126
EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA KEMOTERAPI KANKER PARU-PARU DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2008 Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi ( S. Farm. ) Program Studi Farmasi Oleh : Felisita Anesti Kusumastuti NIM : 068114084 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA

KEMOTERAPI KANKER PARU-PARU DI RSUP Dr. SARDJITO

YOGYAKARTA TAHUN 2008

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi ( S. Farm. )

Program Studi Farmasi

Oleh :

Felisita Anesti Kusumastuti

NIM : 068114084

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

Page 2: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

iii

Page 3: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

iv

Page 4: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kalau kau pernah takut mati, sama..

Kalau kau pernah sakit hati, aku juga iya..

Dan sering kali sial datang dan pergi tanpa permisi kepadamu, suasana hati.. tak

peduli..

Kalau kau kejar mimpimu, selalu..

Kalau kau ingin berhenti, ingat tuk mulai lagi..

Tetap semangat, dan teguhkan hati di setiap hari, sampai nanti..

Tetap melangkah, dan keraskan hati di setiap hari sampai nanti.. sampai mati..

(Sampai nanti sampai mati, Letto)

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

Yesus Kristus Pelindung dan Penyelamatku

Ayahanda Ch. Minar Lukito

I bunda Agnes Sri Harianti

Gregorius Ardian Purnomo Adi

Antonius Alfian Yuan Dias Priharta

Almamaterku

Page 5: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Felisita Anesti Kusumastuti

Nomor Mahasiswa : 068114084

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“Evaluasi Penatalaksanaan Kasus Mual-Muntah pada Kemoterapi Kanker Paru-

paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2008” beserta perangkat yang

diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk

media lain, mengelolanya dalam bentuk pengkalan data, mendistribusikan secara

terbatas dan mempublikasikannya dalam internet atau media lain untuk

kepentingan akademis tanpa meminta izin dari saya maupun memberikan royalti

kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 2 Februari 2010

Yang menyatakan

Page 6: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

vii

PRAKATA

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan

berkat, kesabaran, kekuatan, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang penulis susun berjudul

EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA

KEMOTERAPI KANKER PARU-PARU DI RSUP Dr. SARDJITO

YOGYAKARTA TAHUN 2008.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta. Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan

banyak terimakasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberi bimbingan, kesehatan, dan

perlindungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak, Ibu, dan mas Dian atas doa, kasih sayang, perhatian, dan dukungannya

baik moril maupun materiil yang selalu diberikan.

3. Direktur RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah memberikan ijin bagi

penulis untuk melakukan penelitian di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

4. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi dan dosen

pembimbing yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan

penelitian ini dan meluangkan waktu untuk membimbing, memotivasi, dan

memberikan saran demi terselesaikannya skripsi ini.

5. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt selaku dosen penguji yang telah

meluangkan waktu untuk menguji, memberikan saran, semangat, dan masukan

Page 7: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

viii

yang berharga dalam proses penyempurnaan skripsi ini.

6. Ibu dr. Fenty, M.Kes.,Sp.PK selaku dosen penguji yang telah meluangkan

waktu untuk menguji, member saran, semangat, dan masukan yang berharga

dalam proses penyempurnaan skripsi ini.

7. Karyawan di Diklit dan bagian Catatan Medik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

yang telah membantu kelancaran pengambilan data dalam penelitian ini.

8. Uti dan Akung (Alm) beserta keluarga besar di Borobudur atas doa, perhatian,

kasih sayang, dan dukungan untukku.

9. Antonius Alfian Yuan Dias P atas doa, perhatian, cinta dan cita-cita,

kesabaran, serta dukungan yang sangat besar dan berkesan untukku.

10. Reno, terimakasih atas kebersamaan, suka dan duka, dan rasa saling

memotivasi selama penyusunan skripsi ini.

11. Pak Mukmin, Mas Narto, dan Mas Dwi selaku Staff Sekretariat Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma, terimakasih telah membantu dalam

memperlancar administrasi hingga tersusunnya skripsi ini.

12. Teman-teman diskusi sepert Lia, Valida, Fea, Winny, dan Yunni atas

masukan-masukannya sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

13. Teman-teman Farmasi angkatan 2006 khususnya minat FKK atas

kebersamaan dan perjuangan menuju cita-citanya yang dihiasi dengan sorak-

sorak semangat yang membara. Terimakasih dan selalu semangat!

14. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis hingga

tersusunnya skripsi ini.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak terdapat

Page 8: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

ix

kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya

membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi

pengembangan ilmu farmasi pada khususnya dan kemajuan ilmu pengetahuan

pada umumnya.

Yogyakarta, 20 Januari 2010

penulis

Page 9: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

x

Page 10: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

xi

INTISARI

Kemoterapi merupakan salah satu pengobatan kanker paru-paru. Kemoterapi dilakukan dengan memberikan obat-obat sitostatika yang mekanisme

kerjanya akan merusak DNA atau bertindak sebagai inhibitor umum pada pembelahan sel. Kemoterapi ini dapat memberikan efek samping yang merugikan

pasien salah satunya yaitu mual-muntah. Berkaitan dengan hal itu maka dilakukan penelitian mengenai penatalaksanaan mual-muntah pada kemoterapi kanker paru-paru.

Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental dengan mengikuti rancangan deskriptif yang bersifat retrospektif dengan menggunakan data rekam

medik pasien kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008. Analisis data dilakukan secara kualitatif dalam bentuk tabel yang disajikan secara deskriptif dan dievaluasi berdasarkan Drug Related Problems (DRPs).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kasus kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 terbanyak pada interval tahun 50 - <60 tahun

(33%), pada stadium III yaitu sebanyak 26%, dengan jumlah penyakit penyerta terbanyak adalah hipertensi sebanyak 4 kasus. Ada 27 pasien mengalami mual-muntah pada kemoterapi kanker paru-paru. Dari 27 kasus mual-muntah tersebut

terdapat 48 episode DRPs yaitu butuh tambahan terapi obat sebanyak 27 kasus, obat tidak tepat 20 kasus, dan dosis terlalu tinggi 1 kasus. Presentasi dampak

terapi mual-muntah yaitu 41% masih mual dan 59% membaik. Kata kunci : kanker paru-paru, kemoterapi, mual-muntah, Drug Related Problems

(DRPs)

Page 11: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

xii

ABSTRACT

One of lung cancer therapy is chemotherapy. Chemotherapy were executed by cytology medicine that will destroying DNA or personating as

common inhibitor to bisection of cell. This chemotherapy was causing side effects included nausea and vomiting. From that causes, today were performed the

research about the procedure of nausea and vomiting case management in chemotherapy. This research counted the non-experimental research by following the

descriptive design with retrospective characteristic, then using the medical record data from lung cancer patient at RSUP Dr. Sardjito in the period of 2008. The data

analysis were performed by qualitative in the table form which presenting by descriptive and evaluated by Drug Related Problems method (DRPs). The result was presenting lung cancer in RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta in

the period of 2008, there is more in age interval 50 - <60 years old (33%), in III stadium 26%, with the other desease like hypertension became the most, on 4

cases. There were 27 patient feel nausea vomiting, 48 chemotherapy episodes feel DRPs, that 27 cases need for additional drug therapy, 20 cases wrong drug, and 1 cases dosage too high. The effect from nausea-vomiting cases management

presentation 59% becomes better and 41% not yet secured.

Keywords : lung cancer, chemotherapy, nausea-vomiting, Drug Related Problems (DRPs)

Page 12: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS …………………………. vi

PRAKATA ........................................................................................................ vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA............................................................. x

INTISARI.......................................................................................................... xi

ABSTRAC ......................................................................................................... xii

DAFTAR ISI...................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xx

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xxi

BAB I. PENGANTAR

A. Latar Belakang................................................................................ 1

1. Permasalahan............................................................................ 3

2. Keaslian Penelitian................................................................... 4

3. Manfaat Penelitian.................................................................... 4

B. Tujuan Penelitian............................................................................ 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Page 13: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

xiv

A. Kanker Paru .................................................................................... 6

1. Definisi ....................................................................................... 6

2. Epidemiologi .............................................................................. 7

3. Etiologi ....................................................................................... 8

4. Patofisiologi ............................................................................... 9

5. Tanda dan Gejala ...................................................................... 10

6. Diagnosis ................................................................................... 12

7. Stadium ...................................................................................... 14

8. Penatalaksanaan Terapi .............................................................. 15

B. Kemoterapi ...................................................................................... 17

C. Mual-muntah ................................................................................... 19

1. Definisi ...................................................................................... 19

2. Mekanisme mual-muntah .......................................................... 19

3. Tipe mual-muntah ..................................................................... 21

4. Penatalaksanaan mual-muntah .................................................. 22

D. Drug Related Problems .................................................................. 28

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 31

A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................... 31

B. Definisi Operasional ..................................................................... 31

C. Subyek Penelitian .......................................................................... 33

D. Bahan Penelitian ............................................................................ 33

E. Lokasi Penelitian ........................................................................... 34

F. Waktu Penelitian ........................................................................... 34

Page 14: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

xv

G. Tata cara Penelitian ....................................................................... 34

H. Analisis Hasil ................................................................................ 36

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 38

A. Profil Pasien Kanker Paru-paru..................................................... 38

1. Presentase Pasien Kanker Paru-paru Berdasarkan Kelompok

Umur ....................................................................................... 38

2. Presentase Pasien Kanker Paru-paru Berdasarkan Stadium..... 39

3. Jumlah Penyakit Penyerta pada Pasien Kanker Paru-paru ...... 40

4. Riwayat Merokok pada Kasus Kanker Paru-paru ................... 40

B. Profil Obat-obatan yang Digunakan Dalam Kasus Kemoterapi

Kanker Paru-paru Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun

2008............................................................................................... 41

1. Obat Gastrointertinal dan Hepatobilier ................................... 43

2. Obat Kardiovaskular dan Hemapoietik .................................. 43

3. Sistem Pernafasan ................................................................... 44

4. Sistem Saraf Pusat ................................................................... 45

5. Hormon Kortikosteroid ............................................................ 45

6. Antiinfeksi ............................................................................... 46

7. Obat Kemoterapi ...................................................................... 46

8. Sistem endokrin dan Metabolik ............................................... 47

9. Vitamin dan Mineral ................................................................ 48

10. Nutrisi ...................................................................................... 48

11. Lain- lain .................................................................................. 49

Page 15: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

xvi

C. Strategi Penatalaksanaan Mual-Muntah pada Kemoterapi Kanker

Paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta ................................. 50

D. Drug Related Problems (DRPs) .................................................... 53

E. Dampak Terapi Kasus Mual-Muntah pada Kemoterapi Kanker

Paru-paru ....................................................................................... 60

F. Rangkuman Pembahasan .............................................................. 64

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 66

A. Kesimpulan ................................................................................... 66

B. Saran ............................................................................................. 67

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 68

LAMPIRAN ..................................................................................................... 70

BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 106

Page 16: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel I. TNM (Tumor, Node, Metastase) International Staging System

untuk kanker paru-paru ………………………………………... 15

Tabel II. Klasifikasi kanker paru-paru berdasarkan TNM ......................... 15

Tabel III. Terapi antagonis 5-HT3 untuk mual-muntah kelas IV................. 23

Tabel IV. Terapi untuk mual-muntah kelas III ............................................ 24

Tabel V. Terapi antiemetik untuk mual-muntah tipe breakthrough ........... 27

Tabel VI. Jumlah dan jenis penyakit penyerta pada kasus kemoterapi

kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun

2008……….................................................................................. 40

Tabel VII. Golongan dan jenis obat saluran gastrointestinal dan sistem

hepatobilier pada kasus kemoterapi kanker paru-paru di RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 ………………………….. 43

Tabel VIII. Golongan dan jenis obat kardiovaskular dan sistem hematopoietik

pada kasus kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta tahun 2008 ………………………………………… 44

Tabel IX. Golongan dan jenis obat saluran nafas pada kasus kemoterapi

kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun

2008…………………………………………………………….. 45

Tabel X. Golongan dan jenis obat saraf pusat pada kasus kemoterapi

kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun

2008……………………………………………………………. 45

Page 17: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

xviii

Tabel XI. Golongan dan jenis hormon kortikosteroid pada kasus

kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

tahun 2008…………………………………………………….... 46

Tabel XII. Golongan dan jenis obat anti infeksi pada kasus kemoterapi

kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun

2008 ……………………………………………………………. 46

Tabel XIII. Golongan dan jenis obat kemoterapi pada kasus kemoterapi

kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun

2008 ……………………………………………………………. 47

Tabel XIV. Golongan dan jenis obat sistem endokrin dan metabolik pada

kasus kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sadjito

Yogyakarta tahun 2008 ………………………………………… 47

Tabel XV. Gologan dan jenis vitamin & mineral pada kasus kemoterapi

kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun

2008 ……….. …………………………………………………. 48

Tabel XVI. Golongan dan jenis nutrisi pada kasus kemoterapi kanker

paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008……… 48

Tabel XVII. Golongan dan jenis obat lain- lain pada pasien kasus kemoterapi

paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008……… 49

Tabel XVIII. Rangkuman risiko mual-muntah vs kasus mual-muntah pada

kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

2008………………..………………………………………… 50

Tabel XIX. Rangkuman kejadian mual-muntah pada kemoterapi kanker

Page 18: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

xix

paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun

2008………………………………………………………….. 51

Tabel XX. DRPs butuh tambahan terapi obat pada kasus kemoterapi kanker

paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008…..... 54

Tabel XXI. DRPs obat tidak tepat pada kasus kemoterapi kanker paru-paru

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008….……………. 58

Tabel XXII. DRPs dosis terlalu tinggi pada kasus kemoterapi kanker paru-paru

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008………………… 60

Tabel XXIII. Riwayat mual-muntah pada pasien kanker paru-paru di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta tahun 2008………………………………. 61

Page 19: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

xx

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kanker Paru-paru ........................................................................ 6

Gambar 2. Mekanisme mual-muntah ............................................................ 20

Gambar 3. Skema inklusi subyek penelitian .................................................. 33

Gambar 4. Presentase interval umur pasien kanker paru-paru di RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 ............................................. 38

Gambar 5. Presentase stadium pasien kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta tahun 2008………………………………………….. 39

Gambar 6. Presentase riwayat merokok pada kasus kanker paru-paru............ 41

Gambar 7. Presentase kelas terapi obat yang digunakan pada kasus

kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

tahun 2008………………………………………………………. 42

Gambar 8. Presentase dampak terapi kasus mual-muntah pada kemoterapi

kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun

2008.............................................................................................. 60

Page 20: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data 10 besar diagnosa di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta Tahun 2008 ……………………………………….. 71

Lampiran 2. Data pasien kasus mual-muntah pada kemoterapi kanker paru-paru

di RSUD Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008…………………. 72

Lampiran 3. Rangkuman DRPs pada penatalaksanaan kasus mual-muntah

kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

tahun 2008……………………………………………..……….... 93

Lampiran 4. Daftar komposisi obat yang digunakan pada kasus mual-muntah

kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Tahun 2008 ……………………………………………………. 105

Page 21: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Kanker paru-paru merupakan perkembangan yang tidak terkendali dari

sel-sel abnormal dari salah satu atau kedua sisi paru, sementara sel-sel jaringan

paru yang normal tumbuh dan berkembang dalam jaringan paru yang sehat, sel-sel

yang tidak normal tumbuh dan berkembang secara cepat tidak pada jaringan paru

yang normal. Kumpulan sel-sel kanker tersebut merusak dan menganggu kerja

paru (Anonim, 2004). Kanker paru-paru merupakan penyakit yang paling banyak

menyebabkan kematian pada pria-pria dan wanita-wanita di seluruh dunia

dibandingkan dengan kanker jenis lainnya. The American Cancer Society

memperkirakan bahwa 213.380 kasus-kasus baru kanker paru-paru di Amerika

akan didiagnosis dan 160.390 kematian-kematian yang disebabkan kanker paru-

paru akan terjadi pada tahun 2007. Kanker paru-paru sebagian besar adalah suatu

penyakit dari orang tua, hampir 70% dari orang-orang yang terdiagnosis dengan

kondisi ini adalah berumur diatas 65 tahun, kurang dari 3% kasus-kasus terjadi

pada orang-orang dibawah umur 45 tahun (Anonim, 2009a). Di Indonesia, kanker

paru-paru menjadi penyebab kematian utama kaum pria dan lebih dari 70% kasus

kanker itu baru terdiagnosis pada stadium lanjut (stadium IIIB atau IV) sehingga

hanya 5 % penderita yang bisa bertahan hidup hingga 5 tahun setelah dinyataka n

positif (Anonim, 2006a).

Page 22: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

2

Salah satu penanganan kanker paru-paru adalah melalui kemoterapi.

Kemoterapi merujuk pada pemberian obat-obat yang menghentikan pertumbuhan

sel-sel kanker dengan membasmi mereka atau mencegah mereka

membelah/membagi. Kemoterapi mungkin diberikan sendirian, sebagai suatu

adjuvant pada terapi operasi, atau dalam kombinasi dengan radioterapi.

Kemoterapi menyebabkan terjadinya pelepasan substansi serotonin (5-

HT), dan zat kimia lain dalam usus yang dapat menstimulasi pusat muntah dan

dapat menyebabkan muntah (Anonim, 2006a). Sekitar 70% sampai 80% pasien

yang menerima kemoterapi mengalami mual-muntah, dan 10% sampai 44% dari

jumlah tersebut pasien mengalami mual dan atau muntah tipe anticipatory

(DiPiro, 2005). Tingginya angka kejadian mual dan muntah akibat kemoterapi

menjadi dasar pentingnya dilakukan penelitian mengenai penatalaksanaan mual

dan muntah pada kemoterapi kanker paru-paru.

Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang berada di

Jalan Kesehatan 01 Sekip Yogyakarta 587333. RSUP Dr. Sardjito mempunyai

pelayanan terpadu spesialis kanker di Instalasi Kanker “Tulip” dan merupakan

rumah sakit rujukan yang memiliki banyak kasus yang menarik untuk dievaluasi

penatalaksanaannya terutama kasus mual dan muntah. Visi dari RSUP Dr.

Sardjito yaitu menjadi salah satu rumah sakit unggulan dalam bidang pelayanan,

pendidikan dan penelitian di Asia Tenggara tahun 2010 yang bertumpu pada

kemandirian, sedangkan misinya yaitu memberikan pelayanan kesehatan yang

paripurna, bermutu dan terjangkau masyarakat, melaksanakan pendidikan dan

pelatihan di bidang kesehatan untuk menghasilkan SDM yang berkualitas,

Page 23: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

3

menyelenggarakan penelitian dan pengembangan IPTEK Kesehatan yang

berwawasan global, meningkatkan kesejahteraan karyawan; dan meningkatkan

pendapatan untuk menunjang kemandirian rumah sakit (Anonim, 2009c). Menurut

data 10 besar diagnosa di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008, peringkat

pertama diduduki oleh kemoterapi kanker. Dapat dikatakan bahwa pada tahun

2008 sebagian besar pasien datang ke RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta untuk

melakukan program kemoterapi kanker. Semakin banyak kasus kemoterapi

memungkinkan semakin banyak pula kejadian Drug Related Problems (DRPs)

pada penanganan efek samping kemoterapi. Berdasarkan hal tersebut maka

dilakukan penelitian tentang evaluasi penatalaksanaan mual dan muntah sebagai

efek samping kemoterapi pada pasien kanker paru-paru agar dapat tercapainya

pengobatan yang optimal.

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

a. Seperti apakah profil pasien kanker paru-paru yang mengalami mual-

muntah di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 yang meliputi

umur, stadium, penyakit penyerta, dan riwayat merokok?

b. Seperti apakah profil pengobatan kasus kemoterapi kanker paru-paru

yang mengalami mual-muntah di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun

2008 meliputi golongan obat, jenis obat, dan kelas terapi?

Page 24: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

4

c. Seperti apakah strategi penatalaksanaan mual-muntah pada kemoterapi

kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 meliputi

terapi obat, golongan, dan jenis obat yang diberikan?

d. Seperti apakah DRPs yang timbul pada penatalaksanaan kasus mual-

muntah pada kemoterapi kanker paru-paru yang meliputi keadaan: butuh

tambahan terapi obat, tidak perlu terapi obat, pilihan obat tidak tepat,

dosis terlalu rendah, adverse drug reactions, dosis terlalu tinggi?

2. Keaslian Karya

Berdasarkan penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian

mengenai penatalaksanaan kasus mual dan muntah pada kemoterapi kanker

paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 belum pernah

dilakukan.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai penatalaksanaan kasus mual dan muntah pada kemoterapi

kanker paru-paru.

b. Manfaat praktis

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

dalam usaha peningkatan mutu pelayanan kesehatan dalam hal

penatalaksanaan kasus mual-muntah pada kemoterapi kanker paru-paru.

Page 25: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

5

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi

penatalaksanaan kasus mual-muntah pada kemoterapi kanker paru-paru di

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008.

2. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan profil pasien kanker paru-paru yang mengalami mual-

muntah di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 yang meliputi umur,

stadium, penyakit penyerta, dan riwayat merokok.

b. Menggambarkan profil pengobatan kasus kemoterapi kanker paru-paru

yang mengalami mual-muntah di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun

2008 meliputi golongan obat, jenis obat, dan kelas terapi.

c. Menggambarkan strategi penatalaksanaan kasus mual dan muntah pada

kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008

meliputi terapi obat, golongan, dan jenis obat yang diberikan.

d. Menggambarkan DRPs yang timbul pada penatalaksanaan kasus mual dan

muntah pada kemoterapi kanker paru-paru yang meliputi keadaan: butuh

tambahan terapi obat, tidak perlu terapi obat, pilihan obat tidak tepat, dosis

terlalu rendah, adverse drug reactions, dosis terlalu tinggi.

Page 26: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kanker Paru-paru

1. Definisi

Kanker paru-paru adalah tumor padat yang berasal dari sel-sel epitel bronkial.

Berdasarkan perbedaan sejarah dan respon terapinya kanker paru-paru dibedakan menjadi

non-small cell cancer dan small cell lung cancer (SCLC) (DiPiro, 2009).

Gambar 1. Kanker Paru-paru (Joshi, 2008).

Page 27: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

7

1. Epidemiologi

Prevalensi kanker paru-paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun

2002 dilaporkan terdapat 169.400 kasus baru (merupakan 13% dari semua

kanker baru yang terdiagnosis) dengan 154.900 kematian (merupakan 28%

dari seluruh kematian akibat kanker), di Inggris prevalensi kejadiannya

mencapai 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4

terbanyak, di RS Dharmais Jakarta tahun 1998 menduduki urutan ke 3 sesudah

kanker payudara dan leher rahim. Angka kematian akibat kanker paru-paru di

seluruh dunia mencapai kurang lebih satu juta penduduk tiap tahunnya.

Karena sistem pencatatan kita yang belum baik prevalensi pastinya belum

diketahui tetapi klinik tumor dan paru di Rumah Sakit merasakan benar

peningkatannya. Di negara berkembang lain dilaporkan insidennya naik

dengan cepat antara lain karena konsumsi rokok berlebihan seperti di China

yang mengkonsumsi 30% rokok dunia. Sebagian besar kanker paru-paru

mengenai pria (65%) dengan life time risk 1:13 dan pada perempuan 1:20

(Amin, 2006).

Sebuah artikel menceritakan bahwa kemampuan untuk bertahan hidup

selama lima tahun dari penderita NSCLC bervariasi tergantung dari

stadiumnya. Stage I memiliki survival terbaik yaitu mendekati 50%. Kira-

kira 25% dari pasien stadium II dapat bertahan selama 5 tahun dan 8% untuk

pasien stadium III. Penelitian mengatakan hanya 2% pasien stadium IV dapat

bertahan hidup selama lima tahun. Pada jenis SCLC sebanyak 10-50% dari

pasien stadium terbatas dan antara 1-2% untuk SCLC stadium extensive

Page 28: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

8

(Valentino, 2010). Kemampuan ketahanan hidup selama 2 tahun juga

dipaparkan pada sebuah penelitian di Rumah Sakit Kanker Dharmais yang

hasilnya 10,02% untuk stadium IV dan 25,96% untuk stadium ≤ IIIB (Rasyid,

2001).

2. Etiologi

Seperti umumnya kanker yang lain penyebab kanker paru-paru yang

pasti belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat

yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping

adanya faktor lain separti sistem kekebalan tubuh, genetik, dan lain- lain

(Amin, 2006).

Umumnya kanker paru-paru disebabkan oleh karsinogen yang berasal

dari rokok. Prevalensi merokok di Amerika adalah 28 % untuk laki- laki dan

25% untuk perempuan keduanya dari kalangan usia 18 tahun ke atas, dan 38%

untuk perokok usia pelajar SMA. Resiko perkembangan kanker paru-paru

meningkat sekitar 13 kali lipat pada perokok aktif dan sekitar 1,5 kali lipat

pada perokok pasif yang terpapar asap rokok dalam waktu yang lama.

