Upload
hilda-nuraeni
View
567
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
EVALUASI PEMBELAJARAN
MAKALAH
Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu TugasDibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran PAI IIMata Kuliah Evaluasi Pembelajaran PAI II
Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Tahun Akademik 2012-2013Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Tahun Akademik 2012-2013
Disusun :
Hilda Nuraeni
10.T1.3463 / VI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SYAMSUL ‘ULUM
GUNUNG PUYUH SUKABUMI
Jl. Bhayangkara No 33 Telp.(0266) 231605, Sukabumi
KATA PENGANTAR
Marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan taupik dan hidayahnya. Shalawat dan salam semoga tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW.rahmat semesta alam yang telah membawa umat
manusia dari zaman jahiliyah menuju cahaya terang benderang yang penuh
nikmat iman dan islam. Alhamdulillah penyusun dapat menyusun sebuah makalah
dimana isinya membahas sebagian materi pokok dari mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran PAI tentang Evaluasi belajar PAI.
Tidak lupa penyusun ucapkan terimakasih kepada rekan-rekan Mahasiswa
STAI Syamsul-Ulum yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Serta semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusun dalam kelancaran penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
lengkap dan sempurna. Masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam hal
sistematika makalah maupun isinya. Namun tidak menutup kemungkinan,
penyusun berharap kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dalam
penyusunan makalah yang akan datang. semoga makalah ini benar-benar dapat
memberikan motivasi belajar dan bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata, penyusun ucapkan terimakasih
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………….. ……………………………….…… i
DAFTAR ISI……………………….……………………………….…… ii
BAB I PENDAHULUAN………… ………………………………....... 1
1.1 Latar Belakang……………….……………………………….…. 1
1.2 Rumusan Masalah……….....………………………………….… 3
1.3 Pembatasan Masalah…………………………………….……..... 3
1.4 Manfaat/ Tujuan…………….………………………………….... 3
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………….…….. 4
2.1 Pengertian Evaluasi …………………………………...…..…..... 4
2.2 Prinsip-prinsip belajar PAI ……...……………………………... 8
2.2.1 Prinsip Menyeluruh (komprehensif) …………………….... 8
2.2.2 Prinsip terus menerus atau kesinambungan ….................. 10
2.2.3 Prinsip Validitas (validity) dan Reliabilitas ..................... 10
2.2.4 Prinsip Objektivitas …………………………………….…. 11
2.2.5 Prinsip Mengacu Kepada Tujuan ……………………….… 12
2.3. Tahap dan Teknik Evaluasi Belajar PAI …….………...……….. 12
BAB III PENUTUP …………….……………………………………… 29
3.1. Kesimpulan …………………………............................... 29
3.2. Saran ……………………………………………………...... 30
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..... 32
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses
pembelajaran, kita sering mendengar istilah latihan, ujian, ulangan, middle, quis,
Ebtanas, UAN, dan sebagainya. Kesemuanya itu merupakan jenis-jenis evaluasi,
mengapa evalusi tidak dapat dipisahkan dari sebuah proses pembelajaran untuk
menjawab pertanyaan itu, coba kita perhatikan, proses pembelajaran ibarat sebuah
alat transportasi, tujuan dari pendidikan merupakan tempat tujuan kita, dan evalusi
ibarat argo yang mengukur apakah kita sudah sampai tujuan atau belum, contoh
lain misalnya, pendidik tidak akan tahu apakah materi yang disampaikannya
sudah dikuasai oleh siswanya atau belum tampa adanya evaluasi.
Dalam pendidikan Islam, tujuan merupakan sasaran ideal yang hendak
dicapai. dengan demikian kurikulum telah di rancang, di susun dan di proses
dengan maksimal, hal ini pendidikan Islam mempunyai tugas yang berat. Di
antara tugas itu adalah mengembangkan potensi fitrah manusia (anak). Untuk
mengetaui kapasitas, kwalitas, anak didik perlu diadakan evaluasi. Dalam evaluasi
perlu adanya teknik, dan sasaran untuk menuju keberhasilan dalam proses belajar
mengajar.
Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk
mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya
dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan.
Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk
mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
Aspek penting dalam pengajaran adalah evaluasi atau penilaian. Evaluasi
atau penilaian dalam pengajaran tidak semata-mata dilakukan terhadap hasil
belajar, tetapi juga harus dilakukan terhadap proses pengajaran itu sendiri. Dengan
evaluasi tersebut dapat dilakukan revisi program pengajaran dan strategi
pelakasanaan pengajaran. Dengan kata lain, ia dapat berfungsi sebagai uympan
balik dan remedial pengajaran. Evaluasi terhadap proses pengajaran masih kurang
mendapat perhatian dibandingkan dengan penelitian terhadap hasil pengajaran
yang dicapai para siswa. Oleh sebab itu, upaya remedial pengajaran jarang
dilakukan oleh para guru sehingga strategi belajar-mengajar tidak menunjukkan
adanya perubahan yang berarti dari waktu kewaktu dan dari situasi kesituasi.
Kecenderungan ini hampir terjadi disemua tingkat dan jenjang pendidikan.
Evaluasi yang baik haruslah didasarkan atas tujuan pengajaran yang
ditetapkan oleh suro dan kemudian benar-benar diusahakan oleh guru untuk
siswa. Betapapun baiknya, evaluasi apabila tidak didasarkan atas tujuan
pengajaran yang diberikan, tidak akan tercapai sasarannya.
Dalam makalah ini penulis akan membahas lebih mendalam tentang
evaluasi belajar PAI.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Jelaskan pengertian evaluasi belajar PAI
2. Jelaskan mengapa adanya evaluasi belajar PAI
3. Jelaskan Tujuan dan Fungsi Evaluasi
4. Jelaskan jenis evaluasi pembelajaran
5. Jelaskan apa yang menjadi Prinsip-Prinsip Evaluasi belajar PAI
6. Bagaimanakah Sistem Evaluasi dalam Pendidikan Islam
7. Jelaskan tahap dan teknik Evaluasi evaluasi belajar PAI
1.3 Batasan Masalah
Untuk menghindari adanya kesimpangsiuran dalam penyusunan makalah
ini, maka penulis membatasi masalah-masalah yang akan di bahas sampai dengan
“Jelaskan tahap dan teknik Evaluasi evaluasi belajar PAI !”
