................................................... 8
xi
i
2.1.4.1 Pengertian Pajak BPHTB.................................. 8
2.1.4.2 Subjek Pajak ..................................................... 8
2.1.4.3 Objek Pajak ...................................................... 8
2.2 Kerangka Fikir ............................................................................. 11
2.3 Metode Penelitian .................................................................. 12
2.3.1 Lokasi danWaktu Penelitian ......................................... 12
2.3.2 Teknik Pengumpulan Data ........................................... 12
2.3.3 Jenis Dan Sumber Data ............................................... 13
2.3.4 Metode Analisis Data..................................... AAAA.14
BAB III.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 15
3.1 Sejarah BAPENDA Kota Makassar ......................................... 15
3.2 Struktur Organisasi ................................................................. 16
3.3 Job Description ....................................................................... 17
3.4 Hasil Penelitian Dan PembahasanAAAAAAAAAAA.. 23
3.4.1 Hasil PenelitianAAAAAAAAAAAAAAAAAA. 23
3.4.1.1. Proses Pelaksanaan Verifikasi Lapangan BPHTB.. 25
3.4.1.2. Prosedur Verifikasi BPHTB dan Validasi BPHTB......26
3.4.1.3. Proses Pemungutan Pajak BPHTBAAAAA...A...27
3.5 PembahasanAAAAAA...AAAAAAAAAAAAAAAA..34
3.5.1. Evaluasi pelaksanaan verifikasi LapanganAAAAAAAA..34
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 36
4.1 Kesimpulan .................................................................................... 36
4.2 Saran ............................................................................................. 36
xii
i
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 38
LAMPIRAN-LAMPIRAN...........................................................................40
xiii
i
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1 Target dan Realisais pajak BPHTB 2018 AAAAAA............. 24
Tabel 2 Target dan Realisais Pajak BPHTB 2019 AAA.AAA............ 25
Tabel 3 Target dan Realisais Pajak BPHTB 2015-2019 ..........................31
Tabel 4 Jumlah Transaksi 3 Tahun Terakhir ...........................................34
xiv
i
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.2 Kerangka Konseptual .............................................................. 10
3.2 Struktur Organisasi ................................................................. 16
xv
i
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak ialah iuran wajib kepada negara yang terhutang oleh orang
pribadi yang bersifat memaksa. Berdasarkan peraturan-peraturan yang
memperoleh prestasi kembali yang langsung ditunjuk dan membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum yang berkenaan dengan peran negara
untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Sumber potensi pajak yang layak digali sesuai keadaan
perekonomian dengan perkembangan pembangunan negara saat ini adalah
jenis pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan dan PBBP. BPHTB
ini merupakan pajak yang awalnya dipungut oleh Pemerintah Pusat,
namun dengan adanya pembaharuan dalam kebijakan otonomi daerah,
pemungutan dan peruntukan BPHTB dialihkan dari Pemerintah Pusat
kepada Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan
Hak Atas Tanah dan Bangunan, yang diubah menjadi Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2000 tentang Perubahan dari Undang-Undang Nomor 21
Tahun 1997. Sesudah dilakukan penggantian pajak BPHTB dari pajak
pusat ke pajak daerah, kemudian dikeluarkan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 mengenai Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pajak BPHTB
yang sekarang ini telah dialikan menjadi pajak daerah, mengharuskan
kepada Pemerintah Daerah untuk mencetuskan peraturan daerah yang
2
khusus mengatur tentang pengenaan pajak BPHTB tersebut. Dalam UU
No. 28 Tahun 2009. Kewenangan pemerintah daerah untuk membuat
peraturan daerah tentang pajak secara jelas ditentukan dalam UU No. 28
Tahun 2009, yaitu Pasal 95 ayat (1).
Salah satu contoh dari kebijakan Kota Makassar Nomor 14
Tahun 2010 tentang BPHTB. Ketetapan mengenai BPHTB yang ada
didalam Perda No. 14 Tahun 2010, secara kelengkapan mengadopsi Jurnal
Ilmiah Prodi Magister Kenotariatan, 2017-2018 173 ketentuan BPHTB
yang ada dalam UU No. 28 Tahun 2009. Salah satu peristiwa perolehan
hak yang wajib untuk dikenakan pajak BPHTB adalah perolehan hak yang
disebabkan oleh hibah wasiat atau pewarisan. Konsep pewarisan ini mulai
digunakan oleh masyarakat Indonesia asli. Sebagaimana yang diatur
dalam Pasal 957 KUH Perdata mengenai hibah wasiat disebutkan bahwa :
Hibah wasiat adalah suatu ikrar wasiat yang khusus, dengan
yang mewariskan kepada seorang beberapa barang- barangnya dari
sebuah jenis tertentu, contoh, semua barang- barangnya bergerak maupun
tak bergerak, atau memberikan hak pakai hasil atas seluruh harta
peninggalannya. Pengenaan tarif pajak BPHTB ditetapkan sebesar 0% (nol
persen) untuk waris/hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih
dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat
ke atas atau satu derajat kebawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk
suami/istri. Pemungutan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB) didasarkan pada Undang-Undang No. 21 Tahun 1997 yang telah
3
diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2000. Pada perkembangan
berikutnya sejak 1 Januari 2011 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB) dialihkan pengelolaannya ke Pemerintah Daerah
sehingga menjadi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) dengan
Undang-Undang No. 28 Tahun 2009. Sebelum resmi menjadi Pajak
Daerah, hasil penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB) merupakan penerimaan negara yang harus dibagi antara
Pemerintah Pusat dan pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Pemerintah Pusat mendapatkan 20% dari hasil penerimaan BPHTB,
sedangkan imbangan pembagian kepada Pemerintah. Daerah sekurang-
kurangnya 80% dengan rincian :
a. 16% untuk Daerah Provinsi yang bersangkutan dan
disalurkan ke rekening kas Daerah Provinsi.
b. 64% untuk Daerah Kabupaten/Kota penghasil dan
disalurkan ke rekening kas Daerah Kabupaten/Kota.
BPHTB merupakan pungutan atas perolehan hak atas tanah dan
bangunan. Keberadaan BPHTB dikenakan kepada pribadi atau badan
karena perolehan hak atas tanah dan bangunan merupakan peristiwa
hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak oleh orang pribadi atau
badan.
Dengan demikian berdasarkan latar belakang di atas penulis
ingin mengangkat judul “evaluasi pelaksanaan verifikasi lapangan BPHTB
atas nilai transaksi yang tidak sesuai di Kota Makassar”
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka
rumusaan masalah dalam penelitian ini yaitu “bagaimanakah evaluai
pelaksanaan verifikasi lapangan BPHTB atas nilai transaksi yang tidak
sesuai di Kota Makassar?”