Penyakit chronic obstructive pulmonary, yang juga berhubungan dengan

rokok, meningkatkan resiko kanker paru-paru menjadi semakin luas (Minna,

2001). Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari

dengan tingginya insiden kanker paru-paru. Dikatakan bahwa 1 dari 9 perokok

berat akan menderita kanker paru-paru. Perokok pasif pun akan beresiko

terkena kanker paru-paru. Anak-anak yang terpapar asap rokok selama 25

tahun pada usia dewasa akan terkena kanker paru-paru dua kali lipat

Page 29: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

9

dibandingkan dengan yang tidak terpapar, dan perempuan yang hidup dengan

suami/pasangan perokok juga terkena resiko kanker paru-paru 2-3 kali lipat.

Diperkirakan 25% kanker paru-paru dari bukan perokok adalah berasal dari

perokok pasif. Insiden kanker paru-paru pada perempuan di USA dalam 10

tahun terakhir juga naik menjadi 5% per tahun, antara lain karena

meningkatnya jumlah perempuan perokok dan sebagai perokok pasif

(Amin,2006).

Usaha untuk menghimbau orang-orang supaya tidak merokok sudah

dilakukan tetapi menghentikan merokok memang hal yang sangat sulit, karena

kebiasaan merokok menggambarkan kekuatan sifat adiksi terhadap nikotin

sehingga mencegah orang untuk memulai merokok adalah tindakan yang lebih

efektif, dan upaya itu perlu ditargetkan untuk anak-anak (Minna, 2001).

3. Patofisiologi

Kanker paru-paru berasal dari sel-sel epitel majemuk yang berpotensi

setelah terkena karsinogen akan menyebabkan peradangan kronis yang

mengarah ke genetik dan perubahan sitologi dan akhirnya untuk karsinoma.

Aktivasi protooncogen, inhibisi atau mutasi tumor gen supresor, dan

produksi dari faktor pertumbuhan autokrin berkontribusi pada proliferasi

seluler dan transformasi ganas. Perubahan molekular, seperti mutasi P53 dan

ekspresi berlebihan dari reseptor faktor pertumbuhan epidermal juga

mempengaruhi prognosis penyakit dan respon terhadap terapi.

Merokok merupakan faktor resiko dari 80% kasus kanker paru-paru.

Faktor-faktor risiko lainnya adalah paparan pernapasan terhadap karsinogen

Page 30: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

10

misalnya asbes dan benena, faktor- faktor risiko genetik, dan sejarah penyakit

paru-paru lainnya misalnya tuberculosis dan fibrosis paru.

Jenis sel utama adalah SCLC (~ 15% dari semua kanker paru-paru),

adenokarsinoma (~ 50%), karsinoma sel skuamosa (kurang dari 30%), dan

karsinoma sel besar (large cell carcinoma). Tiga jenis yang terakhir

dikelompokkan bersama-sama dan disebut sebagai NSCLC (DiPiro, 2009).

4. Tanda dan ge jala

Tanda dan gejala kanker paru-paru dapat dikelompokkan menjadi tiga

subdivisi yaitu pulmonary, extrapulmonary, dan sindrom paraneoplastik.

Membedakan antara kelas-kelas ini penting karena dapat membantu dalam

menentukan tingkat keparahan penyakit, panduan pilihan pengobatan, dan

mempengaruhi prognosis.

a. Gejala pulmonary

Merupakan gejala karena efek langsung dari tumor primer yang sering

muncul pertama dan yang paling umum. Gejala ini antara lain:

1) Batuk

2) Nyeri dada

3) SVC obstruksi

4) Sesak napas

5) Disfagia

6) Hemoptisis

7) Pleura efusi

Page 31: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

11

b. Gejala extrapulmonary

Setelah tumor menginvasi jaringan di luar rongga pleura, itu dapat

menghasilkan beragam gejala, antara lain:

1) Nyeri tulang

2) Adrenal insufisiensi

3) Kebingungan

4) Perubahan kepribadian

5) Pembesaran kelenjar getah bening

6) Berat badan menurun

7) Kejang

8) Mual

9) Gejala focal neurologis

10) Horner’s syndrome

11) Kelelahan

12) Sakit kepala

13) Muntah

14) Nodul kulit bawah kulit

c. Sindrom paraneoplastik

Sindrom paraneoplastik merupakan gejala yang bukan merupakan hasil

dari efek langsung dari tumor ini disebut sindrom paraneoplastik. Gejala ini

mungkin disebabkan oleh bahan yang dikeluarkan oleh tumor atau sebagai

respons terhadap tumor dan sering terjadi di jaringan jauh dari lokasi

keganasan. Sindrom paraneoplatik banyak tejadi dan mempengaruhi

Page 32: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

12

berbagai sistem, termasuk endokrin, neurologis, kerangka, ginjal,

metabolik, vaskular, dan sistem hematologi.

Gejala klinis terlihat tidak umum sampai kanker paru-paru tumor

menjadi besar dan / atau metastasis. Ini adalah kunci faktor dalam buruknya

prognosis yang terkait dengan kanker paru-paru. Pasien yang didiagnosis

klinis pada tahap awal lebih mungkin untuk merespon pengobatan daripada

mereka di tahap-tahap selanjutnya. Oleh karena itu, pada diagnosis kanker

paru-paru sangat penting dilakukan pemeriksaan sebelumnya dan

identifikasi tanda dan gejala awal. Teknik penyaringan belum cukup halus

untuk menunjukkan tingkat tinggi dari sensitivitas dan spesifisitas sehingga

mengidentifikasi pasien kanker paru-paru pada presentasi gejala adalah

yang paling penting (Chisholm-Burns, 2008).

5. Diagnosis

Prosedur diagnosis pada kanker paru-paru meliputi:

a. Foto rontgen dada secara posterior-anterior (PA) dan lateral

Pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker

paru-paru.penelitian dari Mayo Clinic USA, menhatakan bahwa 61% tumor

paru terdeteksi dalam pemeriksanaan rutin dengan foto rongent dada biasa

sedangkan pemeriksaan sitologi sputum hanya bisa mendeteksi 19%.

b. Pemeriksaan Computed Tomography dan Magnetic Resonance Imaging

Pemeriksaan CT Scan pada torak lebih sensitif daripada pemeriksaan

foto dada biasa karena bisa mendeteksi kelainan atau nodul dengan

diameter antara 3 mm, walaupun positif palsu untuk kelainan sebesar itu

Page 33: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

13

mencapai 25-60%. Bila fasilitas ini memungkinkan, pemeriksaan CT Scan

bisa sebagai pemeriksaan skrining kedua setelah foto dada biasa.

Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) tidak rutin dikerjakan,

karena hanya terbatas untuk menilai kelainan tumor yang menginvasi ke

dalam vertebra, medula spinal, mediastum, di samping biayanya juga

mahal.

Pemeriksaan MRI torak tidak lebih superior dibandingkan CT Scan

torak.Saat ini sedang dikembangkan teknik imaging yang lebih akurat yakni

Positron Emission Tomography (PET) yang dapat membedakan tumor

jinak dan ganas berdasarkan perbedaan biokimia dalam metabolisme zat-zat

seperti glukosa, oksigen, protein, asam nukleat.

Tumor yang kurang dari 1 cm, agar sulit dideteksi karena ukuran kecil

tersebut kurang diresolusi oleh PET Scanner. Sensitivitas dan spesifitas

cara PET ini dilaporkan 83-93% sensitif dan 60-90% spesifik. Beberapa

positif palsu juga ditemukan pada lesi inflamasi dan infeksi seperti

aspergilosis dan tuberkulosis. Sungguhpun begitu dari beberapa penelitian

diketahui bahwa PET mempunyai nilai akurasi lebih baik daripada

pemeriksaan CT Scan.

c. Pemeriksaan Bone Scanning

Pemeriksaan ini diperlukan apabila diduga ada tanda-tanda metastasis

ke tulang. Insiden tumor Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC) ke tulang

dilaporkan sebesar 15%.

Page 34: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

14

d. Pemeriksaan Sitologi

Pemeriksaan sitologi sputum rutin dikerjakan terutama bila pasien ada

keluhan seperti batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu menghasilkan hasil

positif karena tergantung pada letak tumor terhadap bronkus, jenis tumor,

teknik mengeluarkan sputum, jumlah sputum yang diperiksa (dianjurkan

pemeriksaan 3-5 berturut-turut), dan waktu pemeriksaan sputum (sputum

harus segar).

Pada kanker paru-paru yang letaknya sentral, pemeriksaan sputum

yang baik dapat memberikan hasil positif sampai 67-85% pada karsinoma

sel skuamosa. Pemeriksaan sputum dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin

dan skrining untuk diagnosis dini kanker paru-paru.

e. Pemeriksaan Histopatologi

Pemeriksaan histopatologi adalah standar emas diagnosis kanker paru-

paru untuk mendapatkan spesimennya dapat dengan cara biopsi melalui

bronkoskopi (Amin, 2006).

6. Stadium

The American Joint Committee on Cancer telah menegakkan sebuah

dasar pengklasifikasian stadium dari kanker paru-paru ke dalam ukuran dan

luas tumor (T), adanya kelenjar getah bening (KGB) yang terlibat (N), dan ada

atau ketiadaan metastase (M). Faktor TNM ini untuk menunjukkan perbedaan

kelompok stadium.

Page 35: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

15

Tabel I. TNM (Tumor, Node, Metastase) International Staging System untuk

kanker paru-paru (DiPiro, 2005).

Tabel II. Klasifikasi kanker paru-paru berdasarkan TNM (DiPiro, 2005).

Keterangan:

Tx : positif terdapat tumor ganas, tetapi tidak terlihat adanya lesi Tis : carcinoma in situ

T1 : tumor, diameter < 3 cm T2 : tumor, diameter > 3 cm atau terdapat atelektasis pada distal hilus

T3 : tumor ukuran apapun meluas ke pleura, dinding dada, diafragma, perikardium, < 2 cm dari carina, terdapat etelektasis total.

T4 : tumor ukuran apapun invasi ke mediastinum, janutng, great vessel, trakhea, esofagus, badan bagian tulang belakang, atau carina, atau terdapat efusi pleura malignant

No : tidak ada keterlibatan kelenjar getah bening (KGB) yang terlibat N1 : metastasis KGB bronkopulmoner atau ipsilateral hilus N2 : metastasis KGB mediastinal atas sub carina

N3 : metastasis KGB mediastinal kontra lateral atau hilus atau KGB skaleneus atau supraklavikular

Mo : tidak ada metastasis jinak M1 : metastasis jinak pada organ (otak, hati, dll)

7. Penatalaksanaan Terapi

Pengobatan kanker paru-paru memiliki tujuan kuratif, paliatif, dan

suportif. Pada tujuan kuratif, terapi kanker menyembuhkan atau

memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup

Page 36: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

16

pasien. Sedangkan tujuan paliatif, terapi kanker mengurangi dampak kanker,

meningkatkan kualitas hidup. Pada terapi suportif, terapi kanker menunjang

pengobatan kuratif paliatif dan terminal seperti pemberian nutrisi, tranfusi

darah dan komponen darah, growth factors obat anti nyeri dan anti infeksi.

Hasil yang ingin dicapai adalah mengeradikasi sel kanker (Amin, 2006).

Terdapat beda fundamental perangai biologis Non Small Cell Lung

Cancer (NSCLC) dengan Small Cell Lung Cancer (SCLC) sehingga

pengobatannya harus dibedakan.

Staging TNM yang didasarkan pada ukuran tumor (T), kelenjar getah

bening yang terlibat (N), dan ada tidaknya metastase bermanfaat sekali dalam

penentuan tatalaksana NSCLC. Staging dimulai dengan anamnesis dan

pemeriksaan fisik yang teliti dengan perhatian khusus kepada keadaan

sistemik, kardio pulmonal, neurologi, dan skeletal.

Terapi bedah adalah pilihan pertama pada stadium I atau II. Survival

pasien yang dioperasi pada stadium I mendekati 60%, pada stadium II 26-37%

dari IIA 17-36,3%. Pada stadium IIIA masih ada kontroversi mengenai

keberhasilan operasi bila kelenjar mediastinum epsilateral atau dinding torak

terdapat metastase.

Pasien stadium IIIB dan IV tidak dioperasi. Combined modality therapy

yaitu gabungan radiasi, kemoterapi dengan operasi (dua atau tiga modalitas)

dilaporkan memperpanjang survival dari studi-studi yang masih berlangsung.

Pada beberapa kasus yang inoperable, radioterapi dilakukan sebagai

pengobatan kuratif dan bisa juga sebagi terapi adjuvan/paliatif pada tumor

Page 37: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

17

dengan komplikasi seperti mengurangi efek obstruksi/penekanan terhadap

pembuluh darah/bronkus.

Pasien dengan metastase sebatas N1-2 atau saat operasi terlihat tumor

sudah merambat sebatas sayatan operasi maka radiasi post operasi dianjurkan

untuk diberikan. Radiasi preoperasi untuk mengecilkan ukuran tumor pada

pancoast tumor atau stadium IIIB dilaporkan bermanfaat dari beberapa sentra

kanker.

Kemoterapi digunakan sebagai terapi baku untuk pasien mulai dari

stadium IIIA dan untuk pengobatan paliatif. Kemoterapi adjuvan diberikan

mulai dari stadium II dengan sasaran lokoregional tumor dapat direseksi

lengkap, cara pemberian diberikan setelah terapi lokal definitif dengan

pembedahan, radioterapi atau keduanya (Amin, 2006).

A. Kemoterapi

Salah satu pengobatan kanker paru yaitu dengan kemoterapi. Tujuan

kemoterapi adalah mengendalikan dan mengurangi jumlah sel kanker. Kemoterapi

dilakukan dengan obat sitostatika yang akan merusak DNA atau bertindak sebagai

inhibitor umum pada pembelahan sel. Kemoterapi dapat dilakukan secara tunggal

maupun kombinasi (Prayogo, 2003).

Pemberian obat kemoterapi tidak sama dengan pemberian obat lain. Obat-

obat kemoterapi merupakan toksik untuk semua sel sehingga selain membunuh

sel-sel kanker juga mengganggu sel normal. Mekanisme kerja obat kemoterapi

pada umumnya berdasarkan atas gangguan pada salah satu proses sel yang

normal, karena tidak ada perbedaan kualitatif antara sel kanker dengan sel normal

Page 38: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

18

maka semua antikanker bersifat mengganggu sel normal (sitotoksik), mekanisme

obat kemoterapi tersebut adalah:

1. Alkilator, mekanisme kerjanya dengan memindahkan gugus alkil ke bagian-

bagian sel tumor. Alkilasi DNA diduga merupakan interaksi utama yang dapat

membunuh sel tumor.

2. Antimetabolit, anti purin dan anti pirimidin mengambil tempat dari purin dan

pirimidin dalam pembentukan nukleosida, sehingga mengganggu berbagai

reaksi penting dalam tubuh. Metabolisme purin dan pirimidin lebih tinggi pada

sel kanker daripada sel normal sehingga penghambatan sintesis DNA sel

kanker oleh obat ini lebih kuat dibanding terhadap sel normal. Contoh dari

obat golongan ini adalah metotreksat, antagonis purin (6-thiopurin, fludarabin,

fosfat, kladribin), antagonis pirimidin (fluororasiol, sitarabin, azatidin).

3. Antibiotik antikanker, golongan obat ini terikat rantai DNA terputus dan

mengganggu replikasi sel. Contoh dari golongan obat ini adalah antrasiklin,

daktinomisin, plikamisin, mitomisin, dan bleomisin.

4. Alkaloid tanaman, contoh dari obat ini adalah vinblastin dan vinkristin.

Mekanisme kerja vinblastin meliputi depolimerisasi mikrotubulus yang

merupakan bagian penting untuk rangka sel dan spindle mitotic. Mekanisme

kerja vinkristin identik dengan vinblastin. Vinkiristin dikatakan juga

merupakan racun spindel yang menyebabkan terhentinya siklus mitotik.

5. Obat hormon, golongan obat ini diresepkan untuk mengubah pertumbuhan

neoplasma ganas atau untuk mengelola atau mengatasi efek psikologinya

(Nafrialdi, 1995).

Page 39: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

19

B. Mual – muntah

1. Definisi

Mual adalah sensasi tidak enak yang biasanya terjadi sebelum keinginan

untuk muntah. Sedangkan muntah sendiri adalah pengeluaran isi lambung

dengan kuat lewat mulut. Muntah terjadi apabila pusat muntah di susunan

saraf pusat terstimulasi (Anonim, 2009a). Muntah dikendalikan oleh pusat

muntah pada dasar ventrikel otak keempat. Pusat ini terletak dekat dengan

pusat vasomotor, pernafasan dan salvasi. Pusat muntah menerima impuls dari

chemoreceptor trigger zone (CTZ), hipotalamus, korteks serebri dan area

vestibular. Peranan dari pusat muntah adalah untuk mengkoordinir semua

komponen kompleks yang terlibat dalam proses muntah. Stimulus psikologis,

neurologis, refleks, endokrin, dan kimiawi dapat menyebabkan muntah

(Walsh, 1997).

2. Mekanisme mual-muntah

Muntah adalah hasil stimulasi dari jalur refleks yang dikontrol oleh otak.

Muntah dipicu oleh impuls afferent ke pusat muntah (yang berada di medula)

dari chemoreceptor trigger zone, faring dan saluran gastrointestinal, dan

korteks serebral. Muntah ditemukan ketika impuls dikirim dari pusat muntah

ke pusat salivasi, otot abdominal, pusat pernafasan, dan saraf cranial (Anonim,

2009a).

Page 40: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

20

Gambar 2. Mekanisme mual-muntah (Anonim, 2007)

Terjadinya muntah didahului oleh salvasi dan inspirasi dalam. Sfingter

esofagus akan relaksasi, laring dan palatum mole terangkat, dan glotis

menutup. Selanjutnya diafragma akan berkontraksi dan menurun, dan dinding

perut juga berkontraksi mengakibatkan suatu tekanan pada lambung, sehingga

isinya dimuntahkan. Sensasi mual biasanya disertai dengan motilitas lambung

dan peningkatan kontraksi duodenum. Mual biasanya disusul muntah, namun

keduanya tidak selalu harus terjadi bersama-sama. Mual kronik dapat terjasi

tanpa adanya muntah; pada kasus muntah sentral, muntah terjadi tanpa

didahului oleh mual (Walsh, 1997).

Chemoreceptor trigger zone, pusat muntah, dan saluran gastrointestinal

memiliki banyak reseptor neurotransmiter. Aktivasi dari reseptor ini oleh obat

kemoterapi atau metabolitnya dapat menyebabkan mual-muntah yang

Page 41: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

21

diinduksi karena kemoterapi. Neuroreseptor pokok yang terlibat dalam respon

mual-muntah adalah serotonin (5-hydroxytryptamine [5-HT3]) dan dopamin.

Neuroresptor lainnya yaitu acetylcholine, kortikosteroid, histamin, cannaboid,

opiat, dan neurokinin-1 (NK-1) yang lokasinya di pusat muntah dan pusat

vestibular di otak (Anonim, 2009a).

3. Tipe mual-muntah

Menurut NCCN 2009, mual-muntah sebagai efek samping dari

kemoterapi diklasifikasikan menjadi empat tipe yaitu:

a. Akut : mual-muntah terjadi dalam hitungan menit hingga beberapa jam

pertama setelah kemoterapi berlangsung hingga 24 jam. Umumnya puncak

dari tipe akut ini adalah setelah 6-8 jam. Tipe ini dipengaruhi oleh umur

pasien, jenis kelamin, lingkungan dilaksanakannya kemoterapi, sejarah

penggunaan alkohol kronis, potensi mengalami mual-muntah, dosis

penyebab emesis yang diberikan serta keefektifan regimen antiemetik yang

diberikan.

b. Delayed : terjadi lebih dari 24 jam setelah kemoterapi diberikan, tipe ini

berkaitan dengan pemberian obat kemoterapi seperti cisplatin, carboplatin,

cyclophosphamide dan atau doxorubicin. Untuk cysplatin, mual-muntah

dapat terjadi intensitas maksimal pada 48 sampai 72 jam setelah kemoterapi

dan dapat tejadi selama 6-7 hari.

c. Anticipatory : terjadi sebelum pasien menerima kemoterapi selanjutnya, hal

ini akibat rasa trauma dari pasien karena penanganan mual-muntah akibat

kemoterapi sebelumnya yang buruk.

Page 42: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

22

d. Breakthrough : mual-muntah masih terjadi di samping terapi pencegahan

yang diberikan sehingga memerlukan terapi profilaksis sebagai terapi

tambahan.

e. Refractory : mual-muntah terjadi setelah salah satu atau beberapa kali

kemoterapi karena pemberian terapi antiemetik dalam terapi sebelumnya

gagal (Anonim, 2009a).

4. Penatalaksanaan mual-muntah

a. Tujuan

Terapi mual-muntah digunakan untuk mencegah atau mengurangi kejadian

mual-muntah selama atau sesudah proses kemoterapi. Selain itu terapi

mual-muntah juga bertujuan mengurangi muntah pada awal kemoterapi

sehingga dapat memberikan rasa nyaman pada pasien dan meningkatkan

keefektifan kemoterapi.

b. Sasaran

Pencegahan terbaik untuk mual-muntah adalah dengan mengendalikan

langsung dipusatnya. Pusat muntah beradapada dasar ventrikel otak, pusat

muntah tersebut akan menerima rangsang dari chemoreceptor trigge zone

(CTZ) yang nantinya akan menyebabkan muntah. Antiemetik merupakan

obat yang diindikasikan untuk mencegah mual-muntah. Antiemetik

mengontrol mual-muntah yang bekerja dengan memblok sinyal pada otak

penyebab mual-muntah.

Page 43: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

23

c. Strategi Farmakologi

Strategi farmakologi untuk mengatasi mual-muntah adalah dengan

memberikan obat antiemetik. Terdapat berbagai pilihan antiemetik dengan

dosis dan rute pemberian yang berbeda-beda. Faktor yang mendasari

pemilihan antiemetik meliputi penyebab terjadinya mual-muntah;

frekuensi, durasi, serta keparahan mual-muntah yang terjadi; kemampuan

pasien untuk menerima obat oral, rectal, injeksi, atau transdermal; serta

kualitas kerja dari antiemetik yang diberikan (DiPiro, 2005). Antiemetik

paling baik diberikan sebelum pasien menerima kemoterapi. Pemberian

antiemetik dapat dikombinasikan dua atau lebih obat (Anonim, 2006b).

Penatalaksanaan mual-muntah berdasarkan NCCN 2009 dan NCI 2006

sebagai berikut:

1) Mual-muntah kelas IV (tinggi)

a). Hari 1 : aprepitan 125 mg p.o, hari 2-3 80 mg p.o, dan

b). Hari 1 : dexamethasone 12 mg p.o atau i.v, hari 2-4, 80 mg p.o atau

i.v, dan antagonis 5HT3.

c). Lorazepam ± 0,5 – 2 p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada

hari 1 – 4.

Tabel III. Terapi antagonis 5-HT3 untuk mual-muntah kelas IV (salah satu)

Obat Dosis

Ondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v

Granisetron 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau

0,01 mg/kg (maks. 1 mg i.v)

Dolasetron 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v

Palonosetron 0,25 mg i.v

Page 44: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

24

2) Mual-muntah kelas III (sedang)

Tabel IV. Terapi untuk mual-muntah kelas III (sedang)

Hari 1 Hari 2-4

Aprepitan 125 mg p.o (untuk pasien tertentu)

Aprepitan 80 mg p.o untuk hari 2-3, apabila digunakan pada hari 1 ± dexamethasone 8 mg/i.v atau

Dexametasone 12 mg p.o atau i.v

dan

Dexametasone 8 mg p.o/i.v atau 4

mg p.o/i.v bid atau

Antagonis 5-HT3

Palonosetron 0,25 mg i.v

Ondanosetron 16-24 mg p.o tau 8-

12 mg i.v (maks. 32 mg)

Granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mg

p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1

mg) i.v

Dolasetron 100 mg p.o atau 1,8

mg/kg i.v atau 100 mg i.v dan

Antagonis 5-HT3

Ondanosetron 8 mg p.o id atau 16

mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg)

Granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mg

p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1

mg) i.v

Dolasetron 100 mg p.o atau 1,8

mg/kg i.v atau

± Lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v

atau sublingual setiap 4-6 jam

± Lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v

atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v

3) Mual-muntah kelas II (rendah)

Diberikan sebelum kemoterapi dan diberikan sesuai jadwal kemoterapi.

a) Dexamethasone 12 mg p.o atau i.v

b) Proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6 jam.

c) Metochlopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg i.v dengan

atau tanpa diphenhydramine.

d) ± Lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam

Page 45: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

25

4) Mual-muntah kelas I (minimal)

Tidak diberikan antiemetik profilaksis, namun apabila terjadi mual/

muntah maka sebagai akan digunakan terapi sama seperti terapi untuk

emesis kelas rendah.

Pencegahan mual-muntah juga perlu dilakukan disamping terapi yang telah

disebut di atas.

1) Pencegahan mual-muntah tipe akut

Terapi antiemetik diberikan sebelum kemoterapi kemudian diulang

dalam waktu 24 jam. Untuk mual-muntah kelas tinggi, sedang, rendah,

dan minimal seperti tertulis diatas.

