Upload
others
View
12
Download
1
Embed Size (px)
EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA
KEMOTERAPI KANKER PARU-PARU DI RSUP Dr. SARDJITO
YOGYAKARTA TAHUN 2008
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi ( S. Farm. )
Program Studi Farmasi
Oleh :
Felisita Anesti Kusumastuti
NIM : 068114084
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
iii
iv
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kalau kau pernah takut mati, sama..
Kalau kau pernah sakit hati, aku juga iya..
Dan sering kali sial datang dan pergi tanpa permisi kepadamu, suasana hati.. tak
peduli..
Kalau kau kejar mimpimu, selalu..
Kalau kau ingin berhenti, ingat tuk mulai lagi..
Tetap semangat, dan teguhkan hati di setiap hari, sampai nanti..
Tetap melangkah, dan keraskan hati di setiap hari sampai nanti.. sampai mati..
(Sampai nanti sampai mati, Letto)
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Yesus Kristus Pelindung dan Penyelamatku
Ayahanda Ch. Minar Lukito
I bunda Agnes Sri Harianti
Gregorius Ardian Purnomo Adi
Antonius Alfian Yuan Dias Priharta
Almamaterku
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Felisita Anesti Kusumastuti
Nomor Mahasiswa : 068114084
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“Evaluasi Penatalaksanaan Kasus Mual-Muntah pada Kemoterapi Kanker Paru-
paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2008” beserta perangkat yang
diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk
media lain, mengelolanya dalam bentuk pengkalan data, mendistribusikan secara
terbatas dan mempublikasikannya dalam internet atau media lain untuk
kepentingan akademis tanpa meminta izin dari saya maupun memberikan royalti
kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 2 Februari 2010
Yang menyatakan
vii
PRAKATA
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan
berkat, kesabaran, kekuatan, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang penulis susun berjudul
EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS MUAL-MUNTAH PADA
KEMOTERAPI KANKER PARU-PARU DI RSUP Dr. SARDJITO
YOGYAKARTA TAHUN 2008.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan
banyak terimakasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberi bimbingan, kesehatan, dan
perlindungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak, Ibu, dan mas Dian atas doa, kasih sayang, perhatian, dan dukungannya
baik moril maupun materiil yang selalu diberikan.
3. Direktur RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah memberikan ijin bagi
penulis untuk melakukan penelitian di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
4. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi dan dosen
pembimbing yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan
penelitian ini dan meluangkan waktu untuk membimbing, memotivasi, dan
memberikan saran demi terselesaikannya skripsi ini.
5. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt selaku dosen penguji yang telah
meluangkan waktu untuk menguji, memberikan saran, semangat, dan masukan
viii
yang berharga dalam proses penyempurnaan skripsi ini.
6. Ibu dr. Fenty, M.Kes.,Sp.PK selaku dosen penguji yang telah meluangkan
waktu untuk menguji, member saran, semangat, dan masukan yang berharga
dalam proses penyempurnaan skripsi ini.
7. Karyawan di Diklit dan bagian Catatan Medik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
yang telah membantu kelancaran pengambilan data dalam penelitian ini.
8. Uti dan Akung (Alm) beserta keluarga besar di Borobudur atas doa, perhatian,
kasih sayang, dan dukungan untukku.
9. Antonius Alfian Yuan Dias P atas doa, perhatian, cinta dan cita-cita,
kesabaran, serta dukungan yang sangat besar dan berkesan untukku.
10. Reno, terimakasih atas kebersamaan, suka dan duka, dan rasa saling
memotivasi selama penyusunan skripsi ini.
11. Pak Mukmin, Mas Narto, dan Mas Dwi selaku Staff Sekretariat Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma, terimakasih telah membantu dalam
memperlancar administrasi hingga tersusunnya skripsi ini.
12. Teman-teman diskusi sepert Lia, Valida, Fea, Winny, dan Yunni atas
masukan-masukannya sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
13. Teman-teman Farmasi angkatan 2006 khususnya minat FKK atas
kebersamaan dan perjuangan menuju cita-citanya yang dihiasi dengan sorak-
sorak semangat yang membara. Terimakasih dan selalu semangat!
14. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis hingga
tersusunnya skripsi ini.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak terdapat
ix
kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pengembangan ilmu farmasi pada khususnya dan kemajuan ilmu pengetahuan
pada umumnya.
Yogyakarta, 20 Januari 2010
penulis
x
xi
INTISARI
Kemoterapi merupakan salah satu pengobatan kanker paru-paru. Kemoterapi dilakukan dengan memberikan obat-obat sitostatika yang mekanisme
kerjanya akan merusak DNA atau bertindak sebagai inhibitor umum pada pembelahan sel. Kemoterapi ini dapat memberikan efek samping yang merugikan
pasien salah satunya yaitu mual-muntah. Berkaitan dengan hal itu maka dilakukan penelitian mengenai penatalaksanaan mual-muntah pada kemoterapi kanker paru-paru.
Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental dengan mengikuti rancangan deskriptif yang bersifat retrospektif dengan menggunakan data rekam
medik pasien kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008. Analisis data dilakukan secara kualitatif dalam bentuk tabel yang disajikan secara deskriptif dan dievaluasi berdasarkan Drug Related Problems (DRPs).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kasus kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 terbanyak pada interval tahun 50 - <60 tahun
(33%), pada stadium III yaitu sebanyak 26%, dengan jumlah penyakit penyerta terbanyak adalah hipertensi sebanyak 4 kasus. Ada 27 pasien mengalami mual-muntah pada kemoterapi kanker paru-paru. Dari 27 kasus mual-muntah tersebut
terdapat 48 episode DRPs yaitu butuh tambahan terapi obat sebanyak 27 kasus, obat tidak tepat 20 kasus, dan dosis terlalu tinggi 1 kasus. Presentasi dampak
terapi mual-muntah yaitu 41% masih mual dan 59% membaik. Kata kunci : kanker paru-paru, kemoterapi, mual-muntah, Drug Related Problems
(DRPs)
xii
ABSTRACT
One of lung cancer therapy is chemotherapy. Chemotherapy were executed by cytology medicine that will destroying DNA or personating as
common inhibitor to bisection of cell. This chemotherapy was causing side effects included nausea and vomiting. From that causes, today were performed the
research about the procedure of nausea and vomiting case management in chemotherapy. This research counted the non-experimental research by following the
descriptive design with retrospective characteristic, then using the medical record data from lung cancer patient at RSUP Dr. Sardjito in the period of 2008. The data
analysis were performed by qualitative in the table form which presenting by descriptive and evaluated by Drug Related Problems method (DRPs). The result was presenting lung cancer in RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta in
the period of 2008, there is more in age interval 50 - <60 years old (33%), in III stadium 26%, with the other desease like hypertension became the most, on 4
cases. There were 27 patient feel nausea vomiting, 48 chemotherapy episodes feel DRPs, that 27 cases need for additional drug therapy, 20 cases wrong drug, and 1 cases dosage too high. The effect from nausea-vomiting cases management
presentation 59% becomes better and 41% not yet secured.
Keywords : lung cancer, chemotherapy, nausea-vomiting, Drug Related Problems (DRPs)
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS …………………………. vi
PRAKATA ........................................................................................................ vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA............................................................. x
INTISARI.......................................................................................................... xi
ABSTRAC ......................................................................................................... xii
DAFTAR ISI...................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xx
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xxi
BAB I. PENGANTAR
A. Latar Belakang................................................................................ 1
1. Permasalahan............................................................................ 3
2. Keaslian Penelitian................................................................... 4
3. Manfaat Penelitian.................................................................... 4
B. Tujuan Penelitian............................................................................ 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
xiv
A. Kanker Paru .................................................................................... 6
1. Definisi ....................................................................................... 6
2. Epidemiologi .............................................................................. 7
3. Etiologi ....................................................................................... 8
4. Patofisiologi ............................................................................... 9
5. Tanda dan Gejala ...................................................................... 10
6. Diagnosis ................................................................................... 12
7. Stadium ...................................................................................... 14
8. Penatalaksanaan Terapi .............................................................. 15
B. Kemoterapi ...................................................................................... 17
C. Mual-muntah ................................................................................... 19
1. Definisi ...................................................................................... 19
2. Mekanisme mual-muntah .......................................................... 19
3. Tipe mual-muntah ..................................................................... 21
4. Penatalaksanaan mual-muntah .................................................. 22
D. Drug Related Problems .................................................................. 28
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 31
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................... 31
B. Definisi Operasional ..................................................................... 31
C. Subyek Penelitian .......................................................................... 33
D. Bahan Penelitian ............................................................................ 33
E. Lokasi Penelitian ........................................................................... 34
F. Waktu Penelitian ........................................................................... 34
xv
G. Tata cara Penelitian ....................................................................... 34
H. Analisis Hasil ................................................................................ 36
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 38
A. Profil Pasien Kanker Paru-paru..................................................... 38
1. Presentase Pasien Kanker Paru-paru Berdasarkan Kelompok
Umur ....................................................................................... 38
2. Presentase Pasien Kanker Paru-paru Berdasarkan Stadium..... 39
3. Jumlah Penyakit Penyerta pada Pasien Kanker Paru-paru ...... 40
4. Riwayat Merokok pada Kasus Kanker Paru-paru ................... 40
B. Profil Obat-obatan yang Digunakan Dalam Kasus Kemoterapi
Kanker Paru-paru Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun
2008............................................................................................... 41
1. Obat Gastrointertinal dan Hepatobilier ................................... 43
2. Obat Kardiovaskular dan Hemapoietik .................................. 43
3. Sistem Pernafasan ................................................................... 44
4. Sistem Saraf Pusat ................................................................... 45
5. Hormon Kortikosteroid ............................................................ 45
6. Antiinfeksi ............................................................................... 46
7. Obat Kemoterapi ...................................................................... 46
8. Sistem endokrin dan Metabolik ............................................... 47
9. Vitamin dan Mineral ................................................................ 48
10. Nutrisi ...................................................................................... 48
11. Lain- lain .................................................................................. 49
xvi
C. Strategi Penatalaksanaan Mual-Muntah pada Kemoterapi Kanker
Paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta ................................. 50
D. Drug Related Problems (DRPs) .................................................... 53
E. Dampak Terapi Kasus Mual-Muntah pada Kemoterapi Kanker
Paru-paru ....................................................................................... 60
F. Rangkuman Pembahasan .............................................................. 64
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 66
A. Kesimpulan ................................................................................... 66
B. Saran ............................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 68
LAMPIRAN ..................................................................................................... 70
BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 106
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel I. TNM (Tumor, Node, Metastase) International Staging System
untuk kanker paru-paru ………………………………………... 15
Tabel II. Klasifikasi kanker paru-paru berdasarkan TNM ......................... 15
Tabel III. Terapi antagonis 5-HT3 untuk mual-muntah kelas IV................. 23
Tabel IV. Terapi untuk mual-muntah kelas III ............................................ 24
Tabel V. Terapi antiemetik untuk mual-muntah tipe breakthrough ........... 27
Tabel VI. Jumlah dan jenis penyakit penyerta pada kasus kemoterapi
kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun
2008……….................................................................................. 40
Tabel VII. Golongan dan jenis obat saluran gastrointestinal dan sistem
hepatobilier pada kasus kemoterapi kanker paru-paru di RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 ………………………….. 43
Tabel VIII. Golongan dan jenis obat kardiovaskular dan sistem hematopoietik
pada kasus kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta tahun 2008 ………………………………………… 44
Tabel IX. Golongan dan jenis obat saluran nafas pada kasus kemoterapi
kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun
2008…………………………………………………………….. 45
Tabel X. Golongan dan jenis obat saraf pusat pada kasus kemoterapi
kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun
2008……………………………………………………………. 45
xviii
Tabel XI. Golongan dan jenis hormon kortikosteroid pada kasus
kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
tahun 2008…………………………………………………….... 46
Tabel XII. Golongan dan jenis obat anti infeksi pada kasus kemoterapi
kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun
2008 ……………………………………………………………. 46
Tabel XIII. Golongan dan jenis obat kemoterapi pada kasus kemoterapi
kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun
2008 ……………………………………………………………. 47
Tabel XIV. Golongan dan jenis obat sistem endokrin dan metabolik pada
kasus kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sadjito
Yogyakarta tahun 2008 ………………………………………… 47
Tabel XV. Gologan dan jenis vitamin & mineral pada kasus kemoterapi
kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun
2008 ……….. …………………………………………………. 48
Tabel XVI. Golongan dan jenis nutrisi pada kasus kemoterapi kanker
paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008……… 48
Tabel XVII. Golongan dan jenis obat lain- lain pada pasien kasus kemoterapi
paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008……… 49
Tabel XVIII. Rangkuman risiko mual-muntah vs kasus mual-muntah pada
kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
2008………………..………………………………………… 50
Tabel XIX. Rangkuman kejadian mual-muntah pada kemoterapi kanker
xix
paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun
2008………………………………………………………….. 51
Tabel XX. DRPs butuh tambahan terapi obat pada kasus kemoterapi kanker
paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008…..... 54
Tabel XXI. DRPs obat tidak tepat pada kasus kemoterapi kanker paru-paru
di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008….……………. 58
Tabel XXII. DRPs dosis terlalu tinggi pada kasus kemoterapi kanker paru-paru
di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008………………… 60
Tabel XXIII. Riwayat mual-muntah pada pasien kanker paru-paru di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta tahun 2008………………………………. 61
xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kanker Paru-paru ........................................................................ 6
Gambar 2. Mekanisme mual-muntah ............................................................ 20
Gambar 3. Skema inklusi subyek penelitian .................................................. 33
Gambar 4. Presentase interval umur pasien kanker paru-paru di RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 ............................................. 38
Gambar 5. Presentase stadium pasien kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta tahun 2008………………………………………….. 39
Gambar 6. Presentase riwayat merokok pada kasus kanker paru-paru............ 41
Gambar 7. Presentase kelas terapi obat yang digunakan pada kasus
kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
tahun 2008………………………………………………………. 42
Gambar 8. Presentase dampak terapi kasus mual-muntah pada kemoterapi
kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun
2008.............................................................................................. 60
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data 10 besar diagnosa di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta Tahun 2008 ……………………………………….. 71
Lampiran 2. Data pasien kasus mual-muntah pada kemoterapi kanker paru-paru
di RSUD Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008…………………. 72
Lampiran 3. Rangkuman DRPs pada penatalaksanaan kasus mual-muntah
kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
tahun 2008……………………………………………..……….... 93
Lampiran 4. Daftar komposisi obat yang digunakan pada kasus mual-muntah
kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Tahun 2008 ……………………………………………………. 105
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Kanker paru-paru merupakan perkembangan yang tidak terkendali dari
sel-sel abnormal dari salah satu atau kedua sisi paru, sementara sel-sel jaringan
paru yang normal tumbuh dan berkembang dalam jaringan paru yang sehat, sel-sel
yang tidak normal tumbuh dan berkembang secara cepat tidak pada jaringan paru
yang normal. Kumpulan sel-sel kanker tersebut merusak dan menganggu kerja
paru (Anonim, 2004). Kanker paru-paru merupakan penyakit yang paling banyak
menyebabkan kematian pada pria-pria dan wanita-wanita di seluruh dunia
dibandingkan dengan kanker jenis lainnya. The American Cancer Society
memperkirakan bahwa 213.380 kasus-kasus baru kanker paru-paru di Amerika
akan didiagnosis dan 160.390 kematian-kematian yang disebabkan kanker paru-
paru akan terjadi pada tahun 2007. Kanker paru-paru sebagian besar adalah suatu
penyakit dari orang tua, hampir 70% dari orang-orang yang terdiagnosis dengan
kondisi ini adalah berumur diatas 65 tahun, kurang dari 3% kasus-kasus terjadi
pada orang-orang dibawah umur 45 tahun (Anonim, 2009a). Di Indonesia, kanker
paru-paru menjadi penyebab kematian utama kaum pria dan lebih dari 70% kasus
kanker itu baru terdiagnosis pada stadium lanjut (stadium IIIB atau IV) sehingga
hanya 5 % penderita yang bisa bertahan hidup hingga 5 tahun setelah dinyataka n
positif (Anonim, 2006a).
2
Salah satu penanganan kanker paru-paru adalah melalui kemoterapi.
Kemoterapi merujuk pada pemberian obat-obat yang menghentikan pertumbuhan
sel-sel kanker dengan membasmi mereka atau mencegah mereka
membelah/membagi. Kemoterapi mungkin diberikan sendirian, sebagai suatu
adjuvant pada terapi operasi, atau dalam kombinasi dengan radioterapi.
Kemoterapi menyebabkan terjadinya pelepasan substansi serotonin (5-
HT), dan zat kimia lain dalam usus yang dapat menstimulasi pusat muntah dan
dapat menyebabkan muntah (Anonim, 2006a). Sekitar 70% sampai 80% pasien
yang menerima kemoterapi mengalami mual-muntah, dan 10% sampai 44% dari
jumlah tersebut pasien mengalami mual dan atau muntah tipe anticipatory
(DiPiro, 2005). Tingginya angka kejadian mual dan muntah akibat kemoterapi
menjadi dasar pentingnya dilakukan penelitian mengenai penatalaksanaan mual
dan muntah pada kemoterapi kanker paru-paru.
Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang berada di
Jalan Kesehatan 01 Sekip Yogyakarta 587333. RSUP Dr. Sardjito mempunyai
pelayanan terpadu spesialis kanker di Instalasi Kanker “Tulip” dan merupakan
rumah sakit rujukan yang memiliki banyak kasus yang menarik untuk dievaluasi
penatalaksanaannya terutama kasus mual dan muntah. Visi dari RSUP Dr.
Sardjito yaitu menjadi salah satu rumah sakit unggulan dalam bidang pelayanan,
pendidikan dan penelitian di Asia Tenggara tahun 2010 yang bertumpu pada
kemandirian, sedangkan misinya yaitu memberikan pelayanan kesehatan yang
paripurna, bermutu dan terjangkau masyarakat, melaksanakan pendidikan dan
pelatihan di bidang kesehatan untuk menghasilkan SDM yang berkualitas,
3
menyelenggarakan penelitian dan pengembangan IPTEK Kesehatan yang
berwawasan global, meningkatkan kesejahteraan karyawan; dan meningkatkan
pendapatan untuk menunjang kemandirian rumah sakit (Anonim, 2009c). Menurut
data 10 besar diagnosa di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008, peringkat
pertama diduduki oleh kemoterapi kanker. Dapat dikatakan bahwa pada tahun
2008 sebagian besar pasien datang ke RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta untuk
melakukan program kemoterapi kanker. Semakin banyak kasus kemoterapi
memungkinkan semakin banyak pula kejadian Drug Related Problems (DRPs)
pada penanganan efek samping kemoterapi. Berdasarkan hal tersebut maka
dilakukan penelitian tentang evaluasi penatalaksanaan mual dan muntah sebagai
efek samping kemoterapi pada pasien kanker paru-paru agar dapat tercapainya
pengobatan yang optimal.
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
a. Seperti apakah profil pasien kanker paru-paru yang mengalami mual-
muntah di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 yang meliputi
umur, stadium, penyakit penyerta, dan riwayat merokok?
b. Seperti apakah profil pengobatan kasus kemoterapi kanker paru-paru
yang mengalami mual-muntah di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun
2008 meliputi golongan obat, jenis obat, dan kelas terapi?
4
c. Seperti apakah strategi penatalaksanaan mual-muntah pada kemoterapi
kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 meliputi
terapi obat, golongan, dan jenis obat yang diberikan?
d. Seperti apakah DRPs yang timbul pada penatalaksanaan kasus mual-
muntah pada kemoterapi kanker paru-paru yang meliputi keadaan: butuh
tambahan terapi obat, tidak perlu terapi obat, pilihan obat tidak tepat,
dosis terlalu rendah, adverse drug reactions, dosis terlalu tinggi?
2. Keaslian Karya
Berdasarkan penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian
mengenai penatalaksanaan kasus mual dan muntah pada kemoterapi kanker
paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 belum pernah
dilakukan.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai penatalaksanaan kasus mual dan muntah pada kemoterapi
kanker paru-paru.
b. Manfaat praktis
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam usaha peningkatan mutu pelayanan kesehatan dalam hal
penatalaksanaan kasus mual-muntah pada kemoterapi kanker paru-paru.
5
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi
penatalaksanaan kasus mual-muntah pada kemoterapi kanker paru-paru di
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan profil pasien kanker paru-paru yang mengalami mual-
muntah di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 yang meliputi umur,
stadium, penyakit penyerta, dan riwayat merokok.
b. Menggambarkan profil pengobatan kasus kemoterapi kanker paru-paru
yang mengalami mual-muntah di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun
2008 meliputi golongan obat, jenis obat, dan kelas terapi.
c. Menggambarkan strategi penatalaksanaan kasus mual dan muntah pada
kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008
meliputi terapi obat, golongan, dan jenis obat yang diberikan.
d. Menggambarkan DRPs yang timbul pada penatalaksanaan kasus mual dan
muntah pada kemoterapi kanker paru-paru yang meliputi keadaan: butuh
tambahan terapi obat, tidak perlu terapi obat, pilihan obat tidak tepat, dosis
terlalu rendah, adverse drug reactions, dosis terlalu tinggi.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kanker Paru-paru
1. Definisi
Kanker paru-paru adalah tumor padat yang berasal dari sel-sel epitel bronkial.
Berdasarkan perbedaan sejarah dan respon terapinya kanker paru-paru dibedakan menjadi
non-small cell cancer dan small cell lung cancer (SCLC) (DiPiro, 2009).
Gambar 1. Kanker Paru-paru (Joshi, 2008).
7
1. Epidemiologi
Prevalensi kanker paru-paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun
2002 dilaporkan terdapat 169.400 kasus baru (merupakan 13% dari semua
kanker baru yang terdiagnosis) dengan 154.900 kematian (merupakan 28%
dari seluruh kematian akibat kanker), di Inggris prevalensi kejadiannya
mencapai 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4
terbanyak, di RS Dharmais Jakarta tahun 1998 menduduki urutan ke 3 sesudah
kanker payudara dan leher rahim. Angka kematian akibat kanker paru-paru di
seluruh dunia mencapai kurang lebih satu juta penduduk tiap tahunnya.
Karena sistem pencatatan kita yang belum baik prevalensi pastinya belum
diketahui tetapi klinik tumor dan paru di Rumah Sakit merasakan benar
peningkatannya. Di negara berkembang lain dilaporkan insidennya naik
dengan cepat antara lain karena konsumsi rokok berlebihan seperti di China
yang mengkonsumsi 30% rokok dunia. Sebagian besar kanker paru-paru
mengenai pria (65%) dengan life time risk 1:13 dan pada perempuan 1:20
(Amin, 2006).
Sebuah artikel menceritakan bahwa kemampuan untuk bertahan hidup
selama lima tahun dari penderita NSCLC bervariasi tergantung dari
stadiumnya. Stage I memiliki survival terbaik yaitu mendekati 50%. Kira-
kira 25% dari pasien stadium II dapat bertahan selama 5 tahun dan 8% untuk
pasien stadium III. Penelitian mengatakan hanya 2% pasien stadium IV dapat
bertahan hidup selama lima tahun. Pada jenis SCLC sebanyak 10-50% dari
pasien stadium terbatas dan antara 1-2% untuk SCLC stadium extensive
8
(Valentino, 2010). Kemampuan ketahanan hidup selama 2 tahun juga
dipaparkan pada sebuah penelitian di Rumah Sakit Kanker Dharmais yang
hasilnya 10,02% untuk stadium IV dan 25,96% untuk stadium ≤ IIIB (Rasyid,
2001).
2. Etiologi
Seperti umumnya kanker yang lain penyebab kanker paru-paru yang
pasti belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat
yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping
adanya faktor lain separti sistem kekebalan tubuh, genetik, dan lain- lain
(Amin, 2006).
Umumnya kanker paru-paru disebabkan oleh karsinogen yang berasal
dari rokok. Prevalensi merokok di Amerika adalah 28 % untuk laki- laki dan
25% untuk perempuan keduanya dari kalangan usia 18 tahun ke atas, dan 38%
untuk perokok usia pelajar SMA. Resiko perkembangan kanker paru-paru
meningkat sekitar 13 kali lipat pada perokok aktif dan sekitar 1,5 kali lipat
pada perokok pasif yang terpapar asap rokok dalam waktu yang lama.
Penyakit chronic obstructive pulmonary, yang juga berhubungan dengan
rokok, meningkatkan resiko kanker paru-paru menjadi semakin luas (Minna,
2001). Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari
dengan tingginya insiden kanker paru-paru. Dikatakan bahwa 1 dari 9 perokok
berat akan menderita kanker paru-paru. Perokok pasif pun akan beresiko
terkena kanker paru-paru. Anak-anak yang terpapar asap rokok selama 25
tahun pada usia dewasa akan terkena kanker paru-paru dua kali lipat
9
dibandingkan dengan yang tidak terpapar, dan perempuan yang hidup dengan
suami/pasangan perokok juga terkena resiko kanker paru-paru 2-3 kali lipat.