1.4 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian evaluasi belajar PAI
2. Untuk mengetahui adanya evaluasi belajar PAI
3. Untuk mengetahui Tujuan dan Fungsi Evaluasi
4. Untuk mengetahui jenis evaluasi pembelajaran
5. Untuk mengetahui Prinsip-Prinsip Evaluasi belajar PAI
6. Untuk mengetahui Sistem Evaluasi dalam Pendidikan Islam
7. Untuk mengetahui tahap dan teknik Evaluasi evaluasi belajar PAI
1.5 Manfaat
Memenuhi tugas mata kuliah evaluasi pembelajaran PAI.
Agar kita dapat memberikan evaluasi yang benar nantinya.
Sebagai penambah wawasan bagi penulis dan pembaca
BAB II
EVALUASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2.1 PENGERTIAN EVALUASI BELAJAR PAI
Istilah "evaluasi" mempunyai pengertian banyak, antara lain didefinisikan
berdasarkan :
a) Menurut bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa inggris evalution yang berarti
penilaian atau penaksiran. [1] 1
b) Menurut istilah, evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui
keadaan suatu objek dengan menggunakan instrument (alat) dan hasilnya
dibandingkan dengan tolok ukur untuk memperoleh kesimpulan.[2]
c) Menurut Sidney P. Rollins, “ Evaluation is the process of making judgments”.
[3] ( evaluasi merupakan proses pembuatan keputusan, dimulai dengan
pengumpulan data-data dan informasi dan akhirnya dibuat suatu kesimpulan).
d) James L. Mursell mengartikan evaluasi adalah “penghargaan yang dijalankan
dengan sadar dan secara diskrimainatif terhadap proses belajar demi usaha
perbaikan itu sendiri.”[4] Adapun Benjamin S. Bloom sebagaimana dikutip oleh
Suke Silverius, evaluasi merupakan “pengumpulan suatu kenyataan secara
sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam
diri sisiwa dan menetapkan sejuh mana tingkat perubahan dalam diri pribadi
siswa.”[5]2
1 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta : Gramedia,1996 ), hlm. 220.
2 Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1991 ),hlm. 1.
3 Sidney P. Rollins, Introdution to Secondany Education, ( Cicago : Rand Menally and Company, 1979), hlm 249.
4 James L. Mursell, Pengajaran Berhasil, terj. Simanjutak dan Soeitoe, (Jakarta :Universitas Indonesia, 1975 ), hlm. 405.
25 Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar Dan Umpan Balik, ( Jakarta : Grafindo, 1991), hlm. 4.
6 W. S. Winkel Sj., Psikologi Pengajaran, ( Jakarta : Gramedia, 1987 ), Cet. II, hlm. 313.
e) Sementara menurut W. S. Winkel SJ., evaluasi adalah “penentuan sampai
berapa jauh sesuatu berharga, bermutu atau bernilai.”[6]
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa evaluasi secara umum dapat
diartikan sebagai kegiatan atau proses penentuan nilai sehingga dapat diketahui
mutu atau hasil-hasilnya.
Ada istilah yang hampir sama pengertiannya dengan evaluasi, yaitu
pengukuran (measurement) dan penilaian. Pada hal istilah tersebut tidak sama
artinya, namun masih ada kaitannya.[7] Pengukuran diartikan sebagai pekerjaan
membandingkan sesuatu hasil belajar siswa dengan ukuran yang sudah
ditentukan.[8] Penilaian adalah suatu proses pemberian atau penentuan nilai
terhadap sesuatu dengan kriteria tertentu atau mengambil suatu keputusan
terhadap sesuatu dengan ukuran atau norma tertentu, apakah baik atau buruk.[9]
Dengan demikian pengukuran lebih menekankan kepada proses penentuan
kuantitas sesutu melalui pembandingan dengan satuan ukuran tertentu. Adapun
penilaian menekankan kepada proses pembuatan keputusan terhadap sesuatu
ukuran baik atau buruk yang bersifat kualitatif. Adapun evaluasi mencakup dua
kegiatan yaitu pengukuran dan penilaian.[10]3 Evaluasi adalah kegiatan untuk
menilai sesuatu, untuk menentukan nilai dilakukan pengukuran. Wujud dari
pengukuran yaitu pengujian dalam dunia pendidikan disebut tes.[11] Tes
digunakan oleh guru untuk mengukur dan mengetahui tingkat pengetahuan siswa
yang telah dicapai sehubungan dengan belajar.
7 Daryanto, Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta : Rineka Cipta, 2001 ), Cet. II, hlm. 4-5.
8 Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi, ( Jakarta : Gemawindu Pancaparkasa, 2000 ), hlm. 75.
9 Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1993 ), hlm. 136.
310 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2002 ), cet. III, hlm. 3.
11 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,1996), hlm. 5.
12 Soenarjo, Al-Qur'an Dan Terjemahannya, (Jakarta : Depag RI, 1993), hlm. 39.
Allah memberikan contoh tes (cobaan) terhadap manusia untuk mengetahui
kadar keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah, sebagaimana firman-Nya QS.
Al-Baqarah : 155 sebagai berikut :
م�ن� �ق�ص� و�ن و�الج و�ع� الخ�و�ف� م�ن� � ئ� ��ش� ب م� �ك و�ن �ل �ب �ن و�ل�ن� �ر�ي ر�الص�ب �ش� و�ب ات� �م�ر� و�الث �ف س� �ن و�اال �م�و�ال� {155}اال
"Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira pada orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah : 155).[12]
Sasaran evaluasi dengan tes tersebut adalah ketahanan mental beriman dan
bertakwa kepada Allah jika mereka tahan terhadap uji coba (tes) dari Allah, maka
akan mendapatkan kegembiraan dengan segala bentuk, terutama kegembiraan
yang bersifat mental – rohaniah. Demikian, pekerjaan evaluasi Allah pada
hakikatnya bersifat mendidik terhadap fungsinya selaku hamba-Nya, yaitu
menghambakan diri hanya kepada-Nya.
Adapun fungsi dan tujuan evaluasi yaitu :
1. Untuk memberikan umpan balik (feed back) kepada guru sebagai dasar
memperbaiki proses belajar.