Antiemetik profilaksis diberikan sebelum kemoterapi sesuai dengan

kelas obat antineoplastik penyebab mual-muntah (tinggi, sedang, rendah,

dan minimal). Antiemetik profilaksis diberikan sebelum kemoterapi.

Rekomendasi untuk antiemetik primer meliputi dosis obat.

Mual-muntah kelas IV (tinggi) akibat kelas obat alteramin, carmustine >

250 mg/m2, cisplatin 50 mg/m2 atau lebih, cyclophosphamide 1500

mg/m2, dacarbazine, mechlorethamine, prokarbazin (oral), streptozocin

atau kombinasi doxorubicin/epirubicin dengan cyclophosphamide.

Antiemetik untuk mual kelas tinggi meliputi dexamethasone dan

antagonis 5-HT3 dengan atau tanpa lorazepam.

Mual-muntah kelas III (sedang) pada hari pertama diberikan

dexamethasone dan antagonis 5-HT3 dengan atau tanpa lorazepam,

aprepitan diberikan untuk pasien yang menerima kombinasi obat

Page 46: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

26

antrasiklin dan cyclophosphamide, serta untuk pasien yang menerima

carboplatin, cisplatin, doxorubicin, epirubicin, ifosfamide, irinotecan,

atau methotrexate.

Mual-muntah kelas II (ringan) diberikan regimen non 5-HT3 antagonis

seperti dexamethasone, prochlorperazine, atau metochlopamide dengan

atau tanpa lorazepam. Regimen untuk pasien berpotensi tinggi

mengalami mual-muntah diberikan aprepitan 125 mg hari 1 dan 80 mg

pada hari 2 dan 3 p.o.

2) Pencegahan mual-muntah tipe delayed

Pilihan terapi terbaik untuk mual-muntah tipe delayed adalah dengan

terapi pencegahan. Untuk mual-muntah kelas IV (tinggi), terapi utama

yaitu dengan melanjutkan terapi profilaksis sebelumnya hingga 2-3 hari

setelah kemoterapi. Mual-muntah tipe delayed untuk akibat obat

antineoplastik kelas sedang, pencegahannya tergantung pada antiemetik

yang digunakan sebelum kemoterapi, misalnya ondansetron hanya

digunakan pada hari pertama, diberikan dengan atau tanpa deksametason

atau lorazepam.

3) Pencegahan mual-muntah tipe breakthrough

a). Tidak mual-muntah : terapi dilakukan sesuai dengan regimen

b). Mual-muntah : salah satu saja

Page 47: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

27

Tabel V. Terapi antiemetik untuk mual-muntah tipe breakthrough

Obat Dosis dan aturan pakai

Prochlorperazine 25 mg supp setiap 12 jam atau 10 mg p.o/i.v setiap 4-6 jam atau 15

mg spansul p.o setiap 8-12 jam

Metochlopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam atau 1-2 mg/kg i.v setiap 3-4 jam ± diphenhydramine 20-50 mg p.o/i.v

setiap 4-6 jam

Lorazepam 0,5-2 mg p.o setiap 4-6 jam

Ondansetron 16 mg p.o atau 8 mg i.v

Granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v

Dolasetron 100 mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v

setiap 4-6 jam

Haloperidol 1-2 mg p.o setiap 4-6 jam atau 1-3 mg i.v setiap 4-6 jam

Dronabriol 5-10 mg p.o setiap 3-6 jam

Nabilon 1-2 mg p.o bid

Dexametasone 12 mg p.o/i.v (hanya bila perlu)

Olanzapine 2,5-5 mg p.o bid

Prometazin 12,5-25 mg p.o/i.v setiap 4 jam

Apabila mual-muntah bisa teratasi, lanjutkan terapi untuk breakthrough

emesis. Apabila mual-muntah tidak teratasi maka lanjutkan terapi

antiemetik dengan level yang lebih tinggi.

4) Pencegahan mual-muntah tipe anticipatory

Terapi pencegahan bisa menggunakan antiemetik secara optimal setiap

kali sebelum kemoterapi. Terapi behavioral dengan relaksasi, hypnosis,

terapi musik, akupuntur/akupresur. Pemberian antiemetik dengan

alprazolam 0,5-2 mg p.o malam hari sebelum terapi diberikan serta

lorazepam pada malam sebelum dan pada pagi saat kemoterapi

diberikan.

Page 48: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

28

d. Strategi non-farmakologis

Terapi non-farmakologis yang diberikan untuk mual-muntah dengan

pengaturan makanan, tindakan serta secara psikologis. Terapi tersebut

antara lain :

1) Minum cairan sepanjang hari seperti air dan jus, penting untuk

mengganti cairan yang hilang untuk menghindari dehidrasi.

2) Makan makanan dalam jumlah kecil sepanjang hari.

3) Hindari santapan berat, berlemak tinggi, dan berminyak tepat sebelum

kemoterapi.

4) Jangan rebah datar selama paling sedikit 2 jam setelah makan, istirahat

dengan duduk atau bersandar dengan kepala diangkat.

5) Jika muntah, berhentilah makan, apabila muntah sudah berhenti,

mulailah lagi makan dengan perlahan- lahan.

6) Hindari kafein (kopi, teh) dan merokok (Sati, 2007).

C. Drug Related Problems (DRPs)

Proses evaluasi dalam penelitian ini difokuskan pada permasalahan dalam

farmasi klinis yang terutama muncul karena pemakaian obat. Drug Related

Problems (DRPs) merupakan masalah-masalah yang timbul akibat

pengobatan/terapi yang dialami oleh pasien. DRPs tersebut meliputi tidak perlu

obat, perlu tambahan obat, obat tidak efektif, dosis obat terlalu rendah, adverse

drug reaction, dosis obat terlalu tinggi, ketidakpatuhan pasien. Menurut Cipolle

(2004), DRPs dapat dikategorikan sebagai berikut:

Page 49: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

29

1. Tidak perlu terapi obat, meliputi tidak adanya indikasi yang memerlukan

terapi obat, pemakaian lebih dari satu macam obat dalam kondisi yang

sebenarnya cukup dengan satu macam obat saja, kondisi yang lebih baik

dirawat tanpa terapi obat, serta menggunakan obat untuk mencegah adverse

reaction yang sebenarnya dapat dihindari

2. Butuh tambahan terapi obat, meliputi kondisi baru membutuhkan obat, kondisi

adanya resiko yang memerlukan terapi obat untuk mencegahnya, kondisi yang

membutuhkan terapi obat kombinasi.

3. Obat tidak tepat, meliputi kondisi yang menyebabkan obat menjadi tidak

efektif, mengalami refractory terhadap obat, bentuk sediaan obat tidak tepat

untuk kondisi saat itu, obat yang digunakan bukan yang paling efektif.

4. Dosis terlalu rendah, meliputi dosis obat yang diberikan terlalu rendah untuk

memberikan efek, interval dosis jarang menghasilkan respon yang diinginkan,

durasi pemberian obat terlalu singkat untuk memberikan respon yang

diinginkan.

5. Adverse drug reactions (ADR), meliputi reksi yang tidak diinginkan, adanya

interaksi oat yang kemudian menyebabkan reaksi obat yang tidak diinginkan,

obat yang dipejankan terlalu cepat, ada reaksi alergi terhadap obat.

6. Dosis terlalu tinggi, meliputi dosis terlalu tinggi untuk pasien, frekuensi

pemberian terlalu sering, durasi pemberian obat terlalu lama, adanya interaksi

obat yang menghasilkan reaksi toksik, serta dosis obat terlalu cepat dinaikkan.

7. Ketidakpatuhan pasien, meliputi pasien kurang memahami petunjuk, pasien

memilih untuk tidak mengguakan obat, pasien lupa menggunakan obat,

Page 50: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

30

produk obat terlalu mahal untuk pasien, pasien tidak dapat

mengkonsumsi/menelan/menggunakan obat sendiri, produk obat tidak tersedia

untuk pasien (Cipolle, 2004).

D. Keterangan Empiris

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran evaluasi Drug

Related Problems (DRPs) pada penatalaksanaan kasus mual-muntah kemoterapi

kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008.

Page 51: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian mengenai evaluasi penatalaksanaan mual-muntah pada kemoterapi

pasien kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2008

merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan mengikuti rancangan deskriptif

yang bersifat retrospektif. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental

karena tidak ada perlakuan terhadap subjek uji. Rancangan penelitian ini bersifat

deskriptif karena penelitian ini bertujuan melakukan eksplorasi secara deskriptif

terhadap fenomena yang terjadi (Pratiknya, 2001). Di dalam penelitian ini dilakukan

pula evaluasi yaitu untuk melihat apakah timbul gejala mual-muntah selama

kemoterapi dan bagaimana penatalaksanaannya kemudian mengidentifikasikannya ke

dalam Drug Related Problems (DRPs), penelitian ini bersifat retrospektif karena data

yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan melakukan penelusuran terhadap

dokumen terdahulu, yaitu data rekam medik pasien kanker paru-paru tahun 2008.

B. Definisi Operasional

1. Evaluasi adalah melihat, menganalisis penatalaksanaan kasus mual-muntah pada

kemoterapi kanker paru-paru apakah sudah sesuai dengan prosedur standar yang

ada, dan mengidentifikasikan DRPs yang timbul menggunakan standar

Pharmaceutical Care Practice 2004, National Comprehensive Cancer Network

(NCCN) Clinical Practice Guideline in Oncology Antiemesis 2009, serta Standar

Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta edisi 2 tahun 2006.

Page 52: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

32

2. Drug Related Problems (DRPs) pada penelitian ini berupa masalah yang timbul

dari penatalaksanaan kasus mual-muntah selama kemoterapi meliputi tidak perlu

terapi obat, butuh tambahan terapi obat, obat tidak tepat, dosis terlalu rendah,

adverse drug reaction, dosis terlalu tinggi.

3. Pasien adalah semua pasien yang terdiagnosis menderita kanker paru-paru dan

menjalani kemoterapi menurut rekam medis.

4. Kasus adalah semua kasus pasien kanker paru yang menjalani kemoterapi dan

mengalami mual-muntah selama kemoterapi.

5. Mual adalah perasaan tidak enak atau sakit pada perut akibat adanya rangsangan

pada pusat muntah yang merupakan salah satu efek samping dari kemoterapi.

6. Muntah adalah salah satu efek samping kemoterapi berupa pengosongan perut

secara paksa melalui mulut akibat adanya rangsangan pada pusat muntah di otak

yang merupakan salah satu efek samping kemoterapi.

7. Golongan obat meliputi kelompok obat-obatan prekemoterapi, kemoterapi, pasca

kemoterapi dan antimual-muntah yang diberikan kepada pasien.

8. Jenis obat adalah nama generik atau kandungan zat aktif kecuali golongan obat

lain- lain yang disebutkan dalam merk dagangnya karena merupakan kombinasi

dari beberapa jenis obat dan vitamin yang diberikan kepada pasien.

9. Profil pasien adalah sekumpulan keterangan yang berkaitan dengan pasien kanker

paru-paru yang meliputi umur, stadium, penyakit penyerta, dan riwayat merokok.

Page 53: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

33

10. Profil pengobatan adalah sekumpulan keterangan yang berkaitan dengan

pengobatan pasien kanker paru-paru yang meliputi golongan obat, jenis obat, dan

kelas terapi.

11. Dampak terapi adalah dampak yang timbul akibat penanganan mual-muntah

sebagai akibat kemoterapi.

C. Subyek Penelitian

Subyek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh kasus mual-

muntah pada kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada

tahun 2008. Dari keseluruhan kasus kemoterapi kanker paru-paru yaitu 83 kasus

hanya digunakan 27 kasus yang memenuhi kriteria inklusi. Subyek yang digunakan

untuk evaluasi DRP adalah kasus pasien yang mengalami mual-muntah yaitu

sebanyak 27 kasus tersebut.

Gambar 3. Skema inklusi subyek penelitian

D. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekam medis pasien

kanker paru-paru yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun

2008. Pengumpulan data dilakukan dengan menelusuri dan mengevaluasi lembar

rekam medis tersebut.

208 kasus kanker

paru-paru

83 kasus kemoterapi

kanker paru-paru

27 kasus mual-

muntah akibat

kemoterapi

Page 54: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

34

E. Lokasi Penelitian

Penelitian mengenai penatalaksanaan kasus mual-muntah pada kemoterapi

pada kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 ini dilakukan di

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Jalan Kesehatan 01 Sekip Yogyakarta 587333.

F. Waktu Penelitian

Penelitian mengenai penatalaksanaan kasus mual-muntah pada kemoterapi

kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2008 ini dilakukan

pada bulan September – Desember 2009.

F. Tata Cara Penelitian

Penelitian mengenai penatalaksanaan kasus mual-muntah pada kemoterapi

kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 dilakukan dalam tiga

tahap yaitu tahap penelusuran pustaka, tahap pengambilan data dan tahap pengolahan

data.

1. Tahap penelusuran pustaka

Pada tahap penelusuran pustaka ini dilakukan pencarian landasan teori yang

mendukung permasalahan yang akan diteliti, sehingga diperoleh gambaran acuan

yang jelas mengenai permasalahan tersebut.

2. Tahap pengambilan data

a. Penelusuran data

Tahap penelusuran data ini dilakukan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

bagian rekam medis. Proses pengambilan data ini dimulai dengan melakukan

penelusuran data tentang kasus mual-muntah pada pasien kanker paru-paru

Page 55: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

35

yang menjalani kemoterapi. Pada tahap ini diperoleh 34 pasien menjalani

kemoterapi dengan total kasus kemoterapi sebanyak 83 kasus. Dari 83 kasus

tersebut didapat 27 kasus pasien mengalami mual-muntah.

b. Pengambilan data

Tahap pengambilan data ini dilakukan untuk semua pasien kanker paru-paru

yang menjalani kemoterapi.

c. Pencatatan data

Tahap pencatatan data dilakukan untuk mempermudah tahap pengolahan data,

yaitu dengan mencatat nomor rekam medis, umur pasien, tanggal masuk, dan

keluar rumah sakit, diagnosis utama, riwayat penyakit, riwayat pengobatan

yang meliputi jenis obat, jumlah obat, dosis dan cara pemakaian obat serta

data laboratorium, serta keadaan pasien selama menjalani kemoterapi hingga

pasien keluar dari rumah sakit.

3. Tahap pengolahan data

Pada tahap ini dilakukan evaluasi dari data yang telah diperoleh secara deskriptif

retrospektif. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan gambar beserta

penjelasannya demikian pula untuk data analisis Drug Related Problems (DRPs).

Analisis untuk data Drug Related Problems ini lebih menitikberatkan pada setiap

kasus yang muncul dari penatalaksanaan mual-muntah yang terjadi pada pasien

kanker paru-paru dalam setiap kali kemoterapi. Data yang diperoleh kemudian

dianalisis dan dibandingkan dengan referensi serta guideline yang sesuai.

Page 56: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

36

G. Analisis Hasil

Analisis hasil dalam penelitian dilakukan secara deskriptif dan disajikan

dalam bentuk tabel atau gambar.

1. Umur pasien kanker paru-paru dikelompokkan dalam beberapa interval. Data

yang diambil adalah semua pasien yang menjalani kemoterapi, lalu data tersebut

diambil untuk dibahas lebih lanjut mengenai penatalaksanaan mual-muntah pada

kemoterapi. Pada penelitian ini, umur dikelompokan menjadi 5 interval yaitu 30 -

<40 tahun , 40 - <50 tahun, 50 - <60 tahun, 60 - <70 tahun, 70 - <80 tahun.

2. Stadium kanker paru-paru meliputi I, II, IIIA, IIIB, IV. Presentase stadium kanker

paru-paru dihitung dengan cara menghitung kasus pasien setiap stadiumnya

kemudian dibagi dengan jumlah keseluruhan kasus pada penelitian kemudian

dikalikan 100%.

3. Jenis obat yang digunakan disajikan menurut tiap golongan obat dan dihitung

berdasarkan jumlah jenis obat yang digunakan dibagi jumlah seluruh kasus pada

penelitian kemudian dikalikan 100%.

4. Kelas terapi obat yang digunakan mengikuti kelas terapi obat menurut MIMS

Petunjuk dan Konsultasi 2007/2008 dan 2008/2009. Persentase kelas terapi obat

yang digunakan kemudian dibagi jumlah keseluruhan kasus pada penelitian

kemudian dikalikan 100%.

5. Analisis Drug Related Problems dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat

penatalaksanaan setiap kasus mual-muntah pada kemoterapi kanker paru-paru

kemudian dibandingkan dengan standar atau guideline oleh Pharmaceutical Care

Page 57: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

37

Practice 2004, National Comprehensive Cancer Network (NCCN) Clinical

Practice Guideline in Oncology Antiemesis 2009, serta Standar Pelayanan Medis

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta edisi 2 tahun 2006.

Page 58: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Pasien Kanker Paru-paru

1. Persentase pasien kanker paru-paru berdasarkan kelompok umur

Pemberian dosis obat kemoterapi pada pasien kanker paru-paru

didasarkan pada perhitungan luas permukaan tubuh. Namun pengelompokan

berdasarkan umur juga perlu dilakukan sebagai dasar penentuan terapi

penyakit penyertanya. Umur pasien ini digunakan untuk menentukan cara

pemberian obat yang akan diberikan. Penentuan cara pemberian obat

bertujuan untuk menciptakan kenyamanan pasien dalam menerima obat di

samping menerima program kemoterapi.

Gambar 4. Persentase interval umur pasien kanker paru-paru di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta tahun 2008

Berdasarkan grafik, persentase terbesar pasien kanker paru-paru pada

penelitian ini terletak pada interval 50 - <60 tahun yaitu sebesar 33%. Menurut

berbagai sumber, hampir 70% orang-orang yang terdiagnosis kanker paru-

Page 59: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

39

paru adalah berumur di atas 65 tahun. Namun dalam penelitian ini, banyak

orang berumur di bawah 65 tahun yang sudah terdiagnosis kanker paru-paru.

Hal itu dimungkinkan kurangnya kesadaran akan menjaga kesehatan.

1. Persentase pasien kanker paru-paru berdasarkan stadium

Penentuan stadium sangat penting kaitannya dengan penentuan jenis

terapi kanker yang akan dilakukan. Stadium kanker paru-paru ditentukan

melalui pemeriksaan riwayat medis lengkap, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

laboratorium, rongent dada secara posterior-anterior (PA) dan lateral. Pada

jenis kemoterapi, stadium juga berpengaruh pada jenis obat yang akan

diberikan.

Gambar 5. Persentase stadium pasien kanker paru-paru di RSUP Dr.

SardjitoYogyakarta tahun 2008

Dari gambar dapat dilihat bahwa pada umumnya pasien kanker paru-

paru datang ke RSUP Dr. Sardjito pada stadium yang sudah lanjut. Kanker

paru-paru stadium III memiliki persentase sebesar 26%, stadium II 15%, dan

stadium IV 11%. Tetapi sebanyak 48% kasus kanker paru-paru tidak diketahui

Page 60: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

40

tingkat stadiumnya karena tidak adanya keterangan dalam status rekam medis

atau tidak dilakukan pemeriksaan lebih dalam sampai ketingkat stadium.

2. Jumlah penyakit penyerta pada pasien kanker paru-paru

Pada data rekam medik pasien kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta tahun 2008 ditemukan diagnosis lain selain diagnosis umum

berupa kanker paru-paru. Penyakit penyerta ini berpengaruh terhadap

pemberian terapi obat pada pasien sehingga selain obat kemoterapi, pasien

juga memerlukan obat untuk terapi penyakit penyerta. Pada penelitian,

penyakit penyerta yang sering ditemui adalah hipertensi yaitu sebanyak 4

kasus.

Tabel VI. Jumlah dan jenis penyakit penyerta pada kasus kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008

No Jenis penyakit Jumlah

1 Hipertensi 4

2 Diabetes mellitus 3

3 AFRVN 1

4 Stomatitis 1

3. Riwayat merokok pada kasus kanker paru-paru

Merokok dikatakan sebagai salah satu fakor risiko penyakit kanker paru-

paru. Menurut teori, 25% kanker paru-paru dari bukan perokok adalah berasal

dari perokok pasif. Sedangkan 70% kanker paru-paru disebabkan karena

kebiasaan merokok/perokok aktif. Pada penelitian ini terdapat 15% perokok

aktif, 11% perokok pasif, dan 74% tidak tahu. Hasil penelitian ini tidak dapat

digunakan untuk evaluasi lebih dalam disebabkan kurangnya informasi

mengenai riwayat merokok di catatan rekam medis.

Page 61: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

41

Gambar 6. Presentase riwayat merokok pada kasus kanker paru-paru

A. Profil Obat-obatan yang Digunakan dalam Kasus Kemoterapi Kanker

Paru-Paru di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Tahun 2008

Dari data rekam medis, obat-obatan yang diberikan pada kasus kanker

paru-paru tidak hanya obat-obat kemoterapi tetapi juga obat-obat lainnya yang

mendukung untuk pengobatan pasien. Obat-obat lain tersebut diberikan pada

pasien untuk mengatasi efek samping, penyakit yang menyertai dan meningkatkan

kualitas hidup pasien. Berdasarkan hasil, terdapat 11 kelas terapi obat yang

digunakan dalam kasus kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta tahun 2008, yaitu obat gastrointestinal dan sistem hepatobilier, obat

kardiovaskular dan hepatopoietik, obat sistem pernafasan, obat sistem saraf pusat,

obat hormon, antiinfeksi, obat kemoterapi, obat sistem endokrin dan metabolik,

vitamin dan mineral, nutrisi, serta obat lain- lain. Persentase kelas terapi obat

dihitung dengan cara menghitung jumlah keseluruhan kelas terapi obat yang

Page 62: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

42

digunakan kemudian dibagi jumlah keseluruhan kasus yang diteliti yaitu 27

dikalikan 100%.

Gambar 7. Persentase kelas terapi obat yang digunakan pada kasus kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008

Obat kemoterapi digunakan sebanyak 100%. Hal itu juga terjadi pada

penggunaan obat-obat gastrointestinal dan sistem hepatobilier. Jenis obat dari

golongan obat gastrointestinal dan sistem hepatobilier yang paling banyak

digunakan adalah obat antiemetik. Antiemetik digunakan untuk mencegah dan

atau mengatasi mual-muntah yang timbul akibat efek samping penggunaan obat

kemoterapi.

Golongan dan jenis obat yang diberikan setiap kasusnya dapat bermacam-

macam dan memungkinkan adanya pemberian kombinasi jenis obat dari golongan

yang sama. Golongan dan jenis obat yang digunakan pada pengobatan kasus

Page 63: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

43

pasien kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta diuraikan sebagai

berikut:

1. Obat Gastrointestinal dan Sistem Hepatobilier

Tabel VII. Golongan dan jenis obat saluran gastrointestinal dan sistem hepatobilier pada kasus kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta tahun 2008

No Golongan Obat Jenis Obat Frekuensi %

1 Antiemetik Dexamethasone

Diphenhydramine Metochlopramide HCl

Ondansetron HCl Palonosetron Cisapride

20

19 15

12 4 1

74

70,4 55,6

44,4 15 3,7

2 Antasida,obat

antirefluks,& antiulserasi

Ranitidine HCl

Omeprazole Pantoprazole

Lansoprazole

17

5 4

1

63

18,5 15

3,7

3 Antidiare Activated attapulgite 1 3,7

4 Antispasmodik Hyoscine-N-butylbromide

1 3,7

Obat gastrointestinal diberikan untuk pasien kanker paru-paru yang

mengalami keluhan pada saluran cerna. Pada kasus kanker paru-paru di RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008, obat saluran gastrointestinal dan sistem

hepatobilier yang paling banyak digunakan adalah dexamethasone yaitu

sebanyak 74%. Obat ini diberikan sebagai kombinasi obat antiemetik lainnya

untuk mencegah efek samping mual-muntah akibat pengunaan obat

kemoterapi dan juga sebagai terapi kasus mual-muntah yang sudah terjadi.

2. Sistem Kardiovaskular dan Hematopoietik

Obat kardiovaskular merupakan kelompok obat yang mempengaruhi dan

memperbaiki sistem kardiovaskular baik secara langsung maupun tidak. Obat

kardiovaskular diberikan pada pasien yang memiliki riwayat hipertensi. Obat

Page 64: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

44

hematopoietik adalah kelompok obat yang dapat mempengaruhi dan

meningkatkan pembentukan pembuluh darah. Obat hematopoietik ini biasanya

diberikan untuk pasien yang mengalami anemia.

Golongan obat kardiovaskular yang paling banyak digunakan adalah

golongan diuretikum yaitu furosemid sebanyak 29,6%.