Diperkirakan 25% kanker paru-paru dari bukan perokok adalah berasal dari
perokok pasif. Insiden kanker paru-paru pada perempuan di USA dalam 10
tahun terakhir juga naik menjadi 5% per tahun, antara lain karena
meningkatnya jumlah perempuan perokok dan sebagai perokok pasif
(Amin,2006).
Usaha untuk menghimbau orang-orang supaya tidak merokok sudah
dilakukan tetapi menghentikan merokok memang hal yang sangat sulit, karena
kebiasaan merokok menggambarkan kekuatan sifat adiksi terhadap nikotin
sehingga mencegah orang untuk memulai merokok adalah tindakan yang lebih
efektif, dan upaya itu perlu ditargetkan untuk anak-anak (Minna, 2001).
3. Patofisiologi
Kanker paru-paru berasal dari sel-sel epitel majemuk yang berpotensi
setelah terkena karsinogen akan menyebabkan peradangan kronis yang
mengarah ke genetik dan perubahan sitologi dan akhirnya untuk karsinoma.
Aktivasi protooncogen, inhibisi atau mutasi tumor gen supresor, dan
produksi dari faktor pertumbuhan autokrin berkontribusi pada proliferasi
seluler dan transformasi ganas. Perubahan molekular, seperti mutasi P53 dan
ekspresi berlebihan dari reseptor faktor pertumbuhan epidermal juga
mempengaruhi prognosis penyakit dan respon terhadap terapi.
Merokok merupakan faktor resiko dari 80% kasus kanker paru-paru.
Faktor-faktor risiko lainnya adalah paparan pernapasan terhadap karsinogen
10
misalnya asbes dan benena, faktor- faktor risiko genetik, dan sejarah penyakit
paru-paru lainnya misalnya tuberculosis dan fibrosis paru.
Jenis sel utama adalah SCLC (~ 15% dari semua kanker paru-paru),
adenokarsinoma (~ 50%), karsinoma sel skuamosa (kurang dari 30%), dan
karsinoma sel besar (large cell carcinoma). Tiga jenis yang terakhir
dikelompokkan bersama-sama dan disebut sebagai NSCLC (DiPiro, 2009).
4. Tanda dan ge jala
Tanda dan gejala kanker paru-paru dapat dikelompokkan menjadi tiga
subdivisi yaitu pulmonary, extrapulmonary, dan sindrom paraneoplastik.
Membedakan antara kelas-kelas ini penting karena dapat membantu dalam
menentukan tingkat keparahan penyakit, panduan pilihan pengobatan, dan
mempengaruhi prognosis.
a. Gejala pulmonary
Merupakan gejala karena efek langsung dari tumor primer yang sering
muncul pertama dan yang paling umum. Gejala ini antara lain:
1) Batuk
2) Nyeri dada
3) SVC obstruksi
4) Sesak napas
5) Disfagia
6) Hemoptisis
7) Pleura efusi
11
b. Gejala extrapulmonary
Setelah tumor menginvasi jaringan di luar rongga pleura, itu dapat
menghasilkan beragam gejala, antara lain:
1) Nyeri tulang
2) Adrenal insufisiensi
3) Kebingungan
4) Perubahan kepribadian
5) Pembesaran kelenjar getah bening
6) Berat badan menurun
7) Kejang
8) Mual
9) Gejala focal neurologis
10) Horner’s syndrome
11) Kelelahan
12) Sakit kepala
13) Muntah
14) Nodul kulit bawah kulit
c. Sindrom paraneoplastik
Sindrom paraneoplastik merupakan gejala yang bukan merupakan hasil
dari efek langsung dari tumor ini disebut sindrom paraneoplastik. Gejala ini
mungkin disebabkan oleh bahan yang dikeluarkan oleh tumor atau sebagai
respons terhadap tumor dan sering terjadi di jaringan jauh dari lokasi
keganasan. Sindrom paraneoplatik banyak tejadi dan mempengaruhi
12
berbagai sistem, termasuk endokrin, neurologis, kerangka, ginjal,
metabolik, vaskular, dan sistem hematologi.
Gejala klinis terlihat tidak umum sampai kanker paru-paru tumor
menjadi besar dan / atau metastasis. Ini adalah kunci faktor dalam buruknya
prognosis yang terkait dengan kanker paru-paru. Pasien yang didiagnosis
klinis pada tahap awal lebih mungkin untuk merespon pengobatan daripada
mereka di tahap-tahap selanjutnya. Oleh karena itu, pada diagnosis kanker
paru-paru sangat penting dilakukan pemeriksaan sebelumnya dan
identifikasi tanda dan gejala awal. Teknik penyaringan belum cukup halus
untuk menunjukkan tingkat tinggi dari sensitivitas dan spesifisitas sehingga
mengidentifikasi pasien kanker paru-paru pada presentasi gejala adalah
yang paling penting (Chisholm-Burns, 2008).
5. Diagnosis
Prosedur diagnosis pada kanker paru-paru meliputi:
a. Foto rontgen dada secara posterior-anterior (PA) dan lateral
Pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker
paru-paru.penelitian dari Mayo Clinic USA, menhatakan bahwa 61% tumor
paru terdeteksi dalam pemeriksanaan rutin dengan foto rongent dada biasa
sedangkan pemeriksaan sitologi sputum hanya bisa mendeteksi 19%.
b. Pemeriksaan Computed Tomography dan Magnetic Resonance Imaging
Pemeriksaan CT Scan pada torak lebih sensitif daripada pemeriksaan
foto dada biasa karena bisa mendeteksi kelainan atau nodul dengan
diameter antara 3 mm, walaupun positif palsu untuk kelainan sebesar itu
13
mencapai 25-60%. Bila fasilitas ini memungkinkan, pemeriksaan CT Scan
bisa sebagai pemeriksaan skrining kedua setelah foto dada biasa.
Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) tidak rutin dikerjakan,
karena hanya terbatas untuk menilai kelainan tumor yang menginvasi ke
dalam vertebra, medula spinal, mediastum, di samping biayanya juga
mahal.
Pemeriksaan MRI torak tidak lebih superior dibandingkan CT Scan
torak.Saat ini sedang dikembangkan teknik imaging yang lebih akurat yakni
Positron Emission Tomography (PET) yang dapat membedakan tumor
jinak dan ganas berdasarkan perbedaan biokimia dalam metabolisme zat-zat
seperti glukosa, oksigen, protein, asam nukleat.
Tumor yang kurang dari 1 cm, agar sulit dideteksi karena ukuran kecil
tersebut kurang diresolusi oleh PET Scanner. Sensitivitas dan spesifitas
cara PET ini dilaporkan 83-93% sensitif dan 60-90% spesifik. Beberapa
positif palsu juga ditemukan pada lesi inflamasi dan infeksi seperti
aspergilosis dan tuberkulosis. Sungguhpun begitu dari beberapa penelitian
diketahui bahwa PET mempunyai nilai akurasi lebih baik daripada
pemeriksaan CT Scan.
c. Pemeriksaan Bone Scanning
Pemeriksaan ini diperlukan apabila diduga ada tanda-tanda metastasis
ke tulang. Insiden tumor Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC) ke tulang
dilaporkan sebesar 15%.
14
d. Pemeriksaan Sitologi
Pemeriksaan sitologi sputum rutin dikerjakan terutama bila pasien ada
keluhan seperti batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu menghasilkan hasil
positif karena tergantung pada letak tumor terhadap bronkus, jenis tumor,
teknik mengeluarkan sputum, jumlah sputum yang diperiksa (dianjurkan
pemeriksaan 3-5 berturut-turut), dan waktu pemeriksaan sputum (sputum
harus segar).
Pada kanker paru-paru yang letaknya sentral, pemeriksaan sputum
yang baik dapat memberikan hasil positif sampai 67-85% pada karsinoma
sel skuamosa. Pemeriksaan sputum dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin
dan skrining untuk diagnosis dini kanker paru-paru.
e. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi adalah standar emas diagnosis kanker paru-
paru untuk mendapatkan spesimennya dapat dengan cara biopsi melalui
bronkoskopi (Amin, 2006).
6. Stadium
The American Joint Committee on Cancer telah menegakkan sebuah
dasar pengklasifikasian stadium dari kanker paru-paru ke dalam ukuran dan
luas tumor (T), adanya kelenjar getah bening (KGB) yang terlibat (N), dan ada
atau ketiadaan metastase (M). Faktor TNM ini untuk menunjukkan perbedaan
kelompok stadium.
15
Tabel I. TNM (Tumor, Node, Metastase) International Staging System untuk
kanker paru-paru (DiPiro, 2005).
Tabel II. Klasifikasi kanker paru-paru berdasarkan TNM (DiPiro, 2005).
Keterangan:
Tx : positif terdapat tumor ganas, tetapi tidak terlihat adanya lesi Tis : carcinoma in situ
T1 : tumor, diameter < 3 cm T2 : tumor, diameter > 3 cm atau terdapat atelektasis pada distal hilus
T3 : tumor ukuran apapun meluas ke pleura, dinding dada, diafragma, perikardium, < 2 cm dari carina, terdapat etelektasis total.
T4 : tumor ukuran apapun invasi ke mediastinum, janutng, great vessel, trakhea, esofagus, badan bagian tulang belakang, atau carina, atau terdapat efusi pleura malignant
No : tidak ada keterlibatan kelenjar getah bening (KGB) yang terlibat N1 : metastasis KGB bronkopulmoner atau ipsilateral hilus N2 : metastasis KGB mediastinal atas sub carina
N3 : metastasis KGB mediastinal kontra lateral atau hilus atau KGB skaleneus atau supraklavikular
Mo : tidak ada metastasis jinak M1 : metastasis jinak pada organ (otak, hati, dll)
7. Penatalaksanaan Terapi
Pengobatan kanker paru-paru memiliki tujuan kuratif, paliatif, dan
suportif. Pada tujuan kuratif, terapi kanker menyembuhkan atau
memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup
16
pasien. Sedangkan tujuan paliatif, terapi kanker mengurangi dampak kanker,
meningkatkan kualitas hidup. Pada terapi suportif, terapi kanker menunjang
pengobatan kuratif paliatif dan terminal seperti pemberian nutrisi, tranfusi
darah dan komponen darah, growth factors obat anti nyeri dan anti infeksi.
Hasil yang ingin dicapai adalah mengeradikasi sel kanker (Amin, 2006).
Terdapat beda fundamental perangai biologis Non Small Cell Lung
Cancer (NSCLC) dengan Small Cell Lung Cancer (SCLC) sehingga
pengobatannya harus dibedakan.
Staging TNM yang didasarkan pada ukuran tumor (T), kelenjar getah
bening yang terlibat (N), dan ada tidaknya metastase bermanfaat sekali dalam
penentuan tatalaksana NSCLC. Staging dimulai dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang teliti dengan perhatian khusus kepada keadaan
sistemik, kardio pulmonal, neurologi, dan skeletal.
Terapi bedah adalah pilihan pertama pada stadium I atau II. Survival
pasien yang dioperasi pada stadium I mendekati 60%, pada stadium II 26-37%
dari IIA 17-36,3%. Pada stadium IIIA masih ada kontroversi mengenai
keberhasilan operasi bila kelenjar mediastinum epsilateral atau dinding torak
terdapat metastase.
Pasien stadium IIIB dan IV tidak dioperasi. Combined modality therapy
yaitu gabungan radiasi, kemoterapi dengan operasi (dua atau tiga modalitas)
dilaporkan memperpanjang survival dari studi-studi yang masih berlangsung.
Pada beberapa kasus yang inoperable, radioterapi dilakukan sebagai
pengobatan kuratif dan bisa juga sebagi terapi adjuvan/paliatif pada tumor
17
dengan komplikasi seperti mengurangi efek obstruksi/penekanan terhadap
pembuluh darah/bronkus.
Pasien dengan metastase sebatas N1-2 atau saat operasi terlihat tumor
sudah merambat sebatas sayatan operasi maka radiasi post operasi dianjurkan
untuk diberikan. Radiasi preoperasi untuk mengecilkan ukuran tumor pada
pancoast tumor atau stadium IIIB dilaporkan bermanfaat dari beberapa sentra
kanker.
Kemoterapi digunakan sebagai terapi baku untuk pasien mulai dari
stadium IIIA dan untuk pengobatan paliatif. Kemoterapi adjuvan diberikan
mulai dari stadium II dengan sasaran lokoregional tumor dapat direseksi
lengkap, cara pemberian diberikan setelah terapi lokal definitif dengan
pembedahan, radioterapi atau keduanya (Amin, 2006).
A. Kemoterapi
Salah satu pengobatan kanker paru yaitu dengan kemoterapi. Tujuan
kemoterapi adalah mengendalikan dan mengurangi jumlah sel kanker. Kemoterapi
dilakukan dengan obat sitostatika yang akan merusak DNA atau bertindak sebagai
inhibitor umum pada pembelahan sel. Kemoterapi dapat dilakukan secara tunggal
maupun kombinasi (Prayogo, 2003).
Pemberian obat kemoterapi tidak sama dengan pemberian obat lain. Obat-
obat kemoterapi merupakan toksik untuk semua sel sehingga selain membunuh
sel-sel kanker juga mengganggu sel normal. Mekanisme kerja obat kemoterapi
pada umumnya berdasarkan atas gangguan pada salah satu proses sel yang
normal, karena tidak ada perbedaan kualitatif antara sel kanker dengan sel normal
18
maka semua antikanker bersifat mengganggu sel normal (sitotoksik), mekanisme
obat kemoterapi tersebut adalah:
1. Alkilator, mekanisme kerjanya dengan memindahkan gugus alkil ke bagian-
bagian sel tumor. Alkilasi DNA diduga merupakan interaksi utama yang dapat
membunuh sel tumor.
2. Antimetabolit, anti purin dan anti pirimidin mengambil tempat dari purin dan
pirimidin dalam pembentukan nukleosida, sehingga mengganggu berbagai
reaksi penting dalam tubuh. Metabolisme purin dan pirimidin lebih tinggi pada
sel kanker daripada sel normal sehingga penghambatan sintesis DNA sel
kanker oleh obat ini lebih kuat dibanding terhadap sel normal. Contoh dari
obat golongan ini adalah metotreksat, antagonis purin (6-thiopurin, fludarabin,
fosfat, kladribin), antagonis pirimidin (fluororasiol, sitarabin, azatidin).
3. Antibiotik antikanker, golongan obat ini terikat rantai DNA terputus dan
mengganggu replikasi sel. Contoh dari golongan obat ini adalah antrasiklin,
daktinomisin, plikamisin, mitomisin, dan bleomisin.
4. Alkaloid tanaman, contoh dari obat ini adalah vinblastin dan vinkristin.
Mekanisme kerja vinblastin meliputi depolimerisasi mikrotubulus yang
merupakan bagian penting untuk rangka sel dan spindle mitotic. Mekanisme
kerja vinkristin identik dengan vinblastin. Vinkiristin dikatakan juga
merupakan racun spindel yang menyebabkan terhentinya siklus mitotik.
5. Obat hormon, golongan obat ini diresepkan untuk mengubah pertumbuhan
neoplasma ganas atau untuk mengelola atau mengatasi efek psikologinya
(Nafrialdi, 1995).
19
B. Mual – muntah
1. Definisi
Mual adalah sensasi tidak enak yang biasanya terjadi sebelum keinginan
untuk muntah. Sedangkan muntah sendiri adalah pengeluaran isi lambung
dengan kuat lewat mulut. Muntah terjadi apabila pusat muntah di susunan
saraf pusat terstimulasi (Anonim, 2009a). Muntah dikendalikan oleh pusat
muntah pada dasar ventrikel otak keempat. Pusat ini terletak dekat dengan
pusat vasomotor, pernafasan dan salvasi. Pusat muntah menerima impuls dari
chemoreceptor trigger zone (CTZ), hipotalamus, korteks serebri dan area
vestibular. Peranan dari pusat muntah adalah untuk mengkoordinir semua
komponen kompleks yang terlibat dalam proses muntah. Stimulus psikologis,
neurologis, refleks, endokrin, dan kimiawi dapat menyebabkan muntah
(Walsh, 1997).
2. Mekanisme mual-muntah
Muntah adalah hasil stimulasi dari jalur refleks yang dikontrol oleh otak.
Muntah dipicu oleh impuls afferent ke pusat muntah (yang berada di medula)
dari chemoreceptor trigger zone, faring dan saluran gastrointestinal, dan
korteks serebral. Muntah ditemukan ketika impuls dikirim dari pusat muntah
ke pusat salivasi, otot abdominal, pusat pernafasan, dan saraf cranial (Anonim,
2009a).
20
Gambar 2. Mekanisme mual-muntah (Anonim, 2007)
Terjadinya muntah didahului oleh salvasi dan inspirasi dalam. Sfingter
esofagus akan relaksasi, laring dan palatum mole terangkat, dan glotis
menutup. Selanjutnya diafragma akan berkontraksi dan menurun, dan dinding
perut juga berkontraksi mengakibatkan suatu tekanan pada lambung, sehingga
isinya dimuntahkan. Sensasi mual biasanya disertai dengan motilitas lambung
dan peningkatan kontraksi duodenum. Mual biasanya disusul muntah, namun
keduanya tidak selalu harus terjadi bersama-sama. Mual kronik dapat terjasi
tanpa adanya muntah; pada kasus muntah sentral, muntah terjadi tanpa
didahului oleh mual (Walsh, 1997).
Chemoreceptor trigger zone, pusat muntah, dan saluran gastrointestinal
memiliki banyak reseptor neurotransmiter. Aktivasi dari reseptor ini oleh obat
kemoterapi atau metabolitnya dapat menyebabkan mual-muntah yang
21
diinduksi karena kemoterapi. Neuroreseptor pokok yang terlibat dalam respon
mual-muntah adalah serotonin (5-hydroxytryptamine [5-HT3]) dan dopamin.
Neuroresptor lainnya yaitu acetylcholine, kortikosteroid, histamin, cannaboid,
opiat, dan neurokinin-1 (NK-1) yang lokasinya di pusat muntah dan pusat
vestibular di otak (Anonim, 2009a).
3. Tipe mual-muntah
Menurut NCCN 2009, mual-muntah sebagai efek samping dari
kemoterapi diklasifikasikan menjadi empat tipe yaitu:
a. Akut : mual-muntah terjadi dalam hitungan menit hingga beberapa jam
pertama setelah kemoterapi berlangsung hingga 24 jam. Umumnya puncak
dari tipe akut ini adalah setelah 6-8 jam. Tipe ini dipengaruhi oleh umur
pasien, jenis kelamin, lingkungan dilaksanakannya kemoterapi, sejarah
penggunaan alkohol kronis, potensi mengalami mual-muntah, dosis
penyebab emesis yang diberikan serta keefektifan regimen antiemetik yang
diberikan.
b. Delayed : terjadi lebih dari 24 jam setelah kemoterapi diberikan, tipe ini
berkaitan dengan pemberian obat kemoterapi seperti cisplatin, carboplatin,
cyclophosphamide dan atau doxorubicin. Untuk cysplatin, mual-muntah
dapat terjadi intensitas maksimal pada 48 sampai 72 jam setelah kemoterapi
dan dapat tejadi selama 6-7 hari.
c. Anticipatory : terjadi sebelum pasien menerima kemoterapi selanjutnya, hal
ini akibat rasa trauma dari pasien karena penanganan mual-muntah akibat
kemoterapi sebelumnya yang buruk.
22
d. Breakthrough : mual-muntah masih terjadi di samping terapi pencegahan
yang diberikan sehingga memerlukan terapi profilaksis sebagai terapi
tambahan.
e. Refractory : mual-muntah terjadi setelah salah satu atau beberapa kali
kemoterapi karena pemberian terapi antiemetik dalam terapi sebelumnya
gagal (Anonim, 2009a).
4. Penatalaksanaan mual-muntah
a. Tujuan
Terapi mual-muntah digunakan untuk mencegah atau mengurangi kejadian
mual-muntah selama atau sesudah proses kemoterapi. Selain itu terapi
mual-muntah juga bertujuan mengurangi muntah pada awal kemoterapi
sehingga dapat memberikan rasa nyaman pada pasien dan meningkatkan
keefektifan kemoterapi.
b. Sasaran
Pencegahan terbaik untuk mual-muntah adalah dengan mengendalikan
langsung dipusatnya. Pusat muntah beradapada dasar ventrikel otak, pusat
muntah tersebut akan menerima rangsang dari chemoreceptor trigge zone
(CTZ) yang nantinya akan menyebabkan muntah. Antiemetik merupakan
obat yang diindikasikan untuk mencegah mual-muntah. Antiemetik
mengontrol mual-muntah yang bekerja dengan memblok sinyal pada otak
penyebab mual-muntah.
23
c. Strategi Farmakologi
Strategi farmakologi untuk mengatasi mual-muntah adalah dengan
memberikan obat antiemetik. Terdapat berbagai pilihan antiemetik dengan
dosis dan rute pemberian yang berbeda-beda. Faktor yang mendasari
pemilihan antiemetik meliputi penyebab terjadinya mual-muntah;
frekuensi, durasi, serta keparahan mual-muntah yang terjadi; kemampuan
pasien untuk menerima obat oral, rectal, injeksi, atau transdermal; serta
kualitas kerja dari antiemetik yang diberikan (DiPiro, 2005). Antiemetik
paling baik diberikan sebelum pasien menerima kemoterapi. Pemberian
antiemetik dapat dikombinasikan dua atau lebih obat (Anonim, 2006b).
Penatalaksanaan mual-muntah berdasarkan NCCN 2009 dan NCI 2006
sebagai berikut:
1) Mual-muntah kelas IV (tinggi)
a). Hari 1 : aprepitan 125 mg p.o, hari 2-3 80 mg p.o, dan
b). Hari 1 : dexamethasone 12 mg p.o atau i.v, hari 2-4, 80 mg p.o atau
i.v, dan antagonis 5HT3.
c). Lorazepam ± 0,5 – 2 p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada
hari 1 – 4.
Tabel III. Terapi antagonis 5-HT3 untuk mual-muntah kelas IV (salah satu)
Obat Dosis
Ondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v
Granisetron 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau
0,01 mg/kg (maks. 1 mg i.v)
Dolasetron 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v
Palonosetron 0,25 mg i.v
24
2) Mual-muntah kelas III (sedang)
Tabel IV. Terapi untuk mual-muntah kelas III (sedang)
Hari 1 Hari 2-4
Aprepitan 125 mg p.o (untuk pasien tertentu)
Aprepitan 80 mg p.o untuk hari 2-3, apabila digunakan pada hari 1 ± dexamethasone 8 mg/i.v atau
Dexametasone 12 mg p.o atau i.v
dan
Dexametasone 8 mg p.o/i.v atau 4
mg p.o/i.v bid atau
Antagonis 5-HT3
Palonosetron 0,25 mg i.v
Ondanosetron 16-24 mg p.o tau 8-
12 mg i.v (maks. 32 mg)
Granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mg
p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1
mg) i.v
Dolasetron 100 mg p.o atau 1,8
mg/kg i.v atau 100 mg i.v dan
Antagonis 5-HT3
Ondanosetron 8 mg p.o id atau 16
mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg)
Granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mg
p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1
mg) i.v
Dolasetron 100 mg p.o atau 1,8
mg/kg i.v atau
± Lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v
atau sublingual setiap 4-6 jam
± Lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v
atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v
3) Mual-muntah kelas II (rendah)
Diberikan sebelum kemoterapi dan diberikan sesuai jadwal kemoterapi.
a) Dexamethasone 12 mg p.o atau i.v
b) Proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6 jam.
c) Metochlopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg i.v dengan
atau tanpa diphenhydramine.
d) ± Lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam
25
4) Mual-muntah kelas I (minimal)
Tidak diberikan antiemetik profilaksis, namun apabila terjadi mual/
muntah maka sebagai akan digunakan terapi sama seperti terapi untuk
emesis kelas rendah.
Pencegahan mual-muntah juga perlu dilakukan disamping terapi yang telah
disebut di atas.
1) Pencegahan mual-muntah tipe akut
Terapi antiemetik diberikan sebelum kemoterapi kemudian diulang
dalam waktu 24 jam. Untuk mual-muntah kelas tinggi, sedang, rendah,
dan minimal seperti tertulis diatas.
Antiemetik profilaksis diberikan sebelum kemoterapi sesuai dengan
kelas obat antineoplastik penyebab mual-muntah (tinggi, sedang, rendah,
dan minimal). Antiemetik profilaksis diberikan sebelum kemoterapi.
Rekomendasi untuk antiemetik primer meliputi dosis obat.