2. Untuk menentukan angka kemajuan / hasil belajar masing-masing siswa yang
antara lain untuk kenaikan kelas dan penentuan lulus tidaknya siswa.[13]4
3. Untuk memberikan data kepada orang tua atau masyarakat atau pihak- pihak
lain yang memerlukan keterangan tentang seorang siswa.[14]
4. Untuk memeperoleh informasi tentang potensi peserta didik sehingga
penempatannya dapat disesuaikan dengan bakat dan minatnya. [15]
Sedangkan menurut Charles E. Skinner dalam bukunya Essentials Of
Educations Psichology dijelaskan fungsi evaluasi yaitu :
413 Abdul Rachman Shaleh, Op.Cit.,hlm. 76.
14 Subari, Suprvisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar, ( Jakarta : Bumi Aksara, 1994 ), hlm. 174.
15 Chabib Thoha, Op. Cit., hlm. 8.
16 Charles E. Skinner (ed), Essentiols Of Educational Psychology, ( Tokyo : Prentice-Hall & Maruzen Companny Ltd, 1958 ), hlm. 441-442.
(1) to determine the status of each pupil in various subject and in various
objectives of the curriculum; (2) to evaluate the status and rate of growth of each
pupil in terms of his ability and age; (3) to identify the educational needs of each
pupil; (4) to identify the gifted pupil,the normal pupil, and the slow-learning
pupil; (5) to group pupils for instructional purposes within the class group; (6) to
analtyze or diagnose an individual pupils difficulties and rate of growth; (7) to
determine the achievement status of class at the beginning and at the and term[16]
(1) untuk menentukan status tiap pada beberapa obyek dan tujuan dari kurikulum;
(2) untuk menilai status dan tingkat pertumbuhan tentang kemampuan dan umur
tiap murid; (3)untuk mengidentifikasi kebutuhan pendidikan tiap murid; (4) untuk
mengidentifikasi murid berbakat, murid biasa dan murid lamban belajar; (5) untuk
mengelompokkan murid untuk tujuan instruksianal dalam kelompok kelas; (6)
untuk menganalisis dan mendiagnosis kesulitan dan tingkat pertumbuhan murid;
(7) untuk menentukan status prestasi dalam kelas pada awal adan akhir belajar.
Dengan memahami pengertian evaluasi dan ruang lingkupnya, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa Evaluasi belajar PAI adalah usaha untuk menilai
pencapaian tujuan belajar PAI yang mencerminkan perubahan tingkah laku,
kecakapan, dan status siswa dalam menelaah materi PAI pada jangka waktu
tertentu.
2.2 Prinsip-Prinsip Evaluasi Belajar PAI
Perlakun evaluasi belajar PAI harus berdasarkan prinsip pelaksanaannya.
Betapapun baik prosedur evaluasi yang diikuti dan sempurnanya evaluasi yang
diterapkan, apabila tidak dipadukan dengan prinsip-prinsip penunjangnya maka
hasil evaluasi akan kurang dari yang diharapkan.[17]5
Prinsip-prinsip pelaksanaan evaluasi belajar PAI yang digunakan antara lain:
2.2.1 Prinsip Menyeluruh (komprehensif)
517 Daryanto, Op. Cit., hlm. 19.
18 Kosadi Hidayat, et. al., Evaluasi Pendidikan Dan Penerapannya Dalam Pengajaran Bahasa Indonesia, ( Bandung : Alfabeta, 1994 ), hlm. 8.
19 Ngalim Purwanto dan Sutadji Djojopranoto, Administrasi Pendidikan, ( Jakarta : Mutiara, 1984), hlm. 146.
Menyeluruh artinya evaluasi yang dilakukan menggambarkan penguasaan
siswa terhadap pencapaian keseluruhan tujuan yang diharapkan dan bahan
pelajaran yang diberikan.[18] Dalam prinsip ini yang dinilai bukan hanya aspek
kecerdasan atau hasil belajar, melainkan seluruh aspek pribadi atau tingkah
lakunya.[19]
Evaluasi hasil belajar harus dapat mencakup berbagai aspek yang
menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku siswa. Hal ini
mencakup aspek proses ranah beripikir (cognitive domain) juga dapat mencakup
aspek kejiwaan lainnya yaitu aspek nilai atau sikap (affektive domain) dan aspek
keterampilan (psychomotor domain) yang ada pada masing-masig siswa.[20]
Dalam hubungannya dengan proses belajar PAI, maka evaluasi hasil belajar
dalam pelajaran PAI tidak hanya menyangkut masalah penyampaian ilmu, tetapi
untuk penanaman iman dan mengamalkan ajaran Islam secara menyeluruh.[21]6
Hal ini sesuai dengan QS. Al-Baqarah : 208.
� �ع و�ا �ب �ت ت � و�ال كآف�ة+ � �م ل الس� �اف�ى و�ا ل د�خ �ا و�ا ء�ام�ن �ن� �ذ�ي 8ه�اال يآي
�ن9 } �ي م ب ع�د و; م� �ك ل �ه �ن إ �ط�ان� ي الش� {208خ ط و�ات�“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya,
dan janganlah kamu turuti langkah syaitan“. Sesungguhnya syaitan itu musuh
yang nyata bagimu. (QS. Al Baqarah: 208).”[22]
Selanjutnya, mengamalkan ajaran Islam, identik dengan tujuan pendidikan
Islam. Menurut Al Ghazali, yaitu menghiasi diri dengan akhlak terpuji dan
mendekatkan diri kepada Allah serta menyiapkan siswa untuk bertanggung jawab
terhadap tugas yang bersifat keduniaan dan keakhiratan.[23]
2.2.2 Prinsip terus menerus atau kesinambungan (Continuity)
Terus menerus artinya evaluasi tidak hanya merupakan kegiatan ujian
semester atau ujian kenaikan/ujian akhir saja, tetapi harus dilakukan terus
620 Anas Sudijono, Op. Cit., hlm. 32.
21 Ibid.
22 Soenarjo, Op. Cit., hlm. 50.
23 Imam Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumuddin, Jilid II, ( Bairut : Dar Al Fikri, tth ), hlm. 59.
menerus (kontinyunitas).[24]7Karena pendidikan adalah suatu proses yang
kontinu, evaluasi harus dilaksanakan secara kontinyu.[25]
Dengan hasil evaluasi yang dilakukan secara kontinyu, teratur, terencana
dan terjadwal, pendidik memperoleh informasi yang dapat memberikan gambaran
mengenai kemajuan maupun perkembangan siswa, mulai awal sampai akhir
program pembelajaran.[26] Hal ini perlu diperhatikan dalam evaluasi PAI, yaitu
guru / pendidik secara terus menerus mengikuti pertumbuhan, perkembangan dan
perubahan siswa. Evaluasi tidak saja merupakan tes formal saja, melainkan juga
perhatian terhadap siswa ketika duduk, berbicara, dan bersikap atau pengamatan
ketika siswa berada di ruang kelas, tempat ibadah dan ketika bermain.