Tabel VIII. Golongan dan jenis obat kardiovaskular dan sistem hematopoietik pada kasus kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

tahun 2008

No Golongan obat Jenis obat Frekuensi %

1 Diuretikum Furosemid

H.C.T Mannitol

8

1 1

29,6

3,7 3,7

2 Hematopoietik Filgastim Epoetin α

3 1

11,1 3,7

3 Antikoagulan, antiplatelet, & Fibrinolitik

Acetylsalicylic acid 2 7,4

4 Hemostatik Tranexamic acid 1 3,7

3. Sistem Pernafasan

Pengunaan obat ini ditujukan untuk pasien kanker paru-paru yang

mengalami batuk dan sesak nafas. Seringkali pasien kanker paru-paru

mengalami batuk dan atau sesak nafas dikarenakan adanya lendir pada saluran

nafas atau juga karena membesarnya kanker pada paru-paru. Semakin

membesarnya kanker pada paru-paru dapat mengakibatkan terganggunya

fungsi normal dari paru-paru sehingga pasien mengalami batuk dan atau sesak

nafas. Pada penelitian ini obat-obatan yang paling banyak diberikan adalah

golongan obat batuk dan pilek yaitu codein sebanyak 14,8%. Obat ini bekerja

sebagai pereda batuk.

Page 65: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

45

Tabel IX. Golongan dan jenis obat saluran nafas pada kasus kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008

No Golongan obat Jenis obat Frekuensi %

1 Obat batuk & pilek Codeine Dextrometrhorpan Ambroxol

4 2 1

14,8 7,4 3,7

2 Preparat antiasma &

PPOK

Salbutamol sulfate 1 3,7

4. Sistem Saraf Pusat

Tabel X. Golongan dan jenis obat saraf pusat pada kasus kemoterapi kanker

paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008

No Golongan obat Jenis obat Frekuensi %

1 Analgesik (non opiat) & antipiretik

Paracetamol

2

7,4

2 Analgesik (Opiat) Tramadol 2 7,4

3 Obat anti inflamasi non steroid (OAINS)

Ketorolac tromethamine Na Diclofenak

2 2

7,4

7,4

4 Antipsikotik Risperidon

Haloperidol

1

1

3,7

3,7

5 Nootropik & neurotopik

Mecobalamin 1 3,7

Pada penelitian ini, obat-obat sistem saraf pusat yang digunakan adalah

golongan analgesik (non opiat) & antipiretik, analgesik (opiat), obat anti

inflamasi non steroid (OAINS), antipsikotik, serta nootropik & neurotopik.

Obat golongan antipsikotik dalam penelitian ini diberikan pada pasien untuk

mengatasi gelisah, cemas, dan ketakutan ketika menjalani kemoterapi.

Sedangkan analgesik sering digunakan untuk terapi nyeri pasca operasi.

5. Hormon kortikosteroid

Golongan ini digunakan sebagai antiinflamasi sistemik, contohnya

metylprednisolone dalam penelitian ini digunakan sebagai antiinflamasi pada

kanker dan peradangan saluran nafas. Sebagai antiinflamasi, kortikosteroid ini

Page 66: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

46

digunakan dalam dosis yang beragam untuk individu yang berbeda, supaya

dapat menjamin rasio manfaat/ risiko yang setinggi- tingginya.

Tabel XI. Golongan dan jenis hormon kortikosteroid pada kasus kemoterapi

kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008

Golongan obat Jenis obat Frekuensi %

Hormon kortikosteroid Methylprednisolone 1 3,7

6. Antiinfeksi

Golongan ini digunakan untuk pasien kanker paru-paru yang mengalami

infeksi. Selain itu, antiinfeksi ini juga dapat digunakan sebagai profilaksis

untuk mencegah infeksi pada pasien kanker paru-paru. Kondisi pasien kanker

paru-paru sangat rentan terhadap infeksi karena daya tahan tubuh yang

menurun setelah kemoterapi. Jenis obat yang paling banyak digunakan adalah

ceftriaxone dari golongan sefalosporin sebesar 14,8%. Golongan sefalosporin

merupakan antibiotik betalaktam yang bekerja dengan cara menghambat

sintesis dinding sel mikroba.

Tabel XII. Golongan dan jenis obat anti infeksi pada kasus kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008

No Golongan obat Jenis obat Frekuensi %

1 Sefalosporin Ceftriaxone Ceftazidime

4 1

14,8 3,7

2 Makrolid Azitromycin 1 3,7

3 Kuinolon Ciprofloxacin 1 3,7

4 Antijamur Nystatin 1 3,7

7. Obat Kemoterapi

Golongan obat ini digunakan sebagai agen kemoterapi yang memiliki

sifat merusak sel-sel kanker tetapi juga sel normal. Tujuan pemberian obat ini

digunakan untuk tujuan mengobati, memperpanjang hidup, atau meringankan

Page 67: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

47

pasien akibat gejala kanker (terapi paliatif). Obat-obat ini dapat digunakan

dalam bentuk tunggal maupun kombinasi. Pada penatalaksanaan kanker paru-

paru, obat kemoterapi lebih sering diberikan dalam bentuk kombinasi.

Penggunaan obat kemoterapi ini mengakibatkan terjadinya efek samping

antara lain mual, muntah, rambut rontok, anemia, netropenia, dan

trombositopenia. Oleh karena itu pemberian dosis dan monitoring kondisi

pasien sangat penting dilakukan untuk meminimalisasikan efek samping.

Tabel XIII. Golongan dan jenis obat kemoterapi pada kasus kemoterapi

kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008

Golongan obat Jenis obat Frekuensi %

Kemoterapi Sitotoksik

a. Platinum Cisplatin

Carboplatin

18

8

66,7

29,6

b. Antimikrotubul Paclitaxel Docetaxel

13 4

48,1 14,8

c. Alkilator Cyclophosphamide 8 29,6

d. Topoisomerase Doxorubucin

Etoposide Epirubicin

7

2 1

25,9

7,4 3,7

e. Terapi target Erlotinib HCl 1 3,7

Kemoterapi Hormonal Megestrol acetate 3 11,1

8. Sistem endokrin dan metabolik

Golongan obat ini digunakan salah satunya untuk terapi pasien yang

mengalami riwayat diabetes melitus. Dalam penelitian ini ada 1 kasus yang

menggunakan antidiabetik yaitu preparat insulin.

Tabel XIV. Golongan dan jenis obat sistem endokrin dan metabolik pada kasus kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun

2008

Golongan obat Jenis obat Jumlah

Kasus

%

Preparat insulin Insulatard® 1 3,7

Page 68: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

48

9. Vitamin dan Mineral

Pada umumnya pasien kanker mengalami gangguan metabolisme

sehingga sangat rentan terhadap malnutrisi. Pada penelitian ini, pemberian

obat golongan ini ditujukan sebagai menambah daya tahan tubuh serta untuk

memperbaiki kondisi pasien.

Tabel XV. Gologan dan jenis vitamin & mineral pada kasus kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008

No Golongan obat Jenis obat Frekuensi %

1 Vitamin B kompleks/dengan

vitamin C

Grahabion®

Vitamin B6 Roborantin

3 3 1

11,1 11,1 11,1

2 Elektrolit dan atau

mineral

KCl 2 7,4

3 Vitamin &/mineral Cernevit® 1 3,7

10. Nutrisi

Tabel XVI. Golongan dan jenis nutrisi pada kasus kemoterapi kanker paru-

paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008

No Golongan obat Jenis obat Frekuensi %

1 Elektrolit KI-aspartate 2 7,4

2 Suplemen & terapi penunjang Coenzyme Q10 1 3,7

3 Produk nutrisi/parenteral Albumin

Aminofusin®

2

1

7,4

3,7

Pasien kanker terlebih dengan stadium yang sudah lanjut sangat berisiko

mengalami malnutrisi yang dapat menyebabkan dampak negatif terhadap

prognosis. Malnutrisi dapat terjadi karena penurunan asupan makan sebagai

efek dari mual-muntah yang dialami pasien sehingga pasien takut untuk

makan. Oleh karena itu, pemberian obat ini bertujuan sebagai terapi tambahan

untuk menjaga asupan nutrisi pada pasien kanker paru-paru.

Page 69: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

49

11. Lain-lain

Obat-obat lain diberikan juga untuk menjaga kualitas hidup pasien

selama kemoterapi. Pada penelitian, obat golongan preparat

mulut/tenggorokan diberikan untuk mengatasi beberapa masalah kesehatan

telinga dan mulut/tenggorokan pada pasien kanker paru-paru di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta salah satunya untuk menjaga kebersihan mulut dan

menghindarkan dari infeksi karena kuman-kuman di mulut. Obat kumur mulut

memiliki efek samping iritasi pada mukosa dan reaksi hipersensitivitas.

Larutan intavena berupa infus ini digunakan untuk penanganan keadaan-

keadaan khusus seperti hipoalbumin, anemia, dan tranfusi lainnya. Persentase

terbanyak terdapat pada pemberian tranfusi PRC (Paced Red Cell). Tranfusi

ini diberikan pada pasien yang mengalami anemia.

Pada kasus kanker paru-paru diberikan juga sediaan tambahan antara

lain sediaan herbal dan suplemen-suplemen alami yang tujuannya untuk

meningkatkan daya tahan tubuh dan memperbaiki kondisi pasien.

Tabel XVII. Golongan dan jenis obat lain- lain pada kasus kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008

No Golongan obat Jenis obat Frekuensi %

1 Larutan intravena & larutan steril lainnya

PRC

4

14,8

2 Sediaan tambahan MGN3 Aracbinoxylan complex

Lactobacillus reuterii

1 1

3,7 3,7

3 Preparat mulut/tenggorokan

Povidone- iodine 1

3,7

Page 70: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

50

B. Strategi Penatalaksanaan Mual-Muntah pada Kemoterapi Kanker

Paru-Paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Penatalaksanaan mual-muntah sebagai efek samping dari kemoterapi

sangat penting kaitannya dengan efektivitas terapi pada kasus kanker paru serta

peningkatan kualitas hidup pasien. Pada rekam medis tidak ditulis t ipe mual-

muntah yang terjadi pada setiap kasusnya tetapi peneliti menyimpulkan tipe mual-

muntah dengan melihat waktu kejadiaan mual-muntah. Kejadian mual-muntah

dikelompokkan kembali menjadi mual tanpa muntah, muntah, dan mual yang

disertai muntah.

Tabel XVIII. Rangkuman resiko mual-muntah vs kasus mual-muntah pada kasus kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 2008

Risiko Mual-muntah

Kasus Mual Muntah Mual dan muntah

Persentase kejadian mual muntah

Rendah 14 1 7,1

Sedang 53 9 1 5 30,2

Tinggi 16 6 5 68,7

Total 83 15 1 11 32,5

Dari 83 kasus kemoterapi, ada 14 kasus yang memiliki risiko mual-

muntah kelas rendah, 53 kasus memiliki risiko mual-muntah kelas sedang, dan 16

kasus memiliki risiko mual-muntah kelas tinggi. Risiko-risiko ini digolongkan

dengan melihat potensi obat kemoterapi untuk menimbulkan mual-muntah. Pada

penelitian ini ditemukan 15 kasus mual tanpa disertai muntah, 1 kasus muntah,

dan 11 kasus mual disertai muntah. Persentase kejadian mual-muntah sebesar

32,5%. Hal ini berbeda dengan teori yang menyatakan bahwa 70-80% pasien

mengalami mual-muntah. Oleh karena itu, dapat dikatakan tindakan penanganan

mual-muntah sebagai efek samping kemoterapi sudah berjalan cukup baik

Page 71: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

51

sehingga dapat mengurangi angka kejadian mual- muntah akibat kemoterapi.

Walaupun begitu, perlu adanya peningkatan kualitas penanganan kasus mual-

muntah akibat penggunaan obat kemoterapi terlebih pada kasus yang tidak

mendapatkan penanganan supaya persentase kejadian mual-muntah dapat terus

diminimalkan.

Mual-muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah kemoterapi. Kejadian

mual-muntah berdasarkan waktu kejadiannya dirangkum dalam tabel berikut ini:

Tabel XIX. Rangkuman kejadian mual-muntah pada kemoterapi kanker paru-

paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008

No kasus

Seri kemoterapi

Waktu mual-muntah Dampak terapi mual-muntah Prekemoterapi postkemoterapi

1a III ˅ membaik

1b IV ˅ membaik

2 II ˅ membaik

3a III ˅ masih mual

3b IV ˅ membaik

4 IV ˅ membaik

5 II ˅ membaik

6 II ˅ membaik

7 II ˅ masih mual

8a I ˅ masih mual

8b III ˅ membaik

9a II ˅ membaik

9b III ˅ ˅ membaik

10 I ˅ masih mual

11 IV ˅ masih mual

12 I ˅ masih mual

13 I ˅ masih mual

14 I ˅ membaik

15 I ˅ membaik

16 I ˅ membaik

17a II ˅ membaik

17b V ˅ ˅ membaik

17c IV ˅ membaik

18 II ˅ masih mual

19 I ˅ masih mual

20a I ˅ masih mual

20b II ˅ masih mual

Page 72: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

52

Pada penelitian ini, beberapa pasien mengalami mual-muntah sebelum

dilakukannya kemoterapi dan beberapa setelah dilakukan kemoterapi. Dalam

penelitian juga ditemukan kasul mual-muntah yang terjadi sebelum kemoterapi

dengan tidak berlanjut pada pasca kemoterapi. Hal tersebut dapat terjadi karena

tindakan pencegahan mual-muntah supaya tidak berlanjut saat pasca kemoterapi

mengalami keberhasilan. Dari semua kasus mual-muntah, dampak terapi yang

timbul adalah masih mual-muntah sebesar 41% dan membaik sebesar 59%.

Dalam rekam medis keterangan akan dampak terapi mual-muntah sangat kurang,

sehingga peneliti hanya menyimpulkan dampak terapi mual-muntah dari rekam

asuhan keperawatan yang dicatat oleh perawat. Pasien yang menyatakan mual-

muntah yang dialaminya sudah berkurang digolongkan ke dalam dampak terapi

mual-muntah membaik, sedangkan pasien yang masih mengeluhkan mual-muntah

setelah pemberian antiemetik atau tanpa pemberian antiemetik termasuk dalam

golongan masih mual-muntah.

Dalam penelitian ini ditemui kasus mual-muntah tipe anticipatory yaitu

mual-muntah yang terjadi sebelum pemberian kemoterapi seri tertentu. Hal ini

menunjukkan kurangnya tindakan preventif untuk mencegah kejadian mual-

muntah sebelum kemoterapi atau tindakan preventif yang diberikan belum bisa

menangani mual-muntah tipe ini. Menurut guideline, mual-muntah tipe ini juga

dapat diakibatkan trauma dari pasien karena penanganan mual-muntah yang buruk

pada seri kemoterapi sebelumnya. Selain itu ada pula kasus mual-muntah yang

terjadi pada pasca kemoterapi akibat penanganan mual-muntah prekemoterapi

yang tidak berhasil. Oleh karena itu, penanganan mual-muntah yang tepat pada

Page 73: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

53

kemoterapi seri awal sangat penting pula untuk mencegah kejadian mual-muntah

pada kemoterapi selanjutnya.

C. Drug Related Problem (DRPs)

Pada penelitian ini, evaluasi penatalaksanaan kasus mual-muntah pada

pasien kanker paru-paru kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008

dilakukan khusus pada kejadian Drug Related Problems (DRPs). Evaluasi

dilakukan dengan membandingkan terapi obat yang diterima oleh pasien kanker

paru-paru yang menjalani kemoterapi dengan guideline.

DRPs yang ditemui dalam penatalaksanaan mual-muntah pada pasien

kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 yaitu butuh

tambahan terapi obat, obat tidak tepat, dan dosis terlalu tinggi. Penggolongan

problem dalam evaluasi DRPs dilakukan dengan menggolongkan mual-muntah

berdasarkan tipenya. Untuk mual-muntah tipe akut dan delayed, digolongkan

kembali berdasarkan tipe menurut potensi obat kemoterapi yang diberikan dalam

menimbulkan mual-muntah. Hal itu dilakukan untuk memberikan rekomendasi

yang sesuai dengan guideline yang menyatakan bahwa penatalaksanaan mual-

muntah tipe akut dan delayed disesuaikan dengan tipe mual-muntah menurut

potensi obat kemoterapi yang digunakan dalam menimbulkan mual-muntah.

Berikut ini ringkasan DRPs yang dialami pasien kanker paru-paru di

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 yang disajikan dalam tabel.

Page 74: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

54

Tabel XX. DRPs butuh tambahan terapi obat pada kasus kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008

No Kasus

Problem Assessment Recommendation

2 Mual-muntah tipe

anticipatory

Pasien diberi vomceran®

(Ondancetron HCl).

Menurut guideline, mual-muntah anticipatory dapat

diterapi dengan memberikan Alprazolam 0,5-2 mg p.o malam

hari atau lorazepam 0,5-2 mg pada malam hari sebelum dan pagi saat kemoterapi diberikan.

Terapi ini perlu diberikan untuk mencegah terjadinya mual-

muntah yang lebih hebat pada pasca kemoterapi.

14 dan

3b

Mual-muntah

tipe delayed (kategori

emetic moderat risk)

Pasien tidak

mendapatkan obat untuk mengatasi/

mencegah mual-muntah tipe delayed yang

dialaminya.

Menurut guideline, pasien yang

mengalami mual-muntah tipe delayed karena penggunaan obat

kemoterapi dengan emetic moderat risk dapat diterapi dengan: hari 1 Aprepitan 125

mg p.o, Dexametasone 12 mg p.o atau i.v dan Antagonis 5-

HT3 (Palonosetron 0,25 mg i.v atau Ondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg) ;

atau Granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg

(maks. 1 mg) i.v Dolasetron 100 mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v dan dexamethasone

8mg atau 5-HT3 antagonis reseptor di hari ke 2-4 atau

aprepitant 80mg di hari 2-3dengan atau tanpa dexamethasone 8mg di hari 2-4,

dengan atau tanpa lorazepam pada hari.

3a, 12, 13, dan

18

Mual-muntah tipe delayed

(kategori

emetic high risk)

Pasien mendapat metochlopramide. Metochlopramide

bukan pilihan obat yang tepat untuk

Menurut guideline, mual-muntah tipe delayed akibat penggunaan obat kemoterapi

emetic high risk dapat diterapi dengan Aprepitan 125 mg p.o

Page 75: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

55

pasien ini. hari 1, Dexamethasone 12 mg

p.o/i.v hari 1, Antagonis 5 HT3 dan dexamethasone 8mg di hari

ke 2-4 ditambah aprepitant 80mg di hari 2 dan 3, dengan atau lorazepam hari ke 1-4.

11, 19, dan 20b

Mual-muntah tipe akut

(kategoti emetic

moderat risk)

Pasien tidak diberi antimual-muntah

dan saat pulang juga tidak diresepkan obat

antiemetik.

Menurut guideline, pasien yang mengalami mual tipe ini perlu

diberi hari 1 Aprepitan 125 mg p.o, Dexametasone 12 mg p.o atau i.v dan Antagonis 5-HT3

(Palonosetron 0,25 mg i.v atau Ondansetron 16-24 mg p.o atau

8-12 mg i.v (maks. 32 mg) ; atau Granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg

(maks. 1 mg) i.v Dolasetron 100 mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau

100 mg i.v dan dexamethasone 8mg atau 5-HT3 antagonis reseptor di hari ke 2-4 atau

aprepitant 80mg di hari 2-3dengan atau tanpa

dexamethasone 8mg di hari 2-4, dengan atau tanpa lorazepam pada hari.

1a, 4, dan 8a

Mual-muntah tipe akut

(kategori emetic

moderat risk)

Pasien sudah diberi Ondansetron 8mg.

Menurut guideline, pasien yang mengalami mual tipe ini perlu

diberi hari 1 Aprepitan 125 mg p.o, Dexametasone 12 mg p.o atau i.v dan Antagonis 5-HT3

(Palonosetron 0,25 mg i.v atau Ondansetron 16-24 mg p.o atau

8-12 mg i.v (maks. 32 mg) ; atau Granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg

(maks. 1 mg) i.v Dolasetron 100 mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau

100 mg i.v dan dexamethasone 8mg atau 5-HT3 antagonis reseptor di hari ke 2-4 atau

aprepitant 80mg di hari 2-3dengan atau tanpa

dexamethasone 8mg di hari 2-4,

Page 76: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

56

dengan atau tanpa lorazepam

pada hari. Pasien perlu tambahan obat

berupa aprepitan, dexamethasone dengan atau tanpa tambahan lorazepam.

Resepkan sesuai dosis dan aturan pemakaian.

15 Mual-muntah tipe akut (kategori

emetic high risk)

Pasien sudah diberi Ondansetron 8mg.

Menurut guideline, mual tipe ini perlu diberi Aprepitan 125 mg p.o hari 1, Dexamethasone 12

mg p.o/i.v hari 1, Antagonis 5 HT3 dan dexamethasone 8mg di

hari ke 2-4 ditambah aprepitant 80mg di hari 2 dan 3, dengan atau lorazepam hari ke 1-4.

Pasien sudah mendapat ondansetron 8mg, sehingga

perlu diberi tambahan terapi berupa aprepitan, dexamethasone, dengan atau

tanpa lorazepam. Berikan dexamethasone dan aprepitan

sesuai dosis dan aturan pemakaian.

5, 17a,

17b, 17c, dan

20a

Mual-muntah

tipe akut (kategori

emetic moderat risk)

Pasien

mendapatkan metochlopramide

HCl. Metoclopramide HCl bukan pilihan

obat yang tepat untuk mengatasi

mual-muntah tipe ini.

Menurut guideline, pasien yang

mengalami mual tipe ini perlu diberi hari 1 Aprepitan 125 mg

p.o, Dexametasone 12 mg p.o atau i.v dan Antagonis 5-HT3 (Palonosetron 0,25 mg i.v atau

Ondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg) ;

atau Granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v

Dolasetron 100 mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v dan

dexamethasone 8mg atau 5-HT3 antagonis reseptor di hari ke 2-4 atau aprepitant 80mg di hari

2-3dengan atau tanpa dexamethasone 8mg di hari 2-4,

dengan atau tanpa lorazepam

Page 77: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

57

pada hari.

16 Mual-muntah

tipe akut (kategori

emetic high risk)

Pasien sudah diberi

dexamethasone 2 ampul (40ml).

Menurut guideline, mual-

muntah tipe ini dapat diterapi dengan Aprepitan 125 mg p.o

hari 1, Dexamethasone 12 mg p.o/i.v hari 1, Antagonis 5 HT3 dan dexamethasone 8mg di hari

ke 2-4 ditambah aprepitant 80mg di hari 2 dan 3, dengan

atau lorazepam hari ke 1-4. Pasien sudah mendapatkan dexamethasone. Sehingga

Memberikan tambahan terapi berupa Aprepitan dan Antagonis

5HT3. Berikan sesuai dosis dan aturan pakai sesuai ketentuan.

1b, 6, 7,

9a dan 9b

Mual-muntah

tipe anticipatory

Pasien

mendapatkan dexamethasone dan

ondansetron sebelum kemoterapi.

Menurut guideline, mual-

muntah anticipatory dapat dicegah dengan memberikan

Alprazolam 0,5-2 mg p.o malam hari atau Lorazepam 0,5-2 mg pada malam hari sebelum dan

pagi saat kemoterapi diberikan. Apabila sudah terjadi maka

metode nonfarmakologi seperti hipnosis, relaksasi dengan terapi musik dapat dicoba.

Pasien ini perlu diberikan obat antiemetik untuk mencegah

mual-muntah yang lebih hebat pada saat pasca kemoterapi.

8b dan

10

Mual-muntah

tipe delayed (kategori

emetic low risk)

Pasien tidak diberi

obat antiemetik atau diresepkan

antiemetik saat pulang untuk mencegah kejadian

mual-muntah yang tidak termonitor

oleh tenaga medis.

Menurut guideline, pasien yang

mual-muntah tipe ini perlu diberi obat metochlopramide

dengan atau tanpa diphenhydramine, dexamethasone 12 mg, atau

prochlorperazine dengan atau tanpa lorazepam.

Page 78: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

58

Tabel XXI. DRPs Obat tidak tepat pada kasus kemoterapi kanker paru-

paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008

No Kasus Problem Assessment Recommendation

2 Mual-muntah tipe

anticipatory

Pasien diberi vomceran®

(Ondancetron HCl). Ondansetron

dan dexamethasone bukan pilihan obat

yang tepat untuk mencegah mual-

muntah anticipatory.

Menurut guideline, mual-muntah anticipatory dapat

diterapi dengan memberikan alprazolam 0,5-2 mg p.o

malam hari atau lorazepam 0,5-2 mg pada malam hari sebelum dan pagi saat

kemoterapi diberikan. Apabila sudah terjadi maka

metode nonfarmakologi seperti hipnosis, relaksasi dengan terapi musik dapat

dicoba.

1a, 4, 5, 16,

17a, 17b, 17c, 20a.

Mual-muntah

tipe akut (kategori emetic moderat risk)

Pasien diberi

Sotatic®(metochlopramide). Menurut guideline,

metochlopramide bukan pilihan obat

yang tepat untuk mengatasi mual-muntah tipe akut.

Mual tipe ini perlu diberi 5-

HT3 antagonis reseptor (ondansetron, granisetron, dolasetron, atau

palonosetron), dexamethasone 12mg dan

aprepitan 125mg, dengan atau tanpa lorazepam sebelum kemoterapi.