Mual-muntah kelas IV (tinggi) akibat kelas obat alteramin, carmustine >
250 mg/m2, cisplatin 50 mg/m2 atau lebih, cyclophosphamide 1500
mg/m2, dacarbazine, mechlorethamine, prokarbazin (oral), streptozocin
atau kombinasi doxorubicin/epirubicin dengan cyclophosphamide.
Antiemetik untuk mual kelas tinggi meliputi dexamethasone dan
antagonis 5-HT3 dengan atau tanpa lorazepam.
Mual-muntah kelas III (sedang) pada hari pertama diberikan
dexamethasone dan antagonis 5-HT3 dengan atau tanpa lorazepam,
aprepitan diberikan untuk pasien yang menerima kombinasi obat
26
antrasiklin dan cyclophosphamide, serta untuk pasien yang menerima
carboplatin, cisplatin, doxorubicin, epirubicin, ifosfamide, irinotecan,
atau methotrexate.
Mual-muntah kelas II (ringan) diberikan regimen non 5-HT3 antagonis
seperti dexamethasone, prochlorperazine, atau metochlopamide dengan
atau tanpa lorazepam. Regimen untuk pasien berpotensi tinggi
mengalami mual-muntah diberikan aprepitan 125 mg hari 1 dan 80 mg
pada hari 2 dan 3 p.o.
2) Pencegahan mual-muntah tipe delayed
Pilihan terapi terbaik untuk mual-muntah tipe delayed adalah dengan
terapi pencegahan. Untuk mual-muntah kelas IV (tinggi), terapi utama
yaitu dengan melanjutkan terapi profilaksis sebelumnya hingga 2-3 hari
setelah kemoterapi. Mual-muntah tipe delayed untuk akibat obat
antineoplastik kelas sedang, pencegahannya tergantung pada antiemetik
yang digunakan sebelum kemoterapi, misalnya ondansetron hanya
digunakan pada hari pertama, diberikan dengan atau tanpa deksametason
atau lorazepam.
3) Pencegahan mual-muntah tipe breakthrough
a). Tidak mual-muntah : terapi dilakukan sesuai dengan regimen
b). Mual-muntah : salah satu saja
27
Tabel V. Terapi antiemetik untuk mual-muntah tipe breakthrough
Obat Dosis dan aturan pakai
Prochlorperazine 25 mg supp setiap 12 jam atau 10 mg p.o/i.v setiap 4-6 jam atau 15
mg spansul p.o setiap 8-12 jam
Metochlopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam atau 1-2 mg/kg i.v setiap 3-4 jam ± diphenhydramine 20-50 mg p.o/i.v
setiap 4-6 jam
Lorazepam 0,5-2 mg p.o setiap 4-6 jam
Ondansetron 16 mg p.o atau 8 mg i.v
Granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v
Dolasetron 100 mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v
setiap 4-6 jam
Haloperidol 1-2 mg p.o setiap 4-6 jam atau 1-3 mg i.v setiap 4-6 jam
Dronabriol 5-10 mg p.o setiap 3-6 jam
Nabilon 1-2 mg p.o bid
Dexametasone 12 mg p.o/i.v (hanya bila perlu)
Olanzapine 2,5-5 mg p.o bid
Prometazin 12,5-25 mg p.o/i.v setiap 4 jam
Apabila mual-muntah bisa teratasi, lanjutkan terapi untuk breakthrough
emesis. Apabila mual-muntah tidak teratasi maka lanjutkan terapi
antiemetik dengan level yang lebih tinggi.
4) Pencegahan mual-muntah tipe anticipatory
Terapi pencegahan bisa menggunakan antiemetik secara optimal setiap
kali sebelum kemoterapi. Terapi behavioral dengan relaksasi, hypnosis,
terapi musik, akupuntur/akupresur. Pemberian antiemetik dengan
alprazolam 0,5-2 mg p.o malam hari sebelum terapi diberikan serta
lorazepam pada malam sebelum dan pada pagi saat kemoterapi
diberikan.
28
d. Strategi non-farmakologis
Terapi non-farmakologis yang diberikan untuk mual-muntah dengan
pengaturan makanan, tindakan serta secara psikologis. Terapi tersebut
antara lain :
1) Minum cairan sepanjang hari seperti air dan jus, penting untuk
mengganti cairan yang hilang untuk menghindari dehidrasi.
2) Makan makanan dalam jumlah kecil sepanjang hari.
3) Hindari santapan berat, berlemak tinggi, dan berminyak tepat sebelum
kemoterapi.
4) Jangan rebah datar selama paling sedikit 2 jam setelah makan, istirahat
dengan duduk atau bersandar dengan kepala diangkat.
5) Jika muntah, berhentilah makan, apabila muntah sudah berhenti,
mulailah lagi makan dengan perlahan- lahan.
6) Hindari kafein (kopi, teh) dan merokok (Sati, 2007).
C. Drug Related Problems (DRPs)
Proses evaluasi dalam penelitian ini difokuskan pada permasalahan dalam
farmasi klinis yang terutama muncul karena pemakaian obat. Drug Related
Problems (DRPs) merupakan masalah-masalah yang timbul akibat
pengobatan/terapi yang dialami oleh pasien. DRPs tersebut meliputi tidak perlu
obat, perlu tambahan obat, obat tidak efektif, dosis obat terlalu rendah, adverse
drug reaction, dosis obat terlalu tinggi, ketidakpatuhan pasien. Menurut Cipolle
(2004), DRPs dapat dikategorikan sebagai berikut:
29
1. Tidak perlu terapi obat, meliputi tidak adanya indikasi yang memerlukan
terapi obat, pemakaian lebih dari satu macam obat dalam kondisi yang
sebenarnya cukup dengan satu macam obat saja, kondisi yang lebih baik
dirawat tanpa terapi obat, serta menggunakan obat untuk mencegah adverse
reaction yang sebenarnya dapat dihindari
2. Butuh tambahan terapi obat, meliputi kondisi baru membutuhkan obat, kondisi
adanya resiko yang memerlukan terapi obat untuk mencegahnya, kondisi yang
membutuhkan terapi obat kombinasi.
3. Obat tidak tepat, meliputi kondisi yang menyebabkan obat menjadi tidak
efektif, mengalami refractory terhadap obat, bentuk sediaan obat tidak tepat
untuk kondisi saat itu, obat yang digunakan bukan yang paling efektif.
4. Dosis terlalu rendah, meliputi dosis obat yang diberikan terlalu rendah untuk
memberikan efek, interval dosis jarang menghasilkan respon yang diinginkan,
durasi pemberian obat terlalu singkat untuk memberikan respon yang
diinginkan.
5. Adverse drug reactions (ADR), meliputi reksi yang tidak diinginkan, adanya
interaksi oat yang kemudian menyebabkan reaksi obat yang tidak diinginkan,
obat yang dipejankan terlalu cepat, ada reaksi alergi terhadap obat.
6. Dosis terlalu tinggi, meliputi dosis terlalu tinggi untuk pasien, frekuensi
pemberian terlalu sering, durasi pemberian obat terlalu lama, adanya interaksi
obat yang menghasilkan reaksi toksik, serta dosis obat terlalu cepat dinaikkan.
7. Ketidakpatuhan pasien, meliputi pasien kurang memahami petunjuk, pasien
memilih untuk tidak mengguakan obat, pasien lupa menggunakan obat,
30
produk obat terlalu mahal untuk pasien, pasien tidak dapat
mengkonsumsi/menelan/menggunakan obat sendiri, produk obat tidak tersedia
untuk pasien (Cipolle, 2004).
D. Keterangan Empiris
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran evaluasi Drug
Related Problems (DRPs) pada penatalaksanaan kasus mual-muntah kemoterapi
kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008.
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai evaluasi penatalaksanaan mual-muntah pada kemoterapi
pasien kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2008
merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan mengikuti rancangan deskriptif
yang bersifat retrospektif. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental
karena tidak ada perlakuan terhadap subjek uji. Rancangan penelitian ini bersifat
deskriptif karena penelitian ini bertujuan melakukan eksplorasi secara deskriptif
terhadap fenomena yang terjadi (Pratiknya, 2001). Di dalam penelitian ini dilakukan
pula evaluasi yaitu untuk melihat apakah timbul gejala mual-muntah selama
kemoterapi dan bagaimana penatalaksanaannya kemudian mengidentifikasikannya ke
dalam Drug Related Problems (DRPs), penelitian ini bersifat retrospektif karena data
yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan melakukan penelusuran terhadap
dokumen terdahulu, yaitu data rekam medik pasien kanker paru-paru tahun 2008.
B. Definisi Operasional
1. Evaluasi adalah melihat, menganalisis penatalaksanaan kasus mual-muntah pada
kemoterapi kanker paru-paru apakah sudah sesuai dengan prosedur standar yang
ada, dan mengidentifikasikan DRPs yang timbul menggunakan standar
Pharmaceutical Care Practice 2004, National Comprehensive Cancer Network
(NCCN) Clinical Practice Guideline in Oncology Antiemesis 2009, serta Standar
Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta edisi 2 tahun 2006.
32
2. Drug Related Problems (DRPs) pada penelitian ini berupa masalah yang timbul
dari penatalaksanaan kasus mual-muntah selama kemoterapi meliputi tidak perlu
terapi obat, butuh tambahan terapi obat, obat tidak tepat, dosis terlalu rendah,
adverse drug reaction, dosis terlalu tinggi.
3. Pasien adalah semua pasien yang terdiagnosis menderita kanker paru-paru dan
menjalani kemoterapi menurut rekam medis.
4. Kasus adalah semua kasus pasien kanker paru yang menjalani kemoterapi dan
mengalami mual-muntah selama kemoterapi.
5. Mual adalah perasaan tidak enak atau sakit pada perut akibat adanya rangsangan
pada pusat muntah yang merupakan salah satu efek samping dari kemoterapi.
6. Muntah adalah salah satu efek samping kemoterapi berupa pengosongan perut
secara paksa melalui mulut akibat adanya rangsangan pada pusat muntah di otak
yang merupakan salah satu efek samping kemoterapi.
7. Golongan obat meliputi kelompok obat-obatan prekemoterapi, kemoterapi, pasca
kemoterapi dan antimual-muntah yang diberikan kepada pasien.
8. Jenis obat adalah nama generik atau kandungan zat aktif kecuali golongan obat
lain- lain yang disebutkan dalam merk dagangnya karena merupakan kombinasi
dari beberapa jenis obat dan vitamin yang diberikan kepada pasien.
9. Profil pasien adalah sekumpulan keterangan yang berkaitan dengan pasien kanker
paru-paru yang meliputi umur, stadium, penyakit penyerta, dan riwayat merokok.
33
10. Profil pengobatan adalah sekumpulan keterangan yang berkaitan dengan
pengobatan pasien kanker paru-paru yang meliputi golongan obat, jenis obat, dan
kelas terapi.
11. Dampak terapi adalah dampak yang timbul akibat penanganan mual-muntah
sebagai akibat kemoterapi.
C. Subyek Penelitian
Subyek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh kasus mual-
muntah pada kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada
tahun 2008. Dari keseluruhan kasus kemoterapi kanker paru-paru yaitu 83 kasus
hanya digunakan 27 kasus yang memenuhi kriteria inklusi. Subyek yang digunakan
untuk evaluasi DRP adalah kasus pasien yang mengalami mual-muntah yaitu
sebanyak 27 kasus tersebut.
Gambar 3. Skema inklusi subyek penelitian
D. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekam medis pasien
kanker paru-paru yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun
2008. Pengumpulan data dilakukan dengan menelusuri dan mengevaluasi lembar
rekam medis tersebut.
208 kasus kanker
paru-paru
83 kasus kemoterapi
kanker paru-paru
27 kasus mual-
muntah akibat
kemoterapi
34
E. Lokasi Penelitian
Penelitian mengenai penatalaksanaan kasus mual-muntah pada kemoterapi
pada kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 ini dilakukan di
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Jalan Kesehatan 01 Sekip Yogyakarta 587333.
F. Waktu Penelitian
Penelitian mengenai penatalaksanaan kasus mual-muntah pada kemoterapi
kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2008 ini dilakukan
pada bulan September – Desember 2009.
F. Tata Cara Penelitian
Penelitian mengenai penatalaksanaan kasus mual-muntah pada kemoterapi
kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 dilakukan dalam tiga
tahap yaitu tahap penelusuran pustaka, tahap pengambilan data dan tahap pengolahan
data.
1. Tahap penelusuran pustaka
Pada tahap penelusuran pustaka ini dilakukan pencarian landasan teori yang
mendukung permasalahan yang akan diteliti, sehingga diperoleh gambaran acuan
yang jelas mengenai permasalahan tersebut.
2. Tahap pengambilan data
a. Penelusuran data
Tahap penelusuran data ini dilakukan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
bagian rekam medis. Proses pengambilan data ini dimulai dengan melakukan
penelusuran data tentang kasus mual-muntah pada pasien kanker paru-paru
35
yang menjalani kemoterapi. Pada tahap ini diperoleh 34 pasien menjalani
kemoterapi dengan total kasus kemoterapi sebanyak 83 kasus. Dari 83 kasus
tersebut didapat 27 kasus pasien mengalami mual-muntah.
b. Pengambilan data
Tahap pengambilan data ini dilakukan untuk semua pasien kanker paru-paru
yang menjalani kemoterapi.
c. Pencatatan data
Tahap pencatatan data dilakukan untuk mempermudah tahap pengolahan data,
yaitu dengan mencatat nomor rekam medis, umur pasien, tanggal masuk, dan
keluar rumah sakit, diagnosis utama, riwayat penyakit, riwayat pengobatan
yang meliputi jenis obat, jumlah obat, dosis dan cara pemakaian obat serta
data laboratorium, serta keadaan pasien selama menjalani kemoterapi hingga
pasien keluar dari rumah sakit.
3. Tahap pengolahan data
Pada tahap ini dilakukan evaluasi dari data yang telah diperoleh secara deskriptif
retrospektif. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan gambar beserta
penjelasannya demikian pula untuk data analisis Drug Related Problems (DRPs).
Analisis untuk data Drug Related Problems ini lebih menitikberatkan pada setiap
kasus yang muncul dari penatalaksanaan mual-muntah yang terjadi pada pasien
kanker paru-paru dalam setiap kali kemoterapi. Data yang diperoleh kemudian
dianalisis dan dibandingkan dengan referensi serta guideline yang sesuai.
36
G. Analisis Hasil
Analisis hasil dalam penelitian dilakukan secara deskriptif dan disajikan
dalam bentuk tabel atau gambar.
1. Umur pasien kanker paru-paru dikelompokkan dalam beberapa interval. Data
yang diambil adalah semua pasien yang menjalani kemoterapi, lalu data tersebut
diambil untuk dibahas lebih lanjut mengenai penatalaksanaan mual-muntah pada
kemoterapi. Pada penelitian ini, umur dikelompokan menjadi 5 interval yaitu 30 -
<40 tahun , 40 - <50 tahun, 50 - <60 tahun, 60 - <70 tahun, 70 - <80 tahun.
2. Stadium kanker paru-paru meliputi I, II, IIIA, IIIB, IV. Presentase stadium kanker
paru-paru dihitung dengan cara menghitung kasus pasien setiap stadiumnya
kemudian dibagi dengan jumlah keseluruhan kasus pada penelitian kemudian
dikalikan 100%.
3. Jenis obat yang digunakan disajikan menurut tiap golongan obat dan dihitung
berdasarkan jumlah jenis obat yang digunakan dibagi jumlah seluruh kasus pada
penelitian kemudian dikalikan 100%.
4. Kelas terapi obat yang digunakan mengikuti kelas terapi obat menurut MIMS
Petunjuk dan Konsultasi 2007/2008 dan 2008/2009. Persentase kelas terapi obat
yang digunakan kemudian dibagi jumlah keseluruhan kasus pada penelitian
kemudian dikalikan 100%.
5. Analisis Drug Related Problems dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat
penatalaksanaan setiap kasus mual-muntah pada kemoterapi kanker paru-paru
kemudian dibandingkan dengan standar atau guideline oleh Pharmaceutical Care
37
Practice 2004, National Comprehensive Cancer Network (NCCN) Clinical
Practice Guideline in Oncology Antiemesis 2009, serta Standar Pelayanan Medis
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta edisi 2 tahun 2006.
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Pasien Kanker Paru-paru
1. Persentase pasien kanker paru-paru berdasarkan kelompok umur
Pemberian dosis obat kemoterapi pada pasien kanker paru-paru
didasarkan pada perhitungan luas permukaan tubuh. Namun pengelompokan
berdasarkan umur juga perlu dilakukan sebagai dasar penentuan terapi
penyakit penyertanya. Umur pasien ini digunakan untuk menentukan cara
pemberian obat yang akan diberikan. Penentuan cara pemberian obat
bertujuan untuk menciptakan kenyamanan pasien dalam menerima obat di
samping menerima program kemoterapi.
Gambar 4. Persentase interval umur pasien kanker paru-paru di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta tahun 2008
Berdasarkan grafik, persentase terbesar pasien kanker paru-paru pada
penelitian ini terletak pada interval 50 - <60 tahun yaitu sebesar 33%. Menurut
berbagai sumber, hampir 70% orang-orang yang terdiagnosis kanker paru-
39
paru adalah berumur di atas 65 tahun. Namun dalam penelitian ini, banyak
orang berumur di bawah 65 tahun yang sudah terdiagnosis kanker paru-paru.
Hal itu dimungkinkan kurangnya kesadaran akan menjaga kesehatan.
1. Persentase pasien kanker paru-paru berdasarkan stadium
Penentuan stadium sangat penting kaitannya dengan penentuan jenis
terapi kanker yang akan dilakukan. Stadium kanker paru-paru ditentukan
melalui pemeriksaan riwayat medis lengkap, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium, rongent dada secara posterior-anterior (PA) dan lateral. Pada
jenis kemoterapi, stadium juga berpengaruh pada jenis obat yang akan
diberikan.
Gambar 5. Persentase stadium pasien kanker paru-paru di RSUP Dr.
SardjitoYogyakarta tahun 2008
Dari gambar dapat dilihat bahwa pada umumnya pasien kanker paru-
paru datang ke RSUP Dr. Sardjito pada stadium yang sudah lanjut. Kanker
paru-paru stadium III memiliki persentase sebesar 26%, stadium II 15%, dan
stadium IV 11%. Tetapi sebanyak 48% kasus kanker paru-paru tidak diketahui
40
tingkat stadiumnya karena tidak adanya keterangan dalam status rekam medis
atau tidak dilakukan pemeriksaan lebih dalam sampai ketingkat stadium.
2. Jumlah penyakit penyerta pada pasien kanker paru-paru
Pada data rekam medik pasien kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta tahun 2008 ditemukan diagnosis lain selain diagnosis umum
berupa kanker paru-paru. Penyakit penyerta ini berpengaruh terhadap
pemberian terapi obat pada pasien sehingga selain obat kemoterapi, pasien
juga memerlukan obat untuk terapi penyakit penyerta. Pada penelitian,
penyakit penyerta yang sering ditemui adalah hipertensi yaitu sebanyak 4
kasus.
Tabel VI. Jumlah dan jenis penyakit penyerta pada kasus kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008
No Jenis penyakit Jumlah
1 Hipertensi 4
2 Diabetes mellitus 3
3 AFRVN 1
4 Stomatitis 1
3. Riwayat merokok pada kasus kanker paru-paru
Merokok dikatakan sebagai salah satu fakor risiko penyakit kanker paru-
paru. Menurut teori, 25% kanker paru-paru dari bukan perokok adalah berasal
dari perokok pasif. Sedangkan 70% kanker paru-paru disebabkan karena
kebiasaan merokok/perokok aktif. Pada penelitian ini terdapat 15% perokok
aktif, 11% perokok pasif, dan 74% tidak tahu. Hasil penelitian ini tidak dapat
digunakan untuk evaluasi lebih dalam disebabkan kurangnya informasi
mengenai riwayat merokok di catatan rekam medis.
41
Gambar 6. Presentase riwayat merokok pada kasus kanker paru-paru
A. Profil Obat-obatan yang Digunakan dalam Kasus Kemoterapi Kanker
Paru-Paru di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Tahun 2008
Dari data rekam medis, obat-obatan yang diberikan pada kasus kanker
paru-paru tidak hanya obat-obat kemoterapi tetapi juga obat-obat lainnya yang
mendukung untuk pengobatan pasien. Obat-obat lain tersebut diberikan pada
pasien untuk mengatasi efek samping, penyakit yang menyertai dan meningkatkan
kualitas hidup pasien. Berdasarkan hasil, terdapat 11 kelas terapi obat yang
digunakan dalam kasus kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta tahun 2008, yaitu obat gastrointestinal dan sistem hepatobilier, obat
kardiovaskular dan hepatopoietik, obat sistem pernafasan, obat sistem saraf pusat,
obat hormon, antiinfeksi, obat kemoterapi, obat sistem endokrin dan metabolik,
vitamin dan mineral, nutrisi, serta obat lain- lain. Persentase kelas terapi obat
dihitung dengan cara menghitung jumlah keseluruhan kelas terapi obat yang
42
digunakan kemudian dibagi jumlah keseluruhan kasus yang diteliti yaitu 27
dikalikan 100%.
Gambar 7. Persentase kelas terapi obat yang digunakan pada kasus kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008
Obat kemoterapi digunakan sebanyak 100%. Hal itu juga terjadi pada
penggunaan obat-obat gastrointestinal dan sistem hepatobilier. Jenis obat dari
golongan obat gastrointestinal dan sistem hepatobilier yang paling banyak
digunakan adalah obat antiemetik. Antiemetik digunakan untuk mencegah dan
atau mengatasi mual-muntah yang timbul akibat efek samping penggunaan obat
kemoterapi.
Golongan dan jenis obat yang diberikan setiap kasusnya dapat bermacam-
macam dan memungkinkan adanya pemberian kombinasi jenis obat dari golongan
yang sama. Golongan dan jenis obat yang digunakan pada pengobatan kasus
43
pasien kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta diuraikan sebagai
berikut:
1. Obat Gastrointestinal dan Sistem Hepatobilier
Tabel VII. Golongan dan jenis obat saluran gastrointestinal dan sistem hepatobilier pada kasus kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta tahun 2008
No Golongan Obat Jenis Obat Frekuensi %
1 Antiemetik Dexamethasone
Diphenhydramine Metochlopramide HCl
Ondansetron HCl Palonosetron Cisapride
20
19 15
12 4 1
74
70,4 55,6
44,4 15 3,7
2 Antasida,obat
antirefluks,& antiulserasi
Ranitidine HCl
Omeprazole Pantoprazole
Lansoprazole
17
5 4
1
63
18,5 15
3,7
3 Antidiare Activated attapulgite 1 3,7
4 Antispasmodik Hyoscine-N-butylbromide
1 3,7
Obat gastrointestinal diberikan untuk pasien kanker paru-paru yang
mengalami keluhan pada saluran cerna. Pada kasus kanker paru-paru di RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008, obat saluran gastrointestinal dan sistem
hepatobilier yang paling banyak digunakan adalah dexamethasone yaitu
sebanyak 74%. Obat ini diberikan sebagai kombinasi obat antiemetik lainnya
untuk mencegah efek samping mual-muntah akibat pengunaan obat
kemoterapi dan juga sebagai terapi kasus mual-muntah yang sudah terjadi.
2. Sistem Kardiovaskular dan Hematopoietik
Obat kardiovaskular merupakan kelompok obat yang mempengaruhi dan
memperbaiki sistem kardiovaskular baik secara langsung maupun tidak. Obat
kardiovaskular diberikan pada pasien yang memiliki riwayat hipertensi. Obat
44
hematopoietik adalah kelompok obat yang dapat mempengaruhi dan
meningkatkan pembentukan pembuluh darah. Obat hematopoietik ini biasanya
diberikan untuk pasien yang mengalami anemia.
Golongan obat kardiovaskular yang paling banyak digunakan adalah
golongan diuretikum yaitu furosemid sebanyak 29,6%.
Tabel VIII. Golongan dan jenis obat kardiovaskular dan sistem hematopoietik pada kasus kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
tahun 2008
No Golongan obat Jenis obat Frekuensi %
1 Diuretikum Furosemid
H.C.T Mannitol
8
1 1
29,6
3,7 3,7
2 Hematopoietik Filgastim Epoetin α
3 1
11,1 3,7
3 Antikoagulan, antiplatelet, & Fibrinolitik
Acetylsalicylic acid 2 7,4
4 Hemostatik Tranexamic acid 1 3,7
3. Sistem Pernafasan
Pengunaan obat ini ditujukan untuk pasien kanker paru-paru yang
mengalami batuk dan sesak nafas. Seringkali pasien kanker paru-paru
mengalami batuk dan atau sesak nafas dikarenakan adanya lendir pada saluran
nafas atau juga karena membesarnya kanker pada paru-paru. Semakin
membesarnya kanker pada paru-paru dapat mengakibatkan terganggunya
fungsi normal dari paru-paru sehingga pasien mengalami batuk dan atau sesak
nafas. Pada penelitian ini obat-obatan yang paling banyak diberikan adalah
golongan obat batuk dan pilek yaitu codein sebanyak 14,8%. Obat ini bekerja
sebagai pereda batuk.