Dari berbagi pengamatan yang ada, perlu dicatat secara tertulis tentang
perilaku yang menonjol atau kelainan pertumbuhan yang kemudian harus diikuti
langkah bimbingan. Hal ini tidak berarti seluruh waktu dihabiskan untuk tugas
evaluasi, tetapi apabila sewaktu-waktu terdapat siswa menunjukkan sikap tertentu,
maka hendaknya dicatat secara tertulis.[27]
2.2.3 Prinsip Validitas (validity) dan Reliabilitas (reability)
Validitas atau keshahihan menunjuk pada pengertian bahwa alat evaluasi
yang digunakan benar-benar mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. [28]
Misalnya barometer adalah alat pengukur tekanan udara dan tidak tepat bila
digunakan untuk mengukur temperatur udara. Demikian pula suatu tes memiliki
suatu validitas bila tes itu benar-benar mengukur hal yang hendak dites. [29]8
724 Ayar Yusuf dan Yurnalis Etek, Keragaman Teknik Evaluasi Dan Metode Penerapan Jiwa Agama, (Jakarta : IND-HILL-CO, 1987 ), hlm. 48.
25 Zainal Arifin, Evaluasi Intruksional ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 1991 ), hlm. 11.
26 Anas Sudijono, Op. Cit., hlm. 33.
27 Abu Ahmadi, Metodik Khusus Pendidikan Agama, ( Bandung : Armico, tth ), hlm. 215.
28 Wayan Nurkancana dan Sumartana, Evaluasi Pendidikan, ( Surabaya : Usaha Nasional, 1996 ), hlm. 127
829 Ibid.
30 Koesnadi Hidayat, et.al., Op. Cit., hlm. 9.
Reliabilitas atau ketepatan artinya dapat dipercaya, evaluasi dikatakan dapat
dipercaya apabila hasil yang diperoleh pada ujian itu tetap atau stabil, kapan saja,
siapapun yang mengujikan dan yang menilainya.[30] Misalnya untuk mengukur panjang
kayu dengan menggunakan mistar, maka hasil pengukuran tetap sama sekalipun
pengukuran dilakukan beberapa kali dan oleh pengukuran lain. Hal itu menunjukkan
bahwa hasil pengukuran betul-betul dapat dipercaya, ukurannya stabil atau tetap.
2.2.4 Prinsip Objektivitas (Objectivity)
Objektifitas artinya bahwa evaluasi dilakukan dengan sebaik-baiknya berdasarkan
fakta dan data yang ada tanpa dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektivitas dari evaluator
(penilai).[31] Sikap objektif atau apa adanya ini dimaksudkan, bahwa evaluasi
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya tanpa ada pengaruh dari faktor guru atau siswa itu
sendiri. Pelaksanaan evaluasi di mana siswa menunjukkan kemampuan tidak sebagai
mana adanya (seperti menyontek), atau guru memberikan data penilaian yang tidak
sebenarnya (subjektif). [32]
Sikap objektivitas dalam evaluasi itu antara lain itu ditunjukkan dalam sikap: (a)
ash-shidqah yaitu berlaku benar dan jujur dalam mengadakan evaluasi ; (b) amanah yaitu
sikap pribadi yang setia, tulus hati, dan jujur dalam menjalankan evaluasi yang
dipercayakan kepadanya; (c) Rahmah dan ta’awun yaitu sikap kasih sayang terhadap
sesama, adil dan saling tolong menolong untuk menuju kebaikan dan kebenaran.[33]9
2.2.5 Prinsip Mengacu Kepada Tujuan
Setiap aktivitas manusia sudah pasti mempunyai tujuan tertentu, karena aktivitas
yang tidak mempunyai tujuan merupakan aktivitas atau pekerjaan yang sia-sia. Agar
evaluasi sesuai dan dapat mencapai sasaran, maka evaluasi harus mengacu kepada tujuan.
Tujuan sebagai acuan ini harus dirumuskan lebih dahulu sehingga dengan jelas
menggambarkan apa yang hendak dicapai. Bila tujuan itu ditetapkan dengan
31 Abdul Ghofir dan Muhaimin, Pengenalan Kurikulum Madrasah, ( Solo : Ramdani,1993 ), hlm. 82.
32 Muahaimin, Konsep Pendidikan Islam, ( Solo : Ramdani, 1993 ), Cet. II, hlm. 80.
933 Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, ( Bandung : Sinar Baru, 1985 ), hlm. 127.
34 Muhaimin, Op. Cit., hlm. 79.
35 Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, ( Bandung : Sinar Baru, 1991 ), hlm.140
menggunakan taksonomi Bloom, maka dapat dilakukan kajian tentang kognitif, afektif,
dan psikomotorik yang dimiliki siswa sebagai hasil belajarnya. [34]
2.3 Tahap dan Teknik Evaluasi Belajar PAI
2.3.1 Tahap Evaluasi
Evaluasi pada dasarnya ialah suatu proses yang sistematis. Artinya, ditempuh
tahap-tahap tertentu dan setiap tahap mengandung langkah yang jelas apa yang harus
dilakukan penilai. [35] Tahap evaluasi yang perlu dilalui seorang penilai meliputi:
a. Persiapan
Setiap kegiatan atau tindakan kependidikan selalu diawali dengan perencanaan atau
persiapan. Tahap persiapan ini pada dasarnya menentukan apa dan bagaimana evaluasi
harus dilakukan. Artinya, perlu rencana yang jelas mengenai kegiatan evaluasi termasuk
alat dan sarana yang diperlukan.[36] Alat evaluasi hasil belajar yang digunakan
tergantuing dari teknik evaluasi yang dipakai. Apabila menggunakan teknik tes maka alat
penilaiannya berupa tes, sedangkan teknik nontes alat penilaiannya berupa macam-
macam alat penilaian nontes.