8a Mual-muntah tipe akut

(emetic moderat risk)

Pasien diberi omeprazole dan

ondansetron 1 ampul (8mg/4ml). Menurut guideline,

omeprazole bukan pilihan obat yang

tepat untuk mengatasi mual-muntah tipe akut

ini.

Pasien sudah mendapatkan ondansetron sehingga

memerlukan tambahan berupa dexamethasone 12mg dan aprepitan 125mg

dengan atau tanpa lorazepam.

15 Pasien

mengalami mual tipe akut

(emetic high risk).

Pasien

mendapatkan injeksi Sotatic®

(metochlopramide HCl). Menurut

Mual tipe ini perlu diberi

Aprepitan 125 mg p.o hari 1, Dexamethasone 12 mg

p.o/i.v hari 1, Antagonis 5 HT3 dan dexamethasone

Page 79: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

59

guideline,

metochlopramide bukan pilihan obat

yang tepat untuk diberikan pada kasus mual-

muntah tipe ini.

8mg di hari ke 2-4 ditambah

aprepitant 80mg di hari 2 dan 3, dengan atau

lorazepam hari ke 1-4. Pasien sudah mendapat ondansetron 8mg, sehingga

perlu diberi tambahan terapi berupa aprepitan,

dexamethasone, dengan atau tanpa lorazepam.

12, 13, 3a,

18

Pasien

mengalami mual tipe

delayed (emetic high risk)

Pasien

mendapatkan obat yaitu

metoclopramid. Metochlopramide bukan pilihan obat

yang tepat untuk mengatasi mual-

muntah pada kasus ini.

Menurut guideline, mual-

muntah tipe delayed akibat penggunaan obat

kemoterapi emetic high risk dapat diterapi dengan Aprepitan 125 mg p.o hari

1, Dexamethasone 12 mg p.o/i.v hari 1, Antagonis 5

HT3 dan dexamethasone 8mg di hari ke 2-4 ditambah aprepitant 80mg di hari 2

dan 3, dengan atau lorazepam hari ke 1-4.

6, 1b, 7, 9a, dan 9b

Pasien mengalami mual tipe

anticipatory

Pasien mendapatkan dexamethasone

dan ondansetron sebelum

kemoterapi. Dexamethasone dan ondansetron

bukan pilihan obat yang tepat untuk

mencegah mual-muntah anticipatory.

Menurut guideline, pasien dengan mual-muntah anticipatory perlu diberi

Alprazolam 0,5-2 mg p.o malam hari atau

Lorazepam 0,5-2 mg pada malam hari sebelum dan pagi saat kemoterapi

diberikan. Apabila sudah terjadi maka metode

nonfarmakologi seperti hipnosis, relaksasi dengan terapi musik dapat dicoba.

Page 80: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

60

Tabel XXII. DRPs dosis terlalu tinggi pada kasus kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008

No Kasus Problem Assessment Recommendation

16 Mual-muntah tipe akut emetic

high risk)

Pasien diberi 2 ampul dexamethasone (=

40 mg) setiap 12 jam.

Menurut guideline, dosis dexamethasone 12mg. Perlunya dilakukan

penyesuaian dosis sesuai ketentuan.

D. Dampak Terapi Kasus Mual-Muntah pada Kemoterapi Kanker

Paru-paru

Pada penelitian ini dampak terapi dilihat dari dampak terapi mual-

muntah pada setiap kali kemoterapi. Hasilnya didapat hasil persentase dampak

terapi mual-muntah pada kemoterapi yaitu 41% masih mual dan 59% membaik.

Salah satu penyebab belum membaiknya keluhan mual-muntah adalah pasien

tidak diberi antiemetik sebagai tindakan pencegahan maupun pengobatan di

rumah sakit atau saat keluar dari rumah sakit.

Gambar 8. Persentase dampak terapi kasus mual-muntah pada kemoterapi kanker paru-paru

Page 81: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

61

Menurut standar, terapi perlu dilakukan peresepan antiemetik sebagai

upaya pencegahan mual-muntah pada kemoterapi dan perlu dilakukannya

monitoring kejadian mual-muntah yang tidak termonitor oleh tenaga medis. Pada

penelitian banyak ditemukan pasien pulang setelah kemoterapi selesai, sehingga

mual-muntah dapat terjadi diluar monitor tenaga medis.

Selain dampak terapi mual-muntah pada setiap kali kasus kemoterapi

pada pasien kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008,

evaluasi terhadap dampak terapi mual-muntah pada pasien yang pernah

mengalami mual-muntah di program kemoterapinya juga dilakukan dalam

penelitian ini. Dampak terapi mual-muntah tersebut dilihat dari keberhasilan atau

ketidakberhasilan terapi dalam menangani mual-muntah di seri kemoterapi

selanjutnya. Ringkasan dampak terapi itu disajikan dalam bentuk tabel berikut:

Tabel XXIII. Riwayat mual-muntah pada pasien kanker paru-paru di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta tahun 2008.

No No kasus Seri kemoterapi Mual-muntah

1 1.a III ˅

1.b IV ˅

2

IV

V

2 VI ˅

3

I

3.a II ˅

3.b IV ˅

4 4 II ˅

III

5 5 II ˅

6 I

Page 82: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

62

II

6 IV ˅

7 I

7 II ˅

8 8.a I ˅

II

8.b III ˅

IV

V

VI

9 I

9.a II ˅

9.b IV ˅

10 I

10 II ˅

III

11 I

II

11 IV ˅

V

VI

12 12 I ˅

13 13 I ˅

II

IV

V

14 14 I ˅

15 15 I ˅

16 16 I ˅

Page 83: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

63

Keterangan :

: pasien yang mengalami mual-muntah secara konstan : pasien yang mengalami mual-muntah yang semakin hebat di

seri kemoterapi selanjutnya

: pasien yang mengalami mual-muntah pada kemoterapi pertama dan tidak dapat diamati perkembangan dampak

terapinya : pasien yang mengalami penurunan mual-muntah di seri kemoterapi selanjutnya (terjadi keberhasilan terapi mual-

muntah)

Tabel di atas menceritakan bahwa pada penelitian terdapat 3 pasien

mengalami mual-muntah yang konstan, hal itu dapat diartikan penanganan mual-

muntah yang diterima belum dapat mencegah timbulnya mual-muntah pada seri

kemoterapi selanjutnya. Sebanyak 7 pasien mengalami mual-muntah yang makin

hebat di seri kemoterapi selanjutnya. Ada kemungkinan bahwa pasien mengalami

trauma pada penanganan mual-muntah yang gagal di seri awal kemoterapi,

sehingga dapat mengakibatkan mual-muntah yang lebih hebat di kemoterapi-

kemoterapi selanjutnya. Selain trauma, akumulasi dari paparan obat kemoterapi

dapat menyebabkan efek samping yang lebih hebat. Sedangkan sebanyak 5 pasien

mengalami mual-muntah pada kemoterapi I. Pada pasien ini tidak dapat dilakukan

pengamatan dampak terapi karena pasien baru menjalani kemoterapi sebanyak

17

17.a II ˅

IV

17.b V ˅

17.c VI ˅

18 I

18 II ˅

19 19 I ˅

20 20.a II ˅

20.b III ˅

Page 84: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

64

satu kali. Sisanya, sebanyak 5 pasien mengalami penurunan kejadian mual-

muntah pada kemoterapi-kemoterapi selanjutnya. Hal ini dapat diartikan bahwa

penanganan mual-muntah yang diberikan mengalami keberhasilan. Keberhasilan

terapi mual-muntah pada kasus kemoterapi dapat meningkatkan kenyamanan

pasien sehingga mampu meningkatkan respon terapi kanker.

E. Rangkuman Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penatalaksanaan mual-

muntah pada kemoterapi pasien kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta tahun 2008. Jenis penelitian ini yaitu non-eksperimental dengan

mengikuti rancangan deskriptif yang bersifat retrospektif. Pengambilan data

dilakukan dengan mencatat rekam medis pasien kemudian menganalisisnya

dengan melihat pada Drug Related Problems (DRPs) yang dialami pasien selama

menjalani kemoterapi. Pasien yang paling banyak pada interval umur 50 - <60

tahun yaitu sebesar 33%. Kanker paru-paru yang ditemukan dalam penelitian ini

umumnya stadium III sebesar 26%. Sejumlah 48% dari total kasus penelitian

tidak diketahui tingkat stadiumnya dikarenakan tidak adanya keterangan dalam

rekam medis. Penyakit penyerta yang paling banyak ditemui adalah hipertensi

sebanyak 4 kasus. Sedangkan riwayat merokok yang diketahui adalah perokok

pasif sebanyak 11% dan perokok aktif 15%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa selain obat-obat kemoterapi

digunakan juga obat yang lain sebagai pendukung dalam program kemoterapi di

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Obat-obat itu adalah obat gastrointestinal dan

sistem hepatobilier 100% ; obat sistem kardivaskular dan hematopoietik 55,5%;

Page 85: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

65

obat saraf pusat 33,3%; obat antiinfeksi 29,6%; vitamin dan mineral 29,6%; obat

pernafasan 14,8%; nutrisi 14,8%; hormon kortikosteroid 3,7%; obat sistem

endokrin dan metabolik 3,7%; serta obat lain- lain 29,6%.

Dari 27 kasus mual-muntah sebanyak 15 kasus mual tanpa disertai

muntah, 1 kasus muntah, dan 11 kasus mual disertai muntah. Terdapat 48 episode

DRPs yaitu butuh tambahan terapi obat sebanyak 27 kasus, obat tidak tepat 20

kasus, dan dosis terlalu tinggi 1 kasus. Persentase dampak terapi mual-muntah

pada kemoterapi yaitu 41% masih mual-muntah dan 59% membaik.

Page 86: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

66

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kasus pasien kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008

yang mengalami mual-muntah terbanyak terdapat pada umur 50 - <60 tahun

(33%), stadium III sebanyak 26%, jenis penyakit penyerta terbanyak adalah

hipertensi yaitu 4 kasus, dan riwayat merokok sebanyak 15% perokok aktif

dan 11% perokok pasif.

2. Pada penelitian ini ditemukan 11 kelas terapi obat diantaranya yaitu 100%

untuk obat kemoterapi. Persentase yang sama juga ditemui pada penggunaan

obat sistem gastrointestinal dan hepatobilier. Urutan presentase kedua

sebanyak 55,5% terdapat pada penggunaan obat kardivaskular dan

hematopoietik.

3. Penatalaksanaan mual-muntah disesuaikan dengan guideline National

Comprehensive Cancer Network (NCCN) Clinical Practice Guideline in Oncology

Antiemesis 2009 yang didasarkan oleh jenis obat kemoterapi yang diberikan

terhadap resiko terjadinya mual-muntah dan waktu terjadinya mual-muntah

(akut, delayed, atau breaktrough).

4. Dari 27 kasus mual-muntah tersebut terdapat 48 episode DRPs yaitu butuh

tambahan terapi obat sebanyak 27 kasus, obat tidak tepat 20 kasus, dan dosis

terlalu tinggi 1 kasus. Presentase dampak terapi mual-muntah pasca

kemoterapi sebesar 41% masih mual dan 59% membaik.

Page 87: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

67

A. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian mengenai penatalaksanaan efek samping mual-

muntah pada kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

pada periode selanjutnya dan bila mungkin dilakukannya penelitian hal yang

sama di RS lainnya secara prospektif.

2. Perlu dilakukannya penelitian mengenai penatalaksanaan efek samping mual-

muntah pada kemoterapi kanker jenis lainnya.

3. Perlu dilakukannya penatalaksanaan mual-muntah akibat kemoterapi sesuai

ketentuan yang ada.

Page 88: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

68

DAFTAR PUSTAKA

Adams V and Balko J., 2008, Lung Cancer in Chisholm B., Wells B.G., Schwinghammer,T.L., Malone P.M., Kolesar K.M., Rotschafer J.C., and DiPiro J.T., Pharmacotherapy Principles & Practice, The McGraw_Hill

Companies, Inc., USA, 1323-1339

Amin, 2006, Kanker Paru dalam Buku Ajar Penyakit Dalam,jilid I edisi IV, Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI, Jakarta

Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 2004, Kanker Paru,

http://kankerparu.org/main/index.php?option=com&task=view&id=17&

Itemid=31, diakses tanggal 18 Mei 2009

Anonim, 2006a, Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting, http://www.cancernausea.com, diakses tanggal 1 Mei 2009

Anonim, 2006b, Managing Side Effect Treatment and Prevention, http://www.patient.cancerconsultants.com/supportive_treatment.aspx?id

=92.diakses tanggal 28 November 2009 Anonim, 2007, Antiemesis, http://www.nccn.org/profesionals/physician-

gls/PDF/antiemesis.pdf, diakses pada 30 April 2009

Anonim, 2007b, Mecanism of Nausea and Vomiting, http://www.nauseaandvomiting.co.uk, diakses tanggal 6 Desember 2009

Anonim, 2008, MIMS Petunjuk dan Konsultasi, PT. InfoMaster lisensi dari CMPMedica, Jakarta

Anonim, 2009a, Antiemesis, http://www.nccn.org/profesionals/physician-

gls/PDF/antiemesis.pdf, diakses pada 30 April 2009

Anonim, 2009b, MIMS Petunjuk dan Konsultasi, PT. InfoMaster lisensi dari

CMPMedica, Jakarta Anonim, 2009, Kanker Paru (Lung Cancer),

http://www.totalkesehatananda.com/lungcancer6.html, diakses tanggal 2 April 2009

Cipolle, R., 2004, Pharmaceutical Care Practice, McGraw_Hill Companies, Inc.,

USA, 171-199

Page 89: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

69

DiPiro, C.V and Taylor, A.T., 2005, Nausea and Vomiting in DiPiro,J.T., Talbert,

R.L., Yee, G,C., Matzke, G.R., and Posey, L.M., Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 6 th ed The McGraw_Hill Companies, Inc., USA, 665-675

DiPiro, Cecily V. , 2009, Lung Cancer in Wells,B.G., DiPiro, J.T.,

Schwinghammer,T.L., DiPiro, C.V., Pharmacotherapy Handbook , 7th International edition, (Eds), The McGraw_Hill Companies, Inc., USA, 699-703

Finley, Rebecca S and McCun e, J.S.,2005, Lung Cancer in DiPiro, J.T., Talbert,

R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., and Posey, L.M., Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 6th ed The McGraw_Hill Companies, Inc., USA, 2365-2380

Joshi, M., 2008, Minimally Invasive Approach May Accurately Detect Lung

Cancer Stage, www.TopNews.in, diakses tanggal 3 Desember 2009 Minna, 2001, Neoplasms of The Lung in Principles of Internal Medicine vol. 1,

edisi 15th, The McGraw_Hill Companies, Inc., USA, 562-571

Nafrialdi, S.G., 1995, Antikanker dan Immunosupresan dalam Sulistia, G.G., Setiabudy, R., Suyatna, F.D., Purwantyastuti, Nafrialdi, (Eds), Farmakologi dan Terapi, edisi IV (dgn perbaikan), Bagian Farmakologi

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 686-701

Prayogo, N., 2003, Prinsip Pengobatan dan Penatalaksanaan Obat Kemoterapi, dalam Pelatihan Perawatan Pasien Kanker dengan Kemotearpi di RSUP Kanker Dharmais, Jakarta

Rasyid, R.,dkk., 2001, The Characteristic and Two-Year Survival Rate of Lung

Cancer Patients at Dharmais Cancer Hospital in Period January 1998 – November 2001, Jakarta

Sati, M.E.M., 2007, Evaluasi Penatalaksanaan Mual-Muntah Pasca Kemoterapi pada Pasien Kanker Payudara di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada

tahun 2005, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Valentino, S., 2010, Lung Cancer Survival Rate, http://ezinearticles.com/?Lung-

Cancer-Survival-Rate&id=204790, diakses tanggal 19 Januari 2010

Page 90: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

70

LAMPIRAN

Page 91: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

71

Lampiran 1. Data 10 besar diagnosa di instalasi rawat inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008

Page 92: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

72

Lampiran 2. Data pasien kasus mual-muntah pada kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008

no RM u m

u r

Riwayat penyakit Diagnosis utama LP tindakan Keluhan Obat Tanggal pemberian

Hasil lab dan non lab Dampak terapi

kanker

1.a 01.34.72.51 02/07/08-

03/07/08

53 Os adalah penderita Ca epidermoid

Ca epidermoid 1 Kemoterapi III dengan Ebetaxel dan Cisplatin

Mual (+) Muntah (-) Demam (-)

Lemas (-)

Kemoterapi: Ebetaxel 240 mg Cisplatin 100 mg

3 jam setelah itu Inj. Dexamethasone 2A Diphenhidramin 2A

Vomceran 8 mg Pantozol 1A

Pasien mengeluh mual-mual lalu diberi frazon 8 mg 1 tablet

Obat dibawa pulang: Dexa 2 x 2 tablet Frazon 2 x 1 Pantozol 2 x 1

Q-ten 1 x 1

02/07 02/07

02/07 02/07

02/07 02/07

02/07

02/07 WBC: 6,9.10

3/uL

RBC : 4,46.106/uL HGB : 11,5 g/dL HCT : 36,3% MCV : -81,4 fL

MCH : -25,8 pg MCHC : 31,7 g/dL PLT : + 470.10

3/uL

Lym : 33,2 % Mxd : 11,1 % Neut : 55,7 % LYM # : 2,3. 10

3µL

MXD#: 0,8. 103µL

NEUT # : 3,8. 103µL

RDW : 45,1 fL PPW : 8,1 fL

MPV : 7,0 fL P-LCR : 6,9 %

membaik

b. 01.34.72.51 25/07/08- 27-

/7/08

53 Os adalah penderita Ca epidermoid

Ca epidermoid 2 Kemoterapi IV dengan Ebetaxel dan Cysplatin

Mual (+) Muntah (-) Demam (-)

Lemas (-)

Premed: Frazon 8 mg 1A Pantozol 40 mg 1vial

Diphenhidramin 2A Dexametason 2A Sitostatika:

Ebetaxel 240 mg Cysplatin 100 mg

Post kemo: Compraz Frazon 8mg

Obat dibawa pulang: (-)

26/07 26/07

26/07 26/07

26/07 26/07

26/07 26/07

25/07 TD: 120/60

N: 84x/mnt AST ; 17 u/L ALT : 19 u/L

Urea nitrogen: 16 mg/dL Creatinin : 1,2 mg/dL

WBC: 7,6.03/uL

RBC : 4,29.106/uL

HGB : 11,0 g/dL HCT : 38,4%

MCV : -81,9 fL MCH : -25,9 pg MCHC : 31,6 g/dL PLT : + 454.10

3/uL

Lym : 32,6% Mxd : 9,6 % Neut : 57,8 % LYM # : 2,5. 10

3µL

Membaik

Page 93: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

73

MXD#: 0,7. 103µL NEUT # : 4,4. 103µL

2 00.34.95.94 Masuk tanggal :

4-7-2008 Keluar : 26-7-2008

59 Pasien post kemo 6 seri, keluhan saat ini bicara tidak nyambung,sesak.

NSCLC Stadium IV

22 Kemoterapi dengan docetere 120

mg,carboplatin 450 mg

Pada tanggal 5/7 pasien mengalami

mual dan muntah,diterapi dengan vomceran 8

mg.

Premed : - Vomceran® 8 mg i.v

- Dexamethasone 10mg i.v

- Ranitidin 50mg i.v

- Diphenhidramin 2A i.v SS :

- Docetere 120 mg dalam 300 cc NaCl habis 3 jam

- Carboplatin 450 mg

dalam 300 cc NaCl habis 3 jam

Obat oral : -New diatab® -Aspar K®

-Tarceva® -Rillus® -Kodein -Risperidon

-Haloperidol -Omeprazol Obat suntikan :

-Cefotaxim -Cernefit® -Vomceran® -Pantozol®

-Buscopan® -Metil prednisolon -Manitol

-Radin® -Medixon®

09/07 09/07

09/07 09/07

09/07

09/07

12/7-18/7

12/7-26/7 15/7-26/7 15/7-26/7 15/7-21/7

22/7-26/7 24/7-26/7 25/7-26/7

4/7-18/7 4/7-25/7

5/7-15/7 10/7-14/7 15/7-20/7 15/7-19/7

16/7-22/7 16/7-25/7 22/7

04/07 WBC: 10,2.10

3/uL

RBC : 4,57.106/uL

HGB : 13 g/dL HCT : 38,7 % MCV : 84,7 fL

MCH : 28,5 pg MCHC : 33,7 g/dL PLT : 236.10

3/uL

Ne % : 76,8 % LYM % : 14,8 % Mo% : 7,2 % Eo : 0,3 %

Ba : 0,9 % Ne # : 7,9. 10

3µL

LYM # : 1,5. 103µL

Mo# : 0,7. 103µL

Eo #: 0,0. 103µL

Ba #: 0,1.103µL

Membaik

3.a 00.06.51.37

Masuk tanggal : 19-8-2008 Keluar :

26-8-2008

77 Pasien adalah penderita SCLC sejak 3 bulan yang

lalu dan sudah mendapat SS I tanggal 28-7-2008 dan sekarang akan menjalani kemoterapi ke

II. OS ada riwafat hipertensi. Mengalami problem

Small Cell Lung Carcinoma

7 Kemoterapi dengan cysplatin

dan etoposide.

Mual (+) Muntah (+)

Demam (-) Sesak nafas (-)

Premed: - dexamethason 2A

- vomceran 1A - furosemid 1A - radin 2A

- cysplatin 425 mg - etoposide 170 mg - betadine kumur

23/8

23/8 23/8 23/8

23/8 24/8 21/8

19/08 ALB : 3,3 g/dL

AST : 18 u/L ALT : 14 u/L BUN : 12 mg/dL Creatinin : 1,27 mg/dL

Uric : 5,9 mg/dL Hb : 12,6 g/dL Al : 4,2

Membaik

Page 94: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

74

stomatitis - candistatin 3x2 gtt

At : 331 Hmt : 36,3 ANC : 2400

TD : 130/80 N : 88 R : 20

S : 36,8

b 00.06.51.37 Masuk tanggal :

20-10-2008 Keluar : 28-10-2008

77 Pasien adalah penderita SCLC tegak. Sudah menjalani kemoterapi 3x,

pada kemoterapi ke 3 pasien mengalami netropenia sehingga kemoterapi ke 4 tertunda.

OS mempunyai riwayat hipertensi.

Pro SS ke 4 pada Small Cell Lung Carcinoma

8 Kemoterapi ke 4 dengan cysplatin dan etoposid

Mual (+) Muntah (+) Nafsu makan

menurun

Premed: -dexamethasone 2A -ondansetron 2A

- rantin 1A - delladryl 2cc i.m - cysplatin 50,55 mg dalam

1 kolf NaCl - etoposide 168,5 mg dalam 100cc NaCl

-lasix 1A - narfoz 1 tab p.o

22/10 22/10

22/10 22/10 22/10

22/10

22/10 22/10

TD : 130/80 N : 76 R : 18

S : afeb 25/10 WBC: 7,49. 10

3/uL

Ne : 86,1 % Lym : 10,0 % Mo : 3,3 % Eo : 0,3 %

Ba : 0,3 % RBC : 3,49. 10

6/uL

HGB : 9,9 g/dL HCT : 29,9 %

MCV : 85,7 fL MCH : 28,4 pg MCHC : 33,1 g/dL

PLT : 245.103/uL

Alb : 3,11 g/dL AST : 18 u/L

ALT : 13 u/L BUN : 22,3 mg/dL CRE : 1,34 mg/dL URIC : 6,8 mg/dL

GLU : 78 mg/dL Na : 138,0 mmol/L K : 3,78 mmol/L Cl : 11,1 mmol/L

LDP : 282 IU/L 27/10

WBC: 5,65. 103/uL

Ne : - % Lym : 21,5 %

Mo : - % Eo : 0,5 %

Membaik

Page 95: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

75

Ba : 0,2 % RBC : 4,03. 10

6/uL

HGB : 11,4 g/dL HCT : 34,9 %

MCV : 85,9 fL MCH : 28,3 pg MCHC : 32,9 g/dL

PLT : 264 .103/uL

TP : 7,5 mg/dL Alb : 4,30 g/dL

AST : 19 u/L ALT : 18 u/L BUN : 42 mg/dL CRE : 1,56 mg/dL

URIC : 7,0 mg/dL LDP : 318 IU/L

4 01.18.26.16

Masuk tanggal : 22-4-2008 Keluar :

24-4-2008

45 Pasien penderita NSCLC dengan efusi pleura.

Pasien ada indikasi anemia.