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan..rumusan masalah diatas maka tujuan..penelitian ini
adalah sebagai berikut: untuk mengetahui evaluasi pelaksanaan verifikasi
lapangan BPHTB atas nilai transaksi yang tidak sesuai di Kota Makassar.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian yaitu:
1. Bagi Penulis
Penelitian bisa menambah pengetahuan kita dibidang
perpajakan, agar penulis bisa membandingkan antara teori dan fakta
yang ada dilapangan.
2. Bagi Pembaca
a) Penelitian bisa digunakan sebagai bahan referensi dan alat
perbandingan bagi peneliti yang melakukan penelitian yang sama.
b) Penelitian ini juga bisa dijadikan sebagai bahan dalam melakukan
diskusi terkait dengan judul penelitian.
c) Agar penelitian ini bisa mengembangkan ilmu dibidang
perpajakan serta dapat memecahkan masalah terkait dengan objek
yang diteliti.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 LandasanTeori
2.1.1 Pengertian Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-
undang, sehingga dapat dipaksakan, dengan tidak membalas jasa secara
langsung. Menurut Charles E.McLure, pajak adalah kewajiban finansial
atau retribusi yang dikenakan terhadap wajib pajak (orang pribadi atau
badan) oleh negara atau insitusi yang fungsinya setara dengan negara
yang digunakan untuk membiayai berbagai macam pengeluaran publik.
Pajak dipungut berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya
produksi barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.
Pajak dalah kontribusi wajib pajak kepada kas Negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat(pasal 1 ayat(1) Undang-undangNomor 16 Tahun
2009).
Menurut,Rochmat Soemitro, (2006) pajak adalah iuran rakyat
pada kas Negara berdasarka undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tiada dengan mendapatkan jasa timbale (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayarpengeluaran umum.
5
6
2.1.2 Fungsi Pajak
Fungsi pajak terdiri dari 2 macam, yaitu :
1) Fungsi Pembiayaan (Budgetair)
Sebagai sumber biaya bagi pemerintah untuk membayar setiap
pengeluarannya.
2) Fungsi Mengatur (Regulerend)
Untuk mengatur serta menjalankan tugas bagi pemerintah pada
bidang sosial maupun ekonomi.
2.1.3 Jenis Pajak
Jenis pajak yang berlaku di Indonesia di kelompokan menjadi 3
bagian antara lain:
1) Menurut Golongan
a. Pajak Langsung
Pajak yang ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak
bersangkutan dan tidak dapat dilimpahkan kewajiban
perpajakannya kepada pihak lain. Contohnya Bea Perolehan Hak
Atas Tanah dan Bangunan
b. Pajak Tidak Langsung
Pajak yang dapat dilimpahkan kewajiban perpajakannya
kepada orang lain.
Contohnya: Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
2) Menurut Sifat
a. Pajak Subjektif
6
7
Pajak yang dikenakan pada keadaan subjek pajak (Wajib
pajak) sehingga dapat mempengaruhi besarnya kewajiban
perpajakan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak.Contoh Pajak
Penghasilan (PPh) dengan memperhatikan penghasilan tidak kena
pajak (PTKP).
b. Pajak Objektif
Pajak yang dikenakan untuk melihat kondisi dari wajib
pajak.
Misalnya; pajak pertambahan nilai.
3) Menurut Lembaga Pemungut.
a. Pajak Negara atau Pajak Pusat
Pajak yang pemungutannya dilakukan oleh pemerintah
pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.
Contoh: PPh, PPN, PPnBM.
b. Pajak Daerah
Pajak daerah merupakan pajak yang dibebankan oleh
pemerintah daerah untuk membayar pengeluaran daerahnya.
Misalnya: pajak hotel, pajak restoran, pajak air
permukaan, pajak reklame, pajak rokok, pajak hiburan, pajak
penerangan jalan, pajak mineral bukan logam serta batuan, pajak
parkir, pajak sarang burung walet, pajak bumi serta bangunan,
atau pun bea perolehan atas tanah serta bangunan.
7
8
2.1.4 Pajak BPHTB
2.1.4.1 Pengertian Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
ialah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan
bangunan. Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah
perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan
diperolehnya hak atas tanah dan bangunan oleh orang pribadi atau
badan. Hak atas tanah adalah hak atas tanah termasuk hak
pengelolaan, beserta bangunan diatasnya sebagaimana undang-
undang nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok
Pokok Agraria dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.1.4.2 Subjek Pajak
Subjek pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
ialah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan
bangunan.
2.1.4.3 Objek Pajak
Yang menjadi objek pajak menurut Undang-Undang No. 28 Tahun
2009 tentang BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan bangunan, yang
meliputi:
a. Pemindahan hak karena:
1. Jual beli
2. Tukar menukar
3. Hibah
8
9
4. Hibah wasiat
5. Waris
6. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainya
7. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan
8. Penunjukan pembeli dalam lelang 22
9. Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap
10. Penggabungan usaha
11. Peleburan usaha
12. Pemekaran usaha
13. Hadiah
b. Pemberian hak baru karena
1. Kelanjutan pelepasan hak
2. Di luar pelepasan hak
Sesuai dengan Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang No. 20 Tahun
2000, ada enam hak atas tanah yang perolehannya merupakan objek
BPHTB (Siahaan, 2003:65). Keenam hak yang menjadi objek BPTHB
diuraikan sebagai berikut.
a. Hak milik
b. Hak guna usaha
c. Hak guna bangunan
d. Hak pakai
e. Hak milik atas satuan rumah susun
f. Hak pengelolaan
9
10
Adapun objek pajak yang tidak dikenakan BPHTB diuraikan sebagai
berikut (Siahaan, 2003:63).
1. Perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal
balik.
2. Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan atau pelaksanaan
pembangunan guna kepentingan umum.
3. Badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan dangan syarat tidak menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan lain di luar fungsi dan tugas badan atau
perwakilan organisasi tersebut.
4. Orang pribadi atau badan karena konversi hak dan perbuatan hukum
lain dengan tidak adanya perubahan nama.
5. Orang pribadi atau badan karena wakaf.
6. Orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah.
10
11
2.2 Kerangka fikir
Badan Pendapatan Daerah Kota
Makassar
Pelaksanaan BPHTB
Verifikasi Lapangan BPHTB atas
nilai transaksi yang tidak sesuai
Hasil
Analisis Data
11
Gambar (2.2) Kerangka Fikir
12
2.3 Metode Penelitian
2.3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di badan pendapatan daerah Kota Makassar,
berada di jalan Urip Sumoharjo No.08 Kota Makassar, adapun waktu
penelitian yaitu mulai Bulan Oktober sampai November 2020.