Prosedur yang ditempuh untuk menyusun alat penilaian tes adalah sebagai berikut :
Pertama, tujuan belajar yakni bentuk perilaku yang akan dievaluasi. Jika evaluasi
dilakukan secara formatif tujuan belajar, di samping untuk kepentingan evaluasi juga
dalam rangka pengembangan sistem belajar. Bila evaluasi dilakukan sebagai evaluasi
sumatif atau untuk kepantingan diagnosis maupun penempatan maka perumusan tujuan
disesuaikan dengan maksud tersebut.[37]10
Kedua, menyusun kisi-kisi (lay out) yakni materi tes yang diujikan betul-betul
representatif terhadap materi pelajaran yang diberikan di kelas bersangkutan.[38] Sumadi
Suryabrata mengemukakan, bahwa tujuan menyusun kisi-kisi soal adalah merumuskan
setepat mungkin ruang lingkup, tekanan, dan bagian-bagian tes sehingga perumusan
tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi penyusun tes.[39]
1036 Ibid. hlm. 140
37 Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, ( Bandung : Sinar Baru, 1992 ), hlm. 121.
38 Wayan Nurkancana dan Sumartana, Op. Cit., hlm. 52.
39 Chabib Thoha, Op. Cit., hlm. 32.
Ketiga, penulisan butir soal yakni kegiatan yang dilaksanakan setelah pembuatan
kisi-kisi soal. Dalam menulis soal digunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami
sehingga tidak mengandung penafsiran ganda atau membingungkan.[40]11
Keempat, uji coba tes (try out) yakni bertujuan untuk mengetahui validitas dan
reliabilitas tes secara empirik. Alat tes yang baik adalah alat tes yang sudah mengalami
beberapa uji coba.[41]
Adapun prosedur yang ditempuh untuk alat penilaian nontes adalah sebagai
berikut:
1. Menetapkan bentuk nontes yang akan dilaksanakan, yaitu kegiatan evaluator
untuk menetapkan bentuk nontes evaluasi hasil belajar yang akan dilaksanakan.
Bentuk tes evaluasi hasil belajar meliputi observasi, daftar cocok(check list), dan
wawancara.
2. Menetapkan aspek-aspek sasaran evaluasi hasil belajar yang akan dinilai.
3. Menulis alat penilaian nontest yang dibutuhkan sesuai dengan aspek-aspek
sasaran evaluasi hasil belajar. Yaitu lembar observasi, daftar cocok, dan pedoman /
lembar wawancara.[42]
b. Pelaksanaan Pengukuran
Pelaksanaan pengukuran untuk teknik tes maupun teknik nontes hampir
sama.Adapun prosedur pelaksanaan pengukuran adalah sebagai berikut:
1. Persiapan tempat pelaksanaan pengukuran, yaitu suatu kegiatan untuk
mempersiapkan ruangan yang memenuhi sarat-sarat pelaksanaan pengukuran yang
meliputi syarat penerangan, luas ruangan, dan tingkat kebisingan. Penerangan yang
kurang baik dalam ruang yang digunakan akan menyebabkan siswa mengalami hambatan
dalam membaca butir soal dan dalam menulis jawaban. Persyaratan luas ruangan
diperlukan agar ada jarak yang cukup antara siswa yang satu dengan siswa yang lain
untuk menghindari kecurangan. Tingakat kebisingan yang berlebihan dari luar ruangan
akan mengganggu konsentrasi siswa sehingga hasil evaluasi tidak menggambarkan
keadaan yang sebenarnya.[43]12
1140 Ibid. hlm. 30-40.
41 Ibid. hlm. 42.
42 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm.216.
1243 Zainal Arifin, Op. Cit., hlm. 78.
44 Dimyati dan Mudjiono, Op. Cit., hlm 217.
2. Melancarkan pengukuran, yaitu kegiatan evaluasi yang melaksanakan
pengukuran terhadap siswa dengan bentuk kegiatan sebagai berikut:
- Memberi peraturan pelaksanaan pengukuran.
- Membagikan lembar soal dan lembar jawaban, atau melakukan pengamatan,
wawancara, atau membagikan daftar cocok.
- Mengawasi kedisiplinan siswa dalam mematuhi pelaksanaan pengukuran.
- Mengumpulkan lembar jawaban dan lembar soal.
3. Menata dan mengadministrasikan lembar soal dan lembar jawabansiswa untuk
memudahkan penskoran.[44]
c. Pengolahan Data
Pengolahan data hasil belajar dimaksudkan untuk mengubah data mentah hasil tes
atau nontes menjadi data masak yang siap ditafsirkan. Penafsiran data masak tersebut
antara lain adalah untuk menentukan posisi siswa dibandingkan dengan siswa-siswa
lainnya dalam kelompok atau kelasnya, dan untuk menentukan batas kelulusan
berdasarkan kriteria yang ditentukan.[45]13
Pengolahan data mentah menjadi data masak memerlukan analisis statistik.
Analisis statistik digunakan bila bertemu dengan data kuantitatif, yaitu data yang
berbentuk angka-angka. Sedangkan data kualitatif, yaitu data yang berbentuk kata-kata,
tidak dapat diolah dengan statistik.[46]
d. Penafsiran Data
Setelah melakukan pengolahan data, langkah selanjutnya adalah menafsirkan data itu
sehingga memberikan makna. Langkah penafsiran data sebenarnya tidak bisa dilepaskan
dari pengolahan data, sebab dalam pengolahan data dengan sendirinya akan diikuti
penafsiran data yang diolah. Penafsiran terhadap sekumpulan data dapat dibedakan
menjadi dua, yakni penafsiran yang bersifat individual dan penafsiran yang bersifat
klasikal.[47]
Penafsiran data yang bersifat individual yaitu penafsiran terhadap keadaan atau
kondisi seorang siswa berdasarkan perolehan penilaian hasil belajarnya. Ada tiga jenis
penafsiran individual yaitu:
1345 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 106.