45
Tabel IX. Golongan dan jenis obat saluran nafas pada kasus kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008
No Golongan obat Jenis obat Frekuensi %
1 Obat batuk & pilek Codeine Dextrometrhorpan Ambroxol
4 2 1
14,8 7,4 3,7
2 Preparat antiasma &
PPOK
Salbutamol sulfate 1 3,7
4. Sistem Saraf Pusat
Tabel X. Golongan dan jenis obat saraf pusat pada kasus kemoterapi kanker
paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008
No Golongan obat Jenis obat Frekuensi %
1 Analgesik (non opiat) & antipiretik
Paracetamol
2
7,4
2 Analgesik (Opiat) Tramadol 2 7,4
3 Obat anti inflamasi non steroid (OAINS)
Ketorolac tromethamine Na Diclofenak
2 2
7,4
7,4
4 Antipsikotik Risperidon
Haloperidol
1
1
3,7
3,7
5 Nootropik & neurotopik
Mecobalamin 1 3,7
Pada penelitian ini, obat-obat sistem saraf pusat yang digunakan adalah
golongan analgesik (non opiat) & antipiretik, analgesik (opiat), obat anti
inflamasi non steroid (OAINS), antipsikotik, serta nootropik & neurotopik.
Obat golongan antipsikotik dalam penelitian ini diberikan pada pasien untuk
mengatasi gelisah, cemas, dan ketakutan ketika menjalani kemoterapi.
Sedangkan analgesik sering digunakan untuk terapi nyeri pasca operasi.
5. Hormon kortikosteroid
Golongan ini digunakan sebagai antiinflamasi sistemik, contohnya
metylprednisolone dalam penelitian ini digunakan sebagai antiinflamasi pada
kanker dan peradangan saluran nafas. Sebagai antiinflamasi, kortikosteroid ini
46
digunakan dalam dosis yang beragam untuk individu yang berbeda, supaya
dapat menjamin rasio manfaat/ risiko yang setinggi- tingginya.
Tabel XI. Golongan dan jenis hormon kortikosteroid pada kasus kemoterapi
kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008
Golongan obat Jenis obat Frekuensi %
Hormon kortikosteroid Methylprednisolone 1 3,7
6. Antiinfeksi
Golongan ini digunakan untuk pasien kanker paru-paru yang mengalami
infeksi. Selain itu, antiinfeksi ini juga dapat digunakan sebagai profilaksis
untuk mencegah infeksi pada pasien kanker paru-paru. Kondisi pasien kanker
paru-paru sangat rentan terhadap infeksi karena daya tahan tubuh yang
menurun setelah kemoterapi. Jenis obat yang paling banyak digunakan adalah
ceftriaxone dari golongan sefalosporin sebesar 14,8%. Golongan sefalosporin
merupakan antibiotik betalaktam yang bekerja dengan cara menghambat
sintesis dinding sel mikroba.
Tabel XII. Golongan dan jenis obat anti infeksi pada kasus kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008
No Golongan obat Jenis obat Frekuensi %
1 Sefalosporin Ceftriaxone Ceftazidime
4 1
14,8 3,7
2 Makrolid Azitromycin 1 3,7
3 Kuinolon Ciprofloxacin 1 3,7
4 Antijamur Nystatin 1 3,7
7. Obat Kemoterapi
Golongan obat ini digunakan sebagai agen kemoterapi yang memiliki
sifat merusak sel-sel kanker tetapi juga sel normal. Tujuan pemberian obat ini
digunakan untuk tujuan mengobati, memperpanjang hidup, atau meringankan
47
pasien akibat gejala kanker (terapi paliatif). Obat-obat ini dapat digunakan
dalam bentuk tunggal maupun kombinasi. Pada penatalaksanaan kanker paru-
paru, obat kemoterapi lebih sering diberikan dalam bentuk kombinasi.
Penggunaan obat kemoterapi ini mengakibatkan terjadinya efek samping
antara lain mual, muntah, rambut rontok, anemia, netropenia, dan
trombositopenia. Oleh karena itu pemberian dosis dan monitoring kondisi
pasien sangat penting dilakukan untuk meminimalisasikan efek samping.
Tabel XIII. Golongan dan jenis obat kemoterapi pada kasus kemoterapi
kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008
Golongan obat Jenis obat Frekuensi %
Kemoterapi Sitotoksik
a. Platinum Cisplatin
Carboplatin
18
8
66,7
29,6
b. Antimikrotubul Paclitaxel Docetaxel
13 4
48,1 14,8
c. Alkilator Cyclophosphamide 8 29,6
d. Topoisomerase Doxorubucin
Etoposide Epirubicin
7
2 1
25,9
7,4 3,7
e. Terapi target Erlotinib HCl 1 3,7
Kemoterapi Hormonal Megestrol acetate 3 11,1
8. Sistem endokrin dan metabolik
Golongan obat ini digunakan salah satunya untuk terapi pasien yang
mengalami riwayat diabetes melitus. Dalam penelitian ini ada 1 kasus yang
menggunakan antidiabetik yaitu preparat insulin.
Tabel XIV. Golongan dan jenis obat sistem endokrin dan metabolik pada kasus kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun
2008
Golongan obat Jenis obat Jumlah
Kasus
%
Preparat insulin Insulatard® 1 3,7
48
9. Vitamin dan Mineral
Pada umumnya pasien kanker mengalami gangguan metabolisme
sehingga sangat rentan terhadap malnutrisi. Pada penelitian ini, pemberian
obat golongan ini ditujukan sebagai menambah daya tahan tubuh serta untuk
memperbaiki kondisi pasien.
Tabel XV. Gologan dan jenis vitamin & mineral pada kasus kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008
No Golongan obat Jenis obat Frekuensi %
1 Vitamin B kompleks/dengan
vitamin C
Grahabion®
Vitamin B6 Roborantin
3 3 1
11,1 11,1 11,1
2 Elektrolit dan atau
mineral
KCl 2 7,4
3 Vitamin &/mineral Cernevit® 1 3,7
10. Nutrisi
Tabel XVI. Golongan dan jenis nutrisi pada kasus kemoterapi kanker paru-
paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008
No Golongan obat Jenis obat Frekuensi %
1 Elektrolit KI-aspartate 2 7,4
2 Suplemen & terapi penunjang Coenzyme Q10 1 3,7
3 Produk nutrisi/parenteral Albumin
Aminofusin®
2
1
7,4
3,7
Pasien kanker terlebih dengan stadium yang sudah lanjut sangat berisiko
mengalami malnutrisi yang dapat menyebabkan dampak negatif terhadap
prognosis. Malnutrisi dapat terjadi karena penurunan asupan makan sebagai
efek dari mual-muntah yang dialami pasien sehingga pasien takut untuk
makan. Oleh karena itu, pemberian obat ini bertujuan sebagai terapi tambahan
untuk menjaga asupan nutrisi pada pasien kanker paru-paru.
49
11. Lain-lain
Obat-obat lain diberikan juga untuk menjaga kualitas hidup pasien
selama kemoterapi. Pada penelitian, obat golongan preparat
mulut/tenggorokan diberikan untuk mengatasi beberapa masalah kesehatan
telinga dan mulut/tenggorokan pada pasien kanker paru-paru di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta salah satunya untuk menjaga kebersihan mulut dan
menghindarkan dari infeksi karena kuman-kuman di mulut. Obat kumur mulut
memiliki efek samping iritasi pada mukosa dan reaksi hipersensitivitas.
Larutan intavena berupa infus ini digunakan untuk penanganan keadaan-
keadaan khusus seperti hipoalbumin, anemia, dan tranfusi lainnya. Persentase
terbanyak terdapat pada pemberian tranfusi PRC (Paced Red Cell). Tranfusi
ini diberikan pada pasien yang mengalami anemia.
Pada kasus kanker paru-paru diberikan juga sediaan tambahan antara
lain sediaan herbal dan suplemen-suplemen alami yang tujuannya untuk
meningkatkan daya tahan tubuh dan memperbaiki kondisi pasien.
Tabel XVII. Golongan dan jenis obat lain- lain pada kasus kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008
No Golongan obat Jenis obat Frekuensi %
1 Larutan intravena & larutan steril lainnya
PRC
4
14,8
2 Sediaan tambahan MGN3 Aracbinoxylan complex
Lactobacillus reuterii
1 1
3,7 3,7
3 Preparat mulut/tenggorokan
Povidone- iodine 1
3,7
50
B. Strategi Penatalaksanaan Mual-Muntah pada Kemoterapi Kanker
Paru-Paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Penatalaksanaan mual-muntah sebagai efek samping dari kemoterapi
sangat penting kaitannya dengan efektivitas terapi pada kasus kanker paru serta
peningkatan kualitas hidup pasien. Pada rekam medis tidak ditulis t ipe mual-
muntah yang terjadi pada setiap kasusnya tetapi peneliti menyimpulkan tipe mual-
muntah dengan melihat waktu kejadiaan mual-muntah. Kejadian mual-muntah
dikelompokkan kembali menjadi mual tanpa muntah, muntah, dan mual yang
disertai muntah.
Tabel XVIII. Rangkuman resiko mual-muntah vs kasus mual-muntah pada kasus kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 2008
Risiko Mual-muntah
Kasus Mual Muntah Mual dan muntah
Persentase kejadian mual muntah
Rendah 14 1 7,1
Sedang 53 9 1 5 30,2
Tinggi 16 6 5 68,7
Total 83 15 1 11 32,5
Dari 83 kasus kemoterapi, ada 14 kasus yang memiliki risiko mual-
muntah kelas rendah, 53 kasus memiliki risiko mual-muntah kelas sedang, dan 16
kasus memiliki risiko mual-muntah kelas tinggi. Risiko-risiko ini digolongkan
dengan melihat potensi obat kemoterapi untuk menimbulkan mual-muntah. Pada
penelitian ini ditemukan 15 kasus mual tanpa disertai muntah, 1 kasus muntah,
dan 11 kasus mual disertai muntah. Persentase kejadian mual-muntah sebesar
32,5%. Hal ini berbeda dengan teori yang menyatakan bahwa 70-80% pasien
mengalami mual-muntah. Oleh karena itu, dapat dikatakan tindakan penanganan
mual-muntah sebagai efek samping kemoterapi sudah berjalan cukup baik
51
sehingga dapat mengurangi angka kejadian mual- muntah akibat kemoterapi.
Walaupun begitu, perlu adanya peningkatan kualitas penanganan kasus mual-
muntah akibat penggunaan obat kemoterapi terlebih pada kasus yang tidak
mendapatkan penanganan supaya persentase kejadian mual-muntah dapat terus
diminimalkan.
Mual-muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah kemoterapi. Kejadian
mual-muntah berdasarkan waktu kejadiannya dirangkum dalam tabel berikut ini:
Tabel XIX. Rangkuman kejadian mual-muntah pada kemoterapi kanker paru-
paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008
No kasus
Seri kemoterapi
Waktu mual-muntah Dampak terapi mual-muntah Prekemoterapi postkemoterapi
1a III ˅ membaik
1b IV ˅ membaik
2 II ˅ membaik
3a III ˅ masih mual
3b IV ˅ membaik
4 IV ˅ membaik
5 II ˅ membaik
6 II ˅ membaik
7 II ˅ masih mual
8a I ˅ masih mual
8b III ˅ membaik
9a II ˅ membaik
9b III ˅ ˅ membaik
10 I ˅ masih mual
11 IV ˅ masih mual
12 I ˅ masih mual
13 I ˅ masih mual
14 I ˅ membaik
15 I ˅ membaik
16 I ˅ membaik
17a II ˅ membaik
17b V ˅ ˅ membaik
17c IV ˅ membaik
18 II ˅ masih mual
19 I ˅ masih mual
20a I ˅ masih mual
20b II ˅ masih mual
52
Pada penelitian ini, beberapa pasien mengalami mual-muntah sebelum
dilakukannya kemoterapi dan beberapa setelah dilakukan kemoterapi. Dalam
penelitian juga ditemukan kasul mual-muntah yang terjadi sebelum kemoterapi
dengan tidak berlanjut pada pasca kemoterapi. Hal tersebut dapat terjadi karena
tindakan pencegahan mual-muntah supaya tidak berlanjut saat pasca kemoterapi
mengalami keberhasilan. Dari semua kasus mual-muntah, dampak terapi yang
timbul adalah masih mual-muntah sebesar 41% dan membaik sebesar 59%.
Dalam rekam medis keterangan akan dampak terapi mual-muntah sangat kurang,
sehingga peneliti hanya menyimpulkan dampak terapi mual-muntah dari rekam
asuhan keperawatan yang dicatat oleh perawat. Pasien yang menyatakan mual-
muntah yang dialaminya sudah berkurang digolongkan ke dalam dampak terapi
mual-muntah membaik, sedangkan pasien yang masih mengeluhkan mual-muntah
setelah pemberian antiemetik atau tanpa pemberian antiemetik termasuk dalam
golongan masih mual-muntah.
Dalam penelitian ini ditemui kasus mual-muntah tipe anticipatory yaitu
mual-muntah yang terjadi sebelum pemberian kemoterapi seri tertentu. Hal ini
menunjukkan kurangnya tindakan preventif untuk mencegah kejadian mual-
muntah sebelum kemoterapi atau tindakan preventif yang diberikan belum bisa
menangani mual-muntah tipe ini. Menurut guideline, mual-muntah tipe ini juga
dapat diakibatkan trauma dari pasien karena penanganan mual-muntah yang buruk
pada seri kemoterapi sebelumnya. Selain itu ada pula kasus mual-muntah yang
terjadi pada pasca kemoterapi akibat penanganan mual-muntah prekemoterapi
yang tidak berhasil. Oleh karena itu, penanganan mual-muntah yang tepat pada
53
kemoterapi seri awal sangat penting pula untuk mencegah kejadian mual-muntah
pada kemoterapi selanjutnya.
C. Drug Related Problem (DRPs)
Pada penelitian ini, evaluasi penatalaksanaan kasus mual-muntah pada
pasien kanker paru-paru kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008
dilakukan khusus pada kejadian Drug Related Problems (DRPs). Evaluasi
dilakukan dengan membandingkan terapi obat yang diterima oleh pasien kanker
paru-paru yang menjalani kemoterapi dengan guideline.
DRPs yang ditemui dalam penatalaksanaan mual-muntah pada pasien
kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 yaitu butuh
tambahan terapi obat, obat tidak tepat, dan dosis terlalu tinggi. Penggolongan
problem dalam evaluasi DRPs dilakukan dengan menggolongkan mual-muntah
berdasarkan tipenya. Untuk mual-muntah tipe akut dan delayed, digolongkan
kembali berdasarkan tipe menurut potensi obat kemoterapi yang diberikan dalam
menimbulkan mual-muntah. Hal itu dilakukan untuk memberikan rekomendasi
yang sesuai dengan guideline yang menyatakan bahwa penatalaksanaan mual-
muntah tipe akut dan delayed disesuaikan dengan tipe mual-muntah menurut
potensi obat kemoterapi yang digunakan dalam menimbulkan mual-muntah.
Berikut ini ringkasan DRPs yang dialami pasien kanker paru-paru di
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 yang disajikan dalam tabel.
54
Tabel XX. DRPs butuh tambahan terapi obat pada kasus kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008
No Kasus
Problem Assessment Recommendation
2 Mual-muntah tipe
anticipatory
Pasien diberi vomceran®
(Ondancetron HCl).
Menurut guideline, mual-muntah anticipatory dapat
diterapi dengan memberikan Alprazolam 0,5-2 mg p.o malam
hari atau lorazepam 0,5-2 mg pada malam hari sebelum dan pagi saat kemoterapi diberikan.
Terapi ini perlu diberikan untuk mencegah terjadinya mual-
muntah yang lebih hebat pada pasca kemoterapi.
14 dan
3b
Mual-muntah
tipe delayed (kategori
emetic moderat risk)
Pasien tidak
mendapatkan obat untuk mengatasi/
mencegah mual-muntah tipe delayed yang
dialaminya.
Menurut guideline, pasien yang
mengalami mual-muntah tipe delayed karena penggunaan obat
kemoterapi dengan emetic moderat risk dapat diterapi dengan: hari 1 Aprepitan 125
mg p.o, Dexametasone 12 mg p.o atau i.v dan Antagonis 5-
HT3 (Palonosetron 0,25 mg i.v atau Ondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg) ;
atau Granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg
(maks. 1 mg) i.v Dolasetron 100 mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v dan dexamethasone
8mg atau 5-HT3 antagonis reseptor di hari ke 2-4 atau
aprepitant 80mg di hari 2-3dengan atau tanpa dexamethasone 8mg di hari 2-4,
dengan atau tanpa lorazepam pada hari.
3a, 12, 13, dan
18
Mual-muntah tipe delayed
(kategori
emetic high risk)
Pasien mendapat metochlopramide. Metochlopramide
bukan pilihan obat yang tepat untuk
Menurut guideline, mual-muntah tipe delayed akibat penggunaan obat kemoterapi
emetic high risk dapat diterapi dengan Aprepitan 125 mg p.o
55
pasien ini. hari 1, Dexamethasone 12 mg
p.o/i.v hari 1, Antagonis 5 HT3 dan dexamethasone 8mg di hari
ke 2-4 ditambah aprepitant 80mg di hari 2 dan 3, dengan atau lorazepam hari ke 1-4.
11, 19, dan 20b
Mual-muntah tipe akut
(kategoti emetic
moderat risk)
Pasien tidak diberi antimual-muntah
dan saat pulang juga tidak diresepkan obat
antiemetik.
Menurut guideline, pasien yang mengalami mual tipe ini perlu
diberi hari 1 Aprepitan 125 mg p.o, Dexametasone 12 mg p.o atau i.v dan Antagonis 5-HT3
(Palonosetron 0,25 mg i.v atau Ondansetron 16-24 mg p.o atau
8-12 mg i.v (maks. 32 mg) ; atau Granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg
(maks. 1 mg) i.v Dolasetron 100 mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau
100 mg i.v dan dexamethasone 8mg atau 5-HT3 antagonis reseptor di hari ke 2-4 atau
aprepitant 80mg di hari 2-3dengan atau tanpa
dexamethasone 8mg di hari 2-4, dengan atau tanpa lorazepam pada hari.
1a, 4, dan 8a
Mual-muntah tipe akut
(kategori emetic
moderat risk)
Pasien sudah diberi Ondansetron 8mg.
Menurut guideline, pasien yang mengalami mual tipe ini perlu
diberi hari 1 Aprepitan 125 mg p.o, Dexametasone 12 mg p.o atau i.v dan Antagonis 5-HT3
(Palonosetron 0,25 mg i.v atau Ondansetron 16-24 mg p.o atau
8-12 mg i.v (maks. 32 mg) ; atau Granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg
(maks. 1 mg) i.v Dolasetron 100 mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau
100 mg i.v dan dexamethasone 8mg atau 5-HT3 antagonis reseptor di hari ke 2-4 atau
aprepitant 80mg di hari 2-3dengan atau tanpa
dexamethasone 8mg di hari 2-4,
56
dengan atau tanpa lorazepam
pada hari. Pasien perlu tambahan obat
berupa aprepitan, dexamethasone dengan atau tanpa tambahan lorazepam.
Resepkan sesuai dosis dan aturan pemakaian.
15 Mual-muntah tipe akut (kategori
emetic high risk)
Pasien sudah diberi Ondansetron 8mg.
Menurut guideline, mual tipe ini perlu diberi Aprepitan 125 mg p.o hari 1, Dexamethasone 12
mg p.o/i.v hari 1, Antagonis 5 HT3 dan dexamethasone 8mg di
hari ke 2-4 ditambah aprepitant 80mg di hari 2 dan 3, dengan atau lorazepam hari ke 1-4.
Pasien sudah mendapat ondansetron 8mg, sehingga
perlu diberi tambahan terapi berupa aprepitan, dexamethasone, dengan atau
tanpa lorazepam. Berikan dexamethasone dan aprepitan
sesuai dosis dan aturan pemakaian.
5, 17a,
17b, 17c, dan
20a
Mual-muntah
tipe akut (kategori
emetic moderat risk)
Pasien
mendapatkan metochlopramide
HCl. Metoclopramide HCl bukan pilihan
obat yang tepat untuk mengatasi
mual-muntah tipe ini.
Menurut guideline, pasien yang
mengalami mual tipe ini perlu diberi hari 1 Aprepitan 125 mg
p.o, Dexametasone 12 mg p.o atau i.v dan Antagonis 5-HT3 (Palonosetron 0,25 mg i.v atau
Ondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg) ;
atau Granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v
Dolasetron 100 mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v dan
dexamethasone 8mg atau 5-HT3 antagonis reseptor di hari ke 2-4 atau aprepitant 80mg di hari
2-3dengan atau tanpa dexamethasone 8mg di hari 2-4,
dengan atau tanpa lorazepam
57
pada hari.
16 Mual-muntah
tipe akut (kategori
emetic high risk)
Pasien sudah diberi
dexamethasone 2 ampul (40ml).
Menurut guideline, mual-
muntah tipe ini dapat diterapi dengan Aprepitan 125 mg p.o
hari 1, Dexamethasone 12 mg p.o/i.v hari 1, Antagonis 5 HT3 dan dexamethasone 8mg di hari
ke 2-4 ditambah aprepitant 80mg di hari 2 dan 3, dengan
atau lorazepam hari ke 1-4. Pasien sudah mendapatkan dexamethasone. Sehingga
Memberikan tambahan terapi berupa Aprepitan dan Antagonis
5HT3. Berikan sesuai dosis dan aturan pakai sesuai ketentuan.
1b, 6, 7,
9a dan 9b
Mual-muntah
tipe anticipatory
Pasien
mendapatkan dexamethasone dan
ondansetron sebelum kemoterapi.
Menurut guideline, mual-
muntah anticipatory dapat dicegah dengan memberikan
Alprazolam 0,5-2 mg p.o malam hari atau Lorazepam 0,5-2 mg pada malam hari sebelum dan
pagi saat kemoterapi diberikan. Apabila sudah terjadi maka
metode nonfarmakologi seperti hipnosis, relaksasi dengan terapi musik dapat dicoba.
Pasien ini perlu diberikan obat antiemetik untuk mencegah
mual-muntah yang lebih hebat pada saat pasca kemoterapi.
8b dan
10
Mual-muntah
tipe delayed (kategori
emetic low risk)
Pasien tidak diberi
obat antiemetik atau diresepkan
antiemetik saat pulang untuk mencegah kejadian
mual-muntah yang tidak termonitor
oleh tenaga medis.
Menurut guideline, pasien yang
mual-muntah tipe ini perlu diberi obat metochlopramide
dengan atau tanpa diphenhydramine, dexamethasone 12 mg, atau
prochlorperazine dengan atau tanpa lorazepam.
58
Tabel XXI. DRPs Obat tidak tepat pada kasus kemoterapi kanker paru-
paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008
No Kasus Problem Assessment Recommendation
2 Mual-muntah tipe
anticipatory
Pasien diberi vomceran®
(Ondancetron HCl). Ondansetron
dan dexamethasone bukan pilihan obat
yang tepat untuk mencegah mual-
muntah anticipatory.
Menurut guideline, mual-muntah anticipatory dapat
diterapi dengan memberikan alprazolam 0,5-2 mg p.o
malam hari atau lorazepam 0,5-2 mg pada malam hari sebelum dan pagi saat
kemoterapi diberikan. Apabila sudah terjadi maka
metode nonfarmakologi seperti hipnosis, relaksasi dengan terapi musik dapat
dicoba.
1a, 4, 5, 16,
17a, 17b, 17c, 20a.
Mual-muntah
tipe akut (kategori emetic moderat risk)
Pasien diberi
Sotatic®(metochlopramide). Menurut guideline,
metochlopramide bukan pilihan obat
yang tepat untuk mengatasi mual-muntah tipe akut.
Mual tipe ini perlu diberi 5-
HT3 antagonis reseptor (ondansetron, granisetron, dolasetron, atau
palonosetron), dexamethasone 12mg dan
aprepitan 125mg, dengan atau tanpa lorazepam sebelum kemoterapi.
8a Mual-muntah tipe akut
(emetic moderat risk)
Pasien diberi omeprazole dan
ondansetron 1 ampul (8mg/4ml). Menurut guideline,
omeprazole bukan pilihan obat yang
tepat untuk mengatasi mual-muntah tipe akut
ini.