2.3.2 Teknik Pengumpulan Data
Beberapa metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menyusun penulisan ini adalah sebagai berikut:
1) Pengamatan (observation)
Cara pengumpulan data dengan cara melakukan
pencatatan secara cermat dan sistematik mengenai evaluasi
pelaksanaan verifikasi lapangan BPHTB atas nilai transaksi yang tak
sesuai di Kota Makassar.
2) Wawancara
Pengambilan data dengan cara berkomunikasi langsung
dengan narasumber. Wawancara dilakukan pada karyawan
BAPENDA Kota Makassar yang berhubungan dengan evaluasi
pelaksanaan verifikasi lapangan BPHTB atas nilai transaksi yang tak
sesuai di Kota Makassar..
3) Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan cara dokumentasi yaitu dilakukan
dengan pengambilan data-data yang berkaitan dengan objek yang diteliti
yaitu mengambil data-data verifikasi lapangan BPHTB yang terdaftar di
BAPENDA Kota Makassar.
12
13
2.3.3 Jenis Dan Sumber Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif. Dimana penilitian ini dilakukan dilapangan dan survey secara
langsung ditempat yang akan diteliti. Data yang diperoleh dari penelitian
dapat berupa hasil pengamatan, hasil wawancara dengan narasumber,
dokumentasi, serta catatan lapangan yang disusun peneliti selama proses
penelitian dilapangan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian
kualitatif sumber data yang diperoleh berasal dari kata-kata atau tindakan
dan selebihnya merupakan data.
1) Data primer
Data yang diperoleh secara langsung dari pejabat yang
berwenang atau tim verifikasi yang melakukan pelaksanaan
verifikasi lapangan yang terdapat di badan pendapatan daerah Kota
Makassar.
2) Data Sekunder
Data ini digunakan sebagai data penunjang bagi penyusun
dalam penelitian ini. Data ini diperoleh dari dokumentasi objek
penelitian serta dari buku-buku yang berkaitan dengan objek yang
diteliti dan literatur lainnya yang digunakan dalam melakukan
penelitian ini atau data-data yang sudah ada seperti data yang berasal
dari jurnal-jurnal yang berkaitan dengan objek yang diteliti.
13
14
2.3.4 Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif yaitu dengan menguraikan dan menggambarkan secara deskriftif
mengenai seperti apa pelaksanaan verifikasi lapangan BPHTB atas
transaksi yang tidak sesuai pada badan pendapatan daerah kota Makassar.
15
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Sejaraah Singkat Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar
Sebelum terbentuknya dinas pendapatan kotamadya tingkat
Makassar, dinas pasar, dinas air minum dan dinas penghasilan daerah
dibentuk berdasarkan surat keputusan Walikotamadya Nomor
155/Kep/A/V/1973 tanggal 24 Mei 1973 terdiri beberapa sub dinas
pemeriksaan kendaraan tidak bermotor dan sub dinas administrasi.
Dengan adanya keputusan Walikotamadya daerah tingkat II
Ujung Pandang Nomor 74/S.Kep/A/V/1977 tanggal 1 April 1977 bersama
dengan surat edaran menteri dalam Negeri Nomor 3/12/43 tanggal 9
September 1975 Nomor Keu/3/22/33 tentang pembentukan dinas
pendapatan daerah Kotamadya Ujung Pandang telah disempurnakan dan
di tetapkan perubahan nama menjadi dinas penghasilan daerah yang
kemudian menjadi unit-unit yang menangani sumber-sumber keuangan
daerah seperti dinas Perpajakan, dinas Pasar dan sub dinas pelelangan
ikan dan semua sub-sub dinas dalam unit penghasilan daerah yang
tergabung dalam unit penghasilan daerah dilebur dan dimasukkan pada
unit kerja dinas pendapatan daerah Kotamadya Tingkat II Ujung Pandang,
seiring dengan adanya perubahan kotamadya Ujung Pandang menjadi
Kota Makassar, secara otomatis nama dinas pendapatan daerah
Kotamadya Ujung Pandang berubah menjadi Dinas Pendapatan Daerah
Kota Makassar.
15
16
3.2 Struktur Organisasi
Gambar 3.1
(Sumber:Peraturan Walikota Nomor 110 Tahun 2016 Hal.25)
17
3.3 Job Description
a. Kepala Badan
Badan pendapatan daerah mempunyai tugas membaantu walikota
melaksanakan fungsi penujangan urusan pemerintah di bidang keuangan
yang menjadi kewenangan daerah.
b. Sekretariat
Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pembinaan
dan pelayann admistrasi kepada semua unit organisasi dilingkungan badan.
c. Sub Bagian Perencanaan dan pelaporan
Sub bagian perencanaan dan pelaporan mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan koordinasi dan penyusunan rencana program
kerja, moni toring dan evaluasi serta pelaporan pelaksanaan program dan
kegiatan badan.
d. Sub Bagian Keuangan dan Aset
Sub bagian keuangan mempunyai tugas melakukan administrasi dan
akuntansi keuangan.
e. Bagian Umum dan Kepegawaian
Sub bagian umum dan kepegawaian mempunyai tugas melakukan
urusan umum, penatausahaan surat menyurat, urusan rumah tangga,
kehumasan, dokumentasi dan inventarisasi barang serta administrasi
kepegawaian.
f. Bidang Pendaftaran dan Pendataan
17
18
Bidang pendaftaran dan pendataan mempunyai tugas melaksanakan
pelayanan administrasi pendaftaran, pendataan, intensifikasi dan
pengembangan potensi serta rancangan bangun dan pengembangan
pengelolaan data dan informasi pengelolaan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
g. Sub Bidang Pendataan Wilayah I
Sub Bidang Pendataan Wilayah I mempunyai tugas melakukan
kegiatan pelayanan administrasi pendaftaran, pendataan, intensifikasi,
ekstensifikasi dan pengembangan potensi dan verifikasi data Wajib Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah Wilayah I, meliputi Kecamatan Makassar,
Mamajang, Mariso, Rappocini, Tallo, Tamalate, Ujung Pandang, dan Wajo.
h. Sub Bidang Pendataan Wilayah II
Sub Bidang Pendataan Wilayah II mempunyai tugas melakukan
kegiatan pelayanan administrasi pendaftaran, pendataan, intensfikasi,
eksentifikasi, dan pengembangan potensi dan verifikasi data Wajib Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah Wilayah II, meliputi Kecamatan
Biringkanaya, Bontoala, Manggala, Panakukang, Tamalanrea, Ujung
Tanah, Kepulauan Sangkarang.