46 Zainal Arifin, Op. Cit., hlm. 83
47 Wayan Nurkancana dan Sumartana, Op. Cit., hlm. 113.
1. Penafsiran tentang kesiapan, yaitu menafsirkan tentang kesiapan siswa untuk
mengikuti pelajaran berikutnya, untuk naik kelas atau untuk lulus.
2. Penafsiran tentang kelemaham individual, yaitu menafsirkan seorang siswa pada
sub tes tertentu, pada satu mata pelajaran, atau pada keseluruhan mata pelajaran.
3. Penafsiran tentang pertumbuhan, yaitu penafsiran tentang kemajuan seorang siswa
pada satu periode belajar dengan jalan membandingkan prestasi yang dicapai oleh
siswa pada saat sekarang dengan prestasi pada periode sebelumnya.[48]14
Adapun penafsiran klasikal yaitu, penafsiran terhadap kelas secara keseluruhan
tentang hasil yang mereka capai dalam tes yang telah diberikan. Dalam kaitan ini ada
empat penafsiran klasikal yaitu :
1. Penafsiran kelemahan-kelemahan kelas
2. Penafsiran prestasi kelas
3. Penafsiran perbandingan antarkelas
4. Penafsiran tentang susunan kelas.[49]
e. Pelaporan
Pelaporan dimaksudkan untuk memberikan umpan balik kepada semua pihak yang
terlibat dalam proses belajar baik secara langsung maupun tidak langsung. Pihak-pihak
yang perlu memperoleh laporan tentang hasil belajar siswa adalah siswa, guru yang
mengajar, guru lain, petugas lain disekolah, orang tua siswa, dan pemakai lulusan.[50]
Melalui laporan hasil evalusai tersebut, semua pihak dapat mengetahui kemampuan
dan perkembangan siswa, sekaligus mengetahui tingkat keberhasilan pendidikan
disekolahnya. Laporan data hasil evaluasi tidak hanya mengenai prestasi atau hasil
belajar, melainkan juga mengenai kemajuan dan perkembangan siswa di sekolah seperti
motivasi belajar, disiplin, kesulitan belajar, atau sikap siswa terhadap mata pelajaran.
[51]15
1448 Ibid. hlm. 114-116.
49 Ibid. hlm. 116-117.
50 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 281-282.
1551 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Op. Cit., hlm. 152-153.
52 Abu Ahmadi, Op. Cit., hlm. 217.
53 Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, ( Jakarta : Ciputat Pers, 2002), hlm. 62.
54 Zuhairini, et. al., Metodologi Pendidikan Agama, (Solo : Ramadhani, 1993 ), hlm.154.
2.3.2 Teknik Evaluasi
Teknik evaluasi yaitu “suatu cara atau prosedur memperoleh data dan keterangan
yang berguna sebagai bahan evaluasi.”[52] Pada umumnya evaluasi dibagi menjadi dua
teknik: a) teknik nontes, yaitu “evaluasi yang tidak menggunakan soal-soal tes dan
bertujuan untuk mengetahui sikap dan sifat kepribadian siswa yang berhubungan dengan
kiat belajar atau pendidikan.”[53] b) teknik tes, yaitu “untuk menilai kemampuan siswa
yang meliputi pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil belajar, bakat khusus dan
intelegensi.”[54]
a. Teknik nontes
Teknik nontes dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek individu sehingga
tidak hanya untuk menilai aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik.[55]
Teknik nontes ini dibagi menjadi enam yaitu : skala bertingkat, kuesioner, daftar cocok,
wawancara, pengamatan, dan riwayat hidup.[56]
1. Skala bertingkat (rating scale)
Skala yang menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil
pertimbangan. Biasanya angka-angka yang digunakan diterapkan pada skala dengan jarak
yang sama secara bertingkat dari yang rendah ke yang tinggi.[57]16
2. Kuesioner (angket)
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengajukan pertanyaan kepada siswa dan dijawab secara tertulis.[58]17
Macam-macam kuesioner :
a. Ditinjau dari siapa yang menjawab
1) kuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi
langsung oleh orang yang akan diminta jawaban tentang dirinya.
2) Kuesioner tidak langsung yaitu kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan
orang yang akan dimintai keterangan.
b. Ditinjau dari segi cara menjawab
55 Nana Sudjana, Op. Cit., hlm. 67.
56 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 67.
1657 Ibid, hlm. 27.
1758 Nana Sudjana, Op. Cit., hlm 68.
1) Kuesioner tertutup (berstruktur)
Yaitu kuesioner disusun dengan menggunakan pilihan jawaban sehingga responden
tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.
2) Kuesioner terbuka
Yaitu kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga responden bebas
mengemukakan pendapatnya.[59]18
3) Daftar cocok (cek list)
Yaitu deretan pertanyaan (yang biasa disingkat-singkat), dimana responden tinggal
membubuhkan tanda (√) di tempat yang sudah disediakan.[60]
4) Wawancara (interviu)
Yaitu suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dengan
responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Wawancara dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu interviu bebas dan terpimpin. Interviu bebas yaitu responden mempunyai
kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya tanpa dibatasi patokan-patokan oleh
pengevaluasi. Adapun interviuterpimpin dimana responden harus menjawab dengan
pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu oleh evaluator.[61]
5) Pengamatan (observasi)
Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan
memperhatikan tingkah lakunya.[62]
Macam-macam observasi
1) Observasi langsung
Adalah pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam
situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat.
2) Observasi tidak langsung
Adalah pengamatanyang dilakukan dengan menggunakan bantuan alat.
3) Observasi partisipasi
Adalah bahwa pengamat harus melibatkan diri atau ikut serta dalam kegiatan yang
dilaksanakan oleh individu atau kelompok yang diamati.[63]19
6) Riwayat Hidup
1859 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 28-29.
60 Ibid, hlm. 29
61 Ibid, hlm 20.
62 Oemar Hamalik, Evaluasi Kurikulum, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1993), hlm
1963 Nana Sudjana, Op. Cit., hlm. 85.
Riwayat hidup yaitu gambaran tentang keadaan seseorang selama masa
kehidupannya. Dengan alat ini dapat ditarik kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan,
dan sikap dari obyek yang dinilai.[64]
b. Teknik tes
Teknik tes ini dibagi menjadi tiga yaitu : tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan.