Pasien sudah mendapatkan ondansetron sehingga
memerlukan tambahan berupa dexamethasone 12mg dan aprepitan 125mg
dengan atau tanpa lorazepam.
15 Pasien
mengalami mual tipe akut
(emetic high risk).
Pasien
mendapatkan injeksi Sotatic®
(metochlopramide HCl). Menurut
Mual tipe ini perlu diberi
Aprepitan 125 mg p.o hari 1, Dexamethasone 12 mg
p.o/i.v hari 1, Antagonis 5 HT3 dan dexamethasone
59
guideline,
metochlopramide bukan pilihan obat
yang tepat untuk diberikan pada kasus mual-
muntah tipe ini.
8mg di hari ke 2-4 ditambah
aprepitant 80mg di hari 2 dan 3, dengan atau
lorazepam hari ke 1-4. Pasien sudah mendapat ondansetron 8mg, sehingga
perlu diberi tambahan terapi berupa aprepitan,
dexamethasone, dengan atau tanpa lorazepam.
12, 13, 3a,
18
Pasien
mengalami mual tipe
delayed (emetic high risk)
Pasien
mendapatkan obat yaitu
metoclopramid. Metochlopramide bukan pilihan obat
yang tepat untuk mengatasi mual-
muntah pada kasus ini.
Menurut guideline, mual-
muntah tipe delayed akibat penggunaan obat
kemoterapi emetic high risk dapat diterapi dengan Aprepitan 125 mg p.o hari
1, Dexamethasone 12 mg p.o/i.v hari 1, Antagonis 5
HT3 dan dexamethasone 8mg di hari ke 2-4 ditambah aprepitant 80mg di hari 2
dan 3, dengan atau lorazepam hari ke 1-4.
6, 1b, 7, 9a, dan 9b
Pasien mengalami mual tipe
anticipatory
Pasien mendapatkan dexamethasone
dan ondansetron sebelum
kemoterapi. Dexamethasone dan ondansetron
bukan pilihan obat yang tepat untuk
mencegah mual-muntah anticipatory.
Menurut guideline, pasien dengan mual-muntah anticipatory perlu diberi
Alprazolam 0,5-2 mg p.o malam hari atau
Lorazepam 0,5-2 mg pada malam hari sebelum dan pagi saat kemoterapi
diberikan. Apabila sudah terjadi maka metode
nonfarmakologi seperti hipnosis, relaksasi dengan terapi musik dapat dicoba.
60
Tabel XXII. DRPs dosis terlalu tinggi pada kasus kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008
No Kasus Problem Assessment Recommendation
16 Mual-muntah tipe akut emetic
high risk)
Pasien diberi 2 ampul dexamethasone (=
40 mg) setiap 12 jam.
Menurut guideline, dosis dexamethasone 12mg. Perlunya dilakukan
penyesuaian dosis sesuai ketentuan.
D. Dampak Terapi Kasus Mual-Muntah pada Kemoterapi Kanker
Paru-paru
Pada penelitian ini dampak terapi dilihat dari dampak terapi mual-
muntah pada setiap kali kemoterapi. Hasilnya didapat hasil persentase dampak
terapi mual-muntah pada kemoterapi yaitu 41% masih mual dan 59% membaik.
Salah satu penyebab belum membaiknya keluhan mual-muntah adalah pasien
tidak diberi antiemetik sebagai tindakan pencegahan maupun pengobatan di
rumah sakit atau saat keluar dari rumah sakit.
Gambar 8. Persentase dampak terapi kasus mual-muntah pada kemoterapi kanker paru-paru
61
Menurut standar, terapi perlu dilakukan peresepan antiemetik sebagai
upaya pencegahan mual-muntah pada kemoterapi dan perlu dilakukannya
monitoring kejadian mual-muntah yang tidak termonitor oleh tenaga medis. Pada
penelitian banyak ditemukan pasien pulang setelah kemoterapi selesai, sehingga
mual-muntah dapat terjadi diluar monitor tenaga medis.
Selain dampak terapi mual-muntah pada setiap kali kasus kemoterapi
pada pasien kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008,
evaluasi terhadap dampak terapi mual-muntah pada pasien yang pernah
mengalami mual-muntah di program kemoterapinya juga dilakukan dalam
penelitian ini. Dampak terapi mual-muntah tersebut dilihat dari keberhasilan atau
ketidakberhasilan terapi dalam menangani mual-muntah di seri kemoterapi
selanjutnya. Ringkasan dampak terapi itu disajikan dalam bentuk tabel berikut:
Tabel XXIII. Riwayat mual-muntah pada pasien kanker paru-paru di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta tahun 2008.
No No kasus Seri kemoterapi Mual-muntah
1 1.a III ˅
1.b IV ˅
2
IV
V
2 VI ˅
3
I
3.a II ˅
3.b IV ˅
4 4 II ˅
III
5 5 II ˅
6 I
62
II
6 IV ˅
7 I
7 II ˅
8 8.a I ˅
II
8.b III ˅
IV
V
VI
9 I
9.a II ˅
9.b IV ˅
10 I
10 II ˅
III
11 I
II
11 IV ˅
V
VI
12 12 I ˅
13 13 I ˅
II
IV
V
14 14 I ˅
15 15 I ˅
16 16 I ˅
63
Keterangan :
: pasien yang mengalami mual-muntah secara konstan : pasien yang mengalami mual-muntah yang semakin hebat di
seri kemoterapi selanjutnya
: pasien yang mengalami mual-muntah pada kemoterapi pertama dan tidak dapat diamati perkembangan dampak
terapinya : pasien yang mengalami penurunan mual-muntah di seri kemoterapi selanjutnya (terjadi keberhasilan terapi mual-
muntah)
Tabel di atas menceritakan bahwa pada penelitian terdapat 3 pasien
mengalami mual-muntah yang konstan, hal itu dapat diartikan penanganan mual-
muntah yang diterima belum dapat mencegah timbulnya mual-muntah pada seri
kemoterapi selanjutnya. Sebanyak 7 pasien mengalami mual-muntah yang makin
hebat di seri kemoterapi selanjutnya. Ada kemungkinan bahwa pasien mengalami
trauma pada penanganan mual-muntah yang gagal di seri awal kemoterapi,
sehingga dapat mengakibatkan mual-muntah yang lebih hebat di kemoterapi-
kemoterapi selanjutnya. Selain trauma, akumulasi dari paparan obat kemoterapi
dapat menyebabkan efek samping yang lebih hebat. Sedangkan sebanyak 5 pasien
mengalami mual-muntah pada kemoterapi I. Pada pasien ini tidak dapat dilakukan
pengamatan dampak terapi karena pasien baru menjalani kemoterapi sebanyak
17
17.a II ˅
IV
17.b V ˅
17.c VI ˅
18 I
18 II ˅
19 19 I ˅
20 20.a II ˅
20.b III ˅
64
satu kali. Sisanya, sebanyak 5 pasien mengalami penurunan kejadian mual-
muntah pada kemoterapi-kemoterapi selanjutnya. Hal ini dapat diartikan bahwa
penanganan mual-muntah yang diberikan mengalami keberhasilan. Keberhasilan
terapi mual-muntah pada kasus kemoterapi dapat meningkatkan kenyamanan
pasien sehingga mampu meningkatkan respon terapi kanker.
E. Rangkuman Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penatalaksanaan mual-
muntah pada kemoterapi pasien kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta tahun 2008. Jenis penelitian ini yaitu non-eksperimental dengan
mengikuti rancangan deskriptif yang bersifat retrospektif. Pengambilan data
dilakukan dengan mencatat rekam medis pasien kemudian menganalisisnya
dengan melihat pada Drug Related Problems (DRPs) yang dialami pasien selama
menjalani kemoterapi. Pasien yang paling banyak pada interval umur 50 - <60
tahun yaitu sebesar 33%. Kanker paru-paru yang ditemukan dalam penelitian ini
umumnya stadium III sebesar 26%. Sejumlah 48% dari total kasus penelitian
tidak diketahui tingkat stadiumnya dikarenakan tidak adanya keterangan dalam
rekam medis. Penyakit penyerta yang paling banyak ditemui adalah hipertensi
sebanyak 4 kasus. Sedangkan riwayat merokok yang diketahui adalah perokok
pasif sebanyak 11% dan perokok aktif 15%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selain obat-obat kemoterapi
digunakan juga obat yang lain sebagai pendukung dalam program kemoterapi di
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Obat-obat itu adalah obat gastrointestinal dan
sistem hepatobilier 100% ; obat sistem kardivaskular dan hematopoietik 55,5%;
65
obat saraf pusat 33,3%; obat antiinfeksi 29,6%; vitamin dan mineral 29,6%; obat
pernafasan 14,8%; nutrisi 14,8%; hormon kortikosteroid 3,7%; obat sistem
endokrin dan metabolik 3,7%; serta obat lain- lain 29,6%.
Dari 27 kasus mual-muntah sebanyak 15 kasus mual tanpa disertai
muntah, 1 kasus muntah, dan 11 kasus mual disertai muntah. Terdapat 48 episode
DRPs yaitu butuh tambahan terapi obat sebanyak 27 kasus, obat tidak tepat 20
kasus, dan dosis terlalu tinggi 1 kasus. Persentase dampak terapi mual-muntah
pada kemoterapi yaitu 41% masih mual-muntah dan 59% membaik.
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kasus pasien kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008
yang mengalami mual-muntah terbanyak terdapat pada umur 50 - <60 tahun
(33%), stadium III sebanyak 26%, jenis penyakit penyerta terbanyak adalah
hipertensi yaitu 4 kasus, dan riwayat merokok sebanyak 15% perokok aktif
dan 11% perokok pasif.
2. Pada penelitian ini ditemukan 11 kelas terapi obat diantaranya yaitu 100%
untuk obat kemoterapi. Persentase yang sama juga ditemui pada penggunaan
obat sistem gastrointestinal dan hepatobilier. Urutan presentase kedua
sebanyak 55,5% terdapat pada penggunaan obat kardivaskular dan
hematopoietik.
3. Penatalaksanaan mual-muntah disesuaikan dengan guideline National
Comprehensive Cancer Network (NCCN) Clinical Practice Guideline in Oncology
Antiemesis 2009 yang didasarkan oleh jenis obat kemoterapi yang diberikan
terhadap resiko terjadinya mual-muntah dan waktu terjadinya mual-muntah
(akut, delayed, atau breaktrough).
4. Dari 27 kasus mual-muntah tersebut terdapat 48 episode DRPs yaitu butuh
tambahan terapi obat sebanyak 27 kasus, obat tidak tepat 20 kasus, dan dosis
terlalu tinggi 1 kasus. Presentase dampak terapi mual-muntah pasca
kemoterapi sebesar 41% masih mual dan 59% membaik.
67
A. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian mengenai penatalaksanaan efek samping mual-
muntah pada kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
pada periode selanjutnya dan bila mungkin dilakukannya penelitian hal yang
sama di RS lainnya secara prospektif.
2. Perlu dilakukannya penelitian mengenai penatalaksanaan efek samping mual-
muntah pada kemoterapi kanker jenis lainnya.
3. Perlu dilakukannya penatalaksanaan mual-muntah akibat kemoterapi sesuai
ketentuan yang ada.
68
DAFTAR PUSTAKA
Adams V and Balko J., 2008, Lung Cancer in Chisholm B., Wells B.G., Schwinghammer,T.L., Malone P.M., Kolesar K.M., Rotschafer J.C., and DiPiro J.T., Pharmacotherapy Principles & Practice, The McGraw_Hill
Companies, Inc., USA, 1323-1339
Amin, 2006, Kanker Paru dalam Buku Ajar Penyakit Dalam,jilid I edisi IV, Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI, Jakarta
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 2004, Kanker Paru,
http://kankerparu.org/main/index.php?option=com&task=view&id=17&
Itemid=31, diakses tanggal 18 Mei 2009
Anonim, 2006a, Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting, http://www.cancernausea.com, diakses tanggal 1 Mei 2009
Anonim, 2006b, Managing Side Effect Treatment and Prevention, http://www.patient.cancerconsultants.com/supportive_treatment.aspx?id
=92.diakses tanggal 28 November 2009 Anonim, 2007, Antiemesis, http://www.nccn.org/profesionals/physician-
gls/PDF/antiemesis.pdf, diakses pada 30 April 2009
Anonim, 2007b, Mecanism of Nausea and Vomiting, http://www.nauseaandvomiting.co.uk, diakses tanggal 6 Desember 2009
Anonim, 2008, MIMS Petunjuk dan Konsultasi, PT. InfoMaster lisensi dari CMPMedica, Jakarta
Anonim, 2009a, Antiemesis, http://www.nccn.org/profesionals/physician-
gls/PDF/antiemesis.pdf, diakses pada 30 April 2009
Anonim, 2009b, MIMS Petunjuk dan Konsultasi, PT. InfoMaster lisensi dari
CMPMedica, Jakarta Anonim, 2009, Kanker Paru (Lung Cancer),
http://www.totalkesehatananda.com/lungcancer6.html, diakses tanggal 2 April 2009
Cipolle, R., 2004, Pharmaceutical Care Practice, McGraw_Hill Companies, Inc.,
USA, 171-199
69
DiPiro, C.V and Taylor, A.T., 2005, Nausea and Vomiting in DiPiro,J.T., Talbert,
R.L., Yee, G,C., Matzke, G.R., and Posey, L.M., Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 6 th ed The McGraw_Hill Companies, Inc., USA, 665-675
DiPiro, Cecily V. , 2009, Lung Cancer in Wells,B.G., DiPiro, J.T.,
Schwinghammer,T.L., DiPiro, C.V., Pharmacotherapy Handbook , 7th International edition, (Eds), The McGraw_Hill Companies, Inc., USA, 699-703
Finley, Rebecca S and McCun e, J.S.,2005, Lung Cancer in DiPiro, J.T., Talbert,
R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., and Posey, L.M., Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 6th ed The McGraw_Hill Companies, Inc., USA, 2365-2380
Joshi, M., 2008, Minimally Invasive Approach May Accurately Detect Lung
Cancer Stage, www.TopNews.in, diakses tanggal 3 Desember 2009 Minna, 2001, Neoplasms of The Lung in Principles of Internal Medicine vol. 1,
edisi 15th, The McGraw_Hill Companies, Inc., USA, 562-571
Nafrialdi, S.G., 1995, Antikanker dan Immunosupresan dalam Sulistia, G.G., Setiabudy, R., Suyatna, F.D., Purwantyastuti, Nafrialdi, (Eds), Farmakologi dan Terapi, edisi IV (dgn perbaikan), Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 686-701
Prayogo, N., 2003, Prinsip Pengobatan dan Penatalaksanaan Obat Kemoterapi, dalam Pelatihan Perawatan Pasien Kanker dengan Kemotearpi di RSUP Kanker Dharmais, Jakarta
Rasyid, R.,dkk., 2001, The Characteristic and Two-Year Survival Rate of Lung
Cancer Patients at Dharmais Cancer Hospital in Period January 1998 – November 2001, Jakarta
Sati, M.E.M., 2007, Evaluasi Penatalaksanaan Mual-Muntah Pasca Kemoterapi pada Pasien Kanker Payudara di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada
tahun 2005, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Valentino, S., 2010, Lung Cancer Survival Rate, http://ezinearticles.com/?Lung-
Cancer-Survival-Rate&id=204790, diakses tanggal 19 Januari 2010
70
LAMPIRAN
71
Lampiran 1. Data 10 besar diagnosa di instalasi rawat inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008
72
Lampiran 2. Data pasien kasus mual-muntah pada kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008
no RM u m
u r
Riwayat penyakit Diagnosis utama LP tindakan Keluhan Obat Tanggal pemberian
Hasil lab dan non lab Dampak terapi
kanker
1.a 01.34.72.51 02/07/08-
03/07/08
53 Os adalah penderita Ca epidermoid
Ca epidermoid 1 Kemoterapi III dengan Ebetaxel dan Cisplatin
Mual (+) Muntah (-) Demam (-)
Lemas (-)
Kemoterapi: Ebetaxel 240 mg Cisplatin 100 mg
3 jam setelah itu Inj. Dexamethasone 2A Diphenhidramin 2A
Vomceran 8 mg Pantozol 1A
Pasien mengeluh mual-mual lalu diberi frazon 8 mg 1 tablet
Obat dibawa pulang: Dexa 2 x 2 tablet Frazon 2 x 1 Pantozol 2 x 1
Q-ten 1 x 1
02/07 02/07
02/07 02/07
02/07 02/07
02/07
02/07 WBC: 6,9.10
3/uL
RBC : 4,46.106/uL HGB : 11,5 g/dL HCT : 36,3% MCV : -81,4 fL
MCH : -25,8 pg MCHC : 31,7 g/dL PLT : + 470.10
3/uL
Lym : 33,2 % Mxd : 11,1 % Neut : 55,7 % LYM # : 2,3. 10
3µL
MXD#: 0,8. 103µL
NEUT # : 3,8. 103µL
RDW : 45,1 fL PPW : 8,1 fL
MPV : 7,0 fL P-LCR : 6,9 %
membaik
b. 01.34.72.51 25/07/08- 27-
/7/08
53 Os adalah penderita Ca epidermoid
Ca epidermoid 2 Kemoterapi IV dengan Ebetaxel dan Cysplatin
Mual (+) Muntah (-) Demam (-)
Lemas (-)
Premed: Frazon 8 mg 1A Pantozol 40 mg 1vial
Diphenhidramin 2A Dexametason 2A Sitostatika:
Ebetaxel 240 mg Cysplatin 100 mg
Post kemo: Compraz Frazon 8mg
Obat dibawa pulang: (-)
26/07 26/07
26/07 26/07
26/07 26/07
26/07 26/07
25/07 TD: 120/60
N: 84x/mnt AST ; 17 u/L ALT : 19 u/L
Urea nitrogen: 16 mg/dL Creatinin : 1,2 mg/dL
WBC: 7,6.03/uL
RBC : 4,29.106/uL
HGB : 11,0 g/dL HCT : 38,4%
MCV : -81,9 fL MCH : -25,9 pg MCHC : 31,6 g/dL PLT : + 454.10
3/uL
Lym : 32,6% Mxd : 9,6 % Neut : 57,8 % LYM # : 2,5. 10
3µL
Membaik
73
MXD#: 0,7. 103µL NEUT # : 4,4. 103µL
2 00.34.95.94 Masuk tanggal :
4-7-2008 Keluar : 26-7-2008
59 Pasien post kemo 6 seri, keluhan saat ini bicara tidak nyambung,sesak.
NSCLC Stadium IV
22 Kemoterapi dengan docetere 120
mg,carboplatin 450 mg
Pada tanggal 5/7 pasien mengalami
mual dan muntah,diterapi dengan vomceran 8
mg.
Premed : - Vomceran® 8 mg i.v
- Dexamethasone 10mg i.v
- Ranitidin 50mg i.v
- Diphenhidramin 2A i.v SS :
- Docetere 120 mg dalam 300 cc NaCl habis 3 jam
- Carboplatin 450 mg
dalam 300 cc NaCl habis 3 jam
Obat oral : -New diatab® -Aspar K®
-Tarceva® -Rillus® -Kodein -Risperidon
-Haloperidol -Omeprazol Obat suntikan :
-Cefotaxim -Cernefit® -Vomceran® -Pantozol®
-Buscopan® -Metil prednisolon -Manitol
-Radin® -Medixon®
09/07 09/07
09/07 09/07
09/07
09/07
12/7-18/7
12/7-26/7 15/7-26/7 15/7-26/7 15/7-21/7
22/7-26/7 24/7-26/7 25/7-26/7
4/7-18/7 4/7-25/7
5/7-15/7 10/7-14/7 15/7-20/7 15/7-19/7
16/7-22/7 16/7-25/7 22/7
04/07 WBC: 10,2.10
3/uL
RBC : 4,57.106/uL
HGB : 13 g/dL HCT : 38,7 % MCV : 84,7 fL
MCH : 28,5 pg MCHC : 33,7 g/dL PLT : 236.10
3/uL
Ne % : 76,8 % LYM % : 14,8 % Mo% : 7,2 % Eo : 0,3 %
Ba : 0,9 % Ne # : 7,9. 10
3µL
LYM # : 1,5. 103µL
Mo# : 0,7. 103µL
Eo #: 0,0. 103µL
Ba #: 0,1.103µL
Membaik
3.a 00.06.51.37
Masuk tanggal : 19-8-2008 Keluar :
26-8-2008
77 Pasien adalah penderita SCLC sejak 3 bulan yang
lalu dan sudah mendapat SS I tanggal 28-7-2008 dan sekarang akan menjalani kemoterapi ke
II. OS ada riwafat hipertensi. Mengalami problem
Small Cell Lung Carcinoma
7 Kemoterapi dengan cysplatin
dan etoposide.
Mual (+) Muntah (+)
Demam (-) Sesak nafas (-)
Premed: - dexamethason 2A
- vomceran 1A - furosemid 1A - radin 2A
- cysplatin 425 mg - etoposide 170 mg - betadine kumur
23/8
23/8 23/8 23/8
23/8 24/8 21/8
19/08 ALB : 3,3 g/dL
AST : 18 u/L ALT : 14 u/L BUN : 12 mg/dL Creatinin : 1,27 mg/dL
Uric : 5,9 mg/dL Hb : 12,6 g/dL Al : 4,2
Membaik
74
stomatitis - candistatin 3x2 gtt
At : 331 Hmt : 36,3 ANC : 2400
TD : 130/80 N : 88 R : 20
S : 36,8
b 00.06.51.37 Masuk tanggal :
20-10-2008 Keluar : 28-10-2008
77 Pasien adalah penderita SCLC tegak. Sudah menjalani kemoterapi 3x,
pada kemoterapi ke 3 pasien mengalami netropenia sehingga kemoterapi ke 4 tertunda.
OS mempunyai riwayat hipertensi.
Pro SS ke 4 pada Small Cell Lung Carcinoma
8 Kemoterapi ke 4 dengan cysplatin dan etoposid
Mual (+) Muntah (+) Nafsu makan
menurun
Premed: -dexamethasone 2A -ondansetron 2A
- rantin 1A - delladryl 2cc i.m - cysplatin 50,55 mg dalam
1 kolf NaCl - etoposide 168,5 mg dalam 100cc NaCl
-lasix 1A - narfoz 1 tab p.o
22/10 22/10
22/10 22/10 22/10
22/10
22/10 22/10
TD : 130/80 N : 76 R : 18
S : afeb 25/10 WBC: 7,49. 10
3/uL
Ne : 86,1 % Lym : 10,0 % Mo : 3,3 % Eo : 0,3 %
Ba : 0,3 % RBC : 3,49. 10
6/uL
HGB : 9,9 g/dL HCT : 29,9 %
MCV : 85,7 fL MCH : 28,4 pg MCHC : 33,1 g/dL
PLT : 245.103/uL
Alb : 3,11 g/dL AST : 18 u/L
ALT : 13 u/L BUN : 22,3 mg/dL CRE : 1,34 mg/dL URIC : 6,8 mg/dL
GLU : 78 mg/dL Na : 138,0 mmol/L K : 3,78 mmol/L Cl : 11,1 mmol/L
LDP : 282 IU/L 27/10
WBC: 5,65. 103/uL
Ne : - % Lym : 21,5 %
Mo : - % Eo : 0,5 %
Membaik
75
Ba : 0,2 % RBC : 4,03. 10
6/uL
HGB : 11,4 g/dL HCT : 34,9 %
MCV : 85,9 fL MCH : 28,3 pg MCHC : 32,9 g/dL
PLT : 264 .103/uL
TP : 7,5 mg/dL Alb : 4,30 g/dL
AST : 19 u/L ALT : 18 u/L BUN : 42 mg/dL CRE : 1,56 mg/dL
URIC : 7,0 mg/dL LDP : 318 IU/L
4 01.18.26.16
Masuk tanggal : 22-4-2008 Keluar :
24-4-2008
45 Pasien penderita NSCLC dengan efusi pleura.
Pasien ada indikasi anemia.
Tumor Paru kiri (NSCLS) dengan
efusi pleura stadium III B. Pro SS seri IV
2 Kemoterapi brexel dan carboplatin.
Mual (+) - tranfusi prc II kolf
Premed: - paloxi 1A - pantosal 1A - dipenhidramin 5A
- deksametason 4A SS:
- brexel 120 mg dalam NaCl 250 cc - carboplatin 600 mg dalam NaCl 250 cc
Obat dibawa pulang: -metochlopramid 3x1 -vit B6 3x1
-Na diklofenak -Narfoz 8mg -megace 3x1 C
22/4,23/4
23/4 23/4 23/4
23/4
23/4 23/4
21/4 WBC: 4,8.10
3/uL
RBC : 4,1.106/uL
HGB : 11,4 g/dL HCT : 35 % PLT : 188.10
3/uL
membaik
5 01.33.16.16
16/2/2008- 20/2/2008
60 KU; Pro SS II pada Ca Paru of unknown origin.
Os adalah penderita Ca Paru sinistra of unknown origin tegak kemoterapi 1 x tanggal 25 januari 2008
dari rencana 6 kali dengan regimen Paxus dan Carboplatin. Keluhan pasca kemo I mual(+).