i. Sub Bidang Pengelolaan Data dan Informasi
Sub Bidang Pengelolaan Data dan Informasi mempunyai
tugas melakukan pelayanan administrasi verifikasi dan validasi data Wajib
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, penetapan dan pengukuhan Wajib
18
19
Pajak, penertiban NPWPD, pengolahan data dan informasi serta merancang
bangun pengembangannya.
j. Bidang Pajak I dan Retribusi Daerah
Bidang Pajak I dan Retribusi Daerah mempunyai tugas
melaksanakan pelayanan administrasi pemungutan, penagihan, penetapan,
keberatan, pembukuan, verifikasi dan pelaporan, penagihan pajak I
meliputi Pajak Restoran, Pajak Mineral Bukan Logam, Pajak Sarang
Burung Walet, Pajak Parkir dan Penataan Objek Reklame serta Retribusi
Daerah.
k. Sub Bidang Restoran, Minerba, dan Sarang Burun Walet
Sub Bidang Restoran, Minerba, dan Sarang Burung Walet
mempunyai tugas melakukan pelayanan administrasi pemunguttan,
penagihan, penelitian dan verifikasi penyampaian pajak terutang,
pembayaran dan keberatan Pajak Restoran, Pajak Mineral Bukan Logam
dan Pajak Sarang Burung Walet.
l. Sub Bidang Reklame, Parkir dan Retribusi Daerah
Sub Bidang Reklame, Parkir dan Retribusi Daerah mempunyai
tugas melakukan pelayanan administrasi pemungutan, penagihan,
penelitian dan verifikasi penyampaian pajak terutang, pembayaran dan
keberatan Pajak Parkir dan penataan objek Pajak Reklame serta Retribusi
Daerah.
19
20
m. Sub Bidang Penetapan, Pembukuan dan Pelaporan Retribusi Daerah
Sub Bidang Penetapan, Pembukuan dan Pelaporan Retribusi Daerah
mempunyai tugas melakukan pelayanan administrasi perhitungan, analisa
dokumen pembayaran, penetapan keberata, pengurangan dan perubahan
keputusan dan ketetapan serta verifikasi setoran, penatausahaan,
pembukuan dan pelaporan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
n. Bidang Pajak Daerah II
Bidang Pajak Daerah II mempunyai tugas melaksanakan
pelayanan administrasi pemungutan, penagihan, penetapan,
keberatan, pembukuan, verifikasi dan pelaporan, penagihan Pajak II
meliputi Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Air
Bawah Tanah.
o. Sub Bidang Hotel dan Air Bawah Tanah
Sub Bidang Hotel dan Air Bawah Tanah mempunyai tugas
melakukan pelayanan administrasi pemungutan, penagihan, penelitian, dan
verifikasi penyampaian pajak terutang, pembayaran dan keberatan Pajak
Hotel dan Air Bawah Tanah.
p. Sub Bidang Hiburan dan Pajak Jalan
Sub BIdang Hiburan dan Pajak Penerangan Jalan mempunyai tugas
melakukan pelayanan administrasi pemungutan, penagihan, penelitian dan
verifikasi penyampaian pajak terutang, pembayaran dan keberatan Pajak
Hiburan, Pajak Penerangan Jalan PLN dan Pajak Penerangan Jalan Non
PLN.
20
21
q. Seksi Penetapan,Pembukuan dan Pelaporan Pajak
Seksi Penetapan Pembukuan dan Pelaporan Pajak mempunyai tugas
melakukan pelayanan administrasi perhitungan, analisa dokumen
pembayaran, penetapan keberatan, pengurangan dan perubahan keputusan
dan ketetapan serta verifikasi setoran, penatausahaan, pembukuan dan
pelaporan Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Pajak Penerangan Jalan PLN dan
Pajak Penerangan Jalan Non PLN.
r. Bidang Koordinasi,Pengawasan dan Perencanaan
Bidang Koordinasi, Pengawasan dan Perencanaan mempunyai tugas
melaksanakan pengawasan, koordinasi, rekonsiliasi, pembinaan,
pemeriksaan, penindakan, pengenaan sanksi, merumuskan regulasi pajak
dan Retribusi Daerah serta perencanaan target pendapatan daerah.
s. Sub Bidang Koordinasi, Perencanaan dan Regulasi
Sub Bidang Koordinasi, Perencanaan dan Regulasi mempunyai
tugas melakukan analisa dan perencanaan target pendapatan, rekonsiliasi
penerimaan dan piutang, pengusulan penghapusan piutang, reviw dan
analisa perundang-undangan bidang pajak daerah dan
retribusi daerah serta ketentuan pelaksanaannya.
t. Sub Bidang Penagihan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Sub Bidang Penagihan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
mempunyai tugas melakukan pelayanan administrasi penagihan tunggakan
piutang pajak daerah dan retribusi daerah, keberatan, pembetulan,
21
22
pembatalan, pengurangan ketetapan, dan penghapusan atau pengurangan
sanksi administrasi.
u. Sub Bidang Pembinaan, Pengawasan dan Penindakan Sub Bidang
Pembinaan, Pengawasan dan Penindakan mempunyai tugas
melakukan pembinan, pemeriksaan, pengawasan dan penindakan,
pengenaan sanksi, banding, penyitaan terhadap
pelanggaran pengelolaan Pajak Daerah dan retribusi Daerah.
v. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan
kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas sejumlah jabatan
fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok jabatan fungsional
sesuai keahlian dan masing-masing dikoordinasikan oleh seorang
tenaga fungsional senior.
w. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT)
Di lingkungan Badan Pendapatan Daerah dapat dibentuk Unit
Pelaksanaan Teknis berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Pembentukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja
Unit Pelaksanaan Teknis ditetapkan dengan peraturan walikota berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku setelah dikonsultasikan secara
tertulis dengan Gubernur.
22
23
3.4 Hasil Penelitian Dan Pembahasan
3.4.1. Hasil Penelitian
Pada bagian ini peneliti akan memaparkan bagian yang menjadi
substansi dari penelitian ini yaitu “Evaluasi Pelaksanaan Verifikasi Lapangan
BPHTB Atas Nilai Transaksi Yang Tidak Sesuai Di Kota Makassar”, dengan
metode analisis yang digunakan yakni analisis deskriptif kualitatif.
Penelitian ini dilakukan di kantor Bapenda Kota Makassar, untuk
mengetahui bagaimanakah Pelaksanaan Verifikasi Lapangan BPHTB Atas
Nilai Transaksi Yang Tidak Sesuai Di Kota Makassar?