[65]
1. Tes tertulis
Yaitu “tes yang soal dan jawaban yang diberikan oleh siswa berupa bahasa
tulisan.”[66]
Bentuk-bentuk tes tertulis :
a) Tes subjektif / uraian, yaitu “ pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dengan
bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan,
dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan
kata-kata dan bahasa sendiri.” [67] 20
Tes subjektif dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Tes uraian bebas, artinya “ butir soal itu hanya menyangkut masalah utama yang
dibicarakan, tanpa memberikan arahan tertentu dalam menjawab”.[68]
b. Tes uraian terbatas, artinya “ peserta didik diberi kebebasan untuk menjawab soal
yang ditanyakan namun arahan jawaban dibatasi sedemikian rupa, sehingga
kebebasan tersebut menjadi bebas yang terarah.” [69]
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan tes subjektif
yaitu :
1) Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi.
64 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm 31.
65 Abdul Rachman Shaleh, Op. Cit., hlm. 79.
2066 Chabib Thoha, Macam-Macam Tes ( PBM-PAI di Sekolah), ( Yogyakarta : Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Bekerjasama Dengan Pustaka Pelajar, 1998 ), hlm. 295.
67 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Op. Cit., hlm. 35.
68 Chabib Thoha, Macam-Macam Tes, Op. Cit., hlm. 298.
69 Ibid.,
2) Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tulisan dengan
baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah kebahasaan.
3) Dapat melatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran, yakni berpikir logis,
analitis, dan sistematis.
4) Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving).
5) Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga tanpa
memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berpikir
siswa.[70]21
Adapun kelemahan-kelemahannya yaitu :
1) Mengoreksi lebih sulit dan sangat dipengaruhi unsur subjektif pengoreksi.
2) Memerlukan waktu yang lebih panjang untuk mempentingkan hasilnya dengan
baik.
3) Kurang merangkum keseluruhan materi yang telah diberikan[71]
b) Tes objektif, yaitu “ item-item yang dapat dijawab dengan jalan memilih salah
satu alternatif yang benar dari sejumlah alternatif yang tersedia, atau dengan mengisi
jawaban yang benar dengan beberapa pertanyaan atau simbol.”[72]
Jenis-jenis tes objektif yaitu :
a. Tes benar salah (True-False)
Yaitu “tes yang terdiri dari pernyataan-pernyataan yang mengandung salah satu
dari kemungkinan, salah atau benar.”[73]
b. Tes pilihan ganda (Multiple Choice)
Yaitu “bentuk soal yang menyediakan sejumlah kemungkinan jawaban, satu di
antaranya adalah jawaban benar.”[74]22
c. Menjodohkan ( Matching)
2170 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Op. Cit., hlm. 36.
71 Subari, Op. Cit., hlm. 175.
72 Wayan Nurkancana dan Sumartana, Op. Cit., hlm. 27.
73 Abu Ahmadi, Op. Cit., hlm. 227.
2274 Ibrahim dan Nana Syaodih S., Perencanaan Pengajaran, ( Jakarta : Rineka Cipta, 2003 ), hlm. 97.
75 Sumarna Surapranata, Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum 2004, ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004 ), hlm. 109.
76 Ibid. hlm. 81.
Yaitu “peserta tes diminta untuk menjodohkan, atau memilih pasangan yang tepat
bagi pernyataan yang ditulis pada stimulus yang terdapat dilajur sebelah kiri dengan
respon yang terdapat pada lajur sebelah kanan.”[75]
d. Jawaban singkat ( Short Answer )
Yaitu “soal yang menuntut peserta tes untuk memberikan jawaban singkat berupa
kata, frase, nama tempat, nama tokoh, lambang atau kalimat yang sudah pasti.”[76]
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan tes objektif yaitu
:
1) Mengandung lebih banyak segi-segi positif, misalnya lebih representatif mewakili
isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangannya unsur-unsur
subjektif baik dari segi siswa maupun segi guru yang memeriksanya.
2) Lebih mudah dan cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes
bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.
3) Pemeriksaannya dapat diserahkan kepada orang lain.
4) Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhinya.[77]
Adapun kelemahan-kelemahannya yaitu :23
1) Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada tes uraian karena soalnya
banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lain.
2) Soal-soal cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali
saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.
3) Banyak kesempatan untuk main untung-untungan.
4) Kerjasama antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.[78]
2. Tes lisan
Yaitu “guru memberikan pertanyaan secara lisan dan siswa langsung diminta
menjawab secara lisan pula.”[79] Tes lisan ini memiliki beberapa keuntungan antara
lain :
a) Dapat digunakan untuk menilai kepribadian dan kemampuan penguasaan
pengetahuan paserta didik, karena dilakukan secara face to face.
b) Jika paserta didik belum jelas dengan pertanyaan yang diajukan, pendidik dapat
mengubah pertanyaan sehingga dimengerti.
2377 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 164-165.
78 Ibid
79 Ibrahim dan Nana Syaodih S., Op. Cit., hlm. 88.
c) Dari sikap dan cara menjawab pertanyaan, pendidik dapat mengetahui apa yang
tersirat disamping apa yang tersurat dalam jawaban.
d) Pendidik dapat menggali lebih lanjut jawaban peserta didik sampai mendetail
sehingga mengetahui bagian mana yang paling dikuasai oleh paserta didik.
e) Tepat untuk mengukur kecakapan tertentu, seperti kemampuan membaca,
menghafal kalimat tertentu.
f) Pendidik dapat mengetahui secara langsung hasil tes seketika.[80]24
Adapun kelemahan-kelemahannya yaitu :
1) Jika hubungan antara pengetes dan yang dites kurang baik, dapat mengganggu
objektivitas hasil tes.
2) Sifat penggugup pada yang dites dapat mengganggu kelancaran jawaban yang
diberikannya.
3) Pertanyaan yang diajukan tidak dapat selalu sama tiap-tiap orang yang dites.
4) Untuk mengetes kelompok memerlukan waktu yang sangat lama sehingga tidak
ekonomis.
5) Tidak atau kurang adanya kebebasan bagi si penjawab.