NSCLC pro ss II 4 Kemoterapi dengan
Carboplatin dan paxus
Mual (+) Muntah (-)
Demam (-) Lemas (-)
Kemoterapi: -Carboplatin 413 mg dalam
dex 5% 500 cc -Paxus 625 mg dalam NaCl 500 cc habis 3 jam
Obat dibawa pulang: (-)
19/02
19/02
16/02 TB: 159
BB: 55 RBW: 93% IK : 70% T: 110/70
N: 88 RR:20 T: 37
membaik
76
Keluhan saat ini sulit t idur. 1 HMRS Os periksa ke
UGD dan mondok bagsal untuk kemoterapi II.
Riwayat DM (-) HT (-)
TBIL: 0,68 mg/dL DBIL: 0,06 mg/dL AST: 28,5 IU/L ALT: 22,8 IU/L
ALB: 3,61 IU/L BUN: 11,5 mg/dL CREA: 0,87 mg/dL
URIC: 5,9 mg/dL LD-P: 459 IU/L GLU: 111 mg/dL
20/02 TBIL: 1,22 mg/dL DBIL: 0,23 mg/dL
AST: 41,4 IU/L ALT: 27,9 IU/L ALP: 48 IU/L BUN: 12,2 mg/dL
CREA: 0,80 mg/dL URIC: 5,9 mg/dL LD-P: 459 IU/L
GLU: 135 mg/dL NA: 137 mmol/L K : 4,32 mmol/L Cl: 106 mmol/L
WBC: 8,04.10
3/uL
RBC : 4,57.106/uL
HGB : 13,8 g/dL
HCT : 40,7% MCV : 89,1 fL MCH : 30,2 pg MCHC : 33,9 g/dL
PLT : 173.103/µL
Lym : 15,8% Neut : 83,0 % LYM # : 1,27. 10
3µL
NEUT # : 6,67. 103µL
MONO; 0,7% Eo: 0,5 %
BASO: 0,0%
6 01.35.65.92
6/10/2008- 9/10/2008
51 Os sudah menjalani
kemoterapi 3x, terakhir kemoterapi tanggal 9 Sept 2008 dengan Brexel
dan Carboplatin (data RM tidak tersedia).
NSCLC stad IIIB 3 Kemoterapidengan
Brexel 120 mg dan Carboplatin 450 mg
Mual (+)
Muntah (-)
Premed:
-dexamethason 2A -ondansetron 1A -ranitidin 1A
-dipenhidramin 1A
6/10 6/10 6/10
6/10
06/10
Tot.protein : 6,0 g/dL AST: 21 IU/L
ALT: 18 IU/L ALB: 2,6 IU/L
membaik
77
Brexel 120 mg Carboplatin 450mg Ranitidin 2x150mg
Guarposid 5mg 3x1 Biobran 3x1 tab Codein 30mg 3x1
DMP 3x2tab
6/10 6/10 06-09/10
06-09/10 06-09/10 06-09/10
06-09/10
BUN: 7 mg/dL CREA: 0,88 mg/dL URIC: 4,4 mg/dL GLU: 82 mg/dL
LD-P: 424 IU/L NA: 137,2 mmol/L K : 3,55 mmol/L
Cl: 108,0 mmol/L WBC: 4,93 .10
3/uL
RBC :3,89 .106/uL
HGB : 10,6 g/dL HCT : 32,9 % MCV : 84,6 fL MCH : 27,2 pg
MCHC :32,2 g/dL PLT :230 .10
3/µL
Lym :29,4 % Neut : 50,1 %
MONO: 12,2% LYM # : 1,45. 10
3µL
NEUT # :2,47. 103µL
MONO#: 0,60. 103µL
09/10
WBC:3,58 .103/uL
RBC :3,79 .106/uL
HGB : 10,1 g/dL HCT : 31,9%
MCV : 84,2 fL MCH : 26,6 pg MCHC :31,7 g/dL PLT : 244 .10
3/µL
LYM # : 0,74. 103µL
NEUT # :2,81 . 103µL
MONO#: 0,02. 103µL
7 01.33.93.08
1/05/2008- 2/05/2008
55 Os adalah paseian NSCLC dengan riwayat
lobeltomi kanan atas. Os menjalani kemoterapi II
Tumor Paru kanan jenis
NSCLS
1 Kemoterapi dengan brexel
115mg dan Cisplatin 115 mg
Mual (+) Muntah (-)
NaCl 0,9% 500 cc OMZ 1A i.v
Paloxi 1A i.v Dipenhidramin 50mg i.v (5A) Dexamethasone 20mg i.v
(4A) Brexel 105 mg
Platosin 105mg
02/05 02/05
02/05 02/05 02/05
02/05
02/05
01/05
WBC: 11,9 .103/uL
RBC :4,95 .106/uL
HGB : 12,7g/dL HCT : 40,7 %
MCV : 82,2 fL MCH : 25,7pg MCHC :31,2 g/dL
PLT :305 .103/µL
Lym :12 %
membaik
78
Leukogen (sebelum pulang) 1A Obat dibawa pulang:
Vit B6 3x1 Metochlopramid 3x1 Na Diklofenak 50mg 1-3x1
Narfos 8mg 1-3x1 Megace syr 1x20cc
02/05
Neut : 80,9 % MONO: 7,1% LYM # : 1,4. 10
3µL
NEUT # :9,7. 103µL
MONO#: 0,8. 103µL
Tot.protein : 5,8 g/dL
AST: 24 IU/L ALT: 25 IU/L ALB: 3,03 IU/L CREA: 0,8 mg/dL
GLU: 122 mg/dL Sodium: 144 mmol/L Potassium: 3,17 mmol/L
8 01.35.68.08
Tgl 24/06-23/07
50 KU: sesak nafas (rujukan
dari RSI Wonosobo) RPS: ± 1TSMRS Os mengeluh sesak nafas batuk (+) dahak sulit
keluar. Periksa di Sp.PD tapi keluhan belum sembuh, rujuk RS.Kariadi, diperiksa
jantung dan dikatakan janutng baik. ± 1,5 BSMRS Os jatuh,
lutut dan boyok kiri nyeri, di Ro. Thorax ada massa di paru, rujuk RSS.
10 HSMRS Os mengeluh sesak nafas lagi, os nyaman tidur miring kiri, batuk (+), dahak (+)
warna putih tapi sulit keluar, mual (+), muntah (-) HMRS Os periksa UGD
RSS dengan hasil Ro dari RSI Wonosobo Keluhan saat ini: sesak (+), batuk kadang-
kadang RPD: DM (-), HT (-),
sakit kuning (+) 17 tahun yll
NSCLC stad IIB 30 Kemoterapi I
dengan Paklitaksel dan Carboplatin
Mual (+)
Muntah (-) Demam (-) Lemas (-)
Ceftriaxone 1gr/12 jam
Radin 1A Ceftazidime
Premed: Delladril 2cc i.m Radin 50mg i.v Dexamethasone 2A+aqua
Sotatik 1A Sitostatika:
Paklitaksel 227,5mg dalam NaCl 500cc Carboplatin 470mg
Omeprazol Ondansentron 1A
26/06-11/07
05-23/07 14-23/07
17/07 17/07 17/07
17/07
17/07 17/07
21/07 21/07
12/07
WBC: 12,4.10
3/uL
RBC : 4,12.106/uL
HGB : 11,3 g/dL
HCT : 32,8% MCV : 79,6 fL MCH : 27,5 pg MCHC : 34,5 g/dL
PLT : 419.103/uL
LYM % : 11 % MXD% : 5,8 %
NUET % : 80,1 % LYM # : 11.10
3µL
MXD# : 0,7.103µL
NEUT # : 9,9.103µL
Tot.protein : 4,3 g/dL Albumin : 2,2 g/dL Creatinin : 0,61 mg/dL
Uric Acid: 2,9 mg/dL Glukosa : 108 mg/dL Na: 129,4 mmol/L K : 3,62 mmol/L
Chloride : 89,4 mmol/L 15/07
WBC: 11,2.10
3/uL
RBC : 3,46.106/uL
HGB : 9,9 g/dL HCT : 27,6%
Membaik
79
Post kemo Os mengeluh mual lalu diberi injeksi sotatik 1A i.v. hari ke 3
post kemo masih mual diberi injeksi ondansentron 1gr
MCV : 79,9 fL MCH : 28,6 pg MCHC :35,7 g/dL PLT : 408.10
3/uL
LYM % : 10,6 % MXD% : 6,3 % NUET % : 80,1 %
LYM # : 1,2.103µL
MXD#: 0,7.103µL
NEUT # : 9,0. 103µL
b 01.35.68.08
27/08-30/08
50 KU: post ss III pada NSCLC
Os direncanakan kemoterapi dengan reg Paxus dan Carboplatin setelah menjalani
kemoterapi 3x. HMRS: Os periksa poli Tulip untuk kemoteapi ke 3 + opname bangsal
Keluhan saat ini: rambut rontok (+), kuku jari tangan terdapat garis kebiruan post kemo
NSCLC stad IIB 3 Kemoterapi III dengan Paxusdan
Carboplatin
Mual (+) Muntah(+)
Rambut rontok (+) Demam (-) Lemas (-)
Premed: NaCl 100cc/30mnt
Dexamethasone 2A Sotatik 1A Radin 1A i.v Delladril 2cc i.m
Sitostatika: Paxus 230mg dalam NaCl 100 cc
Carboplation 475mg dalam D5% 500cc Obat dibawa pulang: (-)
28/08
28/08 28/08 28/08 28/08
28/08
28/08
27/08
WBC: 4,6.103/uL
RBC : 3,7.106/uL
HGB : 10,3 g/dL HCT: 30,8%
MCV : 83,1fL MCH : 27,8 pg MCHC : 33,4 g/dL PLT : 252.10
3/uL
LYM % : 33,1 % MXD% : 15,0 % NEUT% : 50,5% LYM # : 1,5.10
3µL
MXD# : 0,7.103µL
NEUT # : 2,4.103µL
Tot. Bili: 0,43 mg/dL Tot.protein : 5,9 g/dL Albumin : 3,2 g/dL AST / GOT : 26 u/L
ALT / GPT : 15 u/L Creatinin : 0,75 mg/dL Uric Acid: 3,2 mg/dL Glukosa : 88 mg/dL
Na: 146,6 mmol K : 4,68 mmol/L Chloride : 101,6 mmol/L
Membaik
9 01.35.02.99
07/07/08-08/07/08
44 NSCLC stad IIB 1 Kemoterapi III
dengan paxus dan cisplatin
Mual (+)
Muntah (-)
Premed:
OMZ 1A Paloxi 1fL Dipenhidramin 50mg Dexamethasone 20mg
Paxus 315mg dalam NaCl 0,9% 250cc Cisplatin 125mg dalam
08/07 08/07 08/07 08/07
08/07
07/07
T: 120/80 N: 88 R:20 T: 36°C
04/07 WBC: 8,5.10
3/uL
Membaik
80
NaCl 0,9% 250cc 60tpm Sebelum pulang: Leukogen 300mg
Hemapo 10000 Obat dibawa pulang: (-)
08/07
08/07
RBC : 4,2.106/uL
HGB : 11,5 g/dL HCT : 35 % MCV : 83 fL
MCH : 27,6 pg MCHC : 33 g/dL LYM % : 40 %
MXD% : 8 % NEUT % : 47 % LYM # : 3,4.10
3µL
MXD# : 0,67.103µL
NEUT # : 4,0.103µL
RDW: 13,5fL MPV: 6,8fL
Tot.Bili: 0,33 mg/dL Tot.protein: 7,5 g/dL Albumin : 4,2 g/dL AST / GOT : 44 u/L
ALT / GPT : 18 u/L Urea nitrogen: 21 mg/dL Creatinin : 1,4 mg/dL
Triglise: 209 mg/dL HDL: 34 mg/dL LDL: 169 mg/dL Glukosa : 114 mg/dL
Chloride: 106 mmol/L
b 01.35.02.99 31/07/08-
02/08/08
44 KU: post kemoterapi IV Masalah keperawatan: anemia, cemas
Masalah yang perlu ditindaklanjuti dirumah: mual dan muntah
NSCLC stad IIB 2 Kemoterapi IV dengan paxus dan cisplatin
Mual (+) Muntah (-)
Tranfusi PRC 2 kolf Premed: OMZ 1 fL
Paloxi 1fL Dipenhidramin 50mg Dexamethasone 20mg
Paxus 315mg dalam NaCl 0,9% 250cc Cisplatin 125mg dalam NaCl 0,9% 250cc 60tpm
Obat dibawa pulang: metylcobalt 3x1 Narfoz 8mg 3x1
Megace syr 1x20cc
31/07 & 01/08 01/08 01/08
01/08 01/08
01/08 01/08
31/07 T: 120/80 N: 84 T: 36°C
WBC: 9,1.10
3/uL
RBC : 3,67.106/uL
HGB : 10,6 g/dL
HCT : 31,6 % MCV : 86,1 fL MCH : 28,9 pg MCHC : 33,5 g/dL
PLT: 372 103/uL
LYM % : 50,1 % MXD% : 9,1 % NEUT % : 40,8 %
LYM # : 4,6.103µL
MXD# : 0,8.103µL
NEUT # : 3,7.103µL
Membaik
10 01.34.31.67 76 Pasien merupakan Adeno Ca paru 4 Kemoterapi Pasien Premed: 26/5 membaik
81
Masuk tanggal : 26-5-2008
Keluar : 30-5-2008
penderita adeno Ca paru dextra, pro SS II Ketika masuk RS pasien mengeluhkan sesak
nafas. Pasien mengalami anemia dan
hipoalbuminemia
dextra stadium IV dengan regimen paxus
mengeluhkan mual dan muntah setelah
kemoterap 1
-Infus NaCl 100cc -Dexametason inj 2 amp - cedantron inj 8 mg i.v -Inj.deladryl 2cc A
-Inj.ranitidin 2A SS:
-Paxus 90 mg - Tranfusi PRC 1 kolf
-Tranfusi albumin 1 btl
29/5 29/5 29/5
29/5 29/5
29/5
Sebelum SS
WBC: 11.103/uL
RBC : 3,48.106/uL
HGB : 9,2 g/dL HCT : 28,5 %
MCV : 81,9 fL MCH : 26,5 pg MCHC : 32,3 g/dL
PLT : 342.103/uL
LYM % : 18 % Mo% : 2,2 % NUET % : 66,8 %
Eo : 5,1 % Ba : 7,9 % LYM # : 2,0. 10
3µL
Mo# : 0,2. 103µL
NEUT # : 7,3. 103µL
Eo #: 0,6. 103µL
Ba #: 0,9 103µL
30/5 WBC: 12,5.10
3/uL
RBC : 3,70.106/uL
HGB : 9,9 g/dL HCT : 28,8 % MCV : 77,8 fL MCH : 26, 8 pg
MCHC : 34,4 g/dL PLT : 298.10
3/uL
LYM % : 7,5 % Mo% : 7,5 %
NUET % : 84,3 % Eo : 0,1 % Ba : 0,6 % LYM # : 0,9. 10
3µL
Mo# : 0,9. 103µL
NEUT # : 10,6. 103µL
Eo #: 0,0. 103µL
Ba #: 0,1 103µL
11 01.35.39.94 Masuk tanggal :
21-8-2008 Keluar :
23-8-2008
44 Pasien telah menjalani kemoterapi sebanyak 3x, terkhir tanggal 2/8/2008.
SCLC pro SS IV 2 Kemoterapi dengan paxus dan carboplatin
Mual (+) Muntah (+)
- paxus - carboplatin
- ranitidin - vit B 6
22/6 22/6 - -
21/6 WBC: 6,0.10
3/uL
RBC : 4,27.106/uL
HGB : 12,3 g/dL
HCT : 36,6 % MCV : 85,7 fL MCH : 28,8 pg
MCHC : 33,6 g/dL PLT : 303.10
3/uL
Membaik
82
Ne % : 56,8 % LYM % : 32,2 % Mo% : 8,7 % Eo : 1,3 %
Ba : 1,0 % Ne # : 3,4. 10
3µL
LYM # : 1,9. 103µL
Mo# : 0,5. 103µL
Eo #: 0,1. 103µL
Ba #: 0,1.103µL
12 01.37.74.75
07/11/08-01/12/08
72 KU: sesak nafas
2 BSMRS Os mulai sering mengeluh batuk, dahak (+), warna putih. Darah (-), sesak (+)
penurunan berat badan (+) 2 MSMRS keluhan sesak bertambah berat, batuk
(+), dahak (+) warna putih, lemas (+) kemudian mondok di RS Kebumen, dipasang
WSD selama 15 hari. (diagnosis tidak diketahui dalam data),
karena keluhan tidak membaik Os rujuk RSS. HMRS sesak (+), batuk (+) dahak (+) warna
putih. Os perokok berat selama 30 tahun yang lalu berhenti sejak 2 bulan, dalam sehari ± 1
bungkus. Os memasak dengan kayu bakar di rumah. RPD: TB (-), HT (-), DM
(-)
NSCLC stad IIIB
Dengan diagnosis lain: AFNVR (Atrial Fibrilation
Normal Ventrikel Rate)
27 Kemoterapi dengan
Doxorubicin, cyclophospamide, cysplatin
Mual (+) Muntah (-)
Premed: (-)
Sitostatika: Doxorubbicin Cyclophospamide Cysplatin
Inj. Lasix 1A Metoklopramid
Ranitidine 1A Aspilet 1x80mg Tramadol 2x50mg Radin 1A
28/11 28/11 28/11
13 & 28/11 28/11 & 01/12 01/12
01/12 01/12 11-27/11
24/12 T: 110/80
N: 84x/mnt R: 26 x/mnt T: 36,7°C
TB: 161 cm BB: 45kg 20/11
WBC: 9,64.103/uL
RBC : 4,02.106/uL
HGB : 11,7 g/dL HCT : 35,0 %
MCV : 87,1 fL MCH : 29,1 pg MCHC : 33,4 g/dL
PLT: 492.103/uL
LYM % : 20,4 % MXD% : 8,6 % NEUT % : 70 %
LYM # : 1,97.103µL
MXD# : 0,83.103µL
NEUT # : 6,74.103µL
29/11 WBC: 9,05.10
3/uL
RBC : 3,66.106/uL
HGB : 16,7 g/dL
HCT : 31,8 % MCV : 86,9 fL MCH : 29,2 pg MCHC : 33,6 g/dL
PLT: 441.103/uL
LYM % : 19,7 % MXD% : 14,6 %
NEUT % : 65,5 % LYM # : 1,78.10
3µL
Membaik
83
MXD# : 1,32.103µL
NEUT # : 5,93.103µL
13 00.97.88.94
10/06/08-21/06/08
58 KU: obs. Massa paru sinistra pro AJH
Rps: 1 TSMRS Os merasa batuk-batuk dahak sulit keluar, demam nglemeng(+). Os
periksa ke poli paru, dilakukan biopsy dugaan awal: abses paru, dari
hasil biopsy: TB Paru dan os minum OAT selama 6 bulan. HMRS Os control
kembali setelah evaluai OAT dan Os masih merasa batuk, demam nglemeng(+) nyeri dada
atas (+) RPD : HT (-), DM (-)
NSCLC stad IIIB 21 Kemoterapi dengan
Carboplatin dan Taxol 175mg/m2
Mual (+) Muntah (-)
Premed: NaCl 0,9% 20 tpm
Inj. Dexamethasone 2A i.v Delladryl 2cc Radin 1A
Sitostatika: Carboplatin Taxol 175 mg/m2
Post kemo os mengalami
mula dan muntah diterapi dengan injeksi
extra sotatik. Demam 38°C diterapi
dengan extra PCt
Ceftriaxone Transamin 1A Kalnex 1A/12jam
Albumin 25%
19/06
19/06 19/06 19/06
19/06
19/06 19/06
19/06
10-21/06 11,16,17/06 12-15/06
16/06
10/06 T: 100/80
N: 82x/mnt R: 24 x/mnt T: 37,8°C
BB: 38kg 12/06
WBC: 10,6.103/uL
RBC : 3,51.106/uL
HGB : 9,2 g/dL HCT : 27,0 %
MCV : 77 fL MCH : 26,3 pg MCHC : 34,1 g/dL PLT: 500.10
3/uL
LYM % : 15,7 % MXD% : 9,3 % NEUT % : 72,8 % LYM # : 1,7.10
3µL
MXD# : 1,0.103µL
NEUT # : 7,7.103µL
Membaik
14 01.37.71.15
22/11/08-
23/12/08
66 KU: benjolan di leher
kiri RPS: ± 3 BSMRS benjolan di leher sebelah
kiri sebesar bola pingpong, batuk (-), demam (-), nyeri (-) ± 1BSMRS Os periksa
RSS dilakukan AJH paru tanggal 6/11/08 ditemukan sel ganas kesan metastase large
cell Ca dari paru Benjolan tampat cepat membesar, nyeri (+)
RPD : HT (-), DM (-) Masalah keperawatan: nyeri kanker, mual
NSCLC stad IV 31 Kemoterapi
dengan doxorubicin, cyclophosphamid,
dan cisplatin.
Mual (+)
Muntah (+)
tramadol
Protocol kemoterapi:
Inf.NaCl 0,9% 40 tpm kolf 1&2 habis dalam 6jam
Inj Dexamethasone 2A i.v
Inj metoklopramid 1A i.v Inj Dipenhidramin 1A i.m 30 menit kemudian: Inf NaCl 0,9% 40 tpm
kolf III 500cc Doxorubicine 68,5mg
dalam 100cc NaCl 0,9% habis dalam 30 menit
Infuse NaCl 0,9% 30tpm selama 30 menit
Cyclofosfamid 548mg dalam 100cc NaCl 0,9%
22/11-13/12
19/12
19/12
19/12 19/12
19/12 19/12
19/12
22/11
T: 110/80 N: 88x/mnt R: 24x/mnt
t: 36,7°C BB: 45kg TB: 150 cm
RBW: 90% LPT: 1,37 WBC: 10,34.10
3/uL
RBC : 4,02.106/uL
HGB : 11,2 g/dL HCT : 34,1 % MCV : 84,8 fL
MCH : 27,9 pg MCHC : 32,8 g/dL PLT: 456.10
3/uL
LYM % : 19,1 %
Membaik
84
muntah post kemoterapi habis dalam 30 menit NaCl 0,9% 30 tpm selama
30 menit Cisplatin 68,5 mg dalam
NaCl 0,9% 500cc habis dalam 4jam
Furosemid 1A i.v
Inj. Metoklopramid 1A i.v Inf. NaCl 0,9% habis
dalam 6 jam kolf IV
19/12
19/12
19/12
19/12 19/12
MXD% : 7,8 % NEUT % : 71,2 % LYM # : 1,98.10
3µL
MXD# : 0,81.103µL
NEUT # : 7,35.103µL
16/12
WBC: 14.10
3/uL
RBC : 4,04.106/uL
HGB : 10,8 g/dL
HCT : 32,6 % MCV : 80,7 fL MCH : 26,7 pg MCHC : 33,1 g/dL
PLT: 442.103/uL
LYM % : 11 % MXD% : 8,3 % NEUT % : 79,6 %
LYM # : 1,54.103µL
MXD# : 1,16.103µL
NEUT # : 11,14.103µL
20/12 WBC: 12,6.10
3/uL
RBC : 3,84.106/uL
HGB : 10,3 g/dL HCT : 31,7 % MCV : 82,6 fL
MCH : 26,9 pg MCHC : 32,6 g/dL PLT: 581.10
3/uL
LYM % : 5,9 %
MXD% : 3,1 % NEUT % : 89,1 % LYM # : 0,7.10
3µL
MXD# : 0,4.103µL
NEUT # : 11,3.103µL
Tot. Bili: 0,89 mg/dL
Tot.protein: 7,7 g/dL Albumin : 2,84 g/dL AST / GOT : 17 u/L ALT / GPT : 12 u/L
Cre: 1,08 mg/dL Uric acid: 5,9 mg/dL Glukosa : 149 mg/dL
85
Sodium:138,7mmol/L Potassium:4,97 mmol/L Cl: 100,8mmol/L
15 01.37.96.32
Masuk tanggal : 19-11-2008
Keluar : 29-11-2008
56 Pasien mengeluh sesak
dan sakit pada dada kanan.