Tabel 1
TARGET DAN REALISASI PAJAK BPHTB
BADAN PENDAPATAN DAERAH KOTA MAKASSAR
2018
BULAN
TARGET
PERTAHUN
TARGET
BULANAN
REALISASI PERESENTASE (%)
PERBULAN 2018 PENERIMAAN
JANUARI 300.000.000.000 25.000.000.000 17.828.900.792 5,94%
FEBRUARI 300.000.000.000 25.000.000.000 13.522.719.112 4.51%
MARET 300.000.000.000 25.000.000.000 22.135.902.331 7,38%
APRIL 300.000.000.000 25.000.000.000 24.119.799.209 8,04%
MEI 300.000.000.000 25.000.000.000 27.509.865.555 9,17%
JUNI 300.000.000.000 25.000.000.000 8.737.238.032 2,91%
JULI 300.000.000.000 25.000.000.000 14.570.796.962 4,86%
AGUSTUS 300.000.000.000 25.000.000.000 15.159.595.621 5,05%
SEPTEMBER 300.000.000.000 25.000.000.000 15.547.378.488 5,18%
OKTOBER 300.000.000.000 25.000.000.000 18.336.057.260 6,11%
NOVEMBER 300.000.000.000 25.000.000.000 16.004.494.049 5,33%
DESEMBER 300.000.000.000 25.000.000.000 16.887.826.749 5,63%
TOTAL 300.000.000.000 300.000.000.000 210.360.574.161 7,12%
Sumber : (Bidang UPTD BPHTB)
23
24
Pada tahun 2018 pajak BPHTB Kota Makassar mendapat capaian 7,12%
dari target yang ditentukan. Adapun hasil rincian pendapatan dari pajak BPHTB:
• Pajak BPHTB memiliki target ditahun 2018 sebanyak 300.000.000.000 dan
realisasinya sebanyak. 210.360.574.161 dan jika dipersentasikan mencapai
7,12% dari target yang ditetapkan
Tabel 2
TARGET DAN REALISASI PAJAK BPHTB
BADAN PENDAPATAN DAERAH KOTA MAKASSAR
2019
BULAN
TARGET
PERTAHUN
TARGET
BULANAN
REALISASI PERESENTASE (%)
PERBULAN 2019 PENERIMAAN
JANUARI 330.000.000.000 27.500.000.000 13.262.917.482 4,02%
FEBRUARI 330.000.000.000 27.500.000.000 15.799.057.212 4,79%
MARET 330.000.000.000 27.500.000.000 18.050.363.124 5,47%
APRIL 330.000.000.000 27.500.000.000 26.092.829.584 7,91%
MEI 330.000.000.000 27.500.000.000 3.974.053.684 1,20%
JUNI 330.000.000.000 27.500.000.000 6308.790.358 1,91%
JULI 330.000.000.000 27.500.000.000 13.398.526.721 4,06%
AGUSTUS 330.000.000.000 27.500.000.000 20.070.046.300 6,08%
SEPTEMBER 330.000.000.000 27.500.000.000 17.164.305.258 5,20%
OKTOBER 330.000.000.000 27.500.000.000 27.318.193.444 8,28%
NOVEMBER 330.000.000.000 27.500.000.000 21.470.533.912 6,51%
DESEMBER 330.000.000.000 27.500.000.000 49.849.441.699 15,11%
TOTAL 330.000.000.000 330.000.000.000 232.759.058.778 70,53%
Sumber : (Bidang UPTD BPHTB)
Pada tahun 2019 capaian pajak BPHTB 70,53% dari target yang ditentukan.
Adapun hasil rincian pendapatan dari pajak BPHTB:
24
25
• Pajak BPHTB memiliki target ditahun 2019 sebanyak 330.000.000.000
dan realisasinya sebanyak 232.759.058.778 dan jika dipersentasikan
mencapai 70,53% dari target yang ditetapkan.
3.4.1.1. Proses Pelaksanaan Verifikasi Lapangan BPHTB
Bapenda Kota Makassar memiliki tugas pokok membantu Walikota dalam
melaksanakan urusan pemerintah daerah berdasarkan otonomi di bidang
pendapatan daerah. Salah satu peraturan daerah yang terkait dengan hal tersebut
dalam hal pemungutan BPHTB adalah adanya penetapan mengenai Verifikasi
Lapangan (Verlap) atau pengecekan ke lapangan yang dilakukan petugas Bapenda.
Tindakan tersebut merupakan tahapan dalam proses administrasi, dan tujuan
kegiatan ini ialah untuk memperoleh, mengumpulkan, melengkapi,
menatausahakan, serta meneliti kebenaran penghitung.
Proses tersebut masuk ke dalam pendataan objek dan subjek Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB) yang dilaksanakan oleh Bapenda yang diikuti dengan
kegiatan penilaian. Hasil dari Kegiatan Penilaian digunakan sebagai pembentukan
dan/atau pemeliharaan basis data SISMIOP (Sistem Manajemen Informasi Objek
Pajak), kegiatanya meliputi pengecekan ukuran luas sampai NJOP Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) per meter persegi, Bapenda juga ikut mengecek nilai pasar tanah
dan bangunan yang berlaku di daerah setempat. Informasi harga tanah ini akan
diperoleh pihak Bapenda dari berbagai sumber, termasuk para pelaku usaha jual
beli tanah. Dari hasil verifikasi tersebut Bapenda dapat menilai SSPD BPHTB
yang dilaporkan Wajib Pajak sudah sesuai atau tidak dengan kenyataan
sesungguhnya di lapangan.
25
26
3.4.1.2. Prosedur Verifikasi BPHTB dan Validasi BPHTB
Prosedur verifikasi lapangan dan validasi BPHTB ialah suatu langkah yang
dilakukan Bapenda Kota Makassar untuk mengoreksi kelengkapan dokumen,
mencocokkan kebenaran data terkait dengan objek pajak yang tercantum pada
SSPD BPHTB untuk menghindari kecurangan Wajib Pajak dalam pembayaran
pajak BPHTB. Prosedur validasi yaitu mencocokkan kebenaran data terkait dengan
objek pajak yang tercantum pada SSPD-BPHTB.
Prosedur verifikasi hampir sama langkahnya dengan prosedur validasi
yaitu mencocokkan kebenaran data terkait dengan objek pajak yang tercantum
pada SSPD BPHTB. Fungsi dari verifikasi lapangan ini yaitu memastikan secara
nyata dan riil bahwa data tersebut benar-benar ada dan pembayaran BPHTB
terutang telah sesuai dengan data yang dilaporkan. Kedua prosedur tersebut sangat
berkaitan, karena verifikasi dan validasi berguna untuk memfilter kesalahan-
kesalahan yang dibuat oleh Wajib Pajak. Dalam Peraturan Walikota Makassar
Nomor 14 Tahun 2010 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan,
tahapan verifikasi dan validasi yang dilakukan oleh Badan Pendapatan Daerah
Kota Makassar disebut dengan prosedur penelitian SSPDBPHTB. Prosedur ini
dilakukan setelah Wajib Pajak melakukan pembayaran BPHTB terutang dengan
menggunakan SSPD-BPHTB melalui Bendahara Penerimaan Dinas Pendapatan
atau pada Bank dan/atau tempat lain yang ditunjuk. Penelitian SSPDBPHTB
dilakukan oleh tim verifikasi, jika semua kelengkapan dan kesesuaian data objek
pajak terpenuhi maka akan dilakukan validasi. Setelah itu, SSPD-BPHTB akan
ditandatangani oleh Kepala Bidang Penetapan dan Verifikasi, yang kemudian akan
26
27
diberikan kepada Wajib Pajak untuk SSPD-BPHTB lembar 1, 3 dan 5 dan sisanya
diambil oleh Bapenda sebagai arsip.
3.4.1.3. Proses Pemungutan Pajak BPHTB
Secara umum proses pemungutan Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan di Kota Makassar sebagai berikut.
1. Wajib pajak yang ingin mengurus pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB) dapat langsung datang ke kantor Badan Pendapatan Daerah
(BAPENDA)
2. Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) wajib pajak mengisi blangko dan
administrasi lainnya yang terdiri dari SSPD dan SPTPD BPHTB. Untuk SSPD
BPHTB atas 6 (enam) lembar dengan rincian.
a) Lembar 1 untuk Wajib Pajak
b) Lembar 2 untuk PPAT/Pejabat Lelang
c) Lembar 3 untuk Kantor Bidang Pertanahan sebagai lampiran permohonan
pendaftaran
d) Lembar 4 untuk fungsi pelayanan sebagai lampiran permohonan penelitian
SSPD BPHTB
e) Lembar 5 untuk bank yang ditunjuk/ Bendahara penerimaan sebagai arsip
(dalam lembar 5 diterima oleh Bendahara BAPENDA)
f) Lembar 6 untuk bank yang ditunjuk/ Bendahara penerima sebagai laporan
kepada fungsi pembukuan/pelaporan.
3. Setelah pengisian SSPD BPHTB Selanjutnya petugas dalam hal ini Bidang
Pendataan Dinas Pendapatan Daerah bekerja sama dengan tim dari Kantor
27
28
Pertanahan memeriksa ke lapangan apakah di tanah tersebut terdapat bangunan
atau tidak
4. Setelah melakukan pendataan atau pemeriksaan dilapangan didapat bahwa
adanya bangunan maka selanjutnya pegawai menghitung dan menetapkan
beasarnya pajak yang terhutang.
5. Selanjutnya Wajib Pajak harus membayar pajak terutang ke Bendahara di Badan
Pendapatan Daerah (BAPENDA) Kota Makassar
Secara keseluruhan Mekanisme dan Prosedur Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) di Kota Makassar terdiri atas:
a. Prosedur Pengurusan Akta Pemindahan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
adalah prosedur penyiapan rancangan akta pemindahan hak atas tanah dan/ atau
bangunan sekaligus penghitungan besar BPHTB terutang Wajib pajak.
b. Prosedur Penelitian Surat Setoran Pajak daerah (SSPD) adalah prosedur
verifikasi yang dilakukan BAPENDA atas kebenaran dan kelengkapan SSPD
BPHTB dan dokumen pendukungnya.
c. Prosedur Pembayaran BPHTB adalah prosedur pembayaran pajak terutang yang
dilakukan oleh wajib pajak dengan menggunakan SSPD BPHTB.
d. Prosedur Pendaftaran Akta Pemindahan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
adalah prosedur pendaftaran akta ke kepala kantor Pertanahan dan penerbitan
akta oleh PPAT.
e. Prosedur Pelaporan BPHTB adalah prosedur pelaporan realisasi penerimaan
BPHTB dan akta pemindahan hak.
28
29
f. Prosedur Penagihan BPHTB adalah prosedur penetapan Surat Tagihan Pajak
Daerah BPHTB, SKPD kurang Bayar BPHTB/SKPD Kurang Bayar Tambahan
BPHTB, dan Surat Teguran yang dilakukan oleh BAPENDA.
g.Prosedur Pengurangan BPHTB adalah prosedur penetapan
persetujuan/penolakan atas pengajuan pengurangan BPHTB yang diajukan oleh
Wajib Pajak.
Perhitungan Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Berikut adalah rumus dasar perhitungan tarif BPHTB:
Tarif Pajak 5% x Dasar Pengenaan Pajak (NPOP – NPOPTKP)
Seperti diketahui, besarnya NPOPTKP di masing-masing wilayah berbeda-
beda, namun berdasarkan Undang-Undang No. 28 tahun 2009 pasal 87 ayat 4
ditetapkan besaran paling rendah sebesar Rp60.000.000 untuk setiap wajib pajak.
Dalam pemungutan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
mengunakan sistem pemungutan pajak Self Assessment System. Dalam
pelaksanaan pemungutan Bea bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
(BPHTB) di Kota Makassar dengan sistem self assessment, belum sepenuhnya
berjalan sesuai dengan ketentuan perundang- undangan yang berlaku. Wajib pajak
belum menggunakan Nilai Perolehan Obyek Pajak (NPOP) yang sebenarnya
sebagai dasar penghitungan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Perkembangan penerimaaan pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
pada Kota Makassar dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
29
30
Tabel 3 Data Target dan Realisasi Penerimaan Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan (BPHTB) Kota Makassar Tahun 2015- 2019
Tahun
Target Perubahan
Realisasi
%Capaian
Dari Target
Perubahan
2015 228.371.436.000 150.456.376.589 65,88
2016 288.766.719.000 188.933.945.304 0,00
2017 287.891.478.000 272.826.084.740 94,77
2018 300.000.000.000 210.360.574.161 70,12
2019 330.000.000.000 232.812.018.732 70,55
Sumber Data : Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar
Dalam pengalihan suatu jenis pajak, akan terdapat sejumlah kendala atau
faktor-faktor penghambat, terlebih-lebih apabila jenis pajak tersebut merupakan
jenis pajak baru bagi daerah seperti Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB). Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan di Badan
Pendapatan Daerah (BAPENDA) Kota Makassar , maka faktor penghambat yang
ada di lapangan adalah :
1. Faktor Sumber Daya Manusia (SDM)
2. Faktor Tingkat Kesadaran Wajib Pajak
Adapun hasil wawancara yang dilakukan di Bapenda Kota
Makassar sebagai berikut:
Narasumber ( Tim Verifikasi Lapangan)
1. Apa tugas dari Tim verifikasi lapangan BPHTB?
30
31
“Tugasnya yaitu :
"1) Mengelola database objek pajak yang termasuk dalam wilayah
wewenangnya.
“ 2) Menyediakan data objek pajak atas permintaan dari Fungsi
Pelayanan
“ 3) Melaksanakan perhitungan nilai pajak BPHTB
“ 4) Mencocokkan data dalam SPTPD BPHTB dan SSPD BPHTB
dengan keadaan di lapangan
“ 5) Melaksanakan verifikasi lapangan jika data yang terkait tidak
sesuai dengan keadaan fisiknya
2. Berapa target realisasi pajak BPHTB tahun 2018-2019?
“Target realisasi pajak BPHTB dari tahun ketahun itu
mengalami peningkatan, akan tetapi kalau targetnya terealisasi
saya kira targetnya memang tinggi supaya kita memacu untuk kita
bisa maksimalkan”.
Adapun target yang dikenakan tahun 2018-2019 yaitu :
Pajak BPHTB :
� 2018 (Rp300.000.000.000,-)
� 2019 (Rp330.000.000.000,-)
3. Adakah kendala dan hambatan yang dihadapi dalam verifikasi
lapangan BPHTB Bapenda Kota Makassar?
Hambatannya yaitu:
31
32
1). Wajib pajak menolak untuk dilakukan verifikasi lapangan.
Alasan lainnya terkait dengan tidak bersedianya wajib pajak
untuk di verifikasi lapangan adalah tidak adanya landasan
hukum atas pelaksanaan verifikasi lapangan. Wajib pajak juga
sangat menyayangkan akan ketimpangan antara Nilai Jual
Objek Pajak Pajak Bumi dan Bangunan dibandingkan dengan
nilai pasar.
2) Aksesibilitasi lokasi objek pajak yang cukup jauh yang harus di
verifikasi lapangan. Banyaknya verifikasi lapangan yang harus
dilakukan, tidak dipungkiri ada beberapa lokasi objek pajak
yang memang sulit untuk dijangkau oleh petugas verifikasi
lapangan.
4. Adakah langkah-langkah penyelesaian yang di lakukan tim
verifikasi lapangan BPHTB?
“Salah satu penyelesaiannya Menjadwalkan dan melakukan
pembagian petugas verifikasi lapangan ke lokasi objek pajak.
Banyaknya wajib pajak yang harus dilaksanakan verifikasi
lapangan, semakin banyak juga tenaga yang harus dikeluarkan oleh
petugas yang bersangkutan
5 .Apakah setelah evaluasi pelaksanaan verifikasi lapangan wajib pajak
semakin sadar akan ketaatan wajib pajak?
32
33
“ Jika melihat hal ini jawabannya ada dua bisa iya dan bisa tidak
karena menyangkut kesadaran masing-masing wajib pajak itu
sendiri.
6. Berapakah jumlah transaksi yang sesuai dan tidak sesuai Di kota
Makassar 3 tahun terakhir?
Tabel 4 jumlah transaksi 3 tahun terakhir
No. Tahun
BPHTB
Dibayar
BPHTB
Nihil
Transaksi Sesuai Transaksi
Tidak Sesuai
Jumlah
01 2017 3463 6326 - - 9789
02 2018 4950 6033 10275 708 21966
03 2019 5417 3461 8342 536 17756
Data tersebut dapat digambarkan bahwa, pada saat verifikasi
lapangan masih ditemukan transaksi yang tidak sesuai , seperti yang
terjadi pada 2018 dari 21.966 BPHTB/SSPD terdapat 708
BPHTB/SSPD tidak sesuai atau sebesar : 3,26 %, sedangkan 2019
dari 17.756 BPHTB/SSPD terdapat 536 BPHTB/SSPD Tidak sesuai
atau 3,01 %. Dari data tersebut menggambarkan kemungkinan dapat
terjadi perbedaan nilai transaksi yang disepakati oleh para pihak dan
dituangkan dalam akta, dengan nilai transaksi yang digunakan
sebagai dasar perhitungan BPHTB menurut penilaian Bapenda.
33
34
3.5. Pembahasan
3.5.1. Evaluasi Pelaksanaan Verifikasi Lapangan BPHTB Atas Nilai
Transaksi Yang Tidak Sesuai Di Kota Makassar
a) Efektivitas, penerimaan pajak daerah dimaksimalkan dan mencari wajib
pajak yang curang merupakan tujuan verifikasi lapangan. Verifikasi
lapangan yang dilaksanakan menjadikan target yang ditetapkan
terlampaui, dengan demikian dapat dikatakan bahwa Badan Pendapatan
Daerah Kota Makassar mampu mencapai tujuan.
b) Efisiensi, dinilai berdasarkan berapa banyak usaha yang dilakukan untuk
mencapai tujuan. Usaha yang dimaksud adalah apapun yang dilakukan
oleh instansi, baik berupa pengeluaran uang ataupun pemberdayaan
sumber daya manusia. Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar terkait
pelaksanaan verifikasi lapangan tidak mengeluarkan uang sama sekali
karena fasilitas yang mereka butuhkan sudah disediakan, selain itu Badan
Pendapatan Daerah Kota Makassar juga mensiasati pengecekan lokasi
dengan mendatangi lokasi objak pajak yang terdekat kemudian
dilanjutkan mendatangi objek pajak yang lokasinya sulit untuk dijangkau.
c) Kecukupan, penentuan hasil verifikasi lapangan yang telah ditetapkan
paling lama 3 (tiga) hari sejak diterimanya Surat Setoran Pajak Daerah
dengan kenyataannya sudah sangat baik. Petugas membuat perencanaan
untuk pengaturan lamanya verifikasi lapangan. Pengelompokan lokasi
objek pajak yang akan di verifikasi lapangan diatur untuk memudahkan
petugas. Lokasi objek pajak yang dekat atau satu wilayah dikelompokkan
34
35
jadi satu, begitu juga untuk lokasi objek pajak yang jauh dan sulit
dijangkau, kemudian baru dilakukan verifikasi lapangan. Batasan waktu
selama 3 (tiga) hari untuk menentukan hasil verifikasi lapangan mampu
dibuat oleh petugas.
d) Pemerataan, sosialisasi atau yang lebih dikenal dengan pendekatan
personalisasi terkait dengan pelaksanaan verifikasi lapangan sudah
dilaksakan sesuai dengan tujuan awal yang ingin dicapai. Pendekatan
persolalisasi yang tepat sasaran membuat petugas menjadi sedikit
terbantu, karena wajib pajak menjelaskan kondisi dan keadaan mereka
yang sebenar-benarnya yang berdampak pada penetapan nilai transaksi
yang sesungguhnya. Pemerataan informasi terkait dengan pelaksanaan
verifikasi lapangan dikatakan sudah tepat sasaran, dan hasil verifikasi
lapangan juga sesuai dengan apa yang wajib pajak inginkan.
e) Responsivitas, indikator responsivitas ini dinilai negatif. Negatif ini
maksudnya adalah wajib pajak tidak menginginkan adanya verifikasi
lapangan. Alasan wajib pajak tidak menginginkan verifikasi lapangan
adalah belum adanya regulasi yang mengatur, Nilai Jual Objek Pajak
Pajak Bumi dan Bangunan dibandingkan dengan nilai pasar sangat jauh
bedanya.
f) Ketepatan, wajib pajak sudah melaksanakan pencantuman Nilai
Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak yang sudah ditetapkan melalui
Peraturan Daerah Nomor 28 Tahun 2009 tentang Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan dengan baik, sesuai jenis peralihannya.
35
36
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
Tingkat penerimaan pajak BPHTB pada periode 2015-2019 berturut-turut
adalah 65,88%, 0,00%, 94,77%, 70,12% dan 70,55%
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2015-2019
Pemerintah Kota Makassar mampu melaksanakan dan meningkatkan
kinerja keuangan dalam penerimaan Pendapatan Asli Daerah secara
efektiv. Meskipun pada tahun 2015 dan 2016 kurang efektiv, namun pada
3 tahun selanjutnya yaitu tahun 2017, 2018 dan 2019 meningkat menjadi
sangat efektiv. Pada saat verifikasi lapangan masih ditemukan transaksi
yang tidak sesuai, seperti yang terjadi pada 2018 dari 21.966
BPHTB/SSPD terdapat 708 BPHTB/SSPD tidak sesuai sedangkan 2019
dari 17.756 BPHTB/SSPD terdapat 536 BPHTB/SSPD Tidak sesuai. Dari
data tersebut menggambarkan kemungkinan dapat terjadi perbedaan nilai
transaksi yang disepakati oleh para pihak dan dituangkan dalam akta,
dengan nilai transaksi yang digunakan sebagai dasar perhitungan BPHTB
menurut penilaian Bapenda.
4.2 Saran
a. Membuat Dasar Hukum Verifikasi Lapangan yang didalamnya mencakup
tentang pengertian, tujuan, manfaat, standar operasional prosedur, objek
36
37
pajak yang dikenai verifikasi lapangan, proses pengajuan keberatan beserta
dampaknya serta informasi lainnya supaya pelaksanaan verifikasi lapangan
lebih bisa diterima oleh wajib pajak, hal tersebut mengingat karena selama
ini dasar hukum pelaksanaannya hanya mengandalkan bahwa verifikasi
wajib dilakukan karena sudah dari dulu demikian
b. Bekerja sama dengan seorang penilai properti supaya hasil verifikasi yang
didapatkan bisa lebih valid dan penilai propertipun bisa memastikan harga
wajar yang sesungguhnya tanpa merugikan wajib pajak serta Badan
Pendapatan Daerah Kota Makassar.
37
37
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku & Artikel
Sumber Internet :
2005). Aspek Perpajakan dalam Pengalihan Hak Atas Tanah
Budi Ispriyaso, (Bangunan di Kabupaten Badung (Doctoral
dissertation,Universitas Udayana)(Doctoral dissertation, Doctoral
dissertation, Universitas Udayana).
Cintia, Istri; Gede, P.P.; dan Sumerthayasa, Arya. Pelaksanaan Pemungutan
Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam Jual
Beli Tanah dan
dan/atau Bangunan karena Adanya Transaksi Jual Beli, Masalah-masalah
Hukum, Volume 34 (4).
Kokasih., 2012, Analisis Sistem Pajak BPHTB dari Pajak Pusat menjadi Pajak
Daerah terhadap PAD Kabupaten Karawang,
http://www.unsika.ac.id/sites/default/
files/upload/Analisis%20Sistem%20Pajak%20BPHTB%20dari%20Pusat%20
menjadi% 20Pajak%20Daerah.pdf, Diakses 27 Mei 2015, Hal. 1-10.
Mardiasmo (2016) Perpajakan, Edisi terbaru 2016, Yogyakarta: Andi. Peraturan
Daerah Kota Makassar No.2 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Kota Makassar No.3 Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah
Kota Makassar.
Santoso, Urip. Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah. Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015.
Soemahamidjaja Soeparman. 2008. Pajak Berdasarkan Azas Gotong-royong.
Jakarta. Erlangga
Soemitro Rochmat. 1998. Dasar-dasar Hukum pajak dan pajak Pendapatan.
Rafika Aditama.
Soemitro, Rochmat dan Dewi Kania Sugiharti, Asas Dan Dasar Perpajakan, Edisi
Revisi 1, Cet. I, PT. Refika Aditama, Bandung, 2004.
Supramono dan Theresia Woro Damayanti, Perpajakan Indonesia Mekanisme dan
Perhitungan, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2005
Tony Marsyahrul, 2005. Pengantar Perpajakan, Jakarta : Grasindo.
Versi, Setyawati., 2013, Sitem Pengalihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB) menjadi Pajak Daerah Di Kabupaten Tulungagung,
38
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/article/view/2276/baca-
artikel, Diakses 27 Mei 2015, Hal. 1-20.
Waluyo., 2011, Perpajakan Indonesia Edisi 10, Selemba Empat, Jakarta. Peraturan
Daerah Kota Makassar No.3 Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah Kota
Makassar.
(https://pajaktaxes.blogspot.com/2007/06/subjek-dan-objek-bphtb.html/24
Agustus 2020/23:06)
(https://www.neliti.com/id/publications/193747/evaluasi-pelaksanaan-verifikasi-
lapangan-bea-perolehan-hak-atas-tanah-dan-bangunan/24 Agustus 2020/ 23:04)
http://www.unsika.ac.id/sites/default/
files/upload/Analisis%20Sistem%20Pajak%20BPHTB%20dari%20Pusat%20menjadi%
20Pajak%20Daerah.
39
LAMPIRAN-LAMPIRAN
40
DOKUMENTASI
A. Kantor Tampak Depan
B.Tampak Dalam
41