Tumor Paru kiri (NSCLS) dengan

efusi pleura stadium III B. Pro SS seri IV

2 Kemoterapi brexel dan carboplatin.

Mual (+) - tranfusi prc II kolf

Premed: - paloxi 1A - pantosal 1A - dipenhidramin 5A

- deksametason 4A SS:

- brexel 120 mg dalam NaCl 250 cc - carboplatin 600 mg dalam NaCl 250 cc

Obat dibawa pulang: -metochlopramid 3x1 -vit B6 3x1

-Na diklofenak -Narfoz 8mg -megace 3x1 C

22/4,23/4

23/4 23/4 23/4

23/4

23/4 23/4

21/4 WBC: 4,8.10

3/uL

RBC : 4,1.106/uL

HGB : 11,4 g/dL HCT : 35 % PLT : 188.10

3/uL

membaik

5 01.33.16.16

16/2/2008- 20/2/2008

60 KU; Pro SS II pada Ca Paru of unknown origin.

Os adalah penderita Ca Paru sinistra of unknown origin tegak kemoterapi 1 x tanggal 25 januari 2008

dari rencana 6 kali dengan regimen Paxus dan Carboplatin. Keluhan pasca kemo I mual(+).

NSCLC pro ss II 4 Kemoterapi dengan

Carboplatin dan paxus

Mual (+) Muntah (-)

Demam (-) Lemas (-)

Kemoterapi: -Carboplatin 413 mg dalam

dex 5% 500 cc -Paxus 625 mg dalam NaCl 500 cc habis 3 jam

Obat dibawa pulang: (-)

19/02

19/02

16/02 TB: 159

BB: 55 RBW: 93% IK : 70% T: 110/70

N: 88 RR:20 T: 37

membaik

Page 96: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

76

Keluhan saat ini sulit t idur. 1 HMRS Os periksa ke

UGD dan mondok bagsal untuk kemoterapi II.

Riwayat DM (-) HT (-)

TBIL: 0,68 mg/dL DBIL: 0,06 mg/dL AST: 28,5 IU/L ALT: 22,8 IU/L

ALB: 3,61 IU/L BUN: 11,5 mg/dL CREA: 0,87 mg/dL

URIC: 5,9 mg/dL LD-P: 459 IU/L GLU: 111 mg/dL

20/02 TBIL: 1,22 mg/dL DBIL: 0,23 mg/dL

AST: 41,4 IU/L ALT: 27,9 IU/L ALP: 48 IU/L BUN: 12,2 mg/dL

CREA: 0,80 mg/dL URIC: 5,9 mg/dL LD-P: 459 IU/L

GLU: 135 mg/dL NA: 137 mmol/L K : 4,32 mmol/L Cl: 106 mmol/L

WBC: 8,04.10

3/uL

RBC : 4,57.106/uL

HGB : 13,8 g/dL

HCT : 40,7% MCV : 89,1 fL MCH : 30,2 pg MCHC : 33,9 g/dL

PLT : 173.103/µL

Lym : 15,8% Neut : 83,0 % LYM # : 1,27. 10

3µL

NEUT # : 6,67. 103µL

MONO; 0,7% Eo: 0,5 %

BASO: 0,0%

6 01.35.65.92

6/10/2008- 9/10/2008

51 Os sudah menjalani

kemoterapi 3x, terakhir kemoterapi tanggal 9 Sept 2008 dengan Brexel

dan Carboplatin (data RM tidak tersedia).

NSCLC stad IIIB 3 Kemoterapidengan

Brexel 120 mg dan Carboplatin 450 mg

Mual (+)

Muntah (-)

Premed:

-dexamethason 2A -ondansetron 1A -ranitidin 1A

-dipenhidramin 1A

6/10 6/10 6/10

6/10

06/10

Tot.protein : 6,0 g/dL AST: 21 IU/L

ALT: 18 IU/L ALB: 2,6 IU/L

membaik

Page 97: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

77

Brexel 120 mg Carboplatin 450mg Ranitidin 2x150mg

Guarposid 5mg 3x1 Biobran 3x1 tab Codein 30mg 3x1

DMP 3x2tab

6/10 6/10 06-09/10

06-09/10 06-09/10 06-09/10

06-09/10

BUN: 7 mg/dL CREA: 0,88 mg/dL URIC: 4,4 mg/dL GLU: 82 mg/dL

LD-P: 424 IU/L NA: 137,2 mmol/L K : 3,55 mmol/L

Cl: 108,0 mmol/L WBC: 4,93 .10

3/uL

RBC :3,89 .106/uL

HGB : 10,6 g/dL HCT : 32,9 % MCV : 84,6 fL MCH : 27,2 pg

MCHC :32,2 g/dL PLT :230 .10

3/µL

Lym :29,4 % Neut : 50,1 %

MONO: 12,2% LYM # : 1,45. 10

3µL

NEUT # :2,47. 103µL

MONO#: 0,60. 103µL

09/10

WBC:3,58 .103/uL

RBC :3,79 .106/uL

HGB : 10,1 g/dL HCT : 31,9%

MCV : 84,2 fL MCH : 26,6 pg MCHC :31,7 g/dL PLT : 244 .10

3/µL

LYM # : 0,74. 103µL

NEUT # :2,81 . 103µL

MONO#: 0,02. 103µL

7 01.33.93.08

1/05/2008- 2/05/2008

55 Os adalah paseian NSCLC dengan riwayat

lobeltomi kanan atas. Os menjalani kemoterapi II

Tumor Paru kanan jenis

NSCLS

1 Kemoterapi dengan brexel

115mg dan Cisplatin 115 mg

Mual (+) Muntah (-)

NaCl 0,9% 500 cc OMZ 1A i.v

Paloxi 1A i.v Dipenhidramin 50mg i.v (5A) Dexamethasone 20mg i.v

(4A) Brexel 105 mg

Platosin 105mg

02/05 02/05

02/05 02/05 02/05

02/05

02/05

01/05

WBC: 11,9 .103/uL

RBC :4,95 .106/uL

HGB : 12,7g/dL HCT : 40,7 %

MCV : 82,2 fL MCH : 25,7pg MCHC :31,2 g/dL

PLT :305 .103/µL

Lym :12 %

membaik

Page 98: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

78

Leukogen (sebelum pulang) 1A Obat dibawa pulang:

Vit B6 3x1 Metochlopramid 3x1 Na Diklofenak 50mg 1-3x1

Narfos 8mg 1-3x1 Megace syr 1x20cc

02/05

Neut : 80,9 % MONO: 7,1% LYM # : 1,4. 10

3µL

NEUT # :9,7. 103µL

MONO#: 0,8. 103µL

Tot.protein : 5,8 g/dL

AST: 24 IU/L ALT: 25 IU/L ALB: 3,03 IU/L CREA: 0,8 mg/dL

GLU: 122 mg/dL Sodium: 144 mmol/L Potassium: 3,17 mmol/L

8 01.35.68.08

Tgl 24/06-23/07

50 KU: sesak nafas (rujukan

dari RSI Wonosobo) RPS: ± 1TSMRS Os mengeluh sesak nafas batuk (+) dahak sulit

keluar. Periksa di Sp.PD tapi keluhan belum sembuh, rujuk RS.Kariadi, diperiksa

jantung dan dikatakan janutng baik. ± 1,5 BSMRS Os jatuh,

lutut dan boyok kiri nyeri, di Ro. Thorax ada massa di paru, rujuk RSS.

10 HSMRS Os mengeluh sesak nafas lagi, os nyaman tidur miring kiri, batuk (+), dahak (+)

warna putih tapi sulit keluar, mual (+), muntah (-) HMRS Os periksa UGD

RSS dengan hasil Ro dari RSI Wonosobo Keluhan saat ini: sesak (+), batuk kadang-

kadang RPD: DM (-), HT (-),

sakit kuning (+) 17 tahun yll

NSCLC stad IIB 30 Kemoterapi I

dengan Paklitaksel dan Carboplatin

Mual (+)

Muntah (-) Demam (-) Lemas (-)

Ceftriaxone 1gr/12 jam

Radin 1A Ceftazidime

Premed: Delladril 2cc i.m Radin 50mg i.v Dexamethasone 2A+aqua

Sotatik 1A Sitostatika:

Paklitaksel 227,5mg dalam NaCl 500cc Carboplatin 470mg

Omeprazol Ondansentron 1A

26/06-11/07

05-23/07 14-23/07

17/07 17/07 17/07

17/07

17/07 17/07

21/07 21/07

12/07

WBC: 12,4.10

3/uL

RBC : 4,12.106/uL

HGB : 11,3 g/dL

HCT : 32,8% MCV : 79,6 fL MCH : 27,5 pg MCHC : 34,5 g/dL

PLT : 419.103/uL

LYM % : 11 % MXD% : 5,8 %

NUET % : 80,1 % LYM # : 11.10

3µL

MXD# : 0,7.103µL

NEUT # : 9,9.103µL

Tot.protein : 4,3 g/dL Albumin : 2,2 g/dL Creatinin : 0,61 mg/dL

Uric Acid: 2,9 mg/dL Glukosa : 108 mg/dL Na: 129,4 mmol/L K : 3,62 mmol/L

Chloride : 89,4 mmol/L 15/07

WBC: 11,2.10

3/uL

RBC : 3,46.106/uL

HGB : 9,9 g/dL HCT : 27,6%

Membaik

Page 99: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

79

Post kemo Os mengeluh mual lalu diberi injeksi sotatik 1A i.v. hari ke 3

post kemo masih mual diberi injeksi ondansentron 1gr

MCV : 79,9 fL MCH : 28,6 pg MCHC :35,7 g/dL PLT : 408.10

3/uL

LYM % : 10,6 % MXD% : 6,3 % NUET % : 80,1 %

LYM # : 1,2.103µL

MXD#: 0,7.103µL

NEUT # : 9,0. 103µL

b 01.35.68.08

27/08-30/08

50 KU: post ss III pada NSCLC

Os direncanakan kemoterapi dengan reg Paxus dan Carboplatin setelah menjalani

kemoterapi 3x. HMRS: Os periksa poli Tulip untuk kemoteapi ke 3 + opname bangsal

Keluhan saat ini: rambut rontok (+), kuku jari tangan terdapat garis kebiruan post kemo

NSCLC stad IIB 3 Kemoterapi III dengan Paxusdan

Carboplatin

Mual (+) Muntah(+)

Rambut rontok (+) Demam (-) Lemas (-)

Premed: NaCl 100cc/30mnt

Dexamethasone 2A Sotatik 1A Radin 1A i.v Delladril 2cc i.m

Sitostatika: Paxus 230mg dalam NaCl 100 cc

Carboplation 475mg dalam D5% 500cc Obat dibawa pulang: (-)

28/08

28/08 28/08 28/08 28/08

28/08

28/08

27/08

WBC: 4,6.103/uL

RBC : 3,7.106/uL

HGB : 10,3 g/dL HCT: 30,8%

MCV : 83,1fL MCH : 27,8 pg MCHC : 33,4 g/dL PLT : 252.10

3/uL

LYM % : 33,1 % MXD% : 15,0 % NEUT% : 50,5% LYM # : 1,5.10

3µL

MXD# : 0,7.103µL

NEUT # : 2,4.103µL

Tot. Bili: 0,43 mg/dL Tot.protein : 5,9 g/dL Albumin : 3,2 g/dL AST / GOT : 26 u/L

ALT / GPT : 15 u/L Creatinin : 0,75 mg/dL Uric Acid: 3,2 mg/dL Glukosa : 88 mg/dL

Na: 146,6 mmol K : 4,68 mmol/L Chloride : 101,6 mmol/L

Membaik

9 01.35.02.99

07/07/08-08/07/08

44 NSCLC stad IIB 1 Kemoterapi III

dengan paxus dan cisplatin

Mual (+)

Muntah (-)

Premed:

OMZ 1A Paloxi 1fL Dipenhidramin 50mg Dexamethasone 20mg

Paxus 315mg dalam NaCl 0,9% 250cc Cisplatin 125mg dalam

08/07 08/07 08/07 08/07

08/07

07/07

T: 120/80 N: 88 R:20 T: 36°C

04/07 WBC: 8,5.10

3/uL

Membaik

Page 100: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

80

NaCl 0,9% 250cc 60tpm Sebelum pulang: Leukogen 300mg

Hemapo 10000 Obat dibawa pulang: (-)

08/07

08/07

RBC : 4,2.106/uL

HGB : 11,5 g/dL HCT : 35 % MCV : 83 fL

MCH : 27,6 pg MCHC : 33 g/dL LYM % : 40 %

MXD% : 8 % NEUT % : 47 % LYM # : 3,4.10

3µL

MXD# : 0,67.103µL

NEUT # : 4,0.103µL

RDW: 13,5fL MPV: 6,8fL

Tot.Bili: 0,33 mg/dL Tot.protein: 7,5 g/dL Albumin : 4,2 g/dL AST / GOT : 44 u/L

ALT / GPT : 18 u/L Urea nitrogen: 21 mg/dL Creatinin : 1,4 mg/dL

Triglise: 209 mg/dL HDL: 34 mg/dL LDL: 169 mg/dL Glukosa : 114 mg/dL

Chloride: 106 mmol/L

b 01.35.02.99 31/07/08-

02/08/08

44 KU: post kemoterapi IV Masalah keperawatan: anemia, cemas

Masalah yang perlu ditindaklanjuti dirumah: mual dan muntah

NSCLC stad IIB 2 Kemoterapi IV dengan paxus dan cisplatin

Mual (+) Muntah (-)

Tranfusi PRC 2 kolf Premed: OMZ 1 fL

Paloxi 1fL Dipenhidramin 50mg Dexamethasone 20mg

Paxus 315mg dalam NaCl 0,9% 250cc Cisplatin 125mg dalam NaCl 0,9% 250cc 60tpm

Obat dibawa pulang: metylcobalt 3x1 Narfoz 8mg 3x1

Megace syr 1x20cc

31/07 & 01/08 01/08 01/08

01/08 01/08

01/08 01/08

31/07 T: 120/80 N: 84 T: 36°C

WBC: 9,1.10

3/uL

RBC : 3,67.106/uL

HGB : 10,6 g/dL

HCT : 31,6 % MCV : 86,1 fL MCH : 28,9 pg MCHC : 33,5 g/dL

PLT: 372 103/uL

LYM % : 50,1 % MXD% : 9,1 % NEUT % : 40,8 %

LYM # : 4,6.103µL

MXD# : 0,8.103µL

NEUT # : 3,7.103µL

Membaik

10 01.34.31.67 76 Pasien merupakan Adeno Ca paru 4 Kemoterapi Pasien Premed: 26/5 membaik

Page 101: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

81

Masuk tanggal : 26-5-2008

Keluar : 30-5-2008

penderita adeno Ca paru dextra, pro SS II Ketika masuk RS pasien mengeluhkan sesak

nafas. Pasien mengalami anemia dan

hipoalbuminemia

dextra stadium IV dengan regimen paxus

mengeluhkan mual dan muntah setelah

kemoterap 1

-Infus NaCl 100cc -Dexametason inj 2 amp - cedantron inj 8 mg i.v -Inj.deladryl 2cc A

-Inj.ranitidin 2A SS:

-Paxus 90 mg - Tranfusi PRC 1 kolf

-Tranfusi albumin 1 btl

29/5 29/5 29/5

29/5 29/5

29/5

Sebelum SS

WBC: 11.103/uL

RBC : 3,48.106/uL

HGB : 9,2 g/dL HCT : 28,5 %

MCV : 81,9 fL MCH : 26,5 pg MCHC : 32,3 g/dL

PLT : 342.103/uL

LYM % : 18 % Mo% : 2,2 % NUET % : 66,8 %

Eo : 5,1 % Ba : 7,9 % LYM # : 2,0. 10

3µL

Mo# : 0,2. 103µL

NEUT # : 7,3. 103µL

Eo #: 0,6. 103µL

Ba #: 0,9 103µL

30/5 WBC: 12,5.10

3/uL

RBC : 3,70.106/uL

HGB : 9,9 g/dL HCT : 28,8 % MCV : 77,8 fL MCH : 26, 8 pg

MCHC : 34,4 g/dL PLT : 298.10

3/uL

LYM % : 7,5 % Mo% : 7,5 %

NUET % : 84,3 % Eo : 0,1 % Ba : 0,6 % LYM # : 0,9. 10

3µL

Mo# : 0,9. 103µL

NEUT # : 10,6. 103µL

Eo #: 0,0. 103µL

Ba #: 0,1 103µL

11 01.35.39.94 Masuk tanggal :

21-8-2008 Keluar :

23-8-2008

44 Pasien telah menjalani kemoterapi sebanyak 3x, terkhir tanggal 2/8/2008.

SCLC pro SS IV 2 Kemoterapi dengan paxus dan carboplatin

Mual (+) Muntah (+)

- paxus - carboplatin

- ranitidin - vit B 6

22/6 22/6 - -

21/6 WBC: 6,0.10

3/uL

RBC : 4,27.106/uL

HGB : 12,3 g/dL

HCT : 36,6 % MCV : 85,7 fL MCH : 28,8 pg

MCHC : 33,6 g/dL PLT : 303.10

3/uL

Membaik

Page 102: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

82

Ne % : 56,8 % LYM % : 32,2 % Mo% : 8,7 % Eo : 1,3 %

Ba : 1,0 % Ne # : 3,4. 10

3µL

LYM # : 1,9. 103µL

Mo# : 0,5. 103µL

Eo #: 0,1. 103µL

Ba #: 0,1.103µL

12 01.37.74.75

07/11/08-01/12/08

72 KU: sesak nafas

2 BSMRS Os mulai sering mengeluh batuk, dahak (+), warna putih. Darah (-), sesak (+)

penurunan berat badan (+) 2 MSMRS keluhan sesak bertambah berat, batuk

(+), dahak (+) warna putih, lemas (+) kemudian mondok di RS Kebumen, dipasang

WSD selama 15 hari. (diagnosis tidak diketahui dalam data),

karena keluhan tidak membaik Os rujuk RSS. HMRS sesak (+), batuk (+) dahak (+) warna

putih. Os perokok berat selama 30 tahun yang lalu berhenti sejak 2 bulan, dalam sehari ± 1

bungkus. Os memasak dengan kayu bakar di rumah. RPD: TB (-), HT (-), DM

(-)

NSCLC stad IIIB

Dengan diagnosis lain: AFNVR (Atrial Fibrilation

Normal Ventrikel Rate)

27 Kemoterapi dengan

Doxorubicin, cyclophospamide, cysplatin

Mual (+) Muntah (-)

Premed: (-)

Sitostatika: Doxorubbicin Cyclophospamide Cysplatin

Inj. Lasix 1A Metoklopramid

Ranitidine 1A Aspilet 1x80mg Tramadol 2x50mg Radin 1A

28/11 28/11 28/11

13 & 28/11 28/11 & 01/12 01/12

01/12 01/12 11-27/11

24/12 T: 110/80

N: 84x/mnt R: 26 x/mnt T: 36,7°C

TB: 161 cm BB: 45kg 20/11

WBC: 9,64.103/uL

RBC : 4,02.106/uL

HGB : 11,7 g/dL HCT : 35,0 %

MCV : 87,1 fL MCH : 29,1 pg MCHC : 33,4 g/dL

PLT: 492.103/uL

LYM % : 20,4 % MXD% : 8,6 % NEUT % : 70 %

LYM # : 1,97.103µL

MXD# : 0,83.103µL

NEUT # : 6,74.103µL

29/11 WBC: 9,05.10

3/uL

RBC : 3,66.106/uL

HGB : 16,7 g/dL

HCT : 31,8 % MCV : 86,9 fL MCH : 29,2 pg MCHC : 33,6 g/dL

PLT: 441.103/uL

LYM % : 19,7 % MXD% : 14,6 %

NEUT % : 65,5 % LYM # : 1,78.10

3µL

Membaik

Page 103: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

83

MXD# : 1,32.103µL

NEUT # : 5,93.103µL

13 00.97.88.94

10/06/08-21/06/08

58 KU: obs. Massa paru sinistra pro AJH

Rps: 1 TSMRS Os merasa batuk-batuk dahak sulit keluar, demam nglemeng(+). Os

periksa ke poli paru, dilakukan biopsy dugaan awal: abses paru, dari

hasil biopsy: TB Paru dan os minum OAT selama 6 bulan. HMRS Os control

kembali setelah evaluai OAT dan Os masih merasa batuk, demam nglemeng(+) nyeri dada

atas (+) RPD : HT (-), DM (-)

NSCLC stad IIIB 21 Kemoterapi dengan

Carboplatin dan Taxol 175mg/m2

Mual (+) Muntah (-)

Premed: NaCl 0,9% 20 tpm

Inj. Dexamethasone 2A i.v Delladryl 2cc Radin 1A

Sitostatika: Carboplatin Taxol 175 mg/m2

Post kemo os mengalami

mula dan muntah diterapi dengan injeksi

extra sotatik. Demam 38°C diterapi

dengan extra PCt

Ceftriaxone Transamin 1A Kalnex 1A/12jam

Albumin 25%

19/06

19/06 19/06 19/06

19/06

19/06 19/06

19/06

10-21/06 11,16,17/06 12-15/06

16/06

10/06 T: 100/80

N: 82x/mnt R: 24 x/mnt T: 37,8°C

BB: 38kg 12/06

WBC: 10,6.103/uL

RBC : 3,51.106/uL

HGB : 9,2 g/dL HCT : 27,0 %

MCV : 77 fL MCH : 26,3 pg MCHC : 34,1 g/dL PLT: 500.10

3/uL

LYM % : 15,7 % MXD% : 9,3 % NEUT % : 72,8 % LYM # : 1,7.10

3µL

MXD# : 1,0.103µL

NEUT # : 7,7.103µL

Membaik

14 01.37.71.15

22/11/08-

23/12/08

66 KU: benjolan di leher

kiri RPS: ± 3 BSMRS benjolan di leher sebelah

kiri sebesar bola pingpong, batuk (-), demam (-), nyeri (-) ± 1BSMRS Os periksa

RSS dilakukan AJH paru tanggal 6/11/08 ditemukan sel ganas kesan metastase large

cell Ca dari paru Benjolan tampat cepat membesar, nyeri (+)

RPD : HT (-), DM (-) Masalah keperawatan: nyeri kanker, mual

NSCLC stad IV 31 Kemoterapi

dengan doxorubicin, cyclophosphamid,

dan cisplatin.

Mual (+)

Muntah (+)

tramadol

Protocol kemoterapi:

Inf.NaCl 0,9% 40 tpm kolf 1&2 habis dalam 6jam

Inj Dexamethasone 2A i.v

Inj metoklopramid 1A i.v Inj Dipenhidramin 1A i.m 30 menit kemudian: Inf NaCl 0,9% 40 tpm

kolf III 500cc Doxorubicine 68,5mg

dalam 100cc NaCl 0,9% habis dalam 30 menit

Infuse NaCl 0,9% 30tpm selama 30 menit

Cyclofosfamid 548mg dalam 100cc NaCl 0,9%

22/11-13/12

19/12

19/12

19/12 19/12

19/12 19/12

19/12

22/11

T: 110/80 N: 88x/mnt R: 24x/mnt

t: 36,7°C BB: 45kg TB: 150 cm

RBW: 90% LPT: 1,37 WBC: 10,34.10

3/uL

RBC : 4,02.106/uL

HGB : 11,2 g/dL HCT : 34,1 % MCV : 84,8 fL

MCH : 27,9 pg MCHC : 32,8 g/dL PLT: 456.10

3/uL

LYM % : 19,1 %

Membaik

Page 104: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

84

muntah post kemoterapi habis dalam 30 menit NaCl 0,9% 30 tpm selama

30 menit Cisplatin 68,5 mg dalam

NaCl 0,9% 500cc habis dalam 4jam

Furosemid 1A i.v

Inj. Metoklopramid 1A i.v Inf. NaCl 0,9% habis

dalam 6 jam kolf IV

19/12

19/12

19/12

19/12 19/12

MXD% : 7,8 % NEUT % : 71,2 % LYM # : 1,98.10

3µL

MXD# : 0,81.103µL

NEUT # : 7,35.103µL

16/12

WBC: 14.10

3/uL

RBC : 4,04.106/uL

HGB : 10,8 g/dL

HCT : 32,6 % MCV : 80,7 fL MCH : 26,7 pg MCHC : 33,1 g/dL

PLT: 442.103/uL

LYM % : 11 % MXD% : 8,3 % NEUT % : 79,6 %

LYM # : 1,54.103µL

MXD# : 1,16.103µL

NEUT # : 11,14.103µL

20/12 WBC: 12,6.10

3/uL

RBC : 3,84.106/uL

HGB : 10,3 g/dL HCT : 31,7 % MCV : 82,6 fL

MCH : 26,9 pg MCHC : 32,6 g/dL PLT: 581.10

3/uL

LYM % : 5,9 %

MXD% : 3,1 % NEUT % : 89,1 % LYM # : 0,7.10

3µL

MXD# : 0,4.103µL

NEUT # : 11,3.103µL

Tot. Bili: 0,89 mg/dL

Tot.protein: 7,7 g/dL Albumin : 2,84 g/dL AST / GOT : 17 u/L ALT / GPT : 12 u/L

Cre: 1,08 mg/dL Uric acid: 5,9 mg/dL Glukosa : 149 mg/dL

Page 105: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

85

Sodium:138,7mmol/L Potassium:4,97 mmol/L Cl: 100,8mmol/L

15 01.37.96.32

Masuk tanggal : 19-11-2008

Keluar : 29-11-2008

56 Pasien mengeluh sesak

dan sakit pada dada kanan.

NSCLC stadium

3 B. Post SS I

10 Kemoterapi

dengan cyclopospamid, doxorubicin, cysplatin.

mual (+)

muntah (+)

- metoclopamid 3x1

- ranitidine 3x1 - parasetamol 3x1 - ondansetron inj 1A - sotatik 1A

- lasix 1A -NaC 0,9% - cyclopospasmid 400

mg/m2 - doxorubicin 60 mg/m2 - cysplatin 60 mg/m2

28/11 28/11

28/11 28/11 28/11

28/11 28/11

19/11

WBC: 7,07.103/uL

RBC : 5,34.106/uL

HGB : 16,3 g/dL HCT : 46,9 %

MCV : 87,8 fL MCH : 30,5 pg MCHC : 34,8 g/dL

PLT : 267.103/uL

Ne % : 72,6 % LYM % : 13,2 % Mo% : 11,2 %

Eo : 2,7 % Ba : 0,3 % Ne # : 5,14.10

3µL

LYM # : 0,93.103µL

Mo# : 0,79. 103µL

Eo #: 0,19. 103µL

Ba #: 0,02.103µL

Membaik

16 01.35.81.74

04/07/08-24/07/08

65 KU: sesak nafas RPS: 3HSMRS Os

mengeluh sesak nafas (+), batuk (+), dahak (+) warna merah, mual muntah (-). Os periksa ke

puskesmas dirujuk ke RS Wates dilakukan Ro thorax diduga ada massa

paru.mondok 3 hari diterapi dengan inj.ceftazidime, inj kalnex, inj vit K, Codein

3x10. HMRS Os dirujuk ke RSS, mondok bangsal.

RPD : HT (-), DM (-) Masalah keperawatan: sesak nafas, anemia, hipoalbumin. Mual

muntah post kemo dengan terapi sotatik 1A, dilanjutkan dexamethasone 2A/12

NSCLC Diagnosis lain:

Vana Cava Superior Syndrome dan Hipertensi St 1

20 AJH Paru, kemoterapi

dengan Carbplatin, Doxorubicin,cisplatin

Mual (+) Muntah (+)

O2 3 Lpm Inf. D5% 20 tpm

Inj. Ceftriaxone 1g/12jam Codein 2x10mg Ambroxol 3x1 Azitromicin 1x500mg

HCt 2x12,5 Premed:

Dexametasone 2A Dipenhidramin 1A i.m Metoklopramid 1A

Sitostatika: Cyclofosfamid 568mg Doxorubicin 57 mg dalam

NaCl 100cc

Cysplatin 85,2 mg Sotatik 1A Furosemid 1A

Dexamethasone 2A/12jam Ranitidin 1A Metoklopramid 1A

05-15/07 05-08/07

05-16/07 05-09/07 07-24/07

11/07 17-24/07

22/07 22/07

22/07 22/07

22/07 22/07

23/07 23/07 23/07

04/07

T: 160/90 N: 92x/mnt R: 24x/mnt t: afebris

WBC: 12,9.10

3/uL

RBC : 3,66.106/uL

HGB : 9,7 g/dL HCT : 29,5 % MCV : 80,6 fL MCH : 26,5 pg

MCHC : 32,9 g/dL PLT: 543.10

3/uL

LYM % : 9,7 % MXD% : 7,0 %

NEUT % : 81,6 % LYM # : 1,3.10

3µL

MXD# : 0,9.103µL

NEUT # : 10,5.103µL

Tot.protein: 6,3g/dL Albumin : 3,3 g/dL AST / GOT : 15 u/L

Membaik

Page 106: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

86

jam Obat dibawa pulang: (-) 24/07 24/07

ALT / GPT : 8 u/L Cre: 0,85 mg/dL Uric acid: 4,1 mg/dL Glukosa : 102 mg/dL

Na:133,5 mmol/L K: 4,32 mmol/L Cl: 104,8 mmol/L

11/07 WBC: 10,61.10

3/uL

RBC : 3,68.106/uL

HGB : 9,8 g/dL HCT : 31,2 % MCV : 84,8 fL

MCH : 26,6 pg MCHC : 31,4 g/dL PLT: 461.10

3/uL

LYM % : 9,7 %

MXD% : 3,3 % NEUT % : 84,0 % LYM # : 1,03.10

3µL

MXD# : 0,35.103µL

NEUT # : 8,92.103µL

Tot.protein: 6,5g/dL

Albumin : 3,0 g/dL AST / GOT : 16 u/L ALT / GPT : 10 u/L Cre: 0,74 mg/dL

Uric acid: 3,5 mg/dL Glukosa : 97 mg/dL Na: 140 mmol/L K: 3,50 mmol/L

Cl: 104,5 mmol/L 21/07

WBC: 14,51.103/uL

RBC : 4,22.106/uL

HGB : 11,4 g/dL

HCT : 35,8 % MCV : 84,8 fL MCH : 27 pg MCHC : 31,8 g/dL

PLT: 467.103/uL

LYM % : 6,8 % MXD% : 1,2 %

Page 107: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

87

NEUT % : 92 % LYM # : 0,99.10

3µL

MXD# : 0,18.103µL

NEUT # : 13,34.103µL

Tot.protein: 8,7 g/dL Albumin : 3,7 g/dL

AST / GOT : 24 u/L ALT / GPT : 16 u/L Cre: 0,82 mg/dL Uric acid: 4,1 mg/dL

Glukosa : 122 mg/dL Na: 133,3 mmol/L K: 4,23 mmol/L Cl: 96,8 mmol/L

17a 01.35.08.66

25/06/08-12/07/08

30 KU: pro ss II pada

adenocarcinoma paru RPS: Os adalah penderita adeno Ca Paru telah menjalani kemoterapi I

tangaal 29/05/08 dengan regimen Cisplatin, ciclofosfamid dan doxorubicin. Os

direncanakan kemoterapi II pada 19/06/08 tetapi obat belum ada. Obat

baru ada tanggal 25/06/08 RPD : HT (-), DM (-)

Masalah keperawatan: Hipoalbuminemia Mual muntah perut sakit

post kemo dengan terapi sotatik 1A. os mengeluh mual hingga 3hari post kemo.

Adenocarcinoma

paru

17 kemoterapi

dengan Carboplatin, Doxorubicin,cisplatin

Mual (+)

Muntah (+)

Ceftriaxone 1g/12jam

Radin 1A/12jam Ranitidine 1A/12jam Ketorolak 1A drip

Premed: Dexamethasone 2A Sitostatika:

Cyclofosfamid Doxorubicin Cysplatin

Sotatik 1A Inf.Aminofusin

Obat dibawa pulang: (-)

27/06-04/07

27-29/06 30/06-11/07

08/07 08/07

08/07 08/07

08-11/07 11/07

09/07

WBC: 8,05.10

3/uL

RBC : 4,08.106/uL

HGB : 11,6 g/dL

HCT : 36,4 % MCV : 89,2 fL MCH : 28,4 pg MCHC : 31,9 g/dL

PLT: 408.103/uL

LYM % : 20,1 % MXD% : 13,9 %

NEUT % : 65,2 % LYM # : 1,62.10

3µL

MXD# : 1,12.103µL

NEUT # : 5,24.103µL

Tot.protein: 5,8 g/dL Albumin : 2,5 g/dL AST / GOT : 23 u/L

ALT / GPT : 34 u/L Cre: 0,56 mg/dL Uric acid: 2,6 mg/dL Na: 140,1mmol/L

K: 3,08 mmol/L Cl: 98,1 mmol/L 11/07

T: 120/80 N: 80x/mnt

R:28x/mnt t: 36°C

Membaik

Page 108: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

88

WBC: 5,1.10

3/uL

RBC : 3,96.106/uL

HGB : 11,4 g/dL

HCT : 34 % MCV : 85,9 fL MCH : 28,8 pg

MCHC : 33,5 g/dL PLT: 516.103/uL LYM % : 22,1 % MXD% : 5,7 %

NEUT % : 70,8 % LYM # : 1,1.10

3µL

MXD# : 0,3.103µL

NEUT # : 3,6.103µL

Tot.protein: 6,8g/dL Albumin : 2,7 g/dL AST / GOT : 17 u/L

ALT / GPT : 24 u/L Cre: 0,58 mg/dL Uric acid: 2,0 mg/dL

b 01.35.08.66

15/09/08-

19/09/08

30 KU: sesak nafas

RPS: ±1HSMRS Os mengeluh sesak nafas (+), batuk (-), nyeri dada

(-). Os control ke poli paru, keluhan sesak nafas menetap. Os telah kemoterapi 4 kali

terakhir tanggal 21/08/08, kemoterapi ke 5 akan dilakukan tanggal 17/09/08.

Problem keperawatan: hiponatremi hipoosmolar,

hipoalbuminemia, hipokalemia, hipoklorid. Mual dan muntah post kemo.

RPD : HT (-), DM (-)

Adenocarcinoma

paru

8 kemoterapi

dengan cysplatin, cyclofosfamid, dan doxorubicin

Mual (+)

Muntah(+) Sesak (+)

Inf. NaCl 0,9% lini

KSR 1x1 tab Sitostatika:

Cisplatin 80mg/m2 Doxorubicin 600mg/m2 Cyclofosfamid 80mg/m2

Obat dibawa pulang: Cerahabion 2x1 tab Ranitidine 2x1 tab Metoklopramid 2x1

17/09

17-18/09

17/09 17/09 17/09

21/08

TD: 110/90 N: 82x/mnt

R: 24x/mnt T: 36,8°C BB:48kg

TB: 158cm RBW: 82,75% LPT: 1,45

15/09 WBC: 2,11.10

3/uL

RBC : 3,61.106/uL

HGB : 10,4 g/dL HCT : 32,5 % MCV : 90 fL MCH : 28,8 pg

MCHC : 32 g/dL PLT: 274.10

3/uL

LYM % : 28 %

LYM # : 0,59.103µL

Membaik

Page 109: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

89

Tot.protein:7,83 g/dL Albumin : 2,7 g/dL AST / GOT : 19,7 u/L ALT / GPT : 15,4 u/L Urea

nitr:12,7mg/dL Cre: 0,49 mg/dL Uric acid: 1,9 mg/dL

Glu: 7,5 mg/dL Sodium:132,3mmol/L Pottasium:2,79 mmol/L Cl: 90,8 mmol/L

18/09 WBC: 5,39.10

3/uL

RBC : 3,76.106/uL

HGB : 10,9 g/dL HCT : 33,2 % MCV : 88,3 fL

MCH : 29 pg MCHC : 32,8 g/dL PLT: 303.10

3/uL

LYM % : 13,3 % MXD% : 15 % NEUT % : 69,5 % LYM # : 0,72.10

3µL

MXD# : 0,81.103µL

NEUT # : 3,74.103µL

Tot.protein: 6,77g/dL

Albumin : 2,53 g/dL AST / GOT : 25 u/L ALT / GPT : 12 u/L Cre: 0,57 mg/dL

Uric acid: 2,8 mg/dL Glu: 118 mg/dL Na: 136,6 mmol/L K: 3,44 mmol/L

Cl: 103,1 mmol/L

c 01.35.08.66

07/10/08-15/10/08

30 KU: pro ss VI pada adeno Ca paru RPS: Os adalah penderita

Adeno Ca Paru. Os telah menjalani kemoterapi 5kali. Kemoterapi ke 5

dilakukan tanggal 17/09/08 dengan regimen

Adenocarcinoma paru

8 kemoterapi dengan Cisplatin, cyclofosfamid,

dan doxorubicin

Mual (+) Muntah(+) Sesak (+)

O2 3 Lpm Inf. NaCl 0,9% lini

Aspar K 2x1 tab Leukokin Ciprofloxacin 2x500mg

Inj. Extra sotatik Inj.ketorolax 1A

09/10 07-10/10 dan 14/10

09/10 09/10 09-10/10

11-14/10

07/10 TD: 110/70

N: 84x/mnt R: 24x/mnt T: 36,5°C

WBC: 3,6.10

3/uL

Membaik

Page 110: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

90

Cysplatin, cyclofosfamid, dan doxorubicin. Direncanakan kemoterapi ke 6 tanggal 8/10/08

HMRS Os control poli paru, mondok bangsal untuk kemoterapi.

RPD: DM (-), HT (-), riwayat merokok (+). Keluhan saat ini: sesak Problem keperawatan:

Hiponatremia, netropenia, hipokalemia, mual post kemoterapi.

KSR 1x1 tab Inj. Tomit 1A Inj. Lasix 1A

Sitostatika: Cisplatin 80mg/m2 Cyclofosfamid 600mg/m2

Doxorubicin 80mg/m2 Postkemomengalami mual

(11-14/10) diatasi

dengan inj.extra sotatik

13/10 14/10 10/10 10/10

10/10

10/10 10/10

RBC : 3,41.106/uL

HGB : 10,1 g/dL HCT : 30,3 % MCV : 88,7 fL

MCH : 29,4 pg MCHC : 33,2 g/dL PLT: 278.10

3/uL

LYM % : 52,4 % MXD% : 19,0 % NEUT % : 28 %

Tot.protein: 0,39g/dL Albumin : 2,7 g/dL AST / GOT : 25 u/L ALT / GPT : 16 u/L

Cre: 0,71 mg/dL Uric acid: 3,8 mg/dL Glu: 65 mg/dL Na: 136,6 mmol/L

K: 2,76 mmol/L Cl: 108,8 mmol/L

11/10 WBC: 15,14.10

3/uL

RBC : 3,85.106/uL

HGB : 11,5 g/dL HCT : 35,1 % MCV : 91,2 fL MCH : 29,9 pg

MCHC : 32,8 g/dL PLT: 224.10

3/uL

LYM % : 2,5 % MXD% : 7.9 %

NEUT % : 88,8 % LYM # : 0,38.10

3µL

MXD# : 1,20.103µL

NEUT # : 13,44.103µL

18 01.34.61.97 Masuk tanggal : 26-6-2008

Keluar : 3-7-2008

65 Pasien rencana kemoterapi ke II, denghan keluhan batuk berdahak.

Pasien mengalami DM tipe 2, Terdapat problem

hipoalbumin

SCLC Pro SS I

8 Kemoterapi dengan cyclophospamid, epirubicin,cysplati

n.

Mengeluh mual pasca kemoterapi.

-insulatard - RI 3x4 SS: - cyclopospamid 400

mg/m2 -epirubicin - cysplatin

-Aspilets 1x80 mg

27/6-2/7 30/6-2/7 2/7

2/7 2/7

26/6 WBC: 9,2.10

3/uL

RBC : 4,27.106/uL

HGB : 11,5 g/dL

HCT : 34,2 % MCV : 80,2 fL MCH : 26,9 pg

MCHC : 33,5 g/dL PLT : 448.10

3/uL

Membaik

Page 111: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

91

Pasien menjalani diet DM 1700 kal.

Ne % : 68,3 % LYM % : 18,3 % Mo% : 8,2 % Eo : 4,4 %

Ba : 0,8 % Ne # : 6,2.10

3µL

LYM # : 1,7.103µL

Mo# : 0,8.103µL

Eo #: 0,4. 103µL

Ba #: 0,1.103µL

19 01.33.29.52

24/01/08-12/02/08

37 KU: batuk kering RPS: 3BSMRS Os

mengeluh batuk (+), dahak(+), darah (+). 1MSMRS periksa RS di ro thorax. HMRS periksa

untuk penatalaksanaan lanjut. Saat ini batuk (+), dahak putih (+). RPD: DM (-), HT (-),

perokok pasif (+), memasak dengan kayu bakar (+).

NSCLC 18 Kemoterapi denga Taxol dan

cisplatin

Mual (+) Inf. D5% Codein 3x1

Grahabion 1x1 DMP 3x1 Inf. NaCl 0,9% lini

Venolin Radin 1A/12jam PRC 1 kolf gol O

Extra lasix inj. 1A Premed: Inf. NaCl

Dexamethasone 2A i.v Sotatik 1A i.v Delladryl 2cc i.m

Sitostatika: Taxol 220mg habis 3 jam Cisplatin 50mg/m2 habis

½ jam Post kemo: mual NaCl 0,9%

Radin 1A Obat dibawa pulang: Roborantin 1x1

24/01 24/01-02/02

24/01 24/01 25/01-01/02 01-06/02

01-06/02 05/02 05/02

11/02 11/02

11/02 11/02

11/02 11/02

11/02

11-12/02

TD: 110/70 N: 84x/mnt

R: 24x/mnt T: 36,5°C WBC: 3,6.10

3/uL

RBC : 3,41.106/uL

HGB : 10,1 g/dL HCT : 30,3 % MCV : 88,7 fL

MCH : 29,4 pg MCHC : 33,2 g/dL PLT: 278.103/uL LYM % : 52,4 %

MXD% : 19,0 % NEUT % : 28 %

Tot.protein: 0,39g/dL Albumin : 2,7 g/dL AST / GOT : 25 u/L ALT / GPT : 16 u/L

Cre: 0,71 mg/dL Uric acid: 3,8 mg/dL Glu: 65 mg/dL Na: 136,6 mmol/L

K: 2,76 mmol/L Cl: 108,8 mmol/L

20.a 01.32.92.14 Masuk tanggal : 4-2-2008

Keluar : 9-2-2008

47 Pasien penderita NSCLC tegak.

NSCLC stadium 3 B Pro SS II

5 Kemoterapi dengan paxus dan cysplatin

- mual Premed: - deksametason 2A - radin 2A - sotatik 1A

- delladryl 2cc SS: - paxus 210 mg dalam

infus NaCl 5OOcc

8/2 8/2 8/2 8/2

8/2

4/2 WBC: 10,8.10

3/uL

RBC : 3,73.106/uL

HGB : 10,3 g/dL

HCT : 30,4 % MCV : 81,5 fL MCH : 27,7 pg MCHC : 34 g/dL

Membaik

Page 112: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

92

- cysplatin 48 mg dalm D 5% 100cc

Obat dibawa pulang:

Grababion dan ranitidin

8/2

PLT : 494.103/uL

Ne % : 62,6 % LYM % : 20,3 % Mo% : 10,1 %

Eo : 5,6 % Ba : 1,4 % Ne # : 6,7. 10

3µL

LYM # : 2,2. 103µL

Mo# : 1,1. 103µL

Eo #: 0,6. 103µL

Ba #: 0,2.103µL

b. 01.32.92.14 Masuk tanggal : 3-3-2008

Keluar : 8-3-2008

47 Pasien sudah 2x menjalani kemoterapi.. pasien control ke poli paru dan mengeluh

batuk.

NSCLC stadium 3 B Pro SS III

3 Kemoterapi dengan paxus dan cysplatin

- mual - lemas

Premed: - primperan 10 mg - deksametason 2A - radin 2A

- delladryl 2A SS: - paxus 213,5 mg dalam

intralid 500cc/3 jam

- cysplatin 48,8

6/3 6/3 6/3

6/3 6/3

6/3

4/3 WBC: 12,1.10

3/uL

RBC : 4,06.106/uL

HGB : 10,9 g/dL

HCT : 32 % MCV : 78,9 fL MCH : 27 pg MCHC : 34,2 g/dL

PLT : 532.103/uL

7/3 WBC: 10,2.10

3/uL

RBC : 3,64.106/uL

HGB : 9,3 g/dL HCT : 29,8 %

MCV : 81,9 fL MCH : 25,5 pg MCHC : 31,2 g/dL PLT : 370.10

3/uL

Ne % : 78,8 % LYM % : 14,9 % Mo% : 5,4 % Eo : 0,5 %

Ba : 0,4 % Ne # : 8,09.10

3µL

LYM # : 1,53.103µL

Mo# : 0,55.103µL

Eo #: 0,05.103µL

Ba #: 0,04.103µL

Membaik

Page 113: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

93

Lampiran 3. Rangkuman DRPs pada penatalaksanaan kasus mual-muntah

kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008

1. Penggolongan kasus DRPs per kasus mual-muntah selama kemoterapi

No RM No kasus Golongan

kasus DRP

1 01.34.72.51 1a IV

1b X

2 00.34.95.94 2 III

3 00.06.51.37 3a VIII

3b I

4 01.18.26.16 4 IV

5 01.33.16.16 5 V

6 01.35.65.92 6 X

7 01.33.93.08 7 X

8 01.35.68.08 8a VII

8b XI

9 01.35.02.99 9a X

9b X

10 01.34.31.67 10 XI

11 01.35.39.94 11 II

12 01.37.74.75 12 VIII

13 00.97.88.94 13 VIII

14 01.37.71.15 14 I

15 01.37.96.32 15 VI

16 01.35.81.74 16 IX

17 01.35.08.66 17a V

17b V

17c V

18 01.34.61.97 18 VIII

19 01.33.29.52 19 II

20 01.32.92.14 20a V

20b II

Page 114: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

94

2. Pengelompokan kasus DRPs yang dialami pasien kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta tahun 2008

a). Evaluasi penatalaksanaan mual-muntah pasca kemoterapi pada kasus I di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta tahun 2008

Subjektif: No. RM : 01.37.71.15 (no kasus: 14) Umur : 66 tahun Diagnosis : Ca Paru jenis NSCLC stadium IV Dirawat untuk mendapatkan kemoterapi dengan doxorubicin 68,5 mg, cyclophosphamide 548 mg, dan cisplatin 68,5 mg. Pasien mengalami muntah pada hari ke 3 post kemoterapi. Objektif

Data lab: WBC (4,8-10,8) 9,64.10

3 HCT (12,0-16,0) 35,0 %

NE (43,0-65) 70% = 6,74.103 MCV (81,0-99,0) 87,1

LY (20,5-45,5) 20,4 % = 1,97.103 MCH (27,0-31,0) 29,1

MO (5,5-11,7) 8,6 % = 0,83.103 MCHC (32,0-

36,0) 33,4

RBC (4,7-6,1) 4,02.106 PLT (150-450) 492.10

3

HGB (4,2-5,4) 11,7 Suhu tubuh : 36,7°C Nadi : 26 kali/menit

Tekanan darah : 110/80 mmHg Nafas : 84 kali/menit Penatalaksanaan:

Pasien tidak mendapatkan obat antimual-muntah untuk keluhan mual yang dialami dan pada saat pulang tidak diresepkan obat antimual-muntah. Penilaian:

1. Doxorubicin, cyclophosphamide, cisplatin merupakan obat sitostatik penyebab mual-muntah kelas sedang (30-90%).

2. Pasien mengalami mual tipe delayed (emetic moderat risk). 3. Pasien memerlukan terapi untuk mengatasi mual-muntah pasca kemoterapi.

Rekomendasi:

1. Menurut guideline, pasien yang mengalami mual-muntah tipe ini diterapi dengan: hari 1 Aprepitan 125 mg p.o (untuk pasien tertentu), Dexametasone 12 mg p.o atau i.v dan Antagonis 5-HT3 (Palonosetron 0,25 mg i.v atau Ondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg) ; atau Granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v Dolasetron 100 mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v dan dexamethasone 8mg atau 5-HT3 antagonis reseptor di hari ke 2-4 atau aprepitant 80mg di hari 2-3dengan atau tanpa dexamethasone 8mg di hari 2-4, dengan atau tanpa lorazepam pada hari.

2. Monitor keadaan pasien terutama untuk efek samping mual muntah tidak termonitor oleh tenaga medis.

Kasus ini juga terjadi pada RM no. 00.06.51.37b (no kasus: 3b)

Page 115: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

95

b). Evaluasi penatalaksanaan mual-muntah pasca kemoterapi pada kasus II di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta tahun 2008

Subjektif: No. RM : 01.32.92.14 b (no kasus : 20b) Umur : 47 tahun Diagnosis : Ca Paru jenis NSCLC stadium IIIB Dirawat untuk mendapatkan kemoterapi dengan Paxus® (Paclitaxel) 231,5 mg dan Cisplatin 48,8 mg. Pasien mengalami mual post kemoterapi. Objektif

Data lab: WBC (4,8-10,8) 10,2.10

3 HGB (4,2-5,4) 9,3

NE (43,0-65) 78,8% = 8,09. 103 HCT (12,0-16,0) 29,8 %

LY (20,5-45,5) 14,9 % = 1,53. 10

3

MCV (81,0-99,0) 81,9

MO (5,5-11,7) 5,4 % = 0,55. 103 MCH (27,0-31,0) 25,5

BA (0,2-1,0) 0,4 % = 0,04.103 MCHC (32,0-

36,0) 31,2

RBC (4,7-6,1) 3,64.106 PLT (150-450) 370.10

3

Penatalaksanaan:

Pasien tidak mendapatkan obat antimual-muntah untuk keluhan mual yang dialami dan pada saat pulang tidak diresepkan obat antimual-muntah. Penilaian:

1. Paxus® (Paclitaxel) merupakan obat sitostatik penyebab mual-muntah kelas rendah (10-30%).

2. Cisplatin merupakan obat sitostatik penyebab mual-muntah kelas sedang (30-90%). 3. Pasien mengalami mual tipe akut (emetic moderat risk ). 4. Pasien memerlukan terapi untuk mengatasi mual-muntah pasca kemoterapi.

Rekomendasi: 1. Menurut guideline, pasien yang mengalami mual tipe ini perlu diberi hari 1 Aprepitan

125 mg p.o, Dexametasone 12 mg p.o atau i.v dan Antagonis 5-HT3 (Palonosetron 0,25 mg i.v atau Ondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg) ; atau Granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v Dolasetron 100 mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v dan dexamethasone 8mg atau 5-HT3 antagonis reseptor di hari ke 2-4 atau aprepitant 80mg di hari 2-3dengan atau tanpa dexamethasone 8mg di hari 2-4, dengan atau tanpa lorazepam pada hari.

2. Meresepkan antimual-muntah untuk dibawa pulang dengan menyesuikan dosisnya sesuai yang telah disebutkan di atas.

Kasus ini juga terjadi pada RM no. 01.35.39.94 c (no kasus: 11), dan 01.33.29.52 (no kasus: 19).

Page 116: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

96

c). Evaluasi penatalaksanaan mual-muntah pasca kemoterapi pada kasus III di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta tahun 2008

Subjektif: No. RM : 00.34.95.94 c (no kasus: 2) Umur : 59 tahun Diagnosis : Ca Paru jenis NSCLC stadium IV Dirawat untuk mendapatkan kemoterapi dengan docetaxel 120 mg dan carboplatin 450 mg. Pasien diberi Vomceran® (Ondansetron) 8 mg i.v, dexamethasone 10mg i.v sebelum kemoterapi. Pasien mengalami mual dan muntah sebelum kemoterapi. Objektif:

Data lab: WBC (4,8-10,8) 9,64.10

3 HCT (12,0-16,0) 35,0 %

NE (43,0-65) 70% = 6,74.103 MCV (81,0-99,0) 87,1

LY (20,5-45,5) 20,4 % = 1,97.103 MCH (27,0-31,0) 29,1

MO (5,5-11,7) 8,6 % = 0,83.103 MCHC (32,0-

36,0) 33,4

RBC (4,7-6,1) 4,02.106 PLT (150-450) 492.10

3

HGB (4,2-5,4) 11,7 Suhu tubuh : 36,7°C Nadi : 26 kali/menit

Tekanan darah : 110/80 mmHg Nafas : 84 kali/menit Penatalaksanaan:

Pasien mendapatkan injeksi Vomceran® 8 mg tiap 12 jam sekali selama 10 hari.

Penilaian: 1. Docetaxel merupakan sitostatika penyebab mual-muntah kelas rendah (10-30%). 2. Carboplatin merupakan sitostatika penyebab mual-muntah kelas sedang (30-90%). 3. Pasien mengalami mual-muntah tipe anticipatory. 4. Menurut guideline, penatalaksanaan mual-muntah anticipatory adalah dengan

memberikan Alprazolam 0,5-2 mg p.o malam hari atau Lorazepam 0,5-2 mg pada malam hari sebelum dan pagi saat kemoterapi diberikan.

5. Ondansetron dan dexamethasone bukan pilihan obat yang tepat untuk mencegah mual-muntah anticipatory.

Rekomendasi: 1. Memberikan obat antimual-muntah untuk mencegah mual-muntah yang dialami oleh

pasien dengan alprazolam 0,5-2 mg p.o pada malam hari atau lorazepam 0,5 mg pada malam hari dan pagi sebelum kemoterapi untuk mencegah mual-muntah yang lebih hebat pasca kemoterapi.

2. Menurut guideline, selain dengan memberikan terapi secara farmakologi, penanganan atau pencegahan mual-muntah anticipatory (mual-muntah sebelum dilakukan kemoterapi) dapat dilakukan dengan terapi musik, relaksasi/sistem desensitisasi, atau hipnotis.

Page 117: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

97

d). Evaluasi penatalaksanaan mual-muntah pasca kemoterapi pada kasus IV di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta tahun 2008

Subjektif:

No. RM : 01.18.26.16 (no kasus: 4) Umur : 45 tahun Diagnosis : NSCLC stadium IIIB Dirawat untuk mendapatkan kemoterapi dengan Brexel® 120 mg dan carboplatin 600 mg. Pasien mual pasca kemoterapi.

Objektif Data lab:

WBC (4,8-10,8) 4,8.103 HCT (12,0-16,0) 35 %

RBC (4,7-6,1) 4,1.106 PLT (150-450) 188.10

3

HGB (4,2-5,4) 11,4

Tekanan Darah : 120/80 mmHg Nafas : 20 kali/menit Nadi : 80kali/menit Suhu: 36,4°C

Penatalaksanaan: Pasien mendapatkan obat metochlopramide 10 mg 3x1 dan Narfoz® (Ondansetron) 8mg 3x1untuk dibawa pulang

Penilaian: 1. Brexel® (Docetaxel) merupakan obat sitostatik penyebab mual-muntah kelas rendah

(10-30%). 2. Carboplatin merupakan obat sitotoksik penyebab mual-muntah kelas sedang (30-

90%).

3. Pasien mengalami mual tipe akut (emetic moderat risk). 4. Pasien memerlukan tambahan terapi obat untuk mengatasi mual-muntah pasca

kemoterapi. 5. Menurut guideline, metochlopramide bukan pilihan obat untuk diberikan pada kasus

mual-muntah tipe akut pasca kemoterapi.

Rekomendasi:

1. Menurut guideline, pasien yang mengalami mual tipe ini perlu diberi hari 1 Aprepitan 125 mg p.o, Dexametasone 12 mg p.o atau i.v dan Antagonis 5-HT3 (Palonosetron 0,25 mg i.v atau Ondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg) ; atau Granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v Dolasetron 100 mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v dan dexamethasone 8mg atau 5-HT3 antagonis reseptor di hari ke 2-4 atau aprepitant 80mg di hari 2-3dengan atau tanpa dexamethasone 8mg di hari 2-4, dengan atau tanpa lorazepam pada hari.

2. Memberi tambahan obat berupa aprepitan, dexamethasone dengan atau tanpa tambahan lorazepam.

3. Resepkan menurut aturan dosis dan aturan pemakaian. Kasus ini juga terjadi pada RM no. 01.34.72.51 a (no kasus: 1a)

Page 118: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

98

e). Evaluasi penatalaksanaan mual-muntah pasca kemoterapi pada kasus V di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta tahun 2008

Subjektif:

No. RM : 01.35.08.66 a (no kasus: 17a) Umur : 30 tahun Diagnosis : Adenocarcinoma Dirawat untuk mendapatkan kemoterapi dengan carboplatin 600 mg, doxorubicin, dan cisplatin. Pasien mual pasca kemoterapi.

Objektif Data lab:

WBC (4,8-10,8) 8,05.103 HCT (12,0-16,0) 36,4 %

NE (43,0-65) 65,2% = 5,24.103 MCV (81,0-99,0) 89,2

LY (20,5-45,5) 20,1 % = 1,62.103 MCH (27,0-31,0) 28,4

MO (5,5-11,7) 13,9 % = 1,12.103 MCHC (32,0-

36,0) 31,9

RBC (4,7-6,1) 4,08.106 PLT (150-450) 408.10

3

HGB (4,2-5,4) 11,6

Penatalaksanaan: Pasien mendapatkan injeksi Sotatic® (metochlopramide HCl) 1 ampul untuk mengatasi keluhan mual.

Penilaian: 1. Doxorubicin, carboplatin, cisplatin merupakan obat sitostatik penyebab mual-muntah

kelas sedang (30-90%).

2. Pasien mengalami mual tipe akut (emetic moderat risk). 3. Pasien memerlukan tambahan terapi obat untuk mengatasi mual-muntah pasca

kemoterapi. 4. Menurut guideline, metochlopramide bukan pilihan obat yang tepat untuk diberikan di

kasus ini.

Rekomendasi: 1. Menurut guideline, pasien yang mengalami mual tipe ini perlu diberi hari 1 Aprepitan

125 mg p.o, Dexametasone 12 mg p.o atau i.v dan Antagonis 5-HT3 (Palonosetron 0,25 mg i.v atau Ondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg) ; atau Granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v Dolasetron 100 mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v dan dexamethasone 8mg atau 5-HT3 antagonis reseptor di hari ke 2-4 atau aprepitant 80mg di hari 2-3dengan atau tanpa dexamethasone 8mg di hari 2-4, dengan atau tanpa lorazepam pada hari.

2. Meresepkan obat (dibawa pulang) untuk mengatasi keluhan mual-muntah yang tidak termonitor oleh tenaga medis. Dalam kasus ini pasien pulang setelah kemoterapi.

Kasus ini juga terjadi pada RM no.01.35.08.66 c dan d (no kasus 17 b dan c) ; 01.33.16.16 (no kasus:5); 01.32.92.14 a (no kasus: 20a).

Page 119: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

99

f). Evaluasi penatalaksanaan mual-muntah pasca kemoterapi pada kasus VI di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta tahun 2008

Subjektif:

No. RM : 01.37.96.32 (no kasus: 15) Umur : 56tahun Diagnosis : NSCLC stadium IIIB Dirawat untuk mendapatkan kemoterapi dengan cyclophosphamid 400/m

2 mg, doxorubicin

60mg/m2, dan cisplatin 60mg/m

2. Pasien mual pasca kemoterapi.

Objektif Data lab:

WBC (4,8-10,8) 7,07.103 HCT (12,0-16,0) 46,9 %

NE (43,0-65) 72,6 % = 5,14.103 MCV (81,0-99,0) 87,8

LY (20,5-45,5) 13,2 % = 0,93.103 MCH (27,0-31,0) 30,5

MO (5,5-11,7) 11,2% = 0,79.103 MCHC (32,0-

36,0) 34,8

RBC (4,7-6,1) 5,34.106 PLT (150-450) 267.10

3

HGB (4,2-5,4) 16,3

Penatalaksanaan: Pasien mendapatkan injeksi Sotatic® (metochlopramide HCl) 1 ampul (5mg/mlx2ml) dan ondansetron 1 ampul (8mg/4ml) untuk mengatasi mual.

Penilaian: 1. Doxorubicin, cyclophospamide merupakan obat sitostatik penyebab mual-muntah

kelas sedang (30-90%). 2. Cisplatin 60mg/m

2 merupakan obat sitostatik penyebab mual-muntah kelas tinggi

(>90%).

3. Pasien mengalami mual tipe akut (emetic high risk). 4. Pasien memerlukan terapi tambahan untuk mengatasi mual-muntah pasca kemoterapi. 5. Menurut guideline, metochlopramide bukan pilihan obat yang tepat untuk diberikan

pada kasus mual-muntah tipe ini. Rekomendasi:

1. Menurut guideline, mual tipe ini perlu diberi Aprepitan 125 mg p.o hari 1, Dexamethasone 12 mg p.o/i.v hari 1, Antagonis 5 HT3 dan dexamethasone 8mg di hari ke 2-4 ditambah aprepitant 80mg di hari 2 dan 3, dengan atau lorazepam hari ke 1-4. Pasien sudah mendapat ondansetron 8mg, sehingga perlu diberi tambahan terapi berupa aprepitan, dexamethasone, dengan atau tanpa lorazepam.

2. Meresepkan obat dengan dosis dan aturan pakai sesuai guideline.

Page 120: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

100

g). Evaluasi penatalaksanaan mual-muntah pasca kemoterapi pada kasus VII di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta tahun 2008

Subjektif:

No. RM : 01.35.68.08 a (no kasus 8a) Umur : 50 tahun Diagnosis : NSCLC stadium IIB Dirawat untuk mendapatkan kemoterapi dengan Paclitaxel 227,5 mg dan carboplatin 470 mg. Pasien mual pasca kemoterapi.

Objektif Data lab:

WBC (4,8-10,8) 12,4.103 HCT (12,0-16,0) 32,8 %

NE (43,0-65) 80,1 % = 9,9.103 MCV (81,0-99,0) 79,6

LY (20,5-45,5) 11 % = 11.103 MCH (27,0-31,0) 27,5

RBC (4,7-6,1) 4,12.106 MCHC (32,0-

36,0) 34,5

HGB (4,2-5,4) 11,3 PLT (150-450) 419.103

Penatalaksanaan:

Pasien mendapatkan obat Omeprazole dan Ondansetron 1 ampul (8mg/4ml) untuk mengatasi masalah mualnya. Penilaian:

1. Paclitaxel merupakan obat sitostatika penyebab mual-muntah kelas rendah (10-30%). 2. Carboplatin merupakan obat sitostatika penyebab mual-muntah kelas sedang (30-

90%).

3. Pasien mengalami mual tipe akut (emetic moderat risk). 4. Pasien memerlukan terapi untuk mengatasi mual-muntah pasca kemoterapi. 5. Menurut guideline, Omeprazole bukan pilihan obat yang tepat untuk mengatasi mual-

muntah tipe akut pasca kemoterapi Rekomendasi:

1. Menurut guideline, pasien yang mengalami mual tipe ini perlu diberi hari 1 Aprepitan 125 mg p.o, Dexametasone 12 mg p.o atau i.v dan Antagonis 5-HT3 (Palonosetron 0,25 mg i.v atau Ondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg) ; atau Granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v Dolasetron 100 mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v dan dexamethasone 8mg atau 5-HT3 antagonis reseptor di hari ke 2-4 atau aprepitant 80mg di hari 2-3dengan atau tanpa dexamethasone 8mg di hari 2-4, dengan atau tanpa lorazepam pada hari.

2. Memberikan tambahan obat berupa Dexamethasone dan aprepitan dengan atau tanpa lorazepam. Meresepkannya sesuai dosis dan aturan pakai sesuai guideline.

Page 121: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

101

h). Evaluasi penatalaksanaan mual-muntah pasca kemoterapi pada kasus VIII di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta tahun 2008

Subjektif:

No. RM : 01.37.74.75 (no kasus: 12) Umur : 72 tahun Diagnosis : NSCLC stadium III B Dirawat untuk mendapatkan kemoterapi dengan doxorubicin, cyclophospamide, dan cisplatin. Pasien mual dan muntah 2 hari pasca kemoterapi.

Objektif : Data lab:

WBC (4,8-10,8) 9,64.103 HCT (12,0-16,0) 35 %

NE (43,0-65) 70 % = 6,74.103 MCV (81,0-99,0) 87,1

LY (20,5-45,5) 20,4 % = 1,97.103 MCH (27,0-31,0) 29,1

RBC (4,7-6,1) 4,02.106 MCHC (32,0-

36,0) 33,4

HGB (4,2-5,4) 11,7 PLT (150-450) 492.103

TD : 110/80 mm/Hg Nafas : 26 kali/menit

Nadi : 84 kali/menit Suhu : 36,7°C TB/BB : 161 cm/45kg Penatalaksanaan:

Pasien mendapatkan obat yaitu metoclopramid 1 ampul (10 mg/2ml). Penilaian:

1. Doxorubicin cyclophosphamide, dan cisplatin merupakan obat sitostatika penyebab mual-muntah kelas tinggi (>90%)

2. Pasien mengalami mual tipe delayed (emetic high risk). 3. Metochlopramide bukan pilihan obat yang tepat untuk mengatasi mual-muntah pada

kasus ini. 4. Pasien memerlukan tambahan terapi obat untuk mengatasi mual dan muntah yang

dialaminya. Rekomendasi:

1. Menurut guideline, mual-muntah tipe delayed akibat penggunaan obat kemoterapi emetic high risk dapat diterapi dengan Aprepitan 125 mg p.o hari 1, Dexamethasone 12 mg p.o/i.v hari 1, Antagonis 5 HT3 dan dexamethasone 8mg di hari ke 2-4 ditambah aprepitant 80mg di hari 2 dan 3, dengan atau lorazepam hari ke 1-4.

2. Meresepkan obat (dibawa pulang) dengan pengaturan dosis seperti di atas untuk mengatasi keluhan mual-muntah yang tidak termonitor oleh tenaga medis. Karena dalam kasus ini pasien pulang setelah kemoterapi.

Kasus ini juga terjadi pada RM no. 00.97.88.94 a (no kasus:13) ; 00.06.51.37a (no kasus: 3a), dan 01.34.61.97 (no kasus: 18).

Page 122: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

102

i). Evaluasi penatalaksanaan mual-muntah pasca kemoterapi pada kasus IX di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta tahun 2008

Subjektif:

No. RM : 01.35.81.74 (no kasus: 16) Umur : 65 tahun Diagnosis : NSCLC Dirawat untuk mendapatkan kemoterapi dengan cyclophosphamide, doxorubicin, cisplatin. Pasien mual dan muntah hari pasca kemoterapi.

Objektif : Data lab:

WBC (4,8-10,8) 9,64.103 HCT (12,0-16,0) 35 %

NE (43,0-65) 70 % = 6,74.103 MCV (81,0-99,0) 87,1

LY (20,5-45,5) 20,4 % = 1,97.103 MCH (27,0-31,0) 29,1

RBC (4,7-6,1) 4,02.106 MCHC (32,0-

36,0) 33,4

HGB (4,2-5,4) 11,7 PLT (150-450) 492.103

TD : 110/80 mm/Hg Nafas : 26 kali/menit

Nadi : 84 kali/menit Suhu : 36,7°C

Penatalaksanaan: Pasien mendapatkan obat yaitu Sotatic® (Metochlopramide) 1 ampul (5mg/ml x2ml), dexamethasone 2 ampul, dan metochlopramide 1 ampul (10 mg/2ml). Penilaian:

1. Doxorubicin, cyclophosphamide, dan cisplatin merupakan obat sitostatika penyebab mual-muntah kelas tinggi (>90%)

2. Pasien mengalami mual tipe akut (emetic high risk). 3. Pasien mendapatkan 2 obat yang jenis dan indikasinya sama yaitu sotatik®

(Metochlopramide HCl) dan injeksi Metochlopramide. 4. Dosis dexamethason berlebih. 1 ampul dexamethasone berisi dexamethasone

4mg/mlx5ml. pemberian pada pasien adalah 2 ampul (= 40 mg) setiap 12 jam.

5. Pasien memerlukan tambahan terapi obat berupa 5-HT3 antagonis reseptor (ondansetron, granisetron, dolasetron, atau palonosetron), dan aprepitan 125mg, dengan atau tanpa lorazepam.

Rekomendasi:

1. Menurut guideline, mual-muntah tipe ini dapat diterapi dengan Aprepitan 125 mg p.o hari 1, Dexamethasone 12 mg p.o/i.v hari 1, Antagonis 5 HT3 dan dexamethasone 8mg di hari ke 2-4 ditambah aprepitant 80mg di hari 2 dan 3, dengan atau lorazepam hari ke 1-4. Pasien sudah mendapatkan dexamethasone.

2. Memberikan tambahan terapi berupa Aprepitan dan Antagonis 5HT3. Berikan sesuai dosis dan aturan pakai sesuai ketentuan. Mengurangi dosis dexamethasone.

Page 123: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

103

j). Evaluasi penatalaksanaan mual-muntah pasca kemoterapi pada kasus X di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta tahun 2008

Subjektif:

No. RM : 01.35.65.92 b (no kasus: 6) Umur : 51 tahun Diagnosis : NSCLC stadium IIIB Dirawat untuk mendapatkan kemoterapi dengan Brexel® (Docetaxel) 120 mg dan carboplatin 450mg . pasien mendapat dexamethasone 2A dan ondansetron 1A. Pasien mual dan muntah sebelum kemoterapi.

Objektif : TD : 110/70 mm/Hg

Nadi : 100 kali/menit Nafas : 24 kali/menit

Suhu : afebris Penatalaksanaan:

Pasien tidak mendapatkan obat untuk mengatasi mual yang dialaminya. Pasien mendapatkan dexamethasone dan ondansetron sebelum kemoterapi. Penilaian:

1. Brexel® (Docetaxel) merupakan obat sitostatika penyebab mual-muntah tipe rendah (10-30%).

2. Carboplatin merupakan obat sitostatika penyebab mual-muntah tipe sedang (30-90%). 3. Pasien mengalami mual tipe anticipatory. 4. Dexamethasone dan ondansetron bukan pilihan obat yang tepat untuk mencegah

mual-muntah anticipatory. 5. Pasien perlu diberi tambahan terapi obat untuk mengatasi mual yang dideritanya.

Rekomendasi: 1. Menurut guideline, pasien dengan mual-muntah anticipatory perlu diberi Alprazolam

0,5-2 mg p.o malam hari atau Lorazepam 0,5-2 mg pada malam hari sebelum dan pagi saat kemoterapi diberikan. Apabila sudah terjadi maka metode nonfarmakologi seperti hipnosis, relaksasi dengan terapi musik dapat dicoba.

Kasus ini juga terjadi pada RM no. 01.34.72.51b (no kasus:1b) ; 01.33.93.08 b (no kasus:7); 01.35.02.99 b dan c (no kasus: 9a danb).

Page 124: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

104

k). Evaluasi penatalaksanaan mual-muntah pasca kemoterapi pada kasus XI di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta tahun 2008

Subjektif:

No. RM : 01.34.31.67 b (no kasus:10) Umur : 76 tahun Diagnosis : Adenocarcioma dextra stadium IV Dirawat untuk mendapatkan kemoterapi ke II dengan regimen Paxus® (Paclitaxel). Pasien mengeluhkan mual dan muntah pasca kemoterapi I.

Objektif : Data lab:

WBC (4,8-10,8) 11.103 HCT (12,0-16,0) 28,5 %

NE (43,0-65) 66,8 % = 7,3.103 MCV (81,0-99,0) 81,9

LY (20,5-45,5) 18% = 2,0.103 MCH (27,0-31,0) 26,5

RBC (4,7-6,1) 3,48.106 MCHC (32,0-

36,0) 32,3

HGB (4,2-5,4) 9,2 PLT (150-450) 342.103

Penatalaksanaan:

Pasien tidak mendapatkan obat untuk mengatasi mual dan muntah yang diderita.

Penilaian: 1. Paxus® (Paclitaxel) merupakan obat sitostatika penyebab mual-muntah kelas rendah

(10-30%). 2. Pasien mengalami mual delayed dengan kategori emetic low risk. 3. Pasien perlu diberi obat antimual-muntah untuk menangani mual dan muntah yang

dialaminya.

Rekomendasi:

1. Menurut guideline, pasien yang mual-muntah tipe ini perlu diberi obat metoclopramide dengan atau tanpa diphenhydramine,dexamethasone 12 mg, atau prochlorperazine dengan atau tanpa lorazepam.

2. Meresepkan obat antimual-muntah untuk dibawa pulang sebagai pengobatan mual-muntah yang tidak termonitor oleh tenaga medis. Karena pasien memiliki riwayat mual-muntah tipe delayed maka peresepan obat antiemetik digunakan untuk mencegah kemungkinan kejadian mual-muntah yang serupa.

Kasus ini juga terjadi pada RM no. 01.35.68.08b (no kasus: 8b)

Page 125: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

105

Lampiran 4. Daftar komposisi obat yang digunakan pada kasus mual-muntah kemoterapi kanker paru-paru di

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008

No Kelas Terapi Golongan Obat Jenis Obat Komposisi Obat

1 Sistem endokrin dan metabolik

Preparat insulin Insultard® Susp netral isophane dari monokomponen insulin manusia. Rekombinan DNA asli.

2 Vitamin & mineral Vitamin B kompleks/dengan vitamin C

Grahabion® Vit B1, vit B6, vit B12

Vitamin &/ mineral Cernevit® Retinol 3,5 iu, cholecalciferol 220 iu, α tocopherol 11,2 iu , ascorbic acid 125 iu, cocarboxylase tetrahydrate 5,8 mg, thiamine 3,510 mg, riboflavin sodium phosphate dehydrate 5,67mg, pyridoxine HCl 5,5 mg, cyanocobalamin 0,006 mg, folic acid 0,414 mg, dexpanthenol 16,15 mg, biotin 0,069 mg, nicotinamide 46 mg, glycine 250 mg, glycoholic acid 140 mg, soya lecithin 140mg, NaOH 112,5 mg.

3 Nutrisi Produk

nutrisi/parenteral

Aminofusin® Amino acids, sorbitol, xylitol, vit,

electrolytes

Page 126: EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA …

106

BIOGRAFI PENULIS

Felisita Anesti Kusumastuti, anak kedua dari dua

bersaudara pasangan Ch. Minar Lukito dan Agnes Sri

Harianti, lahir di Pemalang 22 Januari 1988. Penulis

mulai mengenal bangku sekolah pada tahun 1992-1994

di Taman Kanak-kanak PIUS Pemalang. Pendidikan

Sekolah Dasar ditempuh di SD PIUS Pemalang, lulus

tahun 2000. Jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

ditempuh di SLTP Pius Pemalang, lulus tahun 2003. Penulis melanjutkan

pendidikan ke Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Pemalang, lulus tahun

2006. Penulis menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

pada tahun 2006-2010 dan memperoleh gelar Sarjana Farmasi. Selama di Fakultas

Farmasi, kegiatan yang diikuti penulis antara lain menjadi anggota Paduan Suara

Farmasi Veronica yang sempat mengisi di beberapa acara fakultas atau

universitas, Panitia Tiga Hari Temu Farmasi (Titrasi) 2007 sebagai Koordinator

Sie Acara, Panitia Inisiasi Sanata Dharma (Insadha) 2008 sebagai Pendamping

Kelompok, Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (PPKM) 2009

sebagai Co-fasilitator.