NSCLC stadium
3 B. Post SS I
10 Kemoterapi
dengan cyclopospamid, doxorubicin, cysplatin.
mual (+)
muntah (+)
- metoclopamid 3x1
- ranitidine 3x1 - parasetamol 3x1 - ondansetron inj 1A - sotatik 1A
- lasix 1A -NaC 0,9% - cyclopospasmid 400
mg/m2 - doxorubicin 60 mg/m2 - cysplatin 60 mg/m2
28/11 28/11
28/11 28/11 28/11
28/11 28/11
19/11
WBC: 7,07.103/uL
RBC : 5,34.106/uL
HGB : 16,3 g/dL HCT : 46,9 %
MCV : 87,8 fL MCH : 30,5 pg MCHC : 34,8 g/dL
PLT : 267.103/uL
Ne % : 72,6 % LYM % : 13,2 % Mo% : 11,2 %
Eo : 2,7 % Ba : 0,3 % Ne # : 5,14.10
3µL
LYM # : 0,93.103µL
Mo# : 0,79. 103µL
Eo #: 0,19. 103µL
Ba #: 0,02.103µL
Membaik
16 01.35.81.74
04/07/08-24/07/08
65 KU: sesak nafas RPS: 3HSMRS Os
mengeluh sesak nafas (+), batuk (+), dahak (+) warna merah, mual muntah (-). Os periksa ke
puskesmas dirujuk ke RS Wates dilakukan Ro thorax diduga ada massa
paru.mondok 3 hari diterapi dengan inj.ceftazidime, inj kalnex, inj vit K, Codein
3x10. HMRS Os dirujuk ke RSS, mondok bangsal.
RPD : HT (-), DM (-) Masalah keperawatan: sesak nafas, anemia, hipoalbumin. Mual
muntah post kemo dengan terapi sotatik 1A, dilanjutkan dexamethasone 2A/12
NSCLC Diagnosis lain:
Vana Cava Superior Syndrome dan Hipertensi St 1
20 AJH Paru, kemoterapi
dengan Carbplatin, Doxorubicin,cisplatin
Mual (+) Muntah (+)
O2 3 Lpm Inf. D5% 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 1g/12jam Codein 2x10mg Ambroxol 3x1 Azitromicin 1x500mg
HCt 2x12,5 Premed:
Dexametasone 2A Dipenhidramin 1A i.m Metoklopramid 1A
Sitostatika: Cyclofosfamid 568mg Doxorubicin 57 mg dalam
NaCl 100cc
Cysplatin 85,2 mg Sotatik 1A Furosemid 1A
Dexamethasone 2A/12jam Ranitidin 1A Metoklopramid 1A
05-15/07 05-08/07
05-16/07 05-09/07 07-24/07
11/07 17-24/07
22/07 22/07
22/07 22/07
22/07 22/07
23/07 23/07 23/07
04/07
T: 160/90 N: 92x/mnt R: 24x/mnt t: afebris
WBC: 12,9.10
3/uL
RBC : 3,66.106/uL
HGB : 9,7 g/dL HCT : 29,5 % MCV : 80,6 fL MCH : 26,5 pg
MCHC : 32,9 g/dL PLT: 543.10
3/uL
LYM % : 9,7 % MXD% : 7,0 %
NEUT % : 81,6 % LYM # : 1,3.10
3µL
MXD# : 0,9.103µL
NEUT # : 10,5.103µL
Tot.protein: 6,3g/dL Albumin : 3,3 g/dL AST / GOT : 15 u/L
Membaik
86
jam Obat dibawa pulang: (-) 24/07 24/07
ALT / GPT : 8 u/L Cre: 0,85 mg/dL Uric acid: 4,1 mg/dL Glukosa : 102 mg/dL
Na:133,5 mmol/L K: 4,32 mmol/L Cl: 104,8 mmol/L
11/07 WBC: 10,61.10
3/uL
RBC : 3,68.106/uL
HGB : 9,8 g/dL HCT : 31,2 % MCV : 84,8 fL
MCH : 26,6 pg MCHC : 31,4 g/dL PLT: 461.10
3/uL
LYM % : 9,7 %
MXD% : 3,3 % NEUT % : 84,0 % LYM # : 1,03.10
3µL
MXD# : 0,35.103µL
NEUT # : 8,92.103µL
Tot.protein: 6,5g/dL
Albumin : 3,0 g/dL AST / GOT : 16 u/L ALT / GPT : 10 u/L Cre: 0,74 mg/dL
Uric acid: 3,5 mg/dL Glukosa : 97 mg/dL Na: 140 mmol/L K: 3,50 mmol/L
Cl: 104,5 mmol/L 21/07
WBC: 14,51.103/uL
RBC : 4,22.106/uL
HGB : 11,4 g/dL
HCT : 35,8 % MCV : 84,8 fL MCH : 27 pg MCHC : 31,8 g/dL
PLT: 467.103/uL
LYM % : 6,8 % MXD% : 1,2 %
87
NEUT % : 92 % LYM # : 0,99.10
3µL
MXD# : 0,18.103µL
NEUT # : 13,34.103µL
Tot.protein: 8,7 g/dL Albumin : 3,7 g/dL
AST / GOT : 24 u/L ALT / GPT : 16 u/L Cre: 0,82 mg/dL Uric acid: 4,1 mg/dL
Glukosa : 122 mg/dL Na: 133,3 mmol/L K: 4,23 mmol/L Cl: 96,8 mmol/L
17a 01.35.08.66
25/06/08-12/07/08
30 KU: pro ss II pada
adenocarcinoma paru RPS: Os adalah penderita adeno Ca Paru telah menjalani kemoterapi I
tangaal 29/05/08 dengan regimen Cisplatin, ciclofosfamid dan doxorubicin. Os
direncanakan kemoterapi II pada 19/06/08 tetapi obat belum ada. Obat
baru ada tanggal 25/06/08 RPD : HT (-), DM (-)
Masalah keperawatan: Hipoalbuminemia Mual muntah perut sakit
post kemo dengan terapi sotatik 1A. os mengeluh mual hingga 3hari post kemo.
Adenocarcinoma
paru
17 kemoterapi
dengan Carboplatin, Doxorubicin,cisplatin
Mual (+)
Muntah (+)
Ceftriaxone 1g/12jam
Radin 1A/12jam Ranitidine 1A/12jam Ketorolak 1A drip
Premed: Dexamethasone 2A Sitostatika:
Cyclofosfamid Doxorubicin Cysplatin
Sotatik 1A Inf.Aminofusin
Obat dibawa pulang: (-)
27/06-04/07
27-29/06 30/06-11/07
08/07 08/07
08/07 08/07
08-11/07 11/07
09/07
WBC: 8,05.10
3/uL
RBC : 4,08.106/uL
HGB : 11,6 g/dL
HCT : 36,4 % MCV : 89,2 fL MCH : 28,4 pg MCHC : 31,9 g/dL
PLT: 408.103/uL
LYM % : 20,1 % MXD% : 13,9 %
NEUT % : 65,2 % LYM # : 1,62.10
3µL
MXD# : 1,12.103µL
NEUT # : 5,24.103µL
Tot.protein: 5,8 g/dL Albumin : 2,5 g/dL AST / GOT : 23 u/L
ALT / GPT : 34 u/L Cre: 0,56 mg/dL Uric acid: 2,6 mg/dL Na: 140,1mmol/L
K: 3,08 mmol/L Cl: 98,1 mmol/L 11/07
T: 120/80 N: 80x/mnt
R:28x/mnt t: 36°C
Membaik
88
WBC: 5,1.10
3/uL
RBC : 3,96.106/uL
HGB : 11,4 g/dL
HCT : 34 % MCV : 85,9 fL MCH : 28,8 pg
MCHC : 33,5 g/dL PLT: 516.103/uL LYM % : 22,1 % MXD% : 5,7 %
NEUT % : 70,8 % LYM # : 1,1.10
3µL
MXD# : 0,3.103µL
NEUT # : 3,6.103µL
Tot.protein: 6,8g/dL Albumin : 2,7 g/dL AST / GOT : 17 u/L
ALT / GPT : 24 u/L Cre: 0,58 mg/dL Uric acid: 2,0 mg/dL
b 01.35.08.66
15/09/08-
19/09/08
30 KU: sesak nafas
RPS: ±1HSMRS Os mengeluh sesak nafas (+), batuk (-), nyeri dada
(-). Os control ke poli paru, keluhan sesak nafas menetap. Os telah kemoterapi 4 kali
terakhir tanggal 21/08/08, kemoterapi ke 5 akan dilakukan tanggal 17/09/08.
Problem keperawatan: hiponatremi hipoosmolar,
hipoalbuminemia, hipokalemia, hipoklorid. Mual dan muntah post kemo.
RPD : HT (-), DM (-)
Adenocarcinoma
paru
8 kemoterapi
dengan cysplatin, cyclofosfamid, dan doxorubicin
Mual (+)
Muntah(+) Sesak (+)
Inf. NaCl 0,9% lini
KSR 1x1 tab Sitostatika:
Cisplatin 80mg/m2 Doxorubicin 600mg/m2 Cyclofosfamid 80mg/m2
Obat dibawa pulang: Cerahabion 2x1 tab Ranitidine 2x1 tab Metoklopramid 2x1
17/09
17-18/09
17/09 17/09 17/09
21/08
TD: 110/90 N: 82x/mnt
R: 24x/mnt T: 36,8°C BB:48kg
TB: 158cm RBW: 82,75% LPT: 1,45
15/09 WBC: 2,11.10
3/uL
RBC : 3,61.106/uL
HGB : 10,4 g/dL HCT : 32,5 % MCV : 90 fL MCH : 28,8 pg
MCHC : 32 g/dL PLT: 274.10
3/uL
LYM % : 28 %
LYM # : 0,59.103µL
Membaik
89
Tot.protein:7,83 g/dL Albumin : 2,7 g/dL AST / GOT : 19,7 u/L ALT / GPT : 15,4 u/L Urea
nitr:12,7mg/dL Cre: 0,49 mg/dL Uric acid: 1,9 mg/dL
Glu: 7,5 mg/dL Sodium:132,3mmol/L Pottasium:2,79 mmol/L Cl: 90,8 mmol/L
18/09 WBC: 5,39.10
3/uL
RBC : 3,76.106/uL
HGB : 10,9 g/dL HCT : 33,2 % MCV : 88,3 fL
MCH : 29 pg MCHC : 32,8 g/dL PLT: 303.10
3/uL
LYM % : 13,3 % MXD% : 15 % NEUT % : 69,5 % LYM # : 0,72.10
3µL
MXD# : 0,81.103µL
NEUT # : 3,74.103µL
Tot.protein: 6,77g/dL
Albumin : 2,53 g/dL AST / GOT : 25 u/L ALT / GPT : 12 u/L Cre: 0,57 mg/dL
Uric acid: 2,8 mg/dL Glu: 118 mg/dL Na: 136,6 mmol/L K: 3,44 mmol/L
Cl: 103,1 mmol/L
c 01.35.08.66
07/10/08-15/10/08
30 KU: pro ss VI pada adeno Ca paru RPS: Os adalah penderita
Adeno Ca Paru. Os telah menjalani kemoterapi 5kali. Kemoterapi ke 5
dilakukan tanggal 17/09/08 dengan regimen
Adenocarcinoma paru
8 kemoterapi dengan Cisplatin, cyclofosfamid,
dan doxorubicin
Mual (+) Muntah(+) Sesak (+)
O2 3 Lpm Inf. NaCl 0,9% lini
Aspar K 2x1 tab Leukokin Ciprofloxacin 2x500mg
Inj. Extra sotatik Inj.ketorolax 1A
09/10 07-10/10 dan 14/10
09/10 09/10 09-10/10
11-14/10
07/10 TD: 110/70
N: 84x/mnt R: 24x/mnt T: 36,5°C
WBC: 3,6.10
3/uL
Membaik
90
Cysplatin, cyclofosfamid, dan doxorubicin. Direncanakan kemoterapi ke 6 tanggal 8/10/08
HMRS Os control poli paru, mondok bangsal untuk kemoterapi.
RPD: DM (-), HT (-), riwayat merokok (+). Keluhan saat ini: sesak Problem keperawatan:
Hiponatremia, netropenia, hipokalemia, mual post kemoterapi.
KSR 1x1 tab Inj. Tomit 1A Inj. Lasix 1A
Sitostatika: Cisplatin 80mg/m2 Cyclofosfamid 600mg/m2
Doxorubicin 80mg/m2 Postkemomengalami mual
(11-14/10) diatasi
dengan inj.extra sotatik
13/10 14/10 10/10 10/10
10/10
10/10 10/10
RBC : 3,41.106/uL
HGB : 10,1 g/dL HCT : 30,3 % MCV : 88,7 fL
MCH : 29,4 pg MCHC : 33,2 g/dL PLT: 278.10
3/uL
LYM % : 52,4 % MXD% : 19,0 % NEUT % : 28 %
Tot.protein: 0,39g/dL Albumin : 2,7 g/dL AST / GOT : 25 u/L ALT / GPT : 16 u/L
Cre: 0,71 mg/dL Uric acid: 3,8 mg/dL Glu: 65 mg/dL Na: 136,6 mmol/L
K: 2,76 mmol/L Cl: 108,8 mmol/L
11/10 WBC: 15,14.10
3/uL
RBC : 3,85.106/uL
HGB : 11,5 g/dL HCT : 35,1 % MCV : 91,2 fL MCH : 29,9 pg
MCHC : 32,8 g/dL PLT: 224.10
3/uL
LYM % : 2,5 % MXD% : 7.9 %
NEUT % : 88,8 % LYM # : 0,38.10
3µL
MXD# : 1,20.103µL
NEUT # : 13,44.103µL
18 01.34.61.97 Masuk tanggal : 26-6-2008
Keluar : 3-7-2008
65 Pasien rencana kemoterapi ke II, denghan keluhan batuk berdahak.
Pasien mengalami DM tipe 2, Terdapat problem
hipoalbumin
SCLC Pro SS I
8 Kemoterapi dengan cyclophospamid, epirubicin,cysplati
n.
Mengeluh mual pasca kemoterapi.
-insulatard - RI 3x4 SS: - cyclopospamid 400
mg/m2 -epirubicin - cysplatin
-Aspilets 1x80 mg
27/6-2/7 30/6-2/7 2/7
2/7 2/7
26/6 WBC: 9,2.10
3/uL
RBC : 4,27.106/uL
HGB : 11,5 g/dL
HCT : 34,2 % MCV : 80,2 fL MCH : 26,9 pg
MCHC : 33,5 g/dL PLT : 448.10
3/uL
Membaik
91
Pasien menjalani diet DM 1700 kal.
Ne % : 68,3 % LYM % : 18,3 % Mo% : 8,2 % Eo : 4,4 %
Ba : 0,8 % Ne # : 6,2.10
3µL
LYM # : 1,7.103µL
Mo# : 0,8.103µL
Eo #: 0,4. 103µL
Ba #: 0,1.103µL
19 01.33.29.52
24/01/08-12/02/08
37 KU: batuk kering RPS: 3BSMRS Os
mengeluh batuk (+), dahak(+), darah (+). 1MSMRS periksa RS di ro thorax. HMRS periksa
untuk penatalaksanaan lanjut. Saat ini batuk (+), dahak putih (+). RPD: DM (-), HT (-),
perokok pasif (+), memasak dengan kayu bakar (+).
NSCLC 18 Kemoterapi denga Taxol dan
cisplatin
Mual (+) Inf. D5% Codein 3x1
Grahabion 1x1 DMP 3x1 Inf. NaCl 0,9% lini
Venolin Radin 1A/12jam PRC 1 kolf gol O
Extra lasix inj. 1A Premed: Inf. NaCl
Dexamethasone 2A i.v Sotatik 1A i.v Delladryl 2cc i.m
Sitostatika: Taxol 220mg habis 3 jam Cisplatin 50mg/m2 habis
½ jam Post kemo: mual NaCl 0,9%
Radin 1A Obat dibawa pulang: Roborantin 1x1
24/01 24/01-02/02
24/01 24/01 25/01-01/02 01-06/02
01-06/02 05/02 05/02
11/02 11/02
11/02 11/02
11/02 11/02
11/02
11-12/02
TD: 110/70 N: 84x/mnt
R: 24x/mnt T: 36,5°C WBC: 3,6.10
3/uL
RBC : 3,41.106/uL
HGB : 10,1 g/dL HCT : 30,3 % MCV : 88,7 fL
MCH : 29,4 pg MCHC : 33,2 g/dL PLT: 278.103/uL LYM % : 52,4 %
MXD% : 19,0 % NEUT % : 28 %
Tot.protein: 0,39g/dL Albumin : 2,7 g/dL AST / GOT : 25 u/L ALT / GPT : 16 u/L
Cre: 0,71 mg/dL Uric acid: 3,8 mg/dL Glu: 65 mg/dL Na: 136,6 mmol/L
K: 2,76 mmol/L Cl: 108,8 mmol/L
20.a 01.32.92.14 Masuk tanggal : 4-2-2008
Keluar : 9-2-2008
47 Pasien penderita NSCLC tegak.
NSCLC stadium 3 B Pro SS II
5 Kemoterapi dengan paxus dan cysplatin
- mual Premed: - deksametason 2A - radin 2A - sotatik 1A
- delladryl 2cc SS: - paxus 210 mg dalam
infus NaCl 5OOcc
8/2 8/2 8/2 8/2
8/2
4/2 WBC: 10,8.10
3/uL
RBC : 3,73.106/uL
HGB : 10,3 g/dL
HCT : 30,4 % MCV : 81,5 fL MCH : 27,7 pg MCHC : 34 g/dL
Membaik
92
- cysplatin 48 mg dalm D 5% 100cc
Obat dibawa pulang:
Grababion dan ranitidin
8/2
PLT : 494.103/uL
Ne % : 62,6 % LYM % : 20,3 % Mo% : 10,1 %
Eo : 5,6 % Ba : 1,4 % Ne # : 6,7. 10
3µL
LYM # : 2,2. 103µL
Mo# : 1,1. 103µL
Eo #: 0,6. 103µL
Ba #: 0,2.103µL
b. 01.32.92.14 Masuk tanggal : 3-3-2008
Keluar : 8-3-2008
47 Pasien sudah 2x menjalani kemoterapi.. pasien control ke poli paru dan mengeluh
batuk.
NSCLC stadium 3 B Pro SS III
3 Kemoterapi dengan paxus dan cysplatin
- mual - lemas
Premed: - primperan 10 mg - deksametason 2A - radin 2A
- delladryl 2A SS: - paxus 213,5 mg dalam
intralid 500cc/3 jam
- cysplatin 48,8
6/3 6/3 6/3
6/3 6/3
6/3
4/3 WBC: 12,1.10
3/uL
RBC : 4,06.106/uL
HGB : 10,9 g/dL
HCT : 32 % MCV : 78,9 fL MCH : 27 pg MCHC : 34,2 g/dL
PLT : 532.103/uL
7/3 WBC: 10,2.10
3/uL
RBC : 3,64.106/uL
HGB : 9,3 g/dL HCT : 29,8 %
MCV : 81,9 fL MCH : 25,5 pg MCHC : 31,2 g/dL PLT : 370.10
3/uL
Ne % : 78,8 % LYM % : 14,9 % Mo% : 5,4 % Eo : 0,5 %
Ba : 0,4 % Ne # : 8,09.10
3µL
LYM # : 1,53.103µL
Mo# : 0,55.103µL
Eo #: 0,05.103µL
Ba #: 0,04.103µL
Membaik
93
Lampiran 3. Rangkuman DRPs pada penatalaksanaan kasus mual-muntah
kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008
1. Penggolongan kasus DRPs per kasus mual-muntah selama kemoterapi
No RM No kasus Golongan
kasus DRP
1 01.34.72.51 1a IV
1b X
2 00.34.95.94 2 III
3 00.06.51.37 3a VIII
3b I
4 01.18.26.16 4 IV
5 01.33.16.16 5 V
6 01.35.65.92 6 X
7 01.33.93.08 7 X
8 01.35.68.08 8a VII
8b XI
9 01.35.02.99 9a X
9b X
10 01.34.31.67 10 XI
11 01.35.39.94 11 II
12 01.37.74.75 12 VIII
13 00.97.88.94 13 VIII
14 01.37.71.15 14 I
15 01.37.96.32 15 VI
16 01.35.81.74 16 IX
17 01.35.08.66 17a V
17b V
17c V
18 01.34.61.97 18 VIII
19 01.33.29.52 19 II
20 01.32.92.14 20a V
20b II
94
2. Pengelompokan kasus DRPs yang dialami pasien kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta tahun 2008
a). Evaluasi penatalaksanaan mual-muntah pasca kemoterapi pada kasus I di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta tahun 2008
Subjektif: No. RM : 01.37.71.15 (no kasus: 14) Umur : 66 tahun Diagnosis : Ca Paru jenis NSCLC stadium IV Dirawat untuk mendapatkan kemoterapi dengan doxorubicin 68,5 mg, cyclophosphamide 548 mg, dan cisplatin 68,5 mg. Pasien mengalami muntah pada hari ke 3 post kemoterapi. Objektif
Data lab: WBC (4,8-10,8) 9,64.10
3 HCT (12,0-16,0) 35,0 %
NE (43,0-65) 70% = 6,74.103 MCV (81,0-99,0) 87,1
LY (20,5-45,5) 20,4 % = 1,97.103 MCH (27,0-31,0) 29,1
MO (5,5-11,7) 8,6 % = 0,83.103 MCHC (32,0-
36,0) 33,4
RBC (4,7-6,1) 4,02.106 PLT (150-450) 492.10
3
HGB (4,2-5,4) 11,7 Suhu tubuh : 36,7°C Nadi : 26 kali/menit
Tekanan darah : 110/80 mmHg Nafas : 84 kali/menit Penatalaksanaan:
Pasien tidak mendapatkan obat antimual-muntah untuk keluhan mual yang dialami dan pada saat pulang tidak diresepkan obat antimual-muntah. Penilaian:
1. Doxorubicin, cyclophosphamide, cisplatin merupakan obat sitostatik penyebab mual-muntah kelas sedang (30-90%).
2. Pasien mengalami mual tipe delayed (emetic moderat risk). 3. Pasien memerlukan terapi untuk mengatasi mual-muntah pasca kemoterapi.
Rekomendasi:
1. Menurut guideline, pasien yang mengalami mual-muntah tipe ini diterapi dengan: hari 1 Aprepitan 125 mg p.o (untuk pasien tertentu), Dexametasone 12 mg p.o atau i.v dan Antagonis 5-HT3 (Palonosetron 0,25 mg i.v atau Ondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg) ; atau Granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v Dolasetron 100 mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v dan dexamethasone 8mg atau 5-HT3 antagonis reseptor di hari ke 2-4 atau aprepitant 80mg di hari 2-3dengan atau tanpa dexamethasone 8mg di hari 2-4, dengan atau tanpa lorazepam pada hari.
2. Monitor keadaan pasien terutama untuk efek samping mual muntah tidak termonitor oleh tenaga medis.
Kasus ini juga terjadi pada RM no. 00.06.51.37b (no kasus: 3b)
95
b). Evaluasi penatalaksanaan mual-muntah pasca kemoterapi pada kasus II di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta tahun 2008
Subjektif: No. RM : 01.32.92.14 b (no kasus : 20b) Umur : 47 tahun Diagnosis : Ca Paru jenis NSCLC stadium IIIB Dirawat untuk mendapatkan kemoterapi dengan Paxus® (Paclitaxel) 231,5 mg dan Cisplatin 48,8 mg. Pasien mengalami mual post kemoterapi. Objektif
Data lab: WBC (4,8-10,8) 10,2.10
3 HGB (4,2-5,4) 9,3
NE (43,0-65) 78,8% = 8,09. 103 HCT (12,0-16,0) 29,8 %
LY (20,5-45,5) 14,9 % = 1,53. 10
3
MCV (81,0-99,0) 81,9
MO (5,5-11,7) 5,4 % = 0,55. 103 MCH (27,0-31,0) 25,5
BA (0,2-1,0) 0,4 % = 0,04.103 MCHC (32,0-
36,0) 31,2
RBC (4,7-6,1) 3,64.106 PLT (150-450) 370.10
3
Penatalaksanaan:
Pasien tidak mendapatkan obat antimual-muntah untuk keluhan mual yang dialami dan pada saat pulang tidak diresepkan obat antimual-muntah. Penilaian:
1. Paxus® (Paclitaxel) merupakan obat sitostatik penyebab mual-muntah kelas rendah (10-30%).
2. Cisplatin merupakan obat sitostatik penyebab mual-muntah kelas sedang (30-90%). 3. Pasien mengalami mual tipe akut (emetic moderat risk ). 4. Pasien memerlukan terapi untuk mengatasi mual-muntah pasca kemoterapi.
Rekomendasi: 1. Menurut guideline, pasien yang mengalami mual tipe ini perlu diberi hari 1 Aprepitan
125 mg p.o, Dexametasone 12 mg p.o atau i.v dan Antagonis 5-HT3 (Palonosetron 0,25 mg i.v atau Ondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg) ; atau Granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v Dolasetron 100 mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v dan dexamethasone 8mg atau 5-HT3 antagonis reseptor di hari ke 2-4 atau aprepitant 80mg di hari 2-3dengan atau tanpa dexamethasone 8mg di hari 2-4, dengan atau tanpa lorazepam pada hari.
2. Meresepkan antimual-muntah untuk dibawa pulang dengan menyesuikan dosisnya sesuai yang telah disebutkan di atas.
Kasus ini juga terjadi pada RM no. 01.35.39.94 c (no kasus: 11), dan 01.33.29.52 (no kasus: 19).
96
c). Evaluasi penatalaksanaan mual-muntah pasca kemoterapi pada kasus III di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta tahun 2008
Subjektif: No. RM : 00.34.95.94 c (no kasus: 2) Umur : 59 tahun Diagnosis : Ca Paru jenis NSCLC stadium IV Dirawat untuk mendapatkan kemoterapi dengan docetaxel 120 mg dan carboplatin 450 mg. Pasien diberi Vomceran® (Ondansetron) 8 mg i.v, dexamethasone 10mg i.v sebelum kemoterapi. Pasien mengalami mual dan muntah sebelum kemoterapi. Objektif:
Data lab: WBC (4,8-10,8) 9,64.10
3 HCT (12,0-16,0) 35,0 %
NE (43,0-65) 70% = 6,74.103 MCV (81,0-99,0) 87,1
LY (20,5-45,5) 20,4 % = 1,97.103 MCH (27,0-31,0) 29,1
MO (5,5-11,7) 8,6 % = 0,83.103 MCHC (32,0-
36,0) 33,4
RBC (4,7-6,1) 4,02.106 PLT (150-450) 492.10
3
HGB (4,2-5,4) 11,7 Suhu tubuh : 36,7°C Nadi : 26 kali/menit
Tekanan darah : 110/80 mmHg Nafas : 84 kali/menit Penatalaksanaan:
Pasien mendapatkan injeksi Vomceran® 8 mg tiap 12 jam sekali selama 10 hari.
Penilaian: 1. Docetaxel merupakan sitostatika penyebab mual-muntah kelas rendah (10-30%). 2. Carboplatin merupakan sitostatika penyebab mual-muntah kelas sedang (30-90%). 3. Pasien mengalami mual-muntah tipe anticipatory. 4. Menurut guideline, penatalaksanaan mual-muntah anticipatory adalah dengan
memberikan Alprazolam 0,5-2 mg p.o malam hari atau Lorazepam 0,5-2 mg pada malam hari sebelum dan pagi saat kemoterapi diberikan.
5. Ondansetron dan dexamethasone bukan pilihan obat yang tepat untuk mencegah mual-muntah anticipatory.
Rekomendasi: 1. Memberikan obat antimual-muntah untuk mencegah mual-muntah yang dialami oleh
pasien dengan alprazolam 0,5-2 mg p.o pada malam hari atau lorazepam 0,5 mg pada malam hari dan pagi sebelum kemoterapi untuk mencegah mual-muntah yang lebih hebat pasca kemoterapi.
2. Menurut guideline, selain dengan memberikan terapi secara farmakologi, penanganan atau pencegahan mual-muntah anticipatory (mual-muntah sebelum dilakukan kemoterapi) dapat dilakukan dengan terapi musik, relaksasi/sistem desensitisasi, atau hipnotis.
97
d). Evaluasi penatalaksanaan mual-muntah pasca kemoterapi pada kasus IV di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta tahun 2008
Subjektif:
No. RM : 01.18.26.16 (no kasus: 4) Umur : 45 tahun Diagnosis : NSCLC stadium IIIB Dirawat untuk mendapatkan kemoterapi dengan Brexel® 120 mg dan carboplatin 600 mg. Pasien mual pasca kemoterapi.
Objektif Data lab:
WBC (4,8-10,8) 4,8.103 HCT (12,0-16,0) 35 %
RBC (4,7-6,1) 4,1.106 PLT (150-450) 188.10
3
HGB (4,2-5,4) 11,4
Tekanan Darah : 120/80 mmHg Nafas : 20 kali/menit Nadi : 80kali/menit Suhu: 36,4°C
Penatalaksanaan: Pasien mendapatkan obat metochlopramide 10 mg 3x1 dan Narfoz® (Ondansetron) 8mg 3x1untuk dibawa pulang
Penilaian: 1. Brexel® (Docetaxel) merupakan obat sitostatik penyebab mual-muntah kelas rendah
(10-30%). 2. Carboplatin merupakan obat sitotoksik penyebab mual-muntah kelas sedang (30-
90%).
3. Pasien mengalami mual tipe akut (emetic moderat risk). 4. Pasien memerlukan tambahan terapi obat untuk mengatasi mual-muntah pasca
kemoterapi. 5. Menurut guideline, metochlopramide bukan pilihan obat untuk diberikan pada kasus
mual-muntah tipe akut pasca kemoterapi.
Rekomendasi:
1. Menurut guideline, pasien yang mengalami mual tipe ini perlu diberi hari 1 Aprepitan 125 mg p.o, Dexametasone 12 mg p.o atau i.v dan Antagonis 5-HT3 (Palonosetron 0,25 mg i.v atau Ondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg) ; atau Granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v Dolasetron 100 mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v dan dexamethasone 8mg atau 5-HT3 antagonis reseptor di hari ke 2-4 atau aprepitant 80mg di hari 2-3dengan atau tanpa dexamethasone 8mg di hari 2-4, dengan atau tanpa lorazepam pada hari.
2. Memberi tambahan obat berupa aprepitan, dexamethasone dengan atau tanpa tambahan lorazepam.
3. Resepkan menurut aturan dosis dan aturan pemakaian. Kasus ini juga terjadi pada RM no. 01.34.72.51 a (no kasus: 1a)
98
e). Evaluasi penatalaksanaan mual-muntah pasca kemoterapi pada kasus V di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta tahun 2008
Subjektif:
No. RM : 01.35.08.66 a (no kasus: 17a) Umur : 30 tahun Diagnosis : Adenocarcinoma Dirawat untuk mendapatkan kemoterapi dengan carboplatin 600 mg, doxorubicin, dan cisplatin. Pasien mual pasca kemoterapi.
Objektif Data lab:
WBC (4,8-10,8) 8,05.103 HCT (12,0-16,0) 36,4 %
NE (43,0-65) 65,2% = 5,24.103 MCV (81,0-99,0) 89,2
LY (20,5-45,5) 20,1 % = 1,62.103 MCH (27,0-31,0) 28,4
MO (5,5-11,7) 13,9 % = 1,12.103 MCHC (32,0-
36,0) 31,9
RBC (4,7-6,1) 4,08.106 PLT (150-450) 408.10
3
HGB (4,2-5,4) 11,6
Penatalaksanaan: Pasien mendapatkan injeksi Sotatic® (metochlopramide HCl) 1 ampul untuk mengatasi keluhan mual.
Penilaian: 1. Doxorubicin, carboplatin, cisplatin merupakan obat sitostatik penyebab mual-muntah
kelas sedang (30-90%).
2. Pasien mengalami mual tipe akut (emetic moderat risk). 3. Pasien memerlukan tambahan terapi obat untuk mengatasi mual-muntah pasca
kemoterapi. 4. Menurut guideline, metochlopramide bukan pilihan obat yang tepat untuk diberikan di
kasus ini.
Rekomendasi: 1. Menurut guideline, pasien yang mengalami mual tipe ini perlu diberi hari 1 Aprepitan
125 mg p.o, Dexametasone 12 mg p.o atau i.v dan Antagonis 5-HT3 (Palonosetron 0,25 mg i.v atau Ondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg) ; atau Granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v Dolasetron 100 mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v dan dexamethasone 8mg atau 5-HT3 antagonis reseptor di hari ke 2-4 atau aprepitant 80mg di hari 2-3dengan atau tanpa dexamethasone 8mg di hari 2-4, dengan atau tanpa lorazepam pada hari.
2. Meresepkan obat (dibawa pulang) untuk mengatasi keluhan mual-muntah yang tidak termonitor oleh tenaga medis. Dalam kasus ini pasien pulang setelah kemoterapi.
Kasus ini juga terjadi pada RM no.01.35.08.66 c dan d (no kasus 17 b dan c) ; 01.33.16.16 (no kasus:5); 01.32.92.14 a (no kasus: 20a).
99
f). Evaluasi penatalaksanaan mual-muntah pasca kemoterapi pada kasus VI di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta tahun 2008
Subjektif:
No. RM : 01.37.96.32 (no kasus: 15) Umur : 56tahun Diagnosis : NSCLC stadium IIIB Dirawat untuk mendapatkan kemoterapi dengan cyclophosphamid 400/m
2 mg, doxorubicin
60mg/m2, dan cisplatin 60mg/m
2. Pasien mual pasca kemoterapi.
Objektif Data lab:
WBC (4,8-10,8) 7,07.103 HCT (12,0-16,0) 46,9 %
NE (43,0-65) 72,6 % = 5,14.103 MCV (81,0-99,0) 87,8
LY (20,5-45,5) 13,2 % = 0,93.103 MCH (27,0-31,0) 30,5
MO (5,5-11,7) 11,2% = 0,79.103 MCHC (32,0-
36,0) 34,8
RBC (4,7-6,1) 5,34.106 PLT (150-450) 267.10
3
HGB (4,2-5,4) 16,3
Penatalaksanaan: Pasien mendapatkan injeksi Sotatic® (metochlopramide HCl) 1 ampul (5mg/mlx2ml) dan ondansetron 1 ampul (8mg/4ml) untuk mengatasi mual.
Penilaian: 1. Doxorubicin, cyclophospamide merupakan obat sitostatik penyebab mual-muntah
kelas sedang (30-90%). 2. Cisplatin 60mg/m
2 merupakan obat sitostatik penyebab mual-muntah kelas tinggi
(>90%).
3. Pasien mengalami mual tipe akut (emetic high risk). 4. Pasien memerlukan terapi tambahan untuk mengatasi mual-muntah pasca kemoterapi. 5. Menurut guideline, metochlopramide bukan pilihan obat yang tepat untuk diberikan
pada kasus mual-muntah tipe ini. Rekomendasi:
1. Menurut guideline, mual tipe ini perlu diberi Aprepitan 125 mg p.o hari 1, Dexamethasone 12 mg p.o/i.v hari 1, Antagonis 5 HT3 dan dexamethasone 8mg di hari ke 2-4 ditambah aprepitant 80mg di hari 2 dan 3, dengan atau lorazepam hari ke 1-4. Pasien sudah mendapat ondansetron 8mg, sehingga perlu diberi tambahan terapi berupa aprepitan, dexamethasone, dengan atau tanpa lorazepam.
2. Meresepkan obat dengan dosis dan aturan pakai sesuai guideline.
100
g). Evaluasi penatalaksanaan mual-muntah pasca kemoterapi pada kasus VII di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta tahun 2008
Subjektif:
No. RM : 01.35.68.08 a (no kasus 8a) Umur : 50 tahun Diagnosis : NSCLC stadium IIB Dirawat untuk mendapatkan kemoterapi dengan Paclitaxel 227,5 mg dan carboplatin 470 mg. Pasien mual pasca kemoterapi.
Objektif Data lab:
WBC (4,8-10,8) 12,4.103 HCT (12,0-16,0) 32,8 %
NE (43,0-65) 80,1 % = 9,9.103 MCV (81,0-99,0) 79,6
LY (20,5-45,5) 11 % = 11.103 MCH (27,0-31,0) 27,5
RBC (4,7-6,1) 4,12.106 MCHC (32,0-
36,0) 34,5
HGB (4,2-5,4) 11,3 PLT (150-450) 419.103
Penatalaksanaan:
Pasien mendapatkan obat Omeprazole dan Ondansetron 1 ampul (8mg/4ml) untuk mengatasi masalah mualnya. Penilaian:
1. Paclitaxel merupakan obat sitostatika penyebab mual-muntah kelas rendah (10-30%). 2. Carboplatin merupakan obat sitostatika penyebab mual-muntah kelas sedang (30-
90%).
3. Pasien mengalami mual tipe akut (emetic moderat risk). 4. Pasien memerlukan terapi untuk mengatasi mual-muntah pasca kemoterapi. 5. Menurut guideline, Omeprazole bukan pilihan obat yang tepat untuk mengatasi mual-
muntah tipe akut pasca kemoterapi Rekomendasi:
1. Menurut guideline, pasien yang mengalami mual tipe ini perlu diberi hari 1 Aprepitan 125 mg p.o, Dexametasone 12 mg p.o atau i.v dan Antagonis 5-HT3 (Palonosetron 0,25 mg i.v atau Ondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg) ; atau Granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v Dolasetron 100 mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v dan dexamethasone 8mg atau 5-HT3 antagonis reseptor di hari ke 2-4 atau aprepitant 80mg di hari 2-3dengan atau tanpa dexamethasone 8mg di hari 2-4, dengan atau tanpa lorazepam pada hari.
2. Memberikan tambahan obat berupa Dexamethasone dan aprepitan dengan atau tanpa lorazepam. Meresepkannya sesuai dosis dan aturan pakai sesuai guideline.
101
h). Evaluasi penatalaksanaan mual-muntah pasca kemoterapi pada kasus VIII di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta tahun 2008
Subjektif:
No. RM : 01.37.74.75 (no kasus: 12) Umur : 72 tahun Diagnosis : NSCLC stadium III B Dirawat untuk mendapatkan kemoterapi dengan doxorubicin, cyclophospamide, dan cisplatin. Pasien mual dan muntah 2 hari pasca kemoterapi.
Objektif : Data lab:
WBC (4,8-10,8) 9,64.103 HCT (12,0-16,0) 35 %
NE (43,0-65) 70 % = 6,74.103 MCV (81,0-99,0) 87,1
LY (20,5-45,5) 20,4 % = 1,97.103 MCH (27,0-31,0) 29,1
RBC (4,7-6,1) 4,02.106 MCHC (32,0-
36,0) 33,4
HGB (4,2-5,4) 11,7 PLT (150-450) 492.103
TD : 110/80 mm/Hg Nafas : 26 kali/menit
Nadi : 84 kali/menit Suhu : 36,7°C TB/BB : 161 cm/45kg Penatalaksanaan:
Pasien mendapatkan obat yaitu metoclopramid 1 ampul (10 mg/2ml). Penilaian:
1. Doxorubicin cyclophosphamide, dan cisplatin merupakan obat sitostatika penyebab mual-muntah kelas tinggi (>90%)
2. Pasien mengalami mual tipe delayed (emetic high risk). 3. Metochlopramide bukan pilihan obat yang tepat untuk mengatasi mual-muntah pada
kasus ini. 4. Pasien memerlukan tambahan terapi obat untuk mengatasi mual dan muntah yang
dialaminya. Rekomendasi:
1. Menurut guideline, mual-muntah tipe delayed akibat penggunaan obat kemoterapi emetic high risk dapat diterapi dengan Aprepitan 125 mg p.o hari 1, Dexamethasone 12 mg p.o/i.v hari 1, Antagonis 5 HT3 dan dexamethasone 8mg di hari ke 2-4 ditambah aprepitant 80mg di hari 2 dan 3, dengan atau lorazepam hari ke 1-4.
2. Meresepkan obat (dibawa pulang) dengan pengaturan dosis seperti di atas untuk mengatasi keluhan mual-muntah yang tidak termonitor oleh tenaga medis. Karena dalam kasus ini pasien pulang setelah kemoterapi.
Kasus ini juga terjadi pada RM no. 00.97.88.94 a (no kasus:13) ; 00.06.51.37a (no kasus: 3a), dan 01.34.61.97 (no kasus: 18).
102
i). Evaluasi penatalaksanaan mual-muntah pasca kemoterapi pada kasus IX di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta tahun 2008
Subjektif:
No. RM : 01.35.81.74 (no kasus: 16) Umur : 65 tahun Diagnosis : NSCLC Dirawat untuk mendapatkan kemoterapi dengan cyclophosphamide, doxorubicin, cisplatin. Pasien mual dan muntah hari pasca kemoterapi.
Objektif : Data lab:
WBC (4,8-10,8) 9,64.103 HCT (12,0-16,0) 35 %
NE (43,0-65) 70 % = 6,74.103 MCV (81,0-99,0) 87,1
LY (20,5-45,5) 20,4 % = 1,97.103 MCH (27,0-31,0) 29,1
RBC (4,7-6,1) 4,02.106 MCHC (32,0-
36,0) 33,4
HGB (4,2-5,4) 11,7 PLT (150-450) 492.103
TD : 110/80 mm/Hg Nafas : 26 kali/menit
Nadi : 84 kali/menit Suhu : 36,7°C
Penatalaksanaan: Pasien mendapatkan obat yaitu Sotatic® (Metochlopramide) 1 ampul (5mg/ml x2ml), dexamethasone 2 ampul, dan metochlopramide 1 ampul (10 mg/2ml). Penilaian:
1. Doxorubicin, cyclophosphamide, dan cisplatin merupakan obat sitostatika penyebab mual-muntah kelas tinggi (>90%)
2. Pasien mengalami mual tipe akut (emetic high risk). 3. Pasien mendapatkan 2 obat yang jenis dan indikasinya sama yaitu sotatik®
(Metochlopramide HCl) dan injeksi Metochlopramide. 4. Dosis dexamethason berlebih. 1 ampul dexamethasone berisi dexamethasone
4mg/mlx5ml. pemberian pada pasien adalah 2 ampul (= 40 mg) setiap 12 jam.
5. Pasien memerlukan tambahan terapi obat berupa 5-HT3 antagonis reseptor (ondansetron, granisetron, dolasetron, atau palonosetron), dan aprepitan 125mg, dengan atau tanpa lorazepam.
Rekomendasi:
1. Menurut guideline, mual-muntah tipe ini dapat diterapi dengan Aprepitan 125 mg p.o hari 1, Dexamethasone 12 mg p.o/i.v hari 1, Antagonis 5 HT3 dan dexamethasone 8mg di hari ke 2-4 ditambah aprepitant 80mg di hari 2 dan 3, dengan atau lorazepam hari ke 1-4. Pasien sudah mendapatkan dexamethasone.
2. Memberikan tambahan terapi berupa Aprepitan dan Antagonis 5HT3. Berikan sesuai dosis dan aturan pakai sesuai ketentuan. Mengurangi dosis dexamethasone.
103
j). Evaluasi penatalaksanaan mual-muntah pasca kemoterapi pada kasus X di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta tahun 2008
Subjektif:
No. RM : 01.35.65.92 b (no kasus: 6) Umur : 51 tahun Diagnosis : NSCLC stadium IIIB Dirawat untuk mendapatkan kemoterapi dengan Brexel® (Docetaxel) 120 mg dan carboplatin 450mg . pasien mendapat dexamethasone 2A dan ondansetron 1A. Pasien mual dan muntah sebelum kemoterapi.
Objektif : TD : 110/70 mm/Hg
Nadi : 100 kali/menit Nafas : 24 kali/menit
Suhu : afebris Penatalaksanaan:
Pasien tidak mendapatkan obat untuk mengatasi mual yang dialaminya. Pasien mendapatkan dexamethasone dan ondansetron sebelum kemoterapi. Penilaian:
1. Brexel® (Docetaxel) merupakan obat sitostatika penyebab mual-muntah tipe rendah (10-30%).
2. Carboplatin merupakan obat sitostatika penyebab mual-muntah tipe sedang (30-90%). 3. Pasien mengalami mual tipe anticipatory. 4. Dexamethasone dan ondansetron bukan pilihan obat yang tepat untuk mencegah
mual-muntah anticipatory. 5. Pasien perlu diberi tambahan terapi obat untuk mengatasi mual yang dideritanya.
Rekomendasi: 1. Menurut guideline, pasien dengan mual-muntah anticipatory perlu diberi Alprazolam
0,5-2 mg p.o malam hari atau Lorazepam 0,5-2 mg pada malam hari sebelum dan pagi saat kemoterapi diberikan. Apabila sudah terjadi maka metode nonfarmakologi seperti hipnosis, relaksasi dengan terapi musik dapat dicoba.
Kasus ini juga terjadi pada RM no. 01.34.72.51b (no kasus:1b) ; 01.33.93.08 b (no kasus:7); 01.35.02.99 b dan c (no kasus: 9a danb).
104
k). Evaluasi penatalaksanaan mual-muntah pasca kemoterapi pada kasus XI di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta tahun 2008
Subjektif:
No. RM : 01.34.31.67 b (no kasus:10) Umur : 76 tahun Diagnosis : Adenocarcioma dextra stadium IV Dirawat untuk mendapatkan kemoterapi ke II dengan regimen Paxus® (Paclitaxel). Pasien mengeluhkan mual dan muntah pasca kemoterapi I.
Objektif : Data lab:
WBC (4,8-10,8) 11.103 HCT (12,0-16,0) 28,5 %
NE (43,0-65) 66,8 % = 7,3.103 MCV (81,0-99,0) 81,9
LY (20,5-45,5) 18% = 2,0.103 MCH (27,0-31,0) 26,5
RBC (4,7-6,1) 3,48.106 MCHC (32,0-
36,0) 32,3
HGB (4,2-5,4) 9,2 PLT (150-450) 342.103
Penatalaksanaan:
Pasien tidak mendapatkan obat untuk mengatasi mual dan muntah yang diderita.
Penilaian: 1. Paxus® (Paclitaxel) merupakan obat sitostatika penyebab mual-muntah kelas rendah
(10-30%). 2. Pasien mengalami mual delayed dengan kategori emetic low risk. 3. Pasien perlu diberi obat antimual-muntah untuk menangani mual dan muntah yang
dialaminya.
Rekomendasi:
1. Menurut guideline, pasien yang mual-muntah tipe ini perlu diberi obat metoclopramide dengan atau tanpa diphenhydramine,dexamethasone 12 mg, atau prochlorperazine dengan atau tanpa lorazepam.
2. Meresepkan obat antimual-muntah untuk dibawa pulang sebagai pengobatan mual-muntah yang tidak termonitor oleh tenaga medis. Karena pasien memiliki riwayat mual-muntah tipe delayed maka peresepan obat antiemetik digunakan untuk mencegah kemungkinan kejadian mual-muntah yang serupa.
Kasus ini juga terjadi pada RM no. 01.35.68.08b (no kasus: 8b)
105
Lampiran 4. Daftar komposisi obat yang digunakan pada kasus mual-muntah kemoterapi kanker paru-paru di
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008
No Kelas Terapi Golongan Obat Jenis Obat Komposisi Obat
1 Sistem endokrin dan metabolik
Preparat insulin Insultard® Susp netral isophane dari monokomponen insulin manusia. Rekombinan DNA asli.
2 Vitamin & mineral Vitamin B kompleks/dengan vitamin C
Grahabion® Vit B1, vit B6, vit B12
Vitamin &/ mineral Cernevit® Retinol 3,5 iu, cholecalciferol 220 iu, α tocopherol 11,2 iu , ascorbic acid 125 iu, cocarboxylase tetrahydrate 5,8 mg, thiamine 3,510 mg, riboflavin sodium phosphate dehydrate 5,67mg, pyridoxine HCl 5,5 mg, cyanocobalamin 0,006 mg, folic acid 0,414 mg, dexpanthenol 16,15 mg, biotin 0,069 mg, nicotinamide 46 mg, glycine 250 mg, glycoholic acid 140 mg, soya lecithin 140mg, NaOH 112,5 mg.
3 Nutrisi Produk
nutrisi/parenteral
Aminofusin® Amino acids, sorbitol, xylitol, vit,
electrolytes
106
BIOGRAFI PENULIS
Felisita Anesti Kusumastuti, anak kedua dari dua
bersaudara pasangan Ch. Minar Lukito dan Agnes Sri
Harianti, lahir di Pemalang 22 Januari 1988. Penulis
mulai mengenal bangku sekolah pada tahun 1992-1994
di Taman Kanak-kanak PIUS Pemalang. Pendidikan
Sekolah Dasar ditempuh di SD PIUS Pemalang, lulus
tahun 2000. Jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
ditempuh di SLTP Pius Pemalang, lulus tahun 2003. Penulis melanjutkan
pendidikan ke Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Pemalang, lulus tahun
2006. Penulis menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
pada tahun 2006-2010 dan memperoleh gelar Sarjana Farmasi. Selama di Fakultas
Farmasi, kegiatan yang diikuti penulis antara lain menjadi anggota Paduan Suara
Farmasi Veronica yang sempat mengisi di beberapa acara fakultas atau
universitas, Panitia Tiga Hari Temu Farmasi (Titrasi) 2007 sebagai Koordinator
Sie Acara, Panitia Inisiasi Sanata Dharma (Insadha) 2008 sebagai Pendamping
Kelompok, Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (PPKM) 2009
sebagai Co-fasilitator.