6) Pribadi dan sikap pengetes dan hubungannya dengan yang dites memungkinkan
hasil yang kurang objektif.[81]
3. Tes perbuatan
Yaitu “ tes dimana respon atau jawaban yang dituntut dari peserta didik berupa
tindakan, tingkah laku kongkrit. Alat yag digunakan untuk melakukan tes ini adalah
observasi atau pengamatan terhadap tingkah laku tersebut.”[82]25
Tes ini mengandung beberapa keuntungan dan beberapa kelemahan.
Keuntungan bentuk tes ini antara lain :
1) Tepat untuk mengukur aspek psikomotor
2) Tepat untuk mengetahui sikap yang merefleksi dalam tingkah laku sehari-hari.
3) Pendidik secarra langsung dapat mengamati dengan jelas jawaban-jawaban
sehingga lebih mudah dalam memberikan penilaian.[83]
2480 Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 1997 ), hlm. 37.
81 Ibid.,
2582 Chabib Thoha, Macam-Macam Tes, Op. Cit., hlm. 303.
83 Ibid., hlm. 63
84 Ibid.
Sedangakan kelemahan-kelemahannya yaitu :
1) Apabila perintah tidak jelas, maka tindakan yang muncul tidak sesuai dengan apa
yang diharapkan.
2) Seringkali pendidik terpengaruh oleh gerakan yang tidak menjadi indikator utama
dalam penilaian.
3) Membutuhkan waktu yang lama, terutama kalau pengamatannya dilakukan
individu.
4) Seringkali terjadi gangguan dalam pengamatan menyebabkan penilaian tidak
objektif.[84]
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pengertian Evaluasi. Dalam arti luas, penilaian atau evaluasi adalah suatu
proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat
diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Sesuai dengan
pengertian tersebut, maka setiap kegiatan penilaian merupakan suatu proses
yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data dan
berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat suatu keputusan. Dalam
hubungannya dengan kegiatan pembelajaran, evaluasi adalah suatu proses
yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh
mana tujuan-tujuan pembelajaran telah dicapai oleh peserta didik.
program evaluasi adalah mengetahui kadar pemahaman anak didik terhadap
materi pelajaran, melatih keberanian dan mengajak anak didik untuk
mengingat kembali materi yang telah diberikan. Selain itu, program evaluasi
bertujuan mengetahui siapa diantara anak didik yang cerdas dan yang lemah,
sehingga naik tingkat, kelas maupun tamat. Tujuan evaluasi bukan hanya
tertuju pada anak didik saja, tetapi juga bertujuan mengevaluasi pendidik,
yaitu sejauh mana pendidik bersungguh-sungguh dalam menjalankan
tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Sedangkan Fungsi
evaluasi adalah membantu anak didik agar ia dapat mengubah atau
mengembangkan tingkah lakunya secara sadar, serta memberi bantuan
kepadanya cara meraih suatu kepuasan bila berbuat sebagaimana mestinya.
Di samping itu fungsi evaluasi juga dapat membantu seorang pendidik dalam
mempertimbangkan baik tidaknya metode mengajar, serta membantu
mempertimbangkan administrasinya.
Penilaian merupakan upaya untuk memeriksa sejauh mana siswa mencapai
tujuan pendidikan, penilaian bersifat kualitatif dan pengukuran bersifat
kuantitatif.
Evaluasi merupakan upaya untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil
belajar siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Evaluasi hasil belajar
berfungsi diagnostik, untuk seleksi, untuk kenaikan kelas, dan untuk
penempatan. Tujuan evaluasi hasil belajar adalah memberikan informasi yang
berkenaan dengan kemajuan siswa, pembinaan kegiatan belajar, menetapkan
kemampuan dan kesulitan, untuk mendorong motivasi belajar, membantu
perkembangan tingkah laku dan membimbing siswa untuk memilih sekolah,
jabatan/ pekerjaan.
Evaluasi pembelajaran diarahkan kepada komponen input, komponen proses
dan komponen output pembelajaran. Evaluasi pembelajaran berfungsi untuk
pengembangan program, perencanaan dan pengembangan kurikulum, serta
untuk akreditasi program kelembagaan. Sasaran evaluasi pembelajaran adalah
tujuan pembelajaran, unsur dinamis pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran
dan kurikulum. Prosedur evaluasi pembelajaran menggunakan metode
kuesioner, studi kasus, observasi, anekdotal records dan wawancara, yang
masing-masing dilengkapi dengan instrumen penilaian tertentu.
3.2 SARAN
Setelah melakukan penyusunan makalah yang bertema “Evaluasi
Pembelajaran”, maka penyusun mencoba mengemukakan beberapa saran, yaitu :
guru dapat memberikan layanan dan bantuan dan bimbingan yang tepat kepada
siswa dengan pendekatan yang relefan dengan tingkat perkembangannya
guru dapat mengantisipasi kemungkinan – kemungkinan timbulnya kesulitan
belajar siswa tertentu
guru dapat memertimbangkan waktu yang tepat dalam memulai aktifitas proses
belajar mengajar bidang studi tertentu
guru dapat menemukan dan menetapkan tujuan – tujuan pengajaran sesuai
dengan kemampuan psikologisnya
Semoga pembaca dapat mempelajari makalah yang telah dibuat dan mengerti
isi serta ruang lingkupnya sehingga dapat mengambil pelajaran
dapat melaksanakan hak dan kewajiban sebagai seorang calon guru
dapat mengkaji dengan baik dan dapat melengkapi kekurangan makalah ini
DAFTAR PUSTAKA
Anas sudion, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (PT. Grafindo Persada,
Jakarta,2005)
Ramayulis, Metodelogi Pendidikan Agama Islam, (Kalam Mulia:
Jakarta,2002),
http://sutisna.com/psikologi/psikologi-pendidikan/tujuan-dan-fungsi-evaluasi/
http://makalah-ibnu.blogspot.com/2008/10/hakekat-evaluasi-pendidikan-
islam.html
Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam( Pustak Setia: Jakarta,)
http://makalah-ibnu.blogspot.com/2008/10/hakekat-evaluasi-pendidikan-
islam.html
DR. Nana Sudjana, 2003, Teknologi Pengajaran, Bandung : Sinar Baru
Algensindo
Dr. Oemar Hamalik, 1999, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Bumi
Aksara
http://www.google.